P
PROGRESS
E NOMOR: 43/TAHUN XIX/SEPTEMBER/2016 ISSN : 053-6678
Dr. Agus Mardihartono, M.M. Metty Nur Alfa, S.Sos REVITALISAS PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDAR LAMPUNG ........................................................................1 – 10
SUSUNAN PENGURUS PROGRESS FISIP – UTB LAMPUNG
PENASEHAT/PENGARAH REKTOR UTB LAMPUNG KETUA LPPM UTB LAMPUNG
PENANGGUNG JAWAB DEKAN FISIP UTB LAMPUNG
KETUA PENYUNTING Suhaimi,S.Sos.,M.I.Kom
WAKIL KETUA PENYUNTING Thabita Carolina,S.Sos.,M.Si
PENYUNTING PELAKSANA Rosidah,S.Sos,M.Si Sendi Triwilopo,S.Sos.,M.I.Kom Anwar,S.Sos.,M.IP Ayu Nadia Pramazuly,S.IP.,M,IP Drs. Djoko Lelono,MM Bainal Huri,S.Sos.,M.Kom.I PENYUNTING AHLI (MITRA ) Dr. Hasan Basri,S.Sos.,M.Si Dr. Achmad Suharyo,S.IP Drs. Moelyono,M.H PELAKSANA TATA USAHA Eka Ariyandi,S.IP.,M.A M. Herowandi,S.IP Dafit Son Firma, S.Sos Yuyun Apriyani
Thabita Carolina,S.Sos.,M.Si Agustinus Sumarman,S.I.Kom STRATEGI KOMUNIKASI PRODUK JAMU TRADISIONAL REJO WALUYO ............................................................................................ 11 - 22
Dr. Wawan Hernawan, M.Pd. Dewa Ayu Komang Weda Idayanti , S.I.Kom. PERILAKU KOMUNIKASI ANAK YANG DIBESARKAN OLEH ORANG TUA TUNGGAL (Studi Kasus di Desa Jembrana, Kecamatan Waway Karya, Kabupaten Lampung Timur) ........................... 23 - 30
Drs. Djoko Lelono, M.M. STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN MASYARAKAT PADA SEKTOR PELAYANAN PUBLIK DI PROVINSI LAMPUNG (Relevansinya dalam pembentukan budaya organisasi yang kuat) .................................................................... 31 - 42
Rosidah, S.Sos., M.Si Zuhriani , S.Sos. ROLEOF EMPLOYEESIN THEINSTRUCTORSPROVIDESERVICE TOTHE COMMUNITY (Studies inthe Department of Manpower and Transmigration,Lampung Province) ........................................................... 43 - 53
Ayu Nadia Pramazuly, S.I.P., M.I.P. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG ................................................ 54 - 63
Fajar Mutia Suri, S.E., M.M. PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT DAN MOTIVASI TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN RURAL INFRASTRUKTUR SUPPORT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (RIS-PNPM) MANDIRI ................................................................................... 64 - 69
ALAMAT REDAKSI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FISIP) UNIVERSITAS TULANG BAWANG (UTB) LAMPUNG JL. GAJAH MADA NO. 34 KOTA BARU TANJUNG KARANG TIMUR BANDAR LAMPUNG
PROGRESS
P E
NOMOR: 43/TAHUN XIX/SEPTEMBER/2016
ISSN : 053-6678
DAFTAR ISI Dr. Agus Mardihartono, M.M. Metty Nur Alfa, S.Sos REVITALISAS PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDAR LAMPUNG ........................................................................1 – 10
SUSUNAN PENGURUS PROGRESS FISIP – UTB LAMPUNG
PENASEHAT/PENGARAH REKTOR UTB LAMPUNG KETUA LPPM UTB LAMPUNG
PENANGGUNG JAWAB DEKAN FISIP UTB LAMPUNG
KETUA PENYUNTING Suhaimi,S.Sos.,M.I.Kom
WAKIL KETUA PENYUNTING Thabita Carolina,S.Sos.,M.Si
PENYUNTING PELAKSANA Rosidah,S.Sos,M.Si Sendy Triwilopo,S.Sos.,M.I.Kom Anwar,S.Sos.,M.IP Ayu Nadia Pramazuly,S.IP.,M,IP Drs. Djoko Lelono,MM Bainal Huri,S.Sos.,M.Kom.I
PENYUNTING AHLI (MITRA ) Dr. Hasan Basri,S.Sos.,M.Si Dr. Achmad Suharyo,S.IP Drs. Moelyono,M.H
PELAKSANA TATA USAHA Eka Ariyandi,S.IP.,M.A M. Herowandi,S.IP Dafit Son Firma, S.Sos Yuyun Apriyani
Thabita Carolina,S.Sos.,M.Si Agustinus Sumarman,S.I.Kom STRATEGI KOMUNIKASI PRODUK JAMU TRADISIONAL REJO WALUYO ............................. .............................................................. 11 - 22
Dr. Wawan Hernawan, M.Pd. Dewa Ayu Komang Weda Idayanti , S.I.Kom. PERILAKU KOMUNIKASI ANAK YANG DIBESARKAN OLEH ORANG TUA TUNGGAL (Studi Kasus di Desa Jembrana, Kecamatan Waway Karya, Kabupaten Lampung Timur) ........................... 23 - 30
