IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN FIQIH SISWA KELAS VI DI MADIN TARBIYATUL ATHFAL II UJUNGPANDAN WELAHAN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh : R O K H A YA T I NIM : 131310001389
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNISNU) JEPARA 2015
i
ABSTRAK Rokhayati, (NIM. 131310001389) 2015, Implementasi Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas VI Di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. Program Strata 1 (S1) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara, Pembimbing Drs. Maswan, MM. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :1) Untuk mengetahui implementasi metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI Di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara tahun pelajaran 2014/2015. 2) Untuk mengetahui evaluasi dalam pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI Di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara. 3) Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara Pelajaran 2014/2015 pada kelas VI, dengan subjek penelitian yaitu : kepala sekolah, guru mata pelajaran fiqih dan juga siswa kelas VI, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif dan sebagai prosedur penelitian skripsi ini menggunakan metode kualitatif, adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Implementasi Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas VI Di Di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara sudah berjalan sangat efektif Di mana siswa dapat dengan cepat memahami materi dan dapat mengingatnya lebih jelas, karena dalam proses pembelajarannya siswa tidak hanya mendengar dan melihat saja tetapi juga mempraktikkan secara langsung, sehingga siswa dapat memahami materi dengan cepat dan tepat, Dalam setiap kegiatan pastilah ada faktor penghamabat dan pendukung, adapun Faktor penghambatnya adalah keterbatasan waktu, kondisi psikologis siswa, dan faktor lingkungan. Sedangkan faktor pendukung itu diantaranya, kedisiplinan guru datang tepat waktu, tersedianya fasilitas media di sekolah, kemampuan guru dalam menguasai dan menyampaikan materi kepada siswa. Dari hasil penelitian tersebut, diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada semua pihak tentang penerapan metode demonstrasi pada mata pelajran fiqih di Di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 khususnya kepada siswa, guru, dan orang tua dalam meningkatkan tingkat penguasaan materi pelajaran..
ii
NOTA PEMBIMBING Lampiran
: Eksemplar
Hal.
: Naskah Skripsi
Jepara, 21 September 2015
An. Sdr. Rokhayati
Kepada: Yth. Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya bersama ini saya kirimkan skripsi saudari : Nama
: ROKHAYATI
NIM
: 131310001389
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Studi : PAI Judul
: Implementasi Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas VI Di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015.
Selanjutnya saya mohon kepada Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan agar skripsi saudari tersebut dapat dimunaqasyahkan. Dan atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Pembimbing
Drs. Maswan, MM
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: ROKHAYATI
NIM
: 131310001389
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan dari karya orang lain dan tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Jepara, 21 September 2015 Deklarator,
Rokhayati NIM. 131310001389
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO
“Sebaik baiknya manusia adalah kemanfaatan pada orang lain”
vi
yang
bisa
memberi
PERSEMBAHAN penulis persembahkan Skripsi ini kepada :
Bapak dan Ibu yang selalu mendidik dengan penuh kasih sayang
yang
senantiasa
dan
tak
henti-hentinya
mendoakanku. Suami tercinta Abdul Rosyid Ananda tersayang Kholil Rohman, Syaikhul Muttaqin, Imaduddin
Akmal,
Alim
Ilmi
Sholih
yang
selalu
memberiku motivasi Saudara-saudaraku
Nur
Rohmatun,
Ana
Rohimah,
Rohmawati, Arif Muslikhan, Imam Amri, Ahmad Mawardi, Aji Husaini, Dan Habibi Ragil Marzuki yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepadaku. Teman-teman dan sahabat-sahabatku di UNISNU yang senasib seperjuangan.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Dengan
terselesaikannya
skripsi
yang
berjudul
“IMPLEMENTASI
METODE DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN FIQIH SISWA KELAS VI DI MADIN TARBIYATUL ATHFAL02 DESA UJUNGPANDAN KECAMATAN WELAHAN KABUPATEN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015”, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada yang terhormat: 1. Bapak Prof.Dr. K.H. Muhtarom HM selaku Rektor UNISNU Jepara. 2. Bapak Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UNISNU Jepara. 3. Bapak Drs. Maswan, M.M. selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini 4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan keguruan di UNISNU Jepara yang telah mengajarkan ilmunya. 5. Bapak Ahmad Qosdun Niam, S.H selaku Kepala dan selaku guru mata pelajaran fiqih, dan dewan guru yang telah banyak memberikan bantuannya kepada penulis dalam melaksanakan penelitian ini. 6. Semua keluargaku, kedua orang tuaku, dan saudara-saudaraku,dan orang terdekatku yang telah banyak memberikan motivasi dalam studiku. 7. Teman-temanku di Kampus UNISNU Jepara yang telah banyak membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis akan mendapatkan imbalan yang setimpal dari sisi Allah SWT.
viii
Penulis menyadari, meskipun telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyusun skripsi ini, penulis yakin masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sebagai bekal menuju yang lebih baik dan sempurna. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan bagi pembaca pada umumnya. Amien.
Jepara, 21 September 2015 Penulis,
ROHAYATI NIM. 131310001389
ix
TRANSLITERASI ARAB-LATIN Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0543 b/U/1987 tanggal 22 Januari 1988 A. Konsonan Tunggal Huruf Arab
ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ﻫ ء ي ة …ة
Alif Ba’ Ta’ Sa Jim Ha’ Kha’ Dal Zal Ra’ Za’ Sin Syin Sad Dad T Za’ ‘Ain Gain Fa’ Qof Kaf Lam Mim Nun Waw Ha’
Huruf Latin B T S Ja H Kh D Ż R z s sy s d T z ‘ g f q k l m n w h
Hamzah
׳
Ya’ Ta’ Marbutah Ta’ Marbutah
y h t/h
Nama
x
Keterangan Tidak dilambangkan S dengan titik di atas h dengan titik di bawah z dengan titik di atas s dengan titik di bawah d dengan titik di bawah t dengan titik di bawah z dengan titik di bawah Koma terbalik (apostrof tunggal) Apostrof lurus miring (tidak untuk awal kata) Dibaca ah ketika mawquf Dibaca ah/at ketika mauquf
B. Vokal Pendek Arab
Latin
Keterangan
Contoh
-
A
Bunyi fathah pendek
-
I
Bunyi kasrah pendek
-
U
Bunyi dammah pendek
ﻗﺎل ﺳﻠﻢ اﺣﺪ
Keterangan
Contoh
C. Vokal Panjang Arab
Latin
ﺎ ﻰ/ﻲ ﻮ
Â
Bunyi fathah panjang
Î
Bunyi kasrah panjang
Ŭ
Bunyi dammah panjang
ﻛﺎ ن ﺑﻨﻲ ﻛﻮ ﻧﻮ
D. Diftong Arab
Latin
Keterangan
Contoh
ﻮ ﻲ
aw
Bunyi fathah diikuti waw
Ai
Bunyi fathah diikuti ya
ﻣﻮز ﻛﻴﺪ
E. Pembauran kata sandang tertentu Arab
Latin
ا ﻟﻖ
al-Qa
ا ﻟﺶ
Sy-Sya
Keterangan
Contoh
Bunyi al Qomariyyah Bunyi
al
dengan
/
syamsiyyah (el)
diganti
huruf berikutnya
ا ﻟﻘﻤﺮ ا ﻟﺸﻤﺴﻴﺔ
Bunyi al-Qomariyyah / al
/
و اﻟﻢ و اﻟﺖ
Wal – Mu
syamsiyyah diawali huruf
/ wat-Ta
hidup, maka tidak terbaca mandiri
xi
و اﻟﻤﻌﺎ ﻣﻠﺔ و اﻟﺘﺮﺑﻴﺔ
DAFTAR TABEL DAN LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Hal. Tabel 3.1
Tabel Daftar Guru Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan .. 46
Tabel 3.2
Tabel
Keadaan
Siswa
Madin
Tarbiyatul
Athfal
2
Ujungpandan............................................................................. 47 Tabel 3.3
Tabel Daftar Ruangan Gedung Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan............................................................................. 48
Tabel 3.4
Tabel
Daftar Peralatan Madin Tarbiyatul Athfal 2
Ujungpandan............................................................................. 48
DAFTAR LAMPIRAN
Hal. Lampiran 1
Daftar Nama Siswa Kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan ............................................................................ 85
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................................ 86
xii
DAFTAR ISI Hal. Halaman Judul ............................................................................................
i
Abstrak
ii
..................................................................................................
Persetujuan Komisi Pembimbing ............................................................... iii Pengesahan .................................................................................................
iv
Motto Persembahan ....................................................................................
vi
Kata Pengantar ........................................................................................... viii Transliterasi Arab-Latin .............................................................................
x
Daftar Tabel dan Lampiran ......................................................................... xii Daftar Isi
.................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Penegasan Istilah ...................................................................
3
C. Rumusan Masalah .................................................................
5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................
6
E. Metodologi Penelitian ...........................................................
8
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 13 BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 16 A. Metode Demonstrasi .............................................................. 16 B. Praktik Penggunaan
Metode
Demonstrasi
Dalam
Kegiatan Belajar Mengajar ................................................. 24 xiii
C. Pembelajaran Fiqih ................................................................ 27 D. Sistem Pendidikan Madrasah diniyah ................................... 31
BAB III
KAJIAN OBYEK PENELITIAN ........................................ 41 A. Data umum Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara ..................................................................... 41 B. Data Khusus Tentang Implementasi Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015............................................................... 50
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN........................................ 62
A. Analisis Implementasi Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas VI di di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015
62
B. Analisis Evaluasi dalam Implementasi Metode Demonstrasi Pada Mapel Fiqih Siswa Kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. 65 C. Analisis
Faktor
Pendukung
Demonstrasi Pada Mapel Fiqih
dan
Penghambat
Metode
Siswa Kelas VI di Madin
Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015................................................................. 69
xiv
BAB V
PENUTUP .............................................................................. 77 A. Kesimpulan............................................................................... 77 B. Saran ........................................................................................ 79 C. Penutup .................................................................................... 79
Daftar Pustaka ............................................................................................. 81 Riwayat Hidup............................................................................................. 85 Lampiran-lampiran .....................................................................................
xv
DAFTAR RIWAYAT PENULIS
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: ROHAYATI
Fakultas
: Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
NIM
: 131310001389
Tempat, Tgl Lahir
: Jepara, 07 April 1966
Alamat
: Ujungpandan, RT 13/05, Welahan Jepara.
Riwayat Pendidikan
: MI Ma’hadul Ulum Mutih Kulon Wedung Demak Tahun 1979 SMP I Bw Sula Semarang Tahun 1982 SMAN Grogol Demak Tahun 1985 (sekarang SMAN 1 Karang Tengah Demak)
Demikian daftar riwayat pendidikan yang dibuat dengan data yang sebenarnya dan semoga menjadi keterangan yang lebih jelas. Jepara, 21 September 2015 Penulis
Rohayati NIM: 131310001389
xvi
Lampiran : Daftar Nama Siswa Kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 No
Nama Siswa
Tmpt, Tgl Lahir
1
Khodhiqotun Najwa
Jepara, 20-09-2005
Karangpandan
2
Nur Lailatul Fadhilah
Jepara, 19-09-2004
Karangpandan
3
Aisatur Rohmah
Jepara, 19-12-2002
Karangpandan
4
Siti Fatimah
Jepara, 31-01-2004
Karangpandan
5
Nur Lailatul Jannah
Jepara, 08-11-2004
Karangpandan
6
Efa Aiu Rohimah
Jepara, 27-02-2004
Karangpandan
7
Ahmad Tohir Hilmi
Jepara, 19-09-2004
Karangpandan
8
Ahmad Diyas Faisal
Jepara, 07-03-2004
Karangpandan
9
Alim Ilmi Sholih
Jepara, 06-03-2004
Karangpandan
10
Arju Ahsanar Riziq
Jepara, 18-08-2005
Karangpandan
11
Ahmad Yazid Asyhar
Jepara, 30-01-2004
Karangpandan
12
Ahmad Febriyan
Jepara, 21-02-2003
Karangpandan
13
Muhamad Rizal Maulana
Jepara, 06-05-2004
Karangpandan
14
Muhammad Mu’izul Umam
Jepara, 08-11-2004
Karangpandan
15
Wikola Saputra
Jepara, 23-09-2003
Karangpandan
16
Fatihatul Alif Nurul ARifin
Jepara, 07-03-2003
Karangpandan
xvii
Alamat
LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF NU MADIN AWALIYAH MA’ARIF NU 14 JEPARA
“TARBIYATUL ATHFAL 02” Alamat : Dk. Karangpandan Desa Ujungpandan Welahan Jepara
SURAT KETERANGAN Nomor
: 27/PP/MDR.TA/IX/2015
Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama NIP Jabatan Alamat
: Ahmad Qusdun Niam, SH. : --: Kepala Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan : Karangpandan Ujungpandan Welahan Kabupaten Jepara
Menerangkan, bahwa : Nama
: ROKHAYATI
NIM
: 131310001389
Mahasiswa Jurusan Program Studi
: UNISNU Jepara : Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan : Pendidikan Agama Islam (S1)
Bahwa yang tersebut di atas telah mengadakan penelitian di Madrasah Diniyah Tarbiyatul Athfal 2 Karangpandan Ujungpandan Welahan Kabupaten Jepara mulai Tanggal 23 Agustus 2015 sampai dengan 21 September 2015, guna penyusunan skripsi dengan judul : “Implementasi Metode Demonstrasi Pada Mata
Pelajaran Fiqih Siswa Kelas VI Di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015”. Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya dan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Demak, 21 September 2015 Kepala,
Ahmad Qusdun Niam, SH. NIP.: ---
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan sumber daya manusia (SDM). Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan sumber daya manusia sehingga dapat menciptakan manusia produktif yang mampu memajukan bangsanya. Pendidikan dalam arti luas didalamnya terkandung pengertian mendidik, membimbing, mengajar dan melatih. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.1 Keberhasilan mengajar, selain ditentukan oleh faktor kemampuan, motivasi dan keaktifan peserta didik dalam belajar, juga banyak tergantung pada kemampuan guru dalam
mengembangkan berbagai
keterampilan mengajar. Dalam mengembangkan kegiatan belajar mengajar, guru pasti berusaha mencapai tujuan semaksimal mungkin. Salah satu usahanya adalah meggunakan metode mengajar.2 Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan
1 2
S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), cet. 3, hlm. 4. Anisatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 80.
1
2 tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat3.jadi guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar,sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pangajaran4 Untuk mencapai suatu kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien seorang guru harus mampu memberikan variasi dan metode pengajaran yang tepat agar dalam pembelajaran bisa menggairahkan belajar anak didik, dengan bergairahnya belajar, anak didik tidak sukar untuk mencapai tujuan pengajaran. Di antara metode yang dapat digunakan oleh seseorang guru adalah seperti metode ceramah, eksperimen, tanya jawab, resitasi, demonstrasi dan sebagainya. Dan pada pembahasan ini peneliti akan menitik beratkan pada metode demonstrasi sebagai salah satu elemen dalam pembelajaran, utamanya dalam mata pelajaran fiqih. Seperti yang kita ketahui bahwasanya metode adalah suatu ilmu yang membicarakan tentang cara-cara menyampaikan bahan pelajaran, sehingga dikuasai oleh anak didik dengan kata lain ilmu tentang guru mengajar dan murid belajar. Jadi dengan demikian metode dapat pula diartikan sebagai jalan atau cara untuk mencapai sesuatu. Adapun kaitannya dengan mata pelajaran fiqih ini adalah bagaimana seorang guru dapat meyampaikan materi pelajaran kepada siswa dengan menggunakan metode atau cara yang tepat. Sebab seperti yang terjadi di lapangan kebanyakan siswa kesulitan dalam menyerap dan mencerna apa yang 3
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,2010), Cet.4, hlm. 3. 4 Ibid., hlm. 75.
