PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA PENYANDANG AUTIS DI SMPLB NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2013/2014
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh AJNA DINA FITRIYAH NIM 111 10 067
JURUSAN TARBIYAH PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2014
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar no 2 telp (02988) 323706, 323433 Salatiga, 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id , Email:
[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 5 eksemplar skripsi Hal
: Pengajuan Skripsi
Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama kami kirimkan naskah skripsi mahasiswi : Nama
: Ajna Dina Fitriyah
NIM
: 11110067
Jurusan/Progdi
: Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul
: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Penyandang Autis di SMPLB Negeri Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014
Untuk diajukan dalam sidang munaqasyah. Demikian untuk menjadikan periksa. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Salatiga, 07 Oktober 2014 Pembimbing
Dra. Hj.Lilik Sriyanti, M.Si NIP.19660814 199103 2 003
SKRIPSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA PENYANDANG AUTIS DI SMPLB NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 DISUSUN OLEH AJNA DINA FITRIYAH NIM : 111 10 067 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah,Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada hari Selasa, tanggal 25 November 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam. Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Dr. Agus Waluyo, M.Ag.
Sekretaris Penguji
: M. Gufron,M.Ag.
Penguji 1
: Dra. Siti Asdiqoh,M.Si.
Penguji II
: Muna Erawati,M.Si.
Penguji III
: Dra. Lilik Sriyanti, M.Si.
Salatiga, 25 November 2014 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. NIP. 19670112 199203 1 005
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Ajna Dina Fitriyah
NIM
: 111 10 067
Jurusan
: Tarbiyah
Progam Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang ditulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 07 Oktober 2014 Yang menyatakan,
Ajna Dina Fitriyah
MOTTO
Artinya:.
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
PERSEMBAHAN Untuk orang tuaku Su’aedi dan Siti Aminah tercinta Kepada
Para
dosen
yang
telah
membimbingku Saudara-sudaraku, Mas Fuad, Mas Syukron, dan Ka’ Azmi yang salalu memberikan motivasi kepada penulis Dan sahabat-sahabat seperjuanganku dan teman-teman Angkatan 2010 Tak lupa untuk kekasih yang selalu setia menungguku
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa Penyandang Autis di SMPLB Negeri Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014. Shalawat serta salam
tak lupa
penulis haturkan kepada nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan sahabatnya. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapakan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Ketua STAIN Salatiga 2. Ibu Dra.Lilik Sriyanti, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Muhlisun M.Pd, Selaku kepala sekolah SLB Negeri Salatiga yang telah memberikan izin penelitian bagi penulis. 4. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya kepada penulis 5. Kedua orang tuaku, kakak-kakakku yang telah memberikan dukungan moril dan materil dalam penyusunan skripsi ini. 6. Sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 7. Semua pihak dengan ikhlas memberikan bantuan baik material maupun spiritual dalam penulisan skripsi ini. Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa berdoa kepada Allah SWT, semoga amal kebaikan yang tercurahkan pada penulis diridhoi Allah SWT dengan mendapatkan balasan yang berlipat ganda.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dengan keterbatasan dan kemampuan, skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Salatiga, 07 Oktober 2014
Penulis
ABSTRAK Fitriyah, Ajna Dina. 2014. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Penyandang Autis di SMPLB Negeri Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi.Jurusan Tarbiyah. Progam Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra Lilik Sriyanti, M.Si Kata kunci : Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, Siswa Autis Siswa autis merupakan anak yang mengalami hambatan baik dari segi mental, emosi, psikomotorik serta memerlukan penanganan khusus dalam proses pembelajaran. Kunci keberhasilan proses pembelajaran tersebut ditentukan oleh beberapa komponen, diantaranya guru, metode yang digunakan, dan kurikulum. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa penyandang autis di SMPLB Negeri Salatiga, apa saja kendala yang dialami guru pendidikan agama Islam dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa penyandang autis di SMPLB Negeri Salatiga tahun pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan untuk memberikan informasi dan masukan kepada semua pihak terutama guru dan lembaga pendidikan. Jenis Penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan analisis data dilakukan dengan memberikan makna dan dengan makna tersebut dapat diambil kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pembelajaran yang meliputi perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa autis di SMPLB Negeri Salatiga berpedoman pada kurikulum KTSP dengan modifikasi guru. Pembelajaran PAI di SMPLB Negeri Salatiga pada siswa penyandang autis adalah (1) Materi yang disampaikan ditekankan pada materi yang bersifat praktis dengan menggunakan metode ceramah, metode quantum teaching, metode tanya jawab, metode praktek, dan metode keteladanan. (2) upaya guru PAI adalah memberikan materi yang sesuai dengan kemampuan siswa. (3) hasil pembelajaran PAI menunjukkan bahwa siswa autis sudah menjalankan ritual keagamaan dalam keseharian dan berperilaku seperti tuntunan agama. Yaitu melakukan wudhu dan sholat wajib. Kendala yang dialami guru pendidikan agama Islam diantaranya target materi PAI tidak selesai, kurangnya jumlah guru PAI, kurang disiplinnya siswa, dan SMPLB Negeri Salatiga tidak menyediakan terapi khusus untuk mengkondisikan siswa autis.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... …i LEMBAR LOGO STAIN SALATIGA ............................................................. …ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................
iii
PENGESAHAN .................................................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .........................................................
v
MOTTO .............................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN .............................................................................................. vii ABSTRAK .........................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................
x
DAFTAR TABEL DAN BAGAN .....................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1 B. Fokus Penelitian............................................................................
5
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian........................................................................... 6 E. Penegasan Istilah.............................................................................. 6 F. Metode Penelitian............................................................................ 8 1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian ...........................................
8
2.
Kehadiran Penelitian ............................................................
8
3.
Lokasi Penelitian ..................................................................
9
4.
Sumber Data .........................................................................
9
5.
Prosedur Pengumpulan Data ................................................ 10
6.
Analisis Data ........................................................................ 12
7.
Pengecekan Keabsahan Data………………………………. 13
8.
Tahap-tahap Penelitian……………………………………
14
G. Sistematika Penulisan................................................................... 15 BAB II
KAJIAN PUSTAKA Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Meliputi A. Perencanaan Pembelajaran ............................................................. 17 1. Pengertian Perencanaan Pembelajaran ..................................... 17 2. Fungsi Perencanaan Pembelajaran ........................................... 18 3. Prinsip-prinsip Perencanaan Pembelajaran ............................. 18 B. Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................. 19 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam………………………
19
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam………………………….
21
3. Materi Pendidikan Agama Islam…………………………..
25
C. Evaluasi Pembelajaran…………………………………………
33
1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran …………………………..
34
2. Fungsi Evaluasi Pembelajaran………………………………
34
3. Prinsip Evaluasi Pembelajaran………………………………
35
D. Penyandang Autis………………………………………………… 38 1. Pengertian Autis……………………………………………….. 38 2. Jenis Autis……………………………………………................39 3. Faktor Penyebab Autis…………………………………………. 42 BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Paparan Data SLB Negeri Salatiga……………………………
45
B. Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam…………………. 62 1.Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam………….. 62 2.Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam…………
65
3.Evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam………………. 72 C. Kendala yang Dialami Guru Pendidikan Agama Islam………….. 73
BAB IV ANALISIS DATA A. Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ………………… 76 1. Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam…………. 76 2. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam………….. 81 3. Evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam………………. 84 B. Kendala yang dialami guru pendidikan agama Islam……………...85 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………
87
B. Saran-saran……………………………………………………
88
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL DAN BAGAN Bagan 3.1 Struktur Organisasi Sekolah……………………………………
51
Tabel 3.2 Susunan Pengurus Komite Sekolah...............................................
52
Bagan 3.3Denah Gedung SLB Negeri Salatiga..............................................
55
Tabel 3.4 Data Sarana Prasarana………………………………………………
58
Tabel 3.5 Keadaan Pengajar di SLB Negeri Salatiga......................................
60
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelahiran
anak
ditengah
keluarga
merupakan
anugerah
terindah.Dengan kehadiran anak, orang tua merasakan kebahagiaan yang luar biasa.Bahkan orang tua berharap kelak anak tersebut tumbuh dan berkembang secara sempurna.Orang tua mengupayakan hal yang terbaik untuk perkembangan anak, dengan harapan cita-cita yang mungkin belum bisa terwujud, bisa terealisasi. Namun, bagaimana jika keterbatasan atau
anak yang terlahir memiliki beberapa
lebih dikenal dengan anak berkebutuhan khusus?
Pertanyaan ini mengingatkan kepada semua pihak mengenai pentingnya pendidikan yang sesuai dengan karakteristik siswa berkebutuhan khusus. Untuk itu, seharusnya orang tua membimbing dan mengarahkan anak secara tepat, bukan mengisolasi keberadaan anak yang memiliki kecacatan.Solusi yang tepat adalah memberikan kesempatan kepada anak belajar di sekolah luar biasa (SLB). Bentuk dukungan ini menjadikan anak menjadi pribadi yang mandiri. Pada UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,dijelaskan dalam pasal 5 ayat (1) dan (2) menyatakan: (1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. (2) Warga negara
yang memiliki kelainan fisik,
emosional,mental intelektual,dan sosial berhak mendapatkan pendidikan khusus. Anak autis merupakan anak yang berkebutuhan khusus yang
memiliki kelainan sosial, sehingga telah jelas undang-undang tersebut pada pasal 5 ayat (2), menunjukkan bahwa anak autis berhak mendapatkan pendidikan.Untuk itu dukungan perkembangan dan kemajuan anak autis dapat dibekali lewat sekolah luar biasa (SLB). Menurut Smart (2010), pelayanan pendidikan bagi setiap anak yang memiliki kebutuhan khusus tentu akan berbeda-beda, tergantung kekurangan apa yang dialami oleh anak tersebut dan seberapa parahkah kekurangan tersebut sehingga pelayanannya pun dapat sampai kepada anak tersebut dengan tepat. Menurut Ali (2008:40) agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara, penyembahan, permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan ajaran agama itu.Dalam hal ini anak autis semestinya mendapatkan pengarahan pembelajaran pendidikan agama tanpa adanya perlakuan diskriminasi.Hal ini sesuai dengan QS.An-nisa:9
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. Secara umum Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam. Ajaran-ajaran tersebut terdapat dalam al-qur’an dan al-hadits (Maslikhah, 2004:199). Tujuan akhir mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMPLB adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak mulia. Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) adalah suatu lembaga pendidikan atau sekolah lanjutan yang bertanggung jawab melaksanakan pendidikan untuk mencerdaskan anak didik
yang
berkebutuhan khusus. Berkaitan dengan hal tersebut, Hermansyah (2012:16) dalam bukunya yang berjudul PembelajaranTerstruktur menyatakan sebagai berikut: pembelajaran untuk anak autis tidak dapat disamakan dengan pembelajaran untuk anak normal pada umumnya. Pembelajaran tersebut didasarkan pada karakteristik dan pemahaman terhadap gangguan yang dialami anak. Hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam menangani anak autis adalah: pertama memahami konsep pembelajaran bagi anak autis. kedua memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran anak autis. Ketiga mampu melakukan identifikasi terhadap permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran anak autis. Keempat memahami konsep dan pentingnya pembelajaran terstruktur bagi anak autis. Pengorganisasian materi Pendidikan Agama Islam merupakan upaya kegiatan mensiasati proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan rekayasa seluruh instrumental yang terkait melalui penyusunan materi secara rasional dan komprehensif. Pengorganisasian materi ini mencakup tiga tahapan kegiatan, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Berkaitan
dengan
pengorganisasian
materi,
Fatchurrohman
(2004:316) menyatakan sebagai berikut: Tahap perencanaan merupakan langkah awal penentuan aktivitas pembagian alokasi waktu untuk bahan ajar yang akan diberikan untuk peserta didik.
Tahap pelaksanaan mencakup langkah yang dipergunakan guru untuk mengaplikasikan beberapa metode dan media dalam melakukan pembelajaran pendidikan agama Islam. Sedangkan tahap evaluasi menjadi pengontrol pengembangan materi pendidikan agama Islam. Dalam perencanaan, pelaksanaan,dan evaluasi terhadap materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam, guru harus menyusun materi sedemikian rupa sehingga tingkat kesulitan dan kemudahannya sejalan dengan tingkat perkembangan kemampuan penguasaan kompetensi peserta didik, baik dari aspek kognisi, afeksi, dan psikomotoriknya. Pada kenyataan yang sebenarnya, masih ditemukan pembelajaran agama Islam yang diterapkan di sekolah luar biasa yang menggunakan pembelajaran agama seperti sekolah umum, tanpa memperhatikan kondisi siswa, khususnya anak autis yang memiliki keterbatasan sistem otak. Berangkat dari latar belakang masalah inilah, peneliti tertarik mengambil judul: “PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA PENYANDANG AUTIS DI SMPLB NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2013/2014”
B. Fokus Penelitian
Untuk membatasi pokok bahasan dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimanakah sistempembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa penyandang autis di SMPLB Negeri Salatiga tahun pelajaran 2013/2014?
2.
Apa saja kendala-kendala yang dihadapi guru
PAIdalam proses
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa penyandang autis di SMPLB Negeri Salatiga tahun pelajaran 2013/2014? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam padasiswa penyandang autis di SMPLB Negeri Salatiga tahun pelajaran 2013/2014. 2. Mengetahui beberapa kendala yang dialami guru PAI dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada siswa penyandang autis di SMPLB Negeri Salatiga tahun pelajaran 2013/2014.
D.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan memberikan informasi yang jelas tentang proses pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak autis, sehingga dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara Teoretis a. Diharapkan penelitian ini dapat menambahkan wawasan ilmu yang didapatkan pada perkuliahan Kapita Selekta, terutama yang berkaitan dengan masalah pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa penyandang autis. b. Diharapkan penelitian ini memberikan pengetahuan tentang pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak autis. 2.Secara Praktis a. Memudahkan orang tua dalam
memantau perkembangan
keagamaan siswa penyandang autis. b. Guru Agama Islam memberikan dukungan terhadap siswa penyandang autis untuk semangat melaksanakan ibadah. c. Siswa penyandang autis terbiasa melaksanakan ibadah dalam kehidupan sehari-hari. E.
Penegasan Istilah Untuk menghindari salah pengertian dan salah penafsiran pada judul di atas, perlu penulis jelaskan sesuai dengan interpretasi yang dimaksudkan:
1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Menurut Gagne (dalam Rusmono, 2012:6) pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Sedangkan Miarso (2004:545) pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan dan terkendali agar
oranglain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain. Berdasarkan pendapat para ahli, penulis memberi pengertian, pembelajaran adalah suatu upaya untuk menciptakan suatu kondisi bagi terciptanya suatu kegiatan belajar. Terkait dengan pendidikan agama Islam, Muhaimin (2008:185) menjelaskan bahwa: Pembelajaran pendidikan agama Islam, sebagai salah satu mata pelajaran yang mengandung muatan ajaran-ajaran Islam dan tatanan nilai hidup dan kehidupan islami, perlu diupayakan melalui perencanaan pembelajaran pendidikan agama yang baik agar dapat mempengaruhi pilihan, putusan, dan pengembangan kehidupan peserta didik.
Jadi penulis memberikan pengertian pembelajaran pendidikan agama Islam adalah suatu upaya untuk menciptakan suatu kondisi bagi terciptanya suatu kegiatan belajar dengan muatan ajaran-ajaran Islam. 2. Penyandang Autis Menurut
Huzaemah
gangguan atau kelainan
(2010:2),penyandang
autis
merupakan
perkembangan pervasif pada anak yang
ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial. Sedangkan Smart (2010:56), autis dapat diartikan sebagai anak yang mengalami hambatan perkembangan otak terutama pada area bahasa, sosial, dan fantasi. Oleh karena itu, yang dimaksud penyandang autis merupakan siswa yang mengalami gangguan perkembangan pervasif yang ditandai
dengan gangguan intelektual, kognitif, dan interaksi sosial yang mengakibatkan hambatan perkembangan otak. F.
