STRATEGI MENGATASI PERILAKU MEROKOK SISWA KELAS VIII SMP BHINEKA KARYA BOYOLALI DENGAN PENDEKATAN KONSELING EKLEKTIK TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: NANANG MUHAJIRIN NIM. 11500003 Abstraks: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas konseling eklektik dalam mengatasi perilaku merokok siswa kelas VIII SMP Bhineka Karya Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan studi kasus pada siswa kelas VIII SMP Bhineka Karya Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015, waktu penelitian dilaksanakan bulan April – Juni 2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, sumber data menggunakan informan atau narasumber. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan data triangulation dimana peneliti menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang sama. Teknik analisis data menggunakan analisis interaktif (model saling terjalin). Hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan konseling eklektik dalam mengurangi perilaku merokok siswa kelas VIII SMP Bhineka Karya Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015, hal tersebut ditunjukkan dengan perubahan penurunan perilaku merokok pada kedua siswa, dimana sebelum pemberian layanan konseling eklektik perilaku merokok kedua klien maish tinggi. Setelah diberikan layanan konseling eklektik perilaku merokok kedua siswa mengalami penurunan. Kata Kunci: Perilaku Merokok, Teknik Konseling Eklektik.
ABSTRACT
Nanang Muhajirin. A STRATEGY TO SOLVE STUDENTS’ SMOKING HABITS AT THE EIGHTH GRADE OF SMP BHINEKA KARYA BOYOLALI USING ELECTIC COUNSELING APPROACH IN ACADEMIC YEAR 2014/2015. A Thesis. Surakarta. Teacher Training and Education Faculty. Slamet Riyadi University. February. 2016. The aim of this research was to know about the effectiveness of electic counseling in solving students’ smoking habits at the eighth grade of SMP Bhineka Karya Boyolali in academic year 2014/2015. This research used a case study to the eighth grade students of SMP Bhineka Karya Boyolali in academic year 2014/2015. The time of this research was conducted on April to June 2015. It was qualitative descriptive research, the data source used informant. The technique of data collecting used interview, observation, and documentation. The data validity used triangulation data which the reasearcher used some data sources to collect the same data. The technique of data analysis used interactive data analysis. The result of this research could be concluded that the implementation of electic counseling reduced students’ smoking habits at the eighth grade of SMP Bhineka Karya in academic year 2014/2015. It could be shown by the change of lessen smoking habits toward two students. Before they were given electic counseling services, their habits were still high. After they were given electic counseling services, their smoking habits were low.
Key words: Smoking habits, Electic counseling technique.
PENDAHULUAN Siswa Sekolah Menegah Pertama (SMP) merupakan peralihan ke masa remaja setelah melewati masa kanak-kanaknya di Sekolah Dasar (SD). Dapat dimengerti bahwa akibat yang luas dari masa peralihan masa remaja ini (puber) sangat rentan sekali dengan kenakalan remaja, karena pada masa ini anak masih labil dalam menentukan mana yang negatif dan mana yang positif atau mana yang baik dan mana yang buruk. Hal demikian menjadi anak bertindak sesuai dengan kemauan hatinya dan sulit bagi anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Perubahan dari masa kanakkanak ke masa remaja merupakan masa yang sulit untuk orang tua maupun guru karena pada masa ini butuh perhatian yang khusus dalam segala hal. Namun ada bukti yang menunjukkan bahwa perubahan