BAB II HUBUNGAN NILAI UAN IPA TERPADU SMP/MTs DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI KELAS X SEMESTER GASAL PESERTA DIDIK MA MATHOLI’UL HUDA PUCAKWANGI PATI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
A. Kajian Pustaka Penelitian ini bukan penelitian yang pertama kalinya, namun sudah ada beberapa peneliti yang meneliti masalah seperti ini. Dari sini nantinya peneliti gunakan sebagai sandaran tertulis dan sandaran komparasi dalam mengupas berbagai masalah dalam penelitian ini, diantaranya sebagai berikut: Pertama, Hubungan Antara Nilai Ujian Akhir Sekolah IPA Dengan Hasil Belajar Sains Biologi Pada Siswa Kelas VII SMP Islam Terpadu Darul Fikri Bawen Tahun 2007/2008. Oleh Iwan Budiono NIM 4401401004. Hasil penelitian ini menunjukkan TIDAK ada hubungan yang signifikan Antara Nilai Ujian Akhir Sekolah IPA Dengan Belajar Sains Biologi Pada Siswa Kelas VII SMP Islam Terpadu Darul Fikri Bawen Tahun 2007/2008 yaitu sebesar 0,113, yang selanjutnya dikonsultasikan dengan r tabel baik pada taraf signifikan 1% maupun 5% ternyata hasil perhitungan (rxy) itu lebih kecil dari pada r tabel (0,320 dan 0,249) sehingga dapat diartikan bahwa pengujian ini tidak dapat diterima dan non signifikan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X (Hubungan Antara Nilai Ujian Akhir Sekolah IPA) Dan Variabel Y (Hasil Belajar Sains Biologi Pada Siswa Kelas VII SMP Islam Terpadu Darul Fikri Bawen Tahun 2007/2008).1 Kedua, Korelasi Antara Nilai UAN IPA SD Dengan Hasil Belajar Biologi Kelas I Semester I SMP N 4 Pati Tahun Pelajaran 2005/2006. Oleh M. Tatang Khoirul Arifin NIM 4414000032. Hasil Penelitian ini menunjukkan ADA korelasi positif antara Nilai UAN IPA SD Dengan Hasil Belajar Biologi Kelas I Semester I SMP N 4 Pati Tahun Pelajaran 2005/2006 yaitu sebesar 0,322 yang selanjutnya dikonsultasikan dengan r tabel baik pada taraf signifikan 1% maupun 5% ternyata 1
Iwan Budiono, Hubungan Antara Nilai Ujian Akhir Sekolah IPA dengan Hasil Belajar Sains Biologi Pada Siswa Kelas VII SMP Islam Terpadu Darul Fikri Bawen, (Semarang: Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang, 2008).
7
hasil perhitungan (rxy) itu lebih besar dari pada r tabel (0,370 dan 0,417) sehingga dapat diartikan bahwa pengujian ini dapat diterima dan signifikan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa Ada hubungan yang signifikan antara variabel X (Nilai UAN IPA SD) dan variabel Y (Hasil Belajar Biologi Kelas I Semester I SMP N 4 Pati Tahun Pelajaran 2005/2006).2 Ketiga, Hubungan Rata-Rata Nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) Mahasiswa Tadris Biologi IAIN Walisongo Semarang Terhadap Indeks Prestasi Semester I Angkatan 2010. Oleh Muyasaroh NIM 073811051.Hasil penelitian ini menunjukkan TIDAK terdapat hubungan yang signifikan antara Rata-Rata Nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang Terhadap Indeks Prestasi Semester I Angkatan 2010 yaitu sebesar 0,149, yang selanjutnya dikonsultasikan dengan r tabel baik pada taraf signifikan 1% maupun 5% ternyata hasil perhitungan (rxy) itu lebihkecil dari pada r tabel (0,449 dan 0,349) sehingga dapat diartikan bahwa pengujian ini tidak dapat diterima dan non signifikan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X (Rata-Rata Nilai Ujian Akhir Nasional (UAN)) dan variabel Y (Indeks Prestasi) Mahasiswa Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Semester I Angkatan 2010.3
B. Nilai UAN IPA Terpadu SMP/MTs Dengan Hasil Belajar Biologi 1. Nilai UAN Dalam pembukaan UUD 1945 alenia keempat, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang memiliki arti bahwa sejak awal berdirinya negara Indonesia, kebodohan dan tingkat ilmu pengetahuan masyarakat yang rendah merupakan persoalan nyata yang perlu ditangani melalui sistem pendidikan nasional yang menyeluruh dan terpadu, dimana perlu adanya pembenahan, 2
M. Tatang Khoirul Arifin, Korelasi Antara Nilai UANASIPA SD dengan Hasil Belajar Biologi Kelas I Semester I SMP Negeri 4 Pati, (Semarang: Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang, 2006). 3
Muyasaroh, Hubungan Rata-Rata Nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) Mahasiswa Tadris Biologi IAIN Walisongo Semarang Terhadap Indeks Prestasi Semester I Angkatan 2010, (Semarang, Fakultas Tarbiyah Tadris Biologi IAIN Walisongo Semarang, 2010).
