perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Data dalam penelitian ini meliputi: data nilai Ulangan Semester I mata pelajaran matematika siswa kelas VII Tahun Ajaran 2014/2015, data hasil uji coba instrumen, data skor kreativitas belajar siswa dan data nilai tes prestasi belajar siswa pada materi segi empat. Pada Bab IV ini disajikan uraian data-data tersebut. 1. Data Nilai Ulangan Semester I Siswa Kelas VII Tahun Pelajaran 2014/2015 Setelah dilakukan sampling, maka terpilih dua kelas yaitu kelas VII H sebagai kelas eksperimen 1 (model JUCAMA) dan kelas VII B sebagai kelas eksperimen 2 (model Problem Based Learning). Data nilai Ulangan Semester Ganjil kelas VII Tahun Ajaran 2014/2015 disajikan pada Lampiran 23. Berdasarkan data tersebut kemudian ditentukan ukuran tendensi sentral meliputi rerata hitung ̅ , modus (Mo), median (Me) dan ukuran dispersi yang meliputi jangkauan (J) dan simpangan baku (s). Deskripsi data nilai Ulangan Semester I dari kedua kelas disajikan dalam tabel 4.1 Tabel 4.1 Deskripsi data nilai Ulangan Semester I Kelas VII B dan VII H Kelas
N
Ukuran Tendensi Ukuran Dispersi Sentral ̅
Mo
Me
Min
Max
J
S
VII H
34
70,58
78
70,5
51
95
44
11,7321
VII B
32
72,21
77
77
45
96
51
13,7012
Data selengkapnya dapat diihat pada Lampiran 24. 2. Data Hasil Uji Coba Instrumen Insrumen yang diujicobakan meliputi angket kreativitas belajar siswa dan tes prestasi belajar siswa pada materi segi empat.
53
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
a. Hasil Uji Coba Angket Kreativitas Belajar Siswa 1) Validitas Isi Instrumen berupa angket kreativitas belajar selengkapnya disajikan pada Lampiran 6. Uji validitas isi dilakukan oleh tiga orang validator, yaitu Ibu Kusmiyati, S.Pd, guru matematika di SMP N 1 Karanganom, Bapak Hari Purwanto, S.Pd, guru matematika di SMP N 1 Polanharjo dan Bapak Amiruddin, S.Pd, guru matematika di SMP N 3 Karanganom. Berdasarkan uji validitas isi yang dilakukan ketiga validator, 40 butir soal dinyatakan valid dengan revisi pada beberapa butir soal. Hasil validasi angket kreativitas belajar dapat dilihat pada Lampiran 17. 2) Uji Konsistensi Internal Angket Berdasarkan uji konsistensi internal angket kreativitas belajar siswa, diperoleh bahwa 28 butir soal memiliki konsistensi internal yang baik (
) dan 12 butir soal memiliki konsistensi internal yang tidak baik
(
). Butir soal yang memiliki konsistensi internal tidak baik, yaitu
butir soal nomor 2, 3, 4, 9, 11, 13, 14, 21, 22, 23, 27, 37. Perhitungan konsistensi internal angket disajikan pada Lampiran 19. 3) Uji Reliabilitas Uji
realiabilitas
menggunakan
rumus
Alpha.
