Jurnal Pendidikan Matematika Volu,e I, Nomor 2, September-Februari 2015, hlm 33-42
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PGRI ARJOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEKNIK JIGSAW Aji Permana Putra, M.Pd 1) 1 Prodi Pendidikan Matematika, STKIP Bina Bangsa Meulaboh email:
[email protected]
Abstrak Seperti yang diketahui dari hasil ulangan matematika standar kompetensi trigonometri selama 2 tahun terakhir diperoleh nilai sebagai berikut: yaitu pada tahun pelajaran 2007/2008 dengan ratarata 5,9 dan tahun pelajaran 2008/2009 dengan rata-rata 5,6. Permasalahan yang diangkat adalah apakah implementasi metode pembelajaran Teknik Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan garis-garis pada segitiga siswa kelas VIII SMP PGRI Arjosari. Subyek penelitian ini adalah siswa SMP PGRI Arjosari kelas VIII tahun pelajaran 2009/2010, guru matematika, dan observer. Penelitian dilakukan dengan 3 siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket,dan tes. Angket digunakan untuk mengetahui refleksi siswa terhadap pembelajaran dan kerjasama siswa dalam kelompok. Tes dilaksanakan pada akhir siklus. Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah rata-rata kelas yang semula 5,6 meningkat menjadi 74,78 sedangkan ketuntasan belajar klasikal tercapai jika minimal 60%. Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa hasil belajar matematika pada pokok bahasan trigonometri siswa kelas VIII meningkat seperti yang ditunjukkan pada hasil akhir siklus 3 yaitu ketuntasan belajar klasikal sebesar 66,67 % dengan rata-rata kelas 74,78. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui implementasi pembelajaran Teknik Jigsaw, hasil belajar matematika standar kompetensi garis-garis pada segitiga siswa kelas VIII SMP PGRI Arjosari dapat ditingkatkan. Kata Kunci: Hasil Belajar, Teknik Jigsaw
33
Jurnal Pendidikan Matematika Volu,e I, Nomor 2, September-Februari 2015, hlm 33-42
A.
Arjosari yang masih tergolong rendah, ini
PENDAHULUAN
dapat dilihat dari hasil ulangan harian
Latar Belakang Matematika merupakan salah satu
yang diperolehnya. Dari 27 siswa yang
cabang ilmu yang dapat meningkatkan
nilainya lebih dari 6,5 hanya berkisar 5 –
kualitas
10 siswa. Seperti yang diperoleh dari
sumber
daya
manusia,
di
samping itu matematika juga merupakan
dokumentasi
faktor
laju
matematika kompetensi dasar garis-garis
perkembangan dan persaingan diberbagai
pada segitiga yang ditunjukkan dari hasil
bidang.
ulangan selama 2 tahun terakhir.
pendukung
dalam
Matematika
lahir
karena
dorongan kebutuhan manusia, dengan bantuan matematika, banyak peristiwa atau kejadian alam semesta ini dapat dipelajari. Sebagai ilmu dasar, matematika dewasa ini telah berkembang amat pesat, baik
materi
maupun
kegunaannya,
sehingga dalam perkembangannya atau pembelajarannya
di
sekolah
memperhatikan
harus
perkembangan-
perkembangannya, baik masa lalu, masa sekarang
maupun
kemungkinan-
kemungkinan untuk masa depan. Namun hal itu kurang mendapat dukungan, baik dari
segi
prasarana,
kurikulum, guru,
siswa
sarana dan
dan
metode
belajar. Sehingga masih banyak sekolah– sekolah masih rendah hasil belajarnya, terutama
pada
mata
pelajaran
matematika. Seperti halnya pada hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP PGRI
Masih
sekolah
rendahnya
pada
hasil
nilai
belajar
matematika di SMP PGRI Arjosari diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain (hasil pengamatan dan informasi dari pihak sekolah): 1. Faktor siswa, sebagai berikut : a. Potensi siswa yang kurang (dilihat dari penerimaan siswa baru tahun pelajaran 2004/2005 dengan ratarata NEM 6,1). b. Siswa
beranggapan
bahwa
matematika sulit. Hal ini karena matematika
adalah suatu mata
pelajaran yang mempunyai objek kajian yang abstrak yaitu berupa fakta, konsep, ketrampilan dan prinsip, serta banyaknya rumus yang digunakan. c. Motivasi belajar siswa yang rendah, ini dapat dilihat dari cara siswa dalam mengikuti pelajaran, yaitu:
33
Jurnal Pendidikan Matematika Volu,e I, Nomor 2, September-Februari 2015, hlm 33-42
1) Siswa
tidak
begitu
memperhatikan pada waktu guru
suatu
menerangkan.
