SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 003/ PP.IAI/1418/VII/2014 Tentang PERATURAN ORGANISASI TENTANG PEDOMAN PENDIDIKAN BERKELANJUTAN APOTEKER INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Menimbang
:
a. Bahwa pada masa kepengurusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia masa bakti 2009-2014 telah dibentuk Tim Adhoc penyusunan Pedoman Resertifikasi Apoteker. b. Bahwa Tim Adhoc penyusunan Pedoman Resertifikasi Apoteker telah menyelesaikan tugas serta menyerahkan hasilnya kepada Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia. c. Bahwa sehubungan dengan butir a dan b diatas perlu ditetapkan Surat Keputusan tentang Peraturan Organisasi tentang Pedoman Resertifikasi Apoteker
Mengingat
:
1. Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia 2. Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia
Memperhatikan
: Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada tanggal 13 sampai 15 Juni 2014 di Jakarta MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia No. PO. 003/PP.IAI/1418/VI/2014 tentang Peraturan Organisasi tentang Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia, sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.
Pertama
: Peraturan Organisasi tentang Pedoman Resertifikasi Apoteker ini menjadi pedoman yang mengikat bagi Apoteker di seluruh wilayah Indonesia..
Kedua
: Mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada segenap anggota Tim Adhoc penyusunan Pedoman Resertifikasi Apoteker yang telah menjalan tugas dengan sebaik-baiknya
Ketiga ……… Ketiga
: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diperbaiki apabila terdapat kekeliruan.
Ditetapkan di Pada tanggal
: Jakarta : 16 Juli 2014
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Ketua Umum, Sekretaris Jendral,
Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt NA. 23031961010827
Noffendri Roestam, S. Si., Apt NA. 29111970010829
PEDOMAN PENDIDIKAN BERKELANJUTAN
APOTEKER INDONESIA
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Pengantar
Puji dan syukur Alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga Pedoman dan Tatacara Re-Sertifikasi dapat tersajikan kepada seluruh Apoteker. Pedoman ini sangat penting dan mendesak; semata-mata dimaksudkan untuk memperoleh kejelasan dan arah yang dapat diikuti oleh seluruh Apoteker dalam memperpanjang Sertifikat Kompetensi yang telah atau akan segera berakhir. Pedoman ini juga sangat bermanfaat bagi segenap Pengurus IAI di berbagai tingkatan untuk dapat memberikan pelayanan sesuai ketentuan yang berlaku. Tim Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan Pedoman ini agar dapat menampung semua kondisi di lapangan atas seluruh kegiatan praktik kefarmasian pada berbagai bidang. Ketetapan Ikatan Apoteker Indonesia agar setiap apoteker mampu mengumpulkan SKP sebanyak 150 poin dalam 5 (lima) tahun telah dirumuskan Pedoman ini sesuai dengan ranah domain kegiatan kompetensi secara seimbang sebagaimana mestinya. Berbagai masukan dan pandangan yang berkembang selama pembahasan juga telah diakomodir Pedoman ini. Akhirnya, Tim Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak atas kepercayaan dan dukungannya sehingga Pedoman ini dapat diterbitkan sebagaimana mestinya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan lahir dan batin, saat ini hingga nanti guna memajukan profesi Apoteker agar lebih bemanfaat bagi segenap rakyat dan bangsa Indonesia.
Jakarta, Juni 2014
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
2
TIM PENYUSUN
M Dani Pratomo Nurul Falah Eddy Pariang Jamaludin Al Jef Ali Mashuda Bambang Triwara Saleh Rustandi Masrial Mahyudin Pre Agusta Djoko Suyono Dachriyanus Nunut Rubiyanto Chusun Noffendri Totok Sudjianto Robby Sondakh Abdul Rahem Sugiyartono Henri Kurnia Setiawan Partana Mochammad Yenny Wahyudi Budi Raharjo Budi Suprapti Dara Amelia Indah Susanti Fransiscus Kristianto
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
3
DAFTAR ISI Pengantar
2
Tim Penyusun
3
Daftar Isi
4
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN
7
A. B.
7 8
SERTIFIKASI DAN RE-SERTIFIKASI DASAR HUKUM
KETENTUAN UMUM
9
A.
DEFINISI OPERASIONAL
9
B.
PENYELENGGARAAN RE-SERTIFIKASI
10
C.
BIAYA PENYELENGGARAAN RE-SERTIFIKASI
10
D.
KETENTUAN ADMINISTRATIF RE-SERTIFIKASI
10
E.
SYARAT TEKNIS RE-SERTIFIKASI
10
F.
SIKLUS RE-SERTIFIKASI
12
PEMBOBOTAN SATUAN KREDIT PARTISIPASI (SKP) 1. 2. 3. 4. 5.
Kesertaan dalam Kesertaan dalam Kesertaan dalam Kesertaan dalam Kesertaan dalam
13 13 13 13 14 14
Kegiatan Praktik Profesi Kegiatan Pembelajaran (learning) Kegiatan Pengabdian Kegiatan Publikasi Ilmiah atau Populer bidang kefarmasian Kegiatan Pengembangan Ilmu dan Pendidikan
PENERAPAN BOBOT SKP UNTUK RE-SERTIFIKASI
14
PENGELOLAAN SKP PEMBELAJARAN
15 15
PENGHARGAAN DAN SANKSI
BAB IV
PENGUKURAN KINERJA PRAKTIK PROFESI
16
A.
UMUM
B.
PENGUKURAN KINERJA PRAKTIK PROFESI BIDANG PELAYANAN KEFARMASIAN
16 16
1.
Kegiatan Praktik Profesi Berbasis Waktu Minimal
2. 3.
Penghargaan Praktik Profesi yang Melampaui Waktu Minimal Monitoring dan melaporkan ESO (MESO)
4.
Menjadi Pendamping Minum Obat
17 18 18 18
5.
Memberi Edukasi Ke Kelompok Pasien (Minimal 10 Orang)
18
6.
Terlibat Dalam Pokja Kefarmasian
18
7.
Pelaksanaan Praktik yang Bermutu
18
8.
Penyediaan Brosur/Leaflet untuk Informasi Aktif
19 19
C.
PENGUKURAN KINERJA PRAKTIK PROFESI BIDANG DISTRIBUSI KEFARMASIAN
D.
PENGUKURAN KINERJA PRAKTIK PROFESI BIDANG PRODUKSI/INDUSTRI (FARMASI, KOSMETIK, OBAT TRADISIONAL DAN MAKANAN-MINUMAN) 1. Bagian Pengawasan Mutu
20 21
2.
Bagian Pemastian Mutu
22
3. 4.
Bagian Produksi Bagian Penelitian Dan Pengembangan Produk
22 23
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
4
BAB V
23
6.
Bagian Regulatory and Product Information
24 25
A.
UMUM
B.
PENGUKURAN KINERJA PEMBELAJARAN
25 25
C.
KONVERSI BOBOT SKP-PEMBELAJARAN
27
PENGUKURAN KINERJA PENGABDIAN
BAB VII
29
A.
UMUM
29
B.
PENGUKURAN KINERJA PENGABDIAN
29
PENGUKURAN KINERJA PUBLIKASI ILMIAH/POPULER BIDANG KEFARMASIAN DAN KINERJA PENGEMBANGAN ILMU DAN PENDIDIKAN
BAB VIII
30
A.
UMUM
30
B.
KINERJA PUBLIKASI ILMIAH/POPULER BIDANG KEFARMASIAN
30
C.
KINERJA PENGEMBANGAN ILMU DAN PENDIDIKAN
30
BORANG-BORANG DALAM APLIKASI (BUKU LOG)
32
PENILAIAN DIRI 1. Borang Registrasi
32 32 32 33 33
2.
Borang Penilaian Diri
3. 4.
Borang Praktik Profesi Borang Rencana Pengembangan Diri
LAMPIRAN-LAMPIRAN BORANG DALAM LOG BOOK
34
DAFTAR TILIK SKRINING RESEP
47
PAIENT MEDICATION RECORD (PMR)
48
FORMAT NOTA INFORMED CONSENT
49
PEDOMAN PENANDAAN SERTIFIKAT SKP
50
BERKAS- BERKAS PORTOFOLIO PEMBELAJARAN
51
A. B.
BAB X
Bagian Managemen Persediaan
PENGUKURAN KINERJA PEMBELAJARAN
BAB VI
BAB IX
5.
UMUM CAKUPAN PORTOFOLIO PEMBELAJARAN 1. Berkas Pertama : Portofolio Data Pribadi 2. Berkas Kedua : Portofolio Pembelajaran
51 51 51 52
3.
53
Berkas Ketiga : Rekapitulasi Portofolio
LAMPIRAN-LAMPIRAN PORTOFOLIO PEMBELAJARAN
54
PROSEDUR PERMOHONAN RE-SERTIFIKASI
68
A.
PENDAHULUAN
68
B.
ASESMEN KOMPETENSI DIRI PRA RE-SERTIFIKASI
69
C.
PROSEDUR RE-SERTIFIKASI TERARAH 1.
Re-Sertifikasi bagi Apoteker di Pelayanan Kefarmasian Dasar
69 70
2. 3.
Re-Sertifikasi bagi Apoteker di Pelayanan Kefarmasian Tingkat Lanjut Re-Sertifikasi bagi Apoteker di Distribusi Kefarmasian
70 70
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
5
BAB XI
4.
Re-Sertifikasi bagi Apoteker di Industri Farmasi dan Kosmetika
71
5.
Re-Sertifikasi bagi Apoteker di Industri Obat Tradisional dan Makanan-Minuman
6.
Re-Sertifikasi bagi Apoteker Lainnya
71 71
D.
PROSEDUR PERMOHONAN RE-SERTIFIKASI BERBASIS MANUAL PENUH
E.
PROSEDUR PERMOHONAN RE-SERTIFIKASI BERBASIS MANUAL ELEKTRONIK
F.
PROSEDUR PERMOHONAN RE-SERTIFIKASI BERBASIS WEB TERINTEGRASI
G.
MANUAL PROSEDUR PERMOHONAN RE-SERTIFIKASI YANG BERLAKU SAAT INI
71 71 72 72 74
PENANGANAN PERMOHONAN RE-SERTIFIKASI
BAB XII
A.
PENANGANAN PERMOHONAN RE-SERTIFIKASI OLEH TIM VERIFIKASI CABANG
74
B.
PENANGANAN PERMOHONAN RE-SERTIFIKASI OLEH TIM VERIFIKASI DAERAH
76
C.
PENANGANAN PERMOHONAN RE-SERTIFIKASI OLEH BADAN SERTIFIKASI PROFESI
77
D.
HUBUNGAN PENGURUS DAERAH DENGAN TIM SERTIFIKASI DAN RE-SERTIFIKASI
E.
HUBUNGAN PENGURUS PUSAT DENGAN BADAN SERTIFIKASI PROFESI
77 78 79
PENGENDALIAN SKP DALAM DINAMIKA DAN MOBILITAS APOTEKER
BAB XIII
A.
DINAMIKA PRAKTIK PROFESI DARI WAKTU KE WAKTU
B.
MIGRASI DAN MUTASI PRAKTIK PROFESI APOTEKER DAN DOKUMENTASI SKP
79 79 82
PENANGANAN KEGAGALAN DALAM RE-SERTIFIKASI A. B.
C.
UMUM SEBAB-SEBAB KEGAGALAN RE-SERTIFIKASI 1. Faktor Itikat dan Keseriusan Apoteker itu Sendiri 2. Faktor Tempat Praktik 3. Faktor Situasi Makro Praktik Kefarmasian 4. Faktor Kebijakan Organisasi PENANGANAN APOTEKER GAGAL RE-SERTIFIKASI
D.
PENANGANAN INSTRUMENTASI PRAKTIK
E.
PENANGANAN APOTEKER YANG TIDAK PRAKTIK/KERJA DAN APOTEKER YANG PRAKTIK/KERJA DENGAN WAKTU TIDAK SESUAI DENGAN MASA BERLAKU SERTIFIKAT
82 82 82 83 83 83 84 84 84
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
85
BAB XV
PENUTUP
86
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
6
BAB I PENDAHULUAN A.
SERTIFIKASI DAN RE-SERTIFIKASI Sertifikat Kompetensi mutlak dibutuhkan oleh setiap Apoteker. Untuk memperoleh Sertifikat Kompetensi, seorang Apoteker harus melakukan satu tahapan yang disebut Sertifikasi Kompetensi Profesi Apoteker. Sertifikasi Kompetensi Profesi Apoteker adalah serangkaian proses sistematis yang dilakukan oleh Organisasi Profesi (IAI) untuk menyatakan bahwa seorang Apoteker dinilai telah memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Standar Kompetensi Apoteker Indonesia (SKAI). Sertifikasi Kompetensi bagi Apoteker pada dasarnya hanya dilakukan satu kali. Uji Kompetensi Apoteker Indonesia (UKAI) merupakan satu-satunya instrumen dalam penatalaksanaan Sertifikasi Kompetensi. Setelah dinyatakan Lulus Uji Kompetensi, Apoteker akan memperoleh pengakuan kompetensi dalam bentuk Sertifikat Kompetensi Apoteker. Setelah
memperoleh
Sertifikat
seorang
Apoteker
selanjutnya
berhak
mengajukan
permohonan ke Komite Farmasi Nasional (KFN) guna memperoleh Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). . Sertifikat Kompetensi berlaku selama 5 (lima) tahun. Setelah masa tersebut Sertifikat dapat diperbarui kembali. Perbaruan atas Sertifikat Kompetensi yang telah habis masa berlakunya dilakukan melalui Mekanisme Re-Sertifikasi. Re-Sertifikasi (Sertifikasi Ulang) adalah proses pengakuan ulang atas kemampuan seorang apoteker yang dilakukan oleh Organisasi Profesi (IAI) setelah memenuhi sejumlah persyaratan dalam Program Pengembangan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (P2AB). P2AB dilakukan melalui mekanisme pembobotan Satuan Kredit Partisipasi (SKP) berdasarkan ketentuan yang berlaku. Re-Sertifikasi sesungguhnya merupakan instrumen untuk mengukur dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan kinerja kompetensi selama waktu tertentu (5 tahun) sekaligus sebagai suatu upaya pendorong untuk menjamin bahwa Apoteker tetap layak menjalankan praktik kefarmasian sesuai ketentuan yang berlaku dalam Naskah Standar Kompetensi, Standar Praktik Profesi dan Etika Profesi.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
7
B.
DASAR HUKUM 1.
Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2.
Undang Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3.
Peraturan Pemerintah No 20 tahun 1962 tentang Lafal Sumpah/Janji Apoteker
4.
Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
5.
Peraturan Pemerintah No 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
6.
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia tahun 2014
7.
Kode Etik Apoteker Indonesia – Hasil Kongres Nasional IAI tahun 2014
8.
Standar Kompetensi Apoteker Indonesia Tahun 2011
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
8
BAB II KETENTUAN UMUM A.
DEFINISI OPERASIONAL Dalam Pedoman ini, yang dimaksud dengan : 1. Standar Kompetensi Apoteker adalah seperangkat acuan tindakan cerdas dan bertanggungjawab yang harus dimiliki seseorang yang dibuat oleh masyarakat Apoteker (IAI) untuk melaksanakan tugas-tugas sebagai Apoteker. 2. Sertifikat Kompetensi adalah dokumen profesi (IAI) yang diberikan kepada seorang apoteker setelah memenuhi semua persyaratan dalam proses Sertifikasi dan/atau ReSertifikasi guna menyatakan bahwa yang bersangkutan kompeten untuk menjalankan praktik kefarmasian sesuai Standar Kompetensi, Standar Praktik Profesi dan Etika Profesi. 3. Program Pengembangan Praktik Apoteker (P3A) adalah serangkaian aktifitas dan dokumentasi praktik kefarmasian yang dilakukan oleh seorang apoteker. 4. Program
Pengembangan
Pendidikan
Apoteker
Berkelanjutan
(P2AB)
adalah
serangkaian upaya sistematis pembelajaran diri Apoteker untuk meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya sepanjang hayat. 5. Badan adalah Badan Sertifikasi Profesi, suatu lembaga otonom yang dibentuk oleh Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia yang bertangggungjawab untuk melakukan serangkaian pembinaan kompetensi melalui mekanisme Sertifikasi, Re-Sertifikasi dan Program Pengembangan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (Program P2AB). 6. Tim adalah Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi Daerah, merupakan alat kelengkapan Pengurus Daerah IAI (Provinsi) yang diberi tugas untuk melaksanakan Sertifikasi, ReSertifikasi dan Program Pengembangan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (Program P2AB) di Daerah dengan berpedoman pada Petunjuk Teknis sesuai dengan arahan atau petunjuk yang diberikan oleh Badan melalui Ketua Pengurus Daerah yang bersangkutan. 7. Tim Verifikasi adalah alat kelengkapan Pengurus Daerah dan/atau Pengurus Cabang IAI yang diberi tugas untuk mengontrol dan menginventarisir dokumen-dokumen praktik/pekerjaan kefarmasian, dokumen pembelajaran dan dokumen-dokumen lain Apoteker selama proses Re-Sertifikasi. 8. Satuan Kredit Partisipasi (SKP) adalah ukuran partisipasi atas kegiatan praktik profesi, kegiatan pengabdian, kegiatan pembelajaran berkelanjutan, kegiatan pengembangan ilmu dan kegiatan publikasi ilmiah yang dilakukan oleh Apoteker selama kurun waktu berlakunya Sertifikat Kompetensi.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
9
9. Portofolio adalah sekumpulan informasi pribadi yang berisi catatan atau dokumen atas pencapaian prestasi dalam menjalankan praktik profesi dan/atau pendidikan profesinya. 10. Pengurus Pusat adalah Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia di Tingkat Pusat 11. Pengurus Daerah adalah Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia di Tingkat Propinsi 12. Pengurus Cabang adalah Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia di tingkat Kab/Kota.
B.
PENYELENGGARA RE-SERTIFIKASI Re-Sertifikasi diselenggarakan oleh Badan Sertifikasi Profesi yang dibantu oleh Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi Daerah dan Tim Verifikator
sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan Pedoman ini. C.
BIAYA PENYELENGGARAAN RE-SERTIFIKASI Biaya Re-Sertifikasi ditanggung oleh pemohon yang besarnya ditentukan oleh Badan Sertifikasi Profesi sedangkan biaya verifikasi ditentukan oleh Pengurus Daerah IAI setempat.
D.
KETENTUAN ADMINISTRATIF RE-SERTIFIKASI Untuk mengikuti Program Re-Sertifikasi, Apoteker harus memenuhi ketentuan administratif sebagai berikut : a. Mengisi borang Permohonan Re-Sertifikasi kepada Badan Sertifikasi Profesi melalui Pengurus Daerah. b. Mengisi borang-borang dalam Buku Log (Log Book). c.
Mengisi berkas-berkas dalam Portofolio Pembelajaran.
d. Membayar biaya registrasi resertifikasi. e. Membayar biaya verifikasi resertifikasi f.
Membayar Sertifikat Kompetensi bila dinyatakan Lolos Re-Sertifikasi.
Pengisian borang dan berkas serta pembayaran dapat dilakukan secara ONLINE. Syarat-syarat dan ketentuan lebih lanjut mengenai Re-Sertifikasi ditentukan oleh Badan Sertifikasi Profesi. E.
SYARAT TEKNIS RE-SERTIFIKASI Untuk mengajukan permohonan Re-Sertifikasi, Apoteker memenuhi ketentuan : 1. Memiliki sekurangnya 60 SKP-Praktik, dan 2. Memiliki sekurangnya 60 SKP-Pembelajaran,dan 3. Memiliki antara 7,5 – 22,2 SKP-Pengabdian, dengan/atau tanpa 4. Memiliki sampai dengan 37,5 SKP-Publikasi Ilmiah*, dengan/atau tanpa 5. Memiliki sampai dengan 37,5 SKP-Pengembangan Ilmu*.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
10
Pencapaian SKP untuk keperluan Re-Sertifikasi tercermin seperti dalam Tabel 1. Tabel 1. Pencapaian Bobot SKP No
Domain Kegiatan
1. 2. 3.
Kegiatan Praktik Profesi Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pengabdian Masyarakat JUMLAH (sedemikian sehingga): Kegiatan Publikasi Ilmiah atau popular 4. di bidang kefarmasian Kegiatan Pengembangan Ilmu dan 5. Pendidikan Jumlah maksimal kegiatan publikasi atau pengembangan ilmu:
Proporsi Pencapain
Jumlah SKP dalam 1 tahun
Jumlah SKP dalam 5 tahun
40 - 50% 40 - 50% 5 - 15% 100%
12 - 15 12 - 15 1,5 - 4,5 30
60 – 75 60 – 75 7,5 – 22,5 150
0 - 25%
0 - 7,5
0 - 37,5
0 - 25%
0 - 7,5
0- 37,5
50%
15
75
*)Kinerja yang berupa Publikasi Ilmiah dan Pengembangan Ilmu bersifat “Tidak Wajib”.
