2015/11/25 13:42 WIB - Kategori : Artikel Penyuluhan
PENYEBARLUASAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN MELALUI METODE DEMONSTRASI CARA/HASIL
TEMANGGUNG (25/11/2015) www.pusluh.kkp.go.id Salah satu butir kegiatan penyuluh perikanan yang tertuang dalam Permen PAN no 19 tahun 2008 dan Kepmen KP no 54 tahun 2011 adalah melakukan demonstrasi cara/hasil teknologi perikanan baik itu tingkat rendah/sederhana/tinggi yang direkomendasi. Demonstrasi cara /hasil merupakan penerapan teknik penyuluhan berupa kegiatan untuk memperlihatkan secara nyata tentang cara/hasil penerapan teknologi perikanan yang tergolong memiliki tingkat kesulitan dalam proses penerapan (termasuk lingkungan, kesehatan, biaya dll) di lapangan sehingga memerlukan pendampingan dari penghasil teknologi yang dimaksud. Peran aktif penyuluh perikanan dalam penyebarluasan iptek bagi masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelestarian sumber daya yang berkelanjutan sangat penting, sejalan dengan kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang sedang berupaya mendorong komersialisasi produk kelautan dan perikanan, dan ini tentunya diperlukan ilmu teknologi (iptek) dan inovasi agar sumber daya dapat dikelola dan dikembangkan secara berkelanjutan serta menghasilkan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah dan berdaya saing.
Fungsi Komunikasi dalam Penyebarluasan Inovasi Teknologi Kelautan dan Perikanan Kegiatan penyebarluasan inovasi teknologi merupakan suatu proses komunikasi yang dapat dilihat pada bagan di bawah ini Karena “adopsi” merupakan hasil dan kegiatan penyampaian pesan penyuluhan yang berupa “inovasi” , maka proses adopsi itu dapat digambarkan sebagai suatu proses komunikasi yang diawali dengan penyampaian inovasi sampai dengan terjadinya perubahan sikap perilaku. A. Pengertian Adopsi Adopsi dalam proses penyuluhan dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang meliputi: pengetahuan (cognitive), sikap ( affective), maupun ketrampilan (psycho-motoric) pada diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Penerima disini mengandung arti tidak sekadar “tahu”, tetapi sampai benar-benar dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya dalam kehidupan dan usaha perikanannya. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung sebagai cerminan adanya perubahan: sikap, pengetahuan, dan atau keterampilannya. B. Pengertian Inovasi Banyak para ahli misalnya Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru, praktek-praktek baru atau obyek-obyek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat sasaran penyuluhan. Sedangkan Loinberger dan Gwin (1982) mengartikan inovasi tidak sekedar sebagai sesuatu yang baru, tetapi lebih luas lagi yaitu suatu nilai baru yang dapat mendorong terjadinya pembaharuan dalam masyarakat atau lokalitas tertentu. Dari banyak pengertian tentang inovasi dapat dirangkum, bahwa inovasi mempunyai pengertian sebagai berikut:
“Suatu ide, perilaku, produk, informasi dan praktek-praktek bar u yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan/dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan disegala aspek kehidupan masyarakat demi terwujudnya perbaikan perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan”. (Toto Mardikanto, 1980). Arti “baru” dalam pengertian inovasi di atas tidak harus selalu berarti baru diciptakan, tetapi dapat berupa yang sudah, “lama” dikenal, diterima dan diterapkan oleh sekelompok masyarakat dalam suatu sistem sosial tertentu, dan dianggap baru oleh suatu kelompok masyarakat di luar sistem sosial terdahulu. Kenapa Harus Dengan Sasaran Kelompok Penyampaian ide-ide sering terjadi antara dua individu atau lebih yang memiliki kesamaan/Hemofili atau bisa diartikan sebagai tingkat dimana beberapa individu yang berinteraksi adalah sama dalam atribut-atribut tertentu seperti keyakinan, status, dan kepentingan (afinitas). Dalam situasi yang bebas ketika individu dapat berinteraksi dengan yang lain, biasanya terkumpul dalam kelompok yang sama, berdiam atau bekerja ditempat yang berdekatan satu sama lain dan berhimpun karena minat/kepentingan yang sama sehingga model komunikasi ini dalam bidang penyuluhan merupakan cara yang efektif Ketika individu-individu mempunyai pengertian, bahasa, subkultur yang sama dan mempunyai kemiripan dalam kepribadian, maka komunikasi cenderung akan mempunyai efek yang lebih besar dalam pembentukan/perubahan sikap dan perilaku yang tampak (Overt Behaviour) sehingga memberikan hasil dan manfaat bagi mereka. Tabel 1. Hubungan antara sasaran penyuluhan, tahap komunikasi dan tahap adopsi Pendekatan Sasaran Penyuluhan