Drs. Djoko Lelono, M.M. STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN MASYARAKAT PADA SEKTOR PELAYANAN PUBLIC DI PROVINSI LAMPUNG (Relevansinya dalam pembentukan budaya organisasi yang kuat) .................................................................... 31 - 42
Rosidah, S.Sos.,M.Si Zuhriani , S.Sos ROLEOF EMPLOYEESIN THEINSTRUCTORSPROVIDESERVICE TOTHE COMMUNITY (Studies inthe Department of Manpower and Transmigration,Lampung Province) ........................................................... 43 - 53
Ayu Nadia Pramazuly, S.I.P., M.I.P. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG ................................................ 54 - 63
Fajar Mutia Suri, S.E., M.M. PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT DAN MOTIVASI TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN RURAL INFRASTRUKTUR SUPPORT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (RIS-PNPM) MANDIRI ................................................................................... 64 - 69
ALAMAT REDAKSI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FISIP) UNIVERSITAS TULANG BAWANG (UTB) LAMPUNG JL. GAJAH MADA NO. 34 KOTA BARU TANJUNG KARANG TIMUR BANDAR LAMPUNG
JURNAL PROGRESS FAKULTAS ILMLU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSTAS TULANG BAWANG LAMPUNG NOMOR: 43/TAHUN XIX/SEPTEMBER/2016
ISSN : 053-6678
Pengantar Redaksi Edisi 43 Jurnal Progess berisikan beberapa artikel yang sebagian besar penulisnya berasal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tulang Bawang Lampung (FISIP UTB). Ada sebuah artikel berasal dari hasil penelitian di Universitas Bandar Lampung (UBL) berjudul PERILAKU KOMUNIKASI ANAK YANG DIBESARKAN OLEH ORANG TUA TUNGGAL.karya Wawan Hernawan dan Dewa Ayu Komang Weda Idayanti. Dari lingkup FISIP UTB. Artikel berasal dari Agus Mardihartono dan Metty Nur Alfa berjudul REVITALISASI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDAR LAMPUNG. Selain itu berasal Djoko Lelono menulis arrtikel berjudul:
STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN
MASYARAKAT PADA SEKTOR PELAYANAN PUBLIC DI PROVINSI LAMPUNG. Sedangkan artikel Rosidah dan Zuhriani berjudul: ROLE OF EMPLOYEES IN THE INSTRUCTORS PROVIDE SERVICE TO THE COMMUNITY dan karya Ayu Nadia Pramazuly: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG. Sebuah tulisan dari Fajar Mutia Suri dari Jurusan Adminitrasi Niaga FISIP UTB berjudul PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT DAN MOTIVASI TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN RURAL INFRASTRUKTUR SUPPORT-PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (RisPnpm Mandiri).
Melengkapi artikel ilmiah ilmu komunikasi dari
Thabita Carolina dan
Agustinus Sumarman yang berjudul: STRATEGI KOMUNIKASI PRODUK JAMU TRADISIONAL REJO WALUYO, di daerah Bandarjaya, Lampung Tengah. Semoga para penulis semakin produktif berkarya, semakin giat meneliti dan terus memperkaya khasanah ilmu pengetuahun dalam disiplin ilmu masing-masing. Amin.
NOMOR : 43/TAHUN XIX/SEPTEMBER/2016
ISSN : 053 - 6678
REVITALISAS PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDAR LAMPUNG Dr. Agus Mardihartono, M.M.* Metty Nur Alfa, S.Sos.** ABSTRAK Konsep dasar kebijakan publik Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung dalam rangka revitalisasi pasar tradisional adalah penataan dengan tidak merugikan pedagang pasar. Upaya dilakukan dalam rangka menjadikan pasar tradisional menjadi pasar semi modern yang lebih tertata, lebih bersih dan lebih menguntungkan. Penelitian yang dilakukan berupaya melakukan deskripsi implementasi kebijakan publik dengan melihat pendekatan-pendekatan yang telah dilakukan. Selain observasi, dilakukan wawancara mendalam dengan informan yang sifatnya purposive sampling. Temuan penting adalah adanya keterlibatan investor untuk mencapai tujuan revitalisasi pasar tradisonal. Secara umum dapat disimpullkan bahwa pembangunan pasar telah berjalan dengan baik: masyarakat sangat mendukung kebijakan dan para pedagang merasakan pengaruh langsung pembangunan dalam rangka revitalisasi pasar tradisonal. Kata Kunci: Kebijakan Pemerintah Kota, Revitalisasi, Pasar Tradisonal.