diharapkan dapat meningkatkan hasil
2) Siswa senantiasa pasrah bila diberi soal-soal latihan.
pembelajaran
yang
belajar siswa yaitu dengan menerapkan
Dalam hal ini pembelajaran Teknik
bertanya walaupun belum paham
Jigsaw
dengan apa yang disampaikan
kooperatif dimana siswa yang memiliki
guru.
tanggung
d. Kesempatan belajar siswa yang relatif
sedikit
sebab
pelajaran yang
mata
banyak dan
adalah
teknik
jawab
pembelajaran
lebih
besar
dalam
melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari Teknik
Jigsaw
ini
adalah
mengembangkan kerja tim, ketrampilan
waktu yang kurang karna selain
belajar
rumah yang jauh juga setelah
pengetahuan secara mendalam yang tidak
pulang
mungkin
diperoleh
mencoba
untuk
sekolah
membantu
pekerjaaan orang tua . Siswa sehingga
kurang takut
percaya salah
diri untuk
mencoba menyelesaikan soal-soal matematika. 2. Faktor guru, berdasarkan pengalaman dan
model
pembelajaran Teknik Jigsaw.
3) Siswa masih pasif atau tidak mau
e.
Untuk itu peneliti akan menggunakan
wawancara
dengan
siswa
diperoleh sebagai berikut : a. Guru tidak menggunakan alat peraga. b. Guru belum menemukan metode pengajaran yang tepat (guru cenderung menggunakan metode ceramah dan latihan soal-soal saja).
kooperatif,
dan
menguasai
apabila
mereka
mempelajari
semua
materi sendirian. Selain itu Teknik Jigsaw adalah teknik pembelajaran aktif karena teknik ini mempertahankan tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi. Guru dalam pembelajaran Teknik Jigsaw
berperan
pembentuk diskusi
sebagai
kelompok,
antar
kelompok,
pemahaman materi
fasilitator, mengadakan membantu
dan memberikan
fasilitas pembelajaran. Selain itu, guru menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual siswa. Selain itu
34
Jurnal Pendidikan Matematika Volu,e I, Nomor 2, September-Februari 2015, hlm 33-42
dalam hal ini guru berperan sebagai
sedikit demi sedikit. Hasilnya diperluas
pemberi
melalui konteks yang terbatas dan tidak
rangsangan,
pembimbing
kegiatan siswa dan penentu arah belajar
seketika,
siswa.
dibutuhkan suatu proses.
Dari
uraian
di
atas
artinya
dalam
belajar
peneliti
Senada dengan hal tersebut Tran
mengambil judul “ Meningkatkan Hasil
Vui dalam Muhammad Thobroni (2011)
Belajar Matematika Siswa Kelas VIII
menyatakan bahwa belajar dibangun atas
SMP Pgri Arjosari Melalui Implementasi
pengalaman-pengalaman
Pembelajaran
Manusia
Teknik
Jigsaw
Tahun
untuk
belajar
sendiri. menemukan
Pelajaran 2009/2010. “
sendiri kompetensi, pengetahuan atau
Pengertian Matematika
teknologi dan hal lain yang diperlukan
Membahas
pengertian
hasil
guna mengembangkan dirinya.
