ISSN 0853-9987 E-ISSN 2338-3445
Vol. 26 No. 3 September 2016
MEDIA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN Vol. 26 No. 3 Hal. 127 - 210 September 2016
Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560 Telepon: (021) 4261088 pesawat 210 - Faksimile: (021) 4243933 Email:
[email protected] - Website: terbitan.litbang.depkes.go.id
Terakreditasi SK No. 597/AU3/P2MI-LIPI/03/2015
[email protected]
EDITORIAL Pengantar Redaksi Pemimpin Redaksi: Atmarita, MPH, Dr.PH (Persatuan Ahli Gizi Indonesia)
Salam hangat. Berjumpa kembali dengan Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Dalam volume 25 No. 3 September 2015 kali ini hadir dengan delapan artikel pilihan.
Mitra Bestari: Prof. Dr. M. Sudomo (Parasitologi Medik, WHO) Dr. Uken Sukaeni Sanusi, M.Sc (Ilmu Pangan dan Gizi, Badan Litbangkes) Prof. dr. Emiliana Tjitra, M.Sc, Ph.D (Biomedik, Badan Litbangkes) Dr. Besral, SKM, M.Kes (Biostatistik, FKM UI)
Sebagai pembuka, artikel yang dibawakan oleh Noer Endah Pracoyo., dkk yang berjudul “Daya Lindung Antibodi Anti Difteri Pada Anak Usia 1-14 Tahun (Hasil Analisis Lanjut Riskesdas 2007)” menyimpulkan dari hasil analisis bahwa perlindungan terhadap difteri semakin menurun seiring meningkatnya usia.
Dr. drg. Farida Soetiarto, MS (Epidemiologi, Badan Litbangkes) Prof. Dr. Effionora Anwar, MS, Apt (Farmasi dan Kesehatan Masyarakat, FKM UI) dr. Anis Karuniawati, PhD, SpMK(K) (Mikrobiologi dan Molekuler , FK UI) Dr. Dra. Retnosari Andrajati,, Apt (Farmasi Klinik, UI) Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA (Antropologi Kesehatan, UIN)
Penyunting: Dra. Lucie Widowati, Apt, M.Si (Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Badan Litbangkes) drh. Sahat Ompusunggu, M.Sc (Biomedik, Badan Litbangkes) dr. Suhardi, MPH (Epidemiologi dan Biostatistik, Badan Litbangkes) Dr. Ir. Inswiasri, M.Kes (Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat, Badan litbangkes) Nuniek Kusumawardhani, SKM, M.Sc, PH (Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes) Dr. dr. Vivi Setiawaty, M.Biomed (Virologi Molekuler, Badan Litbangkes) Dr. Joko Irianto, SKM, M.Kes
Redaksi Pelaksana: Ketua
: Muhammad Rijadi, SKM, M.ScPH
Wakil
: Leny Wulandari, SKM, MKM
Sekretaris
: Susi Annisa Uswatun Hasanah, S.Sos, M.Hum
Anggota
: Irfan Danar Nugraha, S.Sos Emi Suparwati, SIP Tri Ramadhany, S.Kom Sri Lestari, S.Pd Febri Aryanto, S.Kom
Terbit 4 kali setahun (Maret, Juni, September dan Desember) Terakreditasi SK No. 597/AU3/P2MI-LIPI/03/2015 Alamat Redaksi : Bagian Informasi, Publikasi, dan Diseminasi Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat 10560 Telp. (021) 4261088 Pesawat 210 Website
: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK
E-mail
:
[email protected]
Artikel kedua menunjukkan bahwa hipertensi merupakan masalah kesehatan umum masyarakat miskin di populasi Kota Banda Aceh. Sehingga intervensi program pemerintah dibutuhkan dalam upaya pencegahan hipertensi seperti penyuluhan makanan sehat dan kemudahan akses untuk memperolehnya, aktifitas fisik yang adekuat serta mengontrol tekanan darah secara rutin. Hal ini ditunjukkan oleh Eka Fitria dan Sari Hanum dalam artikel yang berjudul “Determinan Hipertensi Pada Masyarakat Miskin Kota Banda Aceh”. Artikel ketiga pada edisi kali ini berjudul “Faktor Risiko Terjadinya Tuberculosis Paru Usia Produktif (15-49 Tahun) di Indonesia”, ditulis oleh Made Agus Nurjana. Analisis menggunakan data Riskesdas 2013 menjadi dasar penelitian kematian neonatal dini di Indonesia. Di artikel ke-4 yang berjudul “Hubungan Kunjungan K4 dengan Kematian Neonatal Dini di Indonesia (Analisis Lanjut Data Riskesdas 2013)”, ditulis oleh Dina Bisara Lolong dan Lamria Pangaribuan faktor risiko TB paru pada usia produktif di Indonesia yang paling dominan adalah pendidikan. Artikel kelima dibawakan oleh Tri Ramadhani dan Novia Tri Astuti dengan judul “Karakteristik Individu dan Kondisi Lingkungan Pemukiman Didaerah Endemis Leptospirosis di Kota Semarang”. Artikel ini menyarankan bahwa upaya pencegahan penularan leptospirosis dapat dilakukan melalui kebersihan lingkungan, penanganan sampah yang baik sehingga tidak menjadi tempat bersarang tikus. Artikel "Kinetika Vitamin B Komplek pada Proses Pembuatan Tahu dan Oncom Merah" yang ditulis oleh Dian Sundari dan Efriwati menjadi artikel yang keenam di edisi kali ini. Artikel yang ditulis oleh Asep Awaludin Prihanto.,dkk dengan judul “Metode Sederhana dan Efektif Untuk Penghitungan dan Visualisasi Tiga Dimensi (3D) Biofilm Vibrio Cholera” menjadi artikel ketujuh di edisi kali ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH, suhu, dan kondisi kultur mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan biofilm Vibrio cholera. Metode alternatif yang di gunakan dalam penelitian ini mampu menghitung BCR serta menggambarkannya dalam bentuk 3D dengan efisien sehingga dapat dijadikan alternatif analisis biofilm bakteri. Artikel terakhir membahas tentang terapi jamu pada pasien artritis. Artikel dengan judul "Model Analisis Terapi Jamu Sebagai Komplementer Terhadap Perbaikan Keluhan pada Pasien Artritis" yang ditulis oleh Siti Nur Hasanah dan Lucie Widowati menjadi artikel penutup pada edisi kali ini. Akhir kata, redaksi Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan mengucapkan selamat menikmati sajian kali ini. Semoga bermanfaat.