Metode Penelitian 1.Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Sugiyono menjelaskan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek secara alamiah, dimana penelitian adalah sebagai instrument kunci (Sugiyono,2009:9). Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif untuk menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan di lapangan, foto, memo, dan dokumen resmi lainnya. 2. Kehadiran Penelitian Kehadiran peneliti sebagai pengamat, dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeranserta tetapi masih melakukan fungsi pengamatan (Moleong, 2007:77). Dalam penelitian ini, peneliti ikut berperanserta sebagai pengamat dan sebagai pendamping guru dalam pelaksanaan pembelajaran
pendidikan agama Islam pada siswa
penyandang autis di SMPLB Negeri Salatiga tahun pelajaran 2013/2014. 3.Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SLB Negeri Salatiga, tepatnya berada di Jl. Hasanudin Gang III (Cakra) Banjaran - Mangunsari Salatiga, Jawa Tengah. Adapun strata pendidikan mencakup: TKLB (Taman Kanak Luar Biasa), SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa), SMPLB (Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa),dan SMALB (Sekolah Menengah Atas Luar Biasa). Objek yang digunakan peneliti adalah SMPLB Negeri Salatiga. 4. Sumber Data Menurut Sugiyono (2014:308), teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data yang berlangsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, baik melalui dokumen maupun orang lain. Adapun dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa penyandang autis di SMPLB Negeri Salatiga. Sedangkan informannya adalah
Guru Pendidikan Agama Islam dan orang tua
siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposivesampling. Pengambilan sample dikarenakan situasi, subjek, Informan, dan waktu. 5. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah: a. Observasi Menurut Hadi dalam (Sugiono, 2014:203), observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis, dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai kondisi sekolah dan letak geografis, serta metode yang diterapkan guru pendidikan agama Islam dalam pembelajaran pada siswa penyandang autis. b. Wawancara Menurut
Moleong
(2009:186)
wawancara
adalah
percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan pertanyaan
dan terwawancara (interviewee) yang mengajukan itu.
Maksud
Lincon
dan
Guba
dalam
(Moleong,1985:266), adalah mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, tuntunan,kepedulian, dan sebagainya. Lebih
lanjut
peneliti
akan
menanyakan
tentang
pembelajaran pendidikan agama Islam bagi anak autis, sedangkan nara sumbernya adalah Guru Pendidikan Agama Islam mengenai metode yang diterapkan untuk siswa penyandang autis dan menanyakan beberapa kendala dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan
agama
Islam.
Selanjutnya
peneliti
melakukan
wawancara terhadap aktivitas keagamaan siswa penyandang autis kepada orang tua wali siswa sebagai bukti penerapan keagamaan dalam kehidupan.
Untuk melaksanakan teknik wawancara, pewawancara harus mampu menciptakan hubungan yang baik, sehingga informan bersedia bekerjasama dan merasa bebas berbicara dan dapat memberikan informasi yang sebenarnya. Teknik wawancara yang digunakan peneliti adalah terstruktur (tertulis), yaitu dengan menyusun terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang akan disampaikan kepada informan. Hal ini dimaksudkan agar pembicaraan dalam wawancara lebih terarah dan fokus terhadap tujuan yang dimaksud dan menghidari pembicaraan yang terlalu melebar.Selain itu juga digunakan sebagai patokan umum dan dapat dikembangkan peneliti melalui pertanyaan yang muncul ketika kegiatan wawancara berlangsung.
c. Dokumentasi Menurut
Indonesia
(2007:272)
dokumentasi
adalah
pengumpulan bukti atau keterangan, seperti kutipan, gambar,jurnal pendidikan, dan bahan referensi lain. Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data mengenai informasi sekolah yang meliputi struktur organisasi, sarana dan prasarana, data guru, dan data siswa. 6. Analisis Data Berdasarkan hasil pengumpulan data, selanjutnya peneliti akan melakukan analisa dan pembahasan secara deskriptif. Dengan
demikian data yang diperoleh disusun sedemikian rupa sehingga dikupas secara runtut. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data sebagaimana dinyatakan oleh Miles & Huberman (1992:16) meliputi reduksi data, dan verifikasi atau triangulasi. Pada tahap reduksi data dilakukan pemilihan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga
kesimpulan akhirnya dapat disimpulkan. Pada tahap
penyajian, data disajikan dalam bentuk teks naratif.Selanjutnya pada tahap triangulasi dilakukan guna menyamakan pandangan antar informan sehingga data bisa dan untuk menjaga keutuhan penelitian, kemudian disajikan dalam bentuk laporan penelitian.
7.
Pengecekan Keabsahan Data Untuk menjamin keabsahan data temuan yang diperoleh peneliti melakukan beberapa upaya, disamping menanyakan langsung kepada subjek, peneliti juga berupaya mencari jawaban dari sumber lain. Burhan Buin (2004:99) menyatakan bahwa: “keabsahan data dilakukan untuk meneliti kredibilitasnya mengunakan teknik kehadiran peneliti di lapangan, observasi mendalam, triangulasi, (menggunakan beberapa sumber, metode, peneliti, dan teori), pembahasan dengan sejawat melalui diskusi, melacak kesesuaian hasil dan pengecekan anggota.” Dalam penelitian ini, peneliti mendasarkan pada prinsip objektifitas, yang dinilai dari validitas dan reliabilitasnya.Validitas
dibuktikan dengan dimilikinya
kredibilitas
temuan beserta
penafsirannya, yaitu agar penemuan dan penafsirannya sesuai yang sebenarnya dan temuan disetujui oleh subjek yang diteliti. Reliabilitas diperoleh dari konsistensi temuan penelitian yang diperoleh dari para subjek / informan. Peneliti mengupayakan keabsahan data dengan cara mendalami wawancara secara kontinyu, sambil mengenali subjek dan memperhatikan suatu peristiwa secara lebih cermat. Hasil analisis sementara selalu dikonfirmasikan dengan informasi baru yang diperoleh dari sumber lain. Prosedur ini juga dapat dilakukan dengan penggunaan teknik yang berbeda, misalnya observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang masing-masing dibandingkan sebagai upaya pengecekan temuan. 8. Tahap-tahap penelitian a. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan ini mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan pendidikan Agama Islam pada siswa penyandang autis. b. Tahap Penelitian di Lapangan Setelah mengetahui kurikulum yang dilaksanakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak penyandang autis berdasarkan buku-buku yang telah dikaji
kemudian
peneliti juga wawancara langsung kepada kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam.
c. Tahap Analisis dan Pelaporan Peneliti mengkaji antara informasi yang terdapat dalam buku mengenai pembelajaran pendidikan agama Islam dengan data yang diperoleh di lapangan. Setelah data terkumpul maka dilakukan penilaian secara selektif dan disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian.Setelah itu,dilakukan pengolahan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Menurut Miles dan Huberman (1984) juga Yin(1987) dalam Suprayogo (2003:194) menyatakan sebagai berikut: Tahap analisis data dalam penelitian kualitatif secara umum dimulai sejak pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. A. Analisis Selama Pengumpulan Data: dapat dimulai setelah peneliti memahami fenomena sosial yang diteliti dan setelah mengumpulkan data yang dapat dianalisis. B. Reduksi Data: proses pemilihan terhadap data yang hendak dikode, mana yang dibuang, mana yang merupakan ringkasan, cerita-cerita apa yang sedang berkembang. Reduksi merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulankesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi G.
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan untuk mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi skripsi. Bab 1 merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,
fokus
penelitian,
tujuan
penelitian,
manfaat
penelitian,penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BabII Sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi: pengertian
perencanaan,
fungsi
perencanaan,
prinsip-prinsip
perencanaan.Pelaksanaan MateriPendidikan Agama Islam: Pengertian pendidikan agama
Islam,tujuan pendidikan agama
Islam, materi
Pendidikan Agama Islam. Evaluasi Pembelajaran: pengertian evaluasi, fungsi evaluasi, dan prinsip-prinsip evaluasi. Penyandang Autis: pengertian autis, Jenis autis, faktor penyebab autis. Bab III merupakan paparan data dan temuan penelitian meliputi: paparan data SLB Negeri Salatiga,
sistem
pembelajaran Pendidikan
Agama Islam pada siswa penyandang autis di SMPLB Negeri Salatiga dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, kendala yang dialami guru PAI dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bab IV merupakan analisis data yang meliputi Sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa penyandang autis di SMPLB Negeri Salatiga
yang
meliputi
perencanaan,
pelaksanaan,
dan
evaluasi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, kendala yang dialami guru PAI dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bab V merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Perencanaan Pembelajaran Dalam proses pendidikan, perencanaan merupakan penentuan aktivitas yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Tanpa perencanaan pembelajaran tidak mempunyai arah dan tujuan.Sebagai alat yang penting untuk mencapai tujuan, perencanaan hendaknya adaptif terhadap perubahan zaman. Menurut Prabowo dan Nurma (2010:1), perencanaan merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan semua aktivitas yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan. Oleh karena itu, wajar bila perencanaan selalu berubah dan berkembang
sesuai dengan kebutuhan yang hendak dicapai dan kondisi yang memungkinkan. Sedangkan sebagai sebuah proses yang disengaja dilakukan atau direkayasa, proses pembelajaran memerlukan sebuah perencanaan, agar apa yang dilakukan dapat berjalan dan menghasilkan sesuatu seperti yang diharapkan. Dengan adanya perencanaan tersebut maka proses yang akan dilaksanakan dalam waktu yang panjang memiliki arah yang jelas, dapat diperkirakan sumber daya yang diperlukan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah penentuan arah pembelajaran yang diwujudkan dengan aktivitas yang hendak dilaksanakan dimasa yang akan datang. Karena pekerjaan yang ditentukan pada kegiatan perencanaan belum dilaksanakan, maka untuk dapat membuat perencanaan yang baik harus menguasai keadaan yang ada pada saat ini.Dari kondisi yang ada itulah berbagai proyeksi dapat dilakukan dan kemudian dituangkan dalam berbagai rangkaian kegiatan dalam perencanaan. Pada tahap perencanaan guru harus menyusun program pengajaran yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum, program satuan pembelajaran dan perencanaan program belajar. 2. Fungsi Perencanaan Pembelajaran Menurut Prabowo dan Nurma (2010: 4) fungsi perencanaan pembelajaran adalah:
a.
Pertama untuk menentukan kompetensi yang akan dilakukan dari proses pembelajaran. b. Keduauntuk mengukur kompetensi yang telah ditentukan yang mampu memenuhi kebutuhan SDM. 3. Prinsip-prinsip Perencanaan Pembelajaran Menurut
Prabowo
dan
Nurma
(2010:5)
beberapa
prinsip
pembelajaran adalah meliputi: a. Dilakukan oleh SDM yang tepat dan kompeten. Untuk merencanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, maka yang dapat melaksanakannya adalah orang dari jurusan Pendidikan Agama Islam. Selain itu orang yang akan melakukan perencanaan harus memahami bagaimana membuat perencanaan dengan baik. b.
Memiliki Visibilitas. Dalam melakukan perencanaan harus diperhitungkan bagaimana perencanaan
tersebut
dilaksanakan.Oleh
karena
itu
harus
diperhitungkan proses yang akan dilalui untuk dapat mencapai kompetensi yang telah direncanakan tadi. c. Beracuan pada masa yang akan datang. Perencanaan yang diupayakan untuk dapat dicapai pada kurun waktu yang akan datang. d. Berpijak pada fakta Perencanaan yang dibuat memperhitungkan berbagai realitas dan kondisi yang ada di sekolah/madrasah.Utamanya berkaitan dengan
kemampuan
siswa
sebagai
stakeholder,
dan
kemampuan
sekolah/madrasah menyediakan sumber daya. B. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan komponen penting yang harus ada dalam aktivitas pendidikan. Tanpa ada kegiatan pembelajaran, aktivitas pendidikan tidak akan berjalan secara sempurna. Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari proses pembelajaran secara umum. 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Menurut Syafaat (2008:11) pendidikan agama merupakan kata majemuk dari kata “pendidikan” dan “agama”. Menurut kamus bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti proses perubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Berbicara mengenai agama, menurut Ali (2008:35-36) perkataan agama berasal dari bahasa Sansekerta yang erat hubungannya dengan agama Hindu dan Budha. Akar kata agama adalah gam yang mendapatkan awalan a dan akhiran a sehingga menjadi a-gam-a. Agama artinya peraturan, tata cara, upacara hubungan manusia dengan raja. Sedangkan arti Islam intinya adalah berserah diri, tunduk, patuh dan taat dengan sepenuh hati kepada kehendak Ilahi. Lalu, pengertian Islam menurut Moeliono dalam Syafaat (2008:15) itu sendiri adalah “agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad Saw,
berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an, yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt”. Oleh karena itu, Sain (2001:280) memberikan pengertian Pendidikan Agama Islam yaitu: “Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang sistematis dan pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama Islam dengan cara sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam dirinya. Yakni, ajaran Islam itu benar-benar dipahami, diyakini kebenarannya, diamalkan menjadi pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran, dan sikap mental. Sedangkan Daradjat (2011:28) merumuskan bahwa Pendidikan Agama Islam sebagai berikut: “(a) Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar setelah selesai dari pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life). (b) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam. (c) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam yang telah diyakini menyeluruh, serta menjadikan keselamatan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.” Dari pendapat yang dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang berupa pengajaran, bimbingan, dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam, serta menjadikanya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan masyarakat.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah usaha atau kegiatan selesai.Menurut Daradjat (2009:30) ada beberapa tujuan pendidikan. a. Tujuan Umum Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan. Tujuan itu meliputi sikap tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. Tujuan umum pendidikan
Islam harus dikaitkan pula
dengan tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan Islam itu dilaksanakan dan harus dikaitkan dengan tujuan institusional lembaga yang menyelenggarakan pendidikan itu. b. Tujuan Akhir Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula.Karena itu pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara, dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah Qs. Ali-imran 102
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dianggap sebagai tujuan akhir. c. Tujuan Sementara Tujuan sementara adalah tujuan yang dapat dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.Tujuan operasional dalam bentuk tujuan intruksional umum dan khusus (TIU dan TIK), dapat dianggap tujuan sementara dengan sifat yang agak berbeda. d. Tujuan Operasional Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu. Sementara itu, tujuan Pendidikan Agama Islam menurut Ramayulis
dalam
bukunya
Ilmu
Pendidikan
Islamtujuan
Pendidikan Agama Islam ialah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses
melalui tahap-tahap dan tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya. Oleh karena itu Arifin dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, pendidikan Islam bertujuan menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan dari indera.Pendidikan itu harus melayani pertumbuhan manusia dalam semua aspeknya, baik aspek spiritual, imajinasi,
jasmaniah,
perorangan
maupun
ilmiah, secara
maupun
bahasanya
kelompok).Dan
(secara
pendidikan
ini
mendorong semua aspek kearah keimanan serta pencapaian kesempurnaan hidup. Dasar untuk semua itu adalah firman Allah dalam Qs. Alan’am: 162
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Jadi, tujuan akhir Pendidikan Agama Islam adalah membina manusia agar menyerahkan diri kepada Allah baik secara individual maupun secara komunal dan sebagai umat seluruhnya. Sudah seharusnya sebagai hamba Allah menyerahkan diri kepada
Nya, karena pada dasarnya Allah Swt menciptakan jin dan manusia untuk menjadi hamba yang senantiasa beribadah kepadaNya. Hal ini diperjelas dalam firman Allah Swt Qs. Adz-dzariyaat:56
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam, jika diringkas adalah mendidik manusia agar menjadi hamba Allah seperti nabi Muhammad Saw yang tercermin dalam sifat-sifat kepribadiannya. Diantara sifat-sifat itu, menurut Baihaqi dalam Syafaat (2008:35) adalah sebagai berikut: 1) Beriman dan beramal saleh untuk mencapai hasanah fiddunya dan hasanah fil akhirah. 2) Berilmu yang dalam dan luas, bekerja keras untuk kemakmuran kehidupan di dunia. 3) Berakhlak mulia dalam pergaulan. 4) Cakap memimpin di muka bumi. 5) Mampu mengolah isi bumi untuk kemakmuran umat manusia. 6) Dan sifat-sifat mulia Nabi Muhammad Saw yang lainnya. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan, bahwa Pendidikan Islam mempunyai tujuan yang luas dan sedalam
kebutuhan hidup manusia yang mengambakan diri kepada Khaliknya yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agama. 3. Materi Pendidikan Agama Islam A. Wudhu 1. Pengetian Wudhu Menurut bahasa, wudhu berarti bersih dan indah.Sedangkan menurut syara’ wudhu berarti membersihkan muka, kedua tangan, kepala, dan kedua kaki dari hadas kecil. Dasar Al-qur’an untuk melakukan wudhu adalah sebagai berikut:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.
