PEMBELAJARAN BERMAKNA PADA PERKALIAN PECAHAN KELAS V SD LOCE TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Welhelmus Denny SD Loce Kecamatan Sahu Timur Kabupaten Halmahera Barat Abstrak: Membelajarkan matematika hanya prosedur masih banyak didapati saat pembelajaran berlangsung. Ini mengakibatkan pengetahuan siswa tidak terkonstruksi secara baik yang selanjutnya mempengaruhi pengetahuan siswa dalam belajar matematika, baik saat proses, akhir dan aplikasi dari pembelajaran matematika. Sebab itu diperlukan upaya untuk mengatasinya, yaitu melalui pembelajaran bermakna seperti yang ditunjukkan pada perkalian dua pecahan biasa. Pembelajaran bermakna menghubungkan skema yang telah ada pada siswa dengan permasalahan yang akan dipelajari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 8 siswa, terdapat 6 siswa meraih predikat A pada penilaian sikap dan pengetahuan dan pada aspek keterampilan perolehan rata-rata peserta didik adalah A- atau berpredikat sangat baik. Kata Kunci: pembelajaran bermakna, perkalian pecahan
Perubahan kurikulum yang diterapkan pemerintah Indonesia di tahun pelajaran 2014/2015 berlaku bagi siswa kelas V SD, sewajibnya menjadi sebuah perubahan pola pembelajaran oleh seorang guru dikelas mengingat pada kurikulum yang diterapkan terdapat pendekatan saintifik yang dapat menciptakan suasana belajar menjadi proses ilmiah. Namun pada kenyataannya pembelajaran dikelas masih menunjukkan pola pembelajaran konvensional. Hal ini tampak pada masih adanya penerapan prosedur pembelajaran matematika dalam proses belajar mengajar. Guru masih membelajarkan proses menyelesaikan masalah matematika melalui penghafalan rumus tanpa menanamkan konsep. Proses demikian didasari pada permasalahan bahwa terdapat sekian banyak tujuan pembelajaran dalam satu hari yang wajib dipenuhi guru seperti tertuang dalam buku guru sehingga penerapan prosedur sangat baik dilakukan saat membelajarkan matematika sekalipun konsep tentang materi pembelajaran lemah dalam pemikiran siswa. Pandangan seperti inilah yang ditunjukkan guru disaat membelajarkan pembelajaran tiga, tema
benda-benda di lingkungan sekitar, subtema wujud benda dan cirinya, yang memuat materi perkalian pecahan hanyalah melalui prosedur pembilang dikalikan pembilang dan penyebut dikalikan penyebut tanpa menanamkan konsep pada peserta didik mengapa dalam mengalikan dua pecahan biasa harus memiliki prosedur seperti itu. Kurangnya penanaman konsep seperti ini mengakibatkan peserta didik tidak dapat mengatasi permasalahan kontekstual yang dihadapinya. Dalam permasalahan siswa, ia dapat menentukan banyaknya benda yang diterima temannya jika benda yang dibagikan adalah bagian yang masih utuh, sedangkan jika benda itu sudah tak utuh lagi maka siswa akan kesulitan. Akibat inilah yang harus dihindari mengingat sikap, pengetahuan dan keterampilan yang didapati peserta didik diharapkan menjadi alat penyelesaian permasalahan yang dijumpai peserta didik dilingkungannya. Kelemahan lainnya, bahwa prosedur-prosedur tanpa dasar konsep hanyalah akan merupakan aturan tanpa alasan yang akan membawa pada kesalahan dan ketidaksukaan terhadap
81
82, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
matematika. Ini terlihat pada antuasiasme siswa yang rendah pada saat belajar dan mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah yang diberikan oleh wali kelas V dan VI. Dengan demikian seorang guru ketika melakukan pembelajara yang memuat kompetensi dasar matematika perlu merancang pembelajaran dengan baik agar proses dan hasil pembelajaran dapat meningkat. Meningkatnya pembelajaran di kelas, diperlukan penciptaan situasi yang mendukung, seperti Hiebert, dkk dalam Subanji, 2011 menjelaskan bahwa kelas matematika hendaknya membangun kepercayaan dengan pemahaman bahwa membuat kesalahan tidak menjadi masalah. Siswa harus menyadari bahwa kesalahan adalah kesempatan untuk berkembang. Harus dibangun keyakinan pada siswa bahwa ide yang salahpun akan bisa didiskusikan sehingga mengubah dan memperoleh kesimpulan yang benar. Ide-ide yang telah ada pada diri siswa selanjutnya digunakan untuk mempelajari masalah dalam pembelajaran. Inilah yang dikenal dengan pembelajaran bermakna (Subanji, 2011: 113) Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan diatas maka penulis tertarik untuk membelajarkan perkalian pecahan secara bermakna seperti yang terurai pada hasil dan pembahasan berikut ini. Metode Penelitian ini dilaksanakan pada minggu pertama bulan November 2014 yang diawali dengan mewawancara permasalahan yang dijumpai oleh wali kelas V saat membelajarkan perkalian pecahan dan bagaimana membelajarkannya saat menyajikan pembelajaran ini. Selanjutnya peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen pengumpulan data berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan soal tes serta rubrik penilaian. Hasil dan Pembahasan Pelaksanan penelitian ini dilakukan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang tertuang di RPP. Dimana kegiatan diawali dengan mengenalkan