Cover : - http://www.freepik.com - http://www.google.com
Salam Sehat, Redaksi
Volume 26 No. 3, September 2016
ISSN 0853-9987
MEDIA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DAFTAR ISI
ARTIKEL 1.
Peran Kesenjangan Ekonomi terhadap Kejadian Kegemukan
127–136
(Kencana Sari, Lely Indirawati, Nurhandayani Utami, dan Nurillah Amaliah) 2.
Hubungan Gangguan Mental Emosional dengan Hipertensi pada Penduduk Indonesia
137–144
(Sri Idaiani dan Herlina Sri Wahyuni) 3.
Hubungan Pola Konsumsi dengan Diabetes Melitus Tipe 2 pada Pasien Rawat Jalan di RSUD Dr. Fauziah Bireuen Provinsi Aceh (Abidah Nur, Eka Fitria, Andi Zulhaida, dan Sari Hanum)
145–150
4.
Potensi Resistensi Virus Hiv-1 terhadap Terapi Anti Retroviral (Art) pada Pasien Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Beberapa Kota di Indonesia
151–156
(Nur Ika Hariastuti, Holy Arif Wibowo, Kindi Adam, Subangkit, Natalie Laurensia Kipuw, dan Roselinda) 5.
Uji ELISA untuk Deteksi Japanese Enchepalitis (JE) dari Kasus Ensefalitis di 5 Provinsi di Indonesia Tahun 2014
157–162
(Subangkit, Masri Maha Sembiring, Bambang Heriyanto, dan Vivi Setiawaty) 6.
Antibiotik Golongan Fluorokuinolon: Manfaat dan Kerugian
163–174
(Mariana Raini) 7.
Angka Kejadian dan Penatalaksanaan Keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto Tahun 2012–2014 (Laila Safitrih, Anjar Mahardian Kusuma, dan Much Ilham N. Aji Wibowo)
175–180
8.
Status Kesehatan Pengemudi dan Kelaikan Bus Menjelang Mudik Lebaran Tahun 2015
181–190
(Joko Irianto dan Sarimawar Djaja)
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 26 No. 3, September 2016
ISSN 0853-9987
Lembar Abstrak Lembar abstrak ini boleh digandakan/dicopi tanpa ijin dan biaya NLM: WD 210 Kencana Sari, Lely Indirawati, Nurhandayani Utami, dan Nurillah Amaliah (Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes, Kemenkes RI) Peran Kesenjangan Ekonomi terhadap Kejadian Kegemukan Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 26 No. 3, September 2016; Hal. 127–136 Kesenjangan ekonomi telah banyak dianalisis di negara-negara barat tetapi masih terbatas di negara-negara berkembang. Mengetahui peran kesenjangan ekonomi terhadap kegemukan diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kegemukan di Indonesia. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kesenjangan ekonomi dengan kegemukan. Analisis menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang bersifat potong lintang. Subyek terdiri dari 125.563 responden berumur 19–55 tahun yang berasal dari 251.388 anggota rumah tangga dari 69.300 rumah tangga pada 2.798 blok sensus di 33 provinsi. Kegemukan dikategorikan sebagai indeks massa tubuh lebih dari 25. Eksposur di tingkat masyarakat yaitu kesenjangan ekonomi didasarkan pada koefisien Gini. Data dianalisis dengan multilevel regresi logistik. Prevalensi kegemukan di Indonesia adalah 22,96%. Kesenjangan ekonomi berkisar antara 0.18– 0.69 di 33 provinsi di Indonesia. Kesenjangan ekonomi mempunyai peran terhadap kejadian kegemukan di tingkat individu dan rumah tangga. Namun, peran tingkat individu dan rumah tangga lebih besar (76,8%) dibandingkan peran kesenjangan ekonomi di tingkat provinsi (23,2%) terhadap kejadian kegemukan. Pada tingkat individu yang berperan pada kegemukan adalah jenis kelamin perempuan (OR=1,91), pendidikan > SMA (OR=1,18), kawin (OR=2,70), dan status sosial ekonomi semakin tinggi (ORkuintil 5=2,76). Pada tingkat provinsi, kesenjangan ekonomi meningkatkan peluang kegemukan 1,31 kali. Kesenjangan ekonomi semakin tinggi berpeluang meningkatkan kejadian kegemukan tetapi pengaruhnya lebih kecil dibanding faktor di tingkat individu. Pencegahan kegemukan yang
berfokus pada individu yang berjenis kelamin perempuan, kawin, dan status sosial ekonomi semakin tinggi. Kata kunci: kesenjangan, ekonomi, kegemukan --------------------------------------------------------------NLM: WG 340 Sri Idaiani dan Herlina Sri Wahyuni (Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Badan Litbangkes, Kemenkes RI; Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA)) Hubungan Gangguan Mental Emosional dengan Hipertensi pada Penduduk Indonesia Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 26 No. 3, September 2016; Hal. 137–144 Hipertensi banyak dihubungkan dengan stres psikologis yang dialami penderitanya. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui berapa banyak penduduk yang mengalami gangguan mental emosional dengan hipertensi serta berapa besar hubungan antara gangguan mental emosional dengan hipertensi diantara faktor sosiodemografi lainnya. Sampel diperoleh dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Sampel berumur ≥ 18 tahun keatas sebanyak 651.200 orang. Hipertensi dinilai dengan pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter digital dan pengakuan mengonsumsi obat antihipertensi secara rutin. Stres atau gangguan mental emosional (GME) dinilai dengan kuesioner self reporting questionnaire yang terdiri dari 20 butir pertanyaan. Apabila menjawab “ya” minimal 6 butir pertanyaan, responden dinyatakan mengalami GME. Data dianalisis dengan program SPSS versi 21 dengan metode complex sample. Hubungan variabel dinilai dengan analisis bivariat dan multivariat dengan kemaknaan p< 0,05. Persentase penduduk dengan ganguan mental emosional yang mengalami hipertensi 34,4%. Faktor – faktor terbesar yang berhubungan dengan hipertensi adalah umur ≥ 65 tahun (ORsuaian 7,58;95%CI 7,29-7,87),umur 35-–64 tahun (ORsuaian3,06;95%CI 2,98-3,15) status bercerai (ORsuaian1,85 ;95% CI 1,77-1,95), tidak bekerja (ORsuaian1,22 ;95%CI1,18–1,26), gangguan
