0
PENGARUH PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA SWASTA BANDUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Rainal Mukhtar Drs. H. Sigalingging, M.Pd. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model Picture and Picture terhadap kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Swasta Bandung Tahun Pembelajaran 2014/2015. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Swasta Bandung Tahun Pembelajaran 2014/2015 yang berjumlah 36 orang yang terdiri dari 1 kelas. Maka ditetapkan 36 orang sebagai sampel penelitian. Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan model desain penelitian one group pretest-post-test. Instrumen yang digunakan adalah tes esai menulis cerpen. Nilai rata-rata pre-test adalah 61,11, sedangkan rata-rata post-test 75,63. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai tes pada post-test dengan menggunakan model picture and picture lebih tinggi daripada pre-test. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji t diperoleh thitung = 6.31, selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel pada taraf signifikan 5% dan 1% dengan df=36-1=35. Pada tabel “t” dengan df 35 diperoleh taraf signifikan 5% = 2,03 dan pada taraf signifikan 1% = 2.72, maka dapat diketahui t0> ttabel, yakni 2,03< 6.31 > 2.72. Dengan demikian H0 (hipotesis nihil) ditolak dan Ha (hipotesis alternatif) diterima. Hal ini berarti penerapan model picture and picture berpengaruh signifikan dalam meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Swasta Bandung Tahun Pembelajaran 2014/2015. Kata Kunci : Model Picture and Picture, Menulis Cerpen.
PENDAHULUAN Salah satu pengajaran bahasa Indonesia di SMA (Sekolah Menengah Atas) adalah siswa mampu menikmati, memahami dan memanfaatkan karya sastra dengan tujuan mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta
meningkatkan
berbahasa terdiri
kemampuan
berbahasa.
dari empat komponen
Kemampuan
(keterampilan)
yaitu kemampuan
menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
1
Dari kemampuan berbahasa tersebut, menulis merupakan salah satu keterampilan yang memiliki manfaat penting dalam kehidupan sehari-hari. Menulis merupakan kegiatan menuangkan buah pikiran kedalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh lengkap dan jelas, sehingga buah pikiran dikomunikasikan kepada pembaca dengan baik. Salah satu bentuk kegiatan menulis adalah menulis cerpen. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu menulis cerpen. Standar kompetensi menulis cerpen pada silabus Bahasa Indonesia kelas X yaitu mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain dalam cerpen berdasarkan pelaku, peristiwa, latar. Dalam kegiatan pembelajaran, menulis cerpen merupakan kompetensi menulis yang sudah ada dan dimulai dijenjang sekolah dasar. Siswa dapat mengungkapkan perasaan, ide dan gagasannya kepada orang lain melalui kegiatan menulis cerpen. Kemampuan menulis cerpen tidak secara otomatis dapat dikuasai oleh siswa melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur sehingga siswa akan lebih mudah berekspresi dalam kegiatan menulis. Sehubungan dengan itu kemampuan menulis cerpen harus ditingkatkan. Apabila kemampuan menulis tidak ditingkatkan, maka kemampuan siswa untuk mengungkapkan pikiran atau gagasan melalui bentuk tulisan akan semakin berkurang atau tidak berkembang. Harijanti (dalam Lumbanraja, 2011:26) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Menulis Berantai Terhadap Kemampuan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Pematangsiantar Tahun Pembelajaran 2012/2013” menyatakan bahwa: Hasil peserta didik dalam mata pelajaran bahasan menulis cerita pendek masih kurang sekitar 53% karena banyak yang belum memenuhi standar kelulusan minimal. Hal ini terjadi karena adanya anggapan bahwa kemampuan menulis sastra dianggap kurang penting dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Rendahnya kegiatan menulis cerpen didukung penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2011:2) dalam jurnal yang berjudul “Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Bermain Imajinasi dan Mind Map pada Siswa Kelas X SMA Smart Ekselensia Indonesia” mengatakan bahwa: Hasil analisis data dalam kemampuan menulis cerpen masih
