INTEGRASI NILAI-NILAI AGAMA ISLAM DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH DI KELAS VIII MTs MA’ARIF WADAS KANDANGAN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh MUH NASEKUN, S.Pd NIM. MI. 12.038
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015
i
ii
iii
MOTTO
اى َح ِدَثًا َُ ْفتَ َس ٰي َو ٰلَ ِك ْي َ ب ۗ َها َك َ لَقَ ْد َك َ َاى فٍِ ق ِ ص ِه ْن ِعث َْسجٌ ِِلُولٍِ ْاِلَ ْلثَا ِ ص ىى َ ُصُ َل ُك ِّل َش ٍْ ٍء َوهُدًي َو َزحْ َوحً لِقَ ْى ٍم َ ُْؤ ِهن َ َتَصْ ِد ِ ق الَّ ِرٌ تَُ َْي ََ َد َْ ِه َوتَ ْف Artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (QS. Yusuf : 111)1
ْضحٌ َعلًَ ُكلِّ ُه ْسلِ ٍن َو ُه ْسلِ َو ٍح َ َطَلَةُ ْال ِع ْل ِن فَ ِس Artinya : ”Mencari ilmu itu adalah keperluan bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)2
1
al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta : Departemen Agama Republik Indonesia, 1971, 366. Ibnu Abbas. Hadist tentang Kewajiban Mencari Ilmu. Melalui https://www. facebook.com/ kurmamotivation/posts/558822584159570(20-02-15) 2010. 2
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya besarku kepada : 1. Ibunda Hj. Sri Rahayu atas doa restu dan bimbingannya. 2. Istri dan putra-putraku terkasih : Tri Astuti, Muhammad Abram Adriano, Muhammad Reza Cakrawira, dan Muhammad Bisma Hibatullah yang senantiasa menjadi penyejuk hati dalam suka dukaku. 3. Keluarga Besar MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang selalu memberi suport.
v
ABSTRAK Integrasi Nilai-Nilai Islam Dalam Pembelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung oleh Muh Nasekun, S.Pd. Kata Kunci : Integrasi, Nilai-Nilai Islam, Pembelajaran IPS Sejarah. Latar belakang penelitian ini adalah adanya kontradiksi antara tujuan pengajaran sejarah dengan materi pembelajaran sejarah. Agama dijadikan tujuan, tapi sumber-sumber yang berasal dari agama seperti wahyu tidak dipercayai sebagai azas pengetahuan. Pelajaran sejarah terlanjur diapersepsi secara sekular, sehingga harus ada upaya untuk meluruskan kontradiksi tersebut dengan pengintegrasian nilainilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah apalagi di madrasah yang nyata-nyata merupakan lembaga pendidikan Islam. Tujuan penelitian : (1) Untuk mengetahui implementasi integrasi nilai agama Islam pada pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung; (2) Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan pembelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam; (3) Untuk mengetahui perangkat sistem pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam. Penelitian ini termasuk dalam deskriptif eksploratif dengan menggunakan metode naturalistik karena penelitiaannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subyek penelitian adalah semua fihak yang terkait dengan penanaman nilai agama Islam di MTs Ma‟arif Wadas. Obyek penelitian adalah proses pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII yang terintegrasi dengan nilainilai Islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi integrasi nilai-nilai agama Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah dilakukan dengan menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan antara mata pelajaran IPS Sejarah dengan Pendidikan Agama Islam. Kemudian mempelajari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Sejarah dengan Pendidikan Agama Islam. Berikutnya mengidentifikasi beberapa Kompetensi Dasar dalam berbagai Standar Kompetensi yang memiliki potensi untuk diintegrasikan. Menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), serta menyajikan di kelas. Keunggulan pembelajaran ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan meningkatkan kerjasama antar guru mata pelajaran. Sedang kelemahannya keterbatasan guru IPS Sejarah tentang pemahaman dalil-dalil al-Qur‟an dan Hadist karena memang bukan berlatar belakang pendidikan agama Islam, serta belum ada buku ajar yang mengintegrasikan materi pelajaran dengan nilai-nilai Islam. Perangkat sistem pembelajarannya disusun dengan menetapkan bidang kajian yang akan diitegrasikan antara mata pelajaran IPS Sejarah dengan Pendidikan Agama Islam yang memiliki potensi untuk diintegrasikan.
vi
PRAKATA
يم ْ ِب ِ مه ال َّر ِح ِ س ِم هللاِ ال َّر ْح Alhamdulillah, atas limpahan rahmat dan hidayah Allah SWT penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Integrasi nili-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma’arif Wadas Kandangan Temanggung” yang menjadi syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam. Tesis ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagi fihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. selaku Direktur Pascasarjana
IAIN
Salatiga. 3. Bapak Dr. Phil. Widiyanto, M.A. selaku Ketua Program Study Pendidikan Agama Islam Pascasarjana IAIN Salatiga. 4. Bapak Dr. H. Sa‟adi, M.Ag. dan Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. atas bimbingannya dalam penulisan tesis ini. 5. Bapak Drs. Yusuf Purwanto, M.Ag. selaku Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementrian Agama Kabupaten Temanggung yang telah mengarahkan penulis untuk mengikuti studi lanjut Pascasarjana di IAIN Salatiga. 6. Keluarga besar MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung atas izin penelitian dan suport yang diberikan.
vii
7. Semua fihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan tesis ini. Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga tesis ini barokah dan banyak manfaatnya.
Salatiga, 28 Februari 2015 Penulis,
Muh Nasekun, S.Pd NIM. MI. 12.038
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………
i
PENGESAHAN ……………………………………………………………......
ii
HALAMAN PERNYATAAN …………………………………………...…….. iii MOTTO……………………………………………………………………...........iv PERSEMBAHAN ……………………………………………………………… v ABSTRAK ……………………………………………………………………... vi PRAKAT………………………………………………………………………..viii DAFTAR ISI ………………………………………………………… ………. ix DAFTAR TABEL ………………………………………………………… ….xiii DAFTAR GAMBAR ……………………………...…………………………...xiv DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………........xv BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………………………………….. 1 B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 12 C. Signifikansi Penelitian ………………………………………… 13 D. Kajian Pustaka ………………………………………………… 15 E.
Metode Penelitian……………………………………………… 19
F.
Sistematika Penulisan ………………………………………….. 26
BAB II : LANDASAN TEORI ……………………………………………….29 A. Konsep Pembelajaran Integrasi ………………………...……… 29 ix
1. Pengertian Pembelajaran Integrasi ……………...……........... 29 2. Landasan Teori Pembelajaran Integrasi ………………...…… 32 3. Karakteristik Pembelajaran Integrasi ..………..…………….. 34 4. Tujuan Pembelajaran Intregrasi ……………………………. . 39 5. Manfaat Pembelajaran Integrasi …………………….…...….. 40 6. Macam-macam Model Pembelajaran Integrasi ……………... 41 7. Model Pembelajaran Integrasi di Madrasah Tsanawiyah ..…. 44 B. Pendidikan Nilai ………………………………………………. 48 1. Pengertian Nilai ……………………………………….…… 48 2. Macam-Macam Nilai ………………………………………
51
3. Sumber-Sumber Nilai ……………………………..….......... 53 4. Pendidikan Nilai …………………………………………… 55 5. Tujuan Pendidikan Nilai …………………………………...
58
C. Konsep Integrasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran ..……. 59 1. Integrasi Pendidikan Nilai …………………………………
59
2. Strategi Integrasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran .…... 60 3. Evaluasi Integrasi Pendidikan Nilai dalam pembelajaran..….. 67 D. Pendidikan IPS Sejarah ……………………………..……...… 69 1. Pengertian IPS Sejarah …….………………………………. 69 2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran IPS Sejarah ……………... 73 3. Karakteristik Mata Pelajaran IPS Sejarah ………………….. 76 4. Peran Strategis pembelajaran IPS Sejarah ………….……… 78 x
BAB III : PRESENTASI DATA / LAPORAN HASIL PENELITIAN……….81 A. Profil Madrasah MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung.....81 B. Letak Geografis MTs Ma‟arif Wadas ………………………......... 87 C. Sejarah Perkembangan MTs Ma‟arif Wadas Kandangan ………...88 D. Struktur Organisasi MTs Ma‟arif Wadas Kandangan …………….91 E. Keadaan Peserta Didik dan Guru MTs Ma‟arif Wadas …………...98 F. Struktur Kurikulum MTs Ma‟arif Wadas Kandangan ………….. 100 E.
Prospek Perkembangan MTs Ma‟arif Wadas Kandangan…… 101
BAB IV : ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN ………………………. 106 A. Implementasi Pembelajaran IPS Sejarah Di Kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam ……………………………………… 106 B. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam ……………………… 137 C. Perangkat Sistem Pembelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII MTS Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai …………………………….
143
BAB V : PENUTUP ………………………………………………………… 147 A. Kesimpulan ………………...………………………………… 147 B. Saran …………………………………………………….…… 150
xi
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………
152
LAMPIRAN …………………………………………………………………. 157 BIOGRAFI PENULIS ………………………………………………………. 248
xii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014/2015………………………. 82 Tabel 3.2 Data Ruang MTs Ma‟arif Wadas …………………………………. 83 Tabel 3.3 Data Mebelair …………………………………………………….... 84 Tabel 3.4 Fasilitas Penunjang Pembelajaran ………………………………….. 84 Tabel 3.5 Kamar Mandi/ Toilet ………………………………………………...85 Tabel 3.6 Perkembangan Peserta Didik Tahun 2008/2009 s.d 2014/2015 …… 98 Tabel 3.7 Data Guru dan Karyawan ………………………………………… . 99 Tabel 3.8 Struktur Kurikulum 2006 MTs Ma‟arif Wadas ……………………100 Tabel 3.9 Struktur Kurikulum 2013 untuk kelas VII ……………………. … .101 Tabel 4.1 Point Pelanggaran Tata Tertib pada MTs Ma‟arif Wadas ..………. 126 Tabel 4.2 Perangkat Sistem Pembelajaran IPS Sejarah………………….……144
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sumber Nilai Dari Segi Filsafat………………..……………………… 82
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Silabus asli IPS Sejarah kelas VIII ............................................... 157 Lampiran 2 : Silabus Asli Aqidah Ahklak kelas VIII…………………………. 160 Lampiran 3 : Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang memiliki potensi untuk diintegrasikan ……………………………………. 168 Lampiran 4 : Penjabaran dalam indikator …………………………………….. 170 Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )……………………. 174 Lampiran 6 : Daftar pertanyaan dalam wawancara ……………………………219 Lampiran 7 : Surat Keterangan telah melakukan penelitian di MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung ………………………………………. 240 Lampiran 8 : Foto-foto kegiatan penelitian ………………………………….. 243
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Pembangunan bidang pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama-sama dengan masyarakat dalam rangka pengejawantahan salah satu cita-cita yang sangat mulia dan luhur, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Tetapi keinginan itu belum sepenuhnya terwujud. Dalam upaya tersebut, masyarakat dan pemerintah seharusnya bahu-membahu dalam upaya mencerdaskan seluruh komponen bangsa melalui pendidikan. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah SAW adalah suatu keharusan bagi setiap muslimin dan muslimah, sebab pendidikan sangat penting perannya bagi umat manusia untuk mempertahankan eksistensi dirinya di tengah kehidupan global. Dengan berpendidikan, manusia mampu
1
2
mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang tersusun dan terprogram. Kegagalan dunia pendidikan dalam menyiapkan masa depan umat manusia, merupakan kegagalan bagi kelangsungan kehidupan bangsa. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Disadari atau tidak wajah pendidikan di Indonesia sendiri masih memprihatinkan. Menurut Education For All Global Monitoring Report 2012 yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahunnya, pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 untuk pendidikan di seluruh dunia dari 120 negara. Data Education Development Index (EDI) Indonesia, pada 2011 Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 127 negara.3 Kualitas pendidikan Indonesia hanya menempati posisi ke 64 dari 65 negara anggota Programme for International Assessment (PISA). Hasil ini merupakan hasil studi yang dilakukan lembaga PISA yang digelar setiap tiga tahun sekali. Dengan kata lain, kualitas pendidikan Indonesia terburuk kedua di dunia. Hasil penelitian ini sempat dikabarkan di situs Organisation for Economic Co-operation and Development,oecd.org. Tingkat membaca pelajar Indonesia, berdasarkan studi tersebut, hanya
3
Rachmad Faisal Harahap, Astaga RI Peringkat ke 64 untuk Pendidikan, http://kampus. okezone.com/Red/2013/06/01/373/816065. diakses pada hari Jum‟at, 17 Oktober 2014 ; 21.00
2
3
mendapatkan
skor
396.
Untuk
kompetensi
matematika,
Indonesia
memperoleh skor 375 dan skor 382 untuk ilmu pengetahuan. Bila dibandingkan dengan sejumlah negara di kawasan ASEAN, kualitas pendidikan di Indonesia bahkan tertinggal jauh. Peringkat pendidikan Indonesia juga tak kalah lebih baik dari Malaysia. Negara Jiran menempati posisi 52 dari seluruh negara anggota PISA dengan perolehan 421 untuk matematika, 398 membaca, dan 420 untuk ilmu pengetahuan.4 Sepanjang bulan April sampai Juni 2014 saja banyak kasus kenakalan pelajar Indonesia yang sangat memprihatinan. Mulai dari kasus transaksi jual beli bocoran soal UN 2014 yang menyesatkan.5 Kasus perampasan motor yang dilakukan oleh Febri Gunawan pelajar kelas III sebuah SMK di Semarang yang juga anggota geng motor terhadap adik kelasnya. 6 Meninggalnya Renggo Kadapi pelajar kelas V SD Negeri 09 Kampung Makasar Jakarta Timur karena dianiaya oleh kakak kelasnya hanya masalah makanan kecil yang tersenggol dan terjatuh.7 Tewasnya Fajar Murdiyanto pelajar kelas V SD Klumprit 1 Sukoharjo karena sering dianiaya temannya gara-gara tidak mau membantu mengerjakan PR.8 Meninggalnya Galih
4
Ari Purwanto, Wajah Pendidikan Indonesia, https://www.google.ae/search? diakses pada hari Jum‟at, 17 0ktober 2014; 21.09. 5 Tribun Jateng, Selasa 8 April 2014, 9. 6 Tribun Jateng, Sabtu,28 Juni 2014, 15. 7 Tribun Jateng, Senin, 5 Mei 2014, 9. 8 Tribun Jateng, Senin, 26 Mei 2014,7.
3
4
Masruhi, pelajar kelas X SUPM Negeri Tegal juga Karena dianiaya seniornya.9 Refleksi kehidupan sosial yang serba memprihatinkan di atas sudah seharusnya menjadi sebuah renungan dan evaluasi bagi kalangan pendidikan kita. Karena secara umum pendidikan harus mampu menghasilkan manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat yang sehat dan cerdas dengan (1) kepribadian yang kuat dan relegius serta mampu menjunjung tinggi budaya luhur bangsa, (2) kesadaran demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, (3) kesadaran moral hukum yang tinggi dan (4) kehidupan yang makmur dan sejahtera10. Melihat kondisi tersebut, maka tanggungjawab untuk memajukan pendidikan merupakan tugas yang sangat berat untuk dilaksanakan. Pendidikan tidak hanya menjadikan orang sekedar mengenal atau paham akan nilai-nilai kebaikan, melainkan sadar dan mengamalkan nilai-nilai kehidupan tersebut dalam kehidupan sehari-hari sebagai karakter yang positif atau kepribadian yang mulia. Karena pada dasarnya hakekat pendidikan bukan hanya sekedar transfer of knowledge tetapi juga transfer of values dalam arti penanaman dan pengamalan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari akan lebih berarti
dibandingkan hanya sekedar hafal atau tahu tentang ilmu
pengetahuan. 9
Tribun Jateng, Rabu, 25 Juni 2014, 13. Jalal F & Supriyadi D, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah, Yogyakarta: Adi Citra Karya Nusa, 2001, 67. 10
4
5
Pendidikan nilai seharusnya masuk dalam sebuah desain kurikulum pembelajaran di tingkat satuan pendidikan, sehingga tujuan mencerdaskan putra-putri bangsa tidak kehilangan ruh dan hakikat tujuan yang sebenarnya, seperti yang diamanatkan UUD 1945 pasal 31 ayat 3 yang berbunyi : “ Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undangundang11. Hampir setiap hari kita disuguhi contoh-sontoh yang menyedihkan melalui film dan televisi yang secara bebas mempertontonkan perilaku sadism, mutilasi, kekerasan, premanisme, kejahatan, perselingkuhan, kawin siri, penyalahgunaan obat terlarang dan korupsi yang telah membudaya dalam sebagian masyarakat bahkan di kalangan pejabat dan artis. Kita juga mendengar, melihat dan menyaksikan, betapa para pemuda, pelajar dan mahasiswa yang diharapkan menjadi tulang punggung bangsa telah terlibat dengan VCD porno, pelecehan seksual, narkoba, geng motor, dan perjudian. Contoh-contoh
tersebut erat kaitannya dengan kualitas pendidikan dan
kualitas sumber daya manusia, serta menunjukkan betapa rendah dan rapuhnya fondasi moral dan spiritual kehidupan bangsa, sehingga telah melemparkan moralitas bangsa kita pada titik terendah.
11
Haryanto, Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 versi Amandemen, melalui http:// belajarpsikologi.com/tujuan-pendidikan-nasional/html, diakses selasa, 28 Oktober 2014; 21.00.
5
6
Tampak jelas bahwa negeri ini telah berubah menjadi negara dagelan atau republik sandiwara, yang dipimpin oleh para pejabat negara yang seperti tanpa beban menjadi terdakwa korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara belum tumbuh budaya mutu, budaya malu, dan budaya kerja baik di kalangan para pemimpin maupun di kalangan rakyat pada umumnya, sehingga sulit untuk mencari tokoh atau figur yang bisa diteladani. Ini merupakan bukti terjadinya pergeseran nilai menuju kehancuran, atau pembentukan nilai-nilai baru atas dasar pragmatism, materialism, hedonism, sekulerisme, bahkan atheisme12. Kondisi dan kenyataan yang menyedihkan tersebut telah menimbulkan berbagai pertanyaan bagi berbagai pihak, baik di kalangan masyarakat umum maupun di kalangan para ahli pendidikan dan para guru, “ Apa yang salah dengan pendidikan nasional sehingga belum berhasil mengembangkan manusia Indonesia seperti yang diamanatkan dalam Pancasila, Undangundang Dasar 1945 dan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional13. Madrasah sejak dulu mulai dari Madrasah Ibtidaiyah ( MI ) sampai tingkat Perguruan Tinggi Islam telah memberikan materi ilmu keagamaan seperti Qur‟an Hadist, Akidah akhlak, Fiqih, dan sebagainya, di samping itu
12
Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2013, 14. 13 Aditya Mukti, Kualitas Pendidikan Indonesia, melalui http://edukasi. kompasiana. com/2012/04/13/makalah-kualitas-pendidikan-di-indonesia-saat-ini-454680.html, diakses hari Senin, 8 Desember 2014 ; 11.30.
6
7
juga memberikan materi pelajaran umum. Maka bisa dikatakan bahwa Madrasah telah melakukan integrasi antara ilmu umum dengan Agama. Fokus dalam penelitian ini adalah integrasi pada mata pelajaran IPS Sejarah. Kenapa IPS Sejarah ?, karena mata pelajaran IPS Sejarah merupakan mata pelajaran yang membahas tentang manusia dan kehidupan sosialnya. IPS Sejarah mempunyai tugas mulia dan menjadi pondasi penting bagi pengembangan intelektual, emosional, kultural, dan sosial peserta didik, yaitu mampu menumbuhkembangkan cara berpikir, bersikap, dan berperilaku yang bertanggungjawab selaku individu, warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia. Sejarah adalah ilmu tentang asal usul dan perkembangan masyarakat dan bangsa yang berkelanjutan dalam kehidupan masyarakat dan bangsa di masa kini. Di dalam sejarah terdapat mauidhah-pelajaran dan haq-kebenaran, rahmat, dan huda-petunjuk bagi orang-orang yang mengerti dan beriman (QS 12.111). Sejarah sebagai landasan dasar penuturan wahyu yang diterima oleh Rasulullah SAW berdampak akbar dalam mengubah karsa, rasa, dan cipta umat yang mengimaninya. Tanpa sejarah yang benar, manusia akan kehilangan jati dirinya. Kejahiliahan terjadi sebagai dampak kehilangan jejak sejarahnya. Hanya dengan kembali memahami sejarah secara benar akan terselamatkan dari keruntuhan derajat kemanusiaan.14
14
Suryanegara, AM, Api Sejarah 2, Bandung: Salamadani Pustaka Semesta, 2010, vii.
7
8
Pendidikan Sejarah merupakan suatu proses internalisasi nilai-nilai, pengetahuan, dan keterampilan kesejarahan dari serangkaian peristiwa yang dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa. Pendidikan sejarah tidak hanya diarahkan untuk menanamkan pemahaman masa lampau hingga masa kini, tetapi ditekankan pula pada berbagai kegiatan yang dapat memberikan pengalaman yang dapat menumbuhkan rasa kebangsaan dan kecintaan pada manusia secara universal.15 Pengetahuan masa lampau mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik.16 Pada standar kompetensi inti yang dirumuskan dalam kurikulum 2013 dengan tegas dituliskan ada empat domain utama tujuan mata pelajaran sejarah. Bila diringkas empat inti tujuan pelajaran sejarah ini adalah: 1) mengembangkan penghayatan terhadap ajaran agama, 2) mengembangkan perilaku positif, 3) mengembangkan penguasaan ilmu pengetahuan (sejarah) untuk menghadapi kejadian-kejadian aktual, dan 4) mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang dipelajari.17
15
Rudi Gunawan, Pendidikan IPS Filosofi, Konsep dan Aplikasi, Bandung: Alfabeta, 2013,
196. 16
Sapriya, Pendidikan IPS Filosofi, Konsep dan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2012, 209. 17 Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
8
9
Menarik bahwa dua di antara empat tujuan inti pelajaran sejarah ini adalah ingin mengarahkan peserta didik untuk beragama dan berkarakter baik. Kurikulum ini diharapkan dapat dicapai dengan mencapai target kompetensi dasar yang juga telah dirumuskan. Agar beragama dengan baik, materi-materi sejarah yang berisi berbagai cerita tokoh diharapkan bisa dihayati dalam kehidupan keagamaan peserta didik. Sementara agar terbentuk karakter yang baik, perilaku baik para tokoh sejarah seperti cinta damai, responsif, semangat jihad, pantang menyerah, rela berkorban dan lain-lain hendaknya bisa diteladani juga oleh peserta didik. Karakter baik ini pun diusahakan tercapai dengan mengembangkan sikap tanggung jawab dan peduli terhadap peninggalan sejarah. Demikian juga dengan sikap dan perilaku jujur dalam menjalani proses pembelajarannya. Fakta selama ini pelajaran sejarah sudah terlanjur diapersepsi secara sekular. Pada tujuan dasar aspek penguasaan ilmu sebagai penjabarannya masih mengadopsi hal-hal yang justru bertolak belakang dengan tujuan yang sifatnya agamis di atas. Penghayatan sikap beragama para tokoh sejarah pun akan sangat sulit terwujud jika tokoh-tokoh sejarah Islam tidak digambarkan memiliki ikatan kuat dengan agamanya. Padahal, motif agama (dakwah dan jihad) sangat mewarnai perjuangan para ulama dan pahlawan Islam. Berdasarkan uraian di atas terdapat adanya kontradiksi antara tujuan pengajaran sejarah pada kurikulum 2013 dengan materi pembelajaran sejarah. Agama dijadikan tujuan, tapi sumber-sumber yang berasal dari agama seperti 9
10
wahyu tidak dipercayai sebagai azas pengetahuan. Sehingga harus ada upaya untuk meluruskan kontradiksi tersebut dengan pengintegrasian nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah apalagi di Madrasah yang nyata-nyata merupakan lembaga pendidikan Islam. Sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 20 tahun 2003 dikatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab18. Fungsi dan tujuan dari pendidikan tersebut akan sulit terwujud tanpa adanya pemahaman integral antara materi satu dengan materi lain. Tujuan dari UU nomor 20 tahun 2003 esensinya adalah terkait dengan pengembangan masalah keimanan dan ketaqwaan. Maka akan sangat penting untuk dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran
intregasi materi pelajaran IPS
sejarah dengan nilai-nilai Islam. Tujuan materi IPS Sejarah pada hakekatnya adalah membentuk siswa memiliki kepribadian sosial yang baik. Pembelajaran IPS Sejarah di Madrasah pada umumnya belum optimal mengantarkan siswa pada pemahaman, sikap
18
Depdiknas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 5.
10
11
dan laku sosial yang baik. Pembelajaran IPS Sejarah di Madrasah Tsanawiyah dirasakan masih mengalami kekeringan spiritualitas. Pembelajaran IPS Sejarah di MTs belum banyak mengintegrasikan dengan nilai agama sebagai sumber spiritualitas pembelajarannya.19 Sebuah contoh, Perang Diponegoro dalam buku paket untuk SMP/MTs hanya dikait-kaitkan kemarahannya karena Belanda mematok tanah leluhurnya di Tegalrejo secara semena-mena.20 Padahal, dalam berbagai naskah tertulis, Pangeran Diponegoro jelas mengobarkan “jihad fi sabilillah” atau “Perang Sabil” dalam menghadapi penjajah Belanda.21 Perjuangan Diponegoro seharusnya mampu memberi inspirasi anak didik agar menjadi mujahid. Berdasarkan hasil observasi awal penulis di MTs Ma‟arif Kandangan Temanggung telah ada upaya dari lembaga dengan mengintegrasikan materi pelajaran dengan nilai-nilai Islam, namun masih perlu dievaluasi dan dikembangkan terus dalam proses pembelajarannya. Pada Madrasah ini telah berupaya menerapkan pola pembelajaran IPS Sejarah secara integratif dengan nilai-nilai Islam. Meskipun masih dalam taraf kontektual secara sederhana, misalnya belum adanya modul yang secara tertulis yang dijadikan sumber
19
Pendapat guru-guru IPS MTs Kabupaten Temanggung dalam pertemuan MGMP IPS hari kamis, tanggal 6 Februari 2014 di MTsN Parakan Temanggung 20 Kurtubi, Sudut Bumi IPS Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009 : 65. 21 Helmihakim, Mata Pelajaran Sejarah dalam Kurikulum 2013, melalui http://catatan-guru sejarah.blogspot.com/2013/09/implementasi-kurikulum-2013-pada-mata.html, diakses pada hari sabtu, 15 Maret 2014, 21.00.
11
12
belajar IPS Sejarah dan telah terintegrasi dengan nilai-nilai Islam.22. Hal ini menjadi suatu fenomena yang menarik untuk dikaji lebih jauh melalui penelitian ini, disaat pembelajaran IPS Sejarah di sekolah atau madrasah lain masih terfokus pada kawasan kognitif dan belum memasukkan nilai-nilai Islam dalam proses pembelajarannya. Tataran konsep ideal, Islam diyakini sebagai agama yang memiliki ajaran sempurna, komprehensip dan universal serta memuat semua system ilmu pengetahuan. Namun dalam kenyataannya muncul pemisahan antara sains dan teknologi yang dihadapkan dengan ilmu-ilmu agama. Madrasah dalam hal ini berperan besar untuk menjembatani dikotomis antara mata pelajaran umum dengan Pendidikan Agama Islam. Maka penelitian ini penting dilakukan untuk mengkaji sejauh mana lembaga pendidikan Islam yang bernama Madrasah Tsanawiyah memformulasikan materi dalam proses pembelajaran yang diintegrsikan dengan nilai-nilai Islam. Adanya fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang akan dilaksanakan di MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung tentang konsep pengintegrasian mata pelajaran IPS sejarah terhadap nilai-nilai agama Islam. G. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
22
Fitri Susanti, Integrasi IPS Sejarah dengan Aqidah Ahklak di MTs Ma’arif Wadas, Wawancara, Sabtu, 15 November 2014, 10.00, di ruang guru.
12
13
1. Bagaimanakah implementasi pembelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilainilai Islam? 2. Bagaimanakah keunggulan dan kelemahan pembelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam? 3. Bagaimanakah perangkat sistem pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam? H. Signifikansi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keseluruhan proses dari pelaksanaan integrasi nilai agama Islam dalam proses pembelajaran IPS Sejarah dengan rincian sebagai berikut : a. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam b. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan
pembelajaran IPS
Sejarah di Kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam.
13
14
c. Untuk mengetahui perangkat sistem pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam. 2. Manfaat dan kegunaan dari hasil penelitian ini adalah : a. Manfaat teoritis 1) Memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu yang berkaitan dengan prosedur pelaksanaan pendidikan integrasi nilai agama Islam di lingkungan sekolah/madrasah. 2) Membuka kemungkinan guna penelitian lebih lanjut mengenai efektifitas pelaksanaan pendidikan integrasi nilai agama Islam di sekolah / madrasah. b. Manfaat praktis : 1) Bagi guru hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan sumbangan dalam rangka meningkatkan kreatifitas proses belajar mengajar, serta bahan evaluasi dari pelaksanaan integrasi nilai agama Islam dengan semua mata pelajaran. Sehingga konsep penanaman nilai Islam pada peserta didik dapat dengan efektif. 2) Bagi
Madrasah,
penelitian ini
dapat
memberikan
bahan
pertimbangan dan bahan inspirasi ke depan dalam meningkatkan pendidikan integrasi nilai agama Islam dalam mata pelajaran.
14
15
3) Bagi orang tua siswa, penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan pertimbangan dan rujukan dalam memberikan pilihan pendidikan nilai agama Islam terhadap putra-putrinya. 4) Bagi Pemerintah / pengembang kurikulum, penelitian ini dapat memberikan masukan informasi dalam mengambil kebijakan di sektor pendidikan integrasi nilai. I. Kajian Pustaka Setelah diadakan penelusuran kepustakaan, penulis menemukan beberapa penelitian yang mengupas tentang kajian mata pelajaran di sekolah yang dihubungkan dengan nilai-nilai pendidikan Islam, antara lain : 1. Mustopa (2010), Pendidikan Integratif Interkonektif Pendidikan Agama Islam dengan Sains di SMA I Ngantang Malang. Permasalahan penelitian ini berangkat dari kesan bahwa Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah bersifat monolistik, dan kurang menyentuh realitas mata pelajaran lain khususnya sains, akibatnya tidak ada hubungan antara agama dan sains yang dipahami siswa. Masingmasing berdiri sendiri, agama dinilai non-ilmiah dan sains ilmiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pelaksanaan pendidikan intregatif interkoneksi materi PAI dan sains di SMA 1 Ngantang Malang terdapat dua model yang berbeda karena faktor guru : (1) Model pembelajaran PAI tidak mengintregasikan dan menginterkoneksikan dengan materi sains, (2) Model pembelajaran PAI yang mengintregasikan 15
16
dan menginterkoneksikan dengan sains, yaitu dengan menyeleksi bisa tidaknya materi tersebut diintregasikan dan diienterkoneksikan dengan sains. Adanya dua model tersebut dikarenakan terdapat perbedaan wawasan, kurang adanya koordinasi, dan kemampuan dari masing-masing guru.23 Hubungan penelitian tersebut dengan kajian yang penulis lakukan adalah penelitian tersebut mengintegrasikan dan menginterkoneksikan PAI dengan sains dengan obyek penelitian pada siswa SMA, sedangkan dalam penelitian yang akan penulis lakukan adalah mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam pembelajaran sejarah pada siswa Madrasah Tsanawiyah. 2. Muhammad Ngali Zainal Makmun (2011), Pembelajaran IPA dan IPS berbasis Integrasi Interkoneksi (Studi kasus di MIN Sumberejo Mertoyudan Magelang). Latar belakang penelitian berangkat dari adanya proses pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang masih mengarah pada tindakan dan pengelolaan yang sifatnya independen tidak terintegral dengan sentuhan materi lain. Akibatnya peserta didik hanya memiliki kecenderungan mengetahui akan banyak hal akan tetapi sangat kurang memiliki sistem nilai sikap minat maupun apresiasi secara positif terhadap apa yang diketahui.
23
Mustopa, Pendidikan Integratif Interkonektif Pendidikan Agama Islam dan Saint di SMA 1 Ngantang Malang, Tesis Pascasarjana: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.
16
17
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua materi dapat dengan mudah diintegrasikan dengan nilai Islam. Kesulitan yang dihadapi adalah belum adanya buku standar yang dapat dijadikan pegangan guru yang memuat materi IPA-IPS terintegrasi dengan nilai Islam.24 Bila dihubungkan dengan penelitian yang akan penulis lakukan bahwa penelitian ini mengintegrasikan mata pelajaran IPA-IPS pada tingkat Madrasah Ibtidaiyah, sedangkan dalam penelitian yang penulis lakukan fokusnya pada integrasi nilai-nilai agama Islam dengan mata pelajaran IPS Sejarah di Madrasah Tsanawiyah. 3. Rahmat Kamal (2012) “Pendidikan Nilai Karakter di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Malang 1”.25 Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan mengungkap proses pelaksanaan pendidikan karakter di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama, bahwa pelaksanaan pendidikan nilai karakter di MIN Malang 1 pada dasarnya merupakan pengembangan
dari
pendidikan
akhlaq
al-karimah
yang
diimplementasikan ke dalam beberapa aspek, yakni : (a) kurikulum, (b) budaya madrasah, dan (c) program pengembangan diri. Kedua, Nilai-nilai karakter yang ditanamkan di MIN Malang 1 tidak lepas dari 18 nilai
24
M.Ngali Zaenal Makmun, Pembelajaran IPA dan IPS Berbasis Integrasi Interkoneksi,Studi Kasus di MIN Sumberrejo Mertoyudan Magelang,Tesis PPs UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2011. 25 Rahmat Kamal, Pendidikan Nilai Karakter di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Malang 1, Yogyakarta: Tesis PPs UIN-Suka, 2012, vi.
17
18
karakter yang dikembangkan Kementerian Pendidikan Nasional dalam buku pedoman pendidikan budaya dan karakter bangsa yang diterbitkan tahun 2010, antara lain : nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social, dan tanggungjawab. Dari sejumlah nilai yang ditanamkan, ada beberapa nilai yang mendominasi antara lain ; nilai relegius dengan maknanya yang sangat luas sebagai bagian dari ciri khas madrasah, dan nilai istiqomah atau kedisiplinan dalam berbagai hal serta nilai menghargai prestasi. Ketiga, Kendala yang dihadapi antara lain: (a) Faktor eksternal yang meliputi lingkungan keluarga berupa kurangnya perhatian orang tua dalam mengawal program pembiasaan siswa di rumah, lingkungan masyarakat yang terkadang sulit mencari keteladanan, serta regulasi dari sebagian kebijakan pemerintah yang bertendensi politis. (b) Faktor internal antara lain guru yang terkadang belum seratus persen bisa disiplin, sarana prasarana yang kadang mengalami hambatan teknis, serta pribadi siswa yang belum bisa mandiri. Penelitian ini bila dihubungkan dengan penelitian yang akan penulis lakukan ada kesamaan dalam mengembangkan pendidikan karakter. Dalam penelitian ini nilai yang mendominasi adalah religius, disiplin dan menghargai prestasi, sedang dalam penelitian saya hampir 18
19
semuanya dalam 18 nilai karakter terdapat dalam pembelajaran sejarah dengan fokus utamanya pada nilai regius. Bahwa didalam sejarah terdapat mauidhah-pelajaran dan haq-kebenaran, rahmat, dan huda-petunjuk bagi orang-orang yang mengerti dan beriman (QS 12.111). Sejarah mempunyai tugas mulia dan menjadi pondasi penting bagi pengembangan intelektual, emosional,
kultural,
dan
social
peserta
didik,
yaitu
mampu
menumbuhkembangkan cara berpikir, bersikap, dan berperilaku yang bertanggungjawab selaku individu, warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia. Dari beberapa sumber pustaka yang berhasil dilacak penulis belum ada yang menjelaskan secara rinci mengenai integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah. Maka
penelitian
mengenai
“Integrasi
nilai-nilai
Islam
dalam
pembelajaran Sejarah” ini menjadi sangat penting dilakukan sebagai upaya pengembangan pembelajaran sejarah di Madrasah dan untuk menambah koleksi perpustakaan IAIN Salatiga. ` J. Metode Penelitian Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan menggunakan metode naturalistik karena penelitiaannya dilakukan
pada kondisi yang
alamiah (natural setting). Sumber datanya ialah situasi wajar, peneliti mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi wajar, sebagaimana
19
20
adanya. Peneliti adalah instrument kunci yang mengadakan pengamatan atau wawancara sendiri.26 Subyek penelitian adalah semua fihak yang terkait dengan penanaman nilai agama Islam di MTs Ma‟arif Wadas antara lain kepala madrasah, wakil kepala bidang kurikulum, guru IPS Sejarah dan guru Aqidah Ahklak serta siswa kelas VIII. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primernya yaitu dengan bedah perangkat pembelajaran IPS Sejarah dan Pendidikan Agama Islam. Sedang sumber sekundernya adalah interview (wawancara) dengan guru IPS Sejarah , guru PAI dan Siswa. Sedangkan obyek penelitian adalah proses pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam. Strategi penelitian menggunakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu tempat (place) di MTs Ma‟arif Wadas, pelaku (actors) adalah guru mata pelajaran IPS Sejarah, dan aktivitas (activity) yaitu interaksi antara guru dan siswa dalam pembelajaran IPS Sejarah. Langkah yang peneliti lakukan adalah melakukan observasi dengan bedah silabus dan perangkat pembelajaran IPS Sejarah serta Pendidikan Agama Islam kelas VIII sebagai sumber data awal untuk mengetahui bisa tidaknya materi pembelajaran tersebut diintegrasikan. Kemudian Wawancara
26
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2013, 14-15.
