Vol. 26 No. 4 Desember 2016
MEDIA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN Vol. 26 No. 4 Hal. 191 - 256 Desember 2016
Terakreditasi SK No. 597/AU3/P2MI-LIPI/03/2015
[email protected]
EDITORIAL Pengantar Redaksi Pemimpin Redaksi: Atmarita, MPH, Dr.PH (Persatuan Ahli Gizi Indonesia)
Mitra Bestari: Prof. Dr. M. Sudomo (Parasitologi Medik, WHO) Dr. Uken Sukaeni Sanusi, M.Sc (Ilmu Pangan dan Gizi, Badan Litbangkes) Prof. dr. Emiliana Tjitra, M.Sc, Ph.D (Biomedik, Badan Litbangkes) Dr. Besral, SKM, M.Sc (Biostatistik, FKM UI) dr. Anis Karuniawati, PhD, SpMK(K) (Mikrobiologi dan Molekuler , FK UI) Dra. Retnosari Andrajati, MS., Ph.D, Apt (Farmasi Klinik, UI) Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA (Antropologi Kesehatan, UIN)
Penyunting: drh. Sahat Ompusunggu, M.Sc (Biomedik, Badan Litbangkes) dr. Suhardi, MPH (Epidemiologi dan Biostatistik, Badan Litbangkes) Dr. Ir. Inswiasri, M.Kes (Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes) Nunik Kusumawardani, SKM, M.Sc, PH (Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes) Dr. dr. Vivi Setiawaty, M.Biomed (Virologi Molekuler, Badan Litbangkes)
Redaksi Pelaksana: Pattah, SIP Leny Wulandari, SKM, MKM Sri Lestari, S.Pd
Sekretariat: Susi Annisa Uswatun Hasanah, S.Sos, M.Hum Tri Ramadhany, S.Kom Febri Aryanto, S.Kom Irfan Danar Nugraha, S.Sos Emi Suparwati, SIP
Terbit 4 kali setahun (Maret, Juni, September , dan Desember) Terakreditasi SK No. 597/AU3/P2MI-LIPI/03/2015 Alamat Redaksi : Bagian Umum, Dokumentasi, dan Jejaring Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat 10560 Telp. (021) 4261088 Pesawat 306 Website
: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK
E-mail
:
[email protected] [email protected]
Cover : http://www.google.com http://freepik.com
Salam hangat. Berjumpa kembali dengan Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Dalam Vol. 26 No. 4 Desember 2016 kali ini hadir dengan delapan artikel pilihan. Sebagai pembuka, artikel yang dibawakan oleh Ning Sulistiyowati, Joko Irianto, dan Yusleli Usman yang berjudul “Akurasi Sistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian (Studi Tipikal Sejumlah Daerah di Indonesia) Masih Perlu Banyak Peningkatan: Sistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian di Beberapa Daerah, Indonesia 2014” membahas tentang kekuatan dan kelemahan dari Sistem Registrasi Kematian dan penyebab kematian dari beberapa daerah di Indonesia. Artikel kedua yang berjudul “Ketersediaan Sumber Daya Manusia Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional di Delapan KabupatenKota di Indonesia”. Ditulis oleh Mujiyati dan Yuyun Yuniar, penelitian dalam artikel ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang ketersediaan SDM Kesehatan di FKTP dalam era JKN. Artikel ketiga pada edisi kali ini berjudul “Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue berdasarkan Maya Indeks dan Indeks Entomologi di Kota Tangerang Selatan, Banten”. Artikel yang dibawakan oleh Endang Puji Astuti, Heni Prasetyowati, dan Aryo Ginanjar ini bertujuan untuk menilai risiko penularan DBD di wilayah endemis DBD berdasarkan indeks Maya dan entomologi. Hasil penelitian di artikel keempat menyatakan masih menemukan gametosit pada H28 menjadi potensi penularan. Artikel dengan judul “Faktor Bebas Gametosit Pada Subyek Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi Dengan Pengobatan Dihidroartemisinin-Piperakuin Tanpa Primakuin di Indonesia”, ditulis oleh Sarwo Handayani, Armedy Roni Hasugian, Riyanti Ekowatiningsih, dan Emiliana Tjitra. Artikel kelima dibawakan oleh Mariana Raini dan Ani Isnawati dengan judul “Profil Obat Diare yang Disimpan Di Rumah Tangga Di Indonesia, Tahun 2013”. Hasil analisis dari penelitian menunjukkan bahwa obat diare yang disimpan di rumah tangga terbanyak adalah adsorbans (39,4%), diikuti antimikroba (20,2%) dan obat tradisional (19,2%). Artikel berjudul "Penggunaan Kecombrang (Etlingera Elatior) Sebagai Alternatif Pengganti Sabun dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Suku Baduy” yang ditulis oleh Zulfa Auliyati Agustina, Suharmiati, dan Mara Ipa menjadi artikel keenam di edisi kali ini. Artikel ketujuh yang ditulis oleh Ida Diana Sari, Rofingatul Mubasyiroh, dan Sudibyo Supardi dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Kepatuhan Berobat Pada Pasien Tb Paru yang Rawat Jalan di Jakarta Tahun 2014” menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan kepatuhan berobat jalan pasien TB paru. Artikel terakhir bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran dinas pendidikan dan dinas kesehatan dalam pembinaan pangan jajanan anak sekolah di Bekasi. Artikel yang dibawakan oleh Helper Sahat P Manalu dan Amir Su’udi dengan judul "Kajian Implementasi Pembinaan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Untuk Meningkatkan Keamanan Pangan: Peran Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kota" menjadi penutup pada edisi kali ini. Akhir kata, redaksi Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan mengucapkan selamat menikmati sajian kali ini. Salam Sehat, Redaksi
Volume 26 No. 4, Desember 2016
ISSN 0853-9987
MEDIA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DAFTAR ISI
ARTIKEL 1.
