ISSN 0853-9987 E-ISSN 2338-3445
Vol. 26 No. 1 Maret 2016
MEDIA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN Vol. 26 No. 1 Hal. 1 - 64 Maret 2016
Terakreditasi SK No. 597/AU3/P2MI-LIPI/03/2015
[email protected]
EDITORIAL Pengantar Redaksi Pemimpin Redaksi: Atmarita, MPH, Dr.PH (Persatuan Ahli Gizi Indonesia)
Mitra Bestari: Prof. Dr. M. Sudomo (Parasitologi Medik, WHO) Dr. Uken Sukaeni Sanusi, M.Sc (Ilmu Pangan dan Gizi, Badan Litbangkes) Prof. dr. Emiliana Tjitra, M.Sc, Ph.D (Biomedik, Badan Litbangkes) Dr. Besral, SKM, M.Sc dr. Anis Karuniawati, PhD, SpMK(K) (Mikrobiologi dan Molekuler , FK UI) Dra. Dra. Retnosari Andrajati, MS., Ph.D, Apt
Salam hangat. Berjumpa kembali dengan Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Dalam volume 26 No. 1 Maret 2016 kali ini hadir dengan delapan artikel pilihan. Sebagai pembuka, artikel yang dibawakan oleh Armedy Ronny Hasugian dan Vivi Lisdawati yang berjudul “Peran Standar Operasional Prosedur Penanganan Spesimen untuk Implementasi Keselamatan Biologik (Biosafety) di Laboratorium Klinik Mandiri” menyimpulkan dari hasil studi bahwa <75% LKM di Indonesia yang memiliki SOP dan evaluasi SOP, sehingga perlu ditingkatkan untuk dapat menerapkan prinsip keselamatan biologik secara luas.
Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA (Antropologi Kesehatan, UIN)
Penyunting: drh. Sahat Ompusunggu, M.Sc (Biomedik, Badan Litbangkes) dr. Suhardi, MPH (Epidemiologi dan Biostatistik, Badan Litbangkes) Dr. Ir. Inswiasri, M.Kes (Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat, Badan litbangkes) Dr. Nuniek Kusumawardhani, SKM, M.Sc, PH Dr. dr. Vivi Setiawaty, M.Biomed (Virologi Molekuler, Badan Litbangkes)
Redaksi Pelaksana: Kepala Bagian Umum, Dokumentasi, dan Jejaring Kepala Sub Bagian Dokumentasi, Perpustakaan, dan Publikasi Sri Lestari, S.Pd
Sekretariat: Susi Annisa Uswatun Hasanah, S.Sos, M.Hum Tri Ramadhany, S.Kom Febri Aryanto, S.Kom
Hasil penelitian yang disuguhkan pada artikel ke dua dapat dijadikan rekomendasi untuk prosedur iradiasi terhadap komponen sel darah merah pekat yang akan diberikan pada pasien-pasien imunokompeten di RS Kanker Dharmais Jakarta. Hal ini ditunjukkan oleh Sheila Kadir, dkk dalam artikel yang berjudul “Efektivitas Iradiasi terhadap Penurunan Limfosit T pada Komponen Sel Darah Merah Pekat”. Artikel ke tiga pada edisi kali ini berjudul “Pengaruh Akses ke Fasilitas Kesehatan terhadap Kelengkapan Imunisasi Baduta (Analisis Riskesdas 2013)”, dibawakan oleh Olwin Nainggolan, dkk. Di artikel ke empat yang berjudul “Pengujian Cemaran Bakteri, Kapang dan Khamir di Unit Produksi Garam Farmasi Skala Pilot Kapasitas 5 kg/batch”, ditulis oleh Eriawan Rismana dari Pusat Teknologi Farmasi dan Medika - BPPT. Artikel ke lima dibawakan oleh Kambang Sariadji, dkk dengan judul “Epidemiologi Kasus Difteri di Kabupaten Lebak Provinsi Banten Tahun 2014”. Artikel ini menunjukkan adanya penyebaran penyakit difteri di Kampung Kumpay Desa Maraya Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Artikel "Kadar Debu Partikulat (PM2,5) dalam Rumah dan Kejadian ISPA pada Balita di Kelurahan Kayuringin Jaya, Kota Bekasi Tahun 2014" yang ditulis oleh Khadijah Azhar, dkk menjadi artikel yang ke enam di edisi kali ini.