20
21
dengan guru mata pelajaran IPS Sejarah dan Pendidikan Agama Islam kelas VIII untuk mengetahui bagian materi pengajaran yang dapat diintegrasikan. Selanjutnya diidentifikasi materi pengajaran yang diintegrasikan serta melakukan pengamatan dan observasi dalam kegiatan pembelajaran guru dengan siswa di dalam kelas. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan observasi (pengamatan) untuk memperoleh gambaran utuh tentang proses pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Temanggung khususnya yang berkaitan dengan pengintegrasian nilai-nilai agama Islam. Selanjutnya wawancara mendalam (in depth interview) terhadap guru IPS Sejarah untuk memperoleh data persiapan, materi pelajaran, metode mengajar IPS Sejarah yang diintegrasikan dengan nilai agama Islam sebagai sebuah karateristik Madrasah. Wawancara dengan siswa untuk mengetahui respon siswa dan tingkat keberhasilan. Sedangkan wawancara dengan kepala madrasah dan wakil kepala bidang kurikulum untuk memperoleh data tentang kebijakan yang diterapkan. Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan serta pendirian-pendirian merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi.27 Kemudian Dokumentasi tentang proses pembelajaran dan dokumentasi tertulis tentang kebijakan, bahan pelajaran, silabus dan RPP IPS Sejarah yang dibuat oleh guru yang bersangkutan. Instrumen dalam penelitian ini adalah 27
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT Gramedia, 1986, 129.
21
22
peneliti sendiri (human instrument) dipandu dengan panduan wawancara dan panduan observasi. Metode analisis data antara lain dengan : a. Data Reduction ( Reduksi data ) Data Reduction yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.28 Fokus pada penelitian ini adalah bedah silabus dan RPP mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dicari tema dan polanya yang dapat diintegrasikan dengan materi pembelajaran IPS Sejarah. b. Data Display ( Penyajian data ) Display data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.29 Dalam tahap ini peneliti akan menyajikan data melalui ringkasan penting dari data yang telah direduksi sehingga dapat ditarik kesimpulan. Informasi dibuat dalam bentuk naratif deskriptif untuk memudahkan penguasaan informasi baik secara keseluruhan atau bagian tertentu dari hasil penelitian.
28
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ,Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D Bandung: Alfabeta, 2013, 338. 29 Imam Suparyogo, dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial Agama, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, 194.
22
23
Data yang terpilih kemudian disajikan sesuai dengan kondisi dan urutan terkait dengan proses integrasi nilai agama Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung. Penyajian data dalam bentuk bagan dan hubungan antar kategori antara silabus dan RPP mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan IPS Sejarah. c. Conclusion Drawing / Verification Penarikan kesimpulan diklarifikasi dan verifikasi selama penelitian berlangsung. Kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal dan didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.30 Melalui pemahaman peneliti kesimpulam awal yang dikemukakan bahwa terdapat integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung. d. Uji Keabsahan Data Uji keabsahan data sangat diperlukan agar data yang tersusun dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Pengecekan keabsahan data merupakan suatu langkah untuk mengurangi
30
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ,Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D Bandung: Alfabeta , 345.
23
24
kesalahan dalam proses perolehan data penelitian yang tentunya akan berpengaruh terhadap hasil akhir sebuah penelitian. Untuk menetapkkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan tehnik pemeriksaan. Pelaksanaan tehnik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah criteria tertentu. Ada empat criteria yang digunakan, yaitu derajat
kepercayaan
(credibility),
keteralihan
(transferability),
kebergantungan (dependability), dan kepastian (konfirmability)31 1. Credibility, kegiatan yang dilakukan untuk membuat temuan dan interprestasi yang lebih terpercaya. Credibility digunakan juga untuk membuktikan kesesuaian antara hasil pengamatan dengan kenyataan dilapangan. Kegiatan credibility terdiri dari : a) Keikutsertaan di lapangan dalam mengobservasi, peneliti masuk ke lapangan dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan subyek penelitian. b) Meningkatkan ketekunan yang dilakukan dengan melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.32 c) Melakukan triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan mengecek atau sebagai pembanding terhadap data
31
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013, 324. 32 Sugiyono, Memahami Penelitian Kulitatif : Dilengkapi dengan Contoh Proposal dan Laporan Penelitian, Bandung : Alfabeta, 2005, 72.
24
25
itu.33 Menurut Sugiyono, triangulasi diartikan sebagai tehnik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai tehnik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.34 d) Diskusi teman sejawat yang dilakukan dengan mendiskusikan hasil penelitian yang masih bersifat sementara kepada tementeman sebaya untuk mendapat masukan demi sempurnanya penelitian. e) Menggunakan bahan referensi lain, yaitu melengkapi data-data yang ditemukan dalam penelitian dengan menggunakan berbagai bahan pendukung seperti rekaman hasil wawancara sebagai pendukung data hasil wawancara, foto-foto sebagai pendukung data tentang gambaran seputar interaksi manusia dan sebagainya sehingga data hasil penelitian lebih valid dan dapat dipercaya. 2. Transferability, berfungsi untuk membangun keteralihan dalam penelitian ini yang dilakukan dengan cara uraian rinci untuk menjawab sampai sejauh mana hasil penelitian dapat ditransfer pada beberapa kontek lain. Dengan tehnik ini peneliti akan melaporkan hasil penelitian dengan teliti dan cermat yang menggambarkan konteks tempat penelitian dengan mengacu pada focus penelitian. 33
Rexy J.Moleong, Metodologi…., 330 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ,Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D Bandung: Alfabeta, 2013, 330. 34
25
26
3. Dependability adalah kriteria menilai apakah proses penelitian bermutu atau tidak. Cara ini untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertahankan dengan audit dependability oleh ouditor independen guna mengkaji kegiatan penelitian yang dilakukan terhindar dari kesalahan dalam memformulasikan hasil penelitian. 4. Confirmability, yaitu criteria yang digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan mengecek data, informasi dan interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan (audit trail). Konfirmability digunakan untuk menilai hasil (produk) penelitian, terutama yang berkaitan dengan deskripsi temuan penelitian dan diskusi hasil penelitian. Dengan demikian diharapkan hasil penelitian dapat memenuhi standar penelitaian kualitatif yaitu truth, value, applicability, consistency dan neutrality. K. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa bagian. Secara keseluruhan akan terbagi dalam lima bagian, pertama pendahuluan. Kedua kajian teoritis, ketiga gambaran umum lokasi penelitian, keempat analisis hasil penelitian, kelima penutup, kesimpulan dan saran. Secara detailnya penulisan hasil penelitian ini akan disusun dalam babbab sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan satu dengan lainnya. 26
27
1. Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan, di dalamnya diuraikan beberapa hal pokok mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, signifikansi penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. 2. Bab kedua, dipaparkan pokok bahasan menyangkut landasan teori yang terdiri dari empat sub bab. Pada sub bab pertama adalah tentang konsep pembelajaran integrasi. Permasalahan penting yang dibahas dalam bab ini meliputi pengertian pembelajaran integrasi, karakteristik pembelajaran integrasi, Tujuan pembelajaran integrasi, Manfaat pembelajaran integrasi, Macam-macam model pembelajaran integrasi, dan Model pembelajaran integrasi di Madrasah Tsanawiyah. Sub bab kedua tentang Pendidikan Nilai, yang berisi tentang : Pengertian nilai, macam-macam nilai, Sumbersumber nilai, Pendidikan nilai, dan tujuan pendidikan nilai. Sub bab ketiga adalah Konsep Integrasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran yang terdiri dari: Integrasi pendidikan nilai, Strategi integrasi pendidikan nilai dalam pembelajaran, Evaluasi integtrasi pendidikan nilai dalam pembelajaran. Pada sub bab keempat mengenai Pendidikan IPS Sejarah yang berisi tentang : Pengertian IPS Sejarah, Tujuan dan Fungsi pembelajaran IPS Sejarah, Karakteristik mata pelajaran IPS Sejarah, serta Peran Strategis Pembelajaran IPS Sejarah. 3. Bab ketiga, Presentasi data / Laporan Hasil Penelitian berisi tentang gambaran MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yaitu tentang 27
28
gambaran umum obyek penelitian, dan pengembangan MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung. 4. Bab Keempat, akan dibahas tentang analisis data hasil penelitian yang meliputi : Implementasi pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilainilai Islam. Keunggulan dan kelemahan pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan
dengan
nilai-nilai
Islam,
dan
perangkat
sistem
pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam. 5. Bab Kelima, merupakan kesimpulan dan saran atas keseluruhan pembahasan tesis ini yang diharapkan dapat menarik benang merah dari uraian pada bab-bab sebelumnya menjadi suatu rumusan yang bermakna.
28
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Pembelajaran Integrasi 1. Pengertian Pembelajaran Integrasi Integrasi memiliki pengertian penyatuan hingga menjadi satu kesatuan yang utuh atau bulat.35 Istilah integrasi sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu integrate. Dalam buku The Comtemprorary EnglishIndonesian Dictionary (Peter Salim), istilah integrate (vt) integrated, integrating,
integrates
menyatupadukan,
diterjemahkan
mengintegrasikan.
menjadi
Sedangkan
menggabungkan, integrated
(adj)
diterjemahkan menjadi dapat bergaul dengan orang dari berbagai suku dengan dasar yang sama; terpadu. Dalam dunia pendidikan, istilah integrasi biasanya dikaitkan dengan sebuah gerakan untuk pendidikan demokaratis yang memusatkan pada persoalan-persoalan aktual sebagai kurikulum inti. Pembelajaran integrasi berpusat pada pengorganisasian persoalan penting dalam kurikulum sekolah dengan dunia yang lebih luas. Integrasi ini akan menghubungkan persoalan satu dengan lainnya, sehingga terbangunlah sebuah kesatuan (unity) pengetahuan. Sebuah pengetahuan yang
1. Menuk Hardaniyati dkk, Kamus Pelajar Sekolah Lanjutan Pertama, Jakarta : Pusat Bahasa, 2003, 251-252.
29
30
mempresentasikan bagian-bagian dengan keseluruhannya (part whole relationships).36 Pembelajaran Integrasi sebagai suatu konsep merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. Bermakna artinya dalam pembelajaran terpadu siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep-konsep lain yang mereka pahami.37 Pembelajaran integrasi secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk melihat dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan. Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar peserta didik maka pembelajaran menjadi lebih bermakna.38 Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami anak melalui kesempatannya mempelajari apa yang berhubungan 36
Hartono, Pendidikan Integratif, Purwokerto : STAIN Press, 2011, 7. Koswara Yudaamijaya, Konsep dasar pembelajaran Terpadu, melalui http://ncosyuda. blogspot.com /2012/11/.html; diakses senin 27 Oktober 2014 : 22.01. 38 Tim Penulis PGMI, Pembelajaran Tematik, Surabaya : Lapis-PGMI, 2009, 6. 37
30
31
dengan tema atau peristiwa otentik (alami). Dalam pembelajaran semacam itu, anak diharapkan selalu mendapatkan kesempatan untuk terlibat secara aktif sesuai dengan aspirasi dan minatnya, dimana dalam pembelajaran terpadu sangat menghargai keragaman. Melalui pembelajaran terintegrasi diharapkan para
siswa memperoleh pengetahuan secara menyeluruh dengan cara mengaitkan satu pelajaran dengan pelajaran yang lain.39 Pengertian pembelajaran terpadu dapat dilihat sebagai berikut: a.
Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling serta dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak;
b.
Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara serempak (simultan);
c.
Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata pelajaran yang berbeda, dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.40 Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa pembelajaran integrasi adalah model pembelajaran dengan menggabungkan beberapa mata pelajaran/materi/tema dengan berdasarkan pada topik tertentu yang dipadukan untuk menggali pengetahuan peserta
39
Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2008,196. Koswara Yudaamijaya, Konsep dasar pembelajaran Terpadu, melalui http://ncosyuda. blogspot.com /2012/11/.html; diakses senin 27 Oktober 2014 : 22.09. 40
31
32
didik berdasarkan interaksi dengan lingkungan atau pengalaman yang dialami sehingga memberikan pengalaman yang bermakna begi peserta didik. 2. Landasan Teori Pembelajaran Integrasi Landasan ini pada hakikatnya adalah faktor-faktor yang harus diperhatikan
dan
merencanakan,
dipertimbangkan
melaksanakan,
oleh
serta
para
menilai
guru proses
pada dan
waktu hasil
pembelajaran. a. Landasan filosofis Perumusan kompetensi dan materi pada dasarnya bergantung pada pertimbangan
pertimbangan filosofis. Ada tiga aliran filsafat
sebagai berikut: 1. Aliran progresivisme menekankan pada penekanan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah dan memperhatikan pengalaman siswa. Dengan kata lain proses pembelajaran bersifat mekanistis. 2. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. 3. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan, potensi dan motivasi yang dimilikinya.
32
33
b. Landasan Psikologis Berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan teori belajar. Tugas utama guru membantu mengoptimalkan perkembangan siswa seperti perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan moral melalui proses belajar. Pandangan Psikologis yang melandasi pembelajaran terpadu sebagai berikut : 1. Pada dasarnya masing-masing siswa membangun realitasnya sendiri. 2. Pikiran seseorang pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk mencari pola dan hubungan antara gagasan yang ada. 3. Pada dasarnya siswa adalah seorang individu dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya dan mempunyai kesempatan untuk berkembang. 4. Keseluruhan perkembangan anaka adalah terpadu dan anak melihat dirinya dan sekitarnya secara utuh (holistik). c. Landasan Praktis Berkaitan dengan kondisi-kondisi nyata yang pada umumnya terjadi dalam proses pembelajaran saat ini, sehingga harus mendapat perhatian dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu. landasan praktis dalam pembelajaran terpadu sebagai berikut. 1. Perkembangan ilmu pengetahuan begitu cepat sehingga terlalu banyak informasi yang harus dimuat dalam kurikulum. 33
34
2. Hampir semua pelajaran di sekolah diberikan secara terpisah satu sama lain, padahal seharusnya saling terkait. 3. Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sekarang ini cenderung lebih bersifat lintas mata pelajaran (interdisipliner) sehingga dipelukan usaha kolaboratif antara berbagai mata pelajaran untuk memecahkannya. 4. Kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktek dapat dipersempit dengan pembelajaran terpadu sehingga siswa akan mampu berfikir teoritis dan pada saat yang sama mampu berpikir praktis.41 3. Karakteristik Pembelajaran Integrasi Dari beberapa pendapat para ahli yang telah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran terpadu meliputi:42 a. Berpusat pada anak Karakteristik pertama yang ada pada pembelajaran terpadu ini adalah bahwa proses pembelajaran menjadikan peserta didik sebagai pemeran utama yang dituntut untuk aktif dalam berbagai hal terkait dengan pembelajaran. Dengan kata lain para peserta didik akan
41
Koswara Yudaamijaya, Konsep dasar pembelajaran Terpadu, melalui http://ncosyuda. blogspot.com /2012/11/.html; diakses senin 27 Oktober 2014 : 22.32. 42 Andrean Perdana, Pengertian, Ciri, Kelebihan, dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu, melalui http://www.andreanperdana.com/2013/04/.html, diakses selasa, 28 Oktober 2014 : 20.57.
34
35
diarahkan
untuk
aktif
dan
bersikap
kritis
terhadap
materi
pembelajaran. Dalam pembelajaran terpadu peran guru lebih banyak sebagai
fasilitator
dan
siswa
sebagai
aktor.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa seperti aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta pengetahuan
yang
harus
dikuasai
prinsip-prinsip dari suatu dan
dibutuhkan
sesuai
perkembangannya. b. Otentik Pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari sehinggan dengan pengalaman langsung. Pada pembelajaran terpadu ini para peserta didik akan lebih diarahkan untuk mendapatkan pembelajaran yang lebih faktual sehingga dengannya mereka akan lebih mudah memahami sebuah materi pembelajaran yang bersifat abstrak. c. Pemisahan antar bidang studi tidak begitu jelas. Salah satu yang paling mencirikan dari pembelajaran ini adalah bahwa tidak adanya batasan yang jelas antar mata pelajaran sebagai akibat dari pandangan pembelajaran ini yang memadukan berbagai macam mata pelajaran dalam sebuah tema tertentu. Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan suatu peristiwa dari
35
36
beberapa mata pelajaran sekaligus. Pemisahan antara bidang studi tidak ditonjolkan sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. d. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses Pembelajaran. Pembelajaran ini fleksibel dan dapat disesuaikan menurut perkembangan dari anak serta situasi dan kondisi pada saat pembelajaran sehingga lebih efektif untuk digunakan. Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antar skema yang dimiliki oleh siswa, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari secara utuh dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalahmasalah nyata di dalam kehidupannya. e. Bersikap luwes Pembelajaran terpadu bersifat luwes, sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu bahan ajar dengan mata pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
36
37
f.
Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri yaitu: holistik, bermakna, otentik, dan aktif.43 1) Holistik Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam
pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari
beberapa bidang kajian
sekaligus,tidak dari sudut pandang yang
terkotak-kotak.Pembelajaran terpadu
memungkinkann siswa
untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa lebih arif dan bijak di dalam menyikapi atau mengahdapi kejadian yang ada di depan mereka. 2) Bermakna. Pengkajian suatu fenomena dari berbagai aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan
dari materi yang
dipelajari. Rujukan yang nyata dari semua konsep yang diperoleh
43
Fida Khairunn, Karakteristik Pembelajaran Terpadu, dalam http://surgailmu-kitapunya. blogspot. ch/2012/10/.html, diakses, selasa 28 Oktober 2014; 22.46.
37
38
dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lainnya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari. Selanjutnya hal ini akan mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya
untuk memecahkan masalah-
masalah yang muncul dalam kehidupannya. 3) Otentik Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara
langsung. Mereka memahami dari hasil
belajarnya sendiri,bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatya lebih otentik. Misalnya, hukum pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui eksperimen. Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator dan katalisator, sedang siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pemberitahuan. 4) Aktif Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran,baik secara fisik,mental,intelektual,maupun emosional guna
tercapainya
hasil
belajar
yang
optimal
dengan
mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar.Dengan demikaian pembelajaran terpadu bukan hanya sekedar merancang aktivitasaktivitas
dari
masing
-masing 38
mata
pelajran
yang
saling
39
terkait.Pembelajaran terpadu bisa saja dikembangkan dari suatu tema yang disepakati bersma dengan melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa dipelajari secara bersama melalui pengembangan tema tersebut. 4. Tujuan Pembelajaran Integrasi Pembelajaran integrasi selain dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang holistik seperti yang tertuang dalam PP no. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasioanl Pendidikan, diharapkan peserta didik juga dapat : a. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna. b. Mengembangkan
ketrampilan
menemukan,
mengolah,
dan
memanfaatkan informasi. c. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan. d. Menumbuhkembangkan
ketrampilan
sosial
seperti
kerjasama,
toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain. e. Meningkatkan gairah dalam belajar f. Memiliki kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan.44
44
Sukayati, Materi Diklat, Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari Pembelajaran Terpadu, Yogyakarta: PPPG, 2004, 4.
39
40
5. Manfaat Pembelajaran Integrasi Beberapa manfaat apabila menggunakan pembelajaran integrasi antara lain : a. Banyak topik-topik yang tertuang dalam mata pelajaran mempunyai keterkaitan konsep dengan yang dipelajari peserta peserta didik. b. Peserta didik dapat memanfaatkan ketrampilan yang dikembangkan dari mempelajari keterkaitan antar mata pelajaran. c. Peserta didik terlatih untuk semakin banyak membuat hubungan inter dan antar pelajaran, sehingga peserta didik mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai dengan daya pikirnya dan memungkinkan berkembangnya jaringan konsep-konsep. d. Membantu peserta didik memecahkan masalah dan berpikir kritis untuk dapat dikembangkan melalui ketrampilan dalam situasi nyata. e. Membantu meningkatkan daya ingat (retensi) peserta didik dengan jalan memberikan topik-topik dalam berbagai situasi dan kondisi. f. Dapat mempermudah transfer pembelajaran, apabila situasi pembelajaran dekat dengan kehidupan nyata peserta didik.45
45
Sukayati, Materi Diklat, Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari Pembelajaran Terpadu, Yogyakarta: PPPG, 2004, 5.
40
41
6. Macam-macam Model Pembelajaran Integrasi Sesuai dengan sifat materi dan cara memadukan konsep, ketrampilam dan unit tematisnya, Robin Fogarty membagi model pembelajaran integrasi menjadi 10 (sepuluh) level, kesepuluh model tersebut adalah : a. Model Penggalan (Fragmented) Model ini ditandai oleh ciri pemaduan yang hanya terbatas pada satu mata pelajaran saja. Misalnya,dalma mata pelajaran bahasa Indonesia materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca dan menulis dapat dipadukan dalam materi pembelajaran ketrampilan berbahasa. b. Model Keterhubungan (Connected) Model Connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butirbutir pembelajaran seperti: kosakata, struktur, membaca, dan mengarang misalnya dapat dipayungkan pada mata pelajaran bahasa dan sastra. c. Model Sarang (Nested) Model Nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada jam-jam tertentu guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman bentuk kata, makna kata,dan ungkapan dengan saran pembuahan ketrampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berfikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis puisi. 41
42
d. Model Urutan/Rangkaian (Sequenced) Model Sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita dalam roman sejarah, misalnya: topik pembahasannya secara pararel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata. e. Model Bagian (Shared) Model Shared merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya overlapping konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Buir-butir pembelajaran tetang kewarganegaraan dalam PKn misalnya,dapat bertumpang tindih dengan butir pembelajaran Tata Negara, PSPB dsb. f. Model Jaring Laba-laba (Webbed) Model ini bertolakdari pendekatan tematis sebagai pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegaiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran. g. Model Galur (Threaded) Model
Threaded
merupakan
model
pemaduan
bentuk
ketrampilan, misalnya: melakukan prediksi dan estimasi dalam 42
43
matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita, dsb. Bentuk model ini terfokus pada meta kurikulum. h. Model Keterpaduan (Integrated) Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalam pelajaran matematika,bahasa Indonesia, IPA, dan IPS agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan, cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya IPA. i. Model Celupan (Immersed) Model Immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. j. Model Jaringan (Networked) Model Networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan perubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk ketrampilan baru setelah siswa
43
44
mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda.46 7. Model Pembelajaran Integrasi di Madrasah Tsanawiyah. Dari kesepuluh model pembelajaran terpadu di atas tiga
model
pembelajaran yang dipandang layak dan sesuai untuk dapat dikembangkan di pendidikan dasar dan menengah adalah model keterhubungan (connected), model jaring laba-laba (webbed), model keterpaduan (integrated ).47 a. Model Keterhubungan (Connected) Model pembelajaran ini menyajikan hubungan yang eksplisit di dalam satu mata pelajaran yaitu menghubungkan satu topik ke topik yang lain, satu konsep ke konsep yang lain, satu ketrampilan ke ketrampilan yang lain, satu tugas ke tugas berikutnya. Pada pembelajaran model ini kunci utamanya adalah adanya satu usaha secara sadar untuk menghubungkan bidang kajian dalam satu disiplin ilmu. Sebagai contoh; guru menghubungkan/menggabungkan konsep matematika tentang uang dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan pinjam,
bunga.48
Dalam
pembelajaran
IPS
Sejarah
guru
bisa
menghubungkan antara Masa Pemerintahan Daendels di Indonesia dengan
46
Kukuh Andri Aka, Model-Model Pembelajaran Terpadu, http://belajarpendidikanku. blogspot. com/2013/04/ , diakses pada hari Kamis, 4 Desember 2014 ; 22.35. 47 Novi Resmini, Makalah Model-model Pembelajaran Terpadu, Bandung: UPI.tt. 48 Sukayati, Materi Diklat, Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari Pembelajaran Terpadu, Yogyakarta: PPPG, 2004, 5.
44
45
Revolusi Perancis di Eropa, akibat Perang Diponegoro dengan Tanam Paksa. Keunggulan dari model keterhubungan ini adalah : 1. Peserta didik memperoleh gambaran yang luas sebagaimana satu mata pelejaran yang berfokus pada suatu aspek tertentu, 2. Peserta didik mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus menerus sehingga terjadilah proses internalisasi, 3. Menghubungkan ide-ide dalam sutu mata pelajaran memungkinkan peserta didik untuk mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta
mengasimilasi
ide-ide
secara
terus-menerus
sehingga
memudahkan terjadinya proses transfer ide-ide dalam memecahkan masalah. Sedang kelemahan dari model keterhubungan ini antara lain : 1. Masih kelihatan terpisahnya antar mata pelajaran, 2. Tidak mendorong guru untuk bekerja secara rutin sacara tim, sehingga isi pelajaran tetap berfokus tanpa merentangkan konsep-konsep serta ide-ide antar mata pelajaran, 3. Dalam memadukan ide-ide pada satu mata pelajaran, maka usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar mata pelajaran menjadi terabaikan.49
49
Sutrisno Widodo, Materi Diklat, Evaluasi dalam pembelajaran terpadu di Sekolah Dasar, Surabaya : tt, 10-11.
45
46
b. Model Jaring Laba-laba (Webbed) Model pembelajaran ini adala model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini dimulai dengan menentukan tema yang kemudian dikembangkan menjadi sub-tema dengan memperhatikan keterkaitan tema tersebut dengan mata pelajaran yang terkait. Dari sub tema tersebut diharapkan aktivitas peserta didk dapat berkembang dengan sendirinya.50 Sebagai contoh, Peserta didik dan guru menentukan tema, misalnya tentang air. Maka guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air tersebut pada sub-sub tema, misalnya siklus air, kincir air, waduk, air sungai, bisnis air mineral, yang terkabung dalam mata pelajaran Matematika, IPA, IPS dan Bahasa.51 Kelebihan pembelajaran model jaring laba-laba adalah : 1.
Adanya factor motivasional yang dihasilkan dari penyeleksi tema yang sangat diminati.
2.
Model jarring laba-laba relatif lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman.
3.
Model
ini
mempermudah
perencanaan
kerja
tim
mengembangkan tema ke dalam semua bidang isi pelajaran. Adapun kelemahan pembelajaran model jaring laba-laba adalah : 50
Novi Resmini, Makalah, Model………., 7. Sukayati, Materi Diklat; Pembelajaran…….., 5.
51
46
untuk
47
1. Langkah yang sulit dalam pembelajaran integrasi model jarring labalaba adalah menyeleksi tema. 2. Adanya kecenderungan merumuskan suatu tema yang dangkal, sehingga hal ini hanya berguna secara artifisial di dalam perencaan kurikulum 3. Dalam proses pembelajaran guru lebih fokus pada kegiatan dari pada pengembangan konsep.52 c. Model Terpadu (Integrated) Model
ini
merupakan
pembelajaran
integrasi
yang
menggunakan pendekatan antar mata pelajaran / bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan mata pelajaran dengan menetapkan prioritas kurikuler dan menentukan ketrampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpah tindih di dalam beberapa mata pelajaran. Berbeda dengan model jaring laba-laba yang menuntut pemilihan tema dan pengembangannya sebagai langkah awal, maka dalam model keterpaduan tema yang terkait dan betumpah tindih merupakan hal yang terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program. Langkah pertama guru menyeleksi konsep-konsep, ketrampilan dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran. Kedua, dipilih beberapa
52
Novi Resmini, Makalah Model……, 8.
47
48
konsep, ketrampilan dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih diantara berbagai mata pelajaran. Kelebihan dari model terpadu ini antara lain : 1. Memudahkan peserta didik untuk mengarahkan keterkaitan dan keterhubungan di antara berbagai mata pelajaran. 2. Memungkinkan pemahaman antar mata pelajaran dan memberikan penghargaan terhadap pengetahuan dan keahlian. 3. Mampu membangun motivasi Sedang kelemahan model ini adalah : 1. Sulit diterapkan secara penuh 2. Menghendaki guru yang trampil, percaya diri dan
menguasai
konsep, sikap dan ketrampilan yang sangat diprioritaskan. 3. Model ini menghendaki tim antar mata pelajaran yang terkadang sulit dilakukan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan.53 B. Pendidikan Nilai 1. Pengertian Nilai Nilai dalam kamus bahasa Indonesia mempunyai banyak makna, antara lain harga dalam arti taksiran harga; harga uang (dibandingkan dng harga uang yg lain), angka kepandaian, kadar; mutu, banyak sedikitnya isi.54 Nilai juga diartikan sebagai sifat-sifat (hal-hal) yg penting atau berguna bagi 53
Novi Resmini, Makalah Model……, 8-9. Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Lux, Semarang : CV Widya Karya, 2005, 337. 54
48
49
kemanusiaan. sesuatu yg menyempurnakan manusia sesuai dng hakikatnya/ etika.55 Dari pengertian ini dapat didefinisikan bahwa Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas,dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Dudung Rahmat Hidayat menjelaskan tentang pengertian nilai sebagai berikut : a. Nilai dalam bahasa Inggris value, bahasa Latin valere (berguna,mampu akan, berdaya, berlaku, kuat). b. Nilai ditinjau dari segi harkat adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, atau dapat menjadi objek kepentingan. c. Nilai ditinjau dari segi Keistimewaan adalah apa yang dihargai, dinilai tinggi atau dihargai sebagai sesuatu kebaikan. Lawan dari suatu nilai positif adalah “tidak bernilai” atau “nilai negative”. Baik akan menjadi suatu nilai dan lawannya (jelek, buruk) akan menjadi suatu “nilai negative” atau “tidak bernilai”.
55
Kamus Bahasa Indonesia Online melalui http://kamusbahasaindonesia.org/nilai, diakses pada hari Jum‟at, 5 Desember 2014; 19.00.
49
50
d. Nilai ditinjau dari seudut Ilmu Ekonomi yang bergelut dengan kegunaan dan nilai tukar benda benda material, pertama kali mengunakan secara umum kata “nilai‟.56 Zakiyah Darajat mengartikan nilai sebagai perekat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai satu identitas yang memberikan corak khusus kepada pola pemikiran , perasaan, keterikatan, maupun perilaku.57 Menurut Rohmat Mulyana nilai diartikan sebagai rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan.58 Definisi ini dilandasi oleh pendekatan psikologis, karena itu tindakan dan perbuatannya seperti keputusan benar-salah, baikburuk, indah-tidak indah, adalah hasil proses psikologis. Termasuk kedalam wilayah ini seperti hasrat, sikap, keinginan, kebutuhan dan motif.59 Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat dikemukakan kembali bahwa nilai itu adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Sejalan dengan definisi itu maka hakikat dan makna nilai adalah berupa norma, etika, peraturan, undang-undang, adat kebiasaan, aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang. Untuk menanamkan sebuah nilai atau sesuatu yang bernilai agar menjadi
56
Dudung Rahmat Hidayat, Hakikat dan Makna Nilai, melalui http://file.upi.edu/ Direktori/ FPBS/jur._pend._bhs_arab/195204141980021..pdf, diakses pada hari Jum‟at, 5 Desember 2014; 19.49. 57 Zakiyah Darajat dkk, Dasar-Dasar Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1989, 260. 58 Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta, 2004, 11. 59 Dudung Rahmat Hidayat, Hakikat dan Makna Nilai, melalui http://file.upi.edu/ Direktori/ FPBS/jur._pend._bhs_arab/195204141980021..pdf, diakses pada hari Jum‟at, 5 Desember 2014; 20.11.
50
51
sebuah kesadaran dan pedoman tingkah laku serta dapat menjadi sebuah keyakinan maka diperlukan adanya proses pendidikan. 2. Macam-Macam Nilai Secara sederhana macam-macam nilai dapat dibedakan menjadi : a. Berdasarkan sumbernya : a) nilai Ilahiyah, b) nilai Insaniyah. b. Dilihat dari ruang lingkup keberlakuannya : a) nilai universal, b) nilai local. c. Dari dimensi waktu keberlakuannya : a) nilai abadi, b) pasang surut, dan c) temporal. d. Didasarkan hakekatnya : a) nilai hakiki, b) Instrumental. e. Menurut sifatnya : a) Nilai Subyektif, Obyektif Rasional, dan obyektif Metafisik.60 Nilai-nilai Ilahiyah adalah nilai yang bersumber dari Agama (wahyu). Nilai ini bersifat statis dan mutlak kebenarannya. Ia mengandung kemutlakan bagi kehidupan manusia selaku pribadi dan selaku anggota masyarakat, serta tidak berkecenderungan untuk berubah mengikuti selera hawa nafsu manusia dan berubah-ubah sesuai dengan tuntutan perubahan social dan tuntutan individual.61 Nilai ini meliputi nilai ubudiyah dan amaliyah. Sedangkan nilai insaniyah adalah nilai yang bersumber dari manusia, yakni yang tumbuh atas
60
runzzzz , Macam-macam nilai, melalui http://runzzzz.wordpress.com/2011/05/30/macammacam-nilai-menurut-prof-notonegoro-dan-waber-g-everet. diakses pada hari Jum‟at, 5 Desember 2014; 24.46. 61 Muhaimin dkk, Dimensi-dimensi Studi Islam, Surabaya: Karya Abditama, 1993,111.
51
52
kesepakatan manusia serta hidup dan berkembang dari peradaban manusia. Ia bersifat dinamis, mengandung kebenaran yang bersifat relatif dan terbatas oleh ruang dan waktu. Termasuk dalam nilai insaniyah ini adalah nilai rasional, social, individual, biofisik, ekonomi, politik, dan estetik. Nilai Universal sebagai hasil pemilahan nilai yang didasarkan pada sudut ruang berlakunya dipahami sebagai nilai yang tidak dibatasi keberlakuannya oleh ruang, ia berlaku dimana saja tanpa ada sekat sedikitpun yang menghalangi keberlakuannya. Sedangkan nilai lokal difahami sebagai nilai yang keberlakuannya dibatasi oleh ruang, dengan demikian ia terbatas keberlakuannya oleh ruang atau wilayah tertentu saja. Nilai abadi, pasang surut dan temporer sebagai hasil pemilahan nilai yang
didasarkan
atas
masa
keberlakuannya
nilai,
masing-masing
menunjukkan pada keberlakuannya diukur dari sudut waktu. Nilai abadi difahami sebagai nilai yang keberlakuannya tidak terbatas oleh waktu, situasi, dan kondisi. Ia berlaku sampai kapanpun dan tidak terpengaruh oleh situasi maupun kondisi yang ada. Nilai pasang surut adalah nilai yang keberlakuannya dipengaruhi oleh waktu. Sedangkan nilai temporal adalah nilai yang keberlakuannya hanya sesaat, berlaku untuk saat tertentu dan tidak untuk saat yang lain. Pembagian nilai subyektif, nilai obyektif rasional, dan nilai obyektif metafisik, masing-masing menunjuk pada sifat nilai. Nilai Subyektif adalah nilai yang merupakan reaksi subyek terhadap obyek, hal ini tergantung kepada 52
53
masing-masing pengalaman subyek tersebut. Nilai obyektif rasional adalah nilai yang merupakan esensi dari obyek secara logis yang dapat diketahui melalui akal sehat. Sedangkan nilai obyektif metafisik adalah nilai yang ternyata mampu menyusun kenyataan obyektif, seperti nilai-nilai agama. Dari keseluruhan nilai diatas dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari dua kategori nilai, yaitu nilai hakiki dan nilai instrumental. Nilai hakiki adalah nilai yang bersifat universal dan abadi. Nilai temporal bersifat lokal, pasang surut dan temporal. Atas dasar kategori nilai diatas, maka nilai agama sebagai nilai ilahiyah dapat dikategorikan sebagai nilai obyektif metafisik yang bersifat hakiki, universal dan abadi. 3. Sumber-Sumber Nilai. Dalam kajian etika sebagai salah satu cabang filsafat dijelaskan bahwa terdapat dua sumber nilai (baik-buruk) yaitu : a. Nilai Normatif yang bersumber dari buah pikiran manusia dalam menata kehidupan social. Pada nilai ini kualitas baik-buruk merupakan tema abstrak yang disifatkan pada muatan hokum positif, adat kebiasaan, adat istiadat dan perilaku etis. b. Nilai Preskiptif yang bersumber dari wahyu. Pada nilai preskiptif ini, kualitas baik-buruk merupakan tema abstrak yang disifatkan pada perintah dan larangan yang terdapat dalam wahyu serta perwujudan akhlak.62
62
Muhaimin dkk, Dimensi…………………, 21-22
53
54
Dari kedua sumber nilai diatas, akan mudah difahami bila dilihat dengan skema seperti yang tergambar berikut ini: Gambar 2.1 Sumber nilai dari segi filsafat ETIKA Salah satu cabang filsafat (Ilmu yang mempelajari antara baik dan buruk)
Sumbernya NILAI
Nilai Normatif Bersumber dari Akal Fikiran Manusia
Nilai Perspektif Bersumber dari Wahyu
Syari‟ah (Kewajiban / Larangan)
Hukum positif, Norma, Adat Istiadat
Menurut Maksudin terdapat tiga sumber nilai, meskipun secara substansinya sama, tetapi pendapatnya lebih cenderung melihat pada proses dan hasil. Tiga sumber nilai tersebut adalah :63
63
Maksudin, Pendidikan Nilai Komprehensif; Teori dan Praktek, Yogyakarta: UNY Press cetakan I, 2009, 21.