Akurasi Sistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian (Studi Tipikal Sejumlah Daerah di Indonesia) Masih Perlu Banyak Peningkatan: Sistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian di Beberapa Daerah, Indonesia 2014 (Ning Sulistiyowati, Joko Irianto, dan Yusleli Usman)
191–200
2.
Ketersediaan Sumber Daya Manusia Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional di Delapan Kabupaten-Kota di Indonesia (Mujiati dan Yuyun Yuniar)
201–210
3.
Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue berdasarkan Maya Indeks dan Indeks Entomologi di Kota Tangerang Selatan, Banten (Endang Puji Astuti, Heni Prasetyowati, dan Aryo Ginanjar)
211–218
4.
Faktor Bebas Gametosit pada Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi dengan Pengobatan DihidroartemisininPiperakuin di Indonesia
219–226
(Sarwo Handayani, Armedy Ronny Hasugian, Riyanti Ekowatiningsih, dan Emiliana Tjitra) 5.
Profil Obat Diare yang Disimpan di Rumah Tangga di Indonesia, Tahun 2013
227–234
(Mariana Raini dan Ani Isnawati) 6.
Penggunaan Kecombrang (Etlingera elatior) sebagai Alternatif Pengganti Sabun dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Suku Baduy (Zulfa Auliyati Agustina, Suharmiati, dan Mara Ipa)
235–242
7.
Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Kepatuhan Berobat pada Pasien TB Paru yang Rawat Jalan di Jakarta Tahun 2014
243–248
(Ida Diana Sari, Rofingatul Mubasyiroh, Sudibyo Supardi) 8.
Kajian Implementasi Pembinaan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) untuk Meningkatkan Keamanan Pangan: Peran Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kota (Helper Sahat P. Manalu dan Amir Su’udi)
249 – 256
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 26 No. 4, Desember 2016
ISSN 0853-9987
Lembar Abstrak Lembar abstrak ini boleh digandakan/dicopi tanpa ijin dan biaya NLM: WA 900 Ning Sulistiyowati, Joko Irianto, dan Yusleli Usman (Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes, Kemenkes RI) Akurasi Sistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian (Studi Tipikal Sejumlah Daerah di Indonesia) Masih Perlu Banyak Peningkatan: Sistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian di Beberapa Daerah, Indonesia 2014 Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol. 26 No. 4, Desember 2016; Hal. 191–200 Sistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian merupakan landasan untuk memperoleh berbagai ukuran demografi dan epidemiologi dalam perencanaan regional di berbagai sektor, seperti pendidikan, ketenagakerjaan dan kesehatan. Dalam penelitian ini dibahas tentang kekuatan dan kelemahan dari Sistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian dari beberapa daerah di Indonesia, sehingga akan diketahui daerah yang memerlukan perbaikan dan tindakan yang perlu dilakukan. Status sistem saat ini ditentukan menggunakan penilaian secara cepat (rapid assessment) yang telah dikembangkan oleh WHO dan Health Information Systems Knowledge Hub., dari University of Queensland (2010a). Dua puluh lima pertanyaan didiskusikan oleh 2–4 kelompok peserta yang terdiri dari staf senior yang bertanggung jawab untuk berbagai aspek Sistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian. Penilaian ini dilakukan di 13 kabupaten/kota pada tahun 2014. Hasilnya, masih ada beberapa aspek fungsi sistem yang harus ditingkatkan. Daerah dengan nilai cukup tinggi adalah Surakarta (80%) dan Yogyakarta (68%) termasuk dalam kategori moderat atau 65–84; fungsional tetapi tidak memadai. Rata-rata daerah dengan nilai di bawah 64%, atau lemah. Ada variasi dalam kekuatan dan kelemahan dari setiap daerah. Hal ini penting untuk mengembangkan strategi yang tepat untuk mendapatkan Sistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian yang lebih baik. Kata Kunci: penilaian cepat, Sistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian, Indonesia