PENDAHULUAN Pasar sebagai salah satu pusat kegiatan ekonomi masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual-pembeli secara langsung dan biasanya terjadi proses tawar menawar. Bentuk fisik p;asar tradisional unutk bangunannya, biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai yang dibuka oleh penjual atau pengelola pasar. Berbeda dengan pasar tradisional, pasar modern adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli yang tidak bertransaksi secara langsung, namun pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (melalui price tag ataupun melalui barcode). Barang dagangan berada dalam bangunan yang permanen. Adapun pelayanan pembelian dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Pasar *) Dosen Prodi Adminitrasi Negara FISIP UTB **) Mahasiswa Prodi Adminitrasi Negara FISIP UTB
PROGRESS – FISIP UTB LAMPUNG
modern dapat berupa supermarket, pasar grosir swalayan ataupun minimarket. Pasar tradisional merupakan pasar yang memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Transaksi jual beli berada di sebuah lokasi tertentu yang sifatnya beraneka ragam. Dalam arti hampir semua barang keperluan konsumen tersedia dalam sebuah lokasi pasar. Terutama keperluan rumah tangga. Pasar tradisonal umumnya berada di sebuah lokasi yang dinilai strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap, harga yang relatif murah, terjadi sistem tawar-menawar yang menunjukkan “keakraban” antara penjual dan pembeli. Sistem tawar menawar ini yang paling membedakan dengan pasar modern, dimana konsumen dihadapkan pada suasana patuh terhadap harga yang sudah tertera di kemasan, atau harga yang telah dipatok. Perkembangannya, pasar tradisional masih tetap memiliki pangsa konsumen. Meskipun banyak bertumbuhan pasar modern, pasar tradisonal 2
NOMOR : 43/TAHUN XIX/SEPTEMBER/2016 tetap diramaikan oleh pembeli. Perkembangan ini lambat laun akan memerlukan penataan ulang. Dimana pasar tradisonal tetap berkembang dalam kendali penataan yang baik dan tidak asal tumbuh menjadi tidak teratur dan kumuh. Di Kota Bandar Lampung saat ini sudah banyak bermunculan pasar modern: minimarket, supermarket juga mall. Sebagian masyarakat diuntungkan karena merasa nyaman dan mudah berbelanja di pasar modern yang bersih, nyaman dan diangap lebih lengkap. Namun, sebagian merasa berbelanja di supermarket adalah pemborosan dikarenakan barang-barang di supermarket harganya relatif lebih mahal. Pasar modern menjual berbagai kebutuhan rumah tangga serta berbagai produk lainya yang kualitasnya tidak jauh berbeda dengan produk yang dijual di pasar tradisional. Dianggap sebagian besar konsumen berbeda harganya dengan pasar tradisonal. Karena peluang untuk berkembangnya pasar tradisional masih terbuka, dipandang perlu untuk melakukan revitalisasi pasar tradisional di Kota Bandar Lampung dengan memperhatikan keberadaannya selama ini.. Pengertian dari revitalisasi dapat berarti proses, cara dan atau perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai program atau kegiatan. Sehingga secara umum pengertian dari revitalisasi merupakan usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu itu menjadi penting dan perlu sekali. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata revitalisasi berarti kegiatan untuk menghidupkan kembali1. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung (Pemkot Bandar Lampung) membuat kebijakan untuk revitalisasi pasar-pasar tradisional. Konsepnya adalah melakukan 1
revitalisasi/re·vi·ta·li·sa·si/ n = proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali. [Dikutip dari kamus online pada http://kbbi.web.id/revitalisasi Diunduh: 3/Jan/2016]
PROGRESS – FISIP UTB LAMPUNG
ISSN : 053 - 6678 penataan dengan membuat pasar-pasar tradisional menjadi pasar yang lebih layak dan nyaman untuk dikunjungi pengunjung. Terdapat keinginan Pemkot untuk tetap mempertahankan keberadaan pasar tradional dengan menghidupkan kembali pasar tradisional. Dimaksudkan agar masyarakat cenderung berbelanja ke pasar tradisional. Untuk itu, demi menjaga peluang ekonomi agar pasar tradisional tetap memiliki daya tarik dan bertahan dengan semakin berkembangnya pasar modern, dibutuhkan suatu arahan penataan fisik yang dapat digunakan sebagai arahan perbaikan kondisi pasar tradisional yang pada gilirannya akan mampu menjaga eksistensinya di era globaliasi. Revitalisasi pasar