School Action Research
MENINGKATKAN KUALITAS MENGAJAR GURU KELAS VI MELALUI SUPERVISI KLINIS PADA SEKOLAH DASAR DAERAH BINAAN I DI UPT DINDIKPORA KECAMATAN PAGEDONGAN KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 S U J I T O1) 1) Pengawas sekolah Dabin I UPT Dindikpora Kecamatan Pagedongan Abstrak Penelitian tentang Meningkatkan Kualitas Mengajar Guru kelas VI dengan Mengefektifkan Supervisi Klinis di Sekolah Dasar Daerah Binaan I Dindikpora Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan kualitas pembelajaran guru dengan mengefektifkan supervisi klinis di Sekolah Dasar Daerah Binaan I Dindikpora Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015. (2) mengetahui hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi klinis dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran guru di Sekolah Dasar Daerah Binaan I Dindikpora Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan sekolah dengan 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah 7 orang guru Sekolah Dasar Daerah Binaan I Dindikpora Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrument supervise klinis, lembar penilaian rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar penilaian pelaksanaan pembelajaran. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) supervisi klinis dapat meningkatkan kualitas pembelajaran guru di Sekolah Dasar Daerah Binaan I Dindikpora Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015., sesuai hasil penilaian rencana pelaksanaan pembelajaran rata-rata 68 pada siklus I dan 82 pada siklus II, dan hasil penilaan pelaksanaan pembelajaran nilai rata-rata 66 pada siklus I dan 81 pada siklus II (2) hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi klinis adalah tidak semua guru siap untuk disupervisi klinis. Kata Kunci: Supervisi klinis, Kualitas Mengajar A. PENDAHULUAN
Guru sebagai pengajar berperan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, karenanya guru dituntut untuk menguasai seperangkat pengetahuan dan keterampilan mengajar. Guru merupakan komponen penting dalam upaya
Al-Qalam Vol.XVI|89
Penelitian Tindakan Sekolah
peningkatan mutu pendidikan nasional. Guru yang berkualitas, profesional dan berpengetahuan, tidak hanya berprofesi sebagai pengajar, namun juga mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Berdasarkan Standar Nasional Kependidikan, guru harus memiliki empat kompetensi dasar yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional. Pembelajaran akan berhasil dengan baik bila pembelajaran itu mampu menggali kemampuan siswa dalam eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi sehingga siswa betul-betul memahami materi yang telah dipelajari. Demikian pula dalam mengakhiri pembelajaran, seorang guru harus menanamkan kesan yang mendalam bagi siswa sehingga materi itu dikuasai dan dipahami siswa, guru membuat umpan balik sesuai materi yang dipelajari secara proporsional, serta bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran. Berdasarkan pengamatan awal di Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara ditemukan kesan jika guru-guru belum melaksanakan tugasnya secara optimal dalam pembelajaran. Guru masih ada yang melaksanakan pembelajaran secara tradisional, kurang sistematis serta kurang memperhatikan metode dan teknik pembelajaran. Pembelajaran yang kurang sistematis akan berdampak pada hasil pembelajaran yang kurang maksimal. Untuk melaksanakan pembelajaran yang sistematis guru harus membuat persiapan mengajar, mempersiapkan sarana prasarana pembelajaran yang diperlukan, membuka pelajaran dengan baik, memotivasi siswa untuk belajar, menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas, menyampaikan materi pelajaran dengan jelas dan dapat diterima siswa, mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran dan bersama siswa guru menyimpulkan materi pelajaran.Kesenjangan yang terjadi adalah masih ada guru kelas VI di Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara yang belum maksimal dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga diperlukan motivasi eksternal bagi guru. Untuk memotivasi guru agar melaksanakan pembelajaran secara optimal maka pengawas perlu mengefektifkan kembali supervisi klinis terhadap beberapa guru Kelas VI. Rumusan Masalah dalam penelitian ini: Apakah dengan mengefektifkan supervisi klinis dapat meningkatkan kualitas pembelajaran? Bagiamana hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi klinis dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran guru Kelas VI di Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara ?. Secara teoritis penilitian ini akan bermanfaat sebagai Pengembangan ilmu manajemen pendidikan terutama yang berkaitan dengan masalah supervisi klinis dalam pembelajaran di
90 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
tingkat satuan pendidikan dasar, sehingga tujuan sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien dan produktif. B. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
1. Konsep Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah proses mencari, memahami, menganalisis suatu keadaan sehingga terjadi perubahan perilaku, dan perubahan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai hasil belajar jika disebabkan oleh karena pertumbuhan atau keadaan sementara. (Syaifuddin Iskandar : 2008 : 1) Sedangkan pembelajaran adalah usaha mengorganisasikan lingkungan belajar sehingga memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan berbagai media dan sumber belajar tertentu yang akan mendukung pembelajaran itu nantinya. Ada banyak sekali teori dan prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan cara mengajarnya. Adapun prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran yaitu : Perhatian dan Motivasi, Keaktifan, Keterlibatan Langsung / Berpengalaman, Pengulangan, Tantangan, Umpan Balik dan Penguatan, Perbedaan Individual.
