MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA NYARING ASPEK PENGUCAPAN DENGAN METODE STRESSING AND INTONATION DRILLING DI KELAS VIII F TAHUN PELAJARAN 20014/2015 Emi Farida SMP Negeri 7 Purwokerto
[email protected] Abstrak Pengucapan (pronunciation) adalah salah satu unsur bahasa yang sangat penting dalam komunikasi lisan karena pengucapan yang benar memberi kejelasan makna. Penelitian tindakan kelas berjudul ―Meningkatkan Kemampuan Membaca Nyaring Aspek Pengucapan dengan Menerapkan Metode Stressing and Intonation Drilling bertujuan untuk menggambarkan penerapan metode Stressing and Intonation Drilling untuk meningkatkan keterampilan membaca nyaring aspek pengucapan, untuk menggambarkan perubahan perilaku saat proses pembelajaran yang menerapkan metode stressing and intonation drilling dan menggambarkan peningkatan membaca nyaring setelah penerapan metode tersebut. Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII F SMPN 7 Purwokerto. Data diperoleh berbentuk kuantitatif yang diambil dari tes dan data kualitatif diperoleh dari pengamatan dan catatan pribadi guru. Penelitian dilaksanakan selama tiga siklus. Setiap siklus dilakukan melalui lima tahapan pembelajaran yaitu mengamati, bertanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan. Metode stressing and intonation drilling diterapkan disetiap siklus dengan materi pembelajaran yang berbeda-beda. Hasil penelitian menunjukkan ada perubahan positif terhadap perilaku siswa di setiap siklus.Perubahan perilaku yang diamati adalah sikap disiplin, kerjasama, dan kepercayaan diri. Peningkatan kemampuan membaca aspek pengucapan dapat dilihat dari peningkatan skor yang diperoleh peserta didik. Pada siklus pertama skor rata-rata yang diperoleh adalah 61 dengan prosentase peningkatan sebesar 11,4%, pada siklus ke-2 skor rata-rata menjadi 72 dan prosentase peningkatannya sebesar 15,7%. Sedangkan pada siklus ke-3 diperoleh skor rata-rata sebesar 74 dan prosentase penigkatan sebesar 2,85%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa metode stressing and intonation drilling dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran membaca nyaring aspek pengucapan. Kata kunci: Aspek Pengucapan pada Membaca Nyaring, Metode Stressing and Intonation Drilling, Proses Pembelajaran Membaca Nyaring
PENDAHULUAN Tujuan pembelajaran bahasa adalah untuk menguasai bahasa yang dipelajari agar dapat digunakan dalam berkomunikasi. Sebuah komunikasi akan berjalan dengan lancar jika masingmasing pihak berkomunikasi dapat menyampaikan ucapan dengan jelas dan bermakna. Kebermaknaan sebuah ucapan ditentukan oleh unsur-unsur bahasa seperti fonologi, kosakata, tata bahasa, dan wacana. Menurut Brown (2001: 68) salah satu masalah penting dalam pembelajaran bahasa untuk berkomunikasi adalah unsur kelancaran (fluency) dan keakuratan (accuracy). Meskipun aspek pengucapan merupakan salah satu penentu kemampuan komunikasi lengkap, aspek ini jarang diperhatikan dan dinilai secara serius oleh para pendidik bahasa terutama di sekolah menengah yang mengutamakan pelajaran menghadapi ujian nasional. Kalaupun membelajarkan kemampuan berbicara, kegiatan belajar cenderung bertujuan agar peserta didik hapal teks percakapan atau esai sederhana untuk dihapalkan yang cenderung menghasilkan produk komunikasi tak bermakna. Karena aspek pengucapan sangat penting untuk mendukung kebermaknaan dalam komunikasi, aspek ini harus dibelajarkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan sesuai saran Brown adalah dengan drilling. Drilling merupakan bagian logis (legitimate) kelas bahasa komunikatif karena
90
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN drillmemberikan kesempatan peserta didik untuk mendengarkan dan mengulang secara lisan bagianbagian bahasa tertentu yang sulit secara kebahasaan baik aspek tata bahasa maupun fonologi LANDASAN TEORI DAN METODE Pengucapan atau pronunciation menurut Jones (2002:175) merupakan bentuk komponen sebuah pelajaran yang juga dikenal sebagai fonologi. Pelajaran ini mencakup peran suara individu dan segmen-segmen suara seperti pada tingkat segmental serta unsur-unsur suprasegmental seperti tekanan (stress), irama (rhytmn), dan intonasi (intonation). Materi yang diajarkan pada pembelajaran pronunciation berkaitan dengan produksi suara; perbedaan suara dan kemampuan menghasilkannya. Beare (2014) menyatakan untuk meningkatkan kemampuan keterampilan pengucapan Bahasa Inggris secara menyeluruh pembelajar harus memahami dan mempraktekan jenis-jenis tekanan umum (commom stress) dan intonasi (intonation) yang berbeda. Menurutnya, memusatkan pada kualitas 'tekanan' dengan mengucapkan per-kata dengan benar akan membuat siswa cenderung mengucapkan dengan cara yang tidak alami. Tujuan utama pembelajaran pengucapan menurut Brown (2001:284) ucapan yang bebas-aksen yang tidak dapat dibedakan dari