2
kurang memenuhi nilai yang memuaskan. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kemampuan menulis cerpen siswa adalah 68,5. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis cerpen masih perlu ditingkatkan. Dalam pembelajaran menulis cerpen dapat diciptakan oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran yang efektif. Istarani (2012:1) mengemukakan “Model pembelajaran merupakan seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar”. Salah satu model yaitu picture and picture. Penggunaan model tersebut dalam penelitian Mundziroh, dkk dalam jurnal UNS (Universitas Sebelas Maret) sangat efektif dalam pembelajaran menulis cerpen. Model Picture and Picture membantu siswa dalam menuangkan ide/gagasan dan kosa-kata sehingga mampu menulis cerpen dengan baik. Selain itu model ini juga dapat meningkatkan minat dan motivasi mereka dalam mengikuti pembelajaran menulis. Terbukti dengan banyaknya siswa yang aktif yaitu berinisiatif, aktif bertanya dan menjawab serta ketepatan waktu dalam mengerjakan tugas. Meningkatnya hasil yang diperoleh siswa dalam menulis cerpen ini karena dalam KBM, siswa dapat mencerna maksud dari gambar yang sudah disediakan oleh guru dan kemudian menyusun gambar secara logis. Siswa berkonsentrasi terhadap gambar agar mendapatkan ide atau gagasan-gagasan yang akan dituangkan dalam menulis cerpen. Sependapat dengan Mundziroh, Shoimin (2014:123) mengemukakan bahwa gambar sangat penting digunakan untuk memperjelas pengertian. Melalui gambar, siswa mengetahui hal-hal yang belum pernah dilihatnya. Gambar dapat membantu guru mencapai tujuan intruksional karena selain merupakan media yang murah dan mudah diperoleh, juga dapat meningkatkan keaktifan siswa. Selain itu, pengetahuan dan pemahaman siswa menjadi lebih luas, jelas, dan tidak mudah dilupakan. Suprijono (dalam Huda, 2009:236) Picture and picture merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Gambar-
3
gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sebelum proses pembelajaran, terlebih dahulu menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Penerapan model picture and picture ini mampu membantu siswa dalam menuangkan ide/gagasan dan kosa kata sehingga mampu menulis cerpen dengan baik. Selain itu juga dapat meningkatkan minat dan motivasi mereka dalam mengikuti pembelajaran menulis serta meningkatkan keaktifan siswa selama pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini terdapat tiga hal. (1) Siswa sulit menuangkan ide/gagasan dan kosa kata yang ada dipikirannya kedalam tulisan, sehingga menghambat kreativitas mereka dalam menulis. (2) Kemampuan menulis cerpen yang masih rendah terlihat kurangnya latihan dan praktik. (3) Model pembelajaran yang dipakai guru kurang efektif pada saat pembelajaran menulis cerpen. Dari masalah yang telah dikemukakan di atas, maka perlu suatu solusi untuk mengatasinya. Adapun solusi yang ditawarkan adalah penggunaan model picture
and
picture
yaitu
guru
menggunakan
gambar
dalam
proses
pembelajaraannya untuk menyampaikan materi sehingga siswa menemukan sendiri konsep materi yang mereka pelajari. Model ini dinilai dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen.
Maka rumusan masalah dalam penelitian ini
terdapat tiga hal. (1) Bagaimana kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas X SMA Swasta Bandung Tahun Pembelajaran 2014/2015 sebelum penerapan model picture and picture ? (2) Bagaimana kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas X SMA Swasta Bandung Tahun Pembelajaran 2014/2015 sesudah penerapan model picture and picture ?
