PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. /Menhut-II/2012 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DE NG AN RAHMAT TUH AN YANG MAH A E SA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan kehutanan untuk sebesar-besarnya kemakrnuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan sesuai dengan pasal 3 Undang- Undang Nomor 41 Tahun l999 tentang Kehutanan salah satunya melalui optimafisasi aneka fungsi hutan untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi secara seimbang dan lestari; b. bahwa mengoptimlkan fungsi hutan merupakan upaya mitigasi perubah iklim global melalui perannya sebagai penguranEm emisi karbon hutan, penyerapan CO2 dari atmosfir dan pemeliharaan sediaan karbon; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalarn huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Menteri kehutanan tentang penyerenggaran Karbon Hutan;
Mengingat
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 Tentang Pengesahan United Nations Framework Convention on Climate Change ( Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Perubahan Iklim)(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3557); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);
4. Undang-undang…
4.
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1 'Fahun 2004 tentang Perubahan Atas U n d a n g U n d a n g N o m o r 4 1 T a h u n 1 9 9 9 t e n t a n g Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol to The United Nations Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto atas Kerangka Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Ba ng sa B an gs a t en ta ng Pe r ub ah an Ik li m) (L e mb ar a n Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4403); 6 . Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata H u t a n d a n P e n yu s u n a n R e n c a n a P e n g e l o l a a n H u t a n , serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana t e l a h d i u b a h d e n g a n Pe r a t u r a n Pe m e r i n t a h N o m o r 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2 0 0 8 N o m o r 1 6 , T a m b a h a n L e mb a r a n N e g a r a Republik Indonesia Nomor 4814); 7 . Peraturan Presiden Nomo r 32 Tahun 2011 tentang M a s t e r p l a n Pe r c e p a t a n d a n P e r l u a s a n P e m b a n g u n a n Ekonomi Indonesia 2011-2025; 8 . Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi N a sional Penur unan Emi si Gas Ru mah Kaca; 9. P e r a t u r a n P r e s i d e n N o m o r 7 1 T a h u n 2 0 1 1 Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional; 1 0 . Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.14/ Menhut II/2004 tentang Tatacara Aforestasi dan Reforestasi Dalam Kerangka Mekanisme Pembangunan Bersih; 11. Peraturan Menteri Kehutanan NomorP.68/ Menhut II/2008 tentang Penyelenggaraan Demonstration Activities Pengurangan Emisi Karbon dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94): 1 2 . Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.30/Menhut II / 2009 tentang Pengurangan Emisi Karbon dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 88); 13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.36/Menhut II/2009 tentang Tatacara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon Pada Hut an
Produksi dan Hutan Lindung (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 128); 1
4 Per-
n
14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/ Menhut II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan (Berita Negara Repubik Indonesia Tahun 2010 Nomor 405). MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PENYELENGGARAA.N KARBON HUTAN. KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan 1. Karbon hutan adalah karbon dari pengelolaan hutan yang menerapkan kegiatan-kegiatan penyimpanan (stock) karbon, penyerapan karbon dan penurunan emisi karbon hutan. 2. Demonstration activities adalah kegiatan pengujian dan pengembangan metodologis, teknolo gi dan institusi pengelolaan karbon hutan dalam rangka fase readiness. 3. Implementasi kegiatan karbon hutan merupakan kegiatan yang dilakukan u n t u k p e n u r u n a n emi s i k a r b o n h u t a n , p e n i n g k a t a n s i mp a n a n k a r b o n (carbon stock), penyerapan karbon (sequestration), dan perubahannya m e n j a d i k a r b o n p a d a t ya n g d i s i m p a n d a l a m b i o m a s a h i d u p , b a h a n organik mati, dan karbon tanah, sert a me njaga kesei mb angan ju mlah karbon padat dalam hutan. 