3 disampaikan oleh guru. Sehingga rata-rata nilai hasil mereka tidak maksimal dan tidak sesuai dengan harapan guru. Oleh sebab itu untuk mengantisipasi hal seperti di atas, maka perlu suatu pemecahan yang serius dengan penanganannya. Sehingga dalam proses belajar mengajar tercipta suatu lingkungan yang kondusif, kreatif dan kritis dari siswa. Utamanya dalam mata pelajaran fiqih sebagai mata pelajaran yang mengajarkan tentang tatanan syariat hukum Islam. Alternatif pemecahan masalah tersebut di atas adalah dengan metode demonstrasi. Sebab dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung. Diharapkan dengan metode demonstrasi ini di dalam proses belajar mengajar nantinya akan berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Maka dari itulah penulis akan mengadakan penelitian dengan judul “ Implementasi Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas Vi Di Madin Tarbiyatul Athfal Ii Ujungpandan Welahan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ”. B. Penegasan Istilah Untuk menghindari persepsi dan penafsiran yang berbeda-beda terhadap judul di atas, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam judul tersebut. Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan, antara lain :
4 1. Implementasi Dalam kamus besar bahasa Indonesia impelentasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci5. 2. Metode Demonstrasi Metode adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai tujuan tertentu, namun apabila dikaitkan dengan pembelajaran, dapat dapat digaris bawahi bahwa metode pembelajaran adalah suatau cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan6. Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengetian atau untuk memperhatikan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik7. 3. Mata Pelajaran Fiqih Merupakan sub mata pelajaran PAI yang meterinya tentang hukumhukum Islam yang diambil dari Al Qur’an dan hadist dan hukum tersebut tentang peraturan syar’i yang sangat penting bagi kehidupan muslim. Jadi Implementasi Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara 5
Tahun Pelajaran 2014/2015 merupakan suatu pelaksanaan
Anton m. Moeliyono. Dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta PN. Balai Pustaka, 1993, hal. 710 6 Ismail SM, M.Ag. dalam bukunya Strategi Pembelajran Agama Islam Berbasis Paikem: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenagkan,(Semarang,, Rasail media group, 2008). hlm: 20 7 Zakiyah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011) cet ke 5, hlm: 297
5 penerapan metode atau cara yang digunakan dalam pelaksanaan mengajar pada mata pelajaran fiqih kelas VI Madin dengan cara menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengetian atau untuk memperhatikan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik, yang pelaksanaan penelitiannya dilakukan di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara .
C. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di muka maka ada beberapa permasalahan yang akan dikaji melalui penelitian ini. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain : 1. Bagaimanakah implementasi metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara tahun pelajaran 2014/2015? 2. Bagaimana evaluasi dalam pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran Fiqih Siswa Kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara
tahun pelajaran
2014/2015 ? 3. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat implementasi metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara tahun pelajaran 2014/2015 ?
6 D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui implementasi metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI Di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara tahun pelajaran 2014/2015. b. Untuk mengetahui evaluasi dalam pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI Di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara
tahun
pelajaran 2014/2015. c. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara tahun pelajaran 2014/2015. 2. Manfaat Penelitian a. Secara Teoritis 1) Dapat mengetahui pelaksanaan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara tahun pelajaran 2014/2015. 2) Dapat mengetahui hasil belajar siswa dengan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara tahun pelajaran 2014/2015 3) Dapat mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan
metode
demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI di Madin
7 Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara tahun pelajaran 2014/2015. b. Secara Praktis 1) Bagi penulis Untuk meningkatkan pengetahuan penulis, khususnya pelaksanaan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara tahun pelajaran 2014/2015. 2) Bagi Guru Dapat
memberikan
informasi
tentang
pelaksanaan
metode
demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara tahun pelajaran 2014/2015. 3) Bagi Siswa Sebagai dasar pengalaman bagi siswa, agar nantinya siswa mengetahui betapa petingnya pendidikan, yang diharapkan nantinya menambah minat belajar dan juga meningkatkan prestasi belajar siswa. 4) Bagi masyarakat Masyarakat khususnya agar dapat mengetahui pelaksanaan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa.
8 E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, karena data yang dipaparkan secara analisis deskriptif. Menurut Denzin dan Lincoln, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada8. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif maksudnya data yang dikumpulkan itu berupa katakata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Pendekatan ini digunakan untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai metode demonstrasi pada pelajaran fiqih siswa kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara. Penulisan skripsi menggunakan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskirptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.9 2. Metode Pengumpulan Data Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Field research yaitu pengumpulan data dan informasi yang terkait dengan objek
8
hlm.5
9
Lexi .J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Karya, 1998) Ibid., hlm. 3.
9 penelitian di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara . Untuk mendapatkan data di lapangan digunakan metode sebagai berikut : a. Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.10 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kegiatan guru di implementasi metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara dan data lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.11 b. Observasi yaitu studi yang sengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Tujuan Observasi atau pengamatan ialah mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikansi dari interaksi elemen-elemen tingkah laku manusia pada fenomena sosial yang serba kompleks dalam pola-pola kultural
10
Lexi J. Moleong, Op. Cit., hlm. 135. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 157. 11
10 tertentu. Observasi langsung juga akan memberikan sumbangan yang sangat penting dalam penelitian deskriptif.12 Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisis item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.13 Metode
ini
digunakan
untuk
mengobservasi
tentang
implementasi metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara dan kejadian-kejadian yang dianggap penting dan relevan dengan penelitian ini. Sehingga dapat diperoleh data, gejala atau kejadian yang sebenarnya. c. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan sebagainya.14 Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang materi pelajaran fiqih , sarana prasarana belajar mengajar dan data lain. yang berhubungan dengan penelitian yang terdapat di implementasi metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara. Untuk mengecek keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Pengertian triangulasi itu sendiri adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi berarti
204.
12
Sanapiah Faisal, Metode Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hlm.
13
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 204. Ibid., hlm. 206.
14
11 cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan beberapa macam triangulasi. Dan yang peneliti ambil yaitu teknik triangulasi data. Triangulasi data berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan: a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang. e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 15 3. Metode Analisis Data Metode analisis data merupakan proses pencandraan (description) dan penyusunan material lain yang telah terkumpul. Maksudnya agar peneliti dapat menyempurnakan pemahaman terhadap data tersebut untuk 15
Lexy J Moleong, Op.Cit., : 303
12 kemudian menyajikannya kepada orang lain dengan lebih jelas tentang apa yang telah ditemukan atau didapatkan di lapangan.16 Bersamaan dengan proses pengumpulan data dilakukan analisis data alur analisis menggunakan model srapdley. 17
Adapun tahapan
analisis Spradley yaitu: a. Analisis Domain Analisis domain merupakan langkah pertama dalam penelitian kualitatif. Yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti atau obyek penelitian. Data yang diperoleh dari grand dan minitour question. Hasilnya berupa gambaran umum tentang obyek yang diteliti, yang sebelumnya belum pernah diketahui. Dalam analisis ini informasi yang diperoleh belum mendalam, masih di permukaan, namun sudah menemukan domain-domain atau kategori dari situasi sosial yang diteliti18. b. Analisis Taksonomi Analisi taksonomi adalah analisis terhadap keseluruhan data yang terkumpul berdasarkan domain yang telah menjadi cover term oleh peneliti dapat diurai secara lebih rinci dan mendalam melalui analisis taksonomi ini
19
. Dalam analisis ini, yang diurai adalah
domain yang telah ditetapkan menjadi fokus. Melalui analisis taksonomi, setiap domain dicari elemen yang serupa atau serumpun. 16
Lexy Moleong, Op. Cit., hlm. 209 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 157. 18 Ibid., hlm, 158 19 Ibid., hlm, 159 17
13 Ini diperoleh melalui observasi dan wawancara serta dokumentasi yang terfokus. c. Analisis Komponensial Pada
analisis
komponensial,
yang
dicari
untuk
mengorganisasikan dalam domain bukanlah keserupaan dalam domain, tetapi justru yang memiliki perbedaan atau yang kontras. Data ini dicari melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang terseleksi 20. d. Analisis Tema Budaya Analisis tema atau discovering cultural themes, sesungguhnya merupakan upaya mencari benang merah yang mengintegrasikan lintas domain yang ada. Dengan ditemukan benang merah dari hasil analisis domain, taksonomi, dan komponensial tersebut, maka selanjutnya akan dapat tersusun suatu “konstruksi bangunan” situasi sosial/obyek penelitian yang sebelumnya masih gelap atau remangremang, dan setelah dilakukan penelitian, maka menjadi lebih terang dan jelas F. Sistematika Penulisan Guna mempemudah dalam memelajari dan memahami pokok bahasan skripsi ini, maka penulis menyajikan sistematikanya sebagai berikut : Bab I
Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
20
Ibid., hlm, 161
14 Bab II Landasan Teori. Terdiri atas Sub bahasan pertama tentang metode demonstrasi yang meliputi Pengertian, Dasar-dasar, Fungsi dan Tujuan metode demonstrasi dan langkah langkah dalam pelaksanaan metode demonstrasi. Kedua tentang penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran dan Ketiga tentang Pembelajaran fiqih dan tentang Sistem Pendidikan Madrasah Diniyah. Bab III Kajian obyek penelitian, Gambaran umum Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara
meliputi: sejarah dan profil,
geografis, guru siswa, saspras dan pembelajaranya. Implementasi metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara
tahun
pelajaran 2014/2015, Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar, Proses
pembelajaran
metode
demonstrasi,
evaluasi
dalam
pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI di tahun pelajaran 2014/2015, dan faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara tahun pelajaran 2014/2015. Bab IV Analisis Hasil Penelitian meliputi : 1.
Analisis tentang implementasi metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal II.
2.
Analisis
tentang
evaluasi
dalam
pembelajaran
yang
menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih
15 siswa kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara tahun pelajaran 2014/2015. 3.
Analisis tentang faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara
tahun pelajaran
2014/2015 . Bab V Penutup Terdiri atas kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Metode Demonstrasi 1. Pengertian Metode Demontrasi Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh pendidik dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian, metode mengajar merupakan alat untuk menciptakan proses pembelajaran1 Ditinjau dari segi etimologis (bahasa), metode berasal dari bahasa yunani, yaitu “methodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu ”metha” yang berarti melalui atau melewati, dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Maka metode memiliki suatu arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa inggris dikenal dengan method dan way yang diterjemahkan dengan metode dan cara, dan dalam bahasa arab kata metode diungakapkan dalam berbagai kata seperti al-thariqoh, almanhaj, dan al-wasilah. Al-thariqor berarti jalan, al-manhaj berarti system, dan al-wasilah berarti mediator atau perantara. Dengan demikian kata arab yang berarti metode adalah al-thariqoh.2 Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Suatu metode
1
Ramayulis, Metologi Pendidikan Agama Islam , ( Jakarta : Kalam Mulia 2003) hlm. 3 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standard Kompetensi Guru (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2008), cet ke-4, hlm : 135 2
16
17
mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran3. Metode dilaksanakan dengan prosedur tertentu. Dalam kamus Umum bahasa Indonesia, metode adalah “cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai apa yang telah ditentukan dengan kata lain metode adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai tujuan tertentu4. Dipilihnya beberapa metode tertentu dalam suatu pembelajaran bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan dan kesuksesan operasional pembelajaran. Pada intinya metode bertujuan mengantarkan sebuah pembelajaran kearah tujuan tertentu yang ideal dengan tepat dan cepat sesuai yang diinginkan. Karenanya, terdapat suatu prinsip yang umum dalam memfungsikan metode, yaitu prinsip agar pembelajaran
dapat
terlaksana
dalam
suasana
menyenangkan,
menggembirakan, penuh dorongan dan motifasi sehingga materi pelajaran itu menjadi lebih mudah untuk diterima peserta didik 5. Metode demonstrasi menurut Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan bahwa adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses 3
Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2005) hlm : 26 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1984, hlm. 471. 5 Ismail, SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM : Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Dan Menyenangkan,(Semarang, Rasail Media Group, 2008) hlm: 18 4
18
penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.6 Metode
demonstrasi
menurut
Ismail
SM,
adalah
metode
pembelajaran dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik7. Dalam Al Qur’an telah di jelaskan menyuruh kepada kita semua agar mengikuti contoh-contoh yang telah diberikan oleh Nabi SAW
﴾٢١ :
﴿ َﻛ ِﺜﲑ ًا
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Akhzab : 21) 8. Dari firman Allah SWT di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hendaklah kita melakukan atau mengaplikasikan dari apa yang telah kita sampaikan Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan pada apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung.
6
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,2010), Cet.4, hlm. 90. 7 Ismail, SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM : Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Dan Menyenangkan,(Semarang, Rasail Media Group, 2008) hlm: 18 8 Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1998), hlm: 336
19
Demonstrasi
berarti
pertunjukkan
atau
peragaan.
Dalam
pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dilakukan pertunjukkan sesuatu proses, berkenaan dengan materi pembelajaran.9 Jadi, bisa dikatakan metode demonstrasi adalah metode mengajar di mana pelaksanaannya dilakukan dengan cara memperagakan atau mendemonstrasikan apa yang bisa diperagakan oleh guru atau siswa itu sendiri yang sesuai dengan materi yang disampaikan.
2. Fungsi dan Tujuan Metode Demonstrasi Fungsi yang diharapkan dalam PBM, khususnya bidang PAI, antara lain: a. Memberikan gambaran yang jelas dan pengertian yang konkrit tentang suatu proses atau keterampilan dalam mempelajari konsep ilmu PAI dari pada halnya dengan mendengar penjelasan secara lisan; b. Menunjukkan
dengan
jelas
langkah-langkah
sesuatu
proses
keterampilan ibadah pada siswa c. Lebih mudah dan efisien dibandingkan metode lain karena siswa langsung mengamati ; d. Memberikan kesempatan dan sekaligus melatih siswa mengamati sesuatu yang cermat; e. Melatih siswa untuk mencoba mencari jawaban atas pertanyaanpertanyaan yang diberikan oleh guru.
9
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, ( Bandung : CV.Wacana Prima, 2008),cet.2, hlm. 101.
20
f. Membantu meningkatkan daya pikir dalam peningkatan kemampuan mengingat, berpikir konvergen, berpikir evaluatif Dilihat dari fungsi di atas, metode demonstrasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperkirakan apa yang akan terjadi, bagaimana hal itu terjadi, dan mengapa hal itu terjadi. Metode demonstrasi sebagai dramatisasi memberikan pengalaman belajar kepada anak untuk mendapat gambaran tentang kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang mendekati kenyataan. Tujuan pokok penggunaan metode ini dalam proses pembelajaran adalah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu.10
3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi Kelebihan metode demonstrasi adalah sebagai berikut: a. Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret,
sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata ataau kalimat). b. Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari. c. Proses pengajaran lebih menarik. d. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukan sendiri.11
10
Pupuh Fathur Rohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum Dan Konsep Islami, ( Bandung : PT Reflika Aditama, 2007), hlm. 62. 11 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op.cit., hlm 91.
21
Di samping beberapa keunggulan metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya : a. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kail mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memalan waktu yang banyak. b. Demonstrasi memerlukan suatu peralatan, bahan-bahan, dan tempattempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan deangan ceramah. c. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk berkerja lebih professional. Diamping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untk keberhasilan proses belajar siswa. d. Demonstrasi akan susah dilaksanakan apabila siswa belum matang kemampuan untuk melaksanakannya12.
12
Basiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta Selatan : Ciputat Pres, 2002) cet, 1 hlm : 46.
