PROFIL KOMPETENSI LITERASI SAINS SISWA SMP KELAS IX SE-KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN AJARAN 2015/2016
(Skripsi)
Oleh ANA RIANTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2016
ABSTRAK
PROFIL KOMPETENSI LITERASI SAINS SISWA SMP KELAS IX SE- KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN AJARAN 2015/2016
Oleh
ANA RIANTI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi literasi sains siswa kelas IX SMP se- Kecamatan Pagelaran, dan faktor - faktor yang berpengaruh terhadap kompetensi literasi sains siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari 341 siswa kelas IX yang berasal dari siswa SMP se- Kecamatan Pagelaran pada tahun ajaran 2015/2016 yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal PISA 2006, angket guru dan angket siswa. Data kuantitatif berupa kompetensi literasi sains siswa yang diperoleh dari jawaban siswa pada soal PISA 2006 dan dianalisis dengan melakukan perhitungan rerata skor dan diinterpretasikan ke dalam tabel kriteria. Data kualitatif berupa faktor - faktor berpengaruh terhadap kompetensi literasi sains siswa yang diperoleh dari jawaban siswa pada angket kemudian
ii
dianalisis dengan menghitung persentase dan diinterpretasikan ke dalam tabel kriteria.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kompetensi literasi sains siswa termasuk dalam kriteria “sangat rendah” dengan skor rerata 33,60. Kompetensi literasi sains berdasarkan status sekolah menunjukkan siswa di sekolah negeri memiliki kompetensi literasi lebih tinggi dibandingkan siswa di sekolah swasta. Sedangkan kompetensi literasi berdasarkan gender, siswa perempuan memiliki kompetensi literasi lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki. Kompetensi literasi sains siswa ditinjau dari soal PISA menunjukkan bahwa aspek “mengidentifikasi permasalahan ilmiah” merupakan aspek yang paling banyak dikuasai siswa, Aspek “menggunakan bukti-bukti ilmiah” merupakan aspek yang paling sedikit dikuasai siswa. Adapun faktor internal yang mempengaruhi kompetensi literasi sains siswa adalah minat siswa untuk melanjutkan sekolah. Faktor motivasi dan kebiasaan belajar tidak berpengaruh terhadap kompetensi literasi sains siswa. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi adalah proses pembelajaran guru dikelas, fasilitas pembelajaran IPA, latar belakang pendidikan orang tua, bimbingan orang tua dirumah, dan profesionalisme guru.
Kunci : literasi sains, status sekolah, gender
iii
PROFIL KOMPETENSI LITERASI SAINS SISWA SMP KELAS IX SE-KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN AJARAN 2015/2016
Oleh ANA RIANTI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pagelaran pada tanggal 06 juli 1994. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Yurianto dan Ibu Sur Amnah. No handphone penulis yaitu 085758615290/082280538179. Penulis mengawali pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri 4 Patoman yang diselesaikan pada tahun 2006, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 1 Pagelaran yang diselesaikan pada tahun 2009, dan lulus dari Madrasah Aliyah Swasta Alfatah pada tahun 2012. Pada tahun 2012, Penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Pendidikan Biologi melalui jalur SNMPTN.
Selama menempuh pendidikan di Prodi Biologi, penulis memiliki pengalaman organisasi dan aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa diantaranya Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI) sebagai anggota bidang kaderisasi (2013) dan Himasakta sebagai anggota bidang kerohanian (2014). Selain itu penulis juga aktif dibeberapa organisasi eksternal kampus diantaranya Forum Komunikasi Mahasiswa Hizbullah (FKMH) pada tahun 2013/2015 dan program pengabdian Almumtaz di ponpes Alfatah tahun 2014/2016. Selain itu penulis juga aktif menjadi asisten praktikum untuk beberapa mata kuliah.
MOTO
“Dan seandainya pohon – pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta). Ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.S Al Luqman: 27) “ Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir “ (Q.S Yusuf : 87) “ Hai orang – orang beriman, jadikan sabar dan sholatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orangorang yang sabar” (Q.S Al Baqarah: 153) Man Jadda wajada (Barang siapa bersungguh – sungguh pasti akan mendapatkan hasil)
Dengan Menyebut Nama ALLAH yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
PERSEMBAHAN Segala puji hanya milik Allah SWT, Sang pemberi hidup Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Baginda Rasullulllah Muhammad Saw. Dengan Ridho Allah SWT, Kupersembahkan karya tulis ini sebagai tanda bakti cinta kasihku kepada : Kedua orang tuaku tercinta, Ayah dan Ibu yang selama ini mendoakanku, menuntun ku di jalan- NYA, selalu memberikan cinta dan kasih sayang serta dukungan yang tiada henti demi tercapainya asa dan impianku. Cinta dan kasih mu tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Namun semoga ini menjadi langkah awal ku untuk membuat simpul senyum dan kebahagiaan untukmu ayah dan ibu Adik-adikku tersayang Rizky Setiawan dan Fikri Faqihhudin , Tiada hal yang paling berharga selain berkumpul bersama kalian, meskipun terkadang pertengkaran kecil muncul diantara kita. Maafkan mbamu ini yang belum bisa menjadi panutan seutuhnya, tetapi percayalah mba akan menjadi yang terbaik untuk kalian. Bulek Rina Prihatin, mbah Buriyah, Nenek Sainunah serta seluruh keluarga besarku Sahabat terbaikku Dwi Nashri Hasan, yang selalu bersedia mendengarkan keluh kesah, asa dan semua ceritaku teman dan kakak senior terbaikku yang selama ini membantuku berproses menuju kedewasaan dan menjadi pribadi yang baik, Seluruh Dosen yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan hingga aku berhasil. Almamater tercinta, Universitas Lampung
SANWACANA
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Profil Kompetensi Literasi Sains Siswa SMP Kelas IX Se-Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu Tahun Ajaran 2015/2016”. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I sekaligus pembimbing akademik, atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi. 4. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi sekaligus sebagai pembimbing II atas bimbingan, saran dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. 5. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembahas terima kasih atas saran dan perbaikan yang telah diberikan. 6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Biologi dan Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
xi
Universitas Lampung, terima kasih atas ilmu dan wawasan yang telah diberikan kepada penulis; 7. Seluruh Kepala sekolah SMP yang ada di Kecamatan Pagelaran, serta bapak dan ibu guru mata pelajaran IPA yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih telah ikut membantu penulis dalam melaksanakan penelitian. 8. Seluruh guruku, terima kasih atas segala ilmu dan wawasan yang kalian ajarkan kepadaku, sehingga menghantarku menuju kematangan berfikir dan bertindak serta memiliki kepribadian baik. 9. Keluarga besar Pendidikan Biologi dari angkatan 2008 – 2015, terima kasih atas doa, saran serta dukungan yang kalian berikan. 10. Sahabat lingkar hati, rekan KKN-KT pekon Biha, keluarga blitzma, keluarga FKMH, terima kasih telah membentuk episode-episode pengalaman dan pembelajaran tak terlupakan. 11. Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis berdoa semoga semua amal dan bantuan mendapat pahala serta balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.
Bandar Lampung, Penulis,
Ana Rianti
xii
Juni 2016
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xvi I.
11.
III.
IV.
V.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................... B. Rumusan Masalah.............................................................................. C. Tujuan Penelitian ............................................................................... D. Manfaat Penelitian ............................................................................. E. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. F. Kerangka Fikir ...................................................................................
1 6 6 7 8 9
TINJAUAN PUSTAKA A. Kurikulum dan Pembelajaran IPA ..................................................... B. Literasi Sains dan PISA ..................................................................... C. Faktor – Faktor yang Berpengaruh Terhadap Literasi Sains.............
13 23 31
METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. B. Populasi dan Sampel Peneltian ............................................................ C. Desain Penelitian.................................................................................. D. Prosedur Penelitian............................................................................... E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data .................................................... F. Teknik Analisis Data............................................................................
34 34 35 36 37 41
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ................................................................................... B. Pembahasan..........................................................................................
45 60
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ............................................................................................. B. Saran ...................................................................................................
76 77
DAFTAR PUSTAKA
xiii
LAMPIRAN 1. Pemetaan Soal ......................................................................................
88
2. Naskah Soal Tes Literasi Sains ............................................................
91
3. Rubrik Penilaian Tes Literasi Sains ..................................................... 106 4. Kuisioner Siswa.................................................................................... 111 5. Rubrik dan Kisi-Kisi Kuisioner siswa....................................................114 6. Kuisioner Guru .......................................................................................117 7. Rubrik dan Kisi-Kisi Kuisioner Guru .................................................. 118 8. Tabulasi Persentase Jawaban Siswa Pada Tiap Butir Soal ................. 120 9. Tabulasi Persentase Jawaban Siswa Pada Setiap Aspek. .................... 121 10. Hasil Uji Normalitas. ........................................................................... 123 11. Hasil Uji Independent Sample t- Test dan Uji U ................................. 127 12. Dokumentasi Proses Mengerjakan Soal dan mengisi angket .............. 131
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Perbandingan literasi sains pada tahun 2000 dan 2003........................
28
2. Perbandingan literasi sains pada tahun 2006 2009 ..............................
29
3. Data populasi dan sampel ....................................................................
35
4. Pemetaan Soal PISA ............................................................................
38
5. Indikator pencapaian kompetensi menurut PISA 2006........................
39
6. Kisi-kisi lembar kuisioner siswa....................................................... ...
40
7. Kisi- kisi lembar kuisioner guru...........................................................
40
8. Kriteria interpretasi skor tes.................................................................
42
9. Kriteria interpretasi skor kuisioner ......................................................
44
10. Kompetensi literasi sains siswa di setiap sekolah ................................
47
11. Kompetensi literasi sains berdasarkan status sekolah..........................
49
12. Kompetensi literasi sains berdasarkan gender .....................................
50
13. Faktor motivasi dan kebiasaan belajar IPA..........................................
52
14. Minat siswa untuk melanjutkan sekolah ..............................................
53
15. Faktor-faktor dalam proses pembelajaran IPA ....................................
54
16. Faktor pendidikan terakhir orang tua (Ayah).......................................
56
17. Faktor intensitas bimbingan orangtua dalam belajar ..........................
57
18. Faktor fasilitas belajar IPA di sekolah ................................................
57
19. Faktor profesionalisme guru pada setiap sekolah ...............................
59
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Halaman
Kerangka Pikir Penelitian .......................................................................
12
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi saat ini menyebabkan kemajuan teknologi tidak bisa dihindari dalam kehidupan ini. Dwiningrum (dalam Ngafifi, 2014: 34) menyatakan bahwa perkembangan dunia IPTEK telah memberikan sumbangsih terhadap kemajuan peradaban umat manusia. Kemajuan teknologi memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan manusia. Menurut Rahayu (2014: 1) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya memberikan kemudahan dan dampak positif bagi manusia. Namun seringkali dibarengi dengan permasalahan – permasalahan baru terkait etika, moral, dan isu-isu global yang dapat mengancam martabat dan kelangsungan hidup manusia.
Perkembangan teknologi juga berpengaruh terhadap meningkatnya daya saing dan kompetisi individu didalam masyarakat. Salah satu upaya untuk mampu bertahan dan menyesuaikan diri dalam kemajuan era globalisasi yaitu memiliki kemampuan literasi sains (Alam, Utari, dan Karim, 2015: 317). Pendidikan memiliki peranan penting dalam menyiapkan sumber daya manusia berkualitas. Pendidikan diharapkan mampu menumbuhkan keterampilan berpikir logis, berpikir kritis, kreatif, berinisiatif dan adaptif
2
terhadap perubahan dan perkembangan. Keterampilan-keterampilan tersebut akan menghantarkan siswa memiliki kemampuan literasi sains (Ngertini, Sadia dan Yudana, 2013: 2). Literasi sains menurut Firman (dalam Herdianti, 2013: 1) didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasikan pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, kemampuan memahami dan membuat keputusan berkenaan dengan alam serta perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia.