sikap dan perilaku yang terjadi pada masa remaja merupakan akibat dari perubahan sosial dari pada akibat dari perubahan kelenjar yang berpengaruh pada keseimbangan tubuh. Kurangnya pembelajaran hati nurani, moral yang diterima anak puber dari orang tua, kakak- adik, guru-guru dan temanteman berkemungkinan akibat buruk akan terjadi dengan begitu perubahan sosialnya maka semakin besar akibat psikologi yang mereka alami. Semakin baik lingkungan yang diharapkan akan semakin baik perilaku remaja. Lingkungan yang memberikan pembelajaran komunikasi yang efektif akan dapat membantu pembentukan perilaku yang positif. Sekarang ini sangat marak diperbincangkan mengenai masalah rokok. Dalam kehidupan sehari-hari
sering kali ditemui orang merokok dimana-mana, baik di sekolah , di kantor, ditempat umum maupun dikalangan rumah tangga sendiri. Salah satu yang menjadi contoh masalah paling mendasar adalah mengenai perilaku kebiasaan merokok dikalangan remaja kita harus dengan serius menanggapinya. Studi pendahuluan yang peneliti lakukan di SMP Bhineka Karya Boyolali pada tanggal 27 Februari 2015 pada siswa kelas VIII dengan memberikan angket dan kemudian didapatkan 4 orang saat ini masih merokok dan sebanyak 30 orang tidak merokok. Kebiasaan merokok dimulai dengan adanya rokok pertama. Umumnya rokok pertama dimulai saat usia remaja. Sejumlah studi menemukan penghisapan rokok pertama dimulai pada usia 11-13 tahun. Perilaku merokok disebabkan oleh rasa ingin tahu dan pengaruh teman sebaya. Mulai merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial. Modelling ( meniru perilaku orang lain) menjadi salah satu determinan dalam memulai perilaku merokok. Setelah mencoba rokok pertama, seseorang individu menjadi ketagihan merokok, dengan alas an-alasan seperti kebiasaan, orang tua atau saudara yang merokok, bahkan perilaku teman sebaya merupakan faktor penyebab keterlanjutan perilaku merokok pada usia remaja. Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah siswa remaja yang sedang mengalami masa ingin mencoba-coba dan banyak ingin tau segalanya. Remaja mulai merokok pada awalnya ingin coba-coba namun tanpa disadari atau tidak, merokok
sudah menjadi kebiasaan sehingga menjadi ketagihan lalu kemudian menjadi ketergantungan. Banyak remaja yang sudah mengetahui dampak negatif dari merokok seperti ganguan pernafasan, stroke, dan juga ganguan fungsi ginjal dan melemahkan sistem syaraf. Salah satu dampak negatif yang paling menkhawatirkan untuk kalangan pelajar adalah melemahnya sistem syaraf sehingga dapat menganggu konsentrasi dan daya ingat siswa karena efek dari nikotin yang ada didalam rokok, sehingga siswa sulit untuk dapat belajar dengan baik. Rokok juga merupakan pintu gerbang masuknya narkoba. Pengaruh nikotin dalam rokok dapat membuat seseorang menjadi pecandu atau ketergantungan pada rokok. Usia pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara 11-13 tahun dan pada umumnya individu tersebut merokok sebelum berusia 18 tahun (Smet, dalam Kemala, 2007: 53). Data WHO (2003) juga semakin mempertegas bahwa jumlah perokok yang ada didunia sebanyak 30 % adalah kaum remaja. Perokok laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan dimana jika diuraikan menurut umur, prevalensi perokok laki-laki paling tinggi umur 15-19 tahun. Remaja lakilaki biasanya mengkonsumsi 11-20 batang/hari (49,8%) dan yang mengkonsumsi lebih dari 20 batang/hari sebesar 5,6%. Perilaku merokok disebabkan oleh faktor kepribadian, faktor lingkungan, faktor orang tua dan faktor iklan rokok . Menurut Erikson (dalam Kemala, 2007: 53), remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa
perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Seseorang yang pertama kali mengkonsumsi rokok mengalami gejala-gejala seperti batuk-batuk, lidah terasa getir dan perut mual, namun demikian sebagai dari pemula yang mengabaikan gejala-gejala tersebut biasanya berlanjut menjadi kebiasan dan akhirnya menjadi ketergantungan. Satu dari dua orang perokok pada usia muda dan terus merokok seumur hidup, akhirnya akan meninggal karena penyakit yang berkaitan dengan rokok. Rata-rata perokok yang memulai merokok pada usia remaja akan meninggal pada usia setengah baya, sebelum 70 tahun, atau kehilangan sekitar 22 tahun harapan hidup normal. Para perokok terus merokok dalam jangka waktu panjang akan menghadapi kemungkinan kematian tiga kali lebih tinggi dari pada mereka yang bukan perokok. Guru BK di SMP Bhineka Karya Boyolali telah berusaha mengatasi perilaku merokok para sisweanya, seperti menasehati dan memberikan layanan konseling, tetapi belum efektif dan tuntas. Jika ini belum efektif maka perlu ada upaya lain yang harus dilakukan pembimbing atau konselor disekolah seperti memberikan layanan konseling individul dengan model eklektik (integrasi) melalui media kreatif. Konseling eklektik melalui media kreatif ini adalah konseling yang berpegang pada pandangan teoritis dan pendekatan, yang merupakan perpaduan dari berbagai unsur yang diambil atau dipilih dari beberapa konsep serta pendekatan. Proses konseling pada dasarnya adalah upaya kolaboratif yang bersifat terapetik antara konselor
dan konseli dalam mengeksplorasi dan mengkaji berbagai isu yang menjadi masalah bagi konseli serta mengembangkan solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Di satu sisi, proses konseling dapat menjadi sebuah pengalaman yang mencerahkan dan membawa pada pemecahan masalah, namun di sisi lain proses konseling yang tidak efektif dapat menjadi pengalaman yang menjemukan, kurang bermakna, dan berakhir pada kebuntuan Untuk itu dalam membantu mengatasi perilaku merokok siswa SMP Bhineka Karya Boyolali Tahun Ajaran 2014/2015 maka peneliti merancang suatu bantuan yang akan diberikan pada siswa, sehingga peneliti memberikan judul penelitian ini dengan “Strategi Mengatasi Perilaku Merokok Siswa Kelas VIII SMP Bhineka Karya Boyolali Dengan Pendekatan Konseling Eklektik Tahun Pelajaran 2014/2015”.. Dari uraian yang dikemukakan dalam latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah efektivitas konseling eklektik dalam mengatasi perilaku merokok siswa kelas VIII SMP Bhineka Karya Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini diantaranya adalah untuk mengetahui efektivitas konseling eklektik dalam mengatasi perilaku merokok siswa kelas VIII SMP Bhineka Karya Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan studi kasus pada siswa kelas VIII SMP Bhineka Karya Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015, waktu penelitian
dilaksanakan bulan April – Juni 2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, sumber data menggunakan informan atau narasumber. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan data triangulation dimana peneliti menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang sama. Teknik analisis data menggunakan analisis interaktif (model saling terjalin). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Proses konseling dengan teknik konseling eklektik guna mengatasi perilaku merokok siswa kelas VIII SMP Bhineka Karya Boyolali dilaksanakan 3 kali pertemuan. Adapun pelaksanaan konseling dengan teknik konseling eklektik guna mengatasi perilaku merokok siswa kelas VIII SMP Bhineka Karya Boyolali dilaksanakan sebagai berikut: Pelaksanaan Konseling Eklektik 1 Sesuai dengan laporan hasil observasi awal mengenai kebiasaan merokok yang ada pada siswa Nova Efendi dan Angga Prasetyo memiliki kebiasaan merokok yang tinggi, di mana dalam satu hari siswa Nova Efendi dan Angga Prasetyo mampu menghabiskan 10 batang rokok. Melihat data ini peneliti merencanakan melakukan konseling dengan membuat kesepakatan dahulu terhadap siswa tersebut. Tanggal 16 Mei 2015 peneliti melakukan konseling diruang BK tepatnya pukul 10.00 WIB. Adapun tahap-tahap pelaksanaan konseling eklektik dalam