2. Rukun Wudhu Tidaklah sah apabila seseorang yang meninggalkan salah satu rukun wudhu. Adapun rukun-rukun wudhu itu adalah: a) Niat, untuk mengerjakan wudhu b)
Membasuh seluruh muka, yaitu dari puncak kening sampai dagu dan dari pinggir telinga kanan hingga telinga kiri
c) Membasuh kedua tangan sampai siku-siku d) Membasuh sebagian kepala e) Membasuh kedua kaki sampai mata kaki f)
Tertib, artinya mendahulukan anggota wudhu yang seharusnya di dahulukan, dan mengakhirkan yang seharusnya diakhirkan
3. Sunah-sunah Wudhu Sunah-sunah wudhu itu adalah sebagai berikut: a) Membaca basmalah pada permulaan berwudhu b) Menggosok gigi atau siwak c) Mencuci kedua telapak tangan sampai pergelangan d) Berkumur-kumur tiga kali e) Memasukkan
air
ke
lubang
hidung,
kemudian
mengeluarkannya lagi sebanyak tiga kali f) Menyilang-nyilang jenggot g) Menyilang-nyilang anak jari h) Mendahulukan anggota kanan daripada kiri i) Menyapu kedua telinga luar dan dalam j) Membasuh tiga kali pada anggota wudhu k) Memanjangkan cahaya, artinya melebihkan dalam membasuh bagian-bagian wudhu l) Membaca doa setelah wudhu 4. Yang membatalkan wudhu Yang membalkan wudhu, artinya wudhunya itu
Batal disebabkan karena sebagai berikut: a) Keluarnya sesuatu dari arah kubul dan dubur, misalnya kencing, berak, atau kentut. b) Hilangnya akal disebabkan karena gila, pingsan, mabuk c) Tidur terlalu nyenyak hingga tidak sadar lagi tanpa tetapnya pinggul di atas lantai d) Tersentuhnya kulit laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim dengan tidak memakai tutup. e) Menyentuh kemaluan (kubul atau dubur) dengan telapak tangan 5. Praktek Wudhu Seseorang yang akan mengerjakan shalat, hendaklah terlebih dahulu berwudhu, karena wudhu itu adalah merupakan syarat sahnya shalat. Adapun cara atau praktek wudhu adalah sebagai berikut: a) Membaca
basmalah
sambil
mencuci
dan
menyilang-
nyilangkan sela-sela jari sampai pergelangan tangan dengan bersih. b) Berkumur-kumur tiga kali sambil memasukkan air kedalam hidung dan mengeluarkannya lagi c) Membasuh muka dengan merata dari puncaknya kening sampai bawah dagu, dan dari telinga kanan ke kiri, sambil niat wudhu
d) Membasuh kedua tangan kanan dan kiri sampai siku sebanyak tiga kali. e) Mengusap sebagian kepala f) Membasuh kedua kaki sebanyak tiga kali yang dimulai dari kanan g) Dengan demikian, selesailah pekerjaan wudhu, sesudah itu dilanjutkan dengan berdoa sambil menghada kiblat, seraya mengangkat kedua tangannya ke atas. B. Shalat 1. Pengertian Shalat Shalat menurut bahasa artinya doa. Adapun menurut istilah syar’i, shalat adalah ibadah yang diawali dengan takbirotul ihram dan diakhiri dengan salam dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam hukum Islam. Shalat merupakan landasan yang penting dalam kehidupan seorang muslim sebagai sarana untuk menjalin hubungan baik dengan Sang Pencipta, yaitu Allah swt. Hukum shalat wajib adalah fardhu’ain, yaitu kewajiban setiap diri individu seorang muslim yang sudah dewasa. Dasar perintah shalat terdapat dalam QS. Al-Ankabut 45
Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
2. Ketentuan Shalat Wajib a) Syarat Wajib Shalat Syarat wajib shalat adalah hal-hal yang harus
dipenuhi
sebelum melakukan shalat. Adapun syarat wajib shalat, yaitu Islam, telah baligh, berakal sehat, suci dari haid,
dan telah
sampai dakwah Islam. b) Syarat Sah Shalat Shalat akan menjadi sah apabila memenuhi syarat-syarat, yaitu suci badan, pakaian, dan tempat dari najis, suci dari hadas, menutup aurat, mengetahui sudah waktu shalat, dan menghadap kiblat. c) Rukun Shalat Rukun shalat adalah sesuatu yang harus dipenuhi dalam melakukan shalat. Adapun yang menjadi rukun shalat ada tiga belas macam, yaitu (1) niat, sengaja melaksanakan shalat ikhlas karena Allah; (2) berdiri bagi yang mampu; (3) takbirotul ihram dengan membaca Allahu-akbar; (4) membaca surah Al-fatihah; (5) rukuk; membungkukkan badan kurang lebih 90 derajat; (6) iktidal, (7) sujud, (8) duduk antara dua sujud (duduk iftirasy),
(9) duduk tasyahud akhir (duduk tawaruk); (10) membaca tasyahud akhir; (11) membaca shalawat atas Nabi Muhammad saw; (12) mengucapkan salam sambil menoleh ke kanan; (13) tertib. d) Hal-hal yang Membatalkan Shalat Hal-hal yang membatalkan shalat, antara lain berbicara, terlalu banyak gerak, terjadi hadas kecil atau hadas besar, terkena najis, terbuka aurat, membelakangi ka’bah, tertawa, makan, minum, berubah niat, segala yang membatalkan wudhu, dan meninggalkan salah satu rukun shalat. e) Sunah-sunah Shalat Sunah shalat adalah segala sesuatu yang lebih baik dilakukan dalam shalat, tetapi jika tidak dikerjakan tetap sah shalatnya. Yang termasuk sunah shalat, yaitu (1) mengangkat tangan ketika takbirotul ihram, rukuk, sujud, dan berdiri setelah tahiyatul awal, (2) bersedekap, (3) membaca takbirotul ihram, (4) membaca ta’awuz sebelum membaca surah al-fatihah, (5) membaca amin setelah membaca surah al-fatihah, (6) membaca surah atau ayat Al-qur’an setelah membaca surah Al-fatihah, (7) membaca dengan jahar pada waktu membaca surah Al-fatihah, (8) membaca takbir setiap pergantian gerakan shalat, (9) membaca doa ketika surah iktidal, (10) membaca tasbih pada waktu rukuk dan sujud, (11) meletakkan kedua tangan di atas
paha ketika duduk antara dua sujud, (12) duduk iftirasy, (13) duduk tawaruk pada waktu duduk tahiyat akhir. f) Waktu Pelaksanaan Shalat Fardhu Dalam Al-quran, Allah menjelaskan bahwa shalat wajib mempunyai waktu-waktu tertentu, penegasan Allah ini, terdapat dalam firman-Nya dalam QS. An-nisa: 103)
Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
Adapun waktu pelaksanaan shalat fardhu adalah sebagian berikut: 1) Shalat
Isya
dilaksanakan
mulai
terbenamnya
syafaq
(senja/mega) sampai dengan terbitnya fajar 2) Shalat Subuh dilaksanakan mulai terbit fajar sampai dengan terbitnya matahari
3) Shalat Dzuhur dilakukan mulai matahari condong dari pertengahan langit sampai dengan bayang-bayang suatu benda sama panjang dengan bendanya. 4) Shalat Asar dilakukan sejak bayangan benda sama panjang dengan bendanya sampai menguningnya matahari di ufuk barat 5) Shalat Magrib dilakukan sejak terbenamnya matahari sampai sebelum menghilangnya awan merah (syafaq) diufuk barat. Dalam pembelajaran agama Islam guru di tuntut untuk mengajar dengan sabar, berulang-ulang, serta dengan memberikan contoh-contoh sederhana sehingga sedikit demi sedikit siswa memahami materi yang diajarkan.Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan tematik.
C. Evaluasi Pembelajaran 1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran Evaluasi merupakan kegiatan yang tidak terelakkan dalam setiap proses pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan evaluasi merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Menurut Arifin (2011:5) evaluasi adalah suatu proses yang sistematis
dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan
keputusan.Evaluasi
hasil
belajar
menekankan
pada
diperolehnya informasi tentang seberapa besar perolehan siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Sedangkan
Sukmadinata
2001
dalam
Arifin
(2011:11)
pembelajaran bersifat interaktif dan komunikatif. Interaktif artinya kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang bersifat multiarah antara guru, peserta didik, sumber belajar, dan lingkungan yang saling mempengaruhi, tidak didominasi oleh satu komponen saja. Nafi menambahkan dalam bukunyaBelajar dan Bermain Bersama ABK dan Autis bahwa evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan proses pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan pengajaran secara optimal sehingga hasil belajar menetapkan baik buruknya hasil kegiatan pembelajaran, sedangkan evaluasi pembelajaran menetapkan baik buruknya proses kegiatan pembelajaran (Nafi, 2012:23-24). Oleh karena itu, evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan dan penetapan kualitas (nilai dan arti) pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran, berdasarkan pertimbangan tertentu.Hasil kegiatan evaluasi belajar pada akhirnya difungsikan
dan
ditujukan
untuk
keperluan
diagnostik
dan
pengembangan, seleksi, kenaikan peringkat belajar/ kenaikan kelas, dan untuk penempatan siswa pada kelompok yang sesuai. 2. Fungsi Evaluasi Pembelajaran Menurut Scriven 1967 dalam Arifin (2011:16) fungsi evaluasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif. Fungsi formatif dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau sebagian besar
bagian kurikulum
yang sedang dikembangkan.
Sedangkan fungsi sumatif dihubungkan dengan penyimpulan mengenai kebaikan dari sistem secara keseluruhan,dan fungsi ini baru dapat dilaksanakan apabila pengembangan suatu kurikulum telah dianggap diselesai. Mardapi dalam Widoyoko (2009:7)
menambahkan, dalam
bukunya Evaluasi Program Pembelajaran, bahwa dalam bidang pendidikan ditinjau dari sasarannya, evaluasi ada yang bersifat makro dan ada yang mikro. Evaluasi yang bersifat makro sasarannya adalah program
pendidikan,
yaitu
program
yang
direncanakan
untuk
memperbaiki bidang pendidikan.Evaluasi mikro sering digunakan di tingkat kelas.Jadi sasaran evaluasi mikro adalah program pembelajaran di kelas dan yang menjadi penanggung jawabnya adalah guru untuk sekolah atau dosen untuk perguruan tinggi. Guru mempunyai tanggung jawab menyusun dan melaksanakan program pembelajaran di kelas, sedangkan pimpinan sekolah bertanggung jawab untuk mengevaluasi program pembelajaran yang disusun dan dilaksanakan oleh guru.
3. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran Menurut Sudijono (2011:31) Evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar berikut ini: a. Prinsip Keseluruhan Prinsip keseluruhan atau prinsip menyeluruh juga dikenal dengan istilah
prinsip
komprehensif
(comprehensive).Dengan
prinsip
komprehensif dimaksud disini bahwa evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh, atau menyeluruh. Dengan kata lain, evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup. Jika dikaitkan dengan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
maka evaluasi belajar dalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam itu hendaknya bukan hanya mengungkapkan pemahaman peserta didik terhadap ajaran-ajaran agama Islam, melainkan juga harus dapat mengungkapkan sejauh mana peserta didik dapat menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam tersebut dalam kehidupan mereka masing-masing. Dengan demikian evaluasi hasil belajar secara bulat utuh menyeluruh akan diperoleh keterangan dan informasi yang lengkap
mengenai keadaan dan perkembangan subjek didik yang dijadikan sasaran evaluasi. b. Prinsip Kesinambungan Prinsip kesinambungan juga dikenal dengan istilah prinsip kontinuitas (continuity).Dengan prinsip kesinambungan dimaksud disini bahwa evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung-menyambung dari waktukewaktu. Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara berkesinambungan dimaksudkan sebagainya)dapat
agar
pihak
evaluator
(guru,dosen,
dan
memperoleh kepastian dan kemantapan dalam
menentukan langkah-langkah atau merumuskan kebijakan-kebijakan yang perlu diambil untuk masa-masa selanjutnya, agar tujuan pengajaran dapat tercapai dengan sebaik-baiknya. c. Prinsip Obyektivitas Prinsip obyektivitas (objectivity) mengandung makna, bahwa evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari faktor-faktor yang bersifat subjektif. Sehubungan dengan itu, dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajar, seorang evaluator harus senantiasa berpikir dan bertindak wajar. Prinsip ketiga ini sangat penting, sebab apabila dalam melakukan evaluasi unsur-unsur subjektif menyelinap masuk ke
dalamnya, akan dapat menodai kemurnian pekerjaan evaluasi itu sendiri. Mengacu pada asumsi bahwa pembelajaran merupakan sistem yang terdiri atas beberapa unsur, yaitu masukan, proses dan keluaran/ hasil, maka objek/sasaran evaluasi program pembelajaran dapat dibedakan menjadi tiga,yaitu: evaluasi masukan, proses dan keluaran/ hasil pembelajaran.Menurut Widoyoko(2009: 15) 1) Evaluasi masukan pembelajaran menekankan pada penilaian karakteristik peserta didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana
pembelajaran,
karakteristik
dan
kesiapan
guru,
kurikulum dan materi pembelajaran, strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran, serta keadaan lingkungan dimana pembelajaran berlangsung. 2) Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada penilaian pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh pembelajar meliputi keefektifan strategi pembelajaran yang dilaksanakan, keefektifan
media
pembelajaran,
cara
mengajar
yang
dilaksanakan, dan minat, sikap serta cara belajar siswa. 3) Penilaian
hasil
pembelajaran
merupakan
upaya
untuk
melakukan pengukuran terhadap hasil belajar siswa, baik menggunakan tes maupun non tes, dalam hal ini adalah penguasaan kompetensi oleh setiap siswa sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran. D. Penyandang Autis
1. Pengertian Autis Menurut Chaplin 2005 dalam Atanasius (2012:2) autis berasal dari kata “autos” yang artinya segala sesuatu yang mengarah pada diri sendiri. Dalam kamus lengkap psikologi, autisme didefinisikan sebagai (1) cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau oleh diri sendiri, (2) menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri, dan menolak realitas, dan (3) keasyikan ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri. Anak autis memiliki keterbatasan dalam bahasa dan keinginan obsesif yang kuat dan menciptakan kelekatan kuat dengan berbagai benda-benda mati dan berbagai benda mekanis. Sedangkan menurut Ward dalam Delphie (2009:4) kata autism berasal dari bahasa Yunani Kuno atau Greek yang berarti self atau diri sendiri. Anak autis berkecenderungan hidup dalam dunianya sendiri. Menurut mendefinisikan
Hallahan2009 autis
sebagai
dalam masalah
Kurniati
(2012:12)
perkembangan
yang
mempengaruhi komunikasi verbal dan non verbal serta interaksi sosial, gejala akan tampak jelas sebelum usia tiga tahun. Sementara Ernawati dalam bukunya Siapa Bilang Anak Autis Tidak Bisa Berprestasi menyebutkan bahwa autis merupakan suatu bentuk gangguan perkembangan pada anak dengan ditandai pada terganggunya proses komunikasi, interaksi sosial, serta fokus dalam proses pembelajaran yang kurang (Ernawati, 2012:2).
Jadi, dari pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa autis adalah gangguan perkembangan pervasif yang ditandai dengan gangguan intelektual, kognitif, dan interaksi sosial yang mengakibatkan hambatan perkembangan otak. 2. Jenis Autis Berikut adalah lima jenis autism menurut Autism Society of America: a. Sindrom Asperger : jenis gangguan ini ditandai dengan devisiensi interaksi sosial dan kesulitan dalam menerima perubahan rutinitas sehari-hari. Pada sindrom asperger, kemampuan bahasa tidak terlalu terganggu bila dibandingkan dengan gangguan lain. Anak yang menderita jenis autism ini kurang sensitif terhadap rasa sakit, namun tidak dapat mengatasi paparan suara keras dan sinar lampu secara tiba-tiba. Anak dengan sindrom asperger memiliki kecerdasan rata-rata atau diatas rata-rata sehingga secara akademik mampu dan tidak bermasalah. b. Autistic Disorder:disebut sebagai Chilhood autism karena sebagian besar berkembang pada tiga tahun awal usia anak. Anak yang terkena autistic disorder tidak memiliki kemampuan bicara dan hanya
tergantung
pada
komunikasi
verbal.
mengakibatkan anak menarik diri secara
Kondisi
ini
ekstrim terhadap
lingkungan sosialnya dan bersikap acuh-tak acuh. Pada gangguan ini, keterampilan verbal dan non verbal efektif terbatas sehingga anak kurang bisa berkomunikasi.
c. Pervasif Development Disorde: autism jenis ini meliputi berbagai jenis gangguan dan tidak spesifik terhadap satu gangguan. Tingkat keparahan mulai dari yang ringan sampai ketidakmampuan yang ekstrim umumnya didiagnosis dalam 5 tahun usia pertama anak. Pada gangguan ini, keterampilan verbal dan non verbal efektif terbatas sehingga, anak kurang bisa berkomunikasi. d. Chilhood Disintegrative Disorder : gejala gangguan ini muncul ketika seorang anak berusia antara 3-4 tahun. Pada dua tahun awal, perkembangan anak Nampak normal yang kemudian terjadi regresi mendadak dalam komunikasi, bahasa, sosial, dan keterampilan motorik. Anak menjadi kehilangan semua keterampilan yang dia peroleh sebelumnya dan mulai menarik diri dari lingkungan sosial. e. Reet Syndrome:jarang ditemukan dan sering keliru didiagnosis sebagai autisme. Sindrom ini mempengaruhi perempuan dewasa atau anak perempuan yang ditandai oleh pertumbuhan kepala yang abnormal. Penyebabnya adalah mutasi pada urutan sebuah gen tunggal. Gejala awal yang teramati diantaranya kehilangan control otot yang menyebabkan masalah dalam berjalan dan mengontrol gerakan mata. Keterampilan motorik terlambat dan mengganggu setiap gerakan tangan dan kaki yang berulang. Menurut Kanner dalam Kallahan (2009:7) melaporkan hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 1943, dari 11 kasus anak dengan karakteristik utama anak autis sebagai berikut:
a.
