68 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan, Jilid 2, Nomor 1 Januari 2014 hlm.68 – 76 ISSN 2338-0990
PERBEDAAN ANTROPOMETRI DAN KONDISI FISIK ATLET PUTRI VOLI INDOOR PAPUA PADA PON XVII/2008 KALTIM DAN PON XVIII/2012 RIAU Jonni Siahaan Fakultas Ilmu Keolahragaa Universitas Cenderawasih, Provinsi Papua Email :
[email protected]
ABSTRAK. Perbedaan Antropometri Dan Kondisi Fisik Atlet Putri Voli Indoor Pada PON XVII/2008 Kaltim Dan PON XVIII/2012 Riau. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah ada perbedaan tinggi badan dan beberapa komponen kondisi fisik atlet putri voli indoor Papua pada PON XVII/2008 Kaltim dan PON XVIII/2012 Riau. Jenis penelitian ini tergolong penelitian sekunder. Kondisi fisik yang diselidiki dalam penelitian ini adalah hasil tes kondisi fisik yang dilakukan tim tes kondisi fisik KONI Papua waktu itu, yaitu ; daya tahan umum, daya ledak otot tungkai, kelentukan tubuh, daya tahan otot perut, dan kekuatan otot lengan.Subyek penelitian ini adalah para atlet putri voli indoor Papua yang dipersiapkan menghadapi PON XVII/2008 Kalimantan Timur sebanyak 14 atlet dan PON XVIII/2012 Riau sebanyak 14 atlet. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada 5 macam yaitu ; alat microtoa untuk mengukur tinggi badan. Tes bleef untuk mengukur daya tahan umum. Vertical jump untuk mengukur daya ledak otot tungkai. Sit and reach untuk mengukur kelentukan tubuh. Sit-up untuk daya tahan otot perut dan push-up untuk mengukur kekuatan otot lengan. Untuk pengolahan data menggunakan statistik perbedaan dua mean dengan taraf signifikansi 0.05. Kesimpulan: tinggi badan, daya tahan umum, daya ledak otot tungkai, kelentukan tubuh, daya tahan otot perut dan kekuatan otot lengan para atlet putri voli indoor Papua pada PON XVII/2008 Kalimantan Timur berbeda bermakna atau lebih baik dari pada PON XVIII/2012 Riau. Kata Kunci : Antropometri, Kondisi Fisik, Atlet, PON
ABSTRACT : The different of Antropometric and Physical Condition volley indoor female atlet between PON XVII/2008 Kalimantan Timur and PON XVIII/2012 Riau. This research was an attempt to finding out the different of heigh dan a few of physical condition components the volley indoor female atlet between PON XVII/2008 Kalimantan Timur and PON XVIII/2012 Riau. This research used seconder data. The antropometric is heigh, and the physical condition component were ; general stamina, explosive power of feet, flexibility, abdomen stamina, and strength of arm. The instrument test used in this research were ; microtoa tes to measure heigh, tes bleef to measure the general stamina, vertical jump to measure explosive power, sit and reach to measure the flexibility, sit-up to measure the abdomen stamina, and push-up test to measure the strength of arm. The research was then verified by different mean with the level of significant 0.05. The Conclution as follow ; heigh, general stamina, explosive power of feet, flexibility, abdomen stamina, dan strength of arm the female atlet indoor volley of PON XVII/2012 Kalimantan Timur were different effect or better than PON XVIII/2012 Riau. Key Words : Antropometric, Physical Conditioning, Atlet, PON
John Siahaan,Perbedaan Antropometri dan kondisi fisik Atlet Voli Indoor Papua | 69