Irfan Danar Nugraha, S.Sos Emi Suparwati, SIP
Terbit 4 kali setahun (Maret, Juni, September dan Desember) Terakreditasi SK No. 597/AU3/P2MI-LIPI/03/2015 Alamat Redaksi : Bagian Informasi, Publikasi, dan Diseminasi Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat 10560 Telp. (021) 4261088 Pesawat 210 Website
: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK
E-mail
:
[email protected]
Artikel yang ditulis oleh Sukar, dkk dengan judul “Hubungan antara Jarak Rumah dengan Sumber Pencemaran di Luar Rumah (Outdoors) terhadap Kejadian Asma” menjadi artikel ke tujuh di edisi kali ini. Hasil penelitian menyarankan perlunya penyuluhan tentang bahaya dari kedekatan rumah dengan sumber pencemaran kaitan dengan penyakit. Selain itu penelitian ini juga menyarankan perlu penelitian lebih lanjut menggunakan variabel lingkungan hasil pengukuran sehingga dapat lebih baik. Artikel terakhir membahas tentang faktor risiko yang terkait dengan kekebalan Hepatitis B. Artikel dengan judul "FaktorFaktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kekebalan Hepatitis B (anti-HBs) pada Anak Umur 1-14 Tahun dari Data Hasil Riskesdas 2007" yang ditulis oleh Noer Endah Pracoyo dan Wibowo menjadi artikel penutup pada edisi kali ini. Akhir kata, redaksi Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan mengucapkan selamat menikmati sajian kali ini.
Cover : - http://www.google.com
Semoga bermanfaat.
Salam Sehat, Redaksi
Volume 26 No. 1, Maret 2016
ISSN 0853-9987
MEDIA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
DAFTAR ISI
ARTIKEL 1.
Peran Standar Operasional Prosedur Penanganan Spesimen untuk Implementasi Keselamatan Biologik (Biosafety) di Laboratorium Klinik Mandiri (Armedy Ronny Hasugian dan Vivi Lisdawati)
1-8
2.
Efektivitas Iradiasi terhadap Penurunan Limfosit T pada Komponen Sel Darah Merah Pekat
9 - 14
3.
(Sheila Kadir, Vivi Setiawaty, Agus Kosasih dan Saptuti Chunaeni) Pengaruh Akses ke Fasilitas Kesehatan terhadap Kelengkapan Imunisasi Baduta (Analisis Riskesdas 2013)
15 - 28
(Olwin Nainggolan, Dwi Hapsari dan Leyi Indrawati) 4.
Pengujian Cemaran Bakteri, Kapang dan Khamir di Unit Produksi Garam Farmasi Skala Pilot Kapasitas 5 Kg/Batch (Eriawan Rismana)
29 - 36
5.
Epidemiologi Kasus Difteri di Kabupaten Lebak Provinsi Banten Tahun 2014
37 - 44
6.
(Kambang Sariadji, Sunarno, Noer Endah Pracoyo, Rudi Hendro Putranto, Bambang Heriyanto dan Abdurrahman) Kadar Debu Partikulat (PM2,5) dalam Rumah dan Kejadian ISPA pada Balita di Kelurahan Kayuringin Jaya, Kota Bekasi Tahun 2014 (Khadijah Azhar, Ika Dharmayanti dan Ida Mufida)
45 - 52
7.
Hubungan antara Jarak Rumah dengan Sumber Pencemaran di Luar Rumah (Outdoors) terhadap Kejadian Asma (Sukar, Miko Hananto dan Suharjo)
53 - 58
8.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kekebalan Hepatitis B (anti-HBs) pada Anak Umur 1-14 Tahun dari Data Hasil Riskesdas 2007 (Noer Endah Pracoyo dan Wibowo)
59 - 64
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 26 No. 1, Maret 2016
ISSN 0853-9987
Lembar Abstrak Lembar abstrak ini boleh digandakan/dicopi tanpa ijin dan biaya NLM: QY 25 Armedy Ronny Hasugian dan Vivi Lisdawati (Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Balitbangkes, Kemenkes RI, Jakarta; RSPI Sulianti Saroso, Kemenkes RI) Peran Standar Operasional Prosedur Penanganan Spesimen untuk Implementasi Keselamatan Biologik (Biosafety) di Laboratorium Klinik Mandiri Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 26 No. 1, Maret 2016; Hal. 1 - 8 Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan acuan laboratorium dalam berkegiatan dan harus memenuhi kriteria Good Laboratory Practice (GLP) serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. SOP berkaitan dengan penilaian risiko keselamatan biologik (biosafety), terutama terkait tindakan pencegahan (safety precaution) di laboratorium. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kepemilikan/ada tidaknya SOP dan evaluasi terhadap SOP yang dimiliki di Laboratorium Klinik Mandiri (LKM) di Indonesia dikaitkan dengan implementasi keselamatan biologik (biosafety), yang dalam tulisan ini dihubungkan dengan kejadian dan komplikasi saat pengambilan darah. Desain penelitian mengikuti Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) 2011 yaitu potong lintang. Metodologi dengan cara mendatangi secara langsung setiap LKM sesuai kriteria inklusi, melakukan wawancara menggunakan kuisioner terstruktur, observasi dan pencatatan data sekunder yang diperlukan. Variabel SOP yang dianalisis berjumlah 15 buah sesuai pertanyaan pada Rifaskes 2011. Total 782 LKM direkrut pada Rifaskes 2011. Sejumlah 695 LKM dianalisis untuk kepemilikan/ada tidaknya SOP dan 504 LKM untuk evaluasi SOP. Hasil menunjukkan hanya 49,3% LKM memiliki SOP dan 51,8%-nya yang melakukan evaluasi SOP. LKM yang memiliki dan mengevaluasi ≥ 75% SOP lebih banyak ditemukan di Pulau Jawa dan Sumatera. Kejadian tertusuk benda tajam, terkena limbah infeksius, dan tertumpah limbah lebih sering terjadi pada kelompok kepemilikan/ ada tidaknya SOP dan evaluasi SOP < 75%. Komplikasi hematoma, pingsan dan perdarahan lebih banyak dilaporkan oleh kelompok kepemilikan/ada tidaknya SOP dan evaluasi