--------------------------------------------------------------NLM: WA 695 Mujiati dan Yuyun Yuniar (Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Badan Litbangkes, Kemenkes RI) Ketersediaan Sumber Daya Manusia Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional di Delapan Kabupaten-Kota di Indonesia Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol. 26 No. 4, Desember 2016; Hal. 201–210 Pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menimbulkan berbagai dampak, termasuk meningkatnya jumlah kunjungan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), sehingga dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang memadai. Tujuan penelitian adalah untuk memberi gambaran tentang ketersediaan SDM kesehatan di FKTP dalam era JKN. Jenis penelitian adalah kuantitatif-kualitatif dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dengan wawancara dan round table discussion. Lokasi penelitian dipilih secara purposive di 8 kabupaten/kota yaitu Kota Bekasi dan Kabupaten Bogor (Jawa Barat), Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Serang (Banten), Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul (DIY), serta Kota Surakarta dan Kabupaten Sragen (Jawa Tengah). Informan yaitu pimpinan/ wakil institusi puskesmas, klinik, dan praktik dokter serta dinas kesehatan kabupaten/kota. Analisa data kuantitatif dilakukan secara deskriptif dan analisa data kualitatif dengan content analysis. Puskesmas di 8 kabupaten/kota belum seluruhnya memiliki SDM kesehatan sesuai Permenkes RI Nomor 75 tahun 2014, namun dokter umum, bidan dan perawat telah tersedia di seluruh puskesmas meskipun dengan jumlah yang masih kurang. Kecuali Kabupaten Bogor, jumlah tenaga medis di seluruh klinik sudah sesuai Permenkes RI Nomor 9 Tahun 2014, namun jenis SDM kesehatan lain masih banyak yang belum tersedia. Sedangkan di seluruh praktik dokter, SDM kesehatan yang paling banyak tersedia yaitu dokter umum dan perawat. Terdapat perubahan dalam perencanaan pengadaan SDM di daerah sesudah JKN, peningkatan beban kerja
dan jam kerja, sehingga diperlukan perencanaan dan pengadaan SDM berbasis kebutuhan.
---------------------------------------------------------------NLM: WF 300
Kata Kunci: SDM, FKTP, JKN ---------------------------------------------------------------NLM: WC 825
Sarwo Handayani, Armedy Roni Hasugian, Riyanti Ekowatiningsih, dan Emiliana Tjitra (Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes, Kemenkes RI)
Endang Puji Astuti, Heni Prasetyowati, dan Aryo Ginanjar (Loka Litbang P2B2 Ciamis, Badan Litbangkes, Kemenkes RI) Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue berdasarkan Maya Indeks dan Indeks Entomologi di Kota Tangerang Selatan, Banten Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol. 26 No. 4, Desember 2016; Hal. 211–218 Kota Tangerang Selatan menjadi penyumbang tertinggi DBD tahun 2014 di Provinsi Banten. Peningkatan kasus DBD tiap tahun di wilayah ini menunjukkan penularan masih berlangsung dan upaya pengendalian yang dilakukan kurang optimal. Oleh sebab itu dilakukan penelitian untuk menilai risiko penularan DBD di wilayah endemis DBD berdasarkan Maya Indeks dan indeks entomologi. Penelitian dilakukan dengan pendekatan potong lintang di tiga puskesmas endemis tertinggi tiga tahun terakhir yaitu Benda Baru, Bakti Jaya dan Pondok Jagung Kota Tangerang Selatan bulan Juni 2015. Survei jentik pada kontainer di 100 rumah di masing-masing wilayah puskesmas sehingga total sampel yang diambil adalah 300 rumah. Kontainer yang diamati dikategorikan menjadi kontainer terkendali/Controllable Containers (CC) dan kontainer bekas/Disposable Container (DC). Data dianalisa secara deskriptif untuk menentukan proporsi jumlah dan jenis kontainer. Maya Indeks diperoleh dari hasil pengkategorian rasio Breeding Risk Indicator (BRI) dan Hygiene Risk Indicator (HRI), Container Index (CI), House Index (HI), Bruteau Index (BI), House Pupa Index (HPI), Pupa Index (PI) dihitung untuk menilai kepadatan larva. Dari hasil pengamatan diperoleh 833 kontainer dengan 785 kontainer tergolong CC dan 48 termasuk dalam DC. Controllable Container yang positif larva terbanyak di Kota Tangerang Selatan adalah ember (22,7%), bak (15,5%) dan penampungan air di dispenser (12,4%), sedang Disposible Container yang paling banyak positif larva adalah ember bekas (10,3%) kemudian barang bekas (7,2%). Nilai Container Index (CI) sebesar 11,7% dan House Index (HI) 27,3%, Angka Bebas Jentik (ABJ) 72,7%, dan Bruteau Index (BI) 32,3%. Indeks pupa digambarkan dengan PI 29,3% dan HPI 2,7% yang masih relatif rendah. Wilayah endemis DBD Kota Tangerang Selatan memiliki tingkat risiko sedang dalam penularan DBD. Kata Kunci: DBD, Indeks entomologi, Indeks Maya, Tangerang Selatan