Ketidakmampuan untuk berhubungan dengan orang lain dengan cara yang biasa
b.
Sifat menyendiri yang sangat parah yang bisa mengisolasi anak dari dunia luar
c.
Tidak mau dipegang orang lain
d.
Hambatan dalam bahasa, termasuk ekolali
e.
Reaksi takut yang berlebihan terhadap suara keras
f.
Terasuki untuk melakukan pengulangan dan melakukan hal sama terus-menerus
g.
Jarang melakukan aktivitas spontan, seperti misalnya perilaku bermain
h.
Gerak fisik yang aneh dan berulang-ulang seperti berputar atau menggoyang-goyangkan badan (Hallan 2009 dalam Kurniati (2012:7). Jadi, karakteristik anak autis dapat diketahui dari ciri spesifik
yang
terlihat,yaitu
kurangnya
interaksi
sosial,komunikasi,dan kekakuan dalam berperilaku dan berpikir. 3. Faktor Penyebab Autis Menurut Kurniati (2012:21) sejak tahun 1943 hingga sekarang penyebab autis belum bisa ditentukan dengan pasti,sejauh ini para ahli melakukan sejumlah penelitian yang menghasilkan dugaan dan spekulasi.Kecanggihan teknologi memindai otak anak autis membantu para ahli syaraf lebih memahami kondisi otak dan syaraf autis yang berbeda dengan anak normal pada umumnya.
Seperti yang dijelaskan oleh Cumine 2000, bahwa penyebab autis itu adalah seperangkat penyebab seperti biologis, kehamilan/kelahiran, neurokimia, neurologis, dan jika salah satunya terpicu untuk muncul, maka fungsi otak menjadi berubah. Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada terjadinya anak autis, Delphie (2009:29-31) sebagai berikut: a. Faktor lingkungan (environmental
Factors), misalnya penyakit
rubella yang diidap ibu-ibu yang sedang hamil dapat meningkatkan terjadinya janin dengan sindrom autistik. b. Faktor genetika (genetic factors), yaitu faktor yang memegang peranan penting terjadinya anak autistik. c.
Faktor neuropsikologis (neuropsychological lfactors) yaitu anak dengan sindrom autistik
atau kelainan pervasif
(yang bersifat
menetap) banyak dipengaruhi fungsi-fungsi psikologis. d. Penemuan-penemuan neurokemis (neurochemical findings), yaitu gejala ketidaknormalan pada neurotransmitters (atau pesan-pesan yang bersifat khusus yang bertanggung jawab dalam komunikasi atar sel-sel syaraf). e. Penemuan-penemuan neuroanatomis (neuroanatomical findings), yaitu anak dengan gejala sebagai berikut: 1) Terjadi ketidaknormalan pada temporal lobe dan cerebellum. 2) Terjadi ketidaknormalan pada beberapa bagian otak yang melibatkan kognisi spesial. Dengan kata lain anak autis mempunyai ketidaknormalan pada amygdala (yaitu suatu area
ada pada medial temporal lobeyang khusus sebagai pusat informasi berkaitan dengan emosi). 3)
Anak autis mempunyai isi cerebal atau berat otak lebih besar daripada anak Kelebihan
yang mempunyai
tersebut
mengacu
perkembangan normal.
pada
adanya
pengaruh
whitemanner dalam otak. Terjadinya kelebihan bukan pada saat dilahirkan, tetapi setelah masa perkembangan berikutnya. 4)
Adanya perbedaan brainlateralization (yaitu perbedaan fungsi antara belahan kiri otak dan belahan kanan otak).
5)
Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan sisi kanan otak yang mengatur keterampilan otak dan kemampuan visualspatial seperti proses terjadinya emosi sosial dan penampilan wajah.
Jadi, inti kekurangan yang mengakibatkan penyimpangan ekstrim suatu perkembangan normal pada anak autis meliputi proses perkembangan
berkaitan
dengan
kasih
sayang
(attachment),
perkembangan emosi (emotionaldevelopment), ekspresi emosional (emotionalexpression),
kerjasama
atensi
(jointattention),
perkembangan bahasa (languagedevelopment), pengambilan perspektif (perspectivetaking), perkembangan kognitif (cognitivedevelopment), fungsi-fungsi (theoryofmind).
eksekutif
(executivefunctions)
dan
teori
berpikir
BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Paparan Data SLB Negeri Salatiga 1. Sejarah berdirinya SLB Negeri Salatiga Pada tahun 1983 diresmikan berdirinya SDLB Negeri Mangunsari Salatiga yang berlokasi di Jl. Hasanudin Gang III (Cakra) BanjaranMangunsari Salatiga, Jawa Tengah.Berdasarkan Inpres No.
4/1983,
tanggal 25 Juni 2007 nama SDLB Negeri Salatiga diganti nama menjadi SLB Negeri Salatiga yang menyelenggarakan pendidikan jenjang TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB. Adapun fasilitas yang ada di SLB Negeri Salatiga diantaranya adalah Ruang kantor, Ruang perpustakaan, Ruang Sensoris Integrasi, Rumah Dinas penjaga Sekolah, Gudang, Garasi, Musholla, Ruang Musik, Ruang Keterampilan, dan lapangan. Kepala Sekolah dipimpin oleh Bpk. Muhlisun,M.Pd, dengan 42 pegawai yang terdiri dari 33 PNS dan 8 guru Wiyata Bakti. Rata-rata guru di SLB Negeri Salatiga terdiri dari beberapa sarjana. Strata 1 (S-1) umum sebanyak 8 orang, sarjana Pendidikan Luar
Biasa (SPGLB) sebanyak 21. Adapun rincian dari sarjana umum adalah 2 sarjana Pendidikan Kewarganegaraan (PKN), 3 sarjana Pendidikan Agama Islam (PAI), 2 sarjana seni, 2 sarjana Bahasa Inggris, 2 sarjana Penjaskes, 1 sarjana Matematika dan Ilmu Alam (MIPA), 1 sarjana Bimbingan Konseling, 1 sarjana komputer, 1 sarjana Biologi, dan 1 sarjana Teologi. Ada yang lain selain strata 1 yaitu 1 guru Penjaskes dengan strata D.111 dan SMA. Penambahan guru di SLB Negeri Salatiga dikarenakan ada peningkatan jumlah siswa. Selain itu,
SLB Negeri Salatiga sudah
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya: a. Lokasi belajar aman dan tenang, jauh dari kebisingan, sehingga anak dapat belajar lebih maksimal b. Gedung representatif c. Didukung dengan Laboratorium Komputer dan Multimedia d. Ruang vokasional yang memadai (ruang tata boga, ruang tata busana, ruang otomotif, ruang kerajinan, salon) e. Area main yang luas f. Dilengkapi Hotspot area untuk mendukung proses pembelajaran g. Tersedia tempat ibadah / mushola h. Perpustakaan yang nyaman dengan koleksi buku yang memadai i. Ruang Sensori Integrasi SLB Negeri Salatiga adalah sekolah yang melayani pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (cacat) yang berjenis:
1. Tuna Netra (A) Tunanetra adalah anak yang memiliki gangguan penglihatan (buta).Siswa tuna netra dilambangkan dengan huruf A. siswa tunanetra untuk jenjang SDLB berjumlah tiga siswa, SMPLB tidak ada dan SMALB tidak ada. 2. Tuna Rungu wicara (B) Tunarungu adalah anak yang memiliki gangguan pendengaran, baik ringan, sedang, ataupun berat.Sedangkan tunarungu wicara merupakan
anak
yang
kehilangan
daya
pendengaran
yang
mengakibatkan gangguan komunikasi verbal. Tunarungu wicara dilambangkan dengan huruf B. siswa tunarungu wicara untuk jenjang SDLB dua puluh empat siswa, SMPLB lima siswa, dan SMALB sembilan siswa. 3. Tuna Grahita (C) Tunagrahita adalah anak yang memiliki IQ dibawah ratarata.Tunagrahita dilambangkan dengan huruf C, selain itu ada perbedaan kelas C1 untuk tunagrahita sedang. Jumlah tunagrahita padatingkat
kelas C adalah SDLB lima puluh satu siswa, SMPLB
Sembilan belas siswadan SMALB sepuluh siswa. Sedangkan jumlah tunagrahita sedang atau kelas C1 adalah SDLB tiga pulu lima siswa, SMPLB sepuluh siswa, dan SMALB enam siswa. Sedangkan jumlah siswa kelas CI untuk SDLB empat puluh satu siswa, SMPLB sepuluh siswa, dan SMALB enam siswa.
4. Tuna Daksa (D) Tunadaksa adalah anak yang memiliki gangguan fisik (cacat tubuh). Tuna daksa dilambangkan dengan huruf D, sedangkan untuk tunadaksa ringan dilambangkan dengan huruf D1.Jumlah tunadaksa kelas D di SDLB satu siswa, SMPLB tidak ada, dan SMALB 1satu siswa. Sedangkan jumah siswa kelas D1, SDLB lima siswa, SMPLB dua siswa, dan SMALB tidak ada. 5. Autis Autis di SLB Negeri Salatiga merupakan kriteria yang masih bisa dikatakan baru, sehingga kelas autis tidak dilambangkan huruf. Untuk proses pembelajaran siswa autis di gabung dengan siswa tunagrahita C1. Karena belum ada ruang kelas khusus anak autis.Jumlah anak autis di SDLB empat orang SMPLB satu orang dan SMALB tidak ada. 2. Letak Sekolah Letak SLB Negeri Salatiga menempati areal tanah seluas 3810 m².tanah tersebut dijadikan bangunan permanen untuk sekolah TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB. Adapun batas-batasnya adalah a. Sebelah utara berbatasan dengan perumahan penduduk b. Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan penduduk c. Sebelah timur berbatasan dengan villa permata Banjaran d. Sebelah barat berbatasan dengan SD Mangunsari 02 Lokasi SLB Negeri Salatiga adalah Jl. Hasanudin Gang.III (Cakra) Banjaran – Mangunsari Salatiga.
3. Identitas Sekolah a. Nama Sekolah
: SLB Negeri Salatiga
b. N.I.S.
: 100160
c. N.S.S.
: 101036203018
d. Provinsi
: Jawa Tengah
e. Kecamatan
: Sidomukti
f. Desa/Kelurahan
: Mangunsari
g. Jalan dan Nomor
: Hasanudin Gang III
h. Kode Pos
: 50721
i. Telepon
: Kode Wilayah: 0298 Nomor:
328036 j. Daerah
: Perkotaan
k. Status Sekolah
: Negeri
l. Kelompok Sekolah
: Inti
m. Tahun Berdiri
: 1983
n. KBM
: Pagi
o. Bangunan Sekolah
: Milik Negara
p. Luas Bangunan
: 3810 m²
q. Lokasi Sekolah
: Jl. Hasanudin Gang III (Cakra)
Banjaran – Mangunsari Salatiga r. Website
: slbnsalatiga.sch.id
s. E-mail
:
[email protected]
t. Jarak ke Pusat Kecamatan
: 0,1 km
u. Jarak ke Pusat OTODA
: 1 KM
v. NPNS
: 20328473
4. Visi, Misi, dan Tujuan SLB Negeri Salatiga a. Visi Mendidik siswa bisa mandiri, berkemampuan optimal dan berakhlak mulia b. Misi 1) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar mengacu perundangundangan yang berlaku 2) Melaksanakan program kurikulum yang berlaku 3) Menambah
kegiatan
keterampilan,
dan
mengintensifkan
kegiatan agama c. Tujuan 1) Menampung anak berkebutuhan khusus (penyandang ketunaan) di daerah Salatiga dan sekitarnya secara optimal 2) Mengembangkan potensi peserta didik untuk menghadapi masa depan yang kompetitif, sehingga peserta didik menyadari bahwa kekurangan yang dimiliki bukan menjadi hambatan dalam belajar dan bekerja 3) Memberikan
pelayanan
pendidikan
secara
utuh
berkesinambungan dengan pengetahuan dan keterampilan
dan
5. Struktur Organisasi Organisasi dalam arti luas adalah suatu badan yang mengatur segala urusan untuk mencapai tujuan.Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kerjasama antar individu dalam sebuah organisasi meliputi struktur organisasi.Organisasi yang ada di SLB Negeri Salatiga meliputi struktur organisasi sekolah dan struktur komite sekolah. Komite sekolah diambil dari perwakilan orang tua siswa, guru, tokoh pendidikan, dan tokoh masyarakat Bagan 3.1 Struktur Organisasi Sekolah KS
WKU
KSDLB
WKA
WKS
KSMPLB GM
TU
PP PS
WKH
KSMALB
Keterangan Bagan Organisasi: KS
: Kepala Sekolah
: Muhlisun, M. Pd
WKU
: Waka Kurikulum
: Sularno
WKA
: Waka Kesiswaan
: Wawan P.S.PdSD
WKS
: Waka Sarpras
: Juzan
WKH
: Waka Humas
: Reni S.Spd
KSDLB
: Koordinator SDLB
: Dra. Siti Aisyah
KSMPLB
: Koordinator SMPLB
: Drs. Sarwijaya
KSMALB
: Koordinator SMALB
: Sri Lestari S.Pd
GM
: Guru Mapel
: Semua Guru
TU
: Tata Usaha
: Baniyah S.PdI
PP
: Petugas Perpustakaan
: Reni I. A.Amd
PS
: Penjaga Sekolah
: Khoirul Sholeh
Tabel 3.2 Susunan Pengurus Komite Sekolah No
Nama
Jabatan
Unsur
Alamat
1.
M. Syatibi,S.Ag
Ketua
Wali Murid/Tokoh Agama
2.
Drs. Sugiman,M.Si
Ketua
Tokoh Pendidikan
3.
Kristiyana
Sekertaris
Wali Murid
Dk.Krajan,Bono merto, Suruh,Kab. Semarang JI.Sumantri IV Rt.04/IX Dukuh, Sidomukti,Salati ga Perum Cinderawasih, No. 27 Rt.05/IV nNoborejo Salatiga
4.
Sularno
Sekertaris
Pendidik/guru
5.
Rohimun
Bendahara
Wali Murid
6.
Sri Rahayu
Bendahara
Pendidik/guru
7.
Drs. Subroto
Anggota
Tokoh Pendidikan
8.
Sungkono
Anggota
Tokoh Masyarakat
9.
Wawan Pamungkas
Anggota
Pendidik/guru
10.
Nunik Supriyatmi
Anggota
Pendidik/guru
11.