Perhitungan
selengkapnya disajikan pada Lampiran 20. Dari perhitungan tersebut diperoleh indeks reliabilitas dari 28 butir soal
. Karena
maka 28 butir soal dinyatakan reliabel. Berdasarkan uji validitas isi, uji konsistensi internal dan uji reliabilitas angket, diperoleh 28 butir soal yang digunakan dalam penelitian sedangkan butir nomor 2, 3, 4, 9, 11, 13, 14, 21, 22, 23, 27, 37 tidak dipakai. b. Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika 1) Validitas Isi Instrumen berupa tes prestasi belajar disajikan pada Lampiran 10. Uji validitas isi dilakukan oleh tiga orang validator, yaitu Ibu Kusmiyati, S.Pd, guru matematika di SMP N 1 Karanganom, Bapak Hari Purwanto, commit to user S.Pd, guru matematika di SMP N 1 Polanharjo dan Bapak Amiruddin,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
S.Pd, guru matematika di SMP N 3 Karanganom. Berdasarkan uji validitas isi yang dilakukan ketiga validator, 35 butir soal dinyatakan valid dengan revisi pada beberapa butir soal. Hasil validasi dapat dilihat pada Lampiran 18. 2) Daya Pembeda Berdasarkan uji daya pembeda dengan menggunakan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson, diperoleh 28 butir soal dengan nilai
dan 7 butir soal memiliki nilai
. Sehingga 28
butir soal dinyatakan konsisten dan dapat dipakai, sedangkan 7 butir soal lainnya, yaitu butir soal nomor 1, 12, 13, 23, 26, 31, 33 dinyatakan tidak konsisten dan tidak dapat dipakai. Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 21. 3) Tingkat Kesukaran Berdasarkan perhitungan indeks tingkat kesukaran, diperoleh 1 butir soal yang dikategorikan soal yang sukar (
) , yaitu butir
nomor 31. Sebanyak 28 soal memiliki tingkat kesukaran sedang , yaitu butir soal nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 32, 34, 35, dan sebanyak 6 butir soal dikategorikan sebagai soal yang mudah (0,70
. Karena
) dari 28 butir soal
, maka 28 butir soal dinyatakan reliabel
dan dapat dipakai dalam penelitian. Perhitungan selengkapnya disajikan commit to user pada Lampiran 22.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
3. Data Skor Kreativitas Belajar Siswa Berdasarkan data skor kreativitas belajar siswa dari dua kelas, diperoleh nilai ̅
dan
dengan penentuan kategori kreativitas belajar
siswa sesuai dengan tabel 4.2 Tabel 4.2 Penentuan Kategori Kreativitas Belajar Siswa Kategori
Ketentuan
Tinggi Sedang
Rentang Skor
̅ ̅
̅
Rendah
̅
Berdasarkan data skor kreativitas gabungan dua kelas, dapat disajikan sebaran kategori kreativitas belajar matematika siswa, seperti pada tabel 4.3 di bawah ini, Tabel 4.3 Sebaran Kategori Kreativitas Belajar Siswa Kelas
Jumlah
Banyaknya siswa tiap kategori kreativitas
siswa
belajar Tinggi
Sedang
Rendah
VII H
34
9
14
11
VII B
32
8
14
10
Deskripsi data skor kreativitas belajar siswa disajikan dalam Tabel 4.4. Tabel 4.4 Deskripsi Skor Kreativitas Belajar Siswa Kategori
Jumlah
Ukuran
Ukuran Dispersi
Siswa
Tendensi Sentral ̅
Mo
Me
Min
Max
J
s
Tinggi
17
87,23
88
86
84
93
9
2,8401
Sedang
28
79,07
82
79
76
82
6
2,2596
Rendah
21
71,52
75
72
67
75
8
2,8916
Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran commit to user30.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
4. Data Nilai Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa Data yang diperoleh dibedakan menjadi dua, yaitu nilai tes prestasi belajar matematika siswa dtinjau dari model pembelajaran dan nilai tes prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari kreativitas belajar siswa. Masing-masing dari data tersebut ditentukan nilai ukuran tendensi sentralnya, yang meliputi rerata hitung ̅ , modus (Mo), median (Me) dan ukuran dispersi yang meliputi jangkauan (J) dan simpangan baku (s). Deskripsi data nilai tes prestasi belajar matematika pada materi segiempat ditinjau dari model pembelajaran disajikan dalam Tabel 4.5. Tabel 4.5 Deskripsi Data Nilai Tes Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Model Pembelajaran Model
Jumlah
Ukuran Tendensi
Siswa
Sentral ̅
Mo
JUCAMA 34
70,82
61
32
64,91
54
PBL
Me
Ukuran Dispersi
Min
Max
J
s
71
50
96
46
12,2980
62,5
46
89
43
12,9674
