MODEL PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI PADA SISWA DI SMK AL-MA’ARIF DEMAK TAHUN PELAJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: AHMAD KHOTIBUL UMAM NIM. 11110158
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2014
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Bismillahirrahmanirrahim Yang bertanda tangan dibawah ini, saya: Nama
: Ahmad Khotibul Umam
NIM
: 11110158
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang yang terdapat dalam skripsi ini di kutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 19 Agustus 2014 Yang menyatakan,
Ahmad Khotibul Umam
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
ِ َ ْ ُ ْن َ ِ ا َ ْ َ ْ َ ف َو ِ ن ِ ْ َ ْ ُو َ س َ ْ ُ ُو ِ َّ ِ ْ َ ِ ْ ْ َ ْ" َ ُأ َّ ٍ! ُأ#$ُ ْ ُآ ن َ ُ ِ ْ&ُ ْ ا#ُ ُ ْ ِ ْ#ُ َ ن َ ْ" ًا َ ََ ب ِ $َ ِ ْ ) ا ُ َ َ َأ ْه+ ْ َ َو,ِ َّ ِ ن َ ُ ِ ْ&ُ َو 2١١٠ :ان ال/ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (QS. Ali Imran: 110) (Soenarjo, 2008: 94)
PERSEMBAHAN
Buah karya sederhana penulis persembahkan untuk: 1. Ayahanda dan Ibunda Tercinta 2. Kakak-kakakku dan adikku tersayang 3. Teman-teman ku yang selalu membantu ku untuk menyelesaikan tugas akhir ini
ABSTRAK Umam, Ahmad Khotibul, 2014, Model Pendidikan Karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun pelajaran 2013/2014, Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M.Si, Karakteristik peserta didik SMK Al-Ma’arif Demak yang kebanyakan berjenis kelamin laki-laki menjadikan mereka kurang lembut dalam pergaulan, sehingga agak susah di atur, solidaritas yang dibangun pada anak-anak SMK terkadang malah menjadikan mereka berperilaku negatif dengan bertengkar hanya karena rasa solidaritas sesama teman, merokok dan berbicara. Ketiga kasus-kasus perkelahian yang selama ini terjadi pada anak SMK hanya disebabkan masalah sepele baik harga diri, solidaritas maupun urusan cinta yang menjadikan mereka mudah bertengkar, menghadapi sebuah masalah, sekolah ini bekerja ekstra keras dalam membimbing karakter peserta didiknya melalui pendidikan karakter, pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik) yang berkarakter. Penelitian berfokus pada model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 dan penerapan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 bagi pembentukan perilaku Islami pada siswa. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan ini bersifat kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi, data yang telah di dapat kemudian dianalisis melalui analisis data dengan tiga tahapan yaitu reduksi, penyajian data dan verifikasi atau kesimpulan. Subyek penelitian adalah staf sekolah dan guru dalam proses penerapan model pendidikan karakter, dimana sumber utama dalam penelitian kepala SMK Al-Ma’arif Demak, wakil kepala sekolah dan guru SMK Al-Ma’arif Demak untuk memperoleh data pelaksanaan, pola pembinaan, pengalaman agama yang diberikan, langkah-langkah pelaksanaan, metode yang diberikan dan problematika dalam penerapan model pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah 1) Model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 dilakukan melalui proses penanaman karakter siswa baik di kelas dan diluar kelas, di dalam kelas pendidikan karakter dilakukan dengan memberikan materi yang mengarah pada akhlakul, pelaksanaan di sekolah meliputi kegiatan ibadah harian seperti sholat sunah dhuha dan rowatib, sholat berjamaah dhuhur dan ashar, dzikir dan doa bersama, membaca al-Quran dan hadist Bentuk pengamalan-pengamalan yang dilaksanakan meliputi bagian dari aspek ibadah, al-Qur'an hadits dan aspek akhlak. 2) Penerapan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 bagi pembentukan perilaku Islami pada siswa yaitu terciptanya siswa yang berakhlakul karimah melalui kebiasaan yang sudah mengkarakter pada diri peserta didik yaitu karakter akhlakul karimah, baik dalam kebiasaan sehari-hari di sekolah maupun di rumah baik dalam hal ibadah maupun sosial.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang atas ijin dan ridhoNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Model Pendidikan Karakter Islami Pada Siswa Di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun pelajaran 2013/2014” sebagai tugas akhir dalam menempuh gelar Sarjana Strata I jurusan Tarbiyah program Studi Pendidikan Agama Islam di STAIN Salatiga. Salawat serta salam tersanjugkan ke pangkuan baginda Rasulullah SAW beserta keluarga, Sahabat dan pengikutnya yang setia mengikuti tauladannya. Dilakukannya penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mendeskripsikan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun pelajaran 2013/2014. 2) Untuk mendeskripsikan dan menganalisis penerapan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun pelajaran 2013/2014 bagi pembentukan perilaku Islami pada siswa. Tidak lupa penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung selesainya penulisan laporan ini, khususnya bapak dosen pembimbing (Drs. Abdul Syukur, M.Si) yang setia membimbing kami dalam menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa kepada Bapak/Ibu Dosen yang telah membekali kami pengetahuan dan ketrampilan baru yang sangat berharga bagi tugas kami sebagai pendidik. Tidak kata yang pantas kami haturkan selain ucapan terima kasih atas segala bantuannya. Semoga jerih payah yang telah dicurahkan mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Akhirnya semoga laporan tindakan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Salatiga, 19 Agustus 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN LOGO .........................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................
v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN..............................................
vi
HALAMAN ABSTRAK..................................................................................
vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................
viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................................
1
B. Fokus Penelitian .................................................................
7
C. Tujuan Penelitian ................................................................
8
D. Kegunaan Penelitian ...........................................................
8
E. Penegasan Istilah ................................................................
9
F. Kajian Pustaka ....................................................................
11
G. Metode Penelitian ...............................................................
14
H. Sistematika Penulisan .........................................................
23
MODEL PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI A. Pengertian Model Pendidikan Karakter .............................
26
B. Landasan Dasar Model Pendidikan Karakter .....................
34
BAB III
C. Tujuan Model Pendidikan Karakter ...................................
36
D. Metode dalam Model Pendidikan Karakter Islami .............
41
E. Model Pendidikan Karakter yang Islami ............................
43
F. Nilai Model Pendidikan Karakter Islami ............................
50
MODEL PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI PADA PESERTA DIDIK DI SMK AL-MA’ARIF DEMAK TAHUN PELAJARAN 2013/2014 A. Gambaran Umum SMK Al-Ma’arif Demak .....................
61
1. Sejarah Berdiri dan perkembangan SMK Al-Ma’arif Demak...........................................................................
61
2. Letak Geografis SMK Al-Ma’arif Demak ....................
63
3. Identitas Sekolah ...........................................................
63
4. Visi, Misi, dan Tujuan ..................................................
64
5. Struktur Organisasi .......................................................
65
6. Keadaan Guru dan Peserta didik...................................
66
7. Sarana Prasarana ...........................................................
66
B. Penerapan Model Pendidikan Karakter Islami di SMK AlMa’arif Demak ...................................................................
67
1. Kurikulum di SMK Al-Ma’arif Demak ........................
67
2. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Islami di SMK AlMa’arif Demak .............................................................
70
C. Problematika yang Dihadapi dalam Penerapan Model Pendidikan Karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak ...
101
BAB IV
ANALISIS
MODEL
PENDIDIKAN
KARAKTER
ISLAMI PADA PESERTA DIDIK DI SMK ALMA’ARIF DEMAK TAHUN PELAJARAN 2013/2014 A. Analisis Model Pendidikan Karakter Islami Pada Peserta didik di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 bagi Pembentukan Perilaku Islami pada Peserta didik .......................................................................
104
B. Analisis solusi terhadap Problematika Penerapan Model
BAB V
Pendidikan Karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak ..
119
C. Konfirmasi Teori dengan Hasil Penelitian .........................
125
PENUTUP A. Simpulan .............................................................................
129
B. Saran-saran .........................................................................
130
C. Penutup ...............................................................................
132
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia pada dasarnya adalah usaha untuk mengembangkan potensi yang dimiliki setiap individu sehingga dapat hidup secara optimal, baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat, serta memiliki nilai–nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya. Dengan demikian pendidikan dipandang sebagai Usaha sadar yang bertujuan dan usaha mendewasakan anak (Sudjana, 2005: 2) Dalam Undang–undang RI No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat (1) disebutkan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. (Undang-undang RI No 20 tahun 2003: 2)
Fokus utama pendidikan diletakkan pada tumbuhnya kesadaran kepintaran anak yaitu kepribadian yang sadar diri, kesadaran budi sebagai pangkal dari kesadaran kreatif. Dari akar dan kepribadian yang sadar diri atau suatu kualitas budi luhur inilah manusia bisa berkembang mandiri di tengah lingkungan sosial yang terus berubah semakin cepat. Kualitas pribadi yang pintar dasar orientasi pendidikan kecerdasan, kebangsaan demokrasi dan kemanusiaan, ide. (Mulkhan, 2002: 71)
Pendidikan iman atau tauhid, bukan sekedar menghafalkan namanama tuhan, malaikat, dan rasul. Inti pendidikan keagamaan ialah penyadaran diri tentang hidup dan kematian, bagi tumbuhnya kesadaran ketuhanan. Dari kesadaran seperti ini bisa dibangun komitmen ritualitas, ibadah, hubungan sosial berdasar harmonis dan ahklak sosial yang karimah. (Mulkhan, 2002:72) Ironinya dunia pendidikan selama ini kurang menaruh perhatian pada pertumbuhan pribadi peserta didik yang sering dibiarkan tumbuh alamiah. Hanya dengan IQ (kognisi) tanpa EQ (psikomotor), dan SQ (afeksi), seorang lebih berbahaya karena mudah melakukan kejahatan profesional seperti KKN (korupsi, kolusi, nepotisme),dan lebih parah lagi apabila menyaksikan anak muda, pelajar dan mahasiswa yang tidak beta di rumah dan terasing dari lingkungan sosial. Gejala seperti ini semakin lama nampaknya semakin meluas dan salah satu sumbernya adalah metode pembelajaran di sekolah yang menyimpang dan melanggar nilai-nilai dasar kemanusiaan peserta didik. Hal ini yang dipercaya banyak pihak menjadi penyebab ketergantungan obat, putus sekolah, perilaku merusak, tawuran antar sekolah, dan perilaku negatif lainnya. (Mulkhan, 2002: 74) Kondisi lingkungan masyarakat demikian rentan bagi tumbuhnya perilaku yang agresif dan menyimpang di kalangan siswa. Hampir setiap hari kita
dapat
menyaksikan
dalam
realitas
sosial
banyaknya
perilaku
menyimpang yang dilakukan oleh siswa, seperti menurunnya moral dan tata krama sosial dalam praktik kehidupan sekolah maupun masyarakat yang pada
dasarnya tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya lokal yang dianut masyarakat sosial. (Mukhtar, 2003: 3) Oleh karena itu, upaya mencerdaskan anak didik yang menekankan pada intelektual perlu diimbangi dengan pembinaan karakter yang juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Karena karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan normanorma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Hal tersebut perlu dilakukan karena melihat realitas yang ada pada masa sekarang. Dekadensi moral semakin merajalela di negeri ini, di kalangan masyarakat, anak muda, bahkan termasuk para siswa. Beberapa tindakan negatif yang sudah menjadi hal yang biasa, seperti Berkaitan dengan permasalahan-permasalahan tersebut di atas, pendidikan berperan penting sebagai salah satu upaya pembentukan dan perbaikan moral bangsa. Pendidikan merupakan unsur yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari diri manusia. Karena manusia sangat membutuhkan pendidikan melalui proses penyadaran yang berusaha menggali dan mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan agama hendaknya dapat mewarnai kepribadian anak, sehingga agama itu benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadi pengendali dalam hidup di kemudian hari. Pendidikan agama selain diberikan oleh orang tua di dalam keluarga juga
harus diberikan oleh guru yang benar-benar tercermin dalam sikap, tingkah laku, cara menghadapi persoalan dalam keseluruhan pribadinya. (Daradjat, 1996: 107) Penerapan pendidikan sikap serta nilai yang ada dalam diri manusia dikembangkan. Manusia pada dasarnya memiliki potensi (nilai dalam diri) berupa fitrah sejak awal kehidupannya di dunia. Potensi tersebut sebenarnya mengarah pada kebaikan (tindakan positif). Namun, bersamaan dengan waktu, banyak hal yang dapat mempengaruhi potensi baik tersebut. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang di dalam dirinya diberi kelengakapankelengkapan psikologis dan fisik yang memiliki kecenderungan ke arah yang baik dan buruk. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Asy-Syams:
ْ>?َ َو. آ َه3 = َ ْ َز َ َ;ْ َ?>ْ َأ. َا َه8ْ َ َر َه َو: ُ ;ُ َ َ َ ْ َ;َ . ا َه3 4 َ َ َو5 ٍ 6ْ 7َ َو (١٠ −٧:5 A )ا. َه4 3 ب َ ْ َد َ َ Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q.S 7-10) (Soenarjo, 2006: 596)
maka Allah ketaqwaannya. jiwa itu, dan Al-Syamsiyah:
Dari ayat tersebut kaitannya dalam pendidikan karakter adalah berfungsi untuk tetap menjaga kesempurnaan jiwa agar tetap pada fitrah yang baik terutama bagi anak sekolah menengah kejuruan (SMK) yang belakangan ini di dalam pemberitaan media terjadi banyak tawuran, mabuk-mabukan, seks dan perilaku negatif lainnya. Krisis jiwa (mental) yang dialami oleh anak SMK timbul sebagai akibat dari terhalangnya seseorang dari apa yang diinginkannya, krisis
mental dipengaruhi oleh kondisi sosial dan moral dirinya sendiri. Manusia akan menjadi sasaran kegalauan psikologis dan fisik, jika ia tidak mampu mengatasi krisis psikologis dengan cara yang cepat dan tepat, baik secara hakiki ataupun ilusi. Berdasarkan studi lapangan yang dilakukan di SMK Al-Ma’arif Demak peneliti memperoleh informasi: pertama karakteristik peserta didik yang kebanyakan berjenis kelamin laki-laki menjadikan mereka kurang lembut dalam pergaulan, sehingga agak susah di atur sebagaimana jika siswa perempuan. (Wawancara dengan Ibu Kristanti Juni Lestari, S.Pd, Kepala Sekolah SMK Al-Ma’arif Demak pada tanggal 18 November 2013) Kedua berdasarkan wawancara dengan guru, solidaritas yang dibangun pada anak-anak SMK terkadang malah menjadikan mereka berperilaku negatif dengan bertengkar hanya karena rasa solidaritas sesama teman, merokok dan berbicara. Ketiga kasus-kasus perkelahian yang selama ini terjadi pada anak SMK hanya disebabkan masalah sepele baik harga diri, solidaritas maupun urusan cinta yang menjadikan mereka mudah bertengkar. (Wawancara dengan Khoirul Amri Kurniawan, S.Pd.I, guru SMK Al-Ma’arif Demak pada tanggal 18 November 2013) SMK Al-Ma’arif Demak sebagai salah satu lembaga Islam mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menjadikan siswa sekitar mempunyai karakter kuat sebagai muslim dan berakhlakul karimah melalui pendidikan karakter.
SMK Al-Ma’arif Demak menjadi objek kajian penelitian yang sedang peneliti lakukan karena sekolah ini merupakan satu-satunya lembaga pendidikan tingkat sekolah menengah kejuruan Islam yang ada di kota Demak yang membimbing siswa dengan pendekatan khusus dengan menggabungkan sistem salaf dan modern dalam mengembangkan peserta didiknya baik dari segi moral maupun intelektual. Anak usia sekolah menengah atas di daerah nelayan adalah masa-masa paling rawan, di mana telah terbentuk geng-geng pada anak, pola hubungan lawan jenis yang semakin bahaya, pola pikir remaja yang mudah tersulut emosi dan lain sebagainya menjadikan sekolah ini harus bekerja ekstra keras dalam membimbing karakter peserta didiknya. Menurut Juwangi Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik) yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal. Selain itu, untuk membentuk manusia yang lifelong learners (pembelajar sejati) (http://www.co.id/file/indonesiaberprestasi/presentasiratnamegawangi. pdf, di akses pada tanggal 27 Januari 2013) Sedangkan Kusuma (2007: 135) dalam bukunya mengungkapkan untuk kepentingan pertumbuhan individu secara integral, pendidikan karakter semestinya memiliki tujuan jangka panjang yang mendasarkan diri pada tanggapan aktif kontekstual individu atas impuls natural sosial yang diterimanya yang pada gilirannya semakin mempertajam visi hidup yang akan diraih lewat proses pembentukan diri terus-menerus. Tujuan jangka panjang
ini tidak sekedar berupa idealisme yang penentuan sarana untuk mencapai tujuan tidak dapat diverifikasi, melainkan sebuah pendekatan dialektis yang saling mendekatkan antara yang ideal dengan kenyataan, melalui proses refleksi dan interaksi terus menerus, antara idealisme, pilihan sarana, dan hasil langsung yang dapat dievaluasi secara objektif. Hal tersebut bermaksud bahwa pendidikan karakter berperan dalam mengembangkan manusia secara individu, yang mana keluarga dan sekolah harus mendukungnya dengan bekerjasama memberikan pendidikan secara praktek sebagai kelanjutan dari proses pengajaran secara material di sekolah. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK AlMa’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Fokus Penelitian Berangkat dari latar belakang di atas maka dapat peneliti fokuskan penelitian pada permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK AlMa’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014? 2. Bagaimanakah penerapan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 bagi pembentukan perilaku Islami pada siswa? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai adalah:
1. Untuk mendeskripsikan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014. 2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis penerapan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 bagi pembentukan perilaku Islami pada siswa. D. Kegunaan Penelitian Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan khazanah dan ilmu pengetahuan tentang pendidikan Islam, khususnya tentang pendidikan karakter. 2. Secara Praktis a. Bagi guru dapat memberikan gambaran tentang pola penerapan pendidikan karakter dalam menghadapi dekadensi moral yang selama ini menjadi masalah besar di setiap sekolah. b. Bagi
sekolah
dapat
memberikan
informasi
tentang
perlunya
menyiapkan pola pendidikan karakter yang baik, melalui sistem kurikulum maupun pola kebijakan yang mengarah pada terciptanya karakter siswa yang ber akhlakul karimah. c. Bagi siswa dapat memberi sumbangan informasi tentang pendidikan karakter dalam peningkatan kualitas pendidikan saat ini sebagai upaya pertumbuhan
keimanan
dan
ketaqwaan
kepada
Allah
SWT,
penguasaan ketrampilan hidup, kemampuan akademik, seni dan pengembangan kepribadian yang paripurna. d. Dapat memberi gambaran pada pembaca tentang proses pendidikan karakter yang dilakukan SMK Al-Ma’arif Demak. E. Penegasan Istilah Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dan untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas serta operasional, berikut ini diberikan penjelasan istilah-istilah utama yang digunakan dalam judul penelitian ini. 1. Model Model yaitu pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. (Alwi: 2008, 751) 2. Pendidikan Karakter Islami Pendidikan adalah “sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia dan manusia biasa”. (Arifin, 2005: 1) Sedangkan karakter (character) adalah “sikap pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan tindakan”. (Khan, 2010:1) Pendidikan karakter adalah pendidikan
yang tidak hanya
berorientasi pada aspek kognitif saja, akan tetapi lebih berorientasi pada proses pembinaan potensi yang ada dalam diri anak, dikembangkan melalui pembiasaan sifat-sifat baik yaitu berupa pengajaran nilai-nilai
karakter yang baik. Sedangkan pendidikan karakter Islami adalah setiap individu dilatih agar tetap dapat memelihara sifat baik dalam diri (fitrah) sehingga karakter tersebut akan melekat kuat dengan latihan melalui pendidikan sehingga akan terbentuk akhlakul sesuai ajaran Islam. Maksud pendidikan karakter Islami dalam penelitian ini adalah proses pembentukan fitrah anak SMK Al-Ma’arif Demak menuju manusia yang berakhlakul karimah sesuai dengan ajaran Islam, sehingga menjadi pribadi yang kuat dan muttaqin. 3. Siswa Siswa adalah orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. (Djamarah, 2000: 51) Sedangkan maksud siswa di sini adalah orang yang belajar atau menerima pelajaran di SMK Al-Ma’arif Demak. 4. SMK Al-Ma’arif Demak SMK Al-Ma’arif Demak adalah sekolah menengah kejuruan Islam yang terletak di Jalan Sultan Hadiwijaya Demak.
F. Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa penelitian yang dilakukan terdahulu relevansinya dengan judul skripsi ini. Adapun karya-karya skripsi tersebut adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Sidik Afandi (2014) mahasiswa Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga berjudul Penerapan Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran PAI di SMK N 1 Tengaran Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan Usia remaja setingkat SMK, sering menjadi trending topic, banyak di kota besar anak usia mereka banyak yang tawuran, terlibat narkotika, bahkan sampai ke tindak asusila. Pendidikan karakter bertujuan pula untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Sebagai pendukung pembentukan karakter di SMK N 1 Tengaran, guru PAI memiliki beberapa program untuk membentuk religiusitas peserta didik, diantaranya adalah pembacaan asma’ul husna ditiap jam 0/ sebelum kbm dimulai, mengadakan sholat dhuha yang dilakukan secara bergiliran, mengadakan kajian untuk SKI, Nisa’ (khusus siswa putri), guru, pemberantasan buta aksara al qur’an, istighosah/ mujahadah, dan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan peringatan hari besar Islam. Penelitian Muhamad Sidik Afandi mempunyai kesamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu tentang pendidikan karakter, namun perbedaannya terletak pada pendidikan karakter yang dilakukan peneliti mengarah pada semua mata pelajaran yang dilakukan di kelas maupun di luar kelas, sedangkan penelitian hanya khusus pada pembelajaran PAI. Posisi peneliti pada penelitian di atas adalah justifikasi yaitu menguatkan pada penelitian di atas. 2. Penelitian yang dilakukan Syarif Anam Muhammad (2013), mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Kegiatan Extra Kurikuler Siswa di MAN Salatiga Tahun 2013.
Hasil
penelitian
skripsi
ini
menunjukkan
bahwa
kegiatan
ekstrakurikuler KIR di MAN Salatiga mengandung nilai-nilai pendidikan karakter seperti yang dirumuskan oleh pemerintah, antara lain: gemar membaca, jujur, bersahabat, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, kreatif. Tanpa mengurangi kemungkinan siswa dapat memperoleh nilai pendidikan karakter yang lain berdasarkan pengalaman pribadinya. Penelitian Syarif Anam Muhammad mempunyai kesamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu tentang pendidikan karakter, namun perbedaannya terletak pada pendidikan karakter pada penelitian di atas diarahkan pada siswa MAN sedangkan penelitian peneliti diarahkan pada anak SMK, sehingga kultur dan proses pelaksanaannya berbeda. Posisi peneliti pada penelitian di atas adalah komparatif yaitu mendeskripsikan dan membandingkan bentuk pendidikan karakter pada siswa MAN yang ada pada penelitian di atas dan pendidikan karakter pada anak SMK yang peneliti lakukan. 3.