belajar tidak lepas dari belajar. Para ahli
Pengertian hasil menurut Kamus
psikologi dan pendidikan mengemukakan
Besar Bahasa Indonesia adalah apa yang
rumusan yang berlainan tentang belajar
telah dicapai (dari yang telah dilakukan,
sesuai dengan keahlian bidang masing-
dikerjakan dan sebagainya). Dalam hal
masing.
tersebut hasil merupakan apa yang telah
Menurut
Suparno
dalam
dicapai dari suatu penilaian kegiatan yang
Muhammad Thobroni (2011) belajar
dinyatakan
berarti
membentuk
dalam
bentuk
kualitatif
pengertian
atau
maupun kuantitatif. Penilaian kualitatif
aktif
terus
dinyatakan dengan huruf, sedangkan
pengetahuan
penilaian kuantitatif dinyatakan dengan
merupakan proses kognitif tempat terjadi
angka yang mencerminkan hasil dari
proses asimilasi dan akomodasi untuk
suatu pencapaian nilai pada periode
mencapai suatu keseimbangan sehingga
tertentu.
pengetahuan menerus.
secara
Pembentukan
dan
terbentuk suatu skema yang baru.
Maksud hasil belajar di atas adalah
Menurut Yatim Riyanto (2010), belajar
adalah
suatu
proses
mengonstruksi pengetahuan dan memberi makna
melalui
pengalaman
taraf pencapaian suatu penilaian dalam kegiatan yang telah dicapai oleh siswa setelah proses belajar mengajar.
nyata.
Dari sumber berbeda menjelasakan
Pengetahuan dibangun oleh manusia
bahwa hasil belajar adalah kemampuan
35
Jurnal Pendidikan Matematika Volu,e I, Nomor 2, September-Februari 2015, hlm 33-42
yang dimiliki siswa setelah ia menerima
membaca
pengalaman belajarnya. Hasil belajar
Kemudian, anggota dari tim yang berbeda
mempunyai
yang telah mempelajari sub-bab yang
peranan
penting
dalam
sub-bab
ditugaskan.
proses pembelajaran. Proses penilaian
sama
terhadap hasil belajar dapat memberikan
kelompok ahli untuk mendiskusikan sub-
informasi kepada guru tentang kemajuan
bab mereka. Kemudian para siswa itu
siswa dalam upaya mencapai tujuan-
kembali
tujuan
belajarnya
bertemu
yang
ke
tim
dalam
asal
kelompok-
mereka
dan
melalui
kegiatan
bergantian mengajar teman satu tim
informasi
mereka tentang sub-bab mereka. Karena
belajar.
Selanjutnya
dari
tersebut
guru
menyusun
dapat
dan
satu-satunya cara siswa dapat belajar sub-
membina kegiatan-kegiatan siswa lebih
bab lain selain dari sub-bab yang mereka
lanjut, baik untuk keseluruhan kelas
pelajari adalah dengan mendengarkan
maupun individu.
dengan sungguh-sungguh teman satu tim
Berdasarkan pendapat yang telah
mereka,
mereka
termotivasi
untuk
diuraikan di atas, maka dapat diambil
mendukung dan menunjukkan minat
suatu kesimpulan bahwa hasil belajar
terhadap apa yang dipelajari teman satu
adalah tingkat penguasaan terhadap suatu
timnya, Trianto (2007).
hal setelah mengalami proses belajar dan dinyatakan dengan nilai. Metode
Pembelajaran
B. Kooperatif
Dalam
penelitian
ini
peneliti
mengambil jenis/macam penelitian yaitu
Teknik Jigsaw Siswa dikelompokkan ke dalam tim beranggotakan
METODE PENELITIAN
enam
orang
yang
mempelajari materi akademik yang telah
penelitian tindakan kelas. tindakan kelas yaitu: Penelitian
Tindakan
Kelas
dibagi-bagi menjadi beberapa sub-bab.