Tahap-tahap Komunikasi
Tahap-tahap Ad
Perorangan
Menggerakkan Usaha
Mencoba
Kelompok
Meyakinkan
Minat
Membangkitkan Massal
Menaruh Perhatian
KeinginanPenilaian Kesadaran
Pendekatan sasaran penyuluhan dalam metode demonstrasi cara/hasil ke kelompok dinilai lebih cepat dan praktis dibandingkan pendekatan perorangan, dalam hal ini penyuluh dituntut bisa menganalisa kelompok strategis mana yang akan dipilih. Reaksi
Masyarakat
Kp
Terhadap
Penyebarluasan
Inovasi
Beberapa reaksi yang biasanya terjadi pada masyarakat terhadap inovasi teknologi yang diperkenalkan/disebarluaskan oleh penyuluh perikanan telah disinggung dalam konsep adopsi Bahlen, ada 5 tahap yang dilalui sebelum seseorang mengadopsi suatu inovasi yaitu sadar (awareness), minat (interest), menilai (evaluation), mencoba (trial) dan adopsi ( adoption). 1. Tahap sadar: sasaran telah mengetahui informasi tetapi informasi tersebut dirasa kurang. 2. Tahap minat: sasaran mencari informasi atau keterangan lebih lanjut mengenai informasi tersebut. 3. Tahap menilai: sasaran sudah menilai dengan cara value/bandingkan inovasi terhadap keadaan dirinya pada saat itu dan dimasa yang akan datang serta menentukan apakah sasaran mencoba inovasi atau tidak. 4. Tahap mencoba: sasaran sudah mencoba meskipun dalam skala kecil untuk menentukan angka dan kesesuaian inovasi atau tidak. 5. Tahap adopsi/menerapkan: sasaran sudah meyakini kebenaran inovasi dan inovasi tersebut dirasa bermanfaat baginya. Pada tahap ini sasaran menerapkan dalam jumlah/skala yang lebih besar.
Konsep adopsi digunakan secara meluas oleh peneliti dan penyuluh. Meskipun demikian model adopsi mempunyai beberapa kelemahan antara lain : Tidak semua proses tersebut di atas urutannya sama dan diakhiri dengan tahap adopsi, adakalanya bisa berupa penolakan. Konsekuensi dan Hambatan Praktis dalam Penyebarluasan Inovasi Kita tahu bahwa penyebarluasan inovasi biasanya didasarkan asumsi bahwa konsekuensi atau akibat dari inovasi itu pasti ada. Sebelum beranjak ke konsekuensi yang timbul dari suatu adopsi inovasi, kita mengenal apa itu konsekuensi. Konsekuensi adalah perubahan yang terjadi pada individu atau sistem sosial sebagai akibat dari mengadopsi atau menolak suatu inovasi. Dalam suatu adopsi inovasi terdapat tiga konsekuensi, yaitu konsekuensi diharapkan dan tidak diharapkan, konsekuensi langsung dan tidak langsung, dan konsekuensi diantisipasi dan tidak dapat diantisipasi. Konsekuensi diharapkan adalah suatu inovasi mempunyai pengaruh fungsional sesuai dengan keinginan individu atau sistem sosial, sedangkan konsekuensi tidak diharapkan adalah suatu dampak yang timbul padahal hal tersebut tidak dikehendaki. Konsekuensi langsung adalah suatu inovasi mempunyai pengaruh langsung terhadap individu atau sistem sosial, sedangkan konsekuensi tidak langsung adalah perubahan-perubahan dalam sistem sosial yang terjadi sebagai hasil konsekuensi langsung suatu inovasi masih memerlukan upaya tambahan dan prosesnya masih memerlukan waktu yang lebih lama. Konsekuensi diantisipasi adalah konsekuensi yang telah diperkirakan sebelumnya, sedangkan konsekuensi tidak dapat diantisipasi bisa bersifat positif bisa pula bersifat negatif artinya perubahan-perubahan yang tidak terlihat dan tidak dikehendaki oleh anggota sistem sosial yang mengadopsi inovasi maupun perubahan-perubahan yang terlihat dan dikehendaki oleh anggota sistem sosial yang mengadopsi inovasi. Penyuluh perikanan yang tidak mampu menempatkan dirinya pada peran tokoh pelaku utama/usaha perikanan yang menjadi panutan masyarakat biasanya berpeluang untuk mengalami penolakan, selain itu upaya untuk mempersuasi mereka itu tidak berhasil menjangkau sasarannya karena pesan-pesan yang disampaikan si penyuluh tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Ia tidak memulai penjelasannya dari situasi dan tempat dimana sasaran penyuluhan itu berada, melainkan ia bicara mengenai “Teknis/Teori” saja. Jika menjelaskannya bertumpu dari keadaan yang telah ada di masyarakat. Pendekatan yang di lakukan oleh Si