mental emosional (ORsuaian1,10; 95% CI 1,06– 1,15). Gangguan mental emosional memiliki hubungan yang tidak terlalu besar terhadap hipertensi pada penelitian ini. Intervensi program hipertensi akan lebih baik ditujukan untuk orang berusia lanjut dan status perkawinan bercerai. Kata kunci: hipertensi, gangguan mental emosional, Riskesdas 2013 ---------------------------------------------------------------NLM: WK 810 Abidah Nur, Eka Fitria, Andi Zulhaida, dan Sari Hanum (Loka Penelitian dan Pengembangan Biomedis Aceh, Badan Litbangkes, Kemenkes RI) Hubungan Pola Konsumsi dengan Diabetes Melitus Tipe 2 pada Pasien Rawat Jalan di RSUD Dr. Fauziah Bireuen Provinsi Aceh Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 26 No. 3, September 2016; Hal. 145–150 Kebiasaan masyarakatAceh adalah mengonsumsi makanan manis, asin, dan berlemak. Konsumsi karbohidrat, gula, dan makanan serta minuman manis yang tinggi dalam masyarakat Aceh berisiko terkena diabetes melitus. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pola konsumsi masyarakat Aceh dengan penyakit diabetes melitus. Penelitian bersifat deskriptif analitik dengan desain kasus-kontrol di RSUD dr. Fauziah Bireuen Provinsi Aceh tahun 2014. Populasi penelitian adalah pasien yang rawat jalan yang berkunjung ke rumah sakit periode Mei-Juni 2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Besar sampel ditentukan menggunakan rumus Lemeshow untuk uji hipotesis. Responden berjumlah 100 orang pasien rawat jalan yang terdiri dari 50 kasus (pasien diabetes melitus) dan 50 kontrol/ tidak berpasangan (pasien non diabetes melitus). Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner dan form food frequency. Data dianalisis secara bivariat menggunakan regresi logistic. Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko diabetes melitus yang signifikan adalah jenis kelamin dan umur. Laki-laki berisiko diabetes melitus sebesar 2,48 kali. Umur lebih dari 50 tahun berisiko diabetes melitus sebesar 2,16 kali. Pola makan makanan manis, berlemak dan asin juga berhubungan signifikan dengan kejadian diabetes melitus. Konsumsi makanan asin berisiko diabetes melitus sebesar 2,62 kali. Sedangkan konsumsi makanan manis dan berlemak berisiko lebih rendah terkena diabetes melitus. Pola hidup sehat dan pola makan seimbang dianjurkan agar terhindar dari penyakit diabetes melitus. Kata kunci: diabetes melitus, pola konsumsi,
faktor risiko ---------------------------------------------------------------NLM: QW 168.5.H6 Nur Ika Hariastuti, Holy Arif Wibowo, Kindi Adam, Subangkit, Natalie Laurensia Kipuw, dan Roselinda (Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes, Kemenkes RI) Potensi Resistensi Virus Hiv-1 terhadap Terapi Anti Retroviral (Art) pada Pasien Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Beberapa Kota di Indonesia Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 26 No. 3, September 2016; Hal. 151–156 Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh. Penggunaan kombinasi obat terapi anti retroviral (ARV) telah menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mengendalikan perkembangan virus HIV dan memperpanjang harapan hidup penderita. Cakupan pemberian anti retroviral therapy (ART) yang luas juga berdampak pada timbulnya mutasi pada virus HIV sehingga dapat menyebabkan resistensi. Secara umum, resistensi terhadap obat tertentu adalah hasil dari mutasi pada sejumlah posisi dalam gen pengkode protein yang ditargetkan oleh obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya mutasi yang mengarah pada resistensi terhadap ART pada beberapa kota di Indonesia. Metode yang digunakan untuk melakukan analisis resistensi pada studi ini adalah dengan pemeriksaan genotipik. Sampel yang digunakan adalah Bahan Biologi Tersimpan pada Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan. Seratus delapan spesimen yang memenuhi kriteria inklusi diamplifikasi dan dilakukan sequencing. Selanjutnya analisis hasil sekuensing virus HIV dilakukan dengan mengunggah sekuen ke situs web Stanford University untuk analisis mutasi resistensi. Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan adanya mutasi pada virus HIV yang mengarah pada low potential resistensi obat ARV yaitu jenis efavirenz (EFV) dan nevirapine (NVP). Obat ini merupakan lini pertama pengobatan HIV di Indonesia. Tinjauan mengenai mutasi yang menyebabkan resistensi virus terhadap ARV dengan metode genetik ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar bagi program pengembangan obat baru atau vaksin HIV/ AIDS dalam program penanggulangan HIV di Indonesia. Kata Kunci: resistensi, virus HIV-1, VCT ---------------------------------------------------------------NLM: WC 542 Subangkit, Masri Maha Sembiring, Bambang