Satuan Kredit Partisipasi dibobot dalam bentuk Sertifikat-SKP yang diterbitkan oleh Organisasi Profesi (PP dan/atau PD). Pengaturan : 1. Penentuan bobot SKP hanya dapat ditetapkan melalui SK PD/PP IAI. 2. Bobot SKP-Pembelajaran yang diterbitkan oleh PD/PP IAI, diakui sepenuhnya.. 3. Bobot SKP dari organisasi profesi di luar IAI, hanya diakui sebagai kegiatan pembelajaran atau kegiatan pengabdian melalui rumus konversi berdasarkan Pedoman ini (Tabel 2). 4. Penentuan mengenai besarnya konversi bobot SKP dilakukan oleh Badan dan/atau Tim
Tabel 2,
Konstanta Konversi SKP dari Kegiatan Pembelajaran atau Kegiatan Pengabdian Masyarakat di luar IAI
No 1. 2. 3.
Perolehan Pengetahuan/Keterampilan sesudah mengikuti kegiatan
Konstanta Konversi
Tidak ada pengetahuan/keterampilan tapi informasi yang diperoleh memberikan penyegaran pengetahuan dan keterampilan Ada peningkatan pengetahuan/keterampilan yang dikuasai setelah mengikuti kegiatan tetapi tidak berpengaruh langsung terhadap pelaksanaan praktik. Ada peningkatan pengetahaun/keterampilan yang secara langsung berpengaruh positif terhadap pelaksanaan praktik
0,25
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
0,5 0,75
11
F.
SIKLUS RE-SERTIFIKASI Siklus Re-Sertifikasi secara umum tanpa melibatkan Kinerja Pubilkasi Ilmiah dan Pengembangan Ilmu (karena bersifat “Tidak Wajib”) adalah sebagai berikut :
PENGURUS CABANG TIDAK LOLOS
PENGURUS DAERAH
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
12
BAB III PEMBOBOTAN SATUAN KREDIT PARTISIPASI
Satuan Kredit Partisipasi (SKP) merupakan bukti kesertaan seorang apoteker dalam Program Pengembangan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (P2AB). Untuk itu dilakukan melalui proporsi pembobotan SKP sesuai ketentuan yang berlaku, yang meliputi : 1. Kesertaan dalam Kegiatan Praktik Profesi yaitu kegiatan Praktik Apoteker yang dilakukan sehubungan dengan fungsi
apoteker
dalam mengimplementasikan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dalam menjalankan praktik kefarmasian. Contoh, kegiatan praktek melayani pasien (menjelaskan dan menguraikan segala sesuatu tentang obat, memberikan konseling, pendampingan pasien,
home care dll);
kegiatan praktik manajemen dan pengendalian distribusi obat di PBF; kegiatan praktik pembuatan/produksi obat dalam industri farmasi dan seterusnya. Kesertaan dalam kegiatan praktik profesi mensyaratkan proporsi sebesar 40 - 50% dari total SKP selama 5 (lima) tahun yaitu sebesar 60 s/d 75 SKP-Praktik; atau setara dengan 12 s/d 15 SKP-Praktik setiap tahun.
2. Kesertaan dalam Kegiatan Pembelajaran (learning) yaitu kegiatan yang dilakukan oleh apoteker untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan selama menjalankan praktik kefarmasian. Contoh, mengikuti kegiatan seminar/workshop, membaca artikel di jurnal, menelusuri informasi ataupun uji mandiri, diskusi peer group dan sebagainya. Kesertaan dalam kegiatan pembelajaran mensyaratkan proporsi sebesar 40 - 50% dari total SKP selama 5 (lima) tahun yaitu sebesar 60 s/d 75 SKP-Pembelajaran; atau setara dengan 12 s/d 15 SKP- Pembelajaran setiap tahun. 3. Kesertaan dalam Kegiatan Pengabdian yaitu kegiatan yang dimaksudkan sebagai pengabdian kepada masyarakat umum masyarakat profesi yang memberikan kesempatan untuk mengasah pengetahuan dan keterampilan kefarmasiannya. Contoh, memberikan penyuluhan kesehatan, penyalahgunaan narkoba, HIV/AID’s, terlibat dalam Posyandu, kegiatan penanggulangan bencana, menjadi pengurus atau kelompok kerja tertentu atau menjadi panitia terkait kefarmasian atau keprofesian. Kesertaan dalam kegiatan pengabdian masyarakat mensyaratkan proporsi sebesar 5 15% dari total SKP selama 5 (lima) tahun yaitu sebesar 7,5 s/d 22,5 SKP-Pengabdian; atau 1,5 s/d 4,5 SKP-Pengabdian setiap tahun.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
13
4. Kesertaan dalam Kegiatan Publikasi Ilmiah atau Populer bidang kefarmasian Kesertaan kegiatan ini bukan merupakan kegiatan wajib. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh para akademisi atau peneliti atau para saintis, penulis buku, rubrik dan sejenisnya. Kegiatan Publikasi Ilmiah atau Populer di bidang kefarmasian yaitu kegiatan Apoteker yang menghasilkan karya tulis yang dipublikasikan. Contoh, menulis buku (dengan ISBN), menterjemahkan buku dibidang ilmunya (dengan ISBN), menulis laporan kasus, menulis tinjauan pustaka yang dipublikasikan di jurnal (yang terakreditasi), mengasuh rubrik ilmiah/populer kefarmasian dan sebagainya. Kegiatan dari publikasi ilmiah adalah sebanyak 0 - 25% dari total SKP selama 5 (lima) tahun atau paling banyak 37,5 SKP-Publikasi Ilmiah; atau setara 7,5 SKP-Publikasi Ilmiah setiap tahun. 5. Kesertaan dalam Kegiatan Pengembangan Ilmu dan Pendidikan yaitu kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan bidang ilmu yang bersangkutan. Contoh, melakukan penelitian di bidang pelayanan primer, mendidik, mengajar termasuk membuat soal uji maupun sebagai penguji, menjadi supervisor, menjadi preseptor Praktik Kerja Lapangan/Praktik Kerja Apoteker dan sebagainya. Kesertaan dalam kegiatan pengembangan ilmu adalah sebanyak 0 - 25% dari total SKP selama 5 (lima) tahun atau paling banyak 37,5 SKP-Pengembangan Ilmu; atau setara dengan 7,5 SKP-Pengembangan Ilmu setiap tahun. PENERAPAN BOBOT SKP UNTUK RE-SERTIFIKASI Tetapan Ikatan Apoteker Indonesia untuk mencapai 150 SKP dalam 5 tahun dari berbagai kesertaan kegiatan bersifat integral. Kegiatan harus dilaksanakan secara simultan dengan tanpa mengabaikan partisipasinya dalam kegiatan lain secara proporsional. Kegiatan praktik profesional dan pengabdian harus tetap memperhatikan dan/atau memberikan efek dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh. Perbaruan Sertifikat Kompetensi hanya dapat dilakukan secara otomatis apabila sekurangkurangnya 3 (tiga) domain utama (Kinerja Praktik Profesional dan Kinerja Pembelajaran serta Kinerja Pengabdian Profesi) kegiatan memenuhi jumlah minimal yang disyaratkan. Apoteker yang hanya melakukan kegiatan Pembelajaran saja (SKP-Pembelajaran) hingga mencapai 150 SKP misalnya, maka situasi tersebut tidak dapat dipergunakan untuk melakukan Perbaruan Sertifikat secara otomatis karena 2 (dua) domain kegiatan lainnya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana mestinya.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
14
Untuk memenuhi Re-Sertifikasi secara otomatis, setiap Apoteker harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) Harus dapat mencapai SKP minimal (treshold) dari kegiatan praktik profesional sebanyak 60 SKP-Praktik dalam 5 tahun atau setara 12 SKP-Praktik setiap tahun; dan 2) Harus dapat mencapai SKP minimal (treshold) dari kegiatan pembelajaran sebanyak 60 SKP-Pembelajaran dalam 5 tahun atau setara 12 SKP-Pembelajaran setiap tahun; dan 3) Harus dapat mencapai SKP minimal (treshold) dari kegiatan pengabdian sebanyak 7,5 SKP-Pengabdian dalam 5 tahun atau setara 1,5 SKP-Pengabdian setiap tahun; dengan/atau tanpa melakukan atau pengembangan ilmu, atau 4) Boleh ditambah SKP dari domain kegiatan publikasi ilmiah atau populer bidang kefarmasian, atau 5) Boleh ditambah SKP dari domain kegiatan pengembangan ilmu dan pendidikan.
PENGELOLAAN SKP PEMBELAJARAN Tetapan Ikatan Apoteker Indonesia untuk Kinerja Profesional selama 5 (lima) tahun adalah sebesar 40 – 50 % dari 150 SKP atau 60 – 75 SKP. Dalam 5 tahun kesertaan dalam berbagai kegiatan pada Kinerja Pembelajaran sangat dimungkinkan terjadi kelebihan jumlah SKP yang dikumpulkan oleh anggota. Untuk kelebihan jumlah SKP dari Kinerja Pembelajaran tersebut, dapat disimpan dan digunakan sebagai persyaratan untuk resertifikasi tahap berikutnya dengan bobot nilai 50% dari kelebihan jumlah SKP yang dikumpulkan. Namun demikian kepada anggota tersebut tetap harus melakukan pengumpulan SKP dari Kinerja yang ada secara proporsional.
PENGHARGAAN DAN SANKSI Dalam melaksanakan praktik/kerja selama 5 tahun tidak tertutup kemungkinan terjadinya pelanggaran atau kesalahan yang berakibat pada dikeluarkannya Surat Peringatan atau Sanksi Administrasi oleh instansi yang berwenang kepada anggota. Untuk anggota yang mendapatkan sanksi administrasi maka Ikatan akan melakukan pengurangan jumlah SKP yang berasal dari Kinerja Profesional.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
15
BAB IV PENGUKURAN KINERJA PRAKTIK PROFESI A. UMUM Kinerja Praktik Profesi adalah kegiatan yang terkait dan dilaksanakan secara langsung oleh Apoteker dalam menjalankan praktik kefarmasian sesuai dengan bidang pekerjaan masingmasing. Bidang-bidang pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh Apoteker dapat berupa : 1) Kinerja Praktik Profesi bidang Pelayanan Kefarmasian, atau 2) Kinerja Praktik Profesi bidang Distribusi Kefarmasian, atau 3) Kinerja Praktik Profesi bidang Produksi (Industri) Kefarmasian Kinerja Praktik yang dilaksanakan oleh Apoteker adalah sesuai bidang/fokus pekerjaan kefarmasian masing-masing dengan mengacu dan berdasarkan pada Kerangka Standar Praktik Apoteker Indonesia (SPAI). Pengukuran kinerja praktik profesi dibuktikan berdasarkan kepemilikan Sertifikat SKP-Praktik sesuai Kode Klaster SKP berdasarkan Pedoman ini. B. PENGUKURAN KINERJA PRAKTIK PROFESI BIDANG PELAYANAN KEFARMASIAN Kinerja praktik profesi dalam bidang pelayanan kefarmasian diukur melalui pembobotan SKPPraktik dengan mengikuti Tabel 3. Pengukuran kinerja praktik profesi bidang pelayanan kefarmasian dilakukan untuk Apoteker yang menjalankan praktik di fasilitas pelayanan kefarmasian seperti Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Ruang Farmasi Klinik dan Puskesmas. Kodifikasi SKP CPD Kinerja Praktik Profesi Bidang Pelayanan Farmasi : Formula :
A10xxx
= Pelayanan di Apotek
A11xxx
= Pelayanan di Klinik Umum
A12xxx
= Pelayanan di Klinik Bersalin
A13xxx
= Pelayanan di Klinik Kecantikan dan lainnya
A14xxx
= Pelayanan di Puskesmas
A15xxx
= Pelayanan di Rumah Sakit
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
16
Tabel 3. Aktivitas dan Kode Klaster SKP, CPD Kinerja Praktik Profesi Bidang Pelayanan Farmasi No.
Kegiatan Praktik Profesi
Kode Klaster SKP
Nilai maksimal bobot SKP selama 5 tahun
Alat Bukti Daftar Hadir, Tilikan Skrining Resep, PMR, Lembar Konseling, Informed Consent dll Daftar Hadir, Tilikan Skrining Resep, PMR, Lembar Konseling, Informed Consent dll
1
Wajib melaksanakan praktik profesi minimal kumulatif 2000 jam untuk 5 (lima) tahun yang terdistribusi secara proporsional
AXX-0-01
30 SKP
2
Setiap kelebihan dari angka 2000 jam : setiap 100 jam praktik setara dengan 1 SKP.
AXX-0-02
Max 20 SKP
3
Monitoring dan melaporkan ESO
AXX-0-03
2 SKP
4
Menjadi Pendamping Minum Obat
AXX-0-04
2 SKP /Pasien / Paket
5
Memberi Edukasi Ke Kelompok Pasien (Minimal 10 Orang)
AXX-0-05
3 SKP
6
Terlibat Dalam Pokja Kefarmasian
AXX-0-06
2 SKP / Surat Keputusan (SK)
7
Melakukan Penjaminan Mutu
AXX-0-07
5 SKP untuk 5 tahun
Standar Prosedur Operasional, Catatan, Rekaman, Daftar Tilik
8
Membuat dan menyediakan brosur/leaflet untuk informasi aktif
AXX-0-08
5 SKP untuk 5 tahun
Brosur/leaflet
Laporan MESO Informed Consent Daftar Hadir, materi edukasi Surat Keputusan Institusi yang berwenang
Penjelasan : 1. Kegiatan Praktik Profesi Berbasis Waktu Minimal Setiap Apoteker yang melaksanakan praktik profesi di bidang pelayanan kefarmasian wajib memenuhi ketentuan minimal praktik secara kumulatif sebanyak 2000 (dua ribu) jam untuk 5 (lima) tahun yang terdistribusi secara proporsional sehingga berhak memperoleh 30 SKP-Praktik. Pengertian “terdistribusi secara proporsional” adalah :
a. Praktik rata-rata dilaksanakan selama 34 jam setiap bulan selama 5 tahun; atau b. Praktik rata-rata dilaksanakan selama 10 jam setiap minggu selama 5 tahun; atau c. Praktik rata-rata dilaksanakan selama 2 – 3 jam setiap hari selama 5 tahun; Pencapaian kumulasi jumlah jam kegiatan praktik profesi (2000 jam) tidak dibenarkan dikumpulkan dalam satu waktu. Misalnya melaksanakan praktik terus menerus selama 13 jam sehari (08.00 – 21.00 wib) selama 1 minggu (6 x 13 jam = 78 jam) kemudian istirahat selama 7 minggu untuk berpraktik kembali pada minggu ke-8 Pengertian tersebut juga tidak dapat diartikan bahwa apoteker cukup hanya melaksanakan praktik selama waktu tersebut di atas (2000 jam). Pembuktian pelaksanaan praktik ditunjukkan oleh kejelasan Hari dan Jam Praktik pada “PAPAN PRAKTIK” yang distandarisasi oleh Badan (IAI) serta bukti dokumen praktik
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
17
(Lembar PMR, Tilikan Skrining Permintaan/ Resep, Informed Consent, Lembar Konseling dan lain-lain). 2. Kegiatan Praktik Profesi yang Melampaui Waktu Minimal Setiap apoteker yang melaksanakan praktik profesi di bidang pelayanan kefarmasian akan memperoleh penghargaan sebesar 1 SKP-Praktik untuk setiap 100 (seratus) jam praktik berikutnya (> 2000 jam sebagaimana dimaksud pada butir 1). Apresiasi atas ekstra waktu tersebut akan diberikan maksimal sebanyak 20 SKP-Praktik selama 5 tahun.. 3. Monitoring dan melaporkan Efek Samping Obat (MESO) Dalam dan selama rentang waktu praktik, Apoteker dimungkinkan menemui kasus efek samping penggunaan obat. Apoteker wajib melakukan monitoring dan membuat laporan kepada pihak-pihak terkait atas suatu peristiwa efek samping penggunaan obat. 4. Menjadi Pendamping Minum Obat Dalam dan selama rentang waktu praktik, Apoteker dimungkinkan menghadapi pasien pada berbagai kondisi. Untuk memastikan efektifitas penggunaan obat, Apoteker dapat melakukan pendampingan. Pendampingan minum obat dapat dilakukan pada suatu klinik atau rumah sakit atau atas pasien di Apotek jika dipandang perlu dengan mengikuti kaidah-kaidah farmakoterapi sebagaimana mestinya. 5. Memberi Edukasi Ke Kelompok Pasien (Minimal 10 Orang) Dalam dan selama rentang waktu praktik, beberapa pasien tertentu atau kelompok pasien tertentu menghadapi masalah tertentu. Untuk itu Apoteker berkewajiban untuk memberikan edukasi dengan benar. 6. Terlibat Dalam Pokja Kefarmasian Dalam dan selama rentang waktu praktik, seorang Apoteker dapat terlibat dalam Pokja Kefarmasian (di Klinik, Puskesmas atau Rumah Sakit) berdasarkan Surat Keputusan (SK) atau Surat Penugasan yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang di institusi yang bersangkutan. 7. Pelaksanaan Praktik yang Bermutu Dalam dan selama rentang waktu praktik, seorang Apoteker diharapkan melakukan praktik dan kegiatan yang mendukung praktiknya berdasar Standar Prosedur Operasional, sehingga diharapkan tercapainya praktik yang terjamin mutunya.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
18
8. Penyediaan Brosur/Leaflet untuk Informasi Aktif Dalam dan selama rentang waktu menjalankan praktik, seorang Apoteker diharapkan membuat/menyiapkan serta menyediakan brosur/leaflet tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan atau kefarmasian.
C. PENGUKURAN KINERJA PRAKTIK PROFESI BIDANG DISTRIBUSI KEFARMASIAN Kinerja praktik profesi dalam bidang distribusi kefarmasian diukur melalui pembobotan SKPPraktik dengan mengikuti Tabel 4. Pengukuran kinerja praktik profesi bidang distribusi kefarmasian dilakukan untuk Apoteker yang menjalankan praktik di fasilitas distribusi kefarmasian seperti Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau Instalasi
Sediaan Farmasi
Kabupaten atau Depo Perbekalan Farmasi institusi tertentu. Tabel 4. Aktivitas dan Kode Klaster SKP, CPD Kinerja Praktik Profesi Bidang Distribusi Farmasi No.
Kegiatan Praktik Profesi
Kode Klaster SKP
Nilai maksimal bobot SKP selama 5 tahun
Alat Bukti
1.
Bekerja selama 5 tahun di bidang distribusi
A16-0-01
15
SIKA
2.
Melakukan Penyimpanan Yang Baik
A16-0-02
4
SPO Penyimpanan
3.
Melakukan pelatihan CDOB
A16-0-03
3
4.
Melakukan prinsip dasar seleksi
A16-0-04
4
5.
Melakukan Inventory Control Management
A16-0-05
4
6.
Melakukan pengadaan yang baik dan benar
A16-0-06
4
7.
Melakukan monitoring dan pengawasan suhu dan kelembaban tempat penyimpanan
A16-0-07
4
8.
Melakukan perawatan peralatan penyimpanan (refrigerator dsb)
A16-0-08
3
9.
Melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian resiko / Corrective Action Preventive Action
A16-0-09
4
10.
Melakukan penyimpanan yang baik dan benar untuk penyimpanan yang diatur peraturan (Narkotika dan Psikotropika)
A16-0-10
4
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
SPO, Pedoman, dan Catatan Pelatihan SPO Kriteria Seleksi Obat, SPO Estimasi Kebutuhan Obat (Perencanaan) Pareto-ABC SPO Pengadaan, Surat Pesanan, SPO Penerimaan, Check list Penerimaan dan SPO Penyimpanan SPO Pengendalian lingkungan, penyimpanan serta catatan suhu dan kelembaban SPO dan Catatan Pembersihan Peralatan SPO Tindakan Perbaikan dan Pencegahan serta Pengendalian Perubahan Proses Kritis SPO Penyimpanan Narkotika dan atau Psikotropika
19
11.
Melakukan penanganan obat khusus (sitostatika, narkotika, psikotropika)
A16-0-11
4
12.
Melakukan pencegahan pencurian
A16-0-12
2
13.
Melakukan distribusi dan transportasi yang baik
A16-0-13
4
14.
Melakukan analisa dan verifikasi pemesanan oleh pelanggan
A16-0-14
2
15.
Melakukan pengelolaan obat rusak dan kadaluwarsa
A16-0-15
2
16.
Melakukan pemusnahan obat
A16-0-16
2
17.
Melakukan penanganan obat kembalian dan obat yang ditarik
A16-0-17
2
18.
Melakukan informasi tentang obat yang ditarik kembali
A16-0-18
2
19.
Melakukan upaya pencegahan penyalah gunaan dan pemalsuan obat
A16-0-19
3
20.