PENDAHULUAN Salah satu iven olahraga nasional yang menjadikan prestasi olahraga sebagai parameter keberhasilan pembangunan olahraga di daeranya adalah Pekan Olahraga Nasional (PON), yang diselenggarakan setiap 4 tahun sekali. Setiap daerah di Indonesia akan melakukan berbagai persiapan dan berupaya keras agar para atletnya sebanyak mungkin dapat lolos dalam Pra PON sebagai syarat untuk mengikuti iven PON tersebut. Dalam rangka menghadapi PON tersebut, setiap daerah akan melakukan berbagai upaya agar para atlet dari daerahnya berhasil memperoleh medali emas sebanyak-banyaknya, olehkarena iven PON ini memiliki nilai prestise tersendiri bagi setiap daerah di Indonesia. Persiapan yang dilakukan setiap daerah di Indonesia dalam menghadapi iven PON, juga dilakukan di Papua, apalagi ada upaya Papua untuk memperbaiki peringkat PON sebelumnya, misalnya Papua berada di peringkat 7 pada PON XVI/2004 Palembang, berusaha memperbaiki peringkatnya pada PON XVII/2008 di Kalimantan Timur. Meskipun kenyataannya, peringkat PON Papua pada PON Kaltim turun ke-11. Selanjutnya PON XVIII/2012 Riau, peringkat PON Papua turun drastis lagi ke-15. Kenyataan ini menunjukkan bahwa semua upaya yang dilakukan KONI Papua dan Pengprov cabang olahraga terkait dengan upaya peningkatan prestasi olahraga di Papua belum optimal. Salah satu cabor yang sudah menunjukkan prestasi gemilang di PON XVII/2008 Kaltim adalah cabor voli indoor Papua, secara khusus atlet putri voli indoor Papua. Selama iven PON ada di Indonesia sampai dengan PON XVI/2004 Palembang, cabor voli indoor Papua, belum pernah memperoleh medali, apalagi medali emas, dan hanya sampai pada lolos Pra-PON dan hasilnya di setiap PON selalu tidak menggembirakan. Tetapi pada PON XVII/2008 di
Kaltim, atlet putri voli indoor Papua membuat sejarah baru di Indonesia dan Papua secara khusus, dimana cabor yang tidak pernah diperhitungkan Indonesia apalagi KONI Papua, mampu memperoleh medali emas, pada hal hasil Pra-PON, atlet putri voli indoor Papua hanya mampu sampai pada peringkat ke-6, artinya terjadi perubahan yang luar biasa, selama mengikuti TC PON yang berlangsung berkisar 1 tahun. Prestasi gemilang atlet voli indoor putri Papua pada PON XVII/2008 Kaltim, tentu tidak terjadi begitu saja, diyakini selain karena faktor keberuntungan (lucky factor), seleksi atlet yang ketat, strategi pembinaan yang benar, tetapi juga kehebatan pelatih dalam menyusun program latihan, dengan memanfaatkan sarana dan prasarana olahraga yang relatif minim. Pelatih harus mampu menyusun dan mengembangkan program latihan, seperti yang dikemukakan Jean M. William, (1998:42) bahwa pelatih harus mampu menyusun dan mengembangkan program latihan agar dapat mencapai puncaknya tepat sasaran. Menyusun periodesasi latihan agar tepat sasaran pada puncaknya, atau tepat dengan waktu kompetisinya relatif sangat sulit, seperti sangat jarang pelatih mampu, seperti yang dikemukakan Mathew dalam Tudor O. Bompa (2000) bahwa pelatih dalam kejuaraan dunia, hanya 15%-20% atlet olimpiade yang dapat mencapai prestasi puncak tepat pada saat kompetisi utama, sedangkan sebagian besar lainnya mencapai prestasi puncak jatuh sebelum atau sesudah waktu yang direncanakan. Setiap fase pada periodesasi latihan sebaiknya dapat menstimulasi adaptasi fisik dan psikis secara progresif mengembangkan komponen penampilan yaitu kondisi fisik, teknik dan taktik (Tudor O. Bompa, 2009:128). Salah satu penampilan atlet yang harus diperhatikan dalam periodesasi latihan adalah kondisi fisik. Seorang atlet yang handal, apalagi mampu menjadi juara dalam
70 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan, Jilid 2, Nomor 1 Januari 2014 hlm.68 – 76 ISSN 2338-0990
