Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuhen Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015 Oleh: Drs. Amiruddin. A9 Abstrak Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran melalui supervisi akademik di SD Negeri Neuheun Kabupaten Aceh Besar tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah dengan menggunakan desain penelitian tindakan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek subjek dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah semua guru yang ada di SD Negeri Neuheun yang berjumlah 15 guru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan yaitu mulai bulan Juli 2014 sampai dengan November 2014 Tahun Pelajaran 2014/2015. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Kemampuan guru merencanakan metode pembelajaran dalam RPP pada prasiklus secara rata-rata adalah 3,2 yang tergolong cukup dengan persentase ketuntasan secara klasikal adalah 40%. Rata-rata siklus I adalah 3,8 yang tergolong baik dengan persentase ketuntasan secara klasikal adalah 73,3%. Rata-rata siklus II adalah 4,4 yang tergolong baik dengan persentase ketuntasan secara klasikal adalah 100%. 2) Kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran pada prasiklus secara ratarata adalah 3,4 yang tergolong cukup dengan persentase ketuntasan secara klasikal adalah 40%. Rata-rata siklus I adalah 3,8 yang tergolong baik dengan persentase ketuntasan secara klasikal adalah 73,3%. Rata-rata Siklus II adalah 4,2 yang tergolong baik dengan persentase ketuntasan secara klasikal 100%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran dapat meningkat melalui supervisi akademik di SD Negeri Neuheun Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015.
Kata Kunci: Pembelajaran.
9
160
Supervisi
Akademik,
Kemampuan
Guru
dan
Metode
Penulis adalah Pengawas Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Besar
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
I.
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan lembaga formal sesuai dengan misinya yaitu melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan belajar mengajar akan berjalan lancar jika komponenkomponen dalam lembaga ini terpenuhi dan berfungsi sebagaimana mestinya. Semua fungsi sekolah tersebut tidak akan efektif apabila komponen dari sistem sekolah tidak berjalan dengan baik, karena kelemahan dari salah satu komponen akan berpengaruh pada komponen yang lain yang pada akhirnya akan berpengaruh juga pada jalannya sistem itu sendiri. Salah satu dari bagian komponen sekolah adalah guru. Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.10 Guru merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan mutu pendidikan, karena gurulah yang sanggup untuk menggerakkan komponen lainnya, seperti alat-alat pelajaran/alat peraga, laboratorium dan sebagainya dalam proses belajar-mengajar. Kompenen tersebut dapat bermakna apabila dibawakan atau disajikan oleh guru yang berkualitas. Semakin baik kualitas profesional guru akan semakin besar pula pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas belajar-mengajar.11 Supervisi memiliki kedudukan sentral dalam upaya pembinaan dan pengembangan kegiatan kerja sama dalam suatu organisasi. Lembaga pendidikan sebagai salah satu organisasi tentunya tidak dapat melepaskan diri 10
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Idris, Jamaluddin. Analisis Kritis Mutu Pendidikan. (Banda Aceh: Taufiqiyah Sa’adah, 2007). Hal. 2. 11
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
161
dari kegiatan supervisi. Sebenarnya setiap kegiatan harus selalu adanya supervisi karena tanpa supervisi suatu pekerjaan tidak akan membawa hasil seperti yang diharapkan. Supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.12 Salah satu teknik supervisi adalah supervisi kelas. Kunjungan ke kelas bertujuan memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya selama guru mengajar. Manfaat observasi kelas adalah untuk mengetahui penggunaan metode pembelajaran, media yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran, dan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, serta mengetahui secara langsung kemampuan peserta didik dalam menangkap materi yang diajarkan.13 Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan sekolah dengan judul “Pelaksanaan Supervisi Akademik untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuheun Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015”.
II. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Supervisi Pendidikan Supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan dengan tugas-tugas utama pendidikan. Secara umum istilah supervisi berarti mengamati, mengawasi, atau membimbing dan menstimulir kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang lain dengan maksud untuk mengadakan perbaikan.14 12
Suryosubroto. Manajemen Pendidikan di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010). Hal.