Melakukan tata kelola administrasi dan pelaporan
A16-0-20
3
JUMLAH :
SPO Penanganan Obat Khusus Standar Gudang Penyimpanan SPO Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan serta SPO Transportasi (dilakukan sendiri maupun pihak III) SPO dan Check list Analisa dan Verifikasi Pemesanan, Kualifikasi Pelanggan SPO Monitoring ED Obat, SPO Penyimpanan Obat ED atau Rusak SPO Pemusnahan Obat SPO Penarikan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, SPO Penanganan Keluhan Pelanggan dan SPO Penanganan Produk Kembalian SPO Penarikan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan SPO Penerimaan Obat, dan SPO Pengawasan Mutu Obat Catatan, buku, rekapitulasi dan laporan
75
D. PENGUKURAN KINERJA PRAKTIK PROFESI BIDANG PRODUKSI/INDUSTRI (FARMASI, KOSMETIK, OBAT TRADISIONAL DAN MAKANAN-MINUMAN) Kinerja praktik profesi dalam bidang produksi/industri diukur melalui pembobotan SKP-Praktik dengan mengikuti Tabel 5. Pengukuran kinerja praktik profesi bidang produksi/industri dilakukan untuk Apoteker yang menjalankan praktik di fasilitas produksi/industri baik Industri Farmasi, Kosmetika, Obat Tradisional maupun industri makanan-minuman.Beberapa item yang tidak terdapat atau tidak dilakukan di fasilitas produksi/industri (UKOT/UMOT/Usaha Jamu Rajangan) yang bersangkutan dapat disesuaikan sebagaimana mestinya. Kodifikasi SKP Main CPD Kinerja Praktik Profesi Bidang Produksi/Industri : Formula :
A17-X-xx
= Praktik Profesi di (Industri) Khusus Makanan/Minuman
A18-X-xx
= Praktik Profesi di (Industri) Obat Tradisional
A19-X-xx
= Praktik Profesi di Industri Kosmetika
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
20
A20-X-xx
= Praktik Profesi di Industri Farmasi
A21-X-xx
= Praktik Profesi di (Industri) Alat Kesehatan
A22-X-xx
= Praktik Profesi di (Industri) PKRT
A23-X-xx
= Praktik Profesi di (Industri) Obat Veteriner
Kodifikasi SKP Sub CPD Kinerja Praktik Profesi di Bagian Produksi/Industri : Bagian Pengawasan Mutu (QC)
=X
= 1
Bagian Pemastian Mutu (QA)
=X
= 2
Bagian Produksi
=X
= 3
Bagian Penelitian dan Pengembangan Produk
=X
= 4
Bagian Manajemen Persediaan
=X
= 5
Bagian Regulatory And Product Information
=X
= 6
Tabel 5. Aktivitas dan Kode Klaster SKP, CPD Kinerja Praktik Profesi Bidang Produksi/Industri No.
Kegiatan Praktik Profesi Bekerja selama 5 tahun di bidang industri
Kode Klaster SKP
Nilai maksimal bobot SKP selama 5 tahun
AXX-0-00
15
Alat Bukti SIKA
Bagian Pengawasan Mutu (Kode Bagian : 1) 1.
Melakukan uji laboratorium dan validasi metoda analisa
AXX-X-01
10
2.
Melakukan uji stabilitas
AXX-X-02
10
3.
Melakukan Cara Berlaboratorium Yang Baik
AXX-X-03
10
4.
Melakukan Inspeksi Diri
AXX-X-04
5
5.
Melakukan Penanganan Keluhan Konsumen, Obat Kembalian Dan Penarikan Obat Jadi
AXX-X-05
5
6.
Melakukan Kalibrasi, Kualifikasi dan Validasi
AXX-X-06
10
7.
Melakukan UKK dan K3 (EHS)
AXX-X-07
5
8.
Melakukan Penyusunan Data Pendukung Untuk Registrasi
AXX-X-08
5
JUMLAH :
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
SPO Metoda Analisa, SPO Validasi Metoda Analisas dan Sertifikat Hasil Analisis SPO Uji/Studi Stabilitas, SPO Retained Samples Pedoman GLP SPO Pembentukan Tim, Jadwal Inspeksi Diri dan Laporan Hasil Inspeksi Diri SPO Penanganan Keluhan Konsumen, Penarikan Obat, SPO Penanganan Keluhan Pelanggan dan SPO Penanganan Produk Kembalian SPO Melakukan Kalibrasi, Kualifikasi dan Validasi Hasil Audit EHS, Adanya Sistem Penanganan Bahan, Bahan Kemas, Produk Ruahan, Produk Antara dan Produk Jadi, HasilEvaluasi terhadap mehanical dan electrical safety Arsip Data Penilaian/ Registrasi
75
21
No.
Kegiatan Praktik Profesi
Kode Klaster SKP
Nilai maksimal bobot SKP selama 5 tahun
AXX-0-00
15
SIKA
AXX-X-01
10
SPO Kegagalan Produksi
AXX-X-02
10
Bekerja selama 5 tahun di bidang industri
Alat Bukti
Bagian Pemastian Mutu (Kode Bagian : 2) 1. 2.
Melakukan penyelidikan kegagalan, penyimpangan bets, prosedur pengolahan dan pengemasan ulang Melakukan Rancang Bangun Fasilitas Dan Sertifikasi CPOB
3.
Melakukan Inspeksi Diri
AXX-X-03
10
4.
Melakukan Penanganan Keluhan Konsumen, Obat Kembalian Dan Penarikan Obat Jadi
AXX-X-04
10
5.
Melakukan Penilaian Pemasok
AXX-X-05
10
6.
Melakukan Pengelolaan Pengendalian Dokumen
AXX-X-06
10
JUMLAH :
No.
Kegiatan Praktik Profesi Bekerja selama 5 tahun di bidang industri
Gambar Lay Out Gedung SPO Pembentukan Tim, Jadwal Inspeksi Diri dan Laporan Hasil Inspeksi Diri SPO Penanganan Keluhan Konsumen, Penarikan Obat, SPO Penanganan Keluhan Pelanggan dan SPO Penanganan Produk Kembalian SPO Penilaian Pemasok, Dan Hasil Monitoring Pemasok SPO Pengelolaan Pengendalian Dokumen
75
Kode Klaster SKP
Nilai maksimal bobot SKP selama 5 tahun
AXX-0-00
15
Alat Bukti SIKA
Bagian Produksi (Kode Bagian : 3)
1.
Memahami Desain Formula
AXX-X-01
10
2.
Melakukan Penanganan Bahan/Material
AXX-X-02
5
3.
Melakukan Proses Pembuatan Obat
AXX-X-03
10
4.
Melakukan UKK dan K3 (EHS)
AXX-X-04
5
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
LaporanEvaluasi terhadap Desain Formula dan Validasi Proses Pembuatan Data MSDS Bahan/ Material, Penyimpan an Bahan/Material Yang Baik SPO Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk untuk setiap produk/ukuran bets yang diperlukan, SPO untuk setiap kegiatan, Hasil Evaluasi Kapasitas Produksi, dll Hasil Audit EHS, Adanya Sistem Penanganan Bahan,
22
5.
Melakukan Rancang Bangun Fasilitas Dan Sertifikasi CPOB
AXX-X-05
10
6.
Melakukan Inspeksi Diri
AXX-X-06
5
7.
Melakukan Kalibrasi, Kualifikasi dan Validasi
AXX-X-07
5
8.
Melakukan Pengendalian Perubahan
AXX-X-08
10
JUMLAH :
No.
Kegiatan Praktik Profesi Bekerja selama 5 tahun di bidang industri
Bahan Kemas, Produk Ruahan, Produk Antara dan Produk Jadi, HasilEvaluasi terhadap mehanical dan electrical safety Gambar Lay Out Gedung SPO Pembentukan Tim, Jadwal Inspeksi Diri dan Laporan Hasil Inspeksi Diri SPO Melakukan Kalibrasi, Kualifikasi dan Validasi SPO Pengendalian Perubahan (yang meliputi tata cara penyampaian usul perubahan dan seluruh kriteria perubahan yang harus dicakup)
75
Kode Klaster SKP
Nilai maksimal bobot SKP selama 5 tahun
AXX-0-00
15
Alat Bukti SIKA
Bagian Penelitian Dan Pengembangan Produk (Kode Bagian : 4) 1.
Memahami Formulasi
AXX-0-01
15
2.
Memahami Teknologi Farmasi
AXX-0-02
15
3.
Melakukan Pengembangan Bahan Kemas
AXX-0-03
15
4.
Melakukan Penyusunan Data Pendukung Untuk Registrasi
AXX-0-04
15
JUMLAH :
No.
Kegiatan Praktik Profesi Bekerja selama 5 tahun di bidang industri
Data Bahan, MSDS, Formulasi Obat Daftar Mesin Yang Digunakan, Catatan Scale Up, Hasil Validasi Proses, Dokumen Induk Produksi dan Pengemasan Data Bahan Kemas, Hasil Percobaan, Hasil Uji Stabilitas Arsip Data Penilaian/ Registrasi
75
Kode Klaster SKP
Nilai maksimal bobot SKP selama 5 tahun
AXX-0-00
15
Alat Bukti SIKA
Bagian Manajemen Persediaan (Kode Bagian : 5)
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
23
1.
Melakukan Pengadaan Bahan, Barang Untuk Produksi
AXX-0-01
20
2.
Melakukan Pengelolaan Gudang dan Pengelolaan Penyimpanan
AXX-0-02
20
3.
Melakukan Production Planning And Inventory Control
AXX-0-03
20
JUMLAH :
No.
Kegiatan Praktik Profesi Bekerja selama 5 tahun di bidang industri
Perencanaan Produk si, Perencanaan Pembelian, Prakiraan Pemasaran SPO Pengelolaan Gudang, SPO Penyimpanan Obat, Monitoring Lingkung an Penyimpanan Analisa ABC, Perenca naan Produksi, Hasil Analisa Persediaan
75
Kode Klaster SKP
Nilai maksimal bobot SKP selama 5 tahun
AXX-0-00
15
Alat Bukti
SIKA
Bagian Regulatory And Product Information (Kode Bagian : 6) 1.
Melakukan Proses Penilaian/Registrasi Produk
AXX-0-01
10
2.
Menerapkan, Mensosialisasikan, Menyusun Peraturan Dan Ketentuan
AXX-0-02
10
3.
Melakukan Proses Sertifikasi
AXX-0-03
10
4.
Melakukan Informasi Produk Kepada Klayan
AXX-0-04
5
5.
Melakukan Proses Permohonan Izin Dan Melakukan Pelaporan Hasil Uji Klinik
AXX-0-05
10
6.
Melakukan Pelaporan MESO
AXX-0-06
5
Laporan MESO
10
SPO Penanganan Keluhan Konsumen, Penarikan Obat, SPO Penanganan Keluhan Pelanggan dan SPO Penanganan Produk Kembalian
7.
Melakukan Penanganan Keluhan Konsumen, Obat Kembalian Dan Penarikan Obat Jadi
AXX-0-07
JUMLAH :
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
Data Penilaian/Regis trasi Obat Kumpulan Peraturan, Peraturan Institusi, Hasil Sosialisasi Ketentuan Data Pendukung Sertifikasi, Sertifikat Bahan Informasi, Cara dan Media Pemberian Informasi Data Pendukung Uji Klinik, Izin Pelaksana an Uji Klinik dan Laporan Hasil Uji Klinik
75
24
BAB V PENGUKURAN KINERJA PEMBELAJARAN A. UMUM Kinerja Pembelajaran adalah kegiatan yang terkait secara langsung ataupun tidak langsung yang dilakukan oleh Apoteker dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam upaya untuk mendukung peningkatan kualitas diri dalam menjalankan praktik kefarmasian sesuai dengan bidang pekerjaan masing-masing. Kinerja pembelajaran yang tidak memiliki relevansi langsung dengan fokus pekerjaan kefarmasian yang dijalankan hendaknya tidak melebihi 25% dari jumlah SKP-Pembelajaran yang dipersyaratkan.
B. PENGUKURAN KINERJA PEMBELAJARAN Apoteker dapat menempuh Kegiatan Kinerja Pembelajaran sebagaimana dalam Tabel 6 untuk berbagai topik yang harus disesuaikan dengan bidang pekerjaan masing-masing. Kodifikasi Klaster SKP, Domain Kinerja Praktik Pembelajaran: Formula :
B24-X-xx
= Pembelajaran berhubungan dengan Bidang Pelayanan
B25-X-xx
= Pembelajaran berhubungan dengan Bidang Distribusi
B26-X-xx
= Pembelajaran berhubungan dengan Bidang Produksi/Industri
Kodifikasi Klaster SKP, Sub CPD Kinerja Pembelajaran Seminar : Seminar berhubungan dengan apresiasi umum/akademik
= xx = 01
Seminar berhubungan dengan material obat/sediaan
= xx = 02
Seminar berhubungan dengan manajemen obat/sediaan
= xx = 03
Seminar berhubungan dengan KIE /Pengelolaan Pelanggan = xx = 04 Seminar berhubungan dengan SPO/Proses
= xx = 05
Seminar berhubungan dengan Teknologi
= xx = 06
Seminar berhubungan dengan Keorganisasian
= xx = 07
Seminar berhubungan dengan Dinas/Pemerintahan
= xx = 08
Seminar berhubungan dengan Peraturan/Per-UU
= xx = 09
Seminar lainnya
= xx = 10
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
25
Tabel 6. Aktivitas dan Kode Klaster SKP, CPD Kinerja Pembelajaran No. 1
Jenis Kegiatan Pebelajaran Membaca Jurnal Dan Menjawab Pertanyaan Uji Diri
Kode Klaster SKP BXX-1-01
Bobot SKP per sesi 2 SKP per paket atau modul Peserta (per 2-3 jam) Nasional = 1 SKP Internasional = 1,5 SKP Pembicara(per sesi)
2
Partisipasi Dalam Seminar
BXX-2-xx
Nasional = 3 SKP Internasional = 4,5 SKP Moderator(per sesi) Nasional = 1 SKP Internasional = 1,5 SKP Panitia(per kegiatan) Nasional Internasional
= 1 SKP = 1,5 SKP
Peserta (per 2-3 jam) Nasional = 1,5 SKP Internasional = 2,5 SKP Pembicara(per sesi)
3
Partisipasi Dalam Workshop
BXX-3-xx
Nasional = 4,5 SKP Internasional = 6,5 SKP Fasilitator/Instruktur(per sesi) Nasional = 3 SKP Internasional = 4,5 SKP Panitia(per kegiatan) Nasional Internasional
= 1,5 SKP = 2,5 SKP
Peserta (per 1 jam) Nasional = 1 SKP Internasional = 1,5 SKP Pembicara (per sesi) Nasional = 6 SKP Internasional = 9 SKP Fasilitator/Instruktur (per sesi) 4
Partisipasi Dalam Kursus atau Pelatihan
BXX-4-xx
Nasional = 3 SKP Internasional = 4,5 SKP Panitia (per kegiatan) Nasional Internasional Pelaksanaan :
= 2 SKP = 3 SKP
maksimum 8 jam/hari maksimum 3 hari lebih dari 3 hari dihitung 3 hari 5
Melakukan Tinjauan Kasus
BXX-5-xx
2 SKP
6
Kajian Peer Review Penyaji Peserta Aktif Ket (Minimal Anggota Peer Adalah 3 Orang)
BXX-6-xx
Penyaji = 3 SKP Pendengar = 2 SKP
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
26
7
Diskusi Kefarmasian Bersama Pakar (Minimal Peserta Diskusi 5 Orang Apoteker)
BXX-7-xx
Penyaji = 3 SKP Pendengar = 2 SKP
8
Sebagai peserta Magang (Internship)
BXX-8-xx
36 SKP Pelaksanaan minimal 1 (satu) bulan
9
Menyelesaikan pendidikan S-2 yang berkaitan dengan Kefarmasian
BXX-9-xx
50 SKP
10
Menyelesaikan pendidikan S-3 yang berkaitan dengan Kefarmasian
BXX-0-xx
75 SKP
Nilai SKP (untuk peserta, penyaji makalah/pembicara/nara sumber, moderator, panitia) dari sebuah kegiatan Re-Sertifikasi dibedakan berdasarkan kegiatan yang diikuti oleh peserta dengan skala : 1. Lokal/daerah; 2. Nasional 3. Internasional. Perhitungan nilai SKP juga mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : 1. Kedalaman materi atau topik 2. Kualitas/kompetensi pembicara/pengajar 3. Lama pelaksanaan 4. Pengaruh /dampak pengetahuan yang diperoleh terhadap pelaksanaan praktik : 1) Tidak ada pengetahuan maupun ketrampilan yang dipelajari namun informasi yang diterima memberikan penyegaran pengetahuan dan keterampilan 2) Ada pengetahuan dan atau keterampilan yang dikuasai setelah mengikuti kegiatan 3) Ada pengetahuan dan atau keterampilan yang ditingkatkan dan dikuasai setelah mengikuti kegiatan yang secara langsung mempengaruhi praktek atau pelayanan kepada pasien.
C. KONVERSI BOBOT SKP-PEMBELAJARAN Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang kesehatan dan/atau kefarmasian, Apoteker dapat mengikuti berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh berbagai instansi di sekitar lingkungan kerja dalam lingkup daerah, nasional maupun internasional. Pemberian SKP bagi peserta seminar, simposium, lokakarya, workshop, kursus atau pelatihan dapat dilakukan oleh Ikatan Apoteker Indonesia di semua tingkatan, Perguruan Tinggi Farmasi, ataupun oleh Himpunan Seminat bahkan oleh penyelenggara atau institusi di luar beberapa institusi yang telah disebutkan.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
27
Himpunan Seminat Apoteker (Masyarakat, Rumah Sakit, Distribusi maupun Industri) memiliki peran besar dalam memfasilitasi Anggota untuk menambah pengetahuan dan keterampilan terkait bidang-bidang pekerjaan kefarmasian yang menjadi fokusnya. Ketentuan mengenai Konversi Bobot SKP : 1. SKP yang diperoleh dari kegiatan yang tidak mendapatkan SKP dari Ikatan Apoteker Indonesia (misalnya mengikuti kegiatan workshop yang dilakukan oleh Organisasi Profesi Tertentu atau Pemerintah) akan dikonversi ke dalam SKP IAI sebagaimana dalam Tabel 7 sepanjang materinya terkait dengan peningkatan kompetensi apoteker. 2. Penentuan konversi SKP atas kegiatan pembelajaran dalam ranah bidang nonkefarmasian adalah mengikuti Tabel 7B (tetap dalam lingkup Profesi Bidang Kesehatan) 3. Penentuan bobot SKP yang diperoleh dari kegiatan di luar negeri (misalnya sebagai pembicara/peserta/moderator di suatu kursus atau simposium) akan disesuaikan dengan nilai yang berlaku di Indonesia. 4. Penentuan mengenai besarnya konversi bobot SKP atas Sertifikat-SKP hanya dapat dilakukan oleh Badan dan/atau Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi Daerah Nilai SKP untuk suatu pengetahuan atau keterampilan dibedakan berdasarkan tingkat kompetensi yang harus dipenuhi oleh seorang apoteker sesuai bidang pekerjaan yang ditekuni. Tabel 7 Konstanta Konversi SKP dari Kegiatan Pembelajaran No
Kegiatan Pembelajaran
Konstanta Konversi
A. Ranah Bidang Kefarmasian 1. 2.
3.
4.
5.
Tidak berhubungan dengan fokus pekerjaan kefarmasian yang ditekuni sehingga tidak berpengaruh positif terhadap kinerja praktik sehari-hari. Ada hubungan dengan fokus praktik/pekerjaan kefarmasian yang ditekuni (diselenggarakan oleh Seminat di luar Bidangnya) tetapi tidak berpengaruh positif terhadap kinerja praktik sehari-hari. Sangat mendukung dengan fokus praktik/pekerjaan kefarmasian yang ditekuni sehingga berpengaruh positif terhadap kinerja praktik sehari-hari (tetapi tidak diselenggarakan oleh IAI) Sangat mendukung dengan fokus praktik/pekerjaan kefarmasian yang ditekuni sehingga berpengaruh positif terhadap kinerja praktik sehari-hari (diselenggarakan oleh IAI) Kefarmasian Umum (per-UU, manajemen farmasi, kapita selekta fermasi), diselenggarakan oleh IAI
0,25 0,50
0,75
1
1
B. Ranah Bidang Non-Kefarmasian (dalam lingkup Kesehatan) 1. 2. 3.
Tidak ada pengetahuan/keterampilan tapi informasi yang diperoleh memberikan penyegaran pengetahuan dan keterampilan Ada peningkatan pengetahuan/keterampilan yang dikuasai setelah mengikuti kegiatan. Ada peningkatan pengetahuan/keterampilan yang secara langsung mempengaruhi praktek atau pelayanan kepada pasien.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
0,25 0,5 0,75
28
BAB VI PENGUKURAN KINERJA PENGABDIAN A. UMUM Kinerja Pengabdian adalah kegiatan yang terkait secara langsung ataupun tidak langsung yang dilakukan oleh Apoteker di tengah masyarakat dalam upaya untuk meningkatkan partisipasi diri dalam pergaulan sosial serta untuk memberikan berbagai solusi praktis pada berbagai persoalan masyarakat (umum, profesi maupun akademisi)
B. PENGUKURAN KINERJA PENGABDIAN Apoteker dalam setiap tahunnya harus melakukan pengabdian masyarakat baik masyarakat umum maupun masyarakat profesi. SKP yang diberikan adalah sebesar 7,5 s/d 22,5 SKP selama 5 (lima) tahun. Kodifikasi Klaster SKP, CPD Kinerja Pengabdian Profesi: Formula :
C27-X-xx = Pengabdian berhubungan dengan masalah Kefarmasian C28-X-xx = Pengabdian berhubungan dengan masalah Kesehatan C29-X-xx = Pengabdian Lainnya
Tabel 8. Aktivitas dan Kode Klaster SKP, CPD Kinerja Pengabdian Profesi No
Jenis Kegiatan Pengabdian
Kode Klaster SKP
Bobot SKP per 2 jam
1.