22
4. Langkah-Langkah Dalam Penggunaan Metode Demonstrasi Dalam hal ini Basiruddin Usman juga menegaskan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode demonstrasi, yaitu : a. Rumusan secara spesifik yang harus diperhatikan oleh siswa. b. Susun langkah-langkah yang akan dilakukan dengan demonstrasi secara teratur sesuai dengan sekenario yang direncanakan. c. Persiapan-persiapan peralatan yang dibutuhkan sebelum demonstrasi dimulai, dan atur sesuai dengan sekenario yang direncanakan d. Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, dan jangan berlebihan. Ada beberapa tahap yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan metode demonstrasi, diantaranya: a. Tahap persiapan Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dialakukan : 1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berhasil. 2) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. 3) Lakukan uji coba demonstrasi. b. Tahap pelaksanaan. 1) Langkah pembukaan Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
23
a) Aturan tempat duduk yang memungkinkan siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan. b) Kemukakan tujuan yang harus dicapai oleh siswa c) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dicapai oleh siswa. Misalnya siswa disuruh mencatat hal-hal penting dari pelaksanaan demonstrasi. 2) Langkah pelaksanaan a) Mulailah demonstrasikan dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berfikir, misalnya mulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi. b) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan. c) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa. d) Berikan kesempatan kepada siswa untuk aktif memikirkan elbih lanjut untuk sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demontrasi itu. 3) Langkah-Langkah penutup
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya
24
dangan pelaksanaan demonstrasi
dan proses
pencapaian tujuan
pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk menyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan sisawa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.
B. Praktik Penggunaan Metode Demonstrasi dalam kegiatan Belajar Mengajar Dalam praktiknya, metode mengajar tidak digunakan sendirisendiri, tapi merupakan kombinasi dari beberapa metode mengajar. Berikut akan dikemukakan kemungkinan kombinasi metode mengajar13. 1. Ceramah, Demonstrasi, dan Eksperimen Penggunaan metode demonstrasi selalu diikuti dengan eksperimen. Apa yang didemonstrasikan, baik oleh guru maupun oleh siswa (yang dianggap mampu untuk melakukan demonstrasi), tanpa diikuti dengan eksperimen tidak akan mencapai hasil yang efektif. Dalam melaksanakan demonstrasi,
seorang
demonstrator
menjelaskan
apa
yang
akan
didemonstrasikannya, sehingga semua siswa dapat mengikuti jalannya demonstrasi tersebut dengan baik 14.
13
Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar – Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran (Bandung: Tastito, 1990), hlm: 97 14 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm: 98
25
Tabel Ceramah, demonstrasi, dan eksperimen No 1
Langkah Persiapan
Jenis Kegiatan Belajar Mengajar 1. Menciptakan
kondisi
siswa
untuk
melaksanakan demonstrasi dengan : a. Menyiapkan alat-alat demonstrasi. b. Tempat duduk siswa, 2
Pelaksanaan
1. Mengajukan masalah kepada siswa (ceramah). Melaksanakan demonstrasi: a. Menjelaskan dan mendemonstrasikan suatu prosedur atau proses. b. Usahakan seluruh siswa dapat mengikuti dan mengamati dengan baik. c. Beri penjelasan yang padat, tapi singkat. d. Hentikan demonstrasi kemudian adakan Tanya jawab.
3
Evaluasi/tindak
1. Beri kesempatan kepada siswa untuk tindak lanjut mencoba melakukan sendiri( metode eksperimen) 2. Membuat kesimpulan hasil demonstrasi. 3. Mengajukan pertanyaan kepada siswa.
Dalam pelaksanaannya, metode demonstrasi dan eksperimen dapat digabungkan artinya, setelah dilakukan demonstrasi kemudian diikuti eksperimen dengan disertai penjelasan secara lisan(ceramah)15.
15
Ibid., hlm.101.
26
2. Ceramah, Demonstrasi, dan Latihan Metode latihan umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangksan atau keterampilan dari bahan yang dipelajarinya. Karena itu, metode ceramah dapat digunakan sebelum maupun sesudah latihan dilakukan. Adapun tujuan ceramah adalah untuk memberikan penjelasan kepada siswa mengenai bentuk keterampilan tertentu yang akan dilakukannya. Sedangkan demonstrasi yang dimaksudkan adalah untuk memperagakan atau mempertunjukkan suatu kesimpulan yang akan dipelajari siswa. Misalnya, belajar tari Jaipongan. Siswa sebelum berlatih tari Jaipongan diberi penjelasan dulu seluruh gerakan tangan, gerakan badan,
dan
sebagainya
melalui
metode
ceramah.
Lalu
guru
mendemonstrasikan tari Jaipongan dan siswa memperhatikan demonstrasi tersebut. Setelah itu baru siswa mulai latihan tari Jaipongan seperti yang dilakukan guru16.
16
Ibid., hlm.103-104.
27
Tabel Ceramah, Demonstrasi, dan Latihan No 1
langkah Persiapan
Jenis Kegiatan Belajar Mengajar 1. Menyediakan peralatan yang diperlukan. 2. Menciptakan kondisi anak untuk belajar.
2
Pelaksanaan
1. Memberi
pengertian/penjelasan
sebelum
latihan dimulai (metode ceramah). 2. Demonstrasi proses atau prosedur itu oleh guru dan siswa mengamatinya. 3
Evaluasi/ tindak
1. Siswa
diberi
kesempatan
mengadakan
latihan(metode latihan) 2. Siswa membuat kesimpulan dari latihan yang dia lakukan. 3. Guru bertanya kepada siswa.
C. Pembelajaran fiqih 1. Pengertian Pembelajaran Fiqih Menurut S. Nasution pembelajaran merupakan proses interaksi yang berlangsung antara guru dan juga siswa atau juga merupakan sekelompok siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap serta menetapkan apa yang dipelajari itu.17
17
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1999), hlm. 102
28
E. Mulyasa mengemukakan pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkunganya.18 Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran19. Jadi, pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan. Kata fiqih menurut bahasa berarti tahu atau faham. 20 Menurut Abdul Wahab Khallaf sebagaimana dikutip oleh Ahmad Rofiq, fiqih adalah hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis (amaliah) yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci.21 Menurut A. Syafi’i Karim, fiqih ialah suatu ilmu yang mempelajari syari’at Islam yang bersifat amaliah (perbuatan) yang diperoleh dari dalildalil hukum yang terinci dari ilmu tersebut.22 Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan, fiqih adalah ilmu yang menjelaskan tentang hukum syar’iyyah yang berhubungan dengan segala tindakan manusia baik berupa ucapan atau perbuatan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran mata pelajaran fiqih adalah sebagai proses belajar untuk mengembangkan kreativitas berfikir peserta
18
E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasinya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. VI, hlm. 100 19 Oemar Hamalik, Op.Cit.,hlm : 57 20 Teungku Muh. Hasby Ash-Shidieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997), Cet. I, hlm. 15 21 Ahmad Rofiq, Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Gama Media, 2001), Cet. I, hlm. 17 22 A. Syafi’I Karim, Fiqh-Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Cet. 1., hlm. 11
29
didik, serta dapat meningkatkan kemampuan membangun pengetahuan baru yang didapat dari pengalaman dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mereka. 2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Fiqih a. Tujuan Mata pelajaran fiqih di Madrasah Tasnawiyah bertujuan untuk: 1) Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi maupun sosial. 2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah, dengan diri manusia itu sendiri, atau dengan makhluk lainnya.23 b. Fungsi Mata pelajaran fiqih di Madrasah Diniyah berfungsi untuk: 1)
Menanamkan nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah SWT, sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia akhirat.
2)
Membiasakan pengalaman terhadap hukum Islam pada peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di madrasah dan lingkungan madrasah.
23
Peraturan Menteri Agama RI No. 2 Tahun 2008 Tentang Standar kompetensi Lulusan dan Standar Isi PAI dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 13
30
3)
Membentuk kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di madrasah dan masyarakat.
4)
Meneguhkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta menanamkan ahklak peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan upaya yang terlebih dahulu dilakukan dalam lingkungan keluarga.
5)
Membangun mental peserta didik dalam menyelesaikan diri dalam lingkungan fisik dan sosialnya.
6)
Memperbaiki kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam pelaksanaan ibadah dan muamalah dalam kehidupan sehari-hari.
7)
Membekali peseta didik akan bidang fiqih atau hukum Islam untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
3. Ruang Lingkup Fiqih Ruang lingkup fiqih di Madrasah Diniyah meliputi: a. Fiqih ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman tentang cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti tata cara taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah haji. b. Fiqih muamalah, yang menyangkut pengenalan dan pemahaman mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal an haram, khitan,qurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.24
24
Ibid., hlm. 16.
31
D. Sistem Pendidikan Madrasah Diniyah. 1. Pengertian Madrasah Diniyah.
Kata madrasah secara etimologi merupakan isim makan yang berarti tempat belajar, dari akar kata darasa yang berarti belajar. Diniyah berasal dari kata din yang berarti agama. Secara terminologi madrasah adalah nama atas sebutan bagi sekolah - sekolah agama Islam, tempat proses belajar mengajar ajaran agama Islam secara formal yang mempunyai kelas (dengan sarana antara lain meja, bangku, dan papan tulis) dan memiliki kurikulum, dalam bentuk klasikal. 25 Madrasah Diniyah adalah suatu lembaga pendidikan keagamaan yang telah diakui keberadaannya oleh masyarakat maupun pemerintah. Di dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan bahwa Madrasah Diniyah merupakan salah satu dari sebuah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan kepada anak didik dalam bidang keagamaan. Sejalan dengan ide-ide pendidikan di Indonesia maka Madrasah pun ikut mengadakan pembaharuan dari dalam. Beberapa organisasi pendidikan yang menyelenggarakan madrasah mulai menyusun kurikulum yang di dalamnya sudah terdapat mata pelajaran umum, namun masih ada sebagian Madrasah yang tetap mempertahankan statusnya sebagai sekolah agama murni yaitu semata – mata memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam. Sekolah ini sering kita sebut sebagai Madrasah Diniyah. 25
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam 3, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 2002), hlm. 105.
32
Madrasah yang ada saat ini merupakan perkembangan dari Madrasah Diniyah yang telah ada sejak zaman pra kemerdekaan. Pada pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia, hampir pada setiap desa terdapat Madrasah Diniyah. Akan tetapi belum ada keseragaman nama maupun bentuk dari masing-masing Madrasah Diniyah tersebut. Beberapa nama dan bentuk Madrasah Diniyah saat ini seperti pengajian anak – anak, pesantren, sekolah kitab dan lain- lain. 26 Madrasah Diniyah adalah lembaga pendidikan agama yang memberikan pendidikan dan pengajaran secara klasikal dalam pengetahuan agama islam kepada pelajar secara bersama – sama, sedikitnya berjumlah sepuluh atau lebih di antara anak- sanak usia 7 sampai 20 tahun. 27 Dan dalam buku “Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Madrasah Diniyah” dijelaskan bahwa Madrasah Diniyah adalah sebagai berikut : Lembaga pendidikan keagamaan pada jalur luar sekolah yang diharapkan mampu secara terus menerus memberikan pendidikan agama Islam kepada anak didik yang tidak terpenuhi pada jalur sekolah yang diberikan melalui sistem klasikal serta menerapkan jenjang pendidikan yaitu Madrasah Diniyah Awaliyah, Madrasah Diniyah Wustha dan Madrasah Diniyah ‘Ulya.28
26
Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2001), hlm. 209. 27 Direktorat Pendidikan Keagamaan & Pondok Pesantren Dirjen Kelembagaan Agama, Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Madrasah Diniyah, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2003), hlm. 3. 28 Ibid., hlm. 7
33
2. Dasar Madrasah Diniyah. a. Dasar Religius. Islam memerintahkan belajar pada ayat yang diturunkan pada Rasulullah Saw. Oleh karena belajar itu utama dan sarana terbaik mencerdaskan umat. Pemerintah tersebut tidak terbatas pada jurusan duniawi saja, tapi dalam urusan ukhrawi . Firman Allah dalam al-Qur’an surah at-Taubah ayat 122.
َْوﻣَﺎ ﻛَﺎ َن اﻟْﻤ ُْﺆِﻣﻨُﻮ َن ﻟِﻴَﻨ ِﻔ ُﺮواْ ﻛَﺂﻓﱠﺔً ﻓَـﻠ َْﻮﻻَ ﻧـَ َﻔَﺮ ﻣِﻦ ُﻛ ﱢﻞ ﻓ ِْﺮﻗٍَﺔ ﱢﻣْﻨـ ُﻬ ْﻢ ﻃَﺂﺋَِﻔﺔٌ ﻟﱢﻴَﺘَـ َﻔ ﱠﻘ ُﻬﻮا ِﰲ اﻟﺪﱢﻳ ِﻦ َوﻟِﻴُﻨ ِﺬ ُرواْ ﻗـ َْﻮَﻣ ُﻬ ْﻢ إِذَا َر َﺟﻌُﻮاْ إِﻟَْﻴ ِﻬ ْﻢ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻬ ْﻢ َْﳛ َﺬرُو َن Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. 29
Lafadz ﻟﱢﯿَﺘَﻔَﻘﱠﮭُﻮ ْا ﻓِﻲ اﻟﺪﱢﯾ ِﻦdalam ayat tersebut memberi isyarat tentang kewajiban memperdalam ilmu agama.2130 Artinya seorang muslim perlu memperdalam ilmu agama dan mengajarkan nya kepada orang lain berdasarkan kadar yang diperkirakan dapat memberikan kemaslahatan bagi mereka sehingga tidak memberikan mereka tidak mengetahui hukumhukum agama yang ada pada umumnya harus diketahui oleh orang-orang yang beriman. Hal ini disebabkan banyaknya orang yang pintar dalam urusan duniawi namun mereka lalai dalam urusan akhirat. Sebagaimana firman Allah Swt dalam al Qur’an surah ar-Rum ayat 7. 29
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2005), hlm. 164. 30 Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 159.
34
ﻳـَ ْﻌﻠَﻤُﻮ َن ﻇَﺎ ِﻫﺮاً ﱢﻣ َﻦ اﳊَْﻴَﺎةِ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ َوُﻫ ْﻢ َﻋ ِﻦ ْاﻵ ِﺧَﺮةِ ُﻫ ْﻢ ﻏَﺎﻓِﻠُﻮ َن
“ Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. ” (Q.S. ar-Rum : 7). 31 Ayat ini merupakan penegasan sifat – sifat orang kafir, yang sesat dan pendusta, yang tidak menghayati dan mengetahui ilmu yang hakiki, maka mereka lalai akan kehidupan akhirat dan kehidupan yang
sebenarnya. Kelalaian mereka akan hari akhirat menyebabkan mereka tidak dapat lagi menilai sesuatu dengan benar.32 Dari ayat di atas di jelaskan bahwa belajar agama merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang muslim sebagai benteng yang dapat menjaga diri dan tetap dalam koridor yang diisyaratkan. Begitu pentingnya belajar agama sehingga Allah SWT memberikan kedudukan tinggi pada orang yang memusatkan perhatian dalam mendalami ilmu agama sebagaimana derajatnya orang-orang yang berjihad dengan harta dan dirinya dalam rangka meninggikan kalimah Allah. Salah satu cara yang bisa dilakukan dengan belajar di sebuah lembaga yang khusus mengajarkan ilmu agama yaitu Madrasah Diniyah.
