IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KITAB KUNING KELAS XII DI SMK SYUBBANUL WATHON TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: MARIA ULFA NIM 11109133
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013
MOTTO
المحا فظة على القد يم الصالح و االخذ با لجد يد االصلح “Menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik” ا كز مىا العلماء فاء نهم ور ثت االنبياء “Muliakanlah Ulama’ karena sesungguhnya Ulama’ adalah pewaris para Nabi” (HR. Al Khotib)
Persembahan Untuk Bapak dan Ibuku (H. M. Tachsis dan Hj. Khotijah), Mas lan mbakyu (ms Din, ms Huda, mb Um, mb Rip, ms Mad, ms Opek, mb Zakiya, ms Arep, Lawi), Adikku tercinta (anna) serta ponakan2ku semua,,,,,, Untuk teman-teman PAI E 2009
KATA PENGANTAR ميحرلا نمحرلا هللا
بسم
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Rahman dan Rahim yang dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya skripsi dengan judul Implementasi Pembelajaran Kitab Kuning di SMK Syubbanul Wathon Tegalrejo Kab. Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014 bisa diselesaikan. Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Khasanah Nabi Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak terkait sehingga kebahagiaan yang tiada tara penulis rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis ucapkan banyak terimakasih setulusnya kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Prodi PAI. 3. Agus Ahmad Su‘aidi, Lc., M.A selaku Pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing, memberikan petunjuk dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini. 4. Eva Palupi, S.Psi selaku dosen pembimbing akademik penulis yang membantu penulis selama menuntut ilmu di STAIN Salatiga. 5. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis.
6. KH. Achmad Izzudin, Lc selaku kepala sekolah dan guru-guru di SMK Syubbanul WathonTegarejo yang meluangkan waktu serta memberikan bantuan kepada penulis untuk penelitian. 7. Bapak dan Ibu penulis (M. Tachsis dan Khotijah) serta kakak-kakak yang telah memberikan dukungan, moril, materiil, dan spiritual kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 8. Pak Dimyati, pak A‘an, dan pak Nurhamid yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis untuk penelitian 9. Neyla, Amalia, Ida, Erna, Mutia, Pipit, Umi (lala) yang menjadi sahabatsahabat baikku dan teman-teman senasib seperjuangan PAI 2009 10. Semua pihak yang tidak saya sebutkan satu persatu atas bantuan dan dorongannya. Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan baik dalam isi maupun metodologi. Untuk itu saran dan kritik yang membangun penulis harapkan dari berbagai pihak guna kebaikan penulisan di masa yang akan datang. Semoga skripsi bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan bagi para pembaca bagi umumnya. Amin. Salatiga, 12 September 2013 Penulis
ABSTRAK Ulfa, Maria. 2013. Implementasi Pembelajaran Kitab Kuning Kelas XII Di SMK Syubbanul Wathon Tegalrejo Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Agus Ahmad Su‘aidi, Lc., M.A. Kata Kunci: Pembelajaran Kitab Kuning Pembelajaran kitab kuning merupakan pembelajaran yang biasa dikaji di dunia pesantren. Dan pada masa sekarang kitab kuning tidak hanya dikaji di pesantren saja tetapi juga di lembaga pendidikan formal dan khususnya pada lembaga yang berbasis pesantren. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti pelaksanaan pembelajaran kitab kuning kelas XII di SMK Syubbanul Wathon. Pertanyaan utama yang akan dijawab peneliti adalah (1) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kitab kuning kelas XII di SMK Syubbanul Wathon Tegalrejo? (2) Apa faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran kitab kuning kelas XII di SMK Syubbanul Wathon? (3) Bagaimana solusi yang ditempuh untuk mengatasi faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran kitab kuning siswa kelas XII di SMK Syubbanul Wathon? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti mendapatkan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Tahap-tahap penelitian meliputi pra lapangan, pekerjaan lapangan, dan analisis data. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) Implementasi pembelajaran kitab kuning dalam proses pembelajaran kelas XII di SMK Syubbanul Wathon Tegalrejo meliputi (a) konsep pembelajarannya yaitu dengan metode –metode yang simpel,praktis dan aplikatif (b) kebijakan umum mengenai pembelajaran kitab kuning dengan menerapkan sekolah berbasis pesantren (c) pelaksanaannya dengan memadukan antara pembelajaran pesantren dan pembelajaran sekolah formal (d) jenis kitab yang dikaji oleh siswa kelas XII yaitu kitab Fath-u „l-Qarîb, Uqudullujain dan Sharaf (e) metode pembelajaran menggunakan metode sorogan, bandongan, diskusi atau musyawarah dan team teaching (f) pengajar kitab kuning merupakan alumni dari pondok pesantren API Tegalrejo (g) penilaian dilakukan pada saat UTS dan UAS, dan untuk nilai harian dengan membaca kitab dan hafalan, (2) faktor pendukung dan penghambat pembelajaran kitab kuning meliputi (a) faktor pendukung pembelajaran kitab kuning yaitu antusiasme siswa cukup tinggi dalam mengikuti pembelajaran kitab kuning, semua siswa diwajibkan berada di asrama atau mondok, peraturan yang cukup ketat, adanya sanksi bagi siswa yang terlambat mengikuti kegiatan pembelajaran (b) faktor penghambat: gedung masih belum memadai, latar belakang anak yang bebedabeda, metode pembelajaran kadang mengundang kebosanan pada anak, (3) solusi untuk mengatasi faktor penghambat yaitu: proses pembangunan terus berjalan, menerapkan sistem giliran antara siswa putra dan putri, sistem pembelajarannya terus dibenahi.
DAFTAR ISI
SAMPUL
i
LEMBAR BERLOGO
ii
HALAMAN JUDUL
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN
v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
vi
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
vii
KATA PENGANTAR
viii
ABSTRAK
xi
PEDOMAN TRANSLITERASI
xii
DAFTAR ISI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Fokus Penelitian
4
C. Tujuan Penelitian
5
D. Manfaat Penelitian
5
1. Manfaat Teoritis
5
2. Manfaat Praktis
5
E. Penegasan istilah
6
a.
Implementasi
6
b.
Pembelajaran
6
c.
Kitab kuning
7
F. Metode Penelitian
7
1. Jenis Penelitian
7
2. Lokasi Penelitian
8
3. Instrumen Penelitian
8
4. Sumber Data
9
5. Teknik Pengumpulan Data
9
6. Analisis Data
10
7. Pengecekan Keabsahan Data
11
8. Tahap-tahap Penelitian
12
G. Sistematika Penulisan
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Implementasi Pembelajaran 1. Pengertian Implementasi Pembelajaran
15 15
B. Pembelajaran Kitab Kuning 1. Pengertian Kitab Kuning
16
2. Ciri-ciri Kitab Kuning
17
3. Jenis-jenis Kitab Kuning
19
4. Metode Pembelajaran Kitab Kuning
24
5. Evaluasi Pembelajaran Kitab Kuning
32
6. Pengajar Kitab Kuning
37
7. Pembelajaran Kitab Kuning pada Lembaga Pendidikan Formal 39
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Kondisi Umum SMK Syubbanul Wathon
42
1. Sejarah berdirinya SMK Syubbanul Wathon
42
2. Latar Belakang Pendirian SMK Syubbanul Wathon
46
3. Data Pengurus SMK Syubbanul Wathon
46
B. Penyelenggaraan Pembelajaran
48
1. Visi dan Misi SMK Syubbanul Wathon
48
2. Kurikulum dan Metode Pendidikan Sekolah
48
3. Kegiatan Luar Sekolah
50
C. Implementasi Pembelajaran Kitab Kuning SMK Syubbanul Wathon 51 1. Konsep dan Kebijakan Umum Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning
51
2. Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning
53
3. Jenis-jenis Kitab Kuning
55
4. Metode Pembelajaran Kitab Kuning
56
5. Pengajar Kitab Kuning
59
6. Tujuan Pembelajaran Kitab Kuning
61
7. Evaluasi Pembelajaran Kitab Kuning
62
8. Faktor Pendukung Pembelajaran Kitab Kuning
64
9. Hambatan atau Problem yang Dihadapi
65
10. Solusi yang Ditempuh dalam Menangani Problem yang Dihadapi
68
BAB IV PEMBAHASAN A. Implementasi Pembelajaran Kitab Kuning Kelas XII Di SMK Syubbanul Wathon
71
1. Konsep dan Kebijakan Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning di SMK Syubbanul Wathon
71
2. Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning
72
3. Jenis Kitab Kuning yang Dikaji
73
4. Metode Pembelajaran Kitab Kuning
74
5. Pengajar Kitab Kuning
76
6. Tujuan Pembelajaran Kitab Kuning
77
7. Evaluasi Pembelajaran Kitab Kuning
78
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Kitab Kuning di SMK Syubbanul Wathon
79
1.
Faktor Pendukung
79
2.
Faktor Penghambat
80
C. Upaya Untuk Mengatasi Faktor-faktor Penghambat Pembelajaran Kitab Kuning
81
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
83
B. Saran
85
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1
Pedoman Penelitian
Lampiran
2
Transkrip Wawancara
Lampiran
3
Catatan Lapangan Pengamatan
Lampiran
4
Dokumen Profil Sekolah
Lampiran
5
Data Pengurus Sekolah
Lampiran
6
Jadwal Pelajaran
Lampiran
7
Foto Kegiatan
Lampiran
8
Surat Ijin Penelitian
Lampiran
9
Surat Keterangan Penelitian
Lampiran
10
Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran
11
Daftar Nilai SKK
Lampiran
12
Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran
13
Riwayat Hidup Penulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Pendidikan juga menjadi bagian penting bagi peradaban manusia. Pendidikan menjadi bagian terpenting bagi kehidupan manusia untuk melangsungkan kehidupan manusia di dunia, karena pendidikan merupakan potensi awal untuk meraih masa depan. Pendidikan secara umum diartikan sebagai suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan yaitu kedewasaan (Salam, 1997:4) Dalam UU Nomor 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 1 juga dijelaskan mengenai pengertian pendidikan, yaitu ―Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.‖ Seiring perkembangan zaman, dan semakin meningkatnya kebutuhan manusia akan pendidikan maka ada beberapa jenis pendidikan yang dapat ditempuh guna memenuhi kebutuhan individu akan pendidikan. Jenis-jenis pendidikan tersebut antara lain yaitu: 1) lembaga pendidikan formal, pendidikan formal adalah pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat, pendidikan ini
berlangsung di sekolah, 2) lembaga pendidikan nonformal yaitu pendidkan yang dilaksanakan secara teratur dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat, dan 3) lembaga pendidikan informal adalah pendidiakan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat, pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga, dalam pergaulan sehari maupun dalam pekerjaan, keluarga, organisasi (Ahmadi, 1991:97). Dalam dunia pendidikan, tentunya tidak terlepas dari istilah kegiatan pembelajaran.
Aminuddin
Rosyad
mengatakan
bahwa
pembelajaran
merupakan proses yang terjadi yang membuat seseorang atau sejumlah orang, yaitu peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan (2003:11). Proses pembelajaran bertujuan untuk mencapai perubahan terhadap peserta didik, dari yang tidak tahu menjadi tahu dan yang tidak paham menjadi paham. Otonomi dibidang pendidikan telah memberikan kesempatan dan wewenang kepada setiap lembaga pendidikan untuk melakukan berbagai inovasi dalam pengembangan dan implementasi kurikulum, dan pembelajaran. Dengan begitu setiap lembaga pendidikan memiliki suatu keunikan atau kelebihan yang ditonjolkan dalam mengembangkan lembaganya. Keunikan dan kelebihan bisa ditonjolkan dengan program-program pembelajaran ataupun yang lainnya.
Era globalisasi telah membawa pendidikan ke arah yang lebih maju dan modern dan terus mengembangkan pembelajaran-pembelajaran yang modern . Akan tetapi masih ada juga lembaga pendidikan yang melestarikan warisan ulama-ulama terdahulu yaitu dengan mengkaji kitab kuning, seperti yang ada di SMK Syubbanul Wathon Tegalrejo Magelang. Lembaga pendidikan yang bernaung pada sebuah yayasan islami berbasis pesantren itu mengusung pembelajaran kitab kuning ke dalam materi pelajaran yang dipelajari. Dan ini merupakan sebuah bukti eksisnya pengkajian kitab-kitab klasik di dunia pendidikan sekarang ini. Kitab kuning sangat erat sekali hubungannya dengan dunia pesantren. Mengenai definisi pesantren Ahmad Tafsir menjelaskan dalam bukunya, bahwa ―pesantren baru dapat disebut pesantren bila memenuhi lima syarat, yaitu, ada kyai, ada pondok, ada masjid, ada santri, dan pengajaran membaca kitab kuning‖ (1994:191). Kelima ciri khusus yang dimiliki pesantren itulah yang membedakan pendidikan pondok pesantren dengan dengan lembaga pendidikan dalam bentuk lain. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Pesantren juga sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional yang tidak dapat diragukan lagi dalam peranannya sebagai pusat transmisi dan desiminasi ilmu-ilmu keislaman, terutama yang bersifat kajiankajian klasik (Yasmadi, 2002 : 67). Kitab kuning merupakan karya ulama-ulama yang terdahulu dan dibukukan tanpa ada harokatnya dan artinya, sering juga dikatakan sebagai kitab gundul atau kitab kosongan. Martin Van Bruinessen menyebutkan kitab
kuning merupakan kitab-kitab klasik yang ditulis berabad-abad yang lalu (1995:17). Pada masa sekarang kitab kuning menjadi pembahasan yang serius dan banyak dikaji dalam pondok-pondok pesantren, madrasah-madrasah salafiyah, bahkan sampai di kalangan activitas akademik perguruan tinggi. Pembelajaran kitab kuning ini terbilang unik dan sudah jarang dilakukan pada lembaga pendidikan formal. Karena biasanya kitab kuning dikaji di dunia pesantren. Dengan latar belakang itulah, peneliti ingin mengetahui lebih jauh bagaimana pelaksanaan pembelajaran kitab kuning di SMK Syubbanul Wathon. Dengan mengambil judul ―IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KITAB KUNING KELAS XII DI SMK SYUBBANUL WATHON TEGALREJO KAB. MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014‖.
B. Fokus Penelitian 1. Bagaimana implementasi pembelajaran kitab kuning kelas XII di SMK Syubbanul Wathon? 2. Apa
faktor
pendukung
dan
faktor
penghambat
pelaksanaan
pembelajaran kitab kuning kelas XII di SMK Syubbanul Wathon? 3. Bagaimana solusi yang ditempuh untuk mengatasi faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran kitab kuning kelas XII di SMK Syubbanul Wathon?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran kitab kuning kelas XII di SMK Syubbanul Wathon 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran kitab kuning kelas XII di SMK Syubbanul Wathon 3. Untuk mengetahui solusi yang ditempuh dalam mengatasi faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran kitab kuning kelas XII di SMK Syubbanul Wathon.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara akademis maupun secara praktis. 1. Manfaat Akademis a. Menambah
pengetahuan
kepustakaan
mengenai
pelakasanaan
pembelajaran kitab kuning. b. Sebagai bahan dasar untuk penelitian lanjut mengenai pembelajaran kitab kuning 2. Manfaat Praktis a. Bagi penulis
Dengan meneliti implementasi pembelajaran kitab kuning di SMK Syubbanul Wathon, maka akan menambah wawasan pemahaman yang lebih komprehensif tentang pelaksanaan pembelajaran kitab kuning. b. Bagi Kepala Sekolah dan Guru Diharapkan dapat memberi sumbangan untuk membangkitkan siswa belajar agar lebih aktif dengan pelajaran. c. Penelitian ini sebagai bagian usaha untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan pada jurusan Tarbiyah khususnya.