Penelitian yang dilakukan oleh Ida Kurniawati (2013), mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga berjudul Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Islam. Hasil penelitian ini menunjukkan Konsep pendidikan karakter di indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia dalam rangka
pembinaan kepribadian generasi muda yang mencakup 3 aspek yaitu pengetahuan moral (moral knowing), sikap moral (moral feelling), dan perilaku moral (moral acting). Konsep pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran islam yang meyangkut pembinaan aspek jasmani, akal, dan hati anak didik. Pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa indonesia dalam rangka pembinaan kepribadian generasi muda. Nilai-nilai pendidikan karakter yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional Indonesia yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab yang seluruhnya harus mengacu pada tiga komponen yaitu moral knonwing (pengetahuan moral), moral feelling (merasakan moral), dan moral acting ( tindakan moral). Ketiga aspek tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan islam yaitu aspek jasmani, rohani, dan akal. Penelitian Ida Kurniawati mempunyai kesamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu tentang pendidikan karakter, namun perbedaannya adalah bentuk penelitian, di mana penelitian yang peneliti lakukan berupa penelitian lapangan sedangkan penelitian di atas terletak pada berbentuk kajian literatur, sehingga metode penelitian dan
pelaksanaannya berbeda. Posisi peneliti pada penelitian di atas adalah komparatif yaitu mendeskripsikan dan membandingkan kajian literatur yang ada pada penelitian di atas dengan hasil penelitian lapangan yang peneliti lakukan. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang berbentuk kualitatif yaitu penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik, bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya (natural setting) dengan tidak merubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan sehingga dalam penelitian ini peneliti menggambarkan peristiwa maupun kejadian yang ada di lapangan tanpa mengubahnya menjadi angka maupun simbol. (Nawawi, dan Martini, 1996: 174) Sedangkan pendekatan penelitian yang dipakai adalah pendekatan kualitatif yaitu Penelitian ini menggunakan pendekatan pendekatan kualitatif, yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dan diarahkan pada latar alamiah dan individu tersebut secara holistik (menyeluruh) (Moleong, 2002: 3). Dengan
pendekatan
kualitatif
ini
peneliti
mencoba
menggambarkan proses penerapan mendeskripsikan penerapan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak dengan menggunakan logika-logika serta teori-teori yang sesuai dengan lapangan.
2. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai instrumen sekaligus pengumpul data, sehingga peneliti hadir di lapangan penelitian untuk mendapatkan data, sedangkan kehadiran peneliti tidak setiap hari, hanya waktu-waktu tertentu yang mengharuskan peneliti mencari data. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini di lakukan dengan mendeskripsikan SMK Al-Ma’arif Demak yang terletak di Jalan Sultan Hadiwijaya Kota Demak. SMK AlMa’arif Demak menjadi objek kajian penelitian yang sedang peneliti lakukan,
karena
sekolah
ini
merupakan
satu-satunya
lembaga
pendidikan tingkat sekolah menengah kejuruan Islam yang ada di kota Demak yang membimbing siswa dengan pendekatan khusus dengan menggabungkan sistem salaf dan modern dalam mengembangkan peserta didiknya baik dari segi moral maupun intelektual. Anak usia sekolah menengah atas di daerah nelayan adalah masa-masa paling rawan, di mana telah terbentuk geng-geng pada anak, pola hubungan lawan jenis yang semakin bahaya, pola pikir remaja yang mudah tersulut emosi dan lain sebagainya menjadikan sekolah ini harus bekerja ekstra keras dalam membimbing karakter peserta didiknya. 4. Sumber penelitian Sedangkan sumber data merupakan subyek dari mana data dapat diperoleh secara rinci, data tersebut adalah data lapangan:
a. Data yang berasal dari kepala SMK Al-Ma’arif Demak, yang meliputi: sejarah berdiri dan perkembangan SMK Al-Ma’arif Demak keadaan umum SMK Al-Ma’arif Demak dan pola penerapan model pendidikan karakter yang dilakukan di SMK Al-Ma’arif Demak. b. Data yang berasal dari wakil kepala sekolah dan guru SMK Al-Ma’arif Demak yang meliputi: pelaksanaan, pola pembinaan, pengalaman agama yang diberikan, langkah-langkah pelaksanaan, metode yang diberikan dan problematika dalam penerapan model pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak c. Inventarisasi yang berupa data-data yang ada pada SMK Al-Ma’arif Demak antara lain berupa: papan atau data-data SMK Al-Ma’arif Demak, dan fasilitas-fasilitas lainnya yang berkaitan dengan model pendidikan karakter di SMK Al-Ma’arif Demak. 5. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan, baik yang berhubungan dengan studi literatur maupun data yang dihasilkan dari data empiris. Dalam studi literatur peneliti menelaah buku-buku, karya tulis, karya ilmiah maupun dokumendokumen yang berkaitan dengan tema penelitian untuk selanjutnya dijadikan sebagai acuan dan alat utama bagi praktik penelitian lapangan. Adapun untuk data empirik, peneliti menggunakan beberapa metode, yaitu:
a. Observasi, yaitu metode yang digunakan melalui pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan keseluruhan alat indera. (Arikunto, 1998: 149) Data yang dihimpun dengan teknik ini adalah proses pelaksanaan model pendidikan karakter di SMK Al-Ma’arif Demak yang dilakukan di kelas maupun di luar kelas. Dalam hal ini peneliti berkedudukan sebagai non partisipan observer, yakni peneliti tidak turut aktif setiap hari berada di sekolah tersebut, hanya pada waktu penelitian. b. Interview atau wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui komunikasi langsung antara pewawancara (interviewer) dengan responden (subyek yang diwawancarai atau interviewed). Dalam wawancara ini peneliti menggunakan pedoman wawancara semi structured, karena bentuk wawancara ini tidak membuat peneliti kaku, melainkan lebih bebas dan luwes dalam melakukan wawancara. (Yusuf, 2003: 87) Metode interview ini dilakukan untuk mendapatkan informasi terhadap data-data yang berkaitan dengan segala sesuatu tentang penerapan model pendidikan karakter Islami di SMK AlMa’arif Demak baik mulai pelaksanaan, pola pembinaan, pengalaman agama yang diberikan, langkah-langkah pelaksanaan, metode yang diberikan dan problematika dalam penerapan model pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak. Objek yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan siswa.
c. Dokumentasi adalah salah satu metode yang digunakan untuk mencari data-data otentik yang bersifat dokumentasi, baik data itu berupa catatan harian, memori atau catatan penting lainnya. Adapun yang dimaksud dengan dokumen di sini adalah data atau dokumen yang tertulis (Sarlito, 2000: 71-73). Metode dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan informasi terhadap data-data yang berkaitan dengan gambaran umum madrasah dan dokumen-dokumen yang terkait dengan penerapan model pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak. 6. Analisis Data Analisis data yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. (Moleong, 2002: 7) Analisis data adalah mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam satu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sehingga dapat ditemukan tema, dan dapat dirumuskan hipotesis (ide) kerja seperti yang disarankan data. (Moleong, 2002: 103) Langkah-langkah analisis data yang dimaksud sebagai berikut: a. Data Reduction Mereduksi data bisa berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya .Setelah data penelitian yang diperoleh di lapangan terkumpul, proses data reduction terus dilakukan dengan cara memisahkan catatan
antara data yang sesuai dengan data yang tidak, berarti data itu dipilihpilih. (Sugiyono, 2005: 92) Data yang peneliti pilih-pilih adalah data dari hasil pengumpulan data lewat metode observasi, metode wawancara dan metode dokumenter. Seperti data hasil observasi mulai dari alasan sampai problematika
penerapan
model
pendidikan
karakter
Islami
di
pelaksanaan, pola pembinaan, pengalaman agama yang diberikan, langkah-langkah pelaksanaan, metode yang diberikan dan problematika dalam penerapan model pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak yang dilakukan pihak sekolah, guru dan siswa. Semua data itu dipilih-pilih sesuai dengan masalah penelitian yang peneliti pakai. Data yang peneliti wawancara di lapangan juga dipilih-pilih mana data yang berkaitan dengan masalah penelitian seperti hasil wawancara mengenai komponen-komponen pembelajaran mulai dari tujuan sampai evaluasi. Semua data wawancara itu dipilih-pilih yang sangat mendekati dengan masalah penelitian. b. Data Display Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram dan
sejenisnya.
Melalui
penyajian
data
tersebut,
maka
data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Menurut Miles and Huberman sebagaimana dikutip Sugiyono menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. (Sugiyono, 2005: 95) Data yang peneliti sajikan adalah data dari pengumpulan data kemudian dipilih-pilih mana data yang berkaitan dengan masalah penelitian, selanjutnya data itu disajikan (penyajian data). Dari hasil pemilihan data maka data itu dapat disajikan seperti data tentang alasan dilakukan model pendidikan karakter, proses pelaksanaan, pengalaman yang diberikan, termasuk data proses pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas. c.
Verification Data / Conclusion Drawing Menurut Miles dan Huberman sebagaimana dikutip oleh Sugiyono mengungkapkan verification data / conclusion drawing yaitu upaya untuk mengartikan data yang ditampilkan dengan melibatkan pemahaman peneliti. Kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan merupakan kesimpulan yang kredibel. (Sugiyono, 2005: 99)
Data yang didapat merupakan kesimpulan dari berbagai proses dalam penelitian kualitatif, seperti pengumpulan data kemudian dipilihpilih data yang sesuai, kemudian disajikan, setelah disajikan ada proses menyimpulkan, setelah menyimpulkan data, ada hasil penelitian yaitu temuan baru berupa deskripsi , yang sebelumnya masih remang-remang tapi setelah diadakan penelitian masalah tersebut menjadi jelas. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa detesis atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remangremang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas. (Sugiyono, 2005: 99) Dalam hal ini diketahui relevansi penerapan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 bagi pembentukan perilaku Islami pada siswa. 7. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan Data yang peneliti gunakan adalah pengecekan keabsahan data menggunakan trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam trianggulasi yang digunakan sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori yaitu:
a. Trianggulasi dengan sumber Berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. b. Trianggulasi dengan menggunakan metode Terdapat dua strategi yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa data dengan metode yang sama. c. Trianggulasi penyidik Adalah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali dengan derajat kepercayaan data. d. Trianggulasi dengan teori Berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Data trianggulasi yang peneliti gunakan adalah trianggulasi sumber yang berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan, suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda melalui metode kualitatif. Disamping itu agar penelitian ini tidak berat sebelah maka penulis menggunakan teknik members check (Moleong, 2002: 178-179)
Jadi maksud dari penggunaan pengelolaan data ini adalah peneliti mengecek beberapa data (members check) yang berasal selain kepala sekolah seperti wakil kepala sekolah, guru, siswa, dan staf orang tua di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014. H. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pemahaman dan agar pembaca skripsi segera mengetahui
pokok-pokok
pembahasan
skripsi,
maka
penulis
akan
mendeskripsikan ke dalam bentuk kerangka skripsi. Sistematika penulisan ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian muka, bagian isi dan bagian akhir. 1. Bagian Muka Bagian muka terdiri dari halaman judul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel. 2. Bagian Isi/Batang Tubuh Karangan Bagian isi terdiri dari beberapa bab, yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab dengan susunan sebagai berikut : Bab pertama adalah Pendahuluan, mencakup: latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua berisi tentang teori model pendidikan karakter Islami yang merupakan landasan teori yang menggambarkan teori-teori tentang
model pendidikan karakter dan kegunaannya dalam pembentukan perilaku Islami, landasan teori ini merupakan telaah pustaka yang peneliti pakai untuk menunjukkan bahwa penelitian skripsi ini mempunyai landasan secara keilmuan. Bab kedua ini terdiri dari pengertian model pendidikan karakter, landasan dasar model pendidikan karakter, tujuan model pendidikan karakter, metode dalam model pendidikan karakter, model pendidikan karakter yang Islami, dan nilai model pendidikan karakter Islami. Bab ketiga membahas paparan data dan temuan penelitian yang mengkaji model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK AlMa’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014, adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan penelitian ini, karena penelitian ini berbentuk kualitatif lapangan maka diperlukan satu bab untuk mengetahui keadaan lapangan penelitian ini. Bab ini terdiri dari tiga sub bab yaitu sub bab pertama tentang gambaran umum SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014, sub bab kedua tentang penerapan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak dan terakhir sub bab ketiga tentang problematika yang dihadapi dalam penerapan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak. Bab keempat adalah pembahasan yang menganalisis penerapan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 bagi pembentukan perilaku Islami pada siswa.
Bab kelima adalah penutup yang merupakan kesimpulan dari seluruh uraian yang telah dikemukakan dan merupakan jawaban terhadap permasalahan yang terkandung dalam penelitian ini. Bab ini juga mengemukakan saran sebagai kelanjutan dari kesimpulan yang dihasilkan peneliti dalam penelitian ini.
BAB II MODEL PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI
A. Pengertian Model Pendidikan Karakter Model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan (Sagala, 2005: 175). Selain itu juga dapat dipahami sebagai tipe desain atau diskripsi yang dari suatu sistem yang disederhanakan agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya (Komaruddin, 2006: 152). Sedangkan Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, dan berlangsung sepanjang hayat, yang dilaksanakan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan dalam proses mencapai tujuannya perlu dikelola dalam suatu sistem terpadu dan serasi baik antar sektor pendidikan dan sektor pembangunan lainnya; antar daerah dan antar berbagai jenjang dan jenisnya (Arifin, 2005: 75). Menurut Frederick Y. Mc. Donald (t.th: 4) dalam bukunya Educational Psychology mengatakan: Education is a process or an activity which is directed at producing desirable changes into the behavior of human beings. Pendidikan adalah suatu proses atau aktifitas yang menunjukkan perubahan yang diharapkan pada tingkah laku manusia. Menurut Sholeh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid (t.th.: 169) belajar adalah:
>ثF"; !8 4 ةH I أJK # $ "" ف ذه اM ه# $ إن ا >اK> " اO "; Sesungguhnya belajar merupakan perubahan di dalam orang yang belajar (murid) yang terdiri atas pengalaman lama, kemudian menjadi perubahan baru.
Musthofa
Fahmi
(t.th:
23)
mengemukakan
dalam
kitabnya
Siklulujjiyyah al-Ta’allum, bahwa:
رةPا
Q 7 كS اT; "M
رةH # $ ا
"Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya dorongan”.
Dalam buku karya George F. Kneller (2005: 14-15) yang berjudul Logic and Language of Education dinyatakan bahwa education is the process of self-realization, in which the self realizes and develops all its potentialities. Pendidikan adalah proses perwujudan diri di mana seseorang menyadari dan mengembangkan semua kemampuannya. Menurut Syaikh Mustafa al-Ghulayani (t.th: 189), bahwa pendidikan adalah :
"84" وVP س ا67 I; ! W 6 ق اY Z س اO T "! ه$ ا 56 ت ا ! =H\ T$] !F"\ د واPرZء ا . ` اa6 ) اb]" وc وا, "W 6 ا dن #d Pendidikan adalah menanamkan akhlak yang mulia dalam jiwa murid serta menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga menjadi kecenderungan jiwa yang membuahkan keutamaan, kebaikan, serta cinta bekerja yang berguna bagi tanah air.
Dari penjelasan Al-Ghulayani tersebut, jelas bahwa pendidikan selain mengajarkan tentang ilmu pengetahuan juga harus memberikan pembelajaran yang baik, yang dapat membentuk pribadi baik, memiliki keutamaan dalam
akhlak. Dan hal tersebut dilakukan dengan pembinaan dan pembiasaan. Karena sesungguhnya manusia sejak awal memiliki potensi baik (fitrah). Manusia selaku makhluk Tuhan dibekali berbagai potensi yang dibawa sejak lahir dan salah satunya adalah fitrah (Shihab, 2004: 282). Menurut M. Arifin (2005: 70), bahwa fitrah manusia diberi kemampuan untuk memilih jalan yang benar dan yang salah, kemampuan ini diperoleh dari proses pendidikan yang telah mempengaruhinya. Untuk
mendapatkan
pengertian
tentang
pendidikan
karakter
secara
keseluruhan, maka dalam sub bab ini akan diuraikan masing-masing unsur dari pendidikan dan karakter secara terpisah. Secara etimologi, pengertian pendidikan yang diberikan oleh ahli John Dewey, seperti yang dikutip oleh M. Arifin (2005: 1) menyatakan bahwa pendidikan adalah
sebagai
suatu
proses
pembentukan
kemampuan
dasar
yang
fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia dan manusia biasa. Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya terkandung dalam istilah al-tarbiyah (proses pengasuhan pada fase permulaan pertumbuhan manusia), al-ta’lim (pengetahuan teoritis, mengulang kaji secara lisan dan menyusul melaksanakan pengetahuan itu), dan al-ta’dib (tidak sekedar transfer ilmu, tetapi juga pengaktualisasiannya dalam bukti). Dari ketiga istilah tersebut yang paling populer digunakan dalam praktik pendidikan Islam adalah al-tarbiyah, sedangkan al-ta’dib dan al-ta’lim jarang sekali (Langgulung, 2006: 5). Mortiner J. Adler mengartikan pendidikan adalah proses di mana
semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan yang baik melalui sarana yang artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang ditetapkannya, yaitu kebiasaan yang baik (Rosyadi, 2004: 35). Dari pengertian pendidikan yang telah diuraikan, maka dapat dipahami bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan terkonsep serta terencana untuk memberikan pembinaan dan pembimbingan pada peserta didik (anak-anak). Bimbingan dan pembinaan tersebut tidak hanya berorientasi pada daya pikir (intelektual) saja, akan tetapi juga pada segi emosional yang dengan pembinaan dan bimbingan akan dapat membawa perubahan pada arah yang lebih positif. Proses pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan (positif) di dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual dan sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitar di mana ia hidup. Proses tersebut senantiasa berada dalam nilai-nilai yang melahirkan akhlaq al-karimah atau menanamkannya, sehingga dengan pendidikan dapat terbentuk manusia yang berbudi pekerti dan berpribadi luhur. Dalam pandangan Andragogy (2004: 4), seorang anak dianggap memiliki potensi dan kemampuan serta pengalaman dan tugas pendidikan adalah untuk mengaktualkannya (Suharsono, 2003: 146).
Yahya Kahn (2010: 1), menyatakan karakter (character) adalah attitude pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan tindakan. Secara bahasa, karakter berasal dari bahasa Yunani charassein, yang artinya “mengukir”. Dari bahasa ini yang dimaksud sifat utama ukiran adalah melekat kuat di atas benda yang diukir. Tidak mudah usang ditelan oleh waktu atau terkena gesekan. Menghilangkan ukiran sama saja dengan mnghilangkan benda yang diukir ini merenda dengan gambar atau tulisan tinta yang hanya disatukan di atas permukaan benda. Karena itulah, sifatnya juga berbeda dengan ukiran, terutama dalam hal ketahanan dan kekuatannya dalam menghadapi tantangan waktu (Muslich, 2011: 71). Menurut Simon Philips sebagaimana di kutip oleh Masnur Muslich (2011: 70) karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, myang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan. Pengertian ini sama dengan beberapa pengertian akhlak dalam beberapa literatur, ini karena dari beberapa versi hampir sama dinyatakan bahwa akhlak dan karakter adalah sama-sama yang melekat dalam jiwa dan dilakukan tanpa pertimbangan. Dari beberapa pengertian karakter di atas ada dua versi yang agak berbeda. Satu pandangan menyatakan bahwa karakter adalah watak atau perangai (sifat), dan yang lain mengungkapkan bahwa karakter adalah sama dengan akhlak, yaitu sesuatu yang melekat pada jiwa yang diwujudkan dengan perilaku yang dilakukan tanpa pertimbangan. Tapi sebenarnya bila
dikerucutkan dari kedua pendapat tersebut adalah bermakna pada sesuatu yang ada pada diri manusia yang dapat menjadikan ciri khas pada diri seseorang. Karakter sama dengan kepribadian, tetapi dipandang dari sudut yang berlainan. Istilah karakter dipandang dari sudut ”penilaian”, baik-buruk, senang-benci, menerima-menolak, suatu tingkah laku berdasarkan norma-norma yang dianut. Istilah kepribadian dipandang dari sudut “penggambaran”, manusia apa adanya tanpa disertai penilaian. Menurut Nana Syaodiah Sukmadinata (2003:136), kepribadian dalam bahasa Inggris disebut personality, yang berasal dari bahasa Yunani per dan sonare yang berarti topeng, tetapi juga berasal dari kata personae yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng tersebut. Kepribadian diartikan dalam dua macam. Pertama, sebagai topeng (mask personality), yaitu kepribadian yang berpura-pura, yang dibuat-buat, yang semua mengandung kepalsuan. Kedua, kepribadian sejati (real personality) yaitu kepribadian yang sesungguhnya, yang asli. Seperti dalam bukunya Child Development, Elzabeth B. Hurlock (2003, 524) menyebutkan bahwa : The term "personality" comes from the Latin word "persona". Personality is the dinamis organization within the individual of those psychophysical system that determine the individual's unique adjustments to the environment. Istilah personality berasal dari kata Latin persona yang berarti topeng. Kepribadian adalah susunan sistem-sistem psikofisik yang dinamai dalam diri suatu individu yang unik terhadap lingkungan. Dari konotasi, kata personal diartikan bagaimana seseorang tampak pada orang lain dan bukan pribadi yang sesungguhnya. Apa yang dipikir, dirasakan, dan siapa dia sesungguhnya termasuk dalam keseluruhan “make up” (polesan luar)
psikologis seseorang dan sebagian besar terungkap melalui perilaku. Karena itu, kepribadian bukanlah suatu atribut yang pasti dan spesifik, melainkan merupakan kualitas perilaku total seseorang. Jadi pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk pola sifat atau karakter baik mulai dari usia dini, agar karakter baik tersebut tertanam dan mengakar pada jiwa anak. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada aspek kognitif saja, akan tetapi lebih berorientasi pada proses pembinaan potensi yang ada dalam diri anak, dikembangkan melalui pembiasaan sifat-sifat baik yaitu berupa pengajaran nilai-nilai karakter yang baik. Dalam pendidikan karakter, setiap individu dilatih agar tetap dapat memelihara sifat baik dalam diri (fitrah) sehingga karakter tersebut akan melekat kuat dengan latihan melalui pendidikan sehingga akan terbentuk akhlakul karimah. Menurut Bambang Q-Anees dan Adang Hambali (2008: 103) ada dua paradigma dasar pendidikan karakter, pertama, paradigma yang memandang pendidikan karakter dalam cakupan pemahaman moral yang sifatnya lebih sempit (narrow scope to moral education). Pada paradigma ini disepakati telah adanya karakter tertentu yang tinggal diberikan kepada peserta didik. Kedua, melihat pendidikan dari sudut pandang pemahaman isu-isu moral yang lebih luas. Paradigma ini memandang pendidikan karakter sebagai sebuah pedagogi, menempatkan individu yang terlibat dalam dunia pendidikan sebagai pelaku utama dalam pengembangan karakter. Paradigma kedua
memandang peserta didik sebagai agen tafsir, penghayat, sekaligus pelaksana nilai melalui kebebasan yang dimilikinya. Pendidikan karakter tidaklah bersifat teoritis (meyakini telah ada konsep yang akan dijadikan rujukan karakter), tetapi melibatkan penciptaan situasi yang mengkondisikan peserta didik mencapai pemenuhan karakter utamanya. Penciptaan konteks (komunitas belajar) yang baik, dan pemahaman akan konteks peserta didik (latar belakang dan perkembangan psikologi) menjadi bagian dari pendidikan karakter (Q-Anees dan Hambali, 2008: 104). Perilaku yang dibimbing oleh nilai-nilai utama sebagai bukti dari karakter, pendidikan karakter tidak meyakini adanya pemisahan antara roh, jiwa, dan badan. Karena harus ini melalui perkataan, keyakinan, dan penindakan. Tanpa tindakan, semua yang diucapkan dan diyakini bukanlah apa-apa. Tanpa keyakinan, tindakan dan perkataan tidak memiliki makna. Tanpa pernyataan dalam perkataan, penindakan dan keyakinan tidak akan terhubung. Jadi model Pendidikan karakter di sini yang dimaksud adalah kerangka konseptional pendidikan dengan proses membiasakan anak melatih sifat-sifat baik yang ada dalam dirinya sehingga proses tersebut dapat menjadi kebiasaan dalam diri anak. Dalam pendidikan karakter tidak hanya bertujuan untuk mencerdaskan anak dalam aspek kognitif saja, akan tetapi juga melibatkan emosi dan spiritual, tidak sekedar memenuhi otak anak dengan ilmu pengetahuan, tetapi juga dengan mendidik akhlak anak dipersiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan respek terhadap lingkungan sekitarnya.