إن اﻟﱰﺑﻴﺔ اﻟﺪﻳﻨﻴﺔ اﳌﺪرﺳﻴﺔ ﺗﻌﺪ ﲪﺎﻳﺔ ﻟﺸﺒﺎﺑﻨﺎ ﻣﻦ اﻟﺸﻌﻮذة اﳋﺰﻋﺒﻼت واﻻﻓﻜﺎر . اﳋﺎﻃﺌﺔ اﻟﱵ ﳊﻘﺖ ﺑﺪﻳﻨﻨﺎ اﳊﻨﻴﻒ “ Sesungguhnya pendidikan di Madrasah Diniyah dimaksudkan untuk memelihara peserta didik dari cerita karangan, lelucon dan pemikiran yang salah yang sering bertentangan dengan ajaran agama Islam yang lurus”. 33 31
Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 323. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirannya, Jilid VII, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1990), hlm. 530. 33 M. Abdul Qodir Ahmad, Turuqut Ta’lim at- Tarbiyah al-Islamiyah, (Kairo: Maktabah an-Nahdhah, 1998), hlm. 49. 32
35
Penyelenggaraan Madrasah Diniyah sangat berperan penting dalam pembentukan karakter dan akhlak anak. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori. :
ﻣﺎ ﻣﻦ: ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ: ﻋﻦ أﰊ ﻫﺮﻳﺮة رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل (ﻣﻮﻟﻮد اﻻ ﻳﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ اﻟﻔﻄﺮة ﻓﺄﺑﻮاﻩ ﻳﻬﻮداﻧﻪ او ﻳﻨﺼﺮاﻧﻪ او ﳝﺠﺴﺎﻧﻪ ) رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى “ Dari Abu Hurairah ra, menceritakan: Sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda: Tidaklah anak dilahirkan kecuali atas dasar fitrah, maka kedua orangtualah yang menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (HR. Bukhori).34 Dari hadits di atas dijelaskan bahwa pada dasarnya anak dilahirkan dalam keadaan suci dan menurut fitrah. Oleh karena itu, dengan adanya pendidikan Madrasah Diniyah, seorang anak akan diarahkan untuk menjadi seorang anak yang memiliki pondasi agama yang kuat dan terbentuk pribadi anak yang berakhlakul karimah. b. Dasar Yuridis. Penyelenggaraan Madrasah Diniyah secara yuridis diatur dalam Tata Perundangan Republik Indonesia. Sila pertama yang menyebutkan Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki makna bahwa agama dijadikan sebagai pembimbing sekaligus keseimbangan hidup bangsa Indonesia. Ini berarti bahwa lembaga keagamaan seperti Madrasah Diniyah diakui sebagai tempat pembinaan mental spiritual bangsa Indonesia. Secara konstitusional dalam Undang – Undang RI Tahun 1945 pasal 29 ayat 2 negara menjamin kebebasan rakyatnya dalam melaksanakan ajaran agamanya, termasuk kebebasan belajar di Madrasah Diniyah. Pasal 31 ayat 3 menyebutkan bahwa pemerintah mengusahakan satu Sistem Pendidikan 34
Imam Abi Abdillah Ibnu Ismail Ibnu Ibrahim Ibnu Maghiroh Ibnu Baridzabah, Shahih Bukhari, Jilid I, (Beirut: Darul Kutb al-Ilmiah, 1992), hlm. 413.
36
Nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satunya adalah penyelenggaraan Madrasah Diniyah. Secara operasional ketentuan Madrasah Diniyah diatur dalam Keputusan Menteri Agama No. 1 Tahun 2001 setelah lahirnya Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren yang khusus melayani Pondok pesantren dan Madrasah Diniyah. Keberadaan Madrasah Diniyah sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional diperkuat Undang-undang No. 20 Tahun 2003 terutama pasal 30 ayat 1 hingga 4 yang menyatakan bahwa : 31 1)
Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan / atau kelompok masyarakat dan pemeluk agama, sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan
2)
Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilainilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
3)
Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal dan informal.
4)
Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis. 35 Keberadaan Madrasah Diniyah dipertegas lagi dengan disahkannya
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan Pendidikan keagamaan terutama pasal 21 ayat (1) hingga (3 ) menyebutkan bahwa : 35
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2003), Cet. 2, hlm.19.
37
1) Pendidikan diniyah nonformal
diselenggarakan dalam bentuk
pengajian kitab, Majelis Taklim, Pendidikan al Qur’an, Diniyah Taklimiyah atau bentuk yang sejenis 2) Pendidikan diniyah nonformal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk satuan pendidikan. 3) Pendidikan diniyah nonformal yang berkembang menjadi satuan pendidikan wajib mendapatkan izin dari kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota setelah memenuhi ketentuan tentang persyaratan pendirian satuan pendidikan. Dan dijelaskan pula dalam pasal 25 ayat (1) hingga (5) bahwa : 1) Diniyah Taklimiyah bertujuan untuk melengkapi pendidikan agama Islam yang diperoleh di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MAN, SMK/MAK atau di Perguruan Tinggi dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT. 2) Penyelenggaraan Diniyah Taklimiyah dapat di laksanakan secara berjenjang atau tidak berjenjang. 3) Penyelenggaraan Diniyah Taklimiyah dilaksanakan di masjid, mushalla atau di tempat lain yang memenuhi syarat. 4) Penamaan atas Diniyah Taklimiyah merupakan kewenangan – penyelenggara. 5) Penyelenggaraan Diniyah Taklimiyah dapat dilaksanakan secara terpadu dengan SD/MI, SMP/MTs, SMA/MAN, SMK/MAK atau di Perguruan Tinggi.36
36
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan
38
3. Fungsi dan Tujuan Madrasah Diniyah. a. Fungsi Madrasah Diniyah 1) Menyelenggarakan pengembangan kemampuan dasar pendidikan agama Islam yang meliputi : Al-Qur’an Hadits, Ibadah Fiqh, Aqidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab. 2) Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan agama Islam bagi yang memerlukan. 3) Membina hubungan kerja sama dengan orang tua dan masyarakat antara lain: a) Membantu membangun dasar yang kuat bagi pembangunan kepribadian manusia Indonesia seutuhnya. b) Membantu mencetak warga Indonesia takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan menghargai orang lain. 4) Memberikan bimbingan dalam pelaksanaan pengalaman agama Islam. 5) Melaksanakan tata usaha dan program pendidikan serta perpustakaan.37
Dengan demikian, Madrasah Diniyah di samping berfungsi sebagai tempat mendidik dan memperdalam ilmu agama Islam juga berfungsi sebagai sarana untuk membina akhlak al karimah (akhlak mulia) bagi anak yang kurang akan pendidikan agama Islam di sekolahsekolah umum. b. Tujuan Madrasah Diniyah.
Sebagaimana diuraikan di muka bahwa Madrasah Diniyah merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam. Oleh karena itu,
37
Direktorat Pendidikan Keagamaan & Pondok Pesantren Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Administrasi Madrasah Diniyah, (Jakarta: Depag RI, 2003), hlm. 42.
39
maksud dan tujuan Madrasah Diniyah tidak lepas dari tujuan pendidikan Islam. Begitu pula tujuan pendidikan Madrasah Diniyah tidak lepas dari tujuan Pendidikan Nasional mengingat pendidikan Islam merupakan sub Sistem Pendidikan Nasional.
Tujuan pendidikan Madrasah Diniyah : 1) Tujuan Umum. a) Memiliki sikap sebagai muslim dan berakhlak mulia. b) Memiliki sikap sebagai warga negara Indonesia yang baik. c) Memiliki kepribadian, percaya pada diri sendiri, sehat jasmani dan rohani. d) Memiliki pengetahuan pengalaman, pengetahuan, ketrampilan beribadah dan sikap terpuji yang berguna bagi pengembangan kepribadiannya. 2) Tujuan Khusus. a) Tujuan khusus Madrasah Diniyah dalam bidang pengetahuan antara lain : (1) Memiliki pengetahuan dasar tentang agama Islam. (2) Memiliki pengetahuan dasar tentang Bahasa Arab sebagai alat untuk memahami ajaran agama Islam. b) Tujuan khusus Madrasah Diniyah dalam bidang pengamalan, yaitu agar siswa: (1) Dapat mengamalkan ajaran agama Islam. (2) Dapat belajar dengan cara yang baik.
40
(3) Dapat bekerjasama dengan orang lain dan dapat mengambil bagian secara aktif dalam kegiatan – kegiatan masyarakat. (4) Dapat menggunakan bahasa Arab dengan baik serta dapat membaca kitab berbahasa Arab. (5) Dapat memecahkan masalah berdasarkan pengalaman dan prinsip- prinsip ilmu pengetahuan yang dikuasai berdasarkan ajaran agama Islam. c) Tujuan khusus Madrasah Diniyah dalam bidang nilai dan sikap yaitu agar siswa : (1) Berminat dan bersikap positif terhadap ilmu pengetahuan. (2) Disiplin dan mematuhi peraturan yang berlaku. (3) Menghargai kebudayaan nasional dan kebudayaan lainnya yang tidak bertentangan dengan agama Islam. (4) Memiliki sikap demokratis, tenggang rasa dan mencintai sesama manusia dan lingkungan hidup. (5) Cinta terhadap agama Islam dan keinginan untuk melakukan ibadah sholat dan ibadah lainnya, serta berkeinginan untuk menyebarluaskan. (6) Menghargai setiap pekerjaan dan usaha yang halal. (7) Menghargai waktu, hemat dan produktif.38
38
Direktorat Pendidikan Keagamaan & Pondok Pesantren Dirjen Kelembagaan Agama Islam, op.cit., hlm. 21-24.
BAB III KAJIAN OBYEK PENELITIAN
A. Data Umum Madin Tarbiyatul Athfal II Ujungpandan Welahan Jepara 1. Sejarah dan Profil Madrasah Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan adalah sebuah lembaga pendidikan diniyah yang berciri khas Islam dukuh Karangpandan Desa Ujungpandan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara dibawah naungan lembaga pendidikan Ma’arif NU Kabupaten Jepara. Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan mendapatkan Piagam Ijin Operasional Diniyah dari Kemenag Kabupaten Jepara Nomor : Kd.11.20/5a/PP.001/00/2007 tanggal 18 Juni 2007 dengan nomor statistik 41232007020 dan piagam pendirian dari Lembaga Pendididkan Ma’arif NU Kabupaten Jepara dengan nomor : 1064/PC.11.08/LPM NU/BA/VII/2007 tanggal 30 Juni 2007 dengan nama Madin Awaliyah Ma’arif NU 314 Jepara Tarbiyatul Athfal. Kemudian pada tahun 2012 ijin penyelenggaraan Madrasah Diniyah diperbarui dengan nomor : Kd.11.20/5a/PP.001/00/2007 tanggal 2 Januari 2012 dengan nama MD. Tarbiyatul Athfal II nomors statistik 2112320013399.
Histori
madrasah
ini
telah
mengadakan
proses
pembelajaran sejak tahun 1980 yang merupakan hasil rapat bersama tokoh agama dan santri dukuh Karangpandan Desa Ujungpandan Kabupaten Jepara, agar anak-anak dari kampong ini tidak terlalu jauh mencari ilmu di
41
42
mana sebelum-nya tempat belajar madrasah seperti itu ada hanya di Desa tetangga yaitu Desa Mutih dan Jungpasir Kabupaten Demak. Adapun Profil Madin Tarbiyatul Athfal 2 sebagai berikut : a. Nama Madrasah
: Madin Tarbiyatul Athfal 2
b. NSM
: 2112320013399
c. Jenjang Pendidikan
: Awaliyah
d. Tahun berdiri
: 1980
e. Alamat
:
1) Dukuh
: Karangpandan
2) Desa
: Ujungpandan
3) Kecamatan
: Welahan
4) Kabupaten
: Jepara
5) Propinsi
: Jawa Tengan
f. Penyelenggara Madin
: Perorangan dan Masyarakat
g. Nama Organisasi
: LP. Ma’arif NU Cabang Jepara
h. Luas Tanah
: 240 m2
i. Luas Bangunan
: 192 m2
j. Status Tanah
: Milik Madin 1
2. Letak Geografis Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara berada di Jl. Raya Ploso Dukuh Karangpandan Desa Ujungpanan, atau 5 km dari 1
2015
Dokumentasi Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan dikutip pada tanggal 25 Agustus
43
pusat Desa Ujungpandan, berada di lembah sungai serang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Demak. lokasinya terletak di tengah dusun, yang dapat dijangkau oleh warga dukuh Karangpandan atau boleh disebut Ploso Karangpandan yang berpenduduk sekitar 1.500 jiwa. memiliki gedung sendiri terletak di pemukiman warga dan berada dekat dengan masjid, sehingga akses menuju madrasah mudah di jangkau. Adapun batas-batas wilayah dukuh Karangpandan sebagai berikut : a. Sebelah Barat adalah sungai serang yang berbatasan dengan Desa Mutih Kulon Kecamatan Wedung Kabupaten Demak b. Sebelah Timur berbatasan dengan persawahan Desa Ujungpandan dan desa Batukali Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten. Jepara c. Sebelah Utara berbatasan dengan persawahan dan perdukuhan Godang Desa Kaliombo Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara d. Sebelah selatan berbatasan kali Serang dan wilayah Desa Mutih Wetan dan Jungpasir Kecamatan Wedung Kabupaten Demak 3. Struktur Organisasi Untuk memperlancar kegiatan administrasi, proses pelaksanaan pembelajaran maupun proses bimbingan dan penyuluhan, maka disusun pembagian tugas sesuai dengan tugas masing-masing individu. Pembagian tersebut tersusun dalam struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan bagian dari manajemen dalam sekolah. Dalam manajemen yang baik, diharapakan akan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja warga sekolah yang secara langsung berpengaruh terhadap output pendidikan.
44
Struktur Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara adalah sebagai berikut : a. Pembina Ketua
: KH. Abdul Fatah
Anggota
: Khotibul Umam
Anggota
: Mulhadi
b. Pengawas Ketua
: Bustanul Arifin
Anggota
: Muhyidin
c. Pengurus Ketua
: Shofiq
Anggota
: Masrum
Anggota
: Agus Ma’ruf
d. Bagian-bagian
2
2015
1) Pendidikan
: Nur Ahmad, Nurul Ikhsan
2) Saspras
: Baidi, Hadi Sunandar,
3) Humas
: Supendi, Turmudhi
4) Usaha
: Safi’i, Sa’roni
5) Keamanan
: Ali Subekhan2
Dokumentasi Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan dikutip pada tanggal 25 Agustus
45
4. Visi, Misi dan Tujuan Visi adalah gambaran madrasah yang digunakan di masa depan secara utuh, sedangkan misi adalah tindakan untuk mewujudkan visi, antara visi dan misi merupakan dua hal yang saling berkaitan, adapun visi dan misi Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara yaitu: a. Visi : “Pembentukan Tarbiyah Islamiyah Yang Berakhlakul Karimah Berwawasan Keilmuan Luas.” b. Misi : 1) Menumbuhkembangkan pengkhayatan dan pengalaman ajaran agama Islam ahlus sunah wal jamaah yang dikemas dalam nilai dan sikap budi pekerti luhur (akhlakul karimah). 2) Membentuk insan yang berilmu pengetahuan dan berakhlakul karimah, serta memperkokoh kehidupan agama (spiritual) demi mewujudkan masyarakat Islam yang sehat dan dinamis. 3) Menumbuhkan semangat ilmiah (science spirit) pada santri serta mendorong untuk mengkaji berbagai disiplin ilmu. 4) Melaksanakan pendidikan yang berorientasi sebagai bekal kehidupan
dunia dan akhirat, serta menjadikan insan yang bertaqwa kepada Allah SWT. c. Tujuan 1) Meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
46
2) Meningkatkan syiar Islam di Desa Ujungpandan khususnya dan Wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia pada umumnya, sebagai wujud penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam. 3) ikut
mensukseskan
program
pembangunan
nasional
yaitu
pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. 5. Keadaan guru dan siswa Daftar nama guru dan jumlah siswa Madin Tarbiyatul Athfal 2 Karangpandan Ujungpandan Welahan sebagaimana dalam table berikut : Tabel 3.1 Daftar Guru Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 No.
Nama
Jabatan
Pendidikan
1.
Ahmad Qusdum Niam, SH.