175. 13
Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005). Hal. 114. 14 Mukhtar dan Iskandar. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada, 2009). Hal. 40.
162
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
Supervisi
pendidikan
adalah
usaha
memberikan
layanan
kepada
stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas dan hasil pembelajaran.15 Oleh karena itu, titik berat dari supervisi tersebut adalah perbaikan dan pengembangan kinerja profesional yang menangani peserta didik. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat dismpulkan bahwa supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya. Dengan adanya supervisi, maka dapat memberikan bantuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik. Meskipun tujuan akhirnya tertuju pada hasil belajar siswa, namun yang diutamakan dalam supervisi adalah bantuan kepada guru orang yang melakukan supervisi disebut supervisor.
Konsep Supervisi Akademik
Salah satu tugas kepala sekolah dan pengawas sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal. Oleh sebab itu, setiap kepala sekolah dasar harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik. Karena salah satu dimensi kompetensi yang harus dikuasai kepala sekolah adalah dimensi supervisi akademik. Supervisi akademik adalah bantuan profesional kepada guru, melalui siklus perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat, dan umpan balik yang objektif dan segera.16
15
Sahertian, P. A. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. (Jakarta: Rineka Cipta, 2008). Hal. 59. 16 Mulyasa, E. Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah. (Jakarta: Bumi Aksara, 2013). Hal. 249.
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
163
Pentingnya
pelaksanaan
supervisi
akademik
untuk
meningkatkan
kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui proses pembelajaran yang baik. Sasaran utama supervisi akademik adalah kemampuan kemampuan guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan
kegiatan
pembelajaran,
menilai
hasil
pembelajaran,
memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan layanan pembelajaran, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, memanfaatkan sumber belajar yang tersedia, dan mengembangkan interaksi pembelajaran (strategi, metode, teknik) yang tepat. Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kompetensinya, mengembangkan kurikulum, dan mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK). Supervisi akademik merupakan salah satu (fungsi mendasar) dalam keseluruhan program sekolah. Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan profesionalisme guru. Tujuan supervisi pembelajaran untuk memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa, bukan saja memperbaikai kemampuan mengajar tetapi juga untuk pengembangan potensi kualitas guru.17 Supervisor bersama guru mengidentifikasi masalah kesulitan guru dalam kegiatan belajar mengajar, yang pada akhirnya di temukan bersama model perbaikan dan pengembangan pembelajaran. Pemecahan masalah ini, dilakukan dengan catra dialog profesional antara supervisor dengan guru untuk mengkaji ide baru. Sehingga, ditemukan cara perbaikan dan pengembangan kegiatan belajar mengajar.
17
Tampubolon, Muslim. Manajemen Strategi. (Medan: USU Digital Library, 2010).
Hal. 42.
164
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
Peran Guru dalam Pembelajaran
Guru sebagai seorang agen pembelajaran wajib merancang dan mengembangkan proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan yang cukup bagi kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Ini akan membantu peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi lulusan yang diharapkan. Guru juga berperan sebagai perencana (disegner), pelaksana (implementer) dan penilai (evaluator) pembelajaran.18 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.19 Guru berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan proses belajar mengajar yang efektif, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik dan meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuantujuan pendidikan yang harus mereka capai. Hal ini menuntut perubahanperubahan dalam pengorganisasian kelas, pengelolaan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar.
Pengertian Metode Pembelajaran
Metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode adalah cara yang
18
Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009). Hal. 19. 19 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
165
telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.20 Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Metode pembelajaran adalah suatu pengerahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur.21 Metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual ataupun secara kelompok agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini mendorong seorang guru untuk mencari metode yang tepat dalam penyampaian materinya agar dapat diserap dengan baik oleh siswa. Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar.
III.
METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dengan menggunakan desain penelitian tindakan yang meliputi empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Penelitian ini
dilaksanakan di SD Negeri Neuheun Kabupaten Aceh Besar pada semester ganjil mulai bulan bulan Juli 2014 sampai dengan November 2014 tahun ajaran 2014/2015. Subjek penelitian adalah semua guru yang ada di SD Negeri Neuheun yang berjumlah 15 guru. 20
Poerwadarminta, WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1999). Hal. 767. 21 Ahmadi, A. Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 1997). Hal. 52.
166
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
Data dikumpulkan dengan cara dokumentasi, observasi dan wawancara. Data kemampuan guru menerapkan metode pembelajaran dianalisis dengan menggunakan deskriptif dengan skor rata-rata tingkat kemampuan guru. Adapun pendeskripsian skor rata-rata Tingkat Kemampuan Guru (TKG) adalah sebagai berikut: 1. 1,00 ≤ TKG < 1,50 tidak baik 2. 1,50 ≤ TKG < 2,50 kurang 3. 2,50 ≤ TKG < 3,50 cukup 4. 3,50 ≤ TKG < 4,50 baik 5. 4,50 ≤ TKG < 5,00 sangat baik.
Untuk menganalisis kemampuan guru yang diamati digunakan teknik persentase (%), yakni banyaknya frekuensi tiap kemampuan guru dibagi dengan seluruh kemampuan guru dikalikan dengan 100. Adapun rumus perhitungannya adalah sebagai berikut: =
100 %
Keterangan:
P = Persentase kemampuan guru F = Frekuensi kemampuan guru yang muncul N = Jumlah keseluruhan guru.
Kemampuan guru dikatakan berhasil jika skor dari setiap yang dinilai berada pada katagori baik dan sangat baik yang secara klasikal tuntas ≥ 80%.
IV. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam menerapkan metode pembelajaran melalui supervisi akademik diperoleh hasil yang memuaskan. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan persentase indikator keberhasilan PTS
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
167
ini. Pada penelitian ini terlihat jelas peningkatan kualitas pembelajaran yang terlihat dari indikator-indikator sebagai berikut:
1. Kemampuan Guru Merencanakan Metode Pembelajaran dalam RPP Supervisi dapat membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya, membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat serta saling menghargai satu dengan lainnya. Supervisor harus dapat mengembangkan kemampuan guru melalui berbagai macam pendekatan sehingga guru dapat mengelola proses pembelajaran dengan lebih sempurna. Prinsip utama supervisi adalah menciptakan suasana kerja di sekolah yang menyenangkan, sehingga terjalin suatu hubungan yang baik. Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, kontinu/berkesinambungan, demokratis, terintegrasi dengan program pendidikan, komprehensif, konstruktif, dan objektif.22 Guru harus mampu melaksanakan tugas dan mengadopsi metode-metode pembelajaran baru agar tujuan dalam pembalajaran yang diberikan kepada peserta didiknya dapat dicapai. Kemampuan guru pada hasil penelitian ini dapat kita lihat bahwa pada grafik di bawah:
22
Bafadal, Ibrahim. Peningkatan Profesionalisme Guru Skeolah Dasar (dalam Kerangka Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah). (Jakarta: Bumi Aksara, 2007). Hal.7
168
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
Kemampuan Guru Merencanakan Metode Pembelajaran dalam RPP 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Persentase Rata-rata
Prasiklus 40
Siklus I 73.3
Siklus II 100
3.2
3.8
4.4
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran dengan menerapkan metodemetode pembelajaran. Kemampuan guru prasiklus secara rata-rata adalah 3,2 yang tergolong cukup. Persentase kemampuan guru yang tergolong baik adalah 6 orang atau 40%. Kemampuan guru siklus I secara rata-rata adalah 3,8 yang tergolong baik. Persentase kemampuan guru yang tergolong tergolong baik adalah 11 orang atau 73,3%. Kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran secara rata-rata adalah 4,4 yang tergolong baik. Persentase kemampuan guru yang tergolong tergolong baik adalah 15 orang atau 100%. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran siklus II sudah tuntas. Pembelajaran yang direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran penting artinya karena pembelajaran merupakan titik berangkat dalam rangkaian kegiatan belajar mengajar. Perlunya perencanaan pembelajaran dimaksudkan
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
169
agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran tersebut dilakukan dengan asumsi sebagai berikut: a. Untuk
memperbaiki
kualitas
pembelajaran
perlu
diawali
dengan
perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran; b. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem; c. Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang balajar; d. Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran yang dilakukan pada siswa secara perseorangan; e. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran; f.