8
pembaharuan, peningkatan dan intensifikasi yang terus menerus agar tujuan pokok ini dapat tercapai.4 Berdasarkan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 telah menyatakan bahwa fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis.5 Sesuai UU tersebut, langkah awal yang dilakukan pemerintah adalah menetapkan standar nasional pencapaian pendidikan. Untuk mendukung tercapainya standar nasional pendidikan maka dibentuklah sebuah badan yang disebut Badan Standar Nasional pendidikan (BSNP) yaitu sebuah badan mandiri dan independen yang bertugas mengembangkan, mengatur pelaksanaan dan mengevaluasi Standar Nasional pendidikan serta memiliki kewenangankewenangan dalam menyelenggarakan ujian akhir nasional dan merumuskan kriteria lulusan dari satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.6 Dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Republik Indonesia Nomor O11/U/2002 untuk meningkatkan mutu pendidikan dan mencapai sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan secara nasional maka pemerintah menetapkan standar nasional pendidikan dan dilakukan penilaian hasil belajar secara sistematis dan berkelanjutan yang berfungsi untuk mengukur kualitas pendidikan.7 Standar 4
Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), (Yogyakarta: 2009), hlm. 1.
5
Sukardjo dan M. Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 85. 6
Sukardjo dan M. Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, hlm.
7
Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No 20 Th. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
82.
hlm 89.
9
tersebut tentunya bukan merupakan ukuran yang statis yang tidak akan berubah, namun, akan mengalami perubahan yang semakin lama semakin meningkat. Di samping itu juga standar nasional pendidikan juga digunakan dalam penyusunan strategi dan rencana pengembangan pendidikan sesudah diperoleh data-data dari evaluasi belajar secara nasional seperti ujian akhir nasional. a. Pengertian Ujian Akhir Nasional (UAN) Ujian Akhir Nasional berasal dari tiga kata yaitu ujian yang memiliki arti hasil menguji sesuatu yang dipakai untuk menguji mutu sesuatu kepandaian, kemampuan hasil belajar,8 akhir memiliki arti selesai, pungkasan, tamat, dan sedangkan.nasional memiliki arti kebangsaan, mencakup bangsa, bersentral pada pemerintahan pusat.9 Jadi Ujian Akhir Nasional (UAN) dapat diartikan sebagai hasil menguji mutu suatu kepandaian untuk memperoleh hasil belajar yang dilakukan pada akhir jenjang pendidikan yang bersifat nasional. Ujian akhir nasional (UAN) yang sekarang diubah menjadi ujian Negara (UN) adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian standar nasional pendidikan.10 Pemerintah mengadakan ujian akhir nasional dengan memberikan standar atau patokan itu digunakan sewaktu- waktu tingkat pencapai standar perlu mengetahui sampai dimana efektivitasnya.11 Sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Quran surat Al-Qomar ayat 48-49. 8
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia , Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka 2005. hlm.1237. 9
Apartanto, Pius, dan Dahlan, M, Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya: Arloka,2001), hlm.511. 10
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006, hlm.
14. 11
H,A,R.Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional – Suatu Tinjauan Kritis, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 109.
10
ִ ! ./ ) +,789:;) <ִ=
( )ִ* & ' " 31 4⌧6 (48-49 : )ﺳﻮرة اﻟﻘﻤﺮ+@-
#֠!#% 012 ִ> ) ?