2. Supervisi Pendidikan Dilihat dari sudut pandang etimologi supervisi berasal dari kata super dan vision yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi secara etimologis, supervisi adalah penglihatan dari atas. Pengertian itu merupakan arti kiasan yang menggambarkan suatu posisi dimana yang melihat berkedudukan lebih tinggi dari pada yang dilihat. Hal ini dapat diartikan bahwa kegiatan supervisi dilakukan oleh atasan kepada bawahan. Pelaksanaan supervisi atau pengawasan di setiap organisasi memiliki peran yang cukup penting. Manullang (2005: 173) mendefinisikan pengawasan sebagai “Suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula”. Supervisi dilakukan di setiap lini organisasi, termasuk organisasi di dalam ranah pendidikan, salah satunya adalah sekolah. Menurut E. Mulyasa (2004), untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, salah satunya yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan
Al-Qalam Vol.XVI|91
Penelitian Tindakan Sekolah
siswa dalam proses pembelajaran. Pada hakeketnya, tujuan akhir dari kegiatan supervisi pendidikan adalah untuk memperbaiki guru dalam hal proses belajar mengajar agar tercapai kualitas proses belajar mengajar dan meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Oleh karena itu, sebelum mendalami kajian akan supervisi pendidikan, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai definisi/ pengertian tentang supervisi pendidikan. Berikut pendapat para ahli mengenai pengertian supervisi pendidikan. Seorang “supervisor” memang mempunyai posisi di atas atau mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pada orang-orang yang disupervisinya, tugasnya adalah melihat/menilik atau mengawasi orang-orang yang disupervisinya itu. Kelebihan yang dimiliki supervisor bukan hanya karena posisi atau kedudukan yang ditempatinya, akan tetapi juga karena pengalamannya, pendidikannya, kecakapan atau keterampilan-keterampilan yang dimilikinya atau karena mempunyai sifat-sifat kepribadian yang meninjol dari pada orang-orang yang disupervisinya. Dengan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, seorang supervisor dapat melihat, menilik atau mengadakan pengawasan terhadap yang disupervisinya. Pengertian supervisi secara umum menurut Harris dan Benssent (1971) yang dikutip oleh Nurtain (1989:11) menyebutkan bahwa supervisi adalah apa yang dilakukan personalia sekolah dengan orang dewasa dan barang-barang dengan maksud untuk memelihara atau merubah penyelenggaraan sekolah agar supaya secara langsung dapat mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan pengajaran pokok sekolah. Menurut Alfonso R. J. et al (1981) dalam Oliva (1984) yang dikutip oleh Piet A. Sahertian (2000:18) menyatakan bahwa supervisi pengajaran adalah tindak laku pejabat yang dirancangkan oleh lembaga yang langsung berpengaruh terhadap perilaku guru dalam berbagai cara untuk membantu cara belajar siswa dan untuk mencapai tujuan yang dilakukan oleh lembaga itu. Mark Stoops dan King Stoops (1978) yang dikutip oleh Nurtain (1989:13) menyatakan bahwa supervisi adalah perbuatan dan percobaan yang ditujukan untuk memperbaiki pelajaran dan program yang bersifat pengajaran. Perkembangan selanjutnya para ahli menerapkan supervisi klinis.
3. Konsep Supervisi Klinis Supervisi memiliki pemahaman yang luas (Purwanto, 2004: 76). Menurut Purwanto menjelaskan bahwa supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, serta bimbingan dalam usaha pelaksanaan pembaharuan-
92 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode pembelajaran yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran dan sebagainya. Menurut Richard Waller yang dikutip oleh Nurtain (1989:253), supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada pada peningkatan mengajar dengan melalui sarana siklus yang sistematis dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intelektual dan intensif mengenai penampilan mengajar yang nyata, didalam mengadakan perubahan dengan dengan cara yang rasional. Nurtain (1989:253) mengemukakan bahwa supervisi klinis adalah suatu pembimbingan yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalitas guru secara sengaja yang dimulai dari pertemuan awal, observasi kelas, dan pertemuan akhir yang dianalisis secara cermat, teliti dan obyektif untuk mendapatkan perubahan perilaku mengajar yang diharapkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia supervisi berarti pengawasan utama, pengontrolan tertinggi, penyeliaan (2002:1107). Sedangkan klinis memiliki arti bersangkutan atau berdasarkan pengamatan klinik (575). Senada dengan hal tersebut John J Bolla menyatakan supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis yang intensif terhadap penampilan pembelajaran guru dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran (John Bolla dalam Mukhtar dan Iskandar, 2009:60). Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan professional guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut . Tahapan pelaksanaan supervisi klinis dalam bentuk siklus dimulai dengan kegiatan pra-observasi atau pertemuan awal pra siklus dan dilanjutkan pada siklus 1, mengamati (observasi) guru atau siklus 2, dan sesudah pengamatan (post observasi) melakukan umpan balik siklus 3. Pada semua tahapan ini supervisor dan guru berusaha memahami dan mengerti mengenai pengamatan dan perekaman data adalah untuk perbaikan pengajaran yang dilakukan oleh guru.
a. Pra Siklus Tahap-tahap pelaksanaan supervise klinis pada tahap pra siklus dimulai dengan guru merasa butuh bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar. Kebutuhan ini muncul, karena guru butuh pelayanan dari supervisor agar guru mengetahui, memahami kelebihan dan kelemahan dibidang ketrampilan mengajar untuk selanjutnya berusaha meningkatkannya kearah yang lebih baik lagi. Pada tahap ini supervisor meyakinkan guru bahwa melalui bantuan
Al-Qalam Vol.XVI|93
Penelitian Tindakan Sekolah
supervisor guru akan dapat mengetahui kelebihan, kelemahan dan atau kekurangan dalam (1) mempersiapkan kegiatan pembelajaran (rencana pelaksanaan pembelajaran). (2) membelajarkan peserta didik mencapai kompetensi yang ditentukan dalam silabus dan RPP dengan menampilkan keterampilan menngajar yang sesuai dengan materi pelajaran; dan (3) secara terus menerus memperbaiki keterampilan mengajardan/atau mengembangkan diri dalam menggunakan model dan strategi pembelajaran.
b. Siklus pertama Kegiatan siklus pertama ini adalah guru dengan supervisor bersama sama melakukan review dokumen pembelajaran dengan cara memeriksa dokumen kurikulum yang terdiri dari standar isi, silabus dan rencana pembelajaran. Dari hasil review tersebut, selanjutnya supervisor menjelaskan hal-hal yang penting untuk diperbaiki. Secara bersama-sama pula antara guru dengan supervisor memperbaiki dokumen kurikulum sampai memenuhi persyaratan baik dilihat dari substansi maupun mekanisme pembelajaran dan dokumen tersebut siap untuk digunakan dalam kegiatan mengajar. (Syaiful Sagala, 2010:204) Pada siklus 1 ini kontrak dan isi kontrak yng dirumuskan bersama antara supervisor dengan guru terdiri dari (1) supervisor meyakinkan guru hal yang perlu diamatai tentang proses pembelajaran yang akan dilakukannya di kelas; (2) menetapkan jenis ketrampilan dan aspek education touch yang akan dilatihkan; (3) supervisor bersama guru membicarakan dan menyepakati jenis ketrampilan dan aspek education touch yang akan dilatihkan oleh guru latih selama proses pembelajaran berlangsung dikelas; dan (4) ketrampilan yang disepakati dapat dipilih antara lain ketrampilan bertanya, memberi penguatan, variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, memimpin kelompok kecil, mengelola kelas, mengajar kelompok kecil dan perorangan. Setelah ada kesepakatan bersama antara supervisor dengan guru mengenai aspek ketrampilan apa saja yang akan diamati atau oservasi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, maka kedua belah pihak menandatangani kontrak tersebut dan siap untuk melaksanakan kegiatan mengajar yang diamati oleh supervisor.