Deskripsi data nilai tes prestasi belajar matematika pada materi segiempat ditinjau dari kreativitas belajar siswa disajikan dalam Tabel 4.6. Tabel 4.6 Data Nilai Tes Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kreativitas Belajar Siswa Kreativitas
Jumlah
Ukuran Tendensi
Belajar
Siswa
Sentral
Siswa
̅
Mo
Me
Ukuran Dispersi
Min
Max
J
s
Tinggi
17
81,88
89
82
64
96
32
8,4326
Sedang
28
65,96
61
64
50
86
36
10,1305
Rendah
21
59,33
50
57
46
78
32
9,7536
Data selengkapnya dapat dilihat berturut-turut pada Lampiran 31 dan 32. B. Pengujian Persyaratan Analisis 1. Pengujian Persyaratan Ekperimen Uji persyaratan Eksperimen menggunakan uji keseimbangan. Data yang commit to user digunakan untuk uji keseimbangan diambil dari nilai Ulangan Semester Ganjil
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
siswa kelas VII Tahun Ajaran 2014/2015 untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas memiliki kondisi awal yang sama. Sebelum diuji keseimbangan, sampel perlu diuji dengan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan metode Liliefors dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil perhitungan uji normalitas keadaan awal disajikan dalam Tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil uji Normalitas Keadaan Awal Uji Normalitas
Lobs
Ltab
Keputusan
Keadaan Awal
Kesimpulan
Uji
Kelas Eksperimen 1
0,0984
0,1519
H0 tidak
(VII H)
Normal
ditolak
Kelas Eksperimen 2
0,1082
0,1567
H0 tidak
(VII B)
Normal
ditolak
Dari Tabel 4.7 diperoleh nilai Lobs untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol tidak melebihi Ltab, sehingga H0 tidak ditolak. Jadi, kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25, untuk uji normalitas kelas eksperimen 1 (JUCAMA) dan Lampiran 26 untuk uji normalitas kelas eksperimen 2 (Problem Based Learning (PBL)). Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi penelitian memiliki variansi yang sama atau tidak. Hasil perhitungan uji homogenitas keadaan awal disajikan dalam Tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Keadaan Awal Sumber
K
Keputusan Uji
Kesimpulan
Kelas VII H vs
2
H0 tidak ditolak
Homogen
tidak melebihi
, sehingga H0
Kelas VII B
Berdasarkan Tabel 4.8, diperoleh nilai
tidak ditolak dan dapat diambil kesimpulan bahwa masing-masing sampel berasal dari populasi yang homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada commit to user Lampiran 27. Uji keseimbangan menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi 0,05.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh nilai
bukan merupakan
anggota daerah kritik DK =
, sehingga H0 tidak
ditolak. Jadi, kelas JUCAMA dan kelas PBL memiliki keadaan awal yang sama, berarti kedua kelas tersebut berada dalam kondisi seimbang. Perhitungan selengkapnya untuk uji keseimbangan dapat dilihat pada Lampiran 28. 2. Pengujian Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas Uji
normalitas
menggunakan
metode
Liliefors
dengan
taraf
signifikansi 0,05. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang dilakukan yaitu: uji normalitas prestasi belajar matematika kelas JUCAMA, uji normalitas prestasi belajar matematika kelas PBL, uji normalitas prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas tinggi, uji normalitas prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas sedang, dan uji normalitas prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas rendah. Hasil perhitungan dari semua uji normalitas disajikan dalam Tabel 4.9 Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Persyaratan Analisis Sumber
n
Lobs
Ltab
Keputusan Uji
Kesimpulan
JUCAMA
34
0,1116
0,1519
H0 tidak ditolak
Normal
PBL
32
0,1354
0,1567
H0 tidak ditolak
Normal
Kreativitas
17
0,0842
0,2060
H0 tidak ditolak
Normal
28
0,1522
0,1674
H0 tidak ditolak
Normal
21
0,1374
0,1933
H0 tidak ditolak
Normal
Belajar Tinggi Kreativitas Belajar Sedang Kreativitas Belajar Rendah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa Lobs untuk semua sumber tidak melebihi Ltab, sehingga keputusan uji yang diambil yaitu H0 tidak ditolak. Jadi, masing-masing sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat berturut-turut pada Lampiran 33, 34, 35, 36, 37. b. Uji Homogenitas Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Dalam penelitian ini, uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett dengan statistik uji dan taraf signifikansi 0,05. Uji homogenitas dibedakan menjadi dua, yaitu uji homogenitas antar baris (uji homogenitas prestasi belajar matematika ditinjau dari model pembelajaran) dan uji homogenitas