iven PON diyakini memiliki kemampuan kondisi fisik yang tinggi. Untuk setiap pemain voli indoor, selain memiliki kondisi fisik yang tinggi, juga dituntut memiliki tinggi badan yang relatif tinggi. Salah satu kondisi antropometri yang dibutuhkan untuk menjadi pemain bola voli indoor yang handal adalah tinggi badan yang tinggi. Prestasi atlet putri voli indoor Papua pada PON XVII/2008 sebaiknya dapat dijadikan sebagai dasar pemikiran untuk tetap menjadi juara pada PON XVIII/2012 Riau, minimal mampu memperoleh medali perunggu. Tetapi kenyataannya pada PON XVIII/2008 Riau, prestasi atlet putri voli indoor Papua terpuruk berada diurutan ke-12 dari 12 tim/peserta yang dipertandingkan di PON XVIII/2012 Riau. Prestasi atlet putri voli indoor Papua ini sungguh memilukan, dan kegagalan besar bagi pembinaan cabang olahraga voli indoor di Papua. Untuk itu dalam menghadapi PON XIX/2016 di Jabar, perlu dilakukan suatu kajian ilmiah, untuk mencari penyebab dan menemukan solusi agar prestasi atlet putri voli indoor Papua dapat bangkit dan dapat mengulangi kesuksesan prestasi voli indoor di PON XVII/2008 Kaltim. Mengapa atlet putri voli indoor Papua gagal pada PON XVIII/2012 Riau?. Pemikiran ini yang ingin diselidiki penulis, dengan mengkaji secara ilmiah data sekunder yang ada dalam buku laporan KONI Papua tentang hasil PON Kaltim dan Hasil PON Riau. Sesungguhnya banyak faktor yang dapat menyebabkan kegagalan atlet dalam menghadapi iven PON tersebut. Tetapi dalam penelitian ini, penulis fokus untuk menyelidki perbedaan antropometri, dalam hal ini hanya tinggi badan dan komponen kondisi fisik atlet putri voli indoor Papua, pada PON XVII/2008 Kaltim dan PON XVIII/2012 Riau. Komponen kondisi fisik yang diselidiki adalah : daya tahan umum, daya ledak otot tungkai, kelentukan, daya tahan otot perut, dan kekuat-
an otot lengan. Adapun alasan menggunakan komponen kondisi fisik ini, karena data kondisi fisik ini yang dimiliki atlet putrid voli indoor pada PON XVII/2008 Kaltim dan PON XVIII/2012 Riau. KAJIAN PUSTAKA Permainan bola voli adalah permainan yang mudah, murah dan bermanfaat. Substansi disain permainan bola voli adalah untuk atlet, pendidikan, rekreasi, pembentukan karakter, pengembangan budaya, aktivitas outbond, mewujudkan komunikasi sosial (Agus kristiyanto, 2010:7). Pemain bola voli yang handal, bukan hanya memiliki kemampuan fisik, teknik, taktik dan strategi yang hebat, tetapi juga harus memiliki tinggi badan diatas rata-rata orang secara umum. Tinggi badan yang relatif tinggi sangat menguntungkan pemain dalam melakukan melakukan smesh dan block, diatas net yang tingginya 2.24 meter (putri) dan 2.42 meter (putra). Apabila pemain voli diharapkan dapat berkompetisi di tingkat internasional, maka sebaiknya tinggi badan atlet putri voli Indoor Indonesia, secara khusus Papua, minimal berkisar 1.80 meter. Pemain bola voli yang handal sebaiknya memiliki kondisi fisik yang prima. Salah satu komponen kondisi fisik yang menjadi fundasi bagi peningkatan komponen kondisi fisik lainnya adalah daya tahan umum. Sajoto, (1988:16) mengatakan, daya tahan umum (general endurance) adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien menjalankan kerja secara terus-menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama. Salah satu instrumen mengukur daya tahan jantung paru adalah tes lari multi tahap dengan tes bleef dengan tujuan untuk mengukur tingkat efisiensi fungsi jantung dan paru yang ditunjukkan melalui pengukuran ambilan oksi-
John Siahaan,Perbedaan Antropometri dan kondisi fisik Atlet Voli Indoor Papua | 71