Perencanaan pembelajaran harus melibatkan suatu variabel pembelajaran;
g. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar; h. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.23
Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa guru dalam melaksanakan tugasnya harus mampu merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran yang akan diajarkannya, merencanakan pengelolaan kelas, merencanakan penggunaan media dan sumber pembelajaran yang merupakan pedoman dalam kegiatan proses belajar mengajar.
23
170
Uno, Hamzah B. Perencanaan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara, 2010). Hal. 3.
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
2. Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran dalam Menerapkan Metode Pembelajaran
Guru sebagai pelaksanaan pengajaran haruslah mengajar sesuai dengan materi yang telah ditetapkan, walaupun guru harus mengembangkan silabusnya untuk tercapainya tingkat ketuntasan. Guru harus memperhatikan dan menyesuaikan metode pembelajaran dengan keadaan siswa dan lingkungan sekolah. Dengan adanya kesesuaian tersebut, maka metode pembelajaran dapat mengarahkan siswa untuk tertarik dalam belajar dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Betapapun baiknya metode pengajaran, apabila tidak dibarengi dengan cara belajar dengan benar, hasilnya tentu tidak akan seperti yang diharapkan. Pada gambar grafik di bawah ini dapat kita lihat bahwa:
Kemampuan Guru dalam Menerapkan Metode Pembelajaran 120 100 80 60 40 20 0
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
Rata-rata
3.4
3.8
4.2
Persentase
40
73.3
100
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa kemampuan guru prasiklus secara rata-rata adalah 3,4 yang tergolong cukup. Persentase kemampuan guru yang tergolong baik adalah 6 orang atau 40%. Kemampuan guru siklus I dalam menerapkan metode pembelajaran secara rata-rata adalah 3,8 yang tergolong baik. Persentase kemampuan guru yang tergolong tergolong cukup adalah 11 orang atau 73,3%.
Kemampuan guru Siklus II dalam
menerapkan metode pembelajaran secara rata-rata adalah 4,2 yang tergolong Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
171
baik. Persentase kemampuan guru yang tergolong tergolong baik adalah 15 orang atau 100%. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran siklus II sudah tuntas. Kegiatan pembelajaran mencakup persiapan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan pelaksanaan strategi pembelajaran yang telah dipersiapkan pada tahap sebelumnya, dan evaluasi hasil program belajar yang dimaksudkan untuk memperoleh balikan tentang hasil yang telah direncanakan sehingga
dapat
diketahui
tahap-tahap
kegiatan
mana
yang
perlu
direvisi/diperbaiki sebelum melanjutkan ke bahasan berikutnya. Menurut Riyanto (2010:132-134) secara umum dalam pembelajaran ada tiga tahapan pokok yang harus diperhatikan dan diterapkan sebagai berikut: 1. Tahap pemula (pra-instruksional), adalah tahapan persiapan guru sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Dalam tahapan ini kegiatan yang dapat dilakukan guru, antara lain: a. Memeriksa kehadiran siswa b. Pretest (menanyakan materi sebelumnya) c. Apersepsi (mengulas kembali secara singkat materi sebelumnya) 2. Tahap pengajaran (instruksional), yaitu langkah-langkah yang dilakukan saat pembelajaran berlangsung yang merupakan tahapan inti dalam proses pembelajaran, guru menyajikan materi pelajaran yang telah disiapkan. Kegiatan yang dilakukan guru antara lain: a. Menjelaskan tujuan pengajaran siswa b. Menuliskan pokok-pokok materi yang akan dibahas c. Membahas pokok-pokok materi yang telah ditulis d. Menggunakan alat peraga e. Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi 3. Tahap penilaian dan tindak lanjut (evaluasi), ialah penilaian atas hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dan tindak lanjut. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru dalam tahap ini antara lain: a. Mengajukan pertanyaan pada siswa tentang materi yang telah dibahas 172
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