SOP ≥ 75%. Analisis multivariat menunjukkan kepemilikan/ada tidaknya SOP dan evaluasi SOP ≥ 75% berhubungan dengan perlindungan dari komplikasi perdarahan di laboratorium. Kesimpulan dari studi ini bahwa < 75% LKM di Indonesia yang memiliki SOP dan evaluasi SOP, sehingga perlu ditingkatkan untuk dapat menerapkan prinsip keselamatan biologik secara luas. Kata Kunci: biosafety, Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes), laboratorium, Standar Operasional Prosedur --------------------------------------------------------------NLM: WN 620 Sheila Kadir, Vivi Setiawaty, Agus Kosasih dan Saptuti Chunaeni (Program Magister Biomedik FKUI, Jakarta, Indonesia; Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Balitbangkes, Kemenkes RI, Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560, Indonesia; Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, Indonesia) Efektivitas Iradiasi terhadap Penurunan Limfosit T Pada Komponen Sel Darah Merah Pekat Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 26 No. 1, Maret 2016; Hal. 9 - 14 Pemberian transfusi darah merupakan salah satu tindakan medis untuk penyelamatan nyawa (life saving) dan penyembuhan penyakit, tetapi di sisi lain tindakan ini juga memiliki risiko atau komplikasi. Salah satu komplikasi yang dikenal adalah Transfusion-Associated Graftvs-Host Disease (TAGVHD) yang menyebabkan berproliferasinya limfosit T yang kemudian akan diikuti oleh proses engraft (tertanam) di dalam tubuh resipien khususnya yang berada dalam kondisi imunokompeten seperti pasien kanker atau dengan penyakit autoimun. Saat ini, satu– satunya metode yang dapat diterima untuk mencegah komplikasi tersebut adalah dengan melakukan iradiasi darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis iradiasi dan waktu penyinaran yang tepat untuk menurunkan jumlah CD 3+ dan CD 4+ sebagai penyebab terjadinya TAGVHD. Hasil penelitian dapat dijadikan rekomendasi untuk prosedur iradiasi terhadap komponen sel darah merah pekat yang akan
diberikan pada pasien-pasien imunokompeten di RS Kanker Dharmais Jakarta. Penelitian ini menggunakan disain penelitian eksperimental dengan pemeriksaan time series yang dilakukan terhadap 54 kantong komponen sel darah merah pekat dengan umur simpan tidak lebih dari satu hari. Pengujian dilakukan terhadap jumlah CD 3+ dan CD 4+ dalam tiga dosis dengan tiga serial waktu berbeda. Terjadi penurunan secara bermakna jumlah CD 3+ dengan penyinaran dosis 3000 cGy dan CD 4+ dengan penyinaran dosis 2500 dan 3000 cGy pada komponen sel darah merah pekat yang dilakukan iradiasi pada waktu penyinaran 3 jam dan 5 jam. Dosis penyinaran 2500 cGy dan setelah 5 jam penyinaran memberikan penurunan viabilitas CD 3+. Kata Kunci: iradiasi, Transfusion-Associated Graft-vs-Host Disease (TAGVHD), CD 3+, CD 4+ ---------------------------------------------------------------NLM: QW 800 Olwin Nainggolan, Dwi Hapsari dan Lely Indrawati (Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560, Indonesia) Pengaruh Akses ke Fasilitas Kesehatan terhadap Kelengkapan Imunisasi Baduta (Analisis Riskesdas 2013) Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 26 No. 1, Maret 2016; Hal. 15 - 28 Akses terhadap fasilitas kesehatan dengan situasi dan kondisi geografis merupakan tantangan yang cukup besar didalam pemberian pelayanan immunisasi secara merata di seluruh Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh akses fasilitas kesehatan dengan status imunisasi dasar lengkap pada baduta berusia 12-23 bulan di Indonesia pada tahun 2013. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dan analisis statistik dilakukan dengan menggunakan regresi logistik berganda. Berdasarkan hasil analisis multivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (P value=0,001) antara waktu tempuh ke fasilitas kesehatan UKBM (OR=1,23); waktu tempuh (P value=0,000) ke fasilitas kesehatan non UKBM (OR=1,80) dengan kelengkapan imunisasi anak bawah dua tahun (baduta) setelah dikontrol oleh variabel umur ibu pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status sosial ekonomi keluarga, dan wilayah tempat tinggal. Diperlukan upaya dan peran serta pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan aksesibilitas penduduk terhadap fasilitas kesehatan terutama fasilitas upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) untuk meningkatkan cakupan kelengkapan imunisasi dasar di seluruh Indonesia. Kata Kunci: imunisasi dasar lengkap, baduta, UKBM, non UKBM, Indonesia ----------------------------------------------------------------