4
(3) Adakah pengaruh penerapan model picture and picture terhadap kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Swasta Bandung Tahun Pembelajaran 2014/2015 ? Tujuan Penelitian yang diharapkan dapat tercapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. untuk mengetahui kemampuan hasil belajar siswa sebelum menggunakan model picture and picture terhadap kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Swasta Bandung Tahun Pembelajaran 2014/2015; 2. untuk mengetahui kemampuan hasil belajar siswa sesudah menggunakan model picture and picture terhadap kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Swasta Bandung Tahun Pembelajaran 2014/2015; 3. untuk mengetahui adanya pengaruh model picture and picture terhadap kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Swasta Bandung Tahun Pembelajaran 2014/2015. Model picture and picture merupakan suatu rangkaian penyampaian materi ajar dengan menunjukkan gambar-gambar konkrit kepada siswa sehingga siswa dapat memahami secara jelas tentang makna hakiki dari materi ajar yang disampaikan kepadanya. Bahan utama dari penggunaan model picture and picture adalah gambar-gambar yang menyangkut materi pembelajaran. Tanpa ada gambar, tidak mungkin bisa dilakukan proses belajar mengajar dengan menggunakan model picture and picture. Dengan demikian yang memandu guru dalam penyampaian materi ajar kepada siswa adalah gambar-gambar. Segala jenis dan bentuk uraian yang dilakukan guru berangkat dari gambar-gambar yang ada. Dari gambar, guru menjelaskan seluas-luasnya materi ajar kepada siswa. Dengan kata lain, tuntutan guru dalam mengajar model pembelajaran picture and picture adalah gambar. Shoimin (2014:123) Adapun langkah-langkah model picture and picture adalah sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi kompetensi dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian
5
maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik. 2) Menyajikan materi sebagai pengantar Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari. 3) Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar atau kegiatan berkaitan dengan materi Dalam proses pemberian materi, guru mengajak siswa untuk ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukkan oleh guru atau temannya. Dalam pelajaran bahasa Indonesia siswa dapat menceritakan kronologi, jalan cerita atau maksud dari gambar yang ditunjukkan. 4) Guru menunjuk / memanggil peserta didik secara bergantian untuk memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukkan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau dimodifikasi. 5) Guru menanyakan alasan / dasar pemikiran urutan gambar tersebut Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indikator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
6
6) Dari alasan / urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan. 7) Kesimpulan / rangkuman Dalam akhir proses pembelajaran, guru dan siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari.
METODE PENELITIAN Metode Penelitian adalah suatu cara untuk mencari kebenaran dengan mengumpulkan data yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Sugiyono (2008:2) menyatakan, “metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data, dengan demikian metode penelitian adalah suatu cara untuk mencapai kebenaran dengan mengumpulkan data yang diperlukan guna mencapai tujuan”. Pemilihan suatu metode tertentu harus disesuaikan dengan tujuan penelitian, yakni untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan model Picture and Picture . Sesuai dengan tujuan tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain penelitian one group pre-testpost-test. Desain penelitian eksperimen ini adalah desain one group pre-test- posttest. Emzir (2014:96) berpendapat bahwa, “Desain one group pre-test-post-test yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok, kita dapat membandingkan hasil variabel terikat yang kita teliti pada siswa sebelum dan sesudah perlakuan yang kita ambil sebagai jalan keluarnya”. Desain dengan model ini memberikan perlakuan yang sama pada setiap subjek tanpa memperhitungkan
dasar
kemampuan
yang
dimiliki.
Meskipun
terdapat
kemungkinan masing-masing subjek sampel memiliki kemampuan yang berbedabeda. Kesimpulannya, siswa yang menjadi sampel akan mendapat hal yang sama,
7
yaitu tes awal (pre-test), perlakuan dengan model Picture and Picture dalam pembelajaran menulis cerita pendek, dan terakhir (post-test). Data yang diperoleh dari hasil tes awal dan tes sesudah perlakuan, selanjutnya dianalisis secara statistik dengan langkah-langkah analisis yaitu data hasil tes disusun dalam bentuk tabel, menentukan nilai rata-rata dan simpangan baku dari kedua data sampel, menghitung uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. Setelah t diketahui maka nilai tersebut akan dikonsultasikan dengan tabel pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk) = n-1 pada taraf nyata α = 0,05 . Dengan demikian, jika thitung < ttabel pada taraf nyata α = 0,05 maka hipotesis ditolak dan sebaliknya jika thitung > ttabel pada taraf nyata α = 0,05 maka hipotesis diterima.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Hasil Penelitian a. Kemampuan Menulis Cerpen Sebelum Penerapan Model Picture and Picture Diperoleh nilai rata-rata atau Mean sebesar 61,11 Standar Deviasi sebesar 9,22 dan Standar Error sebesar 1,56. Data pre-test dapat dikategorikan menjadi empat kategori yaitu baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. kemampuan menulis cerpen tanpa menggunakan model picture and picture termasuk dalam empat kategori, yaitu kategori baik sebanyak 6 orang atau 16.66%, kategori cukup sebanyak 19 orang atau 52.77%, kategori kurang sebanyak 6 orang atau 16,66%, dan kategori sangat kurang sebanyak 5 orang atau13.88%. b. Kemampuan Menulis Cerpen Sesudah Penerapan Model Picture and Picture Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh nilai rata-rata atau Mean sebesar 75,63. Standar Deviasi sebesar 10.07 dan Standar Error sebesar 1.70. Data posttest dapat dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu sangat baik, baik, dan cukup. Kemampuan menulis cerpen dengan menggunakan model Picture and Picture termasuk dalam tiga kategori, yaitu kategori sangat baik sebanyak 8 orang atau 22.22%, baik sebanyak 17 orang atau 47.22%, dan cukup sebanyak 11 orang atau 30.55%.