B. Landasan Dasar Model Pendidikan Karakter Pendidikan karakter berorientasi pada pembentukan manusia yang berakhlak mulia dan berkepribadian luhur. Maka dalam hal ini, landasan dasar dari pada pendidikan karakter adalah sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, yaitu : Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan karakter didasarkan pada UU Sisdiknas karena dalam uraian undang-undang tersebut salah satu tujuan dari pendidikan adalah dapat mengembangkan potensi manusia. Yang mana arah dari pengembangan potensi tersebut adalah terwujudnya akhlak mulia. Hal ini sesuai dengan maksud dan tujuan daripada pendidikan karakter. Selain itu, pendidikan karakter juga sesuai dengan Al-Qur’an :
aَ ْ S 3 ا#ُ ُ َ ) َ َ َ و3 Vً "ْ P َ ن َ ْ ُ َْ َ Z َ ْ#ُ $ِ َ 3 ن ُا ِْJ ُ ُ ْ ِّ ْ#ُ َ َ ْ َاe ُ وَا (٧٨ : )F )ا.َ ُ ُوْنA ْ َ ْ#ُ 3َ َ َ> َةVِ ;ْ Z َ ْ ْ\َ َر َواZ َ َْوا Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur. (Q.S. An-Nahl : 78) (Departemen Agama RI., 2008: 269). Menurut Dr. Muhammad Fadhil al-Djamaly yang dikutip oleh M. Arifin (2005: 44), bahwa dalam ayat tersebut memberikan sebuah petunjuk bahwa manusia harus melakukan usaha pendidikan aspek eksternal (mempengaruhi dari luar diri anak didik). Dengan kemampuan yang ada dalam diri anak didik terhadap pengaruh eksternal yang bersumber dari fitrah itulah, maka
pendidikan secara operasional bersifat hidayah (petunjuk). Kaitannya dengan pendidikan karakter adalah bahwa pendidikan karakter adalah sebuah usaha pendidikan dalam proses pengembangan potensi (fitrah) manusia dari sisi eksternal yang berupa pengaruh lingkungan. Dalam hadits Rasulullah Muhammad SAW dikatakan
," e اI g e ل ا4 ? ل ر: ? ل, e اTW ة رK هT ا , K> K h ; ةJ; I > K Zد ا :# 4و نSF )ء ه ! " ! " H اQ$ آ,7 S: Kأو.,7 \ Kاو e ة اJ;) :, e اTW ة رK ل أ ه8K #d ,> ء "; h )روا.(#"8 اK> اj ذe اk c )K>H Z " ا سJ; T$ ا ( رىcH ا “Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.: Rasululloh Saw. pernah bersabda “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah (keimanan terhadap tauhid [tidak mempersekutukan Allah]) tetapi orang tuanyalah menjadikan dia seorang yahudi atau nasrani atau majusi sebagaimana seekor hewan melahirkan seekor hewan yang sempurna. Apakah kau melihatnya buntung? “Kemudian Abu Hurairah membacakan ayat – ayat suci ini : ( Tetaplah atas ) fitrah manusia menurut fitrah itu. ( Hukum – hukum ) ciptaan Allah tidak dapat diubah. Itulah agama yang benar. Tetapi sebagian manusia tidak mengetahui.” (H.R. Bukhori) (Azzubaidi, 2003: 272-273).
Pendidikan sebagai suatu proses pengembangan potensi kreatifitas peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepadaِAllah SWT, cerdas terampil, memiliki etos kerja yang tinggi berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa, dan negara serta agama. Dalam Islam manusia mempunyai kemampuan dasar yang disebut dengan “fitrah”. Secara epistimologis “fitrah” berarti “sifat asal, kesucian, bakat, dan pembawaan”. Secara terminologi, Muhammad al-Jurjani menyebutkan, bahwa “fitrah” adalah: Tabiat yang siap
menerima agama Islam. Pendidikan adalah upaya seseorang untuk mengembangkan potensi tauhid agar dapat mewarnai kualitas kehidupan pribadi seseorang (Armai, 2004: 3 – 8). C. Tujuan Model Pendidikan Karakter Model pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik) yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal. Selain itu, untuk membentuk manusia yang lifelong learners (pembelajar sejati) (Supriyogo, http://www.co.id/file/indonesiaberprestasi/presentasi). Sedangkan Koesoema (2007: 135) dalam bukunya mengungkapkan untuk kepentingan pertumbuhan individu secara integral, pendidikan karakter semestinya memiliki tujuan jangka panjang yang mendasarkan diri pada tanggapan aktif kontekstual individu atas impuls natural sosial yang diterimanya yang pada gilirannya semakin mempertajam visi hidup yang akan diraih lewat proses pembentukan diri terus-menerus. Tujuan jangka panjang ini tidak sekedar berupa idealisme yang penentuan sarana untuk mencapai tujuan tidak dapat diverifikasi, melainkan sebuah pendekatan dialektis yang saling mendekatkan antara yang ideal dengan kenyataan, melalui proses refleksi dan interaksi terus menerus, antara idealisme, pilihan sarana, dan hasil langsung yang dapat dievaluasi secara objektif. Hal tersebut bermaksud bahwa pendidikan karakter berperan dalam mengembangkan manusia secara individu, yang mana keluarga dan sekolah
harus mendukungnya dengan bekerjasama memberikan pendidikan secara praktek sebagai kelanjutan dari proses pengajaran secara material di sekolah. Sedangkan Koesoema (2007: 135) dalam bukunya mengungkapkan untuk kepentingan pertumbuhan individu secara intergral, pendidikan karakter semestinya memiliki tujuan jangka panjang yang mendasarkan diri pada tanggapan aktif kontekstual individu atas impuls natural sosial yang diterimanya yang pada gilirannya semakin mempertajam visi hidup yang akan diraih lewat proses pembentukan diri terus-menerus. Tujuan jangka panjang ini tidak sekedar berupa idealisme yang penentuan sarana untuk mencapai tujuan tidak dapat diverifikasi, melainkan sebuah pendekatan dialektis yang saling mendekatkan antara yang ideal dengan kenyataan, melalui proses refleksi dan interaksi terus menerus, antara idealisme, pilihan sarana, dan hasil langsung yang dapat dievaluasi secara objektif . Tujuan pembentukan karakter menghendaki adanya perubahan tingkah laku, sikap dan kepribadian pada subjek didik tersebut sebagaimana dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 10 sebagai berikut:
َِ ن َ ۡ َ ۡ َ ف َو ِ ن ِﭑ ۡ َ ۡ ُو َ س َ ۡ ُ ُو ِ 3 ِ ۡ َ ِ ۡ ٍ! ُأ3 ۡ َ"ۡ َ ُأ#$ُ ُآ ...,ِۗ 3 ن ِﭑ َ ُ ِ ۡ&ُ ٱ ۡ ُ َ ِ َو Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah ... (QS. Ali Imran: 110) (Soenarjo, 2008: 94) Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa tujuan pembentukan karakter melalui pendidikan karakter berisi:
1. Pembentukan insan saleh Insan saleh adalah manusia yang mendekati kesempurnaan. Manusia yang penuh dengan keimanan dan ketakwaan, berhubungan dengan Allah, memelihara dan menghadap kepada-Nya dalam segala perbuatan yang dikerjakannya dan segala perasaan yang berdetak dijantungnya. Ia adalah manusia yang mengikuti jejak langkah Rasulullah dalam pikiran dan perbuatannya (Langgulung, 2008: 137). Pembentukan insan saleh ini juga berhubungan dengan kedudukan manusia sebagai khalifah Allah di bumi. Ia mempunyai tanggung jawab dan risalah ketuhanan yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu, ia akan selalu menuju dan mendekati kesempurnaan walaupun kesempurnaan itu sulit dicapai, karena pada hekekatnya kesempurnaan hanya milik Allah semata. 2. Pembentukan masyarakat saleh Masyarakat saleh adalah masyarakat yang percaya bahwa ia mempunyai risalah untuk umat manusia, yaitu risalah keadilan, kebenaran dan kebaikan. Suatu risalah yang kekal selama-lamanya, tak akan terpengaruh oleh faktor waktu dan tempat (Langgulung, 2008: 139). Perubahan yang terjadi pada diri seseorang harus diwujudkan dalam suatu landasan yang kokoh serta berkaitan erat dengannya, sehingga perubahan yang terjadi pada dirinya itu akan menciptakan arus perubahan yang akan menyentuh orang lain.
Hal tersebut bermaksud bahwa pendidikan karakter berperan dalam mengembangkan manusia secara individu, yang mana keluarga dan sekolah harus mendukungnya dengan bekerjasama memberikan pendidikan secara praktek sebagai kelanjutan dari proses pengajaran secara material di sekolah. Jadi, pada intinya pendidikan karakter adalah bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan dan membentuk manusia secara keseluruhan serta mengembangkan potensi yang dimilikinya. Yang tidak hanya memiliki kepandaian dalam berpikir tetapi juga respek terhadap lingkungan, dan juga melatih setiap potensi diri anak agar dapat berkembang ke arah yang positif. Selain itu, pendidikan karakter juga berfungsi untuk menumbuhkan kesadaran diri. Kesadaran diri ini pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga negara, sebagai bagian dari lingkungan serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal untuk meningkatkan diri sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun lingkungannya. Jika kesadaran diri sebagai makhluk Tuhan, sebagai makhluk sosial dan makhluk lingkungan, serta kesadaran diri akan potensi diri dapat dikembangkan akan mampu menumbuhkan kepercayaan diri pada anak, karena mengetahui potensi yang dimiliki, sekaligus toleransi kepada sesama teman yang mungkin saja memiliki potensi yang berbeda. Jadi, pada intinya pendidikan karakter adalah bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan dan membentuk manusia secara keseluruhan serta mengembangkan potensi yang dimilikinya. Yang tidak hanya memiliki
kepandaian dalam berpikir tetapi juga respek terhadap lingkungan, dan juga melatih setiap potensi diri anak agar dapat berkembang ke arah yang positif. Selain itu, pendidikan karakter juga berfungsi untuk menumbuhkan kesadaran diri. Kesadaran diri ini pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga negara, sebagai bagian dari lingkungan serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal untuk meningkatkan diri sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun lingkungannya. Jika kesadaran diri sebagai makhluk Tuhan, sebagai makhluk sosial dan makhluk lingkungan, serta kesadaran diri akan potensi diri dapat dikembangkan akan mampu menumbuhkan kepercayaan diri pada anak, karena mengetahui potensi yang dimiliki, sekaligus toleransi kepada sesama teman yang mungkin saja memiliki potensi yang berbeda. D. Metode dalam Model Pendidikan Karakter Islami Koesoema (2007: 212-217) mengajukan 5 (lima) metode pendidikan karakter (dalam penerapan di lembaga sekolah) yaitu mengajarkan, keteladanan, menentukan prioritas, praktis prioritas dan refleksi. 1.
Mengajarkan. Pemahaman konseptual tetap dibutuhkan sebagai bekal konsep-konsep nilai yang kemudian menjadi rujukan bagi perwujudan karakter tertentu. Mengajarkan karakter berarti memberikan pemahaman pada peserta didik tentang struktur nilai tertentu, keutamaan, dan maslahatnya.
Mengajarkan
nilai
memiliki
dua
faedah,
pertama,
memberikan pengetahuan konseptual baru, kedua, menjadi pembanding
atas pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik. Karena itu, maka proses mengajarkan tidaklah monolog, melainkan melibatkan peran serta peserta didik 2.
Keteladanan. Manusia lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat. Keteladanan menepati posisi yang sangat penting. Guru harus terlebih dahulu memiliki karakter yang hendak diajarkan. Peserta didik akan meniru apa yang dilakukan gurunya ketimbang yang dilaksanakan sang guru. Keteladanan tidak hanya bersumber dari guru, melainkan juga dari seluruh manusia yang ada dalam lembaga pendidikan tersebut. Juga bersumber dari orang tua, karib kerabat, dan siapapun yang sering berhubungan dengan peserta didik. Pada titik ini, pendidikan karakter membutuhkan lingkungan pendidikan yang utuh, saling mengajarkan karakter.
3.
Menentukan prioritas. Penentuan prioritas yang jelas harus ditentukan agar proses evaluasi atas berhasil atau tidak nya pendidikan karakter dapat menjadi jelas, tanpa prioritas, pendidikan karakter tidak dapat terfokus dan karenanya tidak dapat dinilai berhasil atau tidak berhasil. Pendidikan karakter menghimpun kumpulan nilai yang dianggap penting bagi pelaksanaan dan realisasi visi lembaga. Oleh karena itu, lembaga pendidikan memiliki kewajiban. Pertama, menentukan tuntutan standar yang akan ditawarkan pada peserta didik. Kedua, semua pribadi yang terlibat dalam lembaga pendidikan harus memahami secara jernih apa nilai yang akan ditekankan pada lembaga pendidikan karakter ketiga. Jika lembaga ingin menentukan perilaku standar yang menjadi ciri khas
lembaga maka karakter lembaga itu harus dipahami oleh anak didik , orang tua dan masyarakat. 4.
Praksis prioritas. Unsur lain yang sangat penting setelah penentuan prioritas karakter adalah bukti dilaksanakan prioritas karakter tersebut. Lembaga pendidikan harus mampu membuat verifikasi sejauh mana prioritas yang telah ditentukan telah dapat direalisasikan dalam lingkungan pendidikan melalui berbagai unsur yang ada dalam lembaga pendidikan itu.
5.
Refleksi. Berarti dipantulkan ke dalam diri. Apa yang telah dialami masih tetap terpisah dengan kesadaran diri sejauh ia belum dikaitkan, dipantulkan dengan isi kesadaran seseorang. Refleksi juga dapat disebut sebagai proses bercermin, mematut-matutkan diri ada peristiwa/konsep yang telah teralami.
E. Model Pendidikan Karakter yang Islami Manusia adalah salah satu makhluk Allah yang diciptakan dengan potensi, yaitu disebut dengan fitrah (potensi baik). Dalam kaitannya dengan pembentukan akhlak adalah bahwa fitrah dalam diri dapat dikembangkan dengan pendidikan, yang kemudian dapat terbentuk akhlak manusia. Kata fitrah memiliki arti seperti dalam kata A7 أ. J; .k
yang
dimaksud kata di atas adalah ciptaan asal atau blue print yang diciptakan Allah SWT kepada manusia, dalam blue print itu, pada diri manusia diberikan sumber daya atau potensi menuju pada tujuan diri manusia yaitu
#K 8
نS7q اk
S] أI; untuk menciptakan manusia menjadi Abid dan khalifah, yang
ujungnya nanti menuju kebahagiaan dunia Akhirat.
Kata-kata yang biasannya digunakan dalam Al-Qur'an untuk menunjukkan bahwa Allah SWT menyempurnakan pola dasar penciptaan atau melengkapi penciptaan itu adalah kata ja’ala yang artinya menjadikan, yang diletakkan dalam satu ayat setelah kata khalqa dan ansyaa, perwujudan dan penyempunaan selanjutnya diserahkan pada manusia (Achmadi, 2005: 41). Misalnya:
ِ" ً َ\ِ" ًا4 َ hُ َ ْ َ : َ ;َ ,ِ "ِ$َ Hْ 73 ج ٍ A َ ْ ٍ! َأ6َ J ْ 7s ِ ن َ S َ 7ِtْ َ ا8ْ ََ 73 ِإ Sesungguhnya kami telah menciptakan (kholaqna) manusia dari setetes air mani yang bercampur, yang Kami hendak mengujinya. Karena itu Kami jadikan(ja’alna) dia mendengar dan melihat. (Q.S. Al-Insan: 2) (Soenarjo, 2008: 1003).
ن َ ُ ُوA َْ 3 Y ً "ِ?َ َ> َةVِ ;ْ َْ \ َر وَا َ ْ َْ وَاaَ ْ S 3 ا#ُ ُ َ ) َ َ َ ْ َو#َ ُآA َ 7َِى أu3ُه َ ا Dialah Yang menciptakan kamu (ansyaakum) dan menjadikan (ja’ala) bagimu pendengaran, penglihatan dan hati (fuad), Tetapi amat sedikit kamu bersyukur.(Q.S. al-Mulk: 23) (Soenarjo, 2008: 957)”
َ َ "ْ ََ س َ 3َ اJ َ ;َ Tِ$3 ا,ِ 3 َ َة اJ ْ ;ِ ً6"ِ ] َ ِ Kv> ِ j َ َ ْ ْ َو#?ِ َ;َ ن َ ُ َْ Kَ َ س ِ 3 َ اwَ َأ ْآ3 ِ َ َو#ُ "v8َ ْ ُ اKv> اj َ ِ َذ,ِ 3 اk ِ ْc َِ) َ Kِ>Hْ َ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah SWT, tetaplah atas fitah Allah SWT yang telah menciptakan (fathara) manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah SWT. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Q.S. ar-Rum: 30) (Soenarjo, 2008: 645).
Dari ketiga ayat tersebut dapat dipahami bahwa: Pertama, penciptaan manusia yang menggunakan kata khalaqa dan ansyaa baru pernyataan (informasi) pendahuluan, belum final. Baru lengkap dan sempurna setelah diikuti dengan kata ja’ala.
Kedua, penciptaan yang menggunakan kata fathara sudah final, manusia tinggal melaksanakan atau mewujudkannya. Ketiga, pernyataan Allah SWT setelah kata-kata ja’ala menunjukkan potensi dasar yang merupakan bagian integral dari fitrah manusia, seperti pendengaran, penglihatan, akal-pikiran sebagai SDM. Berbangsa-bangsa dan bersuku-suku sebagai potensi sosial. Semua itu baru bermakna bagi kehidupan manusia
apabila
manusia
mensyukurinya,
dalam
artian
maupun
menggunakannya dengan baik, memelihara dan meningkatkan daya gunanya. Menurut Aisyah Abdurrahman binti Syaty penggunaan kata ja’ala merupakan kelengkapan potensi manusia untuk melihat dan mengembangkan fitrahnya (Achmadi, 2005: 42-43). Kata fitrah dalam ayat di atas berkonotasi pada paham Nativisme, di mana dalam paham ini menyatakan bahwa perkembangan manusia secara mutlak ditentukan oleh potensi dasarnya, yaitu pembawaan atau faktor keturunan (hereditas) (Iman, t.th: 27). Hal ini sesuai dengan Hadits Rasulullah SAW:
:ي?ل v ِ ْهys ا 5 ُ 7ُ K 7 H أ: e> اH 7 H > أن أH d>] e ل ا4 ? ل ر: ? ل, e اTW> رH ! 4 أT7 H أ ,ِ َةJ ْ 6ِ ْ اI َ َ >ُ َْ Kُ Z 3 َ ِ ْ َ ُْ ْ ٍد ِإ: # 4 و," e اI g (ي h)روا.,ِ 7ِ S َ: v َ Kُ ْ َأو,ِ 7ِ \ َا 3 َ Kُ ْ َأو,ِ 7ِ دَاv َ Kُ hُ ;ََ َ َا Telah menceritakan kepada kita, Abdan telah mengabarkan kepada kita, Abdullah telah mengabarkan kepada kita Yunus dari Zuhri, telah mengabarkan kepada kami Abu salamah bin Abdurrohman, sesungguhnya Abu Hurairah ra. Berkata: Tiada seorangpun anak yang lahir kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak itu Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (HR. Bukhari). (AlBukhari, t.th: 413)
Dari Hadits tersebut di atas, jelas bahwa meskipun manusia lahir dengan fitrahnya (potensi baik) untuk menjadikan manusia baik (insan kamil) tetap memerlukan pendidikan dan pembinaan. Nah, dalam kaitannya fitrah dengan pendidikan karakter adalah bahwa pendidikan karakter berfungsi untuk mengembangkan potensi-potensi baik yang ada dalam diri manusia, sehingga potensi itu tetap terjaga pada kebaikan. Fitrah baik tidak menjamin manusia akan menjadi baik selamanya, karena manusia hidup di lingkungan yang mampu mempengaruhi atau bahkan merubah fitrah tersebut. Dalam pendidikan karakter ditanamkan nilai-nilai dan karakter-karakter yang dapat mengembangkan potensi manusia. Sebagai manusia yang dibekali akal dan pikiran diperlukan proses pendidikan yang bertujuan untuk mengarahkan potensi itu ke jalan yang baik terutama menuju terciptanya insan kamil yang mempunyai akhlakul karimah. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Abdul Fattah Jalal sebagaimana dikutip Ahmad Tafsir (2003: 39) bahwa, “kata ‘Aqala dalam Al Quran kebanyakan dalam bentuk fi’il (kata kerja); hanya sedikit dalam bentuk ism (kata benda)”. Lebih lanjut Abdul Fattah Jalal mengatakan bahwa, “kata ‘aqal menghasilkan ‘aqaluhu, ta’qilana, na’qilu, ya’qiluha dan ya’qiluna dimuat dalam Al Quran di 49 tempat. Kata albab, jamak kata lubbun yang berarti akal terdapat di 16 tempat dalam Al Quran”. Oleh karena itu pula pembangunan tidak mungkin berjalan hanya dengan kesenangan melontarkan fitnah pada lawan-lawan politik atau hanya mencari kesalahan orang lain. Yang diperlukan dalam pembangunan ialah
keikhlasan, kejujuran, jiwa kemanusiaan yang tinggi. Sesuai nya kata dengan perbuatan, prestasi kerja, kedisiplinan, jiwa dedikasi dan selalu berorientasi kepada hari depan dan pembaharuan. Dengan
adanya
penerapan
pendidikan
tersebut,
maka
akan
terbentuklah sosok manusia cerdas, kreatif dan berakhlakul karimah yang siap membangun “peradaban dunia” yang lebih baik dengan landasan iman dan takwa kepada Allah. Pendidikan modern adalah pembinaan yang hanya terfokus pada perkembangan jasmani saja, sehingga terdapat persoalan mendasar yaitu pendidikan tidak berhasil dalam membangun masyarakat seutuhnya. Manusia yang dididik dalam paradigma yang demikian akan mengalami kekosongan bathiniah atau akan kehilangan ruh pendidikannya. sebaliknya, pendidikan
Justru yang terjadi
menghasilkan pribadi-pribadi
yang cenderung
konsumtif, bermewah-mewah, dan berpacu untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya tanpa mengindahkan cara dan perilaku yang baik, mekanisme kerja yang berkualitas, dan menjunjung tinggi kesederhanaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nahlawy (2003: 123-124) bahwa Pendidikan Islam yang meletakkan segala perkara dalam posisi yang alamiah memandang segala aspek perkembangan manusia sebagai sarana mewujudkan karakter ideal, yaitu penghambaan dan ketaatan pada Allah SWT serta pengaplikasian nilai-nilai Islam dan syari’at dalam kehidupan sehari-hari. Dengan usaha yang demikian diharapkan dapat mencetak anak didik yang tidak hanya pandai, dan berprestasi, namun juga mempunyai karakter iman
dan akhlak al-karimah. Karena Islam memelihara aspek yang lebih luas baik dari aspek fisik maupun mental- spiritual, intelektual, perilaku, sosial dan pengalaman. Islam menganut pendidikan sebagai suatu proses spiritual, akhlak, intelektual yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai, prinsip-prinsip dan teladan ideal dalam membentuk karakter, juga bertujuan mempersiapkan untuk kehidupan di dunia dan akhirat. Ia juga bertujuan mengembangkan tujuan pribadinya dan memberinya segala pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang berguna disamping mengembangkan ketrampilan diri sendiri yang berkesinambungan tidak terbatas oleh waktu dan tempat kecuali taqwa. Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 282.
ٌ#"َِ ْ ٍءTP َ ) v ُ ِ ,ُ 3 وَا,ُ 3 ا#ُ ُ ُ vَ Kُ َو,َ 3 ا ا8ُ 3 وَا …Bertaqwalah kamu kepada Allah SWT niscaya Allah SWT akan mengajarmu, sebab Allah SWT maha mengetahui segala sesuatu. (QS AlBaqoroh: 282) (Soenarjo, 2008: 71).