E. Penegasan Istilah 1. Implementasi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia implementasi berarti pelaksanaan atau penerapan. Susilo menyatakan bahwa implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, inovasi, dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, ketrampilan maupun nilai dan sikap (2007:174). Dalam penelitian ini implementasi dimaknai sebagai pelaksanaan dari pembelajaran kitab kuning itu. 2. Pembelajaran Pembelajaran ialah suatau proses atau kegiatan yang sistemetis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan
suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik, baik di kelas maupun di luar kelas (Arifin, 2011:10). 3. Kitab kuning Kitab kuning adalah kitab keagamaann berbahasa Arab, Melayu atau Jawa atau bahasa-bahasa lokal lain di Indonesia dengan menggunakan aksara Arab, yang selain ditulis oleh ulama di Timur Tengah, juga ditulis oleh ulama Indonesia sendiri (Azra, 1999:111). F. Metode Penelitian Untuk mencapai penelitian yang valid dan valiabel, maka data harus sesuai dan bisa dipercaya kebenarannya serta menggunakan metode yang sesuai pula. 1. Jenis dan pendekatan penelitian Penelitian ini termasuk penelitian Lapangan Field research. Di sini penulis
mengumpulkan
data
dari
lapangan
dengan
mengadakan
penyelidikan secara langsung di lapangan untuk mencari berbagai masalah yang ada relevansinya dengan penelitian ini (Muhadjir, 2002 : hal 38). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Yaitu penelitian yang tidak menggunakan perhitungan (Moleong, 2009: hal 3). Bogdan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (1986:9) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam
ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya (Moleong, 2009:4). Secara teknis penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam bahasanya dan dalam peristilahannya (Moleong, 2009 : hal 3). 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah
SMK Syubbanul Wathon yang
beralamatkan di Jl. Kyai Abdan No 3 (kawasan Gor Bumi Manunggal) Kec. Tegalrejo Kab. Magelang. 3. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melekukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2009:222). Begitu pula yang dikatakan oleh Moleong yaitu, peneliti sebagai instrumen karena ia merupakan peneliti sekaligus pelaksanaan, pelaksanaan pengumpulan data analisis dan penafsiran data dan akhirnya ia menjadi pelopor-pelopor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segalanya dari seluruh proses penelitian (2009:121).
4. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah: a) Data Primer Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2009 : 225). Adapun sumber data langsung peneliti dapatkan dari kepala sekolah, guruguru SMK Syubbanul Wathon, dan siswa-siswa. b) Data Sekunder Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2009 : 225). Dokumen yang digunakan meliputi lokasi sekolah, profil sekolah, sejarah sekolah, visi-misi sekolah. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah ditemukan. 5. Teknik pengumpulan data a. Wawancara atau interview Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2010:180). Dan dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam, wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap
muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti. Wawancara mendalam dilakukan secara intensif dan berulang-ulang (Bungin, 2011:157-158). b. Metode Observasi Metode
observasi
merupakan
suatu
teknik
atau
cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2008:220). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang gambar umum sekolah, sarana dan prasarana, dll. c. Metode Dokumentasi Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2009:240). Dengan metode ini peniliti ingin memperoleh informasi lebih konkrit mengenai sejarah berdirinya, letak geografisnya, visi dan misi, struktur organisasi, dsb. 6. Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun dalam pola, memilih mana yag penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2009 : 244).
Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan di lapangan adalah sebagai berikut: 1) Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan peneliti dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. 2) Reduksi Data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Muhadjir, 2002 : 6) 3) Penyajian Data Penyajian data di sini dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan (Miles, 1992:16). Penyajikan data ini dilakukan supaya data dapat terorganisasikan dan mudah dipahami. 4) Penarikan Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada (Sugiyono, 2009 : 253) 7. Pengecekan keabsahan data Dalam memperoleh keabsahan data, maka peneliti menggunakan teknik trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2009:331). Ada dua macam trianggulasi yang digunakan, yaitu: a. Trianggulasi sumber data Trianggulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik
yang sama (Sugiyono,
2011:241). b. Trianggulasi metode Trianggulasi metode dilakukan dengan cara mengecek derajat kepercayaan
penemuan
hasil
penelitian
beberapa
teknik
pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama (Moleong 2011: 331). 8. Tahap-tahap penelitian Menurut Moleong (2009, 127-148) tahap-tahap penelitian kualitatif harus memuat: a. Tahap Pra Lapangan Tahap pra lapangan yaitu memperhatikan segala macam persoalan dan segala macam persiapan sebelum peneliti terjun kedalam
kegiatan
penelitian
berupa:
menyusun
rancangan
penelitian, mengurus perizinan kepada pihak sekolah SMK Syubbanul Wathon, menjajaki dan menilai keadaan, memilih dan
memanfaatkan
informan,
serta
menyiapkan
perlengkapan
penelitian. b. Tahap Pekerjaan Lapangan Pada tahap ini peneliti harus bersungguh-sungguh dalam memahami latar penelitian dan mempersiapkan diri dengan segala daya dan upayanya, memasuki lapangan dengan berperan serta sambil mengumpulkan data. c. Tahap Analisis Data Pada tahap ini dikemukakan konse analisis data juga dipersoalkan bahwa analisis data itu dibimbing oleh usaha untuk menemukan dat dan kesimpulan. G. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk mengetahui secara kesluruhan isi atau materi–materi skripsi ini secara global, maka penulis perlu merumuskan skripsi ini, yang meliputi tiga (3) bagian: 1. Bagian Muka Pada bagian muka ini membuat tentang halaman judul, skripsi, halaman nota persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi tabel dan halaman daftar lampiran. 2. Bagian Isi Bagian isi terdiri dari beberapa bagian bab yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN Berisi Latar belakang masalah, fokus penelitian, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II : LANDASAN TEORITIS MENGENAI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KITAB KUNING Meliputi: Pengertian kitab kuning, jenis-jenis kitab kuning, ciri-ciri kitab kuning, macam-macam metode pembelajaran kitab kuning, dan pembelajaran kitab kuning di sekolah formal. BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Meliputi: Kondisi umum SMK TI Syubbanul Wathon dan penyajian data. BAB IV : PEMBAHASAN Meliputi: pelaksanaan pembelajaran kitab kuning, faktor pendukung dan penghambat, solusi yang ditempuh dalam mengatasi faktor penghambat. BAB V : PENUTUP Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran. 3. Bagian akhir Pada kegiatan akhir, akan dilampirkan daftar pustaka, daftar riwayat hidup dan lampiran-lampiran yang relevan dengan penelitian.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Implementasi Pembelajaran 1. Pengertian Implementasi Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia implementasi berarti pelaksanaan atau penerapan. Sedangkan implementasi dalam Oxford Advance Learner Dictionary adalah: “put something into effect”, penerapan sesuatu yang memberikan efek atau dampak (Susilo, 2007: 174).
Browne
dan
Wildavsky
(Nurdin
dan
Usman,
2004:70)
mengemukakan bahwa ‖implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan‖. Implementasi juga bisa dikatakan sebagai suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Pembelajaran adalah proses yang terjadi yang membuat orang atau sejumlah orang, yaitu peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan (Rosyad, 2003:11). Definisi mengenai pembelajaran juga diungkapkan oleh Slameto yaitu suatu proses usaha yang dilakukan seseoarang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengamatannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (2003:2). Dengan demikian bahwa implementasi pembelajaran adalah suatu proses peletakan ke dalam praktek tentang suatu ide, program atau
seperangkat aktivitas baru bagi orang dalam mencapai atau mengharapkan perubahan. Pengertian tersebut diungkapkan oleh Miller dan Seller dalam (http://www.psychologymania.com/2013/01/pengertian-implementasipembelajaran.html) yang diakses tanggal 19 Juni 2013. B. Pembelajaran Kitab Kuning 1. Pengertian Kitab Kuning Kitab kuning sering disebut dengan istilah ―kitab klasik‖ (Al- kutub Al- qadimah), kitab-kitab tersebut merujuk pada karya-karya tradisional ulama klasik dengan gaya bahasa Arab yang berbeda dengan buku modern (Turmudi, 2003:36). Ada juga yang mengartikan bahwa dinamakan kitab kuning karena ditulis diatas kertas yang berwarna kuning, Jadi, kalau sebuah kitab ditulis dengan kertas putih , maka akan disebut kitab putih, bukan kitab kuning (Barizi, 201:62). Kitab kuning menurut Azyumardi Azra adalah kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab, Melayu, Jawa atau bahasa-bahasa lokal lain di Indonesia dengan menggunakan aksara Arab, yang selain ditulis oleh ulama di Timur Tengah, juga ditulis oleh ulama Indonesia sendiri. Pengertian ini, demikian menurut Azra, merupakan perluasan dari terminologi kitab kuning yang berkembang selama ini, yaitu kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab, menggunakan aksara Arab, yang dihasilkan oleh para ulama dan pemikir Muslim lainnya di masa lampau khususnya yang berasal dari Timur Tengah (1999:111). Senada dengan Azra, Alie Yafie berpendapat kitab kuning adalah kitab-kitab yang digunakan di
dunia pesantren yang ditulis dengan huruf Arab dengan bahasa Arab atau Melayu, Jawa, Sunda dan hurufnya tidak diberi tanda baca (harakat atau syakal) (1994:51). Masdar F. Mas‘udi dalam makalahnya, ―Pandangan Hidup Ulama‘ Indonesia dalam Literatur Kitab Kuning‖, pada seminar Nasional tentang Pandangan Hidup Ulama‘ Indonesia (Jakarta: LIPI, 24-25 Februari 1988:1), mengatakan bahwa selama ini berkembang tiga terminologi mengenai kitab kuning. Pertama, kitab kuning adalah kitab yang di tulis oleh ulama klasik islam yang secara berkelanjutan dijadikan referensi yang dipadomani oleh para ulama Indonesia, seperti Tafsîr Ibn Katsîr, Tafsîr alKhâzin, Shahîh Bukhârî, Shahîh Muslim, dan sebagainya. Kedua, kitab kuning adalah kitab yang ditulis oleh ulama Indonesia sebagai karya tulis yang ―independen‖, seperti Imam Nawawi dengan kitabnya Mirâh Labîd dan Tafsîr al-Munîr. Ketiga, kitab kuning adalah kitab yang ditulis oleh ulama Indonesia sebagai komentar atau terjemahan atas kitab karya ulama ―asing‖, kitab-kitab Kyai Ihsan Jampes, yaitu Sirâj al-Thâlibîn dan Manâhij al-Imdâd, yang masing-masing merupakan komentar atas Minhâj al-„Abidîn dan Irsyâd al-„Ibâd karya Al Ghazali (Barizi, 2011 : 61). 2. Ciri-ciri Kitab Kuning Kitab-kitab klasik atau yang disebut dengan kitab kuning mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Kitab-kitabnya berbahasa Arab b. Umumnya tidak memakai syakal, bahkan tanpa titik dan koma
c. Berisi keilmuan yang cukup berbobot d. Metode penulisannya dianggap kunodan relevansinya dengan ilmu kontemporer kerap kali tampak menipis e. Lazimnya dikaji dan dipelajari di pondok pesantren f. Banyak diantara kertasnya berwarna kuning (Muhaimin, 1993 : 300) Bruinessen menambahkan format kitab klasik yang paling umum dipakai di pesantren sedikit lebih kecil dari kertas kuarto (26 cm) dan tidak dijilid. Lembaran-lembaran (koras-koras) tak terjilid dibungkus kulit sampul, sehingga para santri dapat membawa hanya satu halaman yang kebetulan sedang dipelajari saja (1995:18). Adapun ciri kitab kuning yang lain diungkapkan oleh Mujamil (127) dalam bukunya, yaitu: a. Penyusunannya dari yang lebih besar terinci ke yang lebih kecil, seperti kitabun, babun, fashlun, far‟un dan seterusnya b. Tidak menggunakan tanda baca yang lazim, tidak memakai titik, koma tanda seru, tanda tanya dan lain sebagainya. c. Selalu digunakan istilah (idiom) dan rumus-rumus tertentu seperti untuk menyatakan pendapat yang kuat dengan memakai istilah al-madzhab, al-ashlah,
al-shalih,
al-arjah,
al-rajih
dan
seterusnya,
untuk
menyatakan kesepakatan antar ulama‘ beberapa madzhab diguanakan istilah ijtima‟an, sedang untuk menyatakan kesepakatan antar ulama dalam satu madzhab digunakan ittifaqan.
3. Jenis-Jenis Kitab Kuning Kitab kuning diklasifikasikan ke dalam empat kategori: a) Dilihat dari kandungan maknanya, b) Di lihat dari kadar penyajiannya, c) Dilihat dari kreatifitas penulisannya, d) Di lihat dari penampilan uraiannya (Siradj, 2004:335) a. Di lihat dari kandungan maknanya Kitab kuning dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: 1) kitab yang berbentuk penawaran atau penyajian ilmu secara polos (naratif) seperti sejarah, hadits, dan tafsir, dan 2) kitab yang menyajikan materi yang berbentuk kaidah-kaidah keilmuan, seperti nahwu, ushul fiqih, dan mushthalah al-hadits (istilah-istilah yang berkenaan dengan hadits). b. Di lihat dari kadar penyajiannya Kitab kuning
dapat di bagi menjadi tiga macam, yaitu: 1)
mukhtasar yaitu kitab yang tersusun secara ringkas dan menyajikan pokok-pokok masalah, baik yang muncul dalam bentuk nadzam atau syi‘r (puisi) maupiun dalam bentuk nasr (prosa), 2) syarah yaitu kitab yang memberikan uraian panjang lebar, menyajikan argumentasi ilmiah secara komparatif dan banyak mengutip ulasan para ulama dengan argumentasi masing-masing, dan 3) kitab kuning yang penyajian materinya tidak terlalu ringkas dan juga tidak terlalu panjang (mutawasithoh). c.