Melakukan Penyuluhan Narkoba/HIV/AIDS/TB Dll
CXX-0-01
3 SKP
2.
Melakukan Penyuluhan Tentang Obat, Obat Tradisional dan Bahan Tambahan Makanan dan Minuman Pemahaman Cara Pembuatan Produk Yang Baik
CXX-0-02
3 SKP
3.
Memberikan pemahaman mengenai cara distribusi dan penyimpanan obat yang baik dan benar kepada masyarakat atau fasilitas pelayanan kefarmasian dsb
CXX-0-03
3 SKP
4.
Melakukan Baksos Pengobatan Masal
CXX-0-04
2 SKP per kegiatan ( 8 jam )
4.
Melakukan Pembinaan Posyandu/Lansia
CXX-0-05
2 SKP
5.
Menjadi Pengurus Aktif di IAI dan Himpunan Seminat
CXX-0-06
5 SKP / tahun
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
29
BAB VII PENGUKURAN KINERJA PUBLIKASI ILMIAH/POPULER BIDANG KEFARMASIAN DAN KINERJA PENGEMBANGAN ILMU DAN PENDIDIKAN A. UMUM Tidak semua Apoteker (terutama Apoteker Praktisi) dapat melakukan kinerja berupa Publikasi Ilmiah/Populer di bidang kefarmasian. Demikian juga dengan kinerja Pengembangan Ilmu. Oleh karena itu kinerja tersebut tidak “diwajibkan” sebagai suatu persyaratan Perpanjangan Sertifikat Kompetensi secara otomatis. Meskipun demikian seorang praktisi bisa saja membuat tulisan, buku, melakukan survey dan lain sebagainya yang berhubungan dengan kegiatan praktik kefarmasian menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk dipublikasikan pada suatu media massa.
B. KINERJA PUBLIKASI ILMIAH ATAU POPULER BIDANG KEFARMASIAN Tidak semua apoteker dapat melaksanakan kinerja publikasi. Ikatan Apoteker Indonesia menghargai kinerja publikasi
untuk
mendorong
peningkatan pengetahuan
dan/atau
ketrampilan apoteker. Maksimal SKP yang diberikan adalah sebesar 37,5 SKP selama 5 (lima) tahun. Pengukuran atas kinerja Publikasi Ilmiah atau Populer Bidang Kefarmasian adalah mengikuti Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9. Aktivitas dan Kode Klaster SKP, CPD Kinerja Publikasi NO
Kegiatan Publikasi Ilmiah
Kode Klaster SKP
Bobot SKP per Judul
1
Tinjauan Kasus Yang Di Publikasikan
D30-0-01
3 SKP
2
Studi Pustaka Membuat Resume
D30-0-02
3 SKP
3
Menulis/Menerjemahkan Buku
D30-0-03
Sendiri = 10 SKP Bersama = 20 SKP Monograf = 4/2 SKP
4
Editing Buku Yang terkait dengan Profesi Apoteker
D30-0-04
6 SKP
5
Karya Ilmiah Popular
D30-0-05
3 SKP
6
Mengasuh Rubrik Kesehatan/ Kefarmasian Di Media
D30-0-06
3 SKP
C. KINERJA PENGEMBANGAN ILMU DAN PENDIDIKAN Tidak semua apoteker terlibat dalam pengembangan ilmu pengetahuan kefarmasian secara langsung.Ikatan
Apoteker
Indonesia
menghargai
apoteker
yang
memiliki
aktifitas
pengembangan ilmu untuk mendapatkan pengakuan SKP. Maksimal SKP yang diberikan adalah sebesar 37,5 SKP selama 5 (lima) tahun.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
30
Pengukuran atas kinerja Pengembangan Ilmu dan Pendidikan adalah mengikuti Tabel 10 di bawah ini. Tabel 10. Aktivitas dan Kode Klaster SKP, CPD Kinerja Pengembangan Ilmu NO
Kegiatan Pengembangan Ilmu
Kode Klaster SKP
Bobot SKP per topik
Penelitian Sendiri/Bersama
E31-0-01
10 SKP
2
Supervisor Dalam Jurnal Club/Case Reiew
E31-0-02
2 SKP
3
Memberikan Ceramah Kepada Sesama Apoteker
E31-0-03
1
4
Menjadi Preseptor PKPA
5
Penguji Komprehensif
6
Menjadi Preseptor Magang
3 SKP
E31-0-04
3 SKP / Surat Keputusan (SK) yang dikeluarkan oleh PTF setelah mendapat persetujuan dari PD IAI
E31-0-05
3 SKP / Surat Keputusan (SK) yang dikeluarkan oleh PTF setelah mendapat persetujuan dari PD IAI
E31-0-06
3 SKP
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
31
BAB VIII BORANG-BORANG DALAM APLIKASI (BUKU LOG)
PENILAIAN DIRI Pada dasarnya penilaian dalam Re-Sertifikasi Apoteker dipercayakan pada integritas masingmasing Apoteker. Muatan/bobot kegiatan pribadi dan kegiatan internal dihitung sendiri (perhitungan mandiri) untuk bersama dokumen pendukung diserahkan ke Tim Verifikasi. Setelah Tim Verifikasi menyelesaikan tugasnya, selanjutnya Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi
Daerah
akan melakukan verifikasi administratif diberi Kode Pendaftaran Pemohon ReSertifikasi (manual ataupun Online). Aplikasi/Buku Log (Log Book) adalah suatu perangkat aplikasi/buku/dokumen yang berisi rangkuman tertulis yang disampaikan oleh Apoteker guna memenuhi ketentuan Re-Sertifikasi. Aplikasi/Buku Log
berisi Borang Pendaftaran, Borang Penilaian Diri dan Borang Rencana
Pengembangan Diri disertai Dokumen Bukti Pendukung. Data dalam Aplikasi/Buku Log akan diterima oleh Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi Daerah atau Badan. 1.
Borang Registrasi Borang Registrasi (lampiran 1) dimaksudkan untuk mendapatkan data anggota pemohon ReSertifikasi Apoteker. Berdasarkan data yang tercantum dalam borang, Tim Sertifikasi dan ReSertifikasi akan mulai melaksanakan proses Re-Sertifikasi sebagaimana mestinya. Borang Registrasi hanya dapat diisi dan dilaporkan kepada Tim Verifikasi Cabang/Daerah Setempat setelah Apoteker/ Pemohon melengkapinya dengan seberkas lampiran yang disertakan padanya.. Untuk kemudahan dan kecepatan pelayanan/verifikasi data Re-Sertifikasi, Badan/Tim ReSertifikasi merencanakan akan menyediakan Layanan Aplikasi Borang Registrasi ReSertifikasi melalui Web.
2.
Borang Penilaian Diri Borang Penilaian Diri(Lampiran 2 dan 3) dimaksudkan untuk mendapatkan informasi terkait aktifitas anggota selama menjalankan praktik kefarmasian. Berdasarkan data yang tercantum dalam borang, Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi akan menilai jumlah hari dan jam praktik serta aktifitas rutin sehari-hari. Borang Penilaian Diri hanya bersifat sebagai pendukung dan sebagai instrumen pengarah agar Apoteker dapat berkonsentrasi memenuhi ketentuan-ketentuan dalam Borang Praktik Profesi.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
32
3.
Borang Praktek Profesi Borang Praktik Profesi (Lampiran 4) berisi data/informasi terkait pelaksanaan praktik kefarmasian yang telah dilaksanakan oleh Apoteker selama usia Sertifikat Kompetensi. Isilah borang ini sesuai dengan fokus praktik kefarmasian yang Anda lakukan setiap tahunnya atau setiap setengah tahun secara ‘manual penuh’ ataupun ‘manual elektronik’ supaya :
Apabila Anda berpindah praktik dari satu titik ke titik lain (dalam satu Daerah atau ke Daerah Lain) dapat terdokumentasi dengan baik oleh Pengurus Cabang dan Pengurus Daerah yang bersangkutan.
Apabila Anda beralih fokus praktik dari satu bidang ke bidang lain dapat terdokumentasi dengan baik oleh Himpunan Seminat-Himpunan Seminat yang berhubungan.
4.
Borang Rencana Pengembangan Diri (RPD) Borang Rencana Pengembangan Diri (Lampiran 5) dimaksudkan untuk membantu apoteker dalam merancang pembelajaran dirinya selama 5 tahun ke depan. Borang ini bermanfaat untuk membantu merencanakan kebijakandan strategi organisasi. Berikut langkah-langkah penyusunan Rencana Pengembangan Diri (RPD) apoteker : 1) Isilah Borang dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut : a. Uraikan secara ringkas khususnya mengenai kesalahan, kekurangan, ketidakpuasan dalam menjalankan praktik sehingga Anda dapat merasakan bahwa Anda memang perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tertentu. b. Gambarkan kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan sejawat apoteker praktek sehingga sejawat dapat melihat apa yang sejawat dapat lakukan sebagai seorang apoteker yang bertanggungjawab untuk melakukan perbaikan. c. Tuliskan visi pribadi Anda dalam memandang praktik kefarmasian yang seharusnya Anda lakukan di masa yang akan datang. d. Tuliskan misi pribadi Anda, baik jangka pendek maupun jangka panjang e. Jadwalkanlah pencapaian misi Anda tersebut. 2) Tetapkan prioritas apa yang ingin Anda capai selama 5 (lima) tahun mendatang.Rincilah dalam per tahunnya. 3) Pertimbangkan karir jangka panjang Anda 4) Susun daftar kegiatan pengembangan pembelajaran(P2AB) sejawat untuk 1-5 tahun mendatang sesuai dengan skala prioritas, pertimbangkan betul-betul kepentingan pengetahuan dan keterampilan untuk itudalam rangka untuk meningkatkan kualitas praktek Anda. 5) Buatlah perencanaan kapan masing-masing kegiatan pengembangan pembelajaran itu akan diambil atau akan dilakukan
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
33
Lampiran 1
BORANG LOG BOOK
RE-SERTIFIKASI APOTEKER
Nama
: ……………………..
Nomor Anggota : ……………………..
Borang ini berisi : 1. 2. 3. 4.
Borang Registrasi Re-Sertifikasi Borang Kehadiran Praktik Apoteker Borang Pelaksanaan Praktik Apoteker Borang Rencana Pengembangan Diri
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
34
BORANG REGISTRASI RE-SERTIFIKASI APOTEKER Petunjuk : Tulislah dengan Huruf Cetak ! Kepada Yth. Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi Daerah........................ Melalui PC IAI Kab/Kota .......................... Di Tempat
Diterima tanggal : ..................... ( diisi oleh petugas )
Bersama ini saya mengajukan permohonan Re-Sertifikasi dengan data sebagai berikut : 1. NamaLengkap,gelar : : 2. Tempat / Taggal lahir : 3. No.KTA IAI : 4. No.KTP : 5. Alamat lengkap (sesuai KTP) : 6. No.Handphone : 7. Alamat email : Alamat Jadwal 8. Tempat praktek , Ada, lampirkan 1) Ada, lampirkan 2) Ada, lampirkan 3) : .............................................. Berlaku s.d: .... / ..... / .. 9. No. STRA : ............................................... Berlaku s.d: .... / ..... / .. 10. No. Sertifikat Kompetensi : ............................................... Tertanggal: .... / ..... / .. 11. No. Rekomendasi IAI : ....................................................................................................... 12. PC-IAI asal Untuk keperluan verifikasi data, berikut terlampir : 1) Fotocopy KTP yang masih berlaku 2) Fotocopy KTA yang masih berlaku 3) Fotocopy STRA yang masih berlaku 4) Fotocopy Rekomendasi terakhir dari PC/PD IAI yang diperoleh 5) Fotocopy SIPA/SIKA terakhir yang diperoleh 6) Fotocopy SK Pengangkatan Pegawai (bagi pemohon di RS/PBF/Industri) 7) Fotocopy Sertifikat Kompetensi Apoteker akan atau habis masa berlakunya 8) Fotocopy Sertifikat SKP (SKP-Praktik, SKP-Pembelajaran, dan SKP-Pengabdian) 9) Rekapitulasi Perolehan SKP 10) Isian Lengkap Borang dalam Buku Log (Log Book) 11) Isian Lengkap Berkas dalam Portofolio Pembelajaran Demikianlah permohonan ini diajukan, atas perhatiannya terima kasih. Mengetahui, PC IAI KAB/KOTA ......................................
...........................,........................................... Pemohon,
ttd NAMA LENGKAP,Gelar Tanda tangan dan Stempel
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
ttd NAMA LENGKAP, Gelar Tanda tangan
35
Lampiran 2
BORANG KEHADIRAN HARIAN PRAKTIK APOTEKER No. Sertf Kompetensi No. SIPA/SIKA
:
............................................
Tgl. Terbit
: ........................
:
............................................
Tgl. Terbit
: ........................
Nama Apoteker : ................................................. No. Anggota IAI : ................................................. Tempat Praktik : ................................................. Bulan : ................................................. Tahun : .................................................
No
Hari / Tgl
Jam (.... s/d ....)
Lama Praktik (Σ jam)
Tanda Tangan
1 2 . . . 30 Total Jam Praktik :
Mengetahui, ttd NAMA VERIFIKATOR* Pengurus Cabang
*Bila diperlukan maka verifikator melakukan crosscheck ke tempat praktik dengan melihat dokumen PMR dan Tindasan Informed Consent Pasien
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
36
Lampiran 3
BORANG REKAP KEHADIRAN PRAKTIK APOTEKER No. Sertf Kompetensi No. SIPA/SIKA
:
............................................
Tgl. Terbit
: ........................
:
............................................
Tgl. Terbit
: ........................
Nama Apoteker : ................................................. No. Anggota IAI : ................................................. Tempat Praktik : ................................................. Tahun : ................................................. No
Bulan
1
Januari
2
Februari
Jumlah Jam
. . . 12
Desember Total Jam Praktik
Mengetahui, Ttd
NAMA VERIFIKATOR* Pengurus Cabang
*Bila diperlukan maka verifikator melakukan crosscheck ke tempat praktik dengan melihat dokumen PMR dan Tindasan Informed Consent Pasien.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
37
Lampiran 4 BORANG PELAKSANAAN PRAKTIK APOTEKER Isilah dengan lengkap dan sebenarnya : A. Sertifikat Kompetensi Sekarang (untuk keperluan Perpanjangan) 1.
Nomor Sertifikat
2.
Nama Lengkap Pemegang Sertifikat
3.
Tempat dan tanggal lahir
4.
Alamat tinggal sekarang (lengkap)
5.
Nomor & Tanggal Ijazah Apoteker
6.
Asal Perguruan Tinggi (Pend. Apoteker)
B. Dokumen Pendukung 1.
Nomor STRA, tanggal berakhir
2.
Nomor Rekomendasi IAI, tanggal berakhir
3.
Nomor SIPA/SIKA, tanggal berakhir
C. Riwayat Praktik Apoteker (5 tahun terakhir) 1.
Tahun Ke-
Praktik
Jabatan
Nama & Alamat Kantor
Utama : I Lainnya : Utama : II Lainnya : Utama : III Lainnya : Utama : IV Lainnya : Utama : V Lainnya :
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
38
D. Tempat dan Jadwal Praktik 1.
2.
Bidang Praktik Kefarmasian (pilih) (1)
Pelayanan Kefarmasian Dasar (Apotek, Klinik, Puskesmas)isi Kolom E1
(2)
Pelayanan Kefarmasian Lanjut (Instalasi Farmasi RS)isi KolomE1
(3)
Distribusi Kefarmasianisi KolomE2
(4)
Produksi/Industri Kefarmasian (Far/OT/Kosm/Makmin) isi Kolom E3
Alamat Tinggal
...................................................................................... No SIPA/SIKA
Perkiraan jarak rumah ke tempat praktik
i. ....................................................
........................
..........................
ii. ....................................................
........................
..........................
iii. ....................................................
........................
..........................
Lama Praktik (Σ jam)
Keterangan
3.
Alamat Praktik Kefarmasian dilakukan
4.
Hari Kerja
Jam Buka - Jam Tutup Operasional Fasilitas
Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu TOTAL :
E1. Laporan Kinerja Praktik Bidang Pelayanan Kefarmasian
1)
Kode Klaster SKP
Kegiatan Praktik Profesi
No.
Pelaksanaan (Perolehan SKP-Praktik)
Kehadiran
Standar Prosedur Operasional (SPO)
Daftar Tilik Skrining Resep
PMR
Informed Consent
2)
Memantau dan Melaporkan ESO
3)
Menjadi Pendamping Minum Obat
4)
Memberi Edukasi Ke Kelompok Pasien (Minimal 10 Orang)
5)
Terlibat Dalam Pokja Kefarmasian
6)
Melakukan Penjaminan Mutu
7)
Membuat dan menyediakan brosur/leaflet untuk informasi aktif JUMLAH SKP-PRAKTIK :
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
39
E2. Laporan Kinerja Praktik Bidang Distribusi Kefarmasian No.
Kode Klaster SKP
Kegiatan Praktik Profesi
1)
Melakukan Penyimpanan Yang Baik
2)
Melakukan pelatihan CDOB
3)
Melakukan prinsip dasar seleksi
4)
Melakukan Inventory Control Management
5)
Melakukan pengadaan yang baik dan benar
6)
Melakukan monitoring dan pengawasan suhu dan kelembaban tempat penyimpanan
7)
Melakukan perawatan peralatan penyimpanan (refrigerator dsb)
8)
Melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian resiko / Corrective Action Preventive Action
9)
Melakukan penyimpanan yang baik dan benar untuk penyimpanan yang diatur peraturan (Narkotika dan Psikotropika)
10)
Melakukan penanganan obat khusus (sitostatika, narkotika, psikotropika)
11)
Melakukan pencegahan pencurian
12)
Melakukan distribusi dan transportasi yang baik
13)
Melakukan analisa dan verifikasi pemesanan oleh pelanggan
14)
Melakukan pengelolaan obat rusak dan kadaluwarsa
15)
Melakukan pemusnahan obat
16)
Melakukan penanganan obat kembalian dan obat yang ditarik
17)
Melakukan informasi tentang obat yang ditarik kembali
18)
Melakukan upaya pencegahan penyalah gunaan dan pemalsuan obat
19)
Melakukan tata kelola administrasi dan pelaporan
Pelaksanaan (Perolehan SKP-Praktik)
JUMLAH SKP-PRAKTIK :
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
40
E3. Laporan Kinerja Praktik Bidang Industri (Farmasi, Kosmetik, OT, Makmin) Bagian Pengawasan Mutu Kode Klaster SKP
Kegiatan Praktik Profesi
No. 1)
Melakukan uji laboratorium dan validasi metoda analisa
2)
Melakukan uji stabilitas
3)
Melakukan Cara Berlaboratorium Yang Baik
4)
Melakukan Inspeksi Diri
5)
Melakukan Penanganan Keluhan Konsumen, Obat Kembalian Dan Penarikan Obat Jadi
6)
Melakukan Kalibrasi, Kualifikasi dan Validasi
7)
Melakukan UKK dan K3 (EHS)
8)
Melakukan Penyusunan Data Pendukung Untuk Registrasi
Pelaksanaan (Perolehan SKP-Praktik)
JUMLAH SKP-PRAKTIK :
BagianPemastian Mutu Kode Klaster SKP
Kegiatan Praktik Profesi
No. 1)
Melakukan penyelidikan kegagalan, penyimpangan bets, prosedur pengolahan dan pengemasan ulang
2)
Melakukan Rancang Bangun Fasilitas Dan Sertifikasi CPOB/CPOTB/CPKB
3)
Melakukan Inspeksi Diri
4)
Melakukan Penanganan Keluhan Konsumen, Obat Kembalian Dan Penarikan Obat Jadi
5)
Melakukan Penilaian Pemasok
6)
Melakukan Pengelolaan Pengendalian Dokumen
Pelaksanaan (Perolehan SKP-Praktik)
JUMLAH SKP-PRAKTIK :
BagianProduksi No.