Sistem nilai atau sistem moral yang dijadikan kerangka acuan yang menjadi rujukan cara berperilaku lahiriah dan rohaniah manusia muslim ialah nilai dan moralitas yang diajarkan oleh agama Islam sebagai wahyu Allah, yang diturunkan kepada utusan-Nya yaitu Nabi Muhammad SAW. Nilai dan karakter Islami adalah bersifat menyeluruh, bulat dan terpadu, tidak terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri. Suatu kebulatan nilai dan moralitas itu mengandung aspek normatif (kaidah, pedoman) dan operatif (menjadi landasan amal perbuatan).
Nilai-nilai yang tercakup di dalam sistem nilai Islami yang merupakan komponen atau subsistem adalah sebagai berikut: a. Sistem nilai kultural yang senada dan senafas dengan Islam. b. Sistem nilai sosial yang memiliki mekanisme gerak yang berorientasi kepada kehidupan sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat. c. Sistem nilai yang bersifat psikologis dari masing-masing individu yang didorong oleh fungsi-fungsi psikologis nya untuk berperilaku secara terkontrol oleh nilai yang menjadi sumber rujukan nya, yaitu Islam. d. Sistem nilai tingkah laku dari makhluk (manusia) yang mengandung interelasi atau interkomunikasi dengan yang lainnya. Tingkah laku ini timbul karena adanya tuntutan dari kebutuhan mempertahankan hidup yang banyak diwarnai oleh nilai-nilai yang motivatif dalam pribadinya (Arifin, 2003: 126). Perlu dijelaskan bahwa apa yang disebut "nilai" adalah suatu pola normatif yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsifungsi
bagian-bagiannya.
Nilai
lebih
mengutamakan
berfungsinya
pemeliharaan pola dari sistem sosial. Sedangkan pengertian "norma" di sini ialah suatu pola yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu bagian (unit) atau kelompok unit yang ber aspek khusus dan yang membedakan dari tugas-tugas kelompok lainnya (Arifin, 2003: 128).
Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia namun ilmu itu harus diletakkan secara proporsional dan memihak pada nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan, begitu juga dalam proses pendidikan karakter anak, perlu penanaman nilai akhlak dengan baik agar nantinya akhlak yang dimiliki oleh anak dapat berkembang dan berguna bagi dirinya dan lingkungannya. F. Nilai Model Pendidikan Karakter Islami Secara umum nilai-nilai karakter atau budi pekerti ini menggambarkan sikap dan perilaku dalam hubungan dengan tuhan, diri sendiri, masyarakat dan alam sekitar, mengutip pendapat Lickona pendidikan karakter secara psikologis harus mencakup dimensi penalaran berlandasan moral (moral reasoning), perasaan berlandasan moral (moral feeling), dan perilaku berasaskan moral(moral behavior). Secara umum nilai-nilai karakter atau budi pekerti ini menggambarkan sikap dan perilaku dalam hubungan dengan tuhan, diri sendiri, masyarakat dan alam sekitar. Mengutip pendapat Lickona (2003),”pendidikan karakter secara psikologis harus mencakup dimensi penalaran berlandasan moral (moral reasoning), perasaan berlandasan moral (moral feeling),dan perilaku berasaskan moral (moral behavior) Nilai-nilai karakter bersumber dari agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. Sesuai dengan hasil kajian puskur, nilai karakter yang diimplementasikan di sekolah meliputi (Pusat Kurikulum Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter Tahun 2011).
Nilai-nilai Pendidikan Karakter No
Nilai
Deskripsi Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
1.
Religius agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
2.
Jujur
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
3.
Toleransi
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
4.
Disiplin pada berbagai ketentuan dan peraturan. Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
5.
Kerja keras
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-sebaiknya. Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
6.
Kreatif cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7.
Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai 8.
Demokratis sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
9.
Rasa ingin tahu
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang
Semangat 10.
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kebangsaan kepentingan diri dan kelompoknya. Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
11.
Cinta tanah air terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya bangsa. Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk Menghargai
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
prestasi
dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
12.
lain. Bersahabat/
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
Komunikatif
bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.
13.
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan 14.
Cinta damai
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15.
Gemar membaca
Kebiasaan
menyediakan
waktu
untuk
membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah 16.
Peduli lingkungan kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya. Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
17.
Peduli sosial pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
18.
Tanggung jawab
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Sedangkan wujud nilai dalam pendidikan karakter islami merupakan implikasi pengembangan fitrah untuk mendidik akhlak kepada para peserta didik, dan ini tidak hanya menjadi tugas pendidik agama Islam tapi juga pendidik mata pelajaran lain, karena pendidikan akhlak juga bisa didekati dengan mata pelajaran seperti pelajaran kimia, matematika atau pendidikan lain dengan mengaitkan mata materi itu dengan kajian karakter akhlakul karimah. Ada beberapa nilai yang dapat dikembangkan dalam pendidikan karakter Islami dalam rangka mengelola potensi anak. Nilai-nilai yang dimaksud di sini adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan akhlak terpuji, beberapa nilai yang dapat dikembangkan karakter Islami siswa adalah:
1. Nilai keimanan Iman adalah meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Beriman kepada Allah berarti meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan perintahnya dengan perbuatan. Allah adalah pencipta. Allah telah menciptakan bumi yang mengalir sungai-sungai. Dia-lah yang menumbuhkan beraneka macam tanaman dan pohon-pohonan. Dari air yang sejuk manusia dapat minum sepuas hatinya, dan dari tanam-tanaman manusia makan buah-buahan. Manusia dapat merasakan kenikmatan dari Allah. Allahlah yang menciptakan manusia. Oleh sebab itu menjadi kewajiban manusia untuk mengagungkan-Nya, menghormati dan mencintai Allah lebih dari pada yang lainnya. Kita wajib melaksanakan apa yang diperintah-Nya, dan meninggalkan semua yang menjadi larangan-Nya (Ismail, t.th: 9). 2. Nilai Keikhlasan Ikhlas adalah perbuatan yang mulia yang berarti melakukan amal kebajikan semata-mata karena mengharapkan ridha dari Allah. Ikhlas merupakan ruh dari semua amal manusia. 3. Nilai Kesabaran Sabar bukan berarti menyerah tanpa syarat, tetapi sabar adalah terus berusaha dengan hati yang tetap, sampai cita-cita berhasil dan dikala menerima cobaan dari Allah Swt, rida dan dengan hati yang ikhlas (Umary, 2003: 52).
Secara umum sabar ditujukan kepada segenap makhluk jenis manusia dan secara khusus sasarannya adalah orang-orang yang beriman. Orang-orang yang beriman akan menghadapi
tantangan,
gangguan
ujian, cobaan, yang menuntut pengorbanan harta benda dan jiwa yang berharga bagi mereka (Qordhowi, 2003: 20). Telah menjadi sunatullah, manusia selalu berhadapan dengan lawan yang selalu melakukan tipu daya, merencanakan kejahatan dan mencuri kesempatan untuk menimbulkan kerugian dan bencana. Hal ini dapat dilihat secara historis perjalanan Nabi-Nabi utusan Allah dalam menyampaikan ayat-ayat-Nya (kebenaran) di muka bumi ini. Allah menciptakan Iblis bagi Nabi Adam, Raja Namruz bagi Nabi Ibrahim, Fir’aun bagi Nabi Musa, Abu Jahal dan kawan-kawannya bagi Nabi Muhammad SAW. 4. Nilai Syukur Bersyukur artinya merasa senang karena memperoleh kenikmatan dari Allah Swt kemudian menambah semangat dalam beribadah kepada Allah, bertambah iman dan banyak berdzikir. Orang yang salah dalam menggunakan kenikmatan yaitu untuk mengikuti hawa nafsu dianggap kufur, yakni menutupi kenikmatan Allah yang diberikan Allah kepadanya. Pengetahuan Rasulullah tentang Allah tidak dapat ditandingi. Rasulullah adalah orang yang paling utama dalam cinta dan takut kepadaNya sebagai wujud rasa syukurnya.
Rasulullah SAW sekalipun sudah dimuliakan Allah dengan risalah (kerasulan beliau) dengan sebutan sebagai utusan dan pilihan Allah, bahkan ditegaskan oleh Allah bahwa dosa beliau sudah diampuni, namun beliau adalah manusia yang paling giat beribadah. 5. Nilai keadilan Keadilan adalah memenuhi hak seseorang sebagaimana mestinya, tanpa membeda-bedakan siapakah yang harus menerima hak itu. Menurut Ibn Miskawaih, adil ialah sifat yang utama bagi setiap manusia yang timbulnya dari tiga sifat yaitu : al-Hikmah (kebijaksanaan), al-Iffah (memelihara diri dari maksiat) dan Asy-Syaja’ah (keberanian). Ketiga keutamaan-keutamaan itu saling berdampingan satu dengan lainnya serta tunduk pada kekuatan pembeda, sehingga tidak saling mengalahkan dan masing-masing tidak berjalan sendiri. Dengan bekerja samanya tidak kekuatan itu jadilah manusia yang memiliki satu sifat yang dengan sifat itu ia selalu adil terhadap dirinya dan terhadap orang lain, berani mengambil haknya dan mengembalikannya kepada orang yang memilikinya. 6. Nilai kedermawanan Ajaran Islam menekankan kepada semua aspek kehidupan manusia. Islam menganjurkan pengorbanan dan kemurahan dalam memberi untuk memperkuat ikatan cinta dan kasih sayang antara si kaya dan si miskin. Islam juga sangat membenci kekikiran dan ketiadaan moral. Islam menanamkan akan cinta dalam masyarakat Islam dengan
mengatur perasaan manusia dan rasa persaudaraan di antara sesama muslim. Islam melarang sifat kikir yang menghalangi kaum muslimin dari membayar zakat, membantu orang miskin dan menafkahkan harta di jalan Allah yang menjauhkan seseorang dari kebahagiaan dan ketentraman dan meninggalkan dalam penderitaan. 7. Nilai pemaafan Orang lain yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan. Pemaaf ini hendaknya disertai dengan kesadaran bahwa yang memaafkan berpotensi pula melakukan kesalahan (Shihab, 2006: 267). Karakter yang baik kepada orang lain merupakan ciri sifat orang yang taqwa. Menafkahkan hartanya di waktu senang dan susah, berbuat sabar terhadap orang lain dengan mengendalikan diri untuk menahan amarah nya merupakan perbuatan kebajikan. Firman Allah:
{ َ "ْ Mَ ْ | ِ" َ ا ِ َ ْ ا ِء وَا3 } 3 ا ِء وَا3 S 3 اTِ; َ ن8ُ 6ِ ْ Kُ َ Kِu3ا ال/ َ "ِ S ِF ْ ُ ْ اb s F ِ Kُ ,ُ 3 س وَا ِ 3 وَا ْ َ ;ِ" َ َ ِ ا 2١٣٤:ان Orang-orang yang menafkahkan hartanya di waktu lapang dan sempit, dan orang-orang yang menahan amarah nya dan memaafkan kesalahan orang lain Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (QS Ali Imran: 134) (Soenarjo, 2008: 137)
Islam juga mengajarkan, Allah swt maha pengampun. Dia bersedia memaafkan atas segala kesalahan umatnya dengan adanya cinta yang tertanam di dalam hati manusia. Oleh karena itu manusia seharusnya mudah pula memaafkan sesama dan menjauhi dari sifat permusuhan .
Sesungguhnya Allah swt itu maha pengasih oleh sebab itu Dia memaafkan segala dosa-dosa umatnya jika umat tersebut mau bertobat. Sikap yang harus ditanamkan dalam jiwa manusia adalah saling menyayangi dan mencintai sesama umat muslim. Adanya cinta kasih antar sesama umat maka akan berdampak pada kerukunan. Dan semuanya akan terwujud apabila ada satu diantara sesama muslim berbuat kesalahan, kemudian muslim yang lain memaafkan. Jika senantiasa terjadi demikian, tidak akan terjadi kerusakan antar sesama muslim seperti yang terjadi selama ini. 8. Nilai pemeliharaan Pada dasarnya karakter yang diajarkan al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap
alam.
Kekhalifahan
mengandung
arti,
pengayoman,
pemeliharaan, serta pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Firman Allah :
ٌ#َ ُأ3 ِإ,ِ "ْ ] َ َ: َ ِ ُ "ِJKَ ٍ €ِ ` َ َض َو ِ ْ ا ْ َرTِ; !ٍ 3 َو َ ِ ْ دَا ن َ ُوA َF ْ Kُ ْ#ِ v َرIَ ِإ#3 dُ ْ ٍءTP َ ِْ ب ِ $َ ِ ْ اTِ; َ ` ْ 3 ;َ َ ْ#ُ ُ wَ ْ َأ 2٣٨/ Dan tiadakah binatang-binatang yang ada di bumi dan barangbarang yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umatumat (juga) seperti kamu. Tidaklah kami alpakan sesuatupun di dalam al-Kitab kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (QS Al-An’am : 38) (Soenarjo, 2008: 673).
Manusia menciptakan
tidak
makhluk
hanya lain
menciptakan seperti
flora
manusia dan
fauna,
tetapi
juga
semuanya
membutuhkan pemeliharaan dari manusia. Tugas manusia adalah berbuat dan bersikap baik pada makhluk itu. 9. Nilai pelestarian Manusia tidak boleh sewenang-wenang terhadap alam lingkungan, baik pada binatang maupun tumbuhan. Dalam pandangan akhlak Islam manusia tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, memetik bunga sebelum mekar karena hal ini tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaan nya. Sebagai orang Islam yang berakhlak yang baik, harus bersikap baik terhadap lingkungan, sayang terhadap binatang dan tumbuhan, dan menjaga kelestarian alam, karena alam dan segala isinya adalah tempat kita hidup, binatang dan tumbuhan kita manfaat kan dengan baik dan hendaknya kita juga menjaga nya, tidak menyakiti dan tidak membuat kerusakan. Manusia didorong membudidayakan dan dilarang membuat kerusakan setelah ada usaha melestarikan nya. Dari paradigma di atas maka diperlukan Prinsip keseimbangan yang harus diperjuangkan dalam kehidupan, melalui pendidikan karakter antara lain: 1. Keseimbangan antara kepentingan hidup dunia dan akhirat 2. Keseimbangan kebutuhan jasmani dan rohani 3. Keseimbangan kepentingan individu dan sosial 4. Keseimbangan antar ilmu dan amal (Arifin, 2004: 4).
Secara psikologis, karakter Islami individu dimaknai sebagai hasil keterpaduan empat bagian yaitu oleh hati, olah pikir, olah raga dan olah rasa dan
karsa.
olah
hati
berkenaan
dengan
perasaan,
sikap
dan
keyakinan/keimanan. Olah pikir berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif. Olah raga berkenaan dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi dan penciptaan aktifitas baru disertai sportivitas. Olah rasa dan karsa berkenaan dengan kemauan, motivasi dan kreativitas yang tercermin dalam kepedulian, citra dan penciptaan kebaruan.
BAB III MODEL PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI PADA PESERTA DIDIK DI SMK AL-MA’ARIF DEMAK TAHUN PELAJARAN 2013/2014
A. Gambaran Umum SMK Al-Ma’arif Demak 3. Sejarah Berdiri dan perkembangan SMK Al-Ma’arif Demak Sekolah Menengah Kejuruan Al Ma’arif Demak yang berdiri pada 28 maret 2009 merupakan bagian terpadu dari sistem Pendidikan Kejuruan di bawah naungan Yayasan Pendidikan Nahdlatul Ulama Demak, dan mendapatkan ijin operasionalnya pada tanggal 23 Maret tahun 2010. Pada mulanya, di tahun pelajaran 2010/2011 SMK Al Ma’arif membuka dua program jurusan diantaranya: a. TMO/TKR (Teknik Mesin Otomotif/Teknik Kendaraan Ringan) b. TKJ (Teknik Komputer Jaringan). Kemudian di tahun pelajaran 2011/2012, SMK Al Ma’arif membuka 4 program jurusan, yaitu: a. TMO/TKR (Teknik Mesin Otomotif/Teknik Kendaraan Ringan) TKJ (Teknik Komputer Jaringan) b. Tabus (Tata Busana) c. Tataboga Namun yang berjalan hanya TKR dan TKJ. Sebenarnya ke 4 program jurusan itu ada siswanya/peminatnya, karena gedungnya yang tidak mencukupi. Akhirnya hanya TKR dan TKJ yang jalan.
Untuk tahun pelajaran 2012/2013 ini, SMK Al Ma’arif membuka 4 program jurusan: a. TMO/TKR (Teknik Mesin Otomotif/Teknik Kendaraan Ringan) b. TKJ (Teknik Komputer Jaringan) c. Akutansi d. RPL (Rekayasa Perangkat Lunak) lagi-lagi peminatnya yang banyak adalah TKR dan TKJ. Sebenarnya ke 4 program jurusan itu ada siswanya/peminatnya. Dalam mempersiapkan tugas tersebut, SMK Al Ma’arif Demak telah mengembangkan sumberdaya manusia, terutama mengikuti program pengembangan tenaga kependidikan baik di dalam maupun di luar. Hal ini sebagai konsekuensi dari investasi besar dalam sumberdaya, khususnya sumber daya manusia, terutama untuk mempersiapkan diri menuju sekolah yang lebih maju. Dalam melaksanakan kegiatan ini pada bidang jasa pendidikan dan pelatihan di lima program keahlian antara lain Teknik Kendaraan Ringan (TKR), Teknik Komputer Jaringan (TKJ) yang dalam melaksanakan kegiatannya didukung oleh beberapa urusan antara lain : urusan pengembangan
kurikulum,
urusan
hubungan
masyarakat,
urusan
kesiswaan, urusan sarana dan prasarana. SMK Al Ma’arif Demak mengembangkan produk-produknya yang terdiri dari perancangan serta pembuatan alat bantu pengajaran, pengembangan bahan ajar serta kegiatan produksi dan jasa dengan fasilitas
pelatihan yang sesuai serta dukungan peralatan dan software yang mengacu pada perkembangan IPTEK, SMK Al Ma’arif Demak siap memberikan layanan yang prima. Selain itu juga terdukung oleh tatanan organisasi dan sistem manajemen yang siap menghadapi persaingan global (Dokumentasi, 8 April 2014). 4. Letak Geografis SMK Al-Ma’arif Demak SMK Al-Ma’arif Demak terletak dilokasi yang cukup lumayan strategis, tepatnya di jalan Hadi Wijaya Kelurahan Mangunjiwan Kab. Demak. SMK Al-Ma’arif Demak berbatasan dengan: a. Sebelah utara berbatasan dengan sawah b. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan raya c. Sebelah timur berbatasan dengan sawah d. Sebelah barat berbatasan dengan tegalan (Dokumentasi, 8 April 2014). 5. Identitas Sekolah a.
Nama Sekolah
: SMK Al-Ma’arif Demak
b.
NSS / NPSN
: 32.2.03.21.11.032/20.36.03.82
c.
Status Sekolah
: Swasta
d.
Alamat Sekolah
: Jalan Sultan Hadiwijaya (0291) 5755910 Mangunjiwan Demak 59515
e.
Email
: SMK.alma’
[email protected]
f.
Website
: -
g.
Kelurahan
: Mangunjiwan
h.
Kecamatan
: Demak
i.
Kota
: Demak
j.
Provinsi
: Jawa Tengah (Dokumentasi, 8 April 2014).
6. Visi, Misi, dan Tujuan a. Visi Menjadikan SMK Al Ma’arif Demak sebagai lembaga pendidikan yang berstandar nasional. b. Misi 1) Membentuk peserta didik yang bertaqwa terhadap Tuhan yang maha esa, berakhlakul karimah dan berbudi pekerti luhur. 2) Terampil, mandiri, beretos kerja serta memiliki daya saing yang tinggi dan berwawasan luas. 3) Memberikan pelayanan prima. c. Tujuan : 1) Mempersiapkan peserta didik agar menjadi insan produktif, kompetitif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan di dunia usaha/dunia industri sebagai tenaga terampil tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian pilihannya. 2) Membekali peserta didik agar mampu memilih karier, ulet, gigih, profesional dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja sesuai dengan keahlian yang diminatinya.
3) Membekali peserta didik yang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Dokumentasi, 8 April 2014). 7. Struktur Organisasi Kepala Sekolah Kristanti Juni Lestari, S.Pd
Komite Sekolah M. Rohmadi
Kepala TU Darminto
Wa.Ka Kurikulum Lyan Puspiyawanto, S.Pd
Wa.Ka. Kesiswaan Supriyadi, S.Ag,
Wa.Ka Humas Teguh Widodo, S.Pd
BP / BK Trisna Kusuma Dewi, S.Pd
Wali Kelas
X TKR Maskur,S.Pd
Ins Otomotif
XI TKR Tri Listyarini, S.Pd
X TKJ Diah Purwanti, S.Pd
XI TKJ Zulfalah Amalia, S.Pd
XII TKR Doni Cristiawan, S.Pd
Ins Komputer
Wa.Ka. Sarpras Tegug Widodo, S.Pd
XII TKJ Rizka Emilia R. S.Pd
Guru Siswa
8. Keadaan Guru dan Peserta didik a. Keadaan Guru : Tabel 4.1 Keadaan Guru Jumlah Guru Guru Guru Tidak Negeri Tetap Tetap (PNS) (GT) (GTT) 2 29 1 1 2 31 (Dokumentasi, 8 April 2014).
Ijazah terakhir S2 S1 D3 D2 D1 SMK / SMA Jumlah
Seluruhnya 31 1 1 33
b. Keadaan peserta didik :
Tahun Pelajaran 2009 – 2010 2010 – 2011 2011 – 2012 2012 – 2013 2013 – 2014
Tabel 3.2 Keadaan Peserta didik Jumlah yang Jumlah diterima pendaftaran 80 90 180 180 100 125 70 90 100 132 (Dokumentasi, 8 April 2014).