54
55
a. Sifat kodrati, diantaranya; manusia sebagai makhluk social dengan cirriciri: pertama, selalu berkelompok (group base) baik bersifat konstektual maupun kondisional, bersifat monomultiplex atau pluralistik, merupakan insan politik yang terorganisir (zoon politicion, organized political man), merupakan insan yang terkait dengan sejumlah lingkaran kehidupan (life cycles) yang multi-aspek dan multi-waktu, dan lain sebagainya. Kedua, hakekat kodrat tersebut dipengaruhi oleh tempat, waktu, dan kondisi. Melalui interaksi, hakekat interaksi itu menyebabkan terjadinya proses perkembangan manusia dan melahirkan produk the real thing of man atau human being. Proses perkembangan tadi tidak bersifat ”tidak beraturan” (normless), tetapi terikat dan terkendali oleh seperangkat tatanan, norma, atau acuan (norm refrences). b. Norma Acuan Hidup, yakni : norma agama, budaya agama, budaya adat atau tradisi, hukum positif atau Negara, norma keilmuan, dan norma metafisis (hal-hal gaib). c. Dimensi sistem kehidupan manusia, seperti sistem nilai (value system), sistem budaya (cultural system), sistem sosial (social system), sistem personal (personal system), dan sistem organik (organic system). 4. Pendidikan Nilai Pendidikan Nilai adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada diri
55
56
seseorang.64 Pendidikan Nilai merupakan bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya. Pendidikan Nilai tidak hanya merupakan program khusus yang diajarkan melalui sejumlah mata pelajaran, akan tetapi mencakup keseluruhan program pendidikan.65 Adapun Sumantri memahami Pendidikan Nilai sebagai suatu aktivitas pendidikan yang penting bagi orang dewasa dan remaja, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah, karena “penentuan nilai” merupakan suatu aktivitas penting yang harus kita pikirkan dengan cermat dan mendalam. Maka hal ini merupakan tugas pendidikan (masyarakat didik) untuk berupaya meningkatkan nilai-moral individu dan masyarakat.66 Dari tiga definisi di atas, dapat dimaknai bahwa Pendidikan Nilai adalah proses bimbingan melalui suri tauladan, pendidikan yang berorientasi pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang didalamnya mencakup nilai agama, budaya, etika, dan estetika menuju pembentukan pribadi peserta didik yang memiliki kecerdasan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian yang utuh, berakhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan negara. Kohlberg menjelaskan bahwa Pendidikan Nilai adalah rekayasa ke arah: (a) Pembinaan dan pengembangan struktur dan potensi/komponen pengalaman 64
Kaswardi EK, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, Jakarta : PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, 1993, 21. 65 Mardiatmaja BS, Tantangan Dunia Pendidikan, Yogyakarta : Kanisius, 1986, 7. 66 http://suksespend.blogspot.com/2009/06/konsep-dasar-dan-filosofi-pendidikan.html. diakses pada hari Senin, 8 Desember 2014 ; 01.30.
56
57
afektual (affective component & experiences) atau “jati diri” atau hati nurani manusia (the consiense of man) atau suara hati (al-qolb) manusia dengan perangkat tatanan nilai-moral-norma. (b) pembinaan proses pelakonan (experiencing) dan atau transaksi/interaksi dunia afektif seseorang sehingga terjadi proses klarifikasi niai-moral-norma, ajuan nilai-moral-norma (moral judgment) atau penalaran nilaimoral-norma (moral reasoning) dan atau pengendalian nilai-moral-norma (moral control).67 Jika kita membahas tentang Pendidikan Nilai maka minimalnya berhubungan dengan tiga dimensi, yakni: identification of a core of personal & social values, philosopy and rational inquiry into the core, and decision making related to the core based on inquiry and response. Pendidikan Nilai adalah pendidikan yang mempertimbangkan objek dari sudut pandang moral yang meliputi etika dan norma-norma yang meliputi estetika, yaitu menilai objek dari sudut pandang keindahan dan selera pribadi, serta etika yaitu menilai benar/salahnya dalam hubungan antar pribadi.68 Secara umum Pendidikan Nilai dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar
memahami,
menyadari,
dan
mengalami
nilai-nilai
serta
mampu
menempatkannya secara integral dalam kehidupan. Untuk sampai pada tujuan
67
http://suksespend.blogspot.com/2009/06/konsep-dasar-dan-filosofi-pendidikan.html. diakses pada hari Senin, 8 Desember 2014 ; 01.39. 68 http://suksespend.blogspot.com/2009/06/konsep-dasar-dan-filosofi-pendidikan.html. diakses pada hari Senin, 8 Desember 2014 ; 01.45.
57
58
dimaksud, tindakan-tindakan pendidikan yang mengarah pada perilaku yang baik dan benar perlu diperkanalkan oleh para pendidik.69 Dari bebarapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Nilai sebagai suatu proses kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis untuk melahirkan manusia yang memiliki komitmen kognitif, komitmen afektif dan komitmen pribadi yang berlandaskan nilai-nilai agama. Pendidikan Nilai adalah bentuk kegiatan pengembangan ekspresi nilai-nilai yang ada melalui proses sistematis dan kritis sehingga mereka dapat meningkatkan atau memperbaiki kualitas kognitif dan afektif peserta didik. Harapan kedepan perserta didik dapat menyadari nilai kebenaran, kebaikan, kebersamaan, dan keindahan melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan kebiasaan bertindak yang konsisten. 5. Tujuan Pendidikan Nilai Pendidikan Nilai hendaknya dikembangkan pada diri dan bersifat umum untuk
setiap orang. Pendidikan Nilai merupakan proses membina makna-makna
yang esensial, karena pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan untuk mempelajari dan menghayati makna esensial, makna yang esensial sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Tujuan Pendidikan Nilai adalah menjadikan manusia berbudi pekerti. Pendidikan nilai bertujuan untuk membantu peserta didik mengalami dan menempatkan nilai-nilai secara integral dalam kehidupan mereka.70 Dalam proses
69 70
Mulyana R, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung : Alfabeta, 2004, 119. Mulyana R, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung : Alfabeta, 2004. 119.
58
59
Pendidikan Nilai, tindakan-tindakan pendidikan yang lebih spesifik dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang lebih khusus. Seperti dikemukakan komite APEID (Asia and The Pasific Programme of Education Innovation for Development), Pendidikan Nilai secara khusus ditujukan untuk: (a) menerapkan pembentukan nilai kepada anak, (b) menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan, dan (c) membimbing perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai tersebut. Dengan demikian tujuan Pendidikan Nilai meliputi tindakan mendidik yang berlangsung mulai dari usaha penyadaran nilai sampai pada perwujudan perilaku-perilaku yang bernilai.71 C. Konsep Integrasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran 1. Integrasi Pendidikan Nilai Integrasi Pendidikan Nilai adalah proses memadukan nilai-nilai tertentu terhadap sebuah konsep lain sehingga menjadi suatu kesatuan yang koheren dan tidak bisa dipisahkan, atau juga proses pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan bulat. Implementasi konsep integrasi pendidikan nilai dalam pembelajaran dapat dibagi dalam empat tataran yaitu ; tataran konseptual, institusional, operasional, dan arsitektural.72 Dalam tataran konseptual, integrasi pendidikan nilai dapat diwujudkan melalui perumusan visi, misi, tujuan dan program sekolah. Secara institusional, integrasi dapat diwujudkan melalui pembentukan institusion culture yang 71
http://suksespend.blogspot.com/2009/06/konsep-dasar-dan-filosofi-pendidikan.html. diakses pada hari Senin, 8 Desember 2014 ; 11.11. 72 Sauri S, Integrasi Imtak dan imtek dalam pembelajaran, Makalah tidak diterbitkan, tt, 3.
59
60
mencerminkan paduan antara nilai dan pembelajaran. Dalam tataran operasional, rancangan kurikulum dan ekstrakurikuler harus diramu sedemikian rupa sehinggga nilai-nilai fundamental agama dan ilmu umum terpadu secara koheren. Sedangkan dalam
tataran
arsitektural, integrasi dapat diwujudkan melalui pembentukan
lingkungan fisik yang berbasis iptek dan imtak, seperti sarana ibadah yang lengkap, laboratorium yang memadai, serta perpustakaan yang menyediakan buku-buku ilmu umum secara lengkap. 2.
Strategi Integrasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran. Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran nilai antara lain ; a) strategi tradisional, b) strategi bebas, c) strategi reflektif, dan d) strategi transinternal.73 Pertama, pembelajaran nilai dengan menggunakan strategi tradisional adalah dengan memberikan nasehat atau indroktrinasi. Dalam strategi ini memberikan secara langsung nilai-nilai mana yang baik dan mana yang buruk. Guru memiliki peran yang menentukan, karena kebaikan/kebenaran datang dari atas dan siswa tinggal menerima kebaikan/kebenaran itu tanpa harus mempersoalkan hakikinya. Kelemahan dari strategi ini adalah menjadikan siswa hanya mengetahui atau menghafal jenis-jenis nilai tertentu yang baik dan yang kurang baik, dan belum tentu melaksanakannya. Penekanannya lebih bersifat kognitif, sementara segi afektifnya kurang dikembangkan. Kelemahan lainnya terletak pada aspek pengertian siswa terhadap nilai itu sendiri yang bersifat paksaan, dan paksaan akan efektif apabila 73
Muhaimin dkk, Dimensi-dimensi Studi Islam, Surabaya : Karya Abditama, 1993, 131.
60
61
desertai dengan hukuman dan pujian yang bersifat material. Hal ini jelas tidak mendorong keberhasilan pembelajaran nilai yang seharus mengembangkan kesadaran internal pada diri peserta didik. Kedua, Pembelajaran nilai dengan menggunakan strategi bebas merupakan kebalikan dari strategi tradisional. Guru tidak memberitahukan kepada siswa tentang nilai-nilai yang baik dan buruk, tetapi siswa justru diberi kebebasan sepenuhnya untuk memilih dan menentukan nilai mana yang akan diambilnya, karena nilai yang baik bagi orang lain belum tentu baik pula bagi diri siswa sendiri. Dengan demikian siswa memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk memilih dan menentukan nilai yang baik dan tidak baik, peran siswa dan guru sama-sama terlibat aktif. Strategi yang kedua ini juga ada kelemahannya, antara lain siswa belum tentu mampu memilih nilai-nilai mana saja yang baik dan kurang baik bagi mereka, karena itu bimbingan dan arahan dari guru diperlukan. Strategi ini lebih cocok digunakan bagi orang-orang dewasa. Ketiga, pembelajaran nilai dengan menggunakan strategi reflektif adalah dengan jalan memadukan antara penggunaan pendekatan teoritik dan pendekatan empirik, atau mengkombinasikan antara pendekatan deduktif dan induktif. Dalam penggunaan strategi ini dituntut adanya konsistensi dalam penerapan kriteria untuk mengadakan analisis terhadap kasus-kasus empirik yang kemudian dikembalikan kapada konsep teoritiknya, diperlukan juga konsistensi penggunaan aksioma-aksioma sebagai dasar deduksi untuk menjabarkan konsep teoritik ke dalam terapan pada kasus-kasus yang lebih khusus dan operasional. 61
62
Keempat, pembelajaran nilai dengan menggunakan strategi transinternal merupakan cara untuk membelajarkan nilai dengan cara melakukan transformasi nilai dilanjutkan dengan transaksi dan transinternalisasi. Guru dan siswa sama-sama terlibat dalam proses komunikasi aktif, yang tidak hanya melibatkan komunikasi verbal dan fisik, tetapi juga melibatkan komunikasi batin (kepribadian) antar keduanya. Pembelajaran dengan strategi tersebut, guru berperan sebagai penyaji informasi, pemberi contoh/teladan, serta sumber nilai yang melekat dalam pribadinya. Siswa menerima informasi dan merespons stimulus guru secara fisik, serta memindahkan dan mempolakan pribadinya untuk menerima nilai-nilai kebenaran sesuai dengan kepribadian guru tersebut. Strategi ini yang dianggap sesuai dengan pembelajaran nilai ketuhanan dan kemanusiaan. Untuk mengintegrasikan pendidikan nilai dalam proses pembelajaran, Suwarna,74 menawarkan beberapa strategi sebagai berikut : a. Strategi Penyajian Implisit Pada umumnya buku-buku mata pelajaran tidak menyajikan pendidikan nilai secara lugas dan jelas tetapi tersamar dan tersirat (kecuali pendidikan agama dan PPKn). Pada kondisi yang demikian, pengajarlah yang harus memiliki daya peka analisis terhadap fenomena pendidikan nilai yang terimplisit di dalamnya. Setiap bacaan, contoh, jawaban, hendaknya memuat pendidikan nilai. Karena 74
Suwarna, Strategi Integrasi Pendidikan Budi Pekerti dalam Pembelajaran berbasis Kompetensi, Jurnal Cakrawala Pendidikan vol 12, 33-37, http;//eprints.uny.ac.id/482/1/strategi_integrasi.pdf., 2 juni 2010.
62
63
pendidikan nilai itu tidak disajikan secara tersurat. Pengajar bersama murid harus mencari nilai-nilai apa sajakah yang terdapat dalam bacaan, contoh, soal, jawaban dan sebagainya. Pengajar dan pembelajar harus mencari sendiri nilai-nilai yang terintegrasi dalam pembelajaran. Apabila tidak ditemukan, pengajar harus mampu mengembangkan dan menyisipkan nilai-nilai luhur pada materi pelajaran sesuai dengan kontek. Pengintegrasian pendidikan nilai secara implisit cukup menarik karena beberapa hal. Pembelajaran dapat lebih hidup dan interaktif. Materi pembelajaran dapat digunakan sebagai stimulan pelaksanaan diskusi. Dengan diskusi daya analisis pembelajar semakin berkembang, melatih berbicara, mengolah argumen, dan menghormati pendapat orang lain. Strategi tersebut juga memberikan kesempatan pengajar untuk mengembangkan bahan ajar sesuai dengan tuntutan tempat, situasi, kondisi, dan kebutuhan. b. Strategi Penyajian Eksplisit Berbeda dengan strategi implisit, pada strategi eksplisit ini semua nilai disajikan secara jelas, tegas, dan tersurat. Cara eksplisit ini oleh Hurlock dalam Suwarna disebut metode pengajaran nilai atau budi pekerti luhur secara langsung.75 Hal ini dapat dilihat pada bacaan, contoh materi, soal yang secara langsung mengarah pada pendidikan nilai. Misalnya, bacaan itu langsung menyajikan tata karma orang bertamu, hak, tugas, dan kewajiban warga negara, cinta tanah air, dan sebagainya. Contoh materi langsung mengacu pada kewajiban 75
Suwarna, Strategi Integrasi, ……………………… ……………., 26
63
64
hamba kepada Tuhan, kewajiban pembelajar, berbakti kepada pengajar, kewajiban anak kepada orang tua, dan sebagainya. Penyajian pendidikan nilai secara tersurat ini sangat memudahkan pengajar dan pembelajar dalam mempelajari nilai-nilai luhur. Namun begitu, pembelajaran menjadi monoton karena semua materi sudah tersedia di dalam buku pelajaran. Pengajar hanya menyampaikan, pembelajar mengapresiasi. Oleh karena itu, agar pembelajaran lebih dinamis, kreatif, dan efisien pengajar harus mampu mengembangkan bahan ajar dengan berbagai teknik antara lain tugas yang analog dengan materi pembelajaran (portofolio), mendiskusikan pendidikan nilai dengan tata karma kehidupan dewasa ini, mempraktikkan pendidikan nilai, mengamati fenomena budi pekerti yang terjadi di kalangan anak-anak remaja dan masyarakat. Strategi implisit maupun eksplisit dapat memotivasi pembelajaran untuk belajar pendidikan nilai secara mandiri.76 Kemandirian ini ditujukan dengan kemampuan menganalisis berbagai fenomena pendidikan nilai yang kemudian disajikan, didiskusikan, disimpulkan, dan diinternalisasikan dalam diri pembelajar. c. Strategi Deduktif Pada strategi ini, pengajar menyampaikan simpulan atau inti nilai-nilai terlebih dahulu, baru kemudian dicari dalam materi (bahan bacaan, contoh, soal, dan sebagai) atau pengajar menyampaikan pengertian secara umum, kemudian disampaikan berbagai rincian dan contoh dari pengertian nilai-nilai tersebut. Tehnik ini cocok untuk diterapkan kelas-kelas rendah. Semakin rendah kelas, 76
Suwarna, Strategi Integrasi ……………………………………………………………………….27
64
65
semakin rendah pula tuntutan untuk berfikir analitis. Taraf apresiasi atau pemahaman pembelajar lebih besar dari pada daya analitis. Apabila pendidikan ini belum disajikan secara tersurat, pengajar tetap bisa menggunakan langkah-langkah pembelajaran deduktif seperti berikut ini. Namun langkah-langkah pembelajaran berikut memerlukan bimbingan yang lebih besar dari pada untuk pembelajaran yang lebih dewasa. Pembelajaran secara deduktif dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Pengajar mencari atau menentukan nilai-nilai yang ada dalam satu bacaan, kasus, cerita fiksi dan nonfiksi, berita di televise, CD, dan sebagainya. Ini semua dapat menjadi media dalam pembelajaran nilai. 2. Inti nilai-nilai tersebut disampaikan kepada pembelajar. 3. Pembelajar mencari nilai-nilai yang terintegrasi dengan cara melakukan analisis sederhana pada bacaan, materi, soal, dan sebagainya. Pembelajar menunjukkan bukti kutipan atau deskripsi yang menunjukkan nilai-nilai yang menjadi acuan. 4. Untuk lebih menginternalisasikan nilai-nilai yang dipelajari, pembelajar dapat bermain peran dengan menjadi tokoh yang memiliki nilai-nilai tersebut. 5. Membuat klasifikasi terhadap nilai-nilai yang disampaikan pengajar pada awal pembelajaran.
65
66
Dengan teknik ini pengajar dapat mengoptimalkan tehnik berdiskusi, kerja kelompok, tugas, bermain peran, Tanya jawab, demontrasi, dengan meminimalkan tehnik ceramah, tetapi memberdayakan dan membudayakan potensi pembelajar. d. Strategi Induktif Strategi induktif ini adalah kebalikan dari strategi deduktif. Dalam strategi ini, pengajar langsung meminta kepada pembelajar untuk membaca, meneliti, mengkaji
nilai-nilai
yang
terintregasi,
kemudian
mendiskripsikan
dan
menyimpulkan nilai-nilai tersebut. Pembelajar perlu melakukan coba-coba (trial and error). Coba-coba ini akan membawa anak pada ketajaman analitis dan akhirnya berhasil dalam mengidentifikasi nilai-nilai luhur (trial and error and sucses). Strategi ini lebih cocok untuk kelas atas (dewasa) dari pada kelas bawah. Strategi induktif sesuai dengan prinsip pendidikan andragogi, yaitu pendidikan untuk orang dewasa. Meraka tidak suka lagi menghafal. Akan tetapi, memberdayakan kemampuan, daya peka,analitis, dan imajinasi untuk mengkaji suatu fenomena pendidikan nilai. Dengan strategi ini mereka juga merasa diakui dan diberi keleluasaan untuk berfikir dan berpendapat. Langkah-langkah pembelajaran nilai dengan menggunakan strategi induktif adalah sebagai berikut : 1. Pengajar mencari dan memfasilitasi materi dengan materi yang mengandung nilai dari berbagai kasus, majalah, surat kabar, rekaman, dan sebagainya. Materi tersebut kemudian diberikan atau disajikan kepada pembelajar. 66
67
2. Pembelajar mencari dan mengidentifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam materi-materi yang disajikan tersebut. 3. Selanjutnya, pembelajar mendiskripsikan nilai-nilai yang telah teridentifikasi. 4. Nilai-nilai yang telah teridentifikasi kemudian didiskusikan bersama-sama. 5. Pembelajar bersama pengajar menyimpulkan nilai-nilai yang telah dipelajari tersebut 3. Evaluasi Integrasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran Evaluasi
hasil
belajar
adalah
keseluruhan
kegiatan
pengukuran
(pengumpulan data dan inforrmasi), pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai pembelajaran yang ditetapkan.77 Tujuan evaluasi belajar menurut Hamalik meliputi : a. Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuantujuan belajar melalui berbagai kegiatan belajar. b. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan-kegiatan belajar siswa lebih lanjut, baik keseluruhan kelas maupun masing-masing kelas. c. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-kesulitannya dan menyarankan kegiatan remedial (perbaikan). d. Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mendorong 77
Hamalik, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995, 171.
67
68
motivasi
siswa
dengan
cara
mengenal
kemajuaannya
sendiri
dan
merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan. e. Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa sehingga guru dapat membantu perkembangannya menjadi warga masyarakat dan pribadi yang berkualitas. f. Memberikan informasi yang tetap untuk membimbing siswa memilih sekolah atau jabatan yang sesuai dengan kecakapan, minat, dan bakatnya. Dalam mengevaluasi proses integrasi pendidikan nilai, dapat menggunakan teknik penilaian 5 P (papers, portofolio, project, product, and performance). Penilaian 5 P ini benar-benar diarahkan pada kontek pendidikan nilai dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Penilaian paper adalah penilaian tertulis. Hendaknya tes-tes tertulis juga mempertanyakan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Portofolio merupakan kumpulan tugas, prestasi, keberadaan diri atau potret diri keseharian pembelajar. Project merupakan tugas tersetruktur. Sebagai tugas terstruktur, project bersifat wajib. Hal ini biasanya terkait dengan fenomena pendidikan nilai yang harus dikaji, dianalisis, dan dilaporkan oleh pembelajar. Product adalah hasil karya pembelajar atau kreativitasnya. Pembelajar dapat membuat karya-karya kreatif atas inisiatif sendiri, misalnya menghasilkan cerita pendek, karikatur atau membuat puisi yang memuat budi pekerti. Performance adalah penampilan diri. Sebenarnya, hakekat dari pendidikan nilai adalah realisasi budi pekerti luhur dalam berbicara, bertindak, berperasaan, bekerja, dan berkarya. Singkatnya adalah cipta, rasa, dan karsa dalam kehidupan 68
69
sehari-hari. Jika pembelajar telah dapat menampilkan budi pekerti luhur, berarti internalisasi dan aplikasi pendidikan nilai telah tercapai.78 D. Pendidikan IPS Sejarah 1. Pengertian IPS Sejarah Pendidikan IPS Sejarah adalah merupakan bagian dari integrasi berbagai cabang Ilmu Pengetahuan Sosial, seperti yang dikemukakan oleh Sumantri Pendidikan IPS adalah seleksi dari sisiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar
yang diorganisasikan dan
disajikan
secara ilmiah dan
pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.79 Sejarah merupakan studi tentang manusia sebagai individu maupun kelompok dalam konteks waktu dan ruang. Sejarah adalah studi tentang kehidupan masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup manusia akan memberikan pelajaran bagi kehidupan manusia kelak.80 Menurut kamus besar bahasa Indonesia sejarah artinya : silsilah; asal usul keturunan; kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.81 Kata sejarah dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu mengambil-alihnya dari kata Arab, syajarah. Kata itu masuk ke dalam bahasa Melayu setelah akulturasi kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Islam
78
Suwarna, Strategi Integrasi Pendidikan……………… 33-37. Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, Bandun; PT Remaja Rosdakarya, 2012,
79
11. 80
Kuswoyo, Arti Sejarah, melalui https://sites.google.com/site/sketsadamai/ home/sej /metode /artisej,diakses pada hari Rabu, 17 Desember 2014, 20.05. 81 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Lux, Semarang : CV Widya Karya, 2005, 464.
69
70
semenjak abad ke-VIII. Ada bermacam-macam kemungkinan arti kata syajarah, yaitu : pohon, keturunan, asal-usul, dan juga diidentikkan dengan silsilah, riwayat, babad, tambo, dan tarikh. Lidah Melayu mengucapkan kata itu menjadi sejarah.82 Kata “sejarah” yang berasal dari bahasa Arab “sajaratun” yang berarti pohon. Hal itu karena pada awalnya kata sejarah digunakan untuk menyebut ilmu yang mempelajari asal usul keturunan (genealogi) seseorang. Akan tetapi ketika obyek perhatiannya berkembang menjadi asal usul sebuah peristiwa, maka ilmu sejarah berubah menjadi ilmu yang mempelajari asal usul peristiwa yang pernah terjadi. Semenjak abad ke-XV masuk pula kebudayaan Barat di Indonesia. Terjadilah akulturasi yang kedua membawa kata-kata geschjedenis, historie (Belanda), history (Inggris) yang pengertiaanya sama. Dalam kata history yang diekuivalenkan denga sejarah dalam bahasa Indonesia terhimpun pengertian harfiah :83 (a) Sesuatu yang telah berlalu, suatu peristiwa, suatu kejadian; (b) Riwayat dari yang tersebut dalam ayat 1; (c) Semua pengetahuan tentang masa lalu : 1. duduk persoalan tertentu pada umumnya, 2. khususnya tentang masyarakat tertentu ; (d) Ilmu yang berusaha menentukan dan mewariskan pengetahuan.
82
Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu, Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1981, 1. Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah………………………………………………………… 2.
83
70
71
Dengan uraian pengertian diatas, definisi sejarah dapat dirumuskan sebagai berikut: “Sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial, yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan, yang memberi pengertian tentang apa yang telah berlalu itu.”84 Sejarah adalah ilmu tentang asal usul dan perkembangan masyarakat dan bangsa yang berkelanjutan dalam kehidupan masyarakat dan bangsa di masa kini. Di dalam sejarah terdapat mauidhah-pelajaran dan haq-kebenaran, rahmat, dan huda-petunjuk bagi orang-orang yang mengerti dan beriman. Sejarah sebagai landasan dasar penuturan wahyu yang diterima oleh Rasulullah SAW berdampak akbar dalam mengubah karsa, rasa, dan cipta umat yang mengimaninya. Tanpa sejarah yang benar, manusia akan kehilangan jati dirinya.85 Dalam masa pembangunan dewasa ini, salah satu fungsi pendidikan adalah mengembangkan kesadaran nasional sebagai daya mental dalam proses pembangunan nasional dan identitasnya. Struktur kepribadian nasional tersusun dari karakteristik pengalaman
perwatakan yang tumbuh dan melembaga dalam proses
sepanjang kehidupan bangsa. Dengan demikian kepribadian dan
identitasnya bertumpu pada pengalaman kolektif, yaitu sejarahnya. Dalam kontek pembentukan identitas bangsa, maka pembelajaran sejarah mempunyai fungsi yang fundamental. Pembelajaran sejarah tidak saja menjadi wahana memahami
84
Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu, Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1981,, 13. Suryanegara, AM, Api Sejarah 2, Bandung: Salamadani Pustaka Semesta, 2010, vii.
85
71
72
keagungan masa lampau dan pengembangan kemampuan intelektual ataupun center for excellence, tetapi juga menjadi wahana dalam upaya memperbaiki kehidupan social, budaya, politik, dan ekonomi. Sejarah juga memiliki nilai praktis dan pragmatis bagi siswa untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat.86 Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah. Bangsa yang tidak pernah menoleh ke belakang, atau tidak mau mempertimbangkan masa lampau, tidak akan dapat mencapai tujuan. Karena sejarah merupakan saksi sekaligus sekaligus bukti yang tidak saja menggambarkan realitas dan kenangankenangan indah, tapi juga menyuguhkan kebenaran peristiwa yang bisa dijadikan pedoman hidup bagi masa kini dan masa yang akan datang. Dengan kata lain, sejarah adalah guru bagi kehidupan (magistra vitae).87 Dalam masalah pembangunan, mulai dari rencana, kita sampai pada masalah sejarah. Rencana memakai sejarah sebagai bahan. Pembangunan memakai rencana sebagai alat. Dalam hubungan inilah, kita melihat bahwa pembangunan yang kita hadapi dewasa ini, mempunyai hubungan dengan sejarah. Apabila kita hendak melakukan pembangunan, kita harus sadar tentang apa yang akan kita lakukan. Tujuan kita harus pasti. Dalam merencanakan pembangunan, kita harus benar- benar paham akan keadaan masyarakat dan negara kita sekarang. Tanpa memahami keadaan sekarang, kita akan melakukan perhitungan-perhitungan yang
86
Rudi Gunawan, Pendidikan IPS, Filosofi, Konsep dan Aplikasi, Bandung: Alfabeta, 2013,
177-178 87
Dudung Abdurahman, Metodologi Penelitian Sejarah, Yogyakarta; Ar-ruzz Media, 2007,
5.
72
73
keliru atau meleset. Untuk betul-betul memahami keadaan sekarang, kita harus mengerti keadaan masa lalu. Masa lalu adalah sebab dari masa kini. Dengan demikian, nyatalah bahwa usaha pembangunan tidak mungkin dilakukan dengan sempurna tanpa mengetahui sejarah Indonesia.88 Berdasarkan uraian diatas, dapatlah disimpulkan betapa pentingnya peranan pengajaran sejarah. 2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran IPS Sejarah Meskipun sejarah membicarakan masa lalu, tetapi yang menjadi perhatian sesungguhnya adalah masa kini, dan tujuannya adalah masa datang. Sejarah adalah politik masa datang. Yacob Burckhardt menyebut sejarah sebagai historia vitae magistra. Apa yang pernah merupakan suka dan duka, haruslah menjadi pengetahuan dan kebijaksanaan. Dari pengalaman, kita tidak saja ingin arif untuk lain kali, tetapi bijaksana untuk selanjutnya. Karena untuk memahami masa kini, kita harus mengerti masa lalu, karena masa lalu adalah pangkal masa lalu, dan masac kini adalah ujung masa lalu. Hanya dengan mengerti masa lalu, dan memahami sepenuhnya masa kini, kita dapat merencanakan masa depan (yang lebih baik) yang merupakan muara dari masa lalu dan masa kini.89 Mata pelajaran IPS Sejarah menurut permendiknas no. 22 tahun 2006 bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 88
Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu, Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1981, viii-
ix. 89
Wiyono, Metode Penulisan Sejarah, Semarang : IKIP Pres, 1990, 9.
73
74
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan d.Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.90 Dalam standar kompetensi inti yang dirumuskan dalam rancangan kurikulum
2013 dengan tegas dituliskan ada empat domain utama tujuan mata
pelajaran Sejarah. Bila diringkas empat inti tujuan pelajaran sejarah ini adalah: 1) mengembangkankan penghayatan terhadap ajaran agama, 2) mengembangkan perilaku positif, 3) mengembangkan penguasaan ilmu pengetahuan (sejarah) untuk menghadapi kejadian-kejadian aktual, dan 4) mempu mengembangkan ilmu pengetahuan yang dipelajari.91 Dengan membaca dan mengakrabkan peserta didik dengan fakta-fakta sejarah secara detail, maka pelajaran sejarah menjadi menarik dan dapat memberi pengaruh kepada peserta didik. Pengajaran sejarah dapat juga berfungsi dalam mengembangkan kepribadian peserta didik terutama dalam hal:92 a. Mengembangkan perhatian serta minat kepada sejarah masyarakatnya sebagai suatu kesatuan komunitas. Tentu saja dalam kesatuan komunitas realitas tidak
90
Tim Redaksi Ma‟arif Press, Himpunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MTs/SMP, Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Semarang, PW. LP Ma‟arif Jawa Tengah, 2006. 71. 91 Permendikbud Nomor 64 tahun 2013 tentang standar isi pendidikan dasar dan menengah. 92 Tuan guru, fungsi pembelajaran sejarah melalui http://www.tuanguru.com/2012/07/fungsipembelajaran-sejarah.html, diakses pada hari sabtu, 20 Desember 2014 ; 23.00.
74
75
berjalan serasi, selaras dan seimbang begitu saja, melainkan ada ketegangan, konflik dan sebagainya. b. Mendapat inspirasi dari cerita sejarah, baik dari kisah-kisah kepahlawanan maupun
peristiwa-peristiwa
yang
merupakan
tragedi
nasional
untuk
menciptakan kehidupan yang lebih baik. c. Memupuk kebiasaan berpikir secara kontekstual, terutama dalam me-ruang dan mewaktu tanpa menghilangkan hakikat perubahan yang terjadi dalam proses sosio-kultural. d. Tidak mungkin terjebak pada opini, karena dalam berpikir lebih kritis dan rasional dengan dukungan fakta. e. Menghormati dan memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan. Fungsi dan peranan sejarah yang lain: a. Sejarah sebagai pengawal luhur budaya bangsa dan penyambung generasi. b. Sejarah sebagai pemberi motivasi dan semangat perjuangan. c. Sejarah dapat menjernihkan jiwa dan pemikiran manusia. d. Sejarah sebagai wadah harmonisasi kehidupan sosial. e.Sejarah sebagai alat perencanaan pembangunan. f. Sejarah sebagai pendorong kebangkitan nasional. g. Sejarah membentuk identitas dan kepribadian nasional. Pembelajaran sejarah di sekolah, dilihat dari tujuan dan penggunaannya, dapat dibedakan atas sejarah empiris dan sejarah normatif. Sejarah empiris menyajikan subtansi kesejarahan yang bersifat akademis (untuk tujuan yang bersifat ilmiah). 75
76
Sejarah normatif menyajikan subtansi kesejarahan yang dipilih menurut ukuran nilai dan makna yang sesuai dengan tujuan yang bersifat normatif, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Berkait dengan itu pelajaran sejarah di sekolah paling tidak mengandung dua misi, yakni; (1), untuk pendidikan intelektual dan (2), pendidikan nilai, pendidikan kemanusiaan, pendidikan pembinaan moralitas, jatidiri, nasionalisme dan identitas bangsa.93 3. Karakteristik Mata Pelajaran IPS Sejarah. Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik yang khas. Demikian juga halnya dengan mata pelajaran IPS Sejarah. Adapun karakteristik mata pelajaran IPS Sejarah adalah sebagai berikut:94 a. Sejarah terkait dengan masa lampau. Masa lampau berisi peristiwa, dan setiap peristiwa sejarah hanya terjadi sekali. Jadi pembelajaran IPS sejarah adalah pembelajaran peristiwa sejarah dan perkembangan masyarakat yang telah terjadi. Sementara materi pokok pembelajaran sejarah adalah produk masa kini berdasarkan sumber-sumber sejarah yang ada. Karena itu dalam pembelajaran sejarah harus lebih cermat, kritis, berdasarkan sumber-sumber dan tidak memihak menurut kehendak sendiri dan kehendak pihak-pihak tertentu.
93
http://www.pustakasekolah.com/karakteristik-mata-pelajaran-sejarah.html, diakses pada hari ahad, 21 Desember 2014, 09.05. 94 http://www.pustakasekolah.com/karakteristik-mata-pelajaran-sejarah.html, diakses pada hari ahad, 21 Desember 2014, 10.00.
76
77
b. Sejarah bersifat kronologis. Oleh karena itu dalam mengorganisasikan materi pokok pembelajaran sejarah haruslah didasarkan pada urutan kronologis peristiwa sejarah. c. Sejarah ada tiga unsur penting, yakni manusia, ruang dan waktu. Dengan demikian dalam mengembangkan pembelajaran sejarah harus selalu diingat siapa pelaku peristiwa sejarah, di mana dan kapan. d. Perspektif waktu merupakan dimensi yang sangat penting dalam sejarah. Sekalipun sejarah itu erat kaitannya dengan waktu lampau, tetapi waktu lampau itu terus berkesinambungan. Sehingga persepktif waktu dalam sejarah, ada waktu lampau, kini dan yang akan datang. Dalam mendesain materi pokok pembelajaran sejarah dapat dikaitkan dengan persoalan masa kini dan masa depan. Terutama dalam menyisipkan iman dan taqwa kepada sang khaliq, kecakapan hidup (life skill), multi culture dan lain sebagainya. e. Sejarah ada prinsip sebab-akibat. Dalam merangkai fakta yang satu dengan fakta yang lain, dalam menjelaskan peristiwa sejarah yang satu dengan peristiwa sejarah yang lain perlu mengingat prinsip sebab-akibat, dimana peristiwa yang satu diakibatkan oleh peristiwa sejarah yang lain dan peristiwa sejarah yang satu akan menjadi sebab peristiwa sejarah berikutnya. f. Sejarah pada hakikatnya adalah suatu peristiwa sejarah dan perkembangan masyarakat yang menyangkut berbagai aspek kehidupan seperti agama, keyakinan, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan oleh karena dalam memahami sejarah haruslah dengan pendekatan multidimensional, sehingga dalam 77
78
pengembangan materi pokok dan uraian materi pokok untuk setiap topik/pokok bahasan haruslah dilihat dari berbagai aspek. 4. Peran Strategis Pembelajaran IPS Sejarah Pendidikan
nasional
diselenggarakan
dalam
rangka
pengembangan
keseluruhan kepribadian. Jadi tidak hanya mengembangkan pengetahuan dan kemampuan berfikir semata, melainkan juga mengembangkan watak, sikap dan ketrampilan. Pembelajaran IPS sejarah di sekolah/Madrasah sebagai salah satu komponen pendidikan diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut. Eksistensi pembelajaran IPS sejarah bukan hanya sekedar sebagai bahan dialog, melainkan lebih dari itu, yaitu agar peserta didik mampu memahami dan mengerti masa kini atas dasar perspektif masa lampau. Pemahaman dan pengertian siswa tentang kekinian atas dasar perspektif sejarah akan memberikan nilai lebih, karena tidak hanya sekedar mengetahui fakta-fakta saja, melainkan juga memahami sebab akibat serta makna yang terkandung di dalamnya, yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan motivasi untuk memahami makna sejarah untuk keperluan hidupnya. Dengan dasar pengertian seperti itu, kiranya tidak berlebihan apabila kita menaruh harapan besar terhadap pembelajaran IPS sejarah di sekolah/madrasah dalam ikut membina sikap agamis dan sosial peserta didik. Melalui pembelajaran sejarah manusia akan menemukan identitas dirinya. Mengenal diri sendiri berarti mengetahui apa yang dilakukannya, dan nilai sejarah 78
79
terletak pada kenyataan bahwa ia mengajarkan apa yang telah dilakukan oleh manusia. Pengajaran sejarah selain bertugas memberikan pengetahuan kesejarahan (kognitif), juga memperkenalkan pengalaman hidup manusia pada masa lampau (afektif). Fungsi pengajaran sejarah selain memupuk alam fikiran kearah kesadaran sejarah, dan memberi pola pikiran kearah cara berfikir rasional dan kritis dengan dasar faktual, juga akan mengembangkan fikiran dan penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan.95 Pembelajaran IPS sejarah yang diselenggarakan dengan baik tidak saja akan mengembangkan ranah kognitif, tetapi dapat juga mengembangkan ranah afektif, bahkan psikomotor. Ranah-ranah tersebut berinteraksi dan secara bersama membentuk keseluruhan sikap, rasa bangga, harga menghargai dan sejenisnya dapat diwujudkan dalam kegiatan belajar melalui kegiatan mental yang berbentuk peningkatan iman dan taqwa, menghargai kebenaran, keadilan, kemauan untuk menghargai bukti sebagai landasan pengambilan keputusan, kasih sayang pada orang tua, orang lemah, toleransi pada orang lain dan sebagainya. Pengajaran sejarah dengan demikian sangat tepat menjadi obyek pembentukan sikap, artinya melalui pengajaran sejarah dapat dikembangkan sikap tertentu bagi siswa, baik positif maupun negatif. Sebab dalam beberapa hal, sikap lebih merupakan sesuatu yang dikembangkan daripada sesuatu bawaan sejak lahir
95
Cahyo Budi Utomo, Peran Afektif Pengajaran Sejarah di Sekolah, Semarang, tidak diterbitkan, 2.