oleh Pemkot Bandar Lampung merupakan tema penelitian dengan pertanyaan atau permasalahan: bagaimana implementasi kebijakan Pemkot Bandar Lampung dalam hal pembangunan Pasar Tradisional. PENATAAN PASAR TRADISIONAL Arahan penataan fisik pasar tradisional yang dibuat perlu didasarkan pada kebutuhan masyarakat agar dapat lebih tepat sasaran. Dengan perumusan konsep penataan pasar tradisional yang berorientasikan pada masyarakat sebagai penggunanya, diharapkan dapat meningkatkan daya tarik dari pasar tradisional yang kemudian dapat meningkatkan daya saing antara pasar tradisional dan pasar modern. Dalam konteks penataan pasar Pemkot Bandar Lampung menugaskan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung (Dinas Pasar). Dinas tersebut adalah dinas teknis yang melaksanakan tugas mengelola penerimaan retribusi di bidang perpasaran yang merupakan sumber dari APBD kota Bandar Lampung. Dinas Pasar juga merupakan unsur pelaksana Pemkot Bandar Lampung penyelenggara kewenangan Pemerintah Daerah Kota di bidang pengelolaan pasar. Langkah awal kebijakan adalah melakukan pembangunan pasar percontohan sebagai tempat penyediaan 3
NOMOR : 43/TAHUN XIX/SEPTEMBER/2016 tempat usaha, termasuk menata para pedagang informal. Dalam hal ini adalah pedagang yang tidak memiliki tempat usaha permanen (emperan atau kakilima). Penataan berdasarkan Peraturan perundangan yang berlaku serta melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh Walikota. Pembangunan pasar percontohan dalam rangka revitalisasi Pasar Tradisonal yang dilakukan adalah di Pasar Gudang Lelang di Wilayah Kecamatan Teluk Betung Selatan. Secara spesifik pasar ini adalah pasar khas, dimana terdapat proses lelang hasil tangkapan nelayan. Lokasinya berada di bibir pantai dimana nelayan berkumpul selepas berlayar menangkap ikan. Kondisi pasar tersebut saat ini lebih tertata dan lebih bersih sehingga banyak pembeli yang berdatangan, bahkan yang berasal dari luar kota dallma rangka mencari dan membeli ikan-ikan hasil tangkapan yang dibutuhkan. Dapat dikatakan bahwa pelaksanaan revitalisasi pasar merupakan kewenangan pihak Dinas Pasar sebagai kepanjangan tangan Walikota sebagi pengambil kebijakan publik tentang penataan kawasan di Kota Bandar Lampung. Saat ini Dinas Pasar Mempunyai 10 Unit Pelaksanaan Teknis yang membawahi 13 pasar yang ada di Bandar Lampung antara lain: 1) Pasar Panjang; 2) Pasar Kangkung; 3) Pasar Gudang Lelang; 4) Pasar Cimeng; 5) Pasar Tamin; 6) Pasar Beringin Raya; 7) Pasar Pasir Gintung; 8) Pasar Smep; 9) Pasar Bambu Kuning; 10) Pasar Bawah; 11) Pasar Way Halim; 12) Pasar Way Kandis; dan 13) Pasar Tugu. Dinas Pasar dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 05 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas Perda Nomor 03 Tahun 2008 yaitu tetang Pembentukan Organisasi Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandar Lampung yang ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor 19 Tahun 2008, tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung. Dinas
Pasar
merupakan
unsur
pelaksana
PROGRESS – FISIP UTB LAMPUNG
ISSN : 053 - 6678 Otonomi Daerah yang melaksanakan Urusan Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah Pemerintah Kota. Dinas Pasar mempunyai tugas pokok: Melaksanakan Urusan Pemerintah Daerah Dibidang Pengelolaan Pasar Berdasarkan Asas Otonomi dan Tugas Pembantuan. Untuk menyelenggarakan tugas pokok dimaksud, Dinas Pasar menjalankan fungsinya, yaitu: 1) Perumusan Kebijakan Teknis Dibidang Pengelolaan Pasar; 2) Penyelenggaraan Urusan Pemerintah dan Pelayanan Umum Sesuai dengan Lingkup Tugasnya; 3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; 4) Melaksanakan Tugas Lain yang Diberikan oleh Walikota Sesuai dengan Tugas dan Fungsinya. Visi Dinas Pasar adalah “Terwujudnya Peningkatan Pelayanan Terhadap Masyarakat Pedagang, Pembeli, Pengunjung dan pengguna Pasar Melalui Sistem Pengelolaan Pasar yang terpadu, efektif dan efisien.” Dengan visi tersebut Dinas Pasar berupaya seoptimal mungkin melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara profesional dan proporsional dengan didukung oleh keinginan segenap Sumber Daya Manusia yang dimiliki dengan tekad selalu melakukan perubahan prilaku (Behavior Changings). Upaya yang dilakukan aparat Dinas Pasar dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa pasar, dalam hal ini pedagang dan pembeli secara cepat, tepat dan terukur secara profesional dan proporsional. Pencapaian visi Dinas Pasar dijabarkan dalam tiga point misi: 1) Tercapainya pelayanan prima terhadap masyarakat pedagang, pengunjung dan pengguna pasar melalui pengelolaan pasar yang terpadu; 2) Terwujudnya sektor retribusi pasar sebagai penopang unggulan PAD Kota Bandar Lampung; 3) Terciptanya lingkungan tempat usaha bagi Pedagang Kaki Lima yang tertib aman dan damai. Adapun pelaksanan kegiatan 4