NLM: QV 744 Eriawan Rismana (Pusat Teknologi Farmasi dan Medika - BPPT LAPTIAB – BPPT, Gedung 610 - Kawasan Puspiptek, Serpong - Tangerang Selatan, Indonesia) Pengujian Cemaran Bakteri, Kapang dan Khamir di Unit Produksi Garam Farmasi Skala Pilot Kapasitas 5 Kg/Batch Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 26 No. 1, Maret 2016; Hal. 29 - 36 Hingga saat ini, hampir 90% bahan baku obat (BBO) Indonesia dipenuhi dari produk impor. Garam farmasi sebagai bahan baku dalam pembuatan infus termasuk salah satu BBO yang seluruhnya masih diimpor. Untuk mencapai kemandirian bahan baku farmasi pengembangan unit produksi garam farmasi menjadi penting untuk dilakukan di Indonesia. Merujuk pada Peraturan Ka.BPOM No. HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 tentang Cara Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat yang Baik (CPBBAOB), suatu unit produksi harus menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan kandungan kimia dan pengotor lainnya serta batas cemaran bakteri, kapang dan khamir. Cemaran-cemaran tersebut dapat ditimbulkan dari bahan baku, bahan pemurnian dan kontaminasi dari udara pada tahapan proses produksi. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian cemaran-cemaran tersebut di seluruh tahapan proses produksi dan produk garam farmasi pada unit produksi skala pilot. Hasil pengujian menunjukkan bahwa unit proses produksi skala pilot yang dikembangkan dapat menghasilkan produk garam farmasi yang memenuhi persyaratan kualitas sesuai FI IV dan tidak mengandung cemaran bakteri, kapang dan khamir. Kata Kunci: garam farmasi, unit produksi, skala pilot, kualitas, cemaran bakteri ---------------------------------------------------------------NLM: QW 125.5.C5 Kambang Sariadji, Sunarno, Noer Endah Pracoyo, Rudi Hendro Putranto, Bambang Heriyanto dan Abdurrahman (Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta, Indonesia; Subdit Surveilans dan Respon KLB , P2PL, Kemenkes RI, Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta, Indonesia) Epidemiologi Kasus Difteri di Kabupaten Lebak Provinsi Banten Tahun 2014 Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 26 No. 1, Maret 2016; Hal. 37 - 44 Infeksi
difteri
disebabkan
oleh
bakteri
Corynebacterium diphtheriae dan hampir terdapat di seluruh dunia dalam bentuk wabah. Penyakit ini terutama menyerang anak umur 1-12 tahun, mudah menular dan menyebar melalui kontak langsung. Upaya pencegahan penyakit difteri dilakukan dengan cara melakukan program imunisasi. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan cakupan imunisasi dasar lengkap untuk provinsi Banten adalah 59,2%. Cakupan imunisasi yang rendah ini akan berdampak pada keadaan wabah, salah satunya difteri, seperti yang terjadi di Kampung Kumpay, Desa Maraya, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak Provinsi Banten, dilaporkan adanya laporan kematian karena penyakit difteri sejak April 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran epidemiologi dan penyebaran penyakit difteri yang menimbulkan wabah. Ada 23 sampel swab tenggorok yang dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa kultur, mikroskopis dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Data penyelidikan epidemiologi dilakukan dengan wawancara terhadap tersangka dan kontak serta orang tuanya. Hasil dari 23 sampel swab tenggorok menunjukkan satu kontak positif C.diphtheriae gravis toksigenik, sementara hasil penyelidikan epidemiologi menunjukkan ada 4 kasus dengan diagnosis klinis difteri, dua diantaranya meninggal. Data cakupan imunisasi di daerah tersebut memenuhi target, sementara tingkat pendidikan orang tua rendah yakni ayah 60,3% dan ibu 90%, sebanyak 48% anak tidak diimunisasi serta kepadatan hunian rumah yang tinggi yakni 58,7%. Kesimpulan menunjukkan adanya penyebaran penyakit difteri di Kampung Kumpay Desa Maraya Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Kata Kunci: Corynebacterium diphtheriae, epidemiologi, imunisasi ---------------------------------------------------------------NLM: WS 280 Khadijah Azhar, Ika Dharmayanti dan Ida Mufida (Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta Pusat 10560, Indonesia) Kadar Debu Partikulat (PM2,5) dalam Rumah dan Kejadian ISPA pada Balita di Kelurahan Kayuringin Jaya, Kota Bekasi Tahun 2014 Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 26 No. 1, Maret 2016; Hal. 45 - 52 Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyebab utama kematian balita di Indonesia dan berkaitan erat dengan polusi udara. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran kadar debu partikulat (PM2,5) dan hubungannya dengan ISPA pada balita. Survei menggunakan kuesioner terstruktur dilakukan terhadap 106 balita di Kelurahan Kayuringin Bekasi pada