gen maksimum (maximum oxygen uptake) disingkat Vo2max (Menpora,1999 dan Ismaryati, 2011:77). Komponen kondisi fisik lainnya yang perlu ditingkatkan pemain bola voli antara lain ; daya ledak otot tungkai, kelentukan dan daya tahan kelentukan serta kekuatan lengan. Komponen kondisi fisik ini sangat diperlukan saat pemain bola voli melakukan smesh berkali-kali. Pyke dan Watson, (1978) dalam Ismaryati, (2011:59) mengatakan, Daya ledak (power) disebut juga sebagai kekuatan eksplosif. Daya ledak (power) menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang dinamis dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran kekuatan otot yang maksimal dalam waktu yang secepat-cepatnya. Pengukuran daya ledak (power) tungkai sebaiknya menggunakan work power yaitu vertical power jump test (Johnson & Nelson, 1986, Thomas & Nelson, 1990 dalam Irmaryanti, 2011:59 dan Mulyono Biyakto Atmojo, 2010:73). Berdasarkan tuntutan komponen kesegaran jasmani, bagi cabang olahraga voli, power anaerobic sangat penting atau kunci penentu kerja (Menpora, 1999). Power anaerobic ini digunakan dalam semua kemampuan teknik bermain bola voli, termasuk saat melakukan smesh. Pemain bola voli handal sebaiknya memiliki kondisi tubuh yang dapat menyesuaikan dengan aktivitas gerak yang dilakukan. Kondisi tubuh yang dimaksud adalah daya lentur atau kelentukan (flexibility). Ismaryati, (2011:101) mengatakan, kelentukan sebagai salah satu komponen kondisi fisik merupakan kemampuan menggerakkan tubuh atau bagian bagiannya seluas mungkin tanpa terjadi ketegangan sendi dan cedera otot. Efektivitas seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala aktivitas diperlukan penguluran tubuh atau kelentukan yang luas. Hal ini akan sangat mudah ditandai dengan tingkat flexibilitas persendian pada seluruh tubuh (Sajoto, 1988:17). Salah satu instru-
men yang dapat digunakan untuk mengukur kelentukan menurut Mulyono Biyakto Atmojo 2010:68) adalah duduk berlunjur dan meraih (sit and reach). Kemudian Asep Suharta, (2013) mengatakan, Sit and reach bertujuan untuk mengukur fleksibilitas batang tubuh dan sendi pinggul. Selain memiliki kelentukan tubuh, pemain voli yang handal harus memiliki daya tahan otot perut. Mulyono Biyakto Atmojo (2010:64) mengatakan, instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur daya tahan otot perut adalah sit-up. Permainan bola voli menurut H. Sunardi dan Dedy Winata Kardiyanto, (2013:1) adalah permainan tempo yang cepat sehingga waktu untuk memainkan bola sangat terbatas, dan bila tidak menguasai teknik dasar yang sempurna akan memungkinan kesalahan-kesalahan teknik yang lebih besar. Secara umum teknis dasar permainan bola voli adalah service, passing, smesh, dan block. Dieter Beutelstahl, (2005:8) mengatakan, service adalah sentuhan pertama dengan bola, dan saat ini sudah berkembang menjadi ; under arm service (servis lengan bawah), hook service (servis kait), dan floating service (servis melayang). Dieter Beutelstah, (2005:10) mengatakan, lengan yang digunakan untuk melakukan service, dan secara umum, setiap jenis service dibagi dalam 3 (tiga) tahapan. Pertama : melempar bola keatas (throw-up). Kedua : memukul bola (hitting the ball) dan ketiga : gerak akhir (follow-through). Setiap individu memiliki panjang lengan yang berbeda-beda. Batasan panjang lengan seseorang dapat dikur dari kepala tulang lengan (Caput Os. Ocromion) sampai ujung jari tengah (Asep Suharta, 2013). Teknik service akan dapat dilakukan dengan baik, apabila memiliki kekuatan otot lengan yang prima. Kekuatan otot secara fisiologis adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal melawan tahanan/beban.