NOMOR : 43/TAHUN XIX/SEPTEMBER/2016 diarahkan pada pencapaiam tujuan yang relevan, yakni: 1) Meningkatkan penerimaan PAD dari sektor Retribusi; 2) Mewujudkan kenyamanan bagi masyarakat, pedagang, pembeli dan pengguna Pasar lainnya dengan peningkatkan sarana, prasarana dan penataan Pasar; 3) Mewujudkan lingkungan pasar yang bersih, tertib dan aman. Perlu disadari bahwa terdapat kesulitan berupa keterbatasan dana dalam rangka revitalisasi pasar oleh Pemkot Bandar Lampung. Namun demikian setahap demi setahap terus menata pasar-pasar tradisionalnya. Sejumlah upaya tengah dilakukan, termasuk rencana untuk melibatkan pihak ketiga yang siap menjadi investor untuk mengembangkan sejumlah pasar tradisional. Dalam hal ini pihak Pemkot Bandar Lampung melihat kondisi sejumlah pasar tradisonal yang ada, sudah sangat memprihatinkan dan perlu segera dilakukan perbaikan atau renovasi. ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Derah Kota Bandar Lampung disebutkan adanya pencapapian menjadi kota pusat perdagangan dan jasa. Dapat dianggap sebuah langkah strategis dalam pembangunan sektor ekonomi manakala dilakukan revitalisasi pasar tradisonal. Adapun kebijakan revitalisasi dilakukan agar lebih tertata, lebih terlihat rapih dan lebih bersih. Dalam rangka anilis kebijakan merujuk pada Richard Rose yang dikutip Winarno (2007: 17) yang menyarankan bahwa ”kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensi bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai keputusan yang berdiri sendiri.” Dalam hal ini, kebijakan publik dapat dilihat dalam langkah-langkah yang berupa :
PROGRESS – FISIP UTB LAMPUNG
ISSN : 053 - 6678 a) Relokasi Langkah relokasi adalah dalam konteks membuat lokasi yang baru bagi para pedagang. Relokasi pedagang adalah pemindahan lokasi berdagang dari satu tempat ke tempat lain yang sudah disediakan oleh pemerintah. Relokasi pada dasarnya adalah penataan atau tata-ulang. Relokasi bertujuan untuk menertibkan pedagang agar lerlihat lebih rapi tertata. Namun demikian, tidak semua pedagang menanggapi dengan baik niat pemerintah itu. Banyak pedagang yang menolak untuk dipindahkan dengan berbagai alasan dan opini mereka sendiri yang belum tentu benar. Alasan yang sering diungkapkan oleh pedagang adalah karena mereka takut apabila ikut pindah ke tempat yang baru maka akan berkurang pendapatannya. Pemkot dalam merelokasi atau menata pedagang selalu mempertimbangkan bahwa penghasilan yang mereka peroleh setelah direlokasi tidak berkurang dan bahkan dapat meningkat dari sebelumnya. Kebijkan ini diambil Pemkot Bandar Lampung dengan penuh pertimbangan dan survey lokasi yang akan digunakan Dalam konteks ini, terdapat konsekuensi terhadap kebijakan. Namun demikian dinamika pasar turut ditentukan oleh pelanggan. Salah seorang pedagang menyatakan “... pas waktu direlokasi pendapatan lumayan mba. Saya di bawah waktu itu, udah lama banget juga. Kalo peningkatan pendapatan saat saya dipindahin ke lantai atas mba soalnya kan relokasinya sementara, Alhamdulillah ramai pendapatan meningkat, ya Alhamdulillah saja mbak semoga lancar terus. Sudah punya pelanggan sendiri mbak, banyak pelanggannya.“ (Hasanah, Pedagang Pasar Kangkung, Wawancara, 3 Mei 2016 ) 5
NOMOR : 43/TAHUN XIX/SEPTEMBER/2016 Kebijakan relokasi dalam konteks revitalisasi pasar tradisonal secara umum mempunyai konsekkuensi bagi pedagang. Dapat dikatakan bahwa relokasi dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik. Bagi pedagang, relokasi tidak banyak mempengaruhi pendapatan dari berdagang, hanya saja membutuhkan waktu untuk adaptasi tempat dan tetap berpeluang memperoleh pelanggan. b) Pendanaan Dalam hal pendanaan revitalisasi pasar tradisional, terdapat sebuah kondisi: keterbatasan dana untuk pembangunan (renovasi bangunan). Hal ini diakui Kepala Dinas Pasar Drs. Girendra, MM. bahwa pihaknya memang menggunakan pihak ketiga karena tidak ada