Palestina
Pekan
Edisi : 007/ 2015 | Senin, 15 Juni 2015
Palestina Berita Utama
Al-Quds
Gaza
Tepi Barat
Zionis
Pengungsi
Pekan Tawanan
Internasional
Edisi : 007/ 2015 | Senin, 15 Juni 2015
BerITA Utama Tewaskan Empat bocah Palestina, Israel berdalih Gaza – Penyelidikan oleh militer Israel menyatakan bahwa tentara mereka tak bisa dimintai pertanggungjawaban atas tewasnya empat bocah Palestina saat pecah perang di Gaza pada 2014. Militer Israel menyimpulkan bocah-bocah itu -Ahed Atef Bakr dan Zakaria Ahed Bakr (keduanya berumur 10 tahun), Mohamed Ramez Bakr (9 tahun) dan Ismail Mohamed Bakr (11 tahun)- ditembak dengan rudal di satu kawasan pantai pada 16 Juli 2014, karena tentara Israel mengira mereka adalah milisi Hamas. Disebutkan bahwa lokasi kejadian adalah tempat yang biasanya dipakai oleh milisi Hamas dan ketika dilangsungkan serangan rudal, tidak ada yang tahu bahwa sasaran serangan sebenarnya adalah anak-anak. Kesimpulan didapat setelah polisi militer Israel melangsungkan penyelidikan dengan mewawancarai tentara yang terlibat perencanaan dan penyerangan serta tiga warga Palestina yang mereka sebut sebagai saksi. Saat insiden ini terjadi masyarakat internasional mengecam keras Israel. Ini terjadi di fase awal perang 50 hari antara Israel dan milisi di Gaza, yang berlangsung antara Juli hingga akhir Agustus 2014. Konflik bersenjata ini menewaskan setidaknya 2.189 warga Palestina, termasuk lebih dari 1.486 anak, menurut data yang dihimpun Perserikatan Bangsa-Bangsa.
bagi kaum muslimin yang dating dari Tepi Barat selama bulan Ramadhan ini, dengan syarat usianya diatas 40 tahun. Dalam keteranganya disebutkan, Israel mengizinkan siapa yang berumur antara 35 hingga 40 untuk memperoleh izin untuk shalat di dalam Masjid Al-Aqsha selama sepekan, kecuali hari Jum’at dan Sabtu. Namun mereka mengizinkan bagi siapa yang berumur lebih dari 40 tahun untuk shalat di dalam Al-Aqsha, tanpa izin terlebih dahulu. Menurut mereka, pemerintahnya akan mengizinkan para wanita segala umur untuk dapat masuk ke Al-Aqsha sepanjang hari, termasuk hari Jum’at dan tanpa harus memperoleh izin dari pemerintah Zionis. Badan kaum muslimin dan Israel telah sepakat mengeluarkan surat izin bagi penduduk Tepi Barat agar dapat mengunjungi keluarganya yang tinggal di wilayah jajahan 48, mulai 17 Juni nanti dan akan berakhir pada 22 Juli mendatang, tanpa batasan umur, semua hari kecuali jum’at dan Sabtu. Infopalestina.com, (12/6/2015)
GAZA Hari Pertama Dibuka, 580 Musafir Gaza Berangkat Melalui Perlintasan Rafah Gaza – Sebanyak 580 musafir, terdiri dari para pasien, mahasiswa, pemilik visa dan paspor asing dari Gaza, Sabtu (13/6) berangkat melalui perlintasan Rafah.
Di pihak Israel, 67 tentara dan enam warga sipil tewas. BBC.com (12/6/2015)
AL-QUDS Hanya Yang Berumur 40 Tahun Ke Atas Yang Diperbolehkan ke Al Quds Selama Ramadhan Al-Quds - Badan urusan keagamaan di Tepi Barat menyebutkan, Israel menyetujui memasukan kaum muslimin untuk bisa shalat di Masjid Al-Aqsha khususnya Perlintasan Rafah.