Faktor Bebas Gametosit pada Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi dengan Pengobatan Dihidroartemisinin- Piperakuin di Indonesia Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol. 26 No. 4, Desember 2016; Hal. 219–226 Gametosit merupakan sumber transmisi malaria, sehingga bebas gametosit merupakan faktor penting dalam pengobatan malaria terutama malaria falciparum. Sejak tahun 2010 pengobatan malaria di Indonesia menggunakan kombinasi dihidroartemisinin-piperakuin (DHP). Untuk mengetahui efek gametosidal DHP, dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi bebas gametosit pada subyek malaria falciparum tanpa komplikasi, dengan pengobatan lengkap DHP di Indonesia. Sumber data adalah gabungan penelitian efikasi dan keamanan DHP pada malaria falciparum tanpa komplikasi di Kalimantan dan Sulawesi tahun 2007, 2010 dan 2012. Subyek adalah penderita malaria falciparum dengan gametosit sebelum pengobatan DHP 3 hari tanpa primaquine dengan waktu pengamatan selama 42 hari. Analisis secara deskriptif berupa proporsi dan korelasi faktor-faktor yang mempengaruhi bebas gametosit seperti karakteristik subyek, suhu aksila, densitas parasit aseksual dan seksual serta kadar hemoglobin. Dari 236 kasus malaria falciparum tanpa komplikasi, 65 kasus diantaranya dengan gametosit sebelum mendapat pengobatan (H0). Hasil analisis menunjukkan waktu bebas gametosit rata-rata adalah 8,6 hari. Proporsi gametosit menurun dari 40% pada H7 menjadi 5% pada H28, dan menghilang sempurna pada H35. Karakteristik responden yang mempengaruhi waktu bebas gametosit sebelum dan sesudah pengobatan lengkap DHP 3 hari tanpa primakuin adalah umur subyek (p = 0,227), asal Provinsi Papua (p = 0,037), anemia (Hb < 11 g/dl, p = 0,008) dan densitas gametosit awal (p = 0,000). Masih ditemukannya gametosit pada H28 menjadi potensi penularan, oleh karena pengamatan gametosit sangat diperlukan untuk monitoring pengobatan, terutama di daerah yang mempunyai vektor malaria. Kata Kunci: bebas gametosit, DHP, malaria falciparum ---------------------------------------------------------------NLM: HF 5549.5 Mariana Raini dan Ani Isnawati (Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes, Kemenkes RI)
Profil Obat Diare yang Disimpan di Rumah Tangga di Indonesia, Tahun 2013 Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol. 26 No. 4, Desember 2016; Hal. 227–234 Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara-negara berkembang. Menurut World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF), diare mengakibatkan 2 juta kematian setiap tahun dengan 1,9 juta di antaranya adalah balita. Laporan Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 menyatakan prevalensi diare di Indonesia adalah 7%, pada balita 12,2%. Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan profil obat diare yang disimpan di rumah tangga. Disain penelitian adalah cross sectional. Metode yang digunakan adalah menganalisis data dari hasil wawancara dan observasi rumah tangga yang menyimpan obat pada pelaksanaan Riskesdas 2013. Hasil analisis menunjukkan bahwa obat diare yang disimpan di rumah tangga terbanyak adalah adsorbans (39,4%), diikuti antimikroba (20,2%), dan obat tradisional (19,2%). Sebaran rumah tangga yang menyimpan obat diare terbanyak adalah di desa (70%) dan rata-rata rumah tangga menyimpan 1 jenis obat diare (81,4%). Proporsi obat yang disimpan rumah tangga sebanding antara yang diperoleh dari apotek (34,2%) dan dari toko obat/warung (33,7%) dan terbanyak dibeli tanpa menggunakan resep (75,9%). Status obat yang disimpan di rumah tangga adalah sisa pengobatan sebelumnya (47,8%) dan untuk persediaan jika sakit (43,6%). Lama pengobatan obat diare, rata-rata 1-3 hari (44,4%) dan rumah tangga yang menyimpan obat diare dan digunakan kalau perlu saja sebanyak 41%. Sebanyak 94,1% obat diare yang disimpan dalam kondisi baik. Berdasarkan provinsi, proporsi obat diare yang disimpan di rumah tangga tertinggi pada Provinsi Jawa Timur (19,9%), diikuti Jawa Barat (17,4%) dan Jawa Tengah (10,5%). Kata Kunci: diare, rasional, obat diare, antimikroba. ---------------------------------------------------------------NLM: QV 766
Indonesia yang tinggal di lereng pegunungan Kendeng, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Data Dinas Kesehatan Lebak pada tahun 2013 menyebutkan bahwa Kampung Tangtu di Desa Kanekes merupakan salah satu kantung penyakit Frambusia, penyakit tropis yang terabaikan dan masih sulit diberantas. Kepatuhan terhadap pikukuh Etnik Baduy Dalam terkait PHBS yaitu tidak menerima modernisasi seperti penggunaan pasta gigi, sabun mandi dan cuci, shampoo, tidak menggunakan alas kaki merupakan faktor risiko terhadap kejadian Frambusia di Baduy. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran potensi budaya masyarakat terkait masalah kesehatan, salah satunya tentang PHBS. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Baduy terutama warga masyarakat Etnik Baduy Dalam memiliki sifat yang memegang teguh pikukuh dan hidup selaras dengan alam sekitarnya. Kecombrang (Etlingera elatior), merupakan hasil alam dengan kandungan saponin yang memiliki sifat menghasilkan busa, adalah tumbuhan yang digunakan masyarakat Baduy untuk mandi dan gosok gigi. Kecombrang tumbuh dengan sendirinya dihutan dan belum dibudidayakan. Disimpukan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat khususnya kebiasaan mandi, masyarakat menggunakan hasil alam yang ada disekitarnya. Sesuai dengan pikukuh adat, masyarakat Baduy Dalam tidak diperbolehkan menggunakan sabun dari bahan kimia karena hal tersebut melanggar aturan adat. Kecombrang dimanfaatkan oleh masyarakat Baduy untuk mandi, menggosok gigi dan keramas namun belum dimanfaatkan untuk mencuci tangan. Perlu dilakukan pendekatan yang intensif dan secara terus menerus kepada masyarakat Baduy Dalam dengan menyisipkan pesan-pesan PHBS kepada masyarakat namun tetap menghormati budaya yang ada. Selain itu perlu adanya pembudidayaan kecombrang di sekitar kampung Baduy. Kata Kunci: Suku Baduy Dalam, PHBS, Etlingera elatior ---------------------------------------------------------------NLM: WI 407
Zulfa Auliyati Agustina1, Suharmiati1, dan Mara Ipa2 (1Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan, Badan Litbangkes, Kemenkes RI; 2 Loka Litbang P2B2 Ciamis, Badan Litbangkes, Kemenkes RI)
Ida Diana Sari1, Rofingatul Mubasyiroh2, Sudibyo Supardi1 (1Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Badan Litbangkes, Kemenkes RI; 2Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes, Kemenkes RI)
Penggunaan Kecombrang (Etlingera elatior) sebagai Alternatif Pengganti Sabun dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Suku Baduy
Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Kepatuhan Berobat pada Pasien TB Paru yang Rawat Jalan di Jakarta Tahun 2014
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 26 No. 4, Desember 2016; Hal. 235–242
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol. 26 No. 4, Desember 2016; Hal. 243–248
Suku Baduy merupakan salah satu etnis di
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular
yang disebabkan oleh kuman Mikrobacterium tuberkolusis. Angka kesembuhan TB paru di daerah tertentu Indonesia masih rendah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan kepatuhan berobat jalan pasien TB paru di 5 RSUD Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan masing-masing 10 sampel di setiap RSUD Kota Jakarta. Kriteria inklusi adalah pasien dewasa TB paru kategori I yang diobservasi selama 7-8 bulan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan kartu rekam medik pasien, dan analisis data menggunakan uji Chi Square. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa angka kepatuhan berobat sebesar 72,7%. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan kepatuhan berobat jalan pasien TB paru (p > 0,05).
Kajian Implementasi Pembinaan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) untuk Meningkatkan Keamanan Pangan: Peran Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kota
Konsumsi makanan jajanan anak diharapkan dapat memberikan kontribusi energi dan zat gizi lain yang berguna untuk pertumbuhan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran dinas pendidikan dan dinas kesehatan dalam pembinaan pangan jajanan anak sekolah di Bekasi. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu round table discussion dengan nara sumber dari Direktorat Surveillans dan PKP Badan POM Jakarta, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Bina Kesehatan Anak Ditjen GIKIA. Sebagai pendukung hasil kajian, digunakan data sekunder berupa laporan hasil penelitian yang dilakukan terkait dengan makanan jajanan sekolah. Untuk mengetahui pengelolaan makanan jajanan di sekolah dilakukan dengan melakukan kunjungan salah satu sekolah dasar di Kota Bekasi, Dinas Pendidikan Dasar, Dinas Kesehatan. Hasil kajian menunjukkan masalah makanan jajanan anak sekolah ditinjau dari higiene perorangan penjual, cara pengelolaan, cara penyajian, cara penyimpanan, kualitas makanan dan kebiasaan anak jajanan masih kurang baik. Kebijakan yang terkait dengan pengelolaan di sekolah sudah dilakukan dari pusat (Badan POM, Kementerian Kesehatan) dan pemda setempat, namun dalam pelaksanaannya belum terkoordinir dengan baik mengenai instansi mana yang bertanggung jawab dalam pengendalian makanan jajanan di sekolah. Pelaksana program di pusat dan Provinsi Jawa Barat menyarankan agar pengendalian pengelolaan makanan di sekolah dasar diserahkan ke pemerintah daerah kabupaten/kota.