Amin Santosa
Anggota
Wali Murid
Banjaran Rt.01/XII Mangunsari, Sidomukti, Salatiga Gamesan, Bandungan, Ambarawa, Kab. Semarang Jl. Antasena Raya No.09,Rt.01/IX Dukuh Sidomukti, Salatiga Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Salatiga, Jl. LMU Adi Sucipto No.02 Salatiga Jl. Arjuna, Rt.03/XII, Banjaran, Mangunsari, Salatiga Jl. Flamboyan, B4/19 Perum Candirejo Permai, Jombor, Tuntang, Kab. Semarang Sraten Rt.03/IV Tuntang, Kab. Semarang Jl. Cerme, No.545 Kalicacing, Salatiga
6. Sarana dan Prasarana 1) Gedung Gedung SLB Negeri Salatiga dengan ukuran 2414m² yang terbagi menjadi 6 kelas.Setiap kelas memiliki luas 5m x 4m yang sengaja dibuat dua lorong. Ruang kelas yang digunakan dalam pembelajaran dibatasi dengan sekat tembok yang menghubungkan antara kelas yang lain. Ruangan yang terbagi menjadi 2 tersebut dapat mengganggu proses pembelajaran.Karena penghubung antara kelas hanya pintu kecil yang terbuka.Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan di kelas 1C1.Pada pembelajaran yang dilakukan di kelas apabila ada kelas sebelah sedang bernyanyi menimbulkan suara bising akan mengganggu ruang kelas disebelahnya. Karena terdengar suara keras di kelas sebelah, seringkali siswa lain ikut tertarik meninggalkan kelas. Gedung SLB Negeri Salatiga berbentuk persegi panjang. Halaman dengan luas 896m²untuk taman dan 500m²digunakan untuk lahan parkir. Gedung SMPLB & SMALB sengaja dipisahkan dengan SDLB, namun kantor dan kamar mandi berada dalam satu komplek dengan SDLB.
Bagan 3.3 Denah Gedung SLB Negeri Salatiga
LAHAN PARKIR SEPEDA MOTOR
1
2
4
5
13
6
7
8
TU
9
10 11
12
15
14
3 2 3
2 2
21
24
20
19
26
18
KP
17
27
16
44
4 6
45
25
4 4 7 8
LAPANGAN 32
31
33
30
34
29
35
28
36
38
37
39
40
43
41 42
Keterangan: 1. Halaman untuk praktik bengkel 2. Kamar mandi / WC PA 3. Kamar Mandi/ WC PI 4. Kelas IVC 5. Kelas IVC 6. Kelas IIIB 7. Kelas XIB 8. Kelas IB 9. Ruang guru& TU 10. Kelas IIB 11. Kamar Mandi/WC Guru PA 12. Kamar Mandi/WC Guru PI 13. Ruang Sensoris Integrasi 14. Kelas IC1 15. Kelas IIIC 16. Kelas IIC 17. Ruang Guru & Ruang Kepsek 18. Kelas VC 19. Kelas IVC 20. Kelas VIC 21. Kelas IIIB 22. Kelas XIB 23. Ruang Inventaris Perbengkelan
24. Gudang 25. Ruang Keterampilan 26. Rumah Dinas Penjaga Sekolah 27. Ruang E-learning 28. Pintu masuk Kelas& Kantin Sekolah 29. Kelas XC 30. Kelas XIC 31. Kelas VIIB 32. Kelas XIIC 33. Kelas XIIB 34. KelasXIB 35. Kelas XIB 36. Ruang Keterampilan Jahit 37. Ruang Osis 38. Ruang Tata Boga 39. Kelas VIICI 40. Kelas IXCI 41. Kelas XCI 42. Gudang Material 43. Perpustakaan 44. Kelas 45. Mushola 46. Ruang KMD 47. Kamar Mandi/ WC Siswa PI
48. Kamar Mandi/WC Siswa PA
2) Sarana dan Prasarana lain Sarana dan Prasarana lain yang ada di SLB Negeri Salatiga memiliki kriteria yang baik dan mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun alat tersebut adalah berupa meja, kursi, almari, hasil karya siswa, buku-buku yang tersedia, alat peraga dsb. Tabel 3.4 Data Sarana Prasarana
NO
NAMA BARANG
JUMLAH
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Gedung Sekolah Gedung Asrama Gedung Artikulasi Musholla Perpustakaan Rumah Dinas Ruang Sensori Integrasi Meja Guru Kursi Guru Meja Siswa/Sekolah Kursi Siswa/Sekolah Almari
5 1 1 1 1 1 1
Beton Beton Beton Beton Beton Beton Beton
11 11 129
Kayu Kayu Kayu
129
Kayu
29
Kayu
8. 9. 10. 11. 12.
BAHAN
13. 1ja 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.
Papan Tulis White Board Papan Informasi Meja Kursi Tamu Alat Peraga Alat Pertanian Jumlah Buku Alat Kebersihan Alat Pertukangan Alat Kecantikan Alat Perbengkelan Alat Boga Lapangan Kantin Tempat Parkir Alat Kesehatan Alat Keterampilan Komputer Monitor TV Sound System Speaker Sound King Mesin Jahit Tenda
37. Kursi Lipat 38. Mesin Ketik 39. Mesin Ketik Braille 40. Camera Digital 41. Kursi Roda 42. Parabola 43. Printer 44. Wireless 45. Alat Musik 7. Keadaan Guru
3 35 5 2 set 40 1 set 1470 1set 1 set 2 set 1 set 1 set 1 1 2 24 41 25 21 3 5 2 10 7 3 1 1 1 8 1 6 1 27
Triplek Triplek Triplek Kayu Besi Kertas Plastik Besi Kayu Mesin Besi Beton
Elektronik Elektronik Elektronik Mesin Mesin Mesin Plastik Parasit Besi Mesin Mesin Elektronik Besi Mesin Elektronik Elektronik Elektronik
Tenaga pengajar atau guru yang bertugas di SLB Negeri Salatiga pada tahun 2013/2014 seluruhnya adalah empat puluh dua orang yang
terdiri dari tiga puluh tiga PNS, delapan guru wiyata bakti dan satu guru tambahan dari diknas yang bertugas di SLB N Salatiga. Untuk lebih jelasnya, penulis sajikan daftar tabel tenaga pengajar di SLB Negeri Salatiga.
Tabel 3.5 Keadaan Pengajar di SLB Negeri Salatiga
NO
NAMA
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Muhlisun, M.Pd Trisnani, S.Pd Rohani Eko S., S. Pd Rohana Dwi S., S.Pd Siti Aisyah, S.Pd Nunik Supriyatmi, S.Pd
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Siti Rahayu,S.Pd Drs. Sarjiya Kusnanto Sri Mulyani, S. Pd SD Wagiman, S. Pd SD Subiyati Yekti Widayani,S.Pd SD Sri Rahayu, S.Pd.SD Rastini Wawan Pamungkas, S. Pd SD Indyatno, BA
14. 15. 16. 17.
JABAT AN Kepsek Guru Guru Guru Guru Guru
PENDIDI KAN SI.P.mat SGPLB C SGPLB A SGPLB A SI.Pkn SGPLB A
MENGAJA R KELAS PKn 4C,5C 4C 7 CI 1CI (a) 2C 1A
Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru
SGPLB C SI PLB SGPLB A SGPLB E SGPLB C SGPLB E SGPLB C
3CI 7B 3A 3C 12C 1CI (b) 6CI
Guru Guru Guru
SGPLB D SGPLB C SGPLB A
ICI (c) 5C 7C
Guru
Sm. PLB
6C
18. 19. 20. 21.
Muh Ihromi, S.Pd.I Sularno, Spd.SD Juzan Tin Kartini, S.Pd
Guru Guru Guru Guru
22. 23. 24.
Sri Lestari W. S.Pd Otto Danang P. S.Pd Eko Puji Widodo. S. Pd
Guru Guru Guru
25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
Indah Widyahety.S.Pd Reni Setiawati. S.Pd Khoirul Hidayati, S.Pd Ninda Solikhah, S.Pd Hastien C.,S.Pd Yustiana E. H. S.Pd Heriani Thamrin, S.Pd Fitri Indriyani, S.Si
Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru
SI. SENI S1.MIPA SI PLB S1 PLB SI PLB SI B.Ingg SI Komp SI Olahraga
33.
Wisnu Laksono, S.Si
Guru
SI. Teologi
34. 35. 36. 37.
Lusi Wulandari Masiyem Asih Widiyarti, S.Pd Baniyah, S.Pd.I
Guru Guru Guru Guru
SMA SGPLB C SI. P.Bio SI.Bhs. Ingg
38.
Reni Indriyani A.A.Md
39.
Khairul Sholeh
Pustaka wan PSD
D.III T.Boga SMP
40. 41.
Ika Yunita A. S Pd Fenny Ayuningtyas, S.Pd Abdur Rahman
Guru Guru
SI Bk SI PLB
Penjaga Sekolah 5B 9B
Guru
SI. PAI
PAI/SD
42.
S1. PAI SGPLB D SGPLB C S1.BHS& SENI S1 PPKN SGPLB A S1 PAI
B. Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
PAI SDLB 8C 10D/C 2CI 8CI 10B PAI SMP/SMA 1B (b) 12B 6B IB (b) Cuti 2B 9CI OR SD/SMP/S MA PAK SD/SMP/S MA PAK SD 10CI 11B 4B
Pustakawan
Hasil penelitian mengenai sistem pembelajaran pendidikan agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga dapat dibagi menjadi tiga yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 1. Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam merupakan hal yang sangat penting dalam menjalankan proses pembelajaran. Tanpa
perencanaan
maka pendidikan kurang optimal. Berbicara
mengenai perencanaan pembelajaran, tak pernah terlepas dengan pemanfaatan kurikulum. Kurikulum menjadi penghubung antara guru dengan peserta didik terutama dalam melakukan proses pembelajaran. Untuk perencanaan pembelajaran yang diterapkan oleh guru PAI untuk siswa autis, yang ada di SMPLB Negeri Salatiga, masih menggunakan kurikulum KTSP, karena siswa autis yang kebetulan menjadi objek penelitian merupakan siswa kelas IX CI. Hal ini sesuai pemaparan dari hasil wawancara dengan bapak MH yang menyatakan sebagai berikut: Nah, untuk kurikulum di SLB Negeri Salatiga ini kami terapkan 2 versi.Versi pertama adalah kurikulum KTSP dan Versi ke dua adalah kurikulum 2013. Penerapan kurikulum 2013 baru diberlakukan di kelas I, IV, VII dan X, dan yang lain masih menggunakan kurikulum KTSP (23 Agustus 2014 di ruang Kepsek).
Dalam kurikukum KTSP memungkinkan guru memodifikasi sendiri materi pelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa.
Untuk itu guru PAI mengupayakan pembelajaran bagi siswa autis tersebut dengan mengedepankan praktek wudhu dan sholat.Karena pada dasarnya untuk pembelajaran PAI yang diadakan di SLB kompetensi akhirnya adalah peserta didik mampu wudhu dan sholat.Selain itu, aspek akhlak mendapatkan perhatian lebih untuk pembentuk kepribadian siswa autis. Setelah kurikulum, hal yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan pembelajaran PAI yaitu upaya pengembangan silabus. Silabus merupakan materi pembelajaran yang hendak digunakan dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu pemanfaatan silabus
menjadi
petimbangan
dalam
menentukan
arah
pembelajaran.Silabus yang diperuntukkan oleh siswa autis itu disamakan dengan silabus untuk anak grahita ringan. Karena dalam proses pembelajarannya kenyataan di lapangan menyatakan bahwa siswa autis masih digabung dengan siswa grahita ringan. Hal ini sesuai dengan pernyataan bapak EPW: Untuk Ay, karena termasuk anak autis yang mengidap grahita, maka kami masukkan ke kelas grahita ringan, mengingat belum adanya tenaga pengajar khusus anak autis (12 Agustus 2014 di ruang TU).
Berikutnya setelah pengembangan silabus, guru PAI membuat RPP sebagai bentuk persiapan untuk mengajar pendidikan agama terhadap peserta didik. Dalam kaitannya dengan pembuatan RPP untuk siswa autis, format penyusunan laporan sama dengan sekolah umum. Tetapi
untuk pelaksanaannya di kelas target tidak selesai. Bapak EPW menjelaskan bahwa: PAI yang kami kembangkan di RPP ini, hanya sebatas laporan untuk di Dinas Pendidikan, sedangkan pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan siswa (23 Agustus 2014 di ruang TU).
Dengan demikian, bisa dikatakan untuk pembuatan RPP yang didesain oleh guru PAI tersebut, disesuaikan dengan tingkat perkembangan kemampuan peserta didik. Pengajaran PAI
memerlukan metode. Metode merupakan cara
yang ditempuh oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran agar pembelajaran menjadi mudah dan menyenangkan. Untuk siswa autis penggunaan metode yang diterapkan adalah metode quantum teaching.Metode quantum teaching dianggap mampu memberikan efek rileks pada perkembangan intelektual pada siswa autis. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan bapak EPW: Untuk membimbing pembelajaran PAI bagi siswa autis, kami menggunakan metode quantum teaching (12 September 2014 di ruang E-learning).
Penjelasan mengenai metode quantum teaching diharapkan mampu menenangkan
beberapa
syaraf
siswa
autis
dari
gangguan
otaknya.Karena prinsip pembelajaran tersebut menggunakan prinsip bermain sambil belajar. Dengan demikian penggunaan metode quantum
teaching sangat tepat untuk memacu perkembangan kemampuan siswa autis, sehingga siswa tersebut bisa mandiri. Peran media menjadi pendukung suksesnya pembelajaran PAI. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti yang dituliskan dalam catatan lapangan sebagai berikut: Pembelajaran PAI yang digunakan oleh siswa autis adalah dengan film animasi dan alat peraga sebagai alat bantu dalam penjelasan materi. Guru PAI menjelaskan materi wudhu dengan menampilkan slide film animasi Didi dan Dodo. Respon siswa autis cukup baik, adanya kontak mata pada slide yang ditampilkan.Dengan adanya kontak mata pada siswa autis tersebut, diharapkan siswa mampu menyerap informasi yang disampaikan oleh guru pembimbing agama. (hasil Pengamatan penulis di ruang E-learning, tanggal 24 April 2014).
Oleh karena itu, dari penjelasan yang telah dikemukakan oleh peneliti
dapat
disimpulkan
bahwa
perencanaan
pembelajaran
pendidikan agama Islam tidak terlepas dari kurikulum, silabus, RPP, metode dan media pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan kemampuan siswa autis. 2. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam Pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan komponen penting yang harus ada dalam aktivitas pendidikan. Tanpa adanya kegiatan pembelajaran, aktivitas pendidikan tidak akan berjalan secara sempurna. Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari proses pembelajaran secara umum.
Pembelajaran pendidikan agama Islam merupakan tahap implementasi/ penerapan atas desain perencanaan yang dibuat oleh guru PAI. Dalam tahap ini guru PAI di SMPLB Negeri Salatiga melakukan interaksi belajar-mengajar melalui penerapan berbagai metode, strategi, dan pemanfaatan seperangkat media. a.Deskripsi Suasana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Ruang
kelas
yang
dipergunakan
untuk
pembelajaran
dikondisikan dengan membentuk formasi melingkar.Posisi guru utama mengajar berada di tengah-tengah siswa. Belajar-mengajar pendidikan agama Islam pada SMPLB Negeri Salatiga autis seperti pada sekolah umumnya, yaitu pengaturan murid menggunakan sistem tatap muka langsung dalam satu ruang kelas. Proses belajarmengajar baik pendidikan agama Islam maupun bidang studi yang lainnya menggunakan menggunakan jumlah kapasitas siswa. Adapun satu kelasnya terdiri dari dua rompel. Satu rompel terdiri dari lima orang siswa. Dengan demikian guru dapat memantau aktivitas siswa dengan mudah. Proses pembelajaran pendidikan agama Islam dan mata pelajaran yang lain berlangsung selama tiga jam. Dengan durasi waktu yang berbeda dengan sekolah umum. Satu jam pelajaran untuk kelas SMPLB Negeri Salatiga berlangsung selama 35 menit. Untuk mengkondisikan siswa selama pembelajaran berlangsung, guru
yang
mengajar
di
kelas
menerapkan
sistem
team
teaching.Pelaksanaan sistem team teaching memudahkan guru dalam mengatur peserta didik, khususnya pada siswa penyandang autis.Teamteaching yang diterapkan terdiri dari empat guru yang masing-masing memiliki peranan, diantaranya dua guru yang bertugas menyampaikan materi di kelas secara berselingan, dan dua guru yang lain bertugas untuk mengkondisikan siswa agar tidak gaduh ketika pembelajaran berlangsung. pengkondisian siswa para guru mengajak siswa menyanyi sebelum pelajaran dimulai. Dengan harapan para siswa lebih siap menerima pelajaran yang hendak di dipelajari. b. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Strategi pembelajaran PAI untuk siswa autis menggunakan pembelajaran individual. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan bapak EPW sebagai berikut: Strategi yang mengarah pada kosentrasi siswa autis adalah dengan strategi pembelajaran individual, dimana siswa diberi materi dasar.Prosesnya adalah guru kelas membuatkan ringkasan catatan untuk siswa autis. Ketika ada semacam pekerjaan rumah (PR), guru mengkomunikasikan secara langsung kepada orang tua tentang apa yang hendak dipersiapkan untuk pembelajaran yang akan datang (24 April 2014).
c. Metode - metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Beberapa metode yang digunakan untuk pembelajaran pendidikan agama Islam bagi siswa autis
di SMPLB Negeri
Salatiga adalah metode ceramah, metode quantum teaching, metode tanya jawab, dan metode keteladanan. 1) Metode ceramah Metode ceramah merupakan suatu cara yang digunakan secara klasikal pada seluruh pengantar pembelajaran. Penerapan metode ceramah digunakan ketika mengkondisikan siswa autis di kelas. Kegiatan mengenai penggunaan metode ceramah ini dapat digambarkan dari hasil wawancara dengan bapak EPW: metode ceramah digunakan untuk mengenalkan perilaku terpuji dan tercela, agar anak autis tahu apa yang baik untuk dilakukan dan yang buruk dijauhi (11 September 2014 di ruang E-learning). Sedangkan
dari
hasil
catatan
lapangan
penelitian
mengungkapkan sebagai berikut: ketika bel berbunyi, siswa memasuki ruang kelas dan menempati tempat duduk masing-masing, begitu juga dengan siswa autis. Setelah itu guru mengkondisikan kelas dengan mengarahkan siswa agar selalu berakhlak terpuji. (hasil pengamatan penulis, tanggal 12 Agustus 2014).