79
Makalah, IKIP
80
dan “sikap seseorang itu dapat dibentuk melalui pemberian informasi yang persuasif”.96 Berdasarkan fakta diatas menurut penulis sangat jelas betapa strategisnya pembelajaran IPS Sejarah bagi pembentukan sikap dan karakter peserta didik. Suka duka perjuangan para pendahulu akan membawa sikap peserta didik mencintai tanah airnya. Keshalihan para suhada akan membawa sikap siswa yang agamis. Kegagalan masa lampau akan membawa sikap peserta didik untuk bijaksana di masa depan, sebaliknya keberhasilan dan kejayaan masa lampau akan menjadi motivasi bagi peserta didik untuk giat belajar, bekerja, dan berusaha.
96
Cahyo Budi Utomo, Peran Afektif Pengajaran Sejarah ………………., 3.
80
BAB III PRESENTASI DATA / LAPORAN HASIL PENELITIAN Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di bagian tata usaha dan wawancara dengan kepala tata usaha maka didapatkan data sebagai berikut : A. Profil MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung.97 1. Nama dan Alamat
: MTs Ma‟arif Wadas Desa Wadas Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggun Provinsi Jawa Tengah.
2. Nama Yayasan
: Lembaga Pendidikan Ma‟arif UNTemanggung
3. Visi Madrasah
: Mewujudkan peserta didik yang Cerdas, berprestasi dan berahlakul karimah.
4. Misi Madrasah
: a. Melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif , efektif dan menyenangkan ( PAIKEM ). b. Menyiapkan generasi penerus yang cerdas dan berakhlak mulia. c. Melaksanakan pembinaan olah raga, seni budaya dan kreatifitas siswa secara intensif.
5. NSS / NDS
: 212332306017
97
Sumanto, Profil Madrasah, Observasi dan Wawancara, Selasa 9 Desember 2014, 09.00 di ruang tata usaha.
81
82
6. Tanggal didirikan
: 10 Oktober 1964
7. Tahun beroperasi
: 1964
8. Jenjang Akreditasi
: Terakreditasi A ( Sangat Baik )
9. Status Tanah / bangunan : Milik sendiri 10. Luas Bangunan
: 1225 m2
Luas Tanah = 3325 M2
11. Keadaan siswa tahun pelajaran 2014/2015 Tabel 3.1. Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014/2015 NO
KELAS
1 2 3
VII VIII IX JUMLAH
JUMLAH SISWA 65 78 82 225
KETERANGAN
3 rombongan belajar 3 rombongan belajar 2 rombongan belajar 8 rombongan belajar ( 7 kelas ) 1 kelas menggunakan ruang lab. IPA Keterangan : Jumlah siswa kurang mampu = 51 anak 12. Rencana Pengembangan Tahun 20014 – 2017 = 9 Kelas 13. Prestasi Siswa 5 tahun terakhir : a. Peringkat 10 besar Ujian Nasinal SMP/MTs Negri/Swasta Kab. Temanggung tahun 2010 b. Band Favorit PeIajar SMP/MTs Kab Temanggung tahun 2010. c. Juara II, Band Favorit, Best Bassis Festival Band PeIajar SMP/MTs Kabupaten Temanggung tahun 2011. d. Juara 1 Tenis Meja ganda putra PORSEMA MTs se-Kabupaten Temangggung tahun 2012 e. Juara II MTQ Pelajar Kab. Temanggung di Ngadirjo tahun 2013
82
83
f. Juara I Tenis Meja ganda putra AKSIOMA MTs se-Kabupaten Temanggung 2014 g. Juara II Karya Ilmiah Guru dalam HAB Kemenag 201398 14. Data Ruang Tabel 3.2 . Data ruang MTs Ma‟arif Wadas99 Jenis Ruangan
Jumlah
Ukuran
Keadaan
Kelas
7 ruang
7X8m
Baik
R. Kepala R. Guru R. Tata Usaha R. Penjaga / dapur
1 ruang 1 ruang
4X6m 7X8m
Baik Baik
1 ruang
6X7m
Baik
1 ruang
3X4m
Baik
Perpustakaan 1 ruang
5X7m
Tidak Standar
Lab. Komputer
1 ruang
5X7m
Baik
Lab. IPA
1
7x8
Ada
Lab. Bahasa R. Ketrampilan R. BP/BK
-
-
Belum ada
-
-
Belum ada
1
4x5
Baik
98
Keterangan Masih kurang 2 (dua) Ruang Kelas
Tidak bisa menampung kebutuhan buku dan kunjungan siswa Terdapat 10 unit Komputer Swadaya Wali Murid tahun 2008 yang sudah waktunya diganti karena 3 unit mengalami kerusakan Sementara dipakai untuk ruang kelas karena kurang
Mahlubin, Data Prestasi Madrasah, Wawancara, Selasa 9 Desember 2014, 10.00 di ruang
guru. 99
Data Ruang, Observasi, Selasa 9 Desember 2014, 10.00
83
84
R. Aula R. UKS Mushola
1 1
3X4 7x7
Belum ada Baik Baik
15. Data Mebelair Tabel 3.3. Data Mebelair100 Mebelair
Jumlah
Kondisi
Meja Siswa
130 buah
100 buah Baik
Kursi Siswa Meja Kursi Guru Almari kantor
260 buah 13 set
241 buah baik Baik
5 buah
3 buah baik
Keterangan 10 rusak berat, 20sedang 19 rusak sedang kurang 7 sett 2 buah rusak, butuh tambahan 4 buah
16. Fasilitas Penunjang Pembelajaran Tabel 3.4. Fasilitas Penunjang Pembelajaran101 Fasilitas
Jumlah
Kondisi
Laptop pembelajaran 2 unit
Baik
Komputer Tata
2 Unit
Baik
LCD
5 Unit
Baik
Handycam
1 sett
Baik
TV 29‟
2 Unit
Baik
Pemancar Parabola
1 sett
Baik
Jaringan Telp/Intrnet
1 sett
Baik
Keterangan
Usaha
100
Perlu tambahan 3
Data Ruang, Observasi, Selasa 9 Desember 2014, 11.00. Wahyu Hidayat, Daftar Inventaris barang, Wawancara, Selasa 9 Desember 2014, 09.30 di ruang tata usaha. 101
84
85
17. Kamar Mandi/Toilet Tabel 3.5. Kamar Mandi/Toilet Fasilitas
Jumlah
Keadaan
KM/WC Guru KM/WC siswa Putra
2 buah 1 buah
Baik Baik
KM/WC Siswa Putri
2 buah
Baik
18. Sumber Air Bersih
Keterangan Perlu tambahan 2 Perlu tambahan 1
: Sumur dengan pompa listrik
Debit Air
: Cukup
Kuantitas
: Baik
19. Sumber Listrik
: PLN 1300 Watt
20. Kebutuhan Ruang : a. Perpustakaan
: 1 ( satu ) ruang
b. Ruang Kelas
: 2 ( dua ) ruang
c. Lab. Bahasa
: 1 ( satu ) ruang
d. Ruang Media
: 1 ( satu ) ruang
e. R. Ketrampilan
: 1 ( satu ) ruang
f. Ruang UKS
: 1 ( satu ) ruang
g. WC Siswa
: 2 ( dua ) ruang
21. Kubutuhan Mebelair : a. Meja Siswa
: 20 buah
b. Kursi Siswa
: 40 buah
85
86
c. Meja Kursi Guru
: 10 sett
d. Almari kantor
: 4 buah
e. Almari Kelas
: 8 buah
22. Kebutuhan Sarana Penunjang: a. Media peningkatan IMTAQ : Al Quran terjemahan 10 set b. LCD
: 3 buah
c. Laptop 10 unit untuk penggantian 10 unit komputer pada ruang laboratorium komputer yang sudah tidak layak pakai. d. Sarana Olah Raga ( Bola Voley, Bola Sepak (3 buah) dan Matras 1 sett f. Alat Musik Band masih kurang 1 buah gitar dan 1 buah bass 23. Jumlah Guru / Karyawan : a. Guru PNS diperbantukan
:
2 Orang
b. Guru Tetap Yayasan
:
9 Orang
c. Guru Tidak Tetap
:
7 Orang
d. Staf Tata Usaha
:
2 Orang
e. Penjaga
:
1 Orang
Jumlah
: 21 Orang
24. Sumber Dana Operasional dan Perawatan a. Iuran Wali Murid / Komite
: Rp. 30.000,- / bln/ wl mrd ( kecuali
yang tidak mampu ) b. Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )
86
87
25. Rekening Bank: a. BNI Taplus No. 0149954946 b. Bank Jateng No. 3-014-08711-3 c. BRI Unit Kandangan Temanggung 6917-01-008319-53-5 B. Letak Geografis MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung Berdasarkan observasi dan wawancara dengan wakil kepala bidang kesiswaan diperoleh data bahwa MTs Ma‟arif Wadas terletak di dusun Jengkeling desa Wadas kecamatan Kandangan. Berada pada jalur jalan raya yang menghubungkan kecamatan Kandangan dengan pusat kota Temanggung, kurang lebih 5 km dari kota Temanggung dan 1 Km dari kantor kecamatan Kandangan. Lokasinya sangat strategis karena akses transportasi mudah, namun ada tantangan yang dihadapi karena dikelilingi oleh sekolah/madrasah yang lain yaitu : 1. Tersebar di sebelah utara terdapat SMP Negeri 1 Kandangan yang hanya berjarak 0,5 dengan siswa terbanyak untuk SMP/MTs di wilayah kecamatan Kandangan. MTs Muallimin Malebo, 2 km arah barat laut. Sedang arah timur laut terdapat SMP Negeri 2 Kandangan, MTs Muallimin Rowoseneng dan SMP Negeri 3 Kandangan. 2. Arah timur dan masih satu wilayah pemerintahan desa Wadas ada SMP Jamiatul Tolibin yang hanya berjarak 0,3 km.
87
88
3. Di sebelah selatan terdapat SMP Negeri 5 Temanggung dengan jarak 2 km, berada di perbatasan antara kecamatan Kandangan dengan kecamatan Temanggung. 4. Di sebelah barat ada SMP PGRI Kedu berjarak 2 km yang berada di perbatasan antara kecamatan Kandangan dengan kecamatan Kedu. Dari letak geografis tersebut bisa disimpulkan bahwa MTs Ma‟arif Wadas Kandangan berada dalam suatu persaingan yang ketat diantara sekolah/madrasah yang berada dalam satu wilayah kecamatan bahkan satu wilayah pemerintahn desa terutama dalam penjaringan peserta didik dan mutu kelulusan.102 C. Sejarah perkembangan MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung Berdasarkan data pendirian madrasah yang terdapat di ruang tata usaha, Madrasah Tsanawiyah ( MTs ) Ma‟arif Wadas berdiri pada tanggal 10 Oktober 1964 dengan nama PGA ( Pendidikan Guru Agama) 4 Tahun. Tahun1974 berubah menjadi PGA 6 Tahun.
Adanya perkembangan dan
perobahan sistem dan struktur Departemen Agama dalam Pendidikan Agama, berdasarkan SK Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah nomor WK.5.c/43/pgm/1987 tanggal 26 Desember 1987 berubah menjadi Madrasah Tsanawiyah
(MTs).
Berdasar
SK.
102
PC.
Maarif
Wadas
Nomor
:
Mahlubin, letak geografi dan peta siswa, wawancara, Selasa 9 Desember 2014, 09.30 di ruang guru.
88
89
010/PC.Maarif/1/1988 menjadi MTs Ma‟arif Wadas Kandangan kabupaten Temanggung.103 Berdasarkan
observasi
peneliti
dari
buku
dokumen
tentang
perkembangan MTs Ma‟arif Wadas tahun 1964-1988, diperoleh data bahwa pada awal berdirinya madrasah ini, aktifitas kegiatan belajar menempati bangunan bekas lumbung desa. Pada tahun kedua dan ketiga jumlah siswa mengalami
peningkatan
sehingga
kebutuhan
ruangpun
juga
perlu
penambahan. Karena lumbung desa tersebut tidak memenuhi maka sementara meminjam/menggunakan rumah warga di sekitarnya.
Pada tahun 1977
menempati beberapa ruang SD Inpres Wadas. Animo masyarakat yang begitu besar dengan semakin banyaknya jumlah siswa akhirnya mengetuk hati fihak Muspika kecamatan Kandangan dan pemerintah desa Wadas untuk memfasilitasi pendirian gedung milik Madrasah sendiri. Akhirnya diberi tanah milik desa untuk didirikan sebuah gedung Madrasah. Pada tanggal 10 Oktober 1984 diletakkan batu pertama pembangunan gedung Madrasah oleh Bapak Sajiran selaku Camat Kandangan dan Bapak Suwarno Selaku (DANRAMIL) kecamatan Kandangan. Pada tanggal 10 Oktober 1985 Madrasah ini mulai menempati gedung baru yang terdiri dari 4 lokal yang dugunakan 3 lokal untuk ruang kelas / ruang KBM dan 1 ruang untuk kantor dibagi dalam ruang
103
Sumanto, Data pendirian Madrasah, wawancara, selasa 9 Desember 2014, 10.00 di ruang
tata usaha.
89
90
kepala Madrasah, TU, Guru dan lain-lain. Ukuran ruang belajar 7 x 8 m sedang untuk kantor hanya seluas 7 x 6 m.104 Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah siswa maka kebutuhan ruang kelaspun semakin bertambah. Berbagai upaya telah dilakukan. Atas swadaya wali murid dan bantuan berbagai fihak antara lain kementrian agama dan Pemerintah Daerah pada tahun ajaran 1994-1995 Madrasah ini telah mempunyai 6 ruang kelas, 1 ruang kepala madrasah, 1 ruang guru, dan 1 ruang tata usaha yang digunakan juga sebagai ruang perpustakaan. Sejak saat itu MTs Ma‟arif Wadas ini bisa dikatakan sudah kondusif melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai harapan masyarakat, meskipun belum memenuhi standar ideal.105 Perkembangan pesat terjadi pada periode tahun 2007 s.d 2012 ketika MTs Ma‟arif Wadas mendapat hampir dalam tiap tahun anggaran selalu mendapat bantuan dana pemerintah. Tahun 2007 dari Bansos APBD 1 Jawa Tengah mendapatkan dana Rp. 80.000.000,- yang digunakan untuk rehabilitasi 2 ruang kelas, 4 toilet / kamar mandi, dapur, dan ruang kepala madrasah. Tahun 2008 mendapat bantuan dari APBD II Rp. 40.000.000,yang digunakan untuk rehab 1 ruang kelas. Tahun 2009 dapat Bansos APBD 1 lewat Dinas Pendidikan yang digunakan untuk rehab 2 ruang kelas. Tahun 2011 mendapat bantuan bansos dari Kanwil Kemenag sebesar Rp. 104
H. Imam Suwarso, Selayang Pandang MTs Ma’arif Wada Kandangans, Makalah, 1988. H. Irwan, Perkembangan MTs Ma’arif Wadas, Wawancara, Sabtu, 20 Desember 2014, 09.45, di ruang Kepala Madrasah. 105
90
91
180.000.000,- untuk pembangunan 2 ruang kelas baru (RKB) di lantai 2. Tahun 2012 mendapat bantuan bansos kemenag pusat sebesar Rp. 92.500.000,- yang digunakan untuk rehabilitasi ruang perpustakaan, lab. komputer, ruang BP/BK.106 Suatu hal yang tidak bisa ditinggalkan adalah swadaya/infaq dari wali murid juga sangat besar karena bisa mendampingi APBD 1 tahun 2007 untuk rehabilitasi dapur dan kamar mandi, Bansos 2009 untuk kekurangan rehab 2 ruang kelas, bantuan Kanwil Kemenag tahun 2011 untuk menutup kekurangan karena harus membangun 2 ruang kelas di lantai 2, dan swadaya tahun 2012 untuk membangun
gudang dan pagar tralis depan gedung madrasah.
Perkembangan performa gedung madrasah ini benar-benar seperti sebuah revolusi bagi kami, ini semua adalah anugrah yang begitu besar dari Allah SWT.107 D. Struktur Organisasi MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung Berdasarkan survey yang peneliti lakukan di lapangan tentang struktur organisasi MTs Ma‟arif Wadas dapat dilihat skemanya pada data dinding yang terpampang pada ruang kepala madrasah. Sedangkan rincian tugasnya secara lengkap tersimpan dalam data waka kurikulum. Struktur arganisasinya tersusun sebagai berikut :
106
Dwi Hidayati, Laporan Bendahara Komite, Observasi dan Wawancara, Selasa, 9 Desember 2014, 11.35 di ruang tata usaha. 107 Dwi Hidayati, Laporan Bendahara Komite, Observasi dan Wawancara, Selasa, 9 Desember 2014, 11.45 di ruang tata usaha.
91
92
Gambar 3.1. BAGAN STRUKTUR ORGANISASI MTs MA‟ARIF WADAS KANDANGAN TEMANGGUNG108
Ketua Yayasan H. I r w a n
Komite Madrasah H. Abu Madyan
Kepala Madrasah H. Muhammad Nasekun, S.Pd
Ka. TU
M. Sumanto Staf TU Dwi Hidayati
Staf TU Ichwanudin
Waka Kurikulum Drs. Agus W
Wl Kls 7A Esti R
Wl Kls 7B Suciwanti
Waka Kesiswaan Mahlubin, S.PdI
Wl Kls 8 A Fitri S
Waka Sarpra Wahyu H. Spd.I
WlKls 8B Reni L
WlKl 8C Dwi A
WlKls 9A
Arifin
Staf TU Rifka Faizah
Waka Humas K. Z.Arifin
WlKls 9B
WlKls 9C
Ana
Ekoyuni
Guru Peserta didik / Siswa
Keterangan : Garis Koordinatif/Konsultatif Garis Instruktif Rincian tugas Kepala Madrasah, Komite Madrasah, Kepala Tata Usaha, Wakil Kepala Madrasah, Wali Kelas, dan Guru antara lain sebagai berikut :109
108
Sumanto, Struktur Organisasi MTs Ma’arif Wadas, Observasi dan Wawancara, Selasa 9 Desember 2014, 10.10 di ruang tata usaha.
92
93
1. Fungsi dan tugas Kepala Madrasah a. Kepala Madrasah berfungsi sebagai pendidik, manager, pengelola, administrator, pendorong, pengayom dan pembimbing. b. Kepala Madrasah mempunyai tugas menyusun rencana dan program madrasah,
membina
kesiswaan,
pembelajaran
dan
ketenagaan,
administrasi sekolah serta membina dan melaksanakan kerjasama / hubungan dengan masyarakat. 2. Tugas Komite Madrasah Mitra kerja kepala madrasah untuk mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pemerataan pendidikan, memberikan masukan, pertimbangan, rekomendasi mengenai kebijaksanaan dan program pendidikan, RAPBM, dukungan finansial dan lain-lain yang terkait dengan pendidikan. 3.
Kepala Tata Usaha (Ka TU). Kepala tata usaha madrasah mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan madrasah dan bertanggungjawab kepada Kepala Madrasah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut : a. Penyusunan program kerja tata usaha madrasah b. Pengelolaan keuangan madrasah c. Pengurusan administrasi ketenagaan dan siswa
109
Agus Wijatmiko, Rincian tugas pegawai, wawancara, selasa, 9 Desember 2014, 11.00 di ruang guru.
93
94
d. Pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha madrasah e. Penyusunan administrasi perlengkapan madrasah f. Penyusunan dan penyajian data/statistik madrasah g. Mengkoordinasi dan melaksanakan 6 K h. Penyusunan laporan
pelaksanaan
kegiatan pengurusan ketatausahaan
secara berkala. 4. Wakil Kepala Bidang Kurikulum a. Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan b. Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran c. Mengatur penyusunan program pengajaran ( promes, prota, program satuan pelajaran, persiapan mengajar, penjabaran dan penyesuaian kurikulum ). d. Mengatur pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler e. Mengatur pelaksanaan program penilaian criteria kenaikan kelas, criteria kelulusan dan laporan kemajuan belajar siswa serta pembagian rapor dan STTB f. Mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan g. Mengatur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar h. Mengatur pengembangan MGMP i. Mengatur mutasi siswa j. Melakukan supervise administrasi dan akademis k. menyusun laporan. 5. Wakil Kepala Bidang Kesiswaan 94
95
a. Mengatur program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling b. Mengatur dan mengkoordinasi pelaksanaan 6 K ( keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, dan kerindangan ) c. Mengatur dan membina program kegiatan OSIS meliputi pemilihan pengurus OSIS pekan tengah semester/akhir semester, kepramukaan, PMR, KIR, UKS, Paskibra. d. Mengatur program pesantren kilat e. Mengatur dan menyusun pelaksanaan pemilihan siswa teladan madrasah f. Menyelenggarakan cerdas cermat, olah raga prestasi, pentas seni. g. Menyeleksi calon untuk diusulkan mendapat beasiswa 6. Wakil Kepala Bidang Sarana Prasarana a. Merencanakan kebutuhan sarana prasarana untuk menunjang PBM b. Merencanakan program pengadaannya, c. Mengatur pemanfaatan sarana prasarana d. Mengelola perawatan, perbaikan dan pengisian e. Mengatur pembakuannya f. Membuat data inventaris g. Menyusun laporan 7. Wakil Kepala Urusan Hubungan Masyarakat. a. Mengadakan kampanye / publikasi prospek madrasah ke masyarakat b. Mengembangkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja dan keunggulan madrasah 95
96
c. Mengatur dan mengembangkan hubungan dengan komite dan peran komite madrasah d. Mengembangkan hubungan dengan satuan pendidikan tingkat bawah (SD/MI) e. Menyelenggarakan bakti sosial, karya wisata g. Menyusun laporan 8. Wali Kelas Wali kelas membantu kepala madrasah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut a. Pengelolaan kelas b. Penyelenggaraan administrasi kelas meliputi : 1. denah tempat duduk siswa 2. papan absensi siswa 3 daftar pelajaran kelas 4. daftar piket kelas 5. buku absensi siswa 6. buku kegiatan pembelajaran / jurnal 7. tata tertib siswa c. Penyusunan / pembuatan statistik bulanan siswa d. Pengisian daftar kumpulan nilai siswa ( legger ) e. Pembuatan catatan khusus tentang siswa (pelanggaran, absensi, home visit dan lain-lain) 96
97
f. Pencatatan mutasi siswa g. Pengisisian buku laporan penilaian hasil belajar h. Pembagian Buku Laporan Penilaian Hasil Belajar 9. G u r u Guru bertanggungjawab kepada Kepala Madrasah dan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Tugas dan tanggungjawab seorang guru meliputi : a. Membuat perangkat program pengajaran 1. AMP / telaah Silabus 2. Prota / promes 3. Program satuan pelajaran 4. Rencana Program Pengajaran 5. LKS b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran c. Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan harian, ulangan umum dan Ujian Akhir d. Melaksanakan analisis hasil ulangan harian e. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan f. Mengisi daftar nilai siswa g. Membuat alat pelajaran / alat peraga h. Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum i. Melaksanakan tugas tertentu di Madrasah 97
98
j. Mengadakan pengembangan program pengajaran yang menjadi tanggungjawabnya. k. Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa l. Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran m. Mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang pratikum n. Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkatnya. E. Keadaan Peserta Didik dan Guru MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Berdasarkan observasi terhadap buku induk yang terdapat di kepala tata usaha peserta didik MTs Ma‟arif Wadas dari tahun ke tahun bila dilihat dari jumlah pendaftar dalam penerimaan siswa baru mengalami pasang surut. Kadang meningkat, dan terkadang juga menurun, tergantung dari jumlah lulusan MI di kecamatan Kandangan pada tahun yang bersangkutan dan kapasitas penerimaan siswa baru SMP Negeri 1 Kandangan. Dari data Induk 7 tahun terakhir bisa dilihat dinamika pasang surutnya keadaan siswa MTs Ma‟arif Wadas: Tabel 3.6 . Perkembangan peserta didik tahun 2008/2009 s.d 2014/2015110
No 1 2 3
Tahun KELAS 7 Ajara L P n 2008/ 44 48 2009 2009/ 30 36 2010 2010/ 16 26 2011
Jml
KELAS 8 L P
KELAS 9 Jml L P
Jml
Jumla h Total
92
37
40
77
33
38
71
240
66
42
48
90
37
40
77
233
42
30
36
66
42
48
90
198
110
Sumanto, buku induk MTs Ma’arif Wadas 2008-2014, Observasi dan Wawancara, selasa, 9 Desember 2014, 11.00. di ruang tata usaha.
98
99
4 5 6 7
2011/ 2012 2012/ 2013 2013/ 2014 2014/ 2015
20
24
44
16
26
42
30
37
67
153
40
43
83
20
24
44
16
24
40
167
36
45
81
40
43
83
20
24
44
208
31
33
64
35
44
79
39
43
82
225
Data Guru dan Karyawan MTs Ma‟arif Wadas Kandangan :111 Tabel 3.7. Data Guru dan Karyawan MTs Ma‟arif Wadas NO
NAMA/NIP
1
H. Muhamad Nasekun,S.Pd
2
H. Djauhari, Amd
3
Drs. Agus Wijatmiko
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Sumanto, Amd Dwi Hidayati, S.Pd Ichwanudin, S.Ag. Wahyu Hidayat, S.Pd.I Kurniati Wulandari, S.Ag Suciwanti, S.Ag. Ernawati, S.Ag. K. Zaenul Arifin Ana Isnainingrum, SE C. Reni Liana, S.Hum Mahlubin, S.Pd.I Esti Rachmawati, S.Pd. Dwi Andriyani, S.PT. Eko Yuni Kusumawti, S.Pd Anita Nurhayati, S.Pd Haryatun S. Kom Fitri Susanti, S,Pd Rifka A. Faizah, S.Pd.I
PNGKT/ GOL Pembina/ IVA Pembina/ IVA -
111
IJAZAH
TUGAS MENGAJAR
S-1 UNNES IPS D-3 IAIN
Bhs. Inggris
S-1 UNDIP
SKI
D-2 IKIP S-1 Univet S1 STAINU S1 STAINU S-1 IAIN S1 STAINU S-1 IIQ Penpes S-1 UNY S-1 IAIN S1 STAINU S-1/UMS S-1 Unsud S-1 UNY S-1 UNS S-1 Udinus S-1 UNY IAIN WS
Penjaskes BK Matematika Matematika Bhs & Sas Ind. A.Akhlak A. Hdst, Fiqih Bhs. Arab Geografi B. Jawa+Aswj PKn Bhs. Inggris IPA IPA Matematika T I K / Admin IPS Sejarah Bhs Arab
Sumanto, Data Kepegawaian, Observasi dan Wawancara, selasa, 9 Desember 2014; 11.10. di ruang tata usaha.
99
100
F. Struktur Kurikulum MTs Ma‟arif Wadas Kandangan. Dari observasi dan wawancara dengan wakil kepala bidang kurikulum, memasuki tahun pelajaran 2014/2015 pemerintah / Kementrian Agama memberlakukan kurikulum 2013 untuk kelas 7 MTs, maka pada MTs Ma‟arif Wadas pada
tahun pelajaran 2014/2015 ini terdapat dua macam struktur
kurikulum, yaitu kurikulum 2013 untuk kelas VII dan kurikulum 2006 untuk kelas VIII - IX : Struktur Kurikulum 2006 untuk kelas VIII dan IX sbb : Tabel 3.8. Struktur Kurikulum 2006 MTs Ma‟arif Wadas Kelas dan Alokasi Waktu
Komponen A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama Islam a. Al-Qur‟an Hadis b. Akidah Akhlak c. Fikih d. Sejarah Kebudayaan Islam 2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Bahasa Arab 5. Bahasa Inggris 6. Matematika 7. Ilmu Pengetahuan Alam 8. Ilmu Pengetahuan Sosial 9. Seni Budaya 10. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 11. Teknologi Informasi dan Komunikasi B. Muatan Lokal : a. Bahasa Jawa b. Ciri Khas Madrasah / Aswaja C. Pengembangan Diri / Praktek BTQ Jumlah 100
VIII
IX
2 2 2 2 2 4 3 5 5 5 4 2 2 2
2 2 2 2 2 4 3 5 5 5 4 2 2 2
2 1
2 1
45
45
101
Sedangkan struktur kurikulum 2013 untuk kelas VII adalah : 112 Tabel 3.9. Struktur kurikulum 2013 untuk kelas VII MTs Ma‟arif Wadas Komponen
Alokasi Waktu
A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama Islam a. Al-Qur‟an Hadis b. Akidah Akhlak c. Fikih d. Sejarah Kebudayaan Islam 2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Bahasa Arab 5. Bahasa Inggris 6. Matematika 7. Ilmu Pengetahuan Alam 8. Ilmu Pengetahuan Sosial 9. Seni Budaya 10. Pendidikan Jasmani, Olahraga Kesehatan B. Muatan Lokal : a. Bahasa Jawa b. Ciri Khas Madrasah C. Pengembangan Diri Praktik Pendalaman BTQ Jumlah
2 2 2 2 3 6 3 4 5 5 4 1 dan 3 2 1 Ektra kurikuler 45
G. Prospek Perkembangan MTs Ma‟arif Wadas Kandangan. Dari hasil survey lapangan dan wawancara dengan melihat kondisi riil madrasah, prospek perkembangan ke depan mestinya harus berkembang baik dan pesat, karena memiliki beberapa kekuatan, antara lain :
112
Agus Wijatmiko, Struktur Kurikulum, Observasi dan Wawancara, Jum‟at 19 Desember 2014. 09.00 di ruang guru.
101
102
1. Menurut wawancara dengan salah satu tokoh pendiri, bahwa MTs Ma‟arif Wadas merupakan madrasah yang cukup tua exis di Temanggung karena berdiri tahun 1964, sehingga punya jaringan alumnus yang besar dan banyak yang bisa diberdayakan untuk penjaringan calon siswa baru pada tiap penerimaan peserta didik baru. Apalagi alumnus yang mengajar di MI/SD sekitar madrasah atau alumnus yang sukses di masyarakat.113 2. Tenaga guru (edukatif) berpendidikan S1 dan masih tergolong muda semua, kecuali bapak H. Djauhari yang merupakan guru senior dan sesepuh madrasah. Dari 21 guru 16 orang guru telah bersertifikasi. 3. Kemampuan staf administrasi relatif baik, terbukti dalam akreditasi tahun 2012 memperoleh predikat nilai A (sangat baik). 4. Menurut pengamatan penulis team work cukup solid dan komunikasi internal cukup baik, karena dengan tenaga pendidik yang hanya 21 orang, sedang DPK PNS hanya 2 orang akan lebih mudah mengkondisikan kerukunan dan kebersamaan. 5. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan wakil kepala bidang sarana prasarana deketahui bahwa fasilitas pembelajaran relatif memadai. Hampir seluruh guru telah memiliki laptop. Madrasah juga memiliki LCD meskipun baru 5 buah dan sedang diupayakan semua kelas terpasang alat ini. Jaringan internet telah berfungsi dengan baik sehingga mudah mengakses berbagai
113
H. Khumaedi, Sejarah Berdirinya Madrasah, Wawancara, Senin, 8 Desember 2014 di tempat tinggalnya RT. 02 RW.06 desa Wadas kecamatan Kandangan
102
103
informasi bahkan sudah membuka hotspot, sehingga di semua ruang dan kelas bisa mengakses internet. Laboratorium komputer juga masih terawat dengan baik meskipun beberapa komputer sudah waktunya diganti karena sudah mengalami kerusakan.114 6. Lokasi cukup strategis jalur utama kota kecamatan Kandangan ke pusat kota Temanggung sehingga mudah dijangkau oleh siswa / wali murid. 7. Dari wawancara dengan ketua komite madrasah dikemukakan bahwa pengurus yayasan/komite madrasah serta wali murid sangat peduli dengan peningkatan mutu madrasah. Terbukti dalam setiap rapat pleno anggota komite dan pembahasan RAPBM antusias wali murid begitu besar, 98% undangan bisa hadir. Dalam setiap kali mendapat bantuan dana dari pemerintah wali murid selalu siap mendampingi bila masih harus ada dana swadaya madrasah. Terbukti dalam beberapa kali dapat bantuan dana APBD/BANSOS wali murid ikut ambil bagian yang cukup besar. Pertemuan dengan pengurus yayasan/komite madrsah juga dilaksanakan tiap bulan sekali yaitu dalam forum mujahadah setiap malam selasa kliwon yang dihadiri pengurus yayasan/komite, guru dan karyawan.115 8. Berdasarkan wawancara dengan sesepuh dan guru senior madrasah menilai bahwa semangat juang seluruh komponen madrasah sangat besar, terbukti
114
Wahyu Hidayat, Sarana Prasarana Madrasah, Wawancara, selasa, 9 Desember 2014, 11.45 di ruang guru. 115 H. Abu Madyan, Daya Dukung Wali Murid, Wawancara, hari Sabtu, 20 Desember 2014; 10.30. di ruang kepala Madrasah
103
104
sekarang madrasah ini telah membeli areal tanah di samping kanan dan belakang gedung madrasah seluas 2.100 M2 dengan harga Rp. 210.000.000,- ( Dua ratus sepuluh juta rupiah ) dari swadaya guru dan karyawan serta wakaf dari wali murid dan donator. Pengembangan areal tanah ini kedepan insyaallah akan dibangun asrama siswa. Sehingga MTs
Ma‟arif Wadas
Kandangan ini akan menjadi MTs Plus ( Madrasah dan pesantren ) atau Madrasah dalam pesantren.116 9. Dari wawancara dengan ketua Yayasan MTs Ma‟arif Wadas, mengemukakan bahwa pada madrasah ini telah menjalin hubungan yang baik dengan beberapa instansi terkait diantaranya Kantor Kementrian Agama, Dinas Pendidikan, PPAI, UPT Dinas Kecamatan, Muspika kecamatan Kandangan, Pemerintah Desa, DPRD, bahkan Bupati Temanggungpun cukup peduli dengan kebaradaan madrasah ini. Terbukti dalam even tertentu dihadiri juga oleh bapak bupati Temanggung.117 Meskipun demikian Madrasah ini harus menghadapi tantangan 7 buah sekolah/madrasah lain di wilayah kecamatan kandangan bahkan satu wilayah desa yang tentunya juga ingin menjadi sekolah/madrasah terbaik dan menjadi pilihan masyarakat. Maka adalah sebuah keniscayaan bila MTs Ma‟arif Wadas Kandangan ingin punya prospek cerah harus bisa mengatasi dan 116
H. Djauhari, Prospek perkembangan Madrasah, wawancara, Sabtu, 20 Desember 2014; 09.00. di ruang guru. 117 H. Irwan, Membangun Jaringan Madrasah, wawancara, Sabtu, 20 Desember 2014; 10.00. di ruang kepala madrasah.
104
105
menganalisa SWOT yaitu : Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang) and Threats (tantangan).
105
BAB IV ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN A. Implementasi Pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang Diintegrasikan dengan Nilai-Nilai Islam Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan di manapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan terbelakang. Namun, dalam dunia pendidikan telah muncul gejala-gejala di kalangan anak muda, bahkan orang tua yang menunjukkan bahwa mereka mengabaikan nilai dan moral dalam tata krama pergaulan yang sangat diperlukan dalam suatu masyarakat yang beradab. Kurang berhasilnya dunia pendidikan diawali dari kurang mampunya guru dalam menanamkan nilai-nilai agama, karakter dan lain-lain secara benar, tepat, seimbang dan terpadu. Oleh karenanya, pengintegrasian nilai-nilai Islam ke dalam aturan tingkah laku peserta didik sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hasil belajar sebagai salah satu indikator strategi bagi keberhasilan pendidikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan nilai adalah pendidikan yang mempertimbangkan objek dari sudut pandang moral yang meliputi etika dan norma-norma yang meliputi estetika, yaitu menilai objek dari sudut pandang keindahan dan selera pribadi, serta etika yaitu
menilai
benar/salahnya
dalam
106
hubungan
antar
pribadi.
107
Pendidikan nilai adalah suatu proses kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis untuk melahirkan manusia yang memiliki komitmen kognitif, komitmen afektif dan komitmen pribadi yang berlandaskan nilai-nilai agama.118 Pendidikan nilai merupakan proses bimbingan melalui suri tauladan pendidikan yang berorientasikan pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang di dalamnya mencakup nilai-nilai agama, budaya, etika dan estetika
menuju
pembentukan peserta didik yang memiliki kecerdasan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian yang utuh, berakhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan Negara.119 Mardiatmadja mendefinisikan pendidikan nilai sebagai bantuan kepada peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya. Pendidikan nilai tidak hanya merupakan program khusus yang diajarkan melalui sejumlah mata pelajaran, tetapi mencakup pula keseluruhan proses pendidikan. Dalam hal ini, yang menanamkan nilai kepada peserta didik bukan saja guru pendidikan nilai dan moral serta bukan saja pada saat mengajarkannya, melainkan kapan dan di manapun, nilai harus menjadi bagian integral dalam kehidupan.120 Pernyataan tersebut sesuai sesuai dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana termaktub dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang 118
Firman Robiansyah dkk, Pengertian tujuan dan filosofi pendidikan nilai dalam http://groups .yahoo. com /group/pakguruonline/message/131. [11 November 2008) diakses pada hari jum‟at, 2 Januari 2015; 11.04 119 Sumantri, Pendidikan Nilai Kontemporer. Bandung: Program studi PU UPI, 2007, 134. 120 Mulyana, R. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta, 2014, 119.