c. Siklus kedua Observasi Sesuai kontrak yang telah disepakati bersama antara supervisor dengan guru, maka dilanjutkan dengan kegiatan observasi dikelas. Guru mengajar dan supervisor mengamati guru mengajar sesuai kontrak yang disepakati bersama. Dalam kegiatan observasi ini supervisor mencatat dan merekam dengan cermat berbagai data dan informasi penting prihal guru mengajar sesuai kontrak yang disepakati. Supervisor mengamati guru mengajar dengan cara menggunakan
94 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
lembar observasi atau merekam dengan handycam jika peralatan tersedia atau dengan cara lainnya yang memungkinkan untuk kegiatan observasi aktivitas mengajar guru. (Syaiful Sagala, 2010:210)
d. Siklus ketiga Refleksi Pertemuan setelah pengamatan merupakan bagian penting dari perilaku postobservasi. Pertemuan balikan dalam bentuk refleksi yang dilakukan bersama supervisor dengan guru dilakukan dengan cara menciptakan suasana santai dan akrab dalam suasana keikhlasan dan obyektif dari kedua belah pihak. Dengan penuh antusias, kejujuran dan keikhlasan supervisor menanyakan perasaan guru yang diobservasi secara keseluruhan. Setelah analisa data dalam kegiatan refleksi para supervisor dan guru bisa mendapatkan (1) perbandingan perilaku guru dan siswa (2) mengidentifikasi perbedaan-perbedaan perilaku siswa dan guru (3) menyelesaikan perbedaan keputusan antara guru dan siswa (4) membandingkan penggunaan isi, bahan-bahan, peralatan, ruang, fisik dan lingkungan social sesuai dengan penggunaan identifikasi dan merencakanan masa depan mereka; dan (5) membandingkan hasil belajar yang diharapkan dengan hasil belajar yang nyata dalam konteks yang sesuai situasi seperti yang diuraikan dalam pengamatan. (Syaiful Sagala, 2010:220). C. METODE PENELITIAN
1. Metode dan Pendekatan Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research). Penelitan Tindakan Sekolah dikembangkan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Depdiknas Penelitian Tindakan Sekolah (2008:11) adalah penelitian tindakan sebagai salah satu jenis penelitian kualitatif di bidang pendidikan yang dilaksanakan disekolah untuk memperbaiki proses pembelajaran dan manajemen sekolah.
2. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus satu kali pertemuan. Menurut Depdiknas (2008:13) Penelitian tindakan sekolah berbentuk siklus metodologis yang berdaur (cyclical methodology cyclus) yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi, maka siklus metodologis/rancangan penelitian tidakan sekolah ini dilakukan 2 siklus seperti bagan berikut: a. Perencanaan (planning), Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan ini adalah : 1) Menyusun instrumen penelitian, 2)Mengadakan pertemuan dengan guru, 3) Menyusun jadwal supervisi.
Al-Qalam Vol.XVI|95
Penelitian Tindakan Sekolah
b. Pelaksanaan tindakan (action), Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan 2 siklus, setiap satu siklus terdiri atas satu kali pertemuan (tatap muka), sehingga 2 siklus ada dua kali pertemuan (tatap muka). c.
Refleksi: Melakukan perenungan yang didasarkan atas data yang diperoleh melalui observasi, hasil wawancara maupun hasil tes siklus 2 yang telah dilakukan untuk untuk membuat kesimpulan hasil penelitian.
3. Pengumpulan Data Jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif hasil tanya jawab dan lembar observasi tentang pelaksanaan supervisi klinis di di Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara,. Hasil data yang telah dikumpulkan di adakan verifikasi dan analisis, dari analisis data ini peneliti dapat merefleksikan dengan melihat data observasi apakah kegiatan yang ditetapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran guru kelas VI Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara,. Hasil analisis data akan digunakan sebagai acuan dalam memberikan tindakan pada siklus berikutnya atau menyimpulkan hasil penelitian. D. INDIKATOR KEBERHASILAN
Untuk mengetahui keberhasilan penelitian tindakan sekolah ini menggunakan rentang nilai 1 sampai dengan 5, menurut Usman (2011:119) nilai tersebut berarti: 1 = kurang sekali, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik,5 = baik sekali. Setelah diperoleh nilai, maka nilai tersebut ditransfer ke dalam bentuk kualitatif untuk memberikan komentar bagaimana kualitas mengajar guru kelas VI dengan kategori sebagai berikut : Tabel 3.2 Tabel Kategori kualitas mengajar No
Skor
1
90 - 100
A (baik sekali)
Kategori Sikap
2
80 - 89
B (baik)
3
65 - 79
C ( cukup baik )
4
55 - 64
D ( kurang )
5
0 - 54
E ( sangat kurang baik )
Berdasarkan rentang nilai tersebut maka penelitian tindakan sekolah ini dapat dikatakan berhasil bila memenuhi indikator sebagai berikut: Sebanyak 80 % guru yang disupervisi dalam mengajar mendapat nilai Baik (B) berdasarkan hasil penilaian Pelaksanaan Pembelajaran, serta ada peningkatan hasil Pelaksanaan Pembelajaran dari siklus I ke siklus berikutnya.
96 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research E. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan secara kolaborasi dengan kepala sekolah yang membantu pelaksanaan observasi dan refleksi selama kegiatan penelitian berlangsung. Pelaksanaan penelitian sekolah dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus yaitu siklus I dan siklus II.