mengatasi perilaku merokok siswa kelas VIII SMP Bhineka Karya Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut: a. Tahapan Awal Pada pertemuan awal ini peneliti menyambut kedatangan siswa, menciptakan hubungan yang hangat, saling berkenalan dan menjelaskan tujuan serta maksud dari kegiatan konseling. Peneliti menginginkan pada pertemuan awal ini siswa menyadari bahawa kebiasaan merokok yang dimilikinya termasuk kategori tinggi. Siswa mulai tertarik dengan hal yang disampaikan peneliti. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan siswa “saya tidak mau dalam diri saya terdapat zat yang berbahaya dari rokok ”. b. Tahapan Kerja Setelah siswa menerima masalahnya lalu peneliti mengajak siswa untuk mencari solusi atas masalah yang dialaminya. Peneliti juga menjelaskan apa dampak negatif dari kebiasaan merokok serta alasan-alasan seseorang merokok. Setelah siswa menerima masalah yang sedang dialaminya peneliti menggunakan media video dalam konseling, tujuannya agar siswa dengan mudah memahami arti dari merokok itu sendiri. Motivasi penggunaan video dalam pelaksanaan konseling tahap 1 ini adalah pesan yang akan disampaikan dari bahaya memakai rokok. Video tersebut merupakan bagian yang sesuai dengan masalah siswa tersebut, dan media ini bertujuan agar siswa dapat memahami pengetahuan tentang pengertian merokok dan bahaya merokok. Dalam penggunaan
media ini konselor meminta klien untuk melihat dan memahami dampak negatif dari menggunakan rokok. Tujuan dari video ini ialah agar siswa tersebut tidak mencobacoba untuk merokok dan menolak ajakan dari lingkungan ataupun teman sebaya. Konseling dengan menggunakan media ini membuat siswa merasa tidak terlalu kaku dan siswa mau memberikan tanggapan atas dirinya sendiri, pernyataan siswa “saya tidak mampu untuk bisa menolak ajakan teman untuk merokok. Dengan pernyataan ini penulis semakin yakin jika media yang digunakan bisa memudahkan siswa memahami apa yang ingin disampaikan oleh peneliti. c. Tahap Akhir Dari pertemuan awal konseling ini peneliti menemukan bahwa siswa tersebut merokok karena terpengaruh oleh teman sebaya dan susah untuk menolak ajakannya, sebagaimana hasil wawancara dengan Nova Efendi sebagai berikut: Ki : alasan saya menggunakan rokok karena ajakan teman mas. Ko: Saya tau, trus berapa rokok yang kamu hisap dalam sehari? Ki : saya menghisap rokok sehari bisa sampai 10 batang mas. Ko: Apa yang kamu rasakan setelah merokok? Ki : saya merasakan ketenangan dan kenyamanan dalam merokok mas dan masalah yang saya miliki dengan cepat begitu saja hilang.
Berdasarkan pernyataan klien tersebut, peneliti terus menggali informasi dalam diri klien. Peneliti mengajak kedua klien untuk melihat segala sesuatu yang terjadi pada dirinya baik itu kegagalan, keberhasilan, sedih maupun senang merupakan hasil dari tindakannya sendiri, sehingga klien harus memperbaikinya. Hal ini dapat di lihat dari pernyataan Angga Prasetyo, sebagai berikut: Ki : “saya akan berusaha mengikuti strategi yang mas berikan kepada saya agar saya terhindar dari bahaya merokok dan menjadikan diri saya sehat” Dengan kemauan kedua klien menerima masalahnya dan mau memperbaiki serta melaksanakan solusi yang telah dipilihnya maka peneliti mengakhiri konseling dengan menyimpulkan semua hal yang telah