Di lihat dari kreatifitas penulisannya
Kitab kuning dapat dikelompokkan menjadi tujuh macam, yaitu: 1) kitab yang menampilkan gagasan baru, seperti Kitab ar Risalah (kitab ushul fiqih) karya Imam Syafi‘i, Al-„Arud wa Al-Qawafi (kaidah-kaidah penyusunan syair) karya Imam Khalil bin Ahmad Farahidi, atau teoriteori ilmu kalam yang dimunculkan oleh Washil bin ‗Atha‘, Abu Hasan Al Asy‘ari, dan lain-lain, 2) kitab yang muncul sebagai penyempurnaan terhadap karya yang telah ada, seperti kitab Nahwu (tata bahasa Arab) karya As Sibawaih yang menyempurnakan karya Abul Aswad Ad Duwali. 3) kitab yang berisi (syarah) terhadap kitab yang telah ada, seperti kitab Hadits karya Ibnu Hajar Al Asqolani yang memberikan komentar terhadap kitab Shahih Bukhari, 4) kitab yang meringkas karya yang panjang lebar, seperti Alfiyah Ibnu Malik (buku tentang nahwu yang di susun dalam bentuk sya‘ir sebanyak 1.000 bait) karya Ibnu Aqil dan Lubb al-Usul (buku tentang ushul fiqih) karya Zakariya Al Anshori sebagai ringkasan dari Jam‟al Jawami‟ (buku tentang ushul fiqih) karya As Subki, 5) kitab yang berupa kutipan dari berbagai kitab lain, seperti Ulumul Qur‘an (buku tentang ilmu-ilmu Al Qur‘an) karya Al ‗Aufi, 6) kitab yang memperbarui sistematika kitab-kitab yang telah ada, seperti kitab Ihya‟ „Ulum Ad Din karya Imam Al Ghazali, 7) kitab yang berisi kritik, seperti kitab Mi‟yar Al “Ilm (sebuah buku yang meluruskan kaidah-kaidah logika) karya Al Ghazali. d. Dilihat dari penampilan uraiannya
Kitab memiliki lima dasar, yaitu: 1) mengulas pembagian sesuatu yang umum menjadi khusus, sesuatu yang ringkas menjadi terperinci, dan
seterusnya,
menampilkan
2)
menyajikan
beberapa
redaksi
pernyataaan
dan
yang
teratur
kemudian
dengan
menyusun
kesimpulan, 3) membuat ulasan tertentu ketika mengulangi uraian yang dianggap perlu sehingga penampilan materinya tidak semrawut dan pola pikirnya dapat lurus, 4) memberikan batasan-batasan jelas ketika penulisnya menurunkan sebuah definisi, dan 5) menampilkan beberapa ulasan dan argumentasi yang dianggap perlu. Sedangkan
dari
cabang
keilmuannya,
Nurcholish
Madjid
mengemukakan kitab ini mencakup ilmu-ilmu: fiqih, tauhid, tasawuf, dan nahwu sharaf. Atau dapat juga dikatakan konsentrasi keilmuan yang berkembang di pesantren pada umumnya mencakup tidak kurang dari 12 macam disiplin keilmuan: nahwu, sharf, balaghah, tauhid, fiqh, ushul fiqh, qawaid fiqhiyah, .tafsir, hadits, muthalah al-haditsah, tasawuf, dan mantiq. Adapun kitab-kitab yang menjadi konsentrasi keilmuan di pesantren yaitu :( Madjid, 1997 : 28-29) a. Cabang ilmu fiqih 1) Safînat-u „l-Shalâh 2) Safînat-u „l-Najâh 3) Fath-u „l-Qarîb 4) Taqrîb
5) Fath-u „l-mu‟în 6) Minhâj-u „l-Qawîm 7) Muthma‟innah 8) Al-iqnâ‟ 9) Fath-u „l-Wahhâb b. Cabang ilmu tauhid 1) „Aqîdat-u „l-„Awâmm (nazham) 2) Bad‟u „l-Âmâl (nazham) 3) Sanusîyah c. Cabang ilmu tasawuf 1) Al-nashâ‟ih-u „l-Dînîyah 2) Irsyâd-u „l-„Ibâd 3) Tanbîh-u „l-Ghâfilîn 4) Minhâj-u „l-„Abidîn 5) Al-Da‟wat-u „l-Tâmmah 6) Al-Hikam 7) Risâlat-u „l-Mu‟âwanah wa „l-Muzhâharah 8) Bidâyat-u „l-Hidâyah d. Cabang ilmu nahwu- sharaf 1) Al-Maqsûd (nazham) 2) „Awâmil (nazham) 3) „Imrîtî (nazham) 4) Ajurumîyah
5) Kaylanî 6) Mirhat-u „l-I‟râb 7) Alfîyah (nazham) 8) Ibnu „Aqîl Martin Van Bruinessen dalam (Yasmadi, 2002:69-70) merinci kekayaan khazanah kitab-kitab klasik yang dipelajari di pondok pesantren yang sesuai dengan kategori keilmuan di atas: Dalam ilmu fiqih dipelajari kitab-kitab sebagai berikut: fath almu‟în, i‟anat-u „lthâlibîn, taqrîb, fath-u „l-qarîb, kifâyat-u „l-akhyar, bajuri, minhâj-u „l-thâlibîn, minhâj-u „l-thullâb, fath-u „l-wahâb, minhâj-u „l-qawîm, safînat, kasyifat-u „l-saja, sullam-u „l-munajat, uqud-u „l-lujain, sittin, muhadzab, bughyat-u „l-mustarsyidin, mabadi fiqhiyah, dan fiqh-u „l-wadlih. Untuk kelengkapan ilmu fiqh biasanya juga di kenal ilmu ushul fiqh yang mempelajari kitab-kitab: lathaif-u „lisyârat, jam‟ul jawâmi, lumâ‟, „l-asybah wa al-nadlair, bayan, dan bidayat-u „l-mujtahid. Dalam ilmu sharf: kailânî (syarah kailânî), maqshûd (syarah maqshûd), amtsilat-u „l-tashrifiyat, dan binâ‟. Dalam ilmu nahwu: imrîthî (syarah imrîthî), ajurumîyah (syarah ajurumîyah), mutammimah, asymawi, alfiyah, ibnu „âqîl, dahlan alfiyah, qathr-u „l-nadâ, awamil, qawâid-u „l-i‟rab, nahwu wadlih, dan qawâid-u „l-lughat. Sedangkan dalam ilmu balaghah di kenal kitab jauhar-u „lmaknun, dan uqud-u „l-juman dan lain sebagainya. Kemudian dalam
bidang tauhid (akidah) terdapat kitab-kitab, antara lain: umm-u „lbarahin, sanusîyah, daqusî, syarqawi, kifâyat-u „l-awâm, tijân-u „ldararî, aqidat-u „l-awâmm, nur-u „l-zhulam, jauhar-u „l-tauhid, tuhfatu „l-murid, fath-u „l-majid, jawâhir-u „l-kalamiyah, husn-u „lhamidiyah, dan aqidat-u „lislâmiyat. Dalam kitab tafsir secara umum dipergunakan kitab tafsir ‗ljalâlain, tetapi selain itu terdapat juga beberapa kitab lainnya; tafsîr-u „l-munîr, tafsîr ibn Katsir, tafsîr baidlowi, jami‟u „l-bayan, maraghi, dan tafsîr-u „l-manar. Selanjutnya juga dapat ditemui kitab-kitab hadits, antara lain; bulugh-u „l-maram, subul‟u „l-salam, riyadl-u „l-sâlihîn, shahîh bukhârî, tajrid-u „l-sharîh, jawâhir-u „l-bukhârî, shahîh muslim, arba‟in nawâwi, majalish-u „l-saniyat, durratun nashihin,dan lain-lain. Begitu pula dalam ilmu tasauf, misalnya: ta‟lim muta‟llim, washaya, akhlaqu li „l-banât, akhlaq li „l-banîn, irsyad-u „l-ibad, minhâj-u
„l-âbidin,
al-hikam,
risâlat-u
„l-mu‟âwanah
wa
„l-
muzhâharah, bidâyatu „l-hidâyah, ihya‟ ulum-u „l-dîn, dan sebagainya. Kitab-kitab di atas merupakan beberapa referensi kitab yang dijadikan sebagai kitab penyumbang pengetahuan pada pondok pesantren yang ada di Indonesia. 4. Metode Pembelajaran Kitab Kuning a. Definisi Metode Pembelajaran Metodologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata: ―metodos‖ berarti ―cara‖ atau ―jalan‖, dan ―logos‖ yang berarti
―ilmu‖. Metodologi berarti ilmu tentang jalan atau cara. Namun untuk memudahkan pemahaman tentang metodologi, terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian metode. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa ―Metode‖ adalah‖cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksana kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.‖
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa metode
mengandung arti adanya urutan kerja yang terencana, sistematis, dan merupakan hasil eksperimen ilmiyah guna mencapai tujuan yang telah direncanakan (Arief, 2002:87). Sementara itu pembelajaran adalah proses interaksi peserta didk dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Uno (2009:65) metode pembelajaran adalah cara-cara yang digunakan pengajar atau instruktur untuk menyajikan informasi atau
pengalaman
baru,
menggali
pengalaman
peserta
belajar,
menampilkan unjuk kerja peserta belajar, dan lain-lain. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa metode belajar adalah suatu cara yang ditempuh dalam menyajikan materi atau pelajaran
yang akan
disampaikan untuk mencapai tujuan tertentu. Pentingnya penggunaan metode dalam mengajar diungakapkan oleh Zuharini, yaitu karena metode merupakan salah satu komponen daripada proses pendidikan,metode
merupakan alat mencapai tujuan
yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar, dan metode merupakan kebulatan dalam suatu sistem pendidikan (1983:79).
Pentingnya pemilihan metode yang tepat juga diisyaratkan dalam Al Qur‘an surat Al-Maidah ayat 35, yang berbunyi:
َّ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُىا اتَّقُىا سبِي ِل ِه َ اَّللَ َوا ْبتَغُىا إِلَ ْي ِه ْال َى ِسيلَةَ َو َجا ِهدُوا فِي َلَ َلَّ ُ ْ ت ُ ْ ِل ُ ىو Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan (metode) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.
Dalam pemilihan suatu metode yang hendak digunakan dalam pembelajaran, Abu Al-‗Ainain dalam (Nafi‘, 2007:70) megingatkan ada 6 prinsip untuk menentukan baik tidaknya metode pendidikan Islam dilihat dari filsafat pendidikan Islam, yaitu: a. Bersumber dan diambil dari jiwa ajaran dan akhlak Islam yang mulia, sehingga menjadi bagian terpadu dengan materi dan tujuan penddidikan Islam b. Fleksibel, dapat menerima perubahan dan penyesuaian dengan keadaan dan suasana proses pendidikan c. Selalu menghubungkan teori dengan praktik, proses belajar dengan amal, dan harapan dengan pemahaman secara terpadu d. Menghindarkan cara-cara mengajar yang bersifat meringkas, karena ringkasann itu merusak kemampuan-kemampuan rinci keilmuan yang berguna
e. Menekankan kebebasan peserta didik untuk berdiskusi, berdebat dan berdialog dalam cara sopan dan saling menghormati f. Menghormati hak dan kedudukan pendidik untuk memilih metode yang menurutnya sesuai dengan watak pelajaran dan warga belajar yang mengikutinya. b. Macam-macam Metode Pembelajaran Kitab Kuning Menurut Zamakhsyari Dhofier dan Nurclolish Madjid, metode pembelajaran kitab kuning meliputi, metode sorogan dan bandongan, sedangkan Husein Muhammad menambahkan bahwa, selain metode wetonan atau bandongan, dan metode sorogan, diterapkan juga metode diskusi (munadzarah), metode evaluasi, dan metode hafalan (Siradj, 2004:223). Adapun pengetian metode-metode tersebut adalah sebagai berikut: 1. Metode wetonan atau bandongan Metode pembelajaran ini biasanya berlangsung satu jalur (monolog), yakni kyai membacakan, menterjemahkan, dan kadangkadang
memberi
komentar,
sedang
santri
atau
anak
didik
mendengarkan penuh perhatian sambil mencatat makna harfiah (sahsahan)-nya dan memberikan simbol-simbol i‘rob (kedudukan kata dalam struktur kalimat)-nya (Barizi, 2002:65). Armai Arief mengungkapkan dalam bukunya bahwa metode bandongan adalah kyai menggunakan bahasa daerah setempat, kyai membaca, menerjemahkan, menerangkan kalimat demi kalimat kitab
yang dipelajarinya, santri secara cermat mengikuti penjelasan yang diberikan oleh kyai dengan memberikan catatan-catatan tertentu pada kitabnya masing-masing dengan kode-kode tertentu sehingga kitabnya disebut kitab jenggot karena banyaknya catatan yang menyerupai jenggot seorang kyai (2002 : 154) Lebih lanjut Armai Arief juga menjelaskan tentang kelebihan dan kekurangan metode bandongan yaitu sebagai berikut: a) Kelebihan metode bandongan : 1) Lebih cepat dan praktis untuk mengajar santri yang jumlahnya banyak 2) Lebih efektif bagi murid yang telah mengikuti sistem sorogan secara insentif 3) Materi
yang
diajarkan
sering
diulang-ulang
sehingga
memudahkan anak untuk memahaminya 4) Sangat efisien dalam mengajarkan ketelitian memahami kalimat yang sulit dipelajari. b) Kekurangan metode bandongan : 1) Metode ini dianggap lamban dan tradisional, karena dalam menyampaikan materi sering diulang-ulang 2) Guru lebih kreatif daripada siswa karena proses belajarnya berlangsung satu jalur (monolog). 3) Dialog antara guru dan murid tidak banyak terjadi sehingga murid cepat bosan.
