Jawaban UAS PLKS 2014/2015 Soal Wajib 1. Soal Pasar Modal a. Screening dalam pasar modal syariah dibagi menjadi dua yaitu screening secara kualitatif dan kuantitatif. Screening kualitatif merupakan screening yang menentukan apakah perusahaan tersebut sudah memenuhi karakteristik untuk memasuki pasar modal syariah. Karakteristik kualitatifnya antara lain adalah melihat apakah perusahaan tersebut bergerak dalam usaha yang dilarang dalam Islam seperti usaha rokok, alkohol, menggunakan bahan yang haram dalam pembuatan produknya dan lain sebagainya. Sedangkan screening secara kuantitaif merupakan screening yang berbasis pada rasio laporan keuangan perusahaan yang akan masuk ke dakam Indeks Saham Syariah. Rasio tersebut adalah rasio bunga utang terhadap total aset atau rasio total hutang pada rata-rata modal perusahaan selama lebih dari satu tahun. Salah sau kriteria yang menjadi acuan screening kuantitatif adalah yang dibuat oleh DJIM (Dow Jones Islamic Index) yaitu antara lain: i. Rasio total hutang dibanding dengan operasi 1 tahun dari kapitalisasi pasar lebih besar atau sama dengan 33%. ii. Rasio jumlah kas dan jaminan bunga dibanding dengan operasi 1 tahun dari kapitalisasi pasar lebih besar atau sama denga 33%. iii. Rasio uang masuk dibanding dengan total asset lebih besar atau sama dengan 45% dari pendapatan. Di Malaysia sendiri, kriteria dalam seleksi kualitatif saham syariahnya sedikit lebih ketat dengan menambah kriteria untuk perusahaan yang memproduksi dan menyebarkan daging hewan (yang halal) yang disembelih tidak sesuai dengan prinsipp syariah maka tidak bisa masuk ke dalam indeks saham syariah. b. Pada dasarnya prinsip berinvestasi secara syariah di pasar modal adalah terbebas dari praktik ghoror (ketidakjelasan), maysir (spekulasi/perjudian), dan tadlis (penipuan) serta berinvestasi pada sektor yang halal dan diperbolehkan secara syariat. Asalkan terbebas dari dan memenuhi kriteria tersebut, maka sudah masuk kepada kategori berinvestasi secara syariah.
Dalam perspektif syariah, seseorang dikatakan sebagai investor apabila melakukan investasi sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah dijelaskan sebelumnya, karena dalam syariah yang dikedepankan dalam berinvestasi adalah keterbukaan informasi dan tidak adanya praktik ghoror, maysir, dan tadlis, sedangkan dalam perspektif syariah seseorang dikatakan spekulan karena dalam gayanya berinvestasi banyak melakukan tindakan yang dilarang secara hukum fiqh muamalah seperti contohnya melakukan praktik short selling karena menjual saham yang belum dimiliki oleh orang tersebut. c. Empat Kategori Aktivitas dalam Pasar Modal Konvensional: i. Short Selling: merupakan jenis praktik taghrir dalam pasar modal karena si spekulan menjual saham yang belum dia miliki. Jelas praktik ini melanggar ketentuan syariah karena adanya unsur ghoror di dalamnya. ii. Margin Trading: merupakan jenis transaksi di pasar modal yang dimana investor membeli saham lebih besar nominalnya dari modal yang dia miliki, dimana kekurangannya akan ditalangi oleh perusahaan sekuritas. Transaksi ini dilarang oleh syariah karena bersifat maysir dan mengandung riba (bunga) dalam pengembalian dana talangan perusahaan sekuritas dari investor. iii. Insider Trading: merupakan jenis transaksi di pasar modal yang dimana investor mendapatkan informasi mengenai perusahaan dari orang dalam perusahaan tersebut yang mungkin tidak diketahui publik lalu bertindak untuk membeli atau menjual saham perusahaan tersebut dalam kondisi mengetahui kondisi perusahaan yang sebenarnya. Praktik ini termasuk ke dalam konsep ghoror dan tadlis karena perusahaan tidak mengeluarkan seluruh informasinya yang berkaitan dan berhak diketahui piblik yang kemudian informasi tersebut hanya dinikmati dan didapatkan oleh sebagian orang saja di pasar modal untuk membeli saham. iv. Window Dressing: merupakan praktik di pasar modal dimana perusahaan mempercantik kondisi keuangan perusahaan. Praktik ini melanggar prinsip syariah karena masuk ke dalam kategori ghisysy dan tadlis dimana perusahaan tidak menampilkan kondisi perusahaan yang sebenarnya dan malah menyembunyikan cacat yang ada.