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 26 No. 4, Desember 2016; Hal. 249–256
Kata Kunci: pengelolaan, jajan, anak, sekolah ----------------------------------------------------------------
Kata Kunci : pengetahuan, sikap, kepatuhan, Tb paru, pasien rawat jalan RS ---------------------------------------------------------------NLM: WC 750 Helper Sahat P. Manalu1 dan Amir Su’udi2 (1Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes, 2 Kemenkes RI; Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Badan Litbangkes, Kemenkes RI)
Media of Health Research and Development Volume 26 No. 4, December 2016
ISSN 0853-9987
Abstract Sheet This abstract sheet may reproduced/copied without permission or charge NLM: WA 900
NLM: WA 695
Ning Sulistiyowati, Joko Irianto, and Yusleli Usman (Center for Research and Development of Public Health Efforts, NIHRD, Ministry of Health)
Mujiati and Yuyun Yuniar (Center for Research and Development of Resource and Health Services, NIHRD, Ministry of Health)
The Accuracy of Indonesian Death Registration System and Cause of Deaths (Typical Study at Selected Regions in Indonesia) Still Need Much Improvement: Death Registrations System and Cause of Death in Several Regions, Indonesia 2014 (Orig Ind)
Availability of Human Resources for Health in Health Facilities in the Era of National Health Insurance in Eight Districts-Cities in Indonesia (Orig Ind)
Media of Health Research and Development Vol. 26 No. 4, December 2016; p. 191–200 Death Registrations System and Cause of Death are fundamental in creating demographic and epidemiological measures needed by regional planning in various sectors, such as education, employment and health. The aims of this study are to address the strengths and weaknesses of the Death Registrations System and Causes of Death in several regions in Indonesia; so they will know the areas that require improvement and actions that need to be done. The current system status is determined using a rapid assessment which has been developed by WHO and Health Information Systems Knowledge Hub, from the University of Queensland (2010a). Twenty-five questions were discussed by participants consisting of 2–4 groups of senior staffs responsible for various aspects of the Death Registration System and Cause of Death. The assessment was conducted in 13 districts/municipalities in 2014. As a result, there are still some aspects of the function of the system should be improved. Regions with a high enough value is Surakarta (80%) and Yogyakarta (68%) included in the category of moderate or 65–84; functional but not sufficient. The average area with values below 64%, is classified as weak. There are variations in the strength and a weakness of each region. It is important to develop appropriate strategies to obtain Death Registrations System and Cause of Death better. Keywords: rapid assessment, Death Registrations and Cause of Death, Indonesian ---------------------------------------------------------------
Media of Health Research and Development Vol. 26 No. 4, December 2016; p. 201–210 Implementation of the National Health Insurance program causes various effects, including an increased number of visits to primary health facilities, so it takes an adequate distribution of human resources. The aims of this study is to describe the availability of human resources for health in primary health centers in the era of National Health Insurance. Type of research is quantitative-qualitative method with cross sectional approach. Data collecting has done by interviews and round table discussion. Research locations were selected purposively in eight districts/cities, namely Bekasi City and Bogor District (West Java), South Tangerang City and Serang District (Banten), Yogyakarta City and Bantul District (DIY), Surakarta City and Sragen District (Central Java). Informants are leaders/ representatives of primary health centers, clinics, physicians and the district/city health office. The quantitative data were analyzed descriptively and qualitative data using content analysis. Health centers in eight districts/cities do not all have the human resources for health in accordance of Permenkes RI No. 75/2014, but general practitioners, midwives and nurses have been available in all health centers though the amount is still lacking. With the exception of Bogor, the number of medical personnel throughout the clinic is in conformity with Permenkes RI No. 9/2014, but other types of human resources for health is still a lot that has not been available. Meanwhile, throughout the medical practitioners, the most human resources widely available are general practitioners and nurses. There are changes in procurement planning of human resources in
the era of National Health Insurance, increased workload and working hours, so that it is needed planning and procurement of human resources based on needs.