Heriyanto, dan Vivi Setiawaty (Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes, Kemenkes RI) Uji ELISA untuk Deteksi Japanese Enchepalitis (JE) dari Kasus Ensefalitis di 5 Provinsi di Indonesia Tahun 2014 Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 26 No. 3, September 2016; Hal. 157–162 Japanese Enchepalitis (JE) adalah salah satu penyakit ensefalitis yang disebabkan oleh virus dan merupakan masalah kesehatan di Asia, termasuk di Indonesia. Data JE di Indonesia masih sangat minim, karena diagnosis klinis yang cukup luas dan belum terpaparnya para klinisi tentang kasus JE. Penelitian ini bertujuan memaparkan secara dekriptif hasil Kejadian Luar Biasa (KLB) JE di Indonesia. Sampel penelitian ini adalah kasus KLB JE sepanjang tahun 2014. Spesimen diperiksa dengan menggunakan metode ELISA Capture IgM JE, sementara gejala klinis dianalisis secara deksriptif. Hasil penelitian terdapat 19 kasus KLB JE selama tahun 2014 yang berasal dari 5 Provinsi yaitu Provinsi Banten, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Sulawesi Utara, dan Provinsi Sumatera Utara. Gejala klinis utama penderita kasus JE adalah panas (100%), diikuti dengan penurunan kesadaran (58%), perubahan status mental (53%)dan lumpuh (32%) serta kejangkejang (21%). Hasil pemeriksaan laboratorium tehadap antibodi IgM JE menunjukkan terdapat 2 kasus positif JE, 2 Equivokal dan 15 Negatif. Kesimpulan penelitian ini selama tahun 2014 dilaporkan 19 kasus KLB JE, dengan 2 kasus positif JE yang berasal dari Provinsi Kalimantan Barat (Kabupaten Landak) dan Sulawesi Utara (Kota Manado). Kata Kunci: Japanese Enchepalitis, IgM, ELISA ---------------------------------------------------------------NLM: QV 250 Mariana Raini (Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes, Kemenkes RI)
antibiotik ketiga yang paling banyak diresepkan baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit di Indonesia. Fluorokuinolon bersifat toksik mempunyai efek samping yang lebih berat dari antibiotik lain, menimbulkan kerusakan permanen bahkan kematian jika tidak digunakan secara tepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji manfaat dan kerugian antibiotik fluorokuinolon sehingga dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan instansi terkait tentang penggunaan antibiotik ini. Metoda yang digunakan adalah melakukan kajian literatur dari jurnal nasional dan internasional tentang manfaat dan efek samping antibiotik fluorokinolon. Kajian ini menguraikan tentang jenis fluorokuinolon, penggunaan, mekanisme kerja, efek samping, dan resistensi. Hasil: Fluorokuinolon mempunyai rentang keamanan yang sangat sempit dan sering tidak dipatuhi. Obat ini aman dalam dosis rendah dan penggunaan singkat namun untuk dosis tinggi atau pemakaian waktu lama dapat menimbulkan efek samping. Efek samping yang ditimbulkan adalah gangguan pencernaan, gangguan SSP, gangguan ginjal, gangguan penglihatan, gangguan kulit, gangguan hati, atropi dan tendinitis, gangguan kardiovaskular, gangguan hematologi, reaksi imunologi, gangguan metabolik, dan teratogenik. Kesimpulan: Oleh karena efek samping yang ditimbulkan, penggunaan fluorokuinolon harus dilakukan secara sangat hati-hati, hanya digunakan untuk infeksi berat yang mengancam kehidupan, Multi Drug Resistance atau gagal terapi dengan antibiotik lain atau infeksi bakteri yang mempunyai respons baik dengan fluorokuinolon. Kata Kunci: antibiotik, fluorokuinolon, penggunaan, efek samping ---------------------------------------------------------------NLM: QV 600 Laila Safitrih, Anjar Mahardian Kusuma, dan Much Ilham N. Aji Wibowo (Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto)
Antibiotik Golongan Fluorokuinolon: Manfaat dan Kerugian
Angka Kejadian dan Penatalaksanaan Keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto Tahun 2012–2014
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 26 No. 3, September 2016; Hal. 163–174
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 26 No. 3, September 2016; Hal. 175–180
Fluorokuinolon merupakan suatu antibiotik berspektrum lebar yang digunakan secara luas untuk terapi berbagai infeksi, mulai dari infeksi saluran urin hingga antraks. Selama tahun 2012 sampai 2014, siprofloksasin, salah satu golongan fluorokuinolon, merupakan