“Ayat 48 : Pada hari mereka diseret ke neraka pada wajahnya. (Dikatakan kepada mereka), “rasakanlah sentuhan api neraka”. “Ayat 49 : Sungguh kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (Q.S. :Al-Qomar/54 ayat 49).”12 Kemudian dikuatkan lagi dalam surat Al-Furqon ayat 1 dan 2, yaitu:
E ֠FG
A <ִ=B!⌧CB D ֠ (IJ; H E / 1LBM K > D +US( TM / NOP ☺ <8ִ#R< I R< ' V 7 E ֠FG +X YZ B! B 8ִ☺ B! :> B! M ]^_ [ B! b cde V aFG `1L 0Ih A <ִ=B! f R<☺; j( >;) V B i> ) R a1 4⌧6 (1-2 : )ﺳﻮرة اﻟﻔﺮﻗﺎن+k“Ayat 1 : Maha Suci Allah yang telah Menurunkan al-Furqon (al-Qur’an) kepada Hamba-Nya (Muhammad), agar dia menjadi pemberian peringatan kepada seluruh alam (jin dan Manusia)”. “Ayat 2 : Yang memilki kerajaan langit bumi, tidak mempunyai anak, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (-Nya), Dan Dia menciptakan segala sesuatu lalu menetapkan ukuran-ukuran nya yang tepat”, (Q.S: Al-Furqon/25: 1-2)”.13 Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa Allah menciptakan segala sesuatu di dunia ini dengan adanya ukuran, sebagaimana pemerintah dalam mengurusi pendidikan juga menetapkan suatu ukuran (patokan) yang harus dicapai.Dalam mencapai ukuran (patokan) yang di tetapkan oleh pemerintah 12
Mohammad Thoha, at al., Alquran dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Qur’an), hlm. 883. 13
Kementrian Agama Republik Indonesia, Alquran dan Tafsirnya, (PT. Citra Effhar : 2012), hlm. 680.
11
maka diperlukan adanya usaha yang sungguh- sungguh. Sebagaimana tercantum dalam surat An-Najm ayat 39-40.
V
' rs ) +`8n opq l&;mF 7Bm#ִ* !aB! +u@(39-40 : )ﺳﻮرة اﻟﻨﺠﻢ+T- LE (
!aB! 4 tִ* w ִ*
“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakan nya dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya) (Q.S. AnNajm/53: 39-40).”14 Untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas, maka disusunlah kurikulum yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. b. Bentuk-bentuk Evaluasi Belajar Tahap Akhir Sejak kemerdekaan Indonesia, bentuk evaluasi belajar tahap akhir yang diberlakukan oleh pemerintah terhadap lembaga-lembaga pendidikan formal, paling tidak, ada tiga macam bentuk, seperti: 1). Ujian Negara Ujian Negara diberlakukan dalam rentang waktu yang relative lama. Materi soal yang disajikan dalam Ujian Negara dianggap dapat memenuhi standar nasional. Hasilnya adalah berupa nilai yang tertera dalam ijazah yang dapat mencerminkan kemampuan lulusan dengan tepat. 2). Ujian Sekolah Ujian sekolah biasa disebut dengan evaluasi tahap akhir (ebta), yang kemudian ebta ini diganti dengan ebtanas. 3). Ebtanas Ebtanas merupakan perpaduan antara ujian Negara dengan ujian sekolah.Hasil dari ebtanas merupakan nilai ebtanas murni yang dituangkan dalam daftar nilai ebtanas murni, yang kemudian nilai tersebut dijadikan sebagai penentu bagi lulusan sekolah untuk diterima atau ditolak dalam seleksi masuk bagi calon mahasiswa baru pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.15 14
15
Kementrian Agama Republik Indonesia, Alquran dan Tafsirnya, hlm. 84. Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan, (Yogyakarta: Sukses Offset,2009), hlm.88-91.