Kode Klaster SKP
Kegiatan Praktik Profesi
1)
Memahami Desain Formula
2)
Melakukan Penanganan Bahan/Material
3)
Melakukan Proses Pembuatan Obat
4)
Melakukan UKK dan K3 (EHS)
5)
Melakukan Rancang Bangun Fasilitas Dan Sertifikasi CPOB/CPOTB/CPKB
6)
Melakukan Inspeksi Diri
7)
Melakukan Kalibrasi, Kualifikasi dan Validasi
8)
Melakukan Pengendalian Perubahan
Pelaksanaan (Perolehan SKP-Praktik)
JUMLAH SKP-PRAKTIK :
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
41
Bagian Penelitian dan Pengembangan Produk No.
Kode Klaster SKP
Kegiatan Praktik Profesi
1)
Memahami Formulasi
2)
Memahami Teknologi Farmasi
3)
Melakukan Pengembangan Bahan Kemas
4)
Melakukan Penyusunan Data Pendukung Untuk Registrasi
Pelaksanaan (Perolehan SKP-Praktik)
JUMLAH SKP-PRAKTIK :
Bagian Managemen Persediaan No.
Kode Klaster SKP
Kegiatan Praktik Profesi
1)
Melakukan Pengadaan Bahan, Barang Untuk Produksi
2)
Melakukan Pengelolaan Gudang dan Pengelolaan Penyimpanan
3)
Melakukan Production Planning And Inventory Control
Pelaksanaan (Perolehan SKP-Praktik)
JUMLAH SKP-PRAKTIK :
Bagian Regulatory and Product Information No.
Kode Klaster SKP
Kegiatan Praktik Profesi
1)
Melakukan Proses Penilaian/Registrasi Produk
2)
Menerapkan, Mensosialisasikan, Menyusun Peraturan Dan Ketentuan
3)
Melakukan Proses Sertifikasi
4)
Melakukan Informasi Produk Kepada Klayan
5)
Melakukan Proses Permohonan Izin Dan Melakukan Pelaporan Hasil Uji Klinik
6)
Melakukan Pelaporan MESO
7)
Melakukan Penanganan Keluhan Konsumen, Obat Kembalian Dan Penarikan Obat Jadi
Pelaksanaan (Perolehan SKP-Praktik)
JUMLAH SKP-PRAKTIK :
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
42
F; Laporan Kinerja Pembelajaran No.
Kode Klaster SKP
Nomor Sertifikat
Penerbit Sertifikat
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. JUMLAH SKP-PEMBELAJARAN :
G; Laporan Kinerja Pengabdian Jumlah SKP No.
Nomor Sertifikat & Kode Klaster SKP
Awal
Konstanta Konversi
Penerbit Sertifikat Akhir
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. JUMLAH SKP-PENGABDIAN :
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
43
H; Laporan Kinerja Publikasi Ilmiah/Populer dan/atau Kinerja Pengembangan Ilmu
No.
Nomor Sertifikat & Kode Klaster SKP
Jumlah SKP Awal
Konstanta Konversi
Penerbit Sertifikat Akhir
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. JUMLAH SKPPUBLIKASI/PENGEMBANGAN :
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
44
Lampiran 5
BORANG RENCANA PENGEMBANGAN DIRI (RPD) Nama : ............................................................. No. Anggota IAI : .............................................................. Tahun ke : 1 / 2 / 3 / 4 / 5 1. Rencana Pengembangan Diri dalam Kinerja Profesional Rencana Kegiatan : 1) 2) 3). 2. Rencana Pengembangan Diri dalam Kinerja Pembelajaran Rencana Kegiatan : 1) 2) 3). 3. Rencana Pengembangan Diri dalam Kinerja Pengabdian Rencana Kegiatan : 1) 2) 3). 4. Rencana Pengembangan Diri dalam Publikasi Ilmiah/Populer Kefarmasian Rencana Kegiatan : 1) 2) 3). 5. Rencana Pengembangan Diri dalam Pengembangan Ilmu/Pendidikan Rencana Kegiatan : 1) 2) 3).
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
45
No
Domain
1.
Kinerja Profesional
2.
Kinerja Pembelajaran
3.
Kinerja Pengabdian
4.
Kinerja Publikasi Ilmiah/Populer Kefarmasian
5.
Kinerja Pengembangan Ilmu dan Pendidikan
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
Proporsi yang ingin dicapai (%)
46
DAFTAR TILIK SKRINING RESEP (DTSR) Nomor Kode Resep/Skrining
:
...................................................................
Tanggal
Skrining 1 (Asal-usul Resep) Dari Dokter Alamat dokter SIP Dokter
: : :
................................... ................................... ...................................
4. 5.
Td tgn/Paraf dokter Tanggal penulisan
:
................................... ...................................
Valid Valid, clear Valid Masih berlaku Valid Valid
Keputusan Apoteker
Invalid Invalid Invalid Kadaluwarsa
Lolos : : : : : :
Meragukan Meragukan Meragukan
Invalid Invalid
Meragukan Meragukan
Tolak
Skrining 2 (Asal-usul Pasien) Nama Pasien Umur Pasien Jenis kelamin Berat Badan (tuliskan) Tinggi Badan (tuliskan) Alamat Jelas (tuliskan)
..................................
Fakta
1. 2. 3.
6. 7. 8. 9. 10. 11.
:
Fakta ................................... Valid Invalid Meragukan ................................... Valid Invalid Meragukan Laki-laki / Perempuan OKE ................................... Valid Invalid Meragukan ................................... Valid Invalid Meragukan ........................................................................................................................ (Baru pindahkan ke PMR)
Keputusan Apoteker
Lolos
Tolak
Skrining 3 (Obat-obat yang diminta) 12. Nama dagang
Btk. Sediaan
Nama Generik
Skrining 4 (Spesifikasi Permintaan) 13. 14. 15. 16.
Permintaan Cara Pakai Obat Permintaan Aturan Pakai Obat Permintaan Cara penyiapan Obat Informasi khusus/lainnya Tidak Ada
Kekuatan
Dosis
Jumlah
Dosis Terapi
Fakta Permintaan
Ada, sebutkan
Skrining 5 (Analisis Kesesuaian Farmasetis) Sesuaikan dengan Skrining 4 17. 18. 19. 20. 21.
Kesesuaian bentuk sediaan dan stabilitas obat Kesesuaian antara potensi dan dosis Inkompatibilitas Cara Pakai Obat Aturan Pakai Obat dan Lama Pemberian
Sesuai Sesuai Kompatibel Benar Benar
Sikap Apoteker 22. Konfirmasi ke dokter 23. Komunikasi ke pasien
Keputusan Apoteker
Tidak sesuai Tidak sesuai Inkompatibel Tidak benar Tidak benar
Hasil komunikasi Ya, Perlu Ya, perlu
Lanjut
Ditunda
Ditolak
Skrining 6 (Analisis Pertimbangan Klinis) Sandingkan dengan PMR Pasien pada kunjungan2 sebelumnya 24. Adanya riwayat alergi pada pasien 25. Reaksi atas efek samping penggunaan
Ada Ada / Pernah
26. Interaksi antar komponen obat 27. Kesesuaian dosis dengan kondisi pasien 28. Hal-hal khusus terhadap pasien
Ada masalah Sesuai Ada, sebutkan
Tidak ada
Sikap Apoteker 29. Konfirmasi ke dokter 30. Komunikasi ke pasien
Keputusan Apoteker
Tidak ada Tdk Ada / Tdk Pernah Tdk ada masalah Tidak sesuai
Hasil komunikasi Ya, Perlu Ya, perlu
Lanjut
Ditunda
Ditolak
Catatan Tambahan
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
47
PATIENT MEDICATION RECORD (PMR) Nama
:
Usia
:
No. Kartu Asuransi Alamat Lengkap
:
................................................................. ...... ................................................................. ...... ................................................................ valid
Kelamin - Status
:
Tercatat Pertama
:
Pekerjaan
:
:
Kondisi umum Pasien
:
Penyakit umum/spec
:
L / P - Dws / Anak Tgl........................ ... ............................. ... Ras/Suku :
Riwayat Pemeriksaan Laboratorium : Tanggal
Nama Laboratorium
Parameter Laboratorium
Angka Lab
Angka Normal
Referensi
Riwayat Alergi : Tanggal
Jenis Alergi
Karena Obat
Sebab lain
Intensitas (deskripsi umum)
Dokter penulis R/
Ref. Skrining R/
Indikasi (catatan khusus)
Dokter penulis R/
Ref. Skrining R/
Indikasi (catatan khusus)
Riwayat Pengobatan : Tanggal
Diberikan Obat
Riwayat Copy Resep : Tanggal
Diberikan Obat
Riwayat Konseling : Tanggal
Target/Topik
DRP
Capaian, rcn monitoring, intervensi, rcn home care
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
48
FORMAT NOTA INFORMED CONSENT
NOTA INFORMED CONSENT*) No. IC : ...................
Tanggal : ...........................
Bahwa saya telah memahami dan menerima jasa asuhan kefarmasian dari Apoteker berupa penjelasan, uraian, nasehat/advis, perhatian dan informasi lengkap mengenai obat-obat yang akan saya/keluarga saya gunakan sebagaimana mestinya. Bahwa saya/keluarga saya bersedia mematuhi hal-hal tersebut di atas dan akan meminta konsultasi jika kondisi memerlukannya termasuk untuk dilakukan monitoring, kunjungan (home visite) dan/atau tindakan-tindakan asuhan kefarmasian lain yang dipandang perlu sesuai pertimbangan Apoteker. Pasien/keluarga,
Apoteker,
................................................. ................................................. *) dibuat rangkap 2 : untuk dokumen pasien dan untuk apoteker
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
49
PEDOMAN PENANDAAN SERTIFIKAT-SKP Sertifikat-SKP yang sah, terdapat penandaan sebagai berikut : 1) 2)
3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14)
Lembaga Penerbit Sertifikat-SKP (PP/PD Setempat) Nomor SK Penetapan atas Kegiatan/aktifitas yang bersangkutan dari PD Setempat Nomor SK Penetapan atas Kegiatan/aktifitas yang bersangkutan dari PP IAI khusus untuk kegiatan berlabel Internasional/Regional. Kode Referensi dari tetapan besarnya SKP sesuai dengan Peraturan/Pedoman dari Badan Setifikasi Profesi. Kode Klaster-SKP atas jenis/kelompok CPD kegiatan yang dilakukan sesuai dengan Peraturan/Pedoman dari Badan Setifikasi Profesi. Nomor Seri Sertifikat-SKP yang bersangkutan. Besarnya SKP atas kegiatan yang bersangkutan. Nama dan Nomor Anggota IAI Nasional, pemegang Sertifikat-SKP Judul/Nama Kegiatan yang telah diikuti oleh yang bersangkutan. Tanggal (masa) dilaksanakannya Kegiatan. Nama Kota tempat diselenggarakannya Kegiatan. Nama dan tanggal diterbitkannya Sertifikat-SKP Tanda tangan Panitia Penyelenggara (Tim Verifikator + Stempel PD) Tanda tangan Ketua Himpunan Seminat/Pengurus Cabang.dan Stempel Tanda tangan Ketua Pengurus Pusat/Pengurus Daerah dan Stempel
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
50
BAB IX BERKAS-BERKAS PORTOFOLIO PEMBELAJARAN
A. UMUM Tujuan dari dokumentasi berkas-berkas portofolio pembelajaran adalah untuk memahami dan menghayati Standar Kompetensi Apoteker Indonesia dalam suatu aplikasi praktik kefarmasian yang menjadi fokus Apoteker. Tidak semua aspek dalam komponen, unit dan elemen kompetensi harus dipelajari. Secara alamiah, Apoteker akan menggali dan mengeksplorasi unit dan elemen kompetensi yang memang bermanfaat untuk meningkatkan profesionalitas diri pada suatu titik praktik kefarmasian tertentu. Berkas-berkas ini sangat bermanfaat bagi Apoteker; dan Ikatan Apoteker Indonesia akan menjadikannya sebagai bahan kebijakan untuk tindak lanjut berbagai kepentingan profesi di masa yang akan datang.
B. CAKUPAN PORTOFOLIO PEMBELAJARAN 1. Berkas Pertama : Portofolio Data Pribadi Apoteker Data pribadi Apoteker mencakup identitas umum Apoteker, riwayat pendidikan formal, pengalaman akademis dan riwayat pekerjaan. a. Data pribadi Isi dan tuliskan data-data pribadi Anda sebagaimana yang diminta. a. Riwayat pendidikan formal Tuliskan tahun lulus pendidikan kesarjanaan (S1 s/d S3) dan pendidikan keprofesian Anda berikut asal institusinya, baik dari dalam maupun luar negeri. b. Pengalaman akademik
Penghargaan dan Pencapaian Profesional Tuliskanlah nama penghargaan (akademik) yang pernah Anda terima selama 5 tahun terakhir, institusi (pendidikan) pemberi penghargaan dan alasan diberikannya penghargaan tersebut baik dari dalam maupun luar negeri.
Pendidikan Profesi Tersertifikasi Jika Anda pernah menempuh suatu pendidikan profesi (kefarmasian) baik di dalam maupun luar negeri serta karenanya Anda memperoleh Sertifikat Pendidikan Profesi, tuliskanlah selama 5 tahun terakhir.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
51
Keikutsertaan dalam Lokakarya/seminar/pelatihan Jika Anda pernah ikut serta dalam kegiatan lokakarya atau seminar atau pelatihan pada suatu lembaga/institusi tertentu selama 5 tahun terakhir, tulisakanlah sebagaimana mestinya.
Publikasi dalam Konferensi Jika Anda memiliki pengalaman menyampaikan publikasi (akademik) dalam suatu konferensi ilmiah selama 5 tahun terakhir (dalam forum kongres ilmiah IAI atau forum lainnya baik di dalam maupun luar negeri), tuliskanlah.
Pengalaman sebagai Pembicara Jika Anda memiliki pengalaman sebagai pembicara dalam suatu forum selama 5 tahun terakhir (dalam forum IAI atau forum lainnya baik di dalam maupun luar negeri), tuliskanlah.
c. Riwayat pekerjaan Tuliskanlah riwayat pekerjaan Anda semenjak Lulus dari pendidikan Apoteker hingga sekarang berikut posisi-posisi jabatan yang pernah Anda tempati. 2. Berkas Kedua : Portofolio Pembelajaran Apoteker Sebelum Anda mengisi lembar portofolio ini, Anda harus membaca lebih dahulu Standar Kompetensi Apoteker Indonesia Tahun 2011 (SKAI 2011) yang disertakan dalam Lampiran 7. Ikatan Apoteker Indonesia mendorong Anda untuk mempelajari dan menghayati Komponen-komponen Kompetensi( Nomor Urut Portofolio 1 s/d 9 pada pojok kanan atas)
sebagaimana dalam
SKAI
2011 melalui suatu portofolio
pembelajaran. Tetapkanlah satu demi satu secara berurutan atau secara acak atas komponen kompetensi tersebut secara sistematis. Pahami Unit Kompetensiyang ada di dalamnya (tuliskan sebagai Topik Pembelajaran), dan tetapkan Elemen Kompetensi yang ingin Anda capai. Jangan lewatkan tanggal dimulainya pembelajaran. i. Landasi dengan Pertanyaan Refleksi (2 pertanyaan)
Ketrampilan atau pengetahuan apa yang ingin Anda pelajari?
Mengapa tertarik mempelajari hal tersebut?
ii. Memulai Tahap Persiapan (3 pertanyaan)
Berapa lama tujuan pembelajaran tersebut diharapkan tercapai?
Seberapa penting topik tersebut mendukung pekerjaan Anda?
Pilihan pembelajaran apa yang akan Anda usahakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut?
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
52
iii. Tahap Pelaksanaan Lakukan upaya-upaya untuk mencapai Tujuan Pembelajaran dan jawalah pertanyaan berikut :
Ketrampilan atau pengetahuan apa yang telah Anda dapatkan selama proses pembelajaran tersebut?
iv. Tahap Evaluasi
Apakah hasil pembelajaran yang Anda dapatkan sudah sesuai seperti yang diharapkan?
Jika YA,seberapa besar pencapaian Anda?
Jika YA, berikan beberapa contoh tindakan yang akan Anda aplikasikan di tempat praktik!
Jika YA, manfaat apa yang akan Anda berikan pada tempat praktik?
Jika YA, apakah Anda ingin mempelajarinya lebih dalam lagi?
Jika TIDAKdan Sebagian Tercapai, mengapa Anda tidak/ kurang dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut?
Jika TIDAK dan Sebagian Tercapai, apa yang akan Anda lakukan berikutnya?
3. Berkas Ketiga : Rekapitulasi Portofolio Apoteker Lembar ini berisi resume Isian Portofolio Pembelajaran yang telah Anda lakukan pada berkas kedua di atas. Tuliskanlah kode unit kompetensi (2 digit) dan elemen-elemen kompetensi yang telah Anda pelajari dengan baik.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
53
Lampiran 6 :
BERKAS PORTOFOLIO PEMBELAJARAN APOTEKER
Nama
: ……………………..
Nomor Anggota : ……………………..
Berkas ini berisi : 1. Data pribadi pengisi portofolio 2. Lembar isian portofolio pembelajaran Apoteker 3. Rekapitulasi portofolio Apoteker
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
54
Data Pribadi Nama
:
Nomor Anggota
:
__________________________________________ __________________________________________
Tempat/tanggal lahir
:
__________________________________________
Status
:
Menikah/Belum Menikah *
Agama
:
__________________________________________
Alamat tempat tinggal :
__________________________________________
Alamat surat menyurat`
:
Alamat email
:
__________________________________________
No Telp/Handphone
:
__________________________________________
__________________________________________
Riwayat Pendidikan Formal: Tahun
Strata/ Profesi
Institusi Pendidikan
Pengalaman Akademis: Penghargaan dan Pencapaian Profesional Pemberi Tahun Penghargaan Penghargaan
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
Deskripsi Penghargaan
55
Pendidikan Profesi Tersertifikasi Tahun
Sertifikat
Pemberi Sertifikat
Keterampilan atau ilmu pengetahuan yang didapat
Keikutsertaan dalam Lokakarya/seminar/pelatihan Tahun
Lokakarya/seminar/pelatihan
Lembaga Penyedia
Keterampilan atau ilmu pengetahuan yang didapat
Publikasi dalam Konferensi
Tahun
Konferensi
Lembaga Penyelenggara
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
Judul presentasi
56
Pengalaman sebagai Pembicara
Tahun
Nama Forum
Judul presentasi
Riwayat Pekerjaan: Periode Kerja
Nama Instansi
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
Posisi
57
LEMBAR PORTOFOLIO PEMBELAJARAN
No.Urut Portofolio
Nama Apoteker : __________________________________________ Tempat Praktik
: __________________________________________
Tanggal Pembelajaran
: __________________________________________
Topik (Unit) kompetensi yang dipelajari
: __________________________________(kode)
Elemen Kompetensi yang ingin dicapai
: __________________________________ (kode)
(tuliskan kode komponen Standar Kompetensi Apoteker Indonesia)
PERTANYAAN REFLEKSI: 1. Ketrampilan atau pengetahuan apa yang ingin Anda pelajari?
2. Mengapa tertarik mempelajari hal tersebut?
TAHAP PERSIAPAN: 1. Berapa lama tujuan pembelajaran tersebut diharapkan tercapai? ___________ jam / hari*) coret yang tidak perlu
2. Seberapa penting topik tersebut mendukung pekerjaan Anda? (lihat halaman berikutnya) Gunakan tabel berikut ini untuk membantu mengidentifikasi tingkat kepentingan topik tersebut! (Berilah tanda silang pada kolom yang sesuai untuk setiap pernyataan dalam tabel berikut ini!)
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
58
Tujuan Pembelajaran SKOR :
Tidak penting samasekali
Kurang Penting
Cukup Penting
Penting
Sangat penting
0
1
2
3
4
Pengembangan diri Kepentingan pelanggan dalam layanan Kemajuan sejawat apoteker Kemajuan institusi tempat kerja
3. Pilihan pembelajaran apa yang akan Anda usahakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut? Misalnya: belajar mandiri, mengikuti seminar/ symposium ilmiah/ konferensi, mengikuti pelatihan. Anda dapat menggunakan lebih dari 1 metode pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
Gunakan tabel berikut untuk membantu menganalisis metode pembelajaran yang Anda pilih! Pilihan
Deskripsi Aktivitas
Keuntungan
Kerugian
Kegiatan terpilih (√)
1. 2. 3. 4.
TAHAP PELAKSANAAN:
Ketrampilan atau pengetahuan apa yang telah Anda dapatkan selama proses pembelajaran tersebut?(rincian informasinya dapat dilanjutkan pada lembar kertas yang terpisah bila tempat yang tersedia kurang mencukupi)
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
59
TAHAP EVALUASI: 1. Apakah hasil pembelajaran yang Anda dapatkan sudah sesuai seperti yang diharapkan?
□ YA
□ TIDAK
2. Jika YA,seberapa besar pencapaian Anda?
□Sepenuhnya Tercapai □Sebagian Tercapai 3. Jika YA, berikan beberapa contoh tindakan yang akan Anda aplikasikan di tempat praktik!