Literasi sains merupakan kunci dari pembelajarn IPA. Wenning (dalam Arief, 2015: 167) mengemukakan bahwa pentingnya literasi sains berhubungan dengan bagaimana siswa mampu menghargai alam dengan memanfaatkan sains dan teknologi yang dikuasainya. Siswa yang berliterasi sains akan menjaga dan menghargai alam, mengetahui tujuan dan batasan antara sains dan teknologi, dan mempunyai ide dan solusi mengenai persoalan yang berhubungan dengan sains dan teknologi. Toharudin, Hendrawati, dan Rustaman (2011: 3) menyatakan bahwa kemampuan literasi sains dapat membantu siswa dalam memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan, serta perkembangan ilmu pengetahuan. Jika siswa tidak memiliki dan menguasai literasi sains tentunya akan sulit untuk menyesuaikan diri dan bersaing dalam lingkungan masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi.
3
Kompetensi literasi sains merupakan salah satu ranah studi Programme for Internasional Student Assessment (PISA). Penilaian PISA pertama kali dilaksanakan pada tahun 2000 dengan peserta sebanyak 41 negara (Hariadi, 2009: 2). Menurut Novita (dalam Sulastri, Johar dan Munzir, 2014: 13) PISA merupakan salah satu penilaian tingkat internasional yang diselenggarakan setiap tiga tahun sekali, melibatkan siswa berusia 15 tahun. Tujuan dari penilaian ini adalah mengevaluasi dan mengumpulkan informasi siswa terkait kemampuan membaca, matematika, dan literasi sains. untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari. Selain itu, PISA juga bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari
Melalui penilaian PISA dapat diketahui gambaran kemampuan literasi sains dunia. Setelah diukur melalui tes PISA, beberapa negara di dunia yang bergabung dalam OECD terbukti memiliki kemampuan literasi sains berkategori rendah. Dari hasil PISA 2012 hanya 1 % siswa dari seluruh anggota OECD yang memiliki kemampuan literasi sains tingkat tinggi. Sedangkan 18 % siswa anggota OECD memiliki kemampuan literasi sains tingkat rendah. Shanghai-China menduduki peringkat teratas dari 65 negara yang tergabung sebagai negara peserta dengan skor 580 poin (Thomson, Hillman dan Bortoli 2013: 125)
Indonesia merupakan salah satu negara yang secara rutin mengikuti PISA. Namun sangat disayangkan, prestasi Indonesia selalu berada di bawah standar internasional yang telah ditetapkan. Pada tahun 2006, Indonesia berada pada
4
urutan ke- 53 dari 57 negara peserta. Sedangkan pada tahun 2009, kemampuan literasi sains anak Indonesia berada pada peringkat ke- 62 dari 65 negara peserta (Zuriyani, 2003: 5). Selanjutnya, berdasarkan laporan hasil PISA 2012 dituliskan bahwa rata-rata nilai sains siswa Indonesia adalah 382, dimana Indonesia menempati peringkat kedua terbawah dari seluruh negara peserta PISA (OECD, 2014: 37). Rerata skor siswa Indonesia selalu dibawah rerata skor Internasional, hal ini mencerminkan bahwa literasi sains siswa Indonesia masih rendah (Wasih, 2013: 12).
Penelitian yang dilakukan Anggraini (2014: 169) mengenai kemampuan literasi sains siswa kelas X di Solok menunjukkan bahwa capaian literasi sains siswa masuk dalam kategori rendah. Dari hasil penelitian diketahui bahwa siswa belum mampu mengidentifikasi masalah, menjelaskan dan menerapkan pengetahuan ilmiah serta menghubungkan konsep yang dimilikinya dengan kehidupan sehari-hari, Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Odja dan Payu (2014: 42-45) menunjukkan hasil serupa. Kemampuan literasi sains siswa barada pada kategori nominal Pada kategori ini siswa hanya mampu menyatakan satuju atau tidak setuju terhadap pernyataan orang lain, siswa tidak dapat memunculkan pernyataan berdasarkan pemikiran sendiri.
Rendahnya kemampuan literasi sains siswa Indonesia ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain kurikulum dan sistem pendidikan, pemilihan metode dan model pengajaran oleh guru, sarana dan fasilitas belajar, sumber belajar, bahan ajar, dan lain sebagainya (Kurnia, Zulherman, dan Fathurohman, 2014: 1). Hal ini diperkuat oleh pernyataan
5
Trianto (dalam Fitriani, Hairida, dan Lestari, 2014: 2) bahwa proses pembelajaran sains di sekolah–sekolah Indonesia kurang melatih literasi sains siswa. Pembelajaran sains saat ini cendrung hanya menghafalkan konsep, teori dan hukum saja. Sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
Rendahnya kemampuan literasi sains siswa, menurut Sardiman (dalam Bagiarta, Karyasa, dan Suardana, 2015: 3) dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor individual dan faktor sosial. Motivasi berprestasi merupakan faktor individual yang berasal dari dalam diri siswa. Sedangkan menurut Guswita (2014: 3) banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor tersebut diantaranya faktor internal dan faktor eksternal. Kurangnya minat, motivasi, kesulitan mengatur waktu belajar merupakan beberapa contoh faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar. Sedangkan faktor eksternal diantaranya yaitu kurang mendapat perhatian orang tua, lingkungan yang kurang mendukung sehingga menyebabkan anak malas belajar.
Berkaitan dengan rendahnya literasi sains siswa Indonesia, perlu dilakukan upaya perbaikan terhadap pembelajaran sains di sekolah. Oleh karena itu, peneliti melakukan uji literasi sains di lingkup Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu dengan dasar untuk mengetahui gambaran mengenai capaian literasi sains siswa SMP se-Kecamatan Pagelaran. Sehingga nantinya hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi dan informasi yang akurat untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di tingkat sekolah.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana profil kompetensi literasi sains siswa SMP Kelas IX SeKecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada Tahun Ajaran 2015/2016? 2. Bagaimana profil kompetensi literasi sains siwa siswa SMP Kelas IX SeKecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada Tahun Ajaran 2015/2016 berdasarkan status sekolah? 3. Bagaimana profil kompetensi literasi sains siwa siswa SMP Kelas IX SeKecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada Tahun Ajaran 2015/2016 berdasarkan gender? 4. Apa saja faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kompetensi literasi sains siswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Gambaran mengenai profil kompetensi literasi sains siswa SMP kelas IX SeKecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada tahun ajaran 2015/2016. 2. Gambaran mengenai profil kompetensi literasi sains siwa SMP kelas IX SeKecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada tahun ajaran 2015/2016.berdasarkan status sekolah.
7
3. Gambaran mengenai profil kompetensi literasi sains siwa SMP kelas IX SeKecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada tahun ajaran 2015/2016. berdasarkan gender. 4. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi tingkat kemampuan literasi sains siswa.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Peneliti, yaitu untuk mendapatkan wawasan dan gambaran tentang profil literasi sains pada siswa SMP sehingga jika peneliti dapat melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran nantinya ketika menjadi seorang guru. 2. Peneliti lain, yaitu menjadi bahan referensi untuk memudahkan peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian terkait dengan literasi sains 3. Guru, yaitu memberikan refleksi kepada guru mengenai kemampuan siswa dalam litersi sains serta dapat menjadi bahan pertimbangan guru untuk melakukan proses perbaikan dalam melakukan pembelajaran 4. Siswa, yaitu memberikan pengalaman dalam mengenal dan menyelesaikan soal-soal bertaraf PISA. 5. Sekolah, memberikan gambaran kemampuan literasi sains siswa SMP saat ini dan dapat dijadikan sebagai masukan dalam mengevaluasi kurikulum yang diterapkan di sekolah. Sehingga sekolah dapat mengembangkan pembelajaran dengan lebih baik agar dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan memaksimalkan kemampuan dalam literasi sains.
8
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap masalah yang akan dibahas, maka diberikan batasan masalah sebagai berikut: 1. Profil kompetensi yang diukur dalam penelitian ini adalah kompetensi yang berkenaan dengan aspek yang diatur dalam tes PISA 2006 meliputi kemampuan mengidentifikasi permasalahan ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah dan menggunakan bukti-bukti ilmiah. 2. Literasi sains adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan buktibukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. 3. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP kelas IX se-Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu Tahun Ajaran 2015/2016. 4. Sampel dalam penelitian ini adalah 50% dari jumlah keseluruhan siswa SMP se- Kecamatan Pagelaran yang dipilih melalui teknik purposive sampling. 5. Kemampuan literasi sains yang dianalisis diperoleh melalui tes tertulis berjumlah 30 soal yang terdiri atas soal berbentuk pilihan ganda, pertanyaan “ya/tidak”, isian singkat dan uraian terbuka. 6. Materi pokok yang digunakan dalam tes pada penelitian ini adalah keanekaragaman hayati (kelas VII KD 7.2), materi pokok yang digunakan dalam tes pada penelitian ini adalah keanekaragaman hayati (kelas VII KD 7.2), peran manusia dalam pengelolaan lingkungan (Kelas VII KD 7.4),
9
sistem gerak (kelas VIII KD 1.3), sistem pencernaan (kelas VIII KD 1.4), sistem pernapasan (kelas VIII KD 1.5), dan sistem kordinasi dan alat indra (kelas IX KD 1.3 semester ganjil). 7. Instrument tes literasi sains yang digunakan adalah soal literasi sains PISA 2006 bidang biologi. 8. Pendistribusian kuisioner kepada siswa dan guru untuk memperoleh data pendukung mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi literasi sains siswa. 9. Faktor – faktor yang mempengaruhi literasi sains siswa dalam penelitian ini terbagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi motivasi belajar IPA, kebiasaan belajar, dan minat melanjutkan sekolah. Sedangkan faktor eksternal meliputi fasilitas sekolah, latar belakang pendidikan orang tua, bimbingan orang tua saat siswa di rumah, dan profesionalisme guru.
F. Kerangka Pikir
IPA pada hakikatnya merupakan ilmu untuk mencari tahu dan memahami alam semesta secara sistematik. IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep atau prinsip melainkan merupakan proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana untk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Hakikat IPA meliputi empat unsur, yaitu: produk proses, aplikasi dan sikap. Keempat unsur tersebut membentuk metode pembelajaran sains yang mengutamakan pembelajaran kontekstual dengan menggunakan metode ilmiah.
10
Berlandaskan mengenai hakikat IPA tersebut maka dibentuklah kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran merupakan suatu program yang diperuntukkan membelajarkan siswa, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku. Kurikulum merupakan dokumen rencana pembelajaran serta memberikan acuan atau landasan apa yang akan diajarkan. Kurikulum tanpa adanya pembelajaran hanyalah sebuah rencana belaka. Kurikulum IPA menekankan pada pembelajran yang seimbang antara konsep, proses dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada siswa untuk mengembangkan kompetensi dan mengembangkan konsepkonsep yang didapat, sehingga siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA memberikan pengalaman belajar yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan memiliki pemikiran yang lebih luas. Pembelajaran IPA juga merupakan cara yang paling tepat untuk memperoleh keterampilan-keterampilan, sikap dan pengembangan penguasaan konsep. Sehingga siswa dapat mengaitkan pengetahuan yang diperoleh dengan situasi dan kondisi nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Pelaksanaan pembelajaran IPA memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam penguasaan pengetahuan IPA. Faktor-faktor tersebut diantaranya motivasi belajar IPA. Motivasi belajar yang dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar
11
memungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula. Artinya semakin tinggi motivasinya, semakin tinggi pula usaha yang dilakukan. Dengan peningkatan motivasi belajar maka siswa akan tergerak, terarahkan sikap dan prilaku siswa dalam belajar. Kebiasaan cara belajar juga menjadi faktor yang mempengaruhi pembelajaran IPA. Hal ini dikarenakan IPA bukan hanya sekedar konsep atau teori saja, sehingga tentu berbeda antara siswa yang kebiasaan belajarnya hanya sekedar membaca saja dengan siswa yang mencoba pengetahuan yang diperoleh.