dibicarakan serta membuat kesepakatan konseling lagi untuk minggu depan. d. Hasil Observasi dan Refleksi Layanan Konseling Eklektik 1 Observasi dan refleksi pada tindakan I dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2015. Tujuannya untuk mengetahui kekurangankekurangan, kemajuan yang dicapai selama proses pelaksanaan tindakan I dan rencana apa yang perlu diambil untuk tindakan selanjutnya. Hasil pelaksanaan tindakan I dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel 1 Frekuensi Perilaku Merokok Klien Per Hari Setelah Pemberian Layanan Konseling Eklektik Tahap 1
Berdasarkan data pada tabel diatas diketahui bahwa penurunan perilaku merokok pada Nova Efendi sebesar 40%, sedangkan penurunan perilaku merokok pada klien Angga Prasetyo sebesar 37,5%. Oleh sebab itu pelaksanaan bimbingan konseling perlu dilanjutkan tindakan layanan konseling eklektik berikutnya. Pelaksanaan Konseling Eklektik 2 Adapun tahap-tahap pelaksanaan konseling eklektik tahap 2 dalam mengatasi perilaku merokok siswa kelas VIII SMP Bhineka Karya Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut: a. Tahapan Awal Pada pertemuan awal ini peneliti menyambut kedatangan siswa, menciptakan hubungan yang hangat, dan menjelaskan tujuan serta maksud dari kegiatan konseling. Peneliti menginginkan pada pertemuan awal ini siswa menyadari bahawa kebiasaan merokok yang dimilikinya berdampak negatif terhadap masa depan dan kondisi tubuh klien. b. Tahap Kerja Setelah siswa menerima masalahnya lalu peneliti mengajak siswa untuk mencari solusi atas masalah yang dialaminya. Peneliti juga menjelaskan apa dampak negatif dari kebiasaan merokok serta alasan-alasan seseorang
merokok. Setelah siswa menerima masalah yang sedang dialaminya peneliti menggunakan media kertas berwarna-warni dan kotak. Dalam penggunaan media kertas berwarna-warni dan kotak ini, konselor menjelaskan bahwa kertas yang berwarna warni yang didalam kotak sudah tertulis berbagi alasan-alasan seseorang merokok seperti kebiasaan, ketergantungan, pengaruh negatif maupun pengaruh positif. Disini klien berhak memilih warna kertas yang ia suka yang didalamnya sudah terisi beberapa alasan seorang mengkonsumsi rokok, setelah klien mengambil satu kertas yang ia suka disini konselor akan menjelaskan kenapa seseorang merokok. Penggunaan media ini bertujuan agar konseli dapat memahami akan alasan merokok dan tidak akan terpengaruh oleh faktor eksternal. Konseling dengan menggunakan media media kertas berwarna-warni dan kotak ini membuat siswa merasa tidak terlalu kaku dan siswa mau memberikan tanggapan atas dirinya sendiri. c. Tahap Akhir Dari pertemuan awal konseling ini peneliti menemukan bahwa siswa tersebut merokok karena terpengaruh oleh teman sebaya dan susah untuk menolak ajakannya, sebagaimana hasil wawancara dengan Angga Prasetyo sebagai berikut: Ki : saya merokok karena pengen mencari ketenangan dan kenyamanan Ko: Saya tau, trus berapa rokok yang kamu hisap dalam
sehari setelah kamu mendapatkan layanan konseling? Ki : saya menghisap rokok sehari 3 batang bu. Ko: Apa yang kamu rasakan setelah merokok? Ki : saya merasakan ketenangan dan kenyamanan dalam merokok bu dan masalah yang saya miliki dengan cepat begitu saja hilang. Berdasarkan pernyataan konseli tersebut peneliti terus menggali informasi dalam diri konseli. Peneliti mengajak konseli untuk melihat segala sesuatu yang terjadi pada dirinya baik itu kegagalan, keberhasilan, sedih maupun senang merupakan hasil dari tindakannya sendiri, sehingga konseli harus memperbaikinya. Dengan kemauan kedua klien menerima masalahnya dan mau memperbaiki serta melaksanakan solusi yang telah dipilihnya maka peneliti mengakhiri konseling dengan menyimpulkan