4. Jika YA, manfaat apa yang akan Anda berikan pada tempat praktik?
5. Jika YA, apakah Anda ingin mempelajarinya lebih dalam lagi?
6. Jika TIDAKdan Sebagian Tercapai, mengapa Anda tidak/ kurang dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut?
7. Jika TIDAK dan Sebagian Tercapai, apa yang akan Anda lakukan berikutnya?
□ Tidak ada, saya merasa sudah cukup. □ Mengkaji kembali proses yang sudah saya lakukan dan mencari penyebab kegagalan.
□ Mencari topik baru untuk dipelajari. * Perkegiatan
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
60
REKAPITULASI PORTOFOLIO Catatan : SKAI = Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 2011 (Lampiran 7) Kode Unit No. Tanggal Kompetensi Topik yang Dipelajari Urut Mulai (SKAI) 1.
Tanggal Selesai
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Lanjutkan sesuai keperluan !
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
61
Lampiran 7
STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA Tahun 2011
Komponen, Unit dan Elemen Kompetensi Apoteker Indonesia 1.
Mampu Melakukan Praktik Kefarmasian Secara Profesional dan Etik 1.1.
Menguasai Kode Etik Yang Berlaku Dalam Praktik Profesi 1.1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
Mampu Menerapkan Praktik Kefarmasian Secara Legal dan Profesional Sesuai Kode Etik Apoteker Indonesia 1.2.1.
Berperilaku Profesional Sesuai Dengan Kode Etik Apoteker Indonesia
1.2.2.
Integritas Personal dan Professional
Memiliki Keterampilan Komunikasi 1.3.1.
Mampu Menerapkan Prinsip-Prinsip Komunikasi Terapetik
1.3.2.
Mampu Mengelola Informasi Yang Ada Dalam Diri Untuk Dikomunikasikan
1.3.3.
Mampu Memfasilitasi Proses Komunikasi
Mampu Komunikasi Dengan Pasien 1.4.1.
Mampu Menghargai Pasien
1.4.2.
Mampu Melaksanakan Tahapan Komunikasi Dengan Pasien
Mampu Komunikasi Dengan Tenaga Kesehatan 1.5.1.
1.6.
1.7.
2.
Artikulasi Kode Etik Dalam Praktik Profesi
Mampu Melaksanakan Tahapan Komunikasi Dengan Pasien
Mampu Komunikasi Secara Tertulis 1.6.1.
Pemahaman Rekam Medis (Medical Record) atau Rekam Kefarmasian/Catatan Pengobatan (Medication Record)
1.6.2.
Mampu Komunikasi Tertulis Dalam Rekam Medis (Medical Record) atau Rekam Kefarmasian (Medication Record) Secara Benar
Mampu Melakukan Konsultasi/Konseling Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Konseling Farmasi) 1.7.1. Melakukan Persiapan Konseling Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 1.7.2.
Melaksanakan Konseling Farmasi
1.7.3.
Membuat Dokumentasi Praktik Konseling Farmasi
Mampu Menyelesaikan Masalah Terkait Dengan Penggunaan Sediaan Farmasi 2.1.
Mampu Menyelesaikan Masalah Penggunaan Obat Yang Rasional 2.1.1.
Mampu Melakukan Penelusuran Riwayat Pengobatan Pasien (Patient Medication History)
2.1.2.
Mampu Melakukan Tinjauan Penggunaan Obat Pasien
2.1.3.
Melakukan Analisis Masalah Sehubungan Obat (Drug Therapy Problems= Dtps)
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
62
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.1.4.
Mampu Memberikan Dukungan Kemandirian Pasien Dalam Penggunaan Obat
2.1.5.
Mampu Monitoring Parameter Keberhasilan Pengobatan
2.1.6.
Mampu Evaluasi Hasil Akhir Penggunaan Obat Pasien
Mampu Melakukan Telaah Penggunaan Obat Pasien 2.2.1.
Melakukan Tindak Lanjut Hasil Monitoring Pengobatan Pasien
2.2.2.
Melakukan Intervensi/Tindakan Apoteker
2.2.3.
Membuat Dokumentasi Obat Pasien
Mampu Monitoring Efek Samping Obat (MESO) 2.3.1.
Melakukan Sosialisasi Pentingnya Pelaporan Efek Samping Obat
2.3.2.
Mengumpulkan Informasi Untuk Pengkajian Efek Samping Obat
2.3.3.
Melakukan Kajian Data Yang Terkumpul
2.3.4.
Memantau Keluaran Klinis (Outcome Clinic) Yang Mengarah Ke Timbulnya Efek Samping
2.3.5.
Memastikan Pelaporan Efek Samping Obat
2.3.6.
Menentukan Alternative Penyelesaian Masalah Efek Samping Obat
2.3.7.
Membuat Dokumentasi MESO
Mampu Melakukan Evaluasi Penggunaan Obat 2.4.1.
Menentukan Prioritas Obat Yang Akan Dievaluasi
2.4.2.
Menetapkan Indikator dan Kriteria Evaluasi Serta Standar Pembanding
2.4.3.
Menetapkan Data Pengobatan Yang Relevan Dengan Kondisi Pasien
2.4.4.
Melakukan Analisis Penggunaan Obat Dari Data Yang Telah Diperoleh
2.4.5.
Mengambil Kesimpulan dan Rekomendasi Alternatif Intervensi
2.4.6.
Melakukan Tindak Lanjut Dari Rekomendasi
2.4.7.
Membuat Dokumentasi Evaluasi Penggunaan Obat
Mampu Melakukan Praktik Therapeutic Drug Monitoirng (TDM)* 2.5.1.
Melakukan Persiapkan Kelengkapan Pelaksanaan Praktik TDM
2.5.2.
Melakukan Analisis Kebutuhan dan Prioritas Golongan Obat
2.5.3.
Melakukan Assessment Kebutuhan Monitoring Terapi Obat Pasien
2.5.4.
Melakukan Praktik TDM
2.5.5.
Melakukan Evaluasi Pelaksanaan Praktik TDM
2.5.6.
Membuat Dokumentasi Praktik TDM
Mampu Mendampingi Pengobatan Mandiri (Swamedikasi) Oleh Pasien 2.6.1.
Mampu Melakukan Pendampingan Pasien Dalam Pengobatan Mandiri
2.6.2.
Meningkatkan Pemahaman Masyarakat Terkait Pengobatan Mandiri
2.6.3.
Melaksanakan Pelayanan Pengobatan Mandiri Oleh Kepada Masyarakat
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
63
2.6.4.
3.
Mampu Melakukan Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 3.1.
3.2.
3.3.
4.
Membuat Dokumentasi Pelayanan Pendampingan Pengobatan Mandiri Oleh Pasien
Mampu Melakukan Penilaian Resep 3.1.1.
Memeriksa Keabsahan Resep
3.1.2.
Melakukan Klarifikasi Permintaan Obat
3.1.3.
Memastikan Ketersediaan Obat
Melakukan Evaluasi Obat Yang Diresepkan 3.2.1.
Mempertimbangkan Obat Yang Diresepkan
3.2.2.
Melakukan Telaah Obat Yang Diresepkan Terkait Dengan Riwayat Pengobatan dan Terapi Terakhir Yang Dialami Pasien
3.2.3.
Melakukan Upaya Optimalisasi Terapi Obat
Melakukan Penyiapan dan Penyerahan Obat Yang Diresepkan 3.3.1.
Menerapkan Standar Prosedur Operasional Penyiapan dan Penyerahan Obat
3.3.2.
Membuat Dokumentasi Dispensing
3.3.3.
Membangun Kemandirian Pasien Terkait Dengan Kepatuhan Penggunaan Obat
Mampu Memformulasi dan Memproduksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai Standar Yang Berlaku 4.1.
4.2.
4.3.
Mampu Melakukan Persiapan Pembuatan/Produksi Obat 4.1.1.
Memahami Standar Dalam Formulasi dan Produksi
4.1.2.
Memastikan Jaminan Mutu Dalam Pembuatan Sediaan
4.1.3.
Memastikan Ketersediaan Peralatan Pembuatan Sediaan Farmasi Melakukan Penilaian Ulang Formulasi
4.1.4.
Melakukan Penilaian Ulang Formulasi
Mampu Membuat Formulasi dan Pembuatan/Produksi Sediaan Farmasi 4.2.1.
Mempertimbangkan Persyaratan Kebijakan dan Peraturan Pembuatan dan Formulasi
4.2.2.
Melakukan Persiapan dan Menjaga Dokumentasi Obat
4.2.3.
Melakukan Pencampuran Zat Aktif dan Zat Tambahan
4.2.4.
Menerapkan Prinsip-Prinsip dan Teknik-Teknik Penyiapan Pembuatan Obat Non Steril
4.2.5.
Menerapkan Prinsip-Prinsip dan Teknik-Teknik Penyiapan Obat Steril
4.2.6.
Melakukan Pengemasan, Label/Penandaan dan Penyimpanan
4.2.7.
Melakukan Kontrol Kualitas Sediaan Farmasi
Mampu Melakukan Iv-Admixture dan Mengendalikan Sitostatika/ Obat Khusus* 4.3.1.
Melakukan Persiapan Penatalaksanaan Sitostatika/Obat Khusus*
4.3.2.
Melakukan IV-Admixture (Rekonstitusi dan Pencampuran) Sitostatika/Obat Khusus
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
64
4.3.3. 4.4.
4.5.
5.
Mampu Melakukan Persiapan Persyaratan Sterilisasi Alat Kesehatan 4.4.1.
Mampu Memastikan Persyaratan Infrastruktur Sterilisasi
4.4.2.
Memastikan Bahan Dasar Alat Kesehatan Yang Akan Disterilkan
4.4.3.
Memastikan Kualitas Pemilihan Bahan Sterilisasi
Mampu Melakukan Sterilisasi Alat Kesehatan Sesuai Prosedur Standar 4.5.1.
Memahami Persyaratan dan Prosedur Kerja Sterilisasi
4.5.2.
Melakukan Dokumentasi Proses Sterilisasi Alat Kesehatan
4.5.3.
Menyiapkan Set Alat Kesehatan Steril Utama dan Alat Kesehatan Penunjangnya
4.5.4.
Menerapkan Prinsip-Prinsip dan Teknik-Teknik Penyiapan Sediaan Farmasi Steril
4.5.5.
Menerapkan Prinsip-Prinsip dan Teknik-Teknik Penyiapan Alat Kesehatan Steril
4.5.6.
Melakukan Pengemasan, Penandaan/Labelisasi dan Indikator Eksternal
4.5.7.
Menerapkan Prinsip-Prinsip Proses Sterilisasi Alat Kesehatan Steril
4.5.8.
Menerapkan Prinsip-Prinsip Penyimpanan dan Distrubusi Alat Kesehatan Steril
Mempunyai Ketrampilan Dalam Pemberian Informasi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 5.1.
5.2.
6.
Melakukan Pengamanan Sitostatika
Pelayanan Informasi Obat 5.1.1.
Melakukan Klarifikasi Permintaan Informasi Obat Yg Dibutuhkan
5.1.2.
Melakukan Identifikasi Sumber Informasi/Referensi Yang Relevan
5.1.3.
Melakukan Akses Informasi Sediaan Farmasi Yang Valid
5.1.4.
Melakukan Evaluasi Sumber Informasi (Critical Appraisal)
5.1.5.
Merespon Pertanyaan Dengan Informasi Jelas, Tidak Bias, Valid, Independen
Mampu Menyampaikan Informasi Bagi Masyarakat Dengan Mengindahkan Etika Profesi Kefarmasian 5.2.1.
Menyediakan Materi Informasi Sediaan Farmasi dan Alkes Untuk Pelayanan Pasien
5.2.2.
Menyediakan Edukasi Masyarakat Mengenai Penggunaan Obat Yang Aman
Mampu Berkontribusi Dalam Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan Masyarakat 6.1.
Mampu Bekerjasama Dalam Pelayanan Kesehatan Dasar 6.1.1.
Bekerjasama Dengan Tenaga Kesehatan Lain Dalam Menangani Masalah Kesehatan Di Masyarakat
6.1.2.
Melakukan Survey Masalah Obat Di Masyarakat
6.1.3.
Melakukan Identifikasi dan Prioritas Masalah Kesehatan Di Masyarakat Berdasar Data
6.1.4.
Melakukan Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Masyarakat
6.1.5.
Melakukan Evaluasi Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
65
6.1.6.
7.
Mampu Mengelola Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai Dengan Standar Yang Berlaku 7.1.
7.2.
7.3.
7.4.
Seleksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 7.1.1.
Menetapkan Kriteria Seleksi Sediaan Farmasi dan Alkes
7.1.2.
Menetapkan Daftar Kebutuhan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Mampu Melakukan Pengadaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 7.2.1.
Melakukan Perencanaan Pengadaan Sediaan Farmasi dan Alkes
7.2.2.
Melakukan Pemilihan Pemasok Sediaan Farmasi dan Alkes
7.2.3.
Menetapkan Metode Pengadaan Sediaan Farmasi dan Alkes
7.2.4.
Melaksanakan Pengadaan Sediaan Farmasi dan Alkes
Mampu Mendesign, Melakukan Penyimpanan dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 7.3.1.
Melakukan Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Dengan Tepat
7.3.2.
Melakukan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
7.3.3.
Melakukan Pengawasan Mutu Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Mampu Melakukan Pemusnahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai Peraturan 7.4.1.
7.5.
7.6.
Memusnahkan Sediaan Farmasi dan Alkes
Mampu Menetapkan Sistem dan Melakukan Penarikan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 7.5.1.
Memastikan Informasi Tentang Penarikan Sediaan Farmasi dan Alkes
7.5.2.
Melakukan Perencanaan dan Melaksanakan Penarikan Sediaan Farmasi dan Alkes Komunikasi Efektif Dalam Mengurangi Risiko Akibat Penarikan Sediaan Farmasi dan Alkes
7.5.3.
8.
Membuat Dokumentasi Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan
Mampu Mengelola Infrastruktur Dalam Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alkes 7.6.1.
Memanfaatan Sistem dan Teknologi Informasi Dalam Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
7.6.2.
Membuat dan Menatapkan Struktur Organisasi Dengan Sdm Yang Kompeten
7.6.3.
Mengelola Sumber Daya Manusia Dengan Optimal
7.6.4.
Mengelola Keuangan
7.6.5.
Penyelenggaraan Praktik Kefarmasian Yang Bermutu
Mempunyai Ketrampilan Organisasi dan Mampu Membangun Hubungan Interpersonal Dalam Melakukan Praktik Kefarmasian 8.1.
Mampu Merencanakan dan Mengelola Waktu Kerja 8.1.1.
Membuat Perencanaan dan Penggunaan Waktu Kerja
8.1.2.
Mengelola Waktu dan Tugas
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
66
8.1.3. 8.2.
8.3.
8.4.
8.5.
8.6.
9.
Menyelesaikan Pekerjaan Tepat Waktu
Mampu Optimalisasi Kontribusi Diri Terhadap Pekerjaan 8.2.1.
Memahami Lingkungan Bekerja
8.2.2.
Melakukan Penilaian Kebutuhan Sumber Daya Manusia
8.2.3.
Mengelola Kegiatan Kerja
8.2.4.
Melakukan Evaluasi Diri
Mampu Bekerja Dalam Tim 8.3.1.
Mampu Berbagi Informasi Yang Relevan
8.3.2.
Berpartisipasi dan Kerjasama Tim Dalam Pelayanan
Mampu Membangun Kepercayaan Diri 8.4.1.
Mampu Memahami Persyaratan Standar Profesi
8.4.2.
Mampu Menetapkan Peran Diri Terhadap Profesi
Mampu Menyelesaikan Masalah 8.5.1.
Mampu Menggali Masalah Aktual atau Masalah Yang Potensial
8.5.2.
Mampu Menyelesaikan Masalah
Mampu Mengelola Konflik 8.6.1.
Melakukan Identifikasi Penyebab Konflik
8.6.2.
Menyelesaikan Konflik
Mampu Mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Yang Berhubungan Dengan Kefarmasian 9.1.
9.2.
Belajar Sepanjang Hayat dan Kontribusi Untuk Kemajuan Profesi 9.1.1.
Mengetahui, Mengikuti, dan Mengamalkan Perkembangan Terkini Di Bidang Farmasi
9.1.2.
Kontribusi Secara Nyata Terhadap Kemajuan Profesi
9.1.3.
Mampu Menjaga dan Meningkatkan Kompetensi Profesi
Mampu Menggunakan Teknologi Untuk Pengembangan Profesionalitas 9.2.1.
Mampu Menggunakan Teknologi Untuk Meningkatkan Profesionalitas
9.2.2.