4. Pe mrakarsa adalah perorangan, le mba ga yang mel aksana kan kegiatan yang berkaitan dengan karbon hutan. 5. Mitra adalah pemerintah, badan internasional, swasta dan perorangan yang memiliki kemampuan untuk mendanai penyelenggaraan demonstration activities dan implementasi. 6. P e n y e l e n g g a r a k a r b o n h u t a n a d a l a h l e m b a g a y a n g m e l a k u k a n pengelolaan karbon hutan. 7. I z i n p e n ye l e n g g a r a a n k a r b o n h u t a n a d a l a h i z i n ya n g d i b e r i k a n o l e h Menteri Kehutanan untuk melakukan pengelolaan hutan yang menerapkan kegiatan-kegiatan penyimpanan (stock) karbon, penyerapan k a r b o n d a n p e n u r u n a n e mi s i k a r b o n h u t a n b a i k p a d a k a w a s a n h u t a n maupun pada hutan hak. 8. Menteri adalah Menteri yang bertanggungjawab di bidang kehutanan. 9. Direktur Jenderal terkait adalah Direktur Jenderal yang memiliki tug as dan fungsi sesuai dengan substansi kegiatan demonstrations activities dan implementasinya. MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Maksud penyelenggaraan karbon adalah pengaturan prinsip dasar dalam pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan karbon hutan. (2) T u j u a n p e n y e l e n g g a r a a n k a r b o n h u t a n a d a l a h u n t u k m e w u j u d k a n o p t i ma l i s a s i p e n ye l e n g g a r a a n k a r b o n h u t a n d a l a m p e n ye l e n g g a r a a n pengelolaan hutan lestari masyarakat sejahtera secara berkeadilan. PRINSIP DASAR
PRINSIP :DASAR B a g i a n P e r t a m a Penyelenggaraan Karbon Hutan Pasal 3 (1) Penyelenggaraan karbon hutan meliputi :
a. Demonstration activities; b. Implementasi (pelaksanaan) kegiatan karbon hutan. (2) Kegiatan karbon hutan dapat berupa penyimpanan dan/atau p enyerapan karbon, yang terdiri atas: a. Pembibitan, penana man, pemeliharaan hutan dan lahan dan pemanenan hutan yang menerapkan prinsip pengelolaan lestari; b . Perpanjangan siklus tebangan pada dan/atau penanaman pengayaan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu; C. Perlindungan, pengamanan pada areal izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu; d. Perlindungan keanekaragaman hayati; e. Pengelolaan hutan lindung lestari; f. Pengelolaan hutan konservasi; (3) Penyelenggaraan karbon hutan dapat dilaksanakan pada : a. Hutan negara dengan fungsi sebagai berikut : 1. Hutan produksi; 2. Hutan lindung; 3. Hutan konservasi; b. H ut an ha k/ h ut a n ra k ya t (4) Penyelenggara karbon hutan adalah : a. Pemerintah; b. Badan Usaha Milik Negara/Daerah/Swasta; c. Koperasi; d. Masyarakat. (5) Penyelenggaraan karbon hutan juga diutamakan untuk mendorong p e n i n g k a t a n k e b e r d a ya a n ma s ya r a k a t d i d a l a m d a n d i l u a r k a w a s a n hutan. Paragraf Pertama Kriteria Ke giatan Dem onstration Activities Pasal. 4 (1) Kriteria kegiatan demonstration activities adalah sebagai berikut: a. Membangun proses -proses pembuatan atau penye mpurnaan standar teknis pengukuran, implementasi standar, serta pelaporan basil pengukuran. b.Fasilitasi
b. Fasilitasi yaitu pendampingan untuk proses -proses pembuatan atau penyempurnaan standar teknis pengukuran, implementasi (implementasi) standar, serta pelaporan basil pengukuran. c. Kegiatan karbon hutan harus dapat diterapkan (workable), replikatif dalam skala yang lebih luas, dan berkesinambungan setelah demonstration activites berakhir. (2) Pemrakarsa mengajukan permohonan tertulis pelaksanaan demonstration activities kepada Menteri, dengan melampirkan : a. Raneangan demonstration activities yang materinya antara lain status dan lokasi berikut peta lokasi ealon areal, bentuk dan jangka waktu kerja sama, perkiraan nilai kegiatan, dan manajemen resiko. b . D a l a m h a l p e m r a k a r s a a d a l a h p e r o r a n g a n ya n g p e m b i a ya a n n ya bersumber dari dana sendiri (swadana), maka pemrakarsa wajib melampirkan surat pernyataan kesediaan untuk membiayai pelaksanaan demonstration activities. c . Dalam hal pemrakarsa bekerja sama dengan mitra dan seluruh atau s e b a g i a n p e mb i a ya a n n ya b e r s u mb e r d a r i mi t r a , ma k a p e mr a k a r s a wajib melampirkan dokumen kerja sama. (3) Menteri menugaskan Direktur Jenderal terkait untuk melakukan penilaian terhadap permohonan demonstration activities sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4) Penilaian terhadap permohonan demonstration activities sebagaimana