107
108
Sisdiknas Bab I ayat 1, yaitu mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.121 Integrasi menurut Sanusi adalah suatu kesatuan yang utuh, tidak terpecah belah dan bercerai berai. Integrasi meliputi kebutuhan atau kelengkapan anggotaanggota yang membentuk suatu kesatuan dengan jalinan hubungan yang erat, harmonis dan mesra antara anggota kesatuan itu. Sedangkan yang dimaksud dengan integrasi pendidikan nilai adalah proses memadukan nilai-nilai tetentu terhadap sebuah konsep lain sehingga menjadi suatu kesatuan yang koheren dan tidak bisa dipisahkan atau proses pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan bulat.122 Berdasarkan dokumen KTSP yang disimpan oleh wakil kepala madrasah bidang kurikulum, untuk mengimplementasikan konsep integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran di MTs Ma‟arif Wadas, membagi ke dalam empat tataran implementasi,
yakni:
tataran
konseptual,
institusional,
operasional,
dan
arsitektural.123
121
Depdiknas, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: CV Eka Jaya, 2003, 4. 122 Sanusi, Integrasi Umat Islam. Bandung: Iqomatuddin, 1987, 11. 123 Agus Wijatmiko, Dokumen KTSP, Observasi dan wawancara, kamis, 18 Desember 2014, 10.30, di ruang guru.
108
109
Dalam
tataran konseptual, integrasi nilai-nilai agama Islam dalam
pembelajaran dapat diwujudkan melalui perumusan visi, misi, tujuan dan program madrasah (rencana strategis madrasah). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis dengan wakil kepala bidang kurikulum Agus Wijatmiko bahwa sejak diberlakukannya kurikulum 2006 (KTSP) kemudian tersusun visi dan misi madrasah yang ingin mewujudkan peserta didik yang islami, maka upaya yang telah madrasah lakukan adalah dengan mencantumkan nilai akhlakul karimah dalam visi dan misi madrasah, mengupayakan sarana pembelajaran yang memadai, mensosialisasikan program tersebut kepada wali murid dan mewajibkan semua mata
pelajaran
diluar
pendidikan
agama
Islam
agar
sebisa
mungkin
mengintegrasikan nilai-nilai Islam.124 1. Visi MTs Ma‟arif Wadas Mewujudkan peserta didik yang cerdas, berprestasi dan berakhlakul karimah. 2. Misi MTs Ma‟arif Wadas a. Standar Isi 1.
Melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2.
Meningkatkan kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat dan bakat peserta didik untuk mencapai prestasi madrasah.
124
Agus Wijatmiko, Penanaman nilai-nilai Islam dalam KTSP MTs Ma’arif Wadas, Wawancara, hari senin tanggal 17 November 2014 jam 09.40 di ruang guru.
109
110
b. Standar Proses 1. Menggunakan pendekatan, metodologi dan strategi pembelajaran yang bervariasi, yaitu Pembelajaran Parsitipatif, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM). 2. Melaksanakan
Pembelajaran
dengan
sistem
mastery
learning
(pembelajaran tuntas). 3. Mengintegrasikan / Mengaitkan nilai-nilai Islam pada setiap mata pelajaran dan mengaplikasikannya dalam sikap serta perilaku seharihari. 4. Melaksanakan pembelajaran berbasis Teknologi Informasi. c. Standar Kelulusan 1) Mengusahakan tercapainya kelulusan seratus persen serta dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan SMA/SMK/MA favorit. 2) Menanamkan kesadaran peserta didik agar berpola hidup islami. d. Tenaga pendidik dan kependidikan 1) Mengirimkan pelatihan bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan secara berkala. 2) Melaksanakan supervisi dan bimbingan terhadap kinerja tenaga pendidik dan kependidikan. e. Standar Sarana Prasarana 1) Mengusahakan kelengkapan dan memperbaharui sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan. 110
111
2) Mengkondisikan lingkungan madrasah yang bersih, sehat, dan nyaman f. Standar Pengelolaan 1) Melaksanakan manajemen madrasah yang profesional, demokratis dan transparan. 2) Menjalin kerjasama dengan sekolah/madrasah yang kwalitasnya lebih baik. 3) Menciptakan suasana kekeluargaan yang harmonis. g. Standar Pembiayaan Koordinatif dengan yayasan dan komite madrasah untuk mendukung program madrasah dan mencari terobosan-terobosan baru untuk program percepatan pembangunan madrasah h. Standar Penilaian Melaksanakan evaluasi belajar secara berkala, terencana, efektif dan efisien. 3. Tujuan MTs Ma‟arif Wadas a. Standar Isi Tercapainya tujuan pendidikan nasional yang releven dengan kebutuhan masyarakat serta menggambarkan tingkat kualitas madrasah yang berkarakter Islam. b. Standar Proses 1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran parsitipatif, aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, dengan sistem mastery learning agar peserta 111
112
didik memiliki dasar-dasar pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi atau berperan aktif di masyarakat. 2) Terlaksananya pembinaan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta terbentuk pribadi peserta didik yang berakhlak mulia. 3) Tercapai kompetensi peserta didik dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. c. Standar Kompetensi Lulusan Melaksanakan pembinaan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta berakhlaq mulia. Membentuk peserta didik yang kreatif dan terampil untuk dapat mengembangkan diri secara terus menerus. Mengenal dan mencintai bangsa, masyarakat dan kebudayaan. Memberikan bekal pengetahuan Agama Islam yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Terbentuknya tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional. e. Standar Sarana dan Prasarana Terpenuhinya sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan. terciptanya
lingkungan madrasah yang bersih, sehat, dan nyaman.
f. Standar Pengelolaan Terlaksananya majemen madrasah yang akuntabel, profesional dan transparan. Terjalinnya kerjasama dengan sekolah/madrasah lain yang
112
113
berkualitas. Terciptakan suasana kekeluargaan yang harmonis sesama warga madrasah. g. Standar Pembiayaan Terciptanya koordinasi yang inten dengan yayasan/komite madrasah untuk mendukung program madrasah. h. Standar Penilaian Terlaksananya evaluasi belajar secara berkala, terencana, efektif dan efisien. 4. Sasaran Program a. Standar Isi Seluruh warga madrasah dapat melaksanakan kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan madrasah. b. Standar Proses 1) Peserta didik memperoleh pembelajaran PAIKEM dengan sistem mastery learning agar memiliki dasar-dasar pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi atau berperan aktif di masyarakat. 2) Terbentuknya pribadi peserta didik yang berakhlak mulia. 3) Peserta didik, Guru, dan Karyawan memiliki kompetensi dalam Ilmu pengetahuan dan teknologi. c. Standar Kompetensi Lulusan 1) Terbentuknya peserta didik yang memiliki karakter/nilai-nilai Islami. 113
114
2) Terwujudnya peningkatan nilai rata-rata Ujian Nasional setiap tahun. 3) Terwujudnya prestasi akademik dan non akademik tingkat kabupaten. 4) Peserta didik dapat mengaplikasikan pengetahuan agama baik untuk diri sendiri maupun untuk lingkungan sekitarnya. 5) Seluruh warga madrasah dapat melaksanakan pola hidup yang Islami. d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Tenaga Pendidik dan Kependidikan dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsinya. e. Standar Sarana dan Prasarana Madrasah dapat memenuhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Warga madrasah dapat menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman. f. Standar Pengelolaan Managemen madrasah yang profesional. Madrasah dapat menjalin kerjasama dengan madrasah yang berkualitas. Seluruh warga madrasah dapat melaksanakan tugasnya dalam suasana yang harmonis. g. Standar Pembiayaan Komite madrasah dapat mendukung program madrasah secara maksimal, dan dapat mencari terobosan-terobosan baru dalam mempercepat pembangunan madrasah.
114
115
h. Standar Penilaian Peserta didik mengikuti evaluasi belajar secara berkala, terencana, efektif dan efisien. Adapun secara institusional, integrasi diwujudkan melalui pembentukan institution culture yang mencerminkan paduan antara
nilai dan pembelajaran.
Suasana keagamaan di lingkungan madrasah merupakan ciri khas utama madrasah. Lingkungan madrasah dengan peserta didik, guru dan pegawai yang semua beragama Islam, penggunaan metode pembelajaran dengan pendekatan yang agamis, kegiatan peribadahan yang dilaksanakan secara rutin serta kegitan-kegiatan keagamaan lainnya telah menghadirkan suasana yang religius. Suasana ini menjadikan kultur madrasah yang membedakannya dengan kultur sekolah pada umumnya. Suasana pesantren juga masih banyak kita temui di madrasah-madrasah, seperti tadarus al-Qur‟an setiap hari sebelum pelajaran; hafalanhafalan ayat qur‟an dan hadits-hadits; pembelajaran bahasa arab; dan lomba-lomba keagamaan yang berlangsung secara rutin. Perbedaan-perbedaan inilah yang menjadi kelebihan madrasah. Kultur madrasah yang sering juga disebut sebagai “hidden curriculum” akan memberikan pengaruh yang besar pada pembentukan karakter peserta didik. “Hidden curriculum” atau yang disebut kurikulum yang tersembunyi, merupakan kegiatan pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan pihak madrasah baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tujuan untuk mewujudkan visi dan misi madrasah. Menurut H. Djauhari sesepuh dan guru senior MTs Ma‟arif Wadas kegiatan 115
116
pembiasaan inilah yang melahirkan kultur madrasah. Maka MTs Ma‟arif Wadas berupaya dengan keras menciptakan lingkungan budaya madrasah yang Islami bagi seluruh warga madrasah,125 antara lain : 1. Budaya Guru Guru ideal adalah dambaan peserta didik. Guru ideal adalah sosok guru yang mampu untuk menjadi panutan dan selalu memberikan contoh atau keteladanan. Ilmunya seperti mata air yang tak pernah habis. Semakin diambil semakin jernih airnya. Mengalir bening dan menghilangkan rasa dahaga bagi siapa saja yang meminumnya. Guru ideal adalah guru yang mengusai ilmunya dengan baik. Mampu menjelaskan dengan baik apa yang diajarkannya. Disukai oleh peserta didiknya karena cara mengajarnya yang enak didengar dan mudah dipahami. Ilmunya mengalir deras dan terus bersemi di hati para anak didiknya. Tapi, dia pun harus bisa menerima kritikan dari peserta didiknya. Dari kritik itulah dia dapat belajar dari para peserta didiknya. Guru ideal justru harus belajar dari peserta didiknya. Dari mereka guru dapat mengetahui kekurangan cara mengajarnya, dan melakukan umpan balik (feedback). Menurut Heri Setyowibowo pengawas Madrasah Tsanawiyah
Kantor
Kementrian Agama kabupaten Temanggung dalam acara Sosialisasi Kurikulum 2013 tanggal 27-28 Juni 2014 di MTs Ma‟arif Wadas mengatakan bahwa terdapat pendapat yang beragam namun mengerucut pada dua pendapat tentang guru ideal.
125
Djauhari, budaya madrasah, wawancara , tanggal 15 Desember 2014, 09.15 di ruang Kepala Madrasah.
116
117
Guru ideal yang diperlukan saat ini adalah pertama, guru yang memahami benar akan profesinya. Profesi guru adalah profesi yang mulia. Dia adalah sosok yang selalu memberi dengan tulus dan tak mengharapkan imbalan apapun, kecuali ridho dari Tuhan pemilik bumi. Falsafah hidupnya adalah tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah. Hanya memberi tak harap kembali. Dia mendidik dengan hatinya. Kehadirannya dirindukan oleh peserta didiknya. Wajahnya selalu ceria, senang, dan selalu menerapkan 5S dalam kesehariannya (Senyum, Salam, Sapa, Syukur, dan Sabar). Kedua, Guru yang ideal adalah guru yang memiliki sifat selalu berkata benar, penyampai yang baik, kredibel, dan cerdas.126 Guru yang memiliki keempat sifat itu adalah guru yang mampu memberikan keteladanan dalam hidupnya karena memiliki budi pekerti yang luhur. Selalu berkata benar, mengajarkan kebaikan, dapat dipercaya, dan memiliki kecerdasan yang luar biasa. Sifat tersebut di atas harus dimiliki oleh guru dalam mendidik anak didiknya karena memiliki motto iman, ilmu, dan amal. Memiliki iman yang kuat, menguasai ilmunya dengan baik, dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain. Selain itu, Guru yang ideal adalah guru yang memiliki 5 kecerdasan. Kecerdasan byang dimiliki terpancar jelas dari karakter dan perilakunya sehari-hari. Baik ketika mengajar, ataupun dalam hidup ditengahtengah masyarakat. Kelima kecerdasan itu adalah: kecerdasan intelektual,
126
Hery Setyo Wibowo, Kurikulum 2013 dan tantangan guru, wawancara, 27 Juni 2014, 10.00 di ruang kepala madrasah.
117
118
kecerdasan moral, kecerdasan sosial,kecerdasan emosional, dan kecerdasan motorik.127 Dari hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa budaya guru MTs Ma‟arif Wadas sudah menunjukkan perannya dengan baik. Datang di madrasah tepat waktu antara pukul 06.30 – 06.45. Bersama-sama menyambut siswa-siswinya di depan pintu gerbang madrasah untuk mengawali aktifitas dengan 3 S (salam, senyum, sapa) lalu melaksanakan tugas secara optimal. Hal ini memberikan tauladan atau uswah kepada siswa-siswinya untuk selalu didsiplin tidak datang terlambat ke madrasah. Budaya Islami dalam ucapan, busana dan perilaku diwujudkan dengan berbusana muslim, bertutur kata dengan baik dan sopan, tadharus pagi sebelum KBM, sholat dhuha dan dzuhur berjamaah menunjukkan kesungguhan untuk menempatkan guru sebagai sosok yang bisa “digugu dan ditiru”.128 2. Budaya Siswa Sebuah proses pendidikan tidak akan berhasil jika tidak ada penerapan disiplin kepada para siswa. Disiplin adalah kemampuan memanfaatkan waktu untuk melakukan hal-hal yang positif guna mencapai sebuah prestasi. Disiplin juga berarti kemampuan berbuat hanya yang memberikan manfaat bagi diri, orang lain, dan lingkungan.. Saatnya pengelola sekolah memprioritaskan tegaknya budaya disiplin di kalangan para siswa, sehingga perilaku dan
127
Kurniawan, Peran Guru melalui http://kurniawanrestupambudi.blogspot.com/2012/11/ peran-guru.html, diakses pada hari Selasa, 20 Januari 2015; 21.53 128 Hasil Observasi dan Dokumentasi selama penelitian berlangsung, tanggal 1 Desember 2014 s/d 31 Januari 2015.
118
119
prestasi siswa makin membanggakan. Disiplin terkait dengan tata tertib dan ketertiban. Ketertiban berarti kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan karena didorong oleh sesuatu yang datang dari luar dirinya. Disiplin adalah kepatuhan yang muncul karena kesadaran dan dorongan dari dalam diri orang itu. Sedangkan tata tertib berarti perangkat peraturan yang berlaku untuk menciptakan kondisi yang tertib dan teratur.129 Dalam upaya menciptakan budaya disiplin siswa, berdasarkan pengamatan penulis di MTs Ma‟arif Wadas hal-hal yang dilakukan oleh fihak Madrasah antara lain : 1. Siswa datang di madrasah sebelum pelajaran dimulai yaitu pukul 06.45. Datang tepat waktu sebagai upaya menanamkan nilai kedisiplinan siswa agar menghargai waktu. Datang dengan disambut Guru/Karyawan di depan pintu gerbang untuk saling tebar salam, senyum, sapa dengan berjabat tangan dan mengucap Assalamu‟alaikum. Hal ini damaksudkan untuk menanamkan nilai bahwa dengan mengucap assalamu‟alaikum dan bersalaman berarti antara guru/karyawan dengan siswa sudah saling mendoakan. Setiap pagi terdapat guru piket yang mencatat keterlambatan siswa. Setiap terlambat sekali siswa akan mendapat poin pelanggaran dengan skor 5. Disamping itu siswa yang terlambat juga akan diberi sanksi membersihkan halaman madrasah dan lain sebagainya.130
129
Jejen Musfah, Budaya_Disiplin_di_Sekolah melalui http://www.academia.edu/4105198/ diakses pada hari Selasa, 20 Januari 2015; 23.37. 130 Hasil Observasi dan dokumentasi MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung, tanggal 3 Desember 2014
119
120
2. Melaksanakan pembiasaan di madrasah Pembiasaan tiap pagi adalah tadarus Alqur‟an sebelum memulai kegiatan belajar mengajar antara pukul 06.45 – 07.00 WIB. Hal ini dimaksudkan untuk menanamkan nilai pada siswa agar membiasakan memulai segala kegiatan dengan membaca wahyu Illahi karena akan menambah keberkahan. Pada jam istirahat pertama pukul 09.40 – 09.55 WIB para siswa melaksanakan sholat dhuha berjamaah. Tujuannya untuk menanamkan nilai pada siswa agar terbiasa mohon kemudahan pada Allah SWT dalam setiap usaha yang dikerjakan sehari-hari. Pada jam istirahat kedua antara pukul 11.55 – 12.15 siswa melakukan sholat dzuhur berjamaah. Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kepala madrasah bidang kurikulum, pembiasaan yang dikembangkan di madrasah diarahkan untuk membantu, membimbing, dan melatih peserta didik untuk menjadi generasi penerus yang berakhlak mulia dan berkarakter Islam. Berikut adalah kegiatan-kegiatan pembiasaan yang dilakukan di MTs Ma‟arif Wadas adalah : a. Pembiasaan-pembiasaan yang dimasukkan dalam kegiatan intrakurikuler Kegiatan ini berupa kewajiban-kewajiban tertentu yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh nilai pada mata pelajaran tertentu, yaitu ketentuan hafal sekian surah dan hadits pada mata pelajaran Qur‟an Hadits. Pembiasaan ini juga berupa ketentuan-ketentuan khusus untuk dapat naik kelas maupun untuk lulus madrasah.131
131
Agus Wijatmiko, Kriteria Kenaikan Kelas, Wawancara, pada hari senin, 15 Desember 2014, 09.45 di ruang guru.
120
121
b. Pembiasaan-pembiasaan yang berupa kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan keagamaan ekstrakurikuler wajib di MTs Ma‟arif Wadas antara lain berupa pendalaman baca tulis Alqur‟an (BTQ), Qiroah dan Hafalan surah dalam juz 30 untuk memberikan bekal keagamaan. Terdapat juga ekstrakurikuler pramuka dan pencak silat untuk memberikan kegiatankegiatan posistif.132 c. Pembiasaan-pembiasaan lainnya Pembiasaan lainnya menurut wakil kepala bidang kesiswaan antara lain berupa kegiatan lomba-lomba keagamaan dan peringatan hari besar Islam, serta widya wisata ke tempat bersejarah (peninggalan Islam), Musium dan lain-lain.133 3. Menaati tata tertib Madrasah Pengertian tata tertib sekolah adalah aturan atau peraturan yang baik dan merupakan hasil pelaksanaan yang konsisten (tatap azas) dari peraturan yang ada. Tata tertib adalah kumpulan aturan–aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat anggota masyarakat. Aturan–aturan ketertiban dalam keteraturan terhadap tata tertib sekolah, meliputi kewajiban, keharusan dan larangan– larangan.134
132
Agus Wijatmiko, Kriteria Kenaikan Kelas, Wawancara, pada hari senin, 15 Desember 2014, 10.00 di ruang guru. 133 Mahlubin, Dokumen Kegiatan Kesiswaan, Wawancara, Senin, 15 Desember 2014, 10.00 di ruang guru. 134 Uswatun Khasanah, Pengertian Tata Tertib Sekolah, http://www.psychologymania.com/ 2013/02/pengertian-tata-tertib-sekolah.html, diakses pada hari kamis, 22 Januari 2015; 13.30.
121
122
Tata tertib sekolah merupakan patokan atau standar untuk hal–hal tertentu. Sesuai dengan keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 158/C/Kep/T.81 Tanggal 24 September 1981 (Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, 1989:145) ketertiban berarti kondisi dinamis yang menimbulkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan dalam tata hidup bersama makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Ketertiban sekolah tersebut dituangkan dalam sebuah tata tertib sekolah.135 Berdasarkan observasi dan wawancara penulis dengan guru BP/BK bahwa ketentuan tata tertib di MTs Ma‟arif Wadas yang telah disosialisasi dan disepakati dalam rapat pleno wali murid tahun pelajaran 2014-2015 pada tanggal 21 Agustus 2014 adalah sebagai berikut :136 a. Tata Tertib Siswa Setiap siswa MTs Ma‟arif Wadas wajib mematuhi dan melaksanakan tata tertib sebagai berikut: 1. Umum a. Setiap hari senin dan hari besar nasional, siswa wajib mengikuti upacara bendera dengan seragam OSIS MTs Ma‟arif
Wadas
lengkap.
135
Muh Kharisma, Peranan Tertib Sekolah melalui http://kharismati.blogspot.com /2012/03/ peranan-tata-tertib-sekolah.html, diakses pada hari Kamis, 22 Januari 2015; 13.50 136 Dwi Hidayati, Tata Tertib Siswa, Observasi dan wawancara, Senin 15 Desember 2014, 11,00 di ruang BP/BK.
122
123
b. Siswa berada di madrasah 10 menit sebelum jam pelajaran di mulai, pintu gerbang ditutup 05 menit setelah bel masuk berbunyi. Siswa yang terlambat tidak diperkenankan mengikuti pelajaran. c. Siswa yang akan meninggalkan madrasah sebelum jam pelajaran berakhir harus minta ijin kepada guru piket atau wali kelas. d. jika ada jam pelajaran kosong, ketua kelas wajib melaporkan kepada guru piket. 2. Pakaian a) Pakaian seragam OSIS (putih biru) dipakai setiap hari senin dan selasa, bagi laki-laki kemeja lengan pendek dimasukkan dan memakai ikat pinggang Madrasah. Bagi perempuan kemeja lengan panjang dimasukkan memakai ikat pinggang dan mengenakan jilbab putih. b) Pakaian seragam identitas dipakai setiap hari Rabo dan Kamis c) Pakaian seragam pramuka dipakai setiap hari Jum‟at dan Sabtu. d) Seragam olah raga wajib dikenakan pada saat pelajaran olah raga, dan tidak diperkenankan memakai pakaian olah raga diluar seragam MTs Ma‟arif Wadas. e. Bagi siswa laki-laki rambut pendek dan rapi. Panjang rambut muka tidak menutupi mata dan telinga. f. Siswa perempuan tidak diperkenankan bersolek berlebihan dan menggunakan perhiasan yang mencolok. 123
124
3. Kebersihan a) Setiap siswa wajib menjaga dan memelihara kebersihan serta keindahan lingkungan maka harus membuang sampah pada tempatnya. b) Menjaga keutuhan bangunan gedung beserta perlengkapannya. c) Pintu, jendela dan semua fasilitas madrasah yang disengaja atau tidak disengaja rusak karena ulah siswa tanggung jawab siswa yang merusakkan, artinya siswa harus mengganti. 4. Organisasi Di MTs Ma‟arif Wadas ada 2 organisasi, yaitu OSIS (Intra kurikuler) dan Pramuka (Ekstra kurikuler) sehingga : a) Setiap siswa wajib menjadi anggota OSIS dan Pramuka serta mengikuti semua kegiatannya. b) Setiap siswa wajib mengikuti kegiatan Islami yang diselenggarakan oleh Madrasah. 5. Larangan a) Memakai seragam diluar ketentuan Madrasah b) Berambut gondrong atau disemir c) Membawa bacaan pornografi, minuman keras, Obat-obatan terlarang, berjudi,mencuri, meminta uang dengan paksa/mengompas serta merokok saat memakai seragam Madrasah.
124
125
d) Membawa senjata tajam, dalam bentuk apapun yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain e) Mencoret-coret tembok, meja, kursi, papan tulis dan fasilitas Madrasah yang lain. f) Berbicara kotor, menghina dan menyapa dengan panggilan tidak senonoh g. Membawa/mengendarai sepeda motor ke Madrasah h. Berkelahi dengan teman sendiri maupun dengan sekolah lain. 6. Sanksi-sanksi a) Teguran langsung pada siswa. b) Teguran tertulis pada siswa dan orang tua. c) Tidak boleh mengikuti pelajaran dalam waktu yang ditentukan d) Dikembalikan kepada orang tua/dikeluarkan dari Madrasah 7. Lain-lain a) Siswa yang tidak masuk tanpa keterangan sebanyak sebelas kali dalam waku satu tahun dinyatakan tidak naik kelas. b) Siswa yang berkelahi langsung di tangani oleh guru BK dan dikembalikan pada orang tua. c) Hal-hal yang belum tercantum dalam ketentuan ini akan diataur kemudian dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi serta berdasarkan musyawarah dengan Guru dan Komite Madrasah.
125
126
Tabel 4.1. Point Pelanggaran Tata Tertib pada MTs Ma‟arif Wadas
NO
Jenis Pelanggaran
Point
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
2 Terlambat datang Memakai gelang/kalung (laki-laki) Memakai perhiasan (wanita) Tidur di kelas Terlambat/ tidak mengikuti upacara Terlambat masuk kelas Tidak membawa buku pelajaran Pakaian tidak dimasukkan Tidak memakai atribut Bicara kotor Tidak memakai sepatu Mengganggu PBM dikelas Menggangu kelas lain Tidak memakai seragam Madrasah Membolos Alpa 4X Tidak mengikuti satu/beberapa pelajaran Tidak mengikuti kegiatan keagamaam/kegiatan Madrasah Merokok Rambut Gondrong/ disemir Membaca bacaan jorok Merendahkan martabat orang lain Merusak sarana/prasarana Madrasah Asusila Mengompas Berkelahi Minuman keras Penggunaan obat terlarang Mencuri Pelanggaran yang belum ada
3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 10 10 10 5
4 Diperingatkan, ditindak Disita Diperingatkan Diperingatkan Diperingatkan, ditindak Diperingatkan, ditindak Diperingatkan, ditindak Diperingatkan, ditindak Diperingatkan, ditindak Diperingatkan, ditindak Diperingatkan Diperingatkan, ditindak Diperingatkan, ditindak Diperingatkan, ditindak Pernyataan,ditindak Pernyataan,ditindak Diperingatkan, ditindak
5
Pernyataan, ditindak
5 5 5 10 10
Pernyataan,ditindak Diperingatkan, ditindak Disita Pernyataan,ditindak Membenahi,mengganti
100 75 50 100 100 25
Dikeluarkan Ditindak, dikembalikan orang tua Pernyataan,ditindak,dikeluarkan Dikeluarkan Dikeluarkan Mengganti, Panggilan orang tua Melihat situasi /kondisi
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
126
Sanksi
127
Pedoman Sanksi Pelanggaran adalah sebagai berikut : 1. Skor pelanggaran mencapai 25 poin diberi peringatan tertulis dengan surat pernyataan tidak akan mengulangi pelanggaran 2. Skor pelanggaran mencapai 50 poin, panggilan wali murid 3. Skor pelanggaran mencapai 75 poin, pemanggilan wali murid dan membuat surat pernyataan siap diberi sanksi apapun 4. Skor pelanggaran mencapai 100 poin dikembalikan ke orangtua / dikeluarkan dari Madrasah. Berdasarkan keterangan dari wakil kepala bagian kurikulum bahwa program integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran ini telah disosialisasikan kepada wali murid melalui rapat pleno wali murid pada awal tahun pelajaran. Dalam rapat pleno tersebut juga telah disepakati untuk saling mengkondisikan pembiasaan siswa di madrasah dan juga di rumah agar tetap menjaga kultur madrasah yang Islami.137 Selama penulis mengadakan penelitian pada madrasah ini volume pelanggaran berat hampir tidak ditemukan. Pelanggaran yang masih terjadi antara lain siswa datang terlambat, kemudian ditangani oleh guru piket dicatat dalam buku pelanggaran lalu diberi point 5 dan diberi sanksi membersihkan lingkungan madrasah. Peserta didik yang rambutnya masih terkesan panjang langsung dicukur oleh kesiswaan. Peserta didik yang sragamnya tidak rapi tidak diperkenankan masuk kelas. Peserta didik yang sragamnya tidak lengkap maka akan ditangani oleh BP dan
137
Agus Wijatmiko, Program Integrasi Nilai-Nilai Islam dalam Pembelajaran, wawancara, Kamis, 18 Desember 2014 jam 09.40 di ruang guru.
127
128
ditindaklanjuti dengan konfirmasi pada wali murid atau orang tua siswa. Kesimpulannya bahwa peserta didik pada MTs Ma‟arif Wadas telah mempunyai tingkat kedisiplinan yang cukup tinggi, dengan kata lain budaya tertib siswa cukup terjaga dengan baik.138 Sedangkan dalam tataran operasional, integrasi nilai-nilai agama Islam dalam pembelajaran di MTs Ma‟arif Wadas diwujudkan dengan merancang konsep pembelajaran yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam, sehingga nilai-nilai fundamental agama dan ilmu terpadu secara koheren. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru IPS Sejarah kelas VIII langkah-langkah yang dilakukan dalam merancang konsep pembelajaran adalah; tahap pertama yaitu perencanaan, antara lain dengan menetapkan bidang kajian yang akan diitegrasikan. Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar
dari bidang kajian yang akan diitegrasikan,
mengidentifikasi beberapa kompetensi dasar dalam berbagai standar kompetensi yang memiliki potensi untuk dipadukan, menentukan tema pemersatu antar standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan menjabarkan ke dalam indikator, menyusun silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ). Tahap kedua adalah
pelaksanaan proses belajar mengajar yang meliputi pendahuluan, kegiatan inti termasuk di dalamnya mengintegrasikan dengan nilai-nilai Islam, dan penutup. Tahap ketiga adalah penilaian / evaluasi.139
138
Observasi dan dokumentasi tanggal 1 s.d 19 Desember 2014. Fitri Susanti, Integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah, Wawancara, hari Jum‟at tanggal 9 Januari 2015 jam 10.00 di ruang guru. 139
128
129
Secara arsitektural, integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran di MTs Wadas berdasarkan wawancara dengan wakil kepala kurikulum diwujudkan dengan mengupayakan sarana pembelajaran yang memadai, antara lain sarana ibadah, laboratorium komputer dengan hotspot area sehingga di semua ruang bisa mengakses internet. Tersedia perpustakaan yang menyediakan buku-buku agama dan ilmu umum.140 Penelitian tentang implementasi pelaksanaan pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam ini dilakukan dengan observasi di dalam kelas pada semester dua tahun pelajaran 2014/2015. Bahan ajar yang digunakan oleh guru IPS Sejarah kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas adalah buku-buku terbitan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Ada referensi juga dari penerbit Yudhistira, Aneka Ilmu, Erlangga, Tim MGMP IPS SMP/MTs Kabupaten Temanggung dan sebagainya. Buku-buku yang dijadikan rujukan tidak berbeda dengan buku-buku yang dijadikan rujukan dalam pembelajaran IPS di Madrasah/Sekolah lain pada umumnya. Tapi pada MTs Ma‟arif Wadas ini guru juga menggunakan buku dan referensi dari mata Pelajaran pendidikan Agama Islam (PAI). Berdasarkan wawancara dengan pengampu mata pelajaran IPS Sejarah bahwa Pengintegrasian ini harus mempertimbangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang merupakan target nasional. Artinya bahwa pengintegrasian tidak boleh
140
Agus Wijatmiko, Integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran, Wawancara, hari Jum‟at tanggal 9 Januari 2015 jam 09.45 di ruang guru.
129
130
dipaksakan atau keluar dari konteks yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan
kompetensi
dasar
secara
nasional.
Tidak
diperkenankan
jika
untuk
mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam pembelajaran menyebabkan target yang ditetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi tidak terwujud.141 Tahapan yang dilakukan oleh guru IPS Sejarah MTs Ma‟arif Wadas dalam pelaksanaan integrasi pembelajaran IPS Sejarah dengan Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut : 1. Tahap Perencanaan Dalam tahap perencanaan ini antara lain dilakukan dengan menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan antara mata pelajaran IPS Sejarah dengan Pendikan Agama Islam. Kemudian mempelajari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Sejarah dengan Pendidikan Agama Islam. Berikutnya mengidentifikasi
beberapa
Kompetensi
Dasar
dalam
berbagai
Standar
Kompetensi yang memiliki potensi untuk diintegrasikan. Tidak memaksakan Kompetensi Dasar yang tidak berpotensi untuk dipadukan dalam pembelajaran. Karena Kompetensi Dasar yang tidak diintegrasikan akan disajikan tersendiri. Tahap perencanaan dimulai dari menetapkan bidang kajian antara IPS Sejarah dengan Aqidah Ahklak, mengidentifikasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) yang berpotensi untuk diintegrasikan hingga menjabarkannya dalam indikator.
141
Fitri Susanti, Integrasi nilai-nilai islam dalam pembelajaran IPS Sejarah, Wawancara, hari Jum‟at tanggal 9 Januari 2015 jam 10.10 di ruang guru.
130
131
Menetapkan bidang kajian diawali dengan mencermati silabus asli IPS Sejarah Kelas VIII dan Silabus Asli Aqidah Ahklak kelas VIII.
Kemudian
memetakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang berpotensi diintegrasikan lalu dijabarkan dalam Indikator. Silabus asli IPS Sejarah Kelas VIII, Silabus Asli Aqidah Ahklak kelas VIII, memetakan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dijabarkan dalam indikator dapat dilihat pada lampiran penelitian ini. 2.
Tahap Pelaksanaan a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kepala bidang kurikulum dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya berpedoman pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, dijelaskan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
131
132
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.142 Menurut guru mata pelajaran IPS Sejarah MTs Ma‟arif Wadas langkah-langkah
yang
dilakukan
guru
dalam
penyusunan
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dimulai dari mencantumkan Identitas RPP, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Langkahlangkah kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian. Identitas terdiri dari ; Nama madrasah, Mata Pelajaran, Kelas, Semester, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan Alokasi Waktu.143 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran boleh disusun untuk satu Kompetensi Dasar. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari silabus. Standar kompetensi – Kompetensi Dasar – Indikator adalah suatu alur pikir yang saling terkait tidak dapat dipisahkan. Indikator merupakan ciri perilaku (bukti terukur) yang dapat memberikan gambaran bahwa peserta didik telah mencapai kompetensi dasar. Dalam menjabarkan indikator ini lalu diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam yang terdapat pada salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Untuk materi pelajaran IPS Sejarah kelas VIII materi yang berpotensi
142
Agus Wijatmiko, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Wawancara, Jum‟at 9 Januari 2015, 10.30 di ruang guru. 143 Fitri Susanti, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPS Sejarah, Wawancara, hari Jum‟at tanggal 9 Januari 2015 jam 10.20 di ruang guru.
132
133
untuk diintegrasikan adalah mata pelajaran Aqidah Ahklak kelas VIII. Namun bukan berarti semua materi pokok bisa diintegrasikan.144 Untuk semester 1 (gasal) materi pembelajaran yang diintegrasikan yaitu : 1. Perang Paderi diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam yaitu sikap tawakal dan sabar. Sehingga peserta didik secara kontektual dapat menunjukkan sikap tawakal dan sabar dalam kajian peristiwa tersebut. 2. Perang Diponegoro diintegrasikan dengan nilai-nilai Ihktiyar, Sabar dan Qona’ah. Maka peserta didik secara kontektual dapat menemukan sikap Ihktiyar, Sabar, dan Qona‟ah yang dimiliki dan dicontohkan oleh tokoh pemimpin dalam perang Diponegoro tersebut. 3. Perang Aceh diintegrasikan dengan sikap Ihktiyar, Sabar, dan Qona’ah. Peserta didik dapat menemukan sikap Ihktiyar, Sabar, dan Qonaah yang dicontohkan oleh para pemimpin perang Aceh. Sedangkan untuk semester 2 (genap) yang berpotensi untuk diintegrasikan adalah : 1. Peristiwa Rengasdengklok diintegrasikan dengan sikap tawadlu. Peserta didik dapat menunjukkan sikap tawadlu’ yang dimiliki para pemuda dalam peristiwa Rengasdengklok.
144
Fitri Susanti, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPS Sejarah, Wawancara, hari Jum‟at tanggal 9 Januari 2015 jam 10.25 di ruang guru.
133
134
2. Kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia dan penyebaran berita proklamasi diintegrasikan dengan sikap ta’awun. Maka peserta didik dapat menunjukkan sikap ta’awun dalam kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia dan menemukan sikap ta’awun dalam penyebaran berita proklamasi. 3. Proses terbentuknya negara dan pemerintahan Republik Indonesia beserta kelengkapannya dengan siding-sidang PPKI diintegrasikan dengan sikap tasamuh dan ta’awun. Peserta didik dapat menunjukkan sikap tasamuh dan ta‟awun dalam proses terbentuknya negara dan pemerintahan Republik Indonesia. 4. Dukungan spontan dan tindakan heroik dari berbagai daerah terhadap pembentukan negara dan pemerintah Republik Indonesia dengan sikap husnudz-dzon. Peserta didik dapat menunjukkan contoh sikap husnudzdzon yang terdapat dalam dukungan spontan terhadap pembentukan negara dan pemerintah Republik Indonesia. Langkah selanjutnya adalah merumuskan Tujuan Pembelajaran yang merupakan output (hasil langsung) dari satu paket kegiatan pembelajaran dan mengacu pada indikator. Maka pada bagian ini telah disusun juga tujuan pembelajaran setelah diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam. Kemudian menentukan Materi Pembelajaran. Untuk memudahkan penetapan materi pembelajaran, dapat mengacu dari indikator.
134
135
Berikutnya
adalah menentukan Metode Pembelajaran, pada tahun
pelajaran 2014/2015 metode yang kami gunakan adalah kombinasi dari model KTSP dan Saintifik. Untuk semester 1 (gasal) menggunakan model kurikulum 2006. Sedangkan untuk semester 2 (genap) menggunakan pendekatan saintifik.145 Langkah selanjutnya menetapkan Kegiatan Pembelajaran yang terdiri dari kegiatan pendahuluan (10% dari Total Alokasi Waktu). Dalam kegiatan pendahuluan, kami menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan nilainilai islam dengan materi yang akan dipelajari; Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai dengan silabus. Kemudian Kegiatan Inti eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yaitu 75% dari total alokasi waktu. Terakhir adalah Kegiatan Penutup, guru bersama-sama dengan siswa membuat rangkuman/simpulan pelajaran; Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam; Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Untuk lebih jelas dapat periksa lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada halaman lampiran di belakang.