antar kolom (uji
homogenitas prestasi belajar matematika ditinjau dari kreativitas belajar siswa). Hasil perhitungan uji homogenitas disajikan dalam Tabel 4.10. Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Persyaratan Analisis Sumber
k
Model
Keputusan Uji
Kesimpulan
2
0,0936
3,8410
H0 tidak ditolak
Homogen
3
0,6585
5,9910
H0 tidak ditolak
Homogen
Pembelajaran Kreativitas Belajar
Dari Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai tidak melebihi
masing-masing sumber
, sehingga keputusan uji yang diambil adalah H0 tidak
ditolak. Jadi, masing-masing sampel berasal dari populasi yang homogen. Perhitungan seleengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 38 dan Lampiran 39. C. Pengujian Hipotesis 1. Anava Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan dalam Tabel 4.1 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
Tabel 4.11 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Sumber
JK
dk
RK
Fobs
Ftab
Keputusan Uji
Model
1
H0A ditolak
2
H0B ditolak
2
H0AB tidak
Pembelajaran (A) Kreativitas Belajar (B) Interaksi (AB)
ditolak 60
Galat (G) Total (T)
11492,04
65
-
-
-
-
-
-
-
Berdasarkan Tabel 4.11, diperoleh informasi sebagai berikut: a. Terdapat perbedaan efek antar baris dengan variabel terikat. Hal ini berarti, kedua model pembelajaran yang diberikan memberikan efek yang tidak sama terhadap prestasi belajar matematika siswa. b. Terdapat perbedanan efek antar kolom dengan variabel terikat. Hal ini berarti, Kreativitas belajar memberikan efek yang tidak sama terhadap prestasi belajar matematika siswa. c. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran yang diberikan dengan kreativitas siswa. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 40. 2. Uji Komparasi Ganda a. Uji Komparasi Rerata antar baris Pada perhitungan analisis variansi dua jalan, apabila H0 ditolak maka perlu dilakukan uji komparasi ganda. Dalam penelitian ini, H0A ditolak. Sehingga kedua model pembelajaran yang diberikan memberikan efek yang tidak sama terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi segiempat. Karena penelitian ini hanya menggunakan dua model pembelajaran, maka untuk mengetahui perbedaan efeknya terhadap prestasi belajar hanya perlu commit to user dilihat melalui rataan marginal. Dari perhitungan, diperoleh rata-rata nilai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
prestasi belajar siswa untuk model JUCAMA sebesar 70,82 sedangkan ratarata nilai prestasi belajar siswa untuk model Problem Based Learning sebesar 64,91. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran JUCAMA memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan model Problem Based Learning. b. Uji Komparasi Rerata antar kolom Pada penelitian ini H0B ditolak, berarti kreativitas belajar memberikan efek yang tidak sama terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi segiempat.Oleh karena itu perlu dilakukan uji komparasi ganda untuk mengetahui perbedaan rerata antar kolom. Metode yang digunakan untuk uji komparasi yaitu metode Scheffe dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil perhitungan rerata prestasi belajar matematika siswa antar baris, antar kolom dan antar sel disajikan dalam Tabel 4.12. Tabel 4.12 Rataan dan Rataan Marginal Model Pembelajaran
Kreativitas Belajar Siswa Tinggi
Sedang
Rataan Marginal
Rendah
JUCAMA
83
68,43
63,91
70,82
PBL
80,63
63,50
54,30
64,91
Rataan Marginal
81,88
65,96
59,33
Hasil perhitungan uji komparasi ganda antar kolom disajikan dalam Tabel 4.13. Tabel 4.13 Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom Komparasi
Fobs
2F0,05;2;60
Keputusan Uji
vs
31,18
6,3
H0
1.2 ditolak
vs
56,06
6,3
H0
1.3 ditolak
vs
6,19
6,3
H0
2.3
tidak
ditolak Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 41. Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar kolom dalam Tabel 4.13, dapat disimpulkan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