Racun dapat mengganggu fungsi tubuh atau bahkan menghentikan fungsi tubuh yang berakibat terjadinya penurunan kesehatan dalam kondisi gawat darurat. Penatalaksanaan keracunan membutuhkan terapi yang tepat sehingga dapat menyelamatkan nyawa pasien dan membuat pengobatan menjadi efektif dan efisien.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian dan mengevaluasi penatalaksanaan keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif menggunakan data rekam medik pasien Instalasi Gawat Darurat RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Periode Januari 2012–Desember 2014. Alat ukur yang digunakan adalah buku pedoman penatalaksanaan keracunan yang disusun BPOM RI tahun 2001. Pada periode tersebut ditemukan 117 kasus keracunan dengan angka kematian 0 kasus. Penyebab tertinggi keracunan yakni gigitan ular (69,2%) selain itu ditemukan juga keracunan pestisida, makanan, obat, alkohol, racun tanaman, dan shellfish. Pasien mayoritas adalah laki-laki (70,1%), usia 28–45 tahun (30,5%), memiliki pendidikan rendah yaitu SD (49,6%) serta tidak memiliki pekerjaan (71,8%). Penatalaksanaan bervariasi antar tiap pasien menggunakan antidotum, antibiotik, antihistamin, analgetik-antipiretik, hemostatic agent, anti infeksi, dan beberapa obat gastrointestinal lainnya. Penatalaksanaan keracunan yang sudah sesuai buku pedoman Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI sebanyak 24 kasus (20,51%), belum sesuai sebanyak 75 kasus (64,10%) dan belum terdapat di dalam pedoman sebanyak 18 kasus (15,38%) sebagai konsekuensi dari belum tersedianya standar prosedur operasional untuk penatalaksanaan keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sehingga perlu dibuat suatu standar prosedur operasional untuk menangani keracunan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto agar penatalaksanaan keracunan yang lebih maksimal. Kata Kunci: penatalaksanaan, keracunan, Instalasi Gawat Darurat ---------------------------------------------------------------NLM: WB 141.4 Joko Irianto dan Sarimawar Djaja (Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya
Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI)
Badan
Litbangkes,
Status Kesehatan Pengemudi dan Kelaikan Bus Menjelang Mudik Lebaran Tahun 2015 Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 26 No. 3, September 2016; Hal. 181–190 Keselamatan penumpang bus di jalan raya sangat bergantung pada status kesehatan pengemudi, kelaikan bus, dan faktor jalan. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui status kesehatan pengemudi, kelaikan bus, dan keadaan jalan menurut perspektif pengemudi pada mudik lebaran. Metode penelitian adalah survei, dengan rancangan potong lintang, terhadap 190 pengemudi bus di dua terminal di Jakarta dan satu terminal di Surabaya. Data dikumpulkan melalui wawancara dan pemeriksaan tekanan darah, gula darah, penggunaan alkohol, dan narkoba. Analisis univariat dan bivariat menunjukkan 12% pengemudi hiperglikemia, 27% hipertensi ringan, 21% hipertensi sedang/berat. Pengemudi dengan hipertensi sedang berisiko 10 kali berstatus tidak laik jalan dibanding dengan hipertensi ringan (CI 2,9–37,8). Penggunaan amphetamine 0,5%. Kesiapan bus rata-rata 97%, 5–7% tidak memeriksa sabuk pengaman, oli mesin, dan 37% tidak ada pemadam api, 15% tidak ada pemecah kaca. Situasi jalan yang mengganggu adalah motor, pasar tumpah dan jalan berlubang. Dari hasil survei ini disarankan pemeriksaan kesehatan semua pengemudi secara rutin dilakukan setiap bulan sebelum berangkat dari masing-masing Perusahaan Otobus (PO) dan pengemudi dengan hipertensi harus mendapatkan pengobatan dan pengawasan yang ketat. Promosi kesehatan tentang pola makan yang sehat harus diberikan kepada pengemudi. Kata Kunci: Status kesehatan, pengemudi, kelaikan,bus ----------------------------------------------------------------
Media of Health Research and Development Volume 26 No. 3, September 2016
ISSN 0853-9987
Abstract Sheet This abstract sheet may reproduced/copied without permission or charge NLM: WD 210
NLM: WG 340
Kencana Sari, Lely Indirawati, Nurhandayani Utami, and Nurillah Amaliah (Center for Research and Development of Public Health Efforts, NIHRD, Ministry of Health)
Sri Idaiani and Herlina Sri Wahyuni (Center for Research and Development of Resource and Health Service, NIHRD, Ministry of Health; Faculty of Health Science, University of Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA))