a. Siklus I Hasil penilaian rencana program pembelajaran siklus I dapat di lihat pada tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1: Hasil Penilaian Rencana Program Pembelajaran pada Siklus I No
Indikator
Skor penilaian Guru Mata Pelajaran
Jumlah
1
2
3
4
5
6
Sk or
Rtrt
Ni lai
Kategori
1
Merumuskan tujuan
3
2
2
3
3
2
15
2.5
50
Kurang
2
Menentukan metode
4
3
4
3
4
4
22
3.7
73
Cukup
3
Menentukan langkahlangkah
4
4
3
4
3
5
23
3.8
77
Cukup
4
Menentukan cara memotivasi
4
3
3
3
4
5
22
3.7
73
Cukup
5
4
3
5
4
3
24
4.0
80
Baik
3
2
3
3
3
2
16
2.7
53
Kurang
4
4
3
3
3
4
21
3.5
70
Cukup
5 6 7
Bahan berpedoman pada karakteristik siswa Bahan sesuai kesulitan siswa Bahan tersesusun sesuai taraf kemampuan berpikir siswa
8
Pengaturan ruang kelas
3
2
1
3
2
3
14
2.3
47
Sangat Kurang
9
Menentukan alokasi waktu
4
3
3
3
3
4
20
3.3
67
Cukup
10
Menentukan cara siswa aktif
4
5
4
4
3
3
23
3.8
77
Cukup
11
Menentukan pengembangan alat
4
4
4
3
4
4
23
3.8
77
Cukup
12
Menentukan media
4
3
3
3
4
3
20
3.3
67
Cukup
13
Menentukan sumber
3
4
4
3
3
3
20
3.3
67
Cukup
14
Menentukan bentuk/prosedur penilaian
3
3
4
3
3
3
19
3.2
63
Kurang
15
Membuat alat penilaian
4
3
3
3
4
4
21
3.5
70
Cukup
Jumlah
5 6
49
47
49
50
52
50.5
10 10
Al-Qalam Vol.XVI|97
Penelitian Tindakan Sekolah 3 . 6
Rata-Rata
3. 2
3. 1
3. 3
3. 4
3. 6
3.4
68
Cukup
Dengan menganalisis hasil evaluasi pada tindakan siklus I penyusunan Rencana Program Pembelajaran belum menunjukkan keberhasilan karena baru mencapai nilai rata-rata 68 dan belum mencapai kategori baik. Dari hasil penilaian dalam penyusunan Rencana Program Pembelajaran masih ditemukan kelemahan-kelemahan antara lain dalam: 1) merumuskan tujuan, 2) pengaturan ruang kelas, 3) menentukan materi yang sesuai karakteristik siswa dan 4) cara menentukan prosedur penilaian. Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut peneliti perlu mengadakan perbaikanperbaikan dalam pembinaan terutama dalam indikator: 1) merumuskan tujuan, 2) pengaturan ruang kelas, 3) menentukan materi yang sesuai karakteristik siswa dan 4) cara menentukan prosedur penilaian agar penilaian penyusunan rencana program pembelajaran mendapat nilai kategori baik (4,0) Selanjutnya hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran siklus I dapat di lihat pada tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2: Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus I Skor Penilaian Guru N O
I 1 2 II A 3
4
5
Jumlah
Mata Pelajaran INDIKATOR
PRAPEMBELAJARA N Memeriksa kesiapan siswa Melakukan kegiatan apersepsi KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Penguasaan materi pelajaran Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar
98 | ISSN: 2356-2447-XVI
Rat arata
NIL AI
Kategori
1
2 3
4
5
6
SK OR
4
3 4
3
4
4
22
3.7
73
Cukup
3
2 2
3
4
4
18
3.0
60
Kurang
4
3 3
4
4
4
22
3.7
73
Cukup
4
3 4
3
2
3
19
3.2
63
Kurang
4
2 4
4
4
4
22
3.7
73
Cukup
School Action Research
6 B
7
8 9 10
11
12
C 13 14 15
D
16
17
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan Pendekatan/strategi pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai Melaksanakan pembelajaran secara runtut Menguasai kelas Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Melaksanakan pembelajaran yang memung-kinkan tumbuhnya kebiasaan positif Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan Pemanfaatan sumber belajar/media PBM Menggunakan media secara efektif /efisien Menghasilkan pesan yang menarik Melibatkan siswa dlam pemanfaatan media Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa
5
3 3
2
3
2
18
3.0
60
Kurang
4
4 3
4
3
5
23
3.8
77
Cukup
3
2 4
3
4
4
20
3.3
67
Cukup
4
2 2
3
3
2
16
2.7
53
Sangat Kurang
4
3 4
3
4
2
20
3.3
67
Cukup
4
4 3
4
3
2
20
3.3
67
Cukup
4
3 3
3
4
2
19
3.2
63
Kurang
3
4 4
3
5
4
23
3.8
77
Cukup
4
3 2
3
3
3
18
60
Kurang
4
4 2
4
4
5
23
3.8
77
Cukup
3
3 3
4
4
4
21
3.5
70
Cukup
4
4 4
4
3
2
21
3.5
70
Cukup
Al-Qalam Vol.XVI|99
Penelitian Tindakan Sekolah
18
E 19 20 F
Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar Penilaian proses dan hasil belajar Memantau kemajuan belajar selama proses Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
3
2 2
3
4
2
16
2.7
53
Sangat Kurang
4
3 2
3
2
5
19
3.2
63
Kurang
3
4 2
4
2
3
18
3.0
60
Kurang
3
4 3
4
3
5
22
3.7
73
Cukup
4
2 3
2
3
3
17
2.8
57
Kurang
4
3 5
2
2
3
19
3.2
63
Kurang
2
3 3
3
4
3
18
3.0
60
Kurang
Jumlah
88
7 74 3
78
81
80
474
Rata-rata
3. 6
3 3.08
3.25
3.3
3.33
19.7
Penggunaan bahasa
21 22 III
23
24
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar Menyampaikan pesan dgn gaya yg sesuai PENUTUP Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan
158 0 3.3
66
Kurang
Analisis hasil evaluasi pada tindakan siklus I Pelaksanaan Pembelajaran pada tabel 2, belum menunjukkan keberhasilan karena baru mencapai nilai rata-rata 66 dan belum mencapai kategori baik atau kurang. Dari hasil penilaian dalam Pelaksanaan Pembelajaran masih ditemukan kelemahan-kelemahan antara lain dalam: 1) penguasaan kelas, 2) keterlibatan siswa dalam memanfaatkan media, 3) memantau kemajuan belajar dalam proses, dan 4) tindak lanjut setelah selesai pembelajaran. Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut peneliti perlu mengadakan perbaikan-perbaikan dalam pembinaan terutama dalam indikator : 1) penguasaan kelas, 2) keterlibatan siswa dalam memanfaatkan media, 3) memantau kemajuan belajar dalam proses, dan 4) tindak lanjut setelah selesai pembelajaran agar penilaian pelaksanaan pembelajaran mendapat nilai kategori baik (80).