benda-benda disekitar seperti halnya cokelat batangan yang telah dipersiapkan guru. Cokelat batangan yang dimaksud adalah cokelat silverquen ukuran 33 gram yang oleh pabrik dibuat menjadi enam bagian sama besar. Dari cokelat itulah dilakukan pembelajaran bermakna dengan mengaitkan skema pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik melalui kegiatan tanya jawab yang berkaitan dengan pemberian bagian batangan cokelat kepada peserta didik. Pertanyaan diawali dengan banyaknya bagian cokelat yang diterima temannya jika guru memiliki bagian cokelat batangan dan hendak memberikan bagian dari cokelat yang dimiliki guru. Dari pertanyaan ini siswa menjawab 2, yang selanjutnya dijelaskan oleh guru bahwa yang dimaksud bukan 2 tapi , Kegiatan dilanjutkan dengan tanya jawab lagi jika guru memberikan bagian, siswa akan mendapat berapa banyak bagian. Siswa pun menjawab . Kemudian pertanyaan masih dilanjutkan dengan menentukan banyak bagian yang akan diperoleh siswa bila bagian diberikan kepada seorang temannya. Namun pada bagian, seluruh siswa yang mengikuti proses pembelajaran dihari itu tidak dapat menjawab dengan benar. Mengacu dari permasalahan ini guru membagi siswa secara berpasangan dan tiap pasangan mendapat kertas berpetak. Sebelum siswa mengerjakan cara menyelesaikan permasalahan pada kertas berpetak yang ada guru menjelaskan permasalahan tersebut dengan peragaan gambar tentang cara membuat cokelat tersebut menjadi sepertigaan. Penjelasan ini disertakan dengan peragaan di papan tulis dan dari peragaan siswa dapat menjawab bahwa dari adalah . Jawaban siswa didasari pada bagian yang diberi warna cokelat yang tampak di papan tulis.
Denny, Pembelajaran Bermakna pada Perkalian Pecahan, 83
yang dibicarakan yang digambarkan dengan anak panah seperti di bawah ini Gambar 1. Model cokelat yang telah dibagi an.
Berhubung jawaban siswa yang masih belum benar maka kembali guru menjelaskan bagaimana menentukan dan bagian dari pemberian cokelat diawal kegiatan pembelajaran. Guru kembali menjelaskan konsep pecahan bahwa pecahan merupakan bilangan yang dibuat dari dua bilangan, bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas merupakan banyak bagian yang dibicarakan dan bagian bawah merupakan banyak bagian yang sama secara keseluruhan (Rebecca Wingard dan Nelson, 2005:8). Dengan demikian siswa dapat menjelaskan bahwa dari gambar diperlukan banyak bagian yang sama dalam keseluruhan dan banyak bagian yang dibicarakan sehingga siswa dapat menentukan bahwa dari gambar diperoleh banyak bagian yang sama dalam keseluruhan adalah 18 dan banyak bagian yang dibicarakan adalah 4. Jadi hasilnya adalah . Setelah kegiatan ini guru mengarahkan siswa melakukan tahap semi konkret melalui peragaan kertas berpetak. Di kertas berpetak guru membimbing siswa menuliskan tiap-tiap bagian antara dari penjelasan selanjutnya adalah menentukan banyak bagian yang sama secara keseluruhan seperti tampak pada gambar berikut.
Berdasarkan gambar di atas, banyak bagian yang dibicarakan adalah bagian yang dibatasi oleh daerah anak panah sehingga bagian yang dibicarakan adalah 4. Dengan demikian hasil antara dari adalah = Proses pembelajaran berikutnya adalah guru membimbing siswa menuliskan di kertas berpetak dan . Setelah seluruh kelompok dapat menuliskan di kertas berpetak maka langkah selanjutnya bagaimana siswa menuliskan bagian keseluruhan dari peragaan gambar dan yang dibicarakan. Peragaannya dapat terlihat dari hasil pekerjaan kelompok seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 2. Peragaan
Dari gambar dapat dijelaskan bahwa banyak bagian yang sama secara keseluruhan adalah 12, dan langkah selanjutnya menentukan banyak bagian
dari
Peragaan ini dilanjutkan dengan pembuktian pemberian bagian yang telah
84, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
dijawab oleh siswa. Dari peragaan kertas berpetak ditemukan bahwa untuk dari
dengan kertas berpetak untuk menentukan × . Pertanyaan 2). Berapakah hasil ×
adalah , seperti terlihat pada gambar berikut!