(Classroom Action Research) adalah
Sebagai misal, riwayat hidup seorang
bentuk partisipasi, kolaborasi terhadap
tokoh dapat dibagi menjadi kehidupan
penelitian tentang
awal,
permulaan,
dilakukan di sekolah dan di ruangan
kemunduran-kemunduran yang dialami,
kelas oleh sekelompok guru, kepala
kehidupan
sekolah, dan karyawan yang bertindak
prestasi-prestasi
belakangan,
dan
dampak
terhadap sejarah. Setiap anggota tim
sebagai
fasilitator,
pendidikan yang
dalam
rangka
36
Jurnal Pendidikan Matematika Volu,e I, Nomor 2, September-Februari 2015, hlm 33-42
memperoleh pandangan dan pemahaman
C.
HASIL DAN PEMBAHASAN
baru tentang belajar mengajar untuk
Penelitian ini terdiri dari tiga siklus
peningkatan sekolah secara menyeluruh,
dimana tiap siklus melalui empat tahap
Basrowi (2006).
yaitu
Penelitian dilaksanakan di SMP
perencanaan,
pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi.
PGRI Arjosari sebagai lokasi tempat
Siklus I dimulai pada tanggal 27
penelitian. SMP PGRI Arjosari ini
Mei 2010 dengan alokasi waktu tiga jam
beralamatkan
mata pelajaran. Kompetensi dasar yang
jalan
raya
Nawangan
Km.12.
dipakai adalah mengenal proyeksi suatu
Waktu penelitian dilakukan sesuai
garis dan menurunkan rumus panjang
dengan ijin dari STKIP PGRI Pacitan
proyeksi. Pertemuan dilanjutkan pada
yaitu pada tanggal 27 Mei 2010 sampai
tanggal 3 Juni untuk mengadakan tes
dengan 27 Juni 2010 tahun pelajaran
tertulis I dengan alokasi waktu dua jam
2009/2010.
mata pelajaran dan setelah selesai tes
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini yang menjadi subjek adalah
tahap satu siswa mengisi angket untuk bahan refleksi peneliti dan guru.
siswa kelas VIII semester IV SMP
Siklus II terdiri dari dua pertemuan,
PGRI Arjosari yang berjumlah 27 siswa
pertemuan pertama pada tanggal 10 Juni
yang terdiri dari 16 laki-laki dan 11
2010
perempuan.
menghitung
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga
siklus,
tahapan
masing-masing
“perencanaan,
dengan
pelaksanaan
tindakan, pengamatan, refleksi”.
dengan
kompetensi
tinggi
segitiga
dasar dengan
rumus dengan alokasi waktu tiga jam mata
pelajaran.
Dan
pertemuan
berikutnya pada tanggal 14 Juni dengan alokasi waktu dua jam mata pelajaran
Teknik analisa data selanjutnya
untuk melaksanakan tes tertulis II.
menggunakan persentase yaitu suatu
Setelah melaksanakan tes, siswa mengisi
teknik analisis. data yang digunakan
angket yang diberikan oleh peneliti.
untuk melihat hasil belajar matematika
Siklus III pertemuan pertama dari
pada siswa dan menunjukkan tingkat
dua
pertemuan
yang
direncanakan
keberhasilannya dalam satuan persen.
dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2010 dengan kompetensi dasar menghitung
37
Jurnal Pendidikan Matematika Volu,e I, Nomor 2, September-Februari 2015, hlm 33-42
luas segitiga sembarang dan kompetensi
begitu hasil yang dicapai siswa belum
dasar garis berat dan titik berat suatu
optimal karena banyak siswa belum
segitiga. Pertemuan kedua sebagai waktu
memenuhi KKM yang ditetapkan yaitu
dilaksanakannya tes tulis terakhir (tes
7,00 dan ditambah masih adanya bantuan
III) dilaksanakan pada tanggal 24 Juni
dari
2010 dengan alokasi waktu dua jam mata
pembelajaran
pelajaran. Setelah melaksanakan tes
seharusnya sudah bisa dilakukan oleh
tertulis, siswa mengisi lembar angket.