145
Fitri Susanti, Metode Integrasi Pembelajaran IPS Sejarah, Wawancara, Senin, 12 Januari 2015 di ruang guru.
135
136
b. Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM) di Kelas. Observasi yang dilakukan terhadap proses pembelajaran guru IPS Sejarah di kelas VIII-a Materi IPS Sejarah Kelas VIII Semester 2 tanggal 13 Januari 2015 dengan Standar Kompetensi “Memahami usaha persiapan kemerdekaan”. Hasil pengamatan adalah sebagai berikut : Dalam pertemuan tatap muka di kelas, diawali dengan mengucap salam kemudian berdoa dengan khusuk, guru memeriksa kerapian kelas, memimpin tadarus, memberikan motivasi dan pertanyaan secara komunikatif tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia dan menggali nilai-nilai Islam yang terdapat dalam kajian peristiwa tersebut. Selanjutnya guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tahapan selanjutnya guru menyuruh siswa membaca buku dan mengamati gambar tentang perbedaan perspektif antar kelompok sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia yang disebabkan oleh terjadinya vakum of power di Indonesia. Golongan muda akhirnya membawa Soekarno – Hatta ke Rengasdengklok. Pemuda bermaksud akan menekan Soekarno – Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan tetapi tidak jadi dilaksanakan. Tahap berikutnya siswa dirangsang untuk menanya apa artinya vakum of power, mengapa Soekarno-Hatta dibawa ke Rengasdengklok, dan mengapa golongan pemuda gagal memaksa Ir Soekarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan? Kemudian siswa berdiskusi untuk mengekplorasi data pada buku 136
137
paket, tayangan slide, lks dsb. Dengan dibimbing oleh Ibu Fitri Susanti siswa menyimpulkan hasil diskusi serta menggali nilai-nilai Islam di dalamnya. Kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan di depan kelas. Akhirnya guru menutup kegiatan pembelajaran dengan penilaian, refleksi atau tanggapan dari peserta didik dengan kegiatan yang telah dilaksanakan. Guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberi tugas individu ataupun kelompok. Terakhir guru menyampaikan rencana tindak lanjut pada pertemuan berikutnya,
lalu
menutup
kegiatan
pembelajaran
dengan
hamdalah
/
Wassalamualaikum. B. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan di MTs Ma‟arif Wadas keunggulan pembelajaran IPS yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam antara lain : 1. Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran menggunakan pengambilan tema. Guru dalam memilih tema yang akan dipelajari oleh siswa dapat disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.146 2. Menurut wakil kepala bidang kurikulum MTs Ma‟arif Wadas keunggulan penerapan integrasi nilai-nilai Islam dalam setiap pembelajaran ternyata sangat 146
Nurfadhillah, Pembelajaran Terpadu, melalui http://nurfadlillah.wordpress. Com / 2010/03/06/ diakses pada hari, senin, 22 Desember 2014, 21.05
137
138
mendukung visi dan misi madrasah karena akan menambah khasanah siswa dalam menggali nilai-nilai Islam yang memang seharusnya dimiliki siswa dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.147 3. Berdasarkan wawancara dengan
Fitri Susanti, S.Pd model pembelajaran
integrasi ini dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, karena dapat menghubungkan suatu peristiwa sejarah dengan nilai-nilai Islam yang terkandung di dalamnya.148 4. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama. Pembelajaran terpadu menumbuh kembangkan keterampilan berpikir anak. Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran. 5. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan
yang
sering ditemui dalam lingkungan anak. Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan pemahaman konsep. 6. Menumbuh kembangkan keterampilan sosial anak, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain.
147
Agus Wijatmiko, Keunggulan Integrasi Pembelajaran, Wawancara, tanggal 12 Januari 2015 di ruang guru, 12.00. 148 Fitri Susanti, Keunggulan Integrasi Pembelajaran , Wawancara, tanggal 12 Januari 2015 di ruang guru, 12.10.
138
139
7. Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, tenaga dan sarana serta biaya karena beberapa bidang kajian dapat dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan dihilangkan. 8. Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, dan memudahkan memahami hubungan materi dari satu konteks ke konteks lainnya. 9. Akan terjadi peningkatan kerja sama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna, seperti yang diungkapkan oleh Siti Mutaharoh kelas 8-A Tyana Sinta Wulandari kelas 8-C dalam wawancara dengan penulis. 10. Mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa pokok bahasan atau bidang studi.149 Di samping kelebihan yang dikemukakan di atas, model pembelajaran terpadu juga memiliki kelemahan. Perlu disadari, bahwa sebenarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk semua konsep, oleh karena itu model pembelajaran
149
Andrea Perdana, Pengertian ciri pembelajaran terpadu, melalui http://www. Andrean perdana.com /2013/04/.html, diakses pada 28 Desember 2014, 21.00
139
140
harus disesuaikan dengan konsep yang akan diajarkan. Begitu pula dengan pembelajaran terpadu memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut ini. 1. Aspek Guru Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. guru tidak sekedar mengajar, tetapi ia harus mempersiapkan secara cermat, melaksanakan, dan memantau perkembangan siswa dengan berbagai karakterstiknya. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.150 Seperti yang penulis dapatkan dari hasil wawancara dengan Ibu Fitri Susanti S.Pd,
keterbatasan yang dihadapi oleh guru mata pelajaran di MTs
Ma‟arif Wadas adalah tentang pemahaman dalam dalil-dalil Alqur‟an dan Hadist karena memang bukan dari basic berlatar belakang pendidikan agama Islam. 2. Aspek peserta didik Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik
150
Andrea Perdana, Pengertian Pembelajaran Terpadu, melalui http://www. andreanperdana. com/2013/04/p, diakses selasa, 23 Desember 2014, 22.10.
140
141
(mengurai),
kemampuan
asosiatif
(menghubung-hubungkan),
kemampuan
eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.151 Dari hasil wawancara penulis dengan siswa/siswi MTs Ma‟arif Wadas antara lain mengalami kesulitan ketika harus mencari dalil alqur‟an atau hadistnya dan belum ada buku paket yang mengintegrasikan materi pelajaran dengan nilai-nilai Islam. Maka siswa/siswi harus membuka buku-buku Pendidikan Agama Islam untuk menghubungkan atau mengintegrasikan.152 3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat. Dari wawancara penulis dengan wakil kepala bidang kurikulum bapak Agus Wijatmiko dan juga guru mata pelajaran IPS Sejarah Ibu Fitri Susanti pada aspek ini MTs Ma‟arif Wadas terkendala dengan keterbatasan buku dan referensi.
151
Andrea Perdana, Pengertian Pembelajaran Terpadu, melalui http://www. andreanperdana. com/2013/04/p, diakses selasa, 23 Desember 2014, 22.15 152 Wawancara dengan ketua OSIS Irsyad Machali kelas VIII-A dan Tiyana Sinta Wulandari kelas VIII-C MTs Ma‟arif Wadas pada hari senin, 12 Januari 2015 jam 09.40 di Ruang Kelas VIIIA.
141
142
4. Aspek kurikulum Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik. Kelemahan yang dihadapi oleh guru IPS Sejarah di MTs Ma‟arif Wadas adalah tidak semua pokok bahasan bisa diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam.153 5. Aspek Penilaian Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda. 6. Suasana pembelajaran Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan „tenggelam‟nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah tema, maka guru berkecenderungan menekankan atau
153
Fitri Susanti, Kelemahan Pembelajaran Integrasi, Wawancara, pada hari Senin tanggal 15 Desember 2014 di ruang guru.
142
143
mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.154 7. Aspek Kultural Keterbatasan kultural bangsa ini yang mendorong setiap pejabat untuk mengontrol mengakibatkan para guru tergantung, sementara guru yang berinisiatif harus membentur berbagai regulasi. Seperti yang dirasakan oleh guru-guru pada MTs Ma‟arif Wadas adalah keterbatasan waktu / jam pelajaran yang diatur oleh pengambil kebijakan.155 C. Perangkat Sistem Pembelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam. Perangkat sistem pembelajaran IPS Sejarah yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam disusun dengan merancang konsep pembelajaran antara lain : (1) Menetapkan bidang kajian yang akan diitegrasikan. (2) Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar dari bidang kajian yang akan diitegrasikan. (3) Mengidentifikasi beberapa kompetensi dasar dalam berbagai standar kompetensi yang memiliki potensi untuk dipadukan.156 (4) Menjabarkan ke dalam indikator. (5) Menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
154
http://surgailmu-kitapunya.blogspot.ch/2012/10/karakteristik-pembelajaran-terpadu.html, diakses, selasa 23 Desember 2014; 22.46. 155 Agus Wijatmiko, Kebijakan yang membatasi, wawancara, pada tanggal 12 Januari 2015, di ruang guru. 156 Budiono Saputro, Pembelajaran IPA Terpadu, Pendekatan Pratikum, Salatiga : STAIN Salatiga Press, 2014, 13-14.
143
144
Rincian perangkat pembelajarannya adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 : Perangkat Sistem Pembelajaran IPS Sejarah Kelas VIII Semester 1 (gasal)
IPS Sejarah
Aqidah Akhlak
SK.2.
Memahami proses SK.2. Menerapkan kebangkitan akhlak terpuji Nasional kepada diri KD.2.1. Menjelaskan sendiri proses KD.2.1.Menjelaskan perkembangan pengertian dan kolonialisme dan pentingnya imperialis Barat, tawakkal, serta pengaruh Ikhtiyar, Sabar, yang Syukur dan ditimbulkannya di Qanaah. berbagai daerah. Materi Pembelajaran : Materi Pembelajaran : Akhlak terpuji Bentuk-bentuk pada diri sendiri perlawanan rakyat (tawakkal, dalam menentang ikhtiyar, sabar, kolonialism Barat syukur dan di berbagai daerah qana‟ah) - Perang Paderi - Perang Diponegoro - Perang Aceh
144
Nilai-nilai Agama Islam yang dapat diintegrasikan Meneladani akhlak terpuji yang terdapat dalam tokoh-tokoh pemimpin perlawanan rakyat terhadap kolonialisme Barat antarar lain sikap tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur dan qonaah yang mengiringi perang Paderi, Perang Diponegoro dan perang Aceh.
145
Kelas VIII Semester 2 (genap)
IPS Sejarah
Aqidah Akhlak
SK. 5.
Memahami usaha SK. 6. Menerapkan persiapan Akhlak terpuji kemerdekaan kepada sesama KD.5.1. Mendeskripsikan KD.6.1 Menjelaskan peristiwa – pengertian dan peristiwa pentingnya sekitar proklamasi husnudzon, dan proses tawadlu‟ terbentuknya tasamuh dan Negara Kesatuan ta‟awun. Republik Materi Pembelajaran : Indonesia (NKRI) Akhlak terpuji Materi Pembelajaran : kepada sesama - Perbedaan (husnudzon, perspektif tawadlu‟ antar kelompok tasamuh dan sekitar ta‟awun). proklamasi kemerdekaan Indonesia. - Kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia. - Proses terbentuknya Negara dan Pemerintah Republik Indonesia dengan sidang PPKI.
145
Nilai-nilai Agama Islam yang dapat diintegrasikan Meneladani akhlak terpuji kepada sesama seperti ketika para tokoh pemimpin RI mempersiapkan kemerdekaan negeri ini yang dijiwai dengan husnudzon, tawadlu’, tasamuh dan ta’awun.
146
Silabus, Pemetaan Standar Komptensi dan Kompetensi Dasar (SKKD), Penjabaran dalam Indikator, serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terdapat dalam lampiran tesis ini.
146
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya tentang “Integrasi nilai-nilai agama Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung” maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut : 1. Implementasi pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasi dengan nilai-nilai Islam dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan. Pada tahap perencanaan dilakukan dengan menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan antara mata pelajaran IPS Sejarah dengan Pendidikan Agama Islam. Kemudian mempelajari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Sejarah dengan Pendidikan Agama Islam. Berikutnya mengidentifikasi beberapa Kompetensi Dasar dalam berbagai Standar Kompetensi yang memiliki potensi untuk diintegrasikan. Tidak memaksakan Kompetensi Dasar yang tidak berpotensi untuk dipadukan dalam pembelajaran. Karena Kompetensi Dasar yang tidak diintegrasikan akan disajikan tersendiri. Pada tahap pelaksanaan dilakukan dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Menyajikan di kelas yang terdiri atas kegiatan Pendahuluan, Kegiatan Inti, Penutup dan Evaluasi. 147
148
2. Keunggulan dan kelemahan pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam. a. Keunggulan pembelajaran IPS Sejarah yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam antara lain : 1) Sangat mendukung visi dan misi madrasah karena akan menambah khasanah
siswa dalam menggali nilai-nilai Islam dalam setiap
pembelajaran yang memang seharusnya dimiliki siswa. 2) Dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, karena dapat menghubungkan suatu peristiwa sejarah dengan nilai-nilai Islam yang terkandung di dalamnya. 3) Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama. 4) Menumbuh kembangkan keterampilan sosial anak, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain. 5) Akan terjadi peningkatan kerja sama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna. b. Kelemahan pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam antara lain : 148
149
1) Keterbatasan kemampuan guru mata pelajaran IPS Sejarah di MTs Ma‟arif Wadas tentang pemahaman dalil-dalil Alqur‟an dan Hadist karena memang bukan berlatar belakang pendidikan agama Islam. 2) Siswa di MTs Ma‟arif Wadas mengalami kesulitan ketika harus mencari dalil al-Qur‟an atau hadis karena belum ada buku ajar yang mengintegrasikan materi pelajaran dengan nilai-nilai Islam. 3) Keterbatasan waktu / jam pelajaran yang diatur oleh pengambil kebijakan. 3. Perangkat sistem pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam. Perangkat sistem pembelajaran IPS Sejarah yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam disusun dengan merancang konsep pembelajaran antara lain : a. Menetapkan bidang kajian yang akan diitegrasikan. b. Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar dari bidang kajian yang akan diitegrasikan. c. Mengidentifikasi beberapa kompetensi dasar dalam berbagai standar kompetensi yang memiliki potensi untuk dipadukan. d. Menjabarkan ke dalam indikator. d. Membuat silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
149
150
B. Saran 1. Bagi Guru a. Untuk tetap konsisten mempelajari dan mendalami kajian-kajian Islam yang berhubungan dengan materi pelajaran sejarah di madrasah, termasuk rujukan Al-qur‟an dan hadist Rasulullah SAW. b. Kreatif mempraktekkan mempraktekkan berbagai model pembelajaran dalam mengimplementasikan integrasi nilai-nilai Islam sehingga akan menambah motivasi belajar siswa dan program pembelajaran integrasi tersebut tercapai dengan maksimal. c. Perlu untuk terus sharing dengan guru yang mengajar pendidikan agama Islam agar saling mewarnai dalam integrasi lintas pelajaran. d. Agar dikembangkan dalam forum MGMP tingkat kabupaten untuk dikaji sebagai inovasi pembelajaran IPS Sejarah berintegrasi dengan nilai-nilai Islam yang seharusnya menjadi penekanan model pembelajaran di madrasah. 2. Bagi Kepala Madrasah a. Lebih intensif mendampingi pelaksanaan program integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran semua mata pelajaran. b. Mengirimkan guru mata pelajaran ke pendidikan pelatihan, seminar atau MGMP dan lain-lain agar wawasan pembelajarannya semakin bertambah. c. Mengupayakan terpenuhinya sarana prasarana yang dibutuhkan guna mendukung keberhasilan integrasi pembelajaran dengan nilai-nilai Islam tersebut. 150
151
3. Bagi Kementrian Agama a. Mengadakan pendidikan dan latihan bagi guru madrasah tentang integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran karena akan mendukung terwujudnya peserta didik di madrasah yang benar-benar Islami. b. Menfasilitasi pengadaan buku ajar dan referensi yang mengintegrasikan nilainilai Islam dalam pembelajaran di madrasah 4. Bagi Orang Tua. a. Komunikatif dengan fihak madrasah untuk mengawal perkembangan peserta didik agar tumbuh menjadi pelajar yang punya karakter Islam. b. Menciptakan suasana, kebiasaan dan budaya keseharian di rumah yang sejalan dengan program madrasah. Jangan sampai bertolak belakang antara pembiasaan di madrasah dengan kebiasaan orang tua di rumah. 5. Bagi peneliti lebih lanjut a. Hasil penelitian ini masih dalam taraf kontektual dan belum maksimal, kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian yang lebih mendalam lagi. b. Kritik dan syaran dari peneliti selanjutnya demi sempurnanya tesis ini akan penulis terima dengan senang hati.
151
152
DAFTAR PUSTAKA Abdurahman, Dudung. Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-ruzz 2007. Darsono, T. Ibrahim. Membangun Akidah dan Akhlak. Solo : PT Tiga Pustaka Mandiri, 2007.
Media,
Serangkai
Depdiknas. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: CV Eka Jaya, 2003. Drajat, Zakiyah dkk. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1989. Gazalba, Sidi. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1981. Gunawan, Rudi. Pendidikan IPS Filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta, 2013. Hadi, Nor. Integrasi Nilai Agama Islam dalam Pembelajaran IPS di SD Nasima Kota Semarang.Tesis PPs UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013. Haryanto, Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 versi Amandemen. Melalui http://belajarpsikologi.com/tujuan-pendidikan-nasional/html(28-10-14), 2012. Hardaniyati, Menuk dkk. Kamus Pelajar Sekolah Lanjutan Pertama. Jakarta : Pusat Bahasa, 2003. Harahap, Rachmad Faisal. Astaga RI Peringkat 64 Untuk Pendidikan. Melalui http://kampus.okezone.com/read/2013/06/01/373/816065/astaga-riperingkatke-64-untuk-pendidikan.html(17-10-14), 2013. Hartono. Pendidikan Integratif. Purwokerto : STAIN Press, 2011. Hakim, Helmi. Mata Pelajaran Sejarah dalam Kurikulum 2013, melalui http://catatan-guru sejarah.blogspot.com/2013/09/implementasi-kurikulum2013-pada-mata.html(15/03/14), 2013. Hamalik. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995.
152
153
Hidayat, Dudung Rahmat. Hakikat dan Makna Nilai. Melalui http://file.upi.edu/ Direktori/FPBS/jur.pend.bhs arab/195204141980021..pdf(05/12/14), 1980. Jalal F & Supriyadi D. Reformasi pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adi Citra Karya Nusa, 2001. Khairunn, Fida. Karakteristik Pembelajaran Terpadu. Melaui http://surgailmukitapunya. blogspot. ch/2012/10/.html(20/10/14), 2012. Kamal, Rahmat. Pendidikan Nilai Karakter di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Malang 1. Yogyakarta: Tesis PPs UIN Yogyakarta, 2012. Kaswardi EK. Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. Jakarta : PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, 1993. Kharisma, Muh. Peranan Tertib Sekolah. Melalui http://kharismati.blogspot.com /2012/03/ peranan-tata-tertib-sekolah.html(22-01-15), 2012. Khasanah, Uswatun. Pengertian Tata Teertib Sekolah. Melalui http://www. psychologymania. com/2013/02/pengertian-tata-tertib-sekolah.html(22-0115), 2013 Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia, 1986. Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah. Edisi Kedua. Yogyakarta: Tiara WacanaYogya, 2003. Kurnia, Anwar. Sejarah Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Yudhistira, 2007. Kurniawan. Peran Guru. Melalui http://kurniawanrestupambudi. 2012/11/peran-guru.html(20-01-15), 2012.
blogspot.com /
Kurtubi. Sudut Bumi IPS Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009. Kukuh,
Andri Aka. Model-Model Pembelajaran Terpadu. Melalui http://belajarpendidikanku. blogspot. com/2013/04/ html(14-12-14), 2013.
Resmini Novi. Makalah Model-model Pembelajaran Terpadu. Bandung: UPI.tt
153
154
Maksudin. Pendidikan Nilai Komprehensif; Teori dan Praktek. Yogyakarta: UN Press cetakan I, 2009. Moleong Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. 31, 2013. Mulyasa. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2013. Mulyana, Rohmat. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung : Alfabeta, 2004. Musfah, Jejen. Budaya disiplin di sekolah. melalui http://www.academia.edu /41051998/ Budaya_Disiplin_ di_ Sekolah,html(20-01-15), 1998. Mustopa, Pendidikan Integratif Interkonektif Pendidikan Agama Islam dan Saint di SMA 1 Ngantang Malang. Yogyakarta: Tesis PPs UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010. Mardiatmaja BS. Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius, 1986. Mukti, Aditya. Kualitas Pendidikan Indonesia, melalui http://edukasi. kompasiana. com/2012/04/13/makalah-kualitas-pendidikan-di-indonesia-saat-ini454680.html(08-12-14), 2012. Muhaimin dkk. Dimensi-dimensi Studi Islam., Surabaya : Karya Abditama, 1993. Makmun, M. Ngali Zaenal. Pembelajaran IPA dan IPS Berbasis Integrasi Interkoneksi, Studi Kasus di MIN Sumberrejo Mertoyudan Magelang. Tesis PPs UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011. Nurfadhillah, Pembelajaran Terpadu, melalui http://nurfadlillah.wordpress. Com / 2010/03/06/(22-12-14), 2010. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, Perdana, Andrean. Pengertian, Ciri, Kelebihan, dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu. Melalui http://www.andreanperdana.com /2013/04/.html(28/10/ 14) 2013. Robiansyah, Firman dkk. Pengertian tujuan dan filosofi pendidikan nilai. Melalui http://groups.yahoo. com /group/pakguruonline/message/131(11/11/14), 2008.
154
155
Resmini, Novi. Makalah Model-model Pembelajaran Terpadu. Bandung: UPI.tt Runzzzz. Macam-macam nilai. Melalui http://runzzzz.wordpress. com/ 2011/ 05/ 30/ macam-macam-nilai-menurut-prof-notonegoro-dan-waber-g-everet.html(0512-14), 2011. Saputro, Budiono. Pembelajaran IPA Terpadu, Pendekatan Pratikum. Salatiga: STAIN Salatiga Press. 2014. Sapriya. Pendidikan IPS, Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2012. Sardiman AM. Khasanah Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas VIII SMP/MTs. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009. Suprayogo, Imam dan Tobroni. Metode Penelitian Sosial Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001. Sanusi. Integrasi Umat Islam. Bandung: Iqomatuddin, 1987. Suwanto dkk. Sejarah Nasional dan Umum. Semarang : Aneka Ilmu, 1997. Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2011. Sugiyono. Memahami Penelitian Kulitatif dilengkapi dengan Contoh Proposal dan Laporan Penelitian. Bandung : Alfabeta, 2005. Sukmadinata, NS. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2012. Sumantri. Pendidikan Nilai Kontemporer. Bandung: Program studi PU UPI, 2007. Suryanegara, AM. Api Sejarah 1. Bandung: Salamadani Pustaka Semesta, 2009. ______________. Api Sejarah 2. Bandung: Salamadani Pustaka Semesta, 2010. Suwarna. Strategi Integrasi Pendidikan Budi Pekerti dalam Pembelajaran berbasis Kompetensi, Jurnal Cakrawala Pendidikan vol 12, 33-37. Melalui
155
156
http;//eprints.uny.ac.id/482/1/strategi_integrasi.pdf., 2 juni 2010(05-12-14), 2010. Sukayati. Materi Diklat. Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta: PPPG, 2004. Sutarto dkk. IPS untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta : BSE Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Suharso dan Ana Retnoningsih. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux. Semarang: CV. Widya Karya, 2005. Tim Redaksi Ma‟arif Press. Himpunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MTs/SMP, Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Semarang : PW. LP Ma‟arif Jawa Tengah, 2006. Tim Penyusun MGMP IPS Temanggung. Inovasi Ilmu Pengetahuan Sosial, 2014. Tim Penulis PGMI. Pembelajaran Tematik. Surabaya : Lapis-PGMI, 2009. Tribun Jateng, Selasa 8 April 2014, Bocoran Menyesatkan. Tribun Jateng. Senin, 5 Mei 2014, Kakak Kelas Sumpal Mulut Renggo Hingga Berdarah. Tribun Jateng. Senin, 26 Mei 2014, Korban Tolak Mengerjakan PR Pelaku. Tribun Jateng. Rabu, 25 Juni 2014, Siswa SUPM Negeri Tegal Tewas Setelah Dianiaya Kakak Kelas. Tribun Jateng. Sabtu, 28 Juni 2014, Korban Febri Ternyata Adik Kelasnya. Utomo, Cahyo Budi. Peran Afektif Pengajaran Sejarah di Sekolah. Makalah, IKIP Semarang, tidak diterbitlkan. Widodo Sutrisno. Materi Diklat, Evaluasi dalam pembelajaran terpadu di Sekolah Dasar. Surabaya : 2006. Wiyono. Metode Penulisan Sejarah. Semarang : IKIP Pres, 1990. Yudaamijaya, Koswara. Konsep dasar pembelajaran Terpadu. http://ncosyuda.Blogspot.com/2012/11/.html(27-10-14), 2012.
156
Melalui
157
Lampiran 1 : Silabus asli IPS Sejarah kelas VIII Standar Kompetensi : 2. Memahami proses kebangkitan nasional. Kompetensi Dasar 2.1 Menjelaskan proses perkembangn kolonialisme dan imperilaisme Barat, serta pengaruh yang ditimbulkan nya di berbagai daerah
Materi Pokok/Pembelajaran Kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial
1. V O C 2. Daendels 3. Raffles
Kegiatan Indikator Penilaian Pembelajaran Membaca Mengidentifi referensi Tertulis kasi tentang Non kebijakancontoh tertulis kebijakan kebijakanpemerintah kebijakan kolonial di pemerintah berbagai kolonial daerah
Pengaruh yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial di berbagai daerah 1. Tanam Paksa 2. Politik Pintu Terbuka
Menelaah pengaruh yang ditimbulkan oleh kebijakankebijakan pemerintah kolonial di berbagai daerah dengan diskusi kelompok
Mengidentifi kasi pengaruh yang ditimbulkan oleh kebijakankebijakan pemerintah kolonial di berbagai daerah
Bentuk-bentuk perlawanan rakyat dalam menentang klomialisme Barat di berbagai daerah 1. Perang Paderi 2. Perang Diponegoro 3. Perang Aceh
Menelaah bentukbentuk perlawanan rakyat dalam menentang kolonialisme Barat di berbagai daerah dengan
Mendeskrips ikan bentukbentuk perlawanan rakyat dalam menentang kolonialisme Barat di berbagai daerah
157
158
membaca referensi dan mengamati gambar Daerah-daerah persebaran agama Nasrani
Membaca dan membuat peta daerahdaerah persebaran agama kristen
Mengidentifi kasi daerahdaerah persebaran agama Kristen
Standar Kompetensi : 5. Memahami usaha persiapan kemerdekaan Kompetensi Materi Kegiatan Indikator Dasar Pokok/Pembelajaran Pembelajaran 5.1 Mendes- Perbedaan perspektif Menggali Melacak kripsikan antar kelompok informasi perbedaan peristiwasekitar proklamasi tentang perspektif peristiwa kemerde-kaan perbedaan antar sekitar pro- Indonesia perspektif kelompok klamasi dan antara sekitar proklaproses kelompok masi terbentukny sekitar kemerdekaan a negara proklamasi Indonesia kesatuan kemerdekaan Republik Indonesia Indonesia dengan referensi dan sumber lain yang relevan Kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia
Membuat naskah sosiodrama kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia dan dismulasikan
158
Menyusun kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia
Penilaian Tertulis Non tertulis
tes unjuk kerja dan presentas i
159
Mendeskripsik an secara kronologis penyebaran berita tentang proklamasi kemerdekaan dan sikap rakyat di berbagai daerah
Penyebaran berita proklamasi kemerdekaan melalui berita radio, panflet, selebaran
Menggali informasi dengan referensi dan sumber yang relevan tentang penyebaran berita proklamasi
Proses terbentuknya Negara dan Pemerintah Republik Indonesia dengan sidang PPKI
Menelaah Menjelaskan proses proses terbentuknya terbentuknya negara negara pemerintahan pemerintah RI dengan Republik sidangIndonesia sidang PPKI beserta tgl 18, 19, kelengkapan dan 22 dengan sidang Agustus PPKI 1945
Dukungan dari berbagai daerah berupa dukungan spontan dan tindakan kongkrit dari berbagai daerah.
Membaca Menganalisis buku dukungan referensi dan spontan dan mengamati tindakan gambar heroik dari dukungan berbagai spontan dan daerah heroik dari terhadap berbagai pembentukan daerah negara dan terhadap pemerintah pembentukan Republik negara dan Indonesia pemerintah RI
159
160
Lampiran 2 Silabus Asli Aqidah Ahklak kelas VIII Standar Kompetensi: 1. Meningkatkan keimanan kepada kitab-kitab Allah SWT. Kompetensi Materi Dasar Pembelajaran 1.1. Menjelaskan Iman kepada pengertian kitab-kitab beriman Allah SWT. kepada kitab-kitab Allah SWT.
1.2. Menunjukk Bukti/dalil n bukti/dalil kebenaran kebenaran adanya adanya kitab-kitab kitab-kitab Allah SWT. Allah SWT
1.3. Menjelaskan Macam, macam, fungsi dan fungsi dan isi kitab isi kitabAllah Allah
Nilai Budaya & Karakter Bangsa
Indikator
Kegiatan Pembelajaran
Cinta ilmu Gemar Membaca Kreatif Disiplin Mandiri Ingin tahu Kerja sama
Menjelaskan pengertian beriman kepada kitab-kitab Allah SWT. Menunjukkan dalil naqli tentang beriman kepada kitabkitab Allah SWT.
Membaca dan menelaah berbagai literatur untuk dapat menjelaskan pengertian beriman kepada kitabkitab Allah SWT dengan benar.
Cinta ilmu Gemar Membaca Kreatif Disiplin Mandiri Ingin tahu Kerja sama
Menyebutkan bukti/dalil adanya kebenaran adanya kitabkitab Allah SWT melalui berbagai literatur Menyebutkan bukti/dalil adanya kebenaran adanya kitabkitab Allah SWT melalui dalil naqli.
Membaca dan menelaah berbagai literatur untuk menemukan bukti/dalil kebenaran adanya kitabkitab Allah SWT.
Membaca dan menelaah berbagai literatur
Cinta ilmu Gemar Membaca Kreatif 160
Menunjukkan nama-nama kitab Allah SWT beserta rasul
161
1.4. Menampilkn Perilaku perilaku yang yang mencermink mencermin an beriman kan beriman kepada kepada Kitab Allah Kitab Allah SWT. SWT.
Disiplin Mandiri Ingin tahu Kerja sama
Cinta ilmu Gemar Membaca Kreatif Disiplin Mandiri Ingin tahu Kerja sama
yang menerimanya. Menyebutkan fungsi dan isi pokok dari kitabkitab Allah.
untuk menjelaskan macam, fungsi dan isi kitab Allah
Menunjukkan sikap yang mencerminka n beriman kepada Kitab Allah SWT
Menampikan sikap mencintai Al-Quran sebagai kitab Allah SWT Menjadikan alQuran sebagai sumber hukum dan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Standar Kompetensi : 2. Menerapkan akhlak terpuji kepada diri sendiri Kompetensi Materi Nilai Budaya & Indikator Dasar Pembelajaran Karakter Bangsa 2.1. Menjelaskan Akhlak Cinta ilmu Menjelaskan Pengertian terpuji pada Gemar pengertian dan dan diri sendiri Membaca pentingnya pentingnya (tawakkal, Kreatif tawakkal tawakkal, ikhtiyar, Disiplin Menjelaskan ikhtiyar, sabar, Mandiri pengertian dan sabar, syukur syukur dan Ingin tahu pentingnya dan qana‟ah qana‟ah) Kerja sama ikhtiyar Menjelaskan pengertian dan pentingnya sabar Menjelaskan pengertian dan pentingnya syukur Menjelaskan
161
Kegiatan Pembelajaran Membaca dan menelaah berbagai literatur untuk dapat menjelaskan pengertian dan pentingnya tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur dan qana‟ah
162
pengertian dan pentingnya qana‟ah
2.2. Mengidentif kasi bentuk dan contohcontoh perilaku tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur dan qana‟ah
Bentuk dan contohcontoh perilaku tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur dan qana‟ah
2.3. Menunjukan Nilai-nilai nilai-nilai positif dari positif dari tawakkal, tawakkal, ikhtiyar, ikhtiyar, sabar, sabar, syukur dan syukur dan qana‟ah qana‟ah dalam fenomena kehidupan
Cinta ilmu Gemar Membaca Kreatif Disiplin Mandiri Ingin tahu Kerja sama
Menyebutkan contoh-contoh sikap tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur dan qana‟ah Menunjukkan ciri-ciri orang yang memiliki sikap tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur dan qana‟ah
Mengamati lingkungan sekitar untuk mengenali bentuk dan contohcontoh sikap tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur dan qana‟ah
Mengamati lingkungan sekitar untuk menunjukkan nilai-nilai positif dari tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur dan qana‟ah dalam fenomena kehidupan
Cinta ilmu Gemar Membaca Kreatif Disiplin Mandiri Ingin tahu Kerja sama
162
Menyebutkan nilai-nilai positif dari tawakkal dalam fenomena kehidupan Menyebutkan nilai-nilai positif dari ikhtiyar dalam fenomena kehidupan Menyebutkan nilai-nilai positif dari sabar dalam fenomena kehidupan Menyebutkan nilai-nilai positif dari syukur dalam fenomena kehidupan Menyebutkan nilai-nilai positif dari qana‟ah
163
dalam fenomena kehidupan 2.4. Membiasa- Perilaku kan perilaku tawakkal, tawakkal, ikhtiyar, ikhtiyar, sabar, sabar, syukur dan syukur dan qana‟ah qana‟ah.
Cinta ilmu Gemar Membaca Kreatif Disiplin Mandiri Ingin tahu Kerja sama
Menunjukkan contoh sikap tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur dan qana‟ah dalam lingkungan keluarga. Menunjukkan contoh sikap tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur dan qana‟ah dalam lingkungan sekolah. Menunjukkan contoh sikap tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur dan qana‟ah dalam lingkungan masyarakat
Mempraktikk an perilaku terpuji (tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur dan qana‟ah) bersama teman-teman dan Bpk/Ibu gurunya di sekolah.
Standar Kompetensi: 4. Meningkatkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah Kompetensi Materi Dasar Pembelajaran 4.1. Menjelaskan Iman kepada pengertian Rasul-rasul dan Allah SWT. pentingnya beriman kepada Rasul-rasul Allah SWT.
Nilai Budaya & Karakter Bangsa
Cinta ilmu Gemar Membaca Kreatif Disiplin Mandiri Ingin tahu Kerja sama
163
Indikator
Menjelaskan pengertian dan pentingnya beriman kepada rasul-rasul Allah SWT Menunjukkan dalil naqli
Kegiatan Pembelajaran Membaca dan menelaah berbagai literatur untuk dapat menjelaskan pengertian beriman
164
4.2. Menunjukkan Bukti/dalil bukti/dalil kebenaran kebenaran adanya adanya Rasul Rasul-rasul rasul Allah Allah SWT. SWT.
4.3 . Menguraikan sifat-sifat Rasul-rasul Allah SWT
Sifat-sifat Rasul-rasul Allah SWT
tentang beriman kepada rasulrasul Allah SWT Menunjukkan nama-nama Rasul yang wajib diketahui dan diimani.
kepada Rasul-rasul Allah SWT dengan benar.
Cinta ilmu Gemar Membaca Kreatif Disiplin Mandiri Ingin tahu Kerja sama
Membaca dan menelaah berbagai literatur untuk menemukan bukti/dalil kebenaran adanya Rasul-rasul Allah SWT.
Membaca dan menelaah berbagai literatur untuk menjelaskan sifat-sifat Rasul-rasul Allah SWT yang terdiri dari sifat wajib, mustahil dan jaiz
Cinta ilmu Gemar Membaca Kreatif Disiplin Mandiri Ingin tahu Kerja sama
164
Menyebutkan bukti/dalil adanya kebenaran adanya Rasulrasul Allah SWT melalui berbagai literatur Menyebutkan bukti/dalil adanya kebenaran adanya Rasulrasul Allah SWT melalui dalil naqli.naqli. Menjelaskan sifat-sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Rasul-rasul Allah SWT. Menjelaskan pengertian Ulul Azmi. Menunjukkan nama-nama Rasul Ulul Azmi. Menjelaskan sifat-sifat Rasul Ulul Azmi.