9. Sarana Prasarana Tabel 4.3 Sarana dan Pra Sarana SMK Al-Ma’arif Demak 2013/2014 No
Baik
Jenis Barang
Jumlah 1 2 3 4 5 6
Ruang Teori / kelas Laboratorium Kimia Lab. Fisika Lab. Biologi Lab. Bahasa Lab. Komputer
7 1
Luas (m2) 72 16
Milik Rusak Ringan Luas Jumlah (m2)
Rusak Berat Luas Jumlah (m2)
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Lab. Multimedia Ruang Perpustakaan Ruang Keterampilan Ruang UKS Ruang Praktik kerja Koperasi / toko Ruang BP / BK Ruang Kepala Sekolah Ruang Guru Ruang TU Ruang OSIS Kamar Mandi / WC Gr. Laki-laki Kamar Mandi / WC Gr. Perempuan Kamar Mandi / WC Siswa Laki-laki Kamar Mandi / WC Siswa Perempuan Gudang Ruang Ibadah Rumah penjaga sekolah Ruang multimedia
1 1 1 1
96 3 3 12
1 1 1
24 12 1
1
1
4
4
3
3
1 1 1
2 2 2
-
-
(Dokumentasi, 8 April 2014). B. Penerapan Model Pendidikan Karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak 1. Kurikulum di SMK Al-Ma’arif Demak Di SMK Al-Ma’arif Demak menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan prinsip yang dipergunakan di antaranya berpusat pada perkembangan dan peningkatan kemampuan peserta didik baik kognitif, psikomotorik dan afektif dalam menunjang kehidupannya, selain itu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMK Al-Ma’arif
Demak dipersiapkan untuk mengatasi tuntutan peningkatan kualitas pendidikan yang semakin kuat yang menuntut kreativitas guru untuk menghadapinya (Kristanti Juni Lestari, S.Pd, Kepala Sekolah, Wawancara,
12 April 2014). Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dibutuhkan berbagai macam model peserta didik yang dapat memberikan bentuk keseimbangan pada ketiga ranah, kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu yang sedang dicoba dalam pengembangan peserta didik KTSP adalah model PAIKEM, selain itu terdapat model yang lain seperti active learning dan quantum learning. Oleh karena itu peserta didik dituntut untuk mampu menguasai dan menampilkan kemampuannya secara nyata, baik dalam penguasaan pengetahuan, sikap, nilai maupun ketrampilan. KTSP dengan beberapa model seperti PAIKEM menuntut guru untuk mampu mengajarkannya kepada peserta didik dalam suatu kegiatan belajar-mengajar yang baik untuk mengetahui apakah peserta didik benar-benar telah mampu menguasai kompetensi yang dituntut (Kristanti Juni Lestari, S.Pd, Kepala Sekolah, Wawancara, 12 April 2014). Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tersusun dalam bentuk tujuan, materi, proses pembelajaran, dan rencana pembelajaran lainnya yang tertuang dalam RPP, silabus kalender pendidikan, dan perangkat pendidikan lainnya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Penilaian berbasis kelas merupakan salah satu komponen dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Penilaian berbasis kelas dilakukan untuk memberikan keseimbangan pada ketiga ranah, kognitif, afektif, dan psikomotorik
dengan menggunakan berbagai jenis, bentuk dan model penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan. Penilaian berbasis kelas diharapkan lebih bermanfaat untuk memperoleh gambaran secara utuh mengenai prestasi dan kemajuan proses dan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik pada setiap mata pelajaran (Kristanti Juni Lestari, S.Pd, Kepala Sekolah, Wawancara, 12 April 2014). Peserta didik dituntut untuk mampu menguasai dan menampilkan kemampuannya secara nyata, baik dalam penguasaan pengetahuan, sikap, nilai maupun ketrampilan. KTSP menuntut guru untuk mampu mengajarkannya kepada peserta didik dalam suatu kegiatan belajarmengajar yang baik untuk mengetahui apakah peserta didik benar-benar telah mampu menguasai kompetensi yang dituntut oleh Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan, maka perlu dilakukan penilaian terhadap proses dan hasil belajarnya. Seperti halnya Kurikulum Berbasis Kompetensi, kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan juga melakukan penilaian yang digunakan adalah penilaian berbasis kelas (Kristanti Juni Lestari, S.Pd, Kepala Sekolah, Wawancara, 12 April 2014). Selain itu juga dibutuhkan variasi gaya mengajar dari seorang guru dengan mempersiapkan terlebih dahulu secara tertulis. Penerapan variasivariasi tersebut diterapkan berdasarkan kebiasaan guru di dalam kelas dan juga jika kondisi peserta didik yang mulai jenuh dan terlihat kurang memperhatikan sehingga gaya-gaya mengajar tersebut dapat langsung diterapkan supaya peserta didik tidak bosan dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Begitu juga pemilihan media pun harus bervariasi. Persiapan yang dilakukan dalam memilih media pembelajaran adalah dengan memilih media atau alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran yang sesuai dengan materi, tujuan, dan waktu yang tersedia (Kristanti Juni Lestari, S.Pd, Kepala Sekolah, Wawancara, 12 April 2014). Media
yang
akan
dipakai
dalam
pembelajaran
biasanya
dicantumkan atau ditulis dalam rencana pembelajaran bertujuan agar media yang akan dipakai dapat dipersiapkan dengan baik. Dalam mempersiapkan media, guru di sini mempersiapkan alat-alat bantu yang akan dipakai dalam pembelajaran seperti mempersiapkan buku yang akan dipakai sebagai pegangan, gambar sebagai media dan memang diperlukan dan terkait dengan materi, media tulis yang berhubungan dengan materi dengan cara dibuat terlebih dahulu di rumah untuk menghemat waktu (Kristanti Juni Lestari, S.Pd, Kepala Sekolah, Wawancara, 12 April 2014). 2. Penerapan Pendidikan Karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak a. Pentingnya Pendidikan Karakter di SMK Al-Ma’arif Demak Islam mengajarkan, setiap manusia memiliki kecenderungan untuk mencintai kebaikan (kebenaran) dan kesucian (fitrah). Akan tetapi, ternyata masih banyak yang berperilaku tidak sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia. Ternyata kesucian (fitrah) manusia bersifat potensial, yang mana manusia tidak dengan sendirinya (karena fitrah) dapat berakhlak mulia.
Anugerah fitrah harus dijaga, dirawat dan di tumbuhkan agar manusia bisa tumbuh menjadi insan kamil, penuh kemuliaan. Dan lingkungan sangat berperan dalam proses tumbuh dan berkembangnya fitrah.
Lingkungan
yang
baik
dapat
memberikan
pengaruh
akhlak/karakter yang baik, sebaliknya lingkungan yang pergaulan sehari-harinya tidak baik pun akan membentuk akhlak yang buruk. Oleh sebab itu, anak harus dijaga dan dididik dengan perilaku yang baik agar fitrahnya tetap dapat terjaga. Dan diajarkan nilai-nilai yang dapat menyuburkan fitrahnya agar tumbuh kokoh. Maka untuk menjaga eksistensi dari pada kesucian (fitrah) manusia perlu adanya faktor-faktor dari luar tubuh sebagai perangsang potensi baik dalam diri manusia. Salah satunya adalah dengan upaya pendidikan. Pendidikan ditujukan untuk membangun seluruh dimensi manusia, yaitu untuk membangun dimensi sosial, emosional, motorik, akademik, spiritual, kognitif, sehingga membentuk insan kamil. Bahwa intinya pendidikan harus menyentuh aspek diri manusia dengan kata lain pendidikan secara menyeluruh (holistik). Pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada ranah kognitif saja, tetapi pendidikan juga harus bisa menampakkan hasil yang riil dalam tindakan dan perilaku berupa akhlakul karimah. Pendidikan
karakter
Islami
adalah
berorientasi
pada
pembentukan akhlak (karakter baik), yang mana di dalamnya melibatkan berbagai potensi manusia yang dapat dikembangkan.
Pendidikan karakter merupakan usaha pengembangan semua potensi anak, sehingga menjadi manusia yang seutuhnya, manusia yang cerdas secara kognitif dan juga cerdas secara emosi. Pendidikan karakter Islami adalah untuk mengukir akhlak melalui proses mengetahui, memahami kebaikan. Yang selanjutnya mencintai kebaikan, dan yang terakhir melakukan kebaikan, yang mana proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi dan fisik, sehingga akhlak mulia dapat terukir menjadi kebiasaan yang melekat dan mengakar pada diri anak hingga dewasa (Lyan Puspiyawanto, S.Pd, Waka Kurikulum, Wawancara, 14 April 2014). Dengan pendidikan karakter Islami, seseorang anak dapat menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena dengannya seorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan hidup, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Karena sejatinya manusia hidup tidak hanya memerlukan kecerdasan kognitif saja, namun akan lebih berarti apabila manusia hidup dapat menyelesaikan permasalahan dan memberikan solusi dalam masalahnya, dan hal demikian dilakukan dengan kecerdasan emosinya. Peta SMK Al Ma’arif itu berada di Demak yang religius, kota Demak dari sejarah wali yang kebanyakan Islam, yang berbasis Nahdlatul Ulama’ maka penting dalam melaksanakan pendidikan
karakter Islam, pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak ada tiga hal yang harus ditekankan. Pertama, dalam membentuk karakter, anak tidak hanya sekedar tahu mengenai hal-hal yang baik, akan tetapi mereka harus dapat memahami apa makna dari perbuatan baik itu (mengapa seseorang perlu melakukan hal tersebut). Dalam konteks ini lebih ditekankan agar anak mengerti akan kebaikan dan keburukan, mengerti tentang tindakan apa yang harus diambil serta mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik. Kedua, membangkitkan rasa cinta anak untuk melakukan perbuatan baik. Anak dilatih untuk merasakan efek dari perbuatan yang baik yang dilakukan. Anak mempunyai kecintaan terhadap kebajikan dan membenci perbuatan buruk. Jika aspek ini telah tertanam dalam jiwa seseorang anak, maka hal tersebut bisa menjadi kekuatan luas biasa dari dalam diri seseorang untuk melakukan kebaikan atau mengerem (kontrol) dirinya agar terhindar dari perbuatan negatif. Ketiga, anak dilatih untuk melakukan perbuatan baik. Tanpa melakukan apa yang sudah diketahui atau dirasakan oleh seseorang, tidak akan ada artinya anak harus mampu melakukan kebajikan dan dapat terbiasa melakukannya. Melakukan kebaikan tidak hanya menjadi sebatas pengetahuan, namun dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata (Lyan Puspiyawanto, S.Pd, Waka Kurikulum, Wawancara, 14 April 2014).
b. Pendekatan Pendidikan Karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam menerapkan pendidikan karakter di SMK Al-Ma’arif Demak: 1) Pendekatan penanaman nilai Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan nilai-nilai sosial dalam diri peserta didik. Tujuan pendekatan ini adalah diterimanya nilainilai sosial tertentu oleh peserta didik dan berubahnya nilai-nilai peserta didik yang tak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diinginkan, pendekatan ini biasa dilakukan SMK Al-Ma’arif Demak dalam kegiatan kerja bakti dan tali asih kepada teman yang kena musibah. 2) Pendekatan perkembangan kognitif Pendekatan ini dikatakan pendekatan kognitif, karena karakteristiknya memberikan penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya. Pendekatan ini mendorong peserta didik untuk berfikir aktif tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat keputusan-keputusan moral. Tujuan yang ingin dicapai ada dua hal. Pertama, membantu dalam membuat pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan nilai-nilai yang lebih tinggi. Kedua, mendorong peserta didik untuk mendiskusikan alasan-alasan ketika memilih
nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral. Pendekatan ini memberikan penekanan pada aspek perkembangan berfikir. Pendekatan ini dilakukan ketika memberikan materi pelajaran kepada peserta didik SMK Al-Ma’arif Demak terutama materi yang terkait dengan akhlak terpuji sebagai bentuk karakter Islami. 3) Pendekatan klarifikasi nilai Pendekatan klarifikasi nilai memberikan penekanan pada usaha membantu peserta didik dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Tujuan pendekatan ini adalah: pertama, untuk membantu peserta didik untuk menyadari dan mengidentifikasikan nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain. Kedua, untuk membantu peserta didik dalam melakukan komunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain. Ketiga, membantu peserta didik supaya mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berfikir rasionalnya dan kesadaran emosional untuk memahami perasaan, nilai-nilai dan pola tingkah laku mereka sendiri. Pendekatan ini biasa dilakukan di SMK Al-Ma’arif Demak dalam melatih tanggung jawab dalam melakukan piket, kerja sama dalam pembelajaran, kepanitiaan acara hari besar agama dan berinteraksi dengan sesama teman.
4) Pendekatan pembelajaran berbuat Pendekatan pembelajaran berbuat memberi penekanan pada usaha-usaha memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok. Ada dua tujuan berdasarkan pendekatan ini, pertama memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan perbuatan moral, baik secara perseorang maupun bersama-sama berdasarkan nilai-nilai mereka sendiri. Kedua, mendorong peserta didik untuk melihat diri mereka sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam pergaulan dengan sesamanya. Pendekatan ini biasa dilakukan di SMK Al-Ma’arif Demak dalam rangka bersih-bersih lingkungan sekitar, menyantuni yatim piatu dan kegiatan sosial lainnya yang di adakan oleh pihak sekolah (Supriyadi, S.Ag, S.Pd, Waka Kesiswaan, Wawancara, 17 April 2014). c. Pembinaan Pendidikan Karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak Upaya pembinaan pendidikan karakter Islami yang dilakukan di SMK Al-Ma’arif Demak, yaitu: 1) Pembinaan budi pekerti dan sopan santun Pentingnya budi pekerti dan penanamannya dalam jiwa anak sudah jelas dan tegas ditunjukkan oleh Rasulullah dalam kegiatan sehari-hari, pembinaan biasa dilakukan pihak sekolah
dengan melakukan membiasakan berjabatan tangan antara peserta didik dan guru sebelum masuk sekolah dan sepulang masuk sekolah, juga ketika peserta didik bertemu guru di jalan. 2) Pembinaan bersikap jujur Bersikap jujur merupakan dasar pembinaan karakter peserta didik yang sangat penting dalam ajaran Islam. Oleh karena itu Rasulullah saw. Memperhatikan pembinaan kejujuran ini dengan membinanya sejak usia anak masih kecil. Beliau juga mengajarkan kepada setiap orang tua untuk bersikap jujur dahulu sebelum mendidik anak-anaknya agar memiliki kejujuran. Kejujuran ini dilakukan dengan membiasakan peserta didik mengakui kesalahan dalam menggarap soal, membiasakan peserta didik untuk jujur membayar kantin dengan uang yang pas sesuai dengan barang yang di beli dan sebagainya 3) Pembinaan menjaga kepercayaan Al-amanah adalah sifat dasar Rasulullah yang dimiliki sejak kecil hingga masa kerasulannya sampai beliau dijuluki dengan alshadiq, al-amin. Teladan seperti inilah yang meski ditiru oleh setiap muslim pada masa sekarang ini. Hal ini dilakukan oleh pihak sekolah dengan sering memberikan
tanggung
jawab
kepada peserta didik
untuk
melaksanakan tugas yang diberikan guru, terkadang guru memberikan reward bagi peserta didik yang mampu menjaga
kepercayaan dengan mengumpulkan tepat dan memberikan punishment bagi peserta didik yang tidak mengumpulkan (Zulfalah Amalia, S.Pd, Guru, Wawancara, 21 April 2014). Berdasarkan peran pendidikan karakter Islami bagi perilaku peserta didik, ada beberapa hal yang diperhatikan guru diantaranya: a. Pelaksanaan program-program pendidikan karakter Islami perlu disertai pula dengan keteladanan guru, orang tua dan orang dewasa pada umumnya. Selain itu, perlu disertai pula dengan upaya-upaya untuk mewujudkan lingkungan sosial yang kondusif bagi para peserta didik, baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Dengan demikian pelaksanaan program-program pendidikan karakter Islami akan terkesan dalam rangka membentuk karakter Islami peserta didik. b. Membentuk kesadaran peserta didik untuk berbuat baik sebanyak mungkin kepada orang lain dalam program pembinaan karakter peserta didik karena dapat melahirkan sikap dasar untuk mewujudkan keselamatan, keserasian dan keseimbangan dalam hubungannya antar manusia, baik pribadi maupun masyarakat lingkungannya. Jika setiap peserta didik sadar dan mau menjalankan tugas dan kewajibannya masing-masing, maka akan tercipta karakter Islami peserta didik yang adil yang membawa kebahagiaan bagi dirinya dan masyarakat.
c. Penyusunan program-program pendidikan karakter Islami dan pengimplementasiannya
perlu
memberikan
penekanan
yang
berimbang kepada aspek isi nilai-nilai dan proses pengajarannya. Selain itu, memberikan penekanan yang berimbang pula kepada perkembangan rasional emosional serta tingkah laku dan perbuatan. Hal ini penting dalam rangka membentuk dan mengembangkan kepribadian peserta didik. d. Faktor agama juga perlu mendapat perhatian yang baik dalam mengimplementasikannya, karena agama dapat menjadikan nilainilai budi pekerti memiliki akar yang kuat dalam diri peserta didik, yakni iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, guru perlu menjadi teladan dan harus mampu mendorong peserta didik untuk menjadi insan yang beriman dan bertakwa (Supriyadi, S.Ag, S.Pd, Waka Kesiswaan, Wawancara, 17 April 2014). Pendidikan karakter Islami yang merupakan tanggung jawab seluruh pihak terutama sekolah mengarah pada akhlakul karimah peserta didik dan akhirnya pembentukan karakter Islami peserta didik, SMK Al-Ma’arif Demak juga melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Menerapkan pendekatan modeling dan exemplary, yakni mencoba dan membiasakan peserta didik dan lingkungan pendidikan secara keseluruhan untuk menghidupkan dan menegakkan nilai-nilai yang benar dengan memberikan model atau teladan. Dalam hal ini setiap guru, tenaga administrasi, dan lain-lain di lingkungan sekolah
haruslah menjadi “contoh teladan yang hidup” bagi para peserta didik. 2) Menjelaskan atau mengklarifikasikan secara terus menerus tentang berbagai nilai yang baik atau buruk. Ini bisa dilakukan dengan langkah-langkah:
memberi
ganjaran
(prizing)
dan
menumbuhsuburkan (cherissing) nilai-nilai baik secara terbuka dan kontinu menegaskan nilai-nilai yang baik dan buruk, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih berbagai alternatif sikap dan tindakan, melakukan pilihan secara bebas setelah menimbang berbagai konsekuensi dari setiap pilihan sikap dan tindakan, membiasakan bersikap dan bertindak dengan pola-pola baik yang diulangi terus menerus dan konsisten. 3) Menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (character based education). Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan sebisa mungkin memasukkan character based approach ke dalam setiap pelajaran yang ada. Atau melakukan reorientasi baru, baik dari segi isi dan penekanan terhadap mata pelajaran yang relevan atau berkaitan (Rizka Emilia R. S.Pd, Guru, Wawancara, 22 April 2014). d. Pengamalan Agama Islam yang Diberikan dalam Pendidikan Karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak Bentuk-bentuk pengamalan agama Islam yang diberikan dalam pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak meliputi tiga
aspek yang terdapat dalam silabus mata pelajaran agama Islam yaitu, aspek ibadah/ fiqh; aspek Al-Qur’an Hadist; dan aspek akhlak, adapun karakter pengamalan agama Islam yang diberikan kepada peserta didik diantaranya: 1) Pengamalan mengerjakan shalat Dalam Islam, shalat menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh ibadah lainnya. Selain termasuk rukun Islam, yang berarti tiang agama, shalat termasuk ibadah yang pertama diwajibkan oleh Allah SWT yang harus dilaksanakan oleh orang yang sudah baligh. Bagi peserta didik di SMK Al-Ma’arif Demak shalat merupakan sebuah bentuk latihan-latihan untuk menanamkan nilai-nilai agama dan kedisiplinan. Shalat merupakan suatu bentuk ritual yang harus dikerjakan oleh umat Islam sebagai bukti ketaatan hamba dengan Tuhannya. Karena shalat merupakan suatu bentuk ritual, maka dalam menanamkan pendidikan shalat juga harus dilakukan dengan cara latihan dan pembiasaan. Metode latihan merupakan metode pengajaran yang dilaksanakan dengan kegiatan latihan yang berulang-ulang, untuk mendapatkan ketrampilan, ketangkasan dan profesionalisme (Teguh Widodo, S.Pd, Waka Humas, Wawancara, 25 April 2014). Bagi
sebagian
guru
di
SMK
Al-Ma’arif
Demak
berpendapat bahwa penanaman pendidikan agama Islam pada
peserta didik terutama pendidikan ibadah shalat harus dimulai dari gurunya. Sehingga hal itu sebagai bentuk cerminan bagi peserta didik untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh gurunya (Rizka Emilia R. S.Pd, Guru, Wawancara, 22 April 2014). Hal ini sesuai dengan pendapat Bapak Doni Cristiawan, S.Pd (Wawancara, 23 April 2014), yang mengatakan bahwa agar peserta didik terbiasa mengerjakan shalat, maka dapat dilakukan dengan cara mengajak peserta didik dan mengajari peserta didik untuk melakukan shalat. Ibadah shalat yang diterapkan di SMK Al-Ma’arif Demak bukan semata-mata hasil dari pembelajaran Agama Islam di kelas akan tetapi juga merupakan pengamalan yang diwajibkan, sehingga peserta didik harus melaksanakannya. Penerapan pengamalan ini merupakan suatu cara agar peserta didik terbiasa melakukan ibadah yang menjadi kewajiban bagi agama yang diyakininya (Lyan Puspiyawanto, S.Pd, Waka Kurikulum, Wawancara, 25 April 2014). Menurut Diah Purwanti, S.Pd (Wawancara, 23 April 2014), membiasakan peserta didik mengerjakan shalat yang terjadi di SMK Al-Ma’arif Demak adalah dilaksanakan secara berjamaah. Dari shalat lima waktu yang harus dilaksanakan dalam satu hari, yang dibiasakan di sekolah ini adalah shalat dhuhur dan shalat dhuha. Sebelum peserta didik melaksanakan shalat berjamaah di mushalla sekolah peserta didik disiapkan dalam mengambil air
wudhu yang dipantau oleh guru, hal ini dimaksudkan untuk menertibkan peserta didik agar dapat melaksanakan ibadah bersama-sama karena setelah shalat berjamaah peserta didik harus mengikuti ibadah lain seperti dzikir dan doa bersama serta mengikuti kultum, yang sebelum dan sesudah shalat berjamaah dilakukan
shalat
sunah
(Lyan
Puspiyawanto,
S.Pd,
Waka
Kurikulum, Wawancara, 25 April 2014). Membiasakan peserta didik dalam mengerjakan shalat, dilaksanakan tidak hanya shalat wajib akan tetapi peserta didik juga dibiasakan dalam shalat sunnah, baik sunnah rawatib, dhuha maupun shalat tahajud. Untuk waktu pelaksanaan diminimalkan peserta didik dalam waktu satu bulan mampu melaksanakan satu kali dan pemantauanya dimaksimalkan terutama oleh guru bidang studi PAI dan wali kelas (Lyan Puspiyawanto, S.Pd, Waka Kurikulum, Wawancara, 25 April 2014). 2) Pengamalan asmaul husna dan doa-doa sehari hari Ibadah lain yang ditanamakan kepada peserta didik adalah membaca asmaul husna yang merupakan 99 sifat Allah dan do’a harian, yang dilakukan setiap anak memulai pembelajaran dengan tujuan agar anak memiliki rasa ketauhidan tinggi dan terbiasa berperilaku seperti makna dalam asmaul husna tersebut Penerapan pengamalan shalat dan Asmaul Husna bagi peserta didik sudah menjadi kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan oleh peserta didik
(Lyan Puspiyawanto, S.Pd, Waka Kurikulum, Wawancara, 25 April 2014). 3) Pengamalan membaca al-Qur’an dan hadist. Setiap guru mempunyai tanggungjawab mengajar al-Qur’an kepada peserta didik. Langkah semacam ini memberikan pengaruh yang cukup besar dalam menanamkan jiwa keagamaan kepada peserta didik. Proses pengajaran al-Qur’an pada peserta didik di SMK Al-Ma’arif Demak bertujuan untuk menanamkan maknamakna hakiki al-Qur’an ke dalam jiwa serta hati mereka dan pola pikir mereka bisa diarahkan pada pola yang terdapat dalam alQur’an (Maskur, Guru, Wawancara, 28 April 2014). Menurut Maskur (Wawancara, 28 April 2014), materi dalam al-Qur’an adalah materi pendidikan Islam yang mempunyai prioritas utama dalam mendidik peserta didik, karena dalam alQur’an terdapat materi-materi keimanan, shalat, akhlak dan lain sebagainya. Selain itu juga landasan pertama dari semua ajaran Islam, sehingga pendidikan agama pada peserta didik di SMK AlMa’arif Demak berdasarkan pada ajaran-ajaran yang ada dalam alQur’an. Oleh karena itu, al-Qur'an dan hadits menjadi penting untuk diamalkan bagi peserta didik, yaitu melalui bacaan dan pendalaman terhadap ayat-ayatnya melalui penyampaian tafsir-tafsirnya. Dalam mempelajari al-Qur’an dan hadits, peserta didik di SMK Al-Ma’arif Demak mendapatkan pelajaran tidak hanya
membaca akan tetapi juga dengan mempelajari tajwid dan ghoribnya, yang dimaksudkan agar peserta didik mampu membaca al-Qur’an dan hadits dengan baik dan benar (Maskur, Guru, Wawancara, 28 April 2014). Membimbing peserta didik untuk membaca al-Qur’an dan hadits bersama agar peserta didik terbiasa membaca, dilaksanakan dalam mata pelajaran baca tulis al-Qur’an (BTQ) dan dalam pembinaan rukhiyah peserta didik yang dilaksanakan oleh wali kelas sebelum mata pelajaran pada jam pertama dimulai yang dilanjutkan peserta didik mendengarkan tafsiran dari al-Qur’an atau hadist tersebut (Maskur, Guru, Wawancara, 28 April 2014). 4) Pengamalan membiasakan berperilaku terpuji Agama Islam mengandung ajaran-ajaran susila dan memberi petunjuk moral yang harus dijalankan. Agama memberikan hukumhukum moral, oleh karena mengamalkan ajaran agama adalah sanksi yang terakhir dari semua tindakan-tindakan mengenai moral. Ajaran ini merupakan hal yang pokok yang harus dimiliki oleh semua peserta didik di SMK Al-Ma’arif Demak sebagai seorang muslim. Karakter peserta didik mengerjakan perilaku-perilaku terpuji merupakan pengamalan dari aspek akhlak. Peserta didik merupakan manusia sosial yang tidak dapat hidup tanpa berhubungan dengan lingkungannya, ia senantiasa memerlukan bantuan manusia sekitarnya. Agama Islam sebagai
agama
yang
diwahyukan
sangat
mementingkan
hidup
bermasyarakat, saling kenal mengenal, saling tolong menolong, dan bersahabat dengan sesamanya. Terkait dengan hal tersebut, dalam pembelajaran di SMK Al-Ma’arif Demak terdapat pelajaranpelajaran tentang kewajiban yang berhubungan dengan akhlak sebagai
bekal
untuk
membantu
menjalankan
kehidupan
bermasyarakat di sekolah dan di luar sekolah, artinya dalam pengamalannya peserta didik harus berperilaku terpuji dan menghindari perilaku-perilaku tercela. Secara langsung pendidikan melalui aspek akhlak dengan berperilaku terpuji akan membimbing ke arah perbaikan perilaku. Pendidikan dengan membiasakan berperilaku baik ini harus dibawa kepada karakter yang bersendikan Islam (Kristanti Juni Lestari, S.Pd, Kepala Sekolah, Wawancara, 12 April 2014). Pendidikan karakter di SMK Al-Ma’arif Demak mengajak peserta didik untuk berakhlak mulia, melalui pengamalan ajaran agama Islam, yaitu membimbing peserta didik ke arah berbudi pekerti, berkelakuan baik, dan melakukan kebiasaan-kebiasaan positif sehingga tertanam pada diri peserta didik karakter yang baik sesuai ajaran agama Islam (Kristanti Juni Lestari, S.Pd, Kepala Sekolah,
Wawancara,
12
April
2014).