Kepala Madrasah
S1
2.
Abdur Rosyid
Guru Kelas
Pesantren
3.
Iftakhi
Guru Kelas
Pesantren
4.
H. Abdul Fatah
Guru Kelas
Pesantren
5.
Sa’dun, S.Pd.I
Guru Bidang Studi S1
6.
Nur Ahmad
Guru Kelas
S1
7.
Junaidah Islamiyah
Guru Kelas
Pesantren
8.
Isrokhah
Guru Kelas
Pesantren
47
Tabel 3.2 Keadaan Siswa Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan JeparaTahun Pelajaran 2014/2015 3 TAHUN PELAJARAN 2014/2015 NO
KELAS
ROMBEL
JUMLAH SISWA L
P
JUMLAH
1.
I
1
6
18
24
2.
II
1
9
4
13
3.
III
1
8
2
10
4.
IV
1
4
8
12
5.
V
1
8
6
14
6.
VI
1
9
7
16
6
44
45
89
JUMLAH
6. Sarana dan Prasarana Yang dimaksud sarana prasarana adalah segala sesuatu yang dapat membantu dan menunjang pelaksanaan pendidikan dalam mencapai tujuan. Adapun fasilitas yang dimiliki oleh Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara adalah sebagai berikut :
3
2015
Dokumentasi Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan dikutip pada tanggal 25 Agustus
48
Tabel 3.3 Daftar Ruangan Gedung Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. No
Nama Ruangan
Jumlah
Kondisi
1.
Ruang kelas
6 ruang
Baik
2.
Ruang kepala madrasah
1 ruang
Baik
3.
Ruang guru
1 ruang
Baik
4.
Ruang TU
1 ruang
Baik
5.
Ruang tamu
1 ruang
Baik
6.
Kamar mandi/WC
2 ruang
Baik
7.
Gudang
1 ruang
Baik
8
Aula
1 ruang
Baik
Tabel 3.4 Daftar Peralatan Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015.4 No
4
2015
Nama Barang
Jumlah
Kondisi Baik
Rusak
1.
Almari Kantor
3
2
1
2.
Meja Kantor
3
2
1
3.
Kursi Kantor
8
4
4
4.
Meja Siswa
45
37
8
5.
Kursi Siswa
72
39
33
6.
Papan Tulis
6
3
3
7.
Computer
1
0
1
Dokumentasi Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan, dikutip pada tanggal 25 Agustus
49
No
Nama Barang
Jumlah
Kondisi Baik
Rusak
8.
Laptop
1
1
0
9.
Printer
1
1
0
10.
Jam dinding
4
2
2
11.
Bel
1
1
0
12.
Lemari Kelas
3
3
0
7. Pelaksanaan Proses Belajar Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Kurikulum yang dikembangkan di Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan adalah kurikulum kombinasi anatar kurikulum yang diberikan LP Ma’arif Jepara denga kurikulum internal, yaitu kurikulum yang dikembangkan sendiri yang dilakukan oleh disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa, atas dasar hasil rapat para pengajar. Materi yang dikembangkan antara lain : Fiqih, Tauhid, Hadits, Tarikh, Nahwu, Sharaf, Bahasa Arab, Tafsir, al-Qur'an / Tajwid, Akhlak, Khot, Faraidh, Hujjah Ahlussunah Wal Jama'ah, Proses pembelajaran untuk sistem evaluasi dilaksanakan 3 kali dalam satu tahun, atau yang disebut catur wulan dan diakhiri dengan kegiatan ujian akhir bagi kelas VI untuk menentukan kelususan siswa. Kegiatan pembelajaran dimulai dari jam 13.30 sampai jama 16.30 setiap hari dan untuk pengayaan dan materi tambahan bias dilakukan setelah magrib untuk maple tertentu.
50
B. Data Khusus Tentang Implementasi Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas VI Di Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. 1.
Implementasi metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Dalam praktiknya metode mengajar tidak digunakan sendirisendiri, tapi merupakan kombinasi dari beberapa metode mengajar. Seperti kombinasi metode ceramah dengan metode demonstrasi, atau dengan metode latihan dan juga dengan metode yang lain. Proses Belajar Mengajar di Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan yang bernaung dibawah Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Jepara berusaha menciptakan tradisi keagamaan yang dinamis, dimana dalam pelaksanaan kurikulum di madrasah tersebut bahwa pendidikan agama diajarkan setiap hari. Pendidikan agama di madin ini terbagi menjadi beberapa cabang mata pelajaran diantaranya al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqih, tarikh, Bahasa Arab, dan Ke-Nu-an Selain itu dalam proses belajar mengajar, guru juga lebih menekankan pada kompetensi siswa, dalam hal membaca dengan baik, menyalin dan dapat menghafal ayat-ayat yang terdapat pada pelajaran Fiqih dan juga praktik ibadah, sehingga siswa akan lebih mudah mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan penelitian melalui observasi yang penulis lakukan mulai menghasilkan beberapa data bahwa dalam penekanan kompetensi
51
tersebut dalam proses belajar mengajar ada beberapa langkah yang ditempuh guru yaitu : a. Persiapan Dalam proses belajar mengajar Fiqih persiapan merupakan langkah awal yang dilakukan oleh guru, dimana guru mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan interaksi siswa selama di dalam kelas, baik itu merumuskan tujuan apa saja yang akan diperoleh dalam kegiatan pembelajaran, bahan yang akan disampaikan, metode yang digunakan juga bagaimana langkah dalam menyampaikan materi tersebut. Selain dua bentuk tersebut perencanaan yang lain berupa perencanaan dimana ruang lingkupnya lebih luas dan jangka waktunya juga lebih lama, yaitu dengan membuat program cawu (procal) dan program tahunan (prota). Program cawu ini berisi perencanaan mengajar dari pokok bahasan awal hingga akhir selama satu catur wulan (4 bulan), sedangkan program tahunan ini hampir sama dengan program catul wulan hanya jangka waktunya tiga catur wulan.. b. Pelaksanaan Pembelajaran Fiqih. Pelaksanaan pembelajaran Fiqih ini tentunya sesudah semua perangkat dan kebutuhan dalam persiapan telah selesai direncanakan beserta metode dan alat bantu. Kemudian langkah selanjutnya adalah merealisasikan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam tahap ini lebih menekankan pada kemampuan dan kompetensi guru guna
52
menciptakan dan menumbuhkan minat siswa untuk belajar dengan menggunakan metode demonstrasi.5 Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan guru fiqih kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan, Menurut Bapak K. Abdur Rosyid selaku Guru mata pelajaran fiqih mengatakan bahwa: “ Metode demonstrasi ialah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada seluruh siswa suatu proses penyampaian materi. Metode demonstrasi ini adalah metode yang diterapkan di kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan, artinya metode ini adalah metode yang langsung mempraktikkan dari apa yang menjadi bahasan materi pada mata pelajaran fiqih. Sebenarnya banyak sekali metode mengajar, ada metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan lain sebagainya. Saya pernah gunakan metode diskusi, cuma melihat hasilnya tampaknya anak-anak kurang minat artinya kurang serius dan kurang mantap dalam pengaplikasiannya. Sehingga saya lebih cenderung memilih metode demonstrasi karena melihat dari beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk memilih atau menerapkan metode demonstrasi ini. Ya soal dalam mempraktikkannya, metode demonstrasi ini tidak digunakan sendiri-sendiri, maksudnya tidak demonstrasi saja tapi juga merupakan kombinasi dari beberapa metode lain pula, seperti tanya jawab, ceramah dan sebagainya.” 6 Melalui pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa penggunaan metode demonstrasi ini lebih pas untuk diterapkan agar siswa lebih sempurna dalam pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam menerapkan metode demonstrasi pada pembelajaran Fiqih ada beberapa tahap dalam penerapan metode demonstrasi diantaranya: 5
Observasi, di Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan, (25 Agustus 2015) K. Abdur Rosyid Guru Mata Pelajaran Fiqih Kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan, Wawancara, (25 Agustus 2015) 6
53
a. Perencanaan Metode Demonstrasi Dalam perencanaan ini guru merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berhasil dilakukan,
dan
juga
mempersiapkan
alat-alat
apabila
membutuhkan media dalam pelaksanaan demonstrasi, sehingga dalam pelaksanaannya sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Metode demonstrasi yang diterapkan di kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan ini tetap dikombinasikan dengan berbagai metode mengajar lain. Hal ini ternyata searah dengan apa yang disampaikan Bapak Ahmad Qusdum Niam, SH, yakni: “ Pada Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan ini berusaha untuk mewujudkan siswa didik yang berakhlaqul karimah, berpengetahuan luas serta memiliki keterampilan yang memadai. menurut kami di sini, tidak cukup anak didik hanya sekedar tahu tentang apa itu najis, ada berapa syarat dan rukun shalat, dan lain sebagainya. Tapi kami di sini ingin para siswa itu memahami tentang tata cara bersuci, shalat yang baik dan bab-bab yang diajarkan nantinya. mungkin untuk tercapainya hal yang demikian ya dengan metode mengajar yang cocok serta baik untuk hal ini pula.” 7 b. Metode Demonstrasi Dalam metode demonstrasi pada pembelajaran fiqih di Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan, banyak dilaksanakan didalam kelas, sehingga guru tidak terlalu susah dalam mengawasi siswa ketika jalannya metode demonstrasi. 7
Ahmad Qusdum Niam, SH.. Kepala Madrasah Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Wawancara, (25 Agustus 2015)
54
Pada saat berlangsungnya demonstrasi guru selalu merangsang siswa untuk berfikir seperti dengan memberi pertanyaan kepada siswa ketika demonstrasi berjalan, hal ini dilakukan agar semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi. Setelah selesai demonstrasi, guru memberi waktu sejenak kepada siswa untuk bersiap-siap mempraktikkan apa yang telah di demonstrasikan oleh guru, karena kemampuan siswa yang berbeda-beda terkadang guru mengulangi demonstrasinya namun dengan
perantara
siswa
atau
dengan
menyuruh
siswa
mendemonstrasikan kepada siswa yang lain dengan bimbingan guru mata pelajaran fiqih. Terkait pelaksanaannya, Bapak Ahmad Qusdum Niam SH., menambahkan, bahwa: “ Ketika menggunakan metode memonstrasi ini tampaknya pada siswa siswi lebih mudah untuk memahami dari apa yang saya terangkan, karena hal ini tidak mudah terlupakan dan biasanya dalam pelaksanaannya, saya meminta siswa-siswi terlebih dahulu untuk mempraktikkan metode demonstrasi ini dengan apa yang sudah saya terangkan sebelumnya, kemudian saya menyempurnakan dari apa yang telah dipraktikkan tadi jika terlihat kurang sempurna. Kenapa saya meminta siswa-siswi terlebih dahulu untuk mempraktikkan, ya karena biar enak, biar anak-anak lebih sempurna terkait dari apa yang telah anak-anak kerjakan selama ini. Banyak anak-anak paham tentang pengertian bersuci, pengertian shalat, syarat dan rukun wudhu, syarat dan rukun shalat, tetapi anak-anak juga masih banyak yang kurang mampu atau kurang tepat dalam mengaplikasikannya, artinya anak-anak masih banyak yang kurang dalam pelaksanaannya baik itu tentang bersuci, shalat dan lain sebagainya.
55
Sebenarnya dari pelajaran yang ada di buku paket untuk pelajaran kelas VI itu anak-anak sudah banyak yang tahu, seperti bahasan wudhu, shalat dan lain sebagainya, nah dari itu saya selaku guru ingin tahu sejauh mana, seperti apa tatanan atau tata cara wudhu, shalat yang telah dilaksanakan oleh anak-anak selama ini. Itulah yang menjadi pertimbangan bagi saya kenapa saya lebih sering meminta anak-anak terlebih dahulu untuk mendemonstrasikan. Masalah pelaksanaannya, jikalau materi yang akan disampaikan baik dan cocok untuk menggunakan metode demonstrasi maka saya biasanya cukup manggil ketua kelas untuk menghendel anak-anak yang lain, tapi dalam hal ini jika materi yang akan didemonstrasikan harus ke luar kelas, seperti ke masjid, tempat wudhu, dan lain-lain.” Menurut Bapak K. Abdur Rosyid dengan menggunakan metode demonstrasi peserta didik akan lebih mudah memahami serta dalam pengamalannya. Sedangkan dalam pelaksanaannya, metode demonstrasi ini tidak selalu di ruang kelas, tetapi melihat bahasan materinya, baik itu di tempat wudhu dan lain sebagainya. Pada pelaksanaan metode demonstrasi ini, khususnya di kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan pada mata pelajaran fiqih ini ternyata dalam pelaksanaannya sering dilakukan oleh siswa terlebih dahulu secara ditunjuk oleh Guru yang kemudian Guru lebih menyempurnakan ketika terdapat halhal yang dianggap kurang tepat Adapun materi fiqih yang di demonstrasikan pada kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan antara lain tentang bersuci, dan shalat. Dari hasil pengamatan, materi fiqih yang didemonstrasikan adalah :
56
1) Wudhu dan Tayamum (Thaharah) Dalam hal ini langkah-langkah yang dilakukan guru adalah pertama guru mengajak seluruh siswa untuk ke tempat wudhu kemudian guru menyuruh salah seorang siswa mempraktikkan cara berwudhu, kemudian langkah kedua guru mengevaluasi tata cara berwudhu siswa dengan mengoreksi yang kurang tepat, kemudian guru memberikan contoh cara berwudhu’ yang baik dan benar. Selanjutnya tentang tayamum, materi ini dilakukan di halaman masjid, dengan memperumpamakan bahwa tanah adalah debu suci sebagai
alat
tayamum.
Langkah
selanjutnya
siswa
mengaplikasikan keterangan guru tentang cara berwudlu dan tayamum yang baik dan benar. 2) Macam-Macam Najis dan Cara Menghilangkan Thaharah Dalam hal ini pembelajaran dilaksanakan di luar kelas dengan tujuan agar materi lebih mudah diserap oleh siswa. Setelah macam-macam najis (najis mukhoffafah (najis ringan), mutawassithoh (najis sedang), dan mughalladloh najis
berat)
dipaparkan
baru
kemudian
guru
mendemontrasikan cara mensucikannya, kemudian diikuti siswa mempraktikkannya (dalam hal ini media yang dipakai adalah ember, gayung, batu, tanah dan air)
57
3) Shalat Jamaah (Shalat) Dalam praktek sholat jemaah ini dilaksanakan di masjid pesantren agar siswa memperhatikan betul hal-hal yang diangap penting dalam pelaksanaan sholat berjamaah seperti penataan shof, gerakan dan bacaan sholat. Awal mula guru menerangkan tata cara pelaksanaan sholat berjamaah kemudian siswa mempraktekkannya dengan tetap diawasi guru. Selanjutnya guru mengevaluasi hasil demonstrasi. 4) Shalat Qasar dan Jama’ (Shalat) Pelaksanaan pembelajaran tentang shalat Qasar dan Jama’ ini sama dengan sholat berjemaah yaitu dilaksanakan di masjid, karena lebih mudah bagi guru mengawasi siswa dalam mempraktekkan sholat qoshor dan jama’. 5) Shalat Janazah (Shalat) Dalam hal ini awal mula guru menerangkan secara teoritis
tata
cara
sholat
jenazah,
kemudian
guru
mempraktekkannya dan siswa menirukan. Dan seterusnya guru memperbaikai hal-hal yang dianggap kurang benar dari praktik siswa dalam sholat jenazah. Mengenai tujuan penerapan metode demontrasi pada mata pelajaran fiqih ini, peneliti paparkan hasil wawancara dengan guru pelajaran fiqih kelas VI berikut ini: “ Saya terapkan metode seperti ini karena melihat anak didik saya memiliki karakter yang berbeda, yang mana ada yang malas mencatat dari keterangan saya, ada yang
58
kurang aktif dalam proses pembelajaran, dan bahkan ada yang kurang memperhatikan terhadap pelajaran. Maka dari itu saya cenderung memilih metode ini (metode demonstrasi), karena dengan metode yang demikian bagi siswa yang malas mencatat dari keterangan, kurang aktif dalam proses pembelajaran, dan bahkan bagi siswa yang kurang memperhatikan terhadap pelajaran akan mudah terarahkan dengan menggunakan metode ini. Dalam arti mereka selamat atau mengerti serta memahami dari pelajaran yang berlangsung.” c. Langkah akhir dalam demonstrasi Setelah demonstrasi selesai dilakukan dalam proses pembelajaran guru kemudian memberikan tugas-tugas kepada masing-masing siswa untuk mempraktikkan apa yang telah didemonstrasikan. Hal ini diperlukan untuk menyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan guru fiqih kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan. Menurutnya pelajaran fiqih dikatakan sebagai berikut : “ Tidak semua apa yang di demonstrasikan oleh guru dapat dipraktikan oleh murid, kadang siswa belum paham dan belum tahu benar mempraktikkannya padahal itu sering mereka lakukan dalam kegiatan ibadah. Pada kesempatan inilah yang tepat untuk mengatahui apakah murid-murid sudah paham dan dapat mempraktikanya dengan benar.” 2.