The Role of Economic Inequality Againts Obesity (Orig Ind) Media of Health Research and Development Volume 26 No. 3, September 2016; p. 127–136 Economic inequality relationship to health has been widely analyzed in western countries but is still limited in developing countries. Knowing the role of economic inequality against obesity is expected to help overcome the problem of obesity in Indonesia. This study aims to analyses the relationship of economic inequality and obesity. The data were obtained from a crosssectional Indonesian Basic Health Research (Riskesdas) year 2010. The subjects consisted of 125563 respondent’s ages 19-55 years old that derived from 251388 household members nested within 69300 households nested within 2798 communities nested within 33 regions. Obese was categorized as body mass index more than 25. Community level exposures included economic inequality that based on Gini coefficient. The data were analyzed with multilevel logistic regression. The prevalence of obesity in Indonesia was 22.96 percent. The economic inequality was ranged from 0.18-0.69 across 33 provinces in Indonesia. The economic inequality has a role on obesity although the role of the individual and household level on obesity is greater (76.8%) compared to the role of economic inequality at the provincial level (23.2%). At the individual level, variables that contribute to obesity were female (OR = 1.91), education > SMA (OR = 1.18), married (OR = 2.70), and higher socioeconomic status (OR5th kuintil= 2 , 76). At the provincial level, economic inequalities increase the chances of obesity of 1.31 times. The higher the economic inequality in the province level is likely to increase the incidence of obesity but the effect was smaller than at the individual level factors. Obesity prevention are needed focusing on female, married, and higher socio-economic status. Keywords: inequality, economic, obesity ---------------------------------------------------------------
Association Between Mental Emotional Disorders and Hypertension among Indonesian (Orig Ind) Media of Health Research and Development Volume 226 No. 3, September 2016; p. 137–144 Hypertension is often associated with psychological stress for its sufferer. The aims of this analysis were to undertake how many people with mental emotional disorder have hypertension and to assess association between mental emotional disorders with hypertension besides other characteristics. The data were taken from National Basic Health Research 2013.The samples were 651.200 people 18 years old and above.The samples were identified have hypertension by measurement using digital blood pressure monitor or consume anti hypertension medicine routinely. Stress or mental emotional disorder was assessed by selfreporting questionnaire (SRQ). Samples were categorized have mental emotional disorders if they answered “yes” for ≥ six questions of SRQ. The data were analyzed using SPSS version 21 with complex sample method. The association among variables was assessed by bivariate, multivariate with significance p < 0.05. The percentage of mental emotional people who had hypertension was 34.4%. The main factors associated with hypertension were age ≥ 65 years old (ORadj7,58;95%CI7,29-7,87), 35-64years old (ORadj 3,06;95%CI2,983,15) divorced (ORadj1,85;95%CI 1,77-1,95), unemployed (ORadj1,22 ;95%CI1,18-1,26), mental emotional (ORadj 1.10; 95% CI 1,061,15) .In this study, mental emotional disorders had weak association with hypertension. Intervention program for hypertension control is better directed to old people and people with divorced status of marriage. Keywords: hypertension, mental emotional disorders, National Basic Health Research 2013 ---------------------------------------------------------------
NLM: WK 810
Volume 26 No. 3, September 2016; p. 151–156
Abidah Nur, Eka Fitria, Andi Zulhaida, and Sari Hanum (Health Research Office, Nangroe Aceh Darussalam, NIHRD, Ministry of Health)
Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a virus that damages the immune system. The use of anti-retroviral therapy drugs combination (ARV) has demonstrated highly effective in controlling the development of the HIV virus and prolongs survival. Comprehensive coverage of antiretroviral therapy (ART) also has an impact on the incidence of mutations in the HIV virus that can lead to resistance. In general, resistance to a particular drug is the result of a mutation in a number of positions in the protein-coding genes that are targeted by drugs. This study is aimed to find out mutations that related to ARV resistance in some cities in Indonesia. Genotypic assays are used in this study to analyze the viral resistance properties. The samples are from stored biological materials in the Center for Biomedical and Basic Technology of Health. One hundred and eightspecimens that meet the inclusion criteria were amplified and sequenced. Further analysis is conducted by uploading sequences to the Stanford University website for the analysis of resistance mutations. Based on the results of this study there are some mutations in the HIV virus that leads to a low potential of antiretroviral drug resistance of efavirenz (EFV) and nevirapine (NVP). These drugs are used in the first-line treatment of HIV in Indonesia. Overview of the mutations that cause viral resistance to antiretroviral drugs with genetic methods is expected to serve as baseline data for program development of new drugs or vaccines HIV / AIDS in the response to HIV in Indonesia.