8
c. Pengaruh Penerapan Model Picture and Picture Terhadap Kemampuan Menulis Cerpen Cerpen Dari hasil uji normalitas, data pre-test diketahui Lhitung sebesar 0.1281 dengan menggunakan α = 0,05, dan N = 36, serta nilai kritis melalui uji Liliefors diperoleh Ltabel sebesar 0,147. Dengan demikian, Lhitung < Ltabel yaitu 0.1281 < 0.147 dan hal ini membuktikan bahwa data pre-test berdistribusi normal. Sedangkan data post-test diketahui Lhitung sebesar 0.1289 dengan menggunakan α = 0,05, dan N = 36, serta nilai kritis melalui uji Liliefors diperoleh Ltabel sebesar 0,147. Dengan demikian, Lhitung < Ltabel yaitu 0.1289 < 0.147 dan hal ini membuktikan bahwa data post-test berdistribusi normal. Dari hasil uji homogenitas diperoleh Fhitung = 1.19 dengan dk pembilang dan penyebut 36 dari tabel distribusi F untuk α = 0.05 diperoleh Ftabel untuk dk pembilang dan penyebut 36 yaitu Ftabel = 1,78 Jadi, Fhitung < Ftabel yakni 1.19 < 1.78. Hal ini membuktikan bahwa sampel bersal dari kelompok yang homogen. Hasil uji hipotesis juga menunjukkan bahwa Model picture and picture berpengaruh positif dalam meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Swasta Bandung tahun pembelajaran 2014/2015. Dikonsultasikan t0 dengan tabel t taraf signifikan 5% dengan df = N-1 = 36 – 1 = 35 diperoleh taraf signifikan 5% = 2,03. Karena t0 diperoleh lebih besar dari ttabel yaitu 6.31 > 2.03, maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan atas penggunaan model picture and picture terhadap kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Swasta Bandung Tahun Pembelajaran 2014/2015. Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata siswa yang mendapat perlakuan model picture and picture lebih tinggi dibandingkan yang belum mendapat perlakuan. Maka secara keseluruhan, pengajaran dengan penerapkan model picture and picture memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil menulis cerpen siswa kelas X SMA Swasta Bandung Tahun Pembelajaran 2014/2015.
9
Pembahasan Hasil Penelitian 1. Kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas X SMA Swasta Bandung Tahun Pembelajaran 2014/2015 sebelum penerapan model pembelajaran picture and picture Berdasarkan indikator penilaian menulis cerpen siswa yang telah dibahas sebelumnya, hasil belajar menulis cerpen siswa sebelum menggunakan model Picture and Picture berada dalam kategori cukup dengan nilai rata-rata 61.11. Indikator penilaian menulis cerpen dibawah ini: a. Tema Dari hasil penelitian, pemaparan tema terlihat dalam karakter tokoh, peristiwa, latar dengan skor 3 sebanyak 10 siswa atau 27.77%, skor 2 sebanyak 24 siswa atau 66.66%, dan skor 1 sebanyak 2 siswa atau 5.55%. b. Tokoh Dari hasil penelitian, Tokoh harus memiliki karakter sesuai dengan latar belakang kehidupannya, ciri fisik, usia dengan skor 3 sebanyak 2 siswa atau 5.55%, dengan skor 2 sebanyak 23 siswa atau 63.88%, dan skor 1 sebanyak 11 siswa atau 30.55%. c. Peristiwa Dari hasil penelitian, peristiwa dalam cerpen tergambar bersamaan dengan suasana hati tokoh, latar, dan mendukung tema yang mendapat skor 3 sebanyak 3 siswa atau 8.33%, dengan skor 2 sebanyak 18 siswa atau 50%, dan skor 1 sebanyak 15 siswa atau 41.66%. d. Latar Dari hasil penelitian diketahui, terdapat latar tempat, waktu, lingkungan sosial yang bisa digambarkan dengan dialog, yang mendapat skor 3 sebanyak 8 siswa atau 22.22%, dengan skor 2 sebanyak 25 siswa atau 69.44%, dan skor 1 sebanyak 3 siswa atau 8.33%. e. Organisasi Dari hasil penelitian, tidak terdapat kesalahan tanda baca, huruf kapital, pembendaharaan kata luas, yang mendapat skor 3 sebanyak 0 siswa atau 0%,
10
dengan skor 2 sebanyak 16 siswa atau 44.44%, dan skor 1 sebanyak 20 siswa atau 55.55%.
2. Kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas X SMA Swasta Bandung Tahun Pembelajaran 2014/2015 sesudah menggunakan model pembelajaran picture and picture Berdasarkan indikator penilaian menulis cerpen siswa yang telah dibahas sebelumnya, hasil belajar menulis cerpen siswa setelah menggunakan model Picture and Picture berada dalam kategori baik dengan nilai rata-rata 75,63. Indikator penilaian menulis cerpen dibawah ini: a. Tema Dari hasil penelitian diketahui, pemaparan tema terlihat dalam karakter tokoh, peristiwa, latar, yang mendapat skor 3 sebanyak 28 siswa atau 77.77%, skor 2 sebanyak 8 siswa atau 22.22%, dan dengan skor 1 sebanyak 0 siswa atau 0%. b. Tokoh Dari hasil penelitian diketahui, tokoh memiliki karakter sesuai dengan latar belakang kehidupannya, ciri fisik, usia yang mendapat skor 3 sebanyak 10 siswa atau 27.77%, skor 2 sebanyak 22 siswa atau 61.11%, skor 1 sebanyak 4 siswa atau 11.11%. c. Peristiwa Dari hasil penelitian diketahui, peristiwa dalam cerpen tergambar bersamaan dengan suasana hati tokoh, latar, dan mendukung tema, yang mendapat skor 3 sebanyak 11 siswa atau 30.55%, skor 2 sebanyak 25 siswa atau 69.44%, dan dengan skor 1 sebanyak 0 siswa atau 0%. d. Latar Dari hasil penelitian diketahui, terdapat latar tempat, waktu, dan lingkungan sosial yang bisa digambarkan dengan dialog, yang mendapatkan skor 3 sebanyak 9 siswa atau 25%, skor 2 sebanyak 27 siswa atau 75%, dan skor 1 sebanyak 0 siswa atau 0%.
11
e. Organisasi Dari hasil penelitian diketahui, tidak terdapat kesalahan tanda baca, huruf kapital, pembendaharaan kata luas pada cerpen, yang mendapat skor 3 sebanyak 6 siswa atau 16.66%, skor 2 sebanyak 20 siswa atau 55.55%, dan skor 1 sebanyak 10 siswa atau 27.77%.