Palestina Berita Utama
Al-Quds
Gaza
Tepi Barat
Kepala perlintasan dan perbatasan Kemdagri di Gaza, Maher Abu Shabha, dalam keterangan persnya mengatakan, sebanyak 228 warga Palestina yang tertahan di pihak Mesir, telah kembali ke Gaza. Pemerintah Mesir, Sabtu (13/6) membuka perlintasan darat Rafah dari dua arah, untuk mereka yang memiliki alasan kemanusiaan di Gaza, dan kembalinya para musafir yang tertahan di perlintasan Mesir. Pihak Mesir telah memberikan informasi kepada pihak Palestina, Rabu lalu, terkait dibukanya perlintasan dari dua arah selama tiga hari berturut-turut. Perlintasan Rafah menghubungkan Mesir dan Jalur Gaza, dan hanya diperuntukan bagi lalulintas orang. Pemerintah Mesir menutup perlitasan Rafah hampir setiap hari, sejak Juli 2013, dan hanya membukanya untuk alasan kemanusiaan, dengan alasan keamanan yang belum kondusif di propinsi Sinai Utara, pasca serangan yang menimpa kantor keamanan dan militer Mesir dekat perbatasan tersebut. Infopalestina.com, (14/6/2015)
TEPI BARAT Penangkapan Politik Terus Berlanjut di Tepi Barat Tepi Barat - Aparat keamanan otoritas di Tepi Barat terus melakukan pelanggaran terhadap kebebasan publik, 4 orang warga ditangkap, dan 3 orang wartawan diperpanjang masa penahanannya di Ramallah dan Jenin.
Zionis
Pengungsi
Pekan Tawanan
Internasional
Di Hebron, aparat keamanan menangkap seorang pemuda, Shadi Harub setelah memanggilnya untuk interogasi. Di Tulkarm, aparat memperpanjang penahanan mahasiswa Universitas Khuduri, Ala Hamdan, yang saat ini menggelar mogok makan terbuka hari ke 4 secara berturut-turut, sebagai protes atas penahan dirinya oleh pihak keamanan. Di Jenin, aparat menahan seorang wartawan Muhammad Ali Atiq, setelah memanggilnya untuk interogasi. Perpanjangan penahanan juga menimpa wartawan asal Betlehem Ghasan Najajira, setelah ditangkap dan ditahan selama 48 jam. Infopalestina.com (10/6/2015)
ZIONIS Lari dari Tugas, 20 Ribu Tentara Israel Tiap Tahun Masuk Penjara Al-Quds – Sumber-sumber media Zionis mengungkapkan bahwa sekitar 20 ribu serdadu Zionis setiap tahun masuk penjara dan pos-pos tahanan militer. Surat kabar Zionis Yedeot Aharonot edisi Rabu (10/6) mengatakan, sebagian mereka yang sampai ke penahanan tetap berada di sana karena penjara militer penuh dan tidak ada lagi tempat di sana, sebagian besar tahanan berasal dari kalangan wajib militer.
Di Nablus, aparat keamanan menangkap seorang pemuda, Mujahid Isawi dari rumahnya di kota Balathah. Di Ramallah, aparat intelijen menangkap seorang mahasiswa Universitas Beirzait, Jihad Salim. Sementara itu wakil ketua BEM Universitas Al-Quds, Anas Abu Qara, masih ditahan aparat keamanan Ramallah hari ke 14, bersama wartawan Muhammad Iwad yang dalam waktu dekat ini akan melangsungkan pernikahan, namun justru mendapatkan beragam penyiksaan di sel penjara otoritas.
Militer Israel
Palestina Berita Utama
Al-Quds
Gaza
Tepi Barat
Zionis
Pengungsi
Pekan Tawanan
Internasional
Aharonot menyebut angka-angka ini “angka hayalan dan imposibel” dibandingkan dengan besarnya tentara wajib. Surat kabar Zionis ini menambahkan bahwa jumlah serdadu yang dikirim ke penjara masih tetap tidak masuk akal sesuai dengan standar atau parameter apapun. Aharonot menyatakan bahwa 71% dari mereka itu diadili karena tuduhan “melarikan diri dan absen dari tugas” dan 21% diadili karena tuduhan “melanggar disiplin”, sisanya diadili dengan tuduhan kriminal (kekerasan, narkoba, pencurian senjata, keamanan informasi dan sejenisnya). Aharonot mejelaskan bahwa batas waktu rata-rata mereka berada di