LAPORAN HASIL PENELITIAN dan PENGEMBANGAN, serta HASIL PENGELOLAANNYA Peraturan menteri Negara Ristek No.04/Kp/III/2007 Identitas Perguruan Tinggi/Lembaga Penelitian dan Pengembangan Nama Perguruan Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan Tingi/Lembaga Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Penelitian dan pengembangan Pimpinan Ir. Mastur, MSi. Ph.D. Alamat
Jl. Raya Karangploso, Kotak Pos 199 Malang Telp. 0341-491447. Fax : 0341-485121 balittas @ litbang.deptan.go.id
Identitas Kegiatan Kode Judul Judul
X.46
Abstraksi
Untuk mencapai target swasembada gula nasional pada tahun 2014, diperlukan upaya peningkatan produksi gula antara lain melalui peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas gula dapat dicapai dengan mengganti varietas-varietas lama yang telah mengalami degradasi keunggulan genetik dengan varietas baru. Untuk mewujudkan swasembada gula diperlukan strategi pencapaiannya yaitu terdapat dua pilihan yang dapat dipertimbangkan, pertama meningkatkan serta mengoptimalkan kapasitas Pabrik Gula (PG) yang ada (existing industry) dan kedua membangun PG baru di luar existing industry yang berarti perluasan areal pertanaman tebu. Pembangunan PG di luar existing industry merupakan satu-satunya solusi jangka panjang dalam peningkatan produksi gula guna mengimbangi kebutuhan gula nasional yang semakin meningkat. Pulau Jawa yang selama ini dianggap sebagai habitus utama untuk tanaman tebu, dengan keberadaan sekitar 47 pabrik gulanya dianggap optimum mengusahakan industri gula. Oleh karena itu, pengembangan industri gula baru lebih disarankan untuk ekspansi di luar Jawa. Beberapa wilayah di luar pulau Jawa yang cukup potensial untuk pengembangan industri gula, salah satu diantaranya adalah propinsi Sulawesi Selatan.
AGROEKOLOGI WILAYAH PENGEMBANGAN VARIETAS TEBU DI LAHAN KERING SULAWESI SELATAN MENDUKUNG PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA GULA
1
Program penataan varietas tebu memerlukan komposisi tipe kemasakan yang seimbang, agar rendemen pada awal hingga akhir giling selalu pada puncaknya. Terbatasnya kategori varietas masak awal yang tersedia di masyarakat petani dan pekebun tebu menjadi penghambat pengaturan komposisi tebu yang ditanam. Varietas tebu PS 881 merupakan varietas unggul masak awal yang menunjukkan produktivitas tinggi. Pemanfaatan lahan harus didasarkan pada kesesuaian lingkungan dengan persyaratan tumbuh tebu (varietas tebu), sehingga dapat diterapkan teknologi andal yang tepat guna. Informasi daya dukung lahan yang dibutuhkan tidak sebatas pada luasannya saja, akan tetapi juga perlu dukungan informasi mengenai karakteristik agroekologinya, khususnya mengenai kesuburan tanah dan sifat fisik lahan. Inventarisasi dan karakteristik lahan ini sangat diperlukan terutama di daerah-daerah pengembangan baru seperti di lahan kering potensial di Sulawesi Selatan yang belum tersentuh bagi pengelolaan tebu Dengan didapatkan peta sebaran varietas tebu yang sesuai dengan tipologi lahan dan sifat kemasakan varietas tebu (masak awal, masak tengah dan masak lambat) di wilayah pengembangan tebu lahan kering, dapat digunakan sebagai dasar untuk penataan varietas tebu yang akan ditanam sehingga akan diperoleh jaminan rendemen tinggi dari awal hingga akhir giling. Tim Peneliti 1. Nama Koordinator/ Peneliti Utama (PU) 2. Alamat Koordinator (PU)
Ir. Fitriningdyah Tri Kadarwati, MS Jl. Raya Karangploso, Kotak Pos 199 Malang Telp. 0341-491447. Fax : 0341-485121 balittas @ litbang.deptan.go.id
[email protected]