72 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan, Jilid 2, Nomor 1 Januari 2014 hlm.68 – 76 ISSN 2338-0990
Secara mekanis kekuatan otot didefinisikan sebagai gaya (force) yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot dalam satu kontraksi maksimal (Menpora, 1999). Atlet voli sebaiknya tidak hanya memiliki kekuatan otot lengan, tetapi daya tahan otot lengan, sehingga mampu melakukan service berkali-kali dalam suatu pertandingan. Olehkarena itu instrumen push-up sangat tepat digunakan untuk mengukur kekuatan otot lengan seperti yang dikemukakan Ismaryati, (2011:123) bahwa push-up bertujuan untuk mengukur kekuatan otot lengan. Pemain bola voli yang handal memerlukan kekuatan otot lengan yang tinggi, karena hampir semua keterampilan dasar bola voli membutuhkan kekuatan otot lengan. METODE PENELITIAN Artikel ini tergolong dalam penelitian sekunder. Menurut Gempur Santosa, (2007:31) penelitian sekunder, data yang dikumpulkan dalam penelitian merupakan data yang dikumpulkan oleh orang lain. Pada waktu penelitian data telah tersedia. Penelitian ini bertujuan menyelidiki perbedaan antropometri (tinggi badan), dan kondisi fisik atlet putri voli indoor Papua pada PON XVII/2008 Kaltim dan PON XVIII/2012 Riau. Data yang digunakan dalam artikel ini adalah data sekunder berupa tinggi badan, daya tahan umum, daya ledak otot tungkai (power tungkai), kelentukan, daya tahan otot perut, dan kekuatan otot lengan atlet putri voli indoor Papua, yang diperoleh dari buku laporan KONI Papua tentang hasil PON XVII/2008 Kaltim dan hasil PON XVIII/2012 Riau. Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 28 atlet putri voli indoor Papua, yang terdiri dari 14 atlet putri voli indoor Papua pada PON XVII/2008 Kaltim dan 14 atlet putri voli indoor Papua pada PON XVIII/2012 Riau.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data ada 6 (enam), berdasarkan buku laporan KONI Papua tentang hasil kedua iven PON tersebut ; 1) instrumen pengukuran tinggi badan dengan alat microtoa, seperti yang dikemukakan Asep Suharta, (2013), tinggi badan seseorang dapat diukur secara pasti dengan alat microtoa. Subyek yang akan diukur berdiri tegak lurus dan rapat ke dinding tepat dibawa mikrotoa, kepala bagian belakang, bahu bagian belakang, pantat dan tumit harus rapat ke dinding serta pandangan rata ke depan. 2) daya tahan umum diukur dengan tes bleef untuk mengetahui volume oksigen maximum (Vo2max, 3) daya ledak otot tungkai diukur dengan vertical power jumping test, 4) kelentukan tubuh diukur dengan sit and reach, 5) daya tahan otot perut diukur dengan sit-up selama 2 menit , dan kekuatan otot lengan diukur dengan push-up selama 1 menit. Analisis statistik yang digunakan adalah perbedaan dua mean, dengan uji t (t.test), dimana nilai Probabilitas dibandingkan dengan nilai α. 0.05 untuk memperoleh kesimpulan (Agus Arianto, 2004:113). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian yang dapat dikemukakan dalam artikel ini adalah data antropometri, (tinggi badan), dan kondisi fisik, secara khusus ; daya tahan umum, daya ledak otot tungkai (power tungkai), kelentukan, daya tahan otot perut, dan kekuatan otot lengan dari para atlet putri voli indoor Papua pada PON XVII/2008 dan PON XVIII/2012. Perbedaan Tinggi Badan Atlet Putri Voli Indoor Papua, Perbedaan mean tinggi badan atlet putri voli indoor Papua pada PON XVII/2008 Kalimantan Timur sebesar 178.5 dan PON XVIII/2012 Riau sebesar 165.1. Hasil analisis statistik perbedaan dua mean, ditemukan P :.000 < dari α 0.05. Hal ini menunjukkan ada perbedaan yang ber-