Beberapa
contoh
pengamalan-pengamalan yang harus diamalkan peserta didik di SMK Al-Ma’arif Demak adalah peserta didik harus menerapkan 4S
yaitu Senyum, Salam Sopan dan Santun kepada sesama teman, guru, dan semua pihak yang terkait dengan kehidupan peserta didik terutama di sekolah (Kristanti Juni Lestari, S.Pd, Kepala Sekolah, Wawancara, 12 April 2014). Dengan peserta didik membiasakan melaksanakan hal-hal yang positif tersebut untuk berbuat kebaikan, beramal saleh, bertingkah laku sopan akan membawa peserta didik kepada karakter yang teguh dan taat menunaikan kewajiban agamanya. 5) Pengamalan Hidup Bersih Tentang pentingnya kebersihan, Islam telah mengajarkan, diantaranya yaitu dalam hikmah berwudlu, sehingga dikenal istilah populer
bahwa
“kebersihan
itu
sebagian
dari
iman”.
Ini
menunjukkan bahwa kebersihan mendapatkan kedudukan yang penting dalam Islam (Kristanti Juni Lestari, S.Pd, Kepala Sekolah, Wawancara, 12 April 2014). Karakter hidup bersih di SMK Al-Ma’arif Demak dilakukan oleh seluruh warga sekolah. Menurut salah satu peserta didik Nur Azizah Pendidikan karakter yang ditekankan untuk membudayakan hidup bersih diantaranya yaitu: a) Warga sekolah dianjurkan untuk selalu membuang sampah pada tempatnya. b) Warga sekolah hendaknya selalu mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah makan.
c) Para peserta didik dibiasakan mencuci tempat makan setiap habis makan. d) Para peserta didik dibiasakan menjaga kebersihan kelas. e) Warga sekolah dibiasakan menjaga kebersihan diri dan lingkungan, seperti meletakkan sepatu di rak sepatu dan selalu berpakaian bersih dan rapi. f) Para peserta didik diperiksa kebersihan kuku, telinga dan rambutnya setiap hari jum’at. g) Kegiatan kebersihan lingkungan sekitar sekolah pada momenmomen tertentu, seperti sebelum peringatan 17 Agustusan dan Hari Kebersihan Lingkungan Hidup (Eni Nurul Hidayah, Siswa, Wawancara, 3 Mei 2014). 6) Pengamalan Disiplin Belajar Belajar merupakan akhlak yang baik yang perlu dibiasakan. Dalam pembiasaan disiplin belajar, di SMK Al-Ma’arif Demak menerapkan program jam ibadah dan belajar pada pukul 18.0020.00 WIB. Guru melakukan kontrol dengan bekerja sama dengan orang tua peserta didik untuk memantau kegiatan peserta didik di rumah terkait ibadah seperti shalat serta belajar di waktu-waktu belajar dengan memberikan kartu kegiatan kepada orang tua dan orang tua ditekankan untuk jujur demi perkembangan karakter anaknya (Kristanti Juni Lestari, S.Pd, Kepala Sekolah, Wawancara, 12 April 2014).
Menurut salah satu wali murid Shodiqin (Wawancara, 3 Mei 2014 budaya disiplin yang telah di bentuk di SMK Al-Ma’arif Demak yang terbina akan sulit diubah, karena telah mengkarakter pada pribadinya. Dengan terbinanya karakter disiplin yang sudah tertanam pada diri peserta didik, maka peserta didik akan mempunyai rasa tanggung jawab sebagai seorang peserta didik yaitu belajar, sehingga selanjutnya mereka akan melakukannya tanpa mengalami kesulitan dan paksaan. Oleh karena itu, belajar perlu dijadikan kebiasaan, sehingga jika peserta didik tidak belajar, mereka akan merasa ada sesuatu yang hilang, yang kemudian harus mereka lakukan. 7) Pengamalan Akhlak kepada diri sendiri dan orang lain Akhlak diri dan orang lain maksudnya yaitu menjaga perilaku-perilaku yang tidak baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, misalkan tidak ghibah, tidak mencuri, selalu berkata jujur, tidak sombong dan lain-lain. Pembiasaan ini dilaksanakan di SMK Al-Ma’arif Demak dengan melibatkan peserta didik secara aktif, di mana antara peserta didik satu sama lain saling mengawasi dan mengingatkan jika yang lain melakukan kesalahan (Lyan Puspiyawanto, S.Pd, Waka Kurikulum, Wawancara, 25 April 2014). e. Langkah-langkah Pendidikan Karakter di SMK Al-Ma’arif Demak
Program kegiatan belajar di SMK Al-Ma’arif Demak penekanannya diutamakan dalam rangka membentuk pembangunan karakter yang baik dalam bertutur kata maupun dalam bertingkah laku. Langkah-langkah pelaksanaan pendidikan yang dilakukan dalam meningkatkan penanaman nilai-nilai agama Islam di SMK AlMa’arif Demak dilakukan sebagaimana proses pembelajaran yang biasa berlaku pada sekolah dasar yaitu dimulai dengan beberapa tahapan: 1) Pendahuluan Berdasarkan standar proses, pada kegiatan pendahuluan, guru: a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti pross pembelajaran. b) Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
yang
mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang dipelajari. c) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. d) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai spider web, weekly plan dan action plan. 2) Kegiatan Inti (1) Eksplorasi (para peserta didik difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan mengembangkan sikap
melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik). (a) Melibatkan peserta didik untuk mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik atau tema materi yang dipelajari dan belajar dari aneka sumber. (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama). (b) Menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain. (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras). (c) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik, dan peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. (contoh yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan). (d) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. (contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri dan mandiri). (e) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di lapangan. (contoh yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras). (2) Elaborasi (peserta didik diberi peluang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta sikap lebih lanjut melalui sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya
sehingga pengetahuan, keterampilan, dan sikap para peserta didik lebih luas dan dalam). (a) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas pelajaran. (contoh yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis) (b) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis. (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun) (c) Memberi
kesempatan
untuk
berfikir,
menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut. (contoh yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis). (d) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif. (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggungjawab). (e) Memfasilitasi peserta didik berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar. (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai). (f) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tulisan, secara individual maupun kelompok. (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, tanggungjawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama).
(g) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual atau kelompok. (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerja sama). (h) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran hasil karya, festival, serta produk yang dihasilkan. (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama). (3) Konfirmasi (para peserta didik memperoleh umpan balik atas kebenaran, kelayakan, atau keberterimaan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh oleh peserta didik). (a) Memberikan umpan positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik. (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis). (b) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber. (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, kritis, logis). (c) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan. (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan kekurangan).
(d) Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru: (e) Berfungsi
sebagai
narasumber
dan
fasilitator
dalam
menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar. (contoh nilai yang ditanamkan: peduli dan santun). (f) Membantu menyelesaikan masalah. (contoh nilai yang ditanamkan: peduli). (g) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi. (contoh nilai yang ditanamkan: kritis) (h) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh. (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu) (i) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum
berpartisipasi
aktif.
(contoh
nilai
yang
ditanamkan: peduli, percaya diri). 3) Penutup Dalam kegiatan penutup, guru: a) Bersama-sama dengan para peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran. (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kritis, logis)
b) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram. (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, mengetahui kelebihan dan kekurangan). c) Memberikan
umpan
pembelajaran.
balik
(contoh
nilai
terhadap yang
proses
dan
ditanamkan:
hasil saling
menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis). d) Merencanakan
kegiatan
tindak
lanjut
dalam
bentuk
pembelajaran program pengayaan, layanan konseling, dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik. e) Menyampaikan
rencana
pembelajaran
pada
pertemuan
berikutnya (Observasi 17 April-3 Mei 2014). Melalui proses belajar yang dirancang sedemikian rupa, setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu tidak selalu diperlukan kegiatan belajar khusus untuk mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan karakter. Meskipun demikian, untuk mengembangkan nilai-nilai tertentu seperti kerja keras, disiplin, jujur, toleransi, mandiri, cinta tanah air, dan gemar membaca dapat melalui kegiatan belajar yang bisa dilakukan guru. Untuk pengembangan beberapa nilai lain seperti peduli sosial, peduli lingkungan, rasa ingin tahu, dan kreatif, memerlukan upaya pengkondisian sehingga peserta didik
memiliki
kesempatan
untuk
memunculkan
perilaku
yang
menunjukkan nilai-nilai itu. Selain itu pendidikan karakter juga dilakukan melalui kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh atau sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke dalam kalender akademik. Misalnya kunjungan ke tempat-tempat yang menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air, melakukan pengabdian masyarakat untuk menumbuhkan kepedulian dan kesetiakawanan sosial (membantu mereka yang tertimpa musibah, memperbaiki atau membersihkan tempat-tempat umum, membantu membersihkan atau mengatur barang di tempat ibadah tertentu) (Kristanti Juni Lestari, S.Pd, Kepala Sekolah, Wawancara, 9 Mei 2014). f. Metode Pendidikan Karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak Ada beberapa metode yang digunakan dalam pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak yaitu: 1) Metode Pembiasaan Metode
Pembiasaan
merupakan
proses
penanaman
kebiasaan. Pembiasaan memberikan manfaat bagi anak karena pembiasaan berperan sebagai efek latihan yang terus menerus, anak akan lebih terbiasa berperilaku dengan nilai-nilai akhlak. Di samping itu, pembiasaan juga harus memproyeksikan terbentuknya
mental dan akhlak yang lemah lembut untuk mencapai nilai-nilai akhlak. Ada empat cara pelaksanaan metode pembiasaan dalam rangka membentuk karakter Islami peserta didik yang dilaksanakan di SMK Al-Ma’arif Demak yaitu sebagai berikut: a) Kegiatan yang dilakukan secara rutin yaitu memasukkan kegiatan yang dilakukan secara reguler, baik di kelas maupun di luar kelas. Tujuan kegiatan ini adalah untuk membiasakan peserta didik mengerjakan sesuatu dengan baik seperti ibadah bersama. b)
Kegiatan yang dilakukan secara spontan yaitu kegiatan pembelajaran pembiasaan yang ditentukan tempat dan waktunya. Beberapa contoh kegiatan pembiasaan secara spontan yang dapat dilakukan meliputi: membiasakan memberi salam, membiasakan membuang sampah pada tempatnya, membiasakan berperilaku terpuji.
c)
Kegiatan teladan yaitu kegiatan pembelajaran pembiasaan yang mengutamakan pemberian contoh (teladan) dari guru dan pengelola pendidikan yang lain kepada peserta didik. Beberapa contoh kegiatan peneladanan yang dapat dilakukan adalah seperti yang diamalkan dalam aspek ibadah dan akhlak.
d)
Kegiatan yang dilakukan terprogram yaitu kegiatan pembelajaran pembiasaan yang diprogramkan dan direncanakan secara formal baik di kelas maupun di sekolah. Kegiatan terprogram ini memberikan wawasan tambahan kepada peserta didik-siswi tentang unsur-unsur baru dalam kehidupan bermasyarakat yang penting untuk perkembangan dan pengetahuan peserta didik. Beberapa kegiatan yang dilakukan terprogram antara lain: pesantren kilat, ekstra kurikuler dan lain-lain (Kristanti Juni Lestari, S.Pd, Kepala Sekolah, Wawancara, 9 Mei 2014).
2) Metode keteladanan Untuk menerapkan pendidikan karakter Islami, dilakukan pihak guru SMK Al-Ma’arif Demak Memberi contoh berarti melakukan sesuatu untuk ditiru orang lain. Anak atau peserta didik suka meniru atau mencontoh apa yang dilihatnya sehingga ia akan meniru apa yang dilihatnya dari orang tuanya. Prinsip meniru inilah yang digunakan oleh para pendidik termasuk orang tua dalam pendidikan agama termasuk di dalamnya adalah shalat lima waktu sehingga nantinya tertanam pada diri peserta didik karakter yang mau melaksanakan shalat lima waktu karena kesadarannya bukan paksaan. 3) Metode Pengawasan
Penerapan pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak, dilakukan dengan memberikan porsi pengawasan kepada peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama Islam yang telah ditetapkan pihak sekolah, yang dilakukan dengan mengajak, dan memantau perilaku keagamaan peserta didik dalam kelas, jika ada peserta didik yang tidak melakukan shalat dhuhur berjama’ah atau tidak membaca asmaul husna akan mendapatkan hukuman dari pihak guru, selain itu jika ada peserta didik melakukan perbuatan tidak terpuji maka mereka akan dihukum dimulai dari teguran, beri tugas dan membaca istighfar di lapangan sekolah sebanyak 100 x. Guru di SMK Al-Ma’arif Demak memiliki banyak kesempatan atau waktu untuk mengawasi peserta didiknya dalam kelas maupun lingkungan sekolah dalam menjalankan ibadah shalat dhuha, shalat dhuhur berjama’ah, membaca asmaul husna, do’a-do’a harian dan membaca al-Qur’an, Dengan demikian guru dapat langsung menegur/mengingatkan jika kewajiban itu harus dilaksanakan. Di samping itu orang tua mempunyai wewenang penuh dalam mendidik anak-anaknya sehingga tidak menjadi masalah yang serius jika orang tua ada kalanya terpaksa harus memberi hukuman fisik ketika anaknya lalai dalam melaksanakan ibadah shalat lima waktu. Tentu saja yang tidak membahayakan anak. Seiring dengan hukuman hendaknya juga memberikan hadiah
kepada anak untuk memberi dukungan dan semangat pada anak misal dengan pujian ketika anak melakukan pekerjaan baik yang bernilai sebagai prestasi yang luar biasa (Kristanti Juni Lestari, S.Pd, Kepala Sekolah, Wawancara, 9 Mei 2014). Selain proses pelaksanaan pendidikan karakter di SMK AlMa’arif Demak menempatkan peranan guru dalam proses pembentukan karakter peserta didik selain mengajar juga mendidik serta memantau kegiatan-kegiatan yang dilakukan peserta didik. Guru, Kepala sekolah dan karyawan juga membantu dan terlibat langsung dalam proses pembentukan karakter Islami ke arah akhlakul karimah bagi peserta didik di SMK Al-Ma’arif Demak. Proses selanjutnya mencakup seluruh kegiatan peserta didik setelah selesai menempuh pendidikan di SMK Al-Ma’arif Demak. Proses ini mencakup pengarahan sebelum meninggalkan sekolah, kemudian diadakan perkumpulan orang tua atau wali peserta didik guna diberi pengarahan supaya mengawasi putra-putrinya setelah berada di rumah. Selain itu orang tua atau wali peserta didik juga diberi pengarahan untuk memilihkan sekolah lanjutan yang dirasa baik bagi anaknya, dan guru atau kepala sekolah memberikan laporan-laporan hasil belajar selama sekolah di SMK Al-Ma’arif Demak. Untuk menunjukkan pada orang tua atau wali peserta didik bahwa anak mereka atau peserta didik-siswi SMK Al-Ma’arif
Demak sudah bisa mandiri, percaya diri, berani, bisa bekerja sama dan sebagainya, maka pihak SMK Al-Ma’arif Demak juga menggelar atau mementaskan pertunjukan berupa gelar kreasi. Dalam hal inilah orang tua diharapkan untuk membiasakan anaknya serta dapat mengawasi dan mengontrol aktivitas ketika di rumah. Dengan demikian peserta didik dinyatakan telah menjadi alumni SMK Al-Ma’arif Demak (Kristanti Juni Lestari, S.Pd, Kepala Sekolah, Wawancara, 9 Mei 2014). 4) Kepatuhan Berdasarkan
pengamatan
ketika
para
peserta
didik
melaksanakan praktek jama’ah shalat Dzuhur di sekolah diketahui bahwa sebagian besar para peserta didik dalam melakukan shalat menunjukkan kesadaran mereka, mereka pun membaca asmaul husna dan do’a harian dengan keras, juga membaca al-Qur’an tiap hari rabu dan jum’at, dari sudut karakter mereka belum semuanya berkarakter baik karena masih dibawa masa kanak-kanak dengan keahilannya. Untuk membentuk kepatuhan kepada ajaran agama Islam guru membiasakan karakter yang akhlakul karimah dalam kehidupan sekolah, karena pada masa kanak-kanak karakter kepatuhan akan terbentuk dengan sendirinya jika dibiasakan setiap hari pada anak (Observasi 17 April-3 Mei 2014).
C. Problematika yang Dihadapi dalam Penerapan Model Pendidikan Karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak. Ada beberapa problematika yang dihadapi dalam pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak diantaranya: 1. Perbedaan kecerdasan, emosi anak-anak yang membuat proses belajar mengajar harus di ulang-ulang. 2. Dampak negatif kemajuan teknologi, seperti situs porno di internet yang dapat diakses dengan mudah oleh anak-anak, kemudian munculnya gamegame baru seperti play station dan lain sebagainya. Semua itu dapat menghambat dalam penanaman pendidikan karakter baik kepada anak melalui keteladanan dan pembiasaan. Misalkan, anak yang keasyikan bermain play station dan tidak diingatkan, mereka akan lupa kewajibannya seperti shalat dan belajar. 3. Sifat kekanak-kanakan yang masih terlalu manja, penuh emosional sehingga butuh waktu yang cukup dan kesabaran untuk suatu hal tertentu. 4. Anak sering terpengaruh oleh kondisi pergaulan, atau orang-orang yang mengasuh yang tidak sesuai dengan pendidikan karakter yang sudah diajarkan oleh guru di sekolah. 5. Perbedaan cara pandang antara guru dengan orang tua di rumah. 6. Banyaknya anggota keluarga dalam rumah tangga sehingga menyulitkan pula untuk menanamkan nilai-nilai karakter karena interaksi-interaksi yang ada saling mempengaruhi.
7. Orang tua peserta didik yang berangkat dari pendidikan yang rendah menjadikan proses pendidikan sedikit terhambat karena orang tidak bisa menjadi tempat pertanyaan anak. 8. Pendidikan karakter merupakan program baru dalam dunia pendidikan dan waktu yang terbatas dalam mengajarkan pendidikan karakter
belum
efektif. 9. Adanya tuntutan dalam menyelesaikan materi dalam periode tertentu sehingga menjadikan guru lebih mementingkan pengejaran penghabisan materi 10. Bentuk tes yang lebih banyak bersifat kognitif sebagai bagian dari penilaian raport dan kelulusan peserta didik menjadikan fokus ke pendidikan karakter kurang maksimal (Kristanti Juni Lestari, S.Pd, Kepala Sekolah, Wawancara, 9 Mei 2014).
BAB IV ANALISIS MODEL PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI PADA SISWA DI SMK AL-MA’ARIF DEMAK TAHUN PELAJARAN 2013/2014
A. Analisis Model Pendidikan Karakter Islami Pada Peserta didik di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 bagi Pembentukan Perilaku Islami pada Peserta didik Pendidikan selama ini masih cenderung mengajarkan pada dasar-dasar agama, sementara akhlak atau kandungan nilai-nilai kebaikan belum sepenuhnya disampaikan. Metode pengajarannya masih cenderung berpusat pada pendekatan kognitif, yaitu hanya mewajibkan peserta didik untuk mengetahui dan menghafalkan konsep dan kebenaran tanpa menyentuh perasaan, emosi, dan nuraninya. Dalam hal ini, bahwa pendidikan tentang moral dan agama masih sebatas pengajaran materi yang hasil akhirnya adalah pada nilai atau prestasi. Sehingga peserta didik memahaminya pun juga sebagai pelajaran biasa yang harus dipelajari, dibaca, dan bahkan dihafalkan. Padahal pendidikan moral dan agama bertujuan untuk membentuk peserta didik yang berkepribadian baik. Akibatnya sama juga, bahwa peserta didik akan merasa terbebani untuk mendapatkan nilai yang tinggi, bukan berakhlak baik. Sehingga walaupun mendapatkan nilai yang tinggi, tetapi akhlaknya rendah.