dalam pejara mencapai 3 bulan. Surat kabar Zionis ini menambahkan bahwa penahanan mereka di penjara membebani banyak dana. Hal ini yang memicu pemikiran barangkali militer tidak membutuhkan serdadu dalam jumlah sebesar ini. Dijelaskan bahwa sebagian besar mereka yang masuk penjara adalah mereka yang bertugas di kesatuan-kesatuan pendukung perang dan kesatuan-kesatuan internal, sedang yang dari kesatuan tempur jumlah mereka sedikit. Aharonot menyatakan bahwa militer israel adalah satusatunya organisasi di dunia yang mengelola tahanan atau penjara untuk para personilnya, dengantujuan untuk menciptakan disiplin. “Jumlah serdadu yang ditahan tidak menunjukkan kedisiplinan, namun sebaliknya,” demikian menurut Aharonot. Infopalestina.com , (11/6/2015)
PENGUNGSI 11.000 Pengungsi Palestina Syahid di Yarmuk Sejak 2011 Damaskus - Lebih dari 11.000 pengungsi Palestina syahid di kamp pengungsian Yarmuk sejak meletusnya revolusi Suriah tahun 2011 lalu, karena ini Yarmuk kemudian disebut sebagai kuburan para pengungsi. Sebagaimana yang dilaporkan kelompok kerja Palestina di Suriah. Laporan ini kemudian menyebutkan bahwa berbagai bentrokan dan penyiksaan hingga meninggal menjadi
www.theguardian.com
sebab utama banyaknya korban dari pengungsi Palestina. Kondisi diperburuk dengan tindakan militer Asad yang memblokade areal kamp pengungsian tersebut, sehingga menyebabkan tewasnya 176 orang pengungsi karena kekurangan gizi dan keterbatasan penanganan medis. Sebagaimana yang dilansir oleh laman felesteen.ps, Rabu (11/6/2016) laporan dari kelompok kerja untuk pengungsi Palestina di Suriah ini menyebutkan bahwa jumlah pengungsi yang tewas di Suriah sebanyak 2880 orang, ditambah dengan 1000 orang yang hilang dan ditangkap. Sedangkan jumlah pengungsi yang keluar dari Suriah sebanyak 80.000 orang, 28.000 orang dari mereka mengungsi ke Eropa dan ke beberapa negara tetangga lainnya. Felesteen.ps (11/6/2015)
TAWANAN Setelah Ditawan Selama 12 Bulan, Penjajah Israel Akhirnya Bebaskan Ketua Parlemen Palestina Tepi Barat – Otoritas penjajah Israel membebaskan Ketua Parlemen Palestina, Dr. Aziz Duweik setelah menjalani hukuman selama 12 tahun penjara. Dilansir laman felesteen.ps, Selasa (9/6/2015) dalam konferensi persnya paska dibebaskan Israel dari penjara Ofer, Duweik mengatakan bahwa penangkapan terhadap
Palestina Berita Utama
Al-Quds
Gaza
Tepi Barat
dirinya menegaskan kelemahan Israel, karena selama berada di dalam penjara ia diminta untuk menghentikan seluruh aktifitasnya yang mengusung isu pembebasan tawanan. Pengadilan militer Israel, Ofer telah menjatuhkan vonis penjara selama 12 bulan kepada Duweik, serta denda sebesar 6.000 shekel atau sekitar 1.700 USD. Duweik ditangkap dari rumahnya di kota Al-Khalil pertengan bulan Juni tahun 2014 lalu dengan tuduhan ia menyampaikan orasi yang dinilai memprovokasi peserta demonstrasi untuk melawan Israel. Felesteen.ps, (9/6/2015)
Penelantaran Medis Ancam Kehilangan Penglihatan
Tawanan
Palestina
Jenin – Ayah dari tawanan Palestina Mar’i Qabha, tawanan yang sakit di penjara Zionis, dari Jenin wilayah utara Tepi Barat, menyataan pihak penjara dan pemerintah Zionis harus bertanggung jawab penuh atas nyawa anaknya dan dampak berikutnya di masa yang akan datang akibat penahanan anaknya di lingkungan yang tidak layah untuk hidup manusia. Husain Qabha, ayah Mar’i Qabha, Ahad (14/6) menyerukan bahwa anaknya yang divonis 15 tahun penjara dan sudah dijalani selama 11 tahun, kehilangan penglihatan total pada salah satu matanya dan satu lagi hanya bisa berfunngsi 40%.