3. Nama Anggota Peneliti
1. DR. Ir. Djumali, MP. 2. Ir. Prima Diarini Riajaya MPhil. 3. Ir. Mastur, MSi., Ph.D.
Waktu Pelaksanaan
Maret s/d Oktober 2012
Publikasi 1. Nama Piblikasi 2. Tahun 3. Tempat Publikasi
-
2
Ringkasan Hasil Penelitian dan Pengembangan 1. Hasil Penelitian dan Pengembangan : Tipologi dan jenis tanah di lokasi survei terdiri dari Entisol, Inceptisol, Vertisol dan Alfisol. a. Entisol Entisol di lokasi survey memiliki karakteristik tanah yang didominasi oleh kerikil di permukaan dan semakin banyak jumlahnya dengan bertambahnya kedalaman. Pada lokasi BNE-8 memiliki lapisan olah sedalam 30 cm dan pada kedalaman 40 cm jumlah kerikil semakin banyak ditemukan. Sedangkan lokasi CMG-4 dijumpai kerikil/batu kali di permukaan dengan diameter <0,5cm) sampai pada horizon tanah di bawahnya. Dominasi kerikil terdapat di horizon Bw1 dengan kedalaman 30-55 cm yaitu sebanyak 3050% kerikil dalam horizon Bw1. Lokasi CMG-5 memiliki karakteristik tanah hampir mirip dengan CMG-4 dengan tekstur tanah cenderung berpasir. b. Inceptisol Inceptisol termasuk tanah muda yang masih berkembang yang ditandai dengan adanya proses alterasi bahan induk. Sebaran Inceptisol di lokasi wilayah dijumpai di lokasi BNE-2, BNE-3 (Kec. Sibulue), BNE-5, BNE-6, BNE-7 (Kec. Cina), BNE-9 (Kec. Ponre), BNE-12, BNE-13 (Kec. Mare). Karakteristik Inceptisol di empat kecamatan ini memiliki tekstur lempung berdebu. Pada lokasi BNE-2, BNE-3 ditemukan adanya tekstur berpasir begitu pula dengan kerikil hitam (charcoal) ditemukan di kedalaman lebih dari 26 cm dan semakin kedalam charcoal semakin banyak. Selain charcoal, dijumpai pula Fe dan Mn pada kedalaman 26 cm di lokasi BNE-3. Inceptisol juga dijumpai di Caming, yaitu titik CMG-8 dan CMG-9. Inceptisol di lokasi CMG-8 memiliki karakteritik fisik lahan tidak subur, banyak dijumpai batuan. Tekstur lempung berpasir terdapat di kedalaman 0-23 cm dan di kedalalman 23-64 cm beralih ke lempung berdebu. Drainase tanah tidak ada kendala untuk pertumbuhan tanaman. Drainase buruk ada di lokasi CMG-9 dengan kandungan liat tinggi diikuti oleh kedalaman tanah. Konkresi Fe dan Mn dijumpai pada kedalaman lebih dari 24 cm. Tekstur tanah cenderung berliat (sebanyak 40%), berstruktur lempeng pada kedalaman 0-24 cm dan gumpal membulat pada kedalaman lebih dari 24 cm. c. Alfisol Alfisol merupakan tanah yang telah mengalami perkembangan dan adanya pencucian liat pada horizon A yang terakumulasi di horizon B. Peningkatan kandungan liat halus merupakan ciri khusus Alfisol. Alfisol di lokasi Bone dijumpai di titik BNE-10 (Cina) yang memiliki tekstur lempung berdebu, semakin banyak batu kerikil dengan bertambahnya kedalaman. 3
Alfisol di Caming tersebar di titik CMG-1, CMG-2, CMG-6, CMG-7, CMG12, dan CMG-15. Tekstur tanah di lokasi ini umumnya lempung berdebu sampai lempung liat berdebu dan kandungan liat cenderung tinggi. Tanah berwarna merah yang mencirikan tanah tidak subur. Struktur tanah remah sampai gumpal membulat menyusun ruang pori di lokasi ini. d. Vertisol Vertisol memiliki kandungan liat tinggi dan berdrainase buruk. Umumnya berwarna gelap dengan pH relatif tinggi. Vertisol di wilayah Bone terdapat di titik BNE-4 dengan karakteristik warna tanah hitam, kandungan liat tinggi, mulai kedalaman 30 cm fraksi tanah liat semakin lekat dan drainase buruk. Vertisol dijumpai pula di titik BNE-11 dengan karakteristik adanya batu kapur di permukaan (landform karst), bertekstur lempung liat berdebu, pada kedalaman lebih dari 40 cm kandungan fraksi liat semakin tinggi. Sedangkan sebaran vertisol di Caming terdapat di titik CMG-3, CMG-10, CMG-11, CMG-13, dan CMG-14. Umumnya karakteristik vertisol di Caming hampir seragam, yaitu kandungan liat yang tinggi dengan bertambahnya kedalaman dan semakin berat, drainase tanah jelek dan berwarna abu-abu serta memiliki solum relative dalam. Namum pada titik CMG-11 memiliki solum yang dangkal dan adanya batuan di horizon atas. Berdasarkan analisis hujan harian selama 15 tahun, didapatkan gambaran bahwa total hari kering (peluang hujan <60%) di wilayah pengembangan tebu PG Takalar lebih panjang rata-rata 180 hari dibanding wilayah PG Camming maupun PG Bone yang hanya 90 hari. Di wilayah PG Bone dan PG. Camming rata-rata musim hujan lebih panjang yaitu mulai minggu II Oktober/II-Nopember hingga IV-Juli/III-Agustus, sedangkan di wilayah PG. Takalar rata-rata musim hujan berlangsung mulai IINopember hingga minggu II-April. Musim tebu giling di wilayah PG Takalar lebih awal yaitu pada bulan Juni dibanding PG Bone atau PG Camming yaitu bulan Agustus. Dengan pendeknya masa giling yang terkait dengan pendeknya total hari kering maka hanya tebu masak awal hingga tengah yang dapat dikembangkan di wilayah PG. Bone/PG Camming dan peningkatan kapasitas giling dan rendemen harus diupayakan, sedangkan di wilayah PG Takalar dapat dikembangkan tebu masak awal, tengah dan lambat serta peningkatan produksi tebu sangat diperlukan.
4
2. Gambar/Photo Hasil Penelitian dan Pengembangan
Dari kiri ke kanan : Tanah dengan drainase tidak jelek karena ada lapisan liat yang kedap berwarna lebih muda. Makin ke kanan drainase tanah lebih bagus karena makin banyak kerikil akat tetapi teksturnya sedang sehingga memberikan pertumbuhan tebu lebih baik
5
Pengambilan contoh tanah utuh untuk mendapatkan data ketersediaan air , pergerakan air dalam tanah, dan drainase tanah
Tanaman tebu dengan varietas yang campur-campur dalam satu areal pertanaman
Akibat kebiasaan meleps hewan ternak, mempunyai potensi merusak tanaman tebu
Tanah hitam liat tinggi relatif lebih baik untuk tebu daripada tanah merah karena lebih tahan kering
Malang, 20 September 2012 Kepala Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
Ir. Mastur, MSi. Ph.D. NIP. 19631206 198903 1 001
6