penutur asli. Sedangkan tujuan guru pengucapan bahasa Inggris adalah lebih realistis dalam memusatkan pada pengucapan yang jelas dan dapat dipahami. Dari tujuan tersebut pendekatan yang lebih sesuai dengan tujuan pengajaran pengucapan menurut Brown adalah pendekatan top-down. Pendekatan ini digunakan dalam memprioritaskan pada unsur-unsur yang paling relevan dengan pengucapan yaitu tekanan (stress), irama (rythm), dan intonasi (intonation Menurut Jones (2002:180), metode terlama yang digunakan dalam pembelajaran pengucapan adalah imitation drills (latihan peniruan) dan membaca nyaring (reading aloud). Latihan (drilling), menurut Brown (2001: 272), adalah bagian sah dari kelas bahasa komunikatif untuk mengajarkan pengucapan dan tata bahasa. Metode ini dilakukan dengan memberikan latihan-latihan membaca atau mengucapkan kalimat dengan logat yang baik di muka umum (elocution). Latihan-latihan tersebut dilakuan secara berulangulang. Sebuah pelajaran akan masuk ke otak hanya karena pengulangan (DePorter, 2012:216). Pengulangan merupakan salah satu kegiatan berlatih secara berulang-ulang dalam mempelajari sesuatu. Kegiatan pembelajaran pengucapan dalam penelitian ini mengadopsi dari kegiatan pembelajaran pengucapan yang dilakukan oleh Keanneth Beaner (2014) yaitu . 1. Siswa membaca contoh kalimat dengan keras. Membaca setiap kata pertama kali dengan hatihati lalu membaca kedua kali dengan speech yang natural. 2. Minta siswa membaca tampak lebih natural dan mengapa lebih natural. 3. Gunakan ide yang dialami siswa, jelaskan ide bahasa Inggris sebagai bahasa yang ditentukan oleh tekanan. Ajak siswa memperhatikan perbedaan antara bahasa ibu dan bahasa Inggris agar tumbuh peningkatan kesadaran perbedaannya. 4. Bahas perbedaan kata-kata yang ditekan dan dan kata-kata yang tidak ditekan (misalnya; kata kerja utama ditekan, kata kerja bantu tidak). 5. Tulis dua kalimat ini di papan tulis.Garis bawahi kata-kata yang ditekan di kedua kalimat. Minta siswa mencoba membaca keras. Jelaskan setiap kalimat tampak hampir sama panjang dalam penentuan tekanannya. 8. Kelilingi ruang kelas sambil meminta siswa membaca kalimat dengan nyaring setelah mereka memutuskan kata-kata yang mana yang seharusnya menerima tekanan. Selain mengadopsi dari kegiatan pembelajaran pengucapan yang dilakukan Beaner, peneliti juga mengadopsi dari ide-ide Brown terkait latihan (drilling) yaitu Listening for Pitch Changes (2001:285). Teknik ini dilakukan dengan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 91
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN 1. Merekam percakapan sebuah dialog dan memainkannya di depan peserta didik. Sebelumnya guru membangun peserta didik, setting, dan event dengan menanyakan pada peserta didik siapa, apa pekerjaan orang-orang yang berbicara dalam dialog yang diperdengarkan. Contoh: He : Ready? She : No. He : Why? She : Problems. He : Problems? She : Yes. He : What? She : Babysitter. 2. Setelah siswa menebak apa yang sedang terjadi dalam dialog, guru memutar rekaman kembali sekaligus menunjukkan transkrip percakapan yang diperdengarkan di papan tulis atau layar LCD kemudian guru meminta peserta didik menentukan apakah suara pembicara dalam asing-masing ucapan (utterance) tersebut berakhir dengan nada naik (rising) atau turun (falling). Simbol naik atau turun suatu ungkapan di tandai dengan tanda panah naik dan turun. 3. Mintalah peserta didik untuk menjelaskan makna dari masing-masing ucapan dan selanjutnya diperjelas pemahaman bahwa perubahan nada mengindikasikan perubahan makna. Misalnya, "Ready?" dengan nada naik berarti "Are you ready?" tetapi ucapan "Ready." dengan nada turun berarti "I am ready." Metode pembelajaran membaca yang memusatkan pada keterampilan membaca unsur pengucapan di atas sejalan dengan pendapat Downing (1979) dalam Stahl & Miller (2006) bahwa langkah-langkah pemerolehan keterampilan membaca melalui tiga tahap yaitu fase kognitif, yaitu anak menjadi aware terhadap tugas-tugas yang diperlukan untuk menjadi pembaca ahli, kedua fase penguasaan (mastering) dimana keahlian dipraktekkan sampai tercapai penguasaannya, dan ketiga fase automaticity, yaitu siswa mempraktekkan sampai keterampilan tersebut dikuasai secara otomatis. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode stressing and intonation drilling cocok untuk mengatasi permasalahan keterampilan membaca nyaring aspek pengucapan sehingga dapat dirumuskan masalah; 1) Bagaimanakah penerapan proses pembelajaran dengan metode Stressing and Intonation Drilling untuk meningkatan kemampuan membaca nyaring aspek pengucapan?, 2) Bagaimanakah perubahan perilaku siswa pada peningkatan kemampuan membaca nyaring aspek pengucapan dengan penerapan metode Stressing and Intonation Drilling?, dan 3) Bagaimanakah peningkatan kemampuan membaca nyaring aspek pengucapan siswa setelah penerapan metode Stressing and Intonation Drilling? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembelajaran dengan metode stressing and intonasionn drilling, mengetahui perubahan perilaku siswa pada pembelajaran membaca nyaring dengan metode tersebut serta untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca nyaring aspek pengucapan dengan metode stressing and intonation drilling. Penelitian dilaksanakan di kelas VIII F SMP Negeri 7 Purwokerto, yakni pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 selama 5 bulan yaitu pada bulan Agustus 2015 sampai dengan Desember 2015. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII F yang berjumlah 33 siswa. Data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian berasal dari nara sumber yaitu siswa kelas VIII F, teman sejawat, kegiatan pembelajaran, arsip dan dokumen, serta hasil pengamatan dan catatan guru. Pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, catatan guru, dan tes. Observasi dan catatan guru dilakukan untuk mengetahui persiapan, perhatian, keaktifan siswa dalam pembelajaran menggunakan metode stressing and intonation drilling. Tes digunakan untuk mengetahuan peningkatan kemampuan membaca aspek pengucapan. Pemberian tes dilakukan pada setiap akhir pertemuan di tiap siklus. Tes yang diberikan berupa tes unjuk kerja membaca nyaring. Prosedur penelitian terdiri atas tiga siklus 92
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Proses pembelajaran keterampilan membaca nyaring aspek pengucapan pada setiap siklusdilaksanakan melalui beberapa tiga tahap pembelajaran, yaitu tahap pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan inti mengikuti langkah-langkah pembelajaran scientific yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Kegiatan mengamati dilaksanakan dengan mengamati dan menyimak dialog dari gambar-gambaryang mengekspresikan kemampuan. Kegiatan menanya menstimulasi siswa untukbertanya mengenai ungkapan, makna kosakata, pelaku-pelaku yang terlibat dalam dialog, serta cara membacayang benar. Kegiatan mengumpulkan informasi, peserta didik dimintamenyimak kembali dan menirukan pengucapan dialog dan memperhatikan penjelasan guru mengenai ucapan, tekanan, dan intonasi suatu kata, frase, kalimat, dilanjutkan dengan kegiatan membaca nyaring dengan mendengar dan mengulang ungkapan yang dibacakan guru. Kegiatan mengasosiasikan, guru menampilkan suatu ungkapan di papan tulis yang diambil dari buku dan meminta siswa mengidentifikasi pengucapan dan tekanan kata atau frase dan intonasi kalimat yang benar. Di tahap mengkomunikasikan, perwakilan siswa dalam salah satu kelompok maju ke depan kelas untuk untuk menampilkan kemampuannya membaca nyaring. Siswa dari kelompok lain membandingkan bacaan dari kelompok lain dan memberi apresiasi atas bacaan dari kelompok lain. Pembelajaran diakhiri dengan kegiatan penutup dengan memandu siswa melakukan refleksi. Setiap pergantian siklus dilakukan perbaikan skenario pembelajaran berdasarkan hasil refleksi tanpa merubah metode dan tahapan pembelajaran. Dari pengamatan selama proses pembelajaran diketahui adanya perubahan perilaku positif siswa di setiap siklus. Perilaku positif yang ditekankan adalah disiplin, kerjasama, dan percaya diri. Dari 3 siklus pembelajaran diketahui bahwa Kedisiplinan peserta didik meningkat dengan baik sesuai kriteria; tertib dalam mengerjakan tugas dan mengikuti pembelajaran, mengikuti praktek sesuai petunjuk dan menyelesaikan tugas pada waktunya. Sikap kerjasama juga meningkat di setiap siklus yang ditandai dengan peserta didik mau berbagi dengan teman sejawat, mau berkomunikasi, meminjam, membantu, berperan aktif dalam diskusi yang ditunjukkan dengan sikap mau berkomunikasi, bertanya, menjawab, menjelaskan, memberitahu, atau membaca secara bersama-sama atau bergantian sesuai kesepakatan, serta bekerjasama memecahkan masalah. Perilaku percaya diri peserta didik dideskripsikan dengan kriteria peserta didik mau bertanya baik pada saat kegiatan menanya, selama berdiskusi, dan bertanya maupun mengomentari, dan mau praktek membaca nyaring ketika di depan kelas atau di depan guru tidak terlihat ragu-ragu bahkan mereka berebut untuk membaca di depan kelas. Terjadi peningkatan kemampuan membaca aspek pengucapan pada setiap siklus. Hasil observasi pada kondisi awal keterampilan pengucapan masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai prasiklus yang diperoleh siswa yang rata-rata hanya sebesar 53 dan tidak ada siswa berkategori tuntas. Pada siklus I terjadi peningkatan rata-rata menjadi sebesar 61 dengan prosentase tuntas 6%. Peningkatan rata-rata pada siklus II sebesar 72 dengan ketuntasan sebesar 94%. Pada siklus III terjadi peningkatan rata-rata sebesar 74 dengan ketuntasan 100%. Hasil peningkatan kemampuan pengucapan di setiap siklus ditunjukkan dalam tabel dan diagram rekapitulasi sebagai berikut.