Zionis
Pengungsi
Pekan Tawanan
Internasional
INTERNASIONAL PBB Tolak Masukkan Israel dalam Daftar Hitam Negara Pelanggar Hak Anak, Palestina Kecam Ramallah - Kementerian Luar Negeri Palestina menyampaikan kekecewaannya yang mendalam dan mengecam keputusan Sekjen PBB Ban Ki-Mon tidak memasukkan Israel dan pasukannya dalam “daftar hitam” negara-negara dan kelompok yang melakukan tindakan kejahatan besar terhadap hak anak-anak dalam peristiwa konflik bersenjata. Kementerian Luar Negeri Palestina menilai sikap PBB ini sebagai keberpihakan kepada “sang pembunuh” dan melindungi penjahat perang dari pasukan Israel serta jaminan mereka lepas dari sanksi. Kemenlu dalam keterangannya hari ini Rabu (10/6) menegaskan langkah darurat dari lembaga-lembaga PBB dan perannya serta rekomendasinya untuk menghormati hak-hak Palestina. Sikap Ban Ki-Mon dinilai bertentangan dengan prediksi dan rekomendasi yang sudah diajukan ke PBB, bertentangan dengan prinsip dasar PBB, tugasnya dalam menjaga keamanan dan perdamaian dua negara. Sikap itu juga dianggap sebagai pembiaran terhadap para korban syuhada dari kalangan anak-anak Palestina dan keluarga mereka di tangan penjajah zionis Israel. Padahal keluarga syuhada sedang menanti keadilan PBB. Bahkan sikap Ki-Mon itu dinilai hanya mendorong dan memotivasi
Dia meminta lembaga-lembaga internasional untuk menekan pemerintah penjajah Zionis agar membebaskan anaknya yang ditawan penjajah Zionis agar keluarganya bisa memberikan perawatan dan pengobatan di luar penjara. Dia menegaskan bahwa lingkungan penjara tidak layak untuk hidup manusia karena tidak ada pelayanan kesehatan yang memadai. Hal itu yang menjadi penyebab langsung hilangnya penglihatan salah satu mata anaknya. Bila tidak segera dibebaskan maka hal itu bisa berakibat hilangnya penglihatan secara total pada kedua matanya. Infopalestina.com, (14/6/2015)
Ban ki Moon
Palestina Berita Utama
Al-Quds
Gaza
Tepi Barat
penjajah Israel melanjutkan tindakan kejahatan dan terorismenya. Kemenlu Palestina mengisyaratkan, lembaga-lembaga PBB yang memiliki tugas khusus sudah menetapkan dalam laporan-laporannya bahwa penjajah Israel melakukan kejahatan terhadap anak-anak Palestina. Sehingga militer Israel layak masuk dalam “daftar hitam” negara yang melakukan pelanggaran berat terhadap hak anak dalam konflik bersenjata. Laporan lembaga-lembaga PBB juga menyebutkan, militer Israel melakukan segala jenis pelanggaran sejak tahun 1967 dengan cara membunuh anak-anak, membidik sekolah-sekolah, pusat penampungan pengungsi, rumah sakit, dan menangkap anak-anak. Sikap PBB ini dinilai sebagai konsesi dan tindakan berbahaya yang bisa merusak profesionalisme, kredibilitas dan prinsip dasr PBB.
Zionis
Pengungsi
Pekan Tawanan
Internasional
Kemenlu Palestina mengajak Sekjen PBB melihat kembali keputusannya dan tidak melepaskan diri dari prinsip dasar PBB. Sebab 538 anak-anak Palestina telah tewas dibunuh Israel, 340 sekolah menjadi target serangan, satu penampungan pengungsi juga dibidik dalam waktu kurang dari 50 hari. Ini merupakan “pelanggaran berat” dan besar yang layak memasukkan Israel dalam “daftar hitam” negara-negara pelanggar hak anak. Kemenlu meminta masyarakat dunia membuat mekanisme melindungi bangsa Palestina dari semua golongan; terutama anak-anak, menekan Israel menghentikan pelanggarannya. Sudah saatnya menyeret Israel ke pengadilan internasional untuk diadili bersama militer dengan segala kejahatan perannya, kejahatan terhadap kemanusiaan dan memasukkan Israel dalam daftar hitam dan daftar penjahat perang dan terroris.. Infopalestina.com, (10/6/2015)