1) H0
1.2 ditolak
karena nilai F.1.2 melebihi 2F0,05;2;60. Hal ini berarti siswa
dengan kreativitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar yang tidak sama dibandingkan siswa dengan kreativitas sedang. Berdasarkan Tabel 4.11diketahui bahwa rataan marginal prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas tinggi sebesar 81,88. Sedangkan rataan marginal siswa dengan kreativitas sedang sebesar 65,96. Jadi, siswa dengan kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kreativitas sedang. 2) H0
1.3 ditolak
karena nilai F.1.3 melebihi 2F0,05;2;60. Hal ini berarti siswa
dengan kreativitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar yang tidak sama dibandingkan siswa dengan kreativitas rendah. Berdasarkan Tabel 4.11diketahui bahwa rataan marginal prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas tinggi sebesar 81,88. Sedangkan rataan marginal siswa dengan kreativitas rendah sebesar 59,33. Jadi, siswa dengan kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kreativitas rendah. 3) H0
2.3
tidak ditolak karena nilai F.2.3 tidak melebihi 2F0,05;2;60. Hal ini
berarti tidak terdapat perbedaan rataan yang signifikansi pada prestasi belajar siswa dengan kreativitas belajar sedang dibandingkan siswa dengan kreativitas rendah.. D. Pembahasan Hasil Analisis Data 1. Hipotesis Pertama Berdasarkan perhitungan uji anava dua jalan dengan sel tak sama, diperoleh FA = 5,865 > 4,00 = Ftab. FA anggota daerah kritik, sehingga keputusan uji yang diambil adalah H0A ditolak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran JUCAMA dan Problem Based Learning memberikan efek yang tidak sama terhadap prestasi belajar matematika siswa. Karena model yang digunakan hanya dua model, sehingga untuk mengetahui model manakah yang menghasilkan prestasi yang baik cukup dilihat melalui rataan marginalnya. Berdasarkan Tabel 4.12, rataan marginal kelas dengan model JUCAMA adalah commit to user 70,82, sedangkan rataan marginal kelas dengan model Problem Based Learning
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
adalah 64,91. Dengan demikian, sesuai dengan hipotesis yang diajukan bahwa model pembelajaran JUCAMA menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan model Problem Based Learning pada materi segi empat. Kesimpulan di atas mungkin disebabkan karena siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model JUCAMA cenderung lebih terlatih dalam memecahkan masalah melalui tahapan pengajuan masalah (problem posing). Melalui tahapan ini siswa diajak untuk membuat soal dari situasi yang diadakan guru (pre-solution posing), merumuskan ulang soal seperti yang sudah diselesaikan (within solution posingi) atau memodifikasi kondisi soal yang sudah diselesaikan sehingga menghasilkan soal baru (post solution posing). Keefektifan pelaksanaan pengajuan soal dijelaskan dalam penelitian Ahmad Samsudin (2014) . Berdasarkan penelitian tersebut disimpulkan bahwa melalui kegiatan pengajuan masalah (problem posing) siswa dapat memahami masalah lebih baik dan melalui latihan pembentukan soal, siswa dapat mengembangkan ide-ide kreatif dalam menyelesaikan masalah matematika melalui pengajuan soal. Kondisi seperti ini tidak ditemukan pada kelas dimana siswa-siswanya diberi pembelajaran Problem Based Learning. 2. Hipotesis Kedua Berdasarkan perhitungan uji anava dua jalan dengan sel tak sama, diperoleh FB = 33, 394 > 3,15 = Ftab. FA anggota daerah kritik, sehingga keputusan uji yang diambil adalah H0B ditolak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kreativitas belajar (kreativitas belajar tinggi, sedang, rendah) memberikan efek yang tidak sama terhadap prestasi belajar matematika siswa. Uji komparasi ganda dilakukan untuk mengetahui kategori manakah yang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik. Berdasarkan hasil uji komparasi rataan antara kelompok siswa dengan kreativitas belajar tinggi dengan kelompok siswa dengan kreativitas belajar sedang, diperoleh nilai F.1.2 = 31,18> 6,3 = 2F0,05;2;60. F.1.2 anggota daerah kritik, sehingga diambil keputusan uji H0
1.2 ditolak.