3. Pengaruh penerapan model picture and picture terhadap kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Swasta Bandung Tahun Pembelajaran 2014/2015 Berdasarkan data di atas, terlihat bagaimana kemampuan menulis cerpen siswa pada tahap pre-test dan post-test. Dengan demikian, model picture and picture berpengaruh ketika digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen karena siswa terbantu dalam menuangkan apa yang ada dipikirannya kedalam tulisan. Setelah melaksanakan penelitian dan analisis data pada tahap pre-test dan post-test, diperoleh hasil penelitian bahwa kemampuan menulis cerpen tanpa menggunakan model picture and picture menunjukkan nilai rata-rata 61.11 (kategori cukup), sedangkan pada tahap post-test yaitu dengan menggunakan model picture and picture menunjukkan nilai rata-rata 75,63 (kategori baik). Adanya perbedaan nilai yang diperoleh pada tahap pre-test dan post-test disebabkan oleh model pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran yang digunakan pada tahap post-test ternyata mampu membantu siswa dalam menulis cerpen. Dalam prosesnya, model picture and picture menggunakan gambar dalam proses pembelajarannya untuk menyampaikan materi sehingga siswa menemukan sendiri konsep materi yang mereka pelajari. Melalui kegiatan dalam model picture and picture di atas, tentulah siswa akan lebih aktif, tertarik dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran ini. siswa akan lebih mampu menuangkan apa yang ada dipikirannya kedalam tulisan. Dari berbagai kegiatan pengujian data pre-test dan post-test, yaitu uji normlitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis diperoleh hasil bahwa hipotesis Ha diterima. Dari hasil uji normalitas, data pre-test diketahui Lhitung sebesar 0.1281 dengan menggunakan α = 0,05, dan N = 36, serta nilai kritis melalui uji Liliefors
12
diperoleh Ltabel sebesar 0,147. Dengan demikian, Lhitung < Ltabel yaitu 0.1281 < 0.147 dan hal ini membuktikan bahwa data pre-test berdistribusi normal. Sedangkan data post-test diketahui Lhitung sebesar 0.1289 dengan menggunakan α = 0,05, dan N = 36, serta nilai kritis melalui uji Liliefors diperoleh Ltabel sebesar 0,147. Dengan demikian, Lhitung < Ltabel yaitu 0.1289 < 0.147 dan hal ini membuktikan bahwa data post-test berdistribusi normal. Dari hasil uji homogenitas diperoleh Fhitung = 1.19 dengan dk pembilang dan penyebut 36 dari tabel distribusi F untuk α = 0.05 diperoleh Ftabel untuk dk pembilang dan penyebut 36 yaitu Ftabel = 1,78 Jadi, Fhitung < Ftabel yakni 1.19 < 1.78. Hal ini membuktikan bahwa sampel bersal dari kelompok yang homogen. Hasil uji hipotesis juga menunjukkan bahwa Model picture and picture berpengaruh positif dalam meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Swasta Bandung tahun pembelajaran 2014/2015. Dikonsultasikan t0 dengan tabel t taraf signifikan 5% dengan df = N-1 = 36 – 1 = 35 diperoleh taraf signifikan 5% = 2,03. Karena t0 diperoleh lebih besar dari ttabel yaitu 6.31 > 2.03, maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan atas penggunaan model picture and picture terhadap kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Swasta Bandung Tahun Pembelajaran 2014/2015. Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata siswa yang mendapat perlakuan model picture and picture lebih tinggi dibandingkan yang belum mendapat perlakuan. Maka secara keseluruhan, pengajaran dengan penerapkan model picture and picture memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil menulis cerpen siswa kelas X SMA Swasta Bandung Tahun Pembelajaran 2014/2015.
PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pengujian hipotesis tentang pengaruh penerapan model picture and picture terhadap kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Swasta Bandung, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
13
Kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Swasta Bandung Tahun Pembelajaran 2014/2015 sebelum penerapan model picture and picture berada pada kategori cukup. Hal ini terlihat pada nilai rata-rata 61,11, dengan standar deviasi 9,22 dengan perolehan nilai tertinggi 80 dan terendah 46. Kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Swasta Bandung Tahun Pembelajaran 2014/2015 sesudah penerapan model picture and picture berada pada kategori baik. Hal ini terlihat pada nilai rata-rata 75,63, dengan standar deviasi 10.07 dengan perolehan nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 60. Kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Swasta Bandung Tahun Pembelajaran 2014/2015 memiliki pengaruh yang signifakan. Ini terbukti dari pengujian hipotesis, Karena t0 diperoleh lebih besar dari ttabel yaitu 6.31 > 2,03, maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.
DAFTAR PUSTAKA Emzir. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rajawali Press.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Istarani, 2012. 58 model pembelajaran Inovatif. Media Persada. Lumbanraja, Riani.2013. “Pengaruh Teknik Menulis Berantai Terhadap Kemampuan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Pematangsiantar Tahun Pembelajaran 2012/2013”. Mundziroh, Siti. 2012. “ Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita dengan Menggunakan Metode Picture and Picture pada Siswa Sekolah Dasar.Surakarta: FKIP UNS. Nurhayati. 2011. “ Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerita Pendek dengan Bermain Imajinasi dan Mind Map pada Siswa Kelas X SMA Smart Ekselensia Indonesia”. Jakarta: Dalam Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/2011.
14
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
15