bulan Maret hingga Oktober 2014. Data yang dikumpulkan berupa gejala ISPA, pengukuran antropometri, riwayat imunisasi balita, kondisi rumah dan hasil pengamatan terhadap kondisi jalan terdekat. Pengukuran kadar PM2,5 dilakukan di ruang keluarga, kamar tidur balita menggunakan alat Haz-Dust EPAM 5000 selama 12 jam. Desain penelitian adalah potong lintang dan dianalisis secara deskriptif maupun analitik. Hasil yang diperoleh sebanyak 69,9% balita dengan gejala ISPA tinggal di rumah berventilasi kurang dan 74,2% balita tinggal di rumah dengan dapur menyatu dengan ruangan lain. Kadar ratarata PM2,5 dalam rumah 70 µg/m3. Ada perbedaan bermakna antara kadar rerata PM2,5 dalam rumah di wilayah yang ramai lalu lintas dengan wilayah yang tidak ramai (p=0,02). Kesimpulan yang didapat kadar rerata PM2,5 udara dalam rumah mencapai dua kali lipat dari baku mutu. Kata Kunci: PM2,5, infeksi saluran pernafasan akut, balita ---------------------------------------------------------------NLM: WF 553 Sukar, Miko Hananto dan Suharjo (Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta Pusat, Indonesia; Pusat Intervensi Kesehatan Masyarakat Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta Pusat, Indonesia) Hubungan antara Jarak Rumah dengan Sumber Pencemaran di Luar Rumah (Outdoors) terhadap Kejadian Asma Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 26 No. 1, Maret 2016; Hal. 53 - 58 Telah dilakukan analisis lanjut data Riskesdas tahun 2007 dengan tujuan untuk mengetahui prevalensi dan hubungan antara jarak rumah dengan sumber pencemaran di luar rumah terhadap asma. Analisis dilakukan tahun 2014 di Jakarta selama 3 bulan. Analisis statistik meliputi univariat dan bivariat menggunakan uji chi square, dengan nilai kekuatan hubungan dari nilai ORcrude (Odds Ratio). Dependen variabel asma dan independen variabel jarak rumah dengan sumber pencemaran di luar rumah (ke jalan raya/rel KA, ke TPS/TPA, ke industri/pabrik), dan lokasi kota/desa). Hasil menunjukkan bahwa prevalensi asma di Indonesia berdasarkan diagnosis petugas kesehatan atau gejala klinis yang dirasakan sebesar 2,51%. Faktor risiko lingkungan yang paling berisiko adalah jarak rumah ke industri/pabrik lebih dari 50 m berisiko untuk menderita asma sebesar 30,2 kali, dengan tingkat kemaknaan (p) 0,005. Sedang lokasi rumah berada di perdesaan dengan mendapatkan penanggulangan sebesar nilai OR (95% CI) 0,03 dan tingkat kemaknaan (p) 0,003. Berdasarkan temuan, disarankan kepada Kementerian
Kesehatan untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa jarak rumah ke sumber pencemaran berisiko menyebabkan asma. Perlunya penyuluhan tentang bahaya dari kedekatan rumah dengan sumber pencemaran kaitan dengan penyakit. Perlu penelitian lebih lanjut menggunakan variabel lingkungan hasil pengukuran sehingga dapat lebih baik.
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume 26 No. 1, Maret 2016; Hal. 59 - 64
beberapa belahan dunia seperti di Afrika, Asia dan negara-negara Pasifik. Angka prevalensi ≥ 8% dinyatakan endemis tinggi terhadap VHB ditemukan di daerah Afrika dan Asia. Tahun 2012 telah dilaporkan lebih dari 350 juta orang terinfeksi VHB dengan perkiraan 1,2 juta orang kematian pertahun karena hepatitis kronis, sirosis dan karsinoma hepatoseluler. Penelitian ini merupakan analisis lanjut data sekunder RISKESDAS Kemenkes tahun 2007, yaitu suatu penelitian cross-sectional. Total sebanyak 1.618 sampel anak umur 1-14 tahun telah dianalisis. Tujuan dari penelitian adalah untuk menentukan faktor risiko yang terkait dengan kekebalan Hepatitis B (titer anti-HBs) dengan menganalisis data titer anti-HBs terhadap data KESMASnya. Manfaaat penelitian untuk mengetahui penurunan kekebalan aktif anti-HBs pada anak Indonesia umur 1-14 tahun. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa faktor umur memiliki hubungan yang paling signifikan terhadap titer anti-HBs, (p=0,001) dengan tingkat terlindungi sebesar 91% (OR = 0,91; 95% CI = 0,886-0,938 p = 0,001).