? Tahapan ini memperlihatkan bahwa 2 kelompok masih perlu bimbingan oleh guru sedangkan 2 kelompok lainnya dapat dilakukan dengan mandiri serta dapat secara langsung menjawab pertanyaan di nomor 2. Kegiatan ini masih dilanjutkan dengan perwakilan kelompok mempresentasekan hasil pekerjaan di depan kelas, dan yang mempresentasekan diberikan penghargaan kepada kelompok yang selesai lebih dahulu yaitu kelompok 1. Setelah persentase kelompok guru bersama siswa menulis kesimpulan pembelajaran hari ini bahwa dalam mengalikan 2 pecahan biasa dilakukan dengan pembilang dikalikan dengan pembilang dan penyebut dikalikan dengan penyebut. Setelah kegiatan menyimpulkan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang masih membingungkan dirinya disaat mengikuti proses pembelajaran. Karena tidak ada siswa yang bertanya maka guru pun memberikan evaluasi. Soal evaluasi yang diberikan hanya satu soal yaitu tentukan hasil dari × . Adapun hasil evaluasi seperti pada tabel di bawah ini.
Gambar 3. Peragaan
dari
Hasil ini berlainan dengan peragaan secara konkret yang didemonstrasikan guru sehingga dibutuhkan peragaan pecahan senilai melalui papan pecahan. Dari peragaan ini peserta didik pun dapat mengetahui bahwa sama dengan dan senilai dengan . Tahapan selanjutnya tiap kelompok mengerjakan LKS. Pada LKS memuat 2 pertanyaan. Pertanyaan 1). Tunjukkan
Tabel 1: Pencapaian Siswa pada Aspek Pengetahuan NO. 1
NIS 49
2
50
3
51
4
52
5 6 7 8
54 56 57 91
NAMA SISWA
DELFIAN KAYOA JEFRIYANTO FALILA JETRI BOGA JULYA BOGA NADINE D. EBANG TASYA BUNGA WILIAM L.B. TELUSA DEOVOLENTIA A. BAWOLE JUMLAH RATA-RATA
NILAI 2
KKM
KET. Belum Tuntas
4
2,66 2,66
4
2,66
Tuntas
4
2,66
Tuntas
4
2,66
Tuntas
2
2,66
Belum Tuntas
4
2,66
Tuntas
4
2,66
Tuntas
28 3,5
Tuntas
Denny, Pembelajaran Bermakna pada Perkalian Pecahan, 85
Jika pencapaian siswa pada aspek pengetahuan seperti tampak pada tabel di
atas digambarkan dalam grafik maka akan tampak seperti Gambar 4 berikut.
4 3 Tuntas
2
KKM
1 0 1
2
3
4
5
6
7
8
Gambar 4: Grafik Ketuntasan Belajar Siswa pada Apek Pengetahuan
Sedangkan grafik persentase aspek pengetahuan terlihat seperti Gambar berikut.
Tuntas
Tidak Tuntas
25% 75%
Gambar 5: Grafik Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Aspek Pengetahuan
Untuk penilaian pada aspek sikap dan keterampilan dilaksanakan oleh guru disaat
proses pembelajaran berlangsung dengan hasil seperti di bawah ini!
Tabel 2: Pencapaian Siswa pada Aspek Sikap No. NIS NAMA SISWA
PREDIKAT
KKM -
KET.
1
49
DELFIAN KAYOA
C
B
Belum Tuntas
2
50
JEFRIYANTO FALILA
A
B-
Tuntas
A
-
Tuntas
-
Tuntas
-
Tuntas
-
Belum Tuntas
-
Tuntas
-
Tuntas
3 4 5 6 7 8
51 52 54 56 57 91
JETRI BOGA JULYA BOGA NADINE D. EBANG TASYA BUNGA WILIAM L.B. TELUSA DEOVOLENTIA A. BAWOLE JUMLAH RATA-RATA
A A C A A
B B B B B B
86, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
Tabel 3: Pencapaian Siswa pada Aspek Keterampilan No.
NIS
NAMA SISWA
1
91
DEOVOLENTIA A. BAWOLE
2
50
JEFRIYANTO FALILA
3
54
NADINE D. EBANG
4
49
DELFIAN KAYOA
5
51
JETRI BOGA
6
57
WILIAM L.B. TELUSA
7
56
TASYA BUNGA
8
92
JULYA BOGA
Nama Kelompok
PREDIKAT
KKM
KET.
1
A
B-
Tuntas
2
A
B-
Tuntas
3
B
B-
Tuntas
4
B
B-
Tuntas
JUMLAH
14
RATA-RATA
A-
Simpulan 1. Pembelajaran bermakna membudayakan siswa menyampaikan ide atau gagasannya dalam menyelesaikan masalah matematika,
DAFTAR RUJUKAN Subanji, 2011. Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif. Malang. UM Press. Subanji, 2011. Matematika Sekolah dan Pembelajarannya. J-TEQIP. Jurnal Peningkatan Kualitas Guru Tahun 2 Nomor 1: pp 9.
2. Pembelajaran bermakna dapat menanamkan konsep perkalian dua pecahan biasa pada peserta didik dengan baik. 3. Pembelajaran bermakna dapat mengkonstruksi pengetahuan siswa dengan baik.
Wingard Rebecca dan Nelson, 2005. Fractions and Decimals Made Easy. USA. Enslow Publishers, Inc.