dana untuk penataan pasar. Yakni dalalm rangka pembangunan konstruksi dan areal penunjang. Adapun menurut Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Lampung, Herman Malano menawarkan konsep, bagaimana mengelola pasar tradisional yang mudah dan murah. Caranya, pasar tradisional harus dikembangkan dengan prinsip meningkatkan kesejahteraan pedagang. Oleh karena itu, lanjutnya, masa sewa kios di pasar tradisional sebaiknya rata-rata 20 tahun keatas, sama seperti masa sewa atau hak guna pakai lahan pasar oleh pengelola pasar moderen (pihak swasta). Dengan begitu, harga sewa menjadi murah. “Pembangunan dan pengelolaan semua jenis pasar tradisional sebaiknya dipegang penuh oleh pemerintah agar harga kios dapat dikendalikan dan tidak berubah-ubah sesuai keinginan pengembang,” Kedua hal tersebut menjadi dinamika revitalisasi pasar tradisonal yang dilakukan Pemkot Bandar Lampung. Menurut sebuah
PROGRESS – FISIP UTB LAMPUNG
ISSN : 053 - 6678 sumber, revitalisasi meliputi hal-hal2: 1. Intervensi fisik. Yakni mengawali kegiatan fisik yang dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan (urban realm). intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran jangka panjang. 2. Rehabilitasi ekonomi. Maksudnya: revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan fisik atau bangunan, harus mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan formal (local economic development), sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi kawasan kota (P. Hall/U. Pfeiffer, 2001). Dalam konteks revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa mendorong terjadinya aktivitas ekonomi dan sosial (vitalitas baru). 3. Revitalisasi sosial/institusional. Dalam hal ini keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuat beautiful place. Maksudnya, kegiatan tersebut harus berdampak positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga (public realms). Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial 2
Dikutip dari artikel revitalisasi di internet. Dari: http://makalahdanskripsi.blogspot. co.id/2009/03/definisirevitalisasi.html (1 Juni 2016)
6
NOMOR : 43/TAHUN XIX/SEPTEMBER/2016 yang berjati diri (place making) dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan institusi yang baik. Dalam hal ini, kebijakan revitalisasi berada dalam rangkaian kebijakan-kebijakan yang tidak terpisahkan dengan pembangunan kota secara keseluruhan. Adapun peran serta investor untuk berpartisipasi, tetap berada dalam koridor kewenangan Pemkot Bandar Lampung. Pemerintah derah pada dasarnya melakukan pembangunan atau renovasi bangunan dalam rangka membantu meningkatkan perekonomian kota dan di wilayah tersebut. Asumsinya adalah: Hasil penataan pasar tradisonal akan miningkatkan perdagangan di wilayah tersebut; tingkat perkembangan ekonomi akan meningkat dimana akan terjadi perputaran uang lebih tinggi; terdapat peluang untuk menarik investor agar berkenan menanamkan modalnya di wilayah yang seperti itu. Dari keadaan tersebut dapat diahrapkan ekonomi Kota Bandar Lampung secara menyeluruh mempunyai nilai tambah. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis di Bandar Lampung, dapat dikatakan bahwa pasar tradisional tidak kalah dengan pasar modern, dimana lebih bersih dan tertata, pedagang sangat mendukung sekali akan danya pembangunan pasar tradisional. Menurut mereka, selain tempat mereka berdagang sekarang menjadi nyaman, pendapatan merekapun kian meningkat karena banyaknya pembeli yang berkunjung ke pasar-pasar tradisional. Kondisi ini dibenarkan oleh Kepala Pasar Kangkung, Drs. Ahmad Dafrika. Menurut Damsar (2002:102), ada beberapa strategi yang dilakukan oleh para aktor
ISSN : 053 - 6678 ekonomi untuk menjadikan suatu ruang sebagai tempat yang strategis. Hal yang berkaitan dengan aspek ruang itu sendiri dan yang berhubungan dengan aspek manusia. Strategi yang disebut pertama dimaksudkan untuk memperindah dan mempercantik ruang, sehingga menarik orang untuk memperhatikan atau sekedar melirik tempat tersebut. Pada kotakota besar dan menengah di Indonesia strategi yang dilakukan pada sebatas memperindah dan mempercantik bentuk dan warna bangunan, hanya sedikit yang memanfaatkan atau menggunakan etalase sebagai pemikat pengunjung. Strategi kedua ditujukan untuk membuat orang betah untuk berlama-lama dan kembali lagi pada waktu yang lain ke tempat yang sama. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat menengah kebawah lebih sering memilih berbelanja di pasar tradisional karena tempatnya yang strategis, yaitu dekat dengan rumah, harga yang lebih murah dan penilaian akan kenyamanan pasar. Adapun kondisi bahwa mereka masih berbelanja ke pasar modern lebih dikarenakan kebutuhan tertentu atau bahkan hanya untuk sekedar jalan-jalan (window shopping). Kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemkot Bandar Lampung untuk revitalisasi pasar