Keywords: DBD, Entomology Index, Maya index, South Tangerang City --------------------------------------------------------------NLM: WF 300
Keywords: human resources, primary health facilities, national health insurance --------------------------------------------------------------NLM: WC 825
Sarwo Handayani, Armedy Roni Hasugian, Riyanti Ekowatiningsih, and Emiliana Tjitra (Center for Research and Development of Biomedical and Basic Technology of Health, NIHRD, Ministry of Health)
Endang Puji Astuti, Heni Prasetyowati, and Aryo Ginanjar (Zoonoses Research Office, Ciamis, NIHRD, Ministry of Health) Transmission Risk of Dengue Haemorrhagic Fever based on Maya and Entomological Indexes in South Tangerang, Banten (Orig Ind) Media of Health Research and Development Vol. 26 No. 4, December 2016; p. 211–218 South Tangerang City become the highest contributor of dengue in 2014 in the province of Banten. The increasing of dengue cases in this city indicates that transmission still ongoing and the vector controls less optimal. The aim of this study is to assess the transmission risk of dengue in endemic regions based Maya index and Entomology index. This cross sectional study was conducted in three health centers which highest dengue case at last three years that is Benda Baru, Bakti Jaya and Pondok Jagung in June 2015. The survey larvae in containers has conducted in 100 houses in each area of the health center, so that the total sample taken is 300 houses. Containers were observed categorized into containers of controlled / Controllable Containers (CC) and containers used / Disposable Container (DC). Data were analyzed descriptively to determine the proportion of the number and types of containers. Maya index obtained from categorization ratio of Breeding Risk Indicator (BRI) and Hygiene Risk Indicator (HRI). Container Index (CI), House Index (HI), Bruteau Index (BI), House Pupa Index (HPI), Pupa Index (PI) were calculated to assess the density of larvae. The results showed 833 containers with 785 containers belonging to CC and 48 included in the DC. The largest of positive Controllable Container in South Tangerang City is a bucket (22.7%), bath up (15.5%) and water reservoirs in dispenser (12.4%), while Disposable Container most positive larvae are buckets former (10.3%) and used goods (7.2%). Value Container Index (CI) was 11.7%, House Index (HI) 27.3%, Angka Bebas Jentik (ABJ) 72.7%, and Bruteau Index (BI) 32.3%. The number of pupae depicted with PI 29.3% and HPI 2.7% which is relatively low. Based on Maya index and Entomology index South Tangerang city has a moderate risk level in the transmission of dengue.
The Gametocyte Clearance Factors on Uncomplicated Falciparum Malaria with Dyhidroartemisinin-Piperaquine Treatment in Indonesia (Orig Ind) Media of Health Research and Development Vol. 26 No. 4, December 2016; p. 219–226 Gametocytes are a source of malaria transmission, so gametocytes clearance is an important factor especially for falciparum malaria treatment. Since 2010, a combination of dihidroartemisininpiperaquine (DHP) was applied for malaria treatment in Indonesia. To determine the effect of DHP, we analyzed the factors affecting to gametocytes clearance on uncomplicated falciparum malaria subject treated with DHP in Indonesia. The source of data is a joint research of the efficacy and safety of DHP on uncomplicated falciparum malaria in Kalimantan and Sulawesi in 2007, 2010 and 2012. The subjects were patients with gametocytes prior to 3 days DHP treatment without primaquine, with 42 days observation. Descriptive analysis was performed to determine the proportion and correlation factors influencing gametocytes clearance, such as the subject characteristics, axillary temperatur, asexual and sexual parasite densities and hemoglobin levels. From the 236 uncomplicated falciparum malaria subjects, we found 65 subjets with gametocytes before treatment (D0). The analysis showed the average gametocytes clearance was 8.6 days. The proportion of gametocytes decreased from 40% to 5% on D7 and D28, and fully disappeared on D35. Characteristics of respondents affected to gametocytes clearance before and after completed treatment of DHP were age (p = 0.227), original from Papua province (p = 0.037), anemia (Hb <11 g / dl, p = 0.008) and gametocytes density on D0 (p = 0.000). Remaining gametocytes on D28 is a potential factor for malaria transmission therefore gametocytes observation is required, especially in areas with malaria vector. Keywords: gametocyte clearance, DHP, falciparum malaria --------------------------------------------------------------NLM: HF 5549.5 Mariana Raini and Ani Isnawati (Center for Research and Development of Biomedical and Basic Technology of Health,
NIHRD, Ministry of Health) Profile of Diare Medication Stored in Households in Indonesia Year 2013 (Orig Ind) Media of Health Research and Development Vol. 26 No. 4, December 2016; p. 227–234 Diarrhea is a major health problem in developing countries. Data form WHO and Unicef show that diarrhea caused 2 million deaths each year and part of it 1,9 million are children under five years. Riskesdas 2013 stated the prevalence of diarrhea in Indonesia is 7%, whereas 12.2% is the prevalence in children under five. This analysis aims to get a profile of diarrhea medication that was stored in households in Indonesia. This study used Riskesdas 2013 data with the design was cross sectional. This study analyzed households data from interview and observation in Riskesdas 2013.The analysis showed that the highest percentage of diarrhea drugs stored at household is adsorbans (39.4%), followed by anti-microbial (20.2%) and traditional medicine (19.2%). The households distribution of diarrhea drugs are mostly found in villages (70%) and in average the household stored one type of diarrhea is 81.4%. The proportions of drug that stored in households is comparable between bought from pharmacy (34.2%) and drug