Ketersediaan fasilitas sekolah yang memadai juga mempengaruhi proses pembelajaran IPA. Fasilitas sekolah yang lengkap tentu akan mempermudah proses belajar mengajar. Fasilitas tersebut seperti adanya laboratorium, perpustakaan dan adanya akses internet. Kebedaaan laboratorium tentu sangat menunjang proses belajar IPA mengingat banyak percobaan yang bisa dilakukan di laboratorium. Selain itu profesionalisme guru juga mempengaruhi hasil dari pembelajaran IPA. Meskipun fasilitas sekolah lengkap jika tidak didampingi oleh guru yang berkualitas hasilnya pun tidak akan maksimal. Kurang kompeten dan keterbatasan pengetahuan guru dalam penyampaian materi baik dalam hal metode ataupun penunjang pokok pembelajaran lainnya akan berpengaruh terhadap pembelajaran.
Kegiatan belajar pada dasarnya berlangsung secara terus menerus, maka dari itu orang tua memilki peranan penting bagi pendidikan anak. Pentingnya bimbingan belajar orangtua terhadap pendidikan anak bisa diterapkan melalui perhatian terhadap kegiatan belajar anak di rumah dan hal-hal yang
12
berhubungan dengan pendidikan di sekolah. Siswa yang mendapat bimbingan belajar dari orang tua akan memiliki motivasi belajar yang lebih dibandingkan siswa yang tidak mendapat bimbingan di rumah.
Melalui pembelajran IPA juga ditanamkan kemampuan literasi sains. Literasi sains menjadi penting untuk dikuasai siswa karena dengan memiliki kemampuan literasi sains maka siswa dapat memahami lingkungan hidup, kesehatan, isu-isu global dan masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat sudah dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Hakikat IPA
Kurikulum IPA
Faktor Internal : 1. Motivasi belajar 2. Kebiasaan belajar 3. Minat melanjutkan sekolah
Pembelajaran IPA
Literasi Sains: 1. Secara umum 2. Berdasarkan gender 3. Berdasarkan status sekolah
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Faktor Eksternal: 1. Fasilitas sekolah 2. Latar belakang pendidikan orang tua 3. Bimbingan orangbtua saat di rumah 4. Proses pembelajaran 5. Profesionalisme guru
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kurikulum dan Pembelajaran IPA
Definisi tentang IPA (sains) telah banyak dikemukaan oleh para ahli, antara lain menurut Tawil dan Liliasari (2014: 7), IPA merupakan kumpulan dari pengetahuan fakta, konsep, dan proses. Sains tidak hanya sekedar pengetahuan yang bersifat ilmiah saja melainkan terdapat pula dimensi-dimensi ilmiah yang menjadi bagian sains. Kubicek (dalam Ali, Suastra dan Sudiatmika, 2013: 2) menyatakan bahwa IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Berdasarkan pengertian IPA yang sudah diuraikan sebelumnya Toharudin, Hendrawati, dan Rustaman ( 2011: 28) mengemukakan bahwa hakikat sains terbagi dalam tiga unsur utama yaitu : a. Sikap; sikap ini merupakan kecenderungan individu untuk berprilaku dalam memecahkan masalah. b. Proses; tata cara pemecahan masalah melalui langkah-langkah tertentu yang sistematis (metode ilmiah) .
14
c. Produk; berupa fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum. Pelaksanaannya berupa penerapan metode ilmiah dalam kehidupan sehari-hari
Sementara itu Trianto (dalam Ulum, 2014: 1) menyatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengatahuan dan konsep. Sedangkan sebagai suatu proses IPA, merupakan proses atau cara yang digunakan untuk mempelajari objek studi. IPA sebagai aplikasi merupakan penerapan dari teori-teori IPA yang akan memberikan sumbangsih dalam perkembangan teknologi.
Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan. Dirjen PMPTK (2008: 9) menyatakan bahwa dengan beragamnya pendapat mengenai pengertian kurikulum, maka secara teoritis cenderung sulit untuk menentukan satu pengertian yang dapat merangkum semua pendapat. Pada saat ini istilah kurikulum memiliki empat dimensi pengertian, satu dimensi dengan dimensi lainnya saling berkaitan. Keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu: 1. kurikulum sebagai suatu ide/gagasan. 2. kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai ide / gagasan. 3. kurikulum sebagai suatu kegiatan atau suatu rencana tertulis. 4. kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran merupakan suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program
15
tersebut siswa dapat melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Kurikulum sebagai pengalaman belajar merupakan serangkaian pengalaman belajar. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum (Hamalik, 2001: 18).
Berkaitan dengan kualitas kurikulum, Oliva (dalam Anjarsari, 2014: 3) menyatakan bahwa pemerintah Indonesia telah berupaya menyempurnakan kurikulum. Dalam dunia pendidikan Indonesia sudah beberapa kali mengalami perubahan dan perbaikan kurikulum. Kurikulum yang ada merupakan langkah perbaikan dari kurikulum-kurikulum yang berlaku sebelumnya. Perubahan tersebut terjadi karena adanya perubahan pada sistem politik, sosial, budaya, ekonomi, dan IPTEK dalam masyarakat. BPPDPN (2007: 1) menuturkan bahwa untuk membangun pendidikan yang berkualitas perlu dirancang suatu sistem yang dapat menjawab harapan dan tantangan terhadap perubahanperubahan yang terjadi. Salah satu komponen yang mempunyai andil besar dalam dunia pendidikan adalah kebijakan mengenai kurikulum. Untuk itu, kurikulum dimasa depan perlu dirancang dan disempurnakan. Sehingga nantinya kualitas sumber daya manusia Indonesia dapat meningkat dan mampu bersaing dikancah nasional maupun internasional.
Berikut merupakan pemaparan dari beberapa kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia. Siskandar (dalam Tim Peneliti Balitbang Sumut , 2005: 18), mendefinisikan bahwa kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
16
merupakan pengembangan kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi yang seharusnya dimiliki siswa setelah menyelesaikan pendidikan, yang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai dan pola pikir serta mengaplikasikan pengetahuan yang telah pelajari. Menurut Toharudin, Hendrawati, dan Rustaman (2011: 57) rumusan tujuan pembelajaran sains dituangkan dalam kurikulum sains dan dijabarkan dalam bentuk kompetensikompetensi standar yang harus dikuasai oleh siswa
Berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi, Depdiknas (2003: 2 ) menyatakan secara khusus fungsi dan tujuan IPA disebutkan sebagai berikut: 1. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah. 3. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains (literasi sains) dan teknologi. 4. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup dimasyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi Dari fungsi dan tujuan tersebut kiranya jelas bahwa kurikulum pendidikan IPA di Indonesia sudah mengarahkan siswa untuk memiliki kemampuan literasi sains. Hal ini tergambar jelas pada point ketiga yang menyatakan bahwa salah satu fungsi dan tujuan IPA adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi.
Kurikulum lainnya yang juga diterapkan di Indonesia adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Dalam KTSP pembelajaran IPA di tingkat Sekolah Menengah Pertama disajikan secara terpadu. Keterpaduan tersebut
17
memberikan makna bahwa persoalan IPA dapat dikaji dari aspek fisika, kimia ataupun biologi. Salah satu tujuan pembelajaran sains yang dikembangkan oleh KTSP adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk mengetahui dasar-dasar sains dalam rangka penguasaan IPTEK (Yuliastuti, 2009: 15). Berdasarkan penjelasan diatas KTSP dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. Hal ini jelas menggambarkan bahwa KTSP juga sudah menghantarkan siswa untuk memiliki kemampuan literasi sains atau melek sains.
Pemerintah dalam kurikulum 2013 mengamanahkan bahwa mata pelajaran IPA SMP dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science, berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan sikap peduli dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Tujuan pembelajaran secara umum untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara seimbang (Anjarsari, 2013: 2). Pada implementasi kurikulum 2013, pembelajaran IPA dikembangkan dengan pendekatan scientific.Pendekatan ini menekankan lima unsur (5M) yaitu mengamati, mengukur, menanya, mencoba, dan mengkomunikasikan. Dalam kurikulum 2013 siswa lebih mengedepankan dan mengembangkan pola pikir dengan daya analisis sehingga nantinya siswa dapat memecahkan masalahnya sendiri. Hal ini sejalan dengan tujuan literasi sains yaitu mampu menggunakan metode ilmiah/ melek sains dalam memecahkan masalah pada kehidupan sehari-hari (Lukman, Suwono, dan Suarsini, 2014: 2).
18
Pendidikan Indonesia telah beberapa kali mengalami pergantian kurikulum. Lederman (dalam Anjarsari, 2014: 3) menyatakan bahwa selama bertahuntahun model kurikulum dan pembelajaran didesain dan dirancang untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA. Pada akhirnya semua model kurikulum tersebut mengarah pada literasi sains Berdasarkan uraian mengenai kurikulum di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya kurikulum yang diberlakukan di Indonesia sudah mengarahkan siswa untuk memiliki kemampuan literasi sains. Hal ini tergambar jelas pada setiap fungsi dan tujuan pada masing-masing kurikulum. Tentunya setiap kurikulum memiliki karakteristik kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga sebenarnya kurikulum yang diterapkan saat ini merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya. Sehingga untuk masa mendatang berkemungkinan untuk muncul kurikulum baru sebagai upaya untuk menghadapi tantangan global yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan hasil kajian terhadap kurikulum sains, konsep pembelajaran yang terfokus pada literasi sains dapat menjadi alternative pembelajaran yang diterapkan di sekolah. Konsep pembelajaran yang berorientasi sains bersifat fleksibel dan memiliki keunikan khusus yang menunjukkan identitas pembelajaran sains yang sesungguhnya. Dengan kata lain konsep literasi sains dapat diterapkan pada semua jenis kurikulum (Toharudin, Hendrawati dan Rustaman, 2011: 51).
Kurikulum sains di Indonesia hingga saat ini masih memiliki beberapa kelemahan yang harus diperbaiki dan disempurnakan. Berkenaan dengan
19
kemampuan sains terutama berkenaan dengan materi literasi sains, Toharudin, Hendrawati, dan Rustaman (2011: 65) merekomendasikan beberapa hal ke depan sebagai perbaikan : a. Kurikulum sains hendaknya menekankan pembelajaran sains yang seimbang antara konsep, proses dan aplikasinya b. Pembelajaran sains hendaknya dapat menumbuhkan kepercayaan diri siswa bahwa mereka mampu mempelajari sains, bukan hanya konsepnya tetapi juga harus disertai pengembangan sikap dan keterampilan ilmiah. c. Sistem penilaian hendaknya direncanakan secara matang unuk mengukur pengetahuan dan konsep keterampilan proses sains, penalaran tingkat tinggi (kritis, logis, kreatif), menggunakan asesment portofolio dan kinerja ilmah..
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan gambaran proses pembelajaran dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran merupakan landasan implementasi suatu pendekatan, metode dan pembelajaran. Membangun Kemampuan literasi sains dapat ditanamkan kepada siswa melalui pembelajaran di kelas. Tentunya terdapat model-model pembelajaran yang tepat dan sesuai yang dapat diterapkan di kelas. Toharudin, Hendrawati dan Rustaman (2011: 79-109) menyatakan terdapat enam model pembelajran yang dapat membangun literasi sains siswa yaitu pendekatan sains terpadu, inquiri, pendekatan Science- Technology- Society (STM), pembelajaran kontekstual, pembelajaran berbasis masalah dan belajar tuntas ( mastery learning).