100 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
Berdasarkan hasil analisis pada siklus I dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengajar guru belum optimal, ini ditunjukkan dari hasil penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mendapat nilai rata-rata 68 dan penilaian Pelaksanaan Pembelajaran mendapat nilai rata-rata 66 ini berarti belum mencapai kategori baik (80), hal ini disebabkan oleh peneliti dalam membimbing guru masih secara kelompok dan peneliti masih besar peranannya dalam pengambilan solusi pemecahan masalah yang dihadapi guru. Sesuai saran kolaborator agar dilakukan bimbingan secara individual serta memberikan kesempatan pada guru lebih besar peranannya dalam menentukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi guru, sementara peranan peneliti hanya mengarahkan.
b. Siklus II Hasil penilaian Rencana Program Pembelajaran siklus II dapat di lihat pada tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3: Hasil Penilaian Rencana Program Pembelajaran pada Siklus II No
Skor penilaian Guru Mata Pelajaran
Indikator
Jumlah
1
2
3
4
5
6
Skor
Rtrt
Nilai
Kategor i
1
Merumuskan tujuan
3
4
4
3
4
4
22
3.7
73
cukup
2
Menentukan metode
4
3
4
3
4
4
22
3.7
73
cukup
4
5
3
5
3
5
25
4.2
83
baik
5
5
4
4
5
5
28
4.7
93
5
5
3
5
5
5
28
4.7
93
3
4
5
3
3
5
23
3.8
77
cukup
5
5
5
4
5
5
29
4.8
97
sangat baik
3
4
5
3
4
5
24
4.0
80
baik
4
3
3
5
3
4
22
3.7
73
cukup
5
5
4
4
3
3
24
4.0
80
baik
4
5
4
3
4
4
24
4.0
80
baik
3 4 5 6 7 8 9 10 11
Menentukan langkahlangkah Menentukan cara memotivasi Bahan berpedoman pada karakteristik siswa Bahan sesuai kesulitan siswa Bahan tersesusun sesuai taraf kemampuan berpikir siswa Pengaturan ruang kelas Menentukan alokasi waktu Menentukan cara siswa aktif Menentukan pengembangan alat
sangat baik sangat baik
Al-Qalam Vol.XVI|101
Penelitian Tindakan Sekolah 12
Menentukan media
4
5
3
5
4
3
24
4.0
80
baik
13
Menentukan sumber
5
4
4
4
5
5
27
4.5
90
sangat baik
14
Menentukan bentuk/prosedur penilaian
3
3
4
5
5
3
23
3.8
77
cukup
15
Membuat alat penilaian
5
3
5
4
4
5
26
4.3
87
baik
Jumlah
6 2
6 3
6 0
60
6 1
6 5
371
61.8
1237
Rata-Rata
3 . 9
4. 1
3. 9
4.0
4 . 1
4. 4
24.5
4.1
82
baik
Hasil pembinaan dan bimbingan pada guru dan berdiskusi dengan guru setelah melaksanakan proses belajar mengajar menunjukkan adanya peningkatan kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Sesuai dengan tabel 3 di atas hasil evaluasi pada tindakan siklus II penyusunan Rencana Program Pembelajaran menunjukkan keberhasilan mencapai nilai rata-rata 82 dengan kategori baik. Selanjutnya hasil penilaian Pelaksanaan Pembelajaran siklus II dapat di lihat pada tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4: Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus II N O
I 1 2 II A
3
4
5
Skor Penilaian Guru Mata Pelajaran
INDIKATOR
PRAPEMBELAJA RAN Memeriksa kesiapan siswa Melakukan kegiatan apersepsi KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Penguasaan materi pelajaran Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan Menyampaikan
102 | ISSN: 2356-2447-XVI
Jumlah Ratarata
NIL AI
Kategori
1
2
3
4
5
6
SKO R
4
3
4
3
4
4
22
3.7
73
Cukup
3
4
4
5
5
5
26
4.3
87
baik
4
3
3
4
4
4
22
3.7
73
Cukup
4
4
4
3
4
4
23
3.8
77
Cukup
4
4
4
4
4
4
24
4.0
80
baik
School Action Research
6 B
7
8 9
10
11
12
C
13
14 15
materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan Pendekatan/strate gi pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai Melaksanakan pembelajaran secara runtut Menguasai kelas Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan Pemanfaatan sumber belajar/media PBM Menggunakan media secara efektif /efisien Menghasilkan pesan yang menarik Melibatkan siswa
5
4
3
4
3
4
23
3.8
77
Cukup
4
4
3
4
3
5
23
3.8
77
Cukup
3
4
4
3
4
4
22
3.7
73
Cukup
4
4
5
3
5
5
26
4.3
87
baik
4
3
4
3
4
5
23
3.8
77
Cukup
4
4
3
4
3
5
23
3.8
77
Cukup
4
5
3
5
4
2
23
3.8
77
Cukup
3
4
5
3
5
5
25
4.2
83
baik
4
3
5
3
5
5
25
83
baik
5
4
5
5
4
5
28
93
sangat
4.7
Al-Qalam Vol.XVI|103
Penelitian Tindakan Sekolah
D
16
17
18
E 19
20
F
21
22
dlam pemanfaatan media Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar Penilaian proses dan hasil belajar Memantau kemajuan belajar selama proses Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) Penggunaan bahasa Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar Menyampaikan pesan dgn gaya yg sesuai
baik
5
3
5
4
4
4
25
4.2
83
baik
4
4
5
4
3
5
25
4.2
83
baik
3
5
5
3
4
5
25
4.2
83
baik
4
5
5
3
5
5
27
4.5
90
sangat baik
3
4
5
4
5
3
24
4.0
80
baik
3
4
4
4
5
5
25
4.2
83
baik
4
5
3
5
3
5
25
4.2
83
baik
III
PENUTUP
23
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa
4
4
4
4
5
3
24
4.0
80
baik
24
Melaksanakan
4
3
5
5
4
5
26
4.3
87
baik
104 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan Jumlah Rata-rata
93
94
100
92
99
106
584
3.87 5
3.91 7
4.16 7
3.83 3
4.12 5
4.41 7
24.3 3
1947 4.1
81
baik
Analisis hasil evaluasi pada tindakan siklus II Pelaksanaan Pembelajaran pada tabel 4, menunjukkan keberhasilan yang signifikan karena mencapai nilai rata-rata 81 dengan kategori baik. Walaupun demikian hasil penilaian dalam Pelaksanaan Pembelajaran masih perlu mengadakan perbaikan-perbaikan dalam pembinaan pada semua indikator penilaian pelaksanaan pembelajaran terutama dalam indikator : 1) penguasaan kelas, 2) keterlibatan siswa dalam memanfaatkan media, 3) memantau kemajuan belajar dalam proses, dan 4) tindak lanjut setelah selesai pembelajaran sehingga penilaian pelaksanaan pembelajaran tetap mendapat nilai kategori baik. Setelah melaksanakan supervisi, guru dan pengawas mengadakan diskusi untuk menyampaikan kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang terjadi saat mengajar. Kelebihan-kelebihan yang terjadi supaya dipertahankan dan ditingkatkan lebih baik lagi sementara kelemahan-kelemahannya diperlukan pemecahan dan solusi sehingga kelemahan-kelemahan itu tidak terjadi dan terulang pada kegiatan pembelajaran berikutnya. Berdasarkan hasil analisis pelaksanaan tindakan siklus II, setelah peneliti memberikan bimbingan secara individual dan memberikan kesempatan pada guru untuk menentukan solusi pemecahan masalah kesenjangan dalam pembelajaran sementara peneliti hanya mengarahkan hasil penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mendapat nilai rata-rata 82dan penilaian Pelaksanaan Pembelajaran mendapat nilai rata-rata 81 ini berarti mencapai kategori baik, karena lebih dari (80).