Faktor yang mendukung dan menghambat implementasi metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan
59
Dalam pelaksanaan metode pada Proses Belajar Mengajar untuk meningkatkan pemahaman siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam juga terdapat faktor pendukung dan penghambat yang juga akan mempengaruhi proses pembelajaran. Dari hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Qusdum Niam, SH. Terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan metode demonstrasi di Kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan, diantaranya adalah: “ Faktor Pendukung itu diantaranya, tersedianya fasilitas di sekolah seperti peralatan,tempat, dan waktu yang cukup untuk menggunakan fasilitas, dan respon siswa lebih aktif mengamati. Faktor Penghambat itu diantaranya, siswa yang datang terlambat, siswa yang kurang memahami isi materi sebelumnya, dan siswa yang tidak membawa perlengkapan sholat.” Wawancara juga dilakukan dengan Bapak K. Abdur Rosyid selaku guru mata pelajaran fiqih tentang faktor pendukung dan penghambat dalam penggunaan media pembelajaran, diantaranya: “ Faktor pendukung itu diantaranya, kedisiplinan guru datang tepat waktu, tersedianya media di sekolah, kemampuan guru dalam menguasai dan menyampaikan materi kepada siswa,dan keaktifan siswa pada saat mengamati menjadikan proses pengajaran lebih menarik,dan mudah dipahami. Keberhasilan itu tidak terlepas pula dari peran guru selaku pemeran penting dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka besar pengaruhnya dalam ikut menentukan efektifitas pembelajaran di kelas. Guru yang mempunyai kompetensi yang baik, berwibawa dan disiplin sangat mendukung untuk mampu mengendalikan suasana belajar, sehingga efektifitas pembelajaran dapat tercapai. Faktor penghambat itu waktu yang tidak mencukupi untuk melaksanakan metode demonstrasi karena membutuhkan waktu yang cukup panjang, Psikologis siswa seperti sikap malu bertanya, selain itu siswa yang terlambat masuk mengakibatkan
60
ketinggalan materi sehingga menjadikan siswa tersebut tidak mengerti materi yang awal.” 3.
Kelebihan dan kelemahan tentang implementasi metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI Di Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional. Guru setelah menetapkan materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran lalu memilih metode yang paling tepat, cocok dan sesuai dengan keadaan peserta didik sehingga mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Pada prinsipnya tidak ada satupun metode mengajar yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi. Mengapa? Karena setiap metode pasti memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing karena itu guru tidak boleh sembarangan memilih serta menggunakan metode. Dari hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Qusdum Niam, SH. Terdapat
kelebihan
dan
kelemahan
dalam
pelaksanaan
metode
demonstrasi di Kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara, diantaranya adalah:
61
“ Kelebihan menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa lebih mudah mengerti dari yang disampaikan guru, dapat membantu anak didik memahami dengan jelas, dalam jalannya proses pembelajaran saya melihat siswa lebih aktif mengamati apa yang telah diperagakan gurunya, jadi terkesan menarik dalam pembelajarannya, sehingga siswa tertarik ikut mencoba melakukan sendiri. Kelemahan menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih terkadang anak didik sukar melihat dengan jelas benda yang akan didomonstrasikan karena anak didik yang duduk dibelakang letaknya jauh dengan guru.” Wawancara juga dilakukan dengan Bapak K. Abdur Rosyid selaku
guru mata pelajaran fiqih Terdapat kelebihan dan kelemahan dalam pelaksanaan metode demonstrasi di Kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara, diantaranya adalah: “ Kelebihan menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih diantaranya: keaktifan peserta didik bertambah, karena dalam proses pembelajarannya siswa tidak hanya melihat dan mengamati tetapi ikut mencoba memeragakan, selain itu pelajaran yang telah diberikan lebih tahan lama karena mudah diingat dan dipahami. Kelemahan dalam menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih diantaranya: demonstrasi akan susah dilaksanakan apabila siswa belum matang kemampuannya untuk melaksanakannya,terkadang ada siswa yang terlambat masuk sehingga dia tidak bisa mengikuti pelajaran yang awal, sehingga dalam proses penerimaan materi kepada siswa tidak bisa diterima secara maksimal.” 8
8
Ahmad Qusdum Niam, SH.. Kepala Madrasah dan K. Abdur Rosyid Guru Mapel Fikih Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Wawancara, (25 Agustus 2015)
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Analisis Implementasi Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas VI Di Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 Sebagai salah satu alat yang digunakan untuk membantu dan menunjang Proses Belajar Mengajar, maka dalam penggunaan metode harus disesuaikan dengan kondisi siswa, kesiapan siswa, dan harus dipersiapkan secara benar agar tujuan dari proses pembelajaran dapat tercapai. Menyangkut tentang masalah pemahaman siswa dalam pembelajaran fiqih dengan metode demonstrasi, Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar tergantung pada guru dan metode yang digunakannya dalam menyampaian materi pada siswanya. Sebab metode yang tepat dalam penggunaanya tidak hanya semata membuat siswa aktif tetapi juga membekas dalam ingatannya atau siswa faham terhadap materi tersebut. Jika metode yang digunakan tidak relefan dengan materi yang disampaikan, maka hasilnyapun tidak akan maksimal atau ajuah dari harapan dan tujuan pendidikan. Pada dasarnya semua strategi atau metode itu memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri. Sebab tidak ada strategi atau metode yang cocok selamanya untuk semua materi pelajaran ataupun bidang studi. Karena itu,
62
63
guru bidang studi harus kreatif pintar dalam memilih dan menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Dalam praktiknya, metode mengajar tidak digunakan sendiri-sendiri, tapi merupakan kombinasi dari beberapa metode mengajar. Penggunaan metode
demonstrasi
selalu
diikuti
dengan
eksperimen.
Apa
yang
didemonstrasikan, baik oleh guru maupun oleh siswa (yang dianggap mampu untuk melakukan demonstrasi), tanpa diikuti dengan eksperimen tidak akan mencapai hasil yang efektif. Dalam melaksanakan demonstrasi, seorang demonstrator menjelaskan apa yang akan didemonstrasikannya, sehingga semua siswa dapat mengikuti jalannya demonstrasi tersebut dengan baik. Metode demonstrasi yang diterapkan di kelas ini tetap dikombinasikan dengan berbagai metode mengajar lain. Seperti menggunakan metode ceramah, metode demonstrasi dan latihan. Metode latihan yang diterapkan di kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara digunakan untuk memperoleh suatu ketangksan atau keterampilan dari bahan yang dipelajarinya. Karena itu, metode ceramah dapat digunakan sebelum maupun sesudah latihan dilakukan. Adapun tujuan ceramah adalah untuk memberikan penjelasan kepada siswa mengenai bentuk keterampilan tertentu yang akan dilakukannya. Sedangkan demonstrasi yang dimaksudkan adalah untuk memperagakan atau mempertunjukkan suatu kesimpulan yang akan dipelajari siswa. Sehingga siswa dapat mendapatkan pemahaman tentang apa yang didemonstrasikan dan juga dapat mempraktikannya sesuai dengan hasil yang diinginkan.
64
Penggunaan metode demonstrasi juga dapat dikombinasikan dengan metode Tanya jawab Karena guru mata pelajaran fiqih Pada saat berlangsungnya demonstrasi guru selalu merangsang siswa untuk berfikir seperti dengan memberi pertanyaan kepada siswa ketika demonstrasi berjalan, hal ini dilakukan agar semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dan menghindari kegiatan siswa yang keluar dari pelajaran. Implementasi metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih di kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara sudah di pakai dalam pembelajaran fiqih mulai dari kelas IV, V dan VI sehingga dalam praktiknya guru dengan mudah untuk menerapkan metode demonstrasi, hal ini juga dibantu oleh kegiatan siswa seperti melaksanakan sholat lima waktu, secara tidak sengaja siswa sudah mempraktikkan wudlu dan sholat, hal ini mempermudah guru untuk mendemonstrasikan tentang cara-cara wudlu, selain itu juga murid sudah bisa mempraktikkan hanya tinggal membenarkan dan menyempurnakan. ketika terdapat hal-hal yang dianggap kurang tepat. Dalam proses belajar mengajar, karakteristik( ciri khas) para siswa sangat perlu diperhitung kan lantaran dapat mempengaruhi,jalannya proses dan hasil pembelajaran siswa yang bersangkutan.1 Dengan kemampuan siswa yang berbeda-beda dalam menerima pelajaran diharapkan guru harus bersabar dan tidak bosan-bosan untuk memberi atau mengulangi materi pelajaran yang didemonstrasikan, dan guru juga harus selalu memberi motivasi kepada siswa untuk berani mempraktikan apa yang telah didemonstrasikan,
1
Supriyadi, Strategi belajar mengajar, (Yogyakarta: Cakrawala Ilmu, 2011), Cet.1, hlm. 68
65
B. Analisis Evaluasi dalam Implementasi Metode Demonstrasi Pada Mapel Fiqih Siswa Kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 Peneliti mengamati bahwa dalam menggunakan metode demonstrasi, khususnya pada mata pelajaran fiqih yang diterapkan di kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara ini ternyata tidak begitu membutuhkan biaya banyak serta waktu banyak atau bahkan harus melebihi waktu yang tersedia tapi jika meteri yang didemonstrsaikan cukup lama maka guru mengambil inisiatif membagi materi tersebut menjadi dua kali pertemuan pada pertemuan pertama hanya menyajikan materi dan pada pertemuan kedua dikhususkan untuk praktik. Penyajian materi atau penyampaian materi khususnya mata pelajaran fiqih di kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara ini mampu memberikan pemahaman yang lebih dari pada hanya menggunakan metode ceramah atau tanya jawab saja. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti selama dilapangan, bahwa pelaksanaan metode demonstrasi sudah berjalan sangat efektif. Hal itu terlihat dari respon yang diberikan oleh siswa pada saat peneliti
melakukan
wawancara
dengan
beberapa
siswa.
Dengan
diterapkannya metode demonstrasi dalam pembelajaran fiqih di kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan, para siswa terlihat sangat antusias dalam mengikuti dan mempelajari materi yang disampaikan dengan metode demonstrasi. Mereka lebih semangat dalam belajar agama dan menjadi lebih
66
paham karena selain siswa bisa langsung mengamati jalannya proses melaksanakan sesuatu dalam hal ini wudhu, sholat, mereka juga di ajak terlibat secara langsung untuk mempraktekkan secara bersama-sama. Peneliti juga menanyakan tentang bukti-bukti pemahaman yang telah diperoleh siswa terhadap materi yang disampaikan guru dengan metode demonstrasi Menurut Nur Lailatul Jannah, “bahwa kami bisa mengulangi materi yang telah diajarkan oleh gurunya dan sesuai dengan urutannya”2 Sedangkan menurut Ahmad Tohir Hilmi, “dia menguasai karena ketika dia ditunjuk maju untuk mempraktekkan di depan bapak ibu guru dan teman teman dia bisa melaksanakan dengan lancar dan tidak lupa karena pernah mengalami sendiri”3 Hal senada juga diungkapkan oleh Ahmad Diyas Faisal dan Alim Ilmi Sholih, “bahwa ketika kami ditunjuk maju untuk mengulang kembali materi yang telah diajarkan oleh bapak ibu guru, kami bisa lancar mempraktekkannya dan sudah sesuai dengan urutannya”4 Menurut Efa Aiu Rohimah, “buktinya dia sudah paham tentang materi yang diajarkan oleh gurunya adalah saya sudah bias melaksanakan dengan baik seperti apa yang telah diajarkan oleh bapak ibu guru dan ketika ditunjuk maju di depan teman-teman saya sudah bisa, tetapi kalau hanya diterangkan tanpa dipraktekkan kami justru tidak paham”5 Dari paparan data di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran fiqih dengan menerapkan metode demonstrasi dapat meningkatkan tingkat 2
Wawancara dengan Nur Lailatul Jannah siswa kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan, Wawancara, (25 Agustus 2015) 3 Wawancara dengan Ahmad Tohir Hilmi siswa kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan, Wawancara, (25 Agustus 2015) 4 Wawancara dengan Ahmad Diyas Faisal dan Alim Ilmi Sholih,siswa kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan, Wawancara, (25 Agustus 2015) 5 Wawancara dengan Efa Aiu Rohimah siswa kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan, Wawancara, (25 Agustus 2015)
67
penguasaan materi pelajaran. Di mana siswa dapat dengan cepat memahami materi dan dapat mengingatnya lebih jelas, karena dalam proses pembelajarannya siswa tidak hanya mendengar dan melihat saja tetapi juga mempraktikkan secara langsung, sehingga siswa dapat memahami materi dengan cepat dan tepat. Dengan pemahaman materi secara cepat dan tepat, otomatis prestasi belajar siswa akan meningkat. Metode ini juga harus ada kerjasama antara guru dan peserta didik maupun kerjasama dalam situasi kelompok.6 Dalam penerapan metode demonstrasi pertama kali memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai materi yang akan didemonstrasikan, kemudian guru memberikan contoh melakukan demonstrasi yang baik dan benar mengenai materi pelajaran tersebut, setelah itu guru memerintahkan siswa untuk mempraktekkan kembali. Jika pendemonstrasian yang dilakukan oleh siswa belum baik dan benar maka guru langsung memperbaikinya sebagai langkah evaluasi Dalam pelaksanaannya, metode demonstrasi memang tidak dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, Akan tetapi ketika materi itu dapat disampaikan dengan metode demonstrasi hendaknya guru mempersiapkannya dengan matang, karena dengan persiapan yang matang akan memberikan hasil yang memuaskan dan sesuai dengan yang diinginkan. Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, bahwa dengan menerapkan metode demonstrasi
6
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), cet. x, hlm. 90.
68
dapat mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran, hal itu juga tidak terlepas dari bagaimana seorang guru tersebut dalam melaksanakannya. Metode demontrasi ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi tidak efektif.7 Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar guru hendaknya menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta
senantiasa
mengembangkannya
dalam
arti
meningkatkan
kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.8 Dari paparan di atas maka peneliti dapat memberikan evaluasi metode demonstrasi sebagai berikut : 1. Guru mempersiapkan materi yang akan didemonstrasikan agar dapat mengasi materi yang disajikan 2. Guru meminimalisir seluruh faktor penghambat dalam metode ini, dengan member rangsangan dan motivasi serta membuat kegiatan lebih menarik 3. Guru segera memberikan evaluasi terhadap siswa jika terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam materi yang disajikan 4. Untuk lebih efektif dan mengenanya metode demonstrasi maka harus selalu dilakukan secara simultan dan terus menerus dengan mengadakan pengulangan terhadap materi sebelumnya. 5. Guru lebih mengerti factor psikologi dan kemampuan individu siswa.