stores/stalls (33.7%), and most of it purchased without a prescription (75.9%). Drug status that is stored in the household comes from the previous treatment (47.8%) and for emergency stock is 43.6%. Average duration of treatment for diarrhea is 1-3 days (44.4%) and percentage of household using stored diarrhea medication if needed is 41%. Most drugs are kept in good condition (94.1%). Based on province, the highest proportion of diarrhea medications stored in households is in East Java (19.9%), followed by West Java (17.4%), and Central Java (10.5%). Keywords: diarrhea, rational, diarrhea medicine, anti-microbial --------------------------------------------------------------NLM: QV 766 Zulfa Auliyati Agustina1, Suharmiati1, dan Mara Ipa2 (1Center for Research and Development for Humaniora and Health Manegement, NIHRD, Ministry of Health; 2Zoonoses Research Office, Ciamis, NIHRD, Ministry of Health) Utilization of Torch Ginger (Etlingera elatior) as Soap Alternaitves in Baduy’s Clean and Healthy Behavior (Orig Ind) Media of Health Research and Development Vol. 26 No. 4, December 2016; p. 235–242
Baduy is one of ethnic Indonesia’s living on the slope of Kendeng’s mountain, Lebak, Province of Banten. Lebak’s Health Service Data in 2013 noted that Kampung Tangtu in Kanekes village is one of sac Yaws Disease, a tropical neglected disease and difficult to eradicated. Adherence to the indigenous traditions in Baduy Dalam (associated with)/ (about) Clean and Healthy Behavior (PHBS) that do not is accept modernization such as toothpaste, soap and shampoo, do not use the footwear are the risk factors to the incidence of Yaws in Baduy. This research was conducted to get an idea of the potential of culture-related health problems, including PHBS. This research used an ethnographic approach. The result showed Baduy’s community particularly Baduy Dalam obedient to the Pikukuh and live in harmony with its natural surroundings. Kecombrang (Etlingera elatior) is a natural product with saponins which produce foamis, is a plant that is used by Baduy Dalam to take a bath and brush teeth. Kecombrang grown in the forest and not yet cultivated. Behavior health and hygiene in particular bathing habits, Baduy Dalam used natural resource around them. In accordance with pikukuh, Baduy Dalam people’s not allowed to use chemical soap because its violating the indigenous traditions. Kecombrang used by Baduy people’s to take a bath, brush the teeth and washed but not yet used for hand washing. It is recommended that keep conducted intensively and continuously approach to the Baduy Dalam by inserting PHBS’s messages while respecting the local wisdom. In addition, the need for cultivation of Kecombrang around Baduy village. Keywords: Baduy Dalam Ethnic, PHBS, Etlingera elatior --------------------------------------------------------------NLM: WI 407 Ida Diana Sari1, Rofingatul Mubasyiroh2, Sudibyo Supardi1 (1Center for Research and Development of Resource and Health Services, NIHRD, Ministry of Health; 2Center for Research and Development of Public Health Efforts, NIHRD, Ministry of Health) Relationship between Knowledge and Attitude and Patient Compliance Among Outpatient Tuberculosis in Jakarta Province 2014 (Orig Ind) Media of Health Research and Development Vol. 26 No. 4, December 2016; p. 243–248 Pulmonary tuberculosis is an infectious disease caused by the Mikrobacterium tuberculosis. Pulmonary TB cure rate in certain areas in Indonesia is still low.The research objective was to determine the relationship between knowledge,
attitudes and compliance outpatient pulmonary tuberculosis in 5 regional public hospitals in Jakarta. This study used a cross-sectional design with each of the 10 samples in each of regional public hospital in Jakarta. The inclusion criteria were adult patients with TB category I observed during 7-8 months. Collecting data using questionnaires and medical records of the patients, and data analysis using Chi Square test. Conclusion of the study shows that the rate of 72,7% adherence to treatment. There is no significant relationship between knowledge, attitudes and compliance of outpatient pulmonary tuberculosis patients (p >0.05) Keywords: knowledge, attitudes, compliance, pulmonary tuberculosis, outpatient hospital --------------------------------------------------------------NLM: WC 750 Helper Sahat P. Manalu1 and Amir Su’udi2 (1Center for Research and Development of Public Health Efforts, NIHRD, Ministry of Health; 2Center for Research and Development of Resource and Health Services, NIHRD, Ministry of Health) Assesment of the Implementation of Street Food Monitoring to Improve Food Safety: Role of Education Authority and Health Authority (Orig Ind)
Media of Health Research and Development Vol. 26 No. 4, December 2016; p. 249–256 Street foods are expected to contribute energy and other useful nutrients for growing school children. The objective of this study was to assess the implementation of street food in Bekasi, particularly role of education and health authority. The assesment was based on qualitative method, using round table discussion and supported by secondary data. The results showed problems of school children street foods seller in terms of personal higiene, how to manage, manner of presentation, storage, quality of food and habits of the child was still not good. Policies related to the management and supervision in schools has been carried out from the center (National Food and Drug Board, Ministry of Health) and the local government, but the implementation was not well coordinated about, who was the most responsible in supervision of the street food at school. The national and West Java Province authorities suggested that the monitoring control of street food in elementary school should be handed over to by the local government district/city. Keywords: management, street foods, children, school ---------------------------------------------------------------