Gambar1. Pedagang Ayam Potong di Lantai 2, Pasar Kangkung. (Khusus bahan pokok dan sayur-sayuran
PROGRESS – FISIP UTB LAMPUNG
7
NOMOR : 43/TAHUN XIX/SEPTEMBER/2016 tradisonal, dapat dikatakan telah berjalan dengan baik. Masyarakat dan pedagang yang merasakan pengaruh positif dari revitalisasi yang diadakan. Bahwa implementasi kebijakan dapat dilihat dari penerapan hasil akhir. Menurut Grindle dalam Abdul Wahab (1990;126) adalah dengan melihat: 1) Dampaknya terhadap masyarakat, perseorangan dan kelompok-kelompok. Dampak diartikan sebagai perubahan dalam kondisi sosial ekonomi kependudukan dan sosial yang sedang berkembang yang disebabkan dari adanya suatu program; 2) Tingkat perubahan dan penerimanya. Dari hasil penelitian dapat dilihat di Pasar Kangkung yang telah menjadi pilihan atau tujuan utama masyarakat Wilayah Teluk Betung dan sekitarnya untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Hal ini merupakan hal yang teramati pasca-revitalisasi yang melibatkan pengembang PT. Halita Prima Jaya Utama dalam hal renovasi gedung. Di Pasar Kangkung saat ini terdapat fasilitas berupa Ruko 38 unit; Toko/Kios 255 unit; Los Amparan; 568 unit. Selain itu dilengkapi dengan sarana pendukung berupa Kantor UPT Pasar (Dinas Pasar); Musholla; Kantor Satpam; Kama Mandi dan WC Umum; dan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) yang terpusatkan. Kondisi perubahan ini dinilai baik oleh pedagang Pasar Kangkung: “Sekarang lebih enak mba,saya dagang udah 15 tahun, itu sebelah sana mau dilebarin lagi buat dagang, kayaknya makin rame juga yang dagang, pembeli juga rame,lumayan lah, apalagi kalau masih pagi. Sekarang keramik walaupun agak kotor karna keinjek-injek masih enak daripada dulu becek banget apalagi kalo ketimpa ujan. Kalo ujan tuh sibuk, kalo sekarang ada atapnya pembeli bisa berteduh juga sambil nunggu ujan berhenti” (Hasanah, Pedagang Pasar Kangkung, Wawancara, 3 Mei 2016 ) Pasar tradisional umumnya menyediakan berbagai macam bahan pokok keperluan rumah PROGRESS – FISIP UTB LAMPUNG
ISSN : 053 - 6678 tangga sehari-hari. Umumnya didominasi oleh penjual sembilan bahan pokok (sembako). Pasar tradisional ini biasanya berlokasi di tempat yang terbuka. Fisik bangunan dalam pasar berbentuk toko dan los atau kios. Juga terdapat bangunan berupa toko semi permanen yang umumnya digunakan untuk berjualan aneka kue, pakaian, dan barang atau perabotan lainnya. Bangunan berupa los pasar digunakan untuk berjualan buah-buahan, sayuran, ikan, daging dan sebagainya. Kondisi pasar tradisonal ini umumnya menggunakan penerangan (listrik) secukupnya. Instalasi listrik dibuat sederhana dan tidak disediakan untuk daya listrik besar. Berkaitan dengan fasilitas listrik, tidak tersedia penyejuk ruangan (Air Conditioner/AC) di pasar tradisional. Kondisi kebersihan pada pasar tradisional kadang kurang terjaga. Walaupun ada petugas kebersihan, masih sering dijumpai sampah banyak berserakan atau bertumpuk yang dapat menimbulkan bau tidak sedap. Kondisi tersebut, jika terjadi hujan, akan menyebabkan becek dan kotor. Setahap demi setahap, revitaliasi pasar tradisional untuk aspek kebersihan mulai di tingkatkan. Petugas kebersihan lebih giat melaksanakan tugasnya sehingga menjadi lebih rapih dan bersih dan menjadikan nyaman untuk berbelanja atau hanya untuk mengunjungi pasar tradisonal. Salah satu pasar tradisonal yang cukup besar dan dapat dikatakan sebagai pusat perbelanjaan tradisional di Bandar Lampung. Dapat dikatakan bahwa Pasar Bambu Kuning adalah pasar “legendaris” delam sejarah Kota Bandar Lampung. Pasar ini berada di pusat kota, memiliki wilayah cakupan pedagang paling luas diantara pasar tradisonal lainnya. Menyediakan aneka komoditas yang beragam: dari kebutuhan sembako, buah-buahan, pakaian, hingga penjual emas dan souvenir khas lampug. Sebagian warga Kota Bandar Lampung menganggap Pasar Bambu Kuning menyediakan keperluan yang lengkap dan mempunyai kualitas barang bersaing dengan harga yang relatif terjangkau. Dikaitkan keberadaan Pasar Bambu Kuning 8