Dari keterangan hasil wawancara dengan bapak EPW dan catatan lapangan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode ceramah ini dipergunakan diawal-awal kegiatan pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan praktek langsung. Karena dimaksudkan supaya siswa autis tidak jenuh dalam proses pembelajaran.
2) Metode Quantum Teaching Penggunaan metode quantum teaching dalam pembelajaran PAI
pada siswa autis dapat dilihat dari hasil wawancara
dengan bapak EPW sebagai berikut: metode yang saya kembangkan untuk siswa autis itu metode quantumteaching, di sela-sela pembelajaran disisipkan games, sehingga anak betah dengan pembelajaran PAI, hingga siswa autis dan siswa grahita itu selalu menantikan pelajaran pendidikan agama Islam setiap harinya (11 September 2014 di ruang E-learning).
Pada prinsipnya penggunaan metode tersebut bermaksud supaya
siswa
autis
tidak
jenuh
selama
pembelajaran
berlangsung. 3) Metode tanya jawab Penggunaan metode tanya jawab dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa autis diupayakan dengan bertanya secara langsung kepada siswa tersebut. Hal ini dapat digambarkan dalam catatan lapangan penelitian sebagai berikut: Ketika guru menjelaskan materi sholat secara sederhana yaitu berupa pengertian sholat dan jumlah rokaat shalat, siswa autis dilibatkan dengan diberi pertanyaan ada berapa rokaat shalat subuh. Kemudian siswa autis menjawab 5 rokaat, meskipun jawaban yang dilontarkan tersebut salah, guru tetap memberikan dukungan, oh ya, toss dulu sama pak eko. (pengamatan penulis, tanggal 12 Agustus 2014 di ruang Perpustakaan).
Dengan demikian penggunaan metode tanya jawab menjadi penghubung antara siswa autis dengan guru pendidikan agama Islam. Adanya
komunikasi
tersebut
setidaknya
bisa
meningkatkan
kosentrasi siswa autis dalam belajar pendidikan agama Islam. 4) Metode Praktek Penggunaan
metode
praktek
digunakan
oleh
guru
pembimbing agama Islam dalam menjelaskan gerakan-gerakan sholat untuk siswa autis.selanjutnya penjelasan materi sholat hanya sebatas pengertian sholat, gerakan dasar sholat, dan rukun sholat. Pernyataan tersebut dinyatakan oleh bapak EPW sebagai berikut: untuk anak autis, kami upayakan untuk praktek langsung shalat dengan minimal tahu gerakan apa saja yang ada dalam rukun shalat (11 September 2014 di ruang Elearning).
5) Metode Keteladanan Penerapan metode keteladanan dalam pembelajaran PAI bagi siswa autis dapat dilihat dari hasil pemaparan dari bapak EPW sebagai berikut: anak autis ini, kami beri arahan berupa teguran langsung ketika melakukan tindakan yang tidak terpuji. Misalnya ya mbak, waktu itu pernah ada suatu kejadian, tiba-tiba Ay merebut buku temannya. Kemudian kita arahkan dengan ayo Ay, buku si A dikembalikan. Dan Alhamdulillah dia mau mendengarkan nasehat guru, dan buku temannyapun dikembalikan (11 September 2014 di ruang Elearning).
Dengan demikian penggunaan metode keteladanan menjadi penting dalam pembiasaan perilaku siswa autis, khususnya pada perkembangan perilaku siswa kearah yang lebih baik. Selain itu upaya guru pembimbing agama Islam telah membiasakan anak autis berjabat tangan dengan guru setiap datang dan pulang sekolah. Dengan demikian dapat dikatakan, untuk penggunaan metode praktek digunakan ketika menjelaskan materi ibadah seperti sholat yang dijelaskan secara ringan dengan mengutamakan pengenalan gerakan shalat. d. Media Pembelajaran PAI Media merupakan sarana yang digunakan untuk memperlancar pembelajaran,
khususnya
pelajaran
pendidikan
agama
Islam.
Penggunaan media mampu menujang pembelajaran, sehingga proses kegiatan belajar mengajar terasa menyenangkan. Pemanfaatan media menjadikan siswa autis merasa tenang dalam mengikuti pembelajaran pendidikan agama Islam. Untuk siswa autis media
yang diterapkan
yaitu dengan
menggunakan komputer. Dengan adanya fasilitas tersebut siswa autis lebih antusias melakukan penulisan materi dari pada bila anak tersebut belajar secara manual menggunakan pena. Hal ini sesuai dengan keterangan yang dipaparkan oleh bapak EPW sebagai berikut:
Ay itu baru-baru ini saya arahkan untuk memakai komputer selama proses pembelajaran PAI, karena dia bisa mencatat dengan cepat materi pembelajaran, dari pada jika dibandingkan dengan dia menulis dengan menggunakan buku dan pena (11 September 2014 di ruang E-learning). Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan media pembelajaran menjadikan siswa autis lebih kosentrasi mengikuti proses pembelajaran. Karena anak autis sangat menyukai benda mati yang memiliki keunikan menurut syaraf penglihatannya.
3. Evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam Evaluasi
pembelajaran
PAI
yang
dilakukan
oleh
guru
pendidikan agama Islam merupakan serangkaian penilaian yang digunakan untuk
mengetahui perkembangan keagamaaan siswa,
khususnya pada siswa autis. Penilaian tersebut dengan tes dan non tes.Tes yang harus diikuti adalah UTS dan UAS. Sedangkan non tesnya dilakukan dengan cara guru mengamati secara langsung perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung. Evaluasi berjalan sesuai dengan kalender akademik yang terangkum dalam satuan pendidikan terutama di SMPLB Negeri Salatiga yang termuat dalam buku kemajuan siswa. Evaluasi yang diberlakukan secara khusus untuk siswa autis dalam pembelajaran PAI, menggunakan
standar minimal dalam mendidik
siswa autis, yaitu anak autis setidaknya tahu urutan wudhu dan gerakan sholat. Sedangkan untuk mengukur kemampuan akademik siswa autis,
siswa
autis
ditanya
langsung
mengenai
materi
yang
disampaikan.Karena autis yang ada dikelas IX CI masuk dalam kategori autis rendah. Menurut bapak EPW dalam pemaparan hasil wawancara menyatakan: Ay itu masuk dalam kategori siswa autis rendah, dia sangat sulit diajarkan menulis dan membaca. Untuk bisa belajar maka guru mencatatkan materi untuknya dengan harapan pengasuhnya bisa membantu mengajarkan materi yang telah dicatatkan tersebut (11 September 2014 di ruang Elearning).
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa proses evaluasi yang diberlakukan untuk siswa autis adalah minimal siswa tersebut mengetahui materi dasar yang dijelaskan guru pembimbing agama Islam di dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui serangkaian tes UTS dan UAS yang diselenggarakan
di SMPLB
Negeri Salatiga dan non tes berupa pengamatan perilaku siswa yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam melalui kerjasama dengan orangtua melalui buku kemajuan siswa.
C. Kendala yang Dialami Guru Pendidikan Agama Islam Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga tentu tidak terlepas dari halangan dan hambatan.
Jenis
Islam diantaranya:
kendala
yang
dialami
guru
pendidikan
agama
Target
materi pelajaran pendidikan agama Islam tidak selesai. Hal
ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada Bapak EPW sebagai berikut: Proses menghafalkan surat al-fatikhah, butuh waktu lama untuk mengajarkannya. Tidak hanya satu atau dua pertemuan saja, tetapi berulang-ulang, itupun dalam waktu yang berbulan-bulan dalam membiasakan kesehariannya ketika akan melaksanakan sholat lima waktu dan target tidak selesai (22 April 2014 di Ruang TU). Selain itu, dilihat dari jumlah guru pendidikan agama Islam
yang masih
kurang
minim
maksimal.Karena
menjadikan jumlah
guru
pembelajaran
dinilai
pendidikan
agama
Islam yang ada hanya ada empat orang dengan rincian guru
dari
Diknas
dan
dua
guru
dua
bantu.Sebagaimana
pernyataan dari Bapak MH: “ untuk keseluruhan ada empat guru, dengan rincian dua guru dari Diknas dan dua guru sebagai guru bantu” (22 April 2014). Selanjutnya,
kedisiplinan
maksimal.Kesiapan
siswa
dalam
siswa belajar
yang tidak
belum seperti
di
sekolah umum, yang berangkat sekolah secara rutin.Hal ini berbalik mengikuti
dengan
siswa
pembelajaran
SMPLB butuh
Negeri
Salatiga
yang
perjuangan
guru
untuk
mengingatkan kepada anak untuk mau belajar.
Hal ini sesuai
dengan
oleh
hasil
sebagai berikut:
pengamatan
yang
dilakukan
peneliti
Ketika pembelajaran pendidikan agama Islam berlangsung, masih ada saja alasan siswa yang tidak mengikuti proses pembelajaran disebabkan keasyikan libur sekolah (22 April 2014 di ruang kelas IX C1). Berikutnya jenis terapi yang diperuntukkan untuk siswa autis belum tersedia. Proses terapi sangat diperlukan dalam upaya
mengkondisikan
autis.
Karena
alternatif
SMPLB
yang
dipilih
siswa
luar
Negeri oleh
biasa,
Salatiga orang
khususnya menjadi
tua
yang
siswa sekolah
menengah
kebawah sebagai sekolah inklusif. Hal ini dijelaskan dari hasil wawancara yang dilakukan penelitikepada Bapak MH sebagai berikut: Untuk menghadirkan tenaga khusus dalam menerapi anak luar biasa, dari pihak sekolah belum mampu. Karena keterbatasan dana yang kurang mendukung, walaupun memang ada bantuan dari direktorat PLB. Siswa yang belajar di SMPLB Negeri Salatiga ini, tidak dipungut biaya SPP (22 April 2014 di ruang Kepsek).
Dari
beberapa
pernyataan
responden
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa kendala yang dialami guru pendidikan agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga diantaranya adalah: a. Target
materi
pelajaran
pendidikan
agama
selesai b. Kurangnya jumlah guru pendidikan agama Islam c. Kurang disiplinnya siswa
Islam
tidak
d. Sekolah
tidak
menyediakan
terapi
khusus
untuk
mengkondisikan siswa autis
BAB IV ANALISIS DATA Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan pada bab III, maka pada bab ini akan dilakukan analisis data. Adapun hal-hal yang akan dianalisis adalah sistem pembelajaran berupa: perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam, pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam, serta evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa penyandang autis di SMPLB Negeri Salatiga. Analisis ini didasarkan pada data-data hasil yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yang menggambarkan kondisi konkrit yang ada di SLB Negeri Salatiga. A.
Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1.
Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam
Proses perencanaan pembelajaran yang diterapkan oleh guru Pendidikan Agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga, masih menggunakan kurikulum
KTSP, karena siswa autis yang kebetulan menjadi objek penelitian adalah kelas IX C1. Adapun tahap-tahap yang dilakukan adalah pengembangan silabus, penyusunan RPP, pemilihan metode, dan media pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan siswa. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Prabowo dan Nurma (2010:1) yang mengatakan bahwa prinsip perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam adalah guru yang kompeten dalam menanamkan nilai-nilai Islam yaitu guru pembimbing Agama Islam.Selain itu, adanya prinsip visibilitas
dengan
pembiasaan perilaku terpuji
pada siswa
autis.Dengan harapan siswa autis tersebut bisa menjadi pribadi yang mandiri dan bertaqwa kepada Allah SWT. Berpijak pada fakta merupakan hal penting yang menjadi prioritas dalam proses perencanaan pembelajaran. Dengan demikian guru pendidikan agama Islam mampu memberikan alternatif mudah dalam upaya mendesain pembelajaran yang sesuai denganmempertimbangkan karakteristik siswa autis diantaranya dengan memberikan materi pelajaran PAI yang sederhana, antara lain dengan materi wudhu dan sholat wajib. Dalam proses pembelajaran diperlukan perencanaan atau rangkaian kegiatan sebagai proses yang akan menjadi program dalam jangka panjang. Karena perencanaan bertindak sebagai pemandu guru dalam melaksanakan tugasnya dalam mendidik.
Apabila dihubungkan dengan
pembelajaran,
maka
perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan pembelajaran yang akan disiapkan untuk mengembangkan dimiliki oleh peserta didik dan mendesain pembelajaran.
potensiyang
berguna sebagai pedoman guru dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
berkaitan dengan proses
penyampaian pengetahuan dari guru kepada peserta didik secara kontinyu dan berkesinambungan dengan muatan nilai-nilai keislaman. Sehingga diharapkan dengan adanya pembelajaran peserta didik menjadi generasi yang berguna pada kehidupan di dunia. Proses perencanaan pembelajaran mengantarkan guru dan peserta didik menuju gerbang kesuksesan jika tersusun dengan efektif dan efisien. Istilah pembelajaran sering disamakan dengan pengajaran.Gagne mengatakan pembelajaran
adalah
serangkaian
kegiatan
yang
dirancang
untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa (Rusmono, 2012:6). Perencanaan
dalam
pembelajaran
merupakan
komponen
yang
memadukan antara proses kegiatan belajar mengajar dan rangkaian aktivitas dalam belajar.Bagi guru kegiatan perencanaan pembelajaran menjadi modal guru mengembangkan potensi peserta didik yang perlu digali secara intens.Apa yang akan diberikan kepada peserta didik tidak hanya relevan dengan kebutuhan peserta didik, melainkan juga berguna bagi kehidupan yang akan datang. Disamping itu kegiatan pembelajaran harus bervariasi dan menarik. Perencanan pembelajaran memerlukan beberapa hal yang perlu diperhatikan. Khususnya pada siswa autis yang mempunyai gangguan pervasif dalam perkembangan intelektual yang dimilikinya.Berdasarkan pemaparan data dalam kegiatan belajar-mengajar, pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa autis harus benar-benar diperhatikan. Menurut
Daradjat dalam Pendidikan Agama bahwa dalam penyajian pendidikan agama hendaknya memperhatikan keadaan jiwa yang dihadapi anak. Jadi guru Pendidikan Agama Islam yang bijaksana dapat memilih metode yang tepat sebagai wujud kepedulian dengan siswa autis dan materi Pendidikan Agama Islam yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dalam membina mental secara terarah. Sementara itu, Menurut Hermansyah (2012:5) Syarat yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran anak autis: Diperlukan beberapa prasyarat yang harus dilakukan dan dipersiapkan oleh seorang guru, pembimbing anak autistik
sebelum melaksanakan kegiatan
belajar mengajar, yakni: a. Menciptakan situasi yang kondusif untuk pembelajaran, upaya tersebut meliputi: 1) Emosi yang stabil dari anak autis 2) Ruangan yang tidak terlalu banyak rangsangan (poster, alat-alat belajar, penempatan/tata ruang belajar, dan penataan struktur ruang, pentilasi dan penerangan yang cukup) b. Mengupayakan adanya kontak mata (relationship) yang sejajar antara guru melaksanakan kegiatan pembelajaran adalah mengkondisikan anak dalam kestabilan emosi. c. Kemampuan untuk meningkatkan ketahanan kosentrasi anak d. Mengupayakan kepatuhan dari anak autistik dalam pemahaman bahasa reseptif
e.