Penyuluh berpeluang besar mendapat tempat di hati dan dapat mengubah pandangan masyarakat setempat kemudian memanfaatkannya sebagai sesuatu yang menunjang atau mendorong mereka untuk menerima inovasi yang diperkenalkan. Masalah pada bidang keahlian dan sumber daya ekonomi sebagai contoh tentang hambatan praktis. Dalam perencanaan dan implementasi inovasi, tingkat pengetahuan dan jumlah dana yang tersedia harus dipertimbangkan. Ini berlaku terutama jika sesuatu yang sangat berbeda dari praktek di masa lalu akan dilaksanakan, dengan kata lain jika ada perbedaan yang besar antara yang lama dengan yang baru. Dalam kasus seperti ini, tambahan sumber daya dalam bentuk keahlian dan keuangan dibutuhkan. Pengalaman telah menunjukkan bahwa dana sangat dibutuhkan, khususnya pada awal dan selama masa penyebarluasan gagasan inovasi. Ini mungkin terkait dengan kenyataan bahwa bantuan dari luar, peralatan baru, realokasi,dll. diperlukan selama fase awal. Sumber dana yang dialokasikan untuk perubahan sering kali tidak disediakan dari anggaran tahunan. Media informasi dan tindak lanjutnya sering dibutuhkan selama fase penyebarluasan gagasan inovasi. Dalam kaitan ini, penting untuk dikemukakan bahwa dana saja tidak cukup untuk melakukan perbaikan dalam praktek. Sumber daya keahlian seperti pengetahuan dan keterampilan orang-orang yang dilibatkan dalam upaya inovasi ini merupakan faktor yang sama pentingnya. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi Dalam Penyebarluasan Inovasi Kecepatan adopsi, ternyata dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain : 1. Sifat inovasinya sendiri, baik sifat intrinsik (yang melekat pada inovasi sendiri) maupun sifat ekstrinsik (dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya (Totok Mardikanto, 1988). 2. Sifat-sifat intrinsik inovasi itu mencakup: ü Informasi ilmiah yang melekat, dilekatkan pada inovasinya,
üNilai-nilai atau keunggulan-keunggulan (teknis, ekonomis, sosial, budaya, dan politis) yang melekat pada inovasinya, üTingkat kerumitan (kompleksitas) inovasi, üMudah tidaknya inovasi dikomunikasikan (kekomunikatifan), üMudah/tidaknya inovasi tersebut dicobakan (trial-ability) üMudah tidaknya inovasi tersebut diamati (Observability). 3. Sedang sifat-sifat ekstrinsik inovasi meliputi: ükesesuaian (compatibility) inovasi dengan lingkungan setempat (baik lingkungan fisik, sosial budaya, politik, dan kemampuan ekonomis masyarakatnya). üTingkat keunggulan relatif dan inovasi yang ditawarkan, atau keunggulan lain yang dimiliki oleh inovasi dibanding dengan teknologi yang sudah ada yang akan diperbaharui/digantikannya; baik keunggulan teknis (kecocokan dengan keadaan alam setempat, dan tingkat produktivitasnya), ekonomis (besarnya biaya atau keuntungannya), manfaat non ekonomis, maupun dampak sosial budaya dan politis yang ditimbulkannya (relative advantage). Dengan mempertimbangkan beberapa faktor di atas, maka upaya yang dapat dlilakukan oleh penyuluh untuk mempercepat proses adopsi dalam penyebarluasan inovasi teknologi kelautan dan perikanan melaui adalah sebagai benikut:
1. Melakukan diagnosa terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat sasaran. 2. Membuat masyarakat sasaran menjadi tidak puas dengan kondisi yang dialaminya, dengan cara menunjukkan kelemahan-kelemahan mereka,
zaman yang selalu berkembang dan membandingkan dengan suatu sistem sosial masyarakat lain yang dapat berhasil meningkatkan kualitas kehidupannya; 3. Menjalin hubungan yang erat dengan kelompok sasaran menunjukkan kesiapannya untuk membantu masyarakat sasaran; 4. Mendukung dan membantu masyarakat sasaran dalam mencapai keinginan-keinginan melakukan perubahan menuju pada kondisi yang lebih baik; 5. Pada akhirnya melepaskan masyarakat sasaran berswakarsa dan berswadaya.
Penyebarluasan inovasi teknologi kelautan dan perikanan melalui demonstrasi cara merupakan bagian dari proses diseminasi, difusi dan adopsi
teknologi
dalam
kegiatan
penyuluhan,
diharapkan
dapat
meyakinkan ke kelompok masyarakat KP bahwa teknologi tersebut layak diterapkan secara ekonomis, teknis dan memiliki keunggulan dari berbagai sisi lainnya Kontributor : M.Rifqi Penyuluh Perikanan Temanggung-Jawa Tengah