John Siahaan,Perbedaan Antropometri dan kondisi fisik Atlet Voli Indoor Papua | 73
makna antara tinggi badan atlet putri voli indoor Papua pada PON XVII/ 2008 Kaltim dan PON XVIII/2012 Riau. Apabila dikombinasikan dengan perbedaan mean, maka atlet putri voli indoor Papua pada PON XVII/2008 Kaltim lebih baik/lebih tinggi dibandingkan dengan atlet putri voli indoor Papua pada PON XVIII/2012 Riau. Perbedaan Vo2Max Atlet Putri Voli Indoor Papua, perbedaan mean Vo2max atlet putri voli indoor Papua. Pada PON XVII/2008 Kaltim mean sebesar 34.6 dan PON XVIII/2012 Riau mean sebesar 29.9. Hasil analisis statistik perbedaan dua mean, ditemukan P :.000 < dari α0.05. Hal ini menunjukkan ada perbedaan bermakna antara Vo2max atlet putri voli indoor Papua pada PON XVII/2008 Kaltim dan PON XVIII/ 2012 Riau. Apabila dikombinasikan dengan data perbedaan mean, maka Vo2max atlet putri voli indoor Papua pada PON XVII/2008 Kaltim lebih baik/lebih tinggi dibandingkan dengan atlet putri voli indoor Papua, PON XVIII/2012 Riau. Perbedaan Daya Ledak Otot Tungkai Atlet Putri Voli Indoor Papua, perbedaan mean daya ledak otot tungkai (power tungkai) atlet putri voli indoor Papua. Pada PON XVII/2008 Kaltim mean sebesar 49.07 dan PON XVIII/2012 Riau mean sebesar 42.36. Hasil analisis statistik perbedaan dua mean, ditemukan P :.000 < dari α 0.05. Hal ini menunjukkan ada perbedaan bermakna antara daya ledak otot tungkai atlet putri voli indoor Papua PON XVII/2008 Kaltim dan PON XVIII/2012 Riau. Apabila dikombinasikan dengan data perbedaan mean, maka daya ledak atlet putri voli indoor Papua pada PON XVII/2008 Kaltim lebih baik/lebih tinggi daya ledak otot tungkainya disbandingkan dengan atlet PON XVIII/2012 Riau. Perbedaan Kelentukan Atlet Putri Voli Indoor Papua, perbedaan mean kelentukan atlet putri voli indoor Papua. Pada PON XVII/2008 Kaltim mean sebesar 24.3 dan PON XVIII/2012 Riau mean sebesar
15.6. Hasil analisis statistik perbedaan dua mean, ditemukan P : .000 < dari α0.05. Hal ini menunjukkan ada perbedaan bermakna antara kelentukan tubuh atlet putri voli indoor Papua pada PON XVII/2008 Kaltim dan PON XVIII/2012 Riau. Apabila dikombinasikan dengan data perbedaan mean, maka atlet putri voli indoor Papua pada PON XVII/2008 Kaltim lebih baik/lebih tinggi kelentukannya dibandingkan dengan atlet putri voli indoor Papua pada PON XVIII/2012 Riau. Perbedaan Daya Tahan Otot Perut Atlet Putri Voli Indoor, perbedaan mean daya tahan otot perut atlet putri voli indoor Papua. Pada Pada PON XVII/2008 Kaltim mean sebesar 82.71 dan PON XVIII/2012 Riau mean sebesar 58.78. Hasil analisis statistik perbedaan dua mean, ditemukan P : .000 < dari α0.05. Hal ini menunjukkan ada perbedaan bermakna antara daya tahan otot perut atlet putri voli indoor Papua pada PON XVII/2008 Kaltim dan PON XVIII/ 2012 Riau. Apabila dikombinasikan dengan data perbedaan mean, maka atlet voli indoor putri Papua pada PON XVII/2008 Kaltim lebih baik/lebih tinggi daya tahan otot perutnya apabila dibandingkan atlet putri voli indoor Papua pada PON XVIII/2012 Riau. Perbedaan Kekuatan Otot Lengan Atlet Putri Voli Indoor Papua, perbedaan mean antara kekuatan otot lengan atlet putri voli indoor Papua. Pada PON XVII/2008 Kaltim mean sebesar 34.57 dan PON XVIII/ 2012 Riau mean sebesar 20.07. Hasil analisis statistik perbedaan dua mean, ditemukan P : .000 < dari α 0.05. Hal ini menunjukkan ada perbedaan bermakna antara kekuatan otot lengan atlet putri voli indoor Papua pada PON XVII/2008 Kaltim dan PON XVIII/2012 Riau. Apabila dikombinasikan dengan data perbedaan mean, maka atlet putri voli indoor Papua pada PON XVII/2008 Kaltim lebih baik/lebih tinggi kekuatan otot lengannya dibandingkan de-