Association Between Diets and Diabetes Mellitus Type 2 on Outpatient at RSUD Dr. Fauziah Bireuen Aceh Province (Orig Ind) Media of Health Research and Development Volume 26 No. 3, September 2016; p. 145–150 Acehnese daily meals are sweety, salty, and fatty foods. High consumption of carbohydrates, sugars and sweety foods and beverages in Acehnese at risk of developing diabetes mellitus. This study aims to reveal the relationship between dietary habit and diabetes mellitus. The research was descriptive analitic with casecontrol design at RSUD dr. Fauziah Bireuen in Aceh Province 2014. The population was outpatient who visite the hospital periode MayJune 2014. Sampling was done by purposive sampling. Sample size was determined using the formula of Lemeshow to hypothesis test. Total respondents are 100 outpatients with 50:50 ratio between case (outpatients with diabetes mellitus) and control (outpatients without diabetes mellitus) respondents. The instruments are questionnaire and form food frequency. Data were analyzed with bivariate logistic regression. The results showed that diabetes melitus risk factors are sex and age. Men at risk of diabetes mellitus by 2.48 times. Age over 50 years at risk of diabetes mellitus by 2.16 times. The pattern of eating sweety, fatty and salty foods also significantly associated with diabetes mellitus. The consumption of salty foods at risk of diabetes mellitus by 2.62 times. While the consumption of sweety and fatty foods at a lower risk of diabetes mellitus. Healthy lifestyle and a balanced diet is recommended to avoid diabetes mellitus. Keywords: diabetes mellitus, consumption patterns, risk factors --------------------------------------------------------------NLM: QW 168.5.H6 Nur Ika Hariastuti, Holy Arif Wibowo, Kindi Adam, Subangkit, Natalie Laurensia Kipuw, and Roselinda (Center for Research and Development of Biomedical and Basic Technology of Health, NIHRD, Ministry of Health) Resistance Potential of HIV-1 Virus to Anti Retroviral Therapy (ART) in Voluntary Counseling Testing (VCT) Patients in Some Cities in Indonesia (Orig Ind) Media of Health Research and Development
Keywords: resistance, HIV-1 virus, VCT --------------------------------------------------------------NLM: WC 542 Subangkit, Masri Maha Sembiring, Bambang Heriyanto, and Vivi Setiawaty (Center for Research and Development of Biomedical and Basic Technology of Health, NIHRD, Ministry of Health) Japanese Encephalitis Detection by Enzyme Linked Immunoassay of Encephalitis Cases in Five provinces in Indonesia in 2014 (Orig Ind) Media of Health Research and Development Volume 26 No. 3, September 2016; p. 157–162 apanese Enchepalitis is one of viral infection that became health problem in Asia, including Indonesia. The information of JE cases are rare since the symptoms are very wide and JE is not familiar among clinicians. This study aims to describe the JE cases from enchepalitis outbreak. A total of 19 samples consisting of serum and CSF specimens collected during 2014 was obtained from reports JE outbreaks of five provinces (Banten, Central Java, West Kalimantan, North Sulawesi and North Sumatera). The main symptoms were
fever (100%), loss of consciousness (58%), confuse (53%), paralyzed (32%) and seizure (21%). The laboratory test results found two cases with positive IgM JE, two cases equivocal and 15 negative. From this preliminary results we concluded that 2 out of 19 suspected cases were positive JE that came from Landak District in West Kalimantan and Manado District in North Sulawesi.