2. Pembahasan Sesuai dengan pengertian Supervisi klinis yaitu proses membantu guru untuk memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang dilakukan guru dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Bantuan ini diberikan dengan siklus yang sistematis meliputi perencanaan, observasi yang mendalam atas pelaksanaan dan analisis hasil serta pemecahan masalah yang segera dilaksanakan setelah proses pembelajaran berlangsung sehingga masih ada kesan dan masih
Al-Qalam Vol.XVI|105
Penelitian Tindakan Sekolah
dalam ingatan apa-apa kesalahan/kekurangan yang telah dilakukan tidak akan terulang lagi pada pembelajaran berikutnya. Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil tindakan siklus I dan hasil tindakan siklus II. Pembahasan hasil penelitian tersebut terdiri dari penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang meliputi 5 komponen terbagi dalam 15 indikator, yaitu: NO 1.
2.
Komponenen Merencanakan Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar
Merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
3.
Merencanakan pengelolaan kelas
8.
9. 10. 4.
5.
merencanakan penggunaan alat/media pembelajaran
merencanakan penilaian
11. 12. 13. 14. 15.
Indicator merumuskan tujuan, Menentukan metode, menentukan langkah-langkah pembelajaran, menentukan cara memotivasi siswa; berpedoman pada hasil identifikasi kesulitan siswa, memilih bahan sesuai dengan karakteristik kesulitan siswa, menyusun bahan pengajaran sesuai dengan taraf kemampuan berfikir siswa menentukan dengan tepat macam pengaturan ruangan kelas sesuai dengan tujuan pembelajaran, menentukan alokasi penggunaan waktu belajar mengajar, menentukan cara pengorganisasian siswa agar terlibat secara efektif dalam KBM; menentukan pengembangan alat pengajaran, menentukan media pengajaran, menentukan sumber pengajaran; menentukan bermacam-macam bentuk dan prosedur penilaian, membuat alat penilaian hasil belajar
Sebelum supervisi dilakukan wawancara untuk mengetahui persiapan dan kesiapan dari guru yang bersangkutan untuk di supervisi klinis, selanjutnya pelaksanaan supervisi untuk mengetahui gambaran nyata apa yang dilakukan guru dalam mengajar untuk di evaluasi apakah sesuai dengan teknik mengajar yang ideal, wawancara setelah supervisi kelas untuk membahas kondisi pembelajaran yang belum ideal dan mencari solusi pemecahannya sehingga kegiatan tersebut tidak akan terjadi pada kegiatan pembelajaran berikutnya. Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh kepala sekolah untuk melakukan observasi. Pada hari berikutnya sesuai dengan jadwal mengajar masing-masing guru dilakukan supervisi kunjungan kelas untuk menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Semua kegiatan tersebut dilakukan hingga
106 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
dua kali, yaitu siklus I dan siklus II pada tempat yang sama. Pada akhir kegiatan dilakukan penelitian dan penilaian penyusunan Rencana Program Pengajaran yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini: Tabel 5: Hasil Penilaian Rencana Program Pengajaran Siklus I dan II No
INDIKATOR
Rata-rata Siklus
Peningkatan
I
II
Nilai
%
1
Merumuskan tujuan
50
73
23
12
2
Menentukan metode
73
73
0
0
3
Menentukan langkah-langkah
77
83
7
3
4
Menentukan cara memotivasi
73
93
20
10
5
Bahan berpedoman pada karakteristik siswa Bahan sesuai kesulitan siswa
80
93 13
7
53
77
23
12
70
97 27
13
8
Bahan tersesusun sesuai taraf kemampuan berpikir siswa Pengaturan ruang kelas
47
80
33
17
9
Menentukan alokasi waktu
67
73
7
3
10
Menentukan cara siswa aktif
77
80
3
2
11
Menentukan pengembangan alat
77
80
3
2
12
Menentukan media
67
80
13
7
13
Menentukan sumber
67
90
23
12
14
Menentukan bentuk/prosedur penilaian
63
77
13
7
15
Membuat alat penilaian
70
87
17
8
1010
1237
227
68
82
14
6 7
Jumlah Rata-Rata
7
Berdasarkan rekapitulasi data pada tabel 5, hasil penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus I dan II sebagaimana tersaji dalam tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa kemampuan guru pada 15 aspek penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mengalami peningkatan, setelah dilaksanakan pembimbingan dan perbaikan pada siklus sebelumnya. Peningkatan ini akan terlihat jelas pada gambar 2 sebagai berikut:
Al-Qalam Vol.XVI|107
Penelitian Tindakan Sekolah
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Siklus 1 Siklus 2
Skor Hasil
Gambar 2: Hasil Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Hasil penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I dengan nilai rata-rata mencapai 68 atau dalam kategori cukup karena belum mencapai 4 atau 80. Jika dibandingkan dengan hasil penilaian pada siklus II dengan nilai rata-rata 82 maka penilaian tersebut mengalami peningkatan sebesar 14 (meningkat 7%). Nilai rata-rata tersebut diakumulasikan dari beberapa aspek/indikator penilaian. Pada indikator merumuskan tujuan mengalami peningkatan 23 (meningkat 12%) hal ini disebabkan guru-guru sudah memahami cara merumuskan tujuan pembelajaran yang dibuat dari masing-masing indikator pada silabus dan memenuhi kriteria penulisan tujuan pembelajaran yang baku. Selanjutnya dalam menentukan metode tidak mengalami peningkatan karena nilai sama. hal ini ditunjukkan dengan konsistensi perencanaan yang menggunakan bebarapa metode yang sesuai dan relevan dengan tujuan pembelajaran. Dalam menentukan langkah-langkah pembelajaran guru telah menentukan langkahlangkah pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga ada peningkatan 7 (meningkat 3%). Selanjutnya dalam menentukan cara memotivasi siswa belum ada peningkatan secara signifikan hanya meningkat 10% guru masih kurang memperhatikan materi dan tujuan pembelaran. Merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran yang berpedoman pada hasil identifikasi kesulitan siswa ada peningkatan 13 (meningkat 7%) hal ini karena antara bahan dan karakteristik siswa dan sumber belajar terlihat jelas dalam Rencana Pembelajaran. Untuk memilih bahan sesuai dengan karakteristik kesulitan siswa ada peningkatan 23 (meningkat 12%) hal ini ditunjukkan dengan adanya bahan-bahan yang mudah dipahami siswa. Menyusun bahan pengajaran sesuai dengan taraf kemampuan berfikir siswa mengalami peningkatan 27 (meningkat 13%) ini sesuai dengan pedoman menyusun bahan yang sesuai dengan ingatan, pemahaman dan penerapan.