di maksud pada a yat (3) dik oordina si kan oleh Ketua K elo mpok Kerja Perubahan Iklim Kementerian Kehutanan. (5) Pemrakarsa demonstration activities melakukan pengukuran, pe ma nt au a n, p el ap or an d an e va l ua si , d an mel ap o rk an s ec ar a be r k al a kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal. Bagian Kedua Implementasi Penyelenggaraan Karbon Hutan Pasal 5 Kriteria implementasi penyelenggaraan karbon hutan : a. Kejelasan penyelenggara karbon; b. Kejelasan areal, Pasal 6 ( 1) Dalam hal Pemrakarsa demonstration activities akan melakukan imple menta si pen yelenggaraan kar bo n hutan, wajib me mp eroleh Izin Penyelenggaraan Karbon Hutan dari Menteri. (2) Menteri menugaskan Direktur Jenderal terkait untuk melakukan penilaian permohonan demonstration activi ties sebagaimana dimaksud padaayat (1). ( 3 ) Penilaian terhadap permohonan demonstration activities sebagaimana di maksud pada a ya t (2) dikoordinasik an oleh Ketua Kelompok Kerj a Perubahan Iklim Kementerian Kehutanan. ( 4 ) Penyelenggara karbon hutan yang berasal dari penyelenggaraan melalui demonstration activities dan pen yelenggaraan baru tanpa melalui demonstration activities, adalah sebagai berikut :
a.
pemegang izin pemanfaatan hasiL hutan kayu hutan alam;
b.
pemegang izin pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman;
c.
pemegang izin pemanfaatan hasil hutan kayu restorasi ekosistem;
d. e. f. g. h. i. j.
pemegang izin pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman rakyat, pemegang izin pemanfaatan hutan kemasyarakatan; pemegang izin pengelolaan hutan desa; pemegang izin pemanfaatan basil hutan non kayu; pemegang izin usaha penyediaan sarana/jasa wisata alam; pemegang izin pemanfaatan jasa lingkungan; pemegang izin pemanfaatan hasil hutan/kawasan hutan/jasa lingkungan di hutan lindung; k. pengelola kawasan hutan dengan t-ujuan khusus; 1. pengelola hutan konservasi; m. pengelola kesatuan pengelolaan hutan produksi; n. pengelola kesatuan pengelolaan hutan lindung; o. pengelola hutan adat; p. pengelola/pemilik hutan hak. Pasal 7 Penyelenggaraan karbon hutan dilakukan melalui Izin Penyelenggaraan Karbon Hutan. Izin penyelenggaraan karbon hutan terintegrasi dengan izin yang melekat pada pemanfaatan/pengelolaan hutan/ basil hutan. Izin pen yelen ggara an karbon huta n p ada kesatuan pe ng elolaan hutan produksi atau hutan lindung dapat diberikan sepanjang areal kesatuan pengelolaan hutan tersebut belum dibebani perizinan. Izin pen yelenggaraan karbon hutan pada kawasan hutan lindung, kawasan hutan konservasi dan/atau kawasan hutan produksi yang belum dibebani izin adalah dalam bentuk izin penyelenggaraan karbon hutan. Pengelola/pemilik hutan hak wajib mengajukan izin penyelenggaraan karbon hutan kepada Menteri. Tatacara pemberian izin penyelenggaraan karbon hutan pada hutan hak dan kawasan hutan, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri. Pasal 8 Pemegang izin penyelenggaraan karbon hutan dapat memperdagangkan karbon hutan pada wilayah kerjanya sesuai ketentuan yang berlaku. Karbon hutan yang diperdagangkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mendapat persetujuan dari Menteri. K a r b o n h u t a n ya n g d i p e r d a g a n g k a n p a d a p a s a r k a r b o n h u t a n d a l a m ne ge ri ma up un p as a r k ar bo n h ut an i n te rn as io na l b ai k p as ar s uk ar el a maupun pasar yang bersifat mengikat, adalah karbon hutan yang telah mendapat sertifikasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada pasar perdagangan karbon. Karbon hutan yang diperdagangkan adalah selisih an tara potensi karbon hutan pada tahun tertentu dengan potensi awal karbon hutan (baseline), dan/atau memelihara dan/atau mengamankan stock karbon hutan. Tatacara perdagangan karbon hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur tersendiri dengan Peraturan Menteri. Untuk memenuhi target komitmen penurunan emisi Indonesia, maka hak dan kewajiban pembeli yang berasal dari dalam negeri maupun negara lain, dan penjual karbon hutan, berikut nilai karbon mengikuti ketentuan
dari pemerintah Indonesia. Dalam rangka meningkatkan potensi pertambahan karbon hutan, pe megang iz in pen ye le nggaraan karb on hutan w ajib me njaga poten si hutan yang ada di areal kerjanya dari kerusakan hutan, kebakaran
hutan, perambahan hutan, dan melakukan pemanenan hutan sesuai nap atau tidak secara berlebihan, serta melakukan pengelolaan hutan secara lestari.
