BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Morphologi, etiologi dan epidemiologi bovine Tuberculosis Kasus tuberkulosis pertama kali dikenal dan ditemukan pada tulang mummi Mesir kuno, kira-kira lebih dari 2000 tahun lalu. (Manual Penyakit Hewan Mamalia, 2012). Secara spesifik Tuberkulosis pada sapi disebabkan oleh bakteri Mycobakterium tuberculosis bovis, yang umumnya disebut dengan M. bovis. Tuberkulosis sapi ini bersifat zoonosis dan merupakan penyakit strategis yang merupakan salah satu penyakit yang masuk dalam perundang-undangan. . Bovine Tubercullosis (BTB), termasuk dalam Mycobacterium tuberculosis Complex (MTC) yang terdiri dari Mycobacterium bovis, M. tuberculosis, M. africanum, M. microti, M. Canetti dan M. Caprae. (Cousins et al, (2003);. Michel et al., (2010) Baik dan Duignan, (2011); Atkins dan Robinson, (2013). (Al-Saqur et al, 2009; OIE, 2009). Penularan BTB bisa terjadi secara horizontal dan vertikal dari induk sapi yang tertular. Penyakit berjalan kronis dan mengakibatkan kerugian sosio ekonomi yang sangat tinggi sekitar 10-25%. Di Amerika Serikat banyak kasus Tuberkulosis pada manusia disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. M. bovis merupakan salah satu Mycobacterium yang dapat menyebabkan Tuberkulosis pada manusia (CDC, 2011), kemudian telah dikembangkan vaksin aktif M.bovis dari Bacillus Calmette and Guerin
(BCG) yang merupakan isolat dari M.bovis dan vaksin ini telah banyak digunakan secara luas diseluruh dunia (Elizabetf et al, 1997). Hampir seluruh hewan mammalia rentan dengan M.bovis. Sapi merupakan induk semang utama dari Tuberkulosis sapi. Selain itu kambing dan babi juga merupakan mamalia yang sangat rentan terhadap serangan M.bovis. Seluruh bangsa sapi yang ada di dunia rentan dengan M.bovis, namun demikian sapi dewasa lebih tahan dibandingkan dengan anak sapi. Kejadian pada manusia dan hewan memiliki perbedaan khusus yang belum diketahui. Umumnya
Tuberkulosis
pada
sapi
muncul
lebih
kompleks
yang
mengikutsertakan bermacam interaksi antara inang dan agen penyebabnya (Tarmudji dan Supar, 2008). Menurut Aphis Veterinary Services, (2002) M.bovis dibandingkan dengan M.tuberculosis dan M.avium dapat menginfeksi induk semang atau hospes yang paling luas karena dapat menginfeksi atau menulari hampir seluruh hewan bertulang belakang (vertebrata) yang berdarah panas. BTB mampu menyerang ungulata liar dan menulari spesies carnivora lainnya serta menjadi masalah utama dibeberapa negara bagian afrika. Di Selandia Baru, possum (Tricosurus vulpecia) dan di Eropa khususnya di Inggris bager (Meles meles) sering sebagai reservoir dari M.bovis. Banyak kejadian hewan liar penderita tuberkulosis menjadi penular di lingkungan peternakan khususnya di padang rumput pengembalaan (Cooper, 2002).
Di India, berdasarkan penelitian Prasada dkk., (2005) ditemukan 8,7% dari sampel manusia dan 35,7% telah teridentifikasi disebabkan oleh BTB. Penelitian Oloya et al., (2007) di Uganda, dilaporkan bahwa telah diisolasi berbagai Mycobacterium spp dari berbagai sampel organ sapi yang dipotong sebanyak 61 sampel. Gambaran hasilnya ditemukan 37 sampel positif mycobacteria yang terdiri 19 sampel terdeteksi BTB (51,4%) dan 18 sampel terdeteksi mycobacteria lainnya (48,6%).
2.2. Diagnosa Diagnosis yang tepat adalah salah satu strategi yang sangat penting untuk melakukan pencegahan dan penularan BTB. Pilihan paling tepat adalah dengan uji serulogis. Beberapa metode serulogis yang sering dipakai untuk mendiagnosa BTB adalah tuberculine yang sampai saat ini masih diterapkan OIE sebagai uji standar dalam perdagangan international meskipun sering terjadi adanya positif palsu. Diagnosa dengan uji tuberkulin akan dapat dilihat dari reaksi hipersensitivitas dengan tipe tertunda (delayed hipersensitivity reaction). Metode uji reaksi polimerase berantai (PCR), ujiproliferasi limfosit (lymphocyte proliferation assay) dan uji gamma interferon assay (IFN-) dapat digunakan.(OIE, 2009). Konfirmasi diagnosa dengan isolasi dan identifikasi organisme, dengan kultur biasanya dapat diambil pada 4-8 minggu, atau dengan PCR dapat diperoleh dalam beberapa hari (The Merck Veterinary Manual, 2011). Diagnosa pada hewan yang telah mati dapat dilakukan dengan pemeriksaan post mortem, pemeriksaan bakteriologi dan histopatologi. Isolasi bakteri dan pemeriksaan preparat mikroskopik serta dilanjutkan dengan identifikasi bakteri yang ditemukan merupakan bagian dari pemeriksaan bakteriologi. (Manual Penyakit Hewan Mamalia, 2012).
Dalam kondisi lapangan untuk membedakan infeksi TBC dan BTB sering agak sulit diidentifikasi. Untuk membedakan antara M.tuberculosis dan M.bovis dapat dievaluasi dengan menggunakan PCR dan restriction fragment length polymorphism (RFLP) assay. A.Mirsha, dkk (2005) dalam penelitiannya melakukan ujikorelasi identifikasi M.tuberculosis dan M.bovis dengan PCR-RFLP assay dan Kultur standar techniques, diperoleh hasil 33 isolat diidentifikasi sebagai M. bovis, 7 sebagai M. tuberculosis, dan 15 mycobacteria sebagai nontuberculosis, dimana isolat yang diambil secara makroskopis menunjukkan kesamaan. ELISA merupakan salah satu pengujian yang dapat digunakan untuk mendeteksi antibody. ELISA tampaknya yang paling cocok dari tes antibodi-deteksi dan dapat menjadi pelengkap, bukan alternatif, untuk tes berdasarkan imunitas seluler (OIE, 2009).