108 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
Guru berupaya merencanakan pengelolaan kelas menentukan dengan tepat, pengaturan ruangan kelas sesuai dengan tujuan pembelajaran mengalami peningkatan 33 (meningkat 17%) dengan adanya pengaturan ruang kelas yang bervariasi secara klasikal maupun berkelompok. Selanjutnya dalam menentukan alokasi penggunaan waktu belajar mengalami peningkatan 7 (meningkat 3%) pembagian waktu mengajar hanya tercantum tiga rincian waktu yaitu pembukaan, inti dan penutup. Untuk menentukan cara pengorganisasian siswa agar terlibat secara efektif dalam KBM mengalami peningkatan 3 (meningkat 2 %) dalam perencanaan terlihat adanya kesempatan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Perencanaan penggunaan alat/media pembelajaran, guru menentukan pengembangan alat pengajaran mengalami peningkatan 3 (meningkat 2%) dalam perencanaan terlihat adanya perencanaa penggunaan alat-alat pelajaran dalam pembelajaran. Selain itu guru dalam menentukan media pengajaran juga mengalami peningkatan 13 (meningkat 7%) terlihat adanya perencanaan penggunaan media dalam pembelajaran. Penentuan sumber pengajaran mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu hanya 23 (meningkat 12%) terlihat adanya perencanaan penggunaan berbagai sumber pelajaran yang relevan dengan materi pelajaran. Selanjutnya dalam menentukan bermacam-macam bentuk dan prosedur penilaian mengalami peningkatan 13 (meningkat 7%) hal ini ditunjukkan dengan adanya prosedur dan jenis penilaian yang sesuai tujuan pembelajaran walaupun ada beberapa guru yang kurang mengembangkan pembuatan alat penilaian hasil belajar. Sedangkan untuk membuat alat penilaian mengalami peningkatan 17 (meningkat 8%). Pembahasan penelitian sesuai hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran penilaian siklus I dan II mengalami peningkatan hal ini dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut: Tabel 6: Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan II NO
INDIKATOR
Rata-rata Siklus
Peningkatan
I
II
Nilai
%
1
Memeriksa kesiapan siswa
73
73
0
0
2
Melakukan kegiatan apersepsi
60
87
27
13
3
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
73
73
0
0
63
77
13
7
4
Al-Qalam Vol.XVI|109
Penelitian Tindakan Sekolah 5 6 7
8 9 10 11
12
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai Melaksanakan pembelajaran secara runtut Menguasai kelas Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan Menggunakan media secara efektif /efisien Menghasilkan pesan yang menarik Melibatkan siswa dlam pemanfaatan media Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar Memantau kemajuan belajar selama proses Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar Menyampaikan pesan dgn gaya yg sesuai Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan Jumlah Rata-rata
110 | ISSN: 2356-2447-XVI
73
80
7
3
60
77
17
8
77
77
0
0
67
73
7
3
53
87
33
17
67
77
10
5
67
77
10
5
63
77
13
7
77
83
7
3
60
83
23
12
77
93
17
8
70
83
13
7
70
83
13
7
53
83
30
15
63
90
27
13
60
80
20
10
73
83
10
5
57
83
27
13
63
80
17
8
60
87
27
13
1580
1947
367
183
81
15
8
66
School Action Research
Berdasarkan rekapitulasi data pada tabel 6, hasil penilaian Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus I dan II sebagaimana tersaji dalam tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa semua kemampuan guru pada 24 aspek penilaian Pelaksanaan Pembelajaran mengalami peningkatan yang signifikan setelah dilaksanakan pembimbingan dan perbaikan. Peningkatan penilaian pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada gambar 3 sebagai berikut: 100 80 60
siklus 1
40
siklus 2
20 0 Skor Hasil
Gambar 3: Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran siklus I dan II
Hasil penilaian Pelaksanaan Pembelajaran siklus I dengan nilai rata-rata mencapai 66 atau dalam kategori cukup karena belum mencapai 4. Jika dibandingkan dengan hasil penilaian pada siklus II dengan nilai rata-rata 81 maka penilaian tersebut mengalami peningkatan sebesar 15 (meningkat 8%). Nilai rata-rata tersebut diakumulasikan dari beberapa aspek/indikator penilaian. Pada indikator memeriksa kesiapan siswa tidak mengalami peningkatan, hal ini disebabkan guru-guru sudah memahami cara memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran. Selanjutnya dalam kegiatan apersepsi mengalami peningkatan sebesar 27(meningkat 13%) hal ini ditunjukkan dengan adanya kegiatan guru yang bervariasi dalam menggali kemampuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan dipelajari. Guru-guru pada umumnya menguasai materi yang diajarkan dengan indikator penilaian penguasaan materi baik siklus I dan II menunjukaan nilai yang cukup sama yaitu 73 tidak mengalami peningkatan. Selanjutnya dalam mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan ada peningkatan secara signifikan hanya meningkat 7% guru dalam pelaksanaan pembelajaran guru sering mengaitkan materi pembelajaran dengan pengetahuan lainnya yang relevan. Penyampaian materi ada peningkatan 3%, penyampaian materi cukup jelas walupun kadang-kadang masih ada yang belum sesuai hierarki belajar. Untuk mengaitkan materi dengan realitas kehidupan ada peningkatan 8%. untuk
Al-Qalam Vol.XVI|111
Penelitian Tindakan Sekolah
menambah pemahaman siswa dalam mempelajari materi guru berupaya mengaitkan materi pembelajaran dengan realita lingkungan dan kegiatan siswa. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai tidak mengalami peningkatan guru selalu menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi selalu berkaitan dengan tujuan pembelajaran tersebut. Guru berupaya melaksakan pembelajaran secara runtut mengalami peningkatan 3%). Selanjutnya dalam penguasaan kelas ada peningkatan 17%, umumnya guru sudah menguasai kelas dengan memperhatikan seluruh siswa dan tidak terpaku didepan kelas tetapi sering mendekati siswa secara bergiliran. Untuk pelaksanaan pembelajaran yang bersifat kontekstual mengalami peningkatan 5%. Pelaksanaan pembelajaran, guru berupaya untuk mengkondisikan siswa agar menjadikan kebiasaan yang positif kegiatan ini mengalami peningkatan 5%, hal ini ditunjukkan saat guru mengajar selalu menegur dan mengingatkan bila ada siswa yang kurang sopan, mengganggu teman dan perilaku lainnya yang dianggap kurang baik. Kaitanya dengan penggunaan waktu guru sudah menggunakannya secara efektif dan terbagi menjadi 3 kegiatan yaitu untuk membuka pelajaran, menyampaikan materi/inti pelajaran dan menutup pelajaran sesuai dengan perencanaan mengalami peningkatan 7%. Setelah disupervisi umumnya guru-guru menggunakan media secara efektif dan efisien mengalami peningkatan 3%. menghasilkan pesan yang menarik mengalami peningkatan 12%, melibatkan siswa dalam pemanfaatan media mengalami peningkatan 8%, menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan 7% menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa mengalami peningkatan 7%, menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar mengalami peningkatan 15%, memantau kemajuan belajar selama proses mengalami peningkatan 13%, melakukan penilaian akhir sesuai dengan tujuan kompetensi mengalami peningkatan 10%. menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar mengalami peningkatan 5% menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai mengalami peningkatan 13% melakukan refleksi membuat rangkuman dengan melibatkan siswa mengalami peningkatan 8% dan melaksanakan tindak lanjut mengalami peningkatan 13%. Pemanfaatan media pembelajaran secara efektif dan efisien, membuat guru menghasilkan pesan yang menarik selalu melibatkan siswa dalam penggunaan media sehingga menumbuhkan partisipasi aktif dari siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan yang aktif dari siswa juga menimbulkan sikap terbuka dari guru untuk merespon dan melayani siswa sehingga timbul hubungan timbal balik yang proaktif menjadikan kehidupan suasana kelas diwarnai keceriaan siswa dan antusiasme siswa dalam belajar.