semua hal yang telah dibicarakan serta membuat kesepakatan konseling lagi untuk minggu depan. d. Hasil Observasi dan Refleksi Layanan Konseling Eklektik 2 Observasi dan refleksi pada tindakan 2 dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2015. Tujuannya untuk mengetahui kekurangankekurangan, kemajuan yang dicapai selama proses pelaksanaan tindakan 2 dan rencana apa yang perlu diambil untuk tindakan selanjutnya. Hasil pelaksanaan tindakan 2 dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel 2 Frekuensi Perilaku Merokok Klien Per Hari Setelah Pemberian Layanan Konseling Eklektik Tahap 2
Berdasarkan data pada tabel diatas diketahui bahwa penurunan perilaku merokok pada Nova Efendi sebesar 60%, sedangkan penurunan perilaku merokok pada klien Angga Prasetyo sebesar 62,5%. Oleh sebab itu pelaksanaan bimbingan konseling perlu dilanjutkan tindakan layanan konseling eklektik berikutnya. Pelaksanaan Konseling Eklektik 3 Adapun tahap-tahap pelaksanaan konseling eklektik tahap 3 dalam mengatasi perilaku merokok siswa kelas VIII SMP Bhineka Karya Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut: a. Tahapan Awal Pada pertemuan awal ini peneliti menyambut kedatangan siswa, menciptakan hubungan yang hangat, dan menjelaskan tujuan serta maksud dari kegiatan konseling. Peneliti menginginkan pada pertemuan awal ini siswa menyadari bahawa kebiasaan merokok yang dimilikinya berdampak negatif terhadap masa depan dan kondisi tubuh klien. b. Tahap Kerja Setelah siswa menerima masalahnya lalu peneliti mengajak siswa untuk mencari solusi atas masalah yang dialaminya. Peneliti juga menjelaskan apa dampak negatif dari kebiasaan merokok serta alasan-alasan seseorang
merokok. Setelah siswa menerima masalah yang sedang dialaminya peneliti menggunakan media kertas berjanji dan pena merah atau hitam. Dalam penggunaan media kertas berjanji dan pena merah atau hitam ini, dalam kertas kosong seorang konseli menulis kata saya berjanji dengan mengggunakan 2 pena yang sudah tersedia dihadapannya, disini konseli harus memakai satu pena yang sudah ia suka. Apabila ia memakai pena yang hitam berarti ia tidak terpengaruh terhadap ajakan orang lain sedangkan pena yang berwarna merah berarti ia termasuk seseorang yang gampang terpengaruh terhadap ajakan orang lain, setelah ia memilih pena tersebut dan kemudian ia menulis dikertas kosong yang sudah tersedia, yang didalam kertas tersebut harus ditulis saya berjanji tidak akan mencoba merokok serta didalam isi tersebut harus dilengkapi dengan adanya tanda tangan dari klien dan konselor. Maksud dari tujuan media ini adalah konseli harus berkomitmen terhadap dirinya bahwa ia mampu menahan ajakan dari temantemannya untuk tidak merokok. d. Tahap akhir Pada tahap ini kedua klien sudah berkomitmen untuk mengurangi perilaku merokok dengam menyatakan bahwa untuk kedepannya tidak akan merokok lagi. Dengan kemauan kedua klien menerima masalahnya dan mau memperbaiki serta melaksanakan solusi yang telah dipilihnya maka peneliti mengakhiri konseling
dengan menyimpulkan semua hal yang telah dibicarakan. d. Hasil Observasi dan Refleksi Layanan Konseling Eklektik 3 Observasi dan refleksi pada tindakan 3 dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2015. Tujuannya untuk mengetahui kekurangankekurangan, kemajuan yang dicapai selama proses pelaksanaan tindakan 3 dan rencana apa yang perlu diambil untuk tindakan selanjutnya. Hasil pelaksanaan tindakan 3 dijelaskan pada tabel berikut ini: Tabel 3 Frekuensi Perilaku Merokok Klien Per Hari Setelah Pemberian Layanan Konseling Eklektik Tahap 3
Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa penurunan perilaku merokok pada Nova Efendi sebesar 80%, sedangkan penurunan perilaku merokok pada klien Angga Prasetyo sebesar 75%. Oleh sebab itu pelaksanaan layanan konseling dapat dihentikan pada bimbingan III, hal ini disebabkan kedua klien telah menyadari kesalahan-kesalahan yang diperbuatnya, klien berjanji untuk mengurangi perilaku merokok. Di samping itu konselor juga berjanji akan membantu klien, jika suatu saat membutuhkan bimbingan. Dengan motivasi dari konselor, klien merasa senang dan berusaha untuk mengurangi perilaku merokoknya. Pembahasan Tindakan yang dilakukan melalui proses konseling mulai dari
perencanaan hingga pelaksanaan, menunjukkan bahwa pelaksanaan konseling sesuai dengan Satuan Layanan, sehingga dapat dikatakan bahwa tindakan konseling memenuhi syarat dalam mengurangi kebiasaan merokok. Jika hasil ini dihubungkan dengan prosedur konseling eklektik menurut hasil penelitian ini mendukung teori tersebut. Karena seluruh tahapan dari awal hingga akhir bisa berlangsung dengan baik. Hasil penelitian ini mengurangi kebiasaan merokok siswa pada hasil penelitian ini baik pada konseling pertemuan 1, 2, dan 3 jika dibandingkan dengan mengurangi kebiasaan merokok mereka menunjukkan pengurangan. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masalah kebiasaan merokok sebelum penelitian dapat diselesaikan pada akhir kegiatan. Demikian juga analisis terhadap keberhasilan konseling pada akhir tindakan sudah berada diatas target. Kondisi ini menunjukkan bahwa konseling eklektik dengan media kreatif dapat mengurangi kebiasaan merokok siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dalam mengurangi kebiasaan merokok pada kedua siswa. Baik dilihat dari analisis verbatim konseling maupun analisis peningkatan kebiasaan merokok. Jika dianalisis secara keseluruhan proses konseling dapat dikemukakan bahwa konseling berjalan sesuai dengan Satuan Lauanan yang telah dibuat. Media kreatif sepert Video, Kertas berwarnawarni, dan kertas serta pulpen berwarna yang dinilai oleh siswa menarik. Sehingga keadaan inilah yang menunjukkan bahwa konseling eklektik dengan media kreatif dapat
digunakan untuk mengurangi kebiasaan merokok. Analisis terhadap hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang sebelum mendapatkan layanan konseling perilaku merokoknya masih tinggi, setelah dilakukan layanan konseling tahap 2 menunjukkan perilaku merokok pada kedua klien mengalami penurunan, yaitu untuk klien Nova Efendi sebesar 80%, sedangkan penurunan perilaku merokok pada klien Angga Prasetyo sebesar 75%. Penurunan perilaku merokok ini disebabkan karena kedua klien dalam memandang peristiwaperistiwa dalam kehidupannya sebagai konsekuensi perbuatannya dan dapat dikontrol. Siswa mempercayai kemampuan yang dimilikinya, menunjukkan usaha yang besar mencapai keinginannya dalam mengurangi kebiasaan merokok. Hal ini sejalan dengan pendapat Soetjiningsih dalam Subanda (2004: 34) bahwa merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi siperokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok itu sendiri Itulah sebabnya mereka lebih bertanggung jawab terhadap kesalahan dan kegagalannya. Proses konseling secara keseluruhan dapat dikemukakan bahwa konseling berjalan sesuai dengan rancangan pelaksanaan kegiatan konseling yang baik, media kreatif (Video merokok, kertas berwarna-warni, dan kertas serta pulpen berwarna) yang dinilai oleh siswa menarik, menambah pengetahuan, membuat perasaan konseli senang, termotivasi untuk menjadi lebih baik dan menunjukkan sikap yang lebih bertanggung jawab terhadap dirinya. Sehingga keadaan