Mampu Mengikuti Teknologi Dalam Pelayanan Kefarmasian (Teknologi Informasi dan Teknologi Sediaan)
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
67
BAB X PROSEDUR PERMOHONAN RE-SERTIFIKASI
A. PENDAHULUAN Ikatan Apoteker Indonesia memandang Re-Sertifikasi Kompetensi Apoteker sebagai siklus ulangan proses sertifikasi dalam periodisasi 5 tahun memiliki makna : 1) Sebagai instrumen pengukur capaian peningkatan kompetensi seorang Apoteker dalam menjalankan tugas-tugas profesi sesuai garis-garis Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, Standar Profesi dan Etika Profesi. 2) Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan praktik kefarmasian kepada masyarakat melalui organisasi profesi. 3) Sebagai alat dan bahan evaluasi untuk memelihara dan meningkatkan kualitas praktik kefarmasian pada masa yang akan datang (retroprogresif) Oleh karena itu Ikatan Apoteker Indonesia menghindari cara pandang bahwa Re-Sertifikasi merupakan mekanisme rutin sekadar untuk memenuhi asas normatif. Dengan segala kelemahan dan kekurangan selama proses Sertifikasi Awal (baik bagi Apoteker Baru maupun Apoteker Lama yang belum ter-Sertifikasi), proses Re-Sertifikasi meminta persyaratan yang sangat berat dan serius. Bahwa praktik kefarmasian yang dijalankan tidak hanya merupakan fungsi linear dari pendidikan formal melainkan lebih dari sekadar pertanggungjawaban publik. Pasal 11 Permenkes 889 Tahun 2011 merupakan syarat dari ketentuan Pasal 9 ayat (2) agar uji ulang kompetensi Apoteker didasarkan pada pengukuran-pengukuran faktual dan aktual atas pelaksanaan praktik kefarmasian melalui mekanisme Satuan Kredit Partisipasi (SKP). Untuk itu Ikatan Apoteker Indonesia memandang perlu untuk melindungi anggota dari klaim tidak layak kualifikasi minimal oleh Pemerintah/KFN (Pasal 22 ayat (1) UU 36/2009 dan Pasal 25 Permenkes 889/2011) dengan cara mengelola Re-Sertifikasi melalui pendekatan SKP di bawah norma Standar Kompetensi Apoteker Indonesia Tahun 2011 dan operasionlisasi Standar Praktik Kefarmasian Apoteker Indonesia (SPKAI). Re-Sertifikasi melalui SKP dapat dilakukan dengan cara : 1) Re-Sertifikasi berbasis Manual Penuh 2) Re-Sertifikasi berbasis Manual Elektronik 3) Re-Sertifikasi berbasis Web Terintegrasi. Mengingat berbagai macam pertimbangan praktis, Ikatan Apoteker Indonesia untuk saat ini menerapkan cara kedua, yaitu Re-Sertifikasi berbasis Manual Elektronik.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
68
B. ASESMEN KOMPETENSI DIRI PRA RE-SERTIFIKASI Asesmen kompetensi diri pra Re-Sertifikasi adalah tindakan penilaian kompetensi diri sendiri sebelum menjalani dan/atau mengajukan prosedur Re-Sertifikasi. Asesmen kompetensi diri pra Re-Sertifikasi sebaiknya sudah mulai lakukan sejak tahun pertama usia Sertifikat Kompetensi. Asesmen ini dimaksudkan untuk memperkecil atau menghindari terjadinya kegagalan Re-Sertifikasi pada saat kewajiban tersebut harus dipenuhi pada saat perpanjangan Sertifikat Kompetensi. Periksa, cermati dan isilah borang-borang dalam LOG BOOK dan PORTOFOLIO Re-Sertifikasi selambat-lambatnya setiap satu tahun sekali. Pastikan bahwa jumlah SKP yang Anda peroleh (SKP-Praktik + SKP-Pembelajaran + SKPPengabdian) selama periode tersebut (dalam waktu satu tahun) telah mencapai sekurangkurangnya sebanyak 20% dari yang persyaratkan (150 SKP). Jika perlu, mintalah kepada Pengurus Cabang/Pengurus Himpunan Seminat/Tim Sertifikasi dan Re-SertifikasiDaerah untuk melakukan verifikasi faktual atas bukti-bukti dan dokumen kinerja praktik profesi yang Anda lakukan dan mintakanlah Sertifikat SKP-Praktik kepada Pengurus Daerah. Kepemilikan Sertifikat SKP-Praktik yang cukup akan meloloskan Anda dari klaim Tidak Certified pada saat pengajuan Re-Sertifikasi 5 tahun mendatang. Semangat
mengikuti
atau
mengejar
kegiatan
seminar/workshop/pelatihan
untuk
mengumpulkan SKP sebanyak-banyaknya (misal 50 SKP per tahun) bukanlah langkah yang tepat dan bijaksanabahkan sangat berisiko terjadinya kegagalan Re-Sertifikasi; karena penilaian keberhasilan Re-Sertifikasi tidak hanya di dasarkan pada terkumpulkannya SKPPembelajaran saja. Komite akan tetap akan mensyaratkan terpenuhinya SKP-Praktik sesuai dengan bidang pekerjaan kefarmasian Apoteker yang bersangkutan dengan atau tanpa ditambah SKP-Pengabdian. Re-Sertifikasi Kompetensi Apoteker meminta syarat yang cukup berat dan serius, oleh karena itu langkah-langkah taktis dan strategis perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh. Oleh sebab itu pula seorang Apoteker harus memperoleh dukungan, penghargaan dan apresiasi yang layak dari segenap elemen agar kualitas praktik kefarmasian dapat memenuhi harapan seluruh masyarakat. Tidak ada alasan lagi bagi Apoteker dan siapapun untuk menganggap enteng proses profesionalisasi ini. C. PROSEDUR RE-SERTIFIKASITERARAH Mengingat sangat heterogennya kompetensi Apoteker di Indonesia, Ikatan Apoteker Indonesia terdorong untuk membuat suatu kebijakan dan langkah-langkah sedemikian sehingga proses Re-Sertifikasi dapat berlangsung dengan tepat serta tertangani oleh pihak-pihak yang berkompeten.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
69
Hukum perundangan kefarmasian di Indonesia menyatakan bahwa Apoteker tidak hanya bertanggungjawab di komunitas pelayanan kefarmasian (Community Pharmacist), tetapi juga diharuskan untuk bertanggungjawab di jalur distribusi dan industri yang mencakup pengawasan mutu, pemastian mutu, produksi, riset dan pengembangan produk, serta penyampaian informasi kefarmasian baik di industri farmasi, industri obat tradisional, kosmetika, makanan dan minuman. Pada dasarnya Re-Sertifikasi dilakukan oleh Pengurus Pusat c.q Badan Sertifikasi Profesi melalui perangkat Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi Daerah, Pengurus Cabang dan Himpunan Seminat yang sesuai untuk itu. Akan tetapi karena aktifasi Himpunan Seminat baru mengalami proses agregasi, maka dalam pelaksanaannya untuk beberapa hal masih harus ditangani oleh Organisasi Induk (PC, PD dan PP) dengan mengoptimalkan peran Tim Sertifikasi dan ReSertifikasi Daerah. Untuk mendistribusikan peran dan fungsi masing-masing perangkat tersebut dan dengan memahami situasi yang ada, Ikatan Apoteker Indonesia menetapkan mekanisme ReSertifikasi dalam arahan sebagai berikut : 1. Re-Sertifikasi bagi Apoteker di Pelayanan Kefarmasian Dasar Permohonan Re-Sertifikasi bagi Apoteker di Pelayanan Kefarmasian Dasar seperti di Apotek, Instalasi Farmasi Klinik, Puskesmas dan Instalasi Farmasi RS Tipe C/D diajukankepada Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi Daerah melalui Pengurus Cabang Setempat selaku Verifikator Faktual. Dalam hal Pengurus Cabang tidak dapat melakukan fungsinya sebagai verifikator, maka peran tersebut dapat dilakukan oleh Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi Daerah sebagaimana mestinya. 2. Re-Sertifikasi bagi Apoteker di Pelayanan Kefarmasian Tingkat Lanjut Permohonan Re-Sertifikasi bagi Apoteker di Pelayanan Kefarmasian Lanjut di Instalasi Farmasi RS Tipe A/B diajukan kepada Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi Daerah melalui Pengurus Cabang selaku Verifikator Faktual. Dalam hal Pengurus Cabang tidak dapat melakukan fungsinya sebagai verifikator, maka peran tersebut dapat dilakukan oleh Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi Daerah sebagaimana mestinya. 3. Re-Sertifikasi bagi Apoteker di Distribusi Kefarmasian Permohonan Re-Sertifikasi bagi Apoteker di Distribusi Kefarmasian di PBF atau Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota/Instansional diajukan kepada Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi Daerah melalui Pengurus Cabang selaku Verifikator Faktual. Dalam hal Pengurus Cabang tidak dapat melakukan fungsinya sebagai verifikator, maka peran tersebut dapat dilakukan oleh Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi Daerah sebagaimana mestinya. Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
70
4. Re-Sertifikasi bagi Apoteker di Industri Farmasi dan Kosmetika Permohonan Re-Sertifikasi bagi Apoteker di Industri Farmasi dan Kosmetika diajukan kepada Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi Daerah melalui Pengurus Cabang selaku Verifikator Faktual. Dalam hal Pengurus Cabang tidak dapat melakukan fungsinya sebagai verifikator, maka peran tersebut dapat dilakukan oleh Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi Daerah sebagaimana mestinya. 5. Re-Sertifikasi bagi Apoteker di Industri Obat Tradisional dan Makanan-Minuman. Permohonan Re-Sertifikasi bagi Apoteker di Industri Obat Tradisional dan MakananMinuman diajukan kepada Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi Daerah melalui Pengurus Cabang selaku Verifikator Faktual. Dalam hal Pengurus Cabang tidak dapat melakukan fungsinya sebagai verifikator, maka peran tersebut dapat dilakukan oleh Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi Daerah sebagaimana mestinya. 6. Re-Sertifikasi bagi Apoteker Lainnya. Re-Sertifikasi bagi Apoteker di suatu entitas (akademisi, di laboratorium penelitian dll) yang tidak terakomodir dalam butir 1 s/d 5 tersebut diatas, permohonan diajukan kepada Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi Daerah sebagaimana mestinya melalui suatu kebijakan tertentu. D. PROSEDUR PERMOHONAN RE-SERTIFIKASI BERBASIS MANUAL PENUH Re-Sertifikasi berbasis manual penuh dilakukan oleh setiap Apoteker dengan cara mengisi lengkap dan menyerahkan seluruh dokumen dan berkas-berkas fisik (LOG BOOK dan PORTOFOLIO) Re-Sertifikasi kepada Komite Sertifikasi dan Re-Sertifikasi, Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi dan Tim Verifikasi Cabang/Daerah yang sesuai secara berjenjang sebagaimana dimaksud dalam Bagian C tersebut di atas. Model ini meminta Apoteker untuk mengisi berkas-berkas Lampiran Re-Sertifikasi melalui tulisan tangan dan atau diketik manual dengan peluang terjadinya kesalahan sangat tinggi di samping meminta waktu pemeriksaan yang sangat lama dan rumit, jumlah SDM pemeriksa yang sangat banyak dan biaya yang sangat besar. E. PROSEDUR PERMOHONAN RE-SERTIFIKASI BERBASIS MANUAL ELEKTRONIK Re-Sertifikasi berbasis manual elektronik dilakukan oleh setiap Apoteker dengan cara mengisi lengkap seluruh dokumen dan berkas-berkas (LOG BOOK dan PORTOFOLIO) Re-Sertifikasi pada suatu file pribadi (soft copy) kepada Badan Sertifikasi Profesi melalui Tim Sertifikasi dan
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
71
Re-Sertifikasi Daerah dan Tim Verifikasi secara berjenjang sebagaimana dimaksud dalam Bagian C tersebut di atas. Setelah seluruh dokumen dan berkas terisi dengan lengkap, Apoteker yang bersangkutan mengirimkan datanya kepada PC (C-1) atau kepada Tim Verifikasi (C-2 s/d C-5) atau kepada Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi Daerah (C-1 s/d C-6) secara elektronik melalui email persepsi diikuti penyerahan fisik (print out) isian lengkap Borang Registrasi Re-Sertifikasi (Lampiran 1) sebagai bukti dimulainya proses Re-Sertifikasi. Selanjutnya, Tim Verifikasi akan melakukan verifikasi faktual dan/atau aktual atas file dokumen yang diserahkan melalui Daftar Tilik Re-Sertifikasi sebagaimana mestinya. Setelah file data diterima lengkap oleh Badan melalui email Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi Daerah, Badan akan menjankan prosedur Perbaruan sebagaimana mestinya.
F.
PROSEDUR PERMOHONAN RE-SERTIFIKASI BERBASIS WEB TERINTEGRASI Re-Sertifikasi berbasis Web Terintegrasi dilakukan oleh setiap Apoteker dengan cara mengisi lengkap seluruh Aplikasi sesuai dengan dokumen dan berkas-berkas (LOG BOOK dan PORTOFOLIO) Re-Sertifikasi pada suatu Sistem Online kepada Badan Sertifikasi Profesi setelah melakukan Login dan mendapatkan Kode Verifikasi dari Tim Sertifikasi dan ReSertifikasi Daerah untuk suatu aplikasi tertentu yang ditetapkan. Model Re-Sertifikasi melalui Web Terintegrasi ini akan dapat mengakomodir seluruh aktifitas Apoteker pada berbagai tempat praktik dan berbagai bidang pekerjaan kefarmasian secara dinamis.
G. MANUAL PROSEDUR PERMOHONAN RE-SERTIFIKASI YANG BERLAKU SAAT INI Re-Sertifikasi dapat dilakukan secara manual maupun elektronik. Melalui cara ini Apoteker dapat mengisi form aplikasi secara manual, melalui unduhan dan/atau melalui Web dengan mengikuti petunjuk-petunjuk yang disertakan di dalamnya. Enam bulan sebelum Sertifikat Kompetensi Apoteker berakhir masa berlakunya, apoteker dapat mengajukan Pendaftaran Re-Sertifikasi. Tahap-tahap Re-Sertifikasi yang berlaku saat ini adalah sebagai berikut : 1.
Copy atau unduh dan isilah dengan lengkap File Re-Sertifikasi sesuai bidang pekerjaan kefarmasian Anda. Printout-lah Borang Registrasi Re-Sertifikasi (Lampiran 1) kemudian ajukanlah permohonan kepada Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia setempat melalui Pengurus Cabang dengan melampirkan : a. Fotocopy KTP yang masih berlaku b. Fotocopy KTA yang masih berlaku c.
Fotocopy STRA yang masih berlaku
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
72
d. Fotocopy Rekomendasi terakhir dari PC/PD IAI yang diperoleh e. Fotocopy SIA/SIPA/SIKA terakhir yang diperoleh f.
Fotocopy SK Pengangkatan Pegawai (bagi pemohon di RS/PBF/Industri)
g. Fotocopy Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker yang akan habis masa berlakunya h. Fotocopy Sertifikat-SKP (SKP-Praktik, SKP-Pembelajaran, SKP-Pengabdian) i.
Isian Lengkap Borang-borang dalam Buku Log (Log Book).
j.
Isian Lengkap Berkas-berkas dalam Portofolio Pembelajaran
Disertai Soft Copy File Re-Sertifikasi Diri Anda sebagaimana mestinya. 2. Membayar Biaya Verifikasi Teknis kepada Pengurus Cabang setempat sesuai kebijakan yang berlaku ditambah Biaya Registrasi sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) kepada Pengurus Daerah melalui Pengurus Cabang guna keperluan Verifikasi Kelengkapan Administrasi 3. Pengurus Cabang : 1) Memastikan dan menandatangani kelengkapan Lampiran Daftar Tilik Kelengkapan Dokumen (LDTKD) yang telah diverifikasi oleh Verifikator Faktual Cabang. 2) Melakukan entri data (Excel) sesuai format kolom yang telah ditetapkan. 3) Menscan permohonan dan lampiran resertifikasi selanjutnya mengirim hasil scan permohonan beserta lampiran dan LDTKD yang telah ditandatangani serta entri-an data (Excel) sebagaimana langkah kedua melalui email kepada Pengurus Daerah setempat berikut Biaya Registrasi sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) 4. Pengurus Daerah : 1) Melaksanakan Pemeriksaan Berkas (Verifikasi Kelengkapan Administrasi). 2) Melaksanakan Pemeriksaan entri data (Excel) yang disampaikan oleh Tim Verifikasi 3) Melaporkan entri data (Excel) yang telah diperiksa kepada Badan Sertifikasi Profesi. 5. Badan Sertifikasi Profesi (Nasional): 1) Melakukan pemeriksaan akhir pengajuan Re-Sertifikasi 2) Mengambil keputusan untuk meluluskan atau tidak meluluskan permohonan ReSertifikasi berdasarkan ketentuan yang ada. 3) Membuat surat perintah pembayaran biaya resertifikasi sebesar Rp. 500.000,- bagi pemohon yang lolos melalui masing-masing Pengurus Daerah. 4) Memeriksa bukti pembayaran biaya Re-Sertifikasi bagi yang Lolos. 5) Mengirimkan Sertifikat Kompetensi bagi Apoteker yang Ter-Certified melalui Pengurus Daerah. 6. Pengurus Daerah menyerahkan Sertifikat Kompetensi kepada Apoteker Ter-Certified melalui PC-IAI Setempat.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
73
BAB XI PENANGANAN PERMOHONAN RE-SERTIFIKASI
Penanganan dan pengelolaan Re-Sertifikasi pada dasarnya dilaksanakan oleh Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi Daerah yang bersangkutan berdasarkan Pedoman ini dan petunjuk-petunjuk tertentu dari Badan apabila diperlukan. Dalam pelaksanaannya, Tim akan melibatkan Pengurus Cabang yang difungsikan sebagai Verifikator Faktual. Bab ini memberikan petunjuk khusus bagi masingmasing unsur untuk memenuhi fungsi sebagaimana mestinya. Tujuan dari Bab ini adalah untuk mencegah terjadinya ketidakjelasan mekanisme sekaligus untuk mempercepat proses pelayanan Re-Sertifikasi bagi Anggota yang membutuhkannya. Prinsip utama yang harus dipegang oleh setiap pengurus adalah mempercayai sepenuhnya bahwa setiap Anggota memiliki komitmen yang kuat terhadap tugas-tugas profesi, menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik di manapun yang bersangkutan menjalankan praktik dan mampu mempertanggungjawabkan kompetensinya pada saat yang tepat. Setiap pengurus sangat dilarang untuk meragukan kejujuran Anggota dalam menyusun dan/atau mengisi borang-borang dalam Buku Log dan berkas-berkas Portofolio Pembelajaran sampai pada akhirnya mengambil kesimpulan yang sebaliknya pada saat dilakukan Verifikasi Faktual. A. PENANGANAN PERMOHONAN RE-SERTIFIKASI OLEH TIM VERIFIKASI CABANG Terhadap semua permohonan Re-Sertifikasi diserahkan dan harus dilakukan Verifikasi Faktual melalui Tim Verifikasi Cabang (C-1), sebagai berikut : 1.
Laksanakan
Pemeriksaan
Pendahuluan
atas
berkas
yang
diajukan
dengan
mempergunakan bantuan Lampiran Daftar Tilik Kelengkapan Dokumen (LDTKD) sebagaimana berikut ini : Lampiran Daftar Tilik Kelengkapan Dokumen (LDTKD) Nama Pemohon Nomor Anggota IAI Kelompok Seminat Tempat Praktik
: : : :
...................................... ...................................... ...................................... ......................................
No.
Kelengkapan Dokumen
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Permohonan (borang) Registrasi Re-Sertifikasi Fotocopy KTP yang masih berlaku Fotocopy KTA yang masih berlaku Fotocopy STRA yang masih berlaku Fotocopy Rekomendasi terakhir dari PC/PD IAI yang diperoleh Fotocopy SIPA/SIKA terakhir yang diperoleh Fotocopy SK Pengangkatan Pegawai (bagi pemohon di RS/PBF/Industri) Fotocopy Sertifikat Kompetensi Apoteker akan atau habis masa berlakunya
8)
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
Ada (+)
Tidak (-)
74
9) 10) 11) 12) 13) 14)
Fotocopy Sertifikat SKP-Praktik selama 5 tahun terakhir Fotocopy Sertifikat SKP-Pembelajaran selama 5 tahun terakhir Fotocopy Sertifikat SKP-Pengabdian selama 5 tahun terakhir Rekapitulasi Perolehan SKP [Isian Lengkap Borang dalam Buku Log (Log Book)] [Isian Lengkap Berkas dalam Portofolio Pembelajaran] PENGURUS CABANG Dinyatakan Lengkap oleh IAI KAB/KOTA...................... Tim Verifikasi Cabang Pada tanggal : ....................................
.................................................... .................................................... Nama dan Stempel Pengurus Nama Verifikator Apoteker Pemohon Re-Sertifikasi,
.................................................... Nama dan tanda tangan Dibuat rangkap 2 : 1 untuk Cabang; 1 untuk Pemohon.
Jika masih ada item yang belum ada atau tidak lengkap, kembalikanlah seluruh permohonan tersebut dan mintalah kepada yang bersangkutan untuk melengkapinya. 2.
Pastikan bahwa masing-masing borang, berkas dan dokumen lampirannya telah terisi dengan lengkap dan terketik rapi.
3.
Periksa dan pastikan bahwa
Sertifikat-SKP masing-masing
domain (Praktik,
Pembelajaran dan Pengabdian) memenuhi jumlah yang dipersyaratkan. 4.
Pisahkan atau kumpulkan masing-masing berkas permohonan ke dalam kelompokkelompok yang sejenis (Apotek, Klinik, Puskesmas, Instalasi Farmasi RS Tipe C/D).
5.
Apabila diperlukan, lakukan Verifikasi Faktual ke lapangan (Verifikasi atas Kinerja Praktik Profesi), apakah data dan berkas yang disampaikan sesuai dengan kenyataan ?
Bila telah sesuai, lanjutkan ke langkah selanjutnya (6).
Bila tidak sesuai, beri kesempatan selama waktu tertentu untuk memperbaiki diri.
Bila sampai batas waktu tertentu yang bersangkutan tetap tidak dapat memenuhi ketentuan, laporkanlah secara tertulis kepada Tim Re-Sertifikasi Daerah berikut berkas dan file datanya untuk tindak lanjut penanganan.
6.
Masukkan rekapan entri data (Excel) Permohonan Re-Sertifikasi ke dalam sheet yang sesuai (sesuai manual Petunjuk Tim Re-Sertifikasi Daerah)
7.
Bubuhkan tanda tangan, nama jelas dan stempel PC pada LDTKD yang telah lengkap dan telah Ter-Verified.
8.
Scan semua dokumen pedukung (lampiran)
9.
Kirim melalui email semua berkas ke Pengurus Daerah Ikatan setempat
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
75
B. PENANGANAN PERMOHONAN RE-SERTIFIKASI OLEH DAERAH Terhadap semua permohonan Re-Sertifikasi yang diserahkan dan harus dilakukan Verifikasi, lakukanlah hal-hal sebagai berikut : 1. Laksanakan Pemeriksaan atas berkas yang diajukan dengan mempergunakan bantuan Lampiran Daftar Tilik Kelengkapan Dokumen (LDTKD) sebagaimana berikut ini : Lampiran Daftar Tilik Kelengkapan Dokumen (LDTKD) Nama Pemohon Nomor Anggota IAI Nama dan alamat Praktik No. 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14)
: : :
...................................... ...................................... ......................................
Kelengkapan Dokumen
Ada (+)
Tidak (-)
Permohonan (borang) Registrasi Re-Sertifikasi Fotocopy KTP yang masih berlaku Fotocopy KTA yang masih berlaku Fotocopy STRA yang masih berlaku Fotocopy Rekomendasi terakhir dari PC/PD IAI yang diperoleh Fotocopy SIPA/SIKA terakhir yang diperoleh Fotocopy SK Pengangkatan Pegawai (bagi pemohon di RS/PBF/Industri) Fotocopy Sertifikat Kompetensi Apoteker akan atau habis masa berlakunya Fotocopy Sertifikat SKP-Praktik selama 5 tahun terakhir Fotocopy Sertifikat SKP-Pembelajaran selama 5 tahun terakhir Fotocopy Sertifikat SKP-Pengabdian selama 5 tahun terakhir Rekapitulasi Perolehan SKP [Isian Lengkap Borang dalam Buku Log (Log Book)] [Isian Lengkap Berkas dalam Portofolio Pembelajaran] PENGURUS DAERAH IAI Dinyatakan Lengkap oleh ..................... Tim Verifikasi Daerah Pada tanggal : ....................................
.................................................... Nama dan Stempel Pengurus
.................................................... Nama Verifikator
Jika masih ada item yang belum ada atau tidak lengkap, kembalikanlah seluruh permohonan untuk pemohon yang bersangkutan melalui Pengurus Cabang dan mintalah kepada yang bersangkutan untuk melengkapinya. 2. Pastikan bahwa masing-masing borang, berkas dan dokumen lampirannya telah terisi dengan lengkap dan terketik rapi. 3. Periksa
dan
pastikan
bahwa
Sertifikat-SKP
masing-masing
domain
(Praktik,
Pembelajaran dan Pengabdian) memenuhi jumlah yang dipersyaratkan. 4. Pisahkan atau kumpulkan masing-masing berkas permohonan ke dalam kelompokkelompok yang sejenis (IFRS, PBF, Industri Farmasi, Industri Kosmetika, Industri/Usaha Obat Tradisional, Industri Makanan-Minuman).