Diperlukannya pendidikan karakter Islami adalah untuk memberikan pengetahuan akan mana yang baik dan mana yang buruk, serta membuat sifatsifat baik mengakar di dalam diri anak, sehingga membuatnya menjadi insan kamil. Oleh karena itu, pendidikan karakter adalah usaha untuk mencegah timbulnya sifat-sifat buruk yang dapat menutupi fitrah manusia, serta melatih anak untuk terus melakukan perbuatan baik sehingga mengakar kuat dalam dirinya dan akan tercermin dalam tindakannya yang senantiasa melakukan kewajiban. Pendidikan karakter Islami merupakan pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada aspek kognitif saja, akan tetapi lebih berorientasi pada proses pembinaan potensi yang ada dalam diri anak, dikembangkan melalui pembiasaan sifat-sifat baik yaitu berupa pengajaran nilai-nilai karakter yang baik. Dalam pendidikan karakter, setiap individu dilatih agar tetap dapat memelihara sifat baik dalam diri (fitrah) sehingga karakter tersebut akan melekat kuat dengan latihan melalui pendidikan sehingga akan terbentuk akhlakul karimah. Pendidikan karakter Islami yang dilakukan di SMK Al-Ma’arif Demak untuk mengukir akhlak melalui proses mengetahui, memahami kebaikan. Yang selanjutnya mencintai kebaikan, dan yang terakhir melakukan kebaikan, yang mana proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi dan fisik, sehingga akhlak mulia dapat terukir menjadi kebiasaan yang melekat dan mengakar pada diri anak hingga dewasa sehingga anak tidak hanya cerdas dalam aspek kognitif saja, akan tetapi juga melibatkan emosi dan spiritual,
tidak sekedar memenuhi otak anak dengan ilmu pengetahuan, tetapi juga dengan mendidik akhlak anak dipersiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan respek terhadap lingkungan sekitarnya. Beberapa pola yang dikembangkan oleh SMK Al-Ma’arif
Demak dalam
pendidikan karakter Islami mengarah pada pemahaman dan penghayatan terhadap perilaku baik, cinta pada perilaku baik, dan melatih melakukan perbuatan baik, dengan pola tersebut menjadikan peserta didik mempunyai kesadaran terhadap apa yang dilakukan bukan hanya karena ketakutan atas perintah guru namun juga karena kesadaran yang muncul dari setiap peserta didik untuk selalu mengembangkan potensinya ke arah yang lebih baik dengan membiasakan tingkah laku yang karimah dalam kehidupannya. Penerjemahan konsep tersebut di program dalam pola pembinaan yang dilakukan SMK Al-Ma’arif
Demak dalam kehidupan sehari-hari seperti
pembinaan budi pekerti dan sopan santun melalui dengan melakukan membiasakan berjabatan tangan antara peserta didik dan guru sebelum masuk sekolah dan sepulang masuk sekolah, juga ketika peserta didik bertemu guru di jalan, pembinaan pembinaan sikap jujur melalui membiasakan peserta didik mengakui kesalahan dalam menggarap soal, membiasakan peserta didik untuk jujur membayar kantin dengan uang yang pas sesuai dengan barang yang di beli, pembinaan menjaga kepercayaan melalui memberikan tanggung jawab kepada peserta didik untuk melaksanakan tugas yang diberikan guru, terkadang guru memberikan reward bagi peserta didik yang mampu menjaga
kepercayaan dengan mengumpulkan tepat dan memberikan punishment bagi peserta didik yang tidak mengumpulkan. Pembinaan karakter Islami yang dikembangkan SMK Al-Ma’arif Demak akan mampu menjadi kebiasaan yang sudah mengkarakter pada diri peserta didik, karena pada dasarnya mendidik dan membiasakan karakter anak sejak kecil paling menjamin untuk mendapatkan hasil yang baik untuk kehidupannya kelak, seperti halnya sebatang dahan, ia akan lurus bila diluruskan, dan tidak bengkok meskipun sudah menjadi sebatang kayu. Dalam teori perkembangan anak didik, dikenal ada teori konvergensi, di mana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Potensi dasar ini dapat menjadi penentu tingkah laku (melalui proses). Oleh karena itu, potensi dasar harus selalu diarahkan agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi dasar tersebut adalah melalui kebiasaan yang baik. Menurut Burghardt, sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah (2000: 118) dalam bukunya Psikologi Pendidikan, kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respon dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar, meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan atau pengurangan inilah muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis. Pada dasarnya Fitrah anak cenderung kepada kebaikan, akan tetapi lingkungan di mana anak dibesarkan dapat mengotori fitrah tersebut. Sehingga perlu adanya usaha untuk merawat fitrah anak agar tetap berpotensi baik. Fitrah
adalah anugerah yang harus dijaga., dirawat, dan ditumbuhkan agar manusia bisa tumbuh menjadi insan kamil. Karena tidak mungkin dapat menjadi manusia sempurna (akhlaknya) tanpa ada usaha-usaha berupa pembinaan. Dalam hal ini orang tua sangat berperan penting. Untuk merawat dan menjaga fitrah anak harus dilakukan sejak dini agar dapat benar-benar melekat pada jiwa anak. Hal itu dapat dilakukan dengan penanaman nilai-nilai kebajikan. SMK Al-Ma’arif Demak melakukannya dengan pendidikan karakter yang merupakan perawatan fitrah anak dengan memberikan materi juga memberikan contoh atau refleksi dari materi yang diajarkan. Sehingga, seorang anak dapat benar-benar memahami dan melakukan apa yang diberikan orang tua dan pendidik. Islam menganut pendidikan sebagai suatu proses spiritual, akhlak, intelektual yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai, prinsipprinsip dan teladan ideal dalam kehidupan, juga bertujuan mempersiapkan untuk kehidupan di dunia dan akhirat. Ia juga bertujuan mengembangkan tujuan pribadinya dan memberinya segala pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang berguna disamping mengembangkan ketrampilan diri sendiri yang berkesinambungan tidak terbatas oleh waktu dan tempat kecuali taqwa. Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqoroh ayat 282.
2٢٨٢/ ٌ#"َِ ْ ٍءTP َ ) v ُ ِ ,ُ 3 وَا,ُ 3 ا#ُ ُ ُ vَ Kُ َو,َ 3 ا ا8ُ 3 وَا... … Bartakwalah kamu kepada Allah SWT niscaya Allah SWT akan mengajarmu, sebab Allah SWT maha mengetahui segala sesuatu. (QS Al-Baqoroh : 282) (Soenarjo, 2003: 71).
Disamping itu dalam pandangan yang lain pendidikan adalah investment dalam menumbuhkan sumber-sumber potensial pada diri manusia sehingga ia berkembang aktif dan menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Dengan pendidikan diharapkan akan memberikan sumbangan pada semua bidang pertumbuhan individu yang salah satunya berkaitan dengan pertumbuhan psikologis dan sosial. Pengembangan fitrah peserta didik yang dilakukan di SMK Al-Ma’arif Demak juga diarahkan kepada terciptanya
manusia yang berakhlakul
karimah, karena Inti dari Islam adalah terciptanya akhlakul karimah, jika akhlaknya hilang berarti gagal tujuan ajaran-ajaran agama Islam. Beberapa hikmah yang dapat diraih apabila pendidikan karakter Islami ditanamkan sejak dini antara lain; Pertama, pendidikan karakter Islami mewujudkan kemajuan rokhani. Kedua, pendidikan karakter Islami menuntun kebaikan. Ketiga, pendidikan karakter Islami mewujudkan kesempurnaan iman. Keempat, pendidikan pendidikan karakter Islami memberikan keutamaan hidup di dunia dan kebahagiaan di hari kemudian. Kelima, pendidikan pendidikan karakter Islami
akan membawa kepada kerukunan rumah tangga, pergaulan di
masyarakat dan pergaulan umum melalui keteladanan yang dilakukan guru, dan pembiasaan perilaku di sekolah yang mengarah pada penciptaan akhlakul karimah seperti shalat jama’ah bersama, kejujuran, salam dengan guru dan sebagainya Pendidikan karakter Islami yang dilakukan di SMK Al-Ma’arif Demak untuk menuju terciptanya peserta didik yang akhlakul karimah juga di
lakukan dengan beberapa pendekatan yang dapat mengarahkan peserta didik mencapai tujuan tersebut diantaranya pendekatan penanaman nilai yang diarahkan pada penciptaan karakter pendidikan karakter Islami peserta didik yang peduli dengan keadaan sosialnya melalui kerja bakti dan tali asih, pendekatan perkembangan kognitif yang arahnya memberikan bekal kepada peserta didik untuk mempunyai alasan yang jelas dalam melakukan sesuatu, tidak hanya ikut-ikutan sehingga setiap perilaku yang baik membekas pada diri peserta didik, pendekatan ini dilakukan melalui proses pemberian materi yang lebih banyak mengarah pada akhlak yang riil bagi peserta didik, pendekatan klarifikasi nilai yang arahnya pada pembentukan kesadaran pada diri peserta didik dalam berbuat sesuatu yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain di sekitarnya, pendekatan ini dilakukan melalui melakukan piket, kerja sama dalam pembelajaran, kepanitiaan acara hari besar agama dan berinteraksi dengan sesama teman, pendekatan pembelajaran berbuat yang arahnya
pada
pemberian
penekanan
pada
usaha-usaha
memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok, pendekatan ini dilakukan melalui bersih-bersih lingkungan, menyantuni anak yatim, dan jalan sehat dengan masyarakat sekitar. Semua dilakukan pihak SMK Al-Ma’arif Demak secara bertahap dan berkesinambungan sebagai program pembentukan karakter pendidikan karakter Islami peserta didik karena pengetahuan karakter akhlakul karimah tidak seperti pengetahuan lainnya, karena ilmu pengetahuan akhlak tidak
hanya memberitahukan mana yang baik dan mana yang tidak baik, melainkan juga mempengaruhi, mendorong, bahkan menuntun langsung supaya hidupnya suci dengan memprodusir kebaikan atau kebajikan yang mendatangkan manfaat bagi sesama manusia. Walaupun demikian, ke semua program pendidikan
memerlukan proses yang panjang agar benar-benar terwujud
tujuan dan sasaran-sasarannya. Mengingat hal itu nilai-nilai pendidikan akhlak dapat menjadi alternatif jalan untuk mengubah seseorang dan mengobati seseorang yang berpenyakit apabila secara alamiah maupun terprogram mutlak diperlukan anak didik. Pendidikan karakter pendidikan karakter Islami SMK Al-Ma’arif
yang dilakukan di
Demak juga dilakukan melalui pengalaman-pengalaman
yang bersifat ketauhidan dan pembiasaan ibadah pada diri peserta didik baik melalui pengalaman shalat bersama, dzikir dan doa bersama serta mengikuti kultum, yang sebelum dan sesudah shalat berjamaah dilakukan shalat sunah pengalaman ini akan menjadikan peserta didik disiplin dan terbiasa mendekatkan diri pada Allah. Pengalaman asmaul Husna dan doa-doa sehari hari dengan tujuan agar anak memiliki rasa ketauhidan tinggi dan terbiasa berperilaku seperti makna dalam asmaul husna, dan menjalankan kehidupan sehari-hari penuh dengan permohonan kepada Allah melalui do’a sehingga kehidupan peserta didik terarah di jalan yang benar yang diridloi Allah. Pengalaman membaca al-Qur’an dan hadist, dengan membaca alQur’an dan hadist maka peserta didik dibentuk karakternya untuk
meninggalkan al-Qur’an dan hadist yang pada akhirnya akan membantu perilaku peserta didik yang sejalan dengan ajaran yang ada di dalamnya, karena bagi orang-orang yang dekat dan mau mengamalkan al-Qur’an dan hadist akan tenang hatinya yang memungkinkan orang tersebut menjalani hidup dengan positif dan baik. Pengalaman membiasakan berperilaku terpuji, pengalaman ini akan membentuk karakter pendidikan karakter Islami
peserta didik untuk
melakukan sesuatu dengan dasar pertimbangan yang baik dan menjalankan kehidupan penuh dengan kebaikan, sopan-santun, tolong menolong, tidak egois yang akhirnya mengarah pada karakter taat kepada ajaran agamanya. Pengalaman hidup bersih, kebersihan adalah sebagian dari iman, dengan menciptakan karakter bersih pada peserta didik akan membiasakan peserta didik hidup sehat dan teratur, pengalaman disiplin belajar yang arahnya pada penciptaan karakter peserta didik yang disiplin dalam menjalankan amanat yang diberikannya, pengalaman Akhlak kepada diri sendiri dan orang lain dengan melibatkan peserta didik secara aktif, di mana antara peserta didik satu sama lain saling mengawasi dan mengingatkan jika yang lain melakukan kesalahan sehingga peserta didik terbiasa berinstropeksi dari setiap perilaku yang dilakukan. Dari pengalaman-pengalaman di atas dalam pandangan peneliti pada dasarnya mengarah pada perlunya pembentukan karakter pendidikan karakter Islami peserta didik yang akhlak al-karimah dengan didasari aqidah yang tertanam kuat. Karena seseorang yang mempunyai kesempurnaan iman tentu
saja akan melahirkan kesempurnaan akhlak. Dengan kata lain, keindahan akhlak merupakan manifestasi dari kesempurnaan iman. Sebaliknya tidaklah seseorang dipandang beriman secara sungguh-sungguh jika dalam realitas moral dan akhlaknya buruk, karena kesempurnaan iman akan membawa pada kesempurnaan akhlak.
Di samping itu keimanan dalam pendidikan Islam
harus lebih dahulu masuk dalam jiwa anak didik, agar timbul kepercayaan pada Allah Yang Maha Ghaib. Hal ini karena menjadi landasan anak didik dalam bertindak dan berperilaku. Tidak terlaksananya pendidikan karakter pendidikan karakter Islami yang mengarah pada akhlakul karimah yang holistik baik di rumah, sekolah maupun dalam masyarakat mengakibatkan banyak terjadi gejala-gejala dalam masyarakat, berbagai tindakan amoral, kekerasan, dan tindakan-tindakan lain yang telah jauh dari nilai-nilai agama (Islam). Mengingat persoalan yang demikian sangat perlu untuk mengaktualisasikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam kehidupan umat Islam sedini mungkin agar dapat tertanam kuat dalam benak generasi muda Islam. Salah satu paradigma yang timbul pada pendidikan modern adalah pembinaan yang hanya terfokus pada perkembangan jasmani saja, sehingga terdapat persoalan mendasar yaitu pendidikan tidak berhasil dalam membangun karakter masyarakat seutuhnya. Manusia yang dididik dalam paradigma yang demikian akan mengalami kekosongan batiniah atau akan kehilangan ruh pendidikannya. Justru yang terjadi sebaliknya, pendidikan menghasilkan pribadi-pribadi yang cenderung konsumtif, bermewah-mewah,
dan berpacu untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya tanpa mengindahkan cara dan perilaku yang baik, mekanisme kerja yang berkualitas, dan menjunjung tinggi kesederhanaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdurrahman an-Nahlawy (1995: 123124) bahwa Pendidikan Islam yang meletakkan segala perkara dalam posisi yang alamiah memandang segala aspek perkembangan manusia sebagai sarana mewujudkan aspek ideal, yaitu penghambaan dan ketaatan pada Allah SWT serta pengaplikasian nilai-nilai Islam dan syari’at dalam kehidupan sehari-hari. Dengan usaha yang demikian diharapkan dapat mencetak anak didik yang berjiwa besar, pandai, dan berprestasi, namun juga beriman dan berakhlak alkarimah. Karena Islam memelihara aspek yang lebih luas baik dari aspek fisik maupun mental- spiritual, intelektual, perilaku, sosial dan pengalaman. Tujuan pendidikan karakter pendidikan karakter Islami yang telah diajarkan di rumah dan di sekolah akan sia-sia dalam pandangan peneliti apabila tidak dilihat secara ideal maupun aktual. Pendidikan yang secara ideal menciptakan dan mencetak generasi muslim yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak al-karimah. Perwujudan taat, tunduk, dan peribadatan yang diwajibkan syari’at. Sedang dalam nilai aktual nilai-nilai pendidikan akhlak harus mampu menjadi alternatif bagi lingkungan masyarakat dalam menghadapi berbagai kritis multi dimensional. Melalui usaha aktualisasi nilainilai pendidikan Islam, diharapkan masyarakat akan puas karena ia memiliki nilai lebih, lebih lanjut akan melahirkan kesadaran dari dalam untuk merealisasikan nilai-nilai pendidikan Islam itu.
Proses pembelajaran pendidikan karakter pendidikan karakter Islami di kelas dilakukan oleh SMK Al-Ma’arif Demak di dasarkan pada kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi yang mengarah pada penciptaan pembelajaran aktif dalam rangka pencarian secara aktif karakter peserta didik dan penyadaran terhadap segala sesuatu yang dilakukan peserta didik, guru hanya memotivasi peserta didiklah yang aktif dalam menggali materinya, konsep ini dilakukan melalui penggunaan metode pembelajaran aktif, CTL, cooperative learning dan inquiry, sehingga pada akhirnya akan tercipta karakter dari peserta didik yang mandiri dan berusaha mencari kebenaran bukan hanya menerima kebenaran dari orang lain. Melihat proses pelaksanaan pendidikan karakter di SMK Al-Ma’arif Demak antara guru dengan peserta didik atau peserta didik dengan peserta didik dalam pandangan peneliti sebuah bentuk komunikasi yang mengarah pada proses pembelajran partisipatif, karena adanya keterlibatan, tanggung jawab dan umpan balik dari peserta didik. Keterlibatan peserta didik merupakan syarat pertama dalam kegiatan belajar di kelas. Untuk terjadinya keterlibatan itu peserta didik harus memahami dan memiliki tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar. Keterlibatan peserta didik itupun harus memiliki arti penting sebagai bagian dari dirinya dan perlu diarahkan secara baik oleh sumber belajar. Oleh karena itu bentuk pembelajaran partisipatif yang perlu dikembangkan dalam membentuk komunikasi di dalam kelas terutama dalam pelaksanaan pendidikan karakter di kelas perlu memperhatikan beberapa
prinsip berikut. Pertama, berdasarkan kebutuhan belajar (learning needs based) sebagai keinginan maupun kehendak yang dirasakan oleh peserta didik. Kedua, berorientasi kepada tujuan kegiatan belajar (learning goals and objective oriented). Prinsip ini mengandung arti bahwa pelaksanaan pembelajaran partisipatif berorientasi kepada usaha kepada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Ketiga, berpusat kepada peserta didik (partisipan centered). Prinsip ini sering disebut learning centered yang menunjukkan bahwa kegiatan belajar selalu bertolak dari kondisi riil kehidupan peserta didik. Keempat, belajar berdasarkan pengalaman (experiential learning), bahwa kegiatan belajar harus selalu dihubungkan dengan pengalaman peserta didik. Pembelajaran partisipatif dapat dikembangkan dengan prosedur sebagai berikut: 1. Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar. 2. Membantu peserta didik menyusun kelompok, agar dapat saling belajar dan membelajarkan. 3. Membantu peserta didik untuk mendiagnosis dan menemukan kebutuhan belajarnya. 4. Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar. 5. Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar. 6. Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. 7. Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar.
Dalam pembelajaran partisipatif guru harus berperan sebagai fasilitator dengan memberikan kemudahan belajar langkah-langkah di atas. Peserta didik yang telah mampu belajar lebih mandiri dan kerja sama akan lebih kritis dalam menanggapi segala sesuatu di sekelilingnya. Sikap kritis tersebut terutama ditujukan terhadap gurunya sendiri. Peserta didik akan lebih kritis menilai persahabatan dan integritas guru. Mereka akan menilai gurunya secara keseluruhan, dari mulai cara berpakaian, tingkah laku, bahasa, wawasan, pengetahuan, dan sebagainya. Maka dalam hal ini, sampai kepada masalah keteladanan. Seorang guru yang mampu menjadi suri teladan yang baik akan memiliki wibawa di hadapan peserta didik. Dan hanya guru yang memiliki wibawa dan mampu menyelami peserta didik yang akan mampu menciptakan kondisi kelas yang kondusif. Guru berperan sebagai teman belajar yang mampu memahami berbagai kondisi anak didik. Proses belajar mengajar selalu diawali dengan kegiatan journal / menggambar bebas yang merupakan media bagi guru untuk memahami kondisi psikis anak didik, diantaranya untuk mengetahui apakah anak dalam kondisi sehat atau sakit secara fisik sekaligus mengetahui masalah yang dihadapi masing-masing anak. Upaya tersebut ditindaklanjuti dengan memberikan konseling bagi anak bermasalah untuk menciptakan suasana menyenangkan yang harapannya anak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar secara optimal. Dalam hal ini guru memposisikan sebagai fasilitator belajar daripada sebagai instruktur semata-mata. Istilah fasilitator lebih menunjukkan bahwa
tanggungjawab akhir untuk belajar haruslah pada anak dalam menemukan dirinya. Karena parameter keberhasilan pendidikan di sini adalah kemampuan eksplorasi kecerdasan, minat dan bakat peserta didik serta upaya mengembangkan secara baik dan maksimal. Demikian juga metode yang digunakan dalam pendidikan karakter pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak menggunakan metode pembiasaan, keteladanan, pengawasan, dan kepatuhan menunjukkan arah pendidikan karakter di SMK Al-Ma’arif Demak ingin mewujudkan karakter peserta didik melalui pembiasaan yang didahului oleh keteladanan karakter akhlakul karimah yang dilakukan oleh guru dengan pengawasan yang baik dan mengarahkan peserta didik pada kepatuhan terhadap apa yang telah disepakati dalam aturan. Dalam praktik pendidikan, anak didik cenderung meneladani pendidiknya dan ini diakui oleh hampir semua ahli pendidikan. Pada dasarnya secara psikologi anak senang meniru tidak saja yang baik-baik tetapi juga yang jelek dan secara psikologis juga manusia membutuhkan tokoh teladan dalam hidupnya. Pendidikan kepada anak sekolah pada dasarnya lebih diarahkan pada penanaman nilai moral, pembentukan sikap dan perilaku yang diperlukan agar anak-anak mampu untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Anak-anak usia sekolah dasar memiliki daya tangkap dan potensi yang sangat besar untuk menerima pengajaran dan pembiasaan disbanding pada usia lainnya.
