KEMAMPUAN MAHASISWA TARJAMAH DALAM MENERJEMAHKAN NAMA DIRI (Studi Kasus Mahasiswa Tarjamah Semester VI Angkatan Tahun 2005/2006)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.s)
Oleh: MUNAWAROH NIM: 104024000840
JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008
1
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Juni 2008
Munawaroh
2
ABSTRAK Munawaroh HM KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MENERJEMAKAN NAMA DIRI (Studi Kasus Mahasiswa Tarjamah Semester VI Angkatan Tahun 2005-2006) Nama diri/ism ‘ alam merupakan nama yang merujuk pada objek tertentu yang meliputi nama orang, nama kota, nama negara, nama benda, dan nama peristiwa sejarah (Newmark). Nama diri diawali oleh huruf kapital yang menjadi salah satu ciri dari nama diri tersebut. Hal yang sering dialami oleh mahasiswa adalah keliru dalam penamaan atau kata biasa, seperti kata ‘primadona’ atau ‘presiden’. Kata ‘primadona’ bukanlah nama diri melainkan kata biasa, sedangkan kata ‘presiden’ bukan juga nama diri melainkan kata biasa. Kata ‘presiden’dapat dikatakan nama diri jika telah bergabung dengan nama orang. Seperti: Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Jadi jelas rujukannya, sedangkan presiden itu banyak. Penulis ingin mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa Tarjamah semester VI dalam menerjemahkan nama diri dan faktor-faktor apa yang mempengaruhinya. Alat penghimpun data Penelitian ini adalah angket/kuesioner dan wawancara dengan dosen terkait dan beberapa mahasiswa Tarjamah VI. Di dalam menerjemahkan nama diri dapat menggunakan tiga metode, yaitu, transliterasi, transkipsi, dan penyerapan. Ketiga cara ini dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan teks yang diterjemahkan. Secara umum kemampuan mahasiswa dalam menerjemah nama diri belum mampu dan masih di bawah rata-rata. Namun, jika menerjemahkan nama diri yang menggunakan metode transliterasi mayoritas mahasiswa telah mampu menerjemahkannya. Namun, jika menerjemahkan nama diri yang menggunakan penyerapan mahasiswa belum mampu menerjemahkannya dengan benar. Masalah yang responden hadapi saat menerjemahkan mayoritas adalah hal yang terkait dengan ilmu nahwu, karena latar belakang mereka mayoritas dari Madrasah Aliyah (MA) dan mengambil jurusan IPS yang basic ilmu alatnya (nahwu dan sharaf) kurang memadai.
3
KATA PENGANTAR ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮ ﺣﻤﻦ اﻟﺮ ﺣﻴﻢ Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah serta kekuatan kepada Penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Salawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. juga kepada seluruh keluarganya dan para sahabatnya. Hari berganti begitu cepat. Tidak terasa tugas akhir yang selama ini menjadi tanggung jawab besar bagi Penulis telah terlalui. Harapan yang selama ini Penulis tunggu-tunggu pun telah datang. Puas atau tidak, inilah hasil dari tekad dan usaha seorang manusia yang berambisi besar, namun tidak punya kemampuan dan kekuatan untuk menjalani segala cita-cita. Keberhasilan Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini adalah berkat bimbingan, bantuan, dorongan, dan saran-saran dari berbagai pihak. Tanpa partisipasi mereka upaya maksimal Penulis tidak ada artinya. Oleh karena itu, Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Abdul Chair, dekan Fakultas Adab dan Humaniora 2. Bapak Drs. Ikhwan Azizi, MA., selaku ketua jurusan Tarjamah 3. Bapak Ahmad Syaekhuddin, M.Ag., sekretaris jurusan Tarjamah 4. Bapak Dr. Sukron Kamil, MA., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar membimbing Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Para dosen tarjamah yang tak kenal lelah dalam mengajar. Maaf, Penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu. 6. Kepada pimpinan dan karyawan perpustakaan UIN Jakarta, perpustakaan UI Depok, perpustakaan Iman Jama’ yang telah memberikan fasilitas kepada Penulis untuk mengadakan studi kepustakaan. 7. Kepada orang tua Penulis, ayahanda (alm) H. Mugeni, semoga beliau di tempatkan yang layak di sisi-Nya, ibunda Hj. Rosmana yang telah sabar mendidik anak-anaknya, dan ibunda Rusni yang selalu memberi nasehat mengenai arti kehidupan yang sebenarnya.
4
8. Untuk adik-adiku tersayang, Yoh, Yah, Zis, dan untuk kakak-kakakku yang selalu memberikan motivasi dan dorongan baik moril maupun materil. Teruntuk semua keponakanku, Ne, Ganteng, Fa, Za, terima kasih atas canda tawanya yang selalu menghibur Penulis. 9. Teman-teman angkatan tahun 2004, Mun, Na, Put, Wan, Mi, Bi, Ti, Cil. Untuk teman kosanku, mba Fay, Mis, dan ragil Mah, terima kasih atas doa dan spiritnya. Semoga amal kebaikan yang diberikan mendapat balasan dari Allah. Dan juga semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Jakarta, 20 Juni 2008
Munawaroh
5
DAFTAR ISI ABSTRAK .............................................................................................................. i KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI............................................................................................................ iv PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................ vii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar belakang ........................................................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................... 5 C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6 D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 6 E. Metodologi Penelitian ............................................................................. 6 F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 8
BAB II
TEORI PENERJEMAHAN NAMA DIRI
A. Teori Terjamah........................................................................................ 10 1. Definisi Penerjemahan ...................................................................... 11 2. Cara Menerjemah.............................................................................. 13 3. Tahap-tahap Penerjemahan ............................................................... 15 B. Nama Diri dan Metode Penerjemahannya .............................................. 18 1. Transliterasi....................................................................................... 20 2. Transkipsi.......................................................................................... 25 3. Penyerapan ........................................................................................ 30
6
BAB III PROFIL JURUSAN TARJAMAH A. Visi, Misi, Tujuan, dan Sejarah..................................................................... 33 1. Visi Program Studi.................................................................................. 33 2. Misi program Studi ................................................................................. 33 3. Tujuan Program Studi ............................................................................. 33 4. Sejarah Program Tarjamah ..................................................................... 34 B. Kurikulum Program Studi Tarjamah ............................................................ 35 C. Profil Sumber Daya Manusia........................................................................ 44 D. Profil Mahasiswa ......................................................................................... 52 E. Profil Sarana dan Prasarana .......................................................................... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Kemampuan
Mahasiswa
Tarjamah
Semester
VI
dalam
Menerjemahkan Nama Diri........................................................................... 59 1. Kemampuan Menerjemahkan Secara Umum ......................................... 59 2. Kemampuan Menerjemahkan Nama Diri Berdasarkan teks 1................ 60 3. Kemampuan Menerjemahkan Nam Diri Berdasarkan teks 2.................. 62 4. Kemampuan Menerjemahkan Nama Diri Berdasarkan teks 3................ 63 B. Hal-hal yang Mempengaruhi Kemampuan Mahasiswa Semester VI ........... 65 1. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Mahasiswa Tarjamah dalam Menerjemahkan....................................................................................... 65 7
2. Respon Mahasiswa terhadap Penerjemahan ........................................... 67 3. Faktor Kurikulum.................................................................................... 67 C. Faktor yang Membuat Mahasiswa Lemah dalam Menerjemahkan .............. 68 1. Latar belakang Pendidikan Mahasiswa Tarjamah VI sebelum Kuliah ... 68 2. Pemahaman Mahasiswa terhadap Ilmu Nahwu ...................................... 70 3. Penguasaan Mahasiswa terhadap Teori Tarjamah .................................. 71 4. Kamus yang digunakan Mahasiswa dalam Menerjemahkan Nama Diri 72 5. Pemahaman Mahasiswa terhadap Ilmu Semantik................................... 73 BAB V PENUTUP................................................................................................... 75 KESIMPULAN ....................................................................................................... 75 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 77 LAMPIRAN............................................................................................................. 80
8
PEDOMAN TRANSLITERASI Padanan Aksara Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin: Huruf Arab
Huruf Latin
Keterangan Tidak dilambangkan
ا ب
b
be
ت
t
te
ث
ts
te dan es
ج
j
je
ح
ẖ
h dengan garis bawah
خ
kh
ka dan ha
د
d
de
ذ
dz
de dan zet
ر
r
er
ز
z
zet
س
s
es
ش
sy
es dab ye
9
ص
s
es dengan garis di bawah
ض
ḏ
de dengan garis di bawah
ط
ṯ
te dengan garis di bawah
ظ
ẕ
zet dengan garis di bawah
ع
‘
koma terbalikdi atashadap kanan
غ
gh
ge dan ha
ف
f
ef
ق
q
ki
ك
k
ka
ل
l
el
م
m
em
ن
n
en
و
w
we
ﻩ
h
ha
ء
´
apostrof
ي
y
ye
10
Vokal Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: Tanda Vokal Arab
Tanda vokal latin
Keterangan
−َ
a
fatẖah
− ِ
i
kasrah
− ُ
u
ḏammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
―ي َ
ai
a dan i
―و َ
au
a dan u
Vokal Panjang Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan harakat dan huruf, yaitu: Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
∟ َ
â
a dengan topi di atas
ﺳِﻲ
î
i dengan topi di atas
11
û
ﺳُﻮ
u dengan topi di atas
Kata Sandang Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti dengan huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan addîwân. Syaddah (Tasydîd) Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda ( -َ ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata اﻟﻀﺮورة tidak ditulis aḏ-ḏarûrah melainkan al-ḏarûrah, demikian seterusnya. Ta Marbûṯah Contoh: No.
Kata Arab
Alih Aksara
1
ﻃﺮﻳﻘﺔ
ṯarîqah
2
اﻟﺠﺎﻣﻌﺔ اﻹﺳﻼﻣﻴﺔ
al-jâmi’ah al-islâmiyyah
3
وﺣﺪة اﻟﻮﺟﻮد
waẖdat al-wujûd
12
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penerjemahan
merupakan
proses
memindahkan
makna
yang
telah
diungkapkan dalam bahasa yang satu (bahasa sumber) menjadi ekuivalen yang sedekat-dekatnya dan sewajarnya dalam bahasa yang lain (bahasa sasaran).1 Definisi ini menjadi tolak ukur bagi seorang penerjemah yang handal untuk dapat menerjemahkan semua bidang ilmu, baik itu bidang keagamaan, sosial, politik, ekonomi, dan cabang ilmu yang lainnya. Di dalam menerjemahkan sering sekali para penerjemah menemukan kesulitan-kesulitan dalam pengalihan bahasa. Salah satu kesulitan dalam menerjemahkan
yaitu
nama
diri,
yang
sering
kali
keliru
dalam
menerjemahkannya. Nama diri itu mencakup semua jenis nama, baik nama orang, nama negara, nama tempat, dan nama-nama yang lainnya. Contoh: Newton
ﻧﻴﻮ ﺗﻦ
Jepang ﺑﺎن
اﻟﻴﺎ
Kebun Raya
اﻟﺤﺪﻳﻘﺔ اﻟﻜﺒﺮى
Hal ini pernah dialami oleh seorang tokoh penerjemah hadis yang masih bingung dalam menerjemahkan nama diri yaitu Prof. Dr. M.M Azami. Seperti
1
A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, (Kanisius: Yogyakarta, 1989), h. 13.
13
apa yang tulis dalam mukaddimah buku Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya.
ﺣﻤﻴﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﻴﺪة ﺑﻦ ﻋﻤﺎرة Menurutnya, dalam bahasa Arab, nama itu dapat dibaca dengan sekurangkurangnya 12 versi, sebagai berikut: Hamid bin 'Abidah bin 'Imarah, Hamid bin 'Abidah bin 'Umarah, Hamid bin'Abidah bin 'Ammarah, Hamid bin 'Ubaidah bin 'Imarah, Hamid bin 'Ubaidah bin 'Umarah, Hamid bin 'Ubaidah bin 'Ammarah, Humaid bin 'Ubaidah bin 'Imarah, Humaid bin 'Ubaidah bin 'Umarah, Humaid bin 'Ubaidah bin 'Ammarah, Humaid bin 'Abidah bin 'Imarah, Humaid bin 'Abidah bin 'Umarah, Humaid bin 'Abidah bin Ammarah. Secara gramatikal 12 versi di atas dibenarkan, tetapi karena masalahnya menyangkut nama seseorang, tentu hal itu tidak dapat diterapkan semua nama seseorang, tentu satu versi saja. Dari sinilah timbul kesulitan dalam menentukan versi mana sebenarnya yang menjadi nama seseorang tersebut.2 Hal yang sama juga pernah dialami oleh Moh. Mansyur dan Kustiwan dalam buku Pedoman bagi Penerjemah, bahwa transliterasi nama dari bahasa Ajam ke bahasa Arab merupakan hal yang susah-susah gampang. Dikatakan susah, kalau harus mengikuti nama aslinya, karena nama itu harus akurat. Dikatakan gampang melihat kenyataan akhir, nama itu disesuaikan dengan bahasa sasaran. Berdasarkan pengalaman Penulis kesulitan menerjemah nama diri juga pernah terjadi pada mahasiswa tarjamah semester VII. Seperti
2
اﻟﺴﻌﻮدﻳﺔ
M.M. Azami, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, (Ciputat: Pustaka Firdaus, 1989), h. 3.
14
"اﻟﻌﺮﺑﻴﺔSaudi
Arabia". Terjemahan itu masih dalam bentuk Arab, belum
diterjemahkan, yang benar dalam bahasa Indonesia adalah "Arab Saudi". Selain
kasus
di
atas
pernah
mengalihbahasakan nama diri, seperti
juga
ﺟﻴﻨﺘﺎو
terjadi
kesalahan
dalam
mahasiswa menerjemahkannya
"Jintaw", seharusnya terjemahan yang benar adalah "Jun Tao". Dalam menerjemahkan nama diri belum ada ketentuan pedoman yang akurat. Seperti nama ‘Monet’ dalam kamus Munjid tertulis
ﻣﻮﻧﻪ
, seharusnya
huruf akhir kata monet adalah ‘t’, yang biasanya jika ditulis dalam bahasa Arab yaitu ‘‘ ت, tetapi di dalam kamus Munjid ditulis dengan huruf ‘
ﻩ
‘, yang jika
ditransliterasikan menjadi ‘Monah’. Ada beberapa nama diri yang bisa diartikan ke dalam bahasa sasaran, namun itu menimbulkan kesalahan dan ada yang harus diterjemahkan. Misalnya:
ﺟﺮاﺣﺔ اﻟﻘﻠﺐ اﻟﺴﺮﻳﻌﺔ ﻓﻲ ﻣﺴﺘﺸﻔﻰ ﻓﻨﺪق إﻧﺪاﻩ ‘Operasi jantung Bypass di rumah sakit Pondok Indah’3 Jika seorang penerjemah memaknai kata
ﻓﻨﺪق
dengan 'hotel', maka akan
terjadi kejanggalan dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena operasi pada umumnya dilakukan di rumah sakit. Masjid At-Ta'awun
3
ﻣﺴﺠﺪ اﻟﺘﻌﺎون
Alo Indonesia, Juli 2004, h. 54.
15
Jika At-Ta'awun diterjemahkan tolong menolong, maka konsepnya menjadi berbeda dan itu bukan termasuk nama diri. Sedangkan ini termasuk nama sebuah masjid yang berada di puncak. Selain itu, ada pula nama diri yang harus diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran, seperti nama tempat hiburan
" ﻋﺎﻟﻢ اﻟﺨﻴﺎلDunia Fantasi". Namun ada
juga nama tempat yang selintas mirip dengan bahasa Arab (dapat diterjemahkan), seperti اﻟﺮﺣﻤﺔ
"ﺟﺒﻞJabal Rahmah". Jika dalam bahasa Arab kata ﺟﺒﻞdiartikan
"Gunung" dan kata
اﻟﺮﺣﻤﺔdiartikan "kasih sayang", itu menjadi salah arti.
Contoh nama diri yang sama penulisan arabnya sama, namun berbeda jika diindonesiakan Young Yong
( ﻳﻮ ﻧﻎpenyair, penulis, dan seniman Inggris) ﻳﻮ ﻧﻎ
(tokoh orientalis Belanda yang hidup pada tahun
1832-1890) 4
Jung ﻧﻎ
( ﻳﻮtokoh psikologi )
Masalah di atas menuntut seorang penerjemah untuk lebih teliti dan cermat dalam melihat teks. Di samping itu juga penerjemah harus memiliki wawasan yang luas dan melihat kriteria buku yang akan diterjemahkannya. Penerjemah dapat juga menggunakan alat bantu berupa kamus, melalui internet atau alat bantu lainnya.
4
Dar el-Machreq Sarl, Munjid Fil Lughah Wal A‘lam, (Lebanon: Riad el-Solh Byrouth, 2002), h. 628.
16
Mayoritas penerjemah itu lulusan dari jurusan Tarjamah, tetapi tidak menutup kemungkinan banyak juga dari jurusan yang lain, asalkan dapat menguasai bahasa sumber (BSu) dan bahasa sasaran (BSa). Setiap jurusan mempunyai program dan tujuan masing-masing, sehingga memiliki keterampilan dalam bidang yang digelutinya. Namun jurusan Tarjamah bertujuan menghasilkan sarjana Muslim yang memilki keterampilan professional di bidang penerjemahan dan kemampuan akademis dibidang bahasa yang dijiwai oleh ajaran-ajaran dengan nilai Islam dan keindonesian.5 Untuk
itu
penulis
akan
membahas
skripsi
ini
dengan
judul
“KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MENERJEMAHKAN NAMA DIRI (Studi Kasus Mahasiswa Tarjamah Semester VI Angkatan Tahun 2005-2006)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Dalam pembahasan skripsi ini penulis akan membatasi dan merumuskan penelitian mengenai kemampuan menerjemahkan nama diri dengan studi kasus mahasiswa tarjamah semester VI. Dalam hal ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah mahasiswa Tarjamah semester VI umumnya mampu menerjemahkan nama diri? 2. Faktor apa yang membuat mahasiswa Tarjamah semester VI mampu/sulit dalam menerjemahkan nama diri?
5
Pedoman Akademik Fakultas Adab dan Humaniora Tahun 2005/2006 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 41.
17
C. Tujuan Penelitian Adapun penelitian yang penulis lakukan mempunyai dua tujuan, yaitu: 1.Untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan mahasiswa Tarjamah semester VI dalam
menerjemahkan nama diri
2.Untuk mengetahui faktor apa saja yang membuat mahasiswa Tarjamah semester VI sulit dalam menerjemahkan nama diri
D. Tinjauan Pustaka Nama diri salah satu tema yang masih jarang dibahas oleh kalangan mahasiswa maupun para sastrawan. Pada saat ini di jurusan tarjamah baru satu orang yang meneliti nama diri yaitu, pada tahun 2006 yang bernama Syamsudin dengan judul skripsi Penerjemahan nama diri (Studi Analisis Nama Diri pada majalah Alo Indonesia dan Akhbar Jami'ah). Namun penulis di sini akan meneliti seberapa jauh kemampuan mahasiswa dalam menerjemahkan nama diri. Tentunya dengan tidak menggunakan metode yang sama, yang Penulis gunakan yaitu metodologi yang berbeda. Penulis merujuk pada beberapa buku tentang terjemahan, salah satunya buku Panduan Terjemahan karya Drs. Mansyur dan Kustiwan, S.Ag.
E. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian lapangan yang bersifat kuantitatif dengan metode deskriptif eksploratif. Metode penelitian tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang terkait dengan permasalahan ini untuk menemukan kaidah penulisan yang benar dan tepat.
18
Penulis melakukan pencarian data dari buku-buku, kamus, dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini. Di samping itu, penulis juga akan melakukan wawancara dengan para pakar penerjemahan yang menguasai perihal nama diri dan menyebarkan angket pada mahasiswa jurusan tarjamah, untuk mengetahui hasil yang lebih maksimal dan memuaskan. Penulis akan melakukan kajian pustaka (library reseach) dan penelitian lapangan (field research). Secara teknis, penulisan ini didasarkan pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang berlaku dilingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh Center of Quality Development and Assurance (CeQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Populasi dan Sampel 1.Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Tarjamah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2.Sampel Mengingat terbatasnya populasi yang ada maka data akan diambil dengan menggunakan sampel. Adapun tekhnik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah "purposive", yaitu suatu tekhnik pengambilan sampel yang dilakukuan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 12 mahasiswa. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan mahasiswa tarjamah VI dalam menerjemahkan nama diri dapat dilihat dari survei. Data diperoleh dari hasil angket yang Penulis sebarkan di Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Tarjamah
19
semester VI pada tanggal 5 Juni 2008. Setelah melakukan proses pengumpulan data. Kemudian data tersebut diedit kembali agar memudahkan dalam pengolahan data, lalu data tersebut Penulis sajikan dalam bentuk tabel. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan mengenai kemampuan dan pengetahuan dalam mengetahui dan menerjemahkan nama diri. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Penulis akan memaparkan hasil kuesioner/angket yang telah diisi oleh responden (mahasiswa tarjamah VI). Dalam hal ini Penulis memberikan nilai kepada mahasiswa pada angket jawaban atau penerjemahan dengan nilai A, B, C, D. A: 80 - 100 B: 68 - 79 C: 56 - 67 D: 45 – 55
F. Sistematika Penulisan Agar penulisan dapat terarah dan sistematis, langkah yang penulis tempuh sebagai berikut: BAB I adalah bab Pendahuluan. Di dalam bab ini dibahas latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II adalah Kerangka teori. Bab ini menjadi landasan teori pada analisis di bab berikutnya dan bab ini mencakup bab teori penerjemahan, yaitu cara menerjemah dan metode penerjemahan nama.
20
BAB III adalah profil.di dalam bab ini membahas tentang profil tarjamah mulai dari mahasiswa sampai sarana dan prasarana. Bab ini merupakan alat ukur dalam selanjutnya. BAB IV adalah hasil penelitian. Di dalam bab ini menganalisis data Nama Diri dari angket yang telah disebarkan. Bab ini merupakan hasil dari keseluruhan bab yang telah disebutkan di atas. BAB V: Penutup yang berisi kesimpulan.
21
BAB II TEORI PENERJEMAHAN NAMA DIRI
A. Teori Terjemah Penerjemahan merupakan proses, cara, atau perbuatan penerjemahan (mengalihbahasakan).6 Penerjemahan dapat berupa lisan (interpreting) atau tulisan (translating). Penerjemahan lisan dilakukan secara langsung atau spontanitas dalam menerjemahkannya. Penerjemah disini berfungsi sebagai mediator antara bahasa sumber (pembicara) ke bahasa sasaran (pendengar). Penerjemahan lisan biasanya digunakan untuk hal bisnis, dikarenakan kedua pembisnis tidak mengerti bahasa lawan bicaranya. Jika penerjemahan secara tulisan membutuhkan teori penerjemahan. Teori tersebut berkedudukan sebagai mediator antara penulis dan pembaca.7 Penerjemahan
tulisan
membutuhkan
waktu
cukup
lama
dalam
menerjemahkannya. Hal tersebut dikarenakan penerjemahan harus menggunakan teori-teori penerjemahan dan biasanya penerjemahan berupa buku atau sebuah artikel. Kegiatan penerjemahan dan kejurubahasaan memiliki skup yang luas dengan tujuan yang sangat beragam yang bukan hanya membutuhkan pengetahuan kebahasaan yang tinggi, namun juga melibatkan seluruh aspek komunikasi,
6
Peter Salim, dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 2002), edisi ke-3 h. 1602. 7 Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek), (Bandung: Humaniora, 2005), cet. ke-1 h. 15.
22
seperti: pengetahuan, budaya, gaya termasuk dialek, kepercayaan, ideologi, kelas masyarakat, jenis kelamin, suku, bangsa, dan lain-lainnya.8 Selain itu penerjemahan juga merupakan kegiatan komunikasi yang kompleks dengan melibatkan a) penulis yang menyampaikan gagasan dalam bahasa sumber, b) penerjemah mereproduksi gagasan tersebut di dalam bahasa penerima, c) pembaca yang memahami gagasan melalui penerjemahan, dan d) amanat atau gagasan yang menjadi fokus perhatian ketiga pihak tersebut.9 Terjemahan yang baik ialah yang benar, jelas, dan wajar.10 Benar artinya makna yang terdapat dalam terjemahan adalah sama dengan makna pada bahasa sumber. Jelas berarti terjemahan itu mudah dipahami oleh pembaca. Adapun wajar berarti bahasa dan gaya terjemahan itu tidak seperti terjemahan. Namun tidak keluar dari jalur bahasa sumber atau tidak mengurangi pesan yang terkandung dalam teks asli. Menerjemahkan memang lumayan sulit, karena harus mentransfer ide pikiran penulis, gaya bahasa penulis, dan karakter tulisannya. Oleh karena itu, penerjemah harus mengenal betul karakter penulis buku yang akan diterjemahkan. 1. Definisi penerjemahan Definisi penerjemahan memiliki banyak pandangan dari para tokoh, di antaranya sebagai berikut: 1. Eugene A. Nida dan Charles R. Taber dalam buku mereka The Theory and Practice of Translation.
8
Rahmat Effendi P., Cara Mudah Menulis dan Menerjemahkan, terjemahan dari English For Translating and Interpreting Study, (Jakarta: Yayasan Bina Edukasi dan Konsultasi Hapsa et Sudia, 2004), cet. ke-1 h. 23. 9 Syihabuddin, Penerjemah Arab Indonesia, h. 10. 10 Ibid., h. 17.
23
Translating consists in reproducing in the receptor language the closest natural equivalentof the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style. Menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan kembali di dalam bahasa penerima barang yang secara sedekat-dekatnya dan sewajarnya sepadan dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama-tama menyangkut maknanya dan kedua menyangkut gayanya.11 2. Catford (Translation is) the replacement of textual material in one language by equivalent textual material in another language. (Catford, 1965:20) Penerjemahan adalah penggantian materi tekstual dalam suatu bahasa dengan materi tekstual yang padan dalam bahasa lain.12 3. Moeliono (1989: 195) Moeliono berpandangan bahwa pada hakikatnya penerjemahan itu merupakan kegiatan mereproduksi amanat atau pesan bahasa sumber dengan padanan yang paling dekat dan wajar di dalam bahasa penerima, baik dilihat dari segi arti maupun gaya.13 4. Pinhhuck (1977: 38)
11
11.
A.Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), cet. ke-2 h.
12
Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasa Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 11. 13 Syihabuddin, Penerjemah Arab Indonesia, h. 10.
24
“Translation is a process of finding a TL equivalent for an SL untterance”. Dalam bahasa Indonesia dikatakan bahwa, “Penerjemahan adalah proses penemuan padanan ujaran bahasa sumber di dalam bahasa sasaran.”14
5. Newmark (1988) Rendering the meaning of a text into another language in the way that the author intended the text (menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksudkan pengarang).15 Dari kelima tokoh tersebut di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa penerjemahan merupakan pengalihan bahasa dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Dengan menggunakan padanan yang tepat dan selaras dalam menerjemahkannya.
2. Cara Menerjemah Ada dua cara menerjemah: Pertama Æ penerjemah melihat kata perkata dari bahasa asal dan maksud yang terkandung di dalamnya, lalu ia mengalihkan bahasa itu ke dalam bahasa kedua dengan memperhatikan maksud-maksud yang tertuang dalam bahasa asal, lalu ia tulis kata-kata itu. Kemudian ia melihat kata-kata selanjutnya sehingga sampai pada untaian kalimat yang ingin diterjemahkan. Cara ini disebut aliran terjemah harfiyah.16
14
Suryawinata dan Hariyanto, Translation, h. 13. Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 5. 16 Solihin Bunyamin Ahmad, Metode Granada Sistem 8 Jam Bisa Menerjemah Alquran, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), h. 22. 15
25
Pemungutan konsep baru yang terjadi dalam menerjemahkan suatu teks dengan penerjemahan kata demi kata, sehingga bentuk terjemahan itu memperoleh arti (makna) baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Salah satu akibat proses perubahan makna yang terjadi adalah adanya satuan leksikal kuno dan satuan leksikal usang. Satuan leksikal kuno kehilangan acuannya yang berada di luar masa kini, sedangkan satuan leksikal yang usang menurun frekuensinya karena konotasi yang dimilikinya. Kadang-kadang satuan leksikal yang kuno atau usang digunakan kembali dengan makna baru. Kata kuno adalah satuan leksikal (kata, frase, bentuk jamak) yang a) kehilangan acuannya di luar bahasa, b) mempunyai konotasi masa yang silang, c) berasal dari leksikon bahasa taraf sebelumnya, atau d) masih dapat dikenali secara tepat ataupun secara kurang tepat oleh penutur bahasa yang bersangkutan. Contoh: Ancala 'gunung', balian 'dukun', baginda 'yang bahagia', graha 'rumah'. Kata usang adalah satuan leksikon yang sarat dengan konotasi. Contoh: babu 'pembantu rumah tangga(wanita)', pelacur 'tuna susila', serdadu 'prajurit'.17 Sebenarnya terjemahan harfiyah dalam pengertian urut-urutan kata dan cakupan makna persis seperti bahasa sumber tidak mungkin dilakukan, karena masing-masing bahasa (BSu dan BSa) selalu mempunyai ciri khas sendiri dalam urut-urutan kata, adakalanya masing-masing ungkapan mengandung nuansa sendiri-sendiri.18 KeduaÆ penerjemah melihat redaksi bahasa asal sampai memahami maknanya, kemudian ia ungkapkan dalam bahasa lain (bahasa sasaran) dengan redaksi yang
17
Fatimah Djajasudarma, Semantik 2 Pemahaman ilmu makna, (Bandung: Refika Aditama 1999), h.75. 18 Ismail Lubis, Falsafati terjemahan Alquran Departemen Agama Edisi 1990, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya 2001), h. 61.
26
sama baik kata perkatanya memiliki kesamaan arti atau tidak. Cara ini disebut aliran terjemah maknawiyah atau terjemah bebas.19 Contoh perbandingan antara dua aliran terjemah tersebut:
1.
آﻴﻒ ﺣﺎﻟﻚ
Terjemahan harfiyah, "Bagaimana kabarmu?" Terjemahan maknawiyah, "Apa kabar?"
2.
ﻻ اﻟﻪ اﻻ اﷲ
terjemahan harfiyah, "tidak ada tuhan selain Allah" terjemahan maknawiyah, "yang berhak disembah hanya Allah"
3.
ﺟﺎؤواﻋﻠﻰ ﺑﻜﺮة أﺑﻴﻬﻢ
Terjemahan harfiyah, "mereka datang di atas unta betina bapak mereka" Terjemahan maknawiyah, "mereka datang semuanya tanpa kecuali".20
3. Tahap-tahap Penerjemahan
19
Solihin Bunyamin Ahmad, Metode Granada, h. 22.
20
Solihin Bunyamin Ahmad, Metode Granada, h. 23.
27
Tahap atau proses penerjemahan adalah urutan aktifitas yang dimaksudkan untuk menuangkan proses berpikir yang dilakukan penerjemah pada saat menerjemahkan. Dr. Ronald H. Bathgate, dalam karangannya yang berjudul “A Survey of Translation Theory” mengemukakan tujuh tahap dari proses penerjemahan:
1. Penjajagan (Tuning) Pada tahap awal ini penerjemah menyelaraskan antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Maksudnya penerjemah mengetahui bahasa siapa yang akan diterjemahkan, bahasa seorang pujanggakah, seorang noveliskah, seorang ahli hukumkah, seorang penulis iklankah, dan sebagainya. Sebuah puisi harus menjadi sebuah puisi bukan artikel. Sebuah sanjak harus menjadi sebuah sanjak bukan prosa. Pada tahap ini penerjemah harus dapat menentukan sikap atau pendekatan mental yang tepat, harus dapat membayangkan pilihan kata atau susunan frase dan kalimat yang selaras. 2. Penguraian (Analysis) Tiap-tiap kalimat dalam bahasa sumber diuraikan ke dalam satuan-satuan berupa kata-kata atau frase. Kemudian penerjemah menentukan hubungan sintaksis antara berbagai unsur kalimat itu. Pada tahap ini penerjemah sudah dapat melihat hubungan antara unsur-unsur dalam bagian teks yang akan diterjemahkan dan mulai berpikir untuk menciptakan konsistensi dalam terjemahannya. 3. Pemahaman (understanding)
28
Pada bagian ini penerjemah harus dapat menangkap gagasan utama tiap paragraf (alinea) dan ide-ide pendukung dan pengembangnya. Ia harus dapat menangkap hubungan gagasan satu sama lain dalam tiap paragraf dan antar paragraf. Dalam hal ini penerjemah hendaknya satu bidang ilmu dengan pengarang, sehingga penerjemah dapat mengetahui konteks naskah yang akan diterjemahkan. Namun, janganlah seorang penerjemah menjadi pengarang sendiri, meskipun sebidang ilmu dengan pengarangnya.
4. Peristilahan (Terminology) Setelah pemahaman isi dan bentuk dalam bahasa sumber, penerjemah kemudian berpikir tentang pengungkapannya dalam bahasa sasaran. Terutama dalam mencari istilah-istilah, ungkapan-ungkapan dalam bahasa sasaran yang tepat dan selaras. Kata-kata, ungkapan-ungkapan atau istilah-istilah yang digunakan jangan sampai menyesatkan pembaca. Oleh karena itu, sebagaimana yang telah Penulis kutip di atas, harus satu bidang ilmu. Jika penerjemah masih kesulitan, hendaknya berkonsultasi langsung pada para ahli bidang tersebut. 5. Perakitan (Restructuring) Pada tahap ini penerjemah mulai menyusun kata, frase, kalimat, dan paragraf. Model bahasa sumber harus selaras dengan bahasa sasaran .jika bahasa sumber bercorak naturalis, maka bahasa sasaran juga harus bersifat naturalis. 6. Pengecekan (Checking) Tulisan yang bagus adalah tulisan yang berkali-kali dibaca dan diedit. Demikian juga sebuah penerjemahan jangan merasa puas dengan hasil pertama.
29
Akan tetapi harus diperiksa tanda bacanya dan kalimat yang belum sepadan, sehingga menjadi kalimat yang efektif. 7. Pembicaraan (Discussion) Untuk mengakhiri proses penerjemahan ialah penerjemah mendiskusikan hasil terjemahannya, baik menyangkut isi maupun menyangkut bahasanya.21 Namun, menurut MacArthur, 1992:1052. Dia memandang bahwa tahapan penerjemahan dapat dibagi menjadi tiga.22 1. Receptive Phase Æ merujuk pada usaha menangkap idea tau pikiran dalam bahasa asal. 2. Code-Switcing Æ mencari padanan dalam bahasa sasaran 3. Productive Phase Æ hasil penyalinan ide tersebut diungkapkan sesuai dengan norma atau aturan dalam bahasa sasaran. Metode Penerjemahan ada delapan yaitu: Penerjemahan kata demi kata (Word for word translation), Penerjemahan harfiah (Literal translation), Penerjemahan setia (Faithful translation), Penerjemahan semantik (Semantic translation), Saduran (Adaptation), Penerjemahan bebas (Free transaltion), Penerjemahan
idiomatik
(Idiomatic
translation),Penerjemahan
komunikasi
(Communicative translation.)23
B. Nama Diri dan Metode Penerjemahannya
21
Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, h. 15-18. Muh. Arif Rokhman, Penerjemahan Teks Inggris: Teori dan Latihan, (Yogyakarta: Pyramid Publisher, 2006), h.10. 23 Lihat “Teori dan permasalahan Penerjemahan”, Diktat yang ditulis oleh moch. Syarif Hidayatullah untuk jurusan Tarjamah fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007, h. 14-17. 22
30
Nama diri (proper name, proper noun) merupakan nama orang, tempat, dan benda tertentu (dipertentangkan dengan kata jenis).24 Nama diri digunakan sebagai kata sapaan atau panggilan.25 Dengan kata lain nama diri yaitu, tanda pengenal yang membedakan suatu objek atau individu dari objek atau individu sejenis.26 Namun, nama diri menurut Newmark (1988: 214) yaitu yang meliputi nama orang, nama merk dagang (produk), nama negara, nama kota, ditambah nama peristiwa sejarah. Berbeda dengan pendapat Lapoliwa (1992: 52), menurutnya nama diri adalah tanda pengenal yang membedakan suatu objek atau individu dari objek atau individu yang sejenis.27 Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa nama diri merupakan nama orang, tempat, benda, nama merk dagang, nama negara, kota, dan peristiwa sejarah. Misalnya:
ﻧﺠﻴﺐ ﻣﺤﻔﻮظ
Najib Mahfudz28
ﻗﺎ ل اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ
‘Nabi29 Saw. bersabda’
‘ ﻏﺰوة اﻟﺒﺪرPerang Badar’ ‘ اﻟﻮﻻ ﻳﺎ ت اﻷﻣﺮآﻴﺔ اﻟﻤﺘﺤﺪةAmerika Serikat’
24
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia, 1993), cet. ke-3 h. 144.
25
Fatimah Djajasudarma, Semantik 2 Pemahaman Ilmu Makna, (Bandung: Refika, 1999),
Cet. ke-2 h .47. 26
Departemen Pendidikan dan Keudayaan, Siaran Pembinaan Bahasa Indonesia di RRI
1991/1992, (Jakarta: T.pn., 1994), h. 28. 27
Ibid., h. 5.
28
Fikri, “Zuqaq Al-Midaq Karya Terbesar Najib Mahfudz”, Alo Indonesia, November
2006, h. 24. 29
Kata ‘Nabi’ menyimpan nama Muhammad, maka ditulis dengan awal kapital.
31
وﻳﻠﻼ
‘Wella’ (nama produk)
ﺑﺴﺘﺎن اﻟﺤﻴﻮان
‘Kebun Binatang’
Metode Penerjemahan Nama Diri Ada tiga macam penerjemahan nama diri: 1. Transliterasi Transliterasi dimaksudkan sebagai pengalihan huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain.30
‘ ﻓﺨﺮاﻟﺪﻳﻦFakhr al-Dîn’ (transliterasi) ‘Fakhrud Din’ (transkipsi) Pedoman transliterasi ini dapat membantu umat Islam dalam membaca Alquran, karena tidak semua orang Islam dapat membaca huruf Arab. Pembakuan pedoman transliterasi Arab-Latin disusun dengan prinsip sebagai berikut: Sejalan dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Huruf Arab yang belum ada padanannya dalam huruf Latin dicarikan padanannya dengan cara member tambahan tanda diakritik,31 dengan dasar “satu fonem satu lambang”. Pedoman transliterasi ini diperuntukkan bagi masyarakat umum.32
30
Tim Puslitbang Lektur Keagamaan, Pedoman Transliterasi Arab-Latin, (Jakarta:
Proyek Pengkajian dan Pengembangan Lektur Pendidikan Agama, 2003), cet. Ke-5 h. 3. 31
Tanda yang diletakkan di atas atau di sebelah huruf untuk menunjukkan pengucapan,
aksen, dan sebagainya (dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer). 32
Tim Puslitbang Lektur Keagamaan, Pedoman Transliterasi, h. 3.
32
Hal-hal yang dirumuskan secara konkrit dalam pedoman transliterasi ArabLatin meliputi: 1. Konsonan 2. Vokal 3. Maddah 4. Ta Marbûṯoh 5. Syaddah (Tasydid) 6. Kata Sandang 7. Hamzah 8. Penulisan Kata 9. Huruf kapital 10. Tajwid33 Sistem Transliterasi Arab-Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P dan K RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 Tertanggal 22 Januari 198834 1. Konsonan Tunggal Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Keterangan
أ
Alif
-
tidak dilambangkan
ب
bā’
B
-
33
Ibid., h. 3.
34
Kep. Mendikbud No. 0543a Th.1987, Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan,
(Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2007), cet. Ke-3 h. 105-108.
33
ت
tā’
T
-
ث
ṡā’
ṡ
s dengan titik di atasnya
ج
Jim
J
-
ح
ḥā’
ḥ
h dengan titik di bawahnya
خ
khā’
Kh
-
د
dāl
D
-
ذ
Żāl
Ż
z dengan titik di atasnya
ر
rā’
R
-
ز
Zai
Z
-
س
Sіn
S
-
ش
syin
Sy
-
ص
ṣād
ṣ
s dengan titik di bawahnya
ض
ḍād
ḍ
d dengan titik di bawahnya
ط
ṭa´
ṭ
t dengan titik di bawahnya
ظ
ẓa’
ẓ
z dengan titik di bawahnya
ع
‘ain
‘
koma terbalik
34
غ
gain
G
-
ف
fā’
F
-
ق
qāf
Q
-
ك
kāf
K
-
ل
Lām
L
-
م
mіm
M
-
ن
nūn
N
-
و
wāwu
W
-
ﻩ
hā’
H
-
ء
hamzah
׳
Apostrof, tetapi lambang ini tidak dipergunakan untuk hamzah di awal kalimat
ي
yā’
Y
-
2. Konsonan Rangkap Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap.
اﺣﻤﺪﻳﺔditulis
Ahmadiyah
3. Ta’ marbutah di akhir kata 35
a. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.
ﺟﻤﺎ ﻋﺔ
ditulis jamā‘ah
b. Bila dihidupkan ditulis t
آﺮاﻣﺔ اﻷوﻟﻴﺎءditulis karāmatul-auliyā’ 4. Vokal Pendek Fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan dammah ditulis u. 5. Vokal Panjang A panjang ditulis a, i panjang ditulis i, dan u panjang ditulis u, masingmasing dengan tanda hubung (-) di atasnya. 6. Vokal Rangkap Fathah + yā’ tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai, dan fathah + wāwu mati ditulis au. 7. Vokal-vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof (‘)
أأﻧﺘﻢditulis a’antum ﻣﺆﻧﺚditulis mu’annaṡ 8. Kata Sandang Alif + Lām a. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al-
اﻟﻘﺮانditulis Al-Qura’ān
36
b. Bila diikuti huruf syamsiyyah, huruf I diganti dengan huruf syamsiyyah yang mengikutinya.
اﻟﺸﻴﻌﺔditulis asy-Syi‘ah 9. Huruf Besar Penulisan haruf
besar disesuaikan dengan EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan) 10. Kata dalam Rangkaian Frasa atau kalimat a. Ditulis kata per kata atau b. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut.
ﺷﻴﺦ اﻹﺳﻼمditulis Syaikh al-Islām atau Syaikhul-Islām
2. Transkipsi Transkipsi merupakan pengalihan bunyi ke bentuk tertulis (harus percis seperti yang diucapkan). Pengubahan teks dari suatu ejaan ke ejaan yang lain, dengan tujuan menyarankan lafal bunyi unsur bahasa yang bersangkutan, disebut transkipsi.35
‘ ﺿﻼل ﻣﺒﻴﻦdhalal mubin’ (transkipsi) ‘dhalāl mubīn’ (transliterasi)
35
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Pedoman Umum Pembentukan Istilah, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1975) h. 25.
37
Transkipsi huruf Arab ke latin (Rafik: 2005) yang sudah dimodifikasi oleh Zulkarnaen36 Huruf Arab
Nama
Simbol
أ
Alif
tidak dilambangkan
ب
Ba
B
ت
Ta
T
ث
Tsa
Θ
ج
Jim
J
ح
Ha
H
خ
Kha
Kh
د
Dal
D
ذ
Żal
Δ
ر
Ra
R
ز
Za
Z
س
Sin
S
36
Zulkarnaen, “Penerjemahan Nama Diri Analisis Transliterasi, Transkipsi, dan Penyerapan Nama diri Arab-Indonesia,” (Skripsi SI fakultas Sastra program studi Sastra Arab, Universitas Al Azhar Indonesia, 2007, h. 30.
38
ش
Syin
ص
Shad
Sh
ض
Dad
Dh
ط
Tha
Th
ظ
Zha
Zh
ع
‘ain
‘
غ
Gain
Gh
ف
Fa
F
ق
Qaf
Q
ك
Kaf
K
ل
Lam
L
م
Mim
M
ن
Nun
N
و
Waw
W
ﻩ
Ha
H
ء
hamzah
39
ي
Ya
Y
Ejaan fonetik termasuk dalam transkipsi. Fonetik dalam bahasa Inggris phonetics, kata sifatnya phonetic, kata sifat Indonesia “fonetis”, berbeda dari “fonetik” sebagai kata benda) adalah penyelidikan bunyi-bunyi bahasa, tanpa memperhatikan fungsinya untuk membedakan makna.37 Namun menurut Trubetzkoy (1962:11-12) menjelaskan bahwa fonetik merupakan studi bunyi bahasa yang berkenaan dengan peristiwa bahasa, murni studi fenomenalistik terhadap bahasa tanpa mempertimbangkan fungsi. Titik tolak fonetik adalah konkret, yaitu bahasa manusia.38 Fonetik ada tiga jenis: a. Fonetik akustis menyelidiki bunyi bahasa menurut aspek-aspek fisisnya sebagai getaran udara. Apabila memetik gitar misalnya, maka tali gitar (senar) akan bergetar, sehingga menyebabkan udara bergetar pula, dan terjadilah bunyi yang dapat didengar. Demikian pula halnya dengan bunyi bahasa yang dihasilkan dengan alat-alat bicara. Untuk fonetik akustis dalam penyelidikan spesialistis perlu peralatan elektronis yang rumit, jadi pemyelidikan tersebut dapat dikerjakan hanya dalam laboratorium fonetis.39 b. Fonetik auditoris adalah penyelidikan mengenai cara penerimaan bunyi-bunyi bahasa oleh telinga. Fonetik auditoris tidak banyak dikerjakan dalam
37
J.W.M. Verhaar, Pengantar Linguistik, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
1995), cet. ke-20 h. 12. 38
Kushartanti, dkk., Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik, (Jakarta:
Gramedia pustaka Utama, 2005) , h. 45. 39
Verhaar, Pengantar Linguistik, h. 12.
40
hubungan dengan linguistik, buku-buku standar mengenai linguistikjuga sedikit sekali menguraikan mengenai fonetik auditoris itu, dan keahlian yang dituntut sebenarnya adalah keahliandalam ilmu kedokteran.40 c. Fonetik organis menyelidiki bagaimana bunyi-bunyi bahasa dihasilkan dengan alat-alat (organ) bicara (organ of speech).41 Penutur
---------
Pendengar
Alat-alat
getaran-getaran udara
telinga dan sistem
bicara
yang dihasilkan
neorologisnya
FONETIK
FONETIK
FONETIK
ORGANIS
AKUSTIK
AUDITORIS
Tujuan dari transkipsi fonetis adalah untuk mencatat setepat mungkin semua ciri dari pada ucapan atau seperakit ucapan yang dapat didengar dan dikenal oleh penulis di dalam arus ujar. Makin tinggi kemahiran penyelidik itu makin dekatlah transkipsinya
kepada
kenyataan
fonetis,
tetapi
tidak
akan
mencapai
kesempurnaan42 karena bagaimanapun bunyi hanya sesuatu yang kedengaran atau dapat didengar.43 Ahli ilmu bunyi yang paling baikpun tidak dapat membedakan semua bunyi secara obyektif.44 Tidak ada dua orang pendengar, betapapun tinggi kecakapannya di dalam ilmu yang dapat menghasilkan transkipsi yang sama benar tentang bahasa yang sama.45 40
Ibid., h. 12.
41
Ibid., h. 12.
42
Samsuri, Analisa Bahasa: Memahami Bahasa Secara Ilmiah, (Jakarta: Erlangga,
1980), cet. ke-2 h. 124. 43
W.J.S. Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982)
cet.ke-6 h. 169 44
Samsuri, Analisa Bahasa, h. 124
45
Ibid., h. 124.
41
3. Penyerapan Metode penerjemahan nama diri juga dapat berupa unsur penyerapan. Kata serapan yang ditulis disesuaikan dengan kaidah bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia atau sebaliknya. Kata penyerapan dalam KBBI adalah a) proses, cara, perbuatan menyerap (mengisap melalui liang-liang kecil). b) proses penerimaan energi sinar matahari oleh zat-zat tertentu dan diubah menjadi energi lain. c) peristiwa penyerapan suatu unsur ke dalam unsur lain sehingga bercampur atau menggantikan unsur yang lama.46 Dari ketiga definisi dalam KBBI yang paling tepat menurut Penulis adalah yang ketiga, karena dalam hal ini definisi itulah yang paling tepat. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah metode penyerapan dengan modifikasi, yaitu menyerap dengan memperhatikan struktur kaidah antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Dalam kenyataan dan perkembangannya bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain,47 baik dari bahasa daerah atau bahasa asing seperti, bahasa Sansekerta, bahasa Latin, bahasa Arab, bahasa Belanda dan bahasa yang lainnya. Kapan pengambilan kata-kata itu mulai terjadi, sulit ditentukan waktunya dengan pasti. Yang dapat ditentukan hanyalah, pengambilan mulai terjadi pada 46
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), h. 824. 47
Syamsudin, “Penerjemahan Nama Diri Studi Analisis Nama Diri pada Majalah Alo
Indonesia dan Buletin Akhbār al-Jami‘ah,”(Skripsi SI Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006), h. 36.
42
jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan
waktu terjadi hubungan penutur bahasa sumber dengan penutur bahasa Indonesia.48 Menentukan kata serapan dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab tidak dapat dihitung jumlahnya, karena pastinya akan berbeda pendapat jika ada tiga orang peneliti kata serapan. Misalnya kata briefing dan sholat. Dari contoh di atas ada yang mengatakan bahwa kedua kata tersebut bukan kata dari bahasa Indonesia. Sebaliknya, ada yang mengatakan bahwa kedua kata tersebut merupakan bagian dari bahasa Indonesia, karena kedua kata itu diketahui maknanya dan sering didengar dalam percakapan yang menggunakan bahasa Indonesia dan sering dijumpai dalam media massa. Malahan mungkin banyak orang Indonesia yang berbahasa Indonesia, bukan hanya mendengar atau membaca kedua kata tersebut, melainkan mengucapkan dan menuliskannya. Jadi kedua kata itu memang benar-benar ada dalam kalimat bahasa Indonesia, ada di antara kata-kata bahasa Indonesia. Untuk pendapat yang ketiga, yang juga lebih tepat menurut Penulis yaitu, sesuai dengan definisi penyerapan yang Penulis telah paparkan di atas. Yaitu, pendapat yang mengatkan bahwa kedua kata tersebut belum menjadi kata bahasa Indonesia, karena wujudnya belum disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Misalnya: brifing dan salat49 Jadi, kata serapan bahasa Indonesia ialah semua kata asing yang terdapat dalam kalimat bahasa Indonesia yang sudah diketahui maknanya dan sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
48
Sudarno, Kata Serapan dari Bahasa Arab, (Jakarta: Arikha Media Cipta, 1992), cet. ke-
2 h. 16. 49
Sudarno, Kata Serapan, h. 10.
43
Contoh: Bahasa Asing
Bahasa Indonesia
Management
Manajemen
Shoping Centre
Syoping Senter50
50
Ibid., h. 11.
44
BAB III PROFIL JURUSAN TARJAMAH A. Visi, Misi, Tujuan, dan Sejarah 1. Visi Program Studi Sesuai dengan visi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta, maka visi Prodi Tarjamah adalah membangun Prodi Tarjamah sebagai lembaga pendidikan tinggi berbasis riset dan agama terdepan dalam bidang penerjemahan dan kebahasaan 2. Misi Program Studi Berdasarkan visi tersebut, maka misi Prodi Tarjamah adalah sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas dalam bidang kebahasaan dan penerjemahan 2. Menyelenggarakan penelitian dalam bidang bahasa dan penerjemahan bagi kepentingan akademik dan masyaraat 3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat dalam bidang bahasa dan penerjemahan 4. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi 3. Tujuan Program Studi Mengacu kepada visi dan misi Prodi Tarjamah mempunyai tujuan sebagai berikut: Menghasilkan sarjana yang memiliki keterampilan professional di bidang penerjemahan dan kemampuan akademik di bidang bahasa, yang dijiwai oleh ajaran-ajaran dan nilai-nilai Keislaman dan Keindonesiaan Dengan keahlian tersebut mereka dimungkinkan bekerja di bidang pendidikan tinggi, penerjemahan, penyuntingan, editing, perkamusan, kepariwisataan, administrasi perkantoran, dan diplomasi.
45
4. Sejarah Program Studi Melihat besarnya peran penerjemahan dalam
perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan kebutuhan masyarakat untuk memahami wacana berbahasa Arab pada era global ini, pada tahun akademik 1997/1998 Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta membuka Prodi Tarjamah. Dengan memperhatikan sumberdaya manusia dan sarana yang dimiliki, pada tahun akademik tersebut Prodi Tarjamah hanya menerima 1 (satu) kelas. Sambil menjalankan kegiatan perkuliahan, Prodi Tarjamah terus berbenah diri dengan merekrut tenaga-tenaga pengajar yang profesional dalam bidangnya melalui kerja sama dengan prodi Bahasa dan Sastra Arab UIN Jakarta, dan mengembangkan kurikulum yang dipedomani. Tentu saja pembenahan tersebut diikuti dengan penyediaan sarana dan prasarana yang banyak mendukung, seperti laboratorium bahasa dan multi media lainnya. Setelah resmi mendapatkan izin operasional dari Departemen Agama RI melalui surat nomor SK Dirjen Binbaga No. E/48/1999 tanggal 29 Februari1999, animo masyarakat terhadap Prodi ini tampak bersifat fluktuasif. Hingga tahun akademik 2005/2006, mahasiswa yang tercatat aktive belajar di Prodi Penerjemahan berjumlah tidak kurang dari 176 orang. Perkembangan mahasiswa diikuti juga oleh perkembangan dosen meskipun tidak begitu pesat. Hingga saat ini Prodi Tarjamah didukung oleh dosen tetap yang berkualitas dengan tingkat pendidikan S2 (8 orang) dan S3 (2 orang), juga tenaga pengajar (calon dosen) S2/1 orang. Dari sisi kepangkatan dan jabatan terdapat 1 (satu) Guru Besar, 2 (dua) lektor kepala, dan 7 (tujuh) lektor, serta 1 (satu) tenaga pengajar. Prodi Tarjamah dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris Prodi. Sejak berdiri tahun akademik 1997/1998 ketua Prodi diamanatkan kepada Drs. H. Ade Asnawi, MA. dengan Drs. Abdullah, M.Ag. sebagai sekretaris Prodi. Pada tahun akademik yang sama, Drs. H. Ade Asnawi, M.A. meninggalkan posisi ketua Prodi, karena tugas belajar di Maroko. Untuk mengisi kekosongan Drs. H. A. Syatibi, M.Ag. ditunjuk sebagai ketua Prodi Tarjamah. Karena kesibukan beliau berhikmat dalam bidang lain, pada tahun akademik 1999/2000, Drs. H. A. Syatibi juga mengundurkan diri dari jabatannya sebagai ketua Prodi. Sebagai penggantinya, Senat Fakultas Adab dan Humaniora menetapkan Drs. Abdullah,
46
M.Ag. sebagai ketua Prodi baru dan Drs. Ikhwan Azizi, MA sebagai sekretaris Prodi menggantikan posisi yang ditinggalklan oleh Drs. Abdullah, M.Ag.. Dengan berakhirnya masa jabatan ketua dan sekretaris Prodi, maka pada tahun akademik 2004-2005 melalui Senat Fakultas Adab dan Humaniora Drs. Abdullah, M.Ag. dan Drs. Ikhwan Azizi, MA. dikukuhkan kembali masing-masing sebagai ketua dan sekretaris Prodi.51 B. KURIKULUM PROGRAM STUDI TARJAMAH Kurikulum, pada hakikatnya disusun untuk mencapai tujuan lembaga yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, idealnya setiap lembaga yang memiliki tujuan tertentu, memilki kurikulum yang khas. Sejak berdiri tahun 1997-1998, jurusan Tarjamah telah merevisi kurikulum sebanyaj 2 kali, yaitu pada tahun akademik 1999/2000 dan tahun akademik 2002/2003. Revisi tersebut dilakukan, di samping sebagai penyesuaian terhadap kurikulum nasional yang berbasis kompetensi juga dalam rangka mengantisipasi dan mengakomodir tuntutan perkembangan zaman. Secara lengkap kurikulum dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Rancangan dan Isi Kurikulum52 No. 1.
Nama Mata
Beban
Kuliah
SKS
Qawai’id I
2
Tujuan Latihan
diorientasikan
pada
upaya
pembekalan terhadap mahasiswa mengenai struktur kalimat Arab sederhana, termasuk fungsi kata dalam kalimat, sehingga mereka mampu memahami teks dan terbantu dalam kegiatan penerjemahan. 2.
Qawa’id II
2
Latihan
diorientasikan
pada
upaya
pembekalan terhadap mahasiswa mengenai struktur kalimat Arab perluasan, termasuk
51
Profil Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 52 Studi Kelayakan Program Studi Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
47
fungsi kata dalam kalimat, sehingga mereka mampu memahami teks dan terbantu dalam kegiatan penerjemahan. 3.
Qawa’id III
2
Latihan
diorientasikan
pada
upaya
pembekalan terhadap mahasiswa mengenai struktur kalimat Arab kompleks, termasuk fungsi kata dalam kalimat, sehingga mereka mampu memahami teks dan terbantu dalam kegiatan penerjemahan. 4.
Qawa’id IV
2
Latihan
diorientasikan
pada
upaya
pembekalan terhadap mahasiswa mengenai pola-pola kalimat khas bahasa Arab sehingga mereka mampu memahami teks dan terbantu dalam kegiatan penerjemahan. 5.
Qawa’id
4
Latihan
diorientasikan
pada
upaya
pembekalan terhadap mahasiswa dengan asal-usul, perubahan bentuk dan makna kata, sehingga mereka terbantu dalam memahami teks-teks Arab. 6.
Muthala’ah I
4
Latihan menelaah berbagai jenis teks dengan dasar-dasar ilmu bahasa dengan tujuan agar mahasiswa
mempunyai
pengetahuan
tentang
dasar-dasar
wacana
untuk
menganalisis sintaksis teks. 7.
Muthala’ah II
4
Latihan menelaah berbagai jenis teks dengan dasar-dasar ilmu bahasa dengan tujuan agar mahasiswa
mempunyai
pengetahuan
tentang
dasar-dasar
wacana
untuk
menganalisis semantik teks. 8.
Insya’I
4
Mata kuliah ini diorientasikan pada upaya pembekalan terhadap mahasiswa –melalui latihan intensif- dengan berbagai pola dan
48
model ungkapan bahasa Arab, agar mereka mampu menyusun kalimat-kalimat Arab yang baik dan benar tentang hal-hal yang biasanya harus diterjemahkan oleh seorang penerjemah. 9.
Insya’ II
4
Mata kuliah ini diorientasikan pada upaya pembekalan terhadap mahasiswa –melalui latihan intensif- dengan penggunaan kata yang tepat dan struktur kalimat yang baku, agar
mereka
berbagai
mampu
hal
dan
mendeskripsikan peristiwa
yang
berhubungan dengan kehidupan beragama, sosial, politik, dan ekonomi, sehingga pada gilirannya mereka mampu menerjemahkan berbagai wacana (Arab>
Ta’br Syawafi I
2
Mengajarkan kemahiran berbahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari. Ragam resmi lisan diutamakan, membahas sesuatu
di
dalam situasi resmi, berargumentasi tentang masalah
dalam
Pengajaran
kehidupan
menggunakan
sehari-hari. pendekatan
komunikatif, dilaksanakan secara intensif. 11.
Ta’br Syafawi II
2
Mengajrkan
kemahiran
berbahasa
Arab
dalam kehidupan sehari-hari. Ragam resmi lisan diutamakan, membahahas sesuatu di dalam situasi resmi, berargumentasi tentang masalah Pengajaran
dalam
kehidupan
menggunakan
sehari-hari. pendekatan
komunikatif, dilaksanakan secara intensif. 12.
Ta’br Syafawi III
2
Mengajarkan kemahiran berbahasa Arab ragam administrative. Ragam resmi lisan
49
diutamakan membahas segi sosial budaya Arab mengginakan bahasa Arab dalam situasi
resmi.
Pengajaran
menggunakan
pendekatan komunikatif, dilaksanakan secara intensif. 14.
Komposisi
2
Mata kuliah ini diorientasikan pada upaya pembekalan terhadap mahasiswa mengenai karya tulis yang mencakup tema, topik, paragraf, struktur karya tulis, bentuk-bentuk karya tulis, agar mereka terampil dalam membuat tulisan.
15.
Logika
dan
2
Bahasa
Mata juliah ini mengajarkan tata cara berpikir yang tereprentasikan dalam bahasa, yang pada gilirannya mahasiswa memiliki penalaran yang logis dalam melakukan penerjemahan.
16.
Morfo-Sintaksis
4
Mata kuliah ini menyajikan permasalahan kebahasaan yang berkaitan dengan konsepkonsep dasar linguistik (sintaksis), prinsip teori sintaksis fungsional, dan satuan-satuan lingual pembentuk satuan lingual yang lebih luas
(konstituen
frase
dan
konstituen
kuliah
ini
diberikan
kalimat). 17.
Semantik I
2
Dalam
mata
pengetahuan dasar tentang tata hubungan makna, komponen makna serta perubahan makna yang terjadi dalam bahasa Arab. 18.
Semantik II
2
Dalam mata kuliah ini dijelaskan dan diberikan latihan analisis semantik formal dan referensial dalam bahasa Arab, serta hubungan semantik dan tata bahasa. Selain itu
diberikan
50
pula
pengetahuan
dasar
mengenai wacana. 19.
Peristilahan I
2
Dalam kuliah ini diberikan teori dasar peristilahan dan latihan membuat kartu istilah.
20.
Peristilahan II
2
Di samping itu, kuliah ini memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam cara kerja praktik penyusunan kamus dwibahasa (Arab-Indonesia).
21.
Sosiolingustik
2
Mata kuliah ini diorientasikan pada upaya pembekalan mahasiswa dengan konsepkonsep sosiolinguistik dengan mengacu pada contoh
situasi
mahasiswa
kebahasaan.
memahami
Diharapkan
masalah-masalah
kebahasaa, khususnya yang berkaitan dengan pemekaiannya dalam masyarakat. 22.
Sejarah Sastra I
2
Mata kuliah ini berisi garis besar sejarah sastra Arab. Penekanan diberikan kepada periode sejarah sastra Arab dan karakteristik masing-masing, tokoh-tokoh dan karyakarya yang mencirikan karakteristik tokoh dan periode.
23.
Sejarah Sastra II
2
Mata kuliah ini berisi garis besar sejarah sastra
Indonesia.
Penekanan
diberikan
kepada periode sejarah sastra Arab dan karakteristik masing-masing, tokoh-tokoh dan
karya-karya
yang
mencirikan
karakteristik tokoh dan periode. 24.
Telaah Sastra
2
Mata kuliah ini memberikan pengenalan teks sastra Arab yang penekanan-nya diberikan pada
struktur
kalimat
dengan
tujuan
mahasiswa mempunyai wawasan tentang struktur bahasa sastra yang cenderung
51
berubah
wujud
dan
terkesan
tidak
bersesuaian dengan konvensi gramarikal. 25.
Kritik Sastra
2
Mata
kuliah
ini
membahas
tentang
perkembangan kritik sastra pada umumnya, kritik sastra Arab khususnya. Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa selain mempunyai wawasan
yang
luas,
juga
mempunyai
pengetahuan yang mendalam tentang kritik sastra,
khususnya
tentang
pendekatan
intrinsik (aspek kebahasaan). 26.
Balaghah I
2
Mata kuliah ini mengajarkan berbagai gaya yang menyangkut kalam khabar (kalimat berita) dan kalam insya’ (kalimat bukan berita), yang pada gilirannya merupakan bekal mahasiswa dalam mengeluti kegiatan penerjemahan berbagai tema.
27.
Balaghah II
2
Mata kuliah ini mengajarkan berbagai ragam bahasa dan gaya bahasa dalam bahasa Arab, yang pada gilirannya merupakan bekal mahasiswa
dalam
menggeluti
kegiatan
penerjemahan, khususnya tema kesusastraan. 28.
Balaghah III
2
Dalam mata kuliah ini terdapat cita ras bahasa dalam bahasa Arab dan hal-hal yang terkait dengannya, yang dilatihkan kepada mahasiswa
sehingga
mereka
memiliki
kepekaan bahasa yang berpengaruh secara signifikan dalam kegiatan penerjemahan yang bertema kesusastraan. 29.
Stilistika
2
Mata kuliah ini diorientasikan pada upaya pembekalan terhadap mahasiswa mengenai idiom atau pribahasa, ragam bahasa dan gaya bahasa dalam bahasa Indonesia, agar mereka
52
terampil memanfaatkannya dalam kegiatan penerjemahan. 30.
Teori Terjemah
2
Dalam mata kuliah ini diberikan prinsipprinsip
terjemah,
hakekat
proses
penerjemahan, dan jenis-jenis terjemah. 31.
32.
Permasalahan
2
Dalam
mata
kuliah
ini
diperkenalkan
Penerjemahan
berbagai hambatan dalam penerjemahan dan
Arab>
kiat penerjemahan.
Penerjemahan I
2
Dalam mata kuliah ini diberikan latihan menerjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia dan teks yang diterjemahkan bertopik
keagamaan
dan
berstruktur
sederhana. 33.
Penerjemahan II
2
Dalam mata kuliah ini diberikan latihan menerjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Inonesia
dan
teks
bertopik
politik,
yang
sosial,
diterjemahkan ekonomi,
dan
berstruktur komplek. 34.
Penerjemahan III
2
Dalam mata kuliah ini diberikan latihan menerjemahkan dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab teks-teks naratif, deskriptif, dan argumentatif.
35.
Penerjemahan IV
2
Dalam mata kuliah ini diberikan latihan menerjemahkan
dokumen-dokumen
akademik yang dipandang relevan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan calon lulusan di masa depan. Latihan menerjemah difokuskan
pada
berbahasa
Indonesia
undangan,
surat
rekomendasi,
surat
dokumen-dokumen mengenai
surat
permohonan,
surat
keterangan,
STTB, transkip nilai dan sebagainya.
53
SKKB,
36.
Penerjemahan V
2
Dalam mata kuliah ini diberikan latihan menerjemahkan
dokumen-dokumen
non-
akademik yang dipandang relevan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan calon lulusan di masa depan. Latihan menerjemah difokuskan
pada
dokumen-dokumen
berbahasa
Indonesia
mengenai
surat
lamaran, akte-akte, surat perjanjian, surat nikah,
paspor,
angket,
daftar-daftar
isian/formulir, biodata, dan lain sebagainya. 37.
Penerjemahan VI
2
Dalam mata kuliah ini diberikan latihan secara
intensif
menerjemahkan
secara
spontan ungkapan atau ide-ide berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dengan gaya bahasa dan istilah-istilah yang biasa dipergunakan dalam komunikasi. 38.
Dasar-dasar
2
Mata kuliah ini mengajarkan surat-menyurat
Korespondensi
resmi dalam bahasa Arab baik pemahaman
Arab
surat-surat dalam bahasa Arab, maupun praktik pembuatan surat dalam bahasa Arab.
39.
Pranata sosial I
2
Mata kuliah ini membahas perkembangan pranata
sosial
budaya
Arab
dan
perubahannya yang terjadi dalam rentang waktu sejarah masyarakat Arab. 40.
Pranata Sosial II
2
Mata kuliah ini membahas perkembangan pranata sosial politik dan ekonomi Arab dan perubahannya yang terjadi dalam rentang waktu sejarah masyarakat Indonesia.
41.
Metodologi Penelitian I
2
Mata kuliah ini mengajarkan konsep-konsep, proses dan metodologi penelitian, khususnya bidang linguistik dan penerjemahan, yang pada gilirannya mereka mampu membuat
54
rancangan penelitian dengan menganalisis beberapa prilaku bahasa dan karya-karya penerjemahan. 42.
Seminar
2
Penelitian II
Dalam mata kuliah ini terdapat kajian linguistik
dan
mendapatkan
penerjemahan topik-topik
yang
untuk bisa
dikembangkan menjadi rencana skripsi. 43.
Seminar
Pra-
2
Skripsi
Mahasiswa sebaiknya menentukan topik skripsi dan mempersiapkan rencana skripsi (berkonsultasi
dengan
Pembimbing
Akademik) setelah ia selesai mengumpulkan SKS
sebanyak
120
SKS.
Ia
harus
mempertahankan rencana skripsi di muka kelas, di hadapan penguji dan mahasiswa lain. Jika ia berhasil mempertahankannya, ia dinyatakan lulus dan mendapat 2 SKS serta diizinkan menulis skripsi. 44.
Skripsi
6
Skripsi harus selesai sebelum masa studi mahasiswa berakhir. Setelah isinya disetujui oleh pembimbing, skripsi dapat diajukan ke meja
panitia
ujian
munaqasah
dipertahankan di hadapan panitia ujian.
BAGAN BEBAN PROGRAM STUIDI TARJAMAH (144 sks + 6 sks) SKRIPSI (6 sks) KOMPETENSI LAIN (10 SKS) KOMPETENSI PENDUKUNG (9 SKS)
55
untuk
KOMPETENSI UTAMA KETERAMPILAN KEILMUAN BAHASA
BAHASA
(45 SKS)
(20 SKS)
PENERJEMAHAN (33 SKS)
KOMPETENSI DASAR (27 SKS)
Seperti terlihat dalam bagan, mahaiswa Program Studi Tarjamah harus mengumpulkan 144 SKS; dari Kompetensi Utama Keterampilan Bahasa 45 SKS, Kompetensi Utama Keilmuan Bahasa 20 SKS, Kompetensi Utama Penerjemahan 33 SKS, Kompetensi Pendukung 9 SKS, Kompetensi Lain 10 SKS, dan Kompetensi Dasar 27 SKS,. Terakhir mereka harus menulis skripsi 6 SKS. C. PROFIL SUMBERDAYA MANUSIA Profil Sumber Daya Manusia yang akan dipaparkan di sini adalah profil pimpinan, Guru Besar, Tenaga Pengajar, Tenaga Administrasi dan Penunjang pustakawan. Meskipun sering dikatakan bahwa Program Studi, termasuk Program Studi Tarjamah, sering ujung tombak pelaksanaan kegiatan akademik, tetapi Program Studi bersifat fungsional dan nuansa Fakultas terasa lebih menonjol. Oleh karena itu, pemegang jabatan tertinggi dalam pengelolaan Program Studi Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora adalah Dekan. Dalam masalah-madalah administrasi dan pengawasan, Dekan dibantu oleh para pembantunya, yaitu
56
Pembantu Dekan, Kepala Bagian Tata Usaha, Pimpinan Program Studi dan staff yang terdiri dari tenaga akademik, keuangan dan kepegawaian, dan umum. Dalam peiode kepemimpinan sekarang ini, mulai dari Dekan dan Pembantu Dekan, Pimpinan Program Studi, sampai Kepala Bagian dan Kepala Subbagian, sebagian besar adalah lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sendiri, baik program sarjana maupun program pascasarjana. Pimpinan, Guru Besar dan tenaga dan tenaga pengajar di Program Studi Tarjamah mempunyai latar belakang pendidikan yang relative beragam, meskipun sebagian besar berasal dari perguruan tinggi sama, yaitu UIN Syarif Hidaytullah Jakarta.Pada jajaran pimpinan, kecuali Dekan yang menyandang gelar Doctor (S3), semuanya menyandang gelar Magister (S-2). Demikian juga pada tingkat Program Studi Tarjamah, pejabatnya menyandang gelar Magister (S-2). Untuk tenaga akademik Program Studi Tarjamah saat ini mempunyai dosen tetap 10 orang, termasuk Guru Besar sebanyak 1 (satu) orang), dengan kualifikasi jenjang pendidikan strata-2 sebanyak 8 (delapan) orang, strata-3 sebanyak 2 (dua) orang, lulusan perguruan tinggi dalam negari dan luar negeri. Sedangkan jumlah dosen tidak tetap sebanyak 8 (delpan) orang. Dengan jumlah mahasiswa aktif 179 orang, perbandingan antara dosen tetap dan mahasiswa adalah 1:17. Pada tahuntahun mendatang diharapkan rasio perbandingan ini akan terus diupayakan agar mencapai rasio ideal, yaitu dosen tetap: mahasiswa = 1: 25. Untuk tenaga adminsitrasi saat ini berjumlah 26 orang dengan kualifikasi pendidikan S2/4 orang, S1/7 orang, D3/1 orang, SLTA/6 orang, di samping teknisi S1/1 orang, laboran S1/1 orang, pustakawan S2/1orang dan D3/1 orang, dan pramukantor SLTA/3 orang dan SD/1 orang, serta pramusaji SLTA/1 orang. Sementara itu Program Studi Tarjamah baru mempunyai tenaga pustakawan 3 orang dengan latar belakang pendidikan S2 1 (satu) orang, D3 1 (satu) orang, dan SLTA 1 (satu) orang. Adapun tenaga laboran/tehnisi berjumlah 2 orang. Kepala Laboratorium bahasa 1 (satu) orang dengan kualifikasi pendidikan S1 1 (satu) orang. Sedangkan tehnisinya berjumlah 1 orang dengan latar belakang pendidikan S1 Tehnik Informatika 1 (satu) orang.
57
Data selengkapnya tentang profil pimpinan, guru besar, tenaga pengajar, tenaga administasi dan pustakawan dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut ini: 1. PIMPINAN a. Fakultas NNo.
Jabatan
Nama/NIP
Pendidikan
(1)
(2)
(3)
(4)
1.
Prof. Dr. H. Badri Yatim, MA
Dekan
NIP. 150231354
Pembantu
2
Dekan
Bidang
Akademik
SL SKI FA IAIN Jakarta S-2 SKI IAIN Jakarta S-3 SKI UIN Jakarta
Drs. Sudarnoto Abd. Hakim, MA
SL SKI FA IAIN Jakarta
NIP. 150240083
S-2 McGill Canada
Pembantu 3
Dekan
Bidang Drs. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag.
Administrasi
NIP. 1502278833
SL SKI FA IAIN Jakarta S-2 SKI IAIN Jakarta
Umum Pembantu
4
Dekan
Bidang
Kemahasiswaan 5
Kabag TU
Drs. H.M. Muslih Idris, LC, MA NIP. 150228259
SL SKI FA IAIN Jakarta S1 Universitas Al-Azhar S2 UIN Jakarta
Drs. Burhanuddin Yusuf, MM
SL Ushuluddin
NIP. 150203012
S2 Univeritas
b. Program Studi NNO (1)
Jabatan (2)
Nama/NIP
Pendidikan
(3)
(4) SL Sastra Arab FA IAIN
1.
Ketua Prodi
Drs. Abdullah, M.Ag.
JKT
NIP. 150262446
S-2 Bahasa Arab IAIN-SU Medan
58
2
Sekretaris Prodi
Drs. Ikhwan Azizi, MA
SL Sastra Arab FA IAIN
NIP. 150268589
JKT S-2 Bahasa Arab UIN JKT SL Bahasa Arab IAIN
3
Kordinator Kebahasaaraban
Dr. H. Rofi’i
Jakarta S-3 Studi Islam dan Bahasa Arab UIN Jakarta
4
Kordinatr Kebahasaindonesiaa
5
Ketua Akademik
Komite
Dr. Thoyib IM, MA Dra. Darsita S, M.Hum
S1 Linguistik UI Jakarta S2 Linguistik UI Jakarta
2. GURU BESAR Program Studi Tarjamah mempunyai 1 (satu) orang Guru Besar tetap, yaitu H. Ridlo Masduki dengan bidang keahlian Bahasa Arab dan pendidikan SL Sastra Arab FA IAIN Jakarta, S-2 IAIN Jakarta, dan S-3 Studi Islam dan Bahasa Arab UIN Jakarta. 3. TENAGA PENGAJAR Program Studi Tarjamah memiliki dosen tetap yang berkualitas dengan tingkat pendidikan S2 (8 orang) dan S3 (2 orang), juga tenaga pengajar (calon dosen) S2/1 orang. Dari sisi kepangkatan dan jabatan terdapat 1 (satu) Guru Besar, 2 (dua) lektor kepala, dan 6 (enam) lektor, 1 (satu) Assisten Ahli serta 1 (satu) tenaga pengajar. Sedangkan dosen tidak tetap berjumlah 8 (delapan orang) berpendidikan Magister 5 orang dan bergelar doktor 3 (tiga) orang. Perlu diketahui bahwa dosen tidak tetap di sini sesungguhnya kalau dilihat dari tingkat kefakultasan mereka adalah dosen tetap. Hanya saja penempatan mereka pada program studi yang ada di Fakultas Adab dan Humaniora. Dengan jumlah mahasiswa aktif 179 orang, perbandingan antara dosen tetap dan mahasiswa adalah 1:17. Pada tahun-tahun mendatang diharapkan rasio perbandingan ini akan terus diupayakan agar mencapai rasio ideal, yaitu dosen tetap: mahasiswa = 1: 25. 1. Dosen Tetap
59
a. Menurut Jenis Kelamin, Jenjang Pendidikan, dan Jabatan Fungsional Jenis
Jenjang
Kelamin Lk
Pendidikan
Pr
8
Jabatan Fungsional
2
S-
S-
S-
Ass.
Lekto
Lektor
1
2
3
Ahli
r
Kepala
-
8
2
1
6
2
10
Guru Besar 1
10
10
b. Menurut Latar Belakang Almamater
1.
NNo.
NAMA
Perguruan Tinggi
Keahlian
1
2
5
6
Ridlo Masduki (Prof. Dr. H.)
2 3
SL Sastra Arab IAIN Jakarta S-3 Studi Islam dan Bahaa Arab
Ilmu Bahasa Arab
UIN Jakarta
A. Satori Ismail
Sl IAIN SGJ Bandung
(Dr. H)
S-3 Uinv. El-Minya Mesir
Ahmad Syatibi
SL Sastra Arqb IAIN Jakarta
(Drs. ,M.Ag.,)
S-2 UMJ Jakarta
60
Bahasa Arab Bahasa Arab
4 5
6
7
Abdullah
SL Sastra Arab IAIN Jakarta
(Drs., M.Ag.)
S-2 Bahasa Arab IAIN-SU Medan
Ikhwan Azizi
SL Sastra Arab IAIN Jakarta
(Drs., MA)
S-2 Bahasa Arab UIN Jakarta
Darsita S.
S1
(Dra., M.Hum)
Linguistik Univ. Samratulangi
Ahmad
(H., LC, MA)
10
UI
S2
Ilmu Bahasa Indonesia Linguistik Arab
S2 BSA UIN Jakarta
A. Ismakun Ilyas,
9
Indonesia
Bahasa Arab
Saehudin S1 Sastra Arab UIN Jakarta
(H., M.Ag) 8
Sastra
Ilmu Bahasa Arab
S1 Syariah Univ Al-Azhar Mesir S2 B. Arab Univ. Kortum Sudan
Ilmu Kalam
S2 UIN Jakarta
Sukron Kamil,
S1 Sastra Arab IAIN JKT S2 UIN
(S.Ag., M.Ag.)
Jakarta
Karlina Helmanita
S1 Bahsa Sastra Arab IUIN JKT
(M.Ag.)
S2 Pendidikan Islam IAIN SUKA
Bahasa dan Sastra Arab Bahasa dan Sastra Arab
2. Dosen Tidak tetap a. Menurut Jenis Kelamin, Jenjang Pendidikan, dan Jabatan Fungsional Jenis
Jenjang Pendidikan
Jabatan Fungsional
Kelamin Lk
Pr
S-1
S-2
S-3
Ass. Ahli
Lektor
Lektor Kepala
TP
7
1
-
5
3
1
4
2
1
8
8
8
61
4. TENAGA ADMINISTRASI Sistem administrasi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta masih mengembangkan sistem sistem administasi sentralistik. Ini berarti tenaga adminsitrasi Program Studi Tarjamah Tenaga adminsitrasi saat ini berjumlah 26 orang dengan kualifikasi pendidikan S2/4 orang, S1/7 orang, D3/1 orang, SLTA/6 orang, di samping teknisi S1/1 orang, laboran S1/1 orang, pustakawan S2/1orang dan D3/1 orang, dan pramukantor SLTA/3 orang dan SD/1 orang, serta pramusaji SLTA/1 orang. Data selengkapnya disajikan dalam tabel berikut ini: 1. Menurut Jenjang Pendidikan No
Jenis Tenaga Penunjang
1 1 2
2 Kabag TU Kasubag Akademik
Jumlah Orang Menurut Kualifikasi S2
S1
Dipl
SMU
SD
3
4
5
6
7
1
-
-
-
-
1
-
-
-
-
Kasubag Keuangan & 3
Kepagawaian
-
62
1
-
-
4
Kasubag Umum
-
1
-
-
Pengadministrasi 5
Urusan Nilai
-
-
2
-
-
Pengadministrasi
-
Urusan 6
Kemahasiswaan
-
4
1
-
Pengadministrasi 7
Urusan Penelitian
2
1
-
-
Pengadmnistrasi 8
Kepegawaian
-
-
-
1
Pengadministrasi 9
PUMK
-
-
-
2
Pengadministrasi Keuangan
10
-
1
-
-
Pengadministrasi 11
Arsip
-
1
-
-
Pengadministrasi
-
12
Perlengkapan
-
1
-
1
13
Pramu Saji
-
-
-
1
-
14
Pramu Kantor
-
-
-
3
1
TOTAL
4
12
1
8
1
5. PUSTAKAWAN DAN LABORAN Program Studi Tarjamah baru mempunyai tenaga pustakawan 3 orang dengan latar belakang pendidikan S2 1 (satu) orang, D3 1 (satu) orang, dan SLTA 1 (satu) orang. Adapun tenaga laboran/tehnisi berjumlah 2 orang. Kepala Laboratorium bahasa 1 (satu) orang dengan kualifikasi pendidikan S1 1 (satu) orang. Sedangkan tehnisinya berjumlah 1 orang dengan latar belakang pendidikan S1 Tehnik Informatika 1 (satu) orang. D. PROFIL MAHASISWA
63
Mahasiswa Program Studi Tarjamah tahun akademik 1999/2000 berjumlah 45 orang, tahun akademik 2000/2001 berjumlah 49 orang, tahun akademik 2001/2002 berjumlah 42 orang, tahun 2002/2003 berjumlah 40 orang, tahun 2003/2004 berjumlah 37 orang, dan tahun 2004/2005 berjumlah 25 orang. Menurunnya animo masyarakat terhadap Program Studi ini berhubungan secara signifikan dengan lemahnya sosialisasi dan promosi. Strategi promosi dan sosialisasi ditetapkan dengan sasaran bidik yang potensial untuk dikembangkan di Program Studi Tarjamah, misalnya pesantren dan madrasah yang merupakan basis siswa/santri dengan latar belakang bahasa yang relative kuat. Selama mengikuti pendidikan di Program Studi tarjamah mahasiswa diberi kebebasan berorganisasi pada tingkat Universitas, Fakultas dan Program Studi. Melalui organisasi-organisasi menampilkan performent mahasiswa yang memiliki prestasi akademik dan keterampilan dalam bingkai ketaqwaan. Jumlah mahasiswa Program Studi Tarjamah yang tercatat hingga tahun akademik 2004/2005 adalah 170 orang. Data mahasiswa Program Studi disajikan dalam table berikut ini: No.
Tahun Akademik
Juimlah
1.
1999/2000
25
2.
2000/2001
19
3.
2001/2002
41
4.
2002/2003
28
5.
2003/2004
32
6.
2004/2005
25
Total
170
64
E. PROFIL SARANA DAN PRASARANA Selain gedung perkuliahan berlantai tujuh, fasilitas pendidikan yang disediakan oleh Fakultas Adab dan Humaniora yang juga merupakan fasilitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut: 1. Perpusatakaan Fakultas Perpustakaan
fakultas
sebagai
Working
Library
berfungsi
melayani
mahasiswa, dosen, karyawan, dan masyarakat umum dalam menyediakan bahan bacaan yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan pendidikan, penelitian, dan lain-lain yang relevan dengan Fakultas Adab dan Humaniora. 2. Laboratorium Laboratorium yang ada di Fakultas Adab dan Humaniora terdiri atas: laboratorium bahasa, laboratorium/bengkel per-pustakaan, laboratorium sejarah, laboratorium terjemah, home theatre studio (Multimedia studio), dan self access center. Masing-masing laboratorium dipegang oleh seorang penanggungjawab dan berada di bawah satu orang koordinator laboratorium. 3. Sarana Olah Raga Sarana olah raga yang ada di Fakultas Adab dan Humaniora selain yang disediakan oleh pihak UIN Syarif Hidayatullah adalah lapangan tenis meja. 4. Sarana Musik Fakultas Adab dan Humaniora juga memberikan kesempatan kepada mahasiswanya untuk mengembangkan bakat mereka dalam bidang seni musik dengan menyediakan seperangkat alat musik. 5. Fasilitas-Fasilitas Lainnya Sarana dan Prasarana 65
Kondisi
Rasio Jenis
Nama
Ketersediaan Permahasiswa
1
2 1. Tanah
3
Kepemilikan
Rata-rata
(Rusak/t idak
SD
SW
Rusak) 4
300 m2: 219
Total Jam Pergunaan Per Minggu
5
6
7
√
2. Gedung
1 unit: 219
Baik
√
42 jam
3. Ruang Lobi
6 buah: 219
Baik
√
42 jam
4. Ruang BEM
1 buah: 219
Baik
√
41 jam
1 lokal: 219
Baik
√
42 jam
1 buah: 219
Baik
√
42 jam
1 buah: 219
Baik
√
42 jam
8. Ruang Panel
1 buah: 219
Baik
√
168 jam
9. Ruang genset
1 buah: 219
Baik
√
168 jam
10. Ruang
5 buah: 219
Baik
√
168 jam
13 buah: 219
Baik
√
48 jam
12. Ruang sidang
1 buah: 219
Baik
√
28 jam
13. Ruang Dekan
1 buah: 219
Baik
√
48 jam
14. Ruang
3 buah: 219
Baik
√
48 jam
1 buah: 219
Baik
√
48 jam
16. Ruang tamu
2 buah: 219
Baik
√
42 jam
17. Ruang
3 buah: 219
Baik
√
48 jam
Fakultas
Prasarana
5. Ruang BEM Jurusan 6. Ruang Kafe Bahasa 7. Ruang Security
gudang 11. Kamar mandi/toilet
Pembantu Dekan 15. Ruang Kabag TU
66
Kasubag 18. Ruang
5 buah: 219
Baik
√
26 jam
10 buah: 219
Baik
√
26 jam
20. Ruang dapur
5 buah: 219
Baik
√
42 jam
21. Ruang
5 buah: 219
Baik
√
42 jam
22. Ruang kuliah
19 buah: 219
Baik
√
42 jam
23. Ruang teater
2 buah: 219
Baik
√
42 jam
24. Ruang
1 buah: 219
Baik
√
48 jam
25. Ruang Dosen
1 buah: 219
Baik
√
48 jam
26. Ruang self
1 buah: 219
Baik
√
28 jam
1 buah: 219
Baik
√
48 jam
1 buah: 219
Baik
√
26 jam
1 buah: 219
Baik
√
48 jam
1 buah: 219
Baik
√
48 jam
1 buah: 219
Baik
√
10 jam
1 buah: 219
Baik
√
10 jam
1 buah: 219
Baik
√
26 jam
Mushalla 19. Tempat wudhu
cleaning service
perpustakaan
access centre 27. Ruang administrasi 28. Ruang laboratorium multimedia 29. Ruang ketua jurusan
30. Ruang Sekretaris Jurusan 31. Ruang bengkel perpustakaan 32. Ruang munaqasyah 33. Ruang
67
laboratorium computer 34. Lift
2 buah: 219
Baik
√
48 jam
35. Tangga
1 buah:219
Baik
√
48 jam
3 buah: 219
Baik
√
48 jam
2 buah: 219
Baik
√
28 jam
2 buah: 219
Baik
√
28 jam
4 buah: 219
Baik
√
28 jam
1 buah: 219
Baik
√
28 jam
1 buah: 219
Baik
√
28 jam
2 buah: 219
Baik
√
16 jam
1 buah: 219
Baik
√
28 jam
5 buah: 219
Baik
√
28 jam
1. Sofa
4 buah: 219
Baik
√
42 jam
2. Parabola
1 buah: 219
Baik
√
48 jam
3. Faksimili
2 buah: 219
Baik
√
42 jam
4. Alat-alat
1buah: 219
Baik
√
12 jam
1 buah: 219
Baik
√
28 jam
1 buah: 219
Baik
√
16 jam
darurut 36. Tempat parker 37. Lapangan basket 38. Lapangan badminton 39. Lapangan volley 40. Lapangan
Sarana
sepek takrow 41. Lapangan sepak bola 42. Sarana panjat tebing 43. Lapangan tennis meja 44. Jaringan internet
musik (band) 5. Vacum Cleaner 6. Mesin Air Jet
68
Pam 1. Handi Cap
1 buah: 219
Baik
√
16 jam
1 set: 219
Baik
√
28 jam
3. Lap Top
1 buah: 219
Baik
√
16 jam
4. Had Set
20 buah: 219
Baik
√
18 jam
5. Audio
32 buah: 219
Baik
√
28 jam
1 buah: 219
Baik
√
28 jam
7. Wire Les
2 buah: 219
Baik
√
28 jam
8. Kursi Dosen
40 buah: 219
Baik
√
42 jam
9. Komputer
35 buah: 219
Baik
√
36 jam
10. OHP
10 buah: 219
Baik
√
34 jam
11. LCD
2 buah: 219
Baik
√
34 jam
12. Lab
3 buah: 219
Baik
√
34 jam
13. Kursi kuliah
950 buah: 219
Baik
√
42 jam
14. Whiteboard
33 buah: 219
Baik
√
42 jam
15. Meja dosen
40 buah: 219
Baik
√
42 jam
16. Komputer
75 buah: 219
17. DVD
6 buah: 219
Baik
√
28 jam
18. Tape
7 buah: 219
Baik
√
26 jam
1. TV
7 buah: 219
Baik
√
36 jam
2. OHP
10 buah: 219
Baik
√
34 jam
3. LCD
2 buah: 219
Baik
√
34 jam
Sarana /Fasilitas /Peralatan
2. Sound Sistem
Computer 6. With Boart Electrik
34 jam
Recorder
69
BAB IV Analisis Kemampuan Mahasiswa Jurusan Tarjamah Semester VI Fakultas Adab dan Humaniora Dalam Menerjemahkan Nama Diri A. Kemampuan Mahasiswa Tarjamah Semester VI Dalam Menerjemahkan Nama Diri
70
Dari pengalaman mahasiswa, hampir 100% mengatakan bahwa dalam menerjemahkan nama diri mahasiswa merasa kesulitan. Tabel 1 Kesulitan dalam menerjemahkan nama diri No. Pernyataan 16
F
P
Ada yang sulit dalam menerjemahkan nama diri 1
a. Ya
8,3%
0 b. Tidak
11
c. Sedikit
0% 91,6%
Jumlah
12
100%
Dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa sedikit sulit dalam menerjemahkan nama diri yaitu sebanyak 91,6%. Penulis dapat berpandangan bahwa, mahasiswa telah mahir dalam menerjemahkan nama diri. 1. Kemampuan Menerjemah Secara Umum Mahasiswa di dalam menerjemah mayoritas belum mampu, sehingga belum mencapai target rata-rata mahasiswa pada umumnya yang telah menginjak semester VI. Hal ini disebabkan malasnya mahasiswa dalam latihan menerjemahkan, membuka kamus, dan bertanya pada dosen terkait. Mahasiswa biasanya menyerah sebelum berperang, dalam artian belum mencoba tetapi sudah mengatakan tidak bisa. Pada tabel di atas responden mengatakan bahwa, mayoritas mereka telah mahir dalam menerjemahkan nama diri. Namun, jika selain nama diri mereka tidak mampu. Itu berarti mereka hanya dapat
71
menerjemahkan nama diri saja. Kenyataan ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2 Kemampuan Mahasiswa dalam Menerjemah No. Pernyataan 66
F
P
a. Sudah
2
16,6%
b. Belum
1
8,3%
c. Sedikit
9
75%
12
100%
Kemampuan mahasiswa dalam menerjemahkan setelah berada di semester VI
Jumlah
2. Kemampuan Menerjemah Nama Diri berdasarkan teks 1 Dalam teks 1, Penulis memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan nama diri Latin. Penerjemahan ini menggunakan metode penyerapan. 5 dari 12 responden tidak mampu menerjemahkannya. Hal ini tidak sama dengan data yang Penulis dapat dari responden. Responden mengatakan bahwa dirinya telah mampu menerjemahkan nama diri. Namun pada kenyataannya itu nihil. Hal ini terbukti dari terjemahan mahasiswa di bawah ini: - 12 orang mengikuti pelatihan yang diadakan oleh universitas Zil Kanada. - 12 negara telah berhasil dalam lomba.
72
Ada juga mahasiswa yang dapat menerjemah, hanya nama diri saja. Seperti mahasiswa di bawah ini: - 12 orang mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Universitas Mc Gill Kanada. - 12 orang mengikuti pelatiahn yang diadakan oleh Universitas Mc Gill di Kanada. Memang dalam menerjemahkan nama diri itu sangat sulit, jika tidak mengetahui dengan benar penulisannya dalam bahasa Indonesia. Jika nama Arab yang diindonesikan, itu mudah. Namun, jika nama Latin yang kemudian diarabkan, lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia itu sangat rumit, karena rumusnya banyak sekali.53
Tabel 3 Hasil dari jawaban teks 1 No. Pernyataan 23
A. Mampu
F menerjemah
P
secara 2
16,6%
menerjemahkan, 4
33,3%
keseluruhan B. Mampu
hanya nama dirinya saja C. Mampu menerjemahkan, tetapi 1
8,3%
banyak yang salah (nama diri dan