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
76
5. Masukkan rekapan entri data (Excel) Permohonan Re-Sertifikasi ke dalam sheet yang sesuai (sesuai manual Petunjuk) 6. Bubuhkan tanda tangan, nama jelas dan stempel PD pada LDTKD yang telah lengkap dan telah Ter-Verified. 7. Lanjutkan proses dengan menggunakan Borang sebagai berikut ini : Borang Hasil Verifikasi Re-Sertifikasi Diterima tanggal
:
......................................
PC asal Pemohon
:
Nama Pemohon
:
Hasil
:
Nama Pemohon
:
Hasil
:
...................................... 1. ................................. 2. ................................. 3. ................................. dst LDTKD Lengkap 1. ................................. 2. ................................. 3. ................................. dst LDTKD Tidak Lengkap PENGURUS DAERAH IAI ......................
.................................................... Nama dan Stempel Pengurus Dibuat rangkap 3 : 1 untuk Tim Re-Sertifikasi; 1 untuk PC; 1 untuk Pemohon melalui PC
8. Bubuhkan paraf petugas dan stempel Pengurus Daerah pada Borang yang telah terisi lengkap. Buatlah rangkap 3 (tiga). 9. Berikan salinan DTDTR kepada Pemohon melalui PC 10. Lanjutkan proses Re-Sertifikasi.
C. PENANGANAN PERMOHONAN RE-SERTIFIKASI OLEH BADAN SERTIFIKASI PROFESI Terhadap semua permohonan Re-Sertifikasi yang diterima dari Tim Sertifikasi dan ReSertifikasi Daerah (by email), baik yang memenuhi syarat (lengkap) maupun tidak memenuhi syarat (tidak lengkap) akan dilakukan Sidang Pleno untuk Pengambilan Keputusan ReSertifikasi sebagaimana mestinya. Semua keputusan Re-Sertifikasi (Certified maupun UnCertified) dituangkan dalam bentuk SK Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia. Penerbitan SK Re-Sertifikasi disampaikan kepada Pengurus Daerah untuk diteruskan kepada Anggota-anggota yang bersangkutan melalui Pengurus Cabang.
D. HUBUNGAN PENGURUS DAERAH DENGAN TIM SERTIFIKASI DAN RE-SERTIFIKASI Tim Sertifikasi dan Re-Sertifikasi adalah tim yang dibentuk oleh Pengurus Daerah yang mempunyai tugas untuk mengelola dan menyelenggarakan Program Sertifikasi, Re-Sertifikasi
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
77
dan Program Pengembangan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan(Program P2AB) di daerah yang bersangkutan.
E. HUBUNGAN PENGURUS PUSAT DENGAN BADAN SERTIFIKASI PROFESI Badan Sertifikasi Profesi adalah lembaga yang dibentuk oleh Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia yang bertangggungjawab melakukan fungsi Pembinaan Kompetensi Apoteker melalui Program Sertifikasi dan Re-Sertifikasi.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
78
BAB XII PENGENDALIAN SKP DALAM DINAMIKA DAN MOBILITAS APOTEKER
A. DINAMIKA PRAKTIK PROFESI DARI WAKTU KE WAKTU Aktifitas praktik profesi seorang Apoteker dapat sangat dinamis dalam suatu ruang dan waktu. Selama masa berlakunya Sertifikat Kompetensi, seorang Apoteker dalam menjalankan fokus praktik kefarmasian (misalnya di Industri Farmasi) dapat saja berpindah dari satu kota ke kota lain dalam satu daerah yang sama maupun daerah yang berbeda. Pada keadaan yang lain, adalah sangat mungkin seorang Apoteker bahkan berpindah tempat disertai dengan pergantian fokus bidang pekerjaan kefarmasian baik dalam satu daerah maupun berbeda daerah (misal dari bidang distribusi farmasi di kota A dalam daerah X berganti bidang industri farmasi di kota B pada daerah Y). Meskipun ke depan sangat dimungkinkan untuk melakukan spesifikasi atau spesialisasi pekerjaan kefarmasian bagi tiap-tiap Apoteker untuk mendapatkan fokus kompetensi yang terarah; sekurang-kurangnya hingga sejauh ini Ikatan Apoteker Indonesia harus mulai melakukan inventarisasi atas berbagai sebaran kompetensi dalam berbagai ranah pekerjaan kefarmasian. Adalah tidak mungkin, menghadapi kompleksitas perkembangan ilmu dan teknologi kefarmasian yang terus meningkat eskalasinya seorang Apoteker dapat menguasai semua bidang pekerjaan kefarmasian dengan sempurna. Pada saat yang tepat, spesialisasi Apoteker memang tidak dapat dihindarkan. Sekaligus untuk membuktikan bahwa masingmasing Apoteker memang memiliki orbit yang berbeda. Keteraturan dalam putaran dan arah yang jelas akan meminimalisir terjadinya tabrakan kepentingan satu sama lain. Membina dan mengembangkan kompetensi Apoteker Indonesia bukanlah pekerjaan ringan. Ia membutuhkan sentuhan pemikiran yang sangat luas dan mendalam. Bahkan untuk itu diperlukan biaya yang tidak sedikit.Ikatan Apoteker Indonesia berkeyakinan bahwa profesionalitas Apoteker Indonesia akan dapat menemukan definisinya. B. MIGRASI DAN MUTASI PRAKTIK PROFESI APOTEKER DAN DOKUMENTASI SKP Sebagaimana telah disebutkan di atas; bahwa seorang Apoteker sangat mungkin dapat melakukan migrasi (pergeseran) dari satu bidang pekerjaan kefarmasian ke bidang pekerjaan kefarmasian yang lain selama masa berlakunya Sertifikat Kompetensi. Untuk mengetahui kinerja profesional apoteker yang melakukan migrasi dengan atau tanpa disertai mutasi antar daerah dihubungkan dengan pembinaan Keseminatan yang relevan, maka diperlukan monitoring melalui SKP dengan cara sebagai berikut :
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
79
1. Migrasi praktik profesi Apoteker dalam Satu Daerah Apoteker yang melakukan migrasi praktik profesi dari satu bidang ke bidang lain pekerjaan kefarmasian (migrasi bidang praktik) harus melakukan
“Penyesuaian
Rekomendasi” dari Pengurus Daerah untuk dihubungkan (berupa Surat Pengantar Perpindahan Seminat/SPPS) dengan Himpunan Seminat Terakhir yang bersangkutan. Atas dasar ini Pengurus Daerah dapat menerbitkan Rekomendasi Daerah guna ditindaklanjuti oleh Pegurus Cabang dan/atau Pengurus Cabang sebagaimana mestinya. Mekanisme ini sangat penting dan diperlukan supaya apoteker tersebut dapat memperoleh pembinaan Keseminatan sebagaimana mestinya dan agar dapat memenuhi parameter-parameter kinerja profesional menurut Pedoman ini. Selama Himpunan Seminat belum memiliki Level Kualifikasi Kompetensi Spesifik atas Bidang Pekerjaan Kefarmasian, belum mengakomodir perkembangan ilmu dan teknologi terkini serta belum menerapkan sistem pembinaan secara spesifik, maka “Anggota Baru Seminat” tersebut dengan mudah dapat menempati posisi dan jabatan sembarang. Di masa yang akan datang kondisi ini akan berbeda apabila Himpunan Seminat telah menerapkan profesionalisasi. Agar dapat dilakukan Penyesuaian Rekomendasi dan memperoleh Surat Pengantar Perpindahan Seminat/SPPS, diperlukan beberapa dokumen berikut : 1) Pengantar Pelepasan Anggota dari Seminat sebelumnya. 2) Apoteker mengisi lengkap Borang Kinerja Profesional atas Seminat sebelumnya. 3) Melaporkan/melampirkan perolehan Sertifikat SKP-Praktik dan SKP-Pembelajaran pada Seminat sebelumnya. 4) Surat Keterangan Konversi SKP-Praktik dan SKP-Pembelajaran (SKKS) oleh Seminat Tujuan. 2. Migrasi praktik profesi Apoteker antar Daerah Apoteker yang melakukan migrasi praktik profesi dari satu bidang ke bidang lain pekerjaan kefarmasian yang diikuti dengan mutasi antar Daerah harus melakukan “Penyesuaian Rekomendasi” dari Pengurus Daerah Tujuan serta untuk dihubungkan (berupa Surat Pengantar Perpindahan Seminat/SPPS) dengan Himpunan Seminat Terakhir yang bersangkutan di Daerah Tujuan tersebut. Atas dasar ini Pengurus Daerah dapat menerbitkan Rekomendasi Daerah guna ditindaklanjuti oleh Pegurus Cabang dan/atau Pengurus Cabang sebagaimana mestinya.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
80
Mekanisme ini sangat penting dan diperlukan
supaya apoteker tersebut dapat
memperoleh pembinaan Keseminatan sebagaimana mestinya dan agar dapat memenuhi parameter-parameter kinerja profesional menurut Pedoman ini. Selama Himpunan Seminat belum memiliki Level Kualifikasi Kompetensi Spesifik atas Bidang Pekerjaan Kefarmasian, belum mengakomodir perkembangan ilmu dan teknologi terkini serta belum menerapkan sistem pembinaan secara spesifik, maka “Anggota Baru Seminat” tersebut dengan mudah dapat menempati posisi dan jabatan sembarang. Di masa yang akan datang kondisi ini akan berbeda apabila Himpunan Seminat telah menerapkan profesionalisasi. Agar dapat dilakukan Penyesuaian Rekomendasi dan memperoleh Surat Pengantar Perpindahan Seminat/SPPS, diperlukan beberapa dokumen berikut : 1) Pengantar Pelepasan Anggota dari Seminat Daerah sebelumnya. 2) Surat Pengantar Lolos Butuh Keanggotaan dari Pengurus Daerah sebelumnya 3) Apoteker mengisi lengkap Borang Kinerja Profesional atas Seminat sebelumnya. 4) Melaporkan/melampirkan perolehan Sertifikat SKP-Praktik dan SKP-Pembelajaran pada Seminat sebelumnya. 5) Surat Keterangan Konversi SKP-Praktik dan SKP-Pembelajaran (SKKS) oleh Seminat Tujuan.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
81
BAB XIII PENANGANAN KEGAGALAN DALAM RE-SERTIFIKASI A. UMUM Re-Sertifikasi dapat dipandang sebagai bagian dari mekanisme intervalisasi pembelajaran seumur hidup (Long Life Learning). Untuk itu proses pemahaman, pendalaman dan pengukuran penerapan ilmu dan kompetensi sangat diperlukan agar tercapai peningkatan kualitas pembelajaran yang semakin baik. Demikian pula dengan kegagalan. Kegagalan merupakan bagian penting dari proses pembelajaran. Dimaksudkan supaya apoteker dapat melakukan koreksi diri serta untuk membangun kesadaran baru yang lebih baik untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan profesionalisme sebagaimana tertuang dalam Standar Kompetensi Apoteker Indonesia. Ikatan Apoteker Indonesia berupaya keras untuk mencegah terjadinya kegagalan ReSertifikasi dengan mencari solusi-solusi yang dipandang perlu untuk mengatasi faktor-faktor penyebabnya. Pada saat yang sama, Ikatan Apoteker Indonesia juga terus menerus untuk melakukan kerjasama dengan berbagai pihak (termasuk dengan Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi) dalam rangka pembinaan anggota. B. SEBAB-SEBAB KEGAGALAN RE-SERTIFIKASI Beberapa faktor penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam ReSertifikasi adalah sebagai berikut : 1. Faktor Itikat dan Keseriusan Anggota Itu Sendiri Seorang apoteker akan sangat mudah terancam kegagalan apabila : d. Yang bersangkutan tidak memahami substansi Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, Standar Profesi dan Standar Etika Keprofesian. e. Yang bersangkutan gagal mengumpulkan SKP-Praktik atau melaksanakan praktik tidak sebagaimana mestinya. f.
Yang bersangkutan gagal mengumpulkan SKP-Pembelajaran yang dipersyaratkan
g. Yang bersangkutan tidak prudent terhadap kompetensinya. h. Yang bersangkutan tidak mengajukan permohonan Re-Sertifikasi. i.
Sebab-sebab lain yang berasal dari itikat dan keseriusan anggota itu sendiri.
Untuk menghindari kegagalan Re-Sertifikasi akibat faktor ini, tetapkanlah komitmen untuk dapat memenuhi parameter-marameter dalam Kinerja Praktik Profesi dan Kinerja Pembelajaran sesuai fokus bidang pekerjaan kefarmasian Anda.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
82
2. Faktor Tempat Praktik Tempat praktik Apoteker terutama di bidang pelayanan kefarmasian di Apotek dan sejenisnya yang hanya menerapkan mekanisme “jual beli obat” dengan mengabaikan aspek-aspek kompetensi dan standar praktik kefarmasian dapat menjadi penyebab kegagalan Re-Sertifikasi. Persiapkan dan kondisikanlah tempat praktik Anda (Apotek) sedemikian sehingga memungkinkan terpenuhinya parameter kinerja praktik profesi pelayanan kefarmasian. Pastikan bahwa kerjasama yang Anda bangun bersama pemilik modal adalah hanya berbasis “Penggunaan Modal” itu sendiri dan tidak bersangkut paut dengan sistem operasional pelayanan secara menyeluruh. Yakinlah bahwa format Perjanjian Penggunaan Modal yang direkomendasikan oleh Ikatan Apoteker Indonesia adalah semata-mata untuk membangun dan mengembangkan profesionalitas Anda. Jangan mengambil risiko untuk bekerjasama dengan pemodal yang berorientasi bisnis semata, karena hal tersebut akan sangat membahayakan keberlanjutan kompetensi Anda sebagai seorang Apoteker.
3. Faktor Situasi Makro Praktik Kefarmasian Sistem praktik kefarmasian di Indonesia harus ditata ulang. Terjadinya kekacauan dalam pola distribusi obat/sediaan farmasi yang tidak berbasis profesional bisa mengakibatkan rusaknya sitem makro praktik kefarmasian secara menyeluruh. Harus mulai disadari dan hendaknya menjadi komitmen bersama seluruh Apoteker bahwa obat/sediaan farmasi hanya dapat berpindah dari satu tangan apoteker ke tangan apoteker lain yang memiliki legalitas kewenangan sah untuk itu (SIPA SIKA SIPA). Distribusi obat/sediaan farmasi yang berlaku selama ini (Fasilitas Pelayanan Fasilitas Distribusi Fasilitas Pelayanan) adalah tidak tepat dan tidak mendukung keamanan distribusi dan profesionalitas Apoteker itu sendiri. Berjalannya sistem makro praktik kefarmasian dapat dibentuk bersama oleh setiap apoteker, didukung oleh kebijakan organisasi profesi dan penegakan peraturan perundangan yang berlaku. Dalam perspektif keorganisasian, Ikatan Apoteker Indonesia akan menempuh berbagai kebijakan internal maupun eksternal untuk mewujudkannya. 4. Faktor Kebijakan Organisasi Kebijakan yang ketat dari Organisasi dalam penerapan Sistem Re-Sertifikasi maupun penguatan kompetensi Himpunan Seminat akan dapat mendorong terjadinya kristalisasi praktik kefarmasian. Apoteker yang tidak cermat dan tidak mengikuti kebijakankebijakan organisasi dalam mengawal peningkatan kompetensi dan profesionalitas anggota dapat menemui risiko yang tidak diharapkan.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
83
C. PENANGANAN APOTEKER GAGAL RE-SERTIFIKASI Apoteker-apoteker tertentu yang gagal Re-Sertifikasi akibat berbagai faktor seperti tersebut di atas dapat menempuh berbagai proses dan mekanisme yang ditetapkan oleh Organisasi Profesi (PP IAI). Keputusan penanganan, mekanisme dan proses Sertifikasi Ulang atas Apoteker yang gagal Re-Sertifikasi ditetapkan oleh Badan Sertifikasi Profesi dengan mempertimbangkan berbagai elemen yang akan terlibat dan akan diatur melalui Petunjuk Teknis. D. PENANGANAN INSTRUMENTASI PRAKTIK Kegagalan Apoteker dalam melakukan Re-Sertifikasi akan memiliki dampak yang sangat luas dan serius. Berbeda dengan profesi lain, profesi Apoteker memiliki aset berupa obat/sediaan farmasi dan prosedural tertentu yang mungkin dapat dengan mudah dimanfaatkan dan disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak memiliki hak hukum secara sah. Untuk itu Ikatan Apoteker Indonesia (Pusat dan Daerah) perlu melakukan sinergi dan kerjasama dengan (birokrasi) pemerintah baik pusat maupun daerah untuk penanganan lebih lanjut sebelum Apoteker Gagal Re-Sertifikasi memperoleh hak-hak profesinya kembali secara penuh.
E. PENANGANAN APOTEKER YANG TIDAK PRAKTIK/KERJA DAN APOTEKER YANG PRAKTIK/KERJA DENGAN WAKTU TIDAK SESUAI DENGAN MASA BERLAKU SERTIFIKAT Yang dimaksud dengan apoteker kelompok ini adalah : 1. Apoteker yang baru melakukan praktik/kerja setelah beberapa tahun berlakunya Sertifikat Kompetensi Apoteker. 2. Apoteker yang tidak melakukan praktik/kerja dalam kurun waktu berlakunya Sertifikat Kompetensi Apoteker Untuk apoteker dengan kriteria sebagaimana tersebut di atas, maka untuk resertifikasinya diharuskan mengikuti magang (internship) atau treatment dengan ketentuan yang akan diatur melalui Petunjuk Teknis.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
84
BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN
Pedoman Re-Sertifikasi ini membatalkan semua pedoman-pedoman dan/atau petunjuk-petunjuk sebelumnya baik yang diterbitkan oleh Pengurus Pusat maupun Pengurus Daerah yang tertulis maupun tidak tertulis serta tidak berlaku surut. Meskipun demikian, segala pedoman-pedoman dan/atau petunjuk-petunjuk sebelumnya baik yang diterbitkan oleh Pengurus Pusat maupun Pengurus Daerah yang tertulis maupun tidak tertulis tetap dinyatakan berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau bahkan pendukung terlaksananya Pedoman ini dengan baik. Segala Sertifikat SKP-Praktik, Sertifikat SKP-Pembelajaran, Sertifikat SKP-Pengabdian dan dokumen-dokumen lain yang dimiliki oleh Apoteker sebagai produk dari pedoman-pedoman dan/atau petunjuk-petunjuk sebelumnya baik yang diterbitkan oleh Pengurus Pusat maupun Pengurus Daerah yang tertulis maupun tidak tertulis tetap dinyatakan berlaku sebagaimana mestinya sampai dengan berakhirnya masa kadaluwarsa dan atau mengikuti masa berlakunya Sertifikat Kompetensi yang bersangkutan. Pengurus Daerah dapat menjabarkan dan/atau memperluas Pedoman ini ke dalam berbagai Peraturan Daerah yang berlaku lokal bagi seluruh Cabang dan/atau Himpunan Seminat dan/atau bidang-bidang lain yang dipandang pelu sesuai kondisi riil di masing-masing Daerah akan tetapi secara prinsip tidak boleh bertentangan dan/atau mengurangi substansi dari Pedoman ini. Pedoman ini berlaku efektif mulai 01 Juli 2014.
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
85
BAB XV PENUTUP Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian yang dipayungi oleh Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan telah memberikan pengakuan yang mendasar tentang kedudukan hukum (legal standing) Praktik Apoteker. Terlepas bahwa rumusan normative dalam Peraturan Perundang-undangan tersebut masih jauh dari kenyataan dan harus diikhtiari untuk bisa dibumikan dalam praktik pelayanan kesehatan di Indonesia, akan tetapi sudah seharusnya apoteker memanfaatkan momentum ini untuk juga melakukan perubahan yang mendasar tentang kultur (budaya praktik), kompetensi dan internalisasi nilai kode etik Apoteker Indonesia sehingga profil apoteker betul-betul memenuhi tuntutan peraturan perundang-undangan dan tuntutan untuk melayani pasien dan berinteraksi dengan tenaga kesehatan lain. Salah satu faktor yang mendasar untuk dapat memenuhi tuntutan tersebut, apoteker harus terus melakukan upaya menjaga dan meningkatkan kompetensi seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi dan sistem pelayanan kesehatan. Harus disadari bahwa kompetensi seorang apoteker akan menurun seiring dengan berjalannya waktu, apalagi tuntutan dari pengguna layanan apoteker semakin tinggi sehingga apoteker harus menjaga dan meningkatkan kompetensi secara sistematis dan berkelanjutan. Apoteker Indonesia sebagai satu-satunya pengemban profesi kefarmasian harus beruipaya keras untuk melakukan berbagai cara dari mulai berbenah. Apoteker tidak boleh kehilangan momentum untuk melakukan dan mengawal perubahan menuju praktek apoteker yang sesungguhnya. Maka dengan hadirnya Pedoman Re-Sertifikasi ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi setiap apoteker untuk selalu meningkatkan kompetensi.
Jakarta, Juni 2014
Pedoman Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Indonesia
86