Jadi pelaksanaan pendidikan karakter pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak diarahkan pada pembentukan karakter peserta didik yang kuat dalam aqidah, akhlak dan membiasakan ibadah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga benar-benar terbentuk karakter yang muttaqin penuh dengan kejujuran pada peserta didik karena pembangunan bangsa tidak mungkin berjalan hanya dengan hanya mencari kesalahan orang lain, yang diperlukan dalam pembangunan ialah keikhlasan, kejujuran, jiwa kemanusiaan yang tinggi. Sesuai nya kata dengan perbuatan, prestasi kerja, kedisiplinan, jiwa dedikasi dan selalu berorientasi kepada hari depan dan pembaharuan. Dengan adanya penerapan pendidikan karakter pendidikan karakter Islami tersebut, maka akan terbentuklah sosok manusia cerdas, kreatif dan berakhlakul karimah yang siap membangun “peradaban dunia” yang lebih baik dengan landasan iman dan takwa kepada Allah. B. Analisis solusi terhadap Problematika Penerapan Model Pendidikan Karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak Beberapa problematika yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan karakter pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak yang terkait dengan kemampuan peserta didik, efek perkembangan teknologi informasi, pergaulan yang semakin negatif, cara pandang yang berbeda antara guru dan orang tua, dan rendahnya pendidikan orang tua baru membutuhkan solusi yang mampu
mengubah
problematika
tersebut
menjadi
potensi
mengembangkan pendidikan karakter diantara solusi tersebut adalah:
untuk
1. Membangun kemampuan mengendalikan diri dalam problematika yang dihadapi oleh peserta didik, orang tua perlu melatih kepada putra-putri mereka disaat hati dan pikiran mereka masih mudah diwarnai, dan orang tua mulai memberikan pendidikan karakter semenjak anak mengerti tentang instruksi, dan jangan berhenti selagi orang tua masih memiliki kemampuan. 2. Karakteristik peserta didik yang berbeda menjadikan menjadi lebih rumit. Cara mengatasinya yaitu dengan melibatkan peserta didik sebagai subyek pendidikan sehingga mereka lebih ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Karakteristik yang berbeda akan menjadi bermakna dalam proses pembelajaran terutama dalam pendidikan karakter apabila guru terus memberikan motivasi dan penghargaan yang sama atas prestasi yang mereka raih, dan mendorong mereka untuk lebih dapat menghargai orang lain, karena bagaimanapun segala sesuatu yang dilakukan secara kelompok
dengan rasa saling menghargai akan
menghasilkan produk hasil dan proses yang lebih baik. 3. Perbedaan kecerdasan, emosi anak-anak tidak perlu melaksanakan proses pembelajaran yang di ulang-ulang namun
melibatkan peserta didik
sebagai subyek pendidikan sehingga mereka lebih ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Karakteristik yang berbeda akan menjadi bermakna dalam proses pembelajaran terutama dalam pendidikan karakter apabila guru terus memberikan motivasi dan penghargaan yang sama atas prestasi yang mereka raih, dan mendorong
mereka untuk lebih dapat menghargai orang lain, karena bagaimanapun segala sesuatu yang dilakukan secara kelompok dengan rasa saling menghargai akan menghasilkan produk hasil dan proses yang lebih baik. 4. Dampak negatif kemajuan teknologi perlu membangun kemampuan mengendalikan diri siswa, selain guru yang ada di sekolah, peran orang tua perlu dilakukan dengan melatih kepada putra-putri mereka disaat hati dan pikiran mereka masih mudah diwarnai, dan orang tua mulai memberikan pendidikan karakter semenjak anak mengerti tentang instruksi, dan jangan berhenti selagi orang tua masih memiliki kemampuan. Selain itu orang tua perlu membatasi jumlah jam menonton televisi dan main game. Orang tua juga perlu melatih anak bagaimana cara menegakkan peraturan. Orang tua juga perlu senantiasa melakukan klarifikasi terhadap pelanggaranpelanggaran atau kekeliruan-kekeliruan. 5. Sifat kekanak-kanakan yang masih terlalu manja, penuh emosional menjadikan pendidikan perlu memberikan perhatian intensif. Perhatian yang dimaksud adalah memberikan pendidikan, pengarahan, perlindungan dan kasih sayang, maka dari itu walaupun guru kekurangan waktu, harus dapat membagi dan merencanakannya lebih baik bagi para siswanya, walaupun hal tersebut harus memberi waktu yang intensif kepada siswasiswa yang mengalami kesulitan belajar, sehingga pendidikan karakter yang diberikan kepada peserta didik bisa selalu dimengerti siswa dan dipahami sebagai kewajiban dengan senang karena semata-mata karena ibadah dan sewaktu-waktu guru juga harus mengontrol keadaan hasil
pendidikan siswanya sudah baik dan benar atau belum, sehingga sebagai guru bisa membenahinya dengan cara perhatian yang lebih terhadap siswanya. 6. Anak sering terpengaruh oleh kondisi pergaulan perlu dilakukan latihanlatihan, seperti: budaya suka berbagi dengan orang lain. Kemampuan berbagi ini simbol dari pengendalian atas nafsu ingin menguasai. 7. Perbedaan cara pandang antara guru dengan orang tua di rumah perlu dijembati dengan guru sering melakukan kunjungan rumah wali murid dan melakukan pertemuan rutin untuk membahas masalah perilaku anak 8. Banyaknya anggota keluarga dalam rumah tangga sehingga menyulitkan pula untuk menanamkan nilai-nilai karakter karena interaksi-interaksi yang ada saling mempengaruhi menjadikan setiap orang tua perlu membuat jadwal harian. Dengan membuat jadwal harian orang tua juga akan lebih mudah untuk memberikan motivasi kepada anak. 9. Orang tua siswa yang berangkat dari pendidikan yang rendah yang tidak bisa menjadi tempat bertanya bagi anak menjadikan guru harus lebih intensif dalam berkomunikasi dengan orang tua dan lebih banyak meluangkan waktu untuk mendampingi siswanya. 10. Untuk mendidik peserta didik perlu memberikan perhatian intensif. Perhatian yang dimaksud adalah memberikan pendidikan, pengarahan, perlindungan dan kasih sayang, maka dari itu walaupun guru kekurangan waktu, harus dapat membagi dan merencanakannya lebih baik bagi para peserta didiknya, walaupun hal tersebut harus memberi waktu yang
intensif kepada peserta didik-peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, sehingga pendidikan karakter yang diberikan kepada peserta didik bisa selalu dimengerti peserta didik dan dipahami sebagai kewajiban dengan senang karena semata-mata karena ibadah dan sewaktu-waktu guru juga harus mengontrol keadaan hasil pendidikan peserta didiknya sudah baik dan benar atau belum, sehingga sebagai guru bisa membenahinya dengan cara perhatian yang lebih terhadap peserta didiknya. 11. Melakukan latihan-latihan, seperti: budaya suka berbagi dengan orang lain. Kemampuan berbagi ini simbol dari pengendalian atas nafsu ingin menguasai. 12. Membatasi jumlah jam menonton televisi dan main game. Orang tua perlu melatih anak bagaimana cara menegakkan peraturan. Orang tua juga perlu senantiasa melakukan klarifikasi terhadap pelanggaran-pelanggaran atau kekeliruan-kekeliruan. 13. Membuat jadwal harian. Dengan membuat jadwal harian orang tua juga akan lebih mudah untuk memberikan motivasi kepada anak. 14. Pemantauan ketaatan peserta didik Untuk memantau ketaatan peserta didik yang kadang-kadang tidak patuh terhadap perintah guru atau peraturan sekolah tentang pendidikan karakter yang harus dijalankan, maka para guru SMK Al-Ma’arif Demak perlu memberi pemantauan, di antaranya dengan menanamkan perilaku moral yang sudah diatur oleh sekolah dengan memberikan motivasi dan peringatan. Selain itu mereka juga harus melatih peserta didik-peserta
didik mereka untuk selalu mengerjakan amalan-amalan agama Islam di mana saja dengan dipantau melalui buku penghubung. Perhatian guru terhadap aspek perilaku, moral dan akhlak peserta didik ini bisa diwujudkan dengan mendidik serta membiasakan peserta didik dalam keseluruhan akhlak, maka dari itu mendidik dan mengajarkan perilaku harus ditanamkan sejak awal peserta didik masuk sekolah, karena hal-hal yang ditanamkan ketika masih remaja akan sulit dilupakan begitu saja kelak ketika mereka sudah dewasa. Dengan demikian mereka harus mendidik peserta didik-peserta didiknya dalam keluhuran akhlak dan budi pekerti, serta sifat luhur lainnya seperti jujur, bertanggung jawab, berani, takwa dan cinta kepada Allah serta Rasul-Nya, cara bergaul yang baik dengan masyarakat, menghormati yang lebih tua, toleran, memiliki rasa cinta terhadap sesama. Namun, dalam hal ini guru harus terbiasa dengan sifat-sifat dan akhlak seperti halnya di atas, apa yang mereka katakan harus tercermin dalam perilaku kesehariannya, sebab peserta didik-peserta didiknya akan mengadopsi dan menelan mentah-mentah semua perilaku orang-orang yang menjadi panutannya. Jika yang terjadi justru sebaliknya, maka konsekuensi negatif yang akan muncul adalah seperti halnya peserta didik menjadi tidak taat dan tidak patuh pada guru. Untuk itu sebagai guru harus mempunyai berbagai cara untuk mengatasi hal tersebut dan benar-benar memahami perilaku peserta didiknya sendiri, misalnya saja dengan memberikan pujian apabila peserta didik berbuat baik yaitu bisa dengan
hadiah ucapan atau materi, akan tetapi jangan menjadikan mereka sombong dan angkuh, karena mendidik jangan menjadikan peserta didik penakut. Selain hal di atas, sebagai seorang guru juga harus membiasakan pada peserta didik-peserta didik mereka dengan mengerjakan amalan yang dianjurkan agama misalnya shalat, berperilaku terpuji dan membaca alQur’an dengan cara setahap demi setahap dan tentunya dengan bimbingan dan arahan dari guru. C. Konfirmasi Teori dengan Hasil Penelitian Menurut Koesoema (2007: 135) dalam bukunya mengungkapkan untuk kepentingan pertumbuhan individu secara integral, pendidikan karakter semestinya memiliki tujuan jangka panjang yang mendasarkan diri pada tanggapan aktif kontekstual individu atas impuls natural sosial yang diterimanya yang pada gilirannya semakin mempertajam visi hidup yang akan diraih lewat proses pembentukan diri terus-menerus. Tujuan jangka panjang ini tidak sekedar berupa idealisme yang penentuan sarana untuk mencapai tujuan tidak dapat diverifikasi, melainkan sebuah pendekatan dialektis yang saling mendekatkan antara yang ideal dengan kenyataan, melalui proses refleksi dan interaksi terus menerus, antara idealisme, pilihan sarana, dan hasil langsung yang dapat dievaluasi secara objektif. Sedangkan hasil lapangan menyatakan model pendidikan karakter Islami yang dilakukan di SMK Al-Ma’arif Demak adalah berorientasi pada pembentukan akhlak (karakter baik), yang mana di dalamnya melibatkan
berbagai potensi manusia yang dapat dikembangkan. Pendidikan karakter merupakan usaha pengembangan semua potensi anak, sehingga menjadi manusia yang seutuhnya, manusia yang cerdas secara kognitif dan juga cerdas secara emosi. Pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses mengetahui, memahami kebaikan. Yang selanjutnya mencintai kebaikan, dan yang terakhir melakukan kebaikan, yang mana proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi dan fisik, sehingga akhlak mulia dapat terukir menjadi kebiasaan yang melekat dan mengakar pada diri anak hingga dewasa dengan pada akhlakul karimah dengan melibatkan partiospasi aktif peserta didik melalui eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, guru hanya menjadi motivator dan peserta didiklah yang mencari pemahaman secara mandiri maupun kelompok terhadap materi yang diberikan, pelaksanaan di sekolah meliputi kegiatan ibadah harian seperti sholat sunah dhuha dan rowatib, sholat berjamaah dhihur dan ashar, dzikir dan doa bersama, membaca al-Quran dan hadist sebelum memulai pelajaran dan membiasakan berperilaku terpuji pelaksanaan metode pembiasaan ini melibatkan semua yang menjadi bagian dari sekolah baik guru, karyawan, sampai kepala sekolah. Untuk lebih jelasnya peneliti gambarkan dalam bagan tersebut:
Teori
Fakta
Pendidikan Karakter Islami
Pendidikan Islam
Pengumpulan Data
1. Observasi 2. Wawancara 3. Dokumentasi Pengembangan Potensi ke arah Akhlakul Karimah Penekanan Pendekatan Metode Sistem Nilai
1. Mengajarkan 2. Keteladanan 3. Menentukan prioritas 4. Praksis prioritas 5. Refleksi
1. 2. 3. 4.
1. 2. 3. 4.
Nilai kultural Nilai sosial Nilai psikologis Nilai tingkah laku
Keseimbangan antara kepentingan hidup dunia dan akhirat Keseimbangan kebutuhan jasmani dan rohani Keseimbangan kepentingn individu dan sosial Keseimbangan antar ilmu dan amal.
Terukir karakter Islami melalui proses mengetahui, memahami kebaikan. Yang selanjutnya mencintai kebaikan, dan yang terakhir melakukan kebaikan, yang mana proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi dan fisik, sehingga akhlak mulia dapat terukir menjadi kebiasaan yang melekat dan mengakar pada diri anak hingga dewasa
1. Membentuk karakter 2. Membangki tkan rasa cinta 3. Melatih anak untuk melakukan kebaikan
Pembinaan
1. Penanam an nilai 2. Perkemb angan kognitif 3. Klarifika si nilai 4. Pembelaj aran berbuat
Pengamalan: 1. Mengerjakan shalat 2. Asmaul Husna dan doa-doa sehari hari 3. Membaca al-Qur’an dan hadist 4. Membiasakan berperilaku terpuji 5. Hidup Bersih 6. Disiplin Belajar 7. Akhlak kepada diri sendiri dan orang lain
5. Budi pekerti 6. Sikap Jujur kognitif 7. menjaga kepercay aan
Proses Pembelajaran 1. Eksplorasi 2. Elaborasi 3. Konfirmasi
Metode: 1. Pembiasaan 2. Keteladanan 3. Pengawasan 4. Kepatuhan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan di bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1.
Model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 dilakukan melalui proses penanaman karakter siswa baik di kelas dan diluar kelas, di dalam kelas pendidikan karakter dilakukan dengan memberikan materi yang mengarah pada akhlakul karimah dengan melibatkan partisipasi aktif siswa melalui eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, guru hanya menjadi motivator dan siswalah yang mencari pemahaman secara mandiri maupun kelompok terhadap materi yang diberikan, pelaksanaan di sekolah meliputi kegiatan ibadah harian seperti sholat sunah dhuha dan rowatib, sholat berjamaah dhuhur dan ashar, dzikir dan doa bersama, membaca al-Quran dan hadist sebelum memulai pelajaran dan membiasakan berperilaku terpuji seperti; siswa membiasakan melaksanakan hal-hal yang positif untuk berbuat kebaikan, beramal saleh, bertingkah laku sopan akan membawa siswa kepada keyakinan yang teguh dan taat menunaikan kewajiban agamanya, melaksanakan 4S yaitu senyum, salam sopan dan santun kepada sesama teman, guru dan semua yang terlibat dalam kehidupan siswa baik di sekolah, rumah maupun masyarakat. Bentuk pendekatan yang digunakan Pendekatan penanaman nilai, pendekatan perkembangan kognitif, pendekatan klarifikasi nilai dan pendekatan pembelajaran berbuat, sedangkan yang dilakukan untuk menciptakan karakter akhlakul karimah siswa adalah pembinaan budi pekerti dan sopan santun, pembinaan bersikap jujur, pembinaan menjaga kepercayaan, Bentuk pengamalan-pengamalan yang dilaksanakan meliputi bagian dari aspek ibadah, al-Qur'an hadits dan aspek akhlak. Cara dalam pelaksananaan metode pembiasaan ini melibatkan semua yang menjadi bagian dari sekolah baik guru, karyawan, sampai kepala sekolah
2.
Penerapan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 bagi pembentukan perilaku Islami pada siswa yaitu terciptanya siswa yang berakhlakul karimah melalui kebiasaan yang sudah mengkarakter pada diri peserta didik yaitu karakter akhlakul karimah, baik dalam kebiasaan sehari-hari di sekolah maupun dirumah baik dalam hal ibadah maupun sosial.
B. Saran-saran 1. Saran bagi Sekolah
Membentuk kredibilitas seorang pendidik agar menjadi pendidik yang profesional dapat dilakukan dengan cara: penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik, hubungan antar individu, baik pendidik dan peserta didik maupun antar sesama pendidik seperti kepala sekolah, guru, tata usaha, maupun masyarakat. 2. Saran bagi Guru a. Guru sebagai pemberi informasi sekaligus pendidik dan pembimbing dalam proses pendidikan karakter harus mampu menjalankan pendidikan karakter seefektif mungkin dan menggunakan seluruh kompetensi (kemampuan) yang dimiliki untuk melaksanakan tugasnya sebagai pendidik serta sikap penuh kasih sayang dalam lingkungan sekolah. b. Pengaruh pendidikan karakter di sekolah dapat terwujud apabila seluruh guru di sekolah, khususnya guru yang bersangkutan memiliki personalitas yang bulat, utuh, dan berwibawa. Hal ini disebabkan oleh seluruh perilaku dan sikap guru seperti tutur kata, cara mengajar, serta cara berpakaian dan berpenampilan selalu dalam ingatan setiap peserta didik. 3. Saran bagi Orang Tua Orang tua adalah guru pertama bagi putera-puteri mereka. Dalam peran tersebut, orang tua hendaknya turut serta membantu dan bekerja sama dengan pihak sekolah dalam meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan putera-puteri mereka.
4. Saran bagi Peserta Didik Dalam PBM (proses belajar-mengajar), peserta didik merupakan faktor yang sangat penting, khususnya dalam pendidikan. Oleh karena itu, siswa harus menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada dengan baik dan benar, karena hal ini demi kebaikan mereka di masa yang akan datang. Selain itu, peserta didik harus hormat, patuh, serta menjaga sopan dan santun kepada para pendidik. C. Kata Penutup Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat,
taufiq
dan
hidayah-Nya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini Penulis sadar bahwa karya ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan yang akan datang untuk mencapai kesempurnaan. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pribadi pada khususnya dan bagi dunia pendidikan maupun para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA Achmadi, 2005, Ideologi Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Pelajar Al-Abrasyi, M. Athiyah, 2003, Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia Al-Ghulayani, Mustafa, t.th, Idhah al-Nasihi, Pekalongan: Raja Murah Alim, Syaful, Pendidikan Karakter Islami Solusi Terbaik, www. Taqwa islami.com. Alwi, Hasan, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka An-Nahlawy, Abdurrahman, 1995, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, terj. Shihabuddin, Jakarta: Gema Insani Press Arifin, M., 2003, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara ------------, 1995, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta :Bumi Aksara ------------, 2005, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta Armai, Arif, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pres Azis, Sholeh Abdul dan Abdul Azis Abdul Madjid, 1979, Al-Tarbiyah Waturuqu Al-Tadrisi, Juz.1., Mesir: Darul Ma’arif Azzubaidi, Zainuddin Ahmad bin Abdul Latif, t.t., Mukhtashar Shakhikhul Bukhari,Beirut: Darul Kutb Al-Alamiyah Bukhari, Shahih, tt.h, Shahih Bukhori Juz III, Bairut-Libanon: Darul Kutub Daradjat, Zakiah, 1996, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 1996 Djamarah, Saiful Bahri, 2000, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta Donald, Frederick Y. Mc., 1959, Educational Psychology, Tokyo: Overseas Publication LTD
Fahmi, Musthofa, t.th., Saklulujiyyah At Ta’alm, Mesir: Maktabah Faisal, Sanapiyah, 1994, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional Hurlock, Elizabeth B., 1978, Child Development, Japan: Mc Graw-Hill Iman, Muis Sad, 2004, Pendidikan Pasrtisipatif, Yogyakarta: Safiria Insania Press Ismail, Abdurrahman Affandi, 1982, Pendidikan Budi Pekerti, terj. Nasrun Rusli, Semarang: CV Toha Putra Khan, Yahya, 2010, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, Yogyakarta: Pelangi Publishing Kneller, George F., 1996, Logic and Language of Education, New York: John Willey and Sons, Inc. Komaruddin, 2006, Kamus Karya Tulis Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara Kusuma , Doni A., 2007, Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman Global Jakarta: Grasindo Langgulung, Hasan, 1992, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta : Pustaka AlHusna ------------, 2008, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, Jakarta: Pustaka alHusna Mansur, 2005, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Moleong, Lexy. J., 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: P.T. Remaja Rosda Karya Mukhtar, 2003, Desain Pembelajaran PAI, Jakarta : Misaka Galiza Mulkhan, Abdul Munir, 2002, Nalar Spiritual Pendidikan Islam Solusi Problem Filosofis Pendidikan Islam, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya Muslich, Masnur, 2011, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, Jakarta: PT Bumi Aksara Nawawi, Hadari, dan Nini Martini, 1996, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Q-Anees, Bambang dan Adang hambali, 2008, Pendidikan Karakter Berbasis AlQur'an, Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Qordhowi, Yusuf, 2003, Al Qur’an Menyuruh Kita Sabar, Terj.H.A. Aziz Salaim Basyarahil, Jakarta: Gema Insani Press, Cet.II Rosyadi, Khoiron, 2004, Pendidikan Profetik, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Sagala, Syaiful, 2005, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta Sarlito, Irawan, 2000, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Shihab, M. Quraish, 1998, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan Soenarjo, 2008, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra Sudjana, Nana, 2005, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung: Sinar Baru Al Gensindo Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan Laporan Penelitian, Bandung: Alfabeta Suharsono, 2003, Membelajarkan Anak dengan Cinta, Jakarta: Inisiasi Press Sukmadinata, Nana Syaodih, 2003, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya Syah, Muhibbin, 2000, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya Tafsir, Ahmad, 1994, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Umary, Barmawie, 1991, Materia Akhlak, Solo: Ramadhani Undang-undang RI No 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Semarang: Aneka Ilmu Yusuf, Syamsul, 2003, Psikologi Belajar Agama, Bandung: CV. Pustaka Bani Quraisy Zahruddin dan Hasanudin Sinaga, 2004, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada http://www.co.id/file/indonesiaberprestasi/presentasi ratnamegawangi.pdf,
PEDOMAN OBSERVASI
Nama Instansi
: SMK Al-Ma’arif Demak
Obyek observasi
: Model Pendidikan Karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak
No . 1
Yang Diamati
Kegiatan pembelajaran di SMK Al-Ma’arif Demak 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Salam Bersalaman dengan guru Membaca do’a Membersihkan kelas Komunikasi dua arah antara guru dan siswa Kerjasama diantara siswa Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. 8) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang dipelajari. 9) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai 10) Melibatkan siswa untuk mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik atau tema materi yang dipelajari dan belajar dari aneka sumber. (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama). 11) Menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain. (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras). 12) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar siswa, dan siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. (contoh yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan). 13) Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. (contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri dan mandiri). 14) Membiasakan siswa membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas pelajaran.
Ya
Tidak
Keteran gan/Buk ti
2
(contoh yang ditanamkan: cinta ilmu 15) Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas 16) Memberi kesempatan untuk berfikir 17) Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif. (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama 18) Memfasilitasi siswa berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar. (contoh nilai yang ditanamkan: jujur 19) Memfasilitasi siswa membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tulisan 20) Memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja individual atau kelompok. (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri 21) Memfasilitasi siswa melakukan pameran hasil karya 22) Memberikan umpan positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa. (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis). 23) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi siswa melalui berbagai sumber. (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, kritis, logis). 24) Memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan. (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan kekurangan). 25) Memfasilitasi siswa untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap Kegiatan keseharian di SMK Al-Ma’arif Demak 1) Upacara bendera 2) Bersih-bersih halaman sekolah 3) Salaman bersama 4) Kantin kejujuran 5) Kegiatan sosial dengan lingkungan 6) Shalat bersama 7) Ketertiban masuk dan keluar sekolah 8) Penertiban terhadap pelanggaran siswa 9) Pola pembinaan kebersihan 10) Tingkah laku guru dan siswa di sekolah
3
4
11) Tingkah laku siswa dengan siswa di sekolah 12) Senyum salam sopan dan santun yang dilakukan guru dan siswa 13) Program BTA dan pemahaman terhadap alQur’an Hadits 14) Program do’a harian Pola pembelajaran di lingkungan SMK AlMa’arif Demak 1) Pelaksanaan kegiatan harian di SMK AlMa’arif Demak 2) Pembinaan moral di SMK Al-Ma’arif Demak 3) Pembinaan ibadah bersama 4) Pembinaan belajar bersama di SMK AlMa’arif Demak 5) Pembinaan tata tertib di SMK Al-Ma’arif Demak 6) Pembinaan mengaji bersama SMK AlMa’arif Demak Moralitas siswa SMK Al-Ma’arif Demak 1) Perilaku siswa sehari-hari baik di sekolah SMK Al-Ma’arif Demak 2) Pergaulan siswa SMK Al-Ma’arif Demak 3) Kepatuhan siswa dalam mentaati peraturan di SMK Al-Ma’arif Demak 4) Sikap siswa dalam mengikuti program di SMK Al-Ma’arif Demak 5) Sikap siswa terhadap guru dan staf SMK AlMa’arif Demak 6) Sikap siswa dengan sesama teman
PEDOMAN WAWANCARA Kepala sekolah SMK Al-Ma’arif Demak 1. Apa menjadi latar belakang diterapkannya pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak 2. Bagaimana strategi yang digunakan madrasah dalam mengembangkan proses pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak 3. Bagaimana usaha madrasah dalam mengembangkan kompetensi guru dalam mengembangkan pendidikan karakter Islami Waka Kurikulum 1. Bagaimana bentuk pengembangan kurikulum pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak 2. Kebijakan kurikulum apa saja yang terkait pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak Waka Kesiswaan 1. Bagaimana peran sekolah dalam mengembangkan pendidikan karakter Islami pada siswa di SMK Al-Ma’arif Demak 2. Upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam mengembangkan pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak Guru 1. Bagaimana bentuk pendidikan karakter Islami yang dikembangkan dalam proses pembelajaran 2. Pendekatan apa saja yang dilakukan guru dalam mengembangkan pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak 3. Pembinaan apa saja yang dilakukan dalam melaksanakan pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak 4. Bentuk pengalaman apa saja yang diberikan kepada siswa dalam pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak 5. Problematika apa saja yang di alami dalam menerapkan pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak. Siswa 1. Bagaimana bentuk pendidikan kararakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak
PEDOMAN DOKUMENTASI
1. Gambaran umum SMK Al-Ma’arif Demak a. Sejarah Bediri b. Profil c. Visi-misi, tujuan, dan motto d. Strukur orgamisasi e. Keadaan guru dan siswa f. Sarana prasarana 2. Dokumen tata tertib 3. Dokumen kebijakan sekolah yang terkait dengan karakter Islami
penerapan pendidikan
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Ahmad Khotibul Umam
Nim
: 11110158
Tempat,Tgl Lahir
: Kab.Demak,18 Agustus 1991
Alamat
: Desa karang Rejo RT 01/O6, Kec. Wonosalam, Kab. Demak
Jenjang pendidikan : 1. Lulus TK Handayani karang rejo,Wonosalam,Demak Tahun 1997 2. Lulus SD Negeri karang rejo 1,Wonosalam,Demak Tahun 2004 3. Lulus MTS Futuhiyyah 1,Suburan,Mranggen,Demak Tahun 2007 4. Lulus MA Futuhiyyah 1,suburan,Mranggen,Demak Tahun 2010 5. Lulus S1 Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga,Tahun 2014 Demikian daftar riwayat hidup ini di buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga,19 Agustus 2014 Penulis
Ahmad Khotibul Umam