165
Standar Kompetensi : 5. Memahami mu‟jizat dan kejadian luar biasa lainnya (karomah, maunah, dan irhash) Kompetensi Materi Nilai Budaya & Indikator Dasar Pembelajaran Karakter Bangsa 5.1. Menjelaskan Mu‟jizat dan Cinta ilmu Menjelaskan Pengertian kejadian luar Gemar pengertian mu‟jizat dan biasa lainnya Membaca mu‟jizat dan kejadian luar (karomah, Kreatif contohnya biasa maunah, dan Disiplin Menjelaskan lainnya irhash) Mandiri pengertian (karomah, Ingin tahu karomah dan maunah, Kerja sama contohnya dan irhash) Menjelaskan pengertian maunah dan contohnya Menjelaskan pengertian irhash dan contohnya. 5.2. Menunjukka Hikmah Cinta ilmu Menyebutkan hikmah adanya Gemar hikmah adanya adanya mu‟jizat dan Membaca mu‟jizat mu‟jizat dan kejadian luar Kreatif Menyebutkan kejadian luar biasa lainnya Disiplin hikmah adanya biasa lainnya (karomah, Mandiri karomah (karomah, maunah, dan Ingin tahu Menyebutkan maunah, dan irhash) bagi Kerja sama hikmah adanya irhash) bagi rasul-rasul maunah rasul-rasul Allah dan Menyebutkan Allah dan orang-orang hikmah adanya orang-orang pilihan Allah irhash. pilihan Allah
165
Kegiatan Pembelajaran Membaca dan menelaah berbagai literatur untuk dapat menjelaskan pengertian mu‟jizat dan kejadian luar biasa lainnya (karomah, maunah, dan irhash)
Membaca dan menelaah berbagai literatur untuk dapat menunjukkan hikmah adanya mu‟jizat dan kejadian luar biasa lainnya (karomah, maunah, dan irhash) bagi rasul-rasul Allah dan orang-orang pilihan Allah
166
Standar Kompetensi : 6. Menerapkan akhlak terpuji kepada sesama Kompetensi Materi Nilai Budaya & Indikator Dasar Pembelajaran Karakter Bangsa 6.1 Menjelaskan Akhlak Cinta ilmu Menjelaskan pengertian terpuji pada Gemar pengertian dan dan sesama Membaca pentingnya pentingnya (husnudz Kreatif husnudz dzon husnudzon dzon, Disiplin Menjelaskan dzon, tawadlu‟, Mandiri pengertian dan tawadlu‟, tasamuh dan Ingin tahu pentingnyatawad tasamuh dan ta‟awun) Kerja sacma lu ta‟awun Menjelaskan pengertian dan pentingnya tasamuh Menjelaskan pengertian dan pentingnya ta‟awun 6.2 Mengidenti Bentuk dan Cinta ilmu Menyebutkan fikasi bentuk contoh Gemar bentuk dan dan contoh perilaku Membaca contoh-contoh perilaku husnudz Kreatif sikap husnudz husnudz dzon, Disiplin dzon, tawadlu‟, dzon, tawadlu‟, Mandiri tasamuh dan tawadlu‟, tasamuh dan Ingin tahu ta‟awun tasamuh dan ta‟awun Kerja sama Menunjukkan ta‟awun ciri-ciri orang yang memiliki sikap husnudz dzon, tawadlu‟, tasamuh dan ta‟awun 6.3 Menunjukkn Nilai-nilai Cinta ilmu Menyebutkan nilai-nilai positif dari Gemar nilai-nilai positif positif dari husnudz Membaca dari husnudz husnudz dzon, Kreatif dzon dalam
166
Kegiatan Pembelajaran Membaca dan menelaah berbagai literatur untuk dapat menjelaskan pengertian dan pentingnya husnudz dzon, tawadlu‟, tasamuh dan ta‟awun
Mengamati lingkungan sekitar untuk mengenali bentuk dan contohcontoh sikap husnudz dzon, tawadlu‟, tasamuh dan ta‟awun
Mengamati lingkungan sekitar untuk menunjukkan
167
dzon, tawadlu‟, tasamuh dan ta‟awun dalam fenomena kehidupan
tawadlu‟, Disiplin tasamuh dan Mandiri ta‟awun Ingin tahu Kerja sama
6.4 Membia Perilaku Cinta ilmu sakan perila husnudz Gemar ku husnudz dzon, Membaca dzon, tawadlu‟, Kreatif tawadlu‟, tasamuh dan Disiplin tasamuh dan ta‟awun Mandiri ta‟awun Ingin tahu Kerja sama
167
fenomena kehidupan Menyebutkan nilai-nilai positif dari tawadlu‟ dalam fenomena kehidupan Menyebutkan nilai-nilai positif dari tasamuh dalam fenomena kehidupan Menyebutkan nilai-nilai positif dari ta‟awun dalam fenomena kehidupan
nilai-nilai positif dari husnudz dzon, tawadlu‟, tasamuh dan ta‟awun dalam fenomena kehidupan
Mempraktikk an perilaku terpuji (husnudz dzon, tawadlu‟, tasamuh dan ta‟awun) bersama teman-teman dan Bpk/Ibu gurunya di sekolah.
Menunjukkan sikap husnudz dzon kepada sesama. Menunjukkan sikap tawadlu‟ kepada sesama. Menunjukkan sikap tasamuh kepada sesama. Menunjukkan sikap ta‟awun kepada sesama
168
Lampiran 3 Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang memiliki potensi untuk diintegrasikan IPS Sejarah
Aqidah Akhlak
Kelas VIII semester 1 (gasal) SK.2. Memahami proses kebangkitan nasioanl KD.2.1. Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialism Barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah. Materi Pembelajaran : Bentuk-bentuk perlawanan rakyat dalam menentang kolonialisme Barat di berbagai daerah : - Perang Paderi - Perang Diponegoro - Perang Aceh
Kelas VIII semester 1 SK.2. Menerapkan akhlak terpuji kepada diri sendiri KD.2.1.Menjelaskan pengertian dan pentingnya tawakkal, Ikhtiyar, Sabar, Syukur dan Qanaah. Materi Pembelajaran : Akhlak terpuji pada diri sendiri (tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur dan qana’ah)
Kelas VIII semester 2 (genap) SK. 5. Memahami usaha persiapan kemerdekaan KD.5.1. Mendeskripsikan peristiwa – peristiwa sekitar proklamasi dan proses terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Materi Pembelajaran : - Perbedaan perspektif antar kelompok sekitar
Kelas VIII semester 2 SK. 6. Menerapkan Akhlak terpuji kepada sesama KD.6.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya husnudzon, tawadlu’ tasamuh dan ta’awun. Materi Pembelajaran : Akhlak terpuji
168
Nilai-nilai Agama Islam yang dapat diintegrasikan
Meneladani akhlak terpuji yang terdapat dalam tokoh-tokoh pemimpin perlawanan rakyat terhadap kolonialisme Barat antarar lain sikap tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur dan qonaah yang mengiringi perang Paderi, Perang Diponegoro dan perang Aceh.
Meneladani akhlak terpuji kepada sesama seperti ketika para tokoh pemimpin RI mempersiapkan kemerdekaan negeri ini yang dijiwai dengan husnudzon, tawadlu’, tasamuh dan ta’awun.
169
proklamasi kemerdekaan Indonesia. - Kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia. - Proses terbentuknya Negara dan Pemerintah Republik Indonesia dengan sidang PPKI.
kepada sesama (husnudzon, tawadlu’ tasamuh dan ta’awun).
169
170
Lampiran 4 Penjabaran dalam indikator IPS Sejarah
Kelas VIII semester 2 (genap) Perang Paderi 1. Menjelaskan latar belakang lahirnya gerakan paderi. 2. Menjelaskan sikap tawakal yang telah ditunjukkan oleh para tokoh gerakan paderi 3. Menyebutkan tokoh pemimpin perang paderi. 4. Menjelaskan jalannya pertempuran dalam Perang Paderi. 5. Menemukan sikap sabar dalam menerima hasil perjuangan yang telah dicontohkan oleh tokoh pemimpin perang paderi.
Aqidah Akhlak
1.Menjelaskan pengertian dan pentingnya sikap tawakkal, Ikhtiyar, Sabar, Syukur dan Qanaah. 2. Menunjukkan ciriciri orang yang memiliki sikap tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur dan qana‟ah. 3. Menunjukkan contoh sikap tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur dan qana‟ah dalam lingkungan masyarakat.
Perang Diponegoro 1. Menyebutkan faktor penyebab terjadinya Perang Diponegoro 2. Menunjukkan sikap ihktiyar P. Diponegoro dalam memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda. 3. Menjelaskan proses perlawanan Diponegoro 4. Menunjukkan sikap sabar yang dimiliki oleh para pemimpin Perang
Nilai-nilai Agama Islam yang dapat diintegrasikan
1.Sikap Tawakal untuk elakukan perjuangan dalam memurnikan ajaran Islam.
2.Sikap Sabar dalam setiap hasil perjuangan
1.Sikap ihktiyar melakukan perlawanan terhadap ketidakadilan dan kedholiman
2. Sikap sabar dan Qonaah terhadap hasil
170
171
Diponegoro 5. Menjelaskan akhir Perang Diponegoro 6.Menemukan sikap Qonaah yang telah dicontohkan oleh para tokoh pemimpin perang Diponegoro
sebuah perjuangan.
Perang Aceh 1. Menyebutkan sebab terjadinya perang Aceh. 2. Menunjukkan sikap ihktiyar tokoh pemimpin Aceh dalam memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda. 3. Menyebutkan 3 tokoh pemimpin dalam perang Aceh. 4. Menemukan sikap sabar yang telah dicontohkan oleh para tokoh pemimpin perang Aceh. 5. Menjelaskan faktor yang menyebabkan Perang Aceh berlangsung lama 6. Menemukan sikap Qonaah yang telah dicontohkan oleh para tokoh pemimpin perang Aceh. 7. Menjelaskan strategi Belanda menundukkan perlawanan Aceh 8. Menemukan sikap syukur Kepada Allah SWT atas perjuangan para syuhada.
1. Sikap Ihktiyar untuk mempertahankan hak kemerdekaan.
2. Sikap sabar dan menghadapi Kedholiman.
4. Sikap qonaah Menghadapi Kedholiman
3. Sikap syukur kepada Allah atas perjuangan para syuhada‟
171
172
Kelas VIII semester 2 (genap) Dukungan dari berbagai daerah berupa dukungan spontan dan tindakan kongkrit dari berbagai daerah.Melacak perbedaan perspektif antar kelompok sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia Menunjukkan sikap tawadlu‟ yang dimiliki Para pemuda dalam peristiwa Rengasdengklok Menyusun kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia. Menunjukkan sikap Ta’awun dalam kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia
SK. 6. Menerapkan Akhlak terpuji kepada sesama KD.6.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya husnudzon, tawadlu‟ tasamuh dan ta‟awun. Materi Pembelajaran : Akhlak terpuji kepada sesama (husnudzon, tawadlu‟ tasamuh dan ta‟awun).
Mendeskripsikan secara kronologis penyebaran berita tentang proklamasi kemerdekaan dan sikap rakyat di berbagai daerah Menemukan sikap ta’awun dalam penyebaran berita proklamasi kemerdekaan dan sikap rakyat diberbagai daerah.
Sikap Tawalu’ yg dimiliki para pemuda dalam peristiwa Rengasdengklok
Sikap ta’awun dalam kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia
sikap ta’awun yang terdapat dalam penyebaran berita proklamasi kemerdekaan dan sikap rakyat di berbagai daerah
Menjelaskan proses terbentuknya negara dan pemerintahan Republik Indonesia beserta kelengkapannya dengan sidang-sidang PPKI. Menunjukkan sikap tasamuh dan ta’awun dalam proses terbentuknya negara dan
sikap tasamuh dan ta’awun yang terdapat dalam
172
173
pemerintahan RI beserta kelengkapannya dengan sidang-sidang PPKI
proses terbentukknya Negara dan pemerintahan RI.
Menganalisis dukungan spontan dan tindakan heroik dari berbagai daerah terhadap pembentukan negara dan pemerintah Republik Indonesia. sikap husnudz-dzon yang terdapat dalam dukungan spontan terhadap pembentukan negara dan pemerintah Republik Indonesia
Memberi contoh sikap husnudz-dzon yang terdapat dalam dukungan spontan terhadap pembentukan negara dan pemerintah Republik Indonesia..
173
174
Lampiran 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN( RPP )157 Nama Sek/Madrasah : MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Mata Pelajaran
: IPS Sejarah
Kelas / semester
: VIII / 1
Standar Kompetensi
: 2.
Memahami proses kebangkitan nasional
Kompetensi Dasar
: 2.1
Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperilaisme
Barat
serta
pengaruh
yang
ditimbulkannya di berbagai daerah. Indikator
: 1. Menjelaskan latar
belakang lahirnya gerakan paderi.
2. Menjelaskan sikap tawakal yang telah ditunjukkan oleh para tokoh gerakan paderi 3. Menyebutkan tokoh
pemimpin perang paderi.
4. Menjelaskan jalannya pertempuran dalam Perang Paderi. 5. Menemukan sikap sabar
dalam menerima hasil
perjuangan yang telah dicontohkan oleh tokoh pemimpin perang paderi. Alokasi Waktu
: 1 x 40 menit ( 1 x pertemuan )
A. Tujuan Pembelajaran 1.
Siswa dapat menjelaskan latar belakang lahirnya gerakan paderi.
157
Fitri Susanti, Perangkat Pembelajaran IPS Sejarah Kelas VIII MTs Ma’arif Wadas, Wawancara, Senin, 12 Januari 2015, 10.00 di ruang guru
174
175
2.
Dapat menjelaskan sikap tawakal yang telah ditunjukkan oleh para tokoh gerakan paderi.
3.
Menyebutkan tokoh
pemimpin perang paderi.
4.
Menjelaskan jalannya pertempuran dalam Perang Paderi.
5.
Menemukan sikap sabar dalam menerima hasil perjuangan yang telah dicontohkan oleh tokoh pemimpin perang paderi.
B Materi Pelajaran. 1. Latar belakang lahirnya gerakan paderi. Latar belakang lahirnya gerakan paderi adalah pemurnian ajaran Islam.158 2. Sikap tawakal yang telah ditunjukkan oleh para tokoh gerakan paderi. Tawakal berarti berserah diri kepada Allah SWT, atau menyerahkan suatu urusan kepada kebijakan Allah SWT, yang mengatur segala-galanya. Tawakal kepada Allah harus didahului oleh usaha yang sungguh-sungguh. Tawakal yang dilakukan sebelum berusaha yang sungguh-sungguh tidak dibenarkan dlam Islam. Allah SWT berfirman : َّ َّللاِ إِ َّى َّ ًَ…فَئ ِ َذا َع َز ْهتَ فَت ََى َّكلْ َعل. ََّللاَ َُ ِحةُّ ْال ُوتَ َى ِّكلُِي Artinya : ....kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah, sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal. (Q.S. Ali Imran/3 : 159)159 158
159
Suwanto dkk, Sejarah Nasional dan Umum, Semarang : Aneka Ilmu, 1997, 32 T. Ibrahin, Membangun Aqidah dan Akhlak 2, Solo, PT Tiga Serangkai, 1997, 29.
175
176
Sikap Tawakal para tokoh gerakan paderi dapat dilihat dari awal gerakan ini dilakukan sudah mendapatkan reaksi tidak hanya dari penjajah Belanda tapi juga kaum adat di Minangkabau. Namun kaum paderi tetap gigih berjuang untuk memurnikan ajaran agama Islam yang sudah bercampur dengan adat budaya yang jelas-jelas bertentangan dengan syariat Islam, misalnya kebiasaan berjudi, minum tuak dan sabung ayam. Akhirnya perang tak bisa dihindari antara kaum paderi dengan kaum adat yang mendapat bantuan Belanda. Golongan Paderi tetap bersikap tawakal meskipun harus berhadapan dengan kekuatan yang lebih besar. 3. Tokoh pemimpin perang paderi. Tokoh pemimpin perang paderi adalah Tuanku Imam Bonjol, Datok Bandaro, Tuanku Pasaman, Tuanku Nan Cerdik.160 4. Jalannya pertempuran dalam Perang Paderi. Tahap I (1821-1825) perang antara kaum padri dengan kaum adat . tahap II (1830-1870) perang anatar kaum adat dan kaum paderi melawan Belanda. g Karena kekuatan yang tidak seimbang pada 21 September 1837 Tuanku Imam Bonjol tertangkap Belanda dan diasingkan ke Cianjur, Ambon lalu ke Minahasa.
160
Tim MGMP IPS Kabupaten Temanggung, Inovasi Ilmu Pengetahuan Sosial, 2014, 37.
176
177
5. Sikap sabar dalam menerima hasil perjuangan yang telah dicontohkan oleh tokoh pemimpin perang paderi. Sabar berarti tahan menderita sesuatu, tidak lekas patah hati, tidak lekas putus asa. Firman Allah swt :
ِ َّ صابُِروا َوَرابِطُوا َواتَّ ُقوا اللَّهَ ل ََعلَّ ُك ْم ْ ين آ ََمنُوا َ اصبِ ُروا َو َ يَا أَيُّ َها الذ
تُ ْفلِ ُحو َن
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. (Q.S. Ali Imran/3 : 200)161 Sikap sabar pemimpin paderi terlihat ketika diadu domba oleh Belanda dengan
kaum
adat
maupun
dengan
prajurit
Diponegoro
(Sentot
Prawirodirjo), mereka tetap sabar. Bahkan ketika akhirnya kalah dan Imam Bonjol tertangkap Belanda, mereka tetap sabar. C Metode Pembelajaran 1. Ceramah bervariasi 2. Diskusi 3. Tanya jawab 4. Observasi / pengamatan
161
Tim MGMP IPS Kabupaten Temanggung, ………….34
177
178
D. Langkah - langkah Kegiatan Pembelajaran Tabel 4.11. Langkah-langkah kegiatan Pembelajaran Perte muan
1
Langkah-langkah
EEK
a. Pendahuluan Berdoa, memeriksa kehadiran siswa dan kerapihan kelas Motivasi : Menceritakan semangat para tokoh perlawanan dan menghubungkan dengan nilai-nilai agama Islam yang terdapat dalam setiap peristiwa perlawanan terhadap penjajah Belanda. Apersepsi : Memperlihatkan gambar tokoh perlawanan dan ditanyakan kepada siswa tentang nama tokoh dan daerah perlawanannya. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai agar siswa menguasai materi pelajaran yang akan dipelajari. b. Kegiatan Inti Guru membagi siswa ke dalam 3 kelompok. Tiap kelompok membaca buku referensi, mengamati gambar-gambar pahlawan, dan mencari nilai-nilai Islam yang terkandung didalamnya. Tiap kelompok mendiskusikan tentang proses Perang Paderi dan mencari nilainilai agama Islam yang terdapat dalam peristiwa tsb. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi Guru memberi penilaian dari pengamatan selama diskusi berlangsung Tanya jawab tentang hasil diskusi Guru memberikan penguatan dan umpan
178
Intgra si Nilai
Waktu (menit ) 10‟
Ekplo rasi
Tawa kal
Sabar
20 Elabo rasi
Konfi
179
balik positif serta menfasilitasi siswa apabila ada pertanyaan dan menerangkan materi yang kurang dimengerti siswa c. Penutup Membuat kesimpulan hasil diskusi bersama-sama Memberikan tes / pertanyaan memberikan tugas tiap individu dikerjakan di rumah. Menginformasikan materi yang akan disampaikan pertemuan berikutnya
rmasi
10
E. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Anwar Kurnia, Sejarah Untuk SMP Kelas VIII, Jakarta, Yudhistira, 2007. 2. Kurtubi, IPS Untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta ;Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasionel, 2009. 3. Sutarto dkk, IPS untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta : BSE Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. 4. Suwanto dkk, Sejarah Nasional dan Umum, Semarang : Aneka Ilmu, 1997 5. Sardiman AM, Khasanah Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas VIII SMP MTs, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, 2009 6. T. Ibrahin, Membangun Aqidah dan Akhlak 2, Solo, PT Tiga Serangkai, 2007. 7. Tim MGMP IPS Kabupaten Temanggung, Inovasi IPS, 2014. 8. Peta 9. Globe 10. LCD F. Penilaian Hasil Belajar 1. Teknik Penilaian 179
180
1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Penugasan 4. Observasi 2. Bentuk Instrumen 1. Tes uraian Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan benar ¡ 1) Jelaskan latar belakang lahirnya gerakan paderi ! 2) Jelaskan sikap tawakal yang telah ditunjukkan oleh para tokoh gerakan paderi. 3) Sebutkan tokoh
pemimpin perang paderi.
4) Jelaskan jalannya pertempuran dalam Perang Paderi. 5) TunJukkan sikap sabar dalam menerima hasil perjuangan yang telah dicontohkan oleh tokoh pemimpin perang paderi. Skor Penilaian : Tiap nomor jawaban betul skor 2 Nilai ( 2 x 5 ) = 10 Penugasan : Buatlah Peta “ Tempat terjadinya Perang Paderi” Tabel 4.12. RUBRIK PENILAIAN “ TUGAS RUMAH “ NO.
Nama Siswa
Peta “Tempat terjadinya Perang Paderi” Aspek yang dinilai/ Skor ketepatan Kelengkapan keindahan Jmh skor 4 3 3 10
180
181
Tabel 4.13. Rubrik penilaian proses diskusi : No
Nama Siswa
Inisiatif
Aspek Penilaian Kerjasama Kekompakan
Presentasi
Jumlah Skor
1. 2. 3. 4. Keterangan : Rentang Skor
5=Sangat Baik, 4=Baik, 3=Cukup, 2=Kurang, 1=Sangat Kurang.
Nilai akhir ((NA) : Jumlah Skor Penilaian
X 100
=
Skor Maksimum Mengetahui
Temanggung, Juli 2014
Kepala Madrasah
Guru Mata Pelajaran
………………….. Fitri Susanti, S.Pd
181
182
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Nama Sek/Madrasah : MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Mata Pelajaran
: IPS Sejarah
Kelas / semester
: VIII / 1
Standar Kompetensi
: 2.
Memahami proses kebangkitan nasional
Kompetensi Dasar
: 2.1
Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperilaisme
Barat
serta
pengaruh
yang
ditimbulkannya di berbagai daerah. Indikator :
1.
Menyebutkan faktor
penyebab terjadinya
Perang
Diponegoro 2.
Menunjukkan sikap ihktiyar
P. Diponegoro
dalam
memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda. 3.
Menjelaskan proses perlawanan Diponegoro.
4.
Menunjukkan sikap sabar yang dimiliki oleh para pemimpin Perang Diponegoro.
5.
Menjelaskan akhir Perang Diponegoro.
6.
Menemukan sikap Qonaah yang telah dicontohkan oleh para tokoh pemimpin perang Diponegoro
Alokasi Waktu
: 1 x 40 menit
182
183
A. Tujuan Pembelajaran 1.
Siswa dapat menyebutkan faktor penyebab terjadinya Perang Diponegoro?
2.
Siswa dapat menunjukkan sikap ihktiyar P. Diponegoro dalam memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda.
3.
Siswa dapat menjelaskan proses perlawanan Diponegoro.
4.
Siswa dapat menunjukkan sikap sabar yang dimiliki oleh para pemimpin Perang Diponegoro.
5.
Siswa dapat menjelaskan akhir Perang Diponegoro.
6.
Siswa dapat menemukan sikap Qonaah yang telah dicontohkan oleh para tokoh pemimpin perang Diponegoro
B. Materi Pelajaran 1. Faktor penyebab terjadinya Perang Diponegoro. Sebab umum : 1. Penderitaan rakyat akibat pajak yang berat 2.
Wilayah Mataram yang semakin sempit
3. Campur tangan Belanda dalam masalah kerajaan 4. Masuknya budaya barat yang merusak syariat agama Sebab khusus : Pembuatan jalan raya yang melewati makam leluhur Diponegoro.162
2. Sikap Ikhtiar Diponegoro dalam mengadakan perlawanan terhadap penjajah Belanda.
162
Kurtubi, IPS Untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta ; Pusat Perbukuan Pendidikan Nasional, 2009, 65.
183
Departemen
184
ْ yang berarti Ikhtiar secara bahasa berasal dari bahasa Arab إختَُِا ٌز memilih. Selanjutnya ikhtiar diartikan berusaha karena pada hakekatnya orang yang berusaha berarti memilih. Secara istilah ikhtiar berarti melakukan suatu kegiatan dengan maksud untuk memperolah suatu hasil yang dikehendaki. Ketika P. Diponegoro melihat penderitaan rakyat karena Belanda memungut pajak yang memberatkan, tanah-tanah rakyat diambil alih oleh Belanda untuk dijadikan perkebunan, masuknya budaya barat yang merusak seperti gaya berpakaian dan minuman keras, campur tangan Belanda dalam masalah kerajaan dll, maka P. Diponegoro memilih untuk melawan pemerintah Belanda, atau berikhtiar memimpin perlawanan rakyat terhadap penjajah Belanda dengan maksud merubah suatu keadaan yang tentunya dikehendaki akan lebih baik. G Proses perlawanan Diponegoro.
Perlawanan dimulai pada 12 Juli 1825, P. Diponegoro didukung oleh Pangeran Mangkubumi, Kyai Mojo dan Sentot Alibasyah Prawirodirjo. Dengan teknik perang gerilya Belanda banyak mengalami kekalahan dan memakan banyak biaya. Belanda menghadapinya dengan siasat “Benteng Stelsel” Satu persatu para pendukung P. Diponegoro tertangkap. Akhirnya P.
184
185
Diponegoro mendatangi perundingandi Magelang pada 18 Maret 1830 yang merupakan jebakan Belanda untuk mengakhiri perang tersebut.163
H Sikap sabar yang dimiliki oleh Diponegoro.
Sikap sabar Diponegoro ditunjukkan ketika menghadapi strategi Belanda yang akan memberikan hadiah sebesar 50.000 Gulden kepada siapa saja yang bisa menangkap Diponegoro dan menangkap Kencono Wungu (Ibu Diponegoro) agar Diponegoro menyerah, tapi dihadapi dengan sabar, tetap semangat melanjutkan perjuangan mengusir Belanda dari tanah Jawa. I
Akhir Perang Diponegoro. Akhir perang ini Diponegoro dijebak oleh Belanda dalam perundingan di Magelang. Diponegoro ditangkap dan dibuang di Manado, kemudian dipindah ke Makasar hingga wafat pada 8 Januari 1855.
J Sikap Qonaah yang telah dicontohkan oleh Diponegoro.
Qonaah artinya rela menerima kenyataan hidup yang dialami, Untuk berjihad membela yang lemah P. Diponegoro rela keluar dari istana dan bergerilya melawan Belanda hingga terjebak tipu daya Belanda. Dibuang ke Manado lalu Makasar, 25 tahun hidup dalam pengasingan Beliau terima dengan Qonaah. D Metode Pembelajaran
163
Sutarto dkk, IPS untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta : BSE Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. 77.
185
186
1. Ceramah bervariasi 2. Diskusi 3. Tanya jawab 4. Observasi / pengamatan
E. Langkah - langkah Kegiatan Pembelajaran Tabel 4.14. Langkah langkah kegiatan pembelajaran Perte muan
1
Langkah-langkah
EEK
a. Pendahuluan Berdoa, memeriksa kehadiran siswa dan kerapihan kelas Motivasi : Menceritakan semangat Eksplopara tokoh perlawanan dan rasi menghubungkan dengan nilai-nilai agama Islam yang terdapat dalam setiap peristiwa perlawanan terhadap penjajah Belanda. Apersepsi : Memperlihatkan gambar tokoh perlawanan dan ditanyakan kepada siswa tentang nama tokoh dan peranannya. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai agar siswa menguasai materi pelajaran yang akan dipelajari. b. Kegiatan Inti Guru membagi siswa ke dalam 3 kelompok. Tiap kelompok membaca buku Elaboreferensi, mengamati gambarRasi gambar pahlawan, dan mencari nilainilai Islam yang terkandung didalamnya. Tiap kelompok mendiskusikan
186
Karakter
Waktu (menit ) 10
Ikhtiar
Sabar
Qanaah
30
187
tentang terjadinya Perang Diponegoro dan mencari nilai-nilai agama Islam yang terdapat dalam peristiwa tsb. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi Guru memberi penilaian dari pengamatan selama diskusi berlangsung Tanya jawab tentang hasil diskusi Guru memberikan penguatan dan umpan balik positif serta menfasilitasi siswa apabila ada pertanyaan dan menerangkan materi yang kurang dimengerti siswa c. Penutup Membuat kesimpulan hasil diskusi bersama-sama Memberikan tes / pertanyaan memberikan tugas tiap individu dikerjakan di rumah. Menginformasikan materi yang akan disampaikan pertemuan berikutnya
konfirmasi
10
F. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Anwar Kurnia, Sejarah Untuk SMP Kelas VIII, Jakarta, Yudhistira, 2007. 2. Kurtubi, IPS Untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta ;Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009. 3. Sutarto dkk, IPS untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta : BSE Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. 4. Suwanto dkk, Sejarah Nasional dan Umum, Semarang : Aneka Ilmu,
1997
5. Sardiman AM, Khasanah Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas VII SMP MTs, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, 2009
187
188
6. T. Ibrahin, Membangun Aqidah dan Akhlak 2, Solo, PT Tiga Serangkai, 2007. 7. Tim MGMP IPS Kabupaten Temanggung, Buku INOVASI, 2014 8. Peta 9. Globe 10. LCD G. Penilaian Hasil Belajar 1. Teknik Penilaian 1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Penugasan 4. Observasi 2. Bentuk Instrumen : Tes uraian Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan benar ¡ a. Sebutkan faktor penyebab terjadinya Perang Diponegoro! b. Tunjukkan sikap ihktiyar Diponegoro dalam mengadakan perlawanan terhadap penjajah Belanda! c. Jelaskan proses perlawanan Diponegoro! d. Tunjukkan sikap sabar yang dimiliki oleh Diponegoro! e. Jelaskan akhir Perang Diponegoro! f. Tunjukkan sikap Qonaah yang telah dicontohkan oleh Diponegoro! Skor Penilaian: Skor Jawaban Betul 188
189
Soal Nomor 1 2 3 4 5 Nilai
1 2 2 1 2 10
Penugasan : Buatlah peta daerah “Benteng Stelsel”
NO.
Tabel 4.15.
RUBRIK PENILAIAN “ TUGAS RUMAH “
Nama Siswa
Peta “Benteng Stelsel” Aspek yang dinilai/ Skor kelengkapan keindahan
Ketepatan
Jmh skor
Tabel 4.16. Rubrik penilaian proses diskusi : No
Nama Siswa
Inisiatif
Aspek Penilaian Kerjasama Kekompakan
1. 2. 3. 4.
Keterangan : Rentang Skor
5=Sangat Baik, 4=Baik, 3=Cukup, 2=Kurang, 1=Sangat Kurang.
Nilai akhir ((NA) : Jumlah Skor Penilaian 189
X 100
=
Presentasi
Jumlah Skor
190
Skor Maksimum Mengetahui
Temanggung, Juli 2014
Kepala Madrasah
Guru Mata Pelajaran
…………………………
Fitri Susanti, S.Pd. NIP. -
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Nama Sek/Madrasah : MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Mata Pelajaran
: IPS Sejarah
Kelas / semester
: VIII / 1
Standar Kompetensi
: 2.
Memahami proses kebangkitan nasional
Kompetensi Dasar
: 2.
Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperilaisme Barat serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah.
Indikator
:
1. Menyebutkan sebab terjadinya perang Aceh. 2. Menunjukkan sikap ihktiyar tokoh pemimpin Aceh dalam memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda. 3. Menyebutkan 3 tokoh pemimpin perang Aceh. 4. Menemukan sikap sabar yang telah dicontohkan oleh para tokoh pemimpin perang Aceh. 5. Menjelaskan strategi Belanda menundukkan perlawanan Aceh. 6. Menemukan sikap Qonaah yang telah dicontohkan oleh
190
191
para tokoh pemimpin perang Aceh. Alokasi Waktu
: 40 menit ( 1 x pertemuan )
A. Tujuan Pembelajaran : 1. Menyebutkan sebab terjadinya perang Aceh. 2. Menunjukkan sikap ihktiyar tokoh pemimpin Aceh dalam memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda. 3. Menyebutkan 3 tokoh pemimpin perang Aceh. 4. Menemukan sikap sabar yang telah dicontohkan oleh para tokoh pemimpin perang Aceh. 5. Menjelaskan strategi Belanda menundukkan perlawanan Aceh. 6. Menemukan sikap Qonaah yang telah dicontohkan oleh para tokoh pemimpin perang Aceh. B. Materi Pelajaran 1. Sebab terjadinya perang Aceh. Sebab Umum: Belanda ingin mengasai Aceh yang letaknya strategis, Belanda mengganti Traktat London menjadi Traktat Sumatra, Belanda campur tangan urusan luar negeri Aceh. Sebab khusus: Belanda menuntut agar Aceh tunduk pada kerajaan Belanda. 2. Sikap ihktiyar tokoh pemimpin Aceh dalam memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda. Aceh merupakan kerajaan yang bebas dari pengaruh asing. Keadaan berubah dengan adanya penandatangan Traktat Sumatra antara
191
192
Inggris dan Belanda tahun 1871 yang membuka kesempatan Belanda untuk menguasai Aceh. Para pemimpin Aceh menolak dan ber-ihktiar melawan Belanda.
3. Tokoh pemimpin dalam perang Aceh. Panglima Polim, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Cut Nyak Din, Cut Mutia.164 2. Sikap sabar yang telah dicontohkan oleh para tokoh pemimpin perang Aceh. Sikap ini ditunjukkan dengan kesabarannya para pemimpin Aceh ketika pada tahun 1899, Belanda mulai menerapkan siasat kekerasan dengan mengadakan serangan besar-besaran ke daerah-daerah pedalaman. Tanpa mengenal
perikemanusiaan,
pasukan
Belanda
membinasakan
semua
penduduk daerah yang menjadi targetnya. Satu per satu para pemimpin perlawanan rakyat Aceh terbunuh, namun para pemimpin Aceh tetap sabar dan terus berjuang. 3. Strategi Belanda menundukkan perlawanan Aceh. Belanda memerintahkan Dr. Snouck Hurgronje yang paham tentang agama Islam untuk mengadakan penelitian tentang kehidupan masyarakat Aceh. Dr. Snouck Hurgronje memberi saran dan masukan kepada pemerintah
164
Tim MGMP IPS………………. 40
192
193
Hindia Belanda mengenai hasil penyelidikannya terhadap masyarakat Aceh yang ditulis dengan judul De Atjehers.165 Kesimpulan hasil penyelidikan Dr. Snouck Hurgronje adalah: a. Belanda harus mengesampingkan Sultan, karena Sultan hanya sebagai lambang pemersatu, Kekuatan justru terletak pada Hulubalang dan Ulebalang. b. Untuk menaklukkan rakyat Aceh, harus dilakukan serangan serentak di seluruh Aceh. c. Setelah nanti mampu menduduki Aceh, mestinya pemerintah HindiaBelanda harus meningkatkan kesejahteraan rakyat Aceh. Dalam kenyataannya Belanda hanya melaksanakan poin pertama dan kedua, sedang poin ketiga diabaikan. 4. Sikap Qonaah yang telah dicontohkan oleh rakyat Aceh. Sikap ini ditunjukkan dengan sikap rakyat Aceh ketika para pemimpin satu persatu gugur, tertangkap dan diasingkan Belanda, rakyat tetap qanaah dengan melanjutkan perjuangan melawan Belanda hingga datangnya Jepang ke Indonesia. C. Metode Pembelajaran 1. Ceramah bervariasi 2. Diskusi 3. Tanya jawab 165
Suwanto dkk, Sejarah Nasional dan Umum, Semarang : Aneka Ilmu, 1997, 41.
193
194
4. Observasi / pengamatan
D. Langkah - langkah Kegiatan Pembelajaran Tabel 4.17. Langkah Pembelajaran Perte muan 1
Langkah-langkah
EEK
a. Pendahuluan Berdoa, memeriksa kehadiran siswa dan kerapihan kelas Motivasi : Menceritakan semangat Eksplopara tokoh perlawanan dan Rasi menghubungkan dengan nilai-nilai agama Islam yang terdapat dalam setiap peristiwa perlawanan terhadap penjajah Belanda. Apersepsi : Memperlihatkan gambar tokoh dan ditanyakan kepada siswa tentang nama tokoh tersebut berikut peranannya. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai agar siswa menguasai materi pelajaran yang akan dipelajari. b. Kegiatan Inti Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok membaca buku referensi, mengamati gambar-gambar tokoh, dan mencari nilai-nilai Islam yang terkandung didalamnya. Tiap kelompok mendiskusikan tentang proses dan perkembangan Perang Aceh lalu mencari nilai-nilai agama
194
Integras Waktu Nilai (menit ) 10 Ikhtiar
Sabar
Tawaka l
20 Elaborasi
195
Islam yang terdapat dalam peristiwa tersebut. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi Guru memberi penilaian dari knfirma pengamatan selama diskusi si berlangsung Tanya jawab tentang hasil diskusi Guru memberikan penguatan dan umpan balik positif serta menfasilitasi siswa apabila ada pertanyaan dan menerangkan materi yang kurang dimengerti siswa
c. Penutup Membuat kesimpulan hasil diskusi bersama-sama Memberikan tes / pertanyaan memberikan tugas tiap individu dikerjakan di rumah. Menginformasikan materi yang akan disampaikan pertemuan berikutnya
10
E. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Anwar Kurnia, Sejarah Untuk SMP Kelas VIII, Jakarta, Yudhistira, 2007. 2. Kurtubi, IPS Untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta ;Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009. 3. Sutarto skk, IPS untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta : BSE Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. 4. Suwanto dkk, Sejarah Nasional dan Umum, Semarang : Aneka Ilmu,
1997
5. Sardiman AM, Khasanah Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas VII SMP MTs, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, 2009 6. T. Ibrahin, Membangun Aqidah dan Akhlak 2, Solo, PT Tiga Serangkai, 2007.
195
196
7. Tim MGMP IPS Kabupaten Temanggung, Buku INOVASI, 2014. 8. Peta 9. Globe 10. LCD F. Penilaian Hasil Belajar 1. Teknik Penilaian a. Tes lisan b. Tes tertulis c. Penugasan d. Observasi 2. Bentuk Instrumen : Tes uraian Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan benar ¡ 1) Sebutkan sebab terjadinya perang Aceh ! 2) Tunjukkan sikap ihktiyar tokoh pemimpin Aceh dalam memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda ! 3) Sebutkan 3 tokoh pemimpin perang Aceh ! 4) Tunjukkan sikap sabar yang telah dicontohkan oleh para tokoh pemimpin perang Aceh!. 5) Jelaskan strategi Belanda dalam menundukkan perlawanan Aceh? 6) Tunjukkan sikap Qanaah yang telah dicontohkan oleh rakyat Aceh!. Skor penilaian : Soal Nomor
Skor Jawaban Betul 196
197
1 2 3 4 5 Nilai Penugasan :
1 2 1 2 2 10
Apa yang kamu ketahui tentang “Snouck Hourgronye” dan Apa peranannya dalam perang Aceh?
