MANAJEMEN PEMBELAJARAN BOARDING SCHOOL DI MAN 1 KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: Nikmatul Khoiriyah NIM. 11110045
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2014
i
ii
MANAJEMEN PEMBELAJARAN BOARDING SCHOOL DI MAN 1 KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: Nikmatul Khoiriyah NIM. 11110045
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2014
iii
iv
v
vi
MOTTO
. . . “... Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah/58:11)
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada: Ibunda (Tusinah) dan ayahanda (Mustofa) yang sangat saya cintai. Adik-adik saya (Nur Khasan dan Muhammad Mahsus) yang saya sayangi. Pakde Sumarno dan Khusen yang saya sayangi. Para orang tua asuh saya (Bpk. Imam Subarkah dan Ibu Eni, Bpk. Mahsun dan Ibu Robi‟ah, serta Bpk. Jamal dan Mbak Sholikhah) Saudara-saudara saya yang baik hati. Almamater saya Pondok Pesantren Hidayatush-Shibyan, SDN 2 Sukodadi, MTsN Kaliangkrik, MAN 1 Kota Magelang dan STAIN Salatiga.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Manajemen Pembelajaran Boarding School Di MAN 1 Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014” dapat diselesaikan dengan baik tanpa suatu halangan yang berarti. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari kegelapan menuju cahaya Ilahi. Sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, penulis telah berusaha secara maksimal untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Akan tetapi, mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, kritik beserta saran yang bersifat membangun sangat diharapkan sehingga skripsi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi penyelenggaraan suatu program pendidikan unggulan maupun yang regular. Selanjutnya penulis sampaikan syukran katsir, jazakumullahu khair kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, terutama kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. 3. Bapak Rasimin, M.Pd. selaku Ketua Program studi PAI STAIN Salatiga. 4. Bapak Fatchurrohman, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan selama penyusunan skripsi ini hingga selesai.
ix
5. Segenap dosen dan karyawan-karyamati STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal pengetahuan hingga selesai masa studi dan penyusunan skripsi. 6. Bapak Drs. H. M. Manshur Asnawi, M.Si. selaku Kepala MAN 1 Kabupaten Magelang beserta stafnya. 7. Bapak Saeful Bahri, S.Pd.SD. beserta ibu Mefa Evita Dewi, S.Pd.I. (pengasuh asrama putri) dan bapak Achmad Akrom, S.Pd.I (pengasuh asrama putra) IBS Daarunnajaah MAN 1 Kabupaten Magelang. 8. Segenap narasumber dari pihak IBS dan madrasah. 9. Bapak dan ibu penulis yang senantiasa mendo‟akan, mendukung lahir dan batin, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. 10. Adik-adik, saudara, serta teman-teman dekat yang selalu memberi motivasi dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 11. Para santri IBS Daarunnajaah yang telah membantu proses penelitian. 12. Teman-teman seperjuangan PAI B khususnya dan STAIN Salatiga umumnya. Akhirnya do‟a terpanjatkan kepada Allah SWT jazakumullah achsanal jaza, jaza`an katsiran. Semoga proses dan penulisan skripsi ini mendapat ridho Allah SWT dan bermanfaat bagi penulis serta para pembaca. Aamiin.
Salatiga, 4 September 2014 Penulis,
Nikmatul Khoiriyah NIM. 111 10 1045
x
ABSTRAK Khoiriyah, Nikmatul. 2014. Manajemen Pembelajaran Boarding School Di MAN 1 Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Salatiga. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Fatchurrohman, M.Pd. Kata Kunci: Manajemen Pembelajaran, Boarding School Pendidikan merupakan suatu hal urgen dan bermakna dalam kehidupan manusia yang bertujuan tinggi, yaitu mengembangkan potensi manusia baik batiniah maupun lahiriah. Salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan tinggi pendidikan adalah dengan menyelenggarakan program boarding school berciri khas keislaman dengan sistem pesantren. Sebagai contoh adalah program unggulan boarding school berciri khas islam dengan sistem pesantren di MAN 1 Kabupaten Magelang yang diberi nama Islamic Boarding School Daarunnajaah. Program ini mulai diselenggarakan pada tahun pelajaran 2012/2013 dengan disertai tujuan dan cita-cita tinggi. Pada penyelenggaraannya yang baru seumur jagung ini telah berhasil mengirimkan dutanya dalam berbagai perlombaan dan membawa kejuaraan. Berdasarkan paparan di atas peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang implementasi manajemen pembelajaran boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang serta faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen pembelajaran boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research) dengan metode kualitatif bersifat naturalistik. Penelitian dilakukan pada 12 April-9 Agustus 2014 dengan melibatkan kepala sekolah, waka humas dan keislaman, pembina asrama, beberapa ustadz pengampu kajian kitab, pengampu klinik mapel, dan beberapa santri sebagai informan. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipan, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dikumpulkan, direduksi dan diinterpretasi dengan menggunakan metode berpikir induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi manajemen pembelajaran boarding school berciri khas keislaman dengan sistem pesantren diawali dengan penyusunan program pembelajaran tetapi tidak membuat perencanaan pembelajaran. Dalam pengorganisasian pembelajaran dilakukan pengelolaan guru, pengasuh/pembina, santri/peserta didik, materi, dan waktu pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran rata-rata menggunakan metode pembelajaran PA1 dengan media buku/kitab dan papan tulis serta perangkatnya. Pada bagian pengawasan pembelajaran dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembelajaran oleh penanggung jawab yaitu kepala sekolah dan pembina asrama. Untuk evaluasi belum dilaksanakan secara formal melainkan dilakukan secara langsung setelah pembelajaran secara lisan, praktek, maupun pengamatan pada keseharian. Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen pembelajaran berasal dari lingkungan, pembina, guru/pengampu kegiatan belajar, santri, orang tua santri, dan juga fasilitasnya.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................. PENGESAHAN KELULUSAN................................................................ PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................. MOTTO....................................................................................................... PERSEMBAHAN....................................................................................... KATA PENGANTAR................................................................................ ABSTRAK................................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................ DAFTAR TABEL....................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.......................................................... B. Fokus Penelitian...................................................................... C. Tujuan Penelitian..................................................................... D. Kegunaan Penelitian................................................................ E. Penegasan Istilah..................................................................... F. Metode Penelitian.................................................................... G. Sistematika Penulisan.............................................................. KAJIAN PUSTAKA A. Manajemen Pembelajaran....................................................... 1. Manajemen......................................................................... 2. Pembelajaran...................................................................... 3. Manajemen Pembelajaran................................................... B. Boarding School...................................................................... C. Faktor Pendukung dan Penghambat yang Mempengaruhi Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran..................................
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELTIAN A. Gambaran Umum Madrasah dan Asrama MAN 1 Kabupaten Magelang................................................................................. 1. Letak Geografis Madrasah dan Asrama MAN 1 Kabupaten Magelang.......................................................... 2. Sejarah Singkat MAN 1 Kabupaten Magelang.................. 3. Visi dan Misi MAN 1 Kabupaten Magelang...................... 4. Sejarah Penyelenggaraan Program Boarding School......... 5. Tujuan Penyelenggaraan Program Boarding School.......... 6. Struktur Organisasi Boarding School................................. 7. Kondisi Obyektif Santri Boarding School MAN 1 Kabupaten Magelang.......................................................... 8. Kondisi Obyektif Pembina dan Pengajar............................
iii iv v vi vii viii ix xi xii xiv xv
1 6 7 7 8 9 18
21 21 28 30 39 45
47 47 48 49 50 53 54 56 60
xii
9. Kondisi Fasilitas Asrama.................................................... B. Implementasi Manajemen Pembelajaran Boarding School Di MAN 1 Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014................................................................................ 1. Planning (Perencanaan) Pembelajaran............................... 2. Organizing (Pengorganisasian) Pembelajaran.................... 3. Actuating (Pelaksanaan) Pembelajaran.............................. 4. Controlling (Pengawasan) dan Evaluasi Pembelajaran...... C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Boarding School Di MAN 1 Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014.................................... 1. Faktor Pendukung............................................................... 2. Faktor Penghambat............................................................. BAB IV PEMBAHASAN A. Implementasi Manajemen Pembelajaran Boarding School Di MAN 1 Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014................................................................................ 1. Pembelajaran Di Islamic Boarding School (IBS) Daarunnajah MAN 1 Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014........................................................................... 2. Fungsi-fungsi Manajemen Pembelajaran Boarding School Di MAN I Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014........................................................................... B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Manajemen Pembelajaran Boarding School Di MAN 1 Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014.................................... 1. Faktor Pendukung Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Boarding School............................................................ 2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Boarding School............................................................ BAB V
62
64 65 73 77 82
85 85 87
91
91
94
110 111 113
PENUTUP A. Simpulan.................................................................................. 119 B. Saran........................................................................................ 121 C. Kata Penutup........................................................................... 122
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
: Jadwal Harian Di Pondok Modern Gontor .............................. 43
Tabel 2.2
: Jadwal Mingguan Di Pondok Modern Gontor ........................
Tabel 3.1
: Daftar Prestasi Santri IBS Daarunnajah MAN 1 Kabupaten
44
Magelang ................................................................................
57
Tabel 3.2
: Daftar Pembina dan Ustadz/Guru Pengajar IBS Daarunnajah
61
Tabel 3.3
: Kitab yang Dikaji dalam Kajian Kitab Beserta Pengampu .....
69
Tabel 4.1
: Kualifikasi Pembina, Pengajar, dan Tentor ............................. 95
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Instrumen Pedoman Penelitian
Lampiran 2
: Catatan Lapangan
Lampiran 3
: Daftar Santri Putra Islamic Boarding School Daarunnajah MAN 1 Kabupaten Magelang
Lampiran 4
: Daftar Santri Putri Islamic Boarding School MAN 1 Kabupaten Magelang
Lampiran 5
: Daftar Pengasuh, Ustadz/Pengajar Kajian Kitab, Pengajar Klinik Mapel IBS Daarunnajah
Lampiran 6
: Tata Tertib Dan Disiplin Pokok Islamic Boarding School MAN 1 Kabupaten Magelang
Lampiran 7
: Struktur Kepengurusan Putri Th. 2014 Daarunajah Islamic Boarding School MAN 1 Kabupaten Magelang
Lampiran 8
: Struktur Kepengurusan Putra Th. 214 Daarunnajah Islamic Boarding School MAN 1 Kabupaten Magelang
Lampiran 9
: Jadwal Kegiatan Santri Putra Islamic Boarding School MAN 1 Kabupaten Magelang
Lampiran 10 : Jadwal Kegiatan Islamic Boarding School Daarunnajah Putri MAN 1 Kabupaten Magelang Lampiran 11 : Al-Mufrodat (Kosakata) Lampiran 12 : Teks Muhadharah/Khitobah Bahasa Arab Lampiran 13 : Gambar Dokumentasi Hasil Penelitian Lampiran 14 : Daftar Riwayat Hidup Lampiran 15 : Surat Tugas Pembimbing Lampiran 16 : Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 17 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 18 : Daftar Nilai SKK
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang urgen dan bermakna dalam kehidupan manusia. Dengan mengikuti serta melaksanakan kegiatan dan proses pendidikan manusia akan mampu mencapai tujuan dan cita-cita kehidupannya yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat. Selain itu kemajuan di bidang pendidikan juga merupakan indikator dari meningkatnya derajat peradaban suatu bangsa. Sebab, melalui proses pendidikan tersebut seseorang dapat belajar apapun yang belum mereka ketahui sebelumnya sehingga pada akhirnya akan terbentuk suatu karakter yakni manusia dapat mengembangkan potensinya, memiliki pengendalian diri, kekuatan spiritual, akhlak mulia, kecerdasan, dan keterampilan. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) pasal 1 ayat 1 (Dirjen. Pendidikan Islam, 2006:5) bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.” Pada dasarnya pendidikan memiliki suatu inti yakni pendidik, peserta didik, dan adanya interaksi antara pendidik dan peserta didik. Interaksi antara keduanya dapat terjadi di mana saja baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Jenis interaksi antara kedua unsur pendidikan yang terjadi
1
di sekolah memiliki perbedaan mendasar dengan interaksi di dalam keluarga dan masyarakat yaitu adanya proses pembelajaran yang disengaja, sadar, dan terencana. Pembelajaran adalah usaha sistematis yang memungkinkan terciptanya pendidikan (Seifert, 2010:5). Proses pembelajaran merupakan aktivitas sadar yang dilakukan untuk menguasai satu atau beberapa kompetensi sebagai milik sendiri (Saroni, 2006:71). Melalui proses pembelajaran ini pendidik dan peserta didik akan mampu berinteraksi secara optimal sehingga dapat terjadi transfer pengetahuan dengan baik. Dengan begitu maksud dari pendidikan sebagaimana dalam UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 di atas bisa tercapai. Terlebih lagi jika kegiatan pembelajaran itu dilaksanakan secara kontekstual tidak hanya tekstual. Untuk dapat mencapai maksud dari pendidikan tersebut tidaklah mudah. Hal itu diperlukan usaha sungguh-sungguh, berkesinambungan, dan kerja sama optimal dari berbagai unsur pendidikan. Diantaranya melaksanakan pembelajaran efektif dengan dimulai dari perencanaan matang, kontrol, pengawasan, dan evaluasi terus-menerus serta berkelanjutan. Sebagai contoh adalah manajemen pembelajaran pada asrama sekolah yang dikenal sebagai boarding school. Boarding school atau sekolah berasrama merupakan lembaga sekolah di mana di dalamnya terdapat asrama sebagai tempat tinggal para peserta didik selama masa studi. Di dalam kehidupan asrama diberlakukan kegiatan pembelajaran keagamaan sebagaimana di pesantren. Tata tertib di asrama pun
2
sama dengan di pesantren pada umumnya. Selain itu asrama juga memiliki pengasuh yang dikenal sebagai pembina asrama. Pembina asrama biasanya adalah guru pilihan berkemampuan keagamaan tinggi dari lokal sekolah atau bisa juga mengangkat orang lain dengan back ground alumni pesantren dan potensial keagamaan lebih unggul serta komprehensif. Bahkan jika dimungkinkan meminta seorang kiai untuk menjadi pembina sekaligus mudarris bagi peserta didik asrama. Para peserta didik penghuni asrama
juga berposisi sebagai siswa
sekaligus santri yang di situ akan meneladani akhlak orang-orang berilmu. Sebagaimana dalam Muhaimin (2009:104) dipaparkan bahwa istilah “nyantri” mengandung makna “itba‟ wa iqtida‟ akhlaq al-„ulama” (mengikuti dan meneladani akhlaqnya ulama, termasuk guru/pendidik yang ahli di bidangnya), sehingga
guru/pendidik
pun
diposisikan
dan
dikondisikan
sebagai
ustadz/ustadzah atau kiai/nyai. Guru/pendidik di atas maksudnya adalah pembina asrama beserta dewan guru asrama itu sendiri yang mengampu kegiatan pembelajaran sehari-hari di asrama setelah kegiatan belajar mengajar formal di sekolah selesai. Kegiatan pembelajaran di asrama dilakukan sejak sore hari hingga malam dan pagi sebelum para santri mengikuti KBM di sekolah. KBM di asrama memiliki tujuan sebagaimana KBM di sekolah yaitu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dengan kualitas SDM yang memadai dapat meningkatkan eksistensi dan peradaban masyarakat. Kualitas SDM itu sendiri menyangkut dua aspek, yaitu aspek kualitas fisik dan
3
aspek kualitas non-fisik, yang meliputi kemampuan bekerja, berpikir, dan berbagai macam keterampilan (Halim, dkk, 2005:4). Selain untuk meningkatkan kualitas SDM, keberadaan pendidikan dan pembelajaran dalam asrama sekolah juga bertujuan untuk membangun karakter peserta didik yang sesuai dengan norma-norma agama Islam. Sebab, di lingkungan asrama diberikan pelajaran keagamaan dan diaplikasikan secara langsung. Di samping itu, dalam kehidupan asrama sehari-hari diterapkan kedisiplinan pada berbagai aspek, diajarkan toleransi antar santri, saling menghargai dan menghormati kepentingan setiap warga asrama, tolong menolong, serta kekeluargaan. Kemudian di asrama pun biasanya diajarkan keterampilan berbahasa asing (bahasa Inggris/Arab) dan bahasa tersebut digunakan sebagai bahasa sehari-hari di lingkungan asrama. Sebagai contoh pondok
pesantren
yang
diadopsi
model
dan
manajemennya
untuk
penyelenggaraan boarding school adalah Pondok Modern Gontor yang lebih mementingkan penguasaan ilmu alat seperti bahasa Arab dan bahasa Inggris (Yasmadi, 2002:117). Semua itu dilaksanakan di bawah pengawasan langsung pembina asrama dengan dibantu para pengurus bersama senior asrama. MAN 1 Kabupaten Magelang merupakan salah satu diantara beberapa lembaga pendidikan dan satu-satunya madrasah negeri diantara 3 MAN di lingkungan Kabupaten dan Kota Magelang yang memiliki program boarding school dengan sistem pesantren sebagai program unggulan. Hal ini adalah suatu program yang masih jarang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan negeri. Sebab, biasanya sekolah/madrasah swasta di bawah naungan yayasan-
4
lah yang menyelenggarakan program boarding school ini atau madrasah yang awalnya merupakan pesantren kemudian mendirikan program pendidikan umum di dalamnya. Program boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang diselenggarakan sejak tahun pelajaran 2012/2013 lengkap dengan asrama putra dan putri yang berciri khas keislaman dengan sistem pesantren. Asrama yang ada ini didirikan dengan nama Islamic Boarding School Daarunnajaah. Penyelenggaraan program boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang ini adalah sebagai program unggulan bagi madrasah tersebut dan diselenggarakan bagi peserta didik unggulan dengan prinsip bilingual class program jurusan agama dan IPA unggulan berasrama. Pendirian asrama dilengkapi fasilitas yang cukup memadai dengan pembina/pengasuh asrama berasal dari pondok pesantren ternama. Bagi peserta didik asrama diberlakukan peraturan wajib bahasa dalam kehidupan sehari-hari di asrama. Selain itu juga diberlakukan peraturan sebagaimana di pesantren yang dapat menunjang berlangsungnya efektivitas pembelajaran. Kemudian dalam kegiatan sehari-hari santri asrama diberikan pembinaan pembelajaran umum, keagamaan, motivasi, karakter, keterampilan berbahasa, dan kedisiplinan. Peserta didik program boarding school dipersiapkan untuk kejuaraan olimpiade sains nasional, perlombaan-perlombaan akademik lainnya, dan siap melanjutkan ke perguruan tinggi favorit dalam dan luar negeri dengan sertifikat TOEFL dan TOAFL minimum 450. Pada tahun 2013 yakni tahun kedua penyelenggaraan program ini dari peserta didik/santri asrama telah dikirimkan
5
sebagai duta mewakili MAN 1 Kabupaten Magelang untuk mengikuti lomba pidato bahasa, esai, kaligrafi tingkat Jateng-DIY di pondok pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam lomba pidato bahasa Inggris, bahasa Indonesia, bahasa Arab, kaligrafi, dan esai telah berhasil membawa pulang 4 kejuaraan. Penyelenggaraan pembinaan pembelajaran boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang ini kiranya menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut yang bersifat ilmiah untuk mengetahui manajemen pembelajarannya. Terlebih lagi melihat keberhasilannya dalam mengikuti lomba pidato bahasa dan esai sebagaimana dipaparkan sebelumnya serta masih jarangnya madrasah negeri yang menyelenggarakan program ini. Berdasarkan alasan di atas penulis tertarik
untuk
mengadakan
penelitian
dengan
judul
“MANAJEMEN
PEMBELAJARAN BOARDING SCHOOL DI MAN 1 KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014”. B. Fokus Penelitian Berdasarkan judul tersebut, dapat ditetapkan fokus penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana Implementasi manajemen pembelajaran boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang tahun pelejaran 2013/2014? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen pembelajaran boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2013/2014?
6
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan penelitian ini adalah sebagaimana berikut: 1. Untuk mengetahui implementasi manajemen pembelajaran boarding school di MAN 1 Kabupaten magelang tahun pelajaran 2013/2014. 2. Untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pelaksanaan
manajemen pembelajaran boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2013/2014. D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoretis Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: a. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai manajemen pembelajaran sebagai tolok ukur dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang. b. Menyumbangkan kontribusi pemikiran bagi siapa pun yang tertarik untuk melangkah dalam dunia pendidikan. c. Sebagai bahan evaluasi terkait manajemen pembelajaran khususnya. 2. Secara Praktis a. Bagi penulis, mengetahui lebih detail mengenai pelaksanaan manajemen pembelajaran boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang. b. Bagi pengelola asrama, diharapkan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan dalam rangka penyusunan, pelaksanaan, dan pengembangan
7
manajemen pembelajaran boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang. c. Bagi lembaga pendidikan, sebagai tolok ukur adanya program boarding school dalam meningkatkan kualitas hasil pendidikan dan pembelajaran. E. Penegasan Istilah Sebelum dipaparkan lebih jauh tentang penelitian ini, penulis perlu memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian. Tujuannya adalah untuk menghindari adanya kekurangjelasan maupun perbedaan pemahaman dan penafsiran terhadap penggunaan istilah dalam judul penelitian tersebut. 1. Manajemen Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdikbud, 1997:623) manajemen artinya proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran, sedangkan dalam bahasa Inggris (Shadily dan Echols, 2005:372) management berarti pengelolaan, ketatalaksanaan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa manajemen adalah proses, pengelolaan potensi pribadi atau lembaga secara efektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan telah dirmuskan oleh pribadi maupun bersama-sama. 2. Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata dasar belajar dengan imbuhan pe-an. Belajar dalam KBBI artinya berusaha memperoleh kepandaian ilmu, sedangkan
imbuhan
pe-an
dalam
KBBI
(Depdikbud,
1997:1183)
mempunyai arti proses. Jadi, pembelajaran dapat diartikan sebagai proses
8
belajar, yaitu proses usaha manusia dalam rangka memperoleh kepandaian di bidang ilmu pengetahuan. 3. Boarding School Istilah boarding school dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia (Shadily dan Echols, 2005:72) adalah sekolah dasar atau menengah dengan asrama. Boarding school dapat juga diartikan sebagai sekolah berasrama, yaitu suatu lembaga sekolah di mana di dalamnya terdapat asrama sebagai tempat tinggal para siswa selama masa studi. Di dalam asrama itu pula para siswa diberi tambahan pelajaran. Boarding school yang penulis maksud di sini ialah islamic boarding school atau sekolah berasrama dengan ciri khas keislaman. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pada kegiatan penelitian ini digunakan pendekatan penelitian lapangan (field research), sedangkan jenis penelitiannya adalah penelitian kancah/lapangan dengan menggunakan metode kualitatif bersifat naturalistik. Ide penting dari pendekatan penelitian lapangan adalah bahwa peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena dalam keadaan alamiah (Moleong, 2011:26). Penelitian kualitatif yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dipaparkan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada sutu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2011:6).
9
Penelitian kualitatif bertujuan memahami (understanding) dunia makna yang
disimbolkan
dalam
perilaku
masyarakat
menurut
perspektif
masyarakat itu sendiri, sehingga data penelitian kualitatif bersifat naturalistik dengan metode induktif dan verstehen yang pelaporannya bersifat deskriptif dan naratif (Suprayogo, 2001:9). Penelitian kualitatif memiliki sifat berbeda dengan penelitin kuantitatif. Pada penelitian kualitatif tidak dilakukan penggeneralisasian pada hasilnya, tetapi lebih ditekankan kedalaman informasi sehingga dapat sampai kepada tingkat makna. Selain itu penelitian kualitatif berkarakteristik naturalisme dilakukan pada kondisi alamiah, bersifat deskriptif, lebih menekankan proses daripada produk, analisis data secara induktif, dan menekankan makna (Sugiyono, 2013:13-14). Dalam penelitian ini akan dikaji lebih dalam mengenai implementasi manajemen atau pengelolaan dan proses pembelajaran dalam lingkungan boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang serta faktor yang mempengaruhinya. Pada pelaksanaannya dilakukan pencarian gambaran dan data deskriptif mengenai hal tersebut di lingkungan lembaga yang dijadikan sebagai subyek penelitian. 2. Kehadiran Peneliti Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti berlaku sebagai pengumpul data sekaligus instrumen kunci pada kegiatan pengumpulan data di lapangan. Sebagaimana dipaparkan dalam Sugiyono (2013:222) diuraikan bahwa peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian yang berfungsi
10
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Adapun instrumen pengumpul data lain selain manusia berupa alat bantu dan dokumen-dokumen lainnya adalah sebagai instrumen pendukung yang digunakan untuk mendukung keabsahan data hasil penelitian. Oleh sebab itu kehadiran peneliti secara langsung di lapangan yakni sebagai tolok ukur keberhasilan dalam mengamati dan memahami fenomena obyek penelitian. Jadi perlunya keterlibatannya secara langsung dan interaksi aktif dengan informan mutlak adanya. 3. Lokasi Penelitian Pelaksanaan aktivitas penelitian dilakukan di dalam lingkungan MAN 1 Kabupaten Magelang Jl. Sunan Bonang No. 17 Karet, Jurangombo, Magelang. Khususnya di area asrama sekolah yang terletak di sebelah masjid Darunnajah MAN 1 Kabupaten Magelang (asrama putra) dan di area PSBB (Pusat Sumber Belajar Bersama) bagi asrama putri. Adapun pemilihan asrama sekolah MAN 1 Kabupaten Magelang sebagai tempat penelitian dikarenakan realitas keberadaan boarding schoolnya sebagai program unggulan adalah bisa dikatakan program baru dan telah berhasil mendelegasikan beberapa santrinya untuk mengikuti lomba dengan kembali membawa prestasi.
11
4. Sumber Data Sumber data merupakan siapa pun dan apa pun yang dapat memberikan informasi data penelitian. Dalam Arikunto (1996:114) dijelaskan: “Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak, atau proses sesuatu. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data.” Sementara dalam Sugiyono (2013:225) dipaparkan bahwa: “Sumber data ada dua jenis yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber data sekunder merupakan sumber tidak langsung memberikan data kepada pengumul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.” Data penelitian ini akan diambil dari sumber primer maupun sekunder. Sumber data primernya ialah pembina asrama putra dan putri, kepala sekolah MAN 1 Kabupaten Magelang beserta wakil kepala, dewan asatidz asrama, guru mata pelajaran keislaman, dan santri asrama. Sedangkan
sumber
data
sekunder
berupa
dokumentasi
mengenai
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di boarding school, dokumen susunan kepengurusan asrama, sejarah asrama dan madrasah, dan lain-lain. Kemudian penentuan sumber data primer ini akan dikembangkan dengan teknik snowball (bola salju). Snowball sampling adalah teknik pengambilan sumber data yang pada awalnya berjumlah sedikit, lama-lama menjadi banyak (Sugiyono, 2013:219).
12
5. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data yaitu memaparkan tentang bagaimana cara peneliti mendapatkan dan mengumpulkan data yang pada akhirnya akan dianalisis menggunakan suatu teknik tertentu. Teknik pengumpulan data merupakan langkah strstegis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2013:224). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. a. Observasi Observasi
dalam
KBBI
(Depdikbud,
1997:699)
artinya
pengamatan, peninjauan secara cermat. Menurut Sutrisno Hadi, observasi merupakan proses yang komplek, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis, dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2013:145). Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif pasif. Dalam observasi ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Sugiyono, 2013:227). Jadi, kedatangan peneliti untuk observasi dalam tempat terjadinya kegiatan pembelajaran di asrama nanti hanya mengamati, mendengarkan, merekam, dan mencatat jalannya pelaksanaan manajemen pembelajaran di asrama. Pedoman pelaksanaan observasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
13
1) Kondisi obyektif pembina, dewan asatidz, dan santri asrama MAN 1 Kabupaten Magelang. 2) Kondisi sarana dan prasarana asrama MAN 1 Kabupaten Magelang. 3) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan pembinaan di asrama MAN 1 Kabupaten Magelang. b. Wawancara (interview) Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, dan percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviwer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban (Moleong, 2011:186). Pendapat lain dari Esterberg, wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2013:231). Jenis metode wawancara ada bermacam-macan, tetapi yang sesuai dengan kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah wawancara terbuka dan terstruktur. Sebab, dalam pelaksanaan wawancara nantinya informan atau narasumber/terwawancara mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan tahu pula maksud serta tujuan dari wawancara itu. Selain itu pada saat wawancara dilakukan, peneliti telah menetapkan dan
menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan
dengan
tersusun
secara
sistematis. Wawancara ini akan dilakukan kepada narasumber sebagaimana telah disebutkan pada bagian sumber data. Di antaranya pembina asrama
14
putra dan putri, kepala sekolah MAN 1 Kabupaten Magelang beserta wakil kepala, dewan asatidz asrama, guru mata pelajaran keislaman, dan santri asrama. c. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, atau karya-karya monumental (Sugiyono, 2013:240). Pengertian lain dari metode dokumentasi adalah mencari data melalui hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 1996:234). Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui data tentang sejarah serta visi misi MAN 1 Kabupaten Magelang, sejarah penyelengaraan program boarding school, inventaris asrama, susunan kepengurusan asrama, pengelola asrama, peraturan santri, jadwal kegiatan pembelajaran dan kegiatan lain santri, serta gambar-gambar kegiatan santri. 6. Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2013:244). Sedangkan menurut Bogdan dan Biklen, analisis data
15
kualitatif ialah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2011:248). Penelitian menggunakan analisis data kualitatif. Data dianalisa dengan metode deskriptif analisis non-statistik yang menggunakan cara berpikir yang bersifat induktif yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh. 7. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data maksudnya bahwa setiap keadaan harus memenuhi demonstrasi nilai yang benar, tersedia dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya (Moleong, 2011:320-321). Untuk menetapkan keabsahan data dalam penelitian ini digunakan cara perpanjangan waktu pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, dan triangulasi. Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru, sedangkan peningkatan ketekunan dalam penelitian berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan waktu.
16
Dengan cara ini maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. 8. Tahap-tahap Penelitian Tahapan proses penelitian yang lakukan adalah tahap pra-lapangan atau sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan. Dalam pelaksanaan penelitian ini tahapan yang dilalui adalah sebagai berikut: a. Tahap pra-lapangan Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menyusun rancangan penelitian, memilih subyek/lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian, penentuan fokus penelitian dan konsultasi fokus. b. Tahap pekerjaan lapangan Pada tahap ini dilaksanakan pengumpulan data-data yang berkaitan dengan manajemen pembelajaran boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang. c. Tahap analisis data Dalam tahap analisis data ini dilaksanakan analisis terhadap data hasil penelitian baik yang diperoleh melalui observasi partisipatif pasif, wawancara mendalam dengan informan sebagaimana telah disebutkan pada bagian sumber data, maupun dokumentasi. Selanjutnya dilakukan penafsiran dan interpretasi data sesuai dengan konteks permasalahan
17
yang diteliti. Kemudian pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang ditemukan dan metode pemerolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan pemaknaan terhadap data hasil penelitian. Hal ini merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang dilaksanakan. d. Tahap penulisan laporan Tahap penulisan laporan hasil penelitian ini meliputi kegiatan penyusunan dan perekapan hasil penelitian dari semua rangkaian pengumpulan data hingga pemberian makna atau interpretasi data. Selanjutnya
mengkonsultasikan
hasil
penelitian
kepada
dosen
pembimbing dengan tujuan mendapatkan perbaikan, saran-saran, nasehat-nasehat untuk kesempurnaan laporan hasil penelitian. Kemudian hasil bimbingan tersebut ditindaklanjuti dengan penulisan laporan yang sempurna. G. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran umum mengenai laporan hasil penelitian ini yang nantinya disebut skripsi, maka akan dipaparkan sistematika penulisan skripsinya. Ada pun sistematika penulisan skripsi tersebut adalah sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Bab ini memaparkan secara umum mengenai arah penelitian yang dilaksanakan. Pada bagian pendahuluan ini pembaca dapat mengetahui latar
18
belakang penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah yang terdapat dalam judul penelitian, metode penelitian yang digunakan, serta sistematika penulisan naskah skripsi. BAB II: KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan kenyataan di lapangan. Adapun isi dari kajian pustaka dalam skripsi ini antara lain: pengertian manajemen pembelajaran, aplikasi manajemen
pembelajaran,
kajian
mengenai
manajemen
pembelajaran,
pengertian boarding school, kegiatan pembelajaran boarding school, keunggulan dan kelemahan boarding school, dan manajemen pembelajaran boarding school. BAB III: PARARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Bab ini berisi tentang paparan data dan temuan hasil penelitian yang diperoleh dengan menggunakan metode dan prosedur yang telah diuraikan dalam bab I. Paparannya dalam bab ini mencakup gambaran umum MAN 1 Kabupaten Magelang, dan gambaran mengenai boarding school itu sendiri, serta temuan penelitian mengenai pelaksanaan manajemen dan kegiatan pembelajaran di asrama serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. BAB IV: PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang analisa dan interpretasi terhadap data-data yang berhasil dihimpun pada pelaksanaan kegiatan penelitian. Analisa berfungsi menafsirkan dan menjelaskan temuan yang diungkap dari lapangan. Dalam bab ini pula diinterpretasikan mengenai implementasi manajemen pembelajaran
19
boarding
school
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pelaksanaan
manajemen pembelajaran boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang. BAB V: PENUTUP Bab terakhir dalam skripsi ini berisi mengenai penarikan kesimpulan, saran-saran, dan kata penutup yang diikuti dengan daftar pustaka beserta lampiran-lampirannya.
20
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Manajemen Pembelajaran 1. Manajemen a. Pengertian Manajemen Terdapat beragam pengertian manajemen, baik ditinjau dari segi etimologis maupun terminologis. Dari segi etimologis, kata “manajemen” berasal dari bahasa asing, sedangkan dari sisi terminologis terdapat banyak pendapat mengenai pengertiannya. Beberapa di antara pengertian manajemen baik dari segi bahasa/etimologis maupun dari segi istilah/terminologis akan dipaparkan berikut ini. Istilah manajemen diterangkan dalam Usman (2006:3) berasal dari bahasa Latin, yaitu manus berarti tangan dan agere berarti melakukan, digabung menjadi managere berarti menangani. Dalam bahasa Inggris kk. to manage, kb. management berarti manajemen atau pengelolaan. Syaiful Sagala dalam Baharuddin dan Makin (2010:48) juga mengungkapkan pengertian manajemen secara etimologis yaitu berasal dari kata managio berarti pengurusan, atau managiare berarti melatih dalam mengatur langkah-langkah, atau dapat juga berarti bahwa manajemen sebagai ilmu, kiat, dan profesi.
21
Ditinjau dari segi terminologis manajemen memiliki banyak makna tergantung dari siapa pendapat tersebut muncul. Dari banyak pendapat itu, di sini akan dipaparkan beberapa saja yang dianggap cocok untuk diterapkan dengan pembelajaran. Dalam Kartono (1994:74) dipaparkan bahwa manajemen adalah usaha serentak dan sistematis untuk mencapai tujuan bersama. Selanjutnya masih mengambil dari Kartono (1994:74), G.R Terry dalam bukunya Principles of Manajement dengan mengungkapkan pendapat orang lain, yaitu: “Management is the performance of conceiving and achieving desired results by means of group efforts consisting of utilizing human talents and resources (manajemen adalah penyelenggaraan dari penyusunan dan pencapaian hasil yang diinginkan dengan menggunakan upayaupaya kelompok, terdiri atas penggunaan bakat- bakat dan sumbersumber daya manusia).” Nanang Fattah menjelaskan pengertian manajemen dalam bukunya Landasan Manajemen Pendidikan, yaitu manajemen merupakan proses merencana, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan oeganisasi tercapai secara efektif dan efisien (Baharuddin dan Makin, 2010:49). Dengan demikian dapat dipahami bahwa manajemen adalah usaha-usaha suatu individu maupun organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan telah ditentukan dengan mengelola, mengatur, menggunakan, memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien.
22
b. Ruang Lingkup/Fungsi Manajemen Untuk mencapai suatu tujuan diperlukan usaha-usaha sistematis yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh serta secara efektif dan efisien. Usaha sistematis dalam sebuah manajemen tersebut dapat disebut dengan fungsi manajemen. Fungsi manajemen menurut G.R. Terry dalam Kartono (1994:75) meliputi empat peristiwa yang disingkat dengan POAC, yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling. 1) Planning (Perencanaan) Menurut Baharuddin dan Makin (2010:99), perencanaan adalah akivitas pengambilan keputusan mengenai sasaran (objectives) apa yang akan dicapai, tindakan apa yang akan diambil dalam rangka pencapaian tujuan atau sasaran dan siapa yang akan melaksanakan tugas-tugasnya.
Dalam
Kartono
(1994:79)
dipaparkan
bahwa
perencanaan adalah kegiatan menemukan sasaran ekonomis yang ingin dicapai dan memikirkan sarana pencapainnya. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa perencanaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas dalam rangka menetapkan tujuan yang ingin dicapai, apa yang harus dilakukan, dan siapa pelaksana langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam suatu organisasi, lembaga, atau kegiatan langkah pertama yang dilakukan adalah menetapkan tujuan apa yang ingin dicapai. Kemudian barulah dirumuskan cara-cara mencapai tujuan itu dan pelaku kerjanya. Sesudah menetapkan tujuan dan sebelum
23
merumuskan langkah atau cara hendaknya terlebih dahulu melakukan analisis untuk mengetahui apa yang diperlukan agar tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Kegiatan analisis ini sebaiknya menggunakan teori analisis SWOT. SWOT
adalah
singkatan
dari
Strengths,
Weaknesses,
Opportunities, and Threats yaitu Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman/tantangan (Sallis, 2010:221). Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen analisis yang andal dalam usaha mengembangkan lembaga pendidikan, bertumpu pada kekuatan dan kelemahan yang terdapat dalam internal lembaga, sedangkan peluang dan tantangan didasarkan pada faktor eksternal lembaga (Baharuddin dan Makin, 2010:40).
Dengan
mengetahui
dan
memperhatikan
kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman di dalam dan sekitar lembaga maka usaha pemilihan strategi kerja yang efektif akan membuahkan hasil sesuai keinginan. Adanya kegiatan perencanaan sebelum melaksanakan suatu kegiatan ataupun manajemen memiliki manfaat tersendiri. Di antara manfaat perencanaan sebagimana dipaparkan dalam Usman (2006:48) adalah sebagai berikut: a) b) c) d) e)
Standar pelaksanaan dan pengawasan. Pemilihan berbagai alternatif terbaik. Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan. Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi. Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. f) Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait. g) Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
24
2) Organizing (Pengorganisasian) Pengorganisasian merupakan penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliki, dan lingkungan yang melingkupinya (Usman, 2006:128). Menururt Sarwoto pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat tugas, tanggung jawab atau wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Baharuddin dan Makin, 2010:102). Dengan demikian dapat dipahami bahwa pengorganisasian adalah penyusunan struktur organisasi dan pengelompokan pelaku beserta tugas, tanggung jawab sehingga organisasi tersebut dapat bekerja untuk mencapai tujuan. Di dalam pengorganisasian tentunya terdapat suatu tugas pokok. Tugas pokok dalam pengorganisasian ialah membagi tugas kerja, menentukan kelompok atau unit kerja, dan menentukan tingkatan otoritas, yaitu kewibawaan dan kekuasaan dengan segenap pertanggungjawabannya (Kartono, 1994:81). Di samping tugas pokok juga
terdapat
beberapa
kegiataan
yang
merupakan
proses
pengorganisasian. Beberapa kegiatan dalam proses organizing (pengorganisasian) seperti disebutkan oleh Sarwoto dalam Baharuddin dan Makin (2010:102-105) adalah:
25
a) Perumusan tujuan b) Penetapan tugas pokok Tugas pokok adalah sasaran yang dibebankan kepada organisasi untuk dicapai. c) Perincian kegiatan d) Pengelompokan kegiatan-kegiatan dalam fungsi-fungsi e) Departementasi f) Pelimpahan authority Pelimpahan otoritas adalah pemberian kekuasaan atau hak untuk bertindak atau memberikan perintah untuk menimbulkan tindakan-tindakan. g) Staffing Staffing adalah penempatan orang pada satuan-satuan organisasi yang telah tercipta dalam proses departementasi. Prinsip utamanya ialah menempatkan orang yang tepat pada tempatnya dan jabatan atau pekerjaannya. h) Facilitating Bentuk facilitating berupa pemberian kelengkapan seperti peralatan. 3) Actuating (Pelaksanaan) G.R. Terry yang dikutip oleh Baharuddin dan Makin (2010:105) mendefinisikan actuating sebagai tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok suka berusaha guna mencapai sasaran-sasaran, agar sesuai dengan perenca-naan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Dari definisi ini dapat dipahami bahwa dalam kegiatan actuating seorang manajer atau pemimpin melaksanakan suatu usaha menggiatkan unsur-unsur bawahannya agar mau bekerja dan berusaha secara sungguh-sungguh guna mencapai tujuan yang diinginkan. 4) Controlling (Pengawasan) Pengawasan menurut LANRI dalam Usman (2006:401) ialah suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian apakah pelaksanaan
26
pekerjaan/kegiatan telah dilakukan sesuai dengan rencana semula atau belum. Sarwoto dalam Baharuddin dan Makin (2010:111) memberi batasan pengawasan sebagai kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. Berdasarkan dua pengertian pengawasan tersebut dapat dipahami bahwasannya dalam aktivitas pengawasan seorang manajer atau pemimpin mengawasi jalannya kegiatan dan kinerja bawahan untuk mengetahui apakah sudah sesuai dengan rencana semula atau belum dalam upaya mencapai tujuan yang selanjutnya akan diadakan tindak lanjut dari hasil pengawasan itu. Dalam bagian pengawasan juga dilakukan evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan mengukur, menilai, dan membandingkan hasil kinerja dengan standar yang sudah digariskan dalam planning, apakah sudah tepat dan sesuai atau belum, ataukah mungkin justru menyimpang. Adanya kontrol dan evaluasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan suatu manajemen. Jika keberadaan kontrol dan evaluasi ini lemah dan longgar, maka akan dapat mengakibatkan kegagalan dalam menemukan kelemahan dan gagal mengoreksi aktivitas yang menyimpang (Kartono, 1994:84-85). Jika hasil dari kontrol dan evaluasi tidak memuaskan maka harus diatasi dengan mengubah rencana, mengadakan reorganisasi, atau mengubah fungsi kepemimpinan (Kartono, 1994:85).
27
2. Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata dasar belajar dengan imbuhan pean. Belajar dalam KBBI artinya berusaha memperoleh kepandaian ilmu. Sedangkan imbuhan pe-an dalam KBBI (Depdikbud, 1997:1183) mempunyai arti proses. Jadi, pembelajaran dapat diartikan sebagai proses belajar, yaitu proses usaha manusia dalam rangka memperoleh kepandaian di bidang ilmu pengetahuan. Dalam pengertian lain, pembelajaran adalah usaha sistematis yang memungkinkan terciptanya pendidikan (Seifert, 2010:5). Pembelajaran adalah proses yang dirancang untuk mengubah diri seseorang, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotornya (Suwardi, 2007:30). Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 1995:57). Proses pembelajaran merupakan aktivitas sadar yang dilakukan untuk dapat menguasai satu atau beberapa kompetensi sebagai milik sendiri (Saroni, 2006:71). Berdasarkan pengertian di atas, maka kata pembelajaran dapat diartikan sebagai proses dari usaha manusia yang dirancang secara sistematis untuk memperoleh kepandaian di bidang ilmu pengetahuan dan diharapkan dapat mengubah perilaku diri seseorang baik pada aspek kognitif, afektif, serta psikomotornya dengan dukungan unsur-unsur manusiawi, materi, fasilitas, dan prosedur tertentu.
28
b. Unsur-unsur Kegiatan Pembelajaran Dalam suatu kegiatan apapun tentu harus terdapat unsur-unsur pendukung agar kegiatan tersebut dapat berlangsung dengan baik dan membuahkan hasil yang baik serta maksimal. Demikian pula dengan pembelajaran, terdapat unsur-unsur yang harus terpenuhi sehingga tujuan dari pembelajaran dapat dicapai. Unsur-unsur pembelajaran paling tidak mencakup: 1) Peserta didik atau orang yang belajar. 2) Pendidik atau orang yang menyampaikan pelajaran. 3) Materi belajar (ilmu pengetahuan). 4) Tujuan pembelajaran. 5) Lingkungan belajar. 6) Unsur-unsur lain, seperti: metode, alat/media. (Muliawan, 2005:133) c. Teori Pembelajaran Teori pembelajaran adalah pendekatan terhadap suatu bidang pengetahuan, suatu cara menganalisis, membicarakan, dan meneliti suatu pembelajaran (Hill, 2009:28). Pengertian-pengertian pembelajaran di atas sebenarnya dilandasi oleh suatu rumusan yang sama walaupun kemudian diungkapkan sesuai dengan pandangannya sendiri. Sementara rumusan yang ada itu pada dasarnya berlandaskan pada teori tertentu (Hamalik, 1995:57-64), yaitu: 1) Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik/siswa di sekolah. 2) Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah. 3) Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. 4) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik.
29
5) Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Teori pembelajaran sebagaimana di atas memiliki makna yang luas dalam lingkup pendidikan dan berperan penting sebagai landasan dalam rangka perumusan rancangan proses belajar mengajar yang baik. 3. Manajemen Pembelajaran Pengertian manajemen pembelajaran dapat diketahui menggabungkan antara pengertian manajemen dan pembelajaran di atas. Manajemen pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengelola, mengatur peserta didik, sumber belajar, dan bahan ajar dengan sistematis untuk mencapai tujuan belajar secara efektif dan efisien. Dalam kegiatan manajemen pembelajaran ini terdapat fungsi manajemen yang harus dilaksanakan, yaitu perencanaan pembelajaran, pengorganisasian pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan pengawasan pembelajaran yang juga meliputi kegiatan evaluasi pembelajaran. a. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran adalah aktivitas pengambilan suatu keputusan mengenai sasaran dan tujuan pembelajaran, strategi dan metode yang harus dilakukan, siapa pelaksana tugas untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam pengertian lain perencanaan pembelajaran diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media, penggunaan pendekatan dan metode, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Majid, 2008:17).
30
Penyusunan rencana pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal yang bersifat prinsipil. Beberapa prinsip tersebut sebagaimana dalam Maimun dan Fitri (2010:90-91) adalah: 1) Berdasar pada amanah orang tua siswa, maksudnya adalah sebagaimana pernyataan Ibrahim Bafadhal bahwa dalam membuat perencanaan harus didasarkan atas kebutuhan bersama dan memperkirakan masa depan. 2) Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran sebelumnya, tujuannya agar target pembelajaran yang belum dicapai dapat diraih pada tahun berikutnya. 3) Penetapan target dan program yang akan dicapai. Hal ini dilakukan melalui tahapan tertentu, yaitu melihat hasil evaluasi sebelumnya dengan memperhatikan pencapaian kompetensi dasar minimal para siswa; memperhatikan sumber daya baik manusia maupun bukan manusia dalam upaya mendukung proses pembelajaran; menentukan target dan strategi pada pembelajaran selanjutnya, baik target pencapaian kompetensi dasar maupun target yang lain. Di dalam kegiatan perencanaan ini biasanya seorang pendidik menyusun perangkat pembelajaran yang berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabi, program tahunan (Prota), dan program semester (Promes). Selain itu, pendidik juga menyiapkan dan menentukan tujuan beserta target pembelajaran, alat, bahan serta sumber belajar, merumuskan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi beserta media pembelajaran yang akan digunakan pada saat KBM sehingga peserta didik dapat belajar dengan baik dan senang. Selain itu pendidik
juga
merancang
pelaksanaan
kegiatan
evaluasi
untuk
mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan dari pembelajaran yang diinginkan. Dengan demikian, adanya perencanaan pembelajaran ini diharapkan dapat menjadi tolok ukur pelaksanaan KBM sehingga tujuan dan target pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
31
b. Pengorganisasian Pembelajaran Pengorganisasian
pembelajaran
adalah
keseluruhan
proses
pengelompokan pendidik, peserta didik, materi dan sumber belajar serta sarana prasarana dan media belajar sehingga tercipta suatu proses pembelajaran yang dapat berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pengorganisasian ini akan ditentukan materi pelajaran beserta siapa pengajarnya dan untuk siapa materi itu diberikan, bagaimana cara menyampaikannya, serta kapan pelajaran itu akan diberikan. Menentukan materi pembelajaran berarti melakukan kegiatan pengelolaan materi pembelajaran, hal ini harus memperhatikan prinsip keragaman anak, tujuan moral (kognitif, emosional, dan kinetik) dan aspek psikologis lain (Maimun dan Fitri, 2010:108). Dengan demikian materi pembelajaran yang akan diajarkan dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan sekolah guna menunjang tercapainya target program sekolah yang sedang dikembangkan. Di samping materi, pebelajar/siswa juga perlu diorganisir atau dikelola dengan baik sehingga target program pembelajaran yang telah dirancang dapat tercapai sebab siswa merupakan komponen atau unsur pembelajaran terpenting dan penentu dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu agar dapat berhasil dalam proses pembelajaran harus dilakukan upaya pengelolaan siswa yang diawali dengan seleksi siswa yang ketat
32
kemudian pengelompokan siswa baik berdasarkan tingkat intelegensi ataupun aspek-aspek yang lain (Maimun dan Fitri, 2010:92). Selain itu perlu dilakukan pengorganisasian dan pengelolaan guru atau pengajar dengan baik. Sekolah harus memberdayakan pengajar yang memenuhi kualifikasi dan berkualitas unggul agar input siswa yang baik dapat menjadi output yang lebih baik, potensial, dan berkualitas. Upaya yang dapat dilaksanakan untuk memperoleh staf pengajar berkualitas di antaranya dengan cara melakukan seleksi yang ketat terhadap calon guru yang akan diterima di sekolah, mengadakan dan mengikutsertakan guru dalam pendidikan dan pelatihan, serta membina dan meningkatkan kegiatan kelompok kerja guru (Maimun dan Fitri, 2010:97-102) atau musyawarah guru mata pelajaran. Mengenai seleksi calon guru harus dipersiapkan dengan matang berkaitan dengan syarat/kualifikasi dan materi seleksinya. Diantara syarat yang dapat diajukan adalah harus lulus S1, tes psikologi, tes akademik, tes agama, tes keahlian dan keguruan, serta wawancara (Maimun dan Fitri, 2010:98). c. Pelaksanaan Pembelajaran Di dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran ini, seorang pendidik melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar sesuai panduan yang telah dirancang dengan memanfaatkan dan menggunakan unsurunsur belajar seperti, materi/bahan ajar, sumber belajar, media belajar, strategi, dan metode belajar sehingga peserta didik mau dan bisa belajar
33
dengan
senang
dan
sungguh-sungguh
guna
mencapai
tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai sesuai rencana. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan seorang guru harus memiliki keterampilan dalam penyampaian materi pelajaran dan mampu menggunakan metode mengajar secara tepat. Oleh karena itu penguasaan terhadap metode pembelajaran baik metode konvensional maupun inkonvensional merupakan hal yang urgen. Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Suwardi, 2007:61). Jadi metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Penggunaan metode belajar mengajar harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, kemampuan guru, anak didik, materi yang dipelajari, ketersediaan fasilitas atau alat, dan durasi waktu belajar. Diantara jenisjenis metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam KBM adalah sebagai berikut: 1) Metode pembiasaan Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap,dan bertindak sesuai dengan ajaran, norma, dan aturan yang berlaku (Arief, 2002:110). 2) Metode keteladanan Metode keteladanan adalah cara mengajar yang dilakukan dengan memberikan contoh-contoh yang baik yang dapat dicontoh atau ditiru dari seseorang oleh orang lain (Arief, 2002:117).
34
3) Metode pemberian ganjaran Metode pembelajaran ini dilakukan dengan cara memberikan ganjaran atau hadiah atas perilaku baik maupun keberhasilan belajar peserta didik sebagai pendorong dan motivasi belajar (Arief, 2002:127). 4) Metode pemberian hukuman Metode ini merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan hukuman atas perilaku tidak baik atau kesalahan peserta didik (Arief, 2002:131). 5) Metode ceramah Metode ceramah adalah cara penyampaian sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai (Arief, 2002:135-136). Dalam pengertian lain ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru di muka kelas (Usman, 2002:34). 6) Metode tanya jawab Metode tanya jawab yaitu penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab (Arief, 2002:140). Pada pendapat lain metode tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru menjawab pertanyaan (Usman, 2002:43).
35
7) Metode Sorogan Sorogan berasal dari bahasa Jawa (sorog) yang artinya menyodorkan (Nasir, 2005:110). Metode sorogan ialah sebuah sistem belajar di mana para murid satu persatu menghadap guru untuk membaca dan menguraikan isi kitab ataupun menyetorkan hafalan (Arief, 2002:150). 8) Metode bandongan/weton Metode bandongan menurut Zamakhsyari Dhofier dalam Arief (2002:153) adalah metode belajar di mana sekelompok murid (jumlah banyak) mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan sering kali mengulas buku Islam dalam bahasa Arab, kemudian setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah fikiran yang sulit. Metode bandongan atau sistem weton ini merupakan metode belajar tertua di pondok pesantren menyertai metode sorogan dan tentunya merupakan inti dari pengajaran di suatu pesantren (Nasir, 2005:113) 9) Metode drill Menurut Rustiyah dalam Arief (2002:174) metode drill adalah suatu teknik yang dapat diartikan dengan suatu cara mengajar di mana siswa melaksanakan latihan-latihan agar memiliki keterampilan ataupun ketangkasan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.
36
10) Metode kerja kelompok Metode kerja kelompok ialah cara menyajikan materi pelajaran di mana siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan dengan cara bersama dan bergotong royong (Arief, 2002:196). Selain metode dipengaruhi
oleh
yang tepat
ketepatan
efektivitas pembelajaran juga
penggunaan
media
belajar.
Media
pembelajaran adalah sesuatu hal yang berfungsi sebagai perantara penyampaian pesan atau informasi dalam proses pembelajaran (Suwardi, 2007:76). Diantara media belajar yang dapat digunakan adalah gambar/poster, slides, video, buku teks, modul, dan lain-lain. d. Pengawasan dan Evaluasi Pembelajaran Pengawasan
pembelajaran
adalah
suatu
kegiatan
untuk
memperoleh kepastian apakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran telah dilakukan sesuai perencanaan yang telah dibuat atau justru menyimpang dari rencana semula. Dalam melakukan pengawasan pembelajaran ini seorang pemimpin ataupun guru harus mengetahui dan memahami program pembelajaran yang telah direncanakan, sehingga diharapkan tidak ada satupun celah lolos dari pengawasan. Kegiatan pengawasan dalam pembelajaran ini biasanya diikuti dengan evaluasi untuk mengetahui pencapaian
tujuan pembelajaran
sehingga kemudian
dilaksanakan perbaikan pada kegiatan berikutnya.
37
Evaluasi menurut National Committee on Evaluation dari UCLA (Stark & Thomas, 1994:12) yang dikutip oleh Widoyoko (2009:4) berarti kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis, dan penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan program selanjutnya. Dengan demikian evaluasi pembelajaran adalah kegiatan memilih, mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan informasi mengenai kegiatan pembelajaran untuk digunakan sebagai dasar mengambil keputusan dan menyusun program pembelajaran selanjutnya. Kegiatan evaluasi pembelajaran ini diawali dengan pengukuran hasil belajar, kemudian penilaian, dan setelah dua kegiatan tersebut selesai barulah dilaksanakan evaluasi. Ruang lingkup evaluasi pembelajaran bertitik tolak pada tujuan dari evaluasi itu sendiri. Berdasarkan tujuan evaluasi terdapat beberapa macam ruang lingkup evaluasi (Arifin, 2011:24-27), diantaranya: 1) Jika tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui efektivitas sistem pembelajaran, ruang lingkup evaluasi pembelajaran meliputi: program pembelajaran (tujuan, isi/materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan, serta penilaian proses dan hasil belajar); proses pelaksanaan pembelajaran (kegiatan, guru, dan peserta didik); dan hasil belajar baik jangka pendek (sesuai dengan pencapaian indikator), menengah (sesuai dengan target untuk setiap bidang studi), atau jangka panjang (setelah peserta didik terjun ke masyarakat). 2) Jika tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui proses dan hasil belajar siswa, maka ruang lingkup evaluasi pembelajaran adalah sikap dan kebiasaan, motivasi, minat, dan bakat peserta didik; pengetahuan dan pemahaman peserta didik; kecerdasan peserta didik; perkembangan jasmani/kesehatan; serta keterampilan peserta didik.
38
Untuk melaksanakan program evaluasi pembelajaran diperlukan instrumen evaluasi yang dapat berupa tes maupun nontes. Instrumen evaluasi berbentuk tes terdapat beberapa jenis (Arifin, 2011:124), yaitu: 1) Berdasarkan aspek pengetahuan dan keterampilan, terdapat tes kemampuan (power test) dan tes kecepatan (speed test). 2) Berdasarkan bentuk jawaban peserta didik, yaitu tes tertulis (uraian dan objektif), tes lisan, dan tes perbuatan/praktek.
B. Boarding School Istilah boarding school berarti sekolah dasar atau menengah dengan asrama (Shadily dan Echols, 2005:72). Boarding school adalah sekolah di mana beberapa atau semua siswa belajar dan hidup selama masa studi bersama teman sekolah mereka dan mungkin juga para guru atau administrator. A boarding school is a school where some or all pupils study and live during the school year with their fellow students and possibly teachers or administrators (http://en.wikipedia.org/wiki/boardingschool, diakses Rabu, 10 Sept „14 pukul 09.50). Boarding school mempunyai empat point penting, yaitu: 1. Tempat berpindahnya baik fisik, mental, dan keahlian sosial. 2. Tempat pelajar diajari tentang nilai yang pantas dalam bertingkah laku, kepercayaan, rasa dan ekspresi, agama, moral dan kesadaran akan budaya dan ketertarikan intelektualitas. 3. Tempat reputasi dan kehormatan sekolah tersebut sangatlah diperhatikan. 4. Boarding school mengintegrasikan pribadi-pribadi ke dalam kelompok sosial tertentu sesuai dengan tujuan kelompok sosial. (http://www.kajianteori.com/2013/03.html, diakses pada Rabu, 16 Juli 2014 pukul 15.25) Di samping empat point penting di atas, boarding school memiliki beberapa jenis, yaitu:
39
1. Sekolah dengan pelajar berjenis kelamin sama (contoh ST. Margaret‟s School for Girls, Victoria). 2. Sekolah militer, contoh di Indonesia SMU Taruna Nusantara, Magelang. 3. Sekolah Pra-Profesional seni, melatih pelajar menjadi seniman berbagai bidang seperti musik, akting, teater, ballet, dan penulis. Di Indonesia belum ditemukan sekolah dengan jenis ini. 4. Sekolah berdasarkan agama, di Indonesia sekolah seperti ini merupakan jenis boarding school yang paling banyak. 5. Sekolah berkebutuhan khusus seperti para remaja bermasalah, autis. 6. Sekolah junior yang menyediakan boarding school di bawah SMU. (http://www.kajianteori.com/2013/03.html, diakses pada Rabu, 16 Juli 2014 pukul 15.25) Dewasa ini pendidikan nasional baik swasta maupun negeri banyak yang mengadopsi dan memasukkan pendidikan pesantren ke dalam sistem pendidikannya. Hal ini terlihat pada penyelenggaraan sekolah unggulan ataupun sekolah negeri yang menyelenggarakan program unggulan dengan menerapkan sistem pesantren di dalamnya, walaupun dikemas dengan nama boarding school. Islamic boarding school adalah sekolah berasrama dengan ciri khas keislaman dan mengadopsi sistem pesantren yang di dalamnya peserta didik diberi tambahan pelajaran materi keislaman sebagaimana di pesantren. Di dalam boarding school jenis ini terdapat komponen-komponen sebagaimana di pesantren. Dengan demikian boarding school ini dapat juga dikatakan sebagai pesantren di sekolah. Akan tetapi tidak sebaliknya, pesantren belum tentu bisa dikatakan sebagai boarding school. Manajemen pendidikan di dalam boarding pun mengadopsi dari pendidikan pesantren seperti halnya dalam hal pendidikan kedisiplinan, kemandirian, juga pengelolaan pembelajaran di boarding-nya. Oleh karena pendidikan dan pembelajaran di boarding mengadopsi dari pesantren inilah, maka kiranya perlu dikaji pula mengenai apa saja yang berhubungan dengan pesantren.
40
Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam (Nasir, 2005:80). Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang memiliki kekhasan tersendiri. Kekhasan pondok pesantren terdapat pada ciri-cirinya. Beberapa ciri-ciri umum pondok pesantren sebagaimana dijelaskan oleh Ridlwan Nasir (2005:82) adalah sebagai berikut: a. Kyai sebagai sentral figur, yang biasanya disebut pemilik. b. Asrama sebagai tempat tinggal para santri, di mana masjid sebagai pusarnya. c. Adanya pendidikan dan pengajaran Agama melalui sistem pengajian, yang sekarang sudah berkembang sistem klasikal atau madrasah. Kemudian dalam Muliawan (2005:157) dari ciri-ciri tersebut ditambah lagi dengan satu ciri yaitu santri yang dalam lingkungan pesantren adalah seorang alim (berilmu) yang hanya dapat disebut kiai bilamana memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam suatu pesantren. Akan tetapi santri yang dimaksud di sini adalah orang-orang atau murid-murid yang mengikuti pelajaran di pesantren. Selain ciri umum, pesantren juga memiliki ciri khusus yaitu ditandai dengan karismatik dan suasana keagamaan yang mendalam (Zamakhsyari Dhofier dalam Nasir, 2005:83). Dalam perkembangannya, pondok pesantren mengalami pergeseran bentuk pengajaran mengikuti progresivitas zaman, sehingga mucul berbagai tipe pondok pesantren. Sebagaimana pendapat Ridlwan Nasir (2005:87) ada lima klasifikasi pondok pesantren, yakni:
41
a. Pondok pesantren salaf/klasik, yaitu pondok pesantren yang di dalamnya terdapat sistem pendidikan salaf (weton dan sorogan) dan sistem klasikal (madrasah) salaf. b. Pondok pesantren semi berkembang, yaitu pondok pesantren yang di dalamnya terdapat sistem pendidikan salaf dan sistem klasikal swasta dengan kurikulum 90% agama dan 10% umum. c. Pondok pesantren berkembang, yaitu pondok pesantren seperti semi berkembang, hanya saja sudah lebih bervariasi dalam bidang kurikulum, yakni 70% agama dan 30% umum. Di samping itu juga diselenggarakan madrasah SKB Tiga Menteri dengan penambahan diniyah. d. Pondok pesantren khalaf/modern, yaitu seperti bentuk pondok pesantren berkembang, hanya saja sudah lebih lengkap lembaga pendidikan yang dengan penambahan diniyah (praktek membaca kitab salaf), perguruan tinggi (baik umum maupun agama), bentuk koperasi, dan dilengkapi dengan takhasus (bahasa Arab dan Inggris). e. Pondok pesantren ideal, yaitu sebagaimana bentuk pondok pesantren modern, hanya saja lembaga pendidikan yang ada lebih lengkap, terutama bidang keterampilan yang meliputi pertanian, teknik, perikanan, perbankan, dan benar-benar memperbaiki kualitasnya dengan tidak menggeser ciri khusus kepesantrenannya yang masih relevan dengan kebutuhan masyarakat/perkembangan zaman. Dengan adanya bentuk tersebut diharapkan alumni pondok pesantren benar-benar berpredikat khalifah fil ardli. Munculnya boarding school di Indonesia ini terutama yang berciri khas keislaman diilhami oleh keberadaan pesantren, karena dengan sistem tersebut pendidik dapat mengawasi kegiatan peserta didik sepanjang hari secara intensif. Dengan begitu pendidik pun dapat mengetahui perkembangan belajar peserta didik dengan baik dan dapat menentukan langkah selanjutnya secara lebih akurat untuk mencapai tujuan dari pembelajaran yang dicita-citakan. Boarding school yang berciri khas keislaman atau keagamaan (Islamic Boarding School/IBS) merupakan suatu program pendidikan yang memadukan antara pendidikan pesantren dan pendidikan umum. Hal ini dilaksanakan dengan harapan untuk menjembatani peserta didik agar
dapat memiliki
pengetahuan yang seimbang dan komprehensif antara pengetahuan agama dan
42
pengetahuan umum. Penyelenggaraan program IBS ini mengadopsi manajemen pedidikan dan pembelajaran yang ada pada sistem pondok pesantren modern, ataupun mengadopsi dari pesantren salaf/klasik dan dipadukan dengan pesantren khalaf/modern. Dengan demikian di dalam boarding tersebut juga terdapat pembelajaran menggunakan metode bandongan dan sorogan atau secara klasikal yang merupakan salah satu ciri pesantren salaf dan juga diadakan pendidikan serta pembelajaran bahasa (Inggris dan atau Arab) yang kemudian salah satu atau kedua bahasa tersebut digunakan sebagai bahasa keseharian para santrinya. Pembelajaran dan penggunaan bahasa Asing dalam keseharian ini merupakan salah satu ciri dari pesantren khalaf/modern. Salah satu pondok pesantren yang seringkali diadopsi oleh boarding dalam hal model pendidikannya adalah Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG). Kemodernan pondok Gontor dapat dilihat pada orientasi pendidikannya yang lebih mementingkan penguasaan ilmu alat, seperti bahasa Arab dan bahasa Inggris (Yasmadi, 2002:119). Meskipun mengedepankan penguasaan ilmu bahasa, di PMDG juga terdapat pelajaran membaca kitab. Dalam organisasi lembaga di PMDG terdapat lembaga pengasuhan santri. Pengasuhan santri merupakan lembaga yang bertanggung jawab atas jalannya kegiatan ekstrakurikuler. Lembaga ini membawahi seluruh organisasi santri yang ada dan merupakan ujung tombak dari pengelolaan seluruh kegiatan ekstrakurikuler yang ada (Zarkasyi, 2005:126-127). Kegiatan santri merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan santri sehari-hari yang diatur dalam wadah manajemen organisasi. Kegiatan berorganisasi
43
dimaksudkan untuk memberi bekal dan pengalaman kepada santri untuk hidup di masyarakatnya kelak (Zarkasyi, 2005:120). Seluruh kegiatan santri sejak bangun tidur hingga tidur kembali diatur, terjadwal, dan terorganisir dengan baik serta berada dalam koridor disiplin tinggi, kemandirian, dan sederhana. Jadwal kegiatan santri di PMDG diatur berdasarkan jadwal harian dan mingguan. Tabel berikut ini adalah jadwal kegiatan harian dan mingguan di PMDG (Zarkasyi, 2005:127-128). Tabel 2.1 Jadwal Harian No.
Jam
1.
04.00-05.30
2.
05.30-06.00
3.
06.00-06.45
4. 5.
07.00-12.50 12.50-13.00
6.
13.00-14.00
7.
14.00-15.00
8.
15.00-15.45
9. 10.
15.45-16.45 16.45-17.15
11.
17.15-18.30
12. 13. 14. 15.
18.30-19.30 19.30-20.00 20.00-22.00 22.00-04.00
No. 1. 2.
Hari Sabtu Ahad
3. 4.
Senin Selasa
Kegiatan 1. Bangun tidur 2. Shalat Subuh berjama‟ah 3. Pembinaan kemampuan berbahasa Arab atau Inggris 4. Membaca Al-Qur‟an 1. Olahraga 2. Mandi 3. Kursus-kursus bahasa, kesenian, keterampilan, dll. 1. Makan pagi 2. Persiapan masuk kelas Masuk kelas pagi Keluar kelas 1. Shalat Dhuhur berjama‟ah 2. Makan siang Masuk kelas sore 1. Shalat „Ashar berjama‟ah 2. Membaca Al-Qur‟an Aktivitas bebas Mandi dan persiapan ke masjid untuk jama‟ah Maghrib 1. Shalat Maghrib ber‟jama‟ah 2. Membaca Al-Qur‟an Makan malam Shalat „Isya‟ berjama‟ah Belajar malam bersama di kelas-kelas Istirahat dan tidur
Tabel 2.2 Jadwal Mingguan Kegiatan Tidak ada perubahan dari jadwal harian Pagi seperti jadwal harian, malam hari setelah jama‟ah „Isya‟ latihan pidato (muhadharah) dalam bahasa Inggris untuk kelas I-IV, kelas V diskusi, dan kelas VI menjadi pembimbing untuk kelompok latihan pidato. Tidak terdapat perubahan dari jadwal harian Pagi hari setelah jama‟ah Subuh latihan percakapan bahasa
44
5. 6.
Rabu Kamis
7.
Jum‟at
Arab/Inggris, dilanjutkan lari pagi wajib untuk para santri. Tidak ada perubahan dari jadwal harian Dua jam terakhir pelajaran pagi digunakan untuk latihan pidato dalam bahasa Arab, siang pukul 13.45-16.00 latihan pramuka, malam pukul 20.00-21.30 muhadharah bahasa Indonesia. Pagi hari kegiatan percakapan dalam bahasa Arab/Inggris dilanjutkan dengan lari pagi wajib. Setelah itu kerja bakti membersihkan lingkungan kampusdan selanjutnya acara bebas.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat yang Mempengaruhi Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Setiap kegiatan ataupun program pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang mendukung maupun menghambat kelangsungan pelaksanaannya. Faktor yang mempengaruhi tersebut berasal dari berbagai segi baik dari siswa, guru, materi, media, metode, lingkungan, maupun fasilitasnya. 1. Faktor Pendukung Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Di antara faktor pendukung pelaksanaan manajemen pembelajaran dapat dikembangkan dari kekuatan dalam analisis SWOT (Sallis, 2010:223) yaitu sebagai berikut: a. Sebuah rekrutmen yang kuat Rekrutmen yang kuat ini termasuk di dalamnya perekrutan input siswa baru dan perekrutan staf pengajar. Dari segi siswa pendukungnya adalah input bagus dan berprestasi, sudah memiliki bekal ilmu agama yang baik, motivasi dan minat belajar siswa kuat, siswa terampil, dan hasil belajar atau ujian siswa yang baik. Pendukung dari segi pengajar diantaranya kualifikasi pendidikan minimal (misalnya S1/S2) terpenuhi, memiliki ilmu agama yang tinggi, berakhlak baik, mempunyai karakter sebagai
45
pembimbing yang baik, memiliki keahlian atau keterampilan tertentu, berprestasi, dan merupakan sosok yang bertanggung jawab. b. Adanya dukungan dari pimpinan institusi/lembaga. c. Adanya dukungan dari orang tua yang baik. d. Tersedianya fasilitas belajar yang memadai. 2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Faktor penghambat pelaksanaan manajemen pembalajaran pun dapat dikembangkan dari kelemahan atau hambatan dalam analisis SWOT yaitu kebalikan dari kekuatannya (Sallis, 2010:223), antara lain: a. Dari segi siswa: terdapat beberapa input siswa yang kurang bagus, faktor fisiologis siswa saat belajar, adanya beberapa siswa dengan bekal agama yang masih minim, kuranya minat dan motivasi belajar siswa. b. Dari segi guru: kurangnya staf pengajar berkualitas, keterampilan guru dalam memadukan metode belajar yang masih lemah, faktor fisiologis guru yang mungkin terlalu sibuk dan bertempat tinggal jauh dari tempat mengajar. c. Berkurangnya dukungan dari pimpinan dan ada pihak yang menentang. d. Masih ada fasilitas yang kurang. e. Orang tua siswa yang hanya menuntut hasil belajar segi kognitifnya saja.
46
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah dan Asrama MAN 1 Kabupaten Magelang 1. Letak Geografis Madrasah dan Asrama MAN 1 Kabupaten Magelang MAN 1 Kabupaten Magelang berlokasi di jalan Sunan Bonang Nomor 17 Karet Kota Magelang. Di bawah hawa dingin gunung Tidar, dengan lokasi yang strategis dekat dengan Akademi Militer Angkatan Darat, MAN 1 Kabupaten Magelang berdiri di dua lokasi yaitu lokasi barat dan timur (Sumber: Dokumentasi MAN dalam bentuk DVD tahun 2010). Sementara untuk asrama siswa MAN 1 Kabupaten Magelang yang berciri khas keislaman dengan kurikulum gabungan dari pondok pesantren salaf dan modern bernama Islamic Boarding School Daarunnajah berada di dalam lingkup lokasi timur. Tepatnya di sebelah selatan masjid Daarunnajah MAN 1 Kabupaten Magelang dan sebelah timur lapangan olahraga (untuk asrama putra) dan di sebelah barat lapangan olahraga yang dahulu merupakan Pusat Sumber Belajar Bersama (PSBB) untuk asrama putri. Untuk menuju wilayah asrama, pengunjung maupun anggota asrama harus melewati pintu gerbang utama MAN kemudian pintu gerbang dalam dan setelah mencapai tepi utara lapangan olahraga maka berbelok ke kiri untuk menuju asrama putra atau belok kanan menuju gerbang PSBB untuk asrama putri. (Sumber: Observasi, Sabtu, 19 April 2014 pukul 11.00-11.15 WIB).
47
2. Sejarah Singkat MAN 1 Kabupaten Magelang MAN 1 Kabupaten Magelang merupakan madrasah yang tergolong tua.
Madrasah
ini
setidaknya
telah
mengalami
beberapa
kali
perubahan/perpindahan nama. Pertama kali didirikan dengan nama Sekolah Guru Hakim Islam (SGHI) pada tanggal 25 Mei 1950 oleh Direktur Pendidikan Agama (Diperta) Jakarta, beralamat di kampung Kejuron kota Magelang. Pada tahun 1956 berubah nama menjadi Pendidikan Guru Agama Pertama (PGAP). Pada tahun 1957 berpindah alamat ke jalan Tidar 21 kota Magelang. Terjadi perubahan nama kembali pada tahun 1960 menjadi Pendidikan Guru Agama 4 Tahun (PGA 4 Tahun). Tahun 1967 berubah lagi menjadi Pendidikan Guru Agama 6 Tahun (PGA 6 Tahun). Tahun 1971 berpindah dari jalan Tidar 21 ke jalan Sunan Bonang 17 Magelang hingga sekarang. Tahun 1980 berganti menjadi Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) hingga tahun 1991. Kemudian pada tahun yang sama (1991) terjadi konversi seiring dihapuskannya sekolah keguruan dari PGAN menjadi MAN hingga sekarang. Tambahan label “model” ditetapkan berdasarkan surat keputusan Direktur Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama (Dirjen Binbaga) tanggal 20 Februari 1998 tentang penetapan 36 MAN se-Indonesia, satu di antaranya adalah MAN 1 Kabupaten Magelang. (Sumber: Dokumentasi MAN dalam bentuk DVD tahun 2010 dan dokumentasi “The Annual Book of MAN 1 Magelang 2014”).
48
3. Visi dan Misi MAN 1 Kabupaten Magelang Visi dari MAN 1 Kabupaten Magelang adalah terwujudnya peserta didik yang berakhlak mulia, berkarakter, dan unggul. Indikator visinya sendiri adalah: Berakhlak mulia: peserta didik yang berkepribadian Islami, dengan mengimplementasikan nilai-nilai Islam dan norma positif secara tepat dalam kehidupan sehari-hari. Berkarakter: memiliki watak dasar jujur, santun, disiplin, dan bertanggung jawab. Unggul: memiliki kelebihan dalam multi kecerdasan, berdaya saing di era global, memiliki kepercayaan diri dan berkompeten dalam sains, teknologi, dan seni. Misi yang diemban MAN 1 Kabupaten Magelang adalah: a. Membudayakan kehidupan Islami dalam keseharian. b. Meningkatkan kejujuran ilmiah dan kesantunan amaliah dalam segala aspek kehidupan. c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sarana prasarana secara efektif dan efisien. d. Mengembangkan semangat pengabdian melalui produktivitas kinerja secara komprehensif. (Sumber: Dokumentasi MAN dalam bentuk brosur tahun 2013)
49
4. Sejarah Penyelenggaraan Program Boarding School Program boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang diselengarakan mulai pada tahun pelajaran 2012/2013 lengkap dengan asrama dan santri putra-putrinya beserta fasilitas pendukungnya (Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman). Asrama putra terletak di sebelah selatan masjid Daarunnajah MAN dan sebelah timur lapangan olahraga, sedangkan asrama putri berada di area PSBB yaitu sebelah barat lapangan olahraga. (Sumber: Observasi, Sabtu, 19 April 2014 pukul 11.00-11.15 WIB). Keberadaan asrama (lokasi di sebelah masjid Darunnajah MAN dan sebelah timur lapangan olahraga, sekarang asrama putra) di MAN ini sebenarnya sudah sejak lama, bahkan sejak madrasah ini bernama PGA. Setelah peralihan nama menjadi MAN pada tahun 1991 asrama ini tetap difungsikan sebagai asrama siswa yang berciri khas pesantren dengan peserta didiknya adalah santri putri hingga tahun pelajaran 2011/2012 secara sukarela. Lain halnya dengan lokasi yang sekarang berfungsi sebagai asrama putri. Gedung atau bangunan asrama putri awalnya merupakan Pusat Sunber Belajar Bersama (PSBB) lengkap dengan fasilitas penginapan, mushala, dan aula. Area PSBB merupakan tempat pelatihan dan pembekalan para guru serta pengawas di lingkungan Kementerian Agama Jawa Tengah bagian selatan (karesidenan Kedu, Banyumas, Surakarta). Selain itu penginapan di PSBB ini juga disewakan untuk umum jika tidak digunakan untuk kedinasan. Tahun-tahun belakangan keberadaan PSBB lebih sering
50
menganggur dan disewakan. (Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman). Pada tahun pelajaran 2011/2012 mulai dirintis penyelenggaraan program unggulan boarding school berciri khas keislaman atau dengan sistem pondok pesantren yang disertai harapan dan tujuan tertentu. Penyelenggaraan
program
boarding
school
ini
pada
dasarnya
dilatarbelakangi oleh keprihatinan melihat kenyataan kehidupan anak-anak remaja saat ini yang seringkali mereka pandai dalam ilmu pengetahuan umum, tetapi minim ilmu agama dan kurang berkarakter. Terlebih lagi dalam tataran kehidupan sosial masyarakat zaman sekarang jika anak-anak hanya mengenyam pendidikan umum saja, maka ilmu agamannya minim dan kurang memiliki karakter. Demikian pula sebaliknya jika mereka hanya mengalami pendidikan di pesantren saja tanpa merasakan nikmatnya ilmu pengetahuan umum di sekolah atau madrasah, mereka akan tersisihkan dan kurang mampu bersaing. (Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman). Tambahan pula melihat gedung PSBB beserta fasilitasnya yang seringkali tidak terpakai dan hanya berfungsi sebagai penginapan saja, menjadikan tergeraknya hati dan pikiran para pengelola MAN untuk mengalihfungsikan keberadaannya sebagai asrama siswa. Secara logika penyewaan gedung PSBB dan penginapannya untuk umum tentu lebih mendatangkan keuntungan material. Akan tetapi jika diselami lebih dalam lagi keuntungan material tersebut hanya bersifat sementara atau keuntungan
51
jangka pendek, sedangkan ketika digunakan untuk asrama dengan tambahan pendidikan berciri khas pesantren maka akan dapat menghasilkan keuntungan lebih besar dan jangka panjang, berguna bagi bangsa dikarenakan pendidikan merupakan investasi masa depan. Dengan demikian adanya asrama berciri khas atau dengan sistem pesantren ini diharapkan ke depannya akan bermunculan generasi penerus bangsa yang pandai dalam bidang umum, bahasa, agama, dan terlahir pemimpin-pemimpin berkarakter. (Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman serta dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah). Untuk dapat merealisasikan rencana dan harapan tersebut, pihak MAN mulai merancang program dan mengajukan permohonan izin kepada Kementerian Agama bidang Mapenda berkaitan dengan penggunaan PSBB sebagai asrama siswa berciri khas pesanntren (Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman). Tahun pelajaran 2012/2013 area PSBB sudah mulai difungsikan sebagai asrama. Pada tahun itu pula dimulai penerimaan santri putra yang diasramakan di gedung sebelah masjid Darunnajah, sedangkan santri putri dipindahkan ke gedung PSBB di sebelah barat lapangan olahraga. Asrama siswa dengan ciri khas pondok pesantren yang berhasil direalisasikan ini kemudian diberi nama Islamic Boarding School Daarunnajah. (Sumber: Wawancara dengan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri).
52
5. Tujuan Penyelenggaraan Program Boarding School Target atau tujuan yang ingin dicapai dari penyelenggaraan program boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang adalah sebagai berikut: a. Mensinkronkan antara pendidikan umum dan agama bagi peserta didik. (Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman). b. Mempersiapkan peserta didik untuk kejuaraan olompiade sains nasional. (Sumber: Dokumentasi MAN 1 kabupaten Magelang tahun 2013 berupa kalender tahun 2014). c. Mempersiapkan output peserta didik yang berkualitas dalam rangka mengikuti persaingan yang selalu muncul seiring berkembangnya zaman. (Sumber: Wawancara dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah). d. Mewujudkan alumni yang mampu bersaing serta unggul di bidang agama dan umum. (Sumber: Wawancara dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah). e. Mempersiapkan dan mewujudkan kader-kader pemimpin dan generasi penerus bangsa yang menguasai ilmu agama, ilmu umum, dan berkarakter keislaman kuat serta siap dipakai di masyarakat. (Sumber: Wawancara dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah dan wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman).
53
f. Diharapkan peserta didik atau para santri asrama nantinya dapat diterima di perguruan tinggi negeri favorit baik dalam maupun luar negeri. (Sumber: Wawancara dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah). 6. Struktur Organisasi Boarding School Struktur organisasi Islamic Boarding School (IBS) Daarunnajah MAN 1 Kabupaten Magelang adalah sebagai berikut: a. Struktur pengelola boarding Penanggung Jawab Boarding
: Drs. H. M. Manshur Asnawi, M.Si
Kepala Asrama
: Saeful Bahri, S.PdI
Pembina Asrama
: 1. Asrama Putra Achmad Akrom, S.Pd.I 2. Asrama Putri a. Saeful Bahri, S.Pd.SD b. Meva Evita Dewi, S.Pd.I
b. Strktur kepengurusan putri Pengasuh/Pembina : Saeful Bahri, S.Pd.SD Meva Evita Dewi, S.Pd.I Pengurus Asrama
:
1) Asrama Al-Azhar Ketua
: Asri Nurbaiti
Sekretaris : Dewi Mutiah Bendahara : Siti Latifah
54
2) Asrama Al-Lighar Ketua
: Siti Rofiyatun
Sekretaris : Erlina Persita Bendahara : Rani Mega Sari Sie. Keamanan
: Novi Hapsari, Monica Elsa, Ayu Asih
Sie. Bahasa
: Sari Bulan, Latifah, Supri Haryanti
Sie. Kebersihan
: Nur Alifah, Novi Kurnia S., Hidayatul Umah
Sie. Olahraga
: Sari Bulan, Ayu Asih
PJ. Dapur
: Ani Putri, Dewi Mutiah
PJ. Jawwal
: Rani Mega Sauci, Novi Kurnia
PJ. Absensi Haid
: Nur Alifah
PJ. Sanyo
: Novi Hapsari, Supri Haryanti
PJ. Galon
: Monica Elsa, Hidayatul Umah
PJ. Kesehatan
: Ani Putri, Siti Latifah
PJ. Absen Shalat & Imam Shalat : Latifah, Erlina Persita c. Struktur kepengurusan putra Pengasuh/Pembina : Achmad Akrom, S.Pd.I Ketua
: Abu Hamid
Wakil Ketua
: M. Akhyar Sukri
Sekretaris
: Toni Witoyo
Bendahara
: M. Muazis
Sie. Keamanan
: Nanang Arfianto, Widopo Hudan, A. Rizki
55
Sie. Bahasa
: M. Taufiqurrahman, Khoirul Umam, A. Fikri Omar
Sie. Kebersihan
: Surya Setiawan, Fendi Agus
(Sumber: Dokumentasi IBS Darunnajah MAN) 7. Kondisi Obyektif Santri Boarding School MAN 1 Kabupaten Magelang Islamic Boarding School (IBS) Daarunnajah merupakan nama dari program boarding di MAN 1 Kabupaten Magelang yang dikelola secara swadaya oleh pihak MAN. Para santri/peserta didik IBS dirintis sebagai peserta didik unggulan MAN yang tersebar menjadi 4 kelas, yaitu kelas X1, X2, XI IPA unggulan asrama, dan XI Agama. Peserta didik kelas X1 dipersiapkan untuk masuk dalam program agama, sedangkan kelas X2 dipersiapkan untuk memasuki program IPA unggulan di kelas XI dan XIInya. (Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman). Pada tahun pelajaran 2013/2014 ini jumlah seluruh santri putra dan putri mencapai 112 orang, 30 santri putra dan 82 santri putri dan merupakan peserta didik kelas X, XI, dan XII. Dari sejumlah itu tidak semuanya dirintis sebagai santri/peserta didik unggulan, sebab beberapa santri bukanlah peserta didik unggulan sebagaimana yang diprogramkan tetapi mereka berkeinginan kuat untuk mengikuti program boarding, dan 10 orang santri adalah santri asrama terdahulu sejak sebelum diselenggarakan program unggulan boarding school. Penyebaran santrinya adalah sebagai berikut: 29 orang kelas X1, 29 orang kelas X2, 21 orang kelas XI Agama, 18 orang kelas XI IPA unggulan asrama, 3 orang kelas X3 (dipersiapkan untuk
56
program IPA unggulan regular dan tidak wajib di asrama), 1 orang kelas XI Bahasa (awalnya ikut program unggulan asrama kemudian di kelas XI-nya masuk program non unggulan), 1 orang kelas XI IPS 3 (bukan santri program unggulan tetapi berkeinginan untuk tinggal di asrama), dan 10 orang kelas XII merupakan santri lama yang masuk asrama sejak sebelum pendirian serta penyelenggaraan IBS sebagai program unggulan di MAN 1 Kabupaten Magelang (10 orang santri ini tidak menjadi obyek penelitian). (Sumber: Dokumentasi daftar santri IBS Darunnajah 2013/2014) Peserta didik/santri boarding school sejumlah 102 orang tersebut dipilih berdasarkan seleksi. Di antara seleksinya adalah seleksi prestasi akademik menggunakan nilai raport ataupun nilai ujian nasional, tes tilawah/membaca al-Qur‟an, serta tes lisan bahasa Inggris dan bahasa Arab dasar (Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman). Berdasarkan nilai hasil ujian nasional dapat dipaparkan sebagai berikut: 8 santri (7,84%) dengan rata-rata UN 9,0-9,8; 45 santri (44,12%) rata-rata UN 8,0-8,9; 38 santri (37,25%) rata-rata UN 7,0-7,9; 10 santri (9,81%) rata-rata UN 6,0-6,9; dan 1 santri (0,98%) rata-rata UN 5,0-5,9 (Sumber: Angket database santri IBS Darunnajah MAN). Berdasarkan daerah asalnya, santri program boarding sejumlah 102 orang berasal dari bermacam-macam daerah, baik dari lingkungan kabupaten Magelang maupun luar kabupaten Magelang bahkan ada beberapa yang berasal dari luar provinsi Jawa Tengah. Sebanyak 86 santri
57
(84,31%) berasal dari daerah-daerah dalam kabupaten Magelang, 12 santri (11,76%) berasal dari luar kabupaten Magelang, dan 4 santri (3,92%) berasal dari luar Jawa Tengah. (Sumber: Angket database santri IBS Darunnajah MAN) Dilihat dari latar belakang keadaan ekonomi keluarga mereka pun berbeda-beda. Di antara mereka berasal dari keluarga mampu yaitu sejumlah 2 santri (1,96%), menengah 20 santri (19,61%), dan keluarga sederhana 80 santri (78,43%). (Sumber: Angket database santri IBS Darunnajah MAN). Ditinjau dari latar belakang pendidikannya pun bervariasi. Ada yang berasal dari MTs, SMP Terpadu Ma‟arif, SMPIT, SMP Muhammadiyah, maupun SMP umum. Secara statistika dapat dipaparkan bahwa 70 santri (68,63%) berasal dari MTs Negeri/swasta, 4 santri (3,92%) dari SMP Terpadu Ma‟arif, 3 santri (2,94%) dari SMPIT, 2 santri (1,96%) dari SMP Muhammadiyah, dan 23 santri (22,55%) dari SMP Negeri/swasta umum. (Sumber: Angket database santri IBS Darunnajah MAN) Di samping itu sejak penyelenggaraannya program boarding school ini telah berhasil mendelegasikan santrinya untuk mengikuti berbagai perlombaan dan beberapa cabang lomba berhasil meraih prestasi. Berikut ini data prestasi luas madrasah yang berhasil diraih oleh para santri IBS Darunnajah:
No. 1. 2. 3. 4.
Tabel 3.1 Daftar Prestasi Santri IBS Daarunnajah MAN 1 Kabupaten Magelang Nama Santri Cabang Lomba Prestasi Tingkat Ririt Rahma M. Story Telling Juara 2 Jateng-DIY 2013 UIN Suka Latifah Essai B. Inggris Juara 1 Yogyakarta Syahid Yusuf H. Pidato B. Indo. Juara 2 Umaimatun N. Pidato B. Arab Juara 3 Jateng-DIY 2013
58
5.
Taufiqurrohman
Kaligrafi
Juara 3
6. 7. 8. 9. 10. 11.
Sari Bulan Taufiqurrohman Latifah Abu Hamid Monica Elsa I. Asri Nur Baiti
Pidato B. Inggris Kaligrafi MQK MQK Baca Puisi B. Arab Baca Puisi B. Arab
Juara 1 Juara 1 Juara 3 Juara 3 Juara 1 Juara 3
Pon-pes WH Yogyakarta Kab. Magelang 2013 Kota Magelang 2014 STAIN Salatiga 2014
(Sumber: Wawancara dengan TF, Kamis, 1 Mei 2014 pukul 21.00 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri dan observasi pendampingan lomba di STAIN Salatiga pada Senin, 19 Mei 2014 pukul 10.20-14.30 WIB). Untuk menunjang berjalannya pendidikaan dan pembelajaran serta memacu semangat belajar serta prestasi santri IBS baik di dalam lingkungan asrama, di madrasah maupun di luar sekolah, pihak sekolah memberikan beasiswa khusus santri berprestasi dan dapat mempertahankan prestasinya tersebut selama belajar di MAN serta beasiswa bagi yang kurang mampu dan berprestasi. Dengan demikian mereka yang kurang mampu dari segi ekonomi dapat terbantu dan terpacu semangatnya untuk berlomba-lomba meraih prestasi terbaik. Beasiswa tersebut dapat dikurangi atau dicabut sewaktu-waktu jika prestasi mereka mengalami penurunan. Dana beasiswa santri diberikan dalam bentuk bantuan uang makan, yaitu Rp. 200.000,/bulan untuk peringkat 1-24 dan Rp. 100.000,-/bulan untuk peringkat 25-48 di kelasnya masing-masing. (Sumber: Wawancara dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah dan wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman)
59
8. Kondisi Obyektif Pembina dan Pengajar Pada saat ini boarding school MAN 1 Kabupaten Magelang dibina oleh tiga orang pembina/pengasuh, yaitu satu orang pembina santri asrama putra dan dua orang (suami istri) membina santri asrama putri. Kualifikasi pendidikan ketiga pembina tersebut S1, pernah belajar atau mengabdi di pondok pesantren, hafal sebagian (beberapa juz) dari Al-Qur‟an, aktif berbahasa Arab dan/atau Inggris (Sumber: Wawancara dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah dan wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15-09.00 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman). Pembina asrama putri keduanya berasal dari luar Jawa Tengah (ibu Meva dari Trenggalek, Jawa Timur dan pak Bahri dari Banten), keduanya merupakan alumni pondok modern Darussalam Gontor, aktif berbahasa Arab dan Inggris, hafal beberapa juz Al-Qur‟an, pernah belajar dan mengabdi di pondok pesantren, pendidikan S1 sarjana pendidikan (Sumber: Wawancara dengan AF, Rabu, 21 Mei 2014 pukul 13.30 WIB di SD Terpadu Ma‟arif Muntilan). Pembina asrama putra berasal dari kabupaten Magelang serta pernah belajar di pondok pesantren an-Nur Magelang saat belajar di MAN, pondok pesantren Bustan „Usyiqil Qur‟an Jepara, dan pondok pesantren Miftahun Najah Jepara (saat kuliah), berpendidikan S1 sarjana pendidikan, hafal beberapa juz Al-Qur‟an, dan aktif berbahasa Arab (Sumber: Wawancara dengan CM, Senin, 28 April 2014 pukul 20.00 WIB di masjid Darunnajah MAN).
60
Pembina asrama bertugas sebagai pengelola semua kegiatan dan administrasi asrama untuk dipertanggungjawabkan kepada pihak MAN. Mulai dari merancang jadwal kegiatan hingga mengawasi jalannya kegiatan di asrama hingga urusan konsumsi para santri. Sementara itu pelaksanaan jadwal kegiatan dibantu oleh para pengurus asrama. (Sumber: Wawancara dengan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri). Selain pembina asrama pihak sekolah pun menyediakan guru pengajar klinik mapel untuk membantu santri belajar mata pelajaran yang dianggap sulit serta guru pengajar kajian kitab. Guru pengajar klinik mapel berkualifiasi pendidikan S1 sesuai mapel yang diampu, mampu di bidang mapel tersebut,
dan mampu dari segi tenaga serta waktu. (Sumber:
Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman) Guru pengampu klinik mapel berjumlah 2 orang, yaitu untuk mata pelajaran matematika dan fisika (Sumber: Wawancara dengan YF, Rabu, 7 Mei 2014 pukul 20.00 WIB via ponsel). Untuk guru pengampu klinik mapel ini tidak tinggal bersama santri di asrama, tetapi hanya hadir di asrama pada saat ada kegiatan belajar saja. Sementara itu guru pengampu kajian kitab terdapat 6 orang. Guru pengampu kajian kitab ini dipilih dengan kualifikasi tertentu, yaitu pendidikan S1 serta merupakan alumni pondok pesantren. Seperti halnya pengampu klinik mapel, pengampu kajian kitab pun tidak tinggal di asrama kecuali 1 orang yang juga merupakan pembina asrama
61
putra. (Sumber: Dokumentasi jadwal KBM MAN 1 Kab. Magelang dan Wawancara dengan SD, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.09 WIB di ruang BK)
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9 10.
Tabel 3.2 Daftar Pembina dan ustadz/Guru Pengajar IBS Darunnajah Nama Jabatan Saeful Bahri, S.Pd.SD Kepala asrama dan Pembina asrama putri Mefa Evita Dewi, S.Pd.I Pembina asrama putri Pembina asrama putra dan pengampu kajian Achmad Akrom, S.Pd.I kitab Madkhan Aziz, S.Pd.I Pengampu kajian kitab M. Fahmi Najib, S.H.I Pengampu kajian kitab Muh. As‟adi, S.Ag Pengampu kajian kitab Nursalim, S.Ag.,M.M.,M.Si Pengampu kajian kitab M. Nurul Huda, S.Ag.,M.Pd Pengampu kajian kitab Syaiful Amri, S.Pd.Si Pengampu klinik mapel Subhan Lutfi K., S.Pd.Si Pengampu klinik mapel
(Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 di ruang waka Humas dan Keislaman, CM, Senin, 28 April 2014 di masjid Darunnajah, dan YF, Rabu, 7 Mei 2014 pukul 20.00-20.30 via ponsel serta dokumentasi jadwal pelajaran MAN 1 Kab. Magelang) 9. Kondisi Fasilitas Asrama Keberadaan asrama telah dilengkapi dengan segala fasilitasnya, mulai dari kamar beserta isinya hingga dapur. Asrama putri terletak di komplek PSBB, tepatnya di sebelah barat lapangan olahraga. Pada komplek asrama putri terdapat 20 kamar. Kapasitas masing-masing kamar maksimal 6 orang. Di setiap kamar dilengkapi dengan kamar mandi dan WC, ranjang beserta kasur, almari, kipas angin, meja serta kursi belajar, tempat sepatu, jemuran handuk, dan gantungan pakaian. Selain kamar, asrama putri juga dilengkapi dengan dapur beserta perlengkapannya (perlengkapan masak, almari es/kulkas, tempat mencuci perabotan), ruang makan bersama (lesehan), 2 lobby, ruang jenguk, kantor/diwan dan 1 unit komputer,
62
dispenser beserta galon di masing-masing lobby dan televisi di lobby AlLighar. Di samping sebelah barat asrama terdapat aula Al-Khawaritsmi dan mushala. Aula Al-Khawaritsmi berfungsi sebagai tempat para santri putri shalat berjama‟ah, mengaji, dan kegiatan asrama lain, seperti muhadharah, pemberian tambahan mufradat/vocabulary, mujahadah, keputrian, kajian kitab, halaqah, dan kegiatan tahfidz. Akan teapi jika aula Al-Khawaritsmi sedang digunakan untuk kepentingan madrasah atau kedinasan maka kegiatan asrama tersebut dialihkan di lobby asrama Al-Lighar. (Sumber: Observasi, Sabtu, 19 April 2014 pukul 11.30 WIB dan tanggal 28 April-6 Mei 2014 ) Asrama putra terletak di sebelah selatan masjid Darunnajah dan sebelah timur lapangan olahraga. Di komplek asrama putra terdapat 10 kamar lengkap dengan fasilitas pendukungnya. Masing-masing kamar telah dilengkapi dengan ranjang beserta kasurnya, almari, meja dan kursi belajar, tempat gantungan pakaian, serta tempat sepatu. Selain 10 unit kamar santri terdapat satu kamar pembina asrama yang terletak di samping lobby asrama. Fasilitas selain kamar adalah 6 kamar mandi, 4 WC, ruang makan bersama yang cukup luas serta perlengkapannya (meja, kursi, dispenser beserta galon, etalase makanan), dapur, dan lobby yang juga berfungsi sebagai ruang tamu. Di sebelah utara asrama adalah masjid Daarunnajaah yang berfungsi sebagai tempat santri putra dalam melaksanakan shalat jamaah dan kegiatan-kegiatan asrama. Masjid Daarunnajaah ini juga digunakan untuk shalat jama‟ah dhuhur oleh civitas akademika MAN. Kondisi seluruh
63
fasilitas asrama baik putra maupun putri masih cukup memadai dan layak untuk digunakan. (Sumber: Observasi, Selasa, 29 April 2014 pukul 16.15 WIB)
B. Implementasi Manajemen Pembelajaran Boarding School Di MAN 1 Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014 Boarding school MAN 1 Kabupaten Magelang merupakan sebuah program unggulan asrama dari madrasah dengan sistem pondok pesantren. Program pembelajaran dan kegiatan di boarding cukup banyak dan merupakan upaya untuk mencapai tujuan dari penyelenggaraan boarding school sebagai program unggulan di madrasah tersebut. Diantara program tersebut adalah program wajib bahasa yang didukung dengan pembelajaran penambahan mufrodat/vocabulary, tahfidz 3 juz dengan cara otodidak lalu sorogan, muhadharah/khitobah (pidato), kajian kitab, dan belajar wajib. Selain itu terdapat pembinaan karakter dalam setiap aktivitas sehari-hari santri di asrama seperti disiplin, mandiri, sederhana, kebersihan, toleransi, kerja keras, tanggung jawab, dan religius. Hal itu diintegrasikan dalam peraturan asrama, jadwal kegiatan, wajib tilawah, wajib shalat fardhu berjama‟ah (kecuali dhuhur), kultum setelah shalat jama‟ah (jika imam shalat adalah pembina asrama), kerja bakti, olahraga, pengaturan dan penggunaan waktu, dan semua aktivitas yang juga berkaitan dengan pribadi santri. Pembelajaran yang menjadi obyek penelitian di sini adalah program pembelajaran inti yang dilaksanakan secara konstan, terprogram, dan dapat
64
mendukung pencapaian tujuan dari penyelenggaraan program unggulan boarding school tersebut serta dilaksanakan baik di asrama putra maupun putri. Program pembelajaran tersebut di antaranya penambahan mufrodat, tahfidz, muhadharah/khitobah, kajian kitab, dan belajar wajib. 1. Planning (Perencanaan) Pembelajaran Kurikulum pembelajaran di boarding menggunakan gabungan dari kurikulum pondok modern dan pondok salaf, sehingga di dalamnya terdapat pembelajaran bahasa sebagai penunjang wajib bahasa dalam keseharian dan juga pembelajaran/kajian kitab klasik. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran tidak diawali dengan penyusunan rencana pembelajaran secara tertulis, tetapi terdapat penyusunan program pembelajaran yang sudah dirancang sejak awal tahun. (Sumber: Wawancara dengan CM, Senin, 28 April 2014 pukul 20.00 WIB di masjid Darunnajah dan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri) a. Penambahan Mufrodat/vocabulary Tujuan pemberian mufrodat/vocabulary adalah untuk menambah dan memperkaya kosakata bahasa Arab (mufrodat) dan bahasa Inggris (vocabulary) santri untuk digunakan dalam percakapan sehari-hari baik antara santri-santri maupun santri-pengasuh di asrama sebagai wujud pelaksanaan
program
wajib
bahasa.
Adanya
penambahan
mufrodat/vocabulary ini merupakan upaya untuk mendukung dan merealisasikan program wajib bahasa yang bertujuan agar santri asrama mempunyai ciri khas mampu berbahasa Arab/Inggris secara aktif.
65
(Sumber: Wawancara dengan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri) Langkah untuk mencapai tujuan tersebut antara lain: 1) Memberikan penambahan kosakata santri baik bahasa Arab maupun Inggris secara rutin dan terjadwal. 2) Latihan muhadatsah atau speaking. 3) Pembiasaan dengan cara santri diajarkan dan dituntut untuk mau berbicara menggunakan bahasa Arab-Inggris walaupun masih salah. (Sumber: Wawancara dengan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri) Pada saat ini yang lebih ditekankan adalah penggunaan bahasa Arab terlebih dahulu, sedangkan untuk bahasa Inggris menyusul walaupun ketika penambahan kosakata bahasa Arab tetap disertai dengan kosakata dalam bahasa Inggrisnya. Penambahan kosakata 2 bahasa sekaligus ini dilaksanakan di asrama putri, sedangkan pada asrama putra penambahan kosakata dilakukan secara terpisah antara bahasa Arab dan Inggris. Pemberian kosakata di asrama putri dipandu oleh pengurus bagian bahasa, tetapi kosakata yang disampaikan sudah ditentukan oleh pembina asrama. Sementara itu, di asrama putra kosakata diberikan secara langsung oleh pembina asrama dengan jadwal sebagaimana yang telah ditentukan. (Sumber: Wawancara dengan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri; observasi, 29 April-6 Mei 2014; dan dokumentasi jadwal kegiatan asrama).
66
b. Tahfidz (Hafalan Al-Qur’an) 3 juz Wajib tahfidz Al-Qur‟an ditujukan untuk mengantisipasi apabila nantinya setelah lulus dari MAN terdapat santri/alumni yang tertarik untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi di Timur Tengah (Sumber: Wawancara dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah). Selain itu harapan kedepannya nanti pada saat para santri tersebut kembali ke kampung halaman masing-masing, mereka bisa menjadi kader-kader muslimah yang mumpuni dan ketika mereka telah berumah tangga dapat mendidik dan mengajarkan Al-Qur‟an kepada anak-anaknya dengan baik (Sumber: Wawancara dengan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri). Langkah yang ditempuh untuk mencapai target dan harapan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Melakukan seleksi tilawah Al-Qur‟an pada saat penerimaan santri baru. 2) Memberikan pengarahan kepada santri tentang tata cara menghafalkan ayat-ayat Al-Qur‟an dan cara menyetorkan hafalannya kepada pengasuh maupun santri lain yang ditunjuk. 3) Untuk jumlah ayat yang wajib disetorkan setiap jadwal tahfidz lebih dibebaskan kepada kemampuan masing-masing santri dengan ketentuan selama 3 tahun di asrama 3 juz yang telah ditentukan tersebut bisa dihafal secara lancar.
67
(Sumber: Wawancara dengan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri) Kewajiban tahfidz bagi para santri adalah 3 juz, yaitu juz 28, 29, dan 30, serta beberapa surat-surat penting dalam Al-Qur‟an, seperti: Q.S. Yaasiin, Al-Waqi‟ah, Ar-Rahman, dan Al-Mulk (Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman dan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah). Penentuan jumlah juz yang wajib dihafal tersebut ditentukan berdasarkan kemampuan hafalan para pembina asrama serta syarat minimum untuk dapat melanjutkan pendidikan ke Timur Tengah (Sumber: Wawancara dengan AF, Rabu, 21 Mei 2014 pukul 13.30 WIB di SD Terpadu Ma‟arif Muntilan). c. Muhadharah/Khitobah (Pidato) Penyelenggaraan kegiatan muhadharah bertujuan untuk melatih santri agar nantinya setelah lulus siap dipakai di masyarakat dan pada saat ada kegiatan lomba pidato baik bahasa Indonesia, Inggris, maupun Arab, mereka sudah siap secara otomatis tanpa adanya latihan yang berarti (Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman). Langkah untuk mencapai tujuan tersebut ialah: 1) Membagi kelompok tugas muhadharah agar semua santri bisa praktek pidato.
68
2) Memberikan pengarahan tentang rambu-rambu materi pidato dan ketentuan pidato. 3) Santri yang bertugas muhadharah diminta mempersiapkan materi dan penampilan dengan baik. 4) Melaksanakan kegiatan muhadharah sesuai jadwal. (Sumber: Wawancara dengan BT, Kamis, 1 Mei 2014 pukul 08.00 di halaman asrama putri dan CM, Senin, 28 April 2014 pukul 20.00 WIB di masjid Darunnajah MAN) Langkah muhadharah sebagaimana tersebut di atas berjalan di asrama putra dan putri. Di asrama putra kegiatan muhadharah terbagi menjadi muhadharah diniyah dan muhadharah usbu‟iyah, sedangkan di asrama putri kegiatan muhadharah dilakukan pada akhir pekan saja atau muhadharah usbu‟iyah. (Sumber: Dokumentasi jadwal kegiatan asrama) d. Kajian kitab Kitab yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran kajian kitab ada beberapa macam disesuaikan dengan kelasnya. Sementara itu, pembagian kelas untuk kajian kitab mengikuti pembagian kelas sebagaimana di sekolah. Pembelajaran kajian kitab dilaksanakan setelah KBM di sekolah selesai dengan durasi 2 jam pelajaran dan telah diselingi dengan istirahat 15 menit. Kajian kitab diadakan di kelas, antara santri putra dan putri belajar bersama dalam satu kelas sesuai kelasnya di MAN. (Sumber: Wawancara dengan CM, SD, AM, dan RL pada waktu dan tempat yang berbeda)
69
Jenis kitab yang dikaji antara lain diperinci sebagai berikut: Tabel 3.3 Kitab yang Dikaji dalam Kegiatan Kajian Kitab Beserta Pengampu Jenis Kitab yang Dikaji Kelas Fiqh Akhlaq Nahwu Shorof Ta‟lim Amtsilah atMabadil Fiqh Jurumiyah Muta‟allim Tashrifiyah X Madkhan A. N. Huda A. Akrom N. Huda Matan al-Ghayah Ta‟lim Amtsilah atJurumiyah wa at-Taqrib Muta‟allim Tashrifiyah XI IPA1 M. As‟adi M. F. Najib M. F. Najib M. As‟adi Ta‟lim Amtsilah atFathul Qarib „Imrithi Muta‟allim Tashrifiyah XI Agama A. Akrom Nursalim Madkhan A. Nursalim
Tujuan pemberian kajian kitab secara umum adalah: 1) Agar siswa dapat mengetahui, menguasai, dan membaca turots (kitab klasik) kemudian memahami dan mengamalkan isinya dalam kehidupannya (Sumber: Wawancara dengan CM, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 16.30 di masjid Darunnajah MAN). 2) Membekali santri/peserta didik dengan ilmu agama dan pendalaman materi keagamaan Islam yang bersumber dari turots (Sumber: Wawancara dengan SD, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.09 WIB di ruang BK). 3) Memodali santri dengan keilmuan di bidang ilmu dasar-dasar keagamaan (Sumber: Wawancara dengan RL, Selasa, 6 Mei 2014 pukul 10.16 di lobby kantor MAN). Di samping tujuan secara umum, pelaksanaan kajian kitab juga memiliki tujuan khusus, yaitu: 1) Akhlaq: agar santri dapat mengetahui, memahami bagaimana sebaiknya akhlaq sebagai seorang pelajar dan akhlaq sebagai insan
70
Islami dan kemudian dapat mengamalkannya dalam kehidupan seharihari baik di madrasah, asrama, maupun saat pulang di rumah. 2) Fiqh: agar santri dapat mengetahui, memahami hukum-hukum syari‟at beserta dasar dan sumber penentuan hukumnya mengenai setiap permasalahan kehidupan, kemudian dapat mengamalkannya dalam kehidupan dan pada saat menemui masalah-masalah yang berkaitan dengan fiqh dalam kehidupan nyata diharapkan setidaknya mereka dapat mengambil langkah sesuai dengan tuntunan syari‟at. 3) Nahwu dan shorof: agar santri mengetahui kaidah-kaidah tata bahasa arab dan untuk mendukung adanya peraturan wajib bahasa di boarding. (Sumber: Wawancara dengan AM, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 10.30 di lobby kantor MAN) Pelaksanaan pembelajarannya menggunakan metode ceramah, bandungan, sorogan, hafalan. Setiap santri memegang kitab, sehingga pada saat ustadz membacakan isi kitab, mereka menyimak sambil berusaha memahami maksud dan isi dari apa yang sedang dibahas. (Sumber: Wawancara dengan CM, SD, AM, dan RL pada waktu dan tempat yang berbeda) e. Belajar Wajib Kegiatan belajar wajib bertujuan memberikan waktu kepada para santri untuk belajar baik secara individual maupun kelompok, mengerjakan tugas sekolah, dan mempersiapkan diri untuk pelajaran
71
sekolah hari esok agar dapat mencapai hasil belajar maksimal. Strategi belajar wajib ini dikelola sendiri oleh santri, ada yang mengadakan tutorial/tutor sebaya (biasanya bersama teman sekelas), klinik mapel dengan mendatangkan tentor sesuai materi yang akan dipelajari, belajar berkelompok dengan beberapa santri, membuat tim sukses, membuat tim resume, dan ada juga yang belajar sendiri. (Sumber: Wawancara dengan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri) Masing-masing model belajar memiliki tujuan dan langkah tersendiri, yaitu: 1) Tutor sebaya bertujuan agar santri yang pandai tentang materi tertentu mengajari santri lain yang belum bisa, melatih mental santri untuk berani tampil berbagi ilmu dan keahliannya kepada yang lain, serta saling membantu dan mengingatkan tentang pelajaran mana yang belum dikuasai. Langkah tutorialnya adalah menunjuk santri yang pandai akan materi tertentu untuk mengajari sesama temannya dalam satu kelas, menentukan waktu/jadwal pelaksanaan tutorial, dan melaksanakan kegiatan tutorial sebaya pada waktu yang telah disepakati bersama. (Sumber: Wawancara dengan BT, Kamis, 1 Mei 2014 pukul 08.00 di halaman asrama putri) 2) Klinik mapel bertujuan untuk membantu dan mendampingi santri dalam belajar sehingga dapat mencapai target hasil belajar yang diharapkan. Langkah pelaksanaan klinik mapel adalah menunjuk
72
tentor yang diangap mampu di bidang materi yang diklinikkan dan mampu dari segi tenaga serta waktu (biasanya yang menunjuk adalah pihak madrasah), menentukan waktu pelaksanaan klinik (fleksibel, sesuai kebutuhan peserta), menentukan materi yang akan dibahas (tergantung pada peserta, mana yang dianggap sulit), tentor menentukan metode dan media belajar (kondisional, disesuaikan dengan tingkat kesulitan materi). (Sumber: Wawancara dengan YF, Rabu, 7 Mei 2014 pukul 20.00 WIB via ponsel) 2. Organizing (Pengorganisasian) Program Pembelajaran Kegiatan pengorganisasian program pembelajaran dilaksanakan dengan upaya sebagai berikut: a. Menentukan pengajar, tentor klinik mapel, atau tentor untuk tutor sebaya dengan kualifikasi tertentu. Kualifikasi pengajar pembelajaran di asrama, kajian kitab, dan klinik mapel ditentukan oleh pihak penyelenggara program boarding yaitu pihak MAN, sedangkan tentor untuk kegiatan tutor sebaya pada kegiatan belajar wajib ditentukan oleh santri dengan arahan dari pembina asrama. 1) Pengajar kegiatan di asrama adalah pembina asrama itu sendiri dengan secara berkala dapat dibantu atau diwakili oleh pengurus asrama yang ditunjuk berdasarkan pertimbangan tertentu (Sumber: Observasi, 28 April-6 Mei 2014). Kualifikasi pembina asrama adalah: pendidikan minimal S1, mampu berbahasa Arab dan/atau bahasa Inggris aktif,
73
berlatarbelakang pondok pesantren (salaf ataupun modern), hafal sebagian atau seluruh ayat al-Qur‟an, dan memiliki karakter sebagai seorang pembimbing yang baik. 2) Pengampu kajian kitab diambil dari guru MAN dengan syarat pendidikan minimal S1, berlatar belakang pondok pesantren, mampu mengajarkan turots, dan bersedia mengajar santri asrama pada waktu yang ditentukan. 3) Tentor klinik mapel diambil dari guru MAN dan ada juga yang dari luar dengan syarat pendidikan minimal S1, mampu di bidang yang diampu, mampu dari segi waktu dan tenaga, dan bersedia diundang untuk mengisi klinik mapel dengan waktu fleksibel sesuai kebutuhan santri. (Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman serta dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah) 4) Tentor untuk tutorial sebaya biasanya dipilih dengan melihat kemampuan santri tersebut di bidang materi tertentu (dipilih oleh santri sendiri). (Sumber: Wawancara BT, Kamis, 1 Mei 2014 pukul 08.00 di halaman asrama putri dan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri) b. Menarik input santri dengan syarat-syarat tertentu. Penerimaan santri baru diadakan pada awal tahun pelajaran dengan syarat-syarat sebagai berikut:
74
1) Merupakan siswa berprestasi di SMP/MTs asal. Untuk SMP diutamakan yang berciri khas Islam, tetapi dari SMP umum pun diperbolehkan jika memenuhi syarat, yaitu telah memiliki bekal ilmu agama yang cukup. 2) Lulus tes seleksi tertulis (matematika dan IPA) dan lisan (membaca alQur‟an dan tes lisan bahasa Arab dan Inggris dasar). 3) Sanggup tinggal di asrama selama masa studi. (Sumber: Wawancara dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah dan wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman) c. Menentukan materi yang dapat menunjang tercapainya tujuan dari penyelenggaraan boarding school. Materi penunjang tujuan boarding school antara lain adalah bahasa Arab (mufrodat, nahwu, shorof), bahasa Inggris (sudah didukung di MAN sehingga di asrama tinggal menambah vocabulary-nya), kajian kitab klasik/turots (fiqh, akhlaq), muhadharah, dan mengadakan klinik mapel untuk materi pelajaran tertentu yang dianggap sulit. Mata pelajaran yang berjalan di program klinik mapel untuk saat ini adalah matematika dan fisika. (Sumber: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman) d. Menentukan, mencarikan, dan menyediakan kitab yang akan dikaji. Buku-buku yang diperlukan terutama turots sudah disediakan oleh pihak madrasah sebagai penyelenggara program boarding sejumlah
75
santri yang ada. (Sumber: Wawancara dengan CM, SD, AM, dan RL pada waktu dan tempat yang berbeda dan observasi pada KBM kajian kitab Ta‟lim Muta‟allim dan Taqrib/syarahnya Fatkhul Qarib, Selasa, 6 Mei 2014 pukul 14.15-15.45 di ruang kelas XI IPA 1) Materi muhadharah dibebaskan kepada santri dengan rambu-rambu masih dalam lingkup keislaman, sementara untuk mufrodat berpedoman pada buku panduan dari pondok Gontor, yaitu muthala‟ah wa muhadatsah, dan penyampaiannya ditentukan oleh pembina asrama. e. Menentukan waktu atau jadwal pelaksanaan kegiatan Jadwal kegiatan santri asrama hampir semua disusun oleh pembina asrama kecuali untuk kegiatan kajian kitab. Mufrodat dan tahfidz dilaksanakan pada pagi hari setelah shalat jama‟ah Shubuh hingga pukul 05.30 WIB, muhadharah dilaksanakan pada malam Ahad ba‟da shalat jama‟ah Isya‟, dan belajar wajib dilaksanakan setiap hari pukul 20.00-21.30 WIB kecuali malam Ahad atau hari libur. Jadwal kegiatan kajian kitab diatur secara langsung oleh pihak sekolah dengan pertimbangan agar penanggung jawab boarding dapat mengawasi secara langsung pelaksanaan kegiatan kajiannya, yaitu dilaksanakan setelah jam KBM di madrasah usai pukul 14.00-15.50 WIB. Selain itu juga dengan disesuaikan dengan kondisi santri dan pengajar yang sudah berumah tangga dan bertempat tinggal jauh dari madrasah. (Sumber: Wawancara dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah
76
dan wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman) 3. Actuating (Pelaksanaan) Kegiatan Belajar Pelaksanaan kegiatan asrama dilakukan di lingkungan asrama kecuali untuk kajian kitab. Kajian kitab dilaksanakan di kelas area belajar MAN pada waktu setelah jam KBM di madrasah usai, yaitu mulai pukul 14.00-15.30 WIB. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa beberapa guru pengajarnya sudah berkeluarga, rata-rata bertempat tinggal jauh dari asrama/MAN, dan untuk memudahkan pengawasan apakah kegiatan tersebut benar-benar dilaksanakan atau tidak. Untuk kegiatan pembelajaran santri asrama selain kajian kitab, seluruhnya dilaksanakan di asrama yang dimulai ba‟da Ashar sekitar pukul 17.45-21.30 WIB dan ba‟da Shubuh hingga pukul 05.30. Akan tetapi jika dari pihak asrama/santri menghendaki untuk menggunakan fasilitas madrasah di malam hari maka dipersilakan. (Sumber: Observasi, 28 April-6 Mei 2014; wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman; SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah; dan SD, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.09 WIB di ruang BK) Kegiatan kajian kitab dilaksanakan menggunakan sistem klasikal dengan metode sorogan dan ada pula yang menggunakan metode bandongan. Sementara media yang digunakan adalah kitab klasik dan juga white board untuk menjelaskan materi yang perlu penjelasan lebih dalam dengan memerlukan media penyampai. (Sumber: Wawancara, Sabtu, 3 Mei
77
2014 dengan SD, pukul 09.09 WIB di ruang BK dan AM, pukul 10.30 WIB di lobby kantor MAN). Penggunaan metode ini Pembelajaran penambahan kosakata dan tahfidz dilaksanakan secara berkala setiap minggunya sesuai dengan jadwal yang telah dibuat yaitu ba‟da Shubuh hingga pukul 05.30 WIB. Demikian halnya dengan muhadharah dilaksanakan pada malam Ahad ba‟da Isya‟ hingga selesai dan belajar wajib (Minggu-Jum‟at) malam mulai pukul 20.00-21.30 WIB. (Sumber: Dokumentasi jadwal kegiatan asrama dan observasi, 18 April-6 Mei 2014) Kegiatan tahfidz diwajibkan bagi seluruh santri yaitu sejumlah 102 (putra dan putri) santri dan dilakukan secara individual oleh santri kemudian disetorkan kepada pembina asrama atau santri yang ditunjuk. Jadwal tahfidz sudah ditentukan, tetapi untuk setoran lebih dibebaskan/fleksibel, dapat dilakukan kapan saja. Kegiatan tahfidz ini menggunakan metode sorogan, yaitu setoran satu persatu dan medianya adalah kitab Al-Qur‟an beserta kartu bukti setoran yang dipegang oleh penerima setoran hafalan. (Sumber: Dokumentasi jadwal kegiatan asrama; wawancara dengan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri; dan observasi, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 05.18) Penambahan mufrodat dilaksanakan secara berkelompok dan terkadang secara jamaah santri seasrama (73 santri putri dan 29 santri putra) pada tempat yang berbeda antara santri putra dan putri. Mufrodat yang disampaikan
sudah
ditentukan
oleh
pembina
asrama
dan
dalam
78
penyampaianya sudah disertai arti dalam bahasa Inggris dan Indonesianya, sedangkan yang menyampaikan kepada santri adalah pengurus asrama bagian seksi bahasa untuk di asrama putri. Metode yang digunakan adalah menirukan baru kemudian audien menulis. Jadi, pada awalnya tentor menyampaikan kata-kata dalam bahasa Arab, Indonesia, dan Inggris secara berurutan, kemudian audien menirukan. Hal ini dilakukan secara berulangulang. Setelah diperkirakan audien hafal dan paham, maka kata-kata tadi ditulis. Di akhir pertemuan tentor secara langsung mengadakan evaluasi secara lisan dengan cara menunjuk satu persatu santri untuk menebak makna kata dan membuatnya dalam kalimat lengkap. Kemudian kata-kata itu digunakan dalam percakapan sehari-hari di asrama. Penambahan mufrodat menggunakan media berupa papan tulis beserta perangkatnya dan buku panduan mufrodat. (Sumber: Observasi, Selasa, 6 Mei 2014 di aula alKhawaritsmi). Untuk asrama putra materi mufrodat disampaikan secara langsung oleh pembina asrama karena jumlah santrinya masih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah santri putri, sedangkan untuk media yang digunakan adalah sama antara di asrama putra dan putri. (Observasi, Rabu, 30 April 2014 pukul 05.15 di masjid Darunnajah). Kegiatan muhadharah dilaksanakan di akhir pekan secara bergantian sesuai jadwal piket muhadharah sehingga seluruh santri tetap mendapat giliran muhadharah. Setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang. Teknik pelaksanaannya adalah santri tugas piket minggu pertama (kelompok
79
pertama) menyiapkan tempat beserta aksesorisnya, sedangkan santri tugas muhadharah adalah kelompok terakhir. Kemudian pada minggu kedua petugas piket ialah kelompok dua dan petugas muhadharah-nya kelompok satu, begitu pula seterusnya. Kelompok tugas muhadharah harus menyiapkan meteri pidato keislaman dan penampilan secara maksimal. Substansi materi pidato dibebaskan kepada santri dengan rambu-rambu masih tentang keislaman. Metode yang digunakan dalam kegiatan muhadharah ini adalah metode praktek, sedangkan medianya adalah penggung dengan/tanpa podium hasil desain para santri petugas piket. Untuk tempat muhadharah santri putri bisa dilaksanakan di aula AlKhawaritsmi atau di halaman asrama tergantung rancangan petugas piketnya. (Sumber: Wawancara dengan BT, Jum‟at, 2 Mei 2014 pukul 16.00 di asrama putri) Untuk santri putra terdapat 2 jenis kegiatan muhadharah, yaitu muhadharah diniyah dan usbu‟iyah. Pelaksanaan kedua muhadharah sudah ditentukan siapa yang praktek dan bertempat di masjid Darunnajah. Metode yang digunakan adalah praktek dan menggunakan media microphone, mimbar masjid, dan dengan/tanpa podium. (Sumber: Wawancara dengan CM, Senin, 28 April 2014 pukul 20.00 WIB di masjid Darunnajah MAN) Belajar wajib dilaksanakan di area asrama atau di kelas pada jam yang telah ditentukan. Belajar wajib tidak boleh dilakukan di dalam kamar kecuali bagi yang sedang sakit. Strategi yang digunakan santri dalam belajar wajib ini bermacam-macam, ada yang belajar secara mandiri, berkelompok,
80
mengadakan tutorial sebaya, dan ada juga yang mengadakan klinik mapel dengan tentor yang telah disediakan oleh pihak madrasah. Model/gaya belajar mereka dikelola oleh masing-masing individu atau secara kelompok. Penggunaan media pun dimanaje dan disesuaikan dengan apa yang sedang mereka butuhkan. Pada saat ada jadwal tutorial sebaya atau belajar kelompok kelas maka santri putra bergabung dengan santri putri sekelasnya di sekitar lingkungan asrama putri, biasanya dilakukan di mushala, halaman, atau di aula Al-Khawaritsmi. Demikian pula dengan santri yang mengadakan klinik mapel, belajar dilakukan bersama tentor yang diundang di kelas. (Sumber: Observasi, Selasa, 29 April 2014 pukul 20.15 di sekitar asrama putri dan kelas bahasa) Klinik mapel dijadwalkan dua kali dalam satu minggu dan dilaksanakan di malam hari. Pelaksanaan klinik mapel ini pada dasarnya adalah sebagaimana klinik kesehatan, yaitu santri/peserta didik secara individu atau kelompok yang membutuhkanlah yang datang atau mengundang tentor. Dengan demikian jadwal tersebut bersifat fleksibel, dapat berubah sesuai dengan kebutuhan santri. Sebelum melaksanakan klinik mapel biasanya santri menghubungi tentor terlebih dahulu. Metode yang digunakan tentor dalam mengisi klinik mapel bersifat kondisional, menyesuaikan dengan kondisi peserta, di antaranya ceramah, tanya jawab. Di antara media belajar yang digunakan tentor dalam klinik mapel ini adalah buku panduan, internet, komputer, dan papan tulis beserta perlegkapannya.
81
(Sumber: Wawancara dengan YF, Rabu, 7 Mei 2014 pukul 20.00 WIB via ponsel) Kajian kitab dilaksanakan di kelas sebagaimana kelas santri di MAN dan pada waktu setelah jam KBM di madrasah selesai dan waib diikuti oleh semua santri baik yang program IPA unggulan maupun program Agama sesuai kelas masing-masing. Dengan demikian para santri dan pihak pengampu materi tidak ada kesempatan untuk membolos dari kegiatan ini tanpa alasan yang jelas. (Sumber: Wawancara dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah dan SD, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.09 WIB di ruang BK). Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode bandongan, tanya jawab, dan ceramah. Media belajar yang digunakan
adalah
kitab
yang
dikaji
dan
papan
tulis
beserta
perlengkapannnya. (Sumber: Wawancara dengan CM, SD, AM, dan RL pada waktu dan tempat yang berbeda dan observasi, 6 Mei 2014 pukul 14.15 di ruang kelas XI IPA 1) 4. Controlling (Pengawasan) dan Evaluasi Pembelajaran Pengawasan pelaksanaan pembelajaran di asrama dilakukan oleh pembina asrama/kepala asrama, sedangkan pada saat kajian kitab, secara berkala diawasi langsung oleh penanggungjawab asrama (Kepala Sekolah). Pengawasan ditujukan untuk mengetahui apakah kegiatan belajar itu benarbenar dilaksanakan atau tidak. (Sumber: Wawancara dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah dan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri)
82
Selain pengawasan juga diadakan evaluasi. Model evaluasinya pun bermacam-macam, sebagai berikut: a. Kajian kitab: untuk saat ini belum ada kegiatan evaluasi dengan tes tertulis, tetapi hal ini sedang direncanakan. Evaluasinya untuk saat ini lebih ditekankan dengan tes secara lisan langsung setelah pembelajaran, yaitu dengan cara meminta santri untuk membaca isi kitab yang baru saja diajarkan beserta artinya dan menjelaskan maksud dari apa yang telah dipelajari itu. Untuk nahwu dan shorof dilakukan evaluasi secara lisan yaitu dengan hafalan. Selain evaluasi lisan juga dilakukan evaluasi nontes dengan pengamatan pada saat KBM berlangsung untuk mengetahui reaksi santri dalam belajar. (Sumber: Wawancara dengan CM, SD, AM, dan RL pada waktu dan tempat yang berbeda) b. Hafalan dan penggunaan Mufrodat: evaluasi untuk hafalan dan penggunaan mufrodat kadang menggunakan evaluasi tertulis yaitu dengan cara mengadakan ulangan mendadak yang dimonitori oleh seksi bahasa untuk mengetahui seberapa kuat tangkapan santri terhadap mufrodat yang telah disampaikan. Akan tetapi lebih ditekankan pada evaluasi lisan dan praktek, yaitu pada pelaksanaan wajib bahasa. Untuk memudahkan evaluasi ini dibentuk seksi bahasa (kismul-lughah) yang bertugas mengamati santri dalam penggunaan bahasa dari kosakata yang telah diajarkan pada aktivitas sehari-hari di asrama. Bagi santri yang tertangkap melakukan pelanggaran bahasa maka dia akan dijadikan jasus (mata-mata) untuk mengawasi santri lain dalam menggunakan bahasa
83
kemudian melaporkan kepada bagian bahasa dan diberi sanksi (iqab) lain. c. Tahfidz: evaluasi untuk tahfidz dilaksanakan dengan cara setoran (sorogan) yang dapat dikategorikan ke dalam bentuk evaluasi jenis tes yaitu tes lisan
untuk mengetahui pencapaian hafalan santri. Setoran
dilakukan kepada pembina asrama atau kepada santri lain yang ditunjuk serta diadakan lomba tahfidz antar santri. Jika hafalan yang disetorkan dinilai sudah baik, maka santri dapat melanjutkan untuk menghafal ayat atau pun surat selanjutnya. Dari jumlah 102 santri yang hingga saat ini sudah menyelesaikan 3 juz ada 2 orang kelas XI, selesai 2 juz ada 40 orang kelas XI dan 1 orang kelas X, sedangkan sisanya yaitu 59 orang baru mendapat 1 juz. d. Muhadharah: kegiatan muhadharah diawasi dan dievaluasi langsung oleh pembina asrama. Kegiatan evaluasi dilakukan dengan praktek. Halhal yang dievaluasi dalam muhadharah ini adalah substansi materi, penampilan, dan cara penyampaian pidatonya serta diadakannya lomba pidato antar santri pada waktu tertentu. (Point b, c, dan d; Sumber: Wawancara dengan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri dan CM, Senin, 28 April 2014 pukul 20.00 WIB di masjid Darunnajah MAN) e. Untuk kegiatan belajar wajib hanya dilakukan pengawasan berupa pengamatan oleh pembina asrama, apakah santri benar-benar belajar atau hanya bercanda dengan temannya. Demikian halnya evaluasi terhadap
84
kegiatan belajar wajib tidak diadakan di asrama, tetapi untuk mengetahui pencapaian target dari belajarnya dapat diketahui melalui hasil ulangan atau ujian di sekolah. Sejumlah 87 santri (85,3%) dari santri boarding (IPA/Agama) sudah dapat mencapai KKM (75) di madrasah, bahkan banyak yang mampu melampauinya. (Sumber: Wawancara AF, Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri). Bagi santri yang mengadakan klinik mapel pun tidak ada kegiatan evaluasi yang dilakukan secara pribadi oleh tentor (Sumber: Wawancara dengan YF, Rabu, 7 Mei 2014 pukul 20.00 WIB via ponsel).
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Boarding School Di MAN 1 Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014 Dalam penyelenggaraan suatu program tentunya terdapat pendukung dan penghambatnya. Demikian pula dengan penyelenggaraan boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan menajemen pembelajaran boarding school tersebut: 1. Faktor Pendukung Di antara faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran di boarding school MAN adalah: a. Adanya lokasi dan fasilitas gedung asrama beserta isinya yang memadai.
85
b. Adanya dukungan dari pihak MAN, Mapenda, dan Kemenag untuk penyelenggaraan boarding. (Sumber point a dan b: Wawancara dengan HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman dan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah) c. Input santri yang bagus dan berprestasi dengan adanya seleksi penerimaan santri baru. d. Adanya jiwa semangat dari para santri. e. Adanya harapan besar dari orang tua santri agar anaknya terdidik untuk mandiri, disiplin, pandai di bidang ilmu agama dan umum, serta shalih. (Sumber point c, d, dan e: Wawancara dengan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby Al-Azhar asrama putri) f. Pembelajaran kajian kitab: didukung oleh madrasah karena merupakan program dari madrasah untuk anak asrama, adanya kemauan dari anak untuk mengkaji kitab klasik, tersedia guru dan kitab, sarana prasarana memadai, serta tingginya rasa keingintahuan dari peserta didik. (Sumber: Wawancara dengan CM, SD, CM, dan RL pada waktu dan tempat yang berbeda) g. Klinik mapel: waktu fleksibel menyesuaikan kondisi dan kebutuhan anak, adanya tentor yang mampu menyesuaikan dengan kondisi anak, serta adanya fasilitas dari madrasah yang sudah diselenggarakan untuk digunakan. (Sumber: Wawancara dengan YF, Rabu, 7 Mei 2014 pukul 20.00 WIB via ponsel)
86
2. Faktor Penghambat Adapun faktor penghambat pelaksanaan manajemen pembelajaran boarding school adalah: a. Terkadang anak sudah lelah dikarenakan belajar sejak pagi sehingga pada saat belajar kajian kitab mengantuk, kurang semangat mengaji, ada santri yang tidak paham bahasa jawa (karena turots yang digunakan berbahasa jawa), serta terdapat santri yang belum mengenal turots. (Sumber: Wawancara dengan CM, SD, AM, dan RL pada waktu dan tempat yang berbeda) Alternatif solusi untuk hambatan ini adalah: 1) Penggunaan metode belajar yang bervariasi tidak terpaku pada ceramah, terkadang diadakan tanya jawab, dan setelah guru selesai membacakan dan menjelaskan materi peserta didik diminta membaca ulang dan menjelaskan maksudnya. Dengan demikian anak/santri yang belajar akan berusaha memperhatikan apa yang sedang dipelajari bersama guru, dibacakan dan dijelaskan oleh guru. (Sumber: Wawancara dengan SD, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.09 WIB di ruang BK dan AM, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 10.30 di lobby kantor MAN) 2) Mengenalkan kepada santri tentang turots tersebut, kemudian bagi santri yang tidak bisa bahasa Jawa maka guru menjelaskan maksud dari apa yang telah dipelajari dengan menggunakan bahasa Indonesia. (Sumber: Wawancara dengan CM, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 16.30 di masjid Darunnajah MAN)
87
b. Terdapat beberapa input yang kurang bagus. Alternatif solusinya adalah: pada tahun pelajaran yang akan datang diadakan seleksi penerimaan santri asrama baru secara lebih ketat dibandingkan tahun yang telah terlaksana dan bagi santri yang sudah masuk disediakan klinik mapel beserta tentornya yang mumpuni, tutorial sebaya, serta pemberlakuan jam belajar wajib. (Wawancara HR, Sabtu, 26 April 2014 pukul 07.15 WIB di ruang waka Humas dan Keislaman) c. Terdapat beberapa santri yang masih manja, sehingga untuk menjalankan kegiatan disiplin belajar dan asrama masih harus dipaksa. Terkadang beberapa anak yang manja ini pun mudah mengeluh kepada orang tuanya sehingga beberapa orang tua pernah sempat ingin menarik anaknya dari asrama. Alternatif solusinya yaitu: disiplin asrama tetap dijalankan secara perlahan-lahan, sehingga pada akhirnya santri bisa terbiasa hidup disiplin dan mandiri, diberikan tausiyah penyadaran yang diselingi dengan kisahkisah para cendekiawan muslim serta orang-orang yang sukses hingga nantinya mereka tersadar dengan sendirinya akan pentingnya hidup disiplin dan mandiri. (Sumber: Wawancara dengan AF, Selasa, 29 April 2014 pukul 05.30 di teras lobby Al-Lighar asrama putri) d. Pembelajaran di asrama harus menyesuaikan dan megikuti iklim yang ada di madrasah. Alternatif solusinya ialah: mengurangi kegiatan asrama yang dulunya dapat dikatakan sangat padat serta sedikit mengendorkan peraturan yang
88
ada tanpa menghilangkan nilai-nilai kedisiplinan (Sumber: Wawancara dengan AF, Rabu, 30 April 2014 pukul 20.52 WIB di teras lobby AlAzhar asrama putri). e. Adanya beberapa pihak yang belum sepenuhnya bisa menerima keberadaan asrama, hal ini kemungkinan disebabkan oleh background pendidikan mereka yang tidak berasal dari pesantren. Alternatif
solusinya:
membulatkan
keyakinan
bahwa
tujuan
penyelanggaraan program boarding ini adalah baik dan benar, kemudian disertai pemberian pengertian kepada mereka akan manfaat yang dapat diperoleh jangka panjang dengan adanya program ini, mengajak mereka untuk melakukan studi banding ke MAN yang berlatar belakang PGA dan saat ini telah maju dengan program boarding school-nya. (Sumber: Wawancara dengan SW, Sabtu, 3 Mei 2014 pukul 09.56 WIB di ruang kepala sekolah) f. Klinik mapel: terkadang pelaksanaan klinik bentrok dengan kegiatan asrama yang mendadak atau tentor berhalangan. Alternatif solusinya: santri mengkomunikasikan dengan tentor terlebih dahulu untuk mengadakan klinik mapel atau tidak, serta mengganti jadwal tersebut pada hari yang lain. Selain itu juga melalui cara selalu menjalin hubungan komunikasi dengan pembina asrama mengenai pelaksanaan kegiatan, sehingga santri tetap bisa melaksanakan kegiatan klinik mapel terutama saat mereka butuh. (Sumber: Wawancara dengan YF, Rabu, 7 Mei 2014 pukul 20.00 WIB via ponsel)
89
BAB IV PEMBAHASAN
A. Implementasi Manajemen Pembelajaran Boarding School Di MAN 1 Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014 1. Pembelajaran Di Islamic Boarding School (IBS) Daarunnajah MAN 1 Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014 Penyelanggaraan boarding school merupakan salah satu program unggulan yang ada di MAN 1 Kabupaten Magelang. Pembelajaran di IBS Daarunnajah MAN 1 Kabupaten Magelang merupakan suatu upaya untuk menunjang program unggulan madrasah yang di antaranya bertujuan untuk mempersiapkan output peserta didik yang berkualitas dalam rangka mengikuti persaingan yang selalu muncul seiring berkembangnya zaman, mewujudkan alumni yang mampu bersaing serta unggul di bidang agama dan umum, serta mempersiapkan dan mewujudkan kader-kader pemimpin dan generasi penerus bangsa yang menguasai ilmu agama, ilmu umum, dan berkarakter keislaman kuat serta siap dipakai di masyarakat (wawancara SW dan HR). Untuk dapat mencapai tujuan dari penyelenggaraan program unggulan boarding school tersebut maka pendidikan berbasis pesantren diterapkan di boarding MAN 1 Kabupaten Magelang. Pola pendidikan, pengasuhan, dan pembelajaran di boarding banyak mengadopsi dari pendidikan
pesantren
yaitu
perpaduan
antara
pondok
salaf
dan
khalaf/modern (wawancara SD dan AM). Dikatakan mengadopsi dari pesan-
90
tren salaf karena terdapat kegiatan kajian kitab yang dilakukan secara klasikal dengan metode sorogan ataupun bandongan yang merupakan salah satu ciri pesantren salaf. Selain kajian kitab program tahfidz dilaksanakan dengan metode sorogan dalam kegiatan evaluasinya untuk mengetahui pencapaian hafalan santri (wawancara AF dan CM). Penyelenggaraan program boarding juga mengadopsi model pendidikan dari pesantren modern/khalaf sebab di dalamnya terdapat takhasus (bahasa Arab dan Inggris) yang digunakan sebagai bahasa sehari-hari di asrama yang merupakan salah satu ciri dari pesantren khalaf/modern, meskipun pada saat ini baru berjalan penggunaan bahasa Arabnya. Sebagaimana menurut Nasir (2005:87): “Pondok pesantren salaf yaitu pondok pesantren yang di dalamnya terdapat sistem pendidikan salaf (weton/bandongan dan sorogan) dan sistem klasikal (madrasah) salaf, sedangkan pondok pesantren khalaf/modern yaitu seperti pondok pesantren berkembang, hanya saja sudah lebih lengkap dengan penambahan diniyah dan dilengkapi dengan takhasus (bahasa Arab dan Inggris).” Penyelenggaraan boarding school dengan sistem pesantren setidaknya juga harus memenuhi komponen atau ciri-ciri dari pesantren. Sebagaimana dijelaskan oleh Ridlwan Nasir (2005:82) tentang ciri pokok pondok pesantren sebagai berikut: d. Kyai sebagai sentral figur, yang biasanya disebut pemilik. e. Asrama sebagai tempat tinggal para santri, di mana masjid sebagai pusarnya. f. Adanya pendidikan dan pengajaran Agama melalui sistem pengajian, yang sekarang sudah berkembang sistem klasikal atau madrasah. Ditambah lagi oleh Muliawan (2005:157) dari ciri-ciri tersebut dengan satu ciri yaitu adanya santri. Dalam boarding school MAN 1 Kabupaten
91
Magelang ini yang dikenal dengan nama IBS Daarunnajah sebagaimana di atas, ciri-ciri atau komponen dari pesantren sudah dipenuhi. Di sana sudah ada masjid sebagai tempat shalat jama‟ah dan kegiatan keagamaan (ngaji) yang penggunanya adalah santri putra, karena santri putri melaksanakan shalat jama‟ah dan kegiatan keagamaan di aula atau lobby. Komponen lainnya adalah asrama/pondokan sebagai tempat tinggal santri selama belajar dan terdapat santri dengan jumlah cukup banyak yang merupakan peserta didik kelas unggulan dari madrasah. Untuk satu ciri lain yaitu kiai, di IBS Daarunnajah disebut dengan pengasuh/pembina asrama yang berlatar belakang pendidikan pesantren dan memiliki kualifikasi tertentu. Di samping kegiatan kajian kitab, tahfidz, dan bahasa (wajib bahasa), juga terdapat program pembelajaran praktek muhadharah dan pemberlakuan jam belajar wajib. Program pembelajaran di boarding tersebut merupakan suatu upaya untuk mendukung penyelenggaraan program unggulan boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang. Selain pembelajaran, santri juga dididik untuk disiplin, mandiri, religius, dan berani (dalam hal positif). Model pengasuhan dan pendidikan pondok pesantren modern yang diadopsi adalah pendidikan dari pondok modern Darussalam Gontor. Kegiatan asrama dilakukan sejak sore hari sampai malam dan dilanjutkan setelah shalat Subuh hingga sekitar pukul 05.30 WIB, kemudian dilanjutkan dengan persiapan untuk masuk madrasah mengikuti kegiatan pembelajaran di madrasah sejak pukul 07.00-14.00 WIB.
92
2. Fungsi-fungsi Manajemen Pembelajaran Boarding School Di MAN 1 Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014 a. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran adalah proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media, penggunaan pendekatan dan metode, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Majid, 2008:17). Dalam perencanaan pembelajaran ini seorang pengajar juga menentukan target belajar atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Setiap kegiatan pembelajaran wajib diikuti oleh seluruh santri yaitu sejumlah 102 orang pada jadwal yang telah ditentukan. Pada setiap pembelajaran di boarding school MAN 1 Kabupaten Magelang tidak didahului dengan penyusunan rencana pembelajaran terlebih dahulu. Akan tetapi, program pembelajarannya sudah disusun sejak awal tahun mengenai kegiatan pembelajaran apa yang akan dilaksanakan untuk menunjang program unggulan ini, dan dari setiap program pembelajaran itu memiliki tujuan masing-masing yang menjadi target pencapaian dan mempunyai strategi untuk mencapainya. 1) Penambahan mufrodat Tujuan
penambahan
mufrodat
adalah
untuk
menambah
dan
memperkaya kosakata bahasa Arab santri guna mendukung pelaksanaan wajib berbahasa Arab dalam percakapan sehari-hari baik antara santri-santri maupun santri-pengasuh di asrama. Adapun langkah yang
93
ditempuh untuk mencapai tujuan itu adalah memberikan penambahan kosakata santri secara rutin dan terjadwal, mengadakan latihan muhadatsah,
membiasakan
santri
untuk
berbicara
dengan
menggunakan bahasa Arab walaupun masih salah dan menetapkan iqob (sanksi) bagi yang melanggar bahasa (wawancara AF). 2) Tahfidz Wajib tahfidz 3 juz bagi seluruh santri putra-putri (102 orang) bertujuan untuk mengantisipasi apabila nanti ada santri yang berminat untuk melanjutkan studi ke Timur Tengah dan harapan ke depannya mereka menjadi kader-kader muslim/muslimah yang mumpuni. Langkah yang ditempuh untuk mencapai target tahfidz tersebut adalah melakukan seleksi tilawah Al-Qur‟an pada saat penerimaan santri baru, memberikan arahan cara menghafal dan menyetor hafalan, memberi kebebasan jumlah setoran dengan ketentuan selama 3 tahun 3 juz harus sudah selesai dihafal dengan lancar (wawancara SW dan AF). 3) Muhadharah (Khitobah/pidato) Program muhadharah bertujuan melatih santri agar setelah lulus siap dipakai di masyarakat dan pada saat ada lomba pidato mereka sudah siap tanpa ada latihan intensif. Langkah yang ditempuh adalah membagi kelompok tugas muhadharah, memberi rambu-rambu materi dan
ketentuan
pidato,
melaksanakan
kegiatan
sesuai
jadwal
(wawancara HR, BT, dan CM).
94
4) Kajian kitab Kajian kitab secara umum bertujuan agar santri dapat mambaca, mengetahui,
menguasai,
dan
memahami
turots
kemudian
mengamalkan isinya; membekali dan memberi pendalaman ilmu agama santri; memodali santri dengan ilmu dasar keagamaan. Kitab yang diakaji adalah kitab klasik/turots, seperti Ta‟lim Muta‟allim (versi Arab dengan terjemahan bahasa jawa yang ditulis dengan Arab pegon), Matan Al-Ghayah wa Taqrib (syarah Fathul Qarib), Mabadil Fiqh, Jurumiyah, „Umrithi, dan Amtsilah At- Tashrifiyah. Pelaksanaan kajian kitab dilakukan setelah jam KBM di madrasah selesai dengan selang waktu istirahat 15 menit dan bertempat di kelas seperti kelas pagi (wawancara CM, SD, AM, dan RL). 5) Belajar wajib Bertujuan untuk memberikan waktu bagi santri untuk belajar materi pelajaran sekolah baik secara individual atau kelompok. Waktu belajar di-sediakan mulai pukul 20.00-21.30 WIB. Waktu tersebut boleh diguna-kan untuk diskusi, mengerjakan tugas sekolah, persiapan ulangan hari-an. Strategi belajar ini dikelola sendiri oleh santri baik pribadi maupun kelompok. Terkadang ada yang mengadakan tutorial sebaya atau klinik mapel dengan mengundang tentor (wawancara AF). Untuk yang mengadakan tutorial sebaya bertujuan agar santri yang pandai akan materi tertentu mengajari santri lain yang belum bisa, sedangkan klinik mapel bertujuan membantu dan mendampingi
95
belajar santri sehingga dapat mencapai target belajar (wawancara BT dan YF). Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran bagi santri tidak didahului dengan penyusunan rencana pembelajaran. Akan tetapi kegiatan pembelajaran yang ada sudah dirancang sejak awal tahun dengan mempertimbangkan kebutuhan santri yang ditaksir dapat mendukung pencapaian program unggulan boarding school ini. Selain itu juga disebabkan sistem asrama ini mengadopsi dari sistem dari pesantren sehingga dalam hal perencanaan pembelajarannya tidak menggunakan silabus dan tidak ada penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian dalam hal fungsi manajemen yang berkaitan dengan perencanaan pembelajaran ini lebih tepat disebut dengan penyusunan program pembelajaran. Pada penyusunan program pembelajaran ini tentu terdapat tujuan yang ingin dicapai dan langkah untuk mencapai tujuan. b. Pengorganisasian Pembelajaran Dalam
pengorganisasian
ini
ada
kegiatan
menentukan
pendidik/pengajar, peserta didik, materi, metode, media, dan waktu. Menentukan pengajar berarti melakukan pengelolaan guru yaitu memilih guru dengan syarat atau kualifikasi tertentu dan menyeleksi secara ketat sehingga dapat diperoleh staf pengajar yang berkualitas. Syarat yang dapat diajukan dalam memilih guru adalah harus lulus S1, tes psikologi, tes akademik, tes agama, tes keahlian dan keguruan, serta wawancara (Maimun dan Fitri, 2010:98). Kemudian melaksanakan pengelolaan
96
peserta didik yang diawali dengan menarik input dan mengelompokkan berdasarkan klasifikasi tertentu, sebab peserta didik merupakan komponen pembelajaran yang paling penting dan penentu keberhasilan pembelajaran. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya menarik input peserta didik berkualitas dengan melaksanakan seleksi yang ketat kemudian pengelompokan siswa baik berdasarkan tingkat intelegensi ataupun aspek-aspek yang lain (Maimun dan Fitri, 2010:92). Selanjutnya mengelola materi, metode, media, dan waktu guna menunjang terlaksananya program pembelajaran. Dalam pengorganisasian pembelajaran di Daarunnajah Islamic Boarding School MAN 1 Kabupaten Magelang dilakukan kegiatan sebagai berikut: 1) Merekrut dan menentukan pembina asrama, pengajar, tentor klinik mapel, atau tentor untuk tutor sebaya dengan kualifikasi tertentu.
No. 1.
2.
3.
4.
5. 6.
Tabel 4.1 Kualifikasi Pembina, Pengajar, Dan Tentor Nama Jabatan Kualifikasi S1, berbahasa Arab dan Inggris aktif, alumni Kepala asrama pesantren (salaf/modern), hafidz/hafidzah (sebagian/seluruh Al-Qur‟an). S1, berbahasa Arab dan/atau Inggris aktif, alumni pondok pesantren (salaf atau modern), hafal Pembina asrama sebagian atau seluruh ayat al-Qur‟an, dan memiliki karakter sebagai pembimbing yang baik. S1, alumni pondok pesantren, mampu Pengajar kajian kitab mengajarkan turots, bersedia mengajar santri pada waktu yang ditentukan. S1, mampu di bidang yang diampu, mampu dari segi waktu dan tenaga, dan bersedia diundang Tentor klinik mapel untuk mengisi klinik mapel dengan waktu fleksibel. melihat kemampuan santri di bidang materi Tentor tutor sebaya tertentu (dipilih oleh santri sendiri dengan pengarahan pembina) Lancar dan memiliki banyak hafalan ayat AlPenerima hafalan Qur‟an (dipilih oleh pembina)
97
Penerima hafalan yang dimaksud di sini adalah santri yang ditunjuk oleh pembina asrama untuk membantu pembina menerima setoran hafalan santri lain (wawancara HR, SW, AF, dan BT). 2) Menarik input santri dengan syarat-syarat tertentu. Syarat penerimaan santri baru adalah siswa berprestasi di SMP/MTs asal (diutamakan SMP yang berciri khas Islam, SMP umum pun boleh tetapi harus telah memiliki bekal ilmu agama yang cukup), lulus tes seleksi tertulis (matematika dan IPA) dan lisan (membaca al-Qur‟an dan tes lisan bahasa Arab dan Inggris dasar), serta sanggup tinggal di asrama selama masa studi (wawancara SW dan HR). 3) Menentukan materi/program pembelajaran dan kegiatan yang dapat menunjang tercapainya tujuan dari penyelenggaraan boarding school. Diantara materi penunjang program unggulan boarding school adalah materi penambahan mufrodat, kajian kitab, tahfidz, muhadharah, dan belajar wajib (wawancara HR). 4) Menentukan, mencarikan, dan menyediakan buku/kitab yang akan dikaji. Diantara kitab yang dikaji adalah mabadi al-fiqhiyah, syarah ta‟limmuta‟allim, matan al-ghayah wa at-taqrib (syarah fathul qarib), jurumiyah, „umrthi, al-amtsilah at-tashrifiyah. Untuk panduan mufrodat diambil dari panduan muthala‟ah wa muhadatsah pondok modern Gontor (wawancara CM, AM, SD, dan RL).
98
5) Menentukan waktu atau jadwal pelaksanaan kegiatan. Kegiatan kajian kitab dilaksanakan setelah jam KBM selesai yaitu pukul 14.00-15.30 WIB dengan jeda istirahat 15 menit. Penambahan mufrodat dan tahfidz dilaksanakan ba‟da Shubuh hingga pukul 05.30 pada jadwal yang telah ditentukan oleh pembina asrama, muhadharah setiap malam Ahad mulai ba‟da Isya‟ hingga selesai, sedangkan wajib belajar dilaksanakan setiap hari yaitu pukul 20.00-21.30 WIB kecuali malam Ahad atau hari libur, dan untuk klinik mapel yang merupakan sarana bimbingan belajar bagi santri, jadwal menyesuaikan kebutuhan peserta (wawancara SW dan HR). Dari paparan di atas diketahui bahwa dalam pengorganisasian pembelajaran di boarding school dilakukan pengelolaan pengajar yang juga termasuk pembina asrama, pengelolaan santri, pengelolaan materi dan program pembelajaran yang dapat mendukung penyelenggaraan program unggulan boarding school yang ada di MAN 1 Kabupaten Magelang. Pengelolaan pengajar yang meliputi kepala asrama, pembina asrama, pengampu kajian kitab, dan tentor klinik mapel dilakukan oleh pihak penanggungjawab boarding school yaitu kepala madrasah bersama dengan waka kurikulum serta waka humas dan keislaman, sedangkan untuk santri yang ditunjuk untuk membantu pembina dalam menjalankan pembelajaran dan kegiatan asrama dilakukan oleh pembina asrama. Begitu pula bagi santri yang mengadakan tutor sebaya, pemimpin tutor dipilih oleh santri sendiri dengan arahan dari pembina asrama. Hal ini
99
ditujukan agar santri mau belajar menjadi pemimpin dan pembimbing, serta belajar untuk mengelola aktivitasnya. Untuk pengelolaan siswa pun dilakukan oleh penanggungjawab asrama dengan dibantu oleh stafnya juga dibantu oleh pembina asrama dalam hal tes tilawah Al-Qur‟an dan tes wawancara menggunakan bahasa Arab dan Inggris dasar. Syarat penerimaan santri baru pun atas rekomendasi dari pihak madrasah. Demikian pula dengan pengelolaan dan pengorganisasian materi/program pembelajaran bagi santri asrama merupakan program dari madrasah. Penentuan jadwal kegiatan asrama sebagian besar diatur oleh pembina asrama, hanya untuk kajian kitab diatur oleh madrasah dan pelaksanaannya diawasi secara langsung oleh kepala madrasah yang juga sebagai penanggungjawab asrama. c. Pelaksanaan Pembelajaran Di dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran ini, seorang pendidik melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar sesuai panduan yang telah dirancang dengan memanfaatkan dan menggunakan unsur-unsur belajar seperti, materi/bahan ajar, sumber belajar, media belajar, strategi, dan metode belajar sehingga peserta didik mau dan bisa belajar dengan senang dan sungguh-sungguh guna mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu perlu adanya penggunaan metode dan media dalam penyampaian materi pembelajaran. Metode menurut Suwardi (2007:61) adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Jadi metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan
100
pembelajaran secara efektif dan efisien. Metode pembelajaran yang dapat digunakan bermacam-macam jenisnya, beberapa diantaranya yaitu: 1) Metode pembiasaan, yaitu sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap,dan bertindak sesuai dengan ajaran, norma, dan aturan yang berlaku (Arief, 2002:110). Metode pembiasaan ini digunakan untuk mengajarkan kepada santri keterampilan menggunakan bahasa Arab dalam aktivitas sehari-hari untuk mewujudkan dan menjalankan program wajib bahasa Arab. 2) Metode pemberian ganjaran, yaitu cara yang dilakukan dengan memberikan ganjaran atau hadiah atas perilaku baik maupun keberhasilan belajar peserta didik sebagai pendorong dan motivasi belajar (Arief, 2002:127). Metode ini digunakan dalam program pelaksanaan wajib bahasa, dan tahfidz. Pada program wajib bahasa, santri
yang
sedikit
melakukan
pelanggaran
bahasa,
lancar
berbahasanya di diberikan hadiah yaitu sebuah kedudukan berupa dia diikutsertakan dalam kepengurusan asrama seperti halnya menjadi pengurue bagian bahasa (seksi bahasa/kismul lughah). Begitu pula pada program tahfidz, santri yang memiliki bayak hafalan dan lancar, bagus dari segi pelafalan, makhraj, dan tajwidnya, dia pun diberi kepercayaan untuk menerima hafalan Al-Qur‟an dari adik tingkatnya ataupun
teman
sebayanya
dan
juga
diikutsertakan
dalam
kepengurusan asrama (wawancara AF). Pemberian ganjaran ini lebih berupa kehormatan, kepercayaan, dan kedudukan, tidak berupa materi.
101
Sebab asumsinya pemberian ganjaran yang seperti itu lebih bersifat psikologis dan lebih mengena serta membekas dalam hati santri itu sendiri. Terlebih pada dasarnya setiap manusia lebih suka dihormati dan dihargai daripada diberi materi. Pemberian ganjaran ditujukan untuk memotivasi santri agar lebih progresif lagi dan dapat membuat santr lain terpacu semangatnya baik semangat belajar maupun semangat dalam mematuhi peraturan yang ada. 3) Metode pemberian hukuman, adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan hukuman atas perilaku tidak baik atau kesalahan peserta didik (Arief, 2002:131). Metode ini diberlakukan dalam pelaksanaan wajib bahasa, yaitu bagi santri yang diketahui melakukan pelanggaran bahasa. Hukumannya ialah santri yang melanggar bahasa tersebut dijadikan jasus (mata-mata) yang bertugas mengawasi santri lain dalam pengguanaan bahasa Arab di lingkungan asrama sehari-hari. Selain dijadikan sebagai jasus santri tersebut juga diberi sanksi (iqab) yang bisa berupa tenaga yaitu menyapu/mengepel lantai seluruh komplek asrama, membuat pernyataan tidak akan mengulang kesalahan, atau yang lainnya (wawancara AF). 4) Metode ceramah adalah cara penyampaian sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai (Arief, 2002:135-136). Metode ini digunakan pada hampir semua kegiatan, sebab metode ini merupakan metode dasar untuk semua jenis kegiatan. Walaupun selanjutnya pengajar menggunakan metode active
102
learning, pasti di awal pelajaran menggunakan ceramah terlebih dahulu untuk mengarahkan peserta didik. 5) Metode sorogan, yaitu sebuah sistem belajar di mana para murid satu persatu menghadap guru untuk membaca dan menguraikan isi kitab ataupun menyetorkan hafalan (Arief, 2002:150). Metode ini digunakan dalam pembelajaran kajian kitab dan tahfidz. Untuk kegiatan tahfidz sebelum santri menyetorkan hafalan (sorogan) kepada
pembina
maupun
santri
lain
yang
ditujuk,
mereka
menghafalkan ayat Al-Qur‟an secara otodidak yang sebelumnya telah diarahkan cara menghafalnya oleh pembina asrama (wawancara SD dan AF). 6) Metode bandongan menurut Zamakhsyari Dhofier dalam Arief (2002:153) adalah metode belajar di mana sekelompok murid (jumlah banyak) mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan sering kali mengulas buku Islam dalam bahasa Arab, kemudian setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah fikiran yang sulit. Metode ini digunakan dalam pembelajaran kajian kitab oleh beberapa pengajar, karena setiap pengajar menggunakan metode pembelajaran berbeda-beda (wawancara AM). 7) Metode kerja kelompok adalah cara menyajikan materi pelajaran di mana siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan dengan cara bersama
103
dan bergotong royong (Arief, 2002:196). Metode kerja kelompok ini digunakan oleh santri dalam melaksanakan kegiatan belajar wajib. Dalam kerja kelompok biasanya mereka mengerjakan tugas sekolah atau membahas materi pelajaran yang belum dipahami. Model kerja keompok yang mereka lakukan ini bermacam-macam, kadang secara berkelompok mereka mengadakan tutorial sebaya ataupun datang ke klinik mapel dengan mengundang tentor dari luar (observasi). Selain metode-metode di atas masih ada metode lain yang digunakan dalam pembelajaran di boarding, diantaranya adalah metode hafalan yang digunakan dalam pembelajaran materi tashrifiyah, hafalan Al-Qur‟an sebelum setoran, dan penambahan mufrodat. Kemudian untuk pembelajaran
penembahan
mufrodat
juga
menggunakan
metode
menirukan dan metode drill, sehingga pada saat penambahan mufrodat santri lain menirukan beberapa kali, baru setelah itu kosakata tersebut ditulis di papan tulis dan santri yang lain menulis di buku catatan mereka. Kosakata yang telah diberikan tersebut harus digunakan dalam percakapan sehari-hari. Bagi santri yang melakukan pelanggaran bahasa maka dikenakan sanksi. Unsur pembelajaran selanjutnya yang juga ikut andil dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran adalah media. Media pembelajaran adalah Media pembelajaran adalah sesuatu hal yang berfungsi sebagai perantara penyampaian pesan atau informasi dalam proses pembelajaran (Suwardi, 2007:76). Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembela-
104
jaran di asrama hampir semuanya menggunakan media konvensional berupa buku/kitab dan papan tulis serta perangkatnya. Penggunaan media elektronik berupa internet dilakukan oleh santri dalam upayanya mencari materi untuk muhadharah dan juga pada kegiatan klinik mapel (observasi dan wawancara YF, CM, AM). d. Pengawasan dan Evaluasi Pembelajaran Pengawasan
pembelajaran
adalah
suatu
kegiatan
untuk
memperoleh kepastian apakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran telah dilakukan sesuai perencanaan yang telah dibuat atau justru menyimpang dari rencana semula. Evaluasi ialah kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis, dan penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan
serta
penyusunan
program
selanjutnya
(Widoyoko, 2009:4). Jadi evaluasi pembelajaran adalah kegiatan memilih, mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan informasi mengenai kegiatan pembelajaran untuk digunakan sebagai dasar mengambil keputusan dan menyusun program pembelajaran selanjutnya. Pengawasan pembelajaran di boarding school sebagian besar dilakukan oleh pembina asrama secara langsung, tetapi kepala madrasah pun ikut mengawasinya secara tidak langsung. Khusus untuk kegiatan kajian kitab pelaksanaannya diawasi secara langsung oleh kepala madrasah sebab kajian kitab bagi santri boarding merupakan program plus dari madrasah. Mengenai evaluasi pembelajaran belum dilakukan secara formal melalui tes tertulis, tetapi evaluasi program pembelajaran
105
dilakukan secara langsung baik oleh guru maupun pembina asrama atau yang membantu dan lebih bersifat praktis. Program
pembelajaran
kajian
kitab
rata-rata
guru/ustadz
melakukan evaluasi langsung setelah pembelajaran dilaksanakan yaitu dengan meminta santri untuk membaca materi dari kitab yang baru saja dipelajari kemudian menjelaskan maksudnya. Hal ini merupakan upaya untuk mengetahui sejauh mana santri memahami materi dan untuk mengetahui keseriusan belajaranya. Jika dari bacaan dan pemahaman diketahui bahwa masih banyak santri yang belum paham dengan isi materi maka ustadz akan mengulang penjelasannya. Selain itu untuk materi tertentu seperti tashrifiyah evaluasi dilakukan dengan cara tes hafalan. Dari kegiatan tes itu tidak dilakukan penilaian, tetapi para ustadz hanya mengamati dan kemudian akan melakukan pembenahan dalam pembelajarannya atau mengulang penjelasan terhadap materi tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan dalam kegiatan kajian kitab tersebut evaluasi dilakukan dengan tes secara lisan baik dengan hafalan, bacaan, maupun penjelasan oleh santri. Program wajib bahasa Arab yang dari adanya program tersebut diadakan kegiatan pembelajaran penambahan mufrodat, evaluasi dilakukan setiap saat yaitu dengan cara praktik dan secara lisan dalam percakapan sehari-hari. Untuk memudahkan evaluasi dan pengawasan wajib bahasa yang merupakan wujud praktik dari mufrodat yang telah disampaikan ini, dibentuklah seksi bahasa (kismul lughah). Tugas dari
106
seksi bahasa ini adalah mengawasi setiap santri dalam menggunakan mufrodat yang telah disampaikan dalam wajib bahasa Arab pada percakapan sehari-hari di asrama. Bagi santri yang tertangkap melakukan pelanggaran bahasa maka dia akan menjadi jasus (mata-mata), kemudian dia harus mengawasi santri lain dalam berbahasa dan melaporkan santri yang melanggar bahasa kepada seksi bahasa. Selain dijadikan sebagai jasus, santri yang melanggar bahasa juga akan dikenai iqab (sanksi) tertentu, mungkin menyapu atau mengepel lantai seluruh/sebagian komplek asrama. Walaupun demikian terkadang dari seksi bahasa mengadakan ulangan tertulis mufrodat secara mendadak. Dari paparan ini dapat dipahami bahwa evaluasi dari pembelajaran penambahan mufrodat dilakukan pada praktek wajib bahasa sehingga dapat dikatakan evaluasinya menggunakan cara praktek dan lisan dan terkadang juga secara tertulis. Program tahfidz dievaluasi dengan cara sorogan (setoran) hafalan dari santri kepada pembina maupun kepada santri yang ditunjuk dan telah diberi kepercayaan untuk menerima setoran teman-temannya. Jumlah ayat yang disetorkan tidak dibatasi baik jumlah minimal maupun maksimalnya, hal ini lebih disesuaikan dan diserahkan kepada kemampuan hafalan masing-masing santri. Hanya saja mereka diberi target dan batasan waktu yaitu selama kurang lebih tiga tahun di asrama kewajiban hafalan Al-Qur‟an 3 juz (juz 28, 29, dan 30) mereka harus sudah berhasil dihafal dengan baik, benar, dan lancar. Pada saat
107
melakukan setoran jika ayat yang disetorkan ternyata kurang lancar maka harus diulang kembali. Selain dengan setoran, pada even tertentu diadakan lomba tahfidz dengan ayat acak yang kemudian santri diminta melanjutkannya. Dengan demikian untuk program tahfidz ini kegiatan evaluasi dilakukan dengan cara tes secara lisan, jika sudah benar dan lancar maka santri tersebut boleh melanjutkan ayat berikutnya, tetapi jika belum benar dan masih kurang lancar maka diulang terlebih dahulu. Untuk saat ini dari jumlah 102 santri terdapat 2 santri kelas XI yang telah berhasil menghafal 3 juz, 40 santri kelas XI dan 1 santri kelas X telah menempuh 2 juz, sedangkan sisanya 59 santri kelas XI di bawah 2 juz. Program pembelajaran muhadharah merupakan kegiatan praktek pidato dalam bahasa Arab maupun Indonesia. Materi pidato diserahkan kepada santri dengan tetap berada dalam koridor keislaman. Setiap kali praktek pidato ini langsung dilakukan evaluasi mengenai penampilan, penyampaian materi, artikulasi, serta isi pidato. Pelaksanaan muhadharah ini memang secara kelompok, tetapi praktek pidatonya secara individual. Suatu saat pada even tertentu juga diadakan lomba pidato antar santri. Dari tuturan tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan muhadharah dievaluasi dengan cara praktek pidato secara individual. Yang terakhir adalah kegiatan belajar wajib. Pelaksanaan kegiatan belajarnya dikelola dan diatur sendiri oleh santri baik secara individual maupun kelompok. Dari kegiatan ini tidak ada evaluasi yang dilaksanakan di asrama, baik untuk belajar yang dilakukan individual
108
maupun kelompok, baik itu kelompok tutorial sebaya maupun klinik mapel. Untuk mengetahui pencapaian target belajar santri dapat diketahui melalui hasil ulangan harian, UTS, ataupun UAS di sekolah. Para santri program unggulan asrama (IPA/Agama) mayoritas telah mampu mencapai KKM (75) yang ditentukan madrasah. Dari pelaksanaan program boarding school yang telah berjalan 2 tahun pelajaran ini belum semua target/tujuan dari penyelenggaraannya tercapai. Tujuan yang telah tercapai adalah mesinkronkan antara pendidikan umum dan agama bagi peserta didik. Hal ini terlihat pada substansi pembelajaran yang diberikan yaitu adanya tahfidz 3 juz dan kajian kitab keislaman wajib diikuti oleh seluruh santri. Untuk kejuaraan olimpiade sains belum ada, tetapi prestasi di bidang lain sudah banyak dicapai antara lain dalam lomba pidato bahasa Arab, Inggris, Indonesia, story telling, qira‟atul kutub, kaligrafi, dan baca puisi bahasa Arab. Demikian halnya dengan tujuan kaitannya dengan output juga belum dicapai karena dari program boarding school ini belum meluluskan peserta didik.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Manajemen Pembelajaran Boarding School Di MAN 1 Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan/implementasi manajemen pembelajaran di boarding school meliputi faktor pendukung dan penghambat terhadap jalannya manajemen pembelajaran. Faktor-faktor
109
tersebut dapat berasal dari berbagai segi, baik guru, siswa/santri, fasilitas, maupun lingkungan sekitarnya. 1. Faktor Pendukung Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Boarding School Di antara faktor pendukung pelaksanaan manajemen pembelajaran dapat dikembangkan dari kekuatan dalam analisis SWOT (Sallis, 2010:223) yaitu sebuah rekrutmen yang kuat, adanya dukungan dari pimpinan institusi/lembaga, adanya dukungan dari orang tua yang baik, tersedianya fasilitas belajar yang memadai. e. Sebuah rekrutmen yang kuat Dari data yang ditemukan bahwa dari segi pembina, pengajar, dan santri terdapat dukungan yang cukup kuat untuk penyelenggaraan boarding school berciri khas pesantren. Dari segi pembina asrama, diketahui kualitas ketiga pembina memenuhi kualifikasi pendidikan S1, berlatarbelakang pendidikan pesantren serta pernah mengabdi di pesantren (pembina asrama putra dari pesantren salaf dan pembina asrama putri dari pesantren modern), hafal sebagian juz dari Al-Qur‟an, dan mampu berbahasa Arab secara aktif, bahkan kedua pembina asrama putri mampu berbahasa Inggris secar aktif. Selain pembina, pengajar kajian kitab juga bekualifikasi pendidikan S1 dan berasal dari pondok pesantren salaf. Bagitu pula untuk tentor klinik mapel juga berpendidikan S1 dan mampu di bidang yang diampu dan bersedia mengajar pada waktu yang fleksibel sesuai kebutuhan anak. Hal ini dapat mendukung program
110
boarding
yang mewajibkan
berbahasa
Arab
dalam
keseharian,
mewajibkan hafalan Al-Qur‟an 3 juz, adanya kajian kitab salaf, dan klinik mapel untuk mendukung prestasi belajar santri di sekolah. Dari segi santri direkrut berdasarkan seleksi baik seleksi secara tertulis maupun lisan. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa ssejumlah 51,96% santri merupakan peserta didik berprestasi dari sekolah asalnya yaitu memiliki rata-rata nilai UN di atas 80 dan sejumlah 37, 25% memiliki rata-rata berkisar antara 70,00-79,00. Selain ukuran prestasi akademik seperti tersebut, sejumlah 68,63% santri berasal dari Madrasah Tsanawiyah negeri maupun swasta dan 8,82% berasal dari SMP yang berciri khas keislaman. Dari data tersebut dapat dipahami bahwa rata-rata santri memiliki kemampuan akademik tinggi dan mempunyai basic pendidikan agama yang cukup. Selain itu para snatri juga memiliki semangat tinggi dalam menuntut ilmu. Dengan demikian hal itu dapat menjadi pendukung terselenggaranya program unggulan boarding school. f. Adanya dukungan dari pimpinan institusi/lembaga. Penyelenggaraan program boarding school berciri khas pesantren ini mendapat dukungan kuat dari kepala madrasah beserta jajarannya dan juga dari pihak Kementerian Agama bidang Mapenda. Terlebih karena memiliki tujuan yang baik yaitu mewujudkan output peserta didik yang unggul baik di bidang akademik maupun agama.
111
g. Adanya dukungan dari orang tua yang baik. Orang tua santri rata-rata mendukung anak mereka masuk di boarding sebab mereka berharap anak mereka juga mandapatkan pendidikan agama yang cukup, menjadi anak yang shalih, taat beragama, tidak hanya mendapatkan pendidikan umum dan berprestasi di bidang umum saja. h. Tersedianya fasilitas belajar yang memadai. Untuk penyelenggaraan program boarding school ini sudah tersedia fasilitas mamadai yang meliputi komplek asrama lengkap dengan kamar beserta fasilitas kamar, ruang lobby, masjid dan mushala, aula, ruang kelas dan fasilitas dari madrasah yang diselenggarakan untuk digunakan bagi kepentingan belajar santri, serta fasilitas pendukung lainnya. 2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Boarding School Faktor penghambat pelaksanaan manajemen pembalajaran pun dapat dikembangkan dari kelemahan atau hambatan dalam analisis SWOT yaitu kebalikan dari kekuatannya (Sallis, 2010:223), antara lain dari segi siswa misalnya terdapat beberapa input siswa yang kurang bagus, faktor fisiologis siswa saat belajar; dari segi guru seperti kurangnya staf pengajar berkualitas; berkurangnya dukungan dari pimpinan; masih ada fasilitas yang kurang; orang tua siswa yang hanya menuntut hasil belajar segi kognitifnya saja.
112
f. Dari segi siswa/santri Dari segi santri masih terdapat beberapa input yang kurang bagus, seperti ilmu agama masih minim, belum pernah ngaji kitab, tidak bisa bahasa Jawa karena berasal dari luar provinsi Jawa Tengah padahal kitab yang dikaji berbahasa Jawa serta beberapa santri masih manja. Faktor lain adalah faktor fisiologis santri yaitu mereka sudah lelah karena belajar seharian sejak pagi sehingga semangat belajar berkurang. (wawancara AF, CM, AM, RL) Alternatif solusiya adalah lebih memperketat seleksi perekrutan santri baru dan dilakukan secara obyektif, jujur, dan adil serta bagi santri yang sudah masuk diberikan bimbingan khusus seperti klinik mapel dan tutorial sebaya. Bagi santri yang belum pernah mengkaji kitab hendaknya diberitahu terlebih dulu cara-cara mengkajinya serta diberi kesempatan waktu untuk berlatih. Untuk santri yang tidak bisa berbahasa Jawa maka pengajarnya yang harus memahami hal itu sehingga santri tetap semangat untuk mengkaji kitab klasik dan pengajar hendaknya mau menjelaskan ulang
materi
yang
dipelajari
menggunakan
bahasa
Indonesia.
Menghadapi santri manja sebaiknya tetap dilakukan pembiasaan, disiplin dan dipaksa mandiri, tanggung jawab, hingga mereka terbiasa dan memiliki kesadaran diri. Dalam pembelajaran pun pengajar harus kreatif dan terampil dalam memilih serta menggunakan metode dan media, sehingga peserta didik yang mengantuk, lelah bisa tetap semangat mengikuti pembelajaran dengan senang.
113
g. Dari segi guru/pengasuh Pengasuh dan guru yang kompeten sudah ada, tetapi jumlahnya masih belum seimbang dengan santri yang diasuh. Hal ini dikarenakan sulitnya merekrut staf dengan kompetensi yang disyaratkan diantaranya bersedia tinggal di lingkungan asrama. Solusinya adalah melakukan pengkaderan pengurus asrama dan menyiapkan panji-panji asrama yang diambil dari santri yang berprestasi, disiplin tinggi, serta memiliki semangat juang dan mandiri. Panji-panji itulah yang nantinya akan membantu pengasuh dalam pelaksanaan kegiatan asrama dan menegakkan disiplin asrama yang ada. Sebagaimana di pondok modern Gontor yang menerapkan sistem pengkaderan dan reorganisasi. Dengan demikian kegiatan dan disiplin asrama akan tetap dapat berjalan meski jumlah pengasuh belum seimbang dengan jumlah santri. Selain itu dengan mengubah jadwal kegiatan yang sekiranya pada waktu itu pengajar dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, dan seperti halnya klinik mapel santri mengkonfirmasikan terlebih dahulu pelaksanaan kegiatan tersebut di waktu sebelumnya, sehingga dapat diketahui dan menemukan waktu yang kedua belah pihak bisa hadir. h. Berkurangnya dukungan dari pimpinan dan ada pihak yang menentang. Dukungan dari pihak pimpinan mungkin sudah didapatkan, tetapi kemungkinan masih ada pihak yang belum bisa menerima keberadaan boarding school dengan segala aktivitasnya ini. Hal lain lagi adalah keberadaan boarding ini adalah milik madrasah bukan sebaliknya,
114
sehingga kegiatan santri di boarding harus mengikuti iklim di madrasah. Misalnya pada saat di madrasah mengadakan kegiatan ujian atau ulangan baik tengah semester maupun akhir semester, maka semua kegiatan asrama diliburkan. Kegiatan santri yang ada hanyalah shalat berjama‟ah tilawah Al-Qur‟an, dan belajar. Dengan demikian kegiatan asrama yang pada dasarnya dapat selesai menjadi terlambat. (wawancara SW dan AF ) Untuk mengatasi hambatan itu dilakukan pemberian pengertian kepada pihak-pihak yang kurang menerima program ini bahwasanya penyelenggaraan program boarding school merupakan investasi masa depan jangka panjang dan berupa ilmu umum dan agama yang manfaatnya dapat dirasakan di kemudian hari, serta menambah keyakinan bahwa keputusan untuk menggunakan PSBB sebagai asrama peserta didik adalah bertujuan baik dan mulia. i. Masih ada fasilitas yang kurang. Fasilitas asrama memang sudah memadai, tetapi masih ada yang kurang seperti halnya komputer, di asrama hanya terdapat satu unit beserta printernya. Santri putri belum mempunyai tempat untuk shalat dan mengaji yang tetap, karena aula Al-Khawaritsmi yang digunakan sebagai tempat shalat jama‟ah dan mengaji serta kegiatan asrama lain terkadang digunakan untuk kepentingan rapat baik oleh dinas maupun pihak MAN, bahkan disewakan untuk acara umum. Sebenarnya di sekitar komplek asrama putri sudah terdapat mushala dengan kondisi yang baik,
115
tetapi kapasitasnya tidak cukup untuk menampung jama‟ah santri putri yang berjumlah lebih dari 60 santri. (observasi dan wawancara santri) Oleh karena itu pembina dan para santri berinisiatif menggunakan ruang lobby baik asrama Al-Azhar maupun Al-Lighar untuk melaksanakan shalat jama‟ah atau kegiatan lain seperti tahfidz, dan penambahan mufrodat, sedangkan muhadharah kadang dilakukan di halaman asrama. Untuk penggunaan fasilitas komputer, diberlakukan absensi dan tugas piket diwan, sehingga bagi siapa saja yang ingin menggunakan komputer harus mengisi daftar absensi dulu dan antre. Cara lain adalah meminta izin kepada pihak sekolah untuk menggunakan laboratorium komputer pada waktu tertentu. j. Orang tua siswa/santri dan beberapa pihak lebih menuntut hasil belajar prestasi segi kognitifnya. Sebagian besar orang tua mendukung, tetapi masih ada beberapa yang memanjakan anaknya sehingga pada saat anak mengeluh akan kegiatan asrama dan sekolah yang cukup padat, serta disiplin asrama yang ketat, beberapa orang tua ingin menarik anaknya dari asrama. Beberapa hanya melihat peningkatan belajar anak dari segi kognitif dan nilai dari belajar anak, tidak memperhatikan bagaimana progresivitas dari segi afektif dan psikomotoriknya serta aspek religiusitasnya. (wawancara AF) Disebabkan hal itu maka pihak asrama mengambil langkah untuk mengurangi kegiatan asrama dan pelonggaran peraturan asrama dengan
116
tidak menghilangkan kedisiplinan. Kegiatan asrama dilaksanakan
adalah
kegiatan
yang
mendukung
yang tetap tujuan
dari
penyelenggaraan program boarding school sebagai program unggulan di MAN 1 Kabupaten Magelang.
117
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan paparan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat peneliti simpulkan mengenai hasil penelitian tentang manajemen pembelajaran boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2013/2014 sebagai berikut: 1. Implementasi Manajemen Pembelajaran Boarding School Di MAN 1 KabuPaten Magelang a. Pembelajaran boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang Boarding school merupakan program unggulan yang ada di MAN 1 Kabupaten Magelang dengan tujuan tinggi. Pembelajaran yang ada di boarding adalah upaya untuk mencapai dan merealisasikan tujuan dari penyelenggaraan program tersebut. Diantaranya adalah penambahan mufrodat untuk mendukung pelaksanaan wajib bahasa Arab, tahfidz (hafalan) Al-Qur‟an 3 juz, muhadharah (pidato), kajian kitab, dan program belajar wajib. Waktu santri boarding diisi dengan kegiatan keagamaan, dan belajar yaitu sore ba‟da Ashar dimulai kegiatan asrama yang hingga belajar wajib pukul 20.00-21.30 WIB dan ba‟da Shubuh hingga pukul 05.30 WIB. Intensitas bimbingan belajar santri pun lebih banyak daripada siswa regular, sebab bagi santri boarding difasilitasi klinik mapel beserta tentornya sesuai bidang yang diampu. Selain itu
118
santri juga diberikan pendidikan karakter yang berisi motivasi untuk maju dan meraih tujuan serta cita-cita tinggi di bidang agama dan umum. b. Fungsi-fungsi manajemen pembelajaran boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang Dalam fungsi manajemen pembelajaran terdapat kegiatan perencanaan pembelajaran, pengorganisasian pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
dan
pengawasan
beserta
evaluasi
pembelajaran.
Pembelajaran di boarding tidak diawali dengan penyusunan rencana pembelajaran dikarenakan model pendidikan yang ada mengadopsi dari pendidikan di pesantren salaf dan modern. Di awal tahun hanya dilakukan penyusunan program pembelajaran yang meliputi materi apa yang akan diberikan, tujuan pemberian materi itu, serta langkah untuk mencapai tujuan. Pada bagian pengorganisasian terdapat pengelolaan pendidik,
peserta
didik/santri,
materi
serta
waktu
pelaksanaan
pembelajaran. Kemudian pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode sorogan, bandongan, ceramah, dan lain-lain, sedangkan media yang digunakan berupa media cetak seperti kitab dan papan tulis serta perangkatnya. Terakhir adalah pengawasan serta evaluasi pembelajaran, di mana pengawasan terhadap pembelajaran dilakukan oleh penanggung jawab boarding yaitu kepala madrasah dan pengasuh/pembina asrama. Untuk evaluasi secara formal tidak ada, tetapi lebih ditekankan secara praktis dan lisan yang dilakukan setiap saat.
119
2. Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen pembelajaran boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen pembelajaran boarding school meliputi faktor pendukung dan penghambat. Di antara faktor pendukung pelaksanaan manajemen pembelajaran adalah adanya sebuah rekrutmen pendidik dan peserta didik yang kuat dengan ditetapkan syarat tertentu untuk seleksi, dukungan dari pimpinan, dukungan orang tua santri/siswa, dan ketersediaan fasilitas yang memadai. Sementara itu juga terdapat faktor yang menghambat yang berasal dari santri/siswa, seperti adanya beberapa input yang kurang baik serta faktor fisiologis santri/siswa. Faktor yang berasal dari pendidik, antara lain terbatasnya jumlah pendidik karena sulitnya memperoleh sosok pembimbing sehingga jumlah yang ada tidak seimbang dengan jumlah santri yang dibina. Selain itu penghambatnya adalah adanya beberapa pihak yang belum bisa menerima keberadaan boarding, masih adanya fasilitas yang kurang, serta tuntutan aspek kognitif yang lebih dominan. B. Saran Penyelenggaraan program boarding school dengan ciri khas pesantren atau keislaman hendaknya lebih ditingkatkan dan dimantapkan. Pelaksanaan pembelajaran di boarding pun sebaiknya lebih ditertibkan, dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, dan kedisiplinan yang sudah ditetapkan hendaknya diterapkan dengan sungguh-sungguh sehingga tujuan dari boarding
120
yang diinginkan dapat tercapai. Khusus untuk santri putri hendaknya diberikan kajian tentang keputrian yang mungkin dua kali dalam satu minggu dengan dipimpin oleh ustadzah atau guru putri yang paham akan masalah keputrian. C. Kata Penutup Alhamdulillah, atas segala bentuk hidayah, taufiq, serta inayah Allah SWT penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan penuh rasa syukur. Peneliti menyadari bahwa penelitian dan penulisan skripsi ini belum mencapai taraf sempurna. Hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan peneliti dalam menggali dan menyerap ilmu pengetahuan serta informasi. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat peneliti harapkan demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga dengan adanya kritik dan saran tersebut penulisan skripsi ini dapat mendekati taraf sempurna. Akhirnya peneliti sampaikan jazakumullahu khair kepada semua pihak yang telah membimbing, memotivasi, dan membantu proses penelitian dan penyelesaian penulisan skripsi ini sehingga dapat mencapai tahap akhir. Harapan peneliti semoga hasil penelitian dalam bentuk skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan para pembaca umumnya. Aamiin.
121
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers. Arifin, Zaenal. 2011. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Baharuddin dan Moh. Makin. 2010. Manajemen Pendidikan Islam. Malang: UINMaliki Press. Depdikbud. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dirjen. Pendidikan Islam. 2006. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama. Echols, John M. dan Hassan Shadily. 2005. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Halim, A., dkk. 2005. Manajemen Pesantren. Yogyakarta: PT Lkis Pelangi Aksara. Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hill, Winfred F. 2009. Theories of Learning, terj. M. Khozim. Bandung: Nusa Media. Kartono, Kartini. 1994. Psikologi Sosial untuk Manajemen, Perusahaan, dan Industri. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Maimun, Agus dan Agus Zaenul Fitri. 2010. Madrasah Unggulan: Lembaga Pendidikan Alternatif Di Era Kompetitif. Malang: UIN-Maliki Press. Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
122
Muhaimin. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Muliawan, Jasa Ungguh. 2005. Pendidikan Islam Itegratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nasir, Ridlwan. 2005. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sallis, Edward. 2010. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, terj. Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi. Yogyakarta: IRCiSoD. Saroni, Muhammad. 2006. Manajemen Sekolah: Kiat Menjadi Pendidik yang Kompeten. Yogykarta: Ar-Ruzz. Seifert, Kelvin. 2010. Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan, terj. Yusuf Anas. Yogyakarta: IRCiSod. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. STAIN Salatiga. 2009. Pedoman Peulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Suprayogo, Imam. 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suwardi. 2007. Manajemen Pembelajaran. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Usman, Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers. Usman, Husaini. 2006. Manajemen: Teori, Praktik, dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Widoyoko, S. Eko Putro. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yasmadi. 2002. Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Pers. Zarkasyi, Abdullah Syukri. 2005a. Manajemen Pesantren: Pengalaman Pondok Modern Gontor. Ponorogo: Trimurti Press.
123
2005b. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. http://www.kajianteori.com/2013/03.html: Boarding School: Jenis-jenis Boarding School, diakses pada Rabu, 16 Juli 2014 pukul 15.25. http://en.wikipedia.org/wiki/boardingschool: Boarding School, diakses Rabu, 10 Sept „14 pukul 09.50
124
LAMPIRAN
125
INSTRUMEN PEDOMAN PENELITIAN
A. Pedoman Observasi 1. Letak geografis asrama MAN 1 Kabupaten Magelang. 2. Kondisi obyektif pembina, dewan asatidz, dan santri asrama MAN 1 Kabupaten Magelang. 3. Kondisi sarana dan prasarana asrama MAN 1 Kabupaten Magelang. 4. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan pembinaan di asrama MAN 1 Kabupaten Magelang. 5. Sikap santri dalam mengikuti kegiatan asrama. B. Pedoman Dokumentasi 1. Sejarah MAN 1 Kabupaten Magelang. 2. Visi dan misi MAN 1 Kabupaten Magelang. 3. Susunan organisasi kepemimpinan MAN 1 Kabupaten Magelang. 4. Sejarah diadakannya program boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang. 5. Tujuan penyelenggaraan program boarding school. 6. Daftar inventaris sarana prasarana asrama. 7. Susunan kepengurusan dewan pengelola asrama. 8. Daftar ustadz/ustadzah pengampu kegiatan pembelajaran di asrama beserta kulifikasi pendidikannya. 9. Susunan kepengurusan santri putra dan putri asrama. 10. Tata tertib/peraturan bagi santri putra dan putri asrama.
126
11. Daftar santri putra dan putri asrama. 12. Jadwal kegiatan pembelajaran dan kegiatan lain santri asrama. 13. Rencana pelaksanaan kegiatan santri asrama 14. Foto-foto kegiatan santri.. C. Pedoman Wawancara 1. Untuk kepala sekolah selaku penanggung jawab asrama. a. Bagaimana sejarah program boarding school di MAN 1 Kabupaten Magelang? b. Siapa penggagas pertama adanya program tersebut? c. Bagaimana konsep penyelengaraan program tersebut? d. Apa faktor pendukung terlaksananya program tersebut? Apa faktor penghalangnya? e. Tujuan apa yang ingin dicapai dari program tersebut? f. Apa yang menjadi pertimbangan dalam memilih pengasuh atau pembina asrama? g. Pelajaran apa yang menjadi tambahan bagi santri asrama untuk menunjang pencapaian tujuan? h. Apa kualifikasi pengajar jam tambahan bagi santri asrama? i. Apa syarat-syarat penerimaan santri baru asrama? j. Kegiatan pembelajaran keagamaan apa yang menjadi pelajaran tambahan bagi santri asrama, setelah usai KBM bersama siswa reguler lain? k. Adakah prestasi yang telah dicapai oleh santri asrama sejak penyelenggaraannya sampai saat ini?
127
2. Untuk waka bagian humas dan keislaman. a. Apa latar belakang penyelenggaraan program boarding school ini? b. Bagaimanakah model pengasuhan/pembinaan santri asrama? c. Bagaimana latar belakang pendidikan keagamaan dan umum santri asrama? d. Apa yang menjadi pertimbangan dalam menentukan pengasuh/pembina asrama? e. Pelajaran apa yang menjadi tambahan bagi santri asrama? f. Faktor apa yang mempengaruhi penunjukan guru pengajar jam tambahan bagi santri dan bagaimana pembagian tugas mengajarnya? g. Apa faktor pendukung terselenggaranya program boarding school ini? Apa faktor penghambatnya? 3. Untuk pembina asrama. a. Bagaimana penyusunan program pembelajaran dan kegiatan lain santri? (tahunan/persemester) b. Bagaimana pembuatan jadwal kegiatannya? c. Apakah tujuan yang ingin dicapai dari adanya setiap kegiatan dan pembelajaran di asrama? d. Dalam penyusunan kegiatan santri faktor apa yang menjadi pertimbangan utama? e. Apa kewajiban santri dalam asrama? f. Bagaimana strategi dan metode pembelajaran di asrama?
128
g. Untuk wajib bahasa, bagaimana cara mengajarkan keterampilan berbahasanya? h. Bagaimana cara mengawasi pelaksanaan wajib bahasa? i. Untuk hafalan al-Qur‟an, bagaimana model pengajaran dan evaluasinya? Berapa banyak jumlah ayat minimum yang diwajibkan setiap hari? j. Kegiatan pembelajaran apa yang dilaksanakan sejak ba‟da maghrib hingga malam dan ba‟da subuh? k. Bagaimana pelaksanaan pembelajarannnya? Siapa yang mengajar? l. Bagaimana pengawasan dalam pembelajaran? m. Adakah kegiatan evaluasi untuk mengetahui pencapaian target belajar? Bagaimana? n. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan manajemen pembelajaran di asrama? o. Adakah prestasi yang telah berhasil dicapai oleh santri? Apa? Kapan? 4. Untuk ustadz pengampu kajian kitab. a. Kurikulum apa yang digunakan untuk pembelajaran di asrama? b. Apakah sebelum melaksanakan pembelajaran dilakukan penyusunan program pembelajaran? c. Dalan penyusunan program pembelajaran, faktor apa yang perlu diperhatikan? d. Apakah tujuan pelaksanaan pembelajaran di asrama? e. Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran? f. Media apa yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran?
129
g. Adakah pembagian kelas dalam pembelajaran di asrama? Apa yang menjadi dasar pembagiannya? h. Hal-hal apa yang menjadi dasar penentuan subyek pelajaran bagi setiap kelas? i. Kualifikasi apa yang mendasari penentuan pengajar untuk setiap subyek? j. Bagaimana cara mengawasi jalannya proses pembelajaran? k. Bagaimana cara melakukan kegiatan evaluasi untuk mengeahui tingkat keberhasilan dalam pencapaian tujuan pembelajaran? l. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran? m. Adakah peraturan-peraturan khusus dari masing-masing pengajar selama proses pembelajaran? n. Bagaimana sikap santri dalam mengikuti kegiatan pembelajaran? 5. Untuk tentor pengampu klinik mapel. a. Tujuan apa yang ingin dicapai dari adanya kegiatan pembelajaran tambahan ini? b. Bagaimana cara menyusun proram pembelajaran? c. Mengapa subyek pelajaran ini ditambahkan dan diberikan kepada santri asrama? d. Metode apa yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran? e. Media apa yang digunakan untuk menunjang keberhasian pembelajaran? f. Apa
faktor
pendukung
dan
penghambat
pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran tambahan?
130
g. Bagaimana cara mengawasi dan mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran tambahan? h. Bagaimana sikap santri dalam mengikuti pembelajaran tambahan? 6. Untuk santri. a. Bagaimana perasaan kamu dalam mengikuti program boarding school ini? b. Apa alasan kamu mengikuti program ini? c. Adakah kendala yang kamu hadapi selama mengikuti program ini? d. Menurut kamu bagaimana cara ustadz/ustadzah dalam mengajar di asrama? e. Sejauh ini manfaat apa yang telah kamu dapat dengan mengikuti program ini? f. Adakah peraturan atau ketentuan bagi santri yang memberatkan kamu? g. Apakah saran kamu untuk peningkatan program boarding school ini? h. Bagaimana cara kamu membagi waktu antara tugas sekolah dan tugas asrama? i. Menurut kamu, adakah fasilitas asrama yang masih perlu ditambah?
131
BIODATA (DATABASE) SANTRI
Nama Lengkap
:
Alamat
:
Kelas
:
Asal Sekolah
:
Rata-rata Nilai UN SMP/MTs : Nama Orang Tua
:
Penghasilan Orang tua/bln
: Pilih salah satu a. < Rp. 1.000.000,b. Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 3.000.000,c. >Rp. 3.000.000,-
Jumlah saudara
:
Jumlah saudara yang masih sekolah:
132
CATATAN LAPANGAN
Catatan Lapangan I Metode Pengumpulan Data: Observasi Hari dan Tanggal
: Sabtu, 19 April 2014
Jam
: 11.30 WIB
Lokasi
: MAN 1 Kabupaten Magelang
Sumber Data
:
Deskripsi Data: Kesempatan ini adalah kedua kalinya peneliti datang ke lokasi MAN 1 Kabupaten Magelang dan kesempatan pertama untuk survei dan observasi lokasi madrasah beserta asramanya setelah satu pekan sebelumnya mengajukan izin untuk melakukan penelitian di asramanya dan mendapat izin dua hari sebelum observasi. Pada waktu mengajukan izin penelitian hari Jum‟at, 11 April 2014 peneliti tidak bisa secara langsung melakukan observasi disebabkan pada hari itu sedang dilakukan persiapan Ujian Nasional bagi siswa kelas XII, peneliti hanya bertemu dengan pegawai tata usaha bagian arsip. Pada observasi kali ini penliti bersama seorang teman dan didampingi oleh seorang siswi kelas XII yang juga merupakan santri IBS Daarunnajah. Dalam observasi tersebut diperoleh hasil mengenai letak MAN 1 Kabupaten Magelang, letak asrama IBS Daarunnajah, dan keadaan asrama putri secara umum.
133
Interpretasi: MAN 1 Kabupaten Magelang terletak di jalan Sunan Bonang No. 17 Karet, Jurang Ombo, Kota Magelang dan berada di sebelah barat dekat dengan Akademi Militer Angkatan Darat. MAN 1 Kabupaten Magelang memiliki dua lokasi yaitu lokal barat dan timur. Kantor sekretariat, administrasi, perpustakaan, laboratorium, ruang kelas, ruang guru, masjid, lapangan, dan asrama putra-putri berada di area lokal timur, sedangkan area lokal barat hanya digunakan untuk kelas program keterampilan, dan bengkel/tempat praktek program keterampilan. Asrama IBS (Islamic Boarding School) MAN 1 Kabupaten Magelang berada di area lokal timur sebelah selatan. Asrama putra berada di sebelah timur lapangan olahraga dan di sebelah selatan masjid Daarunnajah MAN 1 Kabupaten Magelang, sedangkan asrama putri berada di sebelah barat lapangan olahraga yaitu area dan gedung yang dahulunya merupakan PSBB. Sebelah barat asrama putri terdapat aula Al-Khawaritsmi yang biasa digunakan untuk rapat maupun pertemuan. Aula ini juga digunakan sebagai tempat shalat jama‟ah dhuhur para sisiwi MAN dan para guru wanita, para siswa berjama‟ah di masjid. Selain itu aula juga digunakan untuk melaksanakan kegiatan asrama dan shalat berajama‟ah sehari-hari para santri putri. Komplek asrama putri terdiri dari 20 ruang kamar beserta kamar mandi dalam dan berbagai fasilitas pelengkapnya yang memadai, 1 ruang makan bersama, 1 dapur beserta perlengkapannya, 2 lobby, 1 ruang jenguk, 1 kamar pengasuh lengkap dengan kamar mandi dalam, laboratorium IPA dan bahasa (Penggunanya adalah seluruh warga MAN), 1 ruang kantor (diwan) yang juga
134
merupakan ruang komputer umum untuk santri, 1 ruang kelas (biasanya digunakan sebagai tempat pelatihan, MGMP, dll.). Di tengah-tengah komplek asrama terdapat halaman yang cukup luas dan sebelah selatan asrama adalah tempat jemuran para santri putri.
135
Catatan Lapangan II Metode Pengumpulan Data: Wawancara Hari dan Tanggal
: Sabtu, 26 April 2014
Jam
: 07.15 WIB
Lokasi
: Ruang Waka Humas dan Keislaman
Sumber
: HR
Deskripsi Data: Informan adalah wakil kepala bagian humas dan keislaman. Wawancara kali ini merupakan wawancara yang pertama kali dengan beliau. Sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu menghubungi beliau untuk konfirmasi waktu wawancara. Pada waktu yang telah disepakati, peneliti lalu menemui beliau dan mengajukan beberapa pertanyaan. Dari wawancara yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: Penyelenggaraan boardng school merupakan salah satu langkah untuk mensinkronkan antara pendidikan umum dan pendidikan agama, sehingga peserta didik yang sekaligus menjadi santri asrama diharapkan memiliki pengetahuan agama dan pengetahuan umum secara seimbang. Selain itu ini juga merupakan langkah agar pihak sekolah dibantu oleh pembina asrama dapat mengawasi aktivitas peserta didik dan mendidik mereka secara penuh yaitu selama 24 jam di samping juga diberikan pelajaran tambahan berupa kitab, Al-Qur‟an, bahasa, dan khithobah, serta pendidikan kedisiplinan dan kemandirian. Harapannya peserta didik yang tinggal di boarding (tidak semua siswa di boarding melainkan hanya tidak. Target lain untuk anak boarding adalah fasih berbahasa Arab dan Inggris
136
dan juga memiliki kemampuan agama yang tinggi. Jika di sekolah umum ilmu agamanya kurang, dan di pondok ilmu umunya kurang, maka kami berusaha mengakomodasikan agar anak-anak itu pendidikan umumnya bagus, agamanya pun bagus, dan ditambah bahasa asingnya juga lancar. Selain itu alumni boarding diharapkan nantinya siap dipakai di masyarakat setelah lulus, apalagi masyarakat saat ini perlu seorang pemimpin yang bagus kualitas agama, bahasa, dan memiliki jiwa pemimpin. Seluruh santri boarding wajib hafal 3 juz dari Al-Qur‟an yaitu juz 28, 29, dan 30 serta beberapa surat penting seperti Al-Waqi‟ah, Ar-Rahman, Yaasiin, kemudian khusus bagi santri yang masuk jurusan Agama ada tambahan kewajiban menghafal semua ayat-ayat Al-Qur‟an dan hadist yang terdapat dalam pelajaran pelajaran Aqidah Akhlak, Fiqh, serta Qur‟an Hadist. Dan bagi peserta didik jurusan program Agama diwajibkan masuk asrama. Pembelajaran praktek khithobah atau pidato dalam bahasa Indonesia, Inggris, dan Arab merupakan upaya mempersiapkan mereka untuk siap terjun ke masyarakat dan ketika ada lomba ke luar sekolah mereka telah siap pakai tanpa adanya latihan yang berarti. Tidak semua siswa dapat masuk asrama sebab untuk masuk asrama ada seleksinya yaitu seleksi prestasi akademik, tes tertulis matematika dan IPA, wawancara bahasa Arab dan Inggris dasar serta tes membaca/tilawah Al-Qur‟an. Secara rasio anak asrama adalah anak-anak unggulan yang di atas rata-rata siswa lain, karena mereka adalah siswa berprestasi dari MTs/SMP asalnya yaitu peringkat 1-10. Penyelenggaraan boarding school juga merupakan upaya untuk mengumpulkan anak-anak yang berprestasi untuk dimatangkan dan ditambah kemampuan bahasa Arab dan Inggris, agama, serta eksaknya. Untuk model pengasuhan santri kepala
137
asrama membawahi pembina asrama putra dan putri. Kegiatan santri pada malam hari dibangunkan untuk shalat sunnat tahajjud (pada hari-hari tertentu) dan hafalan Al-Qur‟an di pagi hari (kondisional). Selain itu santri asrama juga diberikan jam pelajaran tambahan untuk kajian kitab (semua jurusan baik IPA unggulan asrama maupun Agama). Santri asrama yang saat ini terbagi menjadi 4 kelas yaitu XI IPA Unggulan asrama, XI Agama, X1 (rintisan program Agama) dan X2 (rintisan ) program IPA Unggulan asrama. Asrama putri yang sekarang dahulunya PSBB yang merupakan tempat pelatihan untuk melatih guru dan atau pegawai di lingkungan Kemenag Jawa Tengah bagian selatan yaitu karesidenan Kedu, Banyumas, dan Surakarta. Akan tetapi tahun-tahun belakangan ini keberadaannya menganggur, sehingga pihak MAN meminta izin Kemenag bidang Mapenda untk penggunaan PSBB sebagai asrama siswa. Mulailah pada tahun pelajaran 2012/2013 dengan harapan akan memperoleh investasi jangka panjang yaitu anak pandai di bidang umum, bahasa, dan agama. Sedangkan yang saat ini menjadi asrama putra memang dulu merupakan asrama siswa sejak berstatus PGA, kemudian setelah beralih menjadi MAN tetap difungsikan sebagai asrama dengan ciri khas pesantren. Kualifikasi pembina asrama adalah mampu berbahasa Arab dan atau bahasa Inggris secara aktif, pendidikan S1/proses S1, berpengalaman mengelola atau alumni pondok pesantren. Untuk kepala asrama mampu berbahasa Arab dan Inggris secara aktif. Bagi pengampu kajian kitab: pendidikan S1, alumni pondok pesantren, mampu di bidang yang diampu dan mampu dari segi waktu. Pengampu klinik mapel: pendidikan S1 sesuai dengan materi yang diampu, mampu di
138
bidangnya dan mampu dari segi waktu serta tenaga. Faktor pendukung penyelenggaraan boarding school di antaranya adanya lokasi dan fasilitas gedung yang memadai, fasilitas sekolah yang lain pun siap dan bisa digunakan; sedangkan penghambatnya adalah perlunya tambahan biaya untuk mensubsidi santri yang berlatar belakang ekonomi keluarga kurang mampu, pada saat belajar kadang anak mengantuk karena capai. Interpretasi: Penyelenggaraan boarding school di MAN awalnya dilatarbelakangi oleh keprihatinan melihat keberadaab gedung PSBB yang cukup lama menganggur, sehingga pihak MAN berinisiatif untuk mengadakan program boarding school sebagai program unggulan dengan harapan memperoleh investasi jangka panjang yaitu dapat mengahasilkan output peserta didik yang berkualitas tinggi (baik di bidang umum, agama, maupun bahasa), siap terjun di masyarakat, berprestasi baik di dalam maupun di luar sekolah. Santri asrama di asuh langsung oleh pembina asrama dan dikepalai seorang kepala asrama. Pembina asrama disyaratkan berpendidikan S1/proses S1, mampu berbahasa Arab dan atau Inggris aktif, berpengalaman mengelola pesantren atau alumni pondok pesantren. Khusus untuk kepala asrama mampu berbahasa Arab dan Inggris aktif. Peserta didik yang masuk asrama berasal dari MTs/SMP dan melalui seleksi prestasi akademik, tes tertulis mapel matematika dan IPA, wawancara bahasa Arab dan Inggris dasar, serta tes tilawah atau baca Al-Qur‟an. Santri asrama dibrikan tambahan kajian kitab, dan les dengan sistem klinik mapel. Pengampu kajian kitab harus berpendidikan S1, alumni pondok pesantren, dan mampu di bidangnya serta dari segi waktu.
139
Pengampu klinik mapek disyaratkan berpendidikan S1 sesuai bidang yang diampu, mampu dari segi tenaga dan waktu. Bagi santri sendiri wajib menghafalkan 3 juz dari Al-Qur‟an yaitu juz 28, 29, 30, dan beberapa surat penting seperti Al-Waqi‟ah, Ar-Rahman, Yaasiin. Selain hafalan Al-Qur‟an santri juga dilatih dengan adanya praktek pidato. Faktor pendukung penyelenggaraan program boarding school adalah adanya lokasi dan fasilitas gedung yang memadai, fasilitas sekolah yang lain pun siap dan bisa digunakan. Faktor penghambatnya adalah perlunya tambahan biaya untuk mensubsidi santri yang berlatar belakang ekonomi keluarga kurang mampu, pada saat belajar kadang anak mengantuk karena lelah.
140
Catatan Lapangan III Metode Pengumpulan Data: Wawancara Hari dan Tanggal
: Senin, 28 April 2014
Jam
: 20.00 WIB
Lokasi
: Masjid Daarunnajah MAN 1 Kab. Magelang
Sumber
: CM
Deskripsi Data: Informan adalah pembina asrama putra. Kali ini merupakan wawancara pertama peneliti kepada informan. Akan tetapi sebelumnya peneliti telah bertemu dengan informan pada saat observasi dan menyampaikan maksud penelitian di asrama sekaligus menyampaikan permohonan mengenai
beberapa dokumen
asrama yang diperlukan. Sebelum melaksanakan wawancara peneliti sudah berkonfirmasi melalui ponsel untuk menentukan waktu wawancara. Pada wawancara di kesempatan kali ini peneliti sekaligus meminta dokumen yang beberapa hari sebelumnya diajukan. Dari wawancara tersebut diperoleh hasil sebagai berikut: Penyusunan jadwal belajar, program pembelajaran, dan kegiatan asrama dilakukan di awal tahun yang ditentukan dengan mempertimbangkan kebutuha santri akan substansi dari materi serta ketersediaan waktu santri dan pengajarnya. Tujuan dari setiap pembelajaran secara umum adalah untuk menambah dan memperdalam pengetahuan agama santri. Dalam pendidikan di asrama santri diwajibkan menghafal ayat Al-Qur‟an sebanyak 3 juz yang mana sudah ditentukan mana saja yang harus dihafalkan yaitu mulai dari juz 28, 29, dan 30
141
serta wajib menggunakan bahasa Arab dalam kesehariannya kecuali untuk katakata yang memang belum diketahuinya. Selain itu, para santri pun wajib menaati segala peraturan asrama yang telah ditentukan. Pelaksanaan wajib bahasa diawasi langsung oleh pembina asrama dengan dibantu seksi bahasa (kismul lughah) dan bagi santri yang melakukan pelanggaran bahasa pun ada sanksinya. Pada dasarnya untuk pelaksanaan wajib bahasa ini sudah didukung oleh lingkungan yaitu sudah di asrama, tetapi pengkondisiannya belum bisa dilakukan dengan baik. Selain itu pengawas bahasa hanya ada beberapa orang dan belum seimbang dengan pelaku wajib
bahasanya. Lingkungan memang secara nyata sudah di asrama, tetapi
terkadang mereka kurang terdorong untuk melaksanakan wajib bahasa, bahkan sebagian santri sudah bagus dalam melaksanakan wajib bahasa dengan bahasa Arab, tetapi yang lainnya masih menggunakan bahasa lokal sehingga pada akhirnya mereka yang telah terkondisikan menjadi berpengaruh. Bahkan kadang santri yang bagus bahasa Arabnya dan menjadi kismul lughah merasa enggan ataupun sungkan untuk mengawasi santri lain karena mungkin yang diawasiberpostur tubuh lebih besar atau teman dekatnya. Untuk mendukung wajib bahasa ini diajarkan keterampilan berbahasa yaitu dengan adanya penambahan kosakata/mufrodat pada hari-hari yang telah ditentukan. Hafalan Al-Qur‟an diajarkan secara tamanni, kemudian santri melakukan hafalan secara otodidak, selanjutnya santri wajib menyetorkan hafalan kepada pembina atau senior yang ditujuk. Adapun jumlah ayat atau surat yang disetorkan pada jadwal tahfidz tidak ada batas minimumnya, hanya saja ditargetkan sampai lulus MAN nanti 3 juz yang telah ditentukan tersebut harus sudah selesai dihafal
142
dengan lancar. Akan tetapi bila 3 juz itu telah selesai sebelum batas waktu maksimal yang ditentukan maka diperbolehkan menambah hafalan maupun dengan menghafal surat-surat tertentu dari Al-Qur‟an. Dalam kegiatan tertentu kadang diadakan lomba tahfidz dengan seleksi ayat secara acak lalu peserta diminta untu melanjutkan. Kegiatan muhadharah atau khothabah (pidato) dilaksanakan dengan jadwal ada muhadharah diniyah dan muhadharah usbu‟iyah dengan tema bebas yang penting tentang keagamaan bisa fiqh, aqidah, hadits, dan lain-lain. Pada muhadharah usbu‟iyah terkadang bergabung dengan santri putri. Setiap kali kegiatan muhadharah dilakukan evaluasi secara langsung yaitu praktek pidatonya. Kegiatan pembelajaran sudah ada sebagaimana di jadwal dengan ketentuan yang berbeda satu hari dengan hari yang lain. Untuk kegiatan belajar wajib kadang santri putra dan putri belajar bersama membentuk kelompok, kadang mengadakan klinik mapel dengan memdatangkan tentor dari luar atau mengadakan tutor sebaya. Untuk evaluasinya tidak ada, dan untuk mengetahui pencapaian target belajar dapat diketahui melalui hasil ulangan atau ujian di sekolah. Faktor pendukungnya adalah input bagus, pinter, kreatif, serta fasilitas cukup memadai. Sementara penghambatnya adalah santri kadang sudah lelah belajar seharian di sekolah sehingga terkadang mereka kurang semangat untuk melaksanakan jadwal asrama maupun mengaji serta latar belakang santri yang berbeda-beda. Untuk prestasi santri di sekolah bagus, di luar sekolah pun sudah beberapa kali juara. Mengenai peraturan bagi santri putra dan putri secara umum sama.
143
Interpretasi: Penyusunan program belajar dan kegiatan asrama dilakukan di awal tahun dengan mempertimbangkan faktor kebutuhan santri akan substansi dari materi dan ketersedian waktu antara santri dan pengajar. Pembuatan jadwalnya pun dilakukan di awal tahun. Tujuan dari setiap pembelajaran di asrama secara umum adalah untuk menambah dan memperdalam pengetahuan agama santri. Kewajiban santri di antaranya adalah: 1. Hafalan Al-Qur‟an 3 juz. 2. Melaksanakan praktek muhadharah/khithabah (pidato). 3. Melaksanakan wajib bahasa yaitu menggunakan bahasa Arab dalam keseharian kecuali untuk kosakata yang belum diketahui noleh menggunakan bahasa Indinesia. 4. Belajar wajib pada jam yang telah ditentukan. 5. Menaati semua peraturan asrama yang telah ditentukan. Hafalan Al-Qur‟an diajarkan secara tamanni kemudian santri menghafal secara otodidak dan menyetorkan (sorogan) hafalan kepada pembina atau senior yang ditunjuk sebagai evaluasinya dan kadanga dilakukan lomba tahfidz dengan ayat acak. Muhadharah/khithabah dilaksanakan dengan jadwal diniyah dan usbu‟iyah, dipraktekkan individual denga tema bebas tetapi masih dalam lingkup keagamaan Islam. Prakteknya pun secara langsung dievaluasi oleh pembina. Wajib bahasa dipraktekkan secara langsung dalam kehidupan keseharian di asrama dan pada jadwal tertentu dilakukan penambahan kosakata/mufrodat
144
dengan metode menirukan lalu dicatat. Kemudian mufrodat tersebut dipraktekkan dalam bercakap. Untuk mengawasi jalanya wajib bahasa dibentuk kismul lughah atau seksi bahasa untuk membantu pembina dalam mengawasi wajib bahasa. Bagi yang melanggar bahasa dikenai sanksi. Belajar wajib dilaksanakan baik secara individual, kelompok, tutor sebaya, maupun mengadakan klinik mapel dengan mendatangkan tentor dari luar. Kegiatan ini tidak ada evaluasinya, tetapi untuk mengetahui pencapaian belajar santri dapat diketahui dari hasil ulangan atau ujuan akhir. Faktor pendukungnya adalah input bagus, pinter, kreatif, serta fasilitas cukup memadai. Sementara penghambatnya adalah santri kadang sudah lelah belajar seharian di sekolah sehingga terkadang mereka kurang semangat untuk melaksanakan jadwal asrama maupun mengaji serta latar belakang santri yang berbeda-beda. Untuk prestasi santri di sekolah bagus, di luar sekolah pun sudah beberapa kali juara.
145
Catatan Lapangan IV Metode Pengumpulan Data: Wawancara Hari dan Tanggal
: Selasa, 29 April 2014
Jam
: 05.30 WIB
Lokasi
: Teras lobby Al-Lighar asrama putri
Sumber
: AF
Deskripsi Data: Informan adalah kepala asrama sekaligus pembina asrama putri bersama dengan istrinya yang juga sama-sama berpendidikan S1 dan merupakan alumni dari Pondok Modern Darussalam Gontor. Beberapa hari sebelumnya peneliti telah menemui beliau untuk menyampaikan maksud akan melakukan penelitian di asrama Islamic Boarding School Daarunnajah MAN 1 Kabupaten Magelang dan memohon izin bahwa selama proses penelitian peneliti akan menginap di asrama untuk mengetahui kegiatan santri sehari-hari hingga penelitian selesai. Maksud peneliti disambut baik oleh pihak asrama dan beliau pun welcome. Kemudian sore hari sebelum wawancara dengan beliau, peneliti juga menemuinya dengan maksud melaporkan kedatangan yang istilah dalam bahasa Jawa adalah uluk salam memberitahukan bahwa peneliti mulai sejak hari itu menginap di asrama sekaligus mengajukan permohonan dokumen berkaitan dengan asrama putri. Sebelum melakukan wawancara dengan beliau peneliti mengikuti kegiatan kuliah subuh bersama santri putri dengan pembina asrama sebagai pembicaranya. Setelah itu barulah melaksanakan wawancara. Dari wawancara tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
146
Ruhnya boarding itu adalah pendidikan dan pengajaran, maka setiap ada pendidikan, di situ tidak boleh lepas dari sebuah pengajaran. Ketika mengajarkan ilmu pengetahuan harus ada pendidikan karakter, mental, disiplin, pembiasaan, dan kemandirian yang ditanamkan. Pada pagi hari saat otak masih segar (fresh) maka diberikan kegiatan seperti penambahan kosakata/mufrodat ataupun tahfidz. Setelah jam belajar di sekolah selesai mereka mengikuti kegiatan belajar tambahan khusus santri asrama yaitu kaian kitab. Kemudian di malam hari antara pukul 20.00-21.30 WIB merupakan jadwal belajar wajib untuk mempersiapkan pelajaran sekolah hari esok, mengerjakan tugas sekolah, atau persiapan ulangan. Kegiatan belajar ini sifatnya bebas, bagi yang suka belajar sendiri dipersilakan belajar sendiri, tetapi jika ada jadwal belajar kelompok yang telah dibentuk dan disepakati, tutorial sebaya, maupun les klinik mapel maka harus menyesuaikan diri. Jadi manajemen belajarnya bermacam-macam dan di manaje oleh mereka sendiri baik secara pribadi maupun kelompok. Pembina asrama dalam hal ini hanya mengarahkan anak-anak untuk menyusun target, rencana, dan strategi mencapai target tersebut serta mengawasi berlangsungnya kegiatan belajar santri apakah benar-benar belajar atau hanya bergurau. Di antara strategi yang mereka buat adalah ada yang meresume dan kemudian difoto copy untuk satu kelas, ada yang menjadwalkan tutorial sebaya, klinik mapel, dan ada pula yang membuat tim sukses, serta lain sebagainya. Selama jadwal belajar wajib santri tidak diperbolehkan belajar di kamar kecuali bagi yang sakit. Akan tetapi setelah batas waktu tersebut santri boleh belajar di dalam kamar karena mungkin dia memiliki suatu target yang lebih.
147
Interpretasi: Di asrma santri secara langsung diajarkan tentang pendidikan karakter, mental, pembiasaan baik, kedisiplinan, kemandirian dan religiusitas. Kegiatan tahfidz dan penambahan mufrodat diberikan di pagi hari setelah shalat subuh, kajian kitab oleh pihak sekolah dijadwalkan setelah selesai KBM di madrasah, dan belajar wajib di malam hari pada pukul 20.00-21.30 WIB. Dalam kegiatan belajar wajib yang mengelola model dan pelaksanaannya adalah santri baik dilakukan secara peibadi maupun secara kelompok. Pembina asrama hanya mengarahkan dan mengawasi saja. Dari santri ada yang belajar sendiri, kelompok, mengadakan tutorial sebaya, klinik mapel, dan sebagainya.
148
Catatan Lapangan V Metode Pengumpulan Data: Observasi Hari dan Tanggal
: Selasa, 29 April 2014
Jam
: 16.15 WIB
Lokasi
: Asrama Putra IBS Daarunnajah MAN Kab. Magelang
Sumber Data
:
Deskripsi Data: Observasi kali merupakan observasi di asrama putra yang kedua kalinya. Jika pada kesempatan observasi asrama yang pertama kali peneliti hanya dapat mengetahui gedung asrama putra hanya sekilas dari luar saja, untuk kali ini peneliti diizinkan memasuki area asrama putra untuk mengetahui fasilitas yang ada dengan ditemani salah seorang santri putri. Dari kegiatan observasi ini diperoleh hasil mengenai fasilitas bagi santri putra. Interpretasi: Dalam komplek asrama putra terdapat 10 kamar santri lengkap dengan almari, meja dan kursi belajar, ranjang susun, gantungan baju, dan tempat sepatu serta 1 kamar untuk pembina asrama. Fasilitas lainnya adalah, 6 unit kamar mandi, 4 unit WC, 1 ruang lobby yang juga berfungsi sebagai ruang tamu, dan 1 ruang makan bersama yang cukup luas dengan sarana meja, kursi, 1 dispenser lengkap dengan galonnya, dan 1 unit etalase makanan. Di samping kiri asrama (sebelah utara asrama) terdapat masjid Daarunnajah yang difungsikan sebagai tempat shalat jama‟ah dhuhur bagi seluruh siswa laki-laki beserta guru dan karyawan laki-laki, dan sebagai tempat jama‟ah
149
santri putra setiap waktu shalat serta tempat melaksanakan kegiatan asrama seperti mengaji, penambahan mufrodat, kegiatan tahfidz, dan tilawah Al-Qur‟an. Kondisi seluruh fasilitas yang ada masih tergolong bagus, cukup memadai, dan layak pakai.
150
Catatan Lapangan VI Metode Pengumpulan Data: Wawancara Hari dan Tanggal
: Rabu, 30 April 2014
Jam
: 20.52 WIB
Lokasi
: Teras lobby Al-Azhar asrama putri
Sumber Data
: AF
Deskripsi Data: Informan adalah kepala asrama sekaligus pembina asrama bersama dengan istrinya. Wawancara kali ini merupakan wawancara yang kedua dengan beliau. Wawancara dilakukan setelah kegiatan pengajian bersama sebagaimana kultum dengan tema “Meneladani Perjalanan Syech Ibn „Athaillah AsSakandary”. Hasil dari wawancara tersebut adalah sebagai berikut: Sebenarnya dari adanya penyelenggaraan program boarding ini yang mempunyai cita-cita besar adalah kepala sekolah. oleh karena itu diberikan pendidikan tentang disiplin wajib bahasa, tahfidz, serta belajar wajib dan pendidikan secara langsung tentang kesadaran, kemandirian, serta religiusitas. Pada awalnya pelanggaran bahasa ini sanksinya cukup keras sehingga para santri tidak berani melanggar bahasa dan berusaha menggunakan bahasa dengan baik. Akan tetapi hal ini mendapat keitikan keras dari pihak sekolah disebabkan madrasah ini merupakan madrasah negeri sehingga akhirnya peraturan tersebut agak dikendorkan. Pada awalnya jadwal anak asrama pun bisa dikatakan sangat padat, tetapi karena sesuatu hal akhirnya dikurangi. Adanya disiplin yang ditanamkan ini sebenarnya adalah karena adanya keinginan untuk mendidik karakter santri. Kemudian
151
disiplin wajib bahasa diadakan dengan harapan agar alumni MAN terutama yang berasal dari asrama mempunyi ciri khas bisa bahasa Arab secara aktif. Adanya tahfidz atau hafalan Al-Qur‟an adalah karena mereka notabennya juga merupakan santri yang kedepannya akan menjadi bapak/ibu, sehingga diharapkan mereka bisa mendidik anak-anak mereka dengan dasar Al-Qur‟an yang telah mereka hafal. Selain itu harapannya agar para santri ini nantinya saat pulang ke kampung halamannya masing-masing merka bisa menjadi kader-kader muslim/muslimah ataupun guru yang baik dan mumpuni. Program atau rencana kegiatan sudah disusun di awal tahun. Pembuatan jadwal mempertimbangkan hal-hal seperti: kesehatan santri, energi yang dikeluarkan, sinkrinisasi dengan jadwal sekolah (jadwal asrama harus menyesuaikan dengan program sekolah karena asrama ini adalah milik sekolah bukan sebaliknya). Jika di sekolah sedang ada UTS/UAS maka seluruh kegiatan asrama diliburkan , yang ada hanya tilawah Al-Qur‟an, shalat, dan belajar untuk persiapan ujian. Santri diwajibkan memiliki hafalan Al-Qur‟an 3 juz yaitu juz 28, 29, dan 30 serta jika waktu masih mencukupi bisa ditambah dengan hafalan surat-surat tertentu seperti Al-Waqi‟ah, Ar-Rahman, Yaasiin. Untuk wajib bahasa masih mengalami kesulitan disebabkan oleh lingkungan. Pada saat di asrama bisa dikondisikan, tetapi ketika di sekolah tidak karena mereka juga perlu berinteraksi dengan guru dan siswa regular yang lain. Strategi dalam menjalankan wajib bahasa adalah anak harus kaya akan kosakata/mufrodat yaitu dengan penambahan mufrodat pada jadwal yang telah ditentukan, paham nahwu shorof sehingga perlu juga diajarkan ilmu nahwu shorof, dan latihan takallam/muhadatsah atau bercakap-cakap.
152
Sementar cara mengajarkan keterampilan berbahasa adalah dengan jalan anak diajarakan dan dituntut untuk mau bicara dengan bahasa Arab walaupun masih salah yang terpenting berani ngomong dulu, mendahulukan pembiasaan untuk berucap menggunakan bahasa Arab terlebih dahulu dan setelah anak berucap serta salah mengucapkan maka barulah dibetulkan. Misalnya: T: Apakah kamu (pr) sudah makan? (dalam bahasa Arab “benar”) J: Ya, saya sudah makan. (jawaban bahasa Arab “salah”)
)ر١ذ؟ (صس ِ ًٍ٘ او
) أٔب ْأاوً خٍص (خطأ,ُٔؼ
Jawaban yang benar:
أوٍذ,ُٔؼ Untuk wajib bahasa cara mengawasinya dengan ditetapkannya selsi bahasa, bagi yang ketahuan melanggar bahasa ada sanksi (iqab) tertentu dan dijadikan sebagai mata-mata (jasus) bahasa yang tugasnya dia memata-matai teman lain dalam menggunakan bahasa di kesehariannya. Pada saat ini yang mejalankan tindakan hukuman adalah pengurus asrama bagian keamanan dan bahasa. Pembina asrama hanya mengawasi dari jauh, walaupun pada awalnya semua ditangani langsung oleh pembina asrama. Mengenai hafalan Al-Qur‟an, di awal tahun ajaran baru ada tes baca Al-Qur‟an, kemudian diklasifikasikan berdasarkan kelancaran bacanya, bagi santri yang sudah bagus dan lancar membacanya bisa langsung menghafal. Namun, bagi yang belum bagus dan lancar baca Al-Qur‟an, dia harus belajar lagi ntuk memperbaiki bacaannya dan setelah itu baru bisa hafalan serta harus bisa menyesuaikan, mengejar hafalan sebagaimana santri yang lain. Pada awalnya setoran hafalan langsung kepada pembina asrama, tetapi untuk saat ini santri yang memiliki
153
hafalan banyak, membacanya bagus diberi kepercayaan untuk menerima hafalan dari santri lain yang sejajar maupun juniornya. Kegiatan belajar wajib diawasi secara langsung oleh pembina apakah mereka benar-benar belajar atau henya bercanda. Evaluasinya anak sendiri yang melakukan sebab merekalah yang diminta untuk membuat target dan menyusun strategi, dan untuk mengetahui pencapaian terhadap target tersebut dapat diketahui dari hasil ulangan harian maupun ulangan semester karena hubungannya dengan sekolah. Di asrama yang bisa diukur adalah attitude/sikap, disiplin bahasa, disiplin ibadah, muhadharah, tahfidz, karakter, dan kemandirian. Pada malam Ahad diadakan muhadharah/khithabah (pidato) dengan tema materi diserahkan pada santri tetapi harus masih dalam koridor keagamaan Islam. Yang diukur dari muhadharah ini adalah bisa pidato atau tidak, berhasil menyampaikan materinya atau tidak, penampilannya, cara menyampaikannya. Sementara untuk program hafalan dievaluasi dengan setoran, yaitu anak sudah punya setoran atau belum yang dapat terlihat ketika sudah ada anak yang punya hafalan. Pendukung pelaksanaan manajemen di antaranya: anak-anak semangat, kepala sekolah mendukung, orang tua santri memiliki harapa besar agar anaknya menjadi disiplin dan shalih, sedangkan penghambatnya adalah ada beberapa anak yang masih manja sehingga sedikit-sedikit dia bilang kepada orang tua dan minta dijemput, ada juga yang sampai orang tuanya mau menarik anaknya dari asrama dengan alasan bahwa di asrama terlalu banyak kegiatan, dan kegiatan asrama harus mengikuti iklim sekolah.
154
Prestasi yang telah diraih santri selama ini antara lain: muncul anak-anak yang berani berbicara, muncul para orator, anak-anak sudah punya mental pendidik seperti dalam tutor sebaya serta mampu menyampaikan materi penambahan mufrodat di pagi hari, dan ada beberapa yang hafalannya kuat serta cepat. Sementara prestasi di luar sekolah antar lain ada lomba pidato, kaligrafi, essai, dll. Interpretasi: Program/rencana kegiatan disusun sejak awal tahun dengan sekaligus membuat jadwal kegiatan yang
mempertimbangkan faktor kesehatan santri,
energi yang dikeluarkan, snkronisasi dengan jadwal sekolah karena pembuatan jadwal asrama harus menyesuaikan dengan program sekolah sebab asramanya adalah milik sekolah bukan sebaliknya. Terutama saat sekolah mengadakan UTS/UAS maka semua kegiatan asrama diliburkan, foku santri hanya pada shalat, tilawah Al-Qur‟an, dan belajar untuk persiapan ujian. Beberapa program asrama antara lain wajib bahasa, tahfidz/hafalan Al-Qur‟an, muhadharah/khithabah (pidato), dan belajar wajib. Wajib bahasa bertujuan agar alumni MAN khususnya asrama mempunyai ciri khas bisa berbahasa Arab dengan aktif. Strategi dalam menjalankan wajib bahasa adalah mengadakan penambahan mufrodat agar santri kaya akan mufrodat, mengajarkan ilmu nahwu shorof agar santri pahm akan ilmu nahwu shorof sebagai pedoman tata bahasa Arab, dan mengadakan latihan bercakap dalam bahasa Arab (takallam/muhadatsah). Cara mengajarkan keterampilan berbahasa Arab adalah anak diajarkan dan dituntut untuk mau bicara dengan bahasa Arab meskipun salah dan membiasakannya, jika ternyata yang diucapkan itu salah
155
barulah dibetulkan. Pengawasan wajib bahasa dilakukan dengan ditetapkannya seksi bahasa yang bertugas mengawasi para santri dalam menggunakan bahasa dan bagi yang tertangkap melakukan pelanggaran bahasa maka dia dijadikan jasus (mata-mata) untuk mengawasi santri lain dalam berbahasa di keseharian serta diberi sanksi (iqab) lain. Pengawasan ini juga merupakan evaluasi jenis tes praktek untuk penambahan mufrodat. Tahfidz/hafalan Al-Qur‟an bertujuan agar para santri ini nantinya saat menjadi bapak/ibu mereka mampu mendidik anak-anaknya dengan Al-Qur‟an yang telah mereka hafal dan saat kembali ke halaman masing-masing mereka mampu menjadi kader-kader muslim/muslimah dan guru yang baik. Untuk mendukung hafalan ini di awal tahun baru diadakan tes baca Al-Qur‟an kemudian membentuk klasifikasi santri berdasarkan kelancaran baca Al-Qur‟an. Bagi santri yang sudah lancar dan bagus bacaannya maka bisa langsung menghafal, sedangkan yang belum maka diajari dulu hingga dipastikan bagus dan lancar, setelah itu mereka harus berusaha mengejar hafalan sebagaimana santri lain. Hafalan dilakukan secara otodidak kemudian untuk evaluasinya dengan setoran (sorogan) secara lisan kepada pembina asrama atau santri lain yang diberi kepercayaan. Belajar waib diawasi langsung oleh pembina asrama untuk mengetahui keseriusan santri dalam belajar, walaupun target dan strategi belajar mereka sendiri yang merancang. Evaluasi di asrama untuk belajar wajib tidak dilakukan di asrama, yang mengevaluasi adalah mereka sendiri, dan untuk mengetahui pencapaian target belajar dapat diketahui dari hasil ulangan harian atau ujian semester sebab belajar ini hubungannya dengan sekolah.
156
Pendukung pelaksanaan maanjemen pembelajaran di asrama adalah adanya semangat dari para santri, adanya dukungan dari kepala seklah, serta besarnya harapan orang tua pada anaknya agar menjadi disiplin dan shalih. Penghambatnya adalah masih adanya beberapa anak yang manja, dan program asrama harus mengikuti ilkim sekolah. Prestasi santri antara lain muncul anak-anak yang berani berbicara, muncul para orator, anak-anak sudah punya mental pendidik seperti dalam tutor sebaya serta mampu menyampaikan materi penambahan mufrodat di pagi hari, dan ada beberapa yang hafalannya kuat serta cepat. Sementara prestasi di luar sekolah antar lain ada lomba pidato, kaligrafi, essai, dll.
157
Catatan Lapangan VII Metode Pengumpulan Data: Wawancara Hari dan Tanggal
: Rabu, 30 April 2014
Jam
: 16.57 WIB
Lokasi
: Aula Al-Khawaritsmi
Sumber Data
: AT
Deskripsi Data: Informan adalah santri IBS Daarunajah dan siswa kelas X. Sebelum melakukan wawancara peneliti lebih dahulu menanyakan waktu senggang untuk berbincang-bincang beberapa menit kepada santri tersebut. Dari wawancara ini diperoleh data mengenai strategi belajar siswa/santri sekelasnya. Interpretasi: Strategi belajar siswa sekelasnya adalah mengadakan tutor sebaya pada waktu tertentu dengan dijadwal, membuat jadwal untuk mengadakan klinik mapel, membentuk tim resume, saling mengingatkan jika ada tugas ataupun jadwal ulangan.
158
Catatan Lapangan VIII Metode Pengumpulan Data: Wawancara Hari dan Tanggal
: Kamis, 1 Mei 2014
Jam
: 08.00 WIB
Lokasi
: Halaman Asrama Putri
Sumber Data
: BT
Deskripsi Data: Informan adalah santri Islamic Boarding School Daarunnajah MAN 1 Kabupaten Magelang. Wawancara dilakukan setelah kerja bakti bersama pada saat hari libur nasional. Wawancara dilakukan secara santai sebagaimana berbincangbincang biasa. Dari hasil wawancara diperoleh data mengenai pelaksanaan tutorial sebaya, target dan strategi belajar rata siswa sekelasnya. Interpretasi: Tutor sebaya bertujuan agar santri yang pandai tentang materi tertentu mengajari santri lain yang belum bisa, melatih mental santri untuk berani tampil berbagi ilmu dan keahliannya kepada yang lain, serta saling membantu dan mengingatkan tentang pelajaran mana yang belum dikuasai. Langkah tutorialnya adalah menunjuk santri yang pandai akan materi tertentu untuk mengajari sesama temannya dalam satu kelas (terkadang bergantian sesuai materi yang dikuasai dan dipahami oleh santri yang menjadi tutor), menentukan waktu/jadwal pelaksanaan tutorial, dan melaksanakan kegiatan tutorial sebaya pada waktu yang telah disepakati bersama. Tentor untuk tutorial sebaya biasanya dipilih dengan melihat kemampuan santri tersebut di bidang materi tertentu.
159
Target belajar untuk kelasnya adalah tugas sekolah dari berbagai mapel bisa selesai dengan hasil maksimal, peningkatan hasil belajar dan prestasi dari pada yang lalu. Strategi belajar yang akan dilakukan adalah dengan mengadakan tutor sebaya, mengarahkan anak-anak yang nilainya kurang, membentuk tim resume untuk meresume yang kemudian hasil resume difoto copy untuk sekelas, terkadang mengadakan klinik mapel jika memang diperlukan.
160
Catatan Lapangan IX Metode Pengumpulan Data: Wawancara Hari dan Tanggal
: Kamis, 1 Mei 2014
Jam
: 21.00 WIB
Lokasi
: Teras Lobby Al-Azhar asrama putri
Sumber Data
: TF
Deskripsi Data: Informan adalah santri IBS Daarunnajah. Wawancara dilakukan pada saat peneliti ada kesempatan berbincang-bincang dengan informan di sela-sela kegiatan belajar wajib. Kebetulan pada saat itu informan sendiri sedang tidak memiliki banyak tugas dari sekolah. Dari wawancara ini diperoleh informasi mengenai prestasi-prestasi di luar sekolah yang telah dirih oleh santri IBS dalam kurun waktu sejak tahun pelajaran 2012-2014 ini. Interpretasi: Di antara prestasi yang telah berhasil diraih oleh santri IBS adalah sebagai berikut: No. 1. 2. 3. 4.
Nama Santri Ririt Rahma M. Latifah Syahid Yusuf H. Umaimatun N.
Cabang Lomba Story Telling Essai B. Inggris Pidato B. Indo. Pidato B. Arab
Prestasi Juara 2 Juara 1 Juara 2 Juara 3
5.
Taufiqurrohman
Kaligrafi
Juara 3
6. 7. 8. 9.
Sari Bulan Taufiqurrohman Latifah Abu Hamid
Pidato B. Inggris Kaligrafi MQK MQK
Juara 1 Juara 1 Juara 3 Juara 3
Tingkat Jateng-DIY 2013 UIN Suka Yogyakarta Jateng-DIY 2013 Pon-pes WH Yogyakarta Kab. Magelang 2013 Kota Magelang 2014
161
Catatan Lapangan X Metode Pengumpulan Data: Wawancara Hari dan Tanggal
: Jum‟at, 2 Mei 2014
Jam
: 16.00 WIB
Lokasi
: Asrama Putri Al-Azhar
Sumber Data
: BT
Deskripsi Data: Informan adalah santri Islamic Boarding School Daarunnajah MAN 1 Kabupaten Magelang. Wawancara dilakukan pada saat istirahat sore hari dengan berbincang-bincang sebagaimana biasanya. Dari wawancara ini diperoleh data mengenai pelaksanaan muhadharah. Interpretasi: Muhadharah dilaksanakan di akhir pekan secara bergantian sesuai jadwal piket muhadharah. Setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang. Teknik pelaksanaannya adalah santri tugas piket minggu pertama (kelompok pertama) menyiapkan tempat beserta aksesorisnya, sedangkan santri tugas muhadharah adalah kelompok terakhir dan seterusnya berputar hingga seluruh kelompok bisa melaksanakan praktek. Kelompok tugas muhadharah harus menyiapkan meteri pidato keislaman dan penampilan secara maksimal. Substansi materi pidato dibebaskan kepada santri dengan rambu-rambu masih tentang keislaman. Metode yang digunakan dalam kegiatan muhadharah ini adalah metode praktek, sedangkan medianya adalah penggung dengan/tanpa podium didesain oleh santri petugas piket. Tempat muhadharah bisa dilaksanakan di aula atau di halaman asrama.
162
Catatan Lapangan XI Metode Pengumpulan Data: Wawancara Hari dan Tanggal
: Sabtu, 3 Mei 2014
Jam
: 09.09 WIB
Lokasi
: Ruang Bimbingan Konseling
Sumber Data
: SD
Deskripsi Data: Informan merupakan salah satu guru pegampu kajian kitab. Wawancara kali ini merupakan wawancara pertama dengan beliau. Sebelum wawancara peneliti terlebih dahulu mengonfirmasi kesediaan beliau sebagai narasumber untuk digali informasi mengenai bidang kajian kitab, serta waktu senggangnya. Jadi informan pun mengetahui bahwa beliau akan diwawancarai. Dari wawancara itu dieroleh data bahwa informan merupakan alumni sebuah pondok pesantren di Pacitan, Jawa Timur dan berpendidikan S1 dari fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. Mengenai bidang kajian kitab diperoleh informasi sebagai berikut: Kurikulum yang digunakan di boarding adalah gabungan antara kurikulum pendidikan umum dan agama, pondok pesantren salaf dan modern. Program pembelajaran kajian kitab disusun oleh madrasah dan penentuan gurunya pun dilakukan oleh madrasah. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran kajian kitab langsung di kelas setelah KBM madrasah selesai dengan durasi istirahat 15 menit. Dilaksanakan di siang hari dikarenakan guru yang mengajar tempat tinggalnya jauh dari sekolah maupun asrama. Tujuan kajian kitab adalah agar alumni dari asrama dapat diterima di perguruan tinggi baik dalam atau luar negeri, membekali
163
siswa tentang ilmu agama untuk bekal kehidupan di masyarakat, mengetahui sumber/dasar dari suatu hukum, dan bisa menerapkannya sesuai sumber/anjuran dari syari‟at serta untuk menciptakan kader pemimpin muslim yang berkarakter. Jika dibandingkan dengan peserta didik yang biasa, diharapkan output dari asrama bisa unggul dalam perilaku, kehidupan, bisa bermasyarakat dengan baik sesuai anjuran yang ada di agama. Selain itu kajian kitab juga bertujuan memberikan pendalaman materi berkaitan dengan masalah keislaman yang bersumber dari kitab-kitab klasik kepada anak-anak, juga pendalaman tentang ilmu agama. Agar pembelajaran berlangsung secara aktif, maka metode yang digunakan adalah sorogan yaitu guru membacakan kitab dan santrinya juga memegang dan menyimak secara detil sambil memahaminya, kemudian anak diminta membaca dan memahami kembali sebagai evaluasinya. Media yang digunakan yaitu kitab, white board untuk menerangkan. Pembagian kelasnya mengikuti sebagaimana kelas pagi di madrasah. Penentuan subjek belajar atau kitab yang dikaji didasarkan pada kemampuan anak, misalnya kelas 1 diberi kitab yang masih tingkat bawah kemudian setelah yang pertama selesai baru dilanjutkan ke tingkat berikutnya. Untuk pengawasan dilakukan menggunakan presensi yang ada. Interpretasi: Kurikulum boarding menggunakan kurikulum gabungan antara pondok pesantren salaf dan modern. Penyusun program pembelajaran kajian kitab dan penentu guru pengampunya adalah pihak sekolah sebagai penanggung jawab adanya boarding school. Kajian kitab dilaksanakan 15 menit stelah KBM selesai.
164
Tujuannya adalah memberi bekal dan memberi pengetahuan santri tentang ilmu agama serta sumber/dasarnya agar bisa menerapkan sesuai anjuran syari‟at, memberikan pendalaman materi berkaitan dengan masalah keislaman yang bersumber dari kitab-kitab klasik. Kitab yang dikaji ditentukan berdasarkan kemampuan anak yaitu anak kelas 1 diberi kitab tingkat pertama, dan setelah selesai barulah menggunakan kitab tingkat selanjutnya. Metode yang digunakan adalah sorogan, yaitu guru membacakan kitab dan santrinya juga memegang dan menyimak secara detil sambil memahaminya. Pengggunaan white board beserta perangkatnya dan kitab adalah sebagai media belajarnya. Evaluasi dilakukan dengan tes secara lisan yang dilakukan langsung setelah pembelajaran yaitu anak diminta membaca dan memberikan pemahamannya. Kegiatan ini diawasi dengan menggunakan presensi.
165
Catatan Lapangan XII Metode Pengumpulan Data: Wawancara Hari dan Tanggal
: Sabtu, 3 Mei 2014
Jam
: 09.56 WIB
Lokasi
: Ruang Kepala Sekolah
Sumber Data
: SW
Deskripsi Data: Informan adalah kepala sekolah MAN 1 Kabupaten Magelang. Ini merupakan wawancara pertama dengan baliau dan sebelumnya tidak ada konfirmasi terlebih dahulu. Hanya saja sebelumnya pada hari itu pula peneliti melakukan wawancara dengan salah satu narasumber dan darinya mendapat informasi bahwa beliau (bapak kepala sekolah) sedang berada di tempat dan tidak sibuk, maka peneliti bisa langsung menemui dikarenakan untuk menemui kepala sekolah cukup kesulitan. Dengan demikian peneliti harus memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya. Dari wawancara itu diperoleh informasi sebagai berikut: Tujuan penyelanggaraan boarding school adalah menyiapkan siswa-siswa yang berkualitas dalam rangka mengikuti persaingan karena dg anak di boarding akan lebih terdidik secara teratur, mewujudkan alumni yang mampu bersaing dan unggu di bidang agama serta umum, mewujudkan dan menyiapkan kader-kader yang menguasai ilmu dan memiliki karakter keislaman kuat, dan diharapkan santri-santri ini nanti bisa masuk perguruan tinggi negeri favorit baik dalam maupun luar negeri, serta menghasilkan output siswa unggulan.
166
Input asrama adalh siswa-siswa pilihan/berprestasi dari SMP/MTs, punya minat maju, dan mau belajar di asrama. Targetnya mereka hafal Alqur‟an minimal 3 juz untuk mengantisipasi anak yang ingin ke timur tengah dengan nilai TOEFL dan TOAFL-nya minimal 450 serta unggul di bidang bahasa, ilmu, keagamaan, dan hafalan. Langkah-langkah setting-annya adalah kita setting-kan siswa unggulan ketika lomba, seperti: olimpiade SAINS, mata pelajaran, pidato bahasa Indonesia, Inggris, maupun Arab. Harapannya nanti bisa bersaing dengan anak-anak SMA saat kuliah di perguruan tinggi umum favorit maupun agama. Penggagas program boarding school ini adalah pihak pengelola MAN. Melihat madrasah lainnya yang dulu merupakan PGA rata-rata sudah berkembang pesat, sedangkan di MAN ini pada kenyataannya belum maju. Kemudian melihat fungsi asrama PSBB yang dulunya sering digunakan untuk pelatihan dari kemenag Jawa Tengah bagian selatan tetapi akhir-akhir ini sudah tidak lagi yang justru menganggur dan terkadang disewakan baik untuk kedinasan maupun umum. Itu semua memang menghasilkan untung tetapi keuntungan jangka pendek. Keterlambatan perkembangan MAN in mungkin karena lebih memperhitungkan keuntungan materi ketika PSBB disewakan yang tidak lainmerupakan keuntungan jangka pendek itu, sedangkan yang kami pikirkan dan kami inginkan adalah keuntungan investasi jangkan panjang yag bisa berguna bagi bangsa, tidak hanya perseorangan saja, yaitu dengan menggunakan fasilias PSBB sebagai asrama siswa yang harapan ke depannya nanti bisa bermunculan kaum-kaum cerdik pandai dan pemimpin-pemimpin berkarakter. Kemudian kami melakukan studi banding berkaitan dengan boarding school ke Insan Cendekia Jakarta, Al-
167
Maksum, Al-Muthahari, MAN 3 Malang, MAN 2 Kudus, MAN 4 Jakarta. Studi banding juga dilakukan ke 3 MAN sebagaimana disebutkan tadi, karena ketiga MAN tersebut dulunya pun merupakan PGA tetapi akselerasi perkembangannya pesat. Bagi anak asrama biaya listrik dan air sudah ditanggung oleh pihak madrasah,sedangkan untuk makan ada beasiswa bagi peringkat 1-24 sebesar Rp. 200.000,00/bulan, dan bagi peringkat 25-48 sebesar Rp. 100.000,00/bulan. Beasiswa ini bisa dicabut sewaktu-waktu ketika prestasi anak tidak lagi konstan, sehingga anak-anak asrama harus selalu bersaing/berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik. Pemberian beasiswa ini juga merupakan upaya untuk menarik minat siswa agar mau masuk asrama, sebab realitanya di magelang minat masuk boarding school ini masih rendah. Kami berharap beberapa tahun yang akan datang orang-orang justru mau berebut masuk asrama. Konsep penyelenggaraan asrama adalah dikonsep sebagaimana pesantren, hanya saja untuk kajian kitab tetap dilaksanakan di kelas madrasah langsung setelah selesai KBM dengan tujuan agar tetap bisa dipantau secara langsung oleh kepala sekolah apakah benar-benar dilaksanakan atau tidak. Pendukung penyelenggaraan boarding ini adalah Mapenda dan Kemenag. Sementara penghambatnya adalah tidak semua guru mau menerima keberadaan asrama karena tidak semua guru berlatarbelakang pesantren, hal ini terjadi di mana-mana tidak hanya di MAN ini saja dan wajar adanya, tetapi ketika kami yakin bahwa tujuannya benar maka hal itu bisa dikondisikan dan diminimalisir. Selain itu untuk mencari input yang berkualitas cukup sulit. Kualifikasi pembina asrama adalah berlatarbelakang
168
pesantren, aktif berbahasa Arab dan atau Inggris, memiliki karakter sebagai seorang pembimbing yang baik, hafal Al-Qur‟an, dan pendidikan S1 segala jurusan. Syarat penerimaan santri meliputi peringkat 1-10 dari SMP/MTs asal, diutamakan dari MTs, jika dari SMP maka SMP Islam atau SMP umum tetapi sudah memiliki bekal ilmu agama. Untuk menunjang keberhasilan program unggulan ini maka diadakan klinik mapel meliputi matematika, fisika, dan kimia. Interpretasi: Latar belakang penyelenggaraan program boarding school di MAN 1 Kab. Magelang adalah kenyataan melihat madrasah lain yang dulu merupakan PGA rata-rata sudah berkembang pesat, sementara MAN sendiri belum maju. Kemudian melihat fungsi asrama PSBB yang dulu sering digunakan untuk tempat pelatihan dari kemenag Jawa Tengah bagian selatan tetapi akhir-akhir ini sudah tidak lagi digunakan dan menganggur justru lebih sering disewakan baik untuk kedinasan maupun umum. Hal tersebut diakui menghasilkan keuntungan material tetapi itu adalah keuntungan jangka pendek dan cepat habis. kemudian kami memikirkan dan menginginkan keuntungan investasi jangka panjang yang bisa berguna bagi bangsa, tidak hanya perseorangan saja, yaitu dengan menggunakan fasilias PSBB sebagai asrama siswa yang harapan ke depannya nanti bisa bermunculan kaum-kaum cerdik pandai dan pemimpin-pemimpin berkarakter serta berkualitas unggul. Tujuan penyelenggaraan program ini adalah menyiapkan siswa-siswa yang berkualitas dalam rangka mengikuti persaingan, mewujudkan alumni yang mampu bersaing dan unggul di bidang agama serta umum, mewujudkan dan
169
menyiapkan kader-kader yang menguasai ilmu dan memiliki karakter keislaman kuat, dan menyiapkan siswa-siswa yang berkualitas dalam rangka mengikuti persaingan karena dg anak di boarding akan lebih terdidik secara teratur, mewujudkan alumni yang mampu bersaing dan unggu di bidang agama serta umum, mewujudkan dan menyiapkan kader-kader yang menguasai ilmu dan memiliki karakter keislaman kuat, dan diharapkan santri-santri ini nanti bisa masuk perguruan tinggi negeri favorit baik dalam maupun luar negeri, serta menghasilkan output siswa unggulan yang bisa masuk perguruan tinggi negeri favorit baik dalam maupun luar negeri. Konsep pendidikan asrama adalah sebagaimana di pondok pesantren, hanya saja kegiata kajian kitab dilaksanakan di siang hari setelah KBM di madrasah selesai dengan pertimbangan agar pelaksanaannya dapat dipantau dan diawasi secara langsung oleh kepala sekolah selaku penanggung jawabnya. Untuk mendukung dan menunjang keberhasilan program unggulan asrama maka diselenggarakan kinik mapel untuk mata pelajaran matematika, fisika, dan kimia. Kualifikasi pembina asrama di antaranya berlatarbelakang pesantren, aktif berbahasa Arab dan atau Inggris, memiliki karakter sebagai seorang pembimbing yang baik, hafal Al-Qur‟an, dan pendidikan S1. Syarat santri untuk dapat masuk asrama adalah peringkat 1-10 dari SMP/MTs asal, diutamakan dari MTs, jika dari SMP maka SMP Islam atau SMP umum tetapi sudah memiliki bekal ilmu agama. Pendukung penyelenggaraan boarding school adalah dukungan dari Mapenda dan Kemenag, sedangkan penghambatnya adalah tidak semua guru mau menerima
170
keberadaan asrama karena tidak semua guru berlatarbelakang pesantren, dan sulitnya mencari input berkualitas tinggi.
171
Catatan Lapangan XIII Metode Pengumpulan Data: Wawancara Hari dan Tanggal
: Sabtu, 3 Mei 2014
Jam
: 10.30 WIB
Lokasi
: Lobby Kantor MAN 1 Kab. Magelang
Sumber Data
: AM
Deskripsi Data: Informan merupakan salah satu guru pengampu kajian kitab. beliau adalah alumni dari pondok pesantren Futuhiyah Mranggen, Demak dan berpendidikan S1 dari fakultas Syari‟ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sebelum wawancara peneliti terlebih dahulu menghubungi beliau untuk mengonfirmasikan kesediaannya memberikan informasi yang diperlukan serta kesediaan waktunya. Dari wawancara ini diperoleh hasil sebagai berikut: Tujuan kajian pelaksanaan kajian kitab adalah agar santri mengetahui secara jelas sumber-sumber dari setiap masalah yang ada, mengetahui posisi kata dalam bahasa Arab (untuk nahwu), dan sebagai nilai plus/pembeda antara yang asrama dengan yang tidak. Metode yang digunakan dalamkajian kitab yang saya ampu adalah metode bandongan yaitu satu ustadz membacakan isi kitab menghadapi banyak santri, sementara santri mendengarkan dan mencatat maknanya, sedangkan media yang digunakan adalah kitab, jadi setiab anak memegang kitabnya sendiri-sendiri. Pembagian kelas berdasarkan kelas pagi sebagaimana di madrasah. Guru kajian kitab ditentukan dengan kualifikasi harus alumni pondok pesantren atau spesifikasi dari pesantren dan sesuai dengan kemampuannya.
172
Kurikulum yang digunakan yaitu memakai kurikulum pondok pesantren salaf dengan metode dan model pembelajaran klasikal. Pengawasan yang berarti tidak ada dan evaluasi secara tertulis belum ada, yang ada adalah pengamatan terhadap sikap siswa dan penangkapan serta pemahaman anak terhadap materi yang telah diajarkan. Penentuan jenis kitab berdasarkan kemampuan, kebutuhan, bobot jam pelajaran Agama di kelas, seperti halnya jika pelajaran Agama di kelas banyak maka diberi kitab dengan tingkatan yang lebih tinggi. Faktor pendukungnya adalah sikap antusias dari anak untuk belajar agama, tingginya keingintahuan siswa, sedangkan penghambatnya yaitu anak sudak ngantuk dan capai. Interpretasi: Tujuan kajian kitab adalah agar anak mengetahui sumber-sumber dari setiap masalah yang ada, sebagai nilai plus/ pembeda antara yang asrama dengan yang tidak, mengetahui posisi kata dalam suatu kalimat (untuk kitab nahwu). Metode pembelajaran menggunakan metode bandongan sintem klasikal, dengan media kitab. Kurikulum yang digunakan merupakan gabungan dari kurikulum pesantren salaf. Kualifikasi pengajar S1 dan dari pesantren serta mampu mengajarkan kitab klasik. Pembagian kelas mengikuti kelas pagi. Pengawasan yang berarti tidak ada hanya pengamatan terhadap sikap siswa. Evaluasi secara tertulis belum ada sehingga evaluasi dilakukan secara langsung yaitu bagaimana pemahaman dan penangkapan anak terhadap materi yang telah diajarkan. Pendukungnya adalah adanya antusias yang tinggi dari anak untuk belajar agama dan tingginya rasa keingintahuan anak, sedangkan penghambatnya adalah faktor fisiologis anak yaitu kondisi anak yang sudah lelah dan mengantuk.
173
Catatan Lapangan XIV Metode Pengumpulan Data: Wawancara Hari dan Tanggal
: Sabtu, 3 Mei 2014
Jam
: 16.30 WIB
Lokasi
: Masjid Daarunnajah MAN 1 Kab. Magelang
Sumber Data
: CM
Deskripsi Data: Informan adalah pembina asrama putra yang juga mengajar kajian kitab. Beliau berpendidikan S1 dari Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam dan saat ini sedang menyelesaikan studi S1-nya yang kedua pada jurusan Psikologi di IAIN Walisongo dan alumni pondok pesantren Bustan Usyiqil Qur‟an dan Miftahun Najah, Jepara serta hafal beberapa juz dari Al-Qur‟an. Wawancara kali ini merupakan wawancara yang kedua kalinya dengan beliau. Sebelumya peneliti juga sudah mengonfirmasikan waktu untuk wawancara. Dari wawancara tersebut diperoleh hasil sebagai berikut: Krikulum kajian kitab mengacu pada kurikulum madrasah diniyah/pondok pesantren salaf, sehingga untuk kelas X paling tidak diberi kitab tingkatan wustho awal, kemudian kela XI wustho akhir. Pendidikan di asrama memiliki nilai lebih yaitu materi umum bisa dan agama sebagaimana di pesantren pun bisa. Untuk slogan asrama MAN adalah sekolah berasrama berbasis pesantren sehingga diadakan program kajian kitab. Penyusunan program pembelajaran untuk kajian kitab menggunakan kurikulum seperti pondok pesantren salafiyah yang menggunakan kitab klasik/turots dengan standardisasi seperti pondok pesantren
174
tingkat dasar dan menengah. Tujuan adanya kajian kitab agar santri bisa menguasai dan pandai membaca turots, bisa mengamalkan, menerapkan dan mengajarkan isi turots yang telah dipelajari. Metode pembelajaran menggunakan ceramah, guru membacakan dan mengartikan kemudian santri menulis, tanya jawab. Media yang digunakan adalah kitab, white board dan perangkatnya, dan jika memungkinkan menggunakan LCD. Pembagian kelas mengikuti kelas di sekolah. Penetuan jenis kitab yang diajarkan di kelas ini didasarkan pada standarisasi pondok pesantren. Kualifikasi guru pengajar kajian kitab adalah harus alumni pondok pesantren dan S1. Evaluasi pembelajaran dengan cara anak diminta untuk membaca, mengartikan, dan menjelaskan apa yang telah dipelajari, sementara evaluasi secara tertulis belum ada tetapi baru direncanakan. Faktor pendukungnya adalah ada kemauan dari anak untuk mengkaji kitab, sebagian input bagus karena ada yang sudah bermodal dari pesantren atau di rumah juga mengikuti pengajian klasikal, dan didukung oleh sekolah karena merupakan program sekolah. Penghambatnya adalah basic beberapa anak ada yang belum pernah mengenal kitab, ada beberapa input yang kurang bagus, ada yang tidak mudeng bahasa Jawa padahal kitab yang dikaji berbahasa Jawa maka guru juga harus mengulang menerangkan dengan bahasa Indonesia, dan sudah penuhnya kegiatan di sekolah sehingga anak kadang sudah kelelahan sehingga guru harus pandai menggunakan metode. Interpretasi: Tujuan adanya kajian kitab adalah agar santri bisa menguasai dan pandai membaca turots, bisa mengamalkan, menerapkan dan mengajarkan isi turots yang
175
telah dipelajari. Kurikulum yang digunakan dalam kajian kitab ini mengadopsi dari kurikulum pesantren salafiyah dengan standarisasi seperti di pesantren tingkat dasar dan menengah. Metode pembelajaran menggunakan ceramah, tanya awab dengan media kitab, white board, juga juka dimungkinkan menggunakan LCD. Evaluasi dengan cara lisan yaitu santri diminta untuk membaca, mengartikan, dan menjelaskan maksud dari apa yang telah dipelajari pada hari itu, sedangkan evaluasi secara tertulis sedang direncanakan. Kualifikasi pengajar adalah S1 dan alumni pondok pesantren. Faktor pendukung adalah ada kemauan dari anak untuk mengkaji kitab, input cukup bagus dan ada yang sudah pernah belajar kitab, serta ada dukungan dari pihak sekolah. Faktor penghambatnya adalah faktor fisiologis di mana anak sudah lelah karena belajar sejak pagi dan banyak tugas maka guru harus pandai menggunakan metode, basic anak ada yang memang belum mengenal kitab, ada yang tidak tahu bahasa Jawa sehingga guru juga harus mengulang menerangkan dengan bahasa Indonesia.
176
Catatan Lapangan XV Metode Pengumpulan Data: Wawancara Hari dan Tanggal
: Selasa, 6 Mei 2014
Jam
: 10.16 WIB
Lokasi
: Lobby Kantor MAN 1 Kab. Magelang
Sumber Data
: RL
Deskripsi Data: Informan adalah guru pengajar kajian kitab. Beliau adalah alumni fakultas Tarbiyah Pendidikan Bahasa Arab UIN Sunan Kalijaga dan alumni pondok pesanten An-Nur Magelang. Sebelum wawancara peneliti sudah menghuungi informan untuk konfirmasi waktu. Dari wawancara tersebut diperoleh hasil: Kurikulum yang digunakan dalam kajian kitab adalah kurikulum pesantren karena kitab-kitab seperti itu adalah maroji‟, kitab-kitab turots/klasik tersebut sudah baku. Kami hanya mengaarkan sisi maknanyadan dikontekskan dengan kondisi sekarang. Tujuan pengajarannya untuk membekali anak di bidang ilmu fiqh, baik untuk sendiri sehingga bisa diamalkan ataupun diajarkan kepada orang lain. Tujuan akademiknya adalah ketika anak kuliah nantinya agar sudah punya modalmodal keilmuan di bidang ilmu-ilmu dasar keagamaan. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah mastery learning dengan metode sorogan sehingga guru membacakan anak menyimak kemudian anak diminta untuk membaca lalu menjelaskan maksudnya. Setelah kitab itu selesai barulah bisa dilanjutan dengan kitab berikutnya yang tingkatannya lebih tinggi. Pembagian kelasnya mengikuti kelas di sekolah. Kualifikasi guru S1 dan alumni pesantren. Evaluasi dilakukan
177
dengan membaca dan menjelaskan secara langsung atau dengan tes tes safahiyah (lisan). Tes tertulis sedang direncanakan. Pendukungnya guru dan kitab yang dipelajari ada. Penghambatnya adalah waktu pelaksanaan kurang pas, karena saat setelah jam KBM sekolah selesai anak sudah capai dan ngantuk sehingga guru yang harus kreatif mengaktifkan anak dengan metode yang menarik. Interpretasi: Kajian kitab menggunakan kurikulum kurikulum pesantren. Tujuan pengajaran untuk membekali anak di bidang ilmu fiqh sehingga bisa diamalkan untuk sendiri maupun diajarkan kepada orang lain, sedangkan tujuan akademik adalah agar anak memiliki belak keilmuan dasar-dasar keagamaan. Metode pembelajaran menggunakan sistem klasikal dengan metode sorogan. Evaluasi dilakukan langsung setelah pelajaran yaitu dengan tes safahiyah/lisan. Kualifikasi guru S1 dan alumni pesantren. Pendukung: guru dan kitab yang dikaji ada. Penghambat: anak sudah lalah sehingga sering ngantuk. Solusinya guru harus kreatif mengaktifkan anak.
178
Catatan Lapangan XVI Metode Pengumpulan Data: Wawancara Hari dan Tanggal
: Selasa, 6 Mei 2014
Jam
: 20.00 WIB
Lokasi
: - (Via Ponsel)
Sumber Data
: YF
Deskripsi Data: Informan adalah guru pengampu klinik mapel untuk anak asrama. Karena jadwal mengajar beliau yang padat dan adanya suatu hal, maka wawancara dilakukan melalui ponsel. Beliau berkualifikasi pendidikan S1 dari fakultas Sains dan teknologi UIN Sunan Kalijaga. Dari wawancara itu diperoleh informasi berikut: Salah satu tujuan dari klinik mapel yang telah berjalan adalah membantu dan mendampingi belajar anak. Sebenarnya mapel yang ada di program klinik mapel di antaranya ada bahasa Inggris, Fisika, Kimia, Biologi, Matematika, bahasa Arab, tetapi yang jalan pada saat ini hanya baru dua mapel yaitu Matematika dan Fisika karena peserta dengan tentor yang mau dan bisa serta permintaan dari peserta. Alasan mapel-mapel tersebut dimasukkan dalam klinik mapel adalah karema mapel-mapel tersebut merupakan mapel yang biasanya dianggap sulit oleh siswa dan memerlukan pembinaan yang lebih untuk dapat mencapai target akademik yang diharapkan. Dalam program klinik mepel tidak ada penyusunan program belajar. Pelaksanaan kegiatan klinik mapel adalah sebagaimana klinik dokter yaitu anak yang butuh yang datang dan ikut belajar, bagi yang tidak mau ya itu meruaka
179
pilihan anak sendiri. Akan tetapi pelaksaannya biasanya anak dalam rombongan belajar tersebut kompak untuk mengikuti klinik mapel. Metode pembelajaran yang digunakan kondisional, menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak, tidak terpaku pada guru. Media yang digunakan adalah komputer, internet, buku panduan. Kegiatan evaluasi tidak ada. Faktor pendukung adalah waktu yang fleksibel, menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak, adanya fasilitas dari madrasah yang sudah diselenggarakan untuk digunakan. Faktor penghambatnya adalah pelaksanaan kadang bentrok dengan kegiatan asrama yang mendadak, atau tentor yang berhalangan sehingga sebelum mengadakan klinik mapel biasanya anak mengonfirmasikannya dengan tentor begitu pula saat di asrama ada kegiatan maka anak pun memberitahukan kepada tentor. Sikap anak mengikuti klinik mapel sangat antusias kerena sistem belajar yang tidak mengikat dan fleksibel. Interpretasi: Tujuan klinik mapel adalah membantu dan mendampingi belajar anak. Mapel yang berjalan saat ini ada dua yaitu matematika dan fisika. Metode yang digunakan menyesuaikan dengan materi, kebutuhan dan kondisi anak, sehingga tidak terpaku pada guru. Media untuk menunjang pembelajaran ialah komputer, internet, buku panduan. Penyusunan rencana program pembelajaran tidak ada. Faktor pendukung adalah waktu yang fleksibel, menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak, adanya fasilitas dari madrasah yang sudah diselenggarakan untuk digunakan. Faktor penghambatnya adalah pelaksanaan kadang bentrok dengan kegiatan asrama yang mendadak, atau tentor yang berhalangan sehingga sebelum
180
mengadakan klinik mapel biasanya anak mengonfirmasikannya dengan tentor begitu pula saat di asrama ada kegiatan maka anak pun memberitahukan kepada tentor.
181
Catatan Lapangan XVII Metode Pengumpulan Data: Observasi Partisipan Hari dan Tanggal
: Senin, 28 April-Rabu, 7 Mei 2014
Jam
: Setiap Sore hingga Pagi
Lokasi
: Asrama Putri IBS Darunnajah
Sumber Data
:-
Deskripsi Data: Pada hari Senin, 28 April 2014 sekitar pukul 17.00 peneliti datang ke lokasi penelitian yaitu Islamic Boarding School Daarunnajaah MAN 1 Kabupaten Magelang. Peneliti berencana menginap di asrama beberapa hari hingga data yang diperlukan dari penelitian ini diperoleh secara lengkap. Lima hari sebelumnya peneliti telah mengonfirmasi mengenai tugas penelitian untuk skripsi ini yang memerlukan partisipasi langsung peneliti di lokasi obyek penelitian kepada kepala asrama yang juga merupakan pengasuh atau pembina asrama putri. Pihak asrama pun memberikan izin untuk menginap selama penelitian. Kemudian untuk memastikan dan meyakinkan hal itu, peneliti pun mengonfirmasi kepada pihak madrasah melalui waka bagian humas dan keislaman 2 hari sebelumnya mengenai kehadiran peneliti dan juga dianjurkan untuk menginap di asrama. Kegiatan santri dimulai sejak waktu shalat Ashar dengan diawali shalat berjama‟ah kemudian dilanjutkan istirahat serta untuk keperluan mandi, mencuci, dan sebagainya. Pukul 17.15 WIB dilanjutkan dengan kegiatan asrama sesuai jadwal hingga menjelang waktu shalat Maghrib dan langsung mengerjakan shalat Maghrib secara berjama‟ah. Ba‟da Maghrib jika yang menjadi imam shalat
182
Maghrib adalah pengasuh/pembina asrama, maka setelah shalat jama‟ah diadakan kultum untuk pembinaan karakter, selanjutnya makan malam. Pukul 19.15 WIB shalat jama‟ah Isya‟ dilanjutkan dengan tilawah Al-Qur‟an yaitu membaca QS. Ar-Rahman dan Al-Waqi‟ah bersama dan khusus malam Jum‟at membaca QS. Yaasiin. Pukul 20.00-21.30 WIB para santri melaksanakan jadwal kegiatan belajar wajib. Belajar ini dilakukan di luar kamar, bisa di lobby, teras asrama, depan kamar, aula, mushala, masjid, kelas, ruang komputer santri, maupun di halaman asrama. Pada jam belajar wajib ini hanya bagi santri yang sedang sakit saja yang diizinkan untuk belajar di dalam kamar. Belajar dilakukan baik secara individual maupun berkelompok. Ada yang berkelompok mengerjakan tugas, persiapan ulangan, tutorial sebaya, maupun mengadakan klinik mapel dengan mengundan tentor yang pada siang harinya mereka sudah konfirmasi dengan dengan tentor sesuai materi yang akan diklinikkan. Pukul 21.30 WIB jadwal istirahat dan semua kegiatan belajar di luar kamar harus dihentikan. Akan tetapi bagi santri yang masih ingin melanjutkan belajar maka harus dilakukan di dalam kamar masingmasing. Pada waktu Shubuh shalat berjama‟ah, dilanjutkan dengan kegiatan asrama sebagaimana dijadwalkan. Pukul 05.30-06.45 WIB persiapan berangkat sekolah (mandi, cuci, sarapan, dll.). Pukul 07.00-14.00 WIB kegiatan belajar di sekolah yang kemudian dilanjutkan dengan kajian kitab hingga pukul 15.30 WIB pada hari yang telah ditentukan. Rutinitas santri di asrama diatur sedemikian untuk dilaksanakan dan dipatuhi. Hal itu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dari penyelenggaraan boarding.
183
Observasi mengenai pembelajaran di boarding hanya bisa dilakukan di asrama putri. Sebab dari peraturan asrama yang ada terdapat pasal yang melarang santri putri masuk ke asrama putra atau sebaliknya. Sebelumnya peneliti sudah meminta izin kepada kepala asrama dan pembina asrama putra untuk observasi di asrama putra dan sudah bisa dilakukan tetapi hanya satu kali yaitu pada saat hari kedua untuk mengetahui kondisi asrama putra. Setelah mengetahui dan membaca sendiri mengenai peraturan asrama yang salah satunya “anggota asrama putra tidak diizinkan masuk ke wilayah asrama putri dan sebaliknya”, hal itu tidak bisa dilakukan lagi sebab untuk observasi ke asrama putra peneliti juga harus mengajak salah satu santri putri. Terlebih lagi kegiatan asrama dilaksanakan pada malam hari dan ba‟da Shubuh yang mana santri putri pun memiliki kegiatan sendiri. Untuk wawancara dengan pembina asrama putra dilakukan di masjid dan peneliti ditemani oleh salah satu santri putri. Oleh karena itu ketika santri putra berkeperluan untuk belajar kelompok dengan santri putri hanya boleh dilaksanakan di luar asrama. Interpretasi: Hari Selasa, 29 April 2014 pada sore hari ba‟da Ashar santri putri mengadakan kajian Fiqh wanita yang dipimpin oleh sanri senior dan memiliki pengetahuan agama cukup dalam hal fiqh wanita, pukul 20.00-21.30 pada saat jadwal belajar wajib diperoleh data dan dokumentasi mengenai pelaksanaan kegiatan belajar wajib. Beberapa santri belajar secara individual, beberapa belajar kelompok dan santri putra iku bergabung, santri kelas XI IPA 1 mengadakan tutorial sebaya materi pelajaran Fisika (santri putra dan putri belajar bersama) di
184
halaman asrama putri, santri kelas X2 mengadakan klinik mapel Matematika di ruang kelas Bahasa untuk pematangan materi guna persiapan ulangan harian pada esok hari, ada yang belajar kelompok di mushala, ruang jenguk, dan teras depan asrama. Kamis, 1 Mei 2014 hari libur nasional sehingga pada pagi hari santri melaksanakan kegiatan olahraga dan kerja bakti bersih-bersih lingkungan asrama. Pada malam kamisnya ba‟da jama‟ah Isya‟ diadakan kajian dengan dipimpin pembina asrama yang berisi pembinaan karakter. Kajian tersebut ditarik dari perjalanan Syekh Ibn Athoillah As-Sakandary dan pagi hari ba‟da Shubuh kajian tersebut dilanjukan kembali. Kemudian santri olahraga dengan senam, lari keliling lapangan, affirmasi, dan dilanjutkan kerja bakti. Sabtu, 3 Mei 2014 ba‟da Shubuh adalah jadwal tahfidz dilaksanakan di aula Al-Khawaritsmi. Awalnya para santri menghafal secara otodidak kemudian sorogan kepada santri yang dipercaya untuk menerima setoran. Untuk sorogan ini dapat dilakukan kapan saja, tidak harus pada jadwal tahfidz. Akan tetapi ketika jadwal tahfidz tidak sedikit yang memafaatkan waktu untuk sorogan hafalan. Selasa, 6 Mei 2014 ba‟da shubuh jadwal penambahan mufrodat, kegiatan ini dilaksanakan di aula Al-Khawaritsmi. Tentor atau penyampai materi mufrodat adalah santri pengurus dari bagian/seksi bahasa, tetapi mufrodat yang diberikan sudah ditentukan oleh pembina asrama. Metode penyampaiannya dengan ceramah atau lisan, diawali dengan tentor mengucapkan kata-kata bahasa Arab 3 kali, Inggris 3 kali, kemudian bahasa Indonesia 3 kali dan audien menirukan. Hal itu dilakukan sampai kepada materi terakhir. Kemudian menulis kata-kata tersebut di
185
papan tulis, tetapi tidak 3 bahasa sekaligus melainkan salah satu bahasa kemudian audien menjawabnya. Setelah semua lengkap barulah audien diizinkan untuk mencatat kosakata tersebut dalam buku catatan mereka masing-masing. Pukul 14.15-15.45 WIB jadwal kegiatan kajian kitab bagi kelas XI IPA 1 dan XI Agama. Kegiatan ini dilaksanakan di kelas masing-masing sebagaimana kelas pagi. Pembelajaran kajian kitab menggunakan metode bandongan, sorogan, ceramah, dan tanya jawab. Guru/ustadz membacakan serta menjelaskan isi kitab sementara santri/peserta didik mendengarkan sambil menyimak pada kitab masing-masing dan membari arti atau maksudnya. Kemudian setelah materi satu bab/subbab selesai, santri diminta secara individual untuk sorogan membaca dan menjelaskan maksud dari materi itu. Di akhir pembelajaran diadakan tanya jawab mengenai materi mana yang belum dipahami, hal ini juga dilaksanakan diawal pelajaran untuk mengulas materi pertemuan lalu. Untuk kegiatan muhadharah tidak bisa diobservasi dan diteliti langsung pelaksanaannya, karena pada saat penelitian ini dilaksanakan, kegiatan muhadharah sudah selesai dilakukan dan semua santri sudah melaksanakan prakteknya. Dengan demikian informasi mengenai kegiatan ini hanya diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi.
186
Catatan Lapangan XVIII Metode Pengumpulan Data: Dokumentasi Hari dan Tanggal
:-
Jam
:-
Lokasi
:-
Sumber Data
:-
Deskripsi Data: Dari metode ini peneliti memperoleh dokumen tentang sejarah dan visi misi MAN 1 Kabupaten Magelang, peraturan asrama, jadwal kegiatan asrama putra dan putri, data santri, struktur kepengurusan santri putra dan putri, jadwal kajian kitab yang terintegrasi dalam jadwal pelajaran madrasah, nama-nama pengampu kajian kitab, dan foto dokumentasi kegiatan asrama yang lalu. Interpretasi: Sejarah MAN 1 Kabupaten Magelang diperoleh dari dokumen berupa DVD tahun pelajaran 2009/2010 dan buku kenangan siswa “The Annual Book of MAN 1 Magelang 2014”. Visi dan misinya diperoleh dari dokumen berupa brosur MAN tahun 2013. Peraturan asrama, jadwal kegiatan asrama putra dan putri, data santri, struktur kepengurusan santri putra dan putri, jadwal kajian kitab serta nama-nama pengampu kajian kitab yang terintegrasi dalam jadwal pelajaran madrasah, dan foto dokumentasi kegiatan asrama yang lalu diperoleh dari dokumentasi asrama.
187
Catatan Lapangan XIX Metode Pengumpulan Data: Dokumentasi Hari dan Tanggal
: Rabu, 21 Mei 2014
Jam
: 13.30 WIB
Lokasi
: SD Terpadu Ma‟arif Muntilan
Sumber Data
: AF
Deskripsi Data: Wawancara ini merupakan wawancara ketiga kalinya dengan informan. Selain menjadi pembina/pengasuh asrama di IBS Daarunnajaah MAN 1 Kab. Magelang, informan juga merupakan guru dan wakil kepala sekolah di SD Terpadu Ma‟arif Muntilan. Beliau menjadi guru di SD tersebut sudah sejak tahun 2006. Pada kesempatan wawancara ini diperoleh data tentang kualifikasi pembina yang bersangkutan. Selain itu peneliti juga bertanya mengenai database santri sekitar asal sekolah, keadaan ekonomi orang tua, prestasi akademik santri sebelum masuk asrama, dan daerah asal santri. Interpretasi: Pembina asrama putri masing-masing berkualifikasi pendidikan S1 dan merupakan hafidz dan hafidzah yang hafal beberapa juz dari Al-Qur‟an, serta mampu berbahasa Arab dan Inggris secara aktif. Beliau beserta istri adalah alumni pondok modern Darussalam Gontor. Mengenai database santri yang diharapkan, beliau menyarankan untuk membuat angket yang berisi data-data yang diperlukan untuk kemudian disebar kepada santri dan diisi oleh masing-masing.
188
Catatan Lapangan XX Metode Pengumpulan Data: Angket Hari dan Tanggal
: Rabu-Jum‟at, 21-23 Mei 2014
Jam
: - WIB
Lokasi
: Asrama IBS Daarunnajaah
Sumber Data
: Seluruh santri IBS Daarunnajaah
Deskripsi Data: Dari angket yang disebar tersebut diperoleh informasi mengenai data diri santri, yaitu sebagai berikut: Santri obyek penelitian adalah santri boarding kelas X dan XI yang berjumlah 102 orang. 8 santri dengan rata-rata UN 9,0-9,8; 45 santri rata-rata UN 8,0-8,9; 38 santri rata-rata UN 7,0-7,9; 10 santri rata-rata UN 6,0-6,9; dan 1 santri rata-rata UN 5,0-5,9. 86 santri berasal dari daerah-daerah dalam kabupaten Magelang, 12 santri berasal dari luar kabupaten Magelang, dan 4 santri berasal dari luar Jawa Tengah. 2 santri keluarga mampu, menengah 20 santri, dan keluarga sederhana 80 santri. 70 santri berasal dari MTs Negeri/swasta, 4 santrindari SMP Terpadu Ma‟arif, 3 santri dari SMPIT, 2 santri dari SMP Muhammadiyah, dan 23 santri dari SMP Negeri/swasta umum. Interpretasi: Rata-rata santri IBS merupakan siswa berprestasi baik dan tinggi, berasal dari daerah kabupaten Magelang dan dari keluarga sederhana/pas-pasan, serta dari Madrasah Tsanawiyah baik negeri maupun swasta.
189
DAFTAR SANTRI PUTRA ISLAMIC BOARDING SCHOOL DAARUNNAJAH MAN 1 KABUPATEN MAGELANG
No. No. Induk 1. 6556 2. 6557 3. 6595 4. 6619 5. 6862 6. 7057 7. 6609 8. 9. 10. 6566 11. 6820 12. 6924 13. 6933 14. 6631 15. 6884 16. 7018 17. 6049 18. 19. 6303 20. 6044 21. 6323 22. 6406 23. 6197 24. 6274 25. 6467 26. 6494 27. 5684 28. 6591 29. 6252 30. 6333
Nama Ahmad Rizky Fauzi Ahmad Wahid Fastabiq Ardian Pambuko Wicaksono Azik Dhani Setyawan Loeby Lukman Hakim Sahid Yusuf Habib Arsy Fadlan Syukur Firman Dany Kurniawan Muhammada Rifqi Alif Miftah Alluckies Irfani Miftakhudin Matofani Muhammad Abdul Azis Billi Jenawi M. Ikhsanudin Rahmat Handika Putra Abu Hamid Ahmad Rizki Al Wahdan Muhammad Muaziz Muhammad Akhyar Sukri Muhammad Taufiqurrahman Suryo Setiawan Fendi Agus Sulistyo M. Fikri Omar Toni Witoyo Widopo Hudan Badawi Ahmad Fauzi Anwar Budi R. Khoirul Umam Al Faroqi Nanang Arfianto
Kelas X1 X1 X1 X1 X1 X1 X1 X1 X1 X2 X2 X2 X2 X3 X3 X3 XI Agama XI Agama XI Agama XI Agama XI Agama XI Agama XI IPA 1 XI IPA 1 XI IPA 1 XI IPA 1 XII IPS 2 X1 XI Agama XI IPS 3
190
DAFTAR SANTRI PUTRI ISLAMIC BOARDING SCHOOL MAN 1 KABUPATEN MAGELANG No. No. Induk 1. 6540 2. 6559 3. 6581 4. 6598 5. 6629 6. 6691 7. 6742 8. 6787 9. 6797 10. 6834 11. 6917 12. 6946 13. 6963 14. 6979 15. 7034 16. 7036 17. 7088 18. 7129 19. 7155 20. 6558 21. 6573 22. 6586 23. 6587 24. 6605 25. 6618 26. 6651 27. 6708 28. 6739 29. 6763 30. 6796 31. 6798 32. 6800 33. 6833 34. 6839 35. 6841 36. 6843 37. 6949 38. 6968 39. 7038
Nama Afidhotul Istiqomah Aini Masruroh Anggita Karunia Lestari Ari Nur Alifah Berliana Nafis Pertiwi Dwi Nuryati Fauziyyah Hana Chaerani Heni Latifah Hidayatul Khoir Khanifatul Ulfah Maskanah Murniyati Nirmala Fajarsari Nur Baiti Faizah Rika Melinda Rima Nurkhasanah Siti Nahiyatul Makrofah Uswatun Khasanah Yulia Muslikhah Syarifah Aida Nufaisah Ana Khoirul Nikmah Anisa Ramadhanti Anisatul Asiyah Arimbi Rachmayani Ayu Asih Sunani Danti Ambarwati Eri Septi Rahayu Fatimatur Rohmah Fury Lailatus Syarofah Hidayatul Islamiyah Hidayatul Umah Ifana Dani Maulida Khanifatul Azizah Khusnul Khotimah Kufita Mubarokah Kuni Ngafifatul K. Nadhirotus Sholihah Nova Purwaningsih Ririt Rachma Miranti
Kelas X1 X1 X1 X1 X1 X1 X1 X1 X1 X1 X1 X1 X1 X1 X1 X1 X1 X1 X1 X2 X2 X2 X2 X2 X2 X2 X2 X2 X2 X2 X2 X2 X2 X2 X2 X2 X2 X2 X2
191
40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82.
7046 7069 7087 7105 7138 6100 6147 6180 6250 6263 6339 6346 6408 6416 6431 6439 6452 6505 6083 6098 6106 6115 6120 6171 6295 6347 6349 6374 6422 6438
6175 5746 5785 5851 5994 5659 6018 5837 5923 5900
Rizka Oktaviani Sifa Rizqia Siti Mustathi‟ Zulfa Supri Hariyanti Wasilatur Rochmah Anis Masruroh Dewi Mutiah Erlina Persitasari Khalimatus Sakdiyah Latifah Ninda Aulia Makrufah Novi Hapsari Novi Kurnia Sari Roikhatul Janati Idah Isnaini Sari Bulan Sifatul Umamah Siti Kholilah Siti Rofiyatun Yuni Aryani Alayya Maghfiroh Ani Putri Rahayu Apri Widiyastuti Arsi Melindah Asri Nurbaiti Eka Septianingsih Monica Elsa Iriyanti Novi Setyawati Nur Alifah Rani Mega Suci Septi Indriyani Siti Latifah Nur Isnaeni Latifa Zakiyya Labiba Elena Nafisa Sofy Dewi Purwanti Fatimatun Nikmah Kurnia Sakti Suci Wahyuni Setyaningsih Alya Rifda Millatuzakiya Wahyuni Rini Ekowati Istirokhah Nur Rohmah Tri Hardianti Muslikhah Nurbaiti
X2 X2 X2 X2 X2 XI Agama XI Agama XI Agama XI Agama XI Agama XI Agama XI Agama XI Agama XI Agama XI Agama XI Agama XI Agama XI Agama XI Agama XI IPA 1 XI IPA 1 XI IPA 1 XI IPA 1 XI IPA 1 XI IPA 1 XI IPA 1 XI IPA 1 XI IPA 1 XI IPA 1 XI IPA 1 XI IPA 1 XI IPA 1 XI IPA 1 XI Bahasa XII IPA 1 XII IPA 1 XII Bahasa XII Bahasa XII IPS 1 XII IPS 1 XII Agama XII Agama XII Agama
192
DAFTAR PENGASUH, USTADZ/PENGAJAR KAJIAN KITAB, DAN PENGAJAR KLINIK MAPEL IBS DAARUNNAJAH
No. Nama Jabatan 1. Drs. H. M. Manshur A., M.Si. Penanggung Jawab Boarding School Kepala asrama dan Pembina asrama putri 2. Saeful Bahri, S.Pd.SD Pembina asrama putri 3. Mefa Evita Dewi, S.Pd.I Pembina asrama putra dan pengampu 4. Achmad Akrom, S.Pd.I kajian kitab Pengampu kajian kitab 5. Madkhan Aziz, S.Pd.I Pengampu kajian kitab 6. M. Fahmi Najib, S.H.I Pengampu kajian kitab 7. Muh. As‟adi, S.Ag Pengampu kajian kitab 8. Nursalim, S.Ag.,M.M.,M.Si Pengampu kajian kitab 9. M. Nurul Huda, S.Ag.,M.Pd Syaiful Amri, S.Pd.Si Pengampu klinik mapel 10. Pengampu klinik mapel 11. Subhan Lutfi K., S.Pd.Si
193
TATA TERTIB DAN DISIPLIN POKOK ISLAMIC BOARDING SCHOOL MAN 1 KABUPATEN MAGELANG 1. Shalat dan Ibadah a. Sudah berada di masjid (bagi putra) atau di aula (bagi putri) ketika adzan dan mengerjakan shalat qabliyah/ba‟diyah pada setiap shalat 5 waktu. b. Dianjurkan untuk mengerjakan shalat tahajjud dan dhuha setiap hari. c. Mengikuti qiroatul qur‟an setiap setelah shalat jamaah ashar. 2. Pakaian a. Putra Berbusana sopan dan rapi, tidak ketat dan mencolok. Tidak membawa pakaian berbahan jeans. Memiliki pakaian olahraga (min. 1), peci (min. 1). Memiliki sarung (min.2). Memiliki baju koko (min. 2). Dianjurkan memiliki jaket (tidak ketat dan mencolok). Memakai baju koko dan sarung ketika shalat berjamaah (maghrib, isya, dan shubuh). Tidak memakai celana pendek di luar kamar. Tidak pinjam-meminjam pakaian. b. Putri Berbusana sopan dan rapi (baju,rok, jilbab), tidak ketat, transparan, dan mencolok. Tidak membawa pakaian berbahan jeans. 194
Memiliki pakaian olahraga (min.1), jilbab bergo/langsungan (min. 2). Memiliki mukena (min. 2). Memiliki ciput standar asrama. Dianjurkan memiliki jaket (tidak ketat dan mencolok). Tidak berpakaian pendek dan membuka jilbab di luar kamar. Tidak pinjam-meminjam pakaian, jilbab, dan mukena dengan yang lain. 3. Belajar dan Sekolah a. Wajib belajar di luar kamar mulai setelah isya sampai pukul 21.30 malam. b. Wajib berangkat ke kelas sebelum pukul 06.50 pagi. c. Memakai seragam dan atribut yang telah ditentukan ketika masuk kelas (baju, topi, sepatu, dll.). d. Memakai kaos kaki putih standar (tidak pendek dan warna-warni) ketika masuk kelas. e. Mematuhi peraturan madrasah dn mengikuti kegiatan wajib dari madrasah. 4. Makan a. Makan tepat pada waktunya. b. Memiliki peralatan makan (piring, gelas, sendok). c. Tidak makan di dalam kamar pada jam makan asrama. d. Tidak boleh menyisakan/membuang makanan. 5. Kebersihan a. Selalu menjaga kebersihan kamar dan lingkungan asrama. b. Tidak membuang sampah sembarangan. c. Mencuci piring dan baju dengan rutin.
195
d. Melaksanakan jadwal piket yang telah ditentukan. e. Memiliki alat perlengkapan mandi, ember, gayung, dan gantungan baju. 6. Perizinan Keluar/Pulang a. Diperbolehkan pulang ke rumah sebulan sekali sesuai jadwal asrama. b. Pulang ke rumah harus dijemput orang tua/wali. c. Keluar asrama harus dengan izin pengurus asrama dan dengan sesama anggota asrama). d. Tidak keluar asrama sendirian (minimal berdua dan dengan sesama anggota asrama). e. Kembali di asrama tepat waktu. f. Jika ada kepentingan keluarga, hal mendesak, atau sakit yang mengharuskan pulang, maka orang tua/wali yang mengajukan izin dan menjemput ke asrama. 7. HP, Alat Elektronik, dan Pergaulan a. Tidak diperkenankan membawa hp, tablet, modem, dan sejenisnya. b. Tidak menyimpan gambar atau foto yang tidak sesuai syari‟at Islam. c. Tidak menggunakan laptop/notebook, kecuali dengan izin pengurus asrama (bagi yang memiliki). d. Tidak diperkenankan mendengarkan musik non Islami kecuali dengan earphone. e. Anggota asrama putra tidak diizinkan masuk ke wilayah asrama putri dan sebaliknya.
196
f. Tidak bergaul dengan lawan jenis atau pun sesama jenis di luar batas kewajaran dan batasan syari‟at Islam. g. Tidak tidur di kamar lain. h. Tidak diperkenankan merokok (khususnya putra). i. Tidak diperkenankan membawa wali dan orang lain selain anggota asrama ke dalam asrama. 8. Program Rutin a. Tahfidz/hafalan al-Qur‟an juz 28, 29, dan 30. b. Muhadatsah (pendalam bahasa Arab dan Inggris). c. Latihan khitobah/pidato. d. Pengajian/tambahan materi sore sesuai jadwal (kajian kitab, ma‟tsurat, dll.). 9. Penghuni asrama yang melanggar ketentuan akan dikenakan sanksi berupa teguran, denda, iqob/hukuman, sampai dikeluarkan dari asrama.
197
STRUKTUR KEPENGURUSAN PUTRI TH. 2014 DARUNNAJAH ISLAMIC BOARDING SCHOOL MAN 1 KABUPATEN MAGELANG
Pengasuh 10. Saeful Bahri, S.Pd.SD. Mefa Evita Dewi, S.Pd.I.
11.
Ketua Al-Azhar Asri Nurbaiti
Sekretaris Dewi Mutiah
Bendahara Siti Latifah
PJ. Dapur Ani Putri R. Dewi Mutiah
PJ. Jawal Rani Mega Sari Novi Kurnia S.
PJ. Absensi Haidh Nur Alifah
Ketua Al-Lighar Siti Rofiyatun
Sie. Keamanan Novi Hapsari Ayu Asih S.
Sie. Bahasa Sari Bulan Latifah Supri Haryanti
Sie. Kebersihan Nur Alifah Novi Kurnia S. Hidayatul Umah
Sekretaris Erlina Persita
Bendahara Rani Mega Suci
PJ. Galon Monica Elsa Hidayatul Umah
PJ. Kesehatan Ani Putri R. Siti Latifah Sie. Olahraga Sari Bulan Ayu Asih S.
PJ. Absen Shalat & Imam Shalat Latifah Erlina Persita
PJ. Sanyo Novi Hapsari Supri Haryanti
198
STRUKTUR KEPENGURUSAN PUTRA TH. 2014 DARUNNAJAH ISLAMIC BOARDING SCHOOL MAN 1 KABUPATEN MAGELANG
Pengasuh Achmad Akrom, S.Pd.I
Ketua Abu Hamid
Wakil Ketua M. Akhyar Sukri
Bendahara M. Muazis
Sekretaris Toni Witoyo
Sie. Bahasa M. Taufiqurrohman Khoirul Umam M. Fikri Omar
Sie. Kebersihan Suryo Setiawan Fendi Agus
Sie. Keamanan Nanang Arfianto Widopo Hudan A. Rizqi Al-Wahdan
199
200
201
ُ ُُال ُم ْف َردَات (KOSAKATA)
Keran Sabun Garam Gula Pisau Kulkas Kuah Nasi Telur Terong Sayur-sayuran Daging Kerupuk Sepatu Kaos kaki Kenyang Kadang-kadang Benarkah? Bahagia Terserah kamu Belajar Membawa Memakai Bisa, mampu Habis Mengambil Mengetahui Ketinggalan Saya tidak tahu Sekarang
َّخ١َِزَٕف ْ ْٛاٌصَّبث ِِ ٍْر ع َّىش ْٓ١ِع ِّى َع ََّّل َخخ ششْ ثَخ سص ضخ َ ١ْ َث ْثَب ِد ْٔ َدب ادَٚ َخضْ َش ُ ٌَْس لِطَبء ِخ َزاء ْ َسةَٛخ َ ْشجَغ٠ – َشجِ َغ َبًٔب١ ْأَز ًمَخ١ْ َِزم َ ْف َشذ٠ – فَ ِش َذ َبش ْئذ ِ َِ ٍََُّزَ َؼ٠ – َُ ٍَّرَ َؼ ًِّ َْس٠ – ًَ َّ َز ًِّ َ ْغزَ ْؼ٠ – ًَ َّ اِ ْعزَ ْؼ َ ْغز َِطغ٠ – اِ ْعزَطَ َغ ِٝٙ ََ ْٕز٠ – ََٝٙاِ ْٔز َأْخز٠ – أَخَ َز ْشف ِ َؼ٠ – َػ ََشف ْ نَِٚ ْزش ْ ََل اَ ْػ ِش َ ف َٜل اَ ْد ِس/ َْ٢ا
Gelas Piring Sendok Cangkir Botol Cermin Sisir Baju Rok Kerudung Sapu Ember Gayung Almari Kamar mandi Lapar Lezat, enak Menyetrika Melewati Menangis Melempar Melipat Menjemur Mengganti Meminjam Mandi Cepat donk! Kasian Mari kita makan Sebentar
ْ ةٛو ٓ ْصس َ ِِ ٍْ َؼمَخ ْفِ ْٕ َدب ْ َسحٚلَبس ِِشْ أَح ِغْظ ٌِجَبط ْف ْغزَب ِخ َّبس ِِ ْىَٕ َغخ ٌَْٛ د ِِ ْغ َشفَخ ِخ َضأَخ ََز َّّب ْ عٛخ ْذ٠ٌَ ِز ِٞٛ ْى٠َ – َٜٛ َو َّش٠ – َِ َّش َٟ ْج ِى٠ – ثَ َىب ِِٟ َْش٠ – َِٝ َس ٍَفِّف٠ – ٌََفَّف َدفِّف٠ – ََخفَّف جَذِّي٠ – ثَ َّذ َي َ ْغزَ ِؼش٠ – اِ ْعزَ َؼ َش َُ ْغزَ ِس٠ – َُّ اِ ْعزَ َس ثِغشْ ػَخ آ ِعف ًَّب َٔأْو١َز ثَؼْذ 202
Teks Muhadharah/Khitobah Bahasa Arab
السالمُعليكنُورحمةُهللاُوبركاته ُ ثغُ هللا اٌشزّٓ اٌشز ،ُ١اٌسّذ هلل سة اٌؼبٌّٚ ،ٓ١ثٗ ٔغزؼ ٓ١ػٍ ٝأِٛس اٌذٔ١بح ٚاٌذ ،ٓ٠أشٙذ اْ َل إٌٗ إَل هللا ٚزذٖ َل شش٠ه ٌٗ ٚأشٙذ اْ ِسّذا ػجذٖ ٚسعٚ ،ٌٗٛاٌصَّلح ٚاٌغَّلَ ػٍ ٝأششف األٔج١بء ٚاٌّشعٍ ،ٓ١ع١ذٔب َِٛٚلٔب ِسّذ ٚػٍ ٝآٌٗ ٚأصسبثٗ اخّؼِٕٚ ٓ١زجؼ ُٙثإزغبْ إٌ َٛ٠ ٝاٌذ .ٓ٠اِب ثؼذ. زضشح اٌّىشَ ٚاٌّخزشَ ِذ٠ش اٌّؼٙذ داس إٌدبذ اٌّذسعخ اٌثبٔ٠ٛخ اَلعَّلِ١خ اٌسى١ِٛخ ِىبٔح. أٙ٠ب اَلعبرزح اٌىشاَ! ٚأٙ٠ب اٌخٛاْ اَلزجبء! اَٚل ،زّذا ٚشىشا إٌ ٝهللا رؼبٌ ٝاٌز ٞلذ أػطبٔب سزّخ ٚثشوخ ٘ٚذا٠خ ززٝ ٔدزّغ ف٘ ٟزا اٌّىبْ اٌّجبسنٚ .ثبٔ١ب١٘ ،ب ثٕب أْ ٔصٍ ٟػٍ ٝع١ذٔب ِسّذ صٍ ٝهللا ػٍٚ ٗ١عٍُ اٌز ٜلذ اخشج إٌبط ِٓ اٌظٍّبد إٌ ٝإٌٛسٚ .آخشا، الٛي شىشا وث١شا إٌ ٝسئ١ش اٌدٍغخ اٌز ٜلذ أػطبٔٚ ٟلزب رّٕ١ب ألخطت ثٓ١ ٠ذ٠ىُ أخّؼ ٓ١رسذ اٌّٛضٛع: "فىشح اإلعَّلَ ف ٝإلخٛح اٌجشش٠خ" إخٛأ ٟاٌّغٍّ ْٛاٌغؼذاء..... لبي هللا رؼبٌ ٝف ٝوزبثٗ اٌىش ،ُ٠أػٛر ثبهلل ِٓ اٌش١طبْ اٌشخ ،ُ١ثغُ هللا اٌشزّٓ اٌشز .ُ١وبٔذ رؼٍ ُ١اإلعَّلَ اٌؼبٌّ١خ ِزوٛسح ف٘ ٝزٖ اَل٠خ .فبإلعَّلَ ٠ىشٖ اٌزفش٠ك فبٌدٕظ ٚاٌذسخخ اٌٍٚ ْٛاٌّىبْٚ .لبي هللا رؼبٌ ٝف ٝاٌمشأْ اٌىشُ٠ "ٌٚمذ وشِٕب ثٕ ٟآدَ" ٚوزٌه فمذ أوذ ٔجٕ١ب ِسّذ صٍ ٝهللا ػٍٚ ٗ١عٍُ ػٍٝ إ٠سبد اٌّغبٚاح ٚاإلرسبد ث ٓ١إٌبطٚ .فضَّل ػٓ رٌه فمذ أوذ هللا ٚسعِ ٌٗٛسّذ
203
صٍ ٝهللا ػٍٚ ٗ١عٍُ ػٍ ٝرسم١ك زمٛق اٌدٛاس ػٍ ٝاٌدبس األخش ثذ ْٚإٌظش إٌ ٝأعبط اٌذٚ ٓ٠اإلػزجبسد األخش ،ٜثً ٕ٘بن ازبد٠ث أخش ٜرسثٕب ػٍٝ ٔؼبًِ اٌدبس ِؼبٍِخ ط١جخٚ ،رٌه ٠شًّ اٌدٛاس غ١ش اٌّغٍّ.ٓ١ ٘زا اٌزؼٍ ُ١اٌىش١ٌ ُ٠ظ اٌفبظب رمبي ثً ػًّ ٚرطج١ك ٠مَٚ ،ٓ١ل شه أْ ٔجٕ١ب ِسّذا صٍ ٝهللا ػٍٚ ٗ١عٍُ لذ ارسش ِغ اٌىفشِ ٓ٠ؼبسض ٌٗ ٓ١فِ ٟىخ ػٍٝ اعبط اٌغٍّ.ٟ إخٛأ ٟاٌّسزشِ!ْٛ ٚوزٌه وبْ اٌشعٛي صٍ ٝهللا ػٍٚ ٗ١عٍُ ٠سفع اٌّؼبٍِخ اٌشخص١خ اٌط١جخ ِغ اٌّٛٙ١د ٞف ٝاٌّذٕ٠خ إٌّٛسح ٌٛٚوبٔٛا ٠ؼبسض ْٛثؼثزخ اٌىشّ٠خٚ .لذ صاس اٌشعٛي صٍ ٝهللا ػٍٚ ٗ١عٍُ ثٛ١رٚ ُٙشبسو ُٙف ٝاٌسضْ ٚاٌفشذٚ .فٛق رٌه فمذ زمك اٌشعٛي صٍ ٝهللا ػٍٚ ٗ١عٍُ ِؼبٍِخ اٌزدبسح ِغ ثؼضٔٚ .ُٙضشة ٌىُ ِثَّل زىب٠خ ِشٛٙسح ػٓ ع١ذٔب ػّش ثٓ اٌخطبة سض ٟهللا ػٕٗ ٚاألػّٝ اٌؼسٛص. ف ِٓ َٛ٠ ٝاأل٠بَ سأ ٜع١ذٔب ػّش ثٓ اٌخطبة سض ٟهللا ػٕٗ ش١خب أػّ ٝاِبَ ث١ذ ٠زىفف اٌصذلخ فمشع ػزمٗ ثٍطف ٚعأٌٗ ِٓ :أٔذ؟ أخبة األػّ ٝاٌٛٙ١دٞ اٌدض٠خ ٚاٌفمش ٚاٌشٛ١خٗ .فسٍّٗ ع١ذٔب ػّش ثٓ اٌخظبة سض ٟهللا ػٕٗ إٌٝ ث١زٗ ٚأػطبٖ وً ش١ئ ػٍخ لذس اعزطبػزٗ ٌغذ زبخزٗ اٌّغزؼدٍخ ٚفشخٗ ٚغ١شٖ ِٓ اٌز ٓ٠ػبشٛا وؼ١شزٗ ِٓ دفغ اٌدض٠خ ٚأِش أْ أخشح ِسبفظزٚ ُٙزّب٠زُٙ ِٓ ث١ذ ِبي اٌذٌٚخ اإلعَّلِ١خ. ٚثبإلخزصبس ،فبإلعَّلَ ٠ش ٜاٌجشش٠خ وأخٛح ػظّ١خٚ .رسذ ٘زٖ األخٛح وبْ خّ١غ إٌبط ِزشب ٌُٙٚ ٓ٠ٚزك عٛاء ف ٝاإلززشاَ ٚاإلوشاَ وّب أْ ٌ ُٙزمب فٝ اٌّؼبٍِخ اٌط١جخ ٚاٌفشصخ اٌّزغب٠ٚخ. إخٛأ ٟاٌغؼذاء!
204
اإلعَّلَ ٠سزشَ اززشاِب فبئك اٌزٕٛع ف ٌْٛ ٝاٌدٍذ ٚاٌٍغبْ ٚإٌغً ٚاٌزدشثخ ثً ف ٝاإلػزمبدٚ .ػٍ ٝأعبط األخٛح اٌجشش٠خ فىبْ خّ١غ إٌبط ف ٝاٌؼبٌُ اػضبء األِخ اٌٛازذح أ ٞاألِخ اإلعَّلِ١خٚ .ػٍ ٝرٌه وبٔذ األِخ اإلعَّلِ١خ ِشرجطٓ١ ثشاثطخ اٌدٕظ اٌؼبَ ٚاَلّ٘١خ اٌؼبِخٚ .ػٍ ٝػىظ رٌه ٠ىشٖ اإلعَّلَ وً ِسبٌٚخ رفشق ٘زٖ اٌشاثطخ إٌ ٝاٌفشاق اٌىث١شح إِب ف ٝاإلػزمبد ٚإِب ف ٝاٌشؼج١خ. ٌض١ك اٌٛلذ ف ٝإٌمبء اٌّغأٌخ اٌّّٙخ .فب ْ٢اخززُ خطجز ٟساخ١ب ِٓ اٌدّ١غ رم٠ٛخ ٘زٖ األخٛح .فبٌؼفِٕ ٛىُ ٚآخشا الٛي ٌىُ والسالمُعليكنُورحمةُهللاُوبركاتة ُ
205
Gambar Dokumentasi Hasil Penelitian
Denah Area MAN 1 Kabupaten Magelang
Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Area lokal Timur Area lokal Barat Pintu gerbang masuk area lokal Timur Lapangan sepak bola/OR Masjid Daarunnajaah Komplek asrama putra
7. Lapangan basket 8. Pintu gerbang asrama putri 9. Asrama putri Al-Azhar 10. Asrama putri Al-Lighar 11. Aula Al-Khawaritsmi 12. Mushala
206
Gmb. 1 Gerbang Masuk Asrama Putri
Gmb. 2 Komplek Asrama Putri Al-Azhar
207
Gmb. 3 Komplek Asrama Putri Al-Lighar
Gmb. 4 Aula Al-Khawaritsmi
208
Gmb. 5 Lobby Asrama Putri Al-Azhar
Gmb. 6 Lobby Asrama Putri Al-Lighar
209
Gmb. 7 Koridor Menuju Aula Al-Khawaritsmi dari Lobby Al-Lighar
Gmb. 8 Dapur Asrama Putri
210
Gmb. 9 Ruang Makan Bersama, Asrama Putri (mejadi satu dengan dapur)
Gmb. 10 Asrama Al-Azhar Bagian Dalam
211
Gmb. 11 Asrama Al-Lighar Bagian Dalam
Gmb. 12 Diwan (Kantor) dan Ruang Komputer Santri
212
Gmb. 13 Masjid Daarunnajaah
Gmb. 14 Komplek Asrama Putra
213
Gmb. 15 Komplek Asrama Putra
Gmb. 16 Asrama Putra dari Dalam
214
Gmb. 17 Asrama Putra dari Dalam
Gmb. 18 Salah Satu Bagian Kamar Mandi Dan WC Asrama Putra
215
Gmb. 19 Ruang Makan Bersama Asrama Putra
Gmb. 20 Kegiatan Pembelajaran Penambahan Mufrodat
216
Gmb. 21 Kegiatan Program Tahfidz
Gmb. 22 Kegiatan Muhadharah
217
Gmb. 23 Kegiatan Kajian Kitab
Gmb. 24 Kegiatan Belajar Wajib
218
Gmb. 25 Muhadharah santri putra
Gmb. 26 Penambahan Mufrodat santri putra
219
Gmb. 27 Lomba Tahfidz dan Khitobah
Gmb. 28 Apel Pagi sebelum Berangkat Sekolah
220
Gmb. 29 Kegiatan Hari Libur Sekolah
Gmb. 30 Shalat Berjama‟ah di Aula Al-Khawaritsmi
221
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nikmatul Khoiriyah
Tempat/tanggal lahir
: Magelang, 25 Juli 1990
NIM
: 111 10 045
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: WNI
Alamat
: Kadiwongso RT 001 RW 002 Sukodadi, Kec. Bandongan, Kab. Magelang, Jawa Tengah
Menerangkan dengan sesungguhnya, PENDIDIKAN
1. SD N 2 Sukodadi
Tahun 2003
2. MTs Negeri Kaliangkrik
Tahun 2006
3. MAN 1 Kota Magelang
Tahun 2008
4. STAIN Salatiga
Tahun 2014
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Magelang, 4 September 2014 Yang membuat,
Nikmatul Khoiriyah
222