Virus Hepatitis B (VHB) masih merupakan masalah utama dalam dunia kesehatan,hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi di
Kata Kunci: virus Hepatitis B (VHB), anti-HBs, anak umur 1-14 tahun, data Riskesdas 2007 ----------------------------------------------------------------
Kata Kunci: lingkungan, sumber pencemaran, luar rumah, asma ---------------------------------------------------------------NLM: WC 536 Noer Endah Pracoyo dan Wibowo (Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Jl. Percetakan Negara No.23, Jakarta Pusat 10560, Indonesia) Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kekebalan Hepatitis B (anti-HBs) pada Anak Umur 1-14 Tahun dari Data Hasil Riskesdas 2007
Media of Health Research and Development Volume 26 No. 1, March 2016
ISSN 0853-9987
Abstract Sheet This abstract sheet may reproduced/copied without permission or charge NLM: QY 25 Armedy Ronny Hasugian and Vivi Lisdawati (Center of Applied Technology for Health and Clinical Epidemiology, NIHRD, Ministry of Health RI, Jl. Percetakan Negara, No. 29 Jakarta Pusat, Indonesia; RSPI Sulianti Saroso, Ministry of Health RI) The Role of Specimen Handling Standard Operating Procedures for the Implementation of Biological Safety (Biosafety) in Private Clinical Laboratory (Orig Ind) Media of Health Research and Development Volume 26 No. 1, March 2016; p. 1 - 8 Standard Operating Procedure (SOP) is a reference laboratory guideline in daily laboratory activity and must meet criteria one Good Laboratory Practice (GLP) as well as the laws and regulation. SOPs is also related to risk assessment of biological safety (biosafety), mainly related to preventive measures (safety precaution) in the laboratory. This paper aims to identify the ownership/presence or absence of SOP and evaluation of the SOP owned in the private clinical laboratory (PCL) in Indonesia associated with the implementation of the safety of biologics (biosafety), which in this paper is associated with the incidence and complications when taking blood.The study design followed the Research Health Facility (Rifaskes) 2011 which was a cross sectional. The methodology by approaching directly each PCL which fits the inclusion criteria, and conduct interviews using structured questionnaire, observation and recording of secondary data is required. In total, 15 SOP variables were analyzed according to Rifaskes question in 2011. Total 782 PCL were recruited in 2011 Rifaskes, only 695 of PCL were analyzed for ownership/presence of absence SOP and 504 PCLs for evaluation of SOP. The analysis showed that only 49.3% PCL have SOP and 51.8% of them are evaluating the SOP. The PCLs have and evaluate the SOP ≥ 75% more common in Java and Sumatera. The punctured needle accident, spilled chemicals and infected materials infectious were recorded frequently in the group ownership/presence or absence of SOP and evaluation of SOP < 75%. Complications hematoma, unconscious, and bleeding more
reported by the group ownership/presence or absence of SOP and evaluation of SOP ≥75%. The analysis of multivariate show ownership/ presence or absence SOP and evaluation of SOP ≥ 75% protection from complications related to bleeding in the laboratory. The conclusion of the study is the ownership SOP and evaluation SOP on PCL in Indonesia < 75%, so it needs to be improved to be able to apply the principles of biological safety at large. Keywords: biosafety, Research Health Facilities (Rifaskes), laboratory, Standard Operating Procedure --------------------------------------------------------------NLM: WN 620 Sheila Kadir, Vivi Setiawaty, Agus Kosasih and Saptuti Chunaeni (Master Program in Biomedical, Faculty of Medicine, University of Indonesia, Jakarta Indonesia; Center of Biomedical and Basic Technology of Health, Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta, Indonesia) The Effectiveness of Irradiation to Decrease T Lymphocytes in the Packed Red Cell (Orig Ind) Media of Health Research and Development Volume 26 No. 1, March 2016; p. 9 - 14 Blood transfusion is a medical treatment for lifesaving and cure the disease. On the other hand these treatment also have risks or complications, one of which is known as TransfusionAssociated Graft-vs-Host Disease (TAGVHD) that may cause proliferation T lymphocytes and follow by a process engraft (embedded) in the recipient’s body at a state of immunocompetent. This condition is commonly experienced by patients with impaired immunological systems such as cancer patients or autoimmune diseases. Currently, one - the only acceptable method to prevent such complications by way of blood irradiation. The aim of the study is to determine the irradiation dose and exposure time in reducing the amount of CD 3+ and CD 4+ which is the cause of the TAGVHD. The results of this study will be a recommendation for action to the irradiation of packed red cell that will be given in immunocompetent patients in Jakarta Dharmais Cancer Hospital. This study used an