Pembimbing harus menyadari dan memahami tujuan apa yang akan dicapai dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis, desain ruangan pembelajaran untuk siswa autis cukup kondusif, hal ini didukung dengan ruang kelas yang cukup luas,tidak terpasang banyak poster atau gambar-gambar, pentilasi, dan penerangan yang cukup. Dalam penerapan perencanaan pembelajaran, guru Pendidikan Agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga melakukan beberapa komponen diantaranya: 1. Kurikulum yang digunakan untuk siswa autis masih menggunakan kurikulum KTSP. Sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas pasal 20 ayat 9 dijelaskan, kurikulum tingkat satuan pendidikan SMP/MTS/SMPLB, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan dengan memperhatikan potensi peserta didik, karakteristik daerah, serta akar sosio-kultural komunitas setempat (Sisdiknas, 2007:131). 2. Silabus dalam kurikulum KTSP disusun oleh guru PAI secara langsung. Silabus menjadi pedoman dalam pembuatan RPP yang berguna bagi proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. 3. Proses kegiatan belajar-mengajar Pendidikan Agama Islam pada siswa autis di SMPLB Negeri Salatiga dilaksanakan sesuai jadwal kelas yaitu hari jum’at dimulai dari pukul 07.50 pagi yaitu selama 3 jam. 1 jamnya di SLB selama 35 menit. Berbicara mengenai perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diterapkan di SMPLB Negeri Salatiga dapat disimpulkan bahwa
perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam langkah pertama yang ditempuh guru PAI dalam menyusun/ mendesain kegiatan belajar sesuai dengan perkembangan kondisi jiwa
peserta didik. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam mempunyai tujuan yang hendak di tanamkan pada pembentukan nilai-nilai keislaman, khususnya dalam perkembangan siswa autis. Menurut Daradjat (2009:30) pendidikan agama Islam memiliki beberapa tujuan, antara lain: tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara, dan tujuan operasional. Dalam mewujudkan tujuan umum perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam, perubahan perilaku menjadi aspek utama yang dibidik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.Alasannya dengan penanaman nilai-nilai keislaman dapat membentuk perilaku yang positif bagi siswa autis. Untuk itu, perubahan perilaku tersebut bisa terlihat dalam pembiasaan bersalaman setiap apel pagi dan pulang sekolah yang diterapkan di SMPLB Negeri Salatiga akan berdampak positif pada perkembangan siswa autis. Sementara itu wujud dari tujuan akhir pembelajaran pendidikan agama Islam siswa autis dikenalkan pentingnya beribadah kepada Allah swt, sehingga siswa autis termotivasi dalam melaksanakan wudhu dan sholat.Berbeda dengan tujuan sementara, dengan adanya pembiasaan urutan wudhu sebelum sholat, maka siswa autis ini pada akhirnya terbiasa melakukan wudhu terlebih dahulu sebelum sholat.Selain itu, dengan adanya tujuan operasional menjadikan siswa autis lebih mudah diarahkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, khususya pada praktek wudhu dan sholat.
2.
Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga melakukan serangkaian metode dalam mendidik siswa autis diantaranya:
a. Metode Ceramah Metode ceramah merupakan bentuk penyampaian materi pelajaran dengan memberi penjelasan deskripsi yang dilakukan oleh guru yang bertujuan untuk mengetahui bahan yang hendak disampaikan kepada peserta didik. Pengguanan metode ceramah dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam digunakan di SMPLB Negeri Salatiga pada awal-awal pelajaran kemudian dilanjutkan dengan praktek langsung, supaya siswa autis tidak merasa jenuh selama proses pembelajaran berlangsung. Jenis metode ceramah yang diterapkan di SMPLB Negeri Salatiga merupakan ceramah interaktif, sehingga peserta didik tidak jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran. b.
Metode QuantumTeaching Penerapan metode quantumteaching yang dilaksanakan di SMPLB Negeri Salatiga adalah dengan pembiasaan yang dilakukan guru pembimbing pendidikan agama Islam yaitu dengan memberikan motivasi kepada siswa autis untuk memberikan jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan dengan cara tegas namun lembut. Proses pembelajaran tersebut disisipkan terapi bermain sebagai selingan agar siswa autis tidak merasa jenuh didalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan terapi bermain merupakan cara yang digunakan seseorang
dalam upaya mengkondisikan siswa dengan harapan daya kosentrasi peserta didik semakin meningkat. Penjelasan mengenai terapi bermain menurut Ernawati (2012:36) dalam bukunya
yang
berjudul
Siapa
Bilang
Anak
Autis
Tidak
Bisa
Berpretasimengatakan bahwa terapi bermain bagi penyandang autis dapat meminimalkan perilaku agresif, menyakiti diri sendiri, dan perilaku stereotip yang tidak bermanfaat.Dengan demikian dapat dikatakan terapi bermain digunakan guru pembimbing agama Islam sebagai sarana untuk menjaga kosentrasi peserta didik khususnya siswa autis. c. Metode Tanya Jawab Tanya jawab merupakan suatu metode yang mengungkapkan kepedulian guru terhadap peserta didik.Alasannya
proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada siswa autis dapat mendukung daya kosentrasi siswa sehingga siswa autis mau mengikuti pembelajaran dengan tenang. Dengan adanya tanya jawab menjadikan guru pembimbing pendidikan agama Islam lebih mudah memberikan umpan balik kepada siswa autis. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa siswa autis mengalami kesulitan interaksi sosial (Kurniati, 2012:29). d. Metode Praktek Metode praktek sangat dianjurkan dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, supaya dapat dipahami dan diterapkan, khususnya pada siswa autis. Contohnya seperti pembelajaran tentang wudhu. Setelah guru menjelaskan bagian anggota wudhu dengan tertib, maka langkah selanjutnya
adalah mengajarkan secara langsung kepada siswa autis urutan wudhu yang tertib pula. e. Metode Keteladanan Keteladanan
merupakan
suatu
metode
yang
diyakini
keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk moral spiritual dan sosial. Untuk peserta didik membutuhkan figur guru sebagai sosok yang dijadikan teladan bagi para siswa, khususnya siswa autis. Seperti yang dilakukan oleh guru pembimbing Pendidikan Agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga yang mendidik siswanya dengan penuh kesabaran, ramah, dan selalu memberikan contoh yang baik, sehingga peserta didik pada akhirnya termotifasi untuk melakukan kebaikan. Pembiasaan berjabat tangan yang dilakukan sebelum apel pagi, para siswa dan guru saling berjabat tangan. 3.
Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bentuk evaluasi pembelajaran PAI melalui serangkaian tes yang disusun oleh waka kurikulum SMPLB Negeri Salatiga yaitu disesuaikan dengan perkembangan peserta didik yang mengalami gangguan pervasif seperti siswa autis. Proses tersebut dengan melaksanakan tes UTS dan UAS sesuai dengan kalender akademik. Adapun ketentuan soal baik UTS dan UAS untuk siswa autis, berdasarkan pengamatan selama penelitian adalah font /ukuran hurufnya minimal 14, menggunakan multiplechoice dengan pembatasan opsi a, b, dan c, banyak gambar yang disajikan dalam tes, dan menebalkan huruf.
Selain itu, bentuk evaluasi lain yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah non tes. Pelaksanaan ujian non tes dilakukan guru pendidikan agama Islam dengan cara mengamati perilaku siswa dan kemudian dilaporkan pada buku kemajuan siswa. Dengan demikian harapannya siswa autis terbiasa melakukan praktek wudhu dan sholat bisa terpantau lewat catatan kemajuan kelas. B.
Kendala yang Dialami Guru Pendidikan Agama Islam Proses pembelajaran juga tidak bisa lepas dari beberapa kendala yang menghambatnya. Beberapa kendala penghambat pembelajaran pendidikan agama Islam sebagaimana telah dipaparkan dalam bab III diantaranya: 1. Target materi pelajaran pendidikan agama Islam tidak selesai Target pembelajaran pendidikan agama Islam yang ada di SMPLB banyak
Negeri waktu
Salatiga untuk
tidak
selesai,
mengajarkan
misalnya
surat
memerlukan
Al-fatikhah
sebagai
salah satu rukun sholat. Untuk itu aspek yang paling ditekankan untuk siswa autis adalah aspek akhlak, yaitu perubahan sikap yang lebih baik sehingga siswa bisa lebih mandiri. 2. Kurangnya jumlah guru pendidikan agama Islam Kurangnya guru agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga merupakan salah satu penghambat dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam. Dikarenakan guru agama Islam hanya empat orang. 3. Kurang disiplinnya siswa
Melihat kondisi anak berkebutuhan khusus atau anak autis, terutama pada saat awal masuk pembelajaran setelah liburan sekolah, sebagian anak malas untuk belajar kembali, sehingga guru satu persatu mendatangi siswa ke rumah orang tua siswa dan mengajak siswa kembali belajar di sekolah. Selain sudah
itu,
menjadi
keterlambatan hal
yang
siswa
biasa,
saat
seringkali
datang guru
ke
sekolah
sudah
siap
mengajar, akan tetapi siswanya belum ada yang datang sehingga terpaksa pembelajaran tertunda. 4. Sekolah tidak menyediakan terapi khusus untuk mengkondisikan siswa penyandang autis Sekolah SMPLB Negeri Salatiga belum menyediakan terapi khusus untuk siswa autis.Sehingga upaya pengkondisian anak dalam mengikuti pembelajaran kurang maksimal.
BAB V KESIMPULAN A.
Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan skripsi ini, maka penulis dapat menyimpulkan sistem pembelajaran pendidikan agama Islam sebagai berikut: Perencanaan pembelajaran pendidikan Agama Islam yang ada di SMPLB Negeri Salatiga pada siswa autis mengacu pada kurikulum KTSP.Susunan materi yang disampaikan kepada siswa autis didesain dengan ringan, mengingat siswa autis yang menjadi obyek penelitian merupakan autis dalam kategori berat.Untuk itu guru pembimbing Pendidikan Agama Islam memberikan
materi
pembelajaran
agama
Islam
dengan
lebih
mengupayakan praktek langsung setelah materi diajarkan. Pada
pelaksanaan
pembelajaran
pendidikan
agama
Islam,
guru
pembimbing pendidikan agama Islam menggunakan serangkaian metode yang diharapkan bisa menunjang proses pembelajaran.Metode tersebut adalah metode ceramahuntuk menigkatkan perilaku yaitu dengan memberikan penguatan/ reinforcement, metode tanya-jawab, metode quantumteaching, metode praktek, dan metode keteladanan. Evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang dilaksanakan oleh guru pembimbing pendidikan agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga adalah dengan tes dan non tes. Penilaian tes mengacu pada UTS dan UAS yang diselenggarakan sesuai dengan kalender pendidikan yang telah ditetapkan oleh waka kurikulum. Sedangkan penilaian untuk non tes digunakan dengan carapengamatan perilaku siswa autis yang dilakukan
oleh guru pendidikan agama Islam dengan bentuk laporan buku kemajuan siswa. Selanjutya, untuk kendala yang dialami guru PAI dalam pembelajaran pendidikan agama Islam adalah a. Target
materi
pelajaran
pendidikan
agama
Islam
tidak
selesai b. Kurangnya jumlah guru pendidikan agama Islam c. Kurang disiplinnya siswa d. Sekolah
tidak
menyediakan
terapi
khusus
untuk
mengkondisikan siswa autis B.
Saran-Saran Melalui penelitian ini, penulis ingin menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Lembaga SLB Negeri Salatiga Disediakan ruang kelas khusus bagi siswa autis danmenyediakan terapi untuk siswa autis sehingga siswa autis lebih siap dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. 2. Bagi Kepala Sekolah Kepala Sekolah hendaknya membagi tugas kepemimpinannya dengan membentuk Kepala Sekolah yang menangani TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB. Sehingga dengan pembagian tugas dari kepala
sekolah masing-masing Strata tersebut, memudahkan pemantauan proses pembelajaran menjadi lebih optimal. 3. Bagi Guru Guru sebaiknya terus melakukan inovasi pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik siswa autis. 4. Bagi Orang Tua Orang tua/pengasuh siswa autis memiliki kesabaran dalam mendidik siswa autis. 5. Bagi Peneliti Lain Penelitian pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa autis memberikan gambaran sistem pembelajaran yang berupa perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang masih mengacu pada kurikulum KTSP. Untuk itu, peneliti berharap penelitian Pendidikan Agama Islamini mampu memberikan motivasi kepada peneliti berikutnya. Sehingga siswa autis mendapatkan perhatian lebih dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam tanpa adanya diskriminasi.
DAFTAR PUSTAKA Ali,Muhammad Daud. 2008.Pendidikan Agama Islam. Jakarta:RajaGrafindo Persada Atanasius, Edy Prabowo.2012. Faktor-faktor Interaksi dan Komunikasi Anak Autis. Bandung: PPPPTK&PLB Cumine Val,Leach Julia & Stevenson Gill (2005) Autism in the early years: a practical
guide.London: David Fulton Publisher Ltd
Delphie,Bandi,2009. Pendidikan Anak Autistik.Klaten:Intan Sejati Depag.2003. Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam (Di Sekolah Umum Tingkat Menengah dan Sekolah Luar Biasa).Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam Depdiknas,2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,Jakarta Ernawati.2012. Siapa Bilang Anak Autis Tidak Bisa Berprestasi, Yogyakarta: Familia Hadi,Sutrisno.1989.Metodologi Research II. Yogyakarta: Andi Ofset Huzaemah.2010.Kenali Autisme Sejak Dini.Jakarta: Pustaka Populer Obor J.Moleong,Lexy.2008. Metode Penelitian Kualitatif.Bandung: Rosdakarya Kurniati,Lina.2012.Konsep Dasar Perkembangan Komunikasi & Interaksi Anak Autis. Bandung:PPPPTK&PLB Maslikhah. 2004. Paradigma Pendidikan Islam Berbasis Multikulturalisme, Attarbiyah,No.2 Tahun XV/Juli- Desember Prabowo & Nurmaliyah.2010. Perencanaan Pembelajaran. Malang:UIN.Maliki Press Nafi,Dian. 2012. Belajar dan Bermain Bersama ABK dan Autis. Yogyakarta: Familia Sudijono,Anas.2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Raja Grafindo Persada Sugiyono. 2008. Metode RAD.Bandung:Alfabeta Suprayogo,Imam.2003. Rosdakarya
Penelitian
Metodologi
Penelitian
Kuantitatif,
Sosial
Kualitatif,dan
Agama.Bandung:
Suwardi. 2003. Pembelajaran Berdasarkan Konstruksivisme. Attarbiyah,No.1 Tahun XIV/ Januari-Juni UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Verbatin Wawancara Kepada Kepala Sekolah A. Identitas Informan 1. Nama Informan
: Bapak MH
2. Jenis Kelamin
: Laki-laki
3. Bidang Layanan
: Kepala Sekolah
4. Waktu Wawancara : 23 Agustus 2014
B. Hasil Wawancara N o
Pertanyaan
Jawaban
1.
Bagaimana sejarah berdirinya SLB Negeri Salatiga?
Inikan Kita punya dua versi, awalnya sekolah ini didirikan berdasarkan Inpres tahun 1986 bernama SDLB Negeri Mangunsari, jadi hanya mengelola di bidang SD, tetapi untuk bisa mengelola SMP & SMA kemudian kita mengajukan permohonan ke Diknas Provinsi kemudian dikabulkan. Tahun 2007 berubah menjadi SLB
Keterangan
Sejar ah berdirinya SLB Negeri Salatiga
Negeri Salatig.Nah karena namanya sudah SLB, kami punya surat izin operasional untuk menyelenggar akan pendidikan dari jenjang TKLB,SDLB, SMPLB, dan SMALB. 2.
3.
Berapa lama bapak menjadi Kepsek disini?
Kalau saya dua periode,antar a 2002-2009 saya diangkat menjadi kepala sekolah SDLB Negeri Mangunsari, kemudian tahun 2009 sampai sekarang saya diberhentikan menjadi kepsek,dan saya diangkat menjadi kepsek kembali di SLB Negeri Salatiga.
Apakah
Kelebihan
Perio de Jabatan Kepsek
Prest asi SLB Negeri Salatiga
keunggulan SLB Negeri Salatiga?
dalam prestasi non akademiknya salah satu dari siswa kami mendapatkan kejuaraan nasional cipta baca puisi tingkat nasional, kemudian kita berpartisipasi di SOINA tingkat Nasional menjadi kiper.
4.