4) Metode bandongan ini kurang efektif bagi murid yang pintar karena materi yang disampaikan sering diulang-ulang sehingga terhalang kemajuannya (2002:155-156). 2. Metode sorogan Metode sorogan adalah pengajian yang merupakan permintaan dari seorang atau beberapa orang santri kepada kyainya untuk diajari kitab tertentu, pengajian sorogan biasanya hanya diberikan kepada santri-santri yang cukup maju, khususnya yang berminat hendak menjadi kyai (Madjid, 1997 : 28) Lebih kanjut Zamakhsyari Dhofier, menjelaskan bahwa: Metode sorogan ialah seorang murid mendatangi guru yang akan membacakan beberapa baris Al Qur‘an atau kitab-kitab bahasa Arab dan menerjemahkan kata demi kata ke dalam bahasa tertentu yang pada gilirannya murid mengulangi dan menerjemahkan kata perkata severvis mungkin seperti yang dilakukan gurunya (1994 : 28). Adapun kelebihan dan kekurangan metode sorogan adalah sebagai berikut (Arief, 2002:152): a) Kelebihan metode sorogan : 1) Terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara guru dengan murid 2) Memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seoarang murid dalam menguasai bahasa Arab
3) Murid mendapatkan penjelasan yang pasti tanpa harus merekareka tentang interpretasi suatu kitab karena berhadapan dengan guru secara langsung yang memungkinkan terjadinya tanya jawab. 4) Guru dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai muridnya. 5) Santri yang IQ-nya tinggi akan cepat menyelesaikan pelajaran (kitab), sedangkan yang IQ-nya rendah ia membutuhkan waktu yang cukup lama. b) Kekurangan metode sorogan : 1) Tidak efisien karena hanya menghadapi beberapa murid (tidak lebih dari 5 orang), sehingga kalau menghadapi murid yang banyak metode ini kurang begitu tepat. 2) Membuat murid cepat bosan karena metode ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi. 3) Murid kadang hanya menangkap kesan verbalisme semata terutama mereka yang tidak mengerti terjemahan dari bahas tertentu. 3. Metode diskusi (munadzarah) Metode
diskusi
dapat
diartikan
sebagai
jalan
untuk
memecahkan suatu permasalahan yang memerlukan beberapa jawaban alternatif yang dapat mendekati kebenaran dalam proses belajar mengajar (Arief, 2002:149-150). Di dalam forum diskusi atau
munadharah ini, para santri biasanya mulai santri pada jenjang menengah, membahas atau mendiskusikan suatu kasus dalam kehidupan
masyarakat
sehari-hari
untuk
kemudian
dicari
pemecahannya secara fiqh (yurisprudensi Islam). Dan pada dasarnya para santri tidak hanya belajar memetakan dan memecahkan suatu permasalahan hukum namun di dalam forum tersebut para santri juga belajar berdemokrasi dengan menghargai pluralitas pendapat yang muncul dalam forum (Nafi‘ dkk, 2007:69) Sedangkan kelebihan dan kekurangan metode diskusi adalah sebagai berikut (Arief, 2002:148-149) a) Kelebihan metode diskusi 1) Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan 2) Dapat menaikkan prestasi kepribadian individu, seperti:sikap toleransi, demokrasi, berfikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya 3) Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami oleh siswa atau santri, karena mereka mengikuti proses berfikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan 4) Siswa dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib layaknya dalam suatu musyawarah 5) Membantu murid untuk mengambil keputusan yang lebih baik
6) Tidak terjebak ke dalam pikiran individu yang kadang-kadang salah, penuh prasangka dan sempit. Dengan diskusi seseorang dapat mempertimbangkan alasan-alasan/pikiran-pikiran orang lain. b) Kekurangan metode diskusi 1) Kemungkinan ada siswa yang tidak ikut aktif, sehingga diskusi baginya hanyalah merupakan kesempatan untuk melepaskan tanggung jawab 2) Sulit menduga hasil yang dicapai, karena waktu yang dipergunakan untuk diskusi cukup panjang. 4. Metode hafalan Suatu teknik yang digunakan oleh seorang pendidik dengan menyerukan anak didiknya untuk menghafalkan sejumlah kata-kata (mufrodat), atau kalimat-kalimat maupun kaidah-kaidah. Tujuan teknik ini adalah agar anak didik mampu mengingat pelajaran yang diketahui serta melatih daya kognisinya, ingataan dan fantasinya (Muhaimin, 1993:276). Hafalan juga bisa diartikan kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu teks tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan kyai atau ustadz. 5. Evaluasi Pembelajaran Kitab Kuning a. Pengertian Evaluasi Pembelajaran Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahas Inggris evaluation, dalam bahsa Arab: al-Taqdir ( )التقد ير, dalam bahas Indonesia berarti:
penilaian. Akar katanya adalah value, dalam bahasa Arab: al-Qimah ()ال ق يمة, dalam bahasa Indonesia berarti nilai (Sudijono, 2011:1). Adapun evaluasi secara istilah yang dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown dalam (Sujidono, 2011:1) yaitu ―Evaluation refer to the act or process to determining the value of something” yang berarti evaluasi merupakan suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Dalam bukunya Zainal Arifin megatakan evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan (2011:5). Sedangkan pembelajaran adalah proses kegiatan belajar yang melibatkan aspek intelektual, emosional, dan sosial. Jadi dapat disimpulkan evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang
sistematis,
berkelanjutan
dan
menyeluruh
dalam
rangka
pengendalian, penjaminan, dan penetapan kualitas (nilai dan arti) pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran berdasarkan pertimbangan kriteria tertentu, sebagai pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (Arifin, 2011:9-10). b. Teknik Evaluasi Pembelajaran Dalam evaluasi hasil proses pembelajaran di sekolah, dikenal dua macam teknik, yaitu teknik tes dan teknik nontes (Sudijono, 2011:67-90). 1) Teknik tes. Tes adalah cara yang dipergunakan atau prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang
pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus di jawab atau perintahperintah yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee. Secara umum tes mempunyai dua fungsi, yaitu: sebagai pengukur terhadap peserta didik dan sebagai pengukur keberhasilan program pengajaran. Apabila ditinjau dari cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: a) Tes tertulis (pencil and paper test), yakni jenis tes dimana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara tertulis. b) Tes lisan (nonpencil and paper test), yakni tes dimana tester di dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan, dan testee memberikan jawabannya secara lisan pula. 2) Teknik nontes. Teknik nontes yaitu penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik yang dilakukandengan cara melakukan pengamatan secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket (questionnaire), dan memeriksa tau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis). Teknik non-tes ini pada umumnaya memegang peranan yang penting dalam rangka
mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah keterampilan (psycomotoric domain). a) Pengamatan (Observation) Observasi
adalah
cara
menghimpun
bahan-bahan
keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar, misalnya tingkah laku peserta didik pada waktu guru pendidikan agama menyampaikan pelajaran di kelas, tingkah laku peserta didik pada jam-jam istirahat atau pada saat terjadinya kekosongan pelajaran, perilaku peserta didik pada saat shalat jama‘ah di sekolah, dan lain-lain. b) Wawancara (Interview) Wawancara
adalah
cara
menghimpun
bahan-bahan
keterangan yang dilakukan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu: pertama wawancara terpimpin (guided
interview) yang juga sering dikenal dengan wawancara terstruktur atau wawancara sistematis. Kedua wawancara tidak terpimpin (unguided interview) yang sering dikenal dengan istilah wawancara sederhana atau wawancara tidak sistematis atau wawancara bebas. c) Angket (Questionnaire) Angket juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Penggunaan angket dalam penialaian hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga. Hanya saja jawaban-jawaban yang diberikan acapkali tidak sesuai dengan pernyataan yang sebenarnya. Tujuan penggunaan angket atau kuisioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar peserta didik. Disamping itu juga untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum dan program pembelajaran. Kuisioner sering digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif. Ia dapat berupa kuisioner dalam bentuk pilihan ganda (multiple choice item) dan dapat pula berbentuk skala sikap. d) Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis) Perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik juga dapat
dilengkapi
atau
diperkaya
dengan
cara
melakukan
pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya dokumen yang
memuat informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan dan dimana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan dalam keluarga dari mana sekolah asalnyaapakah ia pernah maraih prestasi, danlain sebagainya. 6. Pengajar Kitab Kuning Pengajar atau pendidik merupakan komponen utama dalam pendidikan. Pendidik merupakan orang yang yang bertugas membantu peserta didiknya untuk mendapatakan pengetahuan sehingga ia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pendidik tidak hanya bertugas mentransfer ilmu, tetapi yang lebih penting dari itu adalah mentransfer pengetahuan sekaligus nilai-nilai (transfer of knowledge and values), dan yang terpenting adalah nilai ajaran Islam (Roqib, 2009:43). Guru atau pendidik juga harus memiliki kompetensi-kompetensi untuk menunjang perannya sebagai seoarang guru. Empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seoarang guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan kompetensi profesional. Dalam pasal 40 ayat 2 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan tiga kewajiban pengajar yaitu: a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan kreatif, dinamis, dan dialogis. b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan
c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Ketiga hal tersebut tentunya berlaku untuk seluruh pengajar atau pendidik pada semua lembaga pendidikan di Indonesia, tidak terkecuali lembaga pendidikan formal. Terlebih lagi bagi lembaga pendidikan keagamaan yang berada di bawah naungan Kementrian Agama, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, yang telah dikeluarkan melalui Direktorat Pendidikan Agama, yaitu: a. Memiliki kepribadian Mukmin, Muslim dan Muhsin b. Taat dalam menjalankan agama (menjalankan syariat agama Islam, dapat memberi contoh tauladan yang baik kepada anak didik) c. Memiliki jiwa pendidik dan rasa kasih sayang kepada anak didiknya serta ikhlas jiwanya. d. Menguasai ilmu pengetahuan Agama e. Tidak memiliki cacat rohaniyah (Zuharini, 1993:29). Menjadi seorang pendidik memang tidak semudah apa yang kita bayangkan, apalagi menjadi pengajar atau pendidik kitab kuning, di samping harus menguasai materi, isi dan mahir berbahasa Arab juga harus menguasai ilmu tata bahasa yang digunakan dalam kitab. Dan pada kesimpulannya, seorang pengajar kitab kuning dalam lembaga pendidikan formal haruslah seorang muslim yang benar-benar menguasai materi kitab kuning dan mampu menjadi tauladan yang baik
bagi siswanya serta mampu mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku (Nashiruddin, 2006:21) 7. Pembelajaran Kitab Kuning Pada Lembaga Pendidikan Formal Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan niali-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan
(Hasbullah,
1999:11).
Arief
menambahkan
pendidikan
merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (2002:40). Sedangkan
pengajaran
merupakan
bagian
dari
pendidikan.
Pengajaran adalah suatu proses penyampaian pengetahuan oleh pandidik kepada peserta didik, terutama dalam aspek kognitif dan psikomotor. Proses di sini mengandung beberapa komponen yang disebut dengan komponen pengajaran. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian (Sudjana, 2000:30) Pada dasarnya pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa (Wena, 1989:2). Oemar Hamalik menjelaskan pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran (2001:57). Pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab islam klasik terutama karangan-karangan Ulama yang bermadzhab Syafi‘iyah merupakan satusatunya pengajaran formal yang diajarkan dalam lingkungan pesantren.
Tujuan utama pengajaran ini adalah untuk mendidik calon-calon Ulama, yang nantinya dapat menyebarkan ajaran Islam dan ketika mereka sudah kembali ke kampung dapat memimpin umat-umat disekitarnya (Dhofier:50). Azyumardi Azra menuliskan : ―Hampir tidak diragukan lagi Kitab Kuning mempunyai peran besar tidak hanya dalam transmisi ilmu pengetahuan Islam, bukan hanya di kalangan komunitas santri, tetapi juga di tengah masyarakat Muslim Indonesia secara keseluruhan. Lebih jauh lagi, Kitab Kuning –khususnya yang ditulis oleh para ‗ulama dan pemikir Islam di kawasan ini- merupakan refleksi perkembangan intelektualisme dan tradisi keilmuan Islam Indonesia. Bahkan, dalam batas tertentu, Kitab Kuning juga merefleksikan perkembangan sejarah sosial Islam di kawasan ini‖(1999:116). Pada awalnya pembelajaran atau pengkajian kitab kuning memang hanya diajarkan pada pondok pesantren, tetapi dewasa ini pembelajaran kitab kuning sudah tidak asing lagi dikaji pada lembaga pendidikan Islam, seperti Madrasah Aliyah, atau lembaga pendidikan formal yang bernaung pada sebuah yayasan Islami berbasis pesantren. Pada lembaga-lembaga tersebut memasukkan pembelajaran kitab kuning ke dalam kurikulumnya dan mengajarkan kitab kuning sebagai pelajaran tambahan. Dalam praktik pengajarannya, untuk memasukkan kitab kuning ke dalam lembaga pendidikan formal bukanlah hal yang mudah, karena pada hakikatnya kitab kuning adalah suatu buku teks yang diajarkan dengan metode konvensional (metode sorogan dan metode bandongan), sedangkan
sekolah formal adalah sekolah yang berdiri pada zaman modern yang dituntut untuk menjadikan siswanya memiliki iman dan taqwa yang kuat serta berakhlak dengan akhlakul karimah, siswa juga harus dapat menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, sehingga tercipta output yang mampu menjawab tantangan zaman yang semakin global dan modern (Nashiruddin, 2006:18-19) Nashiruddin menambahkan dalam pelaksanaan pembelajaran kitab kuning harus sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan oleh pemerintah. Seorang guru juga harus dapa mengkombinasikan antara sistem pengajaran konvensioanal dengan sistem pengajaran modern, serta harus dapat memilih materi kitab yang relevan dengan kemampuan siswa sehingga tujuan yang hendak dicapai dalam pengajaran dapat terwujud (2006:19).
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Kondisi Umum SMK Syubbanul Wathon 1. Sejarah Berdirinya SMK Syubbanul Wathon Berdasarkan dokumen mengenai profil sekolah diperoleh data tentang sejarah berdirinya SMK Syubbanul Wathon. Berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan Syubbanul Wathon Tegalrejo Magelang ini tidak akan lepas dari sebuah lembaga pendidikan non formal Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang. Hal ini dikarenakan SMK dilahirkan berangkat dari salah satu pesantren besar di Jawa Tengah tersebut meski secara struktural nantinya tidak saling terkait antara keduanya. Pondok Pesantren Tegalrejo yang lebih dikenal dengan sebutan Asrama Perguruan Islam Tegalrejo Magelang berdiri pada tahun 1944 atas prakarsa seorang ulama bernama KH. Chudlori Bin Ikhsan. Beliau sebelumnya adalah seorang santri yang belajar ilmu agama di Watu Congol Magelang dibawah asuhan KH. Dalhar (1923–1942). Hingga akhirnya beliau diangkat sebagai menantu sang Kyai dan mendirikan sebuah pondok pesantren kecil di desa Tegalrejo Magelang ± 9 Km sebelah timur pusat kota Magelang. Eksisnya pendidikan keagamaan yang ada di Pondok Pesantren Tegalrejo (dengan sistem
salafiyah) telah membawa pesantren tersebut
berkembang menjadi sebuah lembaga pendidikan keagamaan yang cukup besar. Lulusan API Tegalrejo yang mampu membuktikan kiprahnya dalam
masyarakat dan menjadi tokoh besar Indonesia salah satunya adalah KH. Abdurrahman Wahid (Mantan Presiden RI) yang pada gilirannya membuat pesantren tersebut kian diminati, hingga kini memiliki ± 4000 santri. Dalam
perkembanganya,
sepeninggal
KH.
Chudlori
(1977)
kepemimpinan API Tegalrejo dilanjutkan oleh para putra Beliau diantaranya KH. Abdurrahman Chudlori, KH Achmad Muchammad, KH. Mudrik Ch, KH. Chanif CH, KH. Noor Machin CH, KH. Chaidar CH dan putra terakhir Beliau KH. M. Yusuf CH. Seiring dengan perubahan zaman, timbullah pemikiran untuk membentuk sebuah lembaga yang tidak hanya berkutat pada pendidikan agama Islam, namun mampu melakukan banyak hal nyata bagi masyarakat. Maka lahirlah Yayasan SYUBBANUL WATHON TEGALREJO yang diketuai oleh KH. M. Yusuf Chudlori. Yayasan Syubbanul Wathon Tegalrejo pada awalnya hanya bergerak di bidang pertanian dan peternakan. Namun seiring berjalannya waktu, Yayasan Syubbanul Wathon terus melakukan explorasi hingga saat ini Yayasan tersebut telah memiliki berbagai unit usaha diantaranya Unit Pertanian dan Peternakan, Unit Perdagangan dan Unit Pedidikan Ketrampilan Usaha (LPK) dan Unit Pendidikan Formal. Khusus Unit Pendidikan Formal Yayasan Syubbanul Wathon berhasil mendirikan TK Islam Terpadu dan SD Islam Terpadu Al-Ma‘ruf Tegalrejo (2004) dan Sekolah Tinggi Islam Syubbanul Wathon (STIS) dibawah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (DISDIKPORA) Kab. Magelang dan Dinas Pendidikan Tinggi. Ketiga lembaga tersebut lahir dari
pemikiran para pengasuh Pesantren API Tegalrejo meski dalam strukturnya terpisah dari pesantren API Tegalrejo. Cita-cita dan besar untuk menjadikan Tegalrejo sebagai Education Centre setapak demi setapak mulai terwujud. Seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman yang semakin sarat dengan arus teknologi dan informasi, maka muncullah pemikiran di kalangan para pengurus Yayasan Syubbanul Wathon Tegalrejo untuk mengikuti laju era digitalisasi tersebut. Maka pada tahun 2006 mulai timbul gagasan pendirian sebuah lembaga pendidikan formal yang mampu mengikuti dan menjawab tantangan zaman dengan tetap berpegang teguh pada kaidah dan syariat Islam sebagaimana Pesantren Tegalrejo pada mulanya. Melalui kerja keras para pengasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo dan Pengurus Yayasan Syubbanul Wathon Tegalrejo dengan dukungan penuh masyarakat, lahirlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Syubbanul Wathon Tegalrejo yang resmi mulai beroperasi pada Juli 2007. Berikut adalah data sekolah dan yayasan secara lengkap. a. Data pokok sekolah Nama Sekolah
: SMK Syubbanul Wathon Tegalrejo
NPSN
: 20338281
Status
: Swasta
Nomor SK
: 188.4/908/17.36/2006
NSS
: 322030819033
ID UN
: 12.229
Tanggal SK
: 17 April 2007
Penandatanganan
: Dinas Pendidikan
Alamat
: Jl. Kyai Abdan No. 03
Desa/Kelurahan
: Dlimas
Kecamatan
: Tegalrejo
Postal Code
: 56192
Kabupaten
: Magelang
Provinsi
: Jawa Tengah
Telepon
: (0293) 3149001
Web/Email
: www.smk.sch.id/
[email protected]
Program Keahlian
: Teknik Komputer dan Informatika
Kompetensi Keahlian : Teknik Komputer dan Jaringan : Multimedia b. Yayasan Penyelenggara Pendidikan Nama Yayasan
: Yayasan Syubbanul Wathon
Alamat
: Jl. Kyai Abdan No. 06
Desa/Kelurahan
: Dlimas
Kecamatan
: Tegalrejo
Postal Code
: 56192
Kabupaten
: Magelang
Provinsi
: Jawa Tengah
Telepon
: (0293) 3148988
SK Pendirian
: C-174.HT.01.02. Tahun 2007
2. Latar Belakang Pendirian SMK Syubbanul Wathon Berdasarkan dokumen mengenai data profil sekolah diperoleh data sebagai berikut: a. Ikut
serta
berpartisipasi
dalam
pembangunan
nasional
untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam pembukaan undang-undang dasar 1945. b. Ikut serta secara aktif, mendukung program pemerintah dalam pembangunan bangsa dibidang pendidikan formal, Sekolah Menengah Kejuruan. c. Melaksanakan maksud dan tujuan Lembaga Pondok Pesantren API Tegalrejo d. Dalam rangka melaksanakan keputusan rapat bersama anggota pengurus Lembaga, unsur akademik, tokoh masyarakat dan wali murid. e. Adanya hasrat/kemauan sebagian besar dari wali murid/santri Pondok Pesantren API Tegalrejo
agar putra-putrinya bisa mondok untuk
memperoleh pendidikan agama Islam dan belajar pendidikan umum. f. Adanya dorongan yang kuat dari pemerintah dan masyarakat setempat terhadap berdirinya SMK Syubbanul Wathon Tegalrejo. 3. Data pengurus SMK Syubbanul Wathon Dari dokumen sekolah diperoleh data pengurus dan tenaga pendidik SMK Syubbanul Wathon sebaai berikut:
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Nama
Jabatan
H. Achmad Izzudin, Lc Zitro Atray Tanto Sodiq Haryono,S.Pd Ninik Tri Hartanti, S.Kom Rico Agung Firmansyah, S.Kom Muchibbin Dimyati Rois Eko Purwanto
Kepala Sekolah Ka. Tata Usaha Guru Guru Guru Guru
Guru Guru Staf Umum Tata Usaha Ismiyatun, S.Pd Guru Bahrul Ulum, S.Pd Guru Huri Penjaga Achmad Ibrohim Guru Eko Marwati Rahayuningsih, Guru S.Pd.Si Rosi Wahyuni S.Pd Guru Muhammad Dimyati Guru Maziyatul Ma'wa, S.S Guru Tri Laksono,S.Kom Guru Purwadi, S.Pd Guru Badarudin Guru Muhamad Baidowi Guru Chamim Guru Achmad Nurhamid Guru Tarokhim Guru Qurrota A'yun Bendahara Wiranto Gardener Dwi Erma Sofiana, S.Pd.Si Guru Munita Sari, S.Pd.I Guru Farida Hidayati, S.Pd.Si Guru Supriyati, S.Kom Guru Yuliningsih, A.Md Guru Retno Sariningsih, S.Si Guru Siti Komsatun Asfiati, S.E Guru Ulfah Nurhidayati, S.Sos Guru Aan Amir Roghibin Guru Apriyanti Panca Putri, S.Pd. Guru Abdul Azis, S.Pd Guru Emilya Ully Artha, M.Kom Guru Nur Alfi Mu'anayah, M.Hum Guru Hernawati A, S.Hum Guru
Mapel yang Diampu dan Keterangan Lain Khot Penjaskesor KKPI Produktif (TKJ) Qiro‘ati Tauhid Matematika Bahasa Inggris Qiro‘ati Fisika Bahasa Indonesia Qiro‘ati Bahasa Inggris Hardware/Software Penjaskesor Qiro‘ati Amsilati Amsilati Amsilati Amsilati Matematika Bahasa Arab Matematika KKPI Multimedia IPA Kewirausahaan Pkn/IPS Amsilati Matematika Penjasorkes Jaringan Komputer Bahasa Inggris Bahasa Arab
41 42 43 44 45 46
Titik Rahmawati, S.Pd.T Sari Wahyuningsih, S.Pd Sekar Puspitasari, M.Si Eko Purwaningsih, S.Pd Qorina Sandiayanti, S.Sos Muhammad Fakhry Ali, S.Kom 47 Yhonis Putri Probowati, S.Pd.Si 48 Ari Cahya Mawardi, S.Pd.Si 49 Ari Setyowati, S.Pd (sumber: dokumen sekolah)
Guru Guru Guru Guru Guru Guru
Tata Busana Bahasa Indonesia Bahasa Inggris IPA IPS/PKn KKPI
Guru
Fisika
Guru Guru
Fisika Kewirausahaan
B. Penyelenggaraan Pembelajaran 1. Visi dan Misi SMK Syubbanul Wathon Berdasarkan dokumen mengenai profil sekolah diperoleh data sebagai berikut: a. VISI ―Unggul dalam mutu dan memiliki keteguhan iman serta akhlaqul karimah.‖ b. MISI 1) Mampu
menguasai
teknologi
informasi
sebagai
bagian
dari
perkembangan global 2) Mempertahankan nilai-nilai luhur Pesantren dalam rangka meneguhkan iman dan akhlaqul karimah serta menanamkan nilai-nilai kebangsaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 2. Kurikulum dan Metode Pendidikan Sekolah Melihat dan menyikapi perkembangan zaman zaat ini, keilmuan pesantren
dan
pengetahuan
umum
mutlak
diperlukan
untuk
keberlangsungan kehidupan manusia. Pemetaan dan pemisahan antara
keilmuan pesantren dan pengetahuan umum dalam kehidupan saat ini hanya akan menjadikan kebuntuan pengembangan keilmuan Islam. Kebutuhan masyarakat saat ini adalah lembaga formal unggulan yang mencetak teknokrat yang handal dan dapat membekali anak didik dengan nilai-nilai keislaman. Generasi muda saat ini membutuhkan beragam ilmu untuk dapat membawa kemajuan bangsa dan Agama. Ilmu umum, ilmu agama dan juga ketrampilan. Berorientasi pada pemikiran tersebut, SMK Syubbanul Wathon Tegalrejo menerapkan kurikulum ganda dan terintegrasi. Yakni Kurikulum Dinas Pendidikan Menengah untuk keilmuan umum serta Kurikulum Pondok Pesantren Salafiyah Tegalrejo untuk keilmuan agama. Dengan menggabungkan kedua kurikulum tersebut diharapkan benar-benar akan lahir generasi-generasi baru yang menguasai pengetahuan dan teknologi, memiliki akar budaya islami sehingga menjunjung tinggi akhlaqul karimah serta memiliki kemampuan khusus (SKILL) yang siap diaplikasikan di dunia kerja. Adapun metode pendidikan yang digunakan di SMK Syubbanul Wathon sangat berbeda dengan sekolah-sekolah lain pada umumnya. Untuk pembelajaran agama khususnya Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur‘an SMK Syubbanul Wathon menggunakan metode Qiro‘ati dengan sistem team teaching. Dalam satu kelas dibimbing oleh 6 orang guru. Begitu pula dengan pelajaran Amsilati ( Tata Bahasa Arab ) diampu oleh 5 orang guru setiap kelasnya.
Untuk pembelajaran kejuruan (TKJ) dan Multimedia selain guru utama setiap pembelajaran berlangsung juga dibantu oleh 2 orang asisten. Hal ini bertujuan agar siswa lebih cepat memahami pelajaran, dan waktu yang digunakan lebih efektif dan efisien. 3. Kegiatan Luar Sekolah (Ekstrakulikuler) Guna mengembangkan bakat dan minat peserta didik juga sebagai wahana eksplorasi dan media hiburan, SMK Syubbanul Wathon menyelenggarakan beberapa kegiatan luar sekolah (Ekstra Kurikuler). Berbagai kegiatan diantanya : a. Information Technology Community (ITC) Adalah kegiatan ekstra kurikuler yang memberikan tambahan wawasan dunia IT bagi peserta didik. Dalam komunitas ini anggota belajar tentang berbagai software yang tidak diajarkan dalam kegiatan belajar mengajar. b. Syubbanul Wathon Creative Students (SCREEN) Merupakan kegiatan yang menjadi wadah bagi siswa yang memiliki bakat dan minat dibidang menulis dan journalistic. Mempelajari tatacara penulisan artikel yang kemudian ditayangkan baik melalui Majalah Dinding Sekolah (MADING) maupun Website. c. Syubbanul Wathon Cinematography (Production House) Organisasi ini memberikan wawasan dan pengetahuan sekaligus tempat belajar bagi siswa yang memiliki bakat dan minat di bidang perfilman. Didalam organisasi ini anggota belajar memproduksi film
maupun video klip mulai dari pembuatan screept hingga pengolahan (editing) audio video. d. Syubbanul Wathon English Corner (SEC) Adalah kelompok yang memfokuskan diri untuk belajar bahasa asing (khususnya bahasa Inggris) Belajar debat bahasa Inggris dan berpidato dengan bahasa Inggris merupakan unggulan kelompok ini. e. Teater EMAS Merupakan komunitas yang menampung siswa-siswi yang memiliki bakat serta minat dibidang seni peran. Mempelajari eksplorasi peran, tata panggung dan lain-lain. f. QIRO‟AH Menjadi wadah bagi siswa yang ingin belajar seni baca Al-Qur‘an. g. HARDWARE Community Adalah komunitas yang menjadi tempat belajar siswa-siswi yang memiliki bakat dan minat terhadap segala macam hardware computer. Mulai dari perakitan, trouble shooting hingga service dan perawatan sebuah computer. C. Implementasi Pembelajaran Kitab Kuning SMK Syubbanul Wathon 1. Konsep
dan Kebijakan Umum Pelaksanaan Pembelajaran Kitab
Kuning Hasil penelitian mengenai konsep pelaksanaan pembelajaran kitab dapat dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut:
“Dari awal memang kita ingin memberikan kepada anak-anak itu , menjadikan anak-anak itu kader yang mutadayin, kemudian konsep disini berbeda dengan pondok salaf, kalau disana itu mendalami dan sangat dalam, akan tetapi di sini kita mencari yang simpel, aplikatif,
misal
pembelajaran
Al
Qur‟an
dengan
metode
Qiro‟ati.Dengan konsep yang simpel, diharapkan anak cepat mendalami, dan dapat mengamalkan.(Wawancara dengan pak Izzudin tanggal 7 September 2013 di ruang Kepala Sekolah). Dari keterangan pak Izzudin di atas dapat diketahui bahwa konsep pelaksanaan pembelajaran kitab adalah dengan mencari metode-metode belajar yang simpel dan aplikatif, dengan harapan agar peserta didik lebih mudah memahami dan mendalami materi pelajaran dan bisa mengamalkan apa yang sudah diajarkan. “Mencoba menerapkan SBP(Sekolah Berbasis Pesantren) itu istilah dalam kementrian agama, jadi di atas ada pengasuh, di bawahnya ada dua orang pembantu Kyai, dan saya yang mengurus sekolahnya. Jadi semua kebijakan baik kebijakan sekolah ataupun pesantren diintegrasikan atau disinkronkan disini, supaya antara pesantren dan sekolah ada titik temunya, tidak tabrakan atau benturan.” (Wawancara dengan pak Izzudin tanggal 7 September 2013 di ruang Kepala Sekolah) Berdasarkan wawancara dengan pak Izzudin dapat diketahui kebijakan umum mengenai pelaksanaan pembelajaran kitab (kepesantrenan)
yaitu bahwa SMK Syubbanul Wathon menerapkan sistem sekolah berbasis pesantren dengan kewenangan tertinggi berada pada kyai atau pengasuh dengan dibantu dua orang pembantu kyai. Kemudian semua kebijakan sekolah atau pesantren disinkronkan supaya ada titik temunya. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning Hasil penelitian mengenai pelaksanaan pembelajaran kitab dapat dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut: ―Karena memang sekolah ini berangkat dari pesantren, maka dalam
pelaksanaannya
dan
metodologi
pembelajaranpun
memadukan antara pembelajaran pesantren dan sekolah formal.‖ (Wawancara dengan pak Dimyati tanggal 16 Juli 2013 di ruang Kepala Sekolah). Berdasarkan hasil wawancara dengan pak Dimyati dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran kitab kuning di SMK Syubbanul Wathon adalah memadukan antara pembelajaran pesantren dan sekolah formal. Sumber lain menyebutkan: ―Kalau pelaksanaannya sendiri mulai tahun pelajaran ini itu antara pelajaran pesantren dan pelajaran umum dipisah, tetapi pada tahun sebelumnya memang masih digabung antara pembelajaran
kitab
dan
pelajaran
umumnya,
jadi
ketika
pembelajaran pelajaran pesantren ada siswa SMP, SMA, dan juga SMKnya. Disini ada lima tingkatan dalam pengelompokan kelas pesantren, yaitu kelas Shifir (TK), Ibtidaiyah, Jurumiyah, dan
Sharaf. Dan karena gedungnya
belum memadai maka, maka
antara siswa laki-laki dan perempuan sekolahnya bergantian, yaitu kalau siswa laki-laki pagi sekolah dan siangnya pesantren kemudian siswa perempuan pagi pesantren dan siangnya sekolah.‖(Wawancara dengan pak Nurhamid taggal 16 Juli 2013 di ruang Kepala Sekolah). Berdasarkan hasil wawancara dengan pak Nurhamid dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran kitab kuning di SMK Syubbanul Wathon mulai tahun pelajaran 2013 ini antara pelajaran pesantren dan pelajaran sekolah dipisah, dalam kelas pesantrennya terdapat 5 tingkatan yaitu: kelas Shifir, Ibtidaiyah, Jurumiyah, dan Sharaf.. Sumber lain menyebutkan: “Kalau tahun pelajaran kemarin itu, sebelum dipisah seperti ini pembelajaran kitab kuning masuknya dalam pelajaran agama, kalau pelajaran fiqih itu yang dipelajari kitab Fath-u „l-Qarîb, kemudian kalau tauhid kitabnya Aqîdat-u „l-„Awâmm”(Wawancara dengan Fina Safitri tanggal 21 Juli 2013 di depan aula asrama putri). Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran kitab kuning di SMK Syubbanul Wathon sebelum pelajaran pesantren dan pelajaran sekolah dipisah, pelajaran kitab kuning dimasukkan dalam pelajaran agama, jadi misalnya pelajaran Fiqih, maka yang dipelajari adalah kitab Fath-u „l-Qarîb.
3. Jenis-Jenis Kitab Menurut hasil wawancara mengenai jenis kitab yang dipelajari di SMK Syubbanul Wathon adalah sebagai berikut: “Kita itu hampir semua kitab ada, ada Fiqih, Akhlak ada dan Tauhidnya, kemudian untuk tingkat berikutnya diharapakan anakanak mampu menguasai, membaca Al Qur‟an dengan baik dan benar. Untuk tingkatan ketiganya ada nahwu sharaf yaitu jurumiyah dan Alfiyah. Pokoknya di setiap tingkatan itu ada fiqihnya, ada akhlaknya, ada Tauhidnya, semaakin tinggi tingkatannya, maka tingkatan kitab yang dikaji juga semakin tinggi.” (Wawancara dengan pak Izzudin tanggal 7 September 2013 di ruang Kepala Sekolah). Berdasarkan keterangan dari pak Izzudin didapatkan keterangan mengenai jenis kitab yang dikaji di SMK Syubbanul Wathon yaitu kitabkitab Fiqih, kitab Akhlak, kitab Tauhid dan Nahwu Sharaf. Sedangkan wawancara dengan narasuber lain didapatkan keterangan sebagai berikut: “Jenis kitab itu antara lain, dari kitab fiqih yaitu seperti Safînatu „l-Najâh, Abu Sujâ‟, Fath-u „l-Qarîb, kemudian dari pelajaran akhlak ada kitab Ta‟lim Muta‟allim, Adab-u Muta‟allim wa lMu‟allim,
dan
dari
tauhid
ada
„Aqîdat-u
„l-„Awwam.”
(Wawancara dengan pak Nurhamid tanggal 16 Juli 2013 di ruang Kepala Sekolah).
Sumber lain mengatakan: “Ada banyak jenisnya ya, kalau fiqih itu pakainya kitab Safînatu „l-Najâh, Fath-u „l-Qarîb,dan kitab tauhidnya yaitu kitab Aqîdat-u „l-„Awwam.” (Wawancara dengan pak Dimyati tanggal 16 Juli 2013 di ruang Kepala Sekolah). Hal senada juga disampaikan oleh narasumber lain: “Jenis kitab yang dikaji secara keseluruhan, yaitu Fasholatan, Safînatu „l-Najâh,Jurumiyah, Sharaf, Fath-u „l-Qarîb, dan masih banyak lagi.” (Wawancara dengan pak A‘an tanggal 2 September 2013 di ruang tamu). Berdasarkan hasil wawancara dengan pak Nurhamid, pak Dimyati dan pak A‘an dapat diketahui bahwa jenis kitab kuning yang dipelajari di SMK Syubbanul Wathon diantaranya adalah kitab Safînatu „l-Najâh, Abu Sujâ‟, Fath-u „l-Qarîb, Ta‟lim Muta‟allim, Adab-u Muta‟allim wa lMu‟allim, „Aqîdat-u „l-„Awwam. Berdasarkan jadwal pelajaran kepesantrenan SMK Syubbanul Wathon, secara keseluruhan jenis-jenis kitab kuning yang dikaji diantaranya adalah Fasholatan, Hidayatus Syibyan, Ta‟lim Muta‟allim, Safînatu „lNajâh,
Jurumiyah
Jawan,
Abu
Suja‟,
Jurumiyah,
Jawahirul
Kalamiyah,sedangkan kitab yang dikaji oleh siswa kelas XII, yaitu Sharaf, Fath-u „l-Qarîb, Uqudullujain 4. Metode Pembelajaran Kitab Kuning
Menurut hasil wawancara mengenai metode pembelajaran yang digunakan adalah sebagai berikut: “Metode yang dipake secara global guru membacakan dan anak belajar membaca satu-satu, dan yang sedang kita giatkan adalah kelompok secara individu, anak langsung setor dengan guru, menghafal, menyampaikan materi dan diskusi.” (Wawancara dengan pak Izzudin tanggal 7 September di ruang Kepala Sekolah). ―Metode yang digunakan adalah sorogan, bandongan, metode bandongan yaitu guru membacakan dan siswa mengabsahi atau memberikan arti. Kemudian kalau masih ada waktu maka juga ada musyawarah atau diskusi, tetapi biasanya ada musyawarah sendiri untuk memperdalam atau membahas permasalahan tertentu, khususnya untuk materi Fiqih‖. (Wawancara dengan pak Dimyati tanggal 16 Juli 2013 di ruang Kepala Sekolah). “Sistem atau metode musyawarah tersebut juga sering disebut dengan istilah Bahtsul Masa‟il.‖ (Wawancara dengan pak Nurhamid tanggal 16 Juli 2013 di ruang Kepala Sekolah). Dari wawancara tersebut maka dapat diketahui metode pembelajaran kitab kuning yang digunakan di SMK Syubbanul Wathon adalah metode sorogan, bandongan dan metode diskusi atau musyawarah yang dilakukan untuk membahas permasalahan tertentu, biasanya masalah-masalah fiqih yang terjadi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Selain dari hasil wawancara diatas peneliti juga melakukan observasi pada tanggal 22 Juli 2013 pada ssat mengkaji kitab Fath-u „l-Qorib yang diampu oleh Bapak A‘an, untuk mengetahui metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran kitab kuning. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa metode yang digunakan dalam pembelajaran kitab kuning adalah metode bandongan, yaitu guru membacakan kata per kata dalam kitab beserta terjemahannya dengan menggunakan bahasa Jawa, kemudian para santri memberikan arti dalam kitabnya atau juga sering disebut dengan istilah mengabsahi atau ngesahi. Dari hasil pengamatan lain yang dilakukan
pada tanggal 2
September 2013 mengenai metode pembelajaran yang digunakan, pengamatan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran Sharaf yang diampu oleh empat guru, yaitu: pak Nurhamid, pak Tarokhim, pak Chamim, dan pak Baidhowi.
Hasil
pengamatan
tersebut
menunjukkan
bahwa
selain
menggunakan metode sorogan ataupun bandongan ternyata ada juga metode Team Teaching, metode ini dilakukan pada saat pembelajaran kitab Sharaf. Jadi, pada saat kegiatan pembelajaran kitab Sharaf siswa sudah terbagi menjadi 4 kelompok, setiap kelompok di ampu oleh satu ustadz. Suasana keakraban ustadz dan siswa terlihat begitu dekat dan pembelajaran juga terlihat efektif karena setiap ustadz hanya bertanggung jawab pada 20 siswanya saja. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneiti, dapat disimpulkan metode pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran kitab kuning yaitu metode sorogan, metode bandongan, dan metode Team Teaching untuk pembelajaran kitab sharaf. 5. Pengajar Kitab Kuning Menurut wawancara mengenai pengajar kitab kuning didapatkan data sebagai berikut: “Mereka yang kita utamakan dari alumni pesantren API Tegalrejo,
dan
senior-senior
alumni
kita
yang
dianggap
mampu.”(Wawancara dengan pak Izzudin tanggal 7 September di ruang Kepala Sekolah). “Tenaga pengajar yang khusus untuk pembelajaran kitab memang langsung di ambil dari pondok API Tegalrejo, dan sementara ini cukup, tidak ada kendala dalam tenaga pengajar‖ (Wawancara dengan pak Nurhamid tanggal 16 Juli 2013 di ruang Kepala Sekolah). “Iya memang, tenaga pengajarnya sebagian besar itu alumni API Tegalrejo, dan untuk yang kelas XII atau kelas Sharaf itu ada sekitar enam guru, guru fiqih, guru sharaf.” (Wawancara dengan pak A‘an tanggal 2 September 2013 di ruang tamu). Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa tenaga pengajar untuk pembelajaran kitab kuning diambil dari pondok API Tegalrejo. Dan tentunya pengajar-pengajar yang ditunjuk untuk mengajar adalah orang-orang yang sudah dibekali ilmu-ilmu tentang agama, dan
tentunya kitab kuning termasuk didalamnya. Pada kelas XII atau kelas Sharaf ada enam orang guru yang mengajar. Selain melakukan wawancara dengan guru, peneliti juga melakukan wawancara dengan salah seorang siswa kelas XII bernama Fina Safitri, didapatkan data sebagai berikut: “Ada 6 guru mbak, pak Aan, pak Dimyati, pak Baidhowi, pak Tarokhim, pak Nurhamid, dan pak Chamim.” (Wawancara dengan Fina Safitri tanggal 4 September 2013 di depan aula asrama putri). Dari keterangan di atas dapat diketahui nama-nama ustadz yang mengajar kitab kuning di kelas XII, yaitu: pak Aan, pak Dimyati, pak Baidhowi, pak Tarokhim, pak Nurhamid, dan pak Chamim. Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tenaga pengajar kitab kuning SMK Syubbanul Wathon sebagian besar merupakan alumni pondok pesantren API Tegalrejo. Adapun nama-nama guru yang mengajar kelas XII, yaitu: a. Ustadz A‘an Amir Roghibin b. Ustadz Dimyati Rois c. Ustadz Chamim d. Ustadz Baidhowi e. Ustadz Ahmad Nurhamid f. Ustadz Tarokhim
6. Tujuan Pembelajaran Kitab Kuning Menurut hasil wawancara mengenai tujuan pembelajaran kitab kuning didapatkan data sebagai berikut: ―Kitab yang kita kaji ini salah satunya adalah kitab fiqih, jadi tujuannya yaitu agar peserta didik ini bisa shalat dan beribadah sesuai dengan syari‟at agama.”(Wawancara dengan pak Dimyati tanggal 16 Juli 2013 di ruang Kepala Sekolah). Sumber lain mengatakan: “Kalau untuk kitab akhlak tujuannya supaya anak bisa berprilaku baik, tauhid yaitu berhubungan dengan keyakinan, dan kalau fiqih itu luas, ada fiqih zakat, fiqih wanita dan lainnya, dan tujuan utamanya supaya mereka bisa melakukan sesuatu yang sesuai dengan syari‟at agama.” (Wawancara dengan pak Dimyati tanggal 16 Juli 2013 di ruang Kepala Sekolah). “Kalau kitab fiqihkan memang hubunganya dengan kehidupan kita sehari-sari,ya, supaya anak-anak itu tau lah hukum-hukum itu dan diterapkan dalam kehidupan mereka, kemudian kalau tauhid itu hubungan kita dengan Tuhan ya,sedangkan kalau sharafnya itu supaya memudahkan kita membaca kitab.”(Wawancara dengan pak A‘an tanggal 2 September 2013 di ruang tamu). Dari wawancara diatas dapat diketahui tujuan pembelajaran kitab kuning di SMK Syubbanul Wathon yaitu, kitab fiqih bertujuan supaya peseerta didik mengetahui hukum-hukum yang sesuai syari‘at Islam dan
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, kitab sharaf atau ilmu alat bertujuan untuk memudahkan membaca kitab kuning, dan kitab tauhid supaya peserta didik mengetahui ilmu—ilmu ketuhanan, membangun hubungan yang baik antara dirinya dengan Tuhan. 7. Evaluasi Pembelajaran Kitab Kuning Menurut hasil wawancara mengenai evaluasi pembelajaran kitab adalah sebagai berikut: “Penilaian
belum
tertentu,,,,evaluasinya
menggunakan yaitu
tetap
ada
rumus-rumus UTS
dan
UAS.”
(Wawancara dengan pak Izzudin tanggal 7 September 2013 di ruang Kepala Sekolah) ―Ada imtihan, satu tahun dua kali seperti semester itu. Dan imtihan tersebut dilaksanakan dengan tes tertulis.‖ (Wawancara dengan pak Nurhamid tanggal 16 Juli 2013 di ruang Kepala Sekolah). Informan lain mengatakan mengenai evaluasi pembelajarannya adalah sebagai berikut: ―Evaluasinya yaitu secara tes tertulis, sedang khusus untuk pelajaran Fiqih terdapat ujian praktek. Dan yang jelas setiap harinya itu ada panggilan hafalan (anak dipanggil untuk hafalan) untuk pelajaran-pelajaran tertentu. Dengan cara tersebut akan tahu sampai dimana kemampuan siswa.‖ (Wawancara dengan pak Dimyati tanggal 16 Juli 2013 di ruang Kepala Sekolah).
Sumberl lain mengatakan: “Penilainnya itu ya ada tes, yaitu tes UTS dan UAS itu, kemudian kalau hariannya saya menyuruh anak membaca kitabnya itu mbak.” (Wawancara dengan pak A‘an tanggal 2 September 2013 di ruang tamu). Dari hasil wawancara dengan pak Nurhamid, pak Dimyati dan juga pak A‘an dapat diketahui bahwa ada beberapa penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran, diantaranya:
penilaian dengan tes tertulis yang
dilakukan pada saat ujian tengah semester dan ujian akhir semester, penilaian harian dengan membaca kitab dan ada pula yang hafalan dan juga ujian praktek. Untuk membuktikan penelitian, peneliti melakukan pengamatan mengenai penilaian yang dilakukan pada saat pembelajaran. Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada tanggal 2 September 2013 pada saat kegiatan pembelajaran kitab Fath-u „l-Qarîb yang diampu olek pak A‘an, menunjukkan bahwa ustadz menyuruh beberapa siswanya untuk membaca kitab dengan berdiri, dan itu merupakan salah satu bentuk penilaian pembelajaran kitab kuning. Pengamatan lain menunjukkan ketika proses kegiatan pembelajaran sharaf pada tanggal 4 September 2013 yang diampu oleh empat guru, yaitu: pak Tarokhim, pak Nurhamid, pak Chamim dan pak Baidhowi siswa terlihat secara bergantian maju ke hadapan guru
untuk menghafalkan materi-materi yang sebelumnya telah disuruh oleh sang guru. 8. Faktor Pendukung Pembelajaran Kitab Kuning Berdasarkan
wawancara
mengenai
faktor
yang
mendukung
pembelajaran kitab kuning adalah sebagai berikut: “Karena mereka dipesantren dan mondok dan itu merupakan salah satu faktor yang mendukung.”(Wawancara dengan pak Izzudin tanggal 7 September di ruang Kepala Sekolah). ―Faktor yang mendukung pembelajaran kitab kuning adalah ilmu alat, yaitu: nahwu dan sharaf. Kemudian kalau dari faktor siswanya rata-rata cukup baik, rata-rata dari mereka sudah tahu kalau disini terdapat pelajaran pesantrennya sehingga antusiasme siswa cukup tinggi. Melihat anak seperti itu, maka antara pelajaran pesantren dan pelajaran sekolah dibedakan agar penanganannya lebih maksimal dan efektif.‖ (Wawancara dengan pak Nurhamid tanggal 16 Juli 2013 diruang Kepala Sekolah). Dari informan lain mengatakan: ―Faktor pendukung utama disini adalah karena peraturan sangat ketat, tidak boleh membawa HP, menonton televisi. Intinya siswa banyak diberi kegiatan positif dan tidak ada waktu nganggur, selalu terpantau baik ketika di asrama atau di sekolah karena absen berjalan terus.‖ (Wawancara dengam pak Dimyati tanggal 16 Juli 2013 di ruang Kepala Sekolah).
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa faktor yang mendukung pembelajaran kitab kuning di SMK Syubbanul Wathon dari segi materi adalah ilmu alat, yaitu materi nahwu dan sharaf, sedangkan dari segi fisiknya yang pertama adalah dari siswa, antusiasme siswa yang cukup tinggi maka dilakukan pemisahan antara pelajaran pesantren dan pelajaran umum, kemudian juga memang karena semua siswanya di pesantren atau mondok. Dan yang ketiga adalah karena ditunjang dengan peratuaran yang cukup ketat, dengan begitu siswa dapat belajar peilaku disiplin. Ditambah lagi siswa banyak diberi kegiatan-kegiatan, sehingga tidak ada waktu nganggur. Absen juga berjalan terus baik ketika di asrama ataupun di sekolah. Disamping melakukan wawancara peneliti
juga melakukan
pengamatan yang dilakukan pada tanggal 22 Juli 2013 pada saat pembelajaran kitab Fath-u‟l-Qarîb yang diampu ole pak A‘an, hasil pengamatan menunjukkan bahwa guru memberikan sanksi bagi siswa yang terlambat datang berupa tidak boleh duduk pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Dan ini juga merupakan salah satu faktor yag mendukung proses pembelajaran karena dapat melatih kedisiplinan pada siswa. 9. Hambatan atau Problem yang Dihadapi Dari hasil wawancara dengan pak Nurhamid, pak Dimyati dan pak A‘an mengenai hambatan pembelajaran kitab didapatkan data sebagai berikut:
―Masih banyak kendala kalau masalah tempat, tempat saja belum (masih kurang), sehingga pembagian kelasnya masih belum maksimal.‖ (Wawancara dengan pak Nurhamid tanggal 16 Juli 2013 di ruang Kepala Sekolah). Sumber lain mengatakan: ―Memang faktor juga datang dari anak, yaitu latar belakang anak yang berbeda-beda ada yang sudah bisa ngaji ada juga yang belum, sedangkan masing-masing dari orang tua tentunya menuntut anaknya untuk bisa ngaji.” (Wawancara dengan pak Dimyati tanggal 16 Juli 2013 di ruang Kepala Sekolah) Pak Nurhamid menambahkan: ―Kalau masalah fasilitas ini memang masih kurang, karena masih tahap pembangunan, ditambah lagi siswa yang sekolah di sini semakin banyak, dan pembagiannya belum maksimal sehingga dalam satu kelas itu bisa mencapai 50 sampai 60 anak.‖ (Wawancara dengan pak Nurhamid tanggal 16 Juli 2013 di ruang Kepala Sekolah). Hal senada juga disampaikan oleh narasumber lainnya: “Terlalu banyak siswa mungkin, itu yang putri, sekitar 83 siswa lho mbk, maka hasilnya kurang, yaa hasil,,,tapi hasilnya akan jauh lebih baik dengan siswa yang sedikit, kalau 40 siswa dalam sekelas maka bisa dikatakan efektif.‖(Wawancara dengan pak A‘an tanggal 2 September 2013 di ruang tamu).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui beberapa hambatan atau problem yang dihadapi dalam pembelajaran kitab, yaitu pertama dari faktor fisik berupa tempat atau gedung yang masih tahap pembangunan, sehingga ruang kelas belum mencukupi dan pembagiannya belum maksimal. Kedua yaitu kemampuan yang dimiliki peserta didik berbeda-beda, sehingga ini menjadi tantangan tersendiri bagi setiap guru dan khususnya bagi pengajar kitab itu sendiri. Peneliti juga melakukan pengamatan yang dilakukan pada tanggal 21 Juli 2013 untuk mengetahui kondisi gedung dan bangunan di SMK Syubbanul Wathon. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa fasilitas berupa tempat atau gedung di sekolah tersebut memang masih ada beberapa gedung yang masih dalam proses pembangunan. Sehingga memang hal tersebut berdampak pada proses kegiatan pembelajaran. Fina Safitri yang merupakan salah satu siswa kelas XII juga mengungkapkan mengenai hambatan pembelajaran kitab kuning, yaitu sebagai berikut: “Sulitnya belajar kitab kuning itu pada saat ngesahi, apalagi saya belum pernah belajar di pesantren, sedangkan pada saat belajar kitab kuning dituntut untuk bisa ngesahi dengan tulisan Arab, tapi lama kelamaan akhirnya juga bisa.” (Wawancara dengan Fina tanggal 21 Juli 2013 di depan aula asrama putri).
“Itu mbak jarak antara baris yang atas dengan bawahnya itukan kecil,
jadi
kadaang
sering
tidak
muat
kalau
artinya
banyak”(Wawancara dengan I‘in tanggal 21 Juli 2013 di depan aula asrama putri). Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa hambatan pembelajaran kitab kuning juga datang dari siswa, siswa kadang masih kesulitan dalam memberikan arti pada kitabnya atau yang sering disebut dengan ngesahi. Berdasarkan paparan wawancara dan pengamatan peneliti, dapat disimpulkan hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran kitab kuning yaitu: a. Faktor fisik, berupa : ruang atau gedung yang belum memadai dan masih dalam proses pembangunan, jumlah rombongan kelas terlalu banyak, jadi pembelajaran dirasa kurang efektif. b. Siswa: kemampuan yang dimiliki peserta didik berbeda-beda, dan hambatan yang dihadapi siswa adalah saat ngesahi pemula atau awal mengaji, dan jarak yang cukup kecil antara baris atas dan bawahnya pada kitab, jadi sering tidak cukup kalau artinya banyak. 10. Solusi yang Ditempuh dalam Menangani Problem yang Dihadapi Menurut wawancara mengenai solusi yang ditempuh dalam menengani hambatan atau problem yang dihadapi di dapat penjelasan sebagai berikut :
“Yaaa ini ada solusi dengan memmbuat putri siang sekolah dan pagi pesantren, sedangkan putra pagi sekolah dan siangnya pesantren.” (Wawancara dengan pak Izzudin tanggal 7 September di ruang Kepala Sekolah). ―Yang pertama yaitu pembangunan berjalan terus, kemudian sistem pembelajaran terus dibenahi, bagaimana caranya anak bisa tertarik dengan pelajaran, karena biasanya dengan sistem kuno itu anak kurang tertarik dengan pelajaran. Sehingga disini guru mencari solusi untuk mengatasi kebosanan anak dikelas biasanya dengan cerita.‖(Wawancara dengan pak Dimyati tanggal 16 Juli 2013 di ruang Kepala Sekolah). Berdasarkan hasil wawancara dengan pak Dimyati dapat diketahui bahwa solusi yang ditempuh untuk mengatasi problem yang dihadapi yaitu, pembangunan gedung terus dilakukan, sistem pembelajarannya juga terus dibenahi, supaya peserta didik tetap tertarik dengan pembelajaran kitab kuning. Salah satunya yaitu biasanya guru memberikan selingan cerita dalam proses pembelajaran. Kemudian juga membuat sistem giliran atau siff yaitu siswa putri mengikuti pembelajaran pesantren siang hari dan sekolah siang hari, sedangkan siswa putra mengikuti sekolah pagi hari dan siang hari mengikuti pelajaran pesantren. ―Memicu anak tertarik dengan pelajaran misalnya, dengan cerita, meceritakan salah seorang tokoh. Dan tentunya sesuai dengan inisiatif dan kemampuan masing-masing guru. Kalau yang tahun
kemarin itu kita ada pembelajaran di luar kelas supaya ada suasana baru dan siswa tidak merasa jenuh dikelas.‖(Wawancara dengan pak Nurhamid tanggal 16 Juli 2013 di ruang Kepala Sekolah). Berdasarkan wawancara dengan pak Nurhamid dapat diketahui bahwa solusi yang ditempuh yaitu memicu peserta didik agar tertarik dengan pelajaran dengan cara memberikan selingan berupa cerita dalam proses pembelajarannya, kemudian juga kadang pembelajaran dilakukan di luar kelas agar peserta didik tidak meras jenuh.
BAB IV PEMBAHASAN A. Implementasi Pembelajaran Kitab Kuning Kelas XII di SMK Syubbanul Wathon 1. Konsep dan Kebijakan Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning di SMK Syubbanul Wathon SMK Syubbanul Wathon merupakan sebuah sekolah di bawah naungan yayasan Islami berbasis pesantren yang mengusung pembelajaran kitab kuning dalam materi pelajarannya. Dalam kebijakannya sendiri SMK Syubbanul Wathon menerapkan sekolah berbasis pesantren, dimana wewenang paling tertinggi berada pada kyai atau pengasuhnya, kemudian dibawahnya ada dua pembantu kyai yang menangani sekolah dan yang satu menangani pesantren. Kemudian antara kebijakan sekolah dan pesantren tersebut
disinkronkan dan diintegrasikan supaya antara sekolah dan
pesantren ada titik temunya dan tidak saling bertabrakan satu sama lain. Sedangkan konsep pelaksanaan pembelajarannya SMK Subbanul Wathon menggunakan metode-metode yang praktis, simpel dan aplikatif, misalnya pembelajaran Al-Qur‘an menggunakan metode Qiro‘ati, ini bertujuan supaya anak mudah menerima dan memahami materi yang diajarkan. Dengan pemilihan konsep pembelajaran yang praktis dan simpel diharapakan anak-anak lebih cepat mendalami materi pelajaran dan dapat mengamalkan atau mengaplikasikan materi atau nilai-nilai yabg telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning di SMK Syubbanul Wathon Sejak awal berdirinya pada tahun 2007 pelaksanaan pembelajaran kitab kuning di SMK Syubbanul Wathon adalah dengan memadukan pembelajaran pesantren dan sekolah formal. Pelajaran kitab kuning dimasukkan dalam pelajaran sekolah, yaitu masuk ke dalam pelajaran agama. Jadi, ketika pelajaran fiqih maka yang dikaji adalah sebuah kitab fiqih (Safînatu „l-Najâh, Fath-u „l-Qarîb), kemudian untuk pelajaran tauhid atau aqidah yang dikaji adalah kitab Aqîdat-u „l-„Awâmm. Akan tetapi pada tahun pelajaran 2013/2014 ini, ada perubahan pada sistem pembelajarannya yaitu ada pemisahan antara pelajaran sekolah dan pelajaran pesantren (keagamaan). Pemisahan tersebut dilakukan karena mengingat jumlah siswanya semakin bertambah, agar prosesnya dapat berjalan secara maksimal, dan juga peserta didik nantinya tidak hanya berkompeten dalam ilmu umum saja, tetapi juga ilmu agama, sehingga keduanya dapat berjalan seimbang. Terdapat lima tingkatan dalam sistem klasikal pesantrennya, yaitu: a. Kelas shifir merupakan kelas paling rendah b. Kelas ibtida‘iyah c. Kelas jurumiyah d. Kelas sharaf e. Kelas alfiyah Sebelum dikelompokkan dalam kelas-kelas tersebut para siswa terlebih dahulu mengikuti tahap tes yang dilakukan oleh pihak sekolah.
3. Jenis Kitab Kuning yang Dikaji di SMK Syubbanul Wathon Jenis-jenis kitab kuning yang dikaji di SMK Syubbanul Wathon secara umum adalah sebagai berikut: a. Kitab Fiqih b. Kitab Akhlak c. Kitab Tauhid d. Kitab Nahwu Sharaf Jika dilihat secara detail jenis-jenis kitab yang dikaji yaitu sebagai berikut: a. Fasholatan b. Hidayatus Syibyan c. Ta‟lim Muta‟allim d. Safînatu „l-Najâh e. Jurumiyah Jawan f. Taqrîb g. Jurumiyah h. Jawahirul Kalamiyah Sedangkan kitab yang dikaji oleh siswa kelas XII atau kelas Sharaf yaitu sebagai berikut: a. Fath-u „l-Qarîb b. Sharaf c. Uqudullujain
4. Metode Pembelajaran Kitab Kuning Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk menyampaikan materi kepada peserta didik dalam proses kegiatan belajar mengajar. Biasanya metode yang digunakan dalam pembelajaran kitab kuning adalah metode konvensional, begitu pula metode yang digunakan dalam pembelajaran kitab kuning di SMK Syubbanul Wathon yaitu dengan menggunakan metode sorogan, bandongan, dan diskusi atau musyawarah. Nurcholish Madjid (1997:28) menyebutkan metode yang sering yang digunakan dalam pembelajaran kitab kuning adalah metode weton atau bandongan dan sorogan. a. Metode sorogan Metode sorogan merupakan salah satu metode konvensional yang dilakukan di pesantren dalam mengkaji kitab kuning, kegiatan ini biasanya dilakukan denga cara para santri maju satu persatu untuk membaca
dan
menguraikan
isi
kitab.
Zamakhsyari
Dhofier
menyebutkan metode sorogan ialah seorang murid mendatangi guru yang akan membacakan beberapa baris Al Qur‘an atau kitab-kitab bahasa Arab dan menerjemahkan kata demi kata ke dalam bahasa tertentu yang pada gilirannya murid mengulangi dan menerjemahkan kata perkata severvis mungkin seperti yang dilakukan gurunya (1994 : 28). Dalam pembelajaran kitab kuning SMK Syubbanul Wathon juga menggunakan metode tersebut, yaitu guru menyuruh siswanya untuk membaca kitab dengan terjemahannya seperti yang dilakukan gurunya.
b. Metode bandongan Metode bandongan adalah metode pembelajaran dengan cara guru membacakan, menerjemahkan dan siswa mendengarkan sambil memberikan arti dalam kitabnya (ngesahi). Metode klasik tersebut merupakan metode utama yang digunakan di SMK Syubbanul Wathon dalam pembelajaran kitab kuning. Metode bandongan yaitu kyai, dengan menggunakan bahasa daerah setempat, membaca, menerjemahkan, dan menerangkan kalimat demi kalimat
kitab yang dipelajarinya. Di sisi lain santri secara cermat
mengikuti penjelasan yang diberikan oleh kyai dengan memberikan catatan-catatan tertentu pada kitabnya masing-masing dengan kodekode tertentu . Menurut pengakuan salah seorang siswa SMK Syubbanul Wathon kegiatan ngesahi atau memberi arti pada kitab ini memang dirasa sedikit sulit bagi siswa yang belum pernah menyentuh dunia pesantren, ditambah lagi dengan jarak antara baris pada kitab yang tidak begitu renggang sehingga kadang tidak cukup untuk menulis semua terjemahan yang dibacakan dari sang guru. Akan tetapi semakin lama hal tersebut sudah tidak menjadi hambatan lagi bagi siswa, karena siswa sudah terbiasa bergelut dengan pembelajaran kitab kuning. c. Metode musyawarah atau diskusi Musyawarah
atau
diskusi
juga
sering
digunakan
dalam
pembelajaran kitab kuning. Metode yang sering disebut istilah bahtsul
masa‟il ini juga digunakan dalam pembelajaran kitab kuning SMK Syubbanul Wathon. Metode tersebut biasanya dilakukan untuk membahas permasalahan-permasalahan tertentu khususnya untuk permasalahan fiqih yang permasalahan-permasalahannya semakin luas. Dalam penerapannya metode diskusi atau musyawarah ini biasanya ditentukan terlebih dahulu waktu dan permasalahan tertentu yang akan dimusyawarahkan. Kemudian siswa bersama-bersama dengan sang guru membahas dalam forum diskusi, sehingga nantinya permasalahanpermasalahan tersebut dapat terpecahkan. d. Metode Team Teaching Metode ini juga merupakan salah satu metode yang digunakan pembelajaran kitab di SMK Syubbanul Wathon. Metode Team Teaching diterapkan dalam pembelajaran kitab Sharaf untuk kelas XII atau kelas Sharaf. Dalam penerapannnya yaitu ketika proses pembelajaran sharaf ada beberapa guru yang masuk dalam kelas, kemudian siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok diampu oleh satu guru atau ustadz. 5. Pengajar Kitab Kuning Pengajar atau pendidik merupakan komponen utama dalam pembelajaran. Pengajar atau pendidik ini tentunya harus memiliki kompetensi-kompetensi tertentu dalam mengajar. Dan untuk kriteria pengajar kitab kuning ini tentunya harus berkompeten dalam bidang keilmuan kitab kuning, seperti : harus menguasai materi, isi dan mahir
berbahasa Arab serta harus menguasai ilmu tata bahasa yang digunakan dalam kitab. Pengajar kitab kuning di SMK Syubbanul Wathon ini merupakan orang-orang
yang
berkompeten
di
bidangya.
Pengajar-pengajarnya
merupakan lulusan dari pondok pesantren API Tegalrejo, dan ada juga yang masih kelas akhir di pondok tersebut. Kompetensi-kompetensi yang mereka miliki tidak diragukan, karena memang sudah dibekali dengan ilmu-ilmu yang dibutuhkan dalam mengajar kitab kuning. 6. Tujuan Pembelajaran Kitab Kuning Tujuan belajar adalah yang paling utama adalah supaya adanya perubahan dalam diri seseorang. Dan tujuan utama pembelajaran kitab kuning di SMK Syubbanul Wathon ini adalah untuk membentuk jiwa-jiwa islami dengan melaksanakan ibadah yang sesuai dengan syari‘at yang telah ditentukan. Ada beberapa jenis kitab yang dikaji di SMK Syubbanul Wathon,dan tujuan pembelajaran dari masing-masing kitab itu diantaranya: mengkaji kitab fiqih supaya peserta didik dapat menjalankan ibadah (shalat, zakat, dll) yang sesuai dengan syari‘at Islam, kitab akhlak tujuannya adalah supaya peserta didik dapat berprilaku yang baik dalam kehidupan sehari hari dan berakhlakul karimah. Selain itu juga maasih ada beberapa jenis kitab yang dipelajari di SMK ini, yaitu ilmu alat atau kitab nahwu sharaf, pengkajian kitab ini bertujuan supaya bisa membaca, mengartikan, memaknai isi kandungan
kitab kuning atau kitab gundul. Lebih luas lagi mempelajari ilmu nahwu sharaf ini supaya dapat mengupas isi Al-Qur‘an, makna-makna yang ada di dalam Al Qur‘an. Ada juga kitab tauhid yang bertujuan supaya peserta didik mengetahui ilmu-ilmu tentang ketuhanan, meyakini adanya Tuhan yang menciptakan alam ini. 7. Evaluasi Pembelajaran Kitab Kuning Evaluasi pembelajaran merupakan pengukuran hasil belajar, baik berupa kuantitatif maupun kualitatif. Zainal Arifin (2011:9-10) mengatakan bahwa evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan, dan penetapan kualitas (nilai dan arti) pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran berdasarkan pertimbangan kriteria tertentu, sebagai pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi pembelajaran kitab kuning di SMK Syubbanul Wathon dilakukan dua kali dalam satu tahun pada saat tes semester yaitu tes UTS (Ulangan Tengah Semester) dan UAS (Ulangan Akhir Semester).. Kemudian dalam beberapa pelajaran tertentu itu setiap harinya ada panggilan hafalan, penilaian dengan hafalan ini biasanya dilakukan untuk pelajaram kitab sharaf. Dan untuk kitab fiqih seperti kitab Fath-u „l-Qarîb atau kitab Taqrîb, penilaian harian dilakukan dengan siswa membaca kitab, dengan cara guru memanggil nama siswa secara acak kemudian
menyuruhnya membaca kitab dan hasilnya dimasukkan dalam nilai harian siswa. Secara umum teknik yang digunakan dalam evaluasi pembelajaran kitab kuning adalah dengan menggunakan teknik tes. Tes merupakan cara yang dilakukan dalam rangka pengukuran dan penilaian dalam pendidikan, berupa pemberian
tugas atau berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan. Dalam evaluasi hasil proses pembelajaran di sekolah, memang dikenal dua macam teknik, yaitu teknik tes dan teknik nontes (Sudijono, 2011:67). Teknik tes juga masih terbagi dua macam, yaitu tes tertulis dan tes lisan, dan tes yang yang biasa digunakan di SMK Syubbanul Wathon adalah tes tertulis, yang dilakukan ketika ulangan semester yaitu ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester. Evaluasi dalam pembelajaran bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sejauh mana keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Dan penilaian pembelajaran kitab kuning adalah utuk mengetahui tingkat kemampuan atau pemahaman siswa terhadap kitab yang dikaji, sehingga dengan adanya penilaian tersebut, maka hasilnya dapat dijadikan pedoman atau bahan guru dalam memperbaiki pembelajaran selanjutnya. B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Kitab Kuning di SMK Syubbanul Wathon 1. Faktor Pendukung
a. Faktor pendukung utama dalam pembelajaran kitab kuning adalah ilmu alat, yaitu berupa nahwu dan sharaf atau biasa disebut dengan amsilati, para siswa SMK Syubbanul Wathon juga mengkaji ilmu nahwu Sharaf, yang kemudian ilmu tersebut diterapkan dalam pembelajaran kitab kuning. Dengan mengkaji ilmu alat tersebut maka dapat membantu siswa untuk membaca kitab kuning. b. Antusiasme siswa yang cukup tinggi dalam mengikuti pembelajaranpembelajaran kitab. Semangat siswa tersebut juga menjadikan spirit tersendiri bagi pengajar, dan dengan antusiasme siswa yang cukup tinggi diharapakan pembelajaran kitab kuning dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. c. Dengan semua siswanya diwajibkan berada di asrama atau mondok, maka semua kegiatan siswa dapat dipantau secara langsung oleh pengurus atau penanggung jawab. d. Dengan adanya peraturan yang cukup ketat di SMK Syubbbanul Wathon, maka juga dapat mendukung proses-proses belajar yang ada di SMK tersebut. Misalnya, siswa tidak boleh membawa HP, tidak boleh menonton televisi. Dan juga siswa banyak disibukkan dengan kegiatankegiatan yang positif. e. Adanya sanksi bagi siswa yang terlambat mengikuti pembelajaran. 2. Faktor Penghambat a. Fasilitas berupa ruang pembelajaran
kurang
yang digunakan dalam kegiatan memadai
dan
masih
dalam
tahap
pembangunan. Mengingat fasilitas merupakan salah satu faktor utama berhasilnya pendidikan, maka kendala kurang ruang kelas di SMK Syubbanul Wathon ini dianggap sebagai kendala utama dalam penyelenggaraan pendidikan. b. Pembagian kelasnya juga belum maksimal, dalam satu kelas terdapat 50 sampai 60 siswa, sehingga pembelajaran dirasa kurang efektif. c. Latar belakang anak yang berbeda-beda, ada yang sudah bisa ngaji dan ada yang belum. d. Kitab kuning merupakan kitab klasik dan dalam pelaksanaannya juga masih menggunakan metode-metode konvensional, sehingga biasanya sistem pembelajaran seperti ini sering mengundang kebosanan peserta didik. C. Upaya Untuk Mengatasi Faktor-Faktor Penghambat Pembelajaran Kitab Kuning 1. Fasilitas berupa ruang pembelajaran yang belum memadai, maka proses pembangunan masih berjalan terus. 2. Menerapkan sistem giliran antara siswa putra dan putri yaitu siswa putri mengikuti pembelajaran kepesantrenan pada pagi hari dan siangnya mengikuti kegiatan pembelajaran sekolah, sedangkan siswa putra mengikuti pembelajaran sekolah pada pagi hari dan siangnya mengikuti pembelajaran kepesantrenan.
3. Dalam menggolongkan atau pengelompokan siswa dalam kelas-kelas pesantren, setiap siswa harus mengikuti tahap pengetesan terlebih dahulu, sehingga dapat diketahui siswa yang sudah bisa ngaji dan yang belum. 4. Sistem pembelajarannya terus dibenahi, agar siswa dapat tertarik dengan pembelajaran kitab kuning, biasanya guru memberikan selingan cerita dalam kegiatan pembelajaran, supaya peserta didik tidak merasa jenuh di kelas. Dan kadang juga kegiatan pembelajaran dilakukan di luar kelas.
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan: 1. Implementasi Pembelajaran Kitab Kuning Kelas XII di SMK Syubbanul Wathon Tegalrejo SMK Syubbanul Wathon merupakan sekolah yang menerapkan sekolah berbasis pesantren, dalam konsep pembelajaran kitabnya menggunakan metode-metode yang simpel, praktis dan aplikatif supaya peserta didik lebih mudah memahami dan dapat mengamalkan atau mengaplikasikan. Adapun jenis kitab yang dikaji oleh siswa kelas XII atau kelas Sharaf yaitu kitab Fath-u „l-Qarîb, Uqudullujain dan kitab Sharaf. Kemudian untuk metode yang digunakan dala pembelajaran kitab masih menggunakan metode konvensional yaitu metode sorogan, metode bandongan dan metode diskusi atau musyawarah. Dan khusus untuk pembelajaran sharaf menggunakan metode team teaching. Tenaga pengajar atau guru yang mengajar kitab merupakan alumni dari pondok pesantren API Tegalrejo yang merupakan induknya SMK Syubbanul Wathon. Dan untuk sistem penilainnya yaitu ada tes tertulis berupa tes ulangan tengah semester dan tes ulangan akhir semester, kemudian untuk penilaian harian yaitu dengan hafalan dan membaca kitab. 2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pembelajaran Kitab Kuning
a. Faktor pendukung 1) Ilmu alat (nahwu dan Sharaf), yang merupakan ilmu penunjang pembelajaran kitab kuning 2) Antusiasme siswa cukup tinggi dalam mengikuti pembelajaran kitab kuning. 3) Semua siswa diwajibkan berada di asrama atau mondok. 4) Peraturan yang cukup ketat, turut membantu terselenggaranya pembelajaran kitab kuning. 5) Adanya sanksi bagi siswa yang terlambat mengikuti kegiatan pembelajaran. b. Faktor penghambat 1) Fasilitas berupa ruang kelas yang kurang memadai dan masih tahap pembangunan, sehingga juga bedampak pada pembagian kelasnya yang belum maksimal 2) Latar belakang anak yang berbeda-beda, ada yang sudah bisa ngaji dan ada yang belum 3) Metode yang digunakan dalam pembelajaran kitab adalah metode konvensional yang kadang peserta didik mudah bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 3. Solusi untuk Mengatasi Faktor Penghambat a. Proses pembangunan gedung terus berjalan b. Menerapkan sistem giliran antara siswa putra dan putri yaitu siswa putri mengikuti pembelajaran kepesantrenan pada pagi hari dan
siangnya mengikuti kegiatan pembelajaran sekolah, sedangkan siswa putra mengikuti pembelajaran sekolah pada pagi hari dan siangnya mengikuti pembelajaran kepesantrenan. c. Dalam menggolongkan atau pengelompokan siswa dalam kelas-kelas pesantren, setiap siswa harus mengikuti tahap pengetesan terlebih dahulu, sehingga dapat diketahui siswa yang sudah bisa ngaji dan yang belum. d. Sistem pembelajarannya terus dibenahi, agar siswa dapat tertarik dengan pembelajaran kitab kuning, biasanya guru memberikan selingan cerita dalam kegiatan pembelajaran, supaya peserta didik tidak merasa jenuh di kelas. B. SARAN a. Bagi SMK Syubbanul Wathon 1.
Mengingat kitab kuning
merupakan kitab
klasik
yang metode
pembelajarannya masih menggunakan metode konvensional, maka diharapkan bagi guru-guru pengajar kitab kuning ini mampu menciptakan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran. 2. Konsep awal mengenai pembelajaran kitab kuning adalah menerapkan metode yang simpel dan aplikatif, sehingga diharapkan bagi guru pengajar kitab untuk memperhatikan konsep-konsep tersebut, agar tidak terjadi penyimpangan antara konsep yang berlaku dan pelaksanaannya.
b. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan
lebih
fokus
pada
menumbuhkan
peran
siswa
dalam
pembelajaran kitab kuning, dan kontribusi nyata yang diperoleh peserta didik setelah mengkaji kitab kuning.
Daftar Pustaka Ahmadi, Abu & Nur Uhbiyati. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta Arief, Armai.2002. Pengantar Ilmu dan Jakarta:Ciputat Press
Metodologi Pendidikan Islam.
Arifin, Zainal. 2011.cet 3. Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung:Remaja Rosdakarya Azra, Azyumardi.1999. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta:PT Logos Wacana Ilmu Barizi, Ahmad. 2011. Pendidikan Integratif:Akar Tradisi &Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam. Malang:UIN Maliki Press Bruinessen, Martin van. Bandung:Mizan
1995.
Kitab
Kuning:Pesantren
dan
Tarekat.
Bungin, Burhan. 2011. Cetakan VIII. Metodologi Penelitian Kualitatif:Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta:Raja Grafindo Persada Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Dhofier, Zamakhsyari, 1994. Tradisi Pesantren. Jakarta:LP3IS Hamalik, Oemar. 2001. Cetakan ketiga. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara Madjid, Nurcholish.1997. Bilik-Bilik Pesantren, sebuah Potret Perjalanan. Jakarta:Paramadina Miles, Matthew B, & A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Universitas Indonesia: UI-Press Moleong, Lexy. M.A. 2009.Metodologi Penelitian Kualitatif:edisi revisi. Bandung:Remaja Rosda Karya Muhaimin, dan Abdul Mujib.1993. Bandung:Trigenda Karya Mulyana, Dedy.2010. Ceatakan VII. Bandung:remaja Rosda Karya
Pemikiran Metodologi
Pendidikan Penelitian
Islam.
Kualitatif.
Nashiruddin,Nur Afif. 2006. Pembelajaran Kitab Kuning dalam Lembaga Pendidikan Formal (Studi Kasus Tentang Pembelajaran Kitab Kuning di Madrasah
Aliyah Nahdlatul Ulama, Gembong, Pati). Skripsi tidak diterbitkan. Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Qomar, Mujamil.TT. Pesantren, dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi.Jakarta:Erlangga Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam, Pengembangan Pendidikan Integratif Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat. Yogyakarta:LkiS Rosyad, Aminudin. 2003. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Uhamka Press Salam, Burhanuddin. 1997.Pengantar Pedagogik. Jakarta:Rineka Cipta Siradj, Said Aqil.2004. Pesantren Masa Depan. Cirebon:Pustaka Hidayah Slameto.2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta Sudjana, Nana, 2000. Cet Kelima. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Sudijono, Anas. 2011. Cet 10. Jakarta:Rajagrafindo Persada
Pengantar
Evaluasi
Pendidikan.
Sugiyono. 2009. Cetakan VIII. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta Susilo, Muhammad Joko. 2007. KTSP:Manajemen Pelaksanaan & Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta:Pustaka Pelajar Tafsir, Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung:Remaja Rosda Karya Turmudi, Endang. 2004. Perselingkuhan Kyai dan Kekuasaan. Yogyakarta:LKis Uno, B. Hamzah. 2009. Model Pembelajaran: Menciptakan proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Yasmadi, 2002. Modernisasi Pesantren:Kritik Nurcholish Madjid terhadap Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta:Ciputat Press Yafie, Ali. 1994. Menggagas Fiqih Sosial. Bandung : Mizan Zuharini, et al. 1993. Metodologi Pendidikan Agama. Solo:Ramadhani http://www.psychologymania.com/2013/01/pengertian-implementasipembelajaran.html (diakses tanggal 19 Juni 2013)