7 8
hlm. 9.
Syaiful Bahri Djamarah dan aswan Zain, Op.cit., hlm.91 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010),
69
C. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Metode Demonstrasi Pada Mapel Fiqih Siswa Kelas VI di Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015
Dalam pelaksanaan metode pada Proses Belajar Mengajar untuk meningkatkan pemahaman siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam juga terdapat faktor pendukung dan penghambat yang juga akan mempengaruhi proses pembelajaran. Dari hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Qusdum Niam, SH terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan metode demonstrasi di Kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan, diantaranya adalah: “ Faktor Pendukung itu diantaranya, tersedianya fasilitas di sekolah seperti peralatan,tempat, dan waktu yang cukup untuk menggunakan fasilitas, dan respon siswa lebih aktif mengamati. Faktor Penghambat itu diantaranya, siswa yang datang terlambat, siswa yang kurang memahami isi materi sebelumnya, dan siswa yang tidak membawa perlengkapan sholat.” 9 Wawancara juga dilakukan dengan Bapak K. Abdur Rosyid selaku guru mata pelajaran fiqih tentang faktor pendukung dan penghambat dalam penggunaan media pembelajaran, diantaranya : “ Faktor pendukung itu diantaranya, kedisiplinan guru datang tepat waktu, tersedianya fasilitas di sekolah, kemampuan guru dalam menguasai dan menyampaikan materi kepada siswa,dan keaktifan siswa pada saat mengamati menjadikan proses pengajaran lebih menarik,dan mudah dipahami. faktor penghambat itu diantaranya waktu yang tidak mencukupi untuk melaksanakan metode demonstrasi 9
Ahmad Qusdum Niam, SH.. Kepala Madrasah dan K. Abdur Rosyid Guru Mapel Fikih Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Wawancara, (25 Agustus 2015)
70
karena membutuhkan waktu yang cukup panjang, siswa yang terlambat masuk mengakibatkan ketinggalan materi sehingga menjadikan siswa tersebut tidak mengerti materi yang awal.” 10 Dari hasil wawancara peneliti dapat mengetahui dan memahami bahwa adanya faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan metode demonstrasi pembelajaran fiqih di Kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan.
Sedangkan faktor pendukung itu diantaranya, kedisiplinan
guru datang tepat waktu, tersedianya fasilitas media di sekolah, kemampuan guru dalam menguasai dan menyampaikan materi kepada siswa dan keaktifan siswa pada saat mengamati menjadikan proses pengajaran lebih menarik,dan mudah dipahami. Banyak orang yang menyatakan bahwa guru yang baik adalah yang memiliki rasa humor tinggi, kepribadian hangat, dan peduli pada siswa. Sebagian lainnya menyatakan bahwa guru yang baik yaitu guru yang bekerja keras dan disiplin tinggi. Sebagian lainnya menyatakan guru yang baik yaitu guru yang suka belajar dan memiliki kemampuan berbicara.
Namun
demikian kepribadian dan kecakapan yang dimilki tersebut tidak cukup menjadi guru yang baik. Ada tiga persyaratan utama yang harus dimiliki oleh guru agar mampu menjadi guru yang baik, yaitu menguasai : Bahan belajar, ketrampilan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.11 Rancangan pembelajaran yang mencerminkan kegiatan belajar secara aktif perlu didukung oleh kemampuan guru menfasilitasi kegiatan belajar 10
K. Abdur Rosyid Guru Mata Pelajaran Fiqih Kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan, Wawancara, (25 Agustus 2015) 11 Catharina Tri Anni, Psikologi Belajar, (Semarang: UPT Mkk UNNES, 2006), Cet,3, hlm. 15
71
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, ada korelasi signifikan antara kegiatan mengajar guru dan kegiatan belajar siswa. Mengaktifkan kegiatan belajar siswa berarti menuntut kreativitas dan kemampuan
guru
dalam
merancang
dan
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran.12 Dalam hal ini guru harus bisa mencari meteri pembelajaran yang dijiwai oleh konteks perlu disusun agar bermakna bagi siswa. Dalam hal ini membuat siswa bersemangat belajar. Dan pendukung pembelajaran ini adanya peralatan dan perlengkapan,laboratorium, tempat praktek dan tempattempat untuk melakukan pelatihan perlu disediakan.13 Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting, karena media merupakan alat bantu sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.14 Faktor penghambat itu diantaranya waktu yang tidak mencukupi untuk melaksanakan metode demonstrasi karena membutuhkan waktu yang cukup panjang, siswa yang terlambat masuk mengakibatkan ketinggalan materi sehingga menjadikan siswa tersebut tidak mengerti materi yang awal. Metode demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping itu memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.15
12
Supriyadi, op.cit,.hlm. 174 Achmad Sugandi, Teori Pembelajaran, (Semarang: UPT Mkk UNNES, 2005), hlm. 81 14 Syaiful Bahari Djamarah dan Aswan Zaini, op.cit.,hlm.121. 15 Syaiful Bahari Djamarah dan Aswan Zaini, op.cit.,hlm.91. 13
72
Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode yang tepat bagi peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah peserta didik, tujuan yang dicapai, situasi kegiatan belajar mengajar, fasilitas dan guru.16 Menurut Slameto faktor yang mempengaruhi belajar diantaranya factor-faktor intern dan ekstern. 1. Faktor - faktor Intern a. Faktor Jasmaniah Misalnya : kesehatan dan cacat tubuh. b. Faktor Psikologis Misalnya : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. c. Faktor Kelelahan Misalnya : kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani terlihat adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. 2. Faktor – faktor Ekstern a. Faktor Keluarga
16
Ibid., hlm. 89-92.
73
Misalnya : cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan rumah, keadaan ekonomi keluarga dan pengertian orang tua.
b. Faktor Sekolah Misalnya : metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. c. Faktor Masyarakat Misalnya : kegiatan peserta didik dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.17 Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan pelaksanaan pembelajran fiqih dengan metode demonstrasi adalah salah satunya dengan menekankan kepada siswa untuk kedisiplinan dalam pelaksanaan pembelajaran fiqih dapat berjalan lancar. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional. Guru setelah menetapkan materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran lalu memilih metode yang paling tepat, cocok dan sesuai dengan keadaan peserta 17
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), cet. 4, hlm. 54-71.
74
didik sehingga mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Pada prinsipnya tidak ada satupun metode mengajar yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi. Mengapa? Karena setiap metode pasti memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing karena itu guru tidak boleh sembarangan memilih serta menggunakan metode. Dari hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Qusdum Niam, SH terdapat kelebihan dan kelemahan dalam pelaksanaan metode demonstrasi di Kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan, diantaranya adalah: Kelebihan menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa lebih mudah mengerti dari yang disampaikan guru, dapat membantu anak didik memahami dengan jelas, dalam jalannya proses pembelajaran saya melihat siswa lebih aktif mengamati apa yang telah diperagakan gurunya, jadi terkesan menarik dalam pembelajarannya, sehingga siswa tertarik ikut mencoba melakukan sendiri. Kelemahan menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih terkadang anak didik sukar melihat dengan jelas benda yang akan didomonstrasikan karena anak didik yang duduk dibelakang letaknya jauh dengan guru.18 Wawancara juga dilakukan dengan Bapak K. Abdur Rosyid selaku guru mata pelajaran fiqih Terdapat kelebihan dan kelemahan dalam pelaksanaan metode demonstrasi di Kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan, diantaranya adalah: Kelebihan menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih diantaranya: keaktifan peserta didik bertambah, karena dalam 18
Ahmad Qusdum Niam, SH.. Kepala Madrasah dan K. Abdur Rosyid Guru Mapel Fikih Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Wawancara, (25 Agustus 2015)
75
proses pembelajarannya siswa tidak hanya melihat dan mengamati tetapi ikut mencoba memeragakan, selain itu pelajaran yang telah diberikan lebih tahan lama karena mudah diingat dan dipahami. Kelemahan dalam menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih diantaranya: demonstrasi akan susah dilaksanakan apabila siswa belum matang kemampuannya untuk melaksanakannya, terkadang ada siswa yang terlambat masuk sehingga dia tidak bisa mengikuti pelajaran yang awal, sehingga dalam proses penerimaan materi kepada siswa tidak bisa diterima secara maksimal.19 Dari hasil wawancara peneliti dapat mengetahui dan memahami bahwa adanya kelebihan dan kelemahan dalam pelaksanaan metode demonstrasi pembelajaran fiqih di kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan. Kelebihan menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih diantaranya: keaktifan peserta didik bertambah, karena dalam proses pembelajarannya siswa tidak hanya melihat dan mengamati tetapi
ikut
mencoba memeragakan, karena terkesan menarik dalam pembelajarannya, sehingga siswa tertarik ikut mencoba melakukan sendiri. siswa lebih mudah mengerti materi yang disampaikan guru, dapat membantu anak didik memahami dengan jelas, selain itu pelajaran yang telah diberikan lebih tahan lama karena mudah diingat dan dipahami. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan peserta didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sesuai dengan bahan pelajaran sesuai dengan mediumnya. Dalam interaksi itu peserta didik lah yang lebih aktif, bukan guru. murid sebagai sentral pembelajaran. Keaktifan anak didik 19
K. Abdur Rosyid Guru Mata Pelajaran Fiqih Kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan, Wawancara, (25 Agustus 2015)
76
tentu mencakup kegiatan fisik dan mental, individual dan kelompok. Oleh karena itu interaksi dikatakan maksimal bila terjadi antara guru dengan semua peserta didik, antara peserta didik dengan guru, antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan bahan pelajaran dan media pembelajaran, bahkan peserta didik dengan dirinya sendiri, namun tetap dalam kerangka mencapai tujuan yang telah dicapai.20 Kelemahan dalam menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih diantaranya: ada siswa belum matang kemampuannya untuk melaksanakannya, ada siswa yang terlambat masuk sehingga dia tidak bisa mengikuti pelajaran yang awal, sehingga dalam proses penerimaan materi kepada siswa tidak bisa diterima secara maksimal. Untuk memperoleh hasil optimal, sebaiknya guru memperhatikan perbedaan individual peserta didik, baik aspek biologis, intelektual, maupun psikologis. Ketiga aspek ini diharapkapkan memberikan informasi pada guru, bahwa setiap peserta didik dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, sekalipun dalam tempo yang berlainan. Pemahaman tentang perbedaan potensi individual menghendaki pendekatan pembelajaran yang sepenuhnya bisa melayani perbedaan keunikan peserta didik masing masing. 21
20 21
Pupuh Fathur Rohman dan Sobry Sutikno, op.cit., hlm 14. Ibid., hlm 15.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Dari uraian hasil penelitian di atas, sebagai akhir dari pembahasan skripsi ini peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Implementasi metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih siswa kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara bahwa pelaksanaan metode demonstrasi sudah berjalan sangat efektif dimana siswa dapat dengan cepat memahami materi dan dapat mengingatnya lebih jelas, siswa mempraktikkan materi secara langsung, sehingga siswa dapat memahami materi dengan cepat dan tepat., sehingga prestasi belajar siswa akan meningkat. 2. Evaluasi pelaksanaan metode demonstrasi itu guru mempersiapkan materi yang akan didemonstrasikan agar dapat mengasi materi yang disajikan, meminimalisir seluruh faktor penghambat dalam metode ini, dengan member rangsangan dan motivasi serta membuat kegiatan lebih menarik, segera memberikan evaluasi terhadap siswa jika terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam materi yang disajikan, harus dilakukan secara simultan dan terus menerus dengan mengadakan pengulangan terhadap materi sebelumnya.mengerti psikologi dan kemampuan individu siswa. 3. Faktor penghambat metode demonstrasi diantaranya keterbatasan waktu, kondisi psikologis siswa, dan faktor lingkungan. Sedangkan faktor
77
78
pendukung itu diantaranya, kedisiplinan guru datang tepat waktu, tersedianya fasilitas media di sekolah, kemampuan guru dalam menguasai dan menyampaikan materi kepada siswa. Kelebihannya: keaktifan peserta didik, materi yang disampaikan guru lebih mudah mengerti,. Kelemahan nya diantaranya: metode demonstrasi akan susah dilaksanakan apabila siswa belum matang kemampuannya untuk melaksanakannya, untuk memperoleh hasil maksimal, sebaiknya guru memperhatikan perbedaan individual peserta didik, baik aspek biologis, intelektual, maupun psikologis.
B. Saran-saran Peneliti mengharapkan beberapa hal yang berhubungan dengan masalah tersebut diatas sebagai berikut: 1. Pada guru Fiqih Hendaknya dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode demonstrasi, guru harus benar-benar paham dan menyiapkan peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan metode demonstrasi dengan sebaik-baiknya agar materi yang tersampaikan maksimal. dan
juga
memperkaya variasi mengajar. Hal ini untuk mengantisipasi kejenuhan yang dialami oleh siswa. 2. Pihak sekolah a. Hendaknya seluruh pihak sekolah mendukung dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi.
79
b. Kepada semua pihak, terutama para guru, sudah seharusnya untuk meningkatkan kompetensi termasuk kompetensi profesional serta membekali diri dengan pengetahuan yang luas sehingga dapat berdampak positif pada perkembangan siswa, khususnya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah
B. PENUTUP Tiada kata lain selain ucapan syukur alhamdulillah, yang dapat mewakili segala kenikmatan yang telah diberikan Allah SWT. Sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan hanyalah insan biasa yang tak lepas dari kekhilafan. Oleh sebab itu, demi kesempurnaan skripsi ini penulis mohon saran dan kritik konstruktif agar skripsi ini dapat lebih baik. Dan akhirnya semoga apa yang penulis teliti dalam bahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara pada khususnya dan bagi siapa saja yang membaca pada umumnya sesuai harapan kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1998. Al-Imam Abi Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi, Shohih Muslim Jilid II Darul Fikri, Bairut: 1993 Anni,Catharina Tri, Psikologi Belajar, Semarang: UPT Mkk UNNES, 2006. Darajat, Zakiyah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta :Bumi Aksara, 2011, cet. 5. E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasinya, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. VI, 2004. Faisal, Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial: Dasar dan Aplikasi. Jakarta: C.V. Rajawali, 1992. Faisal, Sanapiah, Metode Penelitian Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982. Hamalik, Oemar, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2005. Ismail SM, Strategi Pembelajran Agama Islam Berbasis Paikem: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenagkan, Semarang. Resail Media Group, 2008. Karim, A. Syafi’I, Fiqh-Ushul Fiqh, Bandung: Pustaka Setia, Cet. 1, 1997,
81
82 Majid,
Abdul,
Perencanaan
Pembelajaran
Mengembangkan
Standard
Kompetensi Guru, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, , cet. 4, 2008 Moleong, Lexi .J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Karya, 1998. Mufarokah, Anisatul, Strategi Belajar Mengajar, Yogyakarta: Teras, 2009. Moeliyono, Anton M.. Dkk, Kamus Besar Bahsa Indonesia, Jakarta PN. Balai Pustaka, 1993. Nasution, S. Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 1999. Nasution, S,Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara, cet. 3, 2004. Peraturan Menteri Agama RI No. 2 Tahun 2008 Tentang Standar kompetensi Lulusan dan Standar Isi PAI dan Bahasa Arab di Madrasah. Poerwadarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1984. Pupuh Fathur Rohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum Dan Konsep Islami, Bandung : PT Reflika Aditama, 2007. Ramayulis, Metologi Pendidikan Agama Islam , Jakarta : Kalam Mulia, 2003. Rofiq, Ahmad, Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia, Yogyakarta: Gama Media, Cet. I., 2001.
83 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta, cet. 4, 2003. Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, cet. X, 2009. Sugandi, Achmad, Teori Pembelajaran, Semarang: UPT Mkk UNNES, 2005. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2006. Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, Bandung : CV.Wacana Prima, cet.2., 2008. Suharsimi,Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Supriyadi, Strategi belajar mengajar, Yogyakarta: Cakrawala Ilmu, 2011, Cet.1. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, Cet.4.,2010. Usman, Basiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta Selatan : Ciputat Pres, cet. 1., 2002 Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010,
84 Teungku Muh. Hasby Ash-Shidieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, Semarang: Pustaka Rizki Putra, Cet. I., 1997. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinanan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Winarno,
Surakhmad , Pengantar Interaksi Belajar Mengajar – Dasar dan
Teknik Metodologi Pengajaran, Bandung: Tastito, 1990.
LAMPIRAN Tabel LEMBAR OBSERVASI Kegiatan Pembelajaran dengan mengguankan metode demonstrasi (Pertemuan ke- 1 ) No 1.
Keterangan
OBSERVASI Sebelum
kegiatan
pembelajaran
dimulahi,
guru
Ya
Tidak
mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk menunjang metode demonstrasi. 2.
Guru merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa
setelah proses demonstrasi berhasil. 3.
Dalam
penyampaian
materi
yang
akan
di
demonstrasikan guru hanya menerapkan methode ceramah. 4
Guru mengatur tempat duduk yang memungkinkan siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang
didemonstrasikan 5.
Guru mengemukakan tujuan yang harus dicapai oleh
siswa 6.
Guru selalu membimbing semua siswa untuk mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi
seluruh siswa. 7.
Guru memulai demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berfikir dengan memberi
pertanyaan 8
Guru memberikan tugas-tugas tertentu
yang ada
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
kaitannya daengan pelaksanaan demonstrasi 9
mempraktikan apa yang didemonstrasikan
Keterangan
No
OBSERVASI
10
Guru memberikan motifasi kepada siswa untuk berani
Ya
mendemonstrasikan 11
Guru menyakinkan siswa agar siswa memahami proses
demonstrasi 12
Siswa memperhatikan ketika guru mendemonstrasikan
13
Siswa merespon apa yang di demonstrasikan guru
dengan menjawab pertanyaan 14
Siswa mencatat hal-hal penting ketika demonstrasi
15
Siswa berani bertanya ketika tidak memahami apa yang
didemonstrasikan 16
Siswa
berani
mendemonstrasikan
apa
yang
didemonstrasikan guru 17
Terdapat rasa percaya diri siswa dalam demonstrasi.
18
Siswa berani berkomunikasi secara lisan maupun
tertulis. 19
Terdapat interaksi belajar antara siswa dengan siswa,
siswa dengan guru dan sumber belajar. 20
Guru masih menerapkan hukuman kepada siswa
sehingga tidak jarang banyak siswa takut kepada guru. 21
Guru membimbing siswa dalam membuat simpulan
materi. 22
Guru mereview setiap materi yang telah disampaikan
dan didemonstrasikan pada setiap akhir pembelajaran. 23
Guru melaksanakan evaluasi kepada siswa terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.
Tidak
LAMPIRAN PEDOMAN DOKUMENTASI
1. Sejarah berdirinya Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara. 2. Identitas Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara. 3. Visi dan Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara. 4. Keadaan Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara a. Daya Tampung / keadaan siswa. b. Keadaan pendidik dan tenaga kependidikan. c. Kualifikasi pendidikan pendidik dan tenaga kependidikan. d. Struktur kurikulum yang ditetapkan dimadrasah. e. Keadaan guru Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara f. Keadaan siswa kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara. g. Sarana dan prasarana Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara. h. Struktur organisasi Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan Welahan Jepara.
LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA GURU Nama
: K. Abdur Rosyid
Jabatan
: Guru Mata Pelajaran Fiqih Kelas VI Madin Tarbiyatul Athfal 2
Tanggal
: 25 Agustus 2015
No Pertanyaan 1.
2.
3.
4.
Jawaban
Tanggapan bapak terhadap metode demonstrasi memang pembelajaran dengan menggunakan cocok digunakan dalam metode demonstrasi pembelajaran fiqih, karena cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa, sehingga dalam proses pembelajaran bisa menarik dan mudah dipahami siswa. Aktifitas belajar para siswa dalam Siswa lebih aktif dalam pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran, siswa lebih mudah metode demonstrasi memahami materi. Jika dibandingkan dengan Setelah diterapkan metode pembelajaran sebelumnya, apakah demonstrasi, siswa lebih aktif, ada peningkatan keaktifan peserta karena pembelajarannya menarik didik, setelah diterapkannya menjadikan siswa ingin mencoba menggunakan metode demonstrasi melakukan apa yang telah diperagakan oleh gurunya. Kesulitan apa yang ditemukan Waktu yang tidak mencukupi dalam menerapkan menggunakan melaksanakan metode metode demonstrasi dalam demonstrasi karena membutuhkan pembelajaran? waktu panjang, dan Psikologis siswa seperti sikap malu bertanya, selain itu siswa yang terlambat masuk mengakibatkan ketinggalan materi sehingga menjadikan siswa tersebut tidak mengerti materi yang awal.
LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH Nama
: Ahmad Qusdum Niam, SH..
Jabatan
: Kepala Madrasah Madin Tarbiyatul Athfal 2 Ujungpandan
Waktu wawancara
: 25 Agustus 2015
No 1.
Pertanyaan Tanggapan
bapak
pembelajaran
dengan
Jawaban terhadap Penggunaan
metode
menggunakan demonstrasi pada pembelajaran
metode demonstrasi
fiqih sangat pantas diterapkan, karena dengan menggunakan metode demonstrasi siswa bias lebih cepat memahami materi tersebut.
2.
Aktifitas belajar para siswa dalam Siswa lebih tertarik melihat pembelajaran
dengan
menggunakan dan ingin mencoba melakukan
metode demonstrasi
yang diperagakan oleh gurunya dalam pembelajaran feqih.
3.
Jika
dibandingkan
dengan Setelah
diterapkan
pembelajaran sebelumnya, apakah ada demonstrasi,
siswa
metode cepat
peningkatan keaktifan peserta didik, faham, dan siswa lebih aktif setelah diterapkannya menggunakan karena metode demonstrasi
menarik
pembelajarannya menjadikan
siswa
ingin mencoba melakukan apa yang telah diperagakan oleh gurunya. 4.
Kesulitan apa yang ditemukan dalam Waktu yang tidak mencukupi menerapkan
menggunakan
metode melaksanakan
demonstrasi dalam pembelajaran?
demonstrasi
metode
LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA SISWA Siswa yang diwawancarai
: Nur Lailatul Jannah
Waktu wawancara
: 25 Agustus 2015
NO
Pertanyaan
Jawaban
1. Tanggapan dan kesan anda terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran?
Saya suka, karena materi lebih mudah dipahami saya bisa mengulangi materi yang telah diajarkan, mudah diingat dari apa yang telah disampaikan bapak guru.
2. Kesulitan-kesulitan apakah yang anda alami dalam mempraktikan apa yang didemonstrasikan guru dalam pembelajaran? 3. Apakah dalam pembelajaran anda selalu memperhatikan apa yang diajarkan guru? Jika tidak, apakah alasan anda sehingga tidak memperhatikan?
Terkadang saya malu dan takut ditunjuk oleh bapak guru.
Ya, karena dalam penyampaian materi sangat menarik karena dipraktekkan oleh bapak guru sehinnga lebih mudah memahaminya.
4. Kesan terhadap cara mengajar Cara mengajar guru sangat guru dengan menggunakan menyenangkan karena guru metode demonstrasi? langsung praktik sehingga saya lebih mudah memahami 5. Kesan anda terhadap suasana Suasana kelas jadi lebih hidup, kelas pada saat pembeajaran teman- teman pun sangat antusias dengan menggunakan metode mendengarkan dan melihat apa demonstrasi? yang telah diperagakan oleh bapak guru saat pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah
: Madrasah Diniyah Tarbiyatul Athfal 2
Mata Pelajaran
: Fiqih
Kelas
: VI
Alokasi Waktu
: 1 x 35 menit
A. Standar Kompetensi 1.
Mempraktekkan shalat fardhu
B. Kompetensi Dasar 1.1. Menyebutkan ketentuan tatacara shalat fardhu C. Tujuan Pembelajaran :
Siswa mampu mengidentifikasikan pengertian shalat fardhu.
Siswa mampu mendiskusikan tentang syarat syah shalat fardhu
Siswa mampu mendengarkan tentang rukun shalat fardhu
Siswa mampu melafalkan niat shalat fardhu bersama sama
Siswa mampu menyimak uraian tentang bacaan shalat fardhu.
Siswa mampu melakukan diskusi kelompok tentang: bacaan shalat fardhu, urutan dan gerakan shalat fardhu dan hal-hal yang membatalkan shalat fardhu.
D. Materi Pembelajaran
Siswa mampu mengetahui pengertian shalat Fardhu
Siswa mampu mengetahui dan mempraktikan syarat sah shalat fardhu
Siswa mampu mengetahui dan mempraktikan rukun shalat fardhu
Siswa mampu menghafalkan dan mempraktikan lafad niat shalat fardhu
Siswa mampu menghafal bacaan shalat fardhu
E. Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya jawab
Penugasan
Demonstrasi
F. Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan Memulai dengan salam, menyapa siswa dan berdo’a. Appersepsi, mengajukan pertanyaan tentang shalat fardhu Motivasi, membangkitkan minat dan menumbuhkan kesadaran siswa bahwa betapa pentingnya shalat fardhu. Meminta siswa menyiapkan tempat demonstrasi materi Fiqih. 2. Kegiatan Inti Eksplorasi: Guru meminta masing-masing siswa membaca bacaan shalat fardhu. Elaborasi: Siswa mengulang kembali bacaan shalat fardhu tertama yang salah Konfirmasi: Guru meminta beberapa siswa untuk mendemonstrasikan shalat fardhu Elaborasi: Guru melakukan tanya jawab tentang shalat fardhu. Elaborasi: Guru menggali pengalaman siswa melalu bacaan, film atau sinteron dengan tema shalat fardhu Elaborasi: Meminta siswa untuk membaca lagi dalil tentang shalat fardhu. 3. Kegiatan Penutup Guru memberikan penguatan atas temuan siswa dan menyimpulkan materi tentang shalat fardhu
Melontarkan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang materi shalat fardhu Siswa menyalin kesimpulan dalam buku catatan masing-masing G. Alat/Sumber Belajar Buku paket Fikih, artikel, ensiklopedi Islam dan sumber belajar lain H. Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik Penilai an
Bentuk Penilaia n
Contoh Instrumen
mampu mengidentifikasikan Tes Observasi pengertian shalat fardhu. Praktik dan Praktik mampu mendiskusikan tentang syarat syah shalat fardhu mampu mendengarkan tentang rukun shalat fardhu mampu melafalkan niat shalat fardhu bersama sama mampu menyimak uraian tentang bacaan shalat fardhu. mampu melakukan diskusi kelompok tentang: bacaan shalat fardhu, urutan dan gerakan shalat fardhu dan hal-hal yang membatalkan shalat fardhu.
apa shalat fardhu! menyebutkan rukun dan syarat sah shalat fardhu! lafalkan niat dan niat shalat fardhu? Bagaimanakah bacaan-bacaan wajib dan sunnah dalam shalat fardhu? Tanyakkan padatemanmu tentang sholat fardhu.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah
: Madrasah Diniyah Tarbiyatul Athfal 2
Mata Pelajaran
: Fiqih
Kelas/Semester
: III / 1
Alokasi Waktu
: 1 x 35 menit
A. Standar Kompetensi Mempraktekkan shalat fardhu B. Kompetensi Dasar Mempraktik-kan keserasian gerakan dan bacaan shalat fardhu C. Tujuan Pembelajaran : Menyaksikan pemutaran VCD tentang shalat fardhu. Menempelkan urutan gambar gerakan shalat. Memperagakan gerakan shalat secara berkelompok D. Materi Pembelajaran Tata cara shalat Fardhu Memperagakan gerakan shalat E. Metode Pembelajaran Ceramah Tanya jawab Penugasan Demonstrasi
F. Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan Memulai dengan salam, menyapa siswa dan berdo’a. Appersepsi, mengajukan pertanyaan tentang shalat fardhu Motivasi, membangkitkan minat dan menumbuhkan kesadaran siswa bahwa betapa pentingnya shalat fardhu. Meminta siswa menyiapkan buku teks Fiqih. 2. Kegiatan Inti Eksplorasi: Guru meminta masing-masing siswa membaca buku teks Fiqih tentang shalat fardhu. Elaborasi: Siswa mencatat hasil temuan masing-masing dalam buku catatan tentang shalat fardhu Konfirmasi: Guru meminta beberapa siswa untuk mengemukakan hasil temuan tentang shalat fardhu Elaborasi: Guru melakukan tanya jawab tentang shalat fardhu. Elaborasi: Guru menggali pengalaman siswa melalu bacaan, film atau sinteron dengan tema shalat fardhu Elaborasi: Meminta siswa untuk membaca dalil tentang shalat fardhu. 3. Kegiatan Penutup Guru memberikan penguatan atas temuan siswa dan menyimpulkan materi tentang shalat fardhu Melontarkan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang materi shalat fardhu Siswa menyalin kesimpulan dalam buku catatan masing-masing G. Alat/Sumber Belajar Buku paket Fikih, artikel, ensiklopedi Islam dan sumber belajar lain
H. Penilaian
Indikator Pencapaian
Teknik
Bentuk
Contoh
Kompetensi
Penilaian
Penilaian
Instrumen
Memperagakan shalat
Unjuk
sesuai dengan
Kerja
garakannya dengan tepat dan benar
Mendemontrasikan bacaan shalat fardhu
Uraian
- bagaimanakah cara shalat sesuai dengan garakannya dengan tepat dan benar ? - Bagaimanakah bacaan shalat fardhu?
DAFTAR RIWAYAT PENULIS
Nama
: ROHAYATI
Fakultas
: Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
NIM
: 211443/131310001389
Tempat, Tgl Lahir
: Jepara, 07 April 1966
Alamat
: Ujungpandan, RT 13/05, Welahan Jepara.
Riwayat Pendidikan
: MIN Ma’hadul Ulum Mutih Kulon, Wedung, Demak Tahun 1979 SMP I Bw Sula Semarang Tahun 1982 SMAN Grogol Demak Tahun 1985 (sekarang SMAN 1 Karang Tengah Demak)
Jepara, 17 September 2015 Penulis
Rohayati NIM. 211443
Lampiran Dokumentasi
Gambar 1.1 Wawancara dengan bapak Ah. Qosdun Ni’am selaku kepala madrasah
Gambar 1.2 Wawancara dengan bapak Abdul Rosyid selaku guru kelas
Gambar 1.3 Wawancara dengan salah satu peserta didik mengenai metode demonstrasi
Gambar 2.1 Briefing singkat tentang metode demonstrasi
Gambar 2.2 Demo sholat yg dilakukan bapak guru dan mahasiswa
Gambar 2.3 Demo sholat yg dilakukan bapak guru dan mahasiswa
Gambar 2.4 Demo sholat yg dilakukan bapak guru dan mahasiswa
Gambar 2.5 Praktik sholat pasca demonstrasi
Gambar 2.6 Praktik sholat pasca demonstrasi
Gambar 2.7 Praktik sholat pasca demonstrasi
Gambar 2.8 Praktik sholat pasca demonstrasi
Gambar 3.1 Bank Data kelas
Gambar 3.2 Bank Data kelas
Gambar 3.3 Foto bersama pasca pembelajaran
Gambar 3.4 Foto bersama pasca pembelajaran