experimental research design time series with the examination conducted on 54 bags of packed red cell with the storage time was no longer than one day. The experiments were conducted on the number of CD 3+ and CD 4+ in three doses with three different time series. We found the significant decline in the number of CD 3+ with 3000 cGy irradiation dose and CD 4+ with 2500 dan 3000 cGy irradiation doses in packed red cell irradiation at 3 to 5 hours of irradiation time. The 2500 cGy irradiation doses for 5 hours decreased the viability of CD 3+. Keywords: irradiation, Transfusion-Associated Graft-vs-Host Disease (TAGVHD), CD 3+, CD 4+-------------------------------------------------------------NLM: QW 800 Olwin Nainggolan, Dwi Hapsari and Lely Indrawati (Center for Research and Development Efforts in Public Health, Jl. Percetakan Negara, No. 29 Jakarta Pusat, Indonesia) Effect of Access to Health Facilities for Immunization Completeness Children Aged 1223 Months (Analysis Riskesdas 2013) (Orig Ind) Media of Health Research and Development Volume 26 No. 1, March 2016; p. 15 - 28 Access to health facilities with geographic circumstances are considerable challenges in the provision of immunization services throughout Indonesia. The purpose of this study is to determine the effect of access to health facilities to complete basic immunization status at children age 12-23 months in Indonesia in 2013. This study used a cross-sectional design and statistical analysis is done by using multiple logistic regression. Based on the results of multivariate analysis showed a significant association (P value=0.001) between the travel time to health facilities UKBM (Community Based Health Efforts) with Odds Ratio/OR = 1.23; and travel time (P value = 0.000) to non UKBM health facilities (OR = 1.80) with the completeness of immunizing children under two years (baduta) after controlled by maternal age, maternal education, maternal occupation, family socio economic status and place of residence. Required effort and the role of the government and the community to improve the accessibility of the population to health facilities, especially facilities-based public health efforts (UKBM) to improve the completeness of basic immunization coverage in Indonesia. Keywords: complete basic immunization, infant, UKBM, non UKBM, Indonesia --------------------------------------------------------------NLM: QV 744 Eriawan Rismana (Center of Pharmaceutical and Medical Technology - BPPT, Building 610 - Puspiptek Area, Serpong - South Tangerang, Indonesia) Determination of Bacterial, Yeast and Fungi
Contaminants at Production Unit of Salt Pharmaceutical at Pilot Scale 5 Kg/Batch Capacity (Orig Ind) Media of Health Research and Development Volume 26 No. 1, March 2016; p. 29 - 36 Almost 90% of Indonesian pharmaceutical raw materials controlled by imported products from the past few years until this moment.Pharmaceutical salt as the main ingredients in making an infusion is one of them. In order to gain self-sufficiency of pharmaceutical raw materials, the improvement of pharmaceutical salt production plant is a priority to be realized in Indonesia. Referring the rules of the Chief of BPOM No. HK.03.1.33.12.12.8195 in 2012 about how to make the active compound of drugs properly, a production unit has to generate products which can meet with the requirement of chemical compound and any other impurities and the limit of bacterial contamination as well as mold and yeast. All the contaminants could be emerged from raw materials, purification materials and air contamination while the production is ongoing. In this research, the investigation of contaminants was conducting not only in whole steps of production process but also the salt products from pilot scale plant. The result shows that the pilot scale production plant is capable to produce pharmaceutical salt which is eligible in terms of quality according to FI IV and is not contaminated by bacteria, mold and yeast. Keywords: salt pharmaceutical grade, production unit, pilot scale, quality, bacterial contaminant --------------------------------------------------------------NLM: QW 125.5.C5 Kambang Sariadji, Sunarno, Noer Endah Pracoyo, Rudi Hendro Putranto, Bambang Heriyanto and Abdurrahman (Center of Biomedical and Basic Technology of Health, NIHRD, Ministry of Health RI, Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat, Indonesia; Sub Directorate of Surveillance and Outbreaks Response - P2PL, Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta, Indonesia) Epidemiology of Diphteria Cases in Lebak District, Banten Province in 2014 (Orig Ind) Media of Health Research and Development Volume 26 No. 1, March 2016; p. 37 - 44 Diphtheria infections caused by the Corynebacterium diphtheriae and could be outbreak in all countries. Particulary, this disease attacks the children aged 1-12 years old, contagious and spreads through direct contact. The preventing of diphtheria has been done by immunization programs. Based on national health research (Riskesdas) in 2013 Banten province showed the coverage of complete basic immunization was 59.2%. The coverage
of low immunizations would cause an outbreak, one of them is a diphtheria, such as happened in Kumpay-Maraya village, sub-district Sajira, Lebak regency of Banten province reported the deaths of children due to diphtheria since April 2014. This study aims to know and overview of epidemiology and spread of diphtheria disease that caused an aoutbreak. There were 23 samples of throat swab tested in laboratory such as culture, microscopic and polymerase chain reaction (PCR). Epidemiological data was conducted by interviewing of suspects, contacts and their parents. The results from the 23 samples showed a positive contact of C.diphtheriae type toxigenic gravis, while the results of epidemiological investigations showed there were 4 cases with a clinical diagnosis of diphtheria, two of them died. The immunization coverage of this region meet the target, meanwhile the educational level of parents respondents are relatively low which 60,3% for father and 90% for mother. There were 48% children were not immunized and 58,7% respondents living in high density of residents. The conclusion was that there were spreading in Kumpay-Maraya village, Sajira