12
Nilai akhir untuk STTB diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian (diberi bobot satu) dan nilai EBTA (diberi bobot dua) yang kemudian dibagi tiga. Rumusnya adalah: NA =
ΣH + 2 E (nH + 2)
Keterangan: H
: jumlah nilai ulangan harian
E
: nilai EBTA
NH
: frekuensi ulangan harian Dalam kurikulum 1984 disebutkan cara menentukan nilai akhir
bukan hanya didasarkan atas hasil kegiatan kurikuler saja, tetapi juga kokurikuler, rumusnya adalah:16 NA =
2 p + 2q + r 5
Keterangan: p: nilai tes sub sumatif q: nilai tes sumatif r: nilai kokurikuler Seiring dengan perkembangan pendidikan, pada era reformasi, ebtanas dikembangkan dan diperbarui lagi menjadi ujian akhir nasional (UAN) yang berdasarkan keputusan Mendiknas nomor 017/U/2003 tentang tata cara UAN.17
2. IPA Terpadu a. Pengertian IPA Terpadu Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia, IPA Terpadu dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu IPA dan Terpadu. IPA 16
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT bumi Aksara 2007), hlm 278-279. 17
Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan, hlm. 92.
13
adalah ilmu yang pokok bahasannya alam dan segala isinya atau pengetahuan yang sistematis atau tersusun secara teratur, berlaku umum dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen dan obyektif serta dapat diteliti kebenarannya.18 Menurut Trianto dalam buku Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif : Konsep, Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan Ilmu yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya.19 Dalam buku Model Pembelajaran Terpadu karangan Trianto juga, IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati.20 Jadi IPA merupakan ilmu alam yang mempelajari makhluk hidup dan tak hidup yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen dan bukti yang nyata. Sedangkan Terpadu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Safuan Alfandi adalah sudah dipadu (disatukan, dilebur menjadi satu dsb).21 Terpadu merupakan sudah menjadi satu atau tercampur. Jadi IPA Terpadu adalah ilmu alam yang berisi tentang pengetahuan yang sistematis yang sudah dipadukan yang terdiri dari Kimia, Biologi dan Fisika. b. Pembelajaran Terpadu Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar merupakan kurikulum hasil refleksi, pemikiran dan pengkajian ulang kurikulum yang telah berlaku 18
AmeliaComputindo, Kamus Lengkap Biologi, (Jakarta : GBS, 2008), hlm
19
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif : Konsep, Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Prestasi Pustaka), hlm 108. 20
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu (konsep, strategi dan implementasinya dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP),(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm 136. 21
Safuan Alfandi, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Solo : Sendang Ilmu, 2001).
14
sebelumnya. Kurikulum ini diharapkan dapat membantu peserta didik menghadapi tantangan dimasa depan. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar diarahkan untuk memberi ketrampilan dan keahlian bertahan hidup dalam kondisi yang penuh berbagai perubahan, persaingan, ketidakpastian dan kerumitan dalam kehidupan. Kurikulum ini disusun untuk menciptakan tamatan yang kompeten, cerdas dalam membngun integrasi sosial serta mewujudkan karakter nasional. Dalam implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar telah dilakukan berbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dan suatu inovasi pendidikan.Sebagai salah satu efisiensi dan efektivitas implementasi kurikulum dikembangkan berbagai model implementasi kurikulum. Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, dari mulai dari tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)
sampai
tingkat
Sekolah
Menengah
Atas/Madarsah
Aliyah
(SMA/MA). Model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan.22 Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan terpadu ini diharapkan akan memperbaiki kualitas pendidikan dasar, terutama untuk mencegah gejala penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran di sekolah. Dampak negatif dan penjejalan kurikulum akan berakibat buruk terhadap perkembangan anak. Hal tersebut terlihat dengan dituntutnya anak untuk mengerjakan berbagai tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Mereka kurang mendapat kesempatan untuk belajar. Disamping itu mereka akan kehilangan
22
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu (konsep, strategi dan implementasinya dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP), hlm 6.
15
pengalaman pembelajaran alamiah langsung, pengalaman sensorik dari dunia mereka yang akan membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak.23 Melalui pembelajaran IPA terpadu tersebut, peserta didik juga dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, otentik dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang relevan akan membentuk skema kognitif, sehingga anak memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar IPA, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu dalam IPA dapat disatukan dengan TEMA atau TOPIK tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran IPA terpadu, suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian dalam bidang kajian IPA. Misalnya tema lingkungan dapat dibahas dari sudut makhluk hidup dan proses kehidupan, energi dan perubahannya, dan materi dan sifatnya. Pembahasan tema juga dimungkinkan hanya dari aspek makhluk hidup dan proses kehidupan dan energi dan perubahannya, atau materi dan sifatnya dan makhluk hidup dan proses kehidupan, atau energi dan perubahannya dan materi dan sifatnya saja. Dengan demikian melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu dibahas berulang kali dalam bidang 23
Khoiru Ahmadi, at al, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu Pengaruhnya Terhadap Konsep, Mekanisme dan Proses Pembelajaran Sekolah Swasta dan Negeri, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), hlm 44-45.