siswa itu sendiri. Oleh karena itu peneliti
Dampak pelaksanaan dari siklus I
peneliti
pada
saat
proses
berlangsung
yang
memerlukan tambahan waktu lagi untuk
adalah hasil belajar matematika, yaitu
menyempurnakan
rata-rata nilai dalam tes uraian tertulis I
hasil belajar Teknik Jigsaw dengan
57,63 (prosentase ketuntasan belajar
melanjutkan
mencapai 25,92%). Di lain pihak siswa
berikutnya (siklus III).
juga
belum
mampu
secara
penuh
pembelajaran
penelitian
pada
dan
siklus
Hasil dari sikus terakhir (III) adalah
melakukan pembelajaran Teknik Jigsaw,
adanya
hal ini terlihat dari masih banyaknya
matematika yang signifikan
campur tangan peniliti dalam siklus I ini.
pandangan peneliti yaitu rata-rata nilai
Hal ini dirasa belumlah tuntas karena
dalam tes uraian tertulis I 57,63 dan
KKM yang ditentukan adalah 70,00 dan
meningkat
idealnya pembelajaran Teknik Jigsaw
prosentase ketuntasan mencapai 66,67%
siswa yang dituntut aktif dan mandiri.
pada tes uraian tertulis III.
Maka dilakukan upaya penyempurnaan
belum begitu optimal sesuai dengan
pada siklus II sebagai tindakan penelitian
standar kurikulum yakni harus mencapai
selanjutnya.
rata-rata 75,00 , minimal adanya usaha
Pada
siklus
II
adalah
adanya
dari
peningkatan
menjadi
peneliti
serta
hasil
belajar menurut
74,78
serta
Meskipun
siswa
dalam
peningkatan hasil belajar matematika
membenahi hasil belajar matematika
yaitu rata-rata nilai dalam tes uraian
tersebut sudah cukup menggembirakan.
tertulis I 57,63 dan meningkat menjadi 69,33
serta
prosentase
ketuntasan
Didasarkan atas hasil pengamatan selama proses penelitian pada siklus I , II
mencapai 37,04% pada tes uraian tertulis
dan III,
II (hasil belajar terlampir).
siklus I, II dan III. Melalui hasil
Meskipun
dan membandingkan antara
38
Jurnal Pendidikan Matematika Volu,e I, Nomor 2, September-Februari 2015, hlm 33-42
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
dan angket siswa). Hal ini dapat dilihat
memiliki
dari semakin mantapnya pemahaman
dampak positif dalam meningkatkan
siswa terhadap materi yang disampaikan
hasil belajar, rasa tanggung jawab dan
guru (ketuntasan belajar meningkat dari
solidaritas siswa dalam kegiatan belajar
siklus I sampa siklus III) yaitu dapat
mengajar (hasil evaluasi, pengamatan
disajikan pada Tabel. 1 di bawah ini.
pembelajaran Teknik Jigsaw
Tabel 1. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus I, II dan III No Uraian Siklus I Siklus II Siklus III 1 Nilai rata-rata tes formatif 57,63 69,33 74,78 2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 7 10 18 3 Persentase ketuntasan belajar 25,92 % 37,04 % 66,67 %
D.
KESIMPULAN
II)
menjadi
74,78
dan
prosentase
Dari hasil penelitian tindakan kelas
ketuntasan belajar mencapai 66,67 %
(PTK) yang telah dilakukan, maka dapat
(hasil belajar dan angket siswa terlampir).