Bagian Ketiga HAK DAN KEWAJIBAN PENYELENGGARA KARBON HUTAN Pasal 9 (1) Penyelenggara karbon hutan memiliki hak : a. Mengelola kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan karbon hutan selama jangka waktu kelolanya; b. Memperdagangkan dan/ atau tidak memperdagangkan karbon hutan yang dikelolanya. (2) Penyelenggara karbon hutan memiliki kewajiban a. Melakukan pengelolaan karbon sesuai dengan prinsip penyelenggaraan karbon hutan; b. M e m a n t a u , m e n g e v a l u a s i d a n m e 1 a p o r k a n s e c a r a b e r k a l a h a s i l kegiatan penyelenggaraan karbon hutan kepada Menteri. Bagian Keempat Penerimaan Negara Karbon Hutan Pasal 10 (1) Pemerintah memperoleh pendapatan negara bukan pajak dari kegiatan perdagangan karbon hut an. (2) Penentuan nilai dan pengalokasian distribusi manfaat dari pendapatan negara bukan pajak dari perdagangan karbon hutan, diatur dengan peraturan perundang-undangan. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 11 (1) Menteri wajib melakukan pembinaan, pengawasan, pengendalian pemantauan, evaluasi, dan supervisi terhadap kegiatan penyelenggaraan karbon hutan. (2) Pembinaan, pengawasan, pengendalian, pemantauan, evaluasi, d an supervisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Sekretaris Jenderal. ( 3 ) Direktur Jenderal Planologi Kehutanan menetapkan sistem MRV tingkat nasional. ( 4 ) Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan, Direktur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial, dan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, melakukan pembinaan teknis terhaclap pengelolaan karbon hutan. (5) B a d a n P e n e l i t i a n d a n P e n g e m b a n g a n K e h u t a n a n m e l a k u k a n pengembangan i1mu pengetahuan dan teknologi dasar dan terapan yang berkaitan dengan penyelenggaraan karbon hutan. ( 6 ) Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kehutanan melakukan penyuluhan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia penyelenggaraan karbon hutan. KETENTUAN PERALIHAN Pasal 12 (1) Pemrakarsa kegiatan demonstration activities yang telah ada sebelum peraturan ini diundangkan, wajib melakukan registrasi areal kerjanya dan melaporkan kegiatan demonstration activitiessecara berkala kepada Men teri
8
(2) Pelaku kegiatan af orestasi dan reforestasi dalam kerangka mekanisme pembangunan bersih, adalah sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 6 ayat (4) Peraturan mi. (3) Kriteria dan indikator kelayakan demonstration activities, adalah sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 4 Peraturan mi. (4) Dengan berlakunya peraturan ini, maka : a. Ketentuan Pasal 3 dan Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 5 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.14/Menhut-II/2004 tentang Tata Cara Afor estasi dan Reforestasi Dalam Kerangka Mekanisme Pembangunan Bersih. b . K e t e n t u a n Pa s a l 5 a ya t ( 2 ) , P a s a l 5 a ya t ( 4 ) , d a n Pa s a l 5 a ya t ( 5 ) Peraturan Menteri Kehutanan No mo r P.68/Me nhut -II/ 2 008 tentan g Penyelenggaraan Demonstration Activities Pengurangan Emisi Karbon dari Deforestasi dan Degradasi Hutan; c. Ketentuan Pasal 1 4 a yat (1) h uruf b Peraturan Menter i Kehutanan Nomor P.30/Menhut -II/2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD); dinyatakan tidak berlaku. (5) Paling lama dalam tempo 1 (satu) tahun ketentuan -ketentuan lain yang telah ada sebelumn ya yang berkaitan dengan karbon hutan, wajib menyesuaikan dengan Peraturan mi. KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuin ya, Peraturan Menteri Kehutanan ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal M ENTER' KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ZULKIFLI HASAN Diundangkan di Jakarta pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR