MENYAHUTI WA ATIMMU (1)
Selasa, 22 September 2015 08:25
MENYAHUTI WA ATIMMU
Suara Batin dan Intelektual Seorang Jamaah Haji
(Catatan Arbain di Madinah Kloter PDG III, 24 Agt 02 Sepr 2015, Tahun 1436H/2015}
Oleh:
DUSKI SAMAD
MENYAHUTI WA ATIMMU (1)
(Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. (QS. Al Baqarah(2):196).
Ibadah haji adalah perintah langsung yang disebutkan al-Qur’an dengan diawali kata-kata wa atimmu artinya sempurnakan. Ibadah haji adalah penyempurna keislaman seseorang. Ibadah haji adalah ibadah fisik, mental dan jiwa. Ibadah haji adalah bahagian penting dan merupakan dasar perintah (rukun) Islam kelima. Firman suci cukup jelas memberikan bimbingan bagaimana mestinya haji dilakukan sebagai wujud kesempurnaan.
Ibadah haji adalah ibadah yang memuat unsur normatif, sesuai syariat, dengan aturan (manasi k ) yang sudah dibakukan. Khuzu manasikakum. Adalah pekerjaan sia-sia, bila haji tidak sesuai syariat, karena di antara jamaah ada yang melakukan ibadah bid’ah (mengada-adakan) sesuatu yang Nabi tidak pernah melakukannya. Di antaranya yang paling banyak dilakukan yang nashnya tidak ada adalah melakukan umroh
1/5
MENYAHUTI WA ATIMMU (1)
Selasa, 22 September 2015 08:25
berulang kali dalam melaksanakan ibadah haji.
Kesempurnaan ibadah haji bukan saja dari sisi ibadahnya akan tetapi juga dari makna yang hendak dihadirkan ibadah haji. Makna dan hikmah ketaatan (inqiyad), persaudaraan (ukhuwah) dan pemaknaan sejarah ( sirah nabawiyah ) adalah capaian yang ingin diwujudkan oleh setiap jamaah. Haji sulit mencapai kualitas yang memadai tanpa diikuti perenungan dan penghayatan terhadap semua even haji yang dilewati.
Penyempurnaan ibadah haji dapat dilakukan bila orang-orang yang melakukannya dengan niat ikhlas, pelaksanaan ibadah mengacu syariat (nusuk) dan disertai dengan jiwa bersih. Firman Allah menegaskan bahwa pelaksanaan ibadah haji adalah sesuatu yang sudah mashur dengan cara dan waktu yang telah ditentukan, oleh karena itu kepatuhan merupakan kunci utamanya, baca Al-Qur’an surat al-Baqarah/2:197).
Penegasan ayat di atas berkenaan dengan pencegahan virus moral yang meliputi tiga penyakit hati, rafas, fusuk dan jidal, yang harus diwaspadi oleh siapapun yang menunaikan perintah haji. Bersamaan dengan itu diperkuat pula perintah untuk memperkuat modal taqwa dan melakukan sebanyak mungkin kebaikan. Ketiga citra dan karakter sipritual di atas adalah profil yang hendak dibentuk oleh ibadah haji. Makna yang mestinya juga direfleksikan oleh calon jamaah adalah bahwa haji adalah proses pembentukkan karakter diri menuju insan yang bertajalli dengan dengan khaliknya.
Kesempurnaan penting lainnya yang hendaknya digali dalam ritual haji adalah memberi makna pada napak tilas sejarah orang-orang besar, orang-orang pilihan Allah, para nabi dan Rasulnya, dan hamba-hambanya yang dicatat sebagai hamba terbaik. Ds.
TAK DAPAT DI BAHASAKAN [1]
Artinya: Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu
2/5
MENYAHUTI WA ATIMMU (1)
Selasa, 22 September 2015 08:25
yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, .....dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al-Hadiid,57/20).
Jam baru menunjukkan pukul 00.3 subuh mata tidak mau dipejamkan lagi, lalu kami bangun untuk shalat tahajud selanjutnya bersiap-siap untuk berangkat ke tempat awal keberangkatan di kantor KBIH Al Mabrur Jalan Rasuna Said Padang. Jam 7.30 pagi kami mobil bergerak dari rumah jalan Ambon I No 4 Wisma Indah III Siteba Padang bersama anak-anak kami dengan mobil dinas Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol, BA 136, yang bulan November 2015 mendatang penulis akan mengakhiri tugas sebagai Dekan.
Sulit tidak mengakuinya bahwa perjalanan ibadah haji yang menghabiskan waktu 40 hari pulang pergi bersama isteri dengan meninggalkan 5 (lima) orang anak-anak, meskipun usianya sudah cukup besar, namun sulit mengambarkan perasaan batin. Senang mau beribadah bersama isteri dan kakak ipar, sekaligus juga khawatir dan kasihan meninggalkan anak tanpa mama dan ayahnya. Kegundahan harus dapat di atasi, tetangga dan lingkungan yang diharapkan dapat memberikan bantuan, di atas semua itu tentu penyerahan diri (tawakkal) adalah sikap batin yang harus diperkuat.
Pemberangkatan dari rumah kediaman dengan dilepas tetangga adalah kesan penting yang mendatangkan kenyamaan hati. Harus diakui perjalanan ibadah haji memang melibatkan emosi keagamaan, tanpa terasa air mata mengalir ketika tetangga bersalaman. Di atas mobil yang mengantarkan ke asrama haji dirasakan ada suasana batin yang bercampur antara gembira dan kegamangan meninggalkan anak-anak. Sulit memungkiri bahwa hati memang terikat dengan yang dicintai, harta dan anak-anak.
Perjalanan ibadah haji penulis bersama isteri dan kakak ipar musim haji 1436 H/ 2015 ini adalah kunjungan ke Baitullah yang kelima kalinya. Kali pertama melakukan ibadah haji pada musim haji tahun 2000 atas biaya dari jamaah dan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Yayasan Pusat Islam Minangkabau (YAPIM) Jakarta. Kegiatan mengayomi dan membimbing keagamaan dan kemasyarakatan para perantau Ulakan dan Sekitarnya, IKUS, menjadi titik awal kebangkitan pedagang dan tokoh masyarakat Padang Pariaman yang berujung lahirnya organisasi YAPIM dan KBIH dimana penulis adalah Sekjen YAPIM dan Pembina KBIH YAPIM. Musim haji tahun 2000 penulis bersama Salmadanis diberangkat membimbing 1 (satu) rombongan KBIH YAPIM.
3/5
MENYAHUTI WA ATIMMU (1)
Selasa, 22 September 2015 08:25
Tahun 2005 penulis diberi amanah Rektor IAIN Imam Bonjol Padang – saat itu Prof.Dr. Maidir Harun, MA – mengikuti ujian sebagai calon pembimbing haji mewakili IAIN Imam Bonjol. Pada tahap awal penulis belum berhasil, namun berselang beberapa waktu saja penulis dipanggil untuk ikut jadi pembimbing, setelah Mafri Amir mengundurkan diri menjadi pembimbing. Pemberangkatan haji tahun 2005 masih embarkasi Medan dan tahun itu pula dicoba mengurangi petugas haji dari 5 (lima) orang menjadi 3 (tiga) orang. Ketua kloter merangkap sebagai pembimbing, satu dokter dan satu orang tenaga kesehatan.
Mengunjunggi Baitullah ke Mekah ketiga kali terlaksana atas undangan Majlis Dzikir SBY Nurussalam yang dibina oleh Susilo Bambang Yudoyono, saat itu Presiden RI,pada bulan Februari 2008 bersama 95 ulama, pimpinan pesantren dan tokoh umat di Indonesia. Umroh dengan dilepas Presiden di istana negara memiliki kenangan dan makna tersendiri. Kokohnya ikatan batin yang dibangun SBY dengan ulama, pimpinan Pesanteren dan tokoh umat melalui Majlis Dzikir SBY Nurussalam - penulis pembinanya di Sumatera Barat – membawa dampak bagi kemenangan SBY pada PILPRES 2009 untuk jabatan Presiden kedua kalinya.
Memenuhi panggilan labaik allahuma labaik keempat kali, penulis nikmati atas dukungan Biro Perjanalan Wisata PT. Rezki Internasional Indonesia menjadi pimpinan rombongan jamaah umroh bersama isteri dan 50 orang jamaah pada bulan 25 Februari 2013. Kesan mendalam mendampingi jamaah umroh membawa makna bagi penguatan sipritual dan pengalaman hidup bertemu dengan atase haji di Jeddah dan serangkai pembicaraan dengan mutawwif dan pengelola umroh di Haramain.
Tanggal 24 Agustus 2015 ini adalah perjalanan kelima penulis menjadi dhuyufurrahman (tamu Allah) ke Baitullah dan Madinah Munawwarah, setelah menunggu lebih enam tahun. Setor biaya perjalanan haji dilakukan September 2009 dengan uang rapel tunjangan guru besar pertama kali. Perjalanan ke Haramain kali ini bersama isteri, 1 kakak ipar, 3 orang saudara isteri, 2 orang pegawai IAIN bergabung dalam kolter PDG 3 dalam rombongan 10 pada regu 2 dengan posisi sebagai jamaah.
[1] Minggu, 23 Agustus 2015. Pukul 7.30 pagi meninggalkan rumah menuju KBIH Al Mabrur.
4/5
MENYAHUTI WA ATIMMU (1)
Selasa, 22 September 2015 08:25
5/5