Tabel 4.18. RUBRIK PENILAIAN “ TUGAS RUMAH “
NO.
Nama Siswa
Latar belakang tokoh
“Snouck Hourgronje” Aspek yang dinilai/ Skor Peran Tujuan penting yang dilakukan
Jml skor
Tabel 4.19. Rubrik penilaian proses diskusi : No
Nama Siswa
Inisiatif
Aspek Penilaian Kerjasama Kekompakan
1. 2. 3. 4. Keterangan : Rentang Skor
5=Sangat Baik, 4=Baik, 3=Cukup, 2=Kurang, 1=Sangat Kurang.
Nilai akhir ((NA) : Jumlah Skor Penilaian Skor Maksimum
197
X 100
=
Presentasi
Jumlah Skor
198
Mengetahui Kepala Madrasah
Temanggung, Juli 2014 Guru Mata Pelajaran
…….........................
Fitri Susanti, S.Pd. NIP. -
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (R P P) Sekolah / Madrasah
: MTs Ma‟arif Wadas Kandangan
Mata Pelajaran
: I P S Sejarah
Kelas / Semester
: VIII / 2 (Genap)
Standar Kompetensi
: 5.
Memahami Usaha persiapan Kemerdekaan
Kompetensi Dasar
: 5.1
Mendeskripsikan peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi dan proses terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia
Indikator
: 5.1.1 Menjelaskan perbedaan perspektif antar kelompok sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia. 5.1.2. Menunjukkan sikap tawadlu‟ yang dimiliki para pemuda dalam peristiwa Rengasdengklok 5.1.3. Menjelaskan kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia. 5.1.4. Menunjukkan sikap Ta’awun dalam kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia.
198
199
5.1.5. Mendeskripsikan secara kronologis penyebaran berita tentang proklamasi kemerdekaan dan sikap rakyat di berbagai daerah. 5.1.6. Menemukan sikap ta’awun dalam penyebaran berita proklamasi kemerdekaan dan sikap rakyat diberbagai daerah. 5.1.7. Menjelaskan proses terbentuknya negara dan pemerintah Republik Indonesia beserta kelengkapan dengan sidang PPKI. 5.1.8. Menunjukkan sikap tasamuh dan ta’awun dalam proses terbentuknya negara dan pemerintahan RI beserta kelengkapannya dengan sidang-sidang PPKI. 5.1.9. Menganalisis dukungan spontan dan tindakan heroik dari berbagai daerah terhadap pembentukan negara dan pemerintah RI. 5.1.10. Memberi contoh sikap husnudz-dzon yang terdapat dalam dukungan spontan terhadap pembentukan negara dan pemerintah Republik Indonesia. Alokasi Waktu
: 5 x pertemuan 199
200
A Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan perspektif antar kelompok sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia. 2. Menunjukkan sikap tawadlu‟ yang dimiliki para pemuda dalam peristiwa Rengasdengklok. 3. Menjelaskan kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia. 4. Menunjukkan sikap Ta’awun dalam kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia. 5. Mendeskripsikan secara kronologis penyebaran berita tentang proklamasi kemerdekaan dan sikap rakyat di berbagai daerah. 6. Menemukan sikap ta’awun dalam penyebaran berita proklamasi kemerdekaan dan sikap rakyat diberbagai daerah. 7. Menjelaskan proses terbentuknya negara dan pemerintah Republik Indonesia beserta kelengkapan dengan sidang PPKI. 8. Menunjukkan sikap tasamuh dalam proses terbentuknya negara dan pemerintahan RI beserta kelengkapannya dengan sidang-sidang PPKI. 9. Menganalisis dukungan spontan dan tindakan heroik dari berbagai daerah terhadap pembentukan negara dan pemerintah RI. 10. Memberi contoh sikap husnudz-dzon yang terdapat dalam dukungan spontan terhadap pembentukan negara dan pemerintah Republik Indonesia. B Materi Pembelajaran
200
201
1. Perbedaan perspektif antar kelompok sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia a. Kelompok pemuda menghendaki untuk segera memproklamasikan Indonesia tanpa harus menunggu pemerintah Jepang. b. Kelompok tua yang dimotori Bung Karno dan Bung Hatta menghendaki proklamasi dilaksanakan setelah ada pertemuan dengan anggota PPKI lainnya, sesuai dengan rencana yang telah disetujui pemerintah Jepang. c. Perbedaan perspektif antara kelompok pemuda dan kelompok tua melahirkan peristiwa Rengasdengklok.166 2. Sikap tawadlu‟ yang dimiliki para pemuda dalam peristiwa Rengasdengklok. Tawadlu‟ berarti rendah hati. Orang yang tawadlu‟ adalah orang yang merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawadlu‟ adalah takabur.167 Allah swt berfirman :
Artinya : Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu. ( Q.S. Asy-Syu’ara : 215) Sikap ini terlihat pada waktu berada di Rengasdengklok para pemuda bermaksud akan menekan Soekarno – Hatta untuk segera memproklamasikan
166
Kurtubi, IPS Untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta ;Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009, 143. 167 T. Ibrahim H. Darsono, Membangun Akidah dan Akhlak, Solo; PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007, 105.
201
202
kemerdekaan tetapi tidak jadi dilaksanakan karena para pemuda tawadlu‟ terhadap kewibawaan kedua tokoh tersebut.
3. Kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia a. Perumusan Teks Proklamasi di rumah Laksmana Maeda yang melibatkan Bung Karno, Bung Hatta, Achmad Subarjo dengan disaksikan oleh Sukarni, Sayuti Melik dan BM Diah. b. Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di halaman rumah Ir Soekarno jalan Pegangsaan Timur no 56 Jakarta.168 4. Sikap Ta’awun dalam kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kata ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu. Taawun juga dapat diartikan sebagai sikap kebersamaan dan rasa saling memiliki dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Islam membimbing umatnya agar mau bekerja sama, tolong menolong atas dasar kekeluargaan. Allah swt berfirman : . ش ِديدُال ِعقَا َ اووُوا َعلَي ا ِإل ْث ِم َوال ُعد َْوان َوالتَّقُواهللا إِنَّ هلل َ َوتَعا َ َووُوا َعلَي البِ ِّر َوالتَّ ْق َوى َوالَتَ َع Artinya: dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
168
Materi Pelatihan Terintegrasi IPS Sejarah, Proklamasi Kemerdekaan dan Proses Terbentuknya Negara RI, Jakarta: Dirjenddiknasmen, 2005, 14.
202
203
dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksaNya. (Qs Al maidah : 2)169 Dalam
kronologi
proklamasi
kemerdekaan
Indonesia naskah
proklamasi tersusun karena adanya sikap ta’awun para tokoh golongan tua dan golongan muda ( Soekarno, Hatta, Achmad Subarjo, Sukarni, Sayuti Melik ). Demikian juga saat upacara pembacaan naskah proklamasi, sikap ta‟awun terlihat jelas dalam pembagian tugas pada upacara kemerdekaan negeri yang kita cintai ini. 5. Penyebaran berita tentang proklamasi kemerdekaan dan sikap rakyat di berbagai daerah. a.
Penyebaran berita proklamasi kemerdekaan di motori Waidan B Panelewn, F Wuz dan Yusup Ranadipura melalui kantor berita Domei dan di jalan Menteng No 31.
b. Sambutan rakyat terhadap proklamasi kemerdekaan melalui rapat raksasa di lapangan Ikada Jakarta serta sambutan di berbagai daerah seperti Bandung, Semarang, Surabaya, Bogor, Yogyakarta dll.170 6. Menemukan
sikap
ta’awun
dalam
penyebaran
berita
proklamasi
kemerdekaan dan sikap rakyat diberbagai daerah. Penyebaran berita proklamasi berhasil dilaksanakan dengan cepat karena adanya sikap ta’awun para pemuda yang bekerja di kantor berita Domei
169
T. Ibrahim H. Darsono, Membangun Akidah dan Akhlak, Solo; PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007, 110. 170 Anwar Kurnia, Sejarah Untuk SMP Kelas VIII, Jakarta, Yudhistira, 2007, 92.
203
204
dengan para pemuda yang bekerja di stasiun radio milik jepang (Hoso kanri kyoku) serta pers (surat kabar). Wujud ta‟awun juga terlihat dari sikap rakyat di berbagai daerah, sikap kebersamaan dan rasa saling memiliki dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Di berbagai daerah para pemuda bekerjasama melakukan tindakan heroik dengan melucuti senjata Jepang. 7. Proses terbentuknya negara dan pemerintah Republik Indonesia beserta kelengkapan dengan sidang PPKI. a. Pengesahan UUD dan pengangkatan presiden dan wakil presiden b. Penentuan susunan kementerian dan pembagian daerah RI c. Pembentukan Komiten Nasional Indonesia Pusat dan daerah d. Pembentukan alat kelengkapan keamanan negara 8. Menunjukkan sikap tasamuh dalam proses terbentuknya negara dan pemerintahan RI beserta kelengkapannya dengan sidang-sidang PPKI. Tasamuh adalah sikap tenggang rasa, saling menghormati, saling menghargai sesama manusia. Dalam kehidupan bermasyarakat, perasaan harus mendapatkan perhatian oleh masing-masing anggota masyarakat. Salah satu bentuk perhatian perhatian terhadap perasaan sesama manusia ialah memiliki sikap tasamuh. Dalam proses terbentuknya negara RI sikap ini terlihat saat sidangsidang PPKI. Misalnya sidang pertama tanggal 18 Agustus 1945 dalam pengesahan UUD 1945 sila pertama Pancasila kalimat Ketuhanan dengan 204
205
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, demi sikap tenggang rasa maka dirubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. 9. Dukungan spontan dan tindakan heroik dari berbagai daerah terhadap pembentukan negara dan pemerintah RI. a. Rapat raksasa di lapangan Ikada b. Dukungan dari Kraton Kasultanan Yogyakarta c. Pertempuran lima hari di Semarang d. Insiden Merah Putih di Hotel Yamato Surabaya 10. Memberi contoh sikap husnudz-dzon yang terdapat dalam dukungan spontan terhadap pembentukan negara dan pemerintah Republik Indonesia. Husnudz-dzon berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, mutlak memerlukan hubungan baik dengan sesama anggota masyarakat dan warga negara. Salah satu caranya adalah husnudz-dzon. Allah swt berfirman dalam surat al-Hujurat 12 sbb :
ْ َااَها الرَي ءاهنىا اجتنثىا كثُسا هي الظي إى تعض الظي إثن Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu dosa,.... (Q.S. al-Hujurat; 12). Sikap Husnudz-dzon dalam mendukung pembentukan negara dan pemerintah Republik Indonesia nampak pada sikap keraton Yogyakarta yang menyatakan bagian dari Republik Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Sri
205
206
Sultan Hamengkubuwono dan rakyat Yogyakarta Husnudz-dzon terhadap pembentukan negara dan pemerintah RI. C Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Diskusi 3. Bermain Peran 4. Tanya jawab 5. Observasi 6. Tugas D Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Tabel 4.20. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1 No
Kegiatan
Waktu
1.
Pendahuluan 1.1.Guru membuka atau memulai pelajaran dengan salam dan berdo‟a bersama yang dipimpin oleh seorang peserta didik dengan khusuk. 1.2. Guru melakukan presensi dan melihat kerapian siswa 1.3. Guru memimpin pelaksanaan tadarus (jika masuk jam pertama). 1.4.Guru menyapa peserta didik dengan memberikan motivasi guna menumbuhkan semangat belajar. 1.5.Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif yang berkenaan dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia serta menggali nilai-nilai Islam yang terdapat dalam peristiwa tersebut. 1.6. Guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 1.7. Guru menyampaikan tahapan kegiatan pembelajaran
10 menit
206
207
No
2.
Kegiatan yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan data (eksplorasi), menegosiasi serta mengkomunikasikan tentang perbedaan perspektif antar kelompok sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia dan menggali kandungan nilai Islam dalm peristiwa tersebut dengan referensi dan sumber lain yang relevan.
Kegiatan Inti 2.1. Mengamati a. Mencermati bacaan peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan b. Menyimak penjelasan materi tersebut di atas melalui tayangan video atau media lainnya. 2.2.Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya) Mengapa terjadi perbedaan perspektif antar kelompok sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia dan nilai-nilai Islam apakah yang dapat diambil dari kajian peristiwa tersebut. 2.3.Mengumpulkan data / eksplorasi a. Melalui pendekatan metode diskusi peserta didik dapat menemukan adanya perbedaan perspektif antar kelompok sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia, dan menemukan nilai-nilai Islam yang terdapat dalam peristiwa tersebut. 2.4.Mengasosiasi a. Membuat kesimpulan adanya perbedaan perspektif
Waktu
20 menit
antar kelompok sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia. b. Menunjukkan sikap tawadu‟ yang dimiliki para pemuda dalam peristiwa Rengasdengklok.
3.
2.5.Mengkomunikasikan Mempresentasikan/menyampaikan hasil diskusi tentang adanya perbedaan perspektif antar kelompok sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia dan kandungan nilai-nilai Islam di dalamnya. Penutup a. Guru melaksanakan penilaian dan refleksi dengan mengajukan atau tanggapan dari peserta didik dari 207
10 menit
208
No
Kegiatan kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk langkah perbaikan selanjutnya b. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberi tugas individu ataupun kelompok bagi peserta didik yang menguasai. c. Menyampaikan rencana tindak lanjut pada pertemuan berikutnya d. Menutup kegiatan pembalajaran dengan hamdalah dan do‟a penutup / Wassalamualaikum
Waktu
Pertemuan 2 No
Kegiatan
1.
Pendahuluan 3.1. Guru membuka atau memulai pelajaran dengan salam dan berdo‟a bersama. 3.2. Guru melakukan presensi dan melihat kerapian siswa 3.3. Guru memimpin pelaksanaan tadarus (bila masuk pada jam pertama) 3.4. Guru menyapa peserta didik dengan memberikan motivasi, guna menumbuhkan semangat nasionalisme bersama-sama menyanyikan lagu ”17 Agustus” 3.5.Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif yang berkenaan dengan kronologi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan menganalisa kandungan nilai-nilai Islam didalamnya. 3.6. Guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 3.7.Guru menyampaikan tahapan kegiatan pembelajaran yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan data (eksplorasi), mengasosiasi serta mengkomunikasikan tentang kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan referensi dan sumber
208
Waktu 10 Menit
209
No
Kegiatan
Waktu
lain yang relevan.
2.
Kegiatan Inti 2.1. Mengamati a. Mencermati bacaan dan gambar kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia b. Menyimak penjelasan materi tersebut di atas melalui tayangan video atau media lainnya. 2.2.Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya) Bagaimana kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia. 2.3. Mengumpulkan data / eksplorasi Melalui pendekatan metode sosiodrama peserta didik dapat menyusun kronologi proklamasi
20 menit
kemerdekaan Indonesia dan menemukan kandungan nilai Islam dalam kajian peristiwa tersebut.
3.
2.4. Mengasosiasi a. Membuat kesimpulan tentang kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia. b. Menemutunjukkan sikap taawun dalam kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia. 2.5. Mengkomunikasikan Bermain peran tentang kronologi proklamasi kemerdekaan RI dan menyampaikan nilai Islam di dalamnya. Penutup a. Guru melaksanakan penilaian dan refleksi dengan mengajukan atau tanggapan dari peserta didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk langkah perbaikan selanjutnya b. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberi tugas individu ataupun kelompok bagi peserta didik yang 209
10 Menit
210
No
Kegiatan
Waktu
menguasai. Menyampaikan rencana tindak lanjut pada pertemuan berikutnya d. Menutup kegiatan pembalajaran dengan hamdalah dan do‟a penutup / Wassalamualaikum c.
Pertemuan 3 No
1.
2.
Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1.1. Guru membuka atau memulai pelajaran dengan 10 salam dan berdo‟a bersama yang dipimpin oleh menit seorang peserta didik dengan khusuk. 1.2. Guru melakukan presensi dan melihat kerapian siswa 1.3. Guru memimpin pelaksanaan tadarus (bila jam pertama). 1.4. Guru menyapa peserta didik dengan memberikan motivasi, guna menumbuhkan semangat nasionalisme bersama sama menyanyikan lagu ” Bangun PemudaPemudi” 1.5. Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif yang berkenaan dengan penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia dan sikap bangsa Indonesia dalam merespon berita proklamasi kemerdekaan. 1.6. Guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 1.7. Guru menyampaikan tahapan kegiatan pembelajaran yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan data (eksplorasi), mengasosiasi serta mengkomunikasikan tentang penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan dan sikap bangsa Indonesia dalam merespon berita proklamasi dan menggali nilainilai Islam yang terkandung didalamnya dengan referensi dan sumber lain yang relevan. Kegiatan Inti 20 2.1. Mengamati menit a. Mencermati bacaan tentang penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia dan sikap bangsa Indonesia dalam merespon berita proklamasi serta menggali nilai-nilai Islam yang terkandung didalamnya.
210
211
No
3.
Kegiatan b. Meyimak penjelasan materi tersebut di atas melalui tayangan video atau media lainnya. 2.2. Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya) Bagaimana kegiatan pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan dan sikap bangsa Indonesia dalam merespon berita proklamsi kemerdekaan Indonesia. 2.3.Mengumpulkan data / eksplorasi Melalui pendekatan metode diskusi peserta didik dapat menemukan kegiatan pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan dan sikap bangsa Indonesia dalam merespon berita proklamsi kemerdekaan Indonesia serta kandungan nilai-nilai Islam yang terdapat dalam kajian peristiwa tersebut. 2.4. Mengasosiasi a. Membuat kesimpulan kegiatan pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan dan sikap bangsa Indonesia dalam merespon berita proklamsi kemerdekaan Indonesia. b. Menunjukkan sikap ta’awun dalam penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia. 2.5. Mengkomunikasikan Mempresentasikan/menyampaikan hasil diskusi tentang kegiatan pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia dan sikap bangsa Indonesia dalam merespon berita proklamsi serta kandungan nilai Islam yang terdapat dalam kajian peristiwa tersebut. Penutup a. Guru melaksanakan penilaian dan refleksi dengan mengajukan atau tanggapan dari peserta didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk langkah perbaikan selanjutnya b. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberi tugas individu ataupun kelompok bagi peserta didik yang menguasai. c. Menyampaikan rencana tindak lanjut pada pertemuan berikutnya d. Menutup kegiatan pembalajaran dengan hamdalah dan do‟a penutup / Wassalamualaikum
211
Waktu
10 menit
212
Pertemuan 4 No
1.
2.
Kegiatan
Waktu 10 menit
Pendahuluan a. Guru membuka atau memulai pelajaran dengan salam dan berdo‟a bersama yang dipimpin oleh seorang peserta didik dengan khusuk. b. Guru melakukan presensi dan melihat kerapian siswa c. Guru memimpin pelaksanaan tadarus (bila jam pertama). d. Guru menyapa peserta didik dengan memberikan motivasi guna menumbuhkan semangat belajar. e. Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif yang berkenaan dengan proses terbentuknya negara dan pemerintah Republik Indonesia beserta kelengkapan dengan sidang PPKI dan menggali nilai-nilai Islam yang terkandung didalamnya. f. Guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. g. Guru menyampaikan tahapan kegiatan pembelajaran yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan data (eksplorasi), menegosiasi serta mengkomunikasikan tentang proses terbentuknya negara dan pemerintah Republik Indonesia beserta kelengkapan dengan sidang PPKI dan menggali nilainilai Islam yang terkandung didalamnya dengan referensi dan sumber lain yang relevan. Kegiatan Inti 20 2.1. Mengamati menit a. Mencermati bacaan tentang Proses terbentuknya negara dan pemerintah Republik Indonesia beserta kelengkapan dengan sidang PPKI dan menggali nilainilai Islam yang terkandung didalamnya. b. Meyimak penjelasan materi tersebut di atas melalui tayangan video atau media lainnya. 2.2. Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya) Bagaimana proses terbentuknya negara dan pemerintah Republik Indonesia beserta kelengkapan dengan sidang PPKI serta nilai Islam apakah yang bisa ditemukan dalam peristiwa tersebut.
212
213
No
3.
Kegiatan 2.3.Mengumpulkan data / eksplorasi Melalui pendekatan metode diskusi peserta didik dapat menemukan proses terbentuknya negara dan pemerintah Republik Indonesia beserta kelengkapan dengan sidang PPKI serta menggali nilai-nilai Islam didalam peristiwa tersebut. 2.4.Mengasosiasi a. Membuat kesimpulan proses terbentuknya negara dan pemerintah Republik Indonesia beserta kelengkapan dengan sidang PPKI b. Menunjukkan sikap tasamuh dalam Proses terbentuknya negara dan pemerintah Republik Indonesia beserta kelengkapan dengan sidang PPKI 2.5. Mengkomunikasikan Mempresentasikan/menyampaikan hasil diskusi tentang kegiatan pemuda dalam proses terbentuknya negara dan pemerintah Republik Indonesia beserta kelengkapan dengan sidang PPKI serta kandungan nilai Islam yang terdapat dalam kajian peristiwa tersebut. Penutup a. Guru melaksanakan penilaian dan refleksi dengan mengajukan atau tanggapan dari peserta didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk langkah perbaikan selanjutnya b. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberi tugas individu ataupun kelompok bagi peserta didik yang menguasai. c. Menyampaikan rencana tindak lanjut pada pertemuan berikutnya d. Menutup kegiatan pembalajaran dengan hamdalah dan do‟a penutup / Wassalamualaikum
Waktu
10 menit
Pertemuan 5 No
Kegiatan
1.
Pendahuluan a. Guru membuka atau memulai pelajaran dengan salam dan berdo‟a bersama yang dipimpin oleh seorang peserta didik dengan khusuk.
213
Waktu 10 menit
214
No
2.
Kegiatan Waktu b. Guru melakukan presensi dan melihat kerapian siswa c. Guru memimpin pelaksanaan tadarus (bila jam pertama). d. Guru menyapa peserta didik dengan memberikan motivasi agar semangat belajar meningkat. Untuk menumbuhkan rasa nasionalisme bersama sama menyanyikan lagu ”Maju Tak Gentar” e. Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif yang berkenaan dengan dukungan spontan dan tindakan heroik dari berbagai daerah terhadap pembentukan negara dan pemerintah RI serta menggali nilai-nilai Islam yang terkandung didalamnya. h. Guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. i. Guru menyampaikan tahapan kegiatan pembelajaran yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan data (eksplorasi), mengasosiasi serta mengkomunikasikan tentang dukungan spontan dan tindakan heroik dari berbagai daerah terhadap pembentukan negara dan pemerintah RI dan menggali nilai-nilai Islam yang terkandung didalamnya dengan referensi dan sumber lain yang relevan. Kegiatan Inti 20 2.1. Mengamati menit 1. Mencermati bacaan tentang Dukungan spontan dan tindakan heroik dari berbagai daerah terhadap pembentukan negara dan pemerintah RI dan menggali nilai-nilai Islam yang terkandung didalamnya. b. Meyimak penjelasan materi tersebut di atas melalui tayangan video atau media lainnya. 2.2. Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya) Dukungan spontan dan tindakan heroik dari berbagai daerah terhadap pembentukan negara dan pemerintah RI serta nilai Islam apakah yang bisa ditemukan dalam peristiwa tersebut. 2.4. Mengumpulkan data / eksplorasi Dukungan spontan dan tindakan heroik dari berbagai daerah terhadap pembentukan negara dan pemerintah RI serta menggali nilai-nilai Islam didalam peristiwa tersebut.
214
215
No
3.
Kegiatan 2.5. Mengasosiasi a. Membuat kesimpulan dukungan spontan dan tindakan heroik dari berbagai daerah terhadap pembentukan negara dan pemerintah RI. b. Memberi contoh sikap husnudz-dzon yang terdapat dalam dukungan spontan terhadap pembentukan negara dan pemerintah Republik Indonesia. 2.6. Mengkomunikasikan Mempresentasikan/menyampaikan hasil diskusi tentang dukungan spontan dan tindakan heroik terhadap pembentukan negara dan pemerintah RI serta kandungan nilai Islam yang terdapat dalam kajian peristiwa tersebut. Penutup a. Guru melaksanakan penilaian dan refleksi dengan mengajukan atau tanggapan dari peserta didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk langkah perbaikan selanjutnya b. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberi tugas individu ataupun kelompok bagi peserta didik yang menguasai. c. Menyampaikan rencana tindak lanjut pada pertemuan berikutnya d. Menutup kegiatan pembalajaran dengan hamdalah dan do‟a penutup / Wassalamualaikum
Waktu
10 menit
E Sumber dan Media Pembelajaran 1. Sumber Pembelajaran a. Anwar Kurnia, Sejarah Untuk SMP Kelas VIII, Jakarta, Yudhistira, 2007. b. Kurtubi, IPS Untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta ;Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009. c. Sutarto dkk, IPS untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta : BSE Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
215
216
d. Suwanto dkk, Sejarah Nasional dan Umum, Semarang : Aneka Ilmu, 1997 e. Sardiman AM, Khasanah Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas VII SMP MTs, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, 2009 f. T. Ibrahin, Membangun Aqidah dan Akhlak 2, Solo, PT Tiga Serangkai, 2007. g. Tim MGMP IPS Kabupaten Temanggung, Buku INOVASI, 2014 2. Media Pembelajaran -
Vidio, LCD, Powerpoint
-
Photo Copi teks proklamasi autentik
-
Peta sejarah peristiwa Rengasdengklok
-
Gambar tragedi bom di Hirosima
-
Gambar Ir Soekarno sedang memproklamasikan kemerdekaan
-
Gambar rapat raksasa di lapangan Ikada
-
Gambar tentang sambutan rakyat terhadap proklamasi kemerdekaan
-
Gambar dukungan Sultan Jogja untuk RI
F. Penilaian
Tes tertulis (terlampir)
Penugasan
Observasi
Lampiran tes tertulid Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan benar ! 216
217
1.
Mengapa terjadi perbedaan perspektif antar kelompok sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia.
2. Tunjukkan sikap tawadlu‟ yang dimiliki para
pemuda dalam peristiwa
Rengasdengklok. 3.
Jelaskan kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia.
4. Tunjukkan sikap Ta’awun yang terdapat dalam kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia. 5. Jelaskan secara kronologis penyebaran berita tentang proklamasi kemerdekaan dan sikap rakyat di berbagai daerah. 6. Tunjukkan sikap ta’awun dalam penyebaran berita proklamasi kemerdekaan dan sikap rakyat diberbagai daerah. 7. Jelaskan proses terbentuknya negara dan pemerintah Republik Indonesia beserta kelengkapan dengan sidang PPKI. 8. Tunjukkan sikap
tasamuh
dalam proses terbentuknya negara dan
pemerintahan RI beserta kelengkapannya dengan sidang-sidang PPKI. 9. Sebutkan 2 bentuk dukungan spontan dan tindakan heroik dari berbagai daerah terhadap pembentukan negara dan pemerintah RI. 10. Berilah contoh sikap husnudz-dzon yang terdapat dalam dukungan spontan terhadap pembentukan negara dan pemerintah Republik Indonesia. Skore penilaian : 1 X 10 soal = 10 Lampiran. Rubrik Penilaian Keterampilan Tabel 4.21. LEMBAR PENILAIAN KETERAMPILAN 217
218
Nama dan Nomor
: ………………………………….
Kelompok
: ………………………………….
No. A 1. 2. 3. B 4 5 6 7 C 8 9 10 D 11 12
Aspek Penilaian Observasi/Mengamati Relevansi Kelengkapan Pembahasaan Diskusi Keterampilan mengkomunikasikan Keterampilan mendengarkan Keterampilan berargumentasi Keterampilan berkontribusi Presentasi Ketrampilan menjelaskan Ketrampilan memvisualisasikan Ketrampilan merespon Mencipta (Produk) Proses Hasil Jumlah Skor
Skor
Catatan
Skor 0 – 12 = Sangat Kurang
Rentang Skor
=1-5
Skor minimal
= 12
13 – 24 = Kurang
Skor maksimal
= 60
25 – 36 = Cukup 37 – 48 = Baik 49 – 60 = Sangat Baik
Tabel 4.22. Lembar Penilaian Naskah Sosiodrama Kelompok : ....................... K e l a s : ...................... Kegia tan Naskah Kemam Kemam Kemam Atribut Keseri Sosio puan puan puan yang usan Drama brmain mengha mengha dipakai peran, falkan yati gaya , materi alur Nama mimik dialog cerita
218
Skore
Nilai
219
Noni Nina Nona Nano Nini
5 5 3 Dst
5 4 3
5 5 3
5 4 3
5 4 3
5 4 3
30/3 26/3 21/3
10 8,5 7
Temanggung, Juli 2014 Guru Mata Pelajaran IPS Sejarah
Mengetahui Kepala Madrasah
……………………………….
Fitri Susanti, S.Pd NIP. -
Lampiran 6 DAFTAR PERTANYAAN UNTUK GURU MATA PELAJARAN IPS SEJARAH A. Petunjuk Pengerjaan 1. Daftar
pertanyaan
ini
disusun
untuk
digunakan
sebagai
alat
mengumpulkan data, fakta dan informasi sebagai bahan penulisan Tesis Magister Pendidikan Islam ( M.PdI ) pada Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Salatiga.
219
220
2. Judul Tesis yang ditulis adalah : Integrasi nilai-nilai agama Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung. 3. Kepada Yth Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, dimohon utuk dapat memberikan tanggapan terhadap pernyataan ini, dengan cara menjawab pertanyaan yang penulis sampaikan di bawah ini sesuai kenyataan yang sebenarnya. 4. Atas partisipasi dan bantuannya, penulis ucapkan banyak terima kasih. B. Identitas Responden 1. Nama
: ……………………………………………………
2. N I P
: ……………………………………………………
3. Jabatan
: ……………………………………………………
4. Tempat Tugas
: ……………………………………………………
5. Alamat
: …………………………………………………… ……………………………………………………
DAFTAR PERTANYAAN
1. Bagaimanakah Bapak/Ibu mengimplementasikan integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah?
220
221
…………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………… 2. Apa tujuannya Bapak/Ibu menerapkan integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah di MTs Ma‟arif Wadas Kandangan ini ? …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………… 3. Metode pembelajaran apakah yang mendukung integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… 4. Nilai-nilai Islam apa saja yang bisa diintegrasikan ke dalam pembelajaran IPS Sejarah?
221
222
………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………….. 5. Bagaimanakah Bapak/Ibu memetakan materi pembelajaran IPS Sejarah yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………… 6. Kendala apa yang Bapak/Ibu hadapi dalam penerapan integrasi nilai-nilai Islam pada pembelajaran IPS Sejarah? …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………… 7. Bagaimanakah Bapak/Ibu mengatasi kendala yang dihadapi dalam penerapan integrasi nilai-nilai Islam pada pembelajaran IPS Sejarah ini?
222
223
………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………… 8. Bagaimanakah langkah-langkah Bapak/Ibu untuk menerapkan integrasi nilainilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah ? …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… ………………………………… 9. Persiapan apa saja yang Bapak/Ibu lakukan sebelum mengajar dengan model pembelajaran integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah ini?
223
224
…………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………….. 10. Bagaimanakah perangkat pembelajaran IPS Sejarah yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam yang Bapak/Ibu susun? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………… 11. Media pembelajaran apa yang Bapak/Ibu gunakan untuk mengajar dengan model pembelajaran integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah ? …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………….. 224
225
12. Bagaimana keunggulannya pembelajaran IPS Sejarah yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………… 13. Bagaimana kelemahannya dalam menerapkan pembelajaran integrasi nilainilai Islam dengan mata pelajaran IPS Sejarah tersebut? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………… 14. Bagaimana tingkat pencapaian tujuan pembelajaran dengan menerapkan model integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah tersebut dalam kehidupan sosial? …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………… 225
226
15. Bagaimanakah Bpk/Ibu menggunakan referensi atau sumber-sumber belajar yang dipakai untuk penerapan integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………… 16. Bagaimana Bpk/Ibu mengevaluasi pembelajaran dengan menggunakan model integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK WAKIL KEPALA BIDANG KURIKULUM A. Petunjuk Pengerjaan
226
227
1. Daftar
pertanyaan
ini
disusun
untuk
digunakan
sebagai
alat
mengumpulkan data, fakta dan informasi sebagai bahan penulisan Tesis Magister Pendidikan Islam ( M.PdI ) pada Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Salatiga. 2. Judul Tesis yang ditulis adalah : Integrasi nilai-nilai agama Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung. 3. Kepada Yth Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, dimohon utuk dapat memberikan tanggapan terhadap pernyataan ini, dengan cara menjawab pertanyaan yang penulis sampaikan di bawah ini sesuai kenyataan yang sebenarnya. 4. Atas partisipasi dan bantuannya, penulis ucapkan banyak terima kasih. B. Identitas Responden 1. Nama
: ………………………………………………………
2. N I P
: ………………………………………………………
3. Jabatan
: ………………………………………………………
4. Tempat Tugas
: ………………………………………………………
5. Alamat
: ……………………………………………………… ………………………………………………………
DAFTAR PERTANYAAN
227
228
1. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang Integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah? …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… ……………………………………………………………… 2. Sejak kapan MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung menerapkan integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah? ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… 3. Apakah yang menjadi dasar implementasi integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah di MTs Ma‟arif Wadas Kandangan? ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… 4. Apa tujuannya menerapkan integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah di MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung? 228
229
……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… 5. Upaya apa saja yang Bapak/Ibu lakukan untuk mendukung penerapan integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah di MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung? ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 6. Bagaimana keunggulannya dengan penerapan integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah? ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 7. Bagaimanakah kendala yang dihadapi oleh guru dalam implementasi integrasi nilai-nilai Islam pada pembelajaran IPS Sejarah? 229
230
…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… 8. Kelemahan apakah yang dihadapi pada penerapan integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah? …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… 9. Bagaimana cara Bapak/Ibu memantau pelaksanaan integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah terhadap tenaga pendidik sebagai pelaksana dari PBM di kelas ? ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………….. 10. Strategi apa yang dilakukan MTs Ma‟arif Wadas Kandangan untuk menunjang pelaksanaan integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah?
230
231
…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………
DAFTAR PERTANYAAN Untuk peserta didik kelas VIII MTs Ma’arif Wadas Kandangan
A. Petunjuk Pengerjaan 231
232
1. Daftar
pertanyaan
ini
disusun
untuk
digunakan
sebagai
alat
mengumpulkan data, fakta dan informasi sebagai bahan penulisan Tesis Magister Pendidikan Islam ( M.PdI ) pada Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Salatiga. 2. Judul Tesis yang ditulis adalah : Integrasi nilai-nilai agama Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung. 3. Harap diisi sesuai kenyataan yang sebenarnya. B. Identitas Responden 1. Nama
: ………………………………………………………
2. Kelas
: ……………………………………………………...
3. No. Absen
: ………………………………………………………
DAFTAR PERTANYAAN
232
233
1. Bagaimana tanggapan kalian dalam mengikuti pembelajaran mata pelajaran IPS Sejarah yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam ? ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. Bagaimana tingkat penguasaan materi kalian dari pelajaran IPS Sejarah yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam ? ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… 3. Adakah kesulitan-kesulitan yang kalian rasakan dalam pengajaran IPS Sejarah yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam ? ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………
4. Apa kelebihannya pengajaran IPS Sejarah yang diintegrasikan dengan nilai -nilai Islam ?
233
234
……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… 5. Bagaimana sumber belajar yang kalian gunakan dalam pembelajaran IPS Sejarah yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam ini? ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 6. Bagaimana dengan hasil ulangan / tes kalian dalam mata pelajaran IPS Sejarah yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam? ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………..
234
235
235
236
236
237
Lampiran 8 Foto kegiatan penelitian dan observasi lapangan
Wawancara dan observasi perangkat mengajar dengan Ibu Fitri Susanti, S.Pd. Guru Mata Pelajaran IPS Sejarah MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung.
237
238
Wawancara dengan Drs. Agus Wijatmiko, Wakil Kepala Bidang Kurikulum MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung.
Wawancara dengan H. Djauhari sesepuh dan guru senior MTs Ma‟arif Wadas.
238
239
Wawancara dengan M. Sumanto Kepala Tata Usaha dan Mahlubin, S.Pd.I Wakil Kepala Bidang Kesiswaan MTs Ma‟arif Wadas Kandangan.
Wawancara dengan H. Irwan Ketua Yayasan MTs Ma‟arif Wadas Kandangan.
239
240
Wawancara dengan Dwi Hidayati S.Pd Guru BP dan Bendahara Komite MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung.
Wawancara dengan Siti Mutoharoh kelas VIII-A, Tiyana Sinta Wulandari kelas VIII-C dan Irsyad Machali Ketua OSIS MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung. 240
241
Observasi kegiatan pembelajaran IPS sejarah Fitri Susanti, S.Pd di kelas 8-A
241
242
BIOGRAFI PENULIS
Nama
:
Muh Nasekun, S.Pd
NIM
: MI. 12.038
Tempat Tanggal Lahir
: Temanggung, 1 Juni 1966
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Alamat
: Jalan Bima A-4 Skip Baru Sidorejo Temanggung
Riwayat Pendidikan : MI Ma‟arif Tembarak
: Lulus tahun 1979
SMP Negeri Tembarak
: Lulus tahun 1982
SMA Negeri 3 Temanggung
: Lulus tahun 1986
Diploma 3 IKIP Negeri Semarang
: Lulus Tahun 1989
S-1 UNNES Semarang
: Lulus tahun 2000
S-2 IAIN Salatiga
: Masuk tahun 2012
Riwayat Mengajar : SMA Islam Sudirman Tembarak Temanggung : Tahun 1989 -1994 SMP Negeri 1 Mojotengah Wonosobo
: Tahun 1994 -2006
MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung : Tahun 2006 – Sekarang
Salatiga, 28 Februari 2015 Penulis
Muh Nasekun, S.Pd.
242