16
kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan akan lebih efektif.24 3. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) menunjukan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.25 Menurut kamus besar bahasa Indonesia “hasil” berarti sesuatu yang diadakan oleh usaha.26 Jadi, dalam hal ini hasil adalah suatu hasil yang diperoleh akibat dilakukannya usaha. Belajar merupakan proses dalam individu sebagai khalifah yang berinteraksi dengan lingkungannya untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Sesuai dengan firman Allah SWT pada surat Al-Baqarah ayat 30.
Nxy?B H ֠ ;% )B! }0 ִ֠` 9| ) z L{.8 <ִ☺R< " z⌧JM <ִ= +X YZ ` ' z•c R 0ִ#; !'!a " ~ 1 ֠ I J 9 B! z•c R >f ;J `; s•B! B1G ' € G ⌧C >w☺z ‚h ⌧ 7 n / ~ 9| ) H ֠ " ִ ƒ > ) /B! ' <w !a (30 : )ﺳﻮرة اﻟﺒﻘﺮة+uT☺ <# ds “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami 24
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu (konsep, strategi dan implementasinya dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP), hlm 6-7 dan 44. 25
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 38-39.
26
W.J.S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), hlm. 348.
17
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui (Q.S. Al-Baqarah/2: 30).”27 Sedangkan definisi belajar menurut beberapa ahli adalah : Menurut Slameto belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.28 Sedangkan menurut Cronbach mengartikan belajar dengan “learning is shown by change in behavior as a result of experiences”. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.29 Belajar menurut Clifford T. Morgan: learning may be defined as any relatively permanent change in behavior which occur as a result of experience or practice.30 Menurut Geoch, learning is change performance as a result of practice. Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan.31 Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar selalu berkenaan dengan perubahanperubahan pada diri orang yang belajar, baik itu mengarah kepada yang lebih baik atau pun yang kurang baik, dan direncanakan ataupun tidak. 27
Kementrian Agama Republik Indonesia, Alquran dan Tafsirnya, hlm. 84.
28
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 2. 29
30
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 13. Clifford, T. Morgan, Introduction to Psycology, (Kogakusha: Mc Graw-Hill, 1971),
hlm. 63 31
Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 2.
18
Belajar merupakan keseluruhan proses pendidikan bagi tiap orang yang meliputi pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan sikap dari seseorang. Seseorang dikatakan belajar apabila dapat diasumsikan bahwa pada dirinya terjadi proses perubahan sikap dan tingkah laku. Perubahan ini biasanya berangsur-angsur dan membutuhkan waktu yang lama. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh W. S. Winkel bahwa hasil belajar adalah perubahan hasil yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.32 Hasil belajar yang di teliti oleh peneliti tidak hanya hasil ujian/tes semester saja, melainkan dari prosesnya juga. Yaitu dari nilai pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, psikomotor dan tes semester yang kemudian dikemas menjadi satu menjadi nilai raport. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar seperti yang tertulis dalam buku Psikologi Belajar oleh Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono ada 3 yaitu : faktor-faktor stimulus belajar, faktor-faktor metode belajar dan faktor-faktor individual. 1) Faktor-faktor stimulus belajar meliputi : panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringannya tugas, suasana lingkungan eksternal. 2) Faktor-faktor metode belajar meliputi : kegiatan berlatih dan praktek, overlearning dan drill, resitasi selama belajar, pengenalan tentang hasilhasil belajar, belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian, penggunaan modalitas indra, bimbingan dalam belajar, kondisi-kondisi insentif. 3) Faktor-faktor individual meliputi : kematangan, faktor usia kronologis, faktor perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani, motivasi.33 Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar menambahkan satu faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya peserta didik yang meliputi
32
33
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, hlm 45. Abu Ahmadi, Widodo Supriyiono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004 ),
hlm. 139.