Hal ini berarti siswa dengan
kreativitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar yang tidak sama dibandingkan siswa dengan kreativitas sedang. Berdasarkan Tabel 4.11, diketahui bahwa rataan commit todengan user kreativitas tinggi sebesar 81,88. marginal prestasi belajar matematika siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Sedangkan rataan marginal siswa dengan kreativitas sedang sebesar 65,96. Jadi, siswa dengan kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kreativitas sedang. Pada uji komparasi rataan antara kelompok siswa dengan kreativitas belajar tinggi dengan kelompok siswa dengan kreativitas belajar rendah, diperoleh nilai F.1.3 = 56,06> 6,3 = 2F0,05;2;60. F.1.3 anggota daerah kritik, sehingga diambil keputusan uji H0
1.3 ditolak.
Hal ini berarti siswa dengan kreativitas belajar tinggi
memiliki prestasi belajar yang tidak sama dibandingkan siswa dengan kreativitas rendah. Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui bahwa rataan marginal prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas tinggi sebesar 81,88. Sedangkan rataan marginal siswa dengan kreativitas rendah sebesar 59,33. Jadi, siswa dengan kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kreativitas rendah. Kesimpulan-kesimpulan di atas mungkin disebabkan karena siswa dengan kreativitas belajar tinggi mampu mengkaitkan konsep-konsep yang sudah diperoleh pada pembelajaran sebelumnya untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik. Sehingga apabila dihadapkan pada suatu permasalahan, siswa dengan kreativitas tinggi dapat menyelesaikan persoalan matematika dengan lebih baik dibandingkan siswa dengan kreativitas sedang maupun rendah. Selain itu, berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, siswa dengan kreativitas belajar tinggi mengikuti pembelajaran dengan lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan kreativitas sedang maupun rendah. Hal ini juga dijelaskan dalam penelitian Fita Wijayanti (2007) yang menyimpulkan bahwa siswa dengan kreativitas belajar yang lebih tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas belajar yang lebih rendah. Sedangkan melalui uji komparasi rataan antara kelompok siswa dengan kreativitas sedang dengan kelompok siswa dengan kreativitas rendah, diperoleh nilai F.2.3 = 6,19 < 6,3 = 2F0,05;2;60. F.2.3 bukan anggota daerah kritik, sehingga diambil keputusan uji H0
2.3 tidak
ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan
rataan yang signifikan pada prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas commit to user sedang dengan siswa kreativitas rendah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan yang menyatakan bahwa siswa dengan kreativitas belajar sedang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kreativitas belajar rendah. Tidak terpenuhinya hipotesis yang menyatakan bahwa siswa dengan kreativitas belajar sednag mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kreativitas rendah mungkin disebabkan siswa dengan kreativitas rendah termotivasi untuk belajar. Siswa dengan kreativitas belajar rendah terbantu dalam belajar melalui diskusi kelompok dan pemberian soal-soal pemecahan masalah dan pengajuan masalah. Sehingga prestasi belajar siswa dengan kreativitas belajar rendah tidak berbeda jauh dengan siswa dengan kreativitas belajar sedang. 3. Hipotesis Ketiga Berdasarkan perhitungan uji anava dua jalan dengan sel tak sama, diperoleh FAB = 0,829 < 3,15 = Ftab. FAB bukan anggota daerah kritik, sehingga keputusan uji yang diambil adalah H0AB tidak ditolak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas belajar siswa. Hal ini berarti pada siswa dengan kreativitas belajar tinggi, sedang, maupun rendah, model pembelajaran JUCAMA menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran Problem Based Learning. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan, bahwa pada siswa dengan kreativitas belajar tinggi, model pembelajaran JUCAMA menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran Problem Based Learning. Karena model JUCAMA tidak hanya menekankan pada proses pemecahan masalah namun juga pada proses pengajuan masalah, sehingga siswa dengan kreativitas belajar tinggi yang mengikuti pembelajaran JUCAMA lebih termotivasi untuk belajarr. Akibatnya, siswa dengan kreativitas belajar tinggi yang mengikuti pembelajaran JUCAMA dapat meyelesaikan soal-soal matematika dengan baik dan menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan
siswa
dengan
kreativitas
belajar
pembelajaran Problem Based Learning. commit to user
tinggi
yang
mengikuti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
4. Hipotesis Keempat Berdasarkan perhitungan uji anava dua jalan dengan sel tak sama, diperoleh FAB = 0,829 < 3,15 = Ftab. FAB bukan anggota daerah kritik, sehingga keputusan uji yang diambil adalah H0AB tidak ditolak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas belajar siswa. Hal ini berarti pada siswa dengan kreativitas belajar tinggi, sedang, maupun rendah, model pembelajaran JUCAMA menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran Problem Based Learning. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan bahwa pada siswa dengan kreativitas belajar sedang, model pembelajaran JUCAMA menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran Problem Based Learning. Kesimpulan diatas mungkin disebabkan karena siswa dengan kreativitas belajar sedang yang mengikuti model pembelajaran JUCAMA menjadi termotivasi untuk belajar karena setiap siswa diharuskan untuk membuat pengajuan masalah. Selain mengajukan masalah, siswa juga diharuskan dapat menyelesaikan permasalahan yang mereka buat sendiri. melalui latihan mengajukan masalah, siswa dengan kreativitas belajar sedang terbiasa untuk memunculkan ide-ide yang membantu siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. 5. Hipotesis Kelima Berdasarkan perhitungan uji anava dua jalan dengan sel tak sama, diperoleh FAB = 0,829 < 3,15 = Ftab. FAB bukan anggota daerah kritik, sehingga keputusan uji yang diambil adalah H0AB tidak ditolak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas belajar siswa. Hal ini berarti pada siswa dengan kreativitas belajar tinggi, sedang, maupun rendah, model pembelajaran JUCAMA menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran Problem Based Learning. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan bahwa pada siswa dengan kreativitas belajar rendah, model pembelajaran JUCAMA menghasilkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
prestasi belajar yang tidak lebih baik dibandingkan model pembelajaran Problem Based Learning. Kesimpulan diatas mungkin disebabkan karena siswa dengan kreativitas belajar rendah yang mengikuti model pembelajaran JUCAMA lebih termotivasi untuk belajar. Melalui latihan mengajukan masalah, siswa dengan kreativitas belajar rendah terbiasa untuk memunculkan ide-ide yang membantu dalam menyelesaikan masalah matematika. Selain itu, mungkin disebabkan karena keterbatasan guru dalam membimbing diskusi kelompok pada siswa yang mengikuti model Problem Based Learning. Sehingga prestasi belajar siswa dengan kreativitas rendah yang mengikuti model Problem Based Learning menjadi kurang maksimal.
commit to user