b. Mengulas kembali materi yang belum dikuasai siswa c. Memberi tugas atau pekerjaan rumah pada siswa d. Menginformasikan pokok materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.24
Pembelajaran biasanya terjadi dalam situasi formal yang secara sengaja diprogramkan oleh guru dalam usahanya mentransformasikan ilmu kepada peserta didik, berdasarkan kurikulum dan tujuan yang hendak dicapai. Melalui pembelajaran peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan. Dengan demikian, unsur kesengajaan melalui perencanaan oleh pihak guru merupakan ciri utama pembelajaran. Upaya pembelajaran yang berakar pada pihak guru dilaksanakan secara sistematis yaitu dilakukan dengan langkah-langkah teratur dan terarah secara sistematik. yaitu secara utuh dengan memperhatikan berbagai aspek. Maka konsep belajar dan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang berproses dalam suatu sistem.
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyimpulkan: Kemampuan guru merencanakan metode pembelajaran dalam RPP pada prasiklus secara rata-rata adalah 3,2 yang tergolong cukup. Persentase kemampuan guru yang tergolong baik adalah 6 orang atau 40%. Kemampuan guru siklus I secara rata-rata adalah 3,8 yang tergolong baik. Persentase kemampuan guru yang tergolong tergolong baik adalah 11 orang atau 73,3%. Kemampuan guru siklus II secara rata-rata adalah 4,4 yang tergolong baik. Persentase kemampuan guru yang tergolong tergolong baik adalah 15 orang atau 100%. 24
Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran. (Jakarta: Prenada Media, 2010). Hal. 132-134.
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
173
Kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran pada prasiklus secara rata-rata adalah 3,4 yang tergolong cukup. Persentase kemampuan guru yang tergolong baik adalah 6 orang atau 40%. Kemampuan guru siklus I dalam menerapkan metode pembelajaran secara rata-rata adalah 3,8 yang tergolong baik. Persentase kemampuan guru yang tergolong tergolong baik adalah 11 orang atau 73,3%.
Kemampuan guru Siklus II dalam menerapkan metode
pembelajaran secara rata-rata adalah 4,2 yang tergolong baik. Persentase kemampuan guru yang tergolong tergolong baik adalah 15 orang atau 100%.
Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut: Motivasi yang sudah tertanam khususnya dalam penyusunan RPP penerapan metode-metode pembelajaran hendaknya terus dipertahankan dan ditingkatkan/ dikembangkan. RPP penerapan metode-metode pembelajaran yang disusun/dibuat hendaknya mengandung komponen-komponen RPP penerapan metode-metode pembelajaran
secara lengkap dan baik karena RPP penerapan metode-metode
pembelajaran merupakan acuan/pedoman dalam melaksanakan pembelajaran. RPP penerapan metode-metode pembelajaran yang telah disusun hendaknya dijadikan sebagai pegangan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
174
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
Referensi
Ahmadi, A. (1997). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Bafadal, Ibrahim. (2007). Peningkatan Profesionalisme Guru Skeolah Dasar (dalam Kerangka Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah). Jakarta: Bumi Aksara. Idris, Jamaluddin. (2007). Analisis Kritis Mutu Pendidikan. Banda Aceh: Taufiqiyah Sa’adah. Mukhtar dan Iskandar. (2009). Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada. Mulyasa, E. (2005). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. --------. (2009). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. -------. (2013). Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Poerwadarminta, WJS., (1999). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Riyanto, Yatim. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media. Sahertian, P. A. (2008). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Suryosubroto. (2010). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Tampubolon, Muslim. (2010). Manajemen Strategi. Medan: USU Digital Library. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Uno, Hamzah B. (2010). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
175