19
strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran.34 Sedangkan menurut Syaiful Bahari Djamarah berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu : 1) Faktor lingkungan Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan peserta didik. Dalam lingkunganlah peserta didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotik dan abiotik tidak dapat dihindari. Maka dari itu peserta didik sebagai makhlik hidup yang tergolong kelompok biotik. 2) Faktor instrumental Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan tentu saja pada tingkat kelembagaan.Dalam rangka melicinkan ke arah itu diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk masing-masing kelengkapan sekolah.Kurikulum dapat dipakai oleh guru dalam merencanakan program pengajaran. Program sekolah dapat dijadikan acuan untuk menigkatkan kualitas belajar mengajar. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna bagi kemajuan belajar peserta didik di sekolah. 3) Kondisi fisiologis Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi; mereka lekas lelah, mudah mengantuk dan sukar menerima pelajaran. Selain hal tersebut kondisi panca indra (mata, hidung, pengecap, telinga dan tubuh). 4) Kondisi psikologis Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski faktor luar mendukung, tetapi faktor psikologis tidak mendukung, maka faktor luar itu akan kurang signifikan. Oleh karena itu, minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuankemampuan kognitif adalah faktor-faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik.35
34
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm 122.
35
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm 176-191.
20
c. Macam-Macam Hasil Belajar Hasil belajar dapat dikatakan berhasil apabila telah menacapai tujuan pendidikan. Dimana tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar peserta didik secara umum dapat dilkasifikasikan menjadi tiga yakni aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik.36 Menurut Howard Kingsley sebagaimana yang dikutip oleh Nana Sudjana, membagi tiga macam hasil belajar, yakni : 1) Ketrampilan dan kebiasaan 2) Pengetahuan dan pengertian 3) Sikap dan cita-cita Sedangkan menurut Benyamin Bloom berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang hendak kita capai digolongkan atau dibedakan (bukan dipisahkan ) menjadi tiga bidang, yaitu : 1) Bidang kognitif 2) Bidang afektif 3) Bidang psikomotor Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakn klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. 1) Ranah kognitif Yaitu segi kemampuan yang berkenaan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi serta pengembangan keterampilan intelektual, Bloom mengemukakan aspek kognitif terdiri dari enam kategori yaitu:37
36
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), hlm 28. 37
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 202-204.
21
a) Pengetahuan dan ingatan, dalam hal ini peserta didik dituntut untuk dapat mengetahui dan mengenali adanya konsep, fakta atau istilahistilah lain. b) Pemahaman, dengan pemahaman peserta didik diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta dan konsep. c) Aplikasi dan penerapan, merupakan kemampuan menyeleksi atau memiliki konsep, hukum, dalil, gagasan dan cara secara tepat untuk diterapkan dalam situasi yang baru. d) Analisis, merupakan kemampuan peserta didik untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar. e) Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok kedalam struktur yang baru. f) Evaluasi, merupakan kemampuan peserta didik mengevaluasi sesuatu, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu. 2) Ranah afektif Yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksireaksi yang berbeda dengan penalaran. Menurut Bloom, aspek afektif terdiri dari lima kategori yaitu:38 a) Menerima, atau memperhatikan ialah kepekaan terhadap kehadiran gejala dan perangsang tertentu b) Merespons ialah mereaksi perangsang atau gejala tertentu c) Menghargai, berikut pegertian,bahwa suatu hal, gejala atau tingkah laku mempunyai harga atau nilai tertentu d) Mengorganisasikan nilai, mencakup mengatur nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai, menyusun jalinan nilai-nilai itu dan menetapkan berlakunya nilai-nilai dominan dan merasuk e) Mewatak, yaitu suatu kondisi dimana nilai-nilai dari sistem nilai yang diyakini telah benar-benar merasuk di dalam pribadi seseorang. Orang 38
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 205-206.
22
seperti itu dapat dikatakan sebagai orang yang budi pekertinya mendekati kesempurnaan.