2. Soal Wajib Pasar Uang A. Perbedaan SBIS dengan SWBI Sertif. Bank Indonesia Syariah Menggunakan akad ju’alah, dapat juga
Sertif. Wadiah Bank Indonesia Menggunakan akad wadiah
dengan akad mudharabah, musyarakah, dan qardh Memiliki return yang lebih besar dari
Tidak menghasilkan return kecuali uang
SWBI dan memiliki syarat FDR
di swbi diputar oleh BI, lebih efektif
(Finance to Deposit Ratio) untuk
sebagai kebijkaan moneter karena
memiliki setifikat tersebut melalui
menstimulasi Bank Syariah untuk
mekanisme lelang. Kurang efektif
memperbanyak memberi kredit kepada
sebagai kebijakan moneter karena
publik.
memiliki return yang lebih tinggi dari SWBI, sehingga memancing cadangan likuiditas bank syariah untuk dijadikan SBIS sehingga uang tidak berputar di perekonomian. Memiliki jangka waktu simpanan lebih
Memiliki jangka waktu simpanan lebih
panjang dari SWBI yaitu 1-12 bulan.
pendek dari SBIS yaitu hanya satu minggu sampai satu bulan, sehingga lebih likuid
B. Akad yang mendasari PUAS adalah akad mudharabah atau musyarakah dan bagi hasil yang diterbitkan dari PUAS berasal dari aset yang menjadi dasar penerbitan. Penjual dapat membeli kembali sertifikat PUAS dengan harga yang disepakati di awal dengan pembeli. Risiko yang akan ditanggung oleh pengguna PUAS adalah risiko yang sesuai dengan akad mudharabah atau akad musyarakah yaitu apabila ada kerugian atau nihil maka akan ditanggung bersama. Untuk pembeli adalah risiko pada kondisi dibeli kembali (buyback) jika penerbit PUAS tidak bisa membeli kembali dan menurut regulasi BI, apabila penerbit PUAS tidak bisa melakukan buyback maka akan dikenakan denda atas transaksi tersebut.
Soal Pilihan
1. Soal BMT A. Secara konsep pada dasarnya Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan Islam yang memiliki fokus sebagai perantara keuangan dalam masyarakat dengan tujuan produktif maupun tujuan konsumtif. Bank syariah yang ada pada saat ini juga menjalankan fungsi sebagai BMT, sebagai contoh warung mikro BSM yang bertujuan untuk pembiayaan UKM atau mekanisme cicilan rumah yang termasuk pembiayaan konsumtif. BMT selain memiliki fungsi pembiayaan, juga memiliki fungsi sebagai penghimpun dan penyalur ZIS (Zakat, Infaq dan Shadaqah) kepada mustahiq dan yang membutuhkan penyaluran dana tersebut. mekanisme yang ada pada BMT tergantung pada jenis operasi yang dilakukan, untuk pembiayaan produktif yang lazim dilakukan oleh BMT adalah mekanisme akad mudharabah atau akad musyarakah, khusus pada koperasi atau BMT berbasis komoditas di desa, juga bisa melakukan akad Salam atau Istishna. Selain itu BMT juga bisa menjalani akad tabarru’ yaitu qardhun hasan kepada nasabahnya yang mengalami kesulitan keuangan. Untuk kredit konsumtif, BMT biasanya menggunakan akad ijarah muntahiya bit tamlik, untuk pembelian rumah, kendaraan, atau aset yang lain. B. Perbedaan substantif antara BMT dengan koperasi konvensional adalah sistem pembiayaan dan imbal hasil yang diberikan, yaitu sistem bunga dan non bunga (mudharabah, musyarakah, etc) C. Produk-produk pada BMT beserta akad-akadnya Sistem Pembiayaan Sistem Jual Beli
Sistem Jasa (Bagi Hasil)
A. Jual beli barang secara
A. Partnership dalam
angsuran: Akad Ba’i bi
pembiayaan produktif:
Tsamanin ‘Ajil
Mudharabah dan
B. Jual beli biasa: Murabahah C. Pemesanan / Inden komoditas: Bai’ Salam
Musyarakah
A. Pinjaman: Qardhun Hasan (tanpa riba) B. Jasa broker atau perwakilan: Wakalah C. Pengalihan Utang: Hawalah D. Gadai: Rahn
D. Pemesanan dengan kriteria tertentu:
E. Pemberian benefit proyek: Kafalah
Istishna E. Sewa-menyewa: Ijarah
2. Soal Kemitraan Dalam Islam A. Syariah Joint Venture adalah proyek joint venture yang menggunakan sistem syariah dan proyek atau bisnis yang dilakukan adalah bisnis atau proyek yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Akad yang biasanya mendasari joint venture syariah adalah akad musyarakah, karena pada umumnya jangka waktu pelaksanaan joint venture relatif pendek. B. Cara-cara joint venture syariah: 1. Sistem Mudharabah 2. Sistem Musyarakah 3. Mudharabah Muqayyad Dalam praktiknya musyarakah lebih disukai karena sifat pengawasannya jauh lebih tinggi daripada mudharabah. C. Aplikasi kemitraan dan investasi pada bank muamalat merupakan sebuah sistem untuk memperoleh permodalan untuk usaha produktif dari Bank Muamalat. Sistem ini menggunakan sistem syariah joint venture dengan akad musyarakah.