sub-districts, Lebak regency of Banten province. Keywords: Corynebacterium diphtheriae, epidemiology, immunization --------------------------------------------------------------NLM: WS 280 Khadijah Azhar, Ika Dharmayanti and Ida Mufida (Center of Technology for Public Health Interventions, Jl. Percetakan Negara, No. 29 Jakarta Pusat, Indonesia) The Indoor Average Level of PM2,5 and ARI Among Children Under Five in Kelurahan Kayuringin Jaya, Kota Bekasi 2014 (Orig Ind) Media of Health Research and Development Volume 26 No. 1, March 2016; p. 45 - 52 Acute Respiratory Infection (ARI) is the leading cause of death for children under five years old in Indonesia and have been associated with air pollution. The objective of the study was to identify indoor fine particles (PM2,5) concentration and its relationship with ARI among children under five years. A questionnaire-based survey of 106 children was conducted in Kayuringin village, Bekasi city from March to October 2014. Data collected were ARI related symptoms, anthropometry, immunization, housing and traffic density. Assessment of 12-hour PM2,5 level was done using Haz-Dust EPAM 5000 in living room or children’s room. This research was a crosssectional study using univariate and bivariate analysis. Most of children had ARI related symptoms during 3 months before study. Most of children with ARI (69,9%) lived in poor ventilated houses. More over, the houses had family room that fully integrated with the kitchen (74,2%). The indoor average level of PM2,5 was 70 µg/m3 among 46 households. Statistically, there was a significant difference in PM2,5 average level indoor
between houses in high and low traffic density area (p=0,02). The indoor average level of PM2,5 was two times higher than EPA’s standard level (35 µg/m3). Keywords: PM2,5, ARI, children under five years old --------------------------------------------------------------NLM: WF 553 Sukar, Miko Hananto and Suharjo (Center of Biomedical and Basic Technology of Health, NIHRD, Ministry of Health RI, Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat, Indonesia; Center of Technology for Public Health Interventions, Jl. Percetakan Negara, No. 29 Jakarta Pusat, Indonesia) Relationship of Distance between Home and Outdoors Pollution Sources to Occurance of Asthma (Orig Ind) Media of Health Research and Development Volume 26 No. 1, March 2016; p. 53 - 58 Further analysis of data Riskesdas 2007 has been conducted, with the aim to determine the prevalence and the relationship between the distance between home and a source of outdoors pollution against asthma. The analysis was conducted in 2014 in Jakarta for 3 months. Statistical analysis include univariate and bivariate using chi square test, with the value of the strength of the relationship of the value ORcrude (Odds Ratio). The dependent variables is asthma and independent variables distance between home and a source of outdoors pollution. The results showed that the prevalence of asthma in Indonesia based on the diagnosis of health or clinical symptoms felt by 2.51%. The risk factors most influential environment is home to a range of industrial / factory of more than 50 meters at risk of developing asthma by 30.2 times, with a significance level (p) 0.005. Average house is in a rural location with a gain reduction in the amount of OR (95% CI) of 0.03 and a significance level (p) 0.003. Based on the findings, it is suggested to the Ministry of Health to disseminate to the public that the distance from the house to the source of the pollution risk of causing asthma. The need for education about the dangers of the proximity of the house to the sources of pollution linked to the disease. Further studies using environment variables so that the measurement results can be better. Keywords: environment, sources of pollution, outdoors, asthma --------------------------------------------------------------NLM: WC 536 Noer Endah Pracoyo and Wibowo (Center of Biomedical and Basic Technology of Health, NIHRD, Ministry of Health RI, Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat,
Indonesia) Factors Related to Hepatitis B Immunity Level (anti-HBs) in Children Aged 1-14 Years of Data Results Riskesdas 2007 (Orig Ind) Media of Health Research and Development Volume 26 No. 1, March 2016; p. 59 - 64 Hepatitis B virus (HBV) is still a major problem in the world, it is proved by the increasing prevalence in some parts of the world such as in Africa, Asia and Pacific countries ≥ 8% prevalence rate is expressed highly endemic for HBV is found in regions of Africa and Asia. In the year 2012 has been reported more than 350 million people infected with HBV with an estimated 1.2 million deathsper year due to chronic hepatitis, cirrhosis, and hepatocellular carcinoma. The study was an advanced analysis of National Basic Health
Research 2007 Data, which was using a crosssectional design. A total of 1,618 samples of children aged 1-14 years have been analyzed. The aim of the study was to determine the risk factors associated with Hepatitis B immune (antiHBs titers) by analyzing the data of anti-HBs titers against the data of its public health.The benefit of the study was to find the active anti-Hbs immunity decline in Indonesian children aged 1-14 years. Conclusion of the study indicated that age factor has the most significant relationship to the antiHBs titers (p=0.001) with the protected level of 91%. (OR = 0.91; 95% CI = 0.886 to 0.938 p=0.001). Keywords: Hepatitis B virus (HBV), anti-HBs, children of 1-14 years, National Basic Health Research 2007 Data ---------------------------------------------------------------