menunjukkan bahwa konseling eklektik dengan media kreatif dapat digunakan untuk mengurangi kebiasaan merokok. Jika dianalisis lebih dalam terhadap proses konseling yang berlangsung pada setiap orang siswa dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) Proses konseling dengan menggunakan media kreatif dinilai baik. Hal ini disebabkan karena kedua siswa yang terindikasi kebiasaan merokok berkurang pada pertemuan ketiga telah mencapai 80% dan 75%. 2) Hasil wawancara menunjukkan bahwa kedua siswa memiliki kecenderungan untuk menurunkan kebiasaan merokoknya, kedua siswa akan melakukan tindakan yang disepakati antara klien dengan konselor. Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian dikemukakan bahwa pendapat Dryden & Norcross (dalam Gunarsa, 1992), tentang konseling eklektik yaitu konseling yang memilih apa yang baik dari macam-macam sumber, gaya dan sistem; menggunakan teknik dan dasar lebih dari satu orientasi untuk memenuhi kebutuhan dari suatu kasus; penggunaan secara sistematik dari berbagai macam intervensi yang luas untuk menghadapi masalah-masalah khusus dapat digunakan dalam mengatasi masalah kebiasaan merokok. Demikian juga pendapat Jacobs (dalam Rahmadian, 2011: 32) yang menyatakan bahwa minat dan efektivitas proses konseling dapat ditingkatkan apabila konseli terlibat aktif dalam proses konseling dan dilakukan secara multisensori yang artinya bahwa proses konseling bukan hanya melibatkan dimensi verbal,
namun juga melibatkan dimensi visual dan kinestetik. Jacobs juga menekankan pentingnya penggunaan beragam properti atau barang-barang secara kreatif yang kemudian diadaptasi menjadi media kreatif. Dengan demikian hasil penelitian menyimpulkan bahwa konseling eklektik dengan media kreatif dapat mengurangi kebiasaan merokok pada siswa. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan konseling eklektik dalam mengurangi perilaku merokok siswa kelas VIII SMP Bhineka Karya Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015, hal tersebut ditunjukkan dengan perubahan penurunan perilaku merokok pada kedua siswa, dimana sebelum pemberian layanan konseling eklektik perilaku merokok kedua klien maish tinggi. Setelah diberikan layanan konseling eklektik perilaku merokok kedua siswa mengalami penurunan. Adapun saran yang peneliti sampaikan berkaitan dengan hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kepada Guru Bimbingan Konseling a. Hendaknya Guru BK selalu memberikan layanan konseling secara berkala, baik layanan
bimbingan kelompok maupun individual. Hal tersebut dimaksudkan agar apabila terjadi permasalahan yang dihadapi oleh siswa dapat segera teratasi b. Papan bimbingan dan dan lefleat sebaiknya difungsikan sebagaimana mestinya supaya dapat menjadi media komunikasi antara guru BK dengan siswa. 2. Kepada Orang Tua Hendaknya orang tua dalam upaya menanggulangi perilaku merokok pada anak usia sekolah dapat melakukan pengawasan terhadap pergaulan anak-anaknya baik di rumah maupun di lingkungan sekolah. 3. Kepada Siswa Hendaknya para siswa dapat membentengi dirinya dari pengaruh perilaku merokok lingkungan sosialnya dengan cara melakukan pengendalian diri serta melakukan kegiatan-kegiatan yang positif. 4. Kepada Masyarakat Hendaknya masyarakat dapat menciptakan suasana yang dapat mencegah perilaku merokok pada anak usia sekolah dengan tidak menjual rokok kepada anak usia sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa, 1992, Psikologi Perkembangan. Jakarta: BPK Gunung Mulia Kemala, 2007, Perilaku Merokok Pada Remaja. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara Rahmadian, 2011, Kreativitas dalam Konseling. Paper presented at the International Seminar & Workshop Contemporary and Creative Caunseling. Dalam http://konselingindonesia.com/ (diakses pada tanggal 20 DESEMBER 2015). Subanda B, 2004, Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.