3) Ranah psikomotoris Yaitu kemampuan yang mengutamakan ketrampilan jasmani atau gerakan peserta didik yang meliputi: 39 Gerakan refleks yaitu respon gerakan yang tidak disadari yang dimiliki sejak lahir. a) Dasar gerakan-gerakan yaitu gerakan-gerakan yang menuntun kepada ketrampilan yang sifatnya kompleks. b) Perceptual abilitis yaitu kombinasi dari kemampuan kognitif dan gerakan. c) Physical
abilitis
yaitu
kemampuan
yang
diperlukan
untuk
mengembangkan gerakan-gerakan ketrampilan tingkat tinggi. d) Skilled movements yaitu gerakan-gerakan yang memerlukan belajar misalnya ketrampilan dalam menari, olah raga, dan rekreasi. e) Nondiscoursive
communication
yaitu
kemampuan
untuk
berkomunikasi dengan menggunakan gerakan misalnya ekspresi wajah (mimik), postur dan sebagainya.
d. Penilaian Hasil Belajar Peserta didik Penilaian menurut Kementrian Agama RI dalam buku pedoman Sistem Penilaian hasil Belajar peserta Didik merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan, prestasi dan kinerja peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan kesinambungan.40
39
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002),
hlm. 123. 40
Kementrian Agama RI, Pedoman Sistem Penilaian Hasil Belajar Peserta didik, (Jakarta; Kementrian Agama RI, 2010), hlm 3.
23
Menurut Zainal Arifin penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang dicapai peserta didik.41 Sedangkan menurut Nana Sudjana dalam buku Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, penilaian merupakan proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.42 Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh buku penulis dapat menyimpulkan bahwa penilaian adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pengajar untuk mendapatkan informasi secara berkesinambungan yang dilakukan secara sistematis tentang proses dan hasil yang dicapai maupun diperoleh peserta didik. Mengingat
pentingnya
penilaian
dalam
menentukan
kualitas
pendidikan, maka upaya merencanakan dan melaksanakan penilaian hendaknya memperhatikan beberapa prinsip dan prosedur penilaian. Prinsipprinsip penilaian yaitu : 1) Dalam penilaian hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian. 2) Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dan proses belajar mengajar. Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap saat proses belajar mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan. 3) Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengerrtian menggambarkan prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif. 4) Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya.43 Penilaian dalam KTSP adalah penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan pembelajaran yang dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Penilaian dilakukan selama 41
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm 4.
42
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar ,hlm 3.
43
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar ,hlm 8-9.
24
proses pembelajaran dan/atau pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan.Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kopetensi Lulusan (SKL). Penilaian dalam KTSP menggunakan acuan kriteria. Maksudnya, hasil yang dicapai peserta didik dibandingkan dengan kriteria atau standar yang ditetapkan. Apabila peserta didik telah mencapai standar kompetensi yang ditetapkan, ia dinyatakan lulus pada mata pelajaran tertentu. Apabila peserta didik belum mencapai standar, ia harus mengikuti program perbaikan sehingga mencapai kompetensi minimal yang ditetapkan.44
C. Rumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang diteliti, jawaban dapat benar atau salah tergantung pembuktian di lapangan. Sebagaimana diungkapkan oleh S.Margono bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi derajat kebenarannya.45 1. Hipotesis Penelitian Ha : Ada hubungan yang signifikan nilai UAN IPA terpadu SMP/MTS dengan hasil biologi semester gasal peserta didik MA Matholi’ul Huda Pucakwangi Pati tahun Pelajaran 2011/2012. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan nilai UAN IPA terpadu SMP/MTS dengan hasil biologi semester gasal peserta didik MA Matholi’ul Huda Pucakwangi Pati tahun Pelajaran 2011/2012. 44
45
Kementrian Agama, Pedoman Sistem Penilaian Hasil Belajar Peserta Ddik, hlm 3. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka cipta, 2000), hlm.
67.
25
2. Hipotesis Statistik Ha : r Ho : r Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam skripsi ini adalah : Tidak Ada Hubungan Nilai UAN IPA Terpadu SMP/MTs Dengan Hasil Belajar Biologi Kelas X Semester Gasal Peserta Didik MA Matholi’ul Huda Pucakwangi Pati Tahun Pelajaran 2011/2012. Maksud dari hipotesis diatas adah sebelum menganalisis data yang terkumpul, peneliti sudah mempunyai jawaban sementara bahwa tidak ada hubungan nilai UAN IPA Terpadu SMP/MTs dengan hasil belajar Biologi kelas x semester gasal peserta didik MA Matholi’ul Huda Pucakwangi Pati tahun pelajaran 2011/2012.
26