93
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN Tabel Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Membaca Nyaring Aspek Pengucapan dengan Metode Stressing and Intonation Drilling Siklus Jumlah Prosentas RataPeningkatan Siswa e Tuntas Rata Tuntas Siklus IProsentase Prasiklus (%) Siklus II - I Siklus III – II Prasiklus 0 0% 53 I 2 6% 61 8 11,4% II 31 94% 72 11 15,7% III 33 100% 74 2 2,85% Grafik Peningkatan Kemampuan Membaca Nyaring Aspek Pengucapan dengan Metode Stressing and Intonation Drilling
80 Prasiklus
60
Siklus 1
40
Siklus 2
20
Siklus 3
0 Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring Aspek Pengucapan
Berdasarkan Tabel dan Grafik di atas dapat diketahui hasil tes keterampilan membaca nyaring dengan metode stressing and intonation drilling mengalami peningkatan dari pra-siklus ke siklus I sebesar 8 atau 11,4%, yaitu dari nilai rata-rata kelas pada prasiklus sebesar sebesar 53 menjadi sebesar 61 pada siklus I. Peningkatan juga terjadi dari siklus II sebesar 11 atau 15,7%, yaitu dari nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 61 menjadi sebesar 72 pada siklus II. Pada siklus II, peningkatan terjadi sebesar 2 atau 2,85%, yaitu dari nilai rata-rata pada siklus II sebesar 72 menjadi 74 pada siklus III. SIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa metode stressing and intonation drilling yang diterapkan dengan terarah, menarik, dan terukur cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca nyaring utamanya aspek pengucapan serta dapat melatih perilaku disiplin, kerjasama, dan percaya diri dengan baik. Namun demikian, peningkatan keterampilan pengucapan bahasa Inggris diperlukan latihan yang rutin dalam kehidupan sehari-hari karena pengucapan bahasa asing yang sangat berbeda dengan bahasa ibu menimbulkan kesulitan. Seperti yang dikemukakan oleh Jones (2002:175) pembelajaran pengucapan bahasa Inggris tidak mudah. Ini menunjukkan adanya kesulitan dalam pemerolehan pengucapan seperti penutur asli. Kesulitan tersebut merupakan hal wajar dan diakui secara luas bahwa
94
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN pengaruh bahasa asli peserta didik sangat berpengaruh dalam penguasaan bahasa kedua terutama pada aspek sistem suara. Pada pembelajaran bahasa Inggris di kelas sebaiknya guru menyempatkan waktu bagi kegiatan melatih pengucapan meskipun bukan pembelajaran berbicara atau membaca nyaring. Agar tidak menimbulkan kebosanan pada peserta didik, guru hendaknya kreatif mencari bentuk-bentuk kegiatan latihan yang bervariasi. DAFTAR PUSTAKA Brown, Douglas. 2001. Teaching by Principles, An Interactive Approach to Language Pedagogy. Longman Inc.A Pearson Education Company Stahl & Miller, 2006. Language Experiment Approach and Whole Language Approach for Beggining Reading. The Guilford Press, New York /www.guilford.com Beare, Kenneath. 2014. Pronunciation - Practicing Stress and Intonation . http://esl.about.com/library/lessons/blstress.htm, diunduh : 26 September 2014, Jum'at , 08.58 Jones. http://esl.about.com/library/lessons/blstress.htm DePorter & Hernacki, Mike. 2012. Quantum Learning. Bandung : Penerbit Kaifa
95