112 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
Guru menggunakan bahasa lisan dan tuliasan secara baik dan benar dalam pelaksanaan pembelajaran dengan gaya yang sesuai untuk menyampaikan pesan selalu memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran dan melakukan penilaian akhir sesuai kompetensi/tujuan pembelajaran. Setiap mengakhiri pelajaran guru melakukan refleksi dan menyimpulkan materi bersama-sama siswa serta melakukan tindak lanjut dengan memberikan tugas tambahan pada siswa serta tugas rumah untuk mendalami materi pelajaran yang telah disampaikan. Pelaksanaan pembelajaran akan lebih efektif dan berkualitas bila sering dilakukan supervisi oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah. Penelitian ini menunjukan bahwa hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran ada peningkatan yang signifikan dari siklus I ke siklus II. Hal ini terjadi karena hasil supervisi pada siklus I langsung didiskusikan dengan guru, kepala sekolah dan pengawas untuk menyampaikan kelemahan dan kelebihan yang telah dilakukan guru dalam pembelajaran. Kelebihannya agar dipertahankan dan kelemahannya harus dicarikan solusi dan pemecahan untuk diperbaiki. F. PENUTUP
1. Kesimpulan Berdasarkan uraian hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dan Analisis hasil pembinaan dengan mengefektifkan supervisi klinis di Sekolah Dasar Daerah Binaan I Dindikpora Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015. dapat disimpulkan bahwa: Supervisi klinis dapat meningkatkan kualitas pembelajaran guru kelasVI di Sekolah Dasar Daerah Binaan I Dindikpora Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015. Skor penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran meningkat 7% dari siklus I dengan rata-rata 68 menjadi rata-rata 82 pada siklus II, adapun skor hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran meningkat 8% dari siklus I dengan rata-rata 66 menjadi rata-rata 81 pada siklus II. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi klinis dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran guru di Sekolah Dasar Daerah Binaan I Dindikpora Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015. adalah:Tidak semua guru siap untuk disupervisi klinis dan Karena adanya berbagai macam kegiatan kepala sekolah dan pengawas maka pelaksanaan supervisi klinis hanya dapat dilaksanakan pada saat-saat tertentu.
2. Saran a) Bagi guru harus sering disupervisi dan berkonsultasi konsultasi kepada pengawas, kepala sekolah, teman sejawat dan guru senior agar dapat
Al-Qalam Vol.XVI|113
Penelitian Tindakan Sekolah
mengetahui kelemahan dan kelebihannya masing-masing, sehingga mudah menyelesaikan permasalahan-permasalahan pembelajaran. b) Bagi Pengawas dan Kepala Sekolah perlu melakukan supervisi klinis agar dapat memberikan bimbingan kepada guru-guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. c) Bagi peneliti lanjutan, penelitian ini dapat diteliti dengan kajian yang lebih luas secara mendalam dengan mengkaji pengaruh berbagai faktor terhadap kualitas pembelajaran guru sehingga hasilnya akan lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA Ametembun N.A 2000, Supervisi Pendidikan, Bandung: Suri. Aqib, Z. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Bandung: CV Yrama Widya. Depdiknas, 2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka Dimyanti, Dr dan Mudjiono, Drs . Belajar dan Pembelajaran. 2002 Rineka Cipta & Departemen Pendidikan & Kebudayaan. Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2007. Naskah Materi Diklat Pembinaan Kompetensi untuk Calon Kepala Sekolah/ Kepala Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Dirjen PMPTK, 2008a. Pedoman Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research)Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah SMA/SMK. Jakarta: Depdiknas, Ditjen PMPTK. Dirjen PMPTK, 2008b. Petunjuk Teknis Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research)Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah SMA/SMK. Jakarta: Depdiknas, Ditjen PMPTK. Enco Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Made Pidarta. 1999. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Manullang. 2005. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta : UGM University Press. Maunah, Binti, 2009, Supervisi Pendidikan Islam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Sukses Offset Mukhtar & Iskandar, 2009, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press Nurtain , 1989, Supervisi Pengajaran (Teori dan Praktek), Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Oemar Hamalik. 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum. Bandung: CV. Mandar Maju. Pidarta, Made, 2009, Supervisi Pendidikan Konstektual, Jakarta: Rineka Cipta
114 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
Piet A.S. 2000, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta. Purwanto N. 2005. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung. Rosda. Purwanto, Ngalim, 2004, Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Pusat Bahasa, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pusaka Rembangy, Musthofa. 2010. Pendidikan Transformatif. Yogyakarta: Teras. Sagala, Syaiful,2010, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan.Bandung : Alfabeta Sahertian, P.A.2000, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi A. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Syaifuddin Iskandar, DR, M.Pd, Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran. 2008 Universitas Samawa Usman M.U. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Al-Qalam Vol.XVI|115