Selain kejuaraan, keunggulan SLB ini apa ya pak?
Sesuai dengan Visi dan Misi SLB Negeri disinikan menjadikan pribadi yang mandiri, oleh karena itu ada kegiatan keagamaan yang khusus yaitu kita berdoa pada awal sebelum pembelajaran di Lapangan. Semuanya baik siswa, guru, maupun karyawan.
5.
Apakah jenis Nah itu ada kurikulum dua versi
Kurik ulum yang diterapkan
6.
7.
yang diterapkan di SLB Negeri Salatiga?
juga, sejauh ini kami pertama-tama masih menggunakan kurikulum KTSP, kedua kurikulum 2013,untuk SLB penggunaan kurikulum 2013 baru diberlakukan di Kelas I, IV,VII,& X. untuk materinya jelas disesuaikan kemampuan anak.
Apakah ada pelatihan khusus bagi guru PAI?
Ada, kebetulan guru PAI kami lulusan dari UIN Jogjakarta, di sana ada program khusus 1 tahun mengajar PLB.
Bagaimana pandangan bapak mengenai siswa autis dalam arti
Bagaimanapu n dia siswa yang perlu pelayanan yang lebih khusus lagi,
Stand ar Kualifikasi Guru
8.
9.
karakteristik nya?
karena apa, anak autis itukan mengalami hambatan sosial dan emosi, jadi sebelum pembelajaran siswa tersebut diterapi terlebih dahulu.
Bagaimana guru disini mengemban gkan silabus pembelajara n?
Sejauh ini, kalau yang masih menggunakan kurikulum KTSP guru mengembangk an sendiri, sedangkan untuk kurikulum 2013 silabus dan RPP sudah dibuatkan pusat.
Apa saja yang menjadi bahan evaluasi kurikulum 2013?
Kurikulum 2013 disini masih dalam tahap penerapan, kami hanya member masukan untuk sosialisasi.
Ternyata
10 Apa kendala
Peng embangan silabus
Evalu asi kurikulum
Kend
.
pelaksanaan kurikulum 2013?
sampai detik ini, guru belum menerima buku dari pusat untuk pembelajaran di SLB, tetapi kalau softwarenya kami ada.
ala pembelajaran
Verbatin Wawancara Kepada Pembimbing Pendidikan Agama Islam A. Identitas Informan 1.
Nama Informan
: Bapak EPW
2.
Jenis Kelamin
: Laki-laki
3.
Bidang Layanan
: Guru Pembimbing PAI
4. Waktu Wawancara : 23 Agustus 2014 B. Hasil Wawancara N o
Pertanyaan
Jawaban
1.
Apakah karakteristik khusus bagi siswa autis di SMPLB Negeri
Karakteristik untuk anak autis itu diantaranya biasanya suka
Keterangan
Ka rakteristik siswa autis
Salatiga?
menyendiri, suka benda yang berputar, suka menyentuh orang lain , dan seperti orang tuli.
2.
Untuk proses pembelajaran, siswa autis masuk kelas apa ya pak?
Untuk anak autis harusnya dipisah,tetapi untuk Ayu karena mengidap grahita, jadi kami masukkan ke kelas grahita, kemudian kami masih kekurangan guru pengajat, idealnyakan untuk siswa autis itu satu guru dengan satu siswa autis.
3.
Apakah jenis kurikulum yang masih diterapkan di SMPLB ini pak?
Kurikulumnya kalau yang masih kelas IX berarti masih menggunakan KTSP, kalau kelas VII berarti sudah menggunakan kurikulum 2013.
Ku rikulum yang diterapkan
4.
Apa saja metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI, pak?
Biasanya kami gunakan metode quantum teaching, dengan prinsip games dulu baru belajar, kemudian kami gunakan pula metode tanyajawab, metode keteladana dan metode menulis.
5.
Apakah siswa autis didampingi orang tua selama proses pembelajaran PAI?
Gak boleh, kalaupun menunggu harus diluar ruangan, mereka membantu waktu mengkomunika sikan ketika ada PR.
6.
Bagaimana jadwal dan waktu pembelajaran PAI untuk siswa autis?
Untuk anak autis, umumnya sama dengan yang lain, untuk waktunya dalam satu minggunya ada tiga jam, tetapi satu jamnya untuk SLB itu tiga puluh lima
Je nis metode yang diterapkan dalam pembelajaran
Ja dwal pelaksanaan pembelajaran pembelajaran PAI
menit per jam, kalau di sekolah umumkan empat puluh menit. 7.
8.
9.
Bagaimana perencanaan pembelajaran PAI bagi siswa autis?
Perencanaan pembelajaran untuk siswa autis itu, kami gunakan pembelajaran individual, dimana apa yang direncanakan tidak seutuhnya dilaksanakan, karena harus disesuaikan dengan kemampuan siswa.
Bagaimana untuk pelaksanaan pembelajaran PAI, sesuaikah dengan karakteristik siswa autis?
Belum maksimal, karena pembelajaran masih digabung dengan beberapa anak.
Bagaimana cara mengevaluasi materi pembelajaran PAI bagi siswa
Untuk evaluasinya kita gunakan evaluasi proses, evaluasi bulanan, dan
Pe rencanaan pembelajaran PAI
Pe laksanaan pembelajaran PAI
1 0.
autis?
evaluasi program.
Bagaimana pula bentuk evaluasi pembelajaran PAI bagi siswa autiis?
Untuk evaluasi biasanya menggunakan jenis penilaian tes dan non tes. Cuma soalnya dibuat gampang, disesuaikan dengan keadaan siswa.bentuk soalnya bervariasi diantaranya pilihan ganda, uraian singkat, dan menjodohkan.
Untuk Ayu,tinggal mengkomunika ngobrol sikan hasil langsung sama pembelajaran yang PAI dengan nganterin, wali murid, misalnya pak? besok ada praktek sholat, secara otomatis orang tua mempersiapka n mukena untuk praktek sholat.
Ko munikasi hasil pembelajaran PAI
Ke
11 Bagaimana . upaya
12 Apa saja . kegiatan
keagamaan
Tidak ada kegiatan keagamaan
Be ntuk evaluasi pembelajaran
giatan keagamaan
untuk siswa autis?
khusus bagi siswa autis, kami berlakukan untuk semua tidak hanya siswa autis. Biasanya ada kegiatan MABIT(malam bina iman dan taqwa), tadarus, zakat fitrah, yang ikut biasanya anak kelas V keatas.
13 Bagaimana . upaya bapak
Kalau sholat, kami menggunakan media gambar, video, dan selanjutnya praktek sholat secara langsung.
dalam membimbing siswa autis dalam beribadah, misalnya sholat? 14 Bagaimana . respon siswa
autis dalam pembelajaran PAI?
15 Adakah . perubahan
perilaku yang signifikan setelah
Khusus Ayu, karena termasuk autis lemah, maka responnya lambat,tapi tetap semangat pergi ke sekolah.
Ada, misalnya anak mau sholat, mereka terbiasa melakukan
Re spon siswa autis
Pe rubahan perilaku
mengikuti pembelajaran PAI?
wudhu terlebih dahulu, kalau ada kegiatan MABIT, otomatis membawa mukena.
16 Apakah aspek . yang
Akhlaknya harus mendapatkan porsi lebih, untuk membaca alqur’an belum bisa.
ditekankan untuk pembelajaran PAI bagi siswaautis?
17 Adakah . strategi khusus
untuk pembelajaran PAI bagi siswa autis?
18 Adakah bentuk . kerjasama guru
kepada orang tua terhadap perkembangan keagamaan anak?
Ada, anak dikondisikan terlebih dahulu dengan games kalau langsung belajar tidak bisa. Ada, kami gunakan laporan semester untuk mengetahui perkembangan anak.
Str ategi khusus
Verbatin Wawancara Kepada Orang tua /wali A.
Identitas Informan
1.
Nama Informan
2.
Jenis Kelamin
3.
Waktu Wawancara : 08 Agustus 2014
B.
: Ibu RM : Perempuan
Hasil Wawancara
No
Pertanyaan
Jawaban
1.
Apakah sudah lama anak ibu sekolah disini?
Lumayan lama mbak, sejak SD, dulunya sih di TK umum .
2.
Apakah setiap kali pembelajaran di kelas, orang tua selalu mendampingi anak?
Untuk orang tua tunggu diluar kelas mbak, takut mengganggu jalannya proses pembelajaran.
3.
Bagaimana cara mengkondisikan anak, ketika akan mengikuti proses belajar disekolah?
Kalau dulu mbak,anak diterapi setiap hari sepulang dari sekolah di Karang duet, tetapi kalau sekarang jarang.
4.
Bagaimana cara mengajarkan ibadah terhadap anak di rumah?
K arena Ayu sekarang sudah besar mbak, jadi sudah tahu sendiri dan terbiasa melakukan ibadah seperrti sholat, sebelum sholat sebelumnya wudhu terlebih dahulu, karena memang dia sudah dilatih sejak kecil sama bapaknya, sebelum bapaknya meninggal dunia.
5.
apakahAyu juga pernah ngaji, bu?
Dahulu sempat diajari ayahnya, bahkan diantarkan ke tempatnyapak ustad Abbas yang masih saudaranya, tapi kalau sekarang sudah tidak lagi mbak
6.
bagaimana perkembangan anak ibu, semenjak sekolah di SLB Negeri Salatiga?
Lumayan mbak, terbiasa bersalaman sama saya setiap pagi sebelum masuk ke kelas.
7.
Apa jenis ekstrakurikuler yang diminati anak?
Kalau dirumah suka menari sendiri mbak, tetapi kalau di sekolah tidak mengikuti ekstra, dia orangnya pemalu.
8.
Apa saja kegiatan keagamaan yang
Untuk saat ini gak ikut, kalau dulu ya ngaji
sering diikuti anak?
ke tempatnya pak Abbas.
9.
Apakah kalau dirumah juga sempat belajar,bu’?
Oh, kalau dirumah Ayu gak mau belajar lagi, dia lebih suka maen laptop.
10.
Bagaimana hasil belajar pada pelajaran pendidikan agama Islam?
Lumayan bagus mbak, kemarin waktu mid semester dapat nilai 7.
Trianggulasi Data Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Autis di SMPLB Negeri Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014 KATEGORI
DATA
PROPOSISI
KESIMPULAN
(Catatan Lapangan) Karakteristik siswa autis di SMPLB Negeri Salatiga
Wawancara dengan EPW (23-08-2014) Karakteristik untuk anak autis diantaranya biasanya suka menyendiri, suka benda-benda yang berputar, suka menyentuh orang lain, dan seperti orang tuli.
Wawancara dengan RM (08-08-2014) Anaknya mudah sekali bosan saat belajar, apalagi kalau dirumah sudah tidak mau lagi membuka bukunya, hanya
Autis merupakan kondisi dimana seorang anak mengalami gangguan perkembangan pervasif yang mempengaruhi kerja otak, sehingga intelektualnya berjalan lambat. Untuk itu, pembelajaran yang sesuai bersifat konkrit yaitu dengan pembiasaan perilaku terpuji dengan praktek Dari beberapa hasil wawancara tentang karakteristik siswa autis di SMPLB Negeri Salatiga yaitu mudah bosan dalam belajar di kelas, pembiasaan untuk siswa autis yang tepat adalah orang tua membuatkan
Karakteristik autis di SMPLB bahwa dalam belajar mudah bosan, lebih menikmati dunianya sendiri terbukti dengan kurang adanya interaksi dengan teman sekelas. Sehingga, pola pembelajaran yang sesuai adalah dengan belajar yang dipadukan dengan praktek langsung supaya lebih efisien
Kurikulum pembelajaran PAI pada siswa penyandang autis di SMPLB Negeri Salatiga
bermain-main didepan computer
jadwal yang harus dilakukan anak, agar anak lebih mandiri.
Wawancara dengan MH
Kurikulum PAI Proses pelaksanaan yangdigunakan kurikulum PAI untuk siswa untuk siswa penyandang autis, penyandang autis relatif sama dengan masih sekolah umumnya, menggunakan hanya saja proses kurikulum KTSP, pelaksanaanya jadi guru menyusun disesuaikan dengan sendiri bahan ajar kemampuan siswa yang akan autis tersebut. Jadi disampaikan kurikulum KTSP kepada siswa, antara SMPLB sehingga proses dengan SMP umum kemandirian anak relatif sama untuk terpantau dengan laporan baik . administrasinya, yang membedakan materi didesain ringan.
(23-08-2014) Kurikulumnya kalau yang masih duduk dikelas IX berarti masih menggunakan kurikulum KTSP, sedangkan kelas VII berarti sudah menerapkan kurikulum 2013. Untuk SLB penggunaan kurikulum 2013 baru diberlakukan di kelas I, IV, VII dan X dengan tentunya memperhatikan kemampuan anak. . Wawancara dengan EPW (23-08-2014) Materi PAI di SMPLB itu sama dengan materi SD formal, misalnya ya mbak untuk hafalan doa harian saja butuh waktu 1
bulan, itupun tidak cukup. Target tidak selesai, namun respon untuk pendidikan agama Islam lumayan baik, Pembiasaan Keagamaaan
Wawancara dengan MH (23-08-2014) Pembiasaan keagamaan di SLB ini, kami berlakukan dengan melakukan apel pagi, dimana dalam kegiatan tersebut siswa dikelompokkan sesuai agama dan kepercayaannya dalam berdoa. Khususnya umat Islam, Kepala Sekolah memimpin doa secara langsung. Dengan harapan, anak terbiasa berdoa sebelum belajar dan terbiasa bersalaman dengan guru sebagai pembimbing kemandirian siswa. Wawancara dengan EPW
Pembiasaan keagamaan yang diterapkan di SMPLB adalah apel pagi (berdoa bersama) yang dikelompokkan berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing siswa dan pembiasaan bersalaman antara guru dengan siswa.
Dalam upaya pembiasaan keagamaan di SMPLB Negeri Salatiga memerlukan kerjasama antara guru dan orang tua dalam mengkondisikan siswa supaya terbiasa mengikuti apel pagi sebelum proses pembelajaran dimulai dan terbiasa hormat dengan guru. (perilaku terpuji)
Pembiasaan keagamaan yang diterapkan di
Proses pembiasaan keagamaan yang dijalankan siswa
(23-08-2014)
SMPLB Negeri adalah sholat dzuhur berjamaah
penyandang autis adalah melakukan sholat berjamaah di SMPLB Negeri Salatiga.
Tes yang dilalui oleh siswa Wawancara penyandang autis dengan EPW dilaksanakan dengan serangkaian (23-08-2014) tes UTS dan UAS Untuk evaluasi yang masih menggunakan jenis dibimbing oleh penilaian tes dan guru kelas, proses nontes tersebut mampu mengarahkan siswa Adapun rinciannya dalam membantu untuk tes, kami arah perhatian berlakukan tes siswa. UTS dan UAS, sedangkan bentuk non tesnya perkembangan saat mengikuti pembelajaran, aktiftidaknya siswa
Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru PAI adalah dengan melakukan serangkaian tes dan non tes.
Untuk kegiatan keagamaan kita adakan sholat dzuhur secara berjamaah kemudian kalau puasa tiba kita adakan mabit bersama yang diikuti oleh semua siswa yang sudah masuk kelas V keatas, dan itupun dengan pantauan orang tua, selanjutnya ada qurban juga waktu hari raya Idul Adha. Evaluasi Pembelajaran PAI di SMPLB Negeri Salatiga
dikelas, karena ada siswa yang bengong tidak bisa menangkap pembicaraan orang lain apalagi belajar.
Kendala pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Wawancara dengan EPW Kendala proses pembelajaran PAI itu terletak pada focus/ perhatian siswa, misalkan ya mbak sedang belajar mengenai materi puasa, tibatiba anak melakukan tindakan yang mengundang perhatian teman lain, sehingga kami lumayan kewalahan ketika mengarahkan fokusnya kembali, dan akhirnya kami menjelaskan perilaku terpuji.
Ketika pembelajaran PAI berlangsung di kelas, anak merasa jenuh, dan ketika anak diminta untuk belajar diruang perpustakaan, anak terlihat lebih antusias mengikuti pembelajaran PAI.
Kendala yang dirasakan oleh guru PAI adalah mengenai pengalihan pusat perhatian siswa autis dalam pembelajaran PAI, siswa penyandang autis kurang memahami intruksi guru, sehingga ketika pembelajaran terjadi, dan guru PAI memberikan pertanyaan mengenai materi PAI, siswa penyandang autis cenderung melakukan ekolali (membeo)
DOKUMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DI SMPLB NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2013/2014