diambil suatu kesimpulan bahwa melalui
Sehingga dari perolehan hasil belajar di
penerapan metode pembelajaran Teknik
atas
Jigsaw, hasil belajar dan keaktifan dalam
hipotesis pada Bab III dapat dipenuhi. Di
proses belajar mengajar siswa SMP PGRI
lain
Arjosari Kabupaten Pacitan dalam hal
pergeseran
pengerjaan garis-garis pada segitiga dapat
siswa terhadap pelajaran matematika,
ditingkatkan. Hal ini terbukti dari hasil
yaitu
evaluasi belajar siswa pada siklus I rata-
memandang bahwa matematika adalah
rata nilai siswa 57,63 dan prosentase
mata pelajaran yang sulit, rumit dan
ketuntasan belajar 25,92%. Sedang pada
menjenuhkan, dan pada kondisi akhir dari
siklus II rata-rata nilai siswa naik menjadi
penelitian tindakan kelas (PTK) ini siswa
69,33 dan prosentase ketuntasan belajar
mulai memandang bahwa sebenarnya
mencapai 37,04%. Dan pada siklus
matematika
terakhir (siklus III) rata-rata nilai siswa
menyenangkan, enjoy, dan tidak monoton
meningkat dari sebelumnya 69,33 (siklus
(diperoleh
dapat
ditarik
pihak
juga
konklusi
berdampak
pemahaman
pada
kondisi
adalah
dari
hasil
bahwa
adanya
(paradigma)
awal,
pelajaran
angket
siswa
yang
yang
39
Jurnal Pendidikan Matematika Volu,e I, Nomor 2, September-Februari 2015, hlm 33-42
diberikan siswa). Selain itu adanya
dipakai (ceramah, mencatat, diskusi)
inovasi belajar siswa dengan revolusi
dimana pembelajaran semacam ini
yang telah dilakukan. Hal ini ditunjukkan
dirasa tidak relevan lagi (hasil angket
dari siklus ke-silklus, siswa semakin bisa
siswa)
mandiri dan bertanggungjawab atas tugas
apabila
yang diamanahkan (hasil pengamatan
pembelajaran modern (salah satunya
peneliti). Karena dengan pembelajaran
Teknik Jigsaw) yang telah ditemukan
Teknik Jigsaw tidak hanya bertujuan
.
meningkatkan
diganti
lebih
dengan
baik
metode
b. Diharapkan guru mengetahui metode
tetapi juga bagaiamana interaksi sosial
dan pendekatan yang mana yang
yang terjalin bisa menunjang proses
dapat meningkatkan hasil belajar
pembelajaran. Saling melengkapi antara
matematika siswa.
ilmiah
direalisasikan
belajar
menjadi
siswa
pembelajarn
prestasi
dan
dan
sosial
c. Guru dapat
menerapkan metode
metode
pembelajaran secara tepat untuk
pembelajaran Teknik Jigsaw dan siswa
kondisi siswa (salah satunya Teknik
mampu melaksanakannya dengan baik
Jigsaw) secara berkelanjutan.
(diperoleh
dengan
dan
dari
dan
d. Siswa sebisanya sensitif terhadap
proses
hal-hal baru tentang pembelajaran
dari
yang bersifat positif guna menunjang
penerapan metode pembelajaran Teknik
proses pembelajaran, sehingga tidak
Jigsaw adalah, Teknik Jigsaw ini tidak
semuanya
hanya
memungkinkan
pengamatan
hasil
belajar
selama
pembelajaran). Kelebihan lain
dapat
digunakan
bagi
mata
mutlak
dari
siswa
guru, meminta
pelajaran matematika standar kompetensi
referensi
pembelajaran
yang
garis-garis pada segitiga saja, akan tetapi
menyenangkan dan bermakna.
juga dapat diterapkan bagi mata pelajaran yang lain.
E. REFERENSI
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan,
maka
dapat
disampaikan
Trianto.
2007.
“Model-Model
Pembelajaran
Inovatif
saran-saran sebagai berikut:
Berorientasin
Konstruktivistik”.
a. Lembaga sekolah diharapkan untuk
Jakarta : Prestasi Pustaka.
ikut merubah metode lama yang
40
Jurnal Pendidikan Matematika Volu,e I, Nomor 2, September-Februari 2015, hlm 33-42
Muhammad Thobroni, dkk. 2011. Belajar dan Pembelajaran (Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional). Yogyakarta. Ar-Ruzz Media. Yatim Riyanto. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Basrowi & Suwandi. 2008. “ Prosedur Penelitian Tindakan Kelas “ Bogor : Ghalia Indonesia.
40