Artikel Gaza Terancam “Meledak” Kembali Angka-angka dan statistik mengenai situasi kemanusiaan di Gaza pada hari-hari ini adalah masa paling memprihatinkan, di mana kehidupan yang sangat sengsara yang dirasakan oleh sekitar dua juta warga diprediksikan oleh para pengamat Palestina akan meledak’ dalam waktu dekat. Abdul - Sattar Qassem, penulis Palestina dan seorang Profesor Ilmu Politik di Universitas Birzeit di Ramallah, mengatakan kepada kantor berita Anadolu, “Situasi kemanusiaan di Gaza telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hasil laporan penelitian telah dikeluarkan oleh lembaga-lembaga internasional dan memperingatkan bahwa pengangguran dan tingkat kemiskinan mengalami kenaikan drastis akibat dari tidak adanya solusi politik dalam proses rekonstruksi tertunda Gaza. Kita berbicara tentang bom waktu kemarahan dan putus asa yang mungkin meledak setiap saat.” Qassem juga memperingatkan, “Orang-orang di Gaza merasa bahwa mereka tidak akan rugi untuk bergerak dan memberontakan terhadap pengepungan Mesir, Israel dan faksi-faksi yang berbeda yang memerintah mereka.” Dalam kunjungannya ke daerah kantong yang diblokade pada hari Senin, Menteri Luar Negeri Jerman Frank - Walter Steinmeier menggambarkan situasi di Gaza sebagai “bara api” dan mengatakan dalam sebuah konferensi pers yang diadakan di pelabuhan Gaza, “Kondisi di Gaza adalah bencana dan tidak bisa terus berlanjut. Gaza adalah sebuah “bara api” yang tidak boleh menyala.” Steinmeier mengatakan bahwa dia akan bekerja sama dengan para pejabat Palestina dan Israel untuk menyikapi situasi tragis di Gaza serta menjamin untuk berusaha mencegah terjadinya perang baru dengan Israel. Peringatan PBB Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, memperingatkan dampak dari situasi yang mengerikan ini dan mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu di New York pada acara ulang tahun ke-65 “The United Nations
Palestina Berita Utama
Al-Quds
Gaza
Tepi Barat
Zionis
Pengungsi
Pekan Tawanan
Internasional
Relief and Badan Pekerjaan untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), “ Gaza adalah “bara api”. frustrasi dan kemarahan yang terjadi pasti akan menyulut peperangan dengan mudah. PBB harus melakukan aksi yang dibutuhkan untuk mencegahnya.” Bank Dunia pada 22 Mei telah mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa tingkat pengangguran di Gaza mencapai 43% yang merupakan tingkat tertinggi di dunia, di mana lebih dari 60% penggangguran adalah pemuda. Steen Lau Jorgensen, Country Director Bank Dunia untuk Tepi Barat dan Gaza, menunjukkan bahwa kemiskinan, tingkat pengangguran, dan ekspektasi ekonomi di Gaza sangat mengkhawatirkan, dan menyoroti bahwa pengepungan terus menerus dan perang Israel di Gaza pada tahun 2014 menyebabkan efek bencana terhadap perekonomian dan kehidupan masyarakat. Situasi bencana “Gaza ada di ambang kehancuran,” Maher al-Tabba ekonom Palestina mengatakan. Ia menambahkan, “Hidup di Gaza lebih buruk dari yang orang bisa bayangkan. Gaza telah berubah menjadi penjara terbesar di dunia. Gaza dalam keadaan mati klinis, tidak ada rekonstruksi, tidak ada penyeberangan, tidak ada air, tidak ada listrik, tidak ada pekerjaan, tidak ada obat, tidak ada perkembangan, tidak ada kehidupan sama sekali.” Israel telah memberlakukan blokade darat dan laut di Gaza sejak pemilu demokratis yang membawa Hamas berkuasa pada Januari 2006. Perang Israel di Jalur Gaza di musim panas 2014 menyebabkan penurunan produk domestik bruto (PDB) sekitar $ 460.000.000, yang mempengaruhi konstruksi, pertanian, industri dan sektor listrik. Data Bank Dunia menunjukkan bahwa warga Gaza jatuh miskin. 80% dari mereka menerima bantuan kesejahteraan sosial dan 40% masih hidup di bawah garis kemiskinan. Muin Rajab, seorang profesor Ekonomi Universitas Al-Azhar di Gaza, mengatakan bahwa laporan dan indikator ekonomi yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga lokal dan internasional memperingatkan adanya tren peningkatan situasi “terjadinya perang” akibat dari pengepungan Gaza dan menyerukan untuk mengatasi tragedi kemanusiaan untuk menghindari kerusakan lebih lanjut. Iskandar Samaullah, SS.
Penanggung Jawab: Ketua ASPAC for Palestine. Pemimpin Umum: Muhammad Ilham. Pemimpin Redaksi: Muhammad Syarief. Keuangan: Dewi Muliawati. Redaksi: Ahmad Yani, Salman Alfarisy, Dina Fitria. Bagian Sirkulasi & Distribusi: Iskandar Samaullah, Djoko. Design dan Tata Letak: Ardy. Donasi: Rekening Bank Syariah Mandiri Cab. Saharjo 704 575 2121 atas nama ASPAC FOR PALESTINE.