NOMOR : 43/TAHUN XIX/SEPTEMBER/2016 yang “legendaris” yang relatif telah lama berdiri, yang juga berarti telah banyak berkembang seiring pembangunan Kota Bandar Lampung, pasar ini merupakan pasar tadisional yang dapat dikatakan memiliki fasilitas lebih lengkap. Selain gedung yang besar dan megah, pasar ini memiliki lahan parkir yang cukup luas, fasilitas MCK umum dan jalan atau lorong pemisah kios yang lebih tertata. Revitalisasi dilakukan dengan melibatkan pengembang PT. Gunung Pesagi. Existing gedung: di Lantai 1. terdapat Toko/Kios 276 Unit dan di Lantai 2. Los Amparan 351 Unit. Penataan yang paling tampak adalah pada lahan parkir kendaraan dan tidak adanya pedagang kakilima yang memenuhi bahu jalan. Hal ini dapat menjadi faktor meningkatnya pelanggan untuk belanja ke pasar terbesar di bandar lampung ini. Berikut ini salah satu pendapat pelanggan Pasar Bambu Kuning: ” saya lebih suka belanja di pasar tradisional mbak, sekarang kan pasarnya sudah enak, udah kaya pasar semi modern gitu ya mba, masih bisa ditawar, strategis, lebih luas, banyak pilihan. Kalo untuk masalah pembangunan sih ya gitu mba lebih baik lah lebih maju, nyaman gitu. Ya mudahmudahan masih bisa lebih maju lagi pasar tradisional biar sama-sama bagus kan mba?” (Rodiah, pelanggan Pasar
Bambu Kuning, Wawancara, 8 Mei 2016 ) Menurut penulis, implementasi kebijakan Pemkot Bandar Lampung melakukan revitalisasi pasar tradisional mempunyai langkah strategis dengan mengajak pengembang sebagai mitra. Dalam bentuk kerjasama tetap mengedepankan peran pemerintah daerah sebagia penentu kebijakan. Adapun dari penelitian ini, dapat dikatakan bahwa implementasi kebijakan revitalisasi paras tradisonal dapat berjalan dengan baik dan kemanfaatannya dirasakan oleh publik Kota di Bandar Lampung. Yakni dengan merujuk Nugroho (2008:355): Kebijakan publik senantiasa ditujukan kepada untuk PROGRESS – FISIP UTB LAMPUNG
ISSN : 053 - 6678 melakukan intervensi terhadap kehidupan publik untuk meningkatkan kehidupan publik itu sendiri. KESIMPULAN Analisis atas implementasi kebijakan publik sangat relevan untuk pengkajian pembangunan yang dilakukan pemerintah daerah. Konteksnya tidak hanya menganalisi secara deskriptif-normatif, dapat direkomendasikan penelitian yang sifatnya kritik membangun manakala dibutuhkan. Untuk kasus revitalisasi pasar (sebagaimana judul di atas) adalah penelitian deskriptif tentang kebijakan publik dimana diperoleh hasil: 1) Revitalisasi pasar tradisional di Kota Bandar Lampung mampu memecahkan permasalahan penataan pasar. Secara administratif kepemerintaah, terdapat organisasi yang memadai dan terdapat kebijakan publik yang menaunginya; 2) Revitalisasi pasar tradisional memungkinkan keterlibatan pihak swasta untuk melancarkan kebijakan pemerintah dengan hasil yang cukup memuaskan; 3) Hasil revitalisasi dirasa manfaatnya oleh masyarakat; baik pedagang maupun masyarakat, terutama pengguna jasa pasar.
DAFTAR PUSTAKA Buku: Abidin, Said Zainal, 2002, Kebijakan Publik, Yayasan Pancur Siwah, Jakarta. Agustino Leo. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Alfabeta. Bandung. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta 9
NOMOR : 43/TAHUN XIX/SEPTEMBER/2016
ISSN : 053 - 6678
Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Penerjemah: Samodra Wibawa. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Mulyana Deddy, 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung Nugroho, Riant. 2008. Kebijakan Publik; Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Wahab, Solichin Abdul. 1990. Pengantar Analisis Kebijaksanaan Negara. Rineka Cipta. Jakarta. Winarno, Budi. 2007, Kebijakan Publik, Teori dan Proses (edisi revisi) Media Presindo. Yogyakarta Perundang-undangan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 05 Tahun 2009 tentang Tata-kerja, Tugas, Fungsi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung Internet - Kamus Besar Bahasa Indonesia online pada situs: http://kbbi.web.id/revitalisasi [Diunduh: 3/Jan/2016] - Artikel illmiah “Definisi Revitalisasi” penulis: Sandi Raka pada situs: http://makalahdanskripsi.blogspot.co.id/2009/ 03/definisi-revitalisasi.html [Diunduh 1 Juni 2016]
PROGRESS – FISIP UTB LAMPUNG
10