74 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan, Jilid 2, Nomor 1 Januari 2014 hlm.68 – 76 ISSN 2338-0990
ngan atlet putri voli indoor Papua pada PON XVIII/2012 Riau. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Kesimpulan Dalam artikel ini dapat dikemukakan beberapa kesimpulan, sebagai berikut : (a). Tinggi badan atlet putri voli indoor Papua pada PON XVII/2008 Kaltim berbeda secara bermakna atau lebih baik dari PON XVIII/ 2012 Riau. (b). Daya tahan umum atlet putri voli indoor Papua pada PON XVII/2008 Kaltim berbeda secara bermakna atau lebih baik dari PON XVIII/2012 Riau. (c). Daya ledak otot tungkai atau power tungkai atlet putri voli indoor Papua pada PON XVII /2008 Kaltim berbeda secara bermakna atau lebih baik dari PON XVIII/ 2012 Riau. (d). Kelentukan tubuh atlet voli indoor putri Papua pada PON XVII/2008 Kaltim berbeda secara bermakna atau lebih baik dari PON XVIII/2012 Riau. (e). Daya tahan otot perut atlet putri voli indoor Papua pada PON XVII/2008 Kaltim berbeda secara bermakna
DAFTRA PUSTAKA Asep Suharta, (2013) Prosedur Tes dan pengukuran Komponen Fisik Dominan Cabang Olahraga Bola Voli. Kementerian Pemuda dan Olahraga. Asdep Penerapan Iptek Keolahragaan, Jakarta. Agus Kristiyanto, (2010). Memperluas Desain Permainan Bola Voli. Sebelas Maret University Press Surakarta. Agus Irianto, (2004). Statistik. Konsep Dasar & Aplikasinya. Penerbit : Prenada Media. Jakarta. Dieter Beutelstahl, (2005. Belajar bermain Bola Voli. Penerbit CV Pioner Jaya Bandung. Gempur Santosa, (2005). Metodologi Penelitian. Kuantitatif dan Kualitatif. Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta.
atau lebih baik dari PON XVIII/ 2012 Riau. (f). Kekuatan otot lengan atlet putri voli indoor putri Papua pada PON XVII/2008 Kaltim berbeda secara bermakna atau lebih baik dari PON XVIII/2012 Riau. Implikasi Penelitian Dalam artikel dapat dikemukakan beberapa hal sebagai implikasi penelitian sebagai berikut : (a). Faktor antropometri, seperti tinggi badan dapat digunakan sebagai faktor utama menjadi pemain bola voli yang handal, baik voli indoor maupun voli pantai. (b). Faktor kondisi fisik yang baik sangat diperlukan untuk pengembangan kemampuan teknik, dan taktik pada semua cabang olahraga. (c). Pencapaian kondisi fisik seperti daya tahan umum, daya ledak, kelentukan, dan kekuatan pada tingkatan tertentu, dapat dijadikan parameter keberhasilan atlet dalam menjalankan periodesasi latihan.
H. Sunardi dan Dedy Winata Kardiyanto, (2013). Bola Voli.UNS Pres Solo. Ismaryati, (2011). Tes & pengukuran Olahraga. Penerbit : Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Pres). Surakarta. Jean M. William, (1998). Applied Sport Psychology. Personal Growth to Peak performance, USA: Mayfield. Mulyono Biyakto Atmojo, (2010). Tes & Pengukuran Pendidikan jasmani/Olahraga, Penerbit : Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Menpora, (1999). Olahraga dan Kesegaran Jasmani. Panduan Teknis Tes dan Latihan. Kesegaran Jasmani untuk
John Siahaan,Perbedaan Antropometri dan kondisi fisik Atlet Voli Indoor Papua | 75
Anak Usia Sekolah. Seminar dan Widiakarya Nasional. Jakarta. Sajoto, (1988). Peningkatan & pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Penerbit Dahara Prize. Semarang. Tudor O.Bompa, (2000). Total Training For Young Champions, Champaign: Human Kinetic, USA.
Tudor O. Bompa dan G.Gregory Haff, (2009). Periodization. Theory and Methodology of Training. Human Kinetics, USA. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga RI, Tahun 2007. Jakarta.