Berikut ini merupakan penjabaran dari setiap model pembelajaran yang dapat membangun kemampuan literasi sains siswa. Proses pembelajaran yang pertama adalah inquiri. Menurut Fitriani, Hairida dan Lestari (2014: 8) model pembelajaran inquiri merupakan pembelajaran aktif yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan memecahkan
20
masalah, mengambil keputusan dari masalah yang dihadapi. Melalui pembelajaran ini siswa dilatih untuk dapat mengaitkan materi yang didapat dengan situasi nyata yang siswa hadapi. Selain itu, menurut Coulburn (dalam Utami, Dasna, dan Sulistina, 2013: 2) pembelajaran inquiri merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir dalam memahami fenomena alam dan menemukan konsep pembelajaran bagi diri sendiri.
STM (Science- Technology- Society) merupakan pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan literasi sains. Pembelajaran menggunakan pendekatan STM dapat melatih siswa melakukan pembelajaran secara mandiri, menemukan konsep dari materi pembelajaran (Gunarto dan Hidayah, 2014: 28). Menurut Yaser (dalam Hakim, 2012: 3) model pembelajaran STM merupakan pembelajaran yang melibatkan isu sains yang dihadapi masyarakat dan dipengaruhi oleh perkembangan teknologi serta terkait langsung dengan kehidupan sehari-hari. Dengan pembelajaran seperti ini, maka siswa dapat memiliki kemampuan literasi sains yang bermanfaat untuk memahami alam sekitar serta mengambil tindakan dalam menghadapi masalah.
Pendekatan lain yang juga digunakan dalam pembelajaran sains adalah CTL (contextual teaching learning). Mulyani( 2013: 116) menyatakan bahwa pendekatan CTL (contextual teaching learning) ini menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk dapat menemukan dan menghubungkan materi yang dipelajari dengan situasi dan keadaan dikehidupan nyata, sehingga siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pendekatan ini siswa
21
dapat lebih mudah dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL (contextual teaching learning) memberikan kontribusi dalam membangun kemampuan literasi sains siswa.
Metode lain yang tepat untuk menanamkan kemampuan literasi sains adalah Problem Based Learned. Metode PBL merupakan metode pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan –permasalahan dunia. PBL merupakan pembelajaran aktif dan pendekatan pembelajaran berpusat pada masalah yang tidak terstruktur yang digunakan sebagai titik awal dalam proses pembelajaran (Wulandari, 2013: 3). Pembelajaran berbasis masalah mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan menerapkan keterampilan dalam memecahkan masalah berdasarkan kemampuan sendiri ataupun kerjasama dalam kelompok. Pada intinya PBL merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan masalah nyata, yang disajikan diawal pembelajaran (Putra, 2012: 22).
Pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran siswa aktif dalam menemukan konsep sendiri diantaranya adalah discovery. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip, dan guru mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan siswa menemukan konsep dan prinsip – prinsip untuk diri mereka sendiri (Widiadnyana, Sadia, Suastra, 2014). Menurut Ruseffendi (dalam Rahman dan Maarif, 2014: 36) metode discovery merupakan metode mengajar yang dirancang siswa memperoleh pengetahuan baru tanpa
22
pemberitahuan langsung dari guru tetapi sisiwa menemukan pengetahuan tersebut sendiri. Diharapkan, jika sisiwa aktif terlibat didalam menemukan suatu prinsip sendiri, siswa akan memahami konsep lebih baik dan akan mampu mengingat dalam kurun waktu yang lama.
Pemahaman tentang karakteristik IPA berdampak pada proses belajar IPA di sekolah. Cakupan dan proses belajar IPA di sekolah memiliki karakteristik tersendiri yaitu diantaranya proses belajar IPA melibatkan hampir seluruh indera, dan proses berpikir serta menggunakan berbagai macam cara/teknik. Selain itu belajar IPA juga memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu pengamatan. Belajar IPA juga melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah, studi kepustakaan, dan yang lainnya untuk memperoleh penguatan terhadap hasil temuan. Selain itu belajar IPA juga merupakan proses aktif. Keaktifan dalam belajar IPA terwujud dalam keaktifan bertindak dan berpikir (Djojosoediro, 2009: 21-22).
Belajar sains merupakan cara yang paling tepat untuk memperoleh keterampilan-keterampilan, sikap dan pengembangan penguasaan konsep yang berkaitan dengan pengalaman sehari-hari. Kubicek (dalam Ali, Suastra, dan Sudiatmika, 2013) mengatakan proses pembelajaran IPA mengutamakan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inquiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih detail dan mendalam tentang alam
23
Pembelajaran IPA menitikberatkan pada membelajarkan siswa secara aktif untuk berinteraksi dengan objek nyata. Koes (dalam Ali, Suastra, dan Sudiatmika, 2013) mengatakan pada pelaksanaannya proses pembelajaran IPA menunjukkan fakta bahwa pembelajaran IPA belum berjalan dengan tepat. Beberapa fakta tersebut diantaranya : a. Proses pembelajaran berpusat pada guru bukan pada siswa. Dengan ceramah sebagai metode yang paling dominan. b. Guru hanya memberikan informasi dari buku paket tanpa memberikan informasi dari sumber lain c. Guru hanya mementingkan ketercapaian target pengajaran dan nilai akhir siswa atau penyelesaian penyampaian semua bab tanpa memperhatikan penggunaan metode yang tepat
B. Literasi Sains
Programme for International Student Assessment (PISA) adalah studi internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun. Studi ini dikoordinasikan oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) yang berkedudukan di Paris, Perancis. PISA merupakan studi yang diselenggarakan setiap tiga tahun sekali, yaitu pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan seterusnya. Dalam melakukan studi ini, setiap negara harus mengikuti prosedur operasi standar yang telah ditetapkan, seperti pelaksanaan uji coba dan survei, penggunaan tes dan angket, penentuan populasi dan sampel, pengelolaan dan analisi data, dan pengendalian mutu (Litbang, 2015: 1).
24
Literasi sains merupakan salah satu kategori yang masuk dalam penilaian PISA. Terkait dengan definisi dari literasi sains, Firman (dalam Suciati dkk, 2014: 3) mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasikan petanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Definisi literasi sains ini memandang literasi sains bersifat multidimensional, bukan hanya pemahaman terhadap pengetahuan sains, melainkan lebih luas dari itu Literasi sains menurut OECD (dalam Sandi, Setiawan dan Rusnayati, 2015: 94) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi petanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia.
Literasi sains terdapat empat aspek yang melandasi penilaian PISA. Keempat aspek tersebut yaitu aspek konteks, pengetahuan, kompetensi dan sikap. Aspek konteks meliputi isu personal, lokal, nasional juga isu global. Sedangkan aspek pengetahuan merupakan sebuah pemahaman mengenai fakta, konsep dan penjelasan teori yang membentuk pengetahuan ilmiah. Aspek selanjutnya yaitu aspek kompetensi. Aspek ini meliputi kemampuan menjelaskan fenomena secara ilmiah, merancang dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah serta menginterpersi data dan fakta secara ilmiah. Aspek
25
terakhir yaitu aspek sikap. Pada aspek ini sikap diidentifikasikan dengan rasa ketertarikan pada sains dan teknologi (Nisa, Rochintaniawati dan Fitriani, 2015: 311).
Dalam pengujian kemampuan literasi sains PISA menggunakan soal sebagai alat ukur kemampuan literasi sains siswa. Adapun karakteristik soal PISA yang dinyatakan oleh Rustaman (2004 : 10-11) adalah sebagai berikut : a. Soal-soal yang mengandung konsep tidak langsung terkait dengan konsepkonsep dalam kurikulum manapun, tetapi diperluas. b. Menyediakan sejumlah informasi atau data dalam berbagai bentuk penyajian untuk diolah oleh siswa yang akan menjawabnya. c. Soal-soal PISA meminta siswa mengolah informasi dalam soal. d. Pernyataan yang menyertai pertanyaan dalam soal perlu dianalisis dan diberi alasan saat menjawabnya. e. Disajikan dalam bentuk yang bervariasi, bentuk pilihan ganda, isisan singkat, atau esai. f. Soal PISA mencakup konteks aplikasi (personal-komunitas-global, kehidupan-kesehatan-bumi, dan lingkungan-teknologi) yang kaya.
Literasi sains penting untuk dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan cara siswa itu dapat memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan, serta perkembangan ilmu pengetahuan. Tujuan pendidikan sains adalah meningkatkan kompetensi yang dibutuhkan siswa untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai
26
situasi. Dengan kompetensi itu, siswa mampu membangun dirinya untuk belajar lebih lanjut dan juga mampu bersaing ketika terjun kemasyarakat sekitarnya (Toharudin, Hendrawati, dan Rustaman, 2011: 3)
Terkait pentingnya literasi sains bagi siswa Sandi, Setiawan dan Rusnayati (2012: 94) menyatakan bahwa literasi sains penting untuk dikuasai oleh setiap individu karena hal ini berkaitan erat dengan cara individu untuk memahami lingkungn hidup dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat bergantung terhadap IPTEK. Literasi sains dapat dijadikan dasar atau landasan individu dalam mengambil suatu tindakan dengan mempertimbangkan akibat – akibat yang mungkin terjadi. Jadi, literasi sains bukan hanya berpengaruh terhadap IPTEK tetapi juga mempunyai pengaruh yang luas dalam kehidupan manusia yang dapat mencerminkan budaya suatu masyarakat.
Literasi sains dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan. Pertama, functional literacy yang merujuk pada kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia seperti pangan, kesehatan dan perlindungan. Kedua, civic literacy yang merujuk pada kemampuan seseorang untuk berpartisipasi secara bijak dalam bidang sosial mengenai isu yang berkenaan dengan sains dan teknologi, Ketiga, cultural literacy yang mencangkup kesadaran pada usaha ilmiah dan persepsi bahwa sains merupakan aktivitas intelektual yang utama (Zuriyani, 2003: 3).
27
Lebih rinci Holbrook dan Rannikmae (2009: 279) menyatakan dalam penilaian literasi sains dapat dibedakan pada empat tingkatan, ke empat tingakatan tersebut adalah sebagai berikut : a. Nominal ; siswa hanya mengetahui istilah ilmiah, tetapi tidak paham mengernai arti dari istilah tersebut. b. Fungsional; siswa sudah dapat menggunakan kosakata ilmiah dan teknologi. c. Konseptual dan prosedural; siswa telah memiliki pemahaman mengenai hubungan antar konsep-konsep yang ada serta sudah dapat menggunakan proses ilmiah dengan tepat d. Multidimensi; siswa tidak hanya memiliki pemahaman, namun telah mengembangkan pengetahuan yang dimiliki dan mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Penilaian literasi sains, PISA (OECD, 2000: 77) menetapkan lima komponen proses sains yaitu: a. Mengenal pertanyaan ilmiah, yaitu pertanyaan yang dapat diselidiki secara ilmiah, seperti mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab oleh sains. a. Mengidentifikasi bukti yang diperlukan dalam penyelidikan ilmiah. Proses ini melibatkan identifikasi atau pengajuan bukti yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dalam suatu penyelidikan sains, atau prosedur yang diperlukan untuk memperoleh bukti itu.
28
b. Menarik dan mengevaluasi kesimpulan. Proses ini melibatkan kemampuan menghubungkan kesimpulan dengan bukti yang mendasari atau seharusnya mendasari kesimpulan itu. c. Mengkomunikasikan kesimpulan yang valid, yakni mengungkapkan secara tepat kesimpulan yang dapat ditarik dari bukti yang tersedia. d. Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains, yakni kemampuan menggunakan konsep-konsep dalam situasi yang berbeda dari apa yang telah dipelajarinya.
Literasi sains dalam pelaksanaannya selalu mengalami perkembangan yang disesuaikan dengan perkembanagan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tabel berikut memberikan macam perbandingan literasi sains pada tahun 2000 dan 2003 (Rustaman, 2004: 11). Tabel 1. Perbandingan literasi sains pada tahun 2000 dan 2003 Area Penilaian Dimensi konten
Dimensi Proses
Literasi sains 2000 Konsep-konsep biologi, fisika, kimia, dan IPBA, yang terkait pada tema utama Bentuk dan fungsi, biologi manusia, perubahan fisiologis, keberagaman makhluk hidup, pengendalian genetik dan ekosistem Struktur dan sifat materi, perubahan atmosfer, perubahan fisik dan kimia, transformasi energi, gerak dan gaya Bumi dan kedudukannya di alam semesta dan perubahan geologis Kemampuan atau proses mental yang terlibat ketika menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti: Mengenal pertanyaan yang dapat dijawab dalam sains Identifikasi bukti Interpretasi bukti Menerangkan kesimpulan sesuai bukti yang ada
Literasi sains 2003 Area pengetahuan ilmiah dan konsep seperti : Biodiversitas Gaya dan perpindahan Perubahan fisiologis
Kemampuan menggunakan pengetahuan ilmiah dan pemahaman , memperoleh interpretasi dan bertindak terhadap bukti: Memberikan dan menjelaskan prediksi fenomena ilmiah Memahami investigasi ilmiah Interpretasi bukti ilmiah dan kesimpulan
29
Dimensi Situasi
Konteks sains, terfokus pada pengunaan yang terkait dengan Kehidupan dan kesehatan Bumi dan lingkungan Teknologi Relevensi : Pribadi, komunitas, global
Konteks, sains terfokus pada penggunaan yang terkait dengan : Kehidupan dan kesehatan Teknologi
Tabel 2. Perbandingan pengujian area literasi sains antara 2006 dan 2009 ( Bybee, McCrae dan Laurie: 2009 ) Assesmen Area Dimensi Konten
Literasi Sains 2006 Konsep –konsep bioogi, fisika, kimia, IPBA dan teknologi
Dimensi Proses
Protes sains dalam PISA dibagi menjadi 3 aspek: mengidentifikasi pertanyaan ilmiah menjelaskan fenomena secara ilmiah menggunakan bukti ilmiah
Dimensi Konteks
Konteks sains, terfokus pada penggunaan yang terkait dengan: kesehatan Sumber daya alam Mutu lingkungan Bahaya dan Perkembangan mutakhir sains dan teknologi Relevensi: pribadi, komunitas, global
Literasi Sains 2009 Konsep-konsep biologi, fisika, kimia, IPBA dan teknologi Proses sains dalam PISA dibagi menjadi 3 aspek mengidentifikasi pertanyaan ilmiah menjelaskan fenomena secara ilmiah menggunakan bukti ilmiah Konteks sains, terfokus pada penggunaan yang terkait dengan: Kesehatan Sumber daya alam Mutu lingkungan Bahaya dan Perkembangan mutakhir sains dan teknologi Relevensi: pribadi, komunitas, global
Berdasarkan hasil peringkat PISA, siswa Indonesia dimasukkan ke dalam kategori memiliki kemampuan literasi sains rendah. Skor siswa Indonesia cenderung mengalami penurunan namun pada tahun 2006 cenderung stabil atau tidak mengalami peningkatan. Hasil Studi PISA tahun 2009 menunjukkan tingkat literasi sains siswa Indonesia yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi tahun 2006. Tingkat literasi sains siswa Indonesia berada pada peringkat ke 57
30
dari 65 negara peserta dengan skor yang diperoleh 383 dan skor ini berada di bawah rata-rata standar dari PISA (OECD, 2009: 18).
Berikut ini merupakan penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh penulis. Penguasaan literasi sains siswa SMA kelas X di kota Solok diukur dengan soal-soal PISA 2006 oleh Anggraini (2014: 169) juga didapatkan hasil bahwa kemampuan literasi sains siswa masih kurang sekali, karena persentase yang didapatkan adalah 27,94% (rendah sekali ≤54% ). Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya capaian siswa berupa materi pelajaran yang belum pernah dipelajari, siswa tidak terbiasa mengerjakan soal yang menggunakan wacana, dan proses pembelajaran yang tidak mendukung siswa dalam mengembangkan kemampuan literasi sains.
Penelitian lain yang dilakukan Suciati, Resty, W. Itang, E. Nanang, Meikha, Prima dan Reni (2012: 7) bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan siswa ditinjau dari aspek literasi sains meliputi 3 aspek: konten, proses, dan konteks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains siswa ditinjau dari aspek konten (34,4%), aspek proses (32,61%), dan aspek konteks (35,91%). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan literasi sains pada aspek proses merupakan aspek kemampuan literasi sains rendah.
Beberapa hasil penelitian di atas, secara nyata memberikan gambaran rendahnya kemampuan literasi sains siswa Indonesia. Hal ini jelas membutuhkan perhatian serius untuk menindak lanjuti permasalahan tersebut.
31
Semua komponen pendidikan bertanggung jawab untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan literasi sains siswa.
C. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Literasi Sains
Rendahnya kemampuan literasi sains siswa Indonesia ini dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain kurikulum dan sistem pendidikan, pemilihan metode dan model pembelajaran oleh guru, sarana dan fasilitas belajar, sumber belajar, bahan ajar, dan lain sebagainya. Salah satu faktor yang secara langsung bersinggungan dengan kegiatan pembelajaran siswa dan mempengaruhi rendahnya kemampuan literasi sains siswa Indonesia adalah keberadaan sumber belajar siswa, dalam hal ini bahan ajar berbentuk buku, yang selama ini masih merupakan sumber utama pembelajaran siswa di sekolah (Kurnia, Zulherman dan Fathurohman, 2014: 43).
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor tersebut dikelompokkan dalam dua jenis yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri Faktor internal tersebut diantaranya kurangnya minat dan motivasi dalam belajar, sulit mengatur waktu belajar, serta kurang menjaga kesehatan sehingga menggangu proses belajar. Sedangkan faktor ekternal merupakan faktor merupakan faktor yang muncul dari luar diri siswa. Faktor eksternal tersebut diantaranya kurangnya perhatian dari orangtua, serta lingkungan yang kurang mendukung sehingga menyebabkan anak malas belajar (Guswita, 2014: 3).
32
Faktor lain yang mempengaruhi prestasi siswa adalah motivasi belajar, kebiasaan belajar, kelengkapan fasilitas sekolah, profesionalisme guru dalam mengajar, latar belakang siswa dan juga bimbingan orang tua ketika belajar di rumah. Menurut Hamdu dan Agustina (2011: 2) motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi siswa karena dengan adanya motivasi, siswa belajar lebih keras, ulet, tekun dan memiliki konsentrasi penuh dalam proses belajar pembelajaran. Dorongan motivasi dalam belajar merupakan salah satu hal yang perlu dibangkitkan dalam upaya pembelajaran.
Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar adalah kebiasaan belajar. Kebiasaan belajar sangat bergantung pada siswa itu sendiri. Slameto (dalam Siagian, 2015: 124) siswa yang memiliki kebiasaan belajar cendrung hidup dengan disiplin dan tanggung jawab dalam setiap tindakan belajarnya. Siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang baik memiliki keterampilan khusus yang dapat menunjang peningkatan prestasi belajarnya. Keterampilan tersebut diantaranya pembuatan jadwal belajar yang terstruktur, membuat catatan yang menarik, selalu mengulang pelajaran yang didapat dirumah. Pada intinya, siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang baik maka memiliki hasil belajar dan prestasi yang baik pula.
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap prestasi siswa adalah bimbingan orang tua di rumah. Untuk mendapatkan prestasi yang maksimal, peran dan sikap orang tua dalam mendampingi di saat anak belajar sangat dibutuhkan. Sikap orang tua yang menunjang ini, misalnya memberi waktu kepada anak untuk berfikir, merenung, dan berkhayal. Kegiatan bimbingan belajar
33
dilakukan untuk memecahkan hambatan belajar anak sehingga dapat menyesuaikan diri dengan situasi belajarnya, serta dapat mengembangkan keterampilan belajar anak, membentuk kebiasaan belajar konsisten dan dapat mencapai prestasi semaksimal mungkin sesuai potensi yang dimiliki oleh anak (Kharisma, 2015: 3).
Ketersediaan dan kelengkapan fasilitas belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Fasilitas belajar di sekolah memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Fasilitas yang memadai dapat menunjang siswa dalam mencapai hasil belajar yang optimal (Rejeki, 2013: 1). Hal ini diperkuat oleh pendapat AlQomariyatin (2013: 2) bahwa kelengkapan fasilitas belajar siswa baik di rumah ataupun di sekolah sangat penting untuk memotivasi siswa agar giat belajar. Dengan lengkapnya fasilitas belajardapat menunjang proses belajar, sehingga siswa rajin untuk belajar.
Kompetensi profesional guru juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Marno (dalam Irshad, 2013: 20) guru dapat dikatakan professional jika guru tersebut menguasai bidang studi yang diajarkan, memahami keadaan siswa, memamhami prinsip-prinsip dan teknik mengajar serta menguasai cabang ilmu pengetahuan yang relevan dengan bidang studinya. Sedangkan Nurjanah (2011: 2) menyatakan bahwa guru dikatakan profesional jika guru tersebut mempunyai kemampuan mengajar yang baik, ijasah atau gelar kependidikan serta mampu membuat perencanaan pembelajaran yang baik.
34
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap bulan Februari 2016 di SMP se- Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu tahun ajaran 2015-2016. B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP sekecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu tahun ajaran 2015/2016 yang tersebar pada delapan sekolah yang berbeda. Keseluruhan sekolah menengah pertama di Kecamatan Pagelaran terdiri dari dua sekolah negeri dan enam sekolah swasta.
Sampel dalam penelitian ini adalah 50% dari jumlah populasi tiap sekolah, namun untuk sekolah yang hanya memiliki siswa kelas IX sebanyak satu kelas maka keseluruhan siswanya dapat dijadikan sampel. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yang menurut Arikunto (2010: 183) adalah pengambilan sampel dengan kriteria atau tujuan yang diinginkan oleh peneliti.
35
Data populasi dan sampel dari masing-masing sekolah dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Tabel 3). Tabel 3. Data populasi dan sampel No
Sekolah
Populasi
Sampel
(siswa)
(siswa)
1
SMP N 1 Pagelaran
304 siswa
152 siswa
2
SMP N 3 Pagelaran
92 siswa
46 siswa
3
SMP Muhammadiyah 1 Pagelaran
16 siswa
16 siswa
4
SMP Muhammadiyah 2 Pagelaran
18 siswa
18 siswa
5
SMP PGRI 1 Pagelaran
54 siswa
54 siswa
6
SMP 17 1 Pagelaran
33 siswa
33 siswa
7
SMP 17 2 Pagelaran
12 siswa
6 siswa
8
SMP Xaverius Pagelaran
25 siswa
16 siswa
554 siswa
341 siswa
Jumlah
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif (Sukardi, 2003: 14). Penelitian ini dilakukan untuk membuat deskripsi secara sistematis, akurat dan sesuai dengan kenyataan yang ada tanpa dikurangi atau dilebih-lebihkan mengenai kemampuan literasi sains siswa SMP se- Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu dalam tes literasi sains menggunakan soal PISA 2006. Tes soal PISA 2006 dipilih karena lebih memfokuskan pada literasi sains dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan pada setiap tahun pelaksanaannya, tes soal PISA memiliki fokus tertentu. Peneliti juga membagikan kuisioner kepada guru IPA dan sampel penelitian sebagai data pendukung untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi literasi sains.
36
D. Prosedur penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Prapenelitian Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah: a. Menyusun proposal penelitian. b. Mencari informasi terkait jumlah sekolah SMP yang ada di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. c. Membuat surat izin observasi untuk sekolah yang dijadikan sebagai tempat penelitian. d. Melakukan observasi ke sekolah dan meminta data siswa sebagai data awal untuk menentukan jumlah sampel penelitian. e. Menentukan jumlah sampel pada setiap sekolah yang diambil dari kelas IX. f. Mempersiapkan instrumen-instrumen yang diperlukan dalam penelitian yaitu kumpulan soal-soal PISA 2006 bidang IPA Biologi, kuisioner guru dan kuisioner siswa.
2. Pelaksanaan Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan rincian kegiatan sebagai berikut: a. Berdiskusi dengan guru terkait jadwal pelaksanaan dan teknis pelaksanaan penelitian. b. Mengkondisikan peserta didik yang dijadikan sampel penelitian.
37
c. Membagikan soal literasi sains kepada sampel dan memberikan waktu menyelesaikan 80 menit. Menjelaskan petunjuk pengerjaan soal. d. Membagikan kuisioner kepada sampel penelitian dengan waktu penyelesaian 30 menit. e. Membagikan kuisioner kepada guru IPA terpadu. f. Menganalisis dan memberikan skor terhadap lembar jawaban sampel terkait soal yang diberikan. g. Menganalisis dan memberikan skor hasil kuisioner yang diberikan pada guru IPA dan sampel. h. Mengolah data yang diperoleh untuk mengetahui gambaran literasi sains siswa kelas IX se-Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. i. Mendeskripsikan kemampuan literasi sains siswa kelas IX seKecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data
1. Jenis Data Data penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa kompetensi literasi sains siswa yang diperoleh dari hasil skor penilaian soal–soal literasi sains yang diujikan. Sedangkan data kualitatif berupa faktor – faktor berpengaruh yang diperoleh dari jawaban kuisioner guru dan kuisioner siswa yang berisi mengenai pertanyaan dan pernyataan terkait literasi sains dan faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan literasi sains siswa.
38
2. Teknik Pengambilan Data Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah: a. Tes Tes tertulis digunakan untuk memperoleh data kuantitatif terkait kompetensi literasi sains siswa SMP. Tes tertulis yang diberikan pada siswa berupa soal PISA 2006 konteks IPA Biologi yang termasuk ke dalam materi pada Kompetensi Dasar kelas VII, VIII dan IX khusus semester ganjil. Tes tertulis terdiri atas soal berbentuk pilihan jamak yang berjumlah 11 butir soal, 2 butir soal isian singkat, 7 butir soal pertanyaan memilih “ya” atau “tidak”, dan 10 butir soal uraian. Sehingga total terdapat 30 butir soal. Rincian soal literasi sains yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel pemetaan soal PISA (Tabel 4). Tabel 4. Pemetaan Soal PISA KD/ Kelas 7.2 / VII
7.4/ VII
1.3/ VIII 1.4/ VIII 1.5/ VIII SK 1/ VIII 1.2/ IX 1.3/ IX
Tema/Materi Biodiversitas Ozon Efek rumah kaca Hujan asam Resiko kesehatan Latihan fisik Gigi berlubang Tembakau dalam rokok Operasi besar Ultrasound Sistem Imun
No.Soal/Kompetensi yang diuji PG Isian Ya/Tidak Esai 1A, 2B 4A 5A 6A 3B 7C, 8C 10B 9A 11B 12B 13B,14B 15B 16A,17A 18B, 20C
19B, 21A
24B
22B, 25C 30A
26A
23B 29C 27B, 28C
Ket: A. Mengidentifikasi permasalahan ilmiah (8 soal) B. Menjelaskan fenomena secara ilmiah (15 soal) C. Menggunakan bukti-bukti ilmiah (7 soal)
39
Adapun indikator dari masing-masing kompetensi yang dinilai dapat di lihat pada tabel 5. Tabel 5. Indikator pencapaian kompetensi menurut PISA 2006 Aspek Indikator Pencapaian Kompetensi Kompetensi Ilmiah PISA 2006 Mengidentifikasi 1. Mengenali permasalahan permasalahan yang dapat diselidiki secara ilmiah ilmiah 2. Mengidentifikasi kata-kata kunci untuk memperoleh informasi ilmiah 3. Mengenali fitur penyelidikan ilmiah Menjelaskan fenomena ilmiah
1. Mengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi yang diberikan 2. Mendeskripsikan atau menafsirkan fenomena ilmiah dan memprediksi perubahan 3. Mengidentifikasi deskripsi, eksplanasi, dan prediksi yang tepat
Menggunakan 1. Menafsirkan bukti ilmiah dan bukti-bukti ilmiah membuat serta mengkomunikasikan kesimpulan 2. Mengidentifikasi asumsi, bukti sosial, dan perkembangan sains dan teknologi
Distribusi Nomor Soal 6, 21, 30
1, 5, 16, 26,
9 13, 14, 15, 18, 19, 22, 3, 10, 11, 12, 23, 24, 2, 4, 27, 28,
7, 8, 17, 25, 29
20
Sumber : OECD (2007: 29)
b.
Kuisioner. Kuisiner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner tertutup (Sugiyono, 2013 : 199). Kuisioner dibuat untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Selain itu, kuisioner juga dijadikan data yang bisa menunjang peneliti untuk mengetahui faktor-
40
faktor yang mempengaruhi kemampuan literasi sains. Kisi-kisi kuisioner siswa yang digunakan dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6. Kisi-kisi lembar kuisioner siswa No 1 2 3 4 5 6
Indikator Mengetahui motivasi belajar siswa Mengetahui proses pembelajaran IPA yang berlangsung disekolah Mengetahui kebiasaan belajar siswa Mengetahui ketersediaan fasilitas sekolah siswa Mengetahui bimbingan orang tua terhadap siswa Mengetahui niat siswa untuk melanjutkan sekolah atau tidak
Nomor item soal I (1-10) 1,2,3,4 II (1-8) III (1-5) 5, 6 7, 8
Adapun kisi-kisi kuisioner guru yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Kisi-kisi lembar kuisioner guru No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Indikator Mengetahui lama pengalaman guru mengajar Mengetahui latar belakang pendidikan guru Mengetahui jenjang pendidikan terakhir guru IPA Mengetahui metode pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran IPA Mengetahui frekuensi praktikum yang dilaksanakan selama 1 semester terakhir Mengetahui kesiapan guru IPA sebelum mengajar di kelas
Nomor Item Soal 6 1, 2, 3, 5, 7 4 8, 10 9 11, 12
41
F. Teknik Analisis Data
Data kuantitatif dan kualitatif yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan tehnik tertentu untuk mengetahui capaian kompetensi literasi sains siswa. Penjelasan teknik analisis data dari masing-masing instrumen adalah sebagai berikut: 1. Tes Siswa yang menjawab benar mendapat skor 1 dan jika salah atau tidak menjawab mendapat skor 0. Sedangkan, siswa yang menjawab benar butir soal isian singkat maka mendapat nilai 1, dan jika salah atau tidak menjawab mendapat 0. Jika siswa menjawab benar butir soal pertanyaan memilih “ya” atau “tidak” maka mendapat skor 1 dan jika salah atau tidak menjawab mendapat 0. Jika siswa menjawab benar butir soal uraian mendapat nilai 1, jika siswa menjawab kurang tepat mendapat nilai 0,5 dan jika salah atau tidak menjawab mendapat 0.
Berdasarkan bobot setiap soal tes yang sudah diuraikan di atas maka diperoleh ketentuan bahwa skor maksimum tes literasi sains dalam penelitian ini adalah 30. Menurut Arikunto (1991: 239) skor yang didapatkan siswa setelah selesai mengikuti sebuah tes merupakan data mentah yang harus diolah kembali menjadi skor berstandar 100. Skor yang sudah diubah menjadi skor berstandar 100 digunakan untuk mengetahui ketercapaian penguasaan kompetensi literasi sains siswa. Skor mentah yang diperoleh siswa diubah terlebih dahulu menjadi skor berstandar 100 dengan rumus:
42
=
100
Keterangan : NP = nilai yang dicari R = skor yang diperoleh siswa SM = skor maksimal dari tes yang bersangkutan 100 = bilangan tetap (Purwanto, 2013: 112). Sehingga nilai yang diperoleh peserta didik dapat dimasukkan ke dalam rentangan dengan interval sebagai berikut: Tabel 8. Kriteria interpretasi skor tes literasi Interval Kriteria 86 – 100 Sangat tinggi 76 – 85 Tinggi 60 – 75 Sedang 55 – 59 Rendah ≤ 54 Sangat rendah Sumber : dimodifikasi dari Purwanto (2013: 103). Data skor rerata kompetensi literasi sains siswa selanjutnya dianalisis dengan melakukan beberapa pengujian untuk mengetahui signifikansi perbedaan rata-rata dari dua kelompok sampel dalam hal ini rerata kompetensi literasi sains siswa berdasarkan gender yaitu kompetensi literasi sains antara siswa laki-laki dan siswa perempuan serta kompetensi literasi sains antara siswa sekolah negeri dan siswa sekolah swasta . Uji pertama yang dilakukan yaitu uji normalitas untuk mengetahui apakah sebaran data dalam penelitian berditribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan metode Kolmogorov- Smirnov dengan taraf signifikansi 5% atau 0,05. Dasar pengambilan keputusan yaitu apabila nilai sig.> 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal dan
43
jika nilai sig.< 0,05 maka data tidak berdistribusi normal (Prayitno, 2010:32)
Setelah dilakukan uji normalitas, data yang berdistribusi normal selanjutnya diuji dengan independent sample t – test. Melalui pengujian ini peneliti dapat mengetahui signifikansi perbedaan rata-rata dua kelompok sampel yang saling tidak berhubungan. Dengan dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi yaitu jika nilai signifikansi atau probabilitas > 0,05 maka H0 diterima (tidak ada perbedaan yang signifikan) dan jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak (ada perbedaan yang signifikan) (Priyatno, 2010: 32). Data tidak berdistribusi normal di uji dengan menggunakan uji Mann-Whitney U untuk mengetahui perbedaan dua sampel yang tidak berhubungan dengan kriteria pengujian yaitu jika - ztabel < z hitung < -ztabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima (tidak ada perbedaan yang signifikan) dan jika ztabel > zhitung atau - ztabel < - zhitung atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak (ada perbedaan yang signifikan) (Sheskin, 2003: 322) 2. Kuisioner
Kuisioner yang dibuat dalam penelitian ini bersifat tertutup sehingga pilihan jawaban yang harus dijawab oleh responden yaitu siswa dan guru sudah tersedia pada kuisioner. Kuisioner siswa digunakan untuk memperoleh data siswa terkait faktor – faktor berpengaruh terhadap komptensi liters sains siswa, sedangkan kuisioner guru digunakan untuk mengetahui profesionalisme guru. Untuk kuisioner siswa terdapat 6
44
indikator dan 31 pertanyaan. Kuisioner guru terdapat 6 indikator dan 12 pertanyaan dalam setiap soal memiliki pilihan alternatif jawaban. Kuisoner disebarkan kepada 328 responden siswa dan 11 responden guru. Kemudian direkapitulasi dengan cara mengalikan dengan banyaknya responden yang menjawab setiap alternatif jawaban. Lalu menghitung jumlah skor ideal untuk skor tertinggi dan skor terendah. Untuk memperoleh persentase skor pada tiap butir pertanyaan menurut Ali (2013: 201) digunakan rumus sebagai berikut: % =
X 100
Keterangan : N = jumlah seluruh nilai n = nilai yang diperoleh Setelah diperoleh persentase tiap butir pertanyaan kemudian dihitung persentase tiap indikator dengan cara menjumlahkan persentase tiap butir pertanyaan kemudian dibagi dengan jumlah butir pertanyaan yang ada dalam setiap indikator. Hasil persentase akhir yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam kriteria-kriteria tertentu (Tabel 9). Tabel 9. Kriteria interpretasi skor kuisioner Interval Kriteria 0- 20% Sangat rendah 21- 40% Rendah 41- 60% Cukup 61- 80% Tinggi 81- 100% Sangat tinggi Sumber : dimodifikasi dari Riduwan (2012: 89).
76
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulkan sebagai berikut : 1. Profil kompetensi literasi sains siswa SMP kelas IX Se-Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada tahun ajaran 2015/2016 termasuk dalam kriteria “sangat rendah”. 2. Profil kompetensi literasi sains siswa SMP kelas IX Se-Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada tahun ajaran 2015/2016 berdasarkan status sekolah menunjukkan bahwa siswa sekolah negeri memiliki kompetensi literasi sains lebih tinggi dan berbeda tidak signifikan dibandingkan siswa sekolah sewasta. 3. Profil kompetensi literasi sains siswa SMP kelas IX Se-Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada tahun ajaran 2015/2016 berdasarkan gender menunjukkan bahwa siswa perempuan memiliki kompetensi literai sains lebih tinggi tetapi tidak berbeda signifikan dibandingkan siswa laki-laki.
77
4. Faktor internal yang berpengaruh terhadap profil kompetensi literasi sains adalah minat siswa melanjutkan sekolah, sedangkan faktor motivasi dan kebiasaan belajar IPA tidak berpengaruh terhadap kompetensi literasi sains siswa. Faktor eksternal yang berpengaruh diantaranya proses pembelajaran di kelas, latar belakang pendidikan orang tua, bimbingan orang tua dalam belajar, fasilitas pembelajaran IPA, dan profesionalisme guru.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas maka dapat diberikan saran sebagai berikut: 1. Dalam penelitian deskriftif, diperlukan adanya referensi dari berbagai sumber. Untuk peneliti selanjutnya dianjurkan untuk mencari referensi lebih banyak lagi sehingga peneliti tidak merasakan kesulitan untuk menyatakan fakta-fakta yang ada dilapangan bersesuaian atau tidak bila dilihat dari berbagai teori yang ada. 2. Berkaitan dengan hasil rendahnya kemampuan literasi sains siswa, diharapkan dilakukan perbaikan dan pengkajiann terkait kelemahan pada sektor pendidikan.
78
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, E. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Tentang Sifat Benda Melalui Penerapan Metode Eksperiment. Diunduh dari Repository.upi.edu. Pada tanggal 21 Desember 2015. Pada pukul 11.05 WIB. 19 hlm. Alam, D.P., S, Utari dan S, Karim. 2015. Rekonstruksi Rancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sains Melalui Analisis Kesulitan Literasi Sains Siswa SMP Kelas VII pada Topik Gerak Lurus. Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015) Diunduh dari http://portal.fi.itb.ac.id/snips2015/files/snips_2015_dyna_purnama_alam_f604 a54987754e9feeb155f2d881d1fe.pdf. Pada tanggal 19 November 2015. Pada pukul 10.20 WIB. 4 hlm. Ali, L.U., A.A. Suastra, dan I.A.R. Sudiatmika. 2013. Pengelolaan Pembelajaran IPA ditinjau dari Hakikat Sains pada SMP di Kabupaten Lombok Timur. EJournal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Vol.3, No 1 Diunduh dari http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_ipa /article /view/750/536. Pada tanggal 11 November 2015. Pukul 05.30 WIB. 11 hlm. Ali, M. 2013. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung. 233 hal. AlQomariyatin. 2013. Pengaruh Kelengkapan Fasilitas Belajar Dan Penggunaan Metode Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas Xi Ips Sma Negeri 1 Kartasura. Diunduh dari eprints.ums.ac.id/26688/14 /jurnal _pendidikan. Pada tanggal 24 Desember 2015. Pukul 23.00 WIB. 12 hlm. Anggraini, G. 2014. Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa Sma Kelas X Di Kota Solok. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Diunduh dari http://prosiding.upgrismg.ac.id/index.php/masif2014/masif2014/paper. Prosiding Mathematics and Sciences Forum 2014. Diunduh pada tanggal 11 Agustus 2015. Pukul 20.00 WIB. 10 hlm. Anjarsari, P. 2013. Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu (Implementasi Kurikulum 2013). Makalah PPM “ Workshop Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sains Terpadu untuk Meningkatkan Kognitif, Keterampilan
79
Proses, Kreativitas, serta Menerapkan Konsep Ilmiah SIswa SMP. Yogyakarta: Tidak diterbitkan. . 2014. Literasi sains dalam kurikulum dan pembelajaran IPA SMP. Prosiding. Semnas Pensa VI peran literasi sains. Surabaya. ISBN. 978-979028-686-3. Tersedia di http://www.google.co.id/url%2Fputri-anjarsari-ssimpd%2Fliterasi-sains-dalam-kurikulum-dan-pembelajaran-ipa-smp.pdf. Pada tanggal 3 Desember 2015 pukul 18.15 WIB. 6 hal. Arief, M. K. 2015. The Levels Of Inquiry Application In “ Global Warming Theme” Based Science Learning To Improve Critical Thinking Skill. Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran vol 2. No 2. Diunduh dari ejournal.sps.upi.edu/ ../89. Diunduh pada tanggal 9 November 2015. Pada pukul 23.00 WIB. 11 hlm. Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta Bagiarta, I.N., I.W. Karyasa dan I.N. Suardana. 2015. Komparasi Literasi Sains Antara Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Model Pembelajaran Kooperatiftipe Gi (Group Investigation) Dan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiri) Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Siswa Smp. E-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Program Studi Pendidikan IPA. Vol 5. Diunduh dari http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_ipa/article/view/1564/1220. Pada tanggal 9 November 2015. Pada pukul 20.30 WIB. 11 hlm. BPDPDPN. 2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Pusat Kurikulum. Jakarta. Bybee, R., R. McCrae dan R. Laurie. 2009. PISA 2006: An Assessment of Scientific Literacy. Journal Of Research In Science Teaching Vol. 46, No. 8, PP. 865– 883. Wiley InterScience. Colorado. Diakses dari http://onlinelibrary.wiley. com /doi/10.1002/tea.20333/pdf. Pada 26 Oktober 2015 06.21 WIB. 19 hlm. Dasmo, Nurhayati dan G. Marhento. 2012. Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pola Asuh Orang Tua terhadap prestasi belajar IPA. Jurnal Formatif. Vol 2. No 1.Diunduh dari journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif /article/ download/94/92. Pada tanggal 28 April 2016. Pukul 19.30 WIB. 8 hlm. Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta. Tidak diterbitkan. Dirjen PMPTK. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Direktorat Tenaga Pendidikan. Jakarta. 84 hlm.
80
Djojosoediro, W. 2009. Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA SD. Diakses dari http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/egalita/article/view/1992/pdfn. Pada tanggal 25 Desember 2015. Pukul 22.00 WIB. 46 hlm. Fitriani, W., Hairida., dan I, Lestari. 2014. Deskripsi Literasi Sains Siswa dalam Model Inquiry pada Materi Laju Reaksi di SMAN Pontianak.Jurnal Untan.Vol 3. No 1.http : jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpd/article/view/4432.Diakses pada 20 oktober 2015. Pukul 05.30 WIB. 13 hlm. Gunarto, W dan N. Hidayah. 2014. Upaya Meningkatkan Minat Belajar dan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pembelajaran Alat-Alat Optik Melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Di Kelas Viii Smpn 3 Belitang Madang Raya. Junal Inovasi dan pembelajarn fisika Vol 1,No 1.Diunduh dari ejournal.unsri.ac.id/index.php/jipf/article/download/1076/320. Pada tanggal 22 Desember 2015. Pada pukul 11.15 WIB. 6 hlm. Guswita, L. 2014. Tinjauan Faktor Internal dan Eksternal Penyebab Kesulitan Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMPN 2 Bayang Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. Diunduh dari http://download.portalgaruda .org/article.php?article=263906&val =6308&title=TINJAUAN% 20FAKTOR %20INTERNAL%20DAN%20EKSTERNAL%20PENYEBAB%20KESULI TAN%20BELAJAR%20BIOLOGI%20SISWA%20KELAS%20VIII%20SM PN%202%20BAYANG%20KECAMATAN%20BAYANG%20KABUPATE N%20PESISIR%20SELATAN. Pada tanggal 22 Desember 2015. Pukul 10.00 WIB. 6 hlm. Hakim, N. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia. Diunduh dari repository.upi.edu. Pada tanggal 11 November 2015. Pukul 11.00 WIB. 11 hlm. Hamalik, O. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. Hamdu. G dan L. Agustina. 2011. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar. Diunduh dari http://jurnal.uppi.edu/ ../8-Ghllam_Hamdu.pdf. Pada tanggal 9 Desember 2015. Pukul 19.00 WIB. 6 hlm. Hariadi, E. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa Indonesia Berusia 15 Tahun. Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 10, No.1. Diunduh dari http://ejournal.unesa.ac.id/mobile/. Pada tanggal 2 November 2015. Pukul 10.00 WIB. 15 hlm. Harianti, D. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Departemen Pendidikan Nasional. Diakses dari http://www.academia.edu/5782888/naskah_akademik_kajian_kebijakan_kurik
81
ulum_mata_pelajaran_ipa_pusat_kurikulum_badan_penelitian_dan_pengemb angan_departemen_pendidikan_nasional_2007. Pada tanggal 11 November 2015 pukul 22.42 WIB. 32 hlm. Herdianti, A. 2013. Deskripsi Literasi Sains Siswa dalam Model Inkuiri pada Materi Laju Reaksi di SMAN 9 Pontianak. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia .http://repository.upi.edu/2392/1/S_BIO_0907360_Title.pdf. Diunduh pada 19 0ktober 2015. Pukul 09.30 WIB. 11 hlm. Holbrook, J dan M. Rannikmae. 2009. The Meaning of Scientific Literacy. International Journal of Environmental & Science Education University of Tartu, Estonia, Vol. 4, No. 3, July 2009, 275-288. Editors: Coll, Richard K. & Neil Taylor. Diakses dari https://www.pegem.net/dosyalar/dokuman /138340-20131231103513-6.pdf. Pada 10 November 2015. Pukul 06.57 WIB. 14 hlm. Irshad, S.M. 2013. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa . Diunduh dari lib.unnes.ac.id/19050/1/ 7101408068.pdf. Pada tanggal 15 Desember 2015. Pukul 20.40 WIB. 20 hlm. Kharisma, E.M. 2015. Pengaruh bimbingan belajar orangtua terhadap prestasi belajar matematika siswa SD 1 Payaman Mejobo Kudus tahun ajaran 2014/2015. Skripsi. UNS. Surakarta. Tersedia di http://eprints.ums.ac.id/ 32702/1/HALAMAN%20DEPAN.pdf. Pada tanggal 15 Oktober 2015 pukul 08.32 WIB. 15 hal. Khusna, N.L. 2015. Hubungan Bimbingan Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa. Diunduh dari http://jurnal.fkip.unila.ac.id/ index.php/ pgsd/article/ viewFile/8338/5140. Pada tanggal 27 April 2016.Pukul 20.30. 14 hlm. Kurnia, F., Zulherman., dan A. Fathurohman. 2014. Analisis Bahan Ajar Fisika SMA Kelas IX di Kecamatan Indralaya Utara Berdasarkan Kategori Liteasi Sains. Jurnal inovasi dan Pembelajaran Fisika. Vol 1, No 1. E.journal Unsri. Diunduh dari Ac.id/index.php/jipf/article/download/1263/419. Pada tanggal 20 Agustus 2015. Pukul 09.00 WIB. 5 hlm. Kusumawardhany, D.A. 2013. Perbandingan Pengaruh Metode Student Teams Achievement Division (STAD) dengan Ceramah Terhadap Prestasi Belajar Sosiologi Siswa IPS di SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013. Diunduh dari http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index. php/sosant/ article/ download/ 2537/1804. Pada tanggal 2 Mei 2016. Pukul 20.48. 11hlm. Litbang Kemdikbud. 2015. Programme for International Student Assessment (PISA) http:/litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survey-internasional pisa. Diunduh pada 10 november 2015. Pukul 19.00 WIB. 1 hlm. Lukman. Y., H. Suwono, dan E. Suarsi. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inquiri Terbimbing Berbasis Blended Learning Terhadap Literasi Sains dan Hasil
82
Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Malang. Diunduh dari http://jurnalonline.um.ac.id>Home>Artikel. Pada tanggal 10 November 2015. Pukul 20.47 WIB. 10 hlm. Mulyani, H.R.A. 2013. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kontekstual Terhadap Peningkatan Penguasaan Konsep Bhan Kimia dan Kehidupan Sehari-hari dan keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Metro. Jurnal bioedukasi vol. 4. No 2. Diunduh pada tanggal 10 Desember 2015. Pukul 21.05 WIB. 8 hlm. Ngafifi, M. 2014.Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia dalam Perspektif Sosial Budaya.Jurnal Pembangan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi .Volume 2, No1.http://journal.uny.ac.id/index.php/jppfa.Diakses pada 5 oktober 2015. 15 hlm. Ngertini. N., W. Sadia dan W. Yudana. 2013. Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Literasi Sains Siswa Kelas X Sma Pgri 1 Amlapura. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha . Program Studi Administrasi Pendidikan Volume 4. Diunduh dari http://pasca.undiksha. ac.id/ejournal/index.php/jurnal_ap/article/view/1012/760. Pada tanggal 19 November 2015. Pada pukul 11.15 WIB. 11 hlm Nisaa, R.A., D. Rochinaniawati dan A. Fitriani. 2015. Analisi Buku Biologi Kelas X Berdasarkan Muatan Literasi Sains. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi Yang Diselenggaraka Oleh Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhamadiyah Malang. Diunduh dari biology.umm.ac.id /files /file/309-316%20Ran. Pada tanggal 1 Januari 2016. Pukul 11.00 WIB. 8 hlm. Nuada,I.M., 2015. Analisis Sarana dan Intensitas Penggunaan Laboratorium Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri Se- Kota Tanjungbalai. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED VOL 12, NO 1. Diunduh dari jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/tabularasa/article/view/3234/2904 pada tanggal 5 Mei 2016 18 hlm. Nurjanah. 2011. Pengaruh Profesionalisme Guru Terhadap Prestasi Siswa. Diunduh dari library.walisongo.ac.id/digilib.Dwoanload. Pada tanggal 5 Desember 2015. Pukul 20.00 WIB. 71 hlm. Nursa’ada, F.P. 2014. Pengaruh Metode Pembeljaran dan Sikap Siswa pada Pelajaran IPA terhadap Hasil Belajar IPA. Jurnal Formatif 4 Diunduh dari http://journal.lppmunindra.ac.id/index.php /Formatif/article/viewFile/145/139. Pada tanggal 28 April 2016. Pukul 23.00 WIB. 12 hlm.
83
Odja, A.H dan C.S. Payu. 2014. Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa Pada Konsep IPA. September 2014. Tersedia di http://fmipa.unesa.ac.id/kimia/wpcontent/uploads/2013/11/40-47-Abdul-Haris-Odja-Universitas-NegeriGorontalo.pdf. Pada tanggal 14 Oktober 2015 pukul 10.15 WIB. 8 hal. OECD. 2000. The PISA 2000 Assesment of Reading, Mathematical and Scientific Literacy. Diakses dari http://www.pisa.oecd.org /dataoecd/44/63/ 33692793. pdf. Pada tanggal 29 Oktober 2015. Pukul 19.00 WIB. 102 hlm. . 2009. Database PISA 2009. Diunduh dari PISA 2009.acer.edu.au/download.php. Pada Tanggal 20 Oktober 2015. Pukul 20.30 WIB. 21 hlm. . 2014. PISA 2012 Results in Focus: What 15-Year-Olds Know And What They Can Do With What They Know. National Center for Education Statistics, Institute of Education Sciences, U.S. Department of Education. Washington, DC. Diakses dari http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa2012-results-overview.pdf. Pada tanggal 11Oktober 2015. Pukul 23.00WIB. 44 hlm. Prayitno, D. 2010. Paham Analisis Statistik Data Dengan SPSS. Yogyakarta. Media Kom. 323 hlm. Purwanto, N. 2013. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 165 hal. Putra, T.T. 2012. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan MTK VOL 1. No 1, Diunduh dari http:// ejournal.unp.ac.id/ ../1152. Pada tanggal 1 Januari 2015. Pukul 21.00 WIB. 5 hlm. Rahayu, S. 2014. Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya 2014. Menuju Masyarakat Berliterasi Sains : Harapan dan Tantangan Kurikulum 2013.6 September 2014. Universitas Negeri Malang. Malang. Diakses dari http://kimia.um.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/Makalah-SriRahayu_Semnas-Kimia-Pembelajarannya_6-September-2014.pdf Pada tanggal 8 November 2015. Pukul 09.00 WIB. 19 hlm. Rahman, R dan R. Maarif. 2014. Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Terhadap Kemampuan Analogi Matematis Siswa SMK AL Ikhsan Pamarican Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung Vol 3, No 1. Diunduh dari e-journal. stkipsiliwangi.ac.id/ ../37. Pada tanggal 20 Desember 2015. Pukul 15.00 WIB. Rejeki, A. 2013. Pengaruh Fasilitas Belajar dan Kinerja Guru Terhadap Hsil Belajar Matematika Kelas IV SD Se- Kecamatan Kutowinangun. Diunduh
84
dari http:// download.portalgaruda.org>article. Pada tanggal 24 Desember 2015. Pukul 23.05 WIB. 8 hlm. Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian. Alfabeta. Bandung. 244 hal. Rohli, M. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Berorientasi Literasi Sains Pada Model Pembelajaran Exclusive. Jurnal Pendidikan FKIP UNILA. Diunduh dari http:digilib unila.com. Pada tanggal 7 november 2015. Pukul 20.30 WIB. 11 hlm. Rustaman, N. Y. 2004. Literasi Sians Anak Indonesia 2000 & 2003. Makalah Litsains 2003. Diakses dari http://file.upi.edu/direktori/sps/prodi. pendidikan_ipa/195012311979032-nuryani_rustaman /makalah_litsains _2003_sep,06.pdf. Pada tanggal 15 Oktober 2015. Pukul 09.00 WIB. 20 hlm. Sandi, M.I., A. Setiawan dan H. Rusnayati. 2012. Analisis Buku Ajar Fisika SMA Kelas X di Kota Bandung Berdasarkan Komponen Literasi Sains. Diunduh dari http://snf unj.ac.id/files/8414/2345/ 2854/prosiding_fisika_ 2014_fix17. pdf. Pada tanggal 20 November 2015. Pukul 20.00 WIB. 9 hlm. Sheskin, D.J. 2003. Parametric and Nonparametric Statistical Procedures. CRC Press Company. New York Siagian. R.E.F. 2012. Pengaruh Minat dan Kebiasaan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika. Jurnal Formatif.Diunduh dari http://unindra. ac.id/Roida-3.pdf. Pada tanggal 9 Desember 2015. Pukul 21.00 WIB. 10 hlm. Suciati, Resty, W. Itang, E. Nanang, Meikha, Prima dan Reny. 2012. Identifikasi Kemampuan Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Ditinjau dari Aspek-Aspek Literasi Sains. Program Studi Magister Pendidikan Sains, FKIP, UNS. diunduh dari http://download.portalgaruda.org/article. php?article=273489 &val =7135&title=identifikasi%20kemampuan %20 siswa%20dalam %20 pembelajaran%20biologi%20ditinjau%20dari%20aspek-aspek%20literasi% 20sains. Pada tanggal 8 November 2015. Pukul 13.07 WIB. 8 hlm. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Penerbit alfabeta. Bandung. 456 hlm. Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Bumi Aksara. Jakarta. 234 hlm. Sulastri, R., R. Johar, dan S. Munzir. 2014. Kemampuan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah Menyelesaikan Soal PISA Most Difficult Level. Jurnal Didaktik Matematika issn 2355-4185 Vol. 1. No 2. Diunduh dari http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/DM/article/view/2073/2027. Pada tanggal 10 November 2015. Pada pukul 09.00 WIB. 9 hlm.
85
Susanti, W. 2012. Analisis Capaian Soal - Soal Biologi Literasi Sains Kategori Sulit Sulit pada Tes PISA. Diunduh daria-research.upi.edu/operator/upload/ s_bio _0809107_chapter1.pdf. Pda tanggal 28 April 2016. Puku 20.00 WIB. 11 hlm Tawil, M dan Liliasari. 2014. Keterampilan-Keterampilan Sains Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran IPA. Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar. Makassar. 146 hal. Thomson, S., K. Hillman, dan L.D. Bortoli. 2013. A Teacher’s Guide To PISA Scientific Literacy. ACER Press. Australian Council for Educational Research Ltd 19 Prospect Hill Road, Camberwell, Victoria, 3124, Australia. Diakses dari https://www.acer.edu.au/files/PISA_Thematic_Report_-_Science__web.pdf. Pada tanggal 10 November 2015. Pukul 20.00 WIB. 58 hlm. Tim Peneliti Balitbang Provinsi Sumut. 2005. Studi Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Sumatera Utara. Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Sumatera Utara: Sumatera Utara. 91 hlm. Toharudin, U., S.Hendrawati, dan A. Rustaman. 2011. Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Humaniora. Bandung. 291 hal. Ulum, H. 2014. Studi Eksperimen Model Inkuiri Terbimbing Disertai Teknik Peta Konsep Terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII Mtsn 2 Jember. Diunduh dari http://dspace.unej.ac.id/bitstream/handle /123456789 /64019/Hasanatul%20Ulum.pdf?sequence=1. Pada tanggal 20 November 2015.16 hlm. Utami,W.D., I.W. Dasna. dan O. Sulistina. 2013. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inquiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar dan Keterampilan Proses Sains Siswa Terhadap Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Diunduh dari http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel /artikelBE228A886CE 46FF4DA860195F98AA44F.pdf. Pada tanggal 3 Desember 2015. Pukul 21.05 WIB. 7 hlm. Wasih, 2013. Merenungkan Kembali Hasil Pembelajaran Sains. Seminar Naional FMIPA UNDIKSHA III. Diunduh dari http://download. portalgaruda. org/article. php?article=145972&val=1365&title=Merenungkan%20kembali%20hasil%2 0pembelajaran%20sains. Pada tangal 27 April 2016. Pukul 20.00 WIB.7hlm Widiadnyana, I.W., I.W. Sadia, dan I.W. Suastra. 2014. Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep IPA dan Sikap Ilmiah Siswa SMP. eJournal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA. Volume 4.Diunduh dari http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_ipa/article/viewFile/134 4/1036. Pada tanggal 2 Desember 2015. Pukul 05.00 WIB. 13 hlm.
86
Wiyono, D.K. 2015. Pengaruh Pemanfaatan Fasilitas Belajar Dan Pola Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Colomadu Tahun Ajaran 2014/2015. Diunduh dari http://eprints.ums.ac.id/33294/1/1. %20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf. Pada tanggal 13 Mei 2016. Pukul 7.30 WIB. 15 hlm Wulandari, B. 2013. Pengaruh problem-based learning Terhadap hasil belajar Ditinjau dari motivasi belajar plc di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, No 2. Diunduh dari http://download.portalgaruda.org /article.php?article= 138040&val=438. Pada tanggal 9 November 2015. Pukul 23.00 WIB. 11 hlm. Yuliastuti, M. 2009. Peningkatan Aspek Literasi Sains dan Teknologi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Sains ber-VISI SETS(Science, Environment, Tecnology, and Sociiety). Jurnal UNNES. Diunduh dari http://lib.unnes.ac. id/729/1/1254.pdf. Pada tanggal 5 Desember 2015. Pukul 21.00 WIB. 84 hlm. Yusuf, S. 2015. Perbandingan Gender dalam Prestasi Literasi Siswa Indonesia. Diunduh dari http://www.uninus.ac.id/data/data_ilmiah /Suhendra% 20Yusuf%20-% 20Makalah %20untuk%20Jurnal%20Uninus.pdf. Paa tanggal 13 Mei 2016. Pukul 7.44 WIB. 17 hlm. Zuriyani, E. 2003. Literasi Sains dan Pendidikan. Diunduh dari http://sumsel.kemenag.go.id/file/file TULISAN/wagj1343099486.pdf. Pada tanggal 20 0ktober 2015. Pukul 20.00 WIB. 13 hlm.