Keywords: antibiotic, fluoroquinolones, use, side effects --------------------------------------------------------------NLM: QV 600
Keywords: Japanese Enchepalitis, IgM, ELISA --------------------------------------------------------------NLM: QV 250
Number of Poisoning Case and Evaluation on The Management of Poisoning in Emergency Department of Margono Soekarjo Hospital of Purwokerto (Orig Ind)
Mariana Raini (Center for Research and Development of Biomedical and Basic Technology of Health, NIHRD, Ministry of Health) Fluoroquinolones Antibiotics: Benefit and Side Effects (Orig Ind) Media of Health Research and Development Volume 26 No. 3, September 2016; p. 163–174 Fluoroquinolones are broad spectrum antibiotics used widely to treat many infections, from urinary tract infections to anthrax. In 2012 – 2014, ciprofloxacin, one of the family of fluoroquinolones was the third most widely prescribed both in hospitals and Primary Health Cares in Indonesia. Fluoroquinolones are toxic and have more side effects than other antibiotics, if they are not used accordingly. It can cause permanent injuries and even death.The aim of this study is to review the benefits and side effects of fluoroquinolone antibiotics therefore it can give the information to people and relevant institution in the used of fluoroquinolone antibiotic. The method used is to review literatures of fluoroquinolone antbiotic from national and international journal regarding the benefits and the side effects fluoroquinolone antibiotic. The study describes list of fluoroquinolones antbiotic, use, mechanism, side effects, resistance. Results: Fluoroquinolones have very narrow safety profile, that is rarely obeyed. They are safe in the low doses and short course but for long treatment or high doses, can cause the side effects. The side effects of fluoroquinolones are gastrointestinal disturbance, CNS toxicity, kidney injury, visual effects, skin reactions, liver injury, atrophy and tendinitis, cardiac toxicity, hematologic syndrome, immune reactions, metabolic syndrome, teratogenicity. Conclusion: Because of the side effects, fluoroquinolone, must be used carefully, it should only be perscribed for severe life-threatening, Multi Drug Resistance or failed treatment with other antibiotics or to treat bacterial infection that has good response with fluoroquinolones.
Laila Safitrih, Anjar Mahardian Kusuma, and Much Ilham N. Aji Wibowo (Faculty of Pharmacy, University of Muhammadiyah Purwokerto)
Media of Health Research and Development Volume 26 No. 3, September 2016; p. 175–180 Poison can affect or even make dysfunction in the body that can lead to healthy status decreases in emergency situation. Poisoning management needs an appropriate therapy so we can save the life and make the medication becomes effective and efficient. This study aimed to know the number of poisoning case and to evaluate the management of poisoning in Emergency Department of Margono Soekarjo Hospital of Purwokerto. This study was a descriptive retrospective used patient medical records of Emergency Department of Margono Soekarjo Hospital of Purwokerto in a period of January 2012 to December 2014. To evaluate the management we used poisoning guideline books by BPOM RI in 2001. From January 2012 to December 2014, 117 cases of poisoning occurred, and the highest cause was snake bites (69,2%). Other causes were pesticides, foods, drug, alcohol, plant, and shellfish. Majority of the patients were men (70.1%), in age 28-45 (30.5%), had low educations (49.6%) and jobless (71.8%). The managements varied among patients used antidotes, antibiotic, antihistamine, analgesic-antipiretic, hemostatic agent, anti infection, and some gastrointestinal drugs. The managements which appropriate with the guideline were 24 cases (20.51%), 75 cases (64.10%) inappropriates with the guideline from Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) also 18 cases with no management as written on the book as a consecuency of the lack of Operasional Standard Guideline for poisoning management in Emergency Department of Margono Soekarjo Hospital of Purwokerto so there is a needed to make an Operasional Standar Guideline for poisoning management in Emergency Department of Margono Soekarjo Hospital for a better management in the future. Keywords: management, poisoning, emergency department --------------------------------------------------------------NLM: WB 141.4 Joko Irianto and Sarimawar Djaja (Center for Research and Development of Public
Health Efforts, NIHRD, Ministry of Health) Bus Driver Health Status and Roadworthiness on Lebaran Trip, Year 2015 (Orig Ind) Media of Health Research and Development Volume 26 No. 3, September 2016; p. 181–190 Bus passenger safety on the road highly depends on the health status of the driver, bus certificate of roadworthiness, and road factors. This paper aims to determine the health status of the bus driver, bus roadworthiness, and the state of the road according to the driver’s perspective few days before Eid Al-Fitr. Survey was done, by cross-sectional design involving 190 bus drivers from two bus terminals in Jakarta and one terminal in Surabaya. Data were collected through interviews and examination of blood pressure, blood sugar, alcohol and drug use. Descriptive and bivariate analysis showed 12% of drivers
had hyperglycemia, 27% had mild hypertension and 21% had moderate/severe hypertension. Bus drivers with moderate hypertension have 10 times the risk of non-roadworthy status compared with mild hypertension (CI 2.9 to 37.8). The use of amphetamine was 0,5%. The average bus readiness was 97%, 5–7% did not check the seat belts, engine oil, 37% did not have fire extinguishers and 15% did not have glass breakers. The road disturbing situation is motorcyclists, traditional market spilled and potholes. The study recommends health checks that must be performed every month for all bus drivers before departing Otobus Company (PO) and hypertensive drivers should receive treatment and strict supervision. Moreover, health promotion of a healthy diet should be given to the bus drivers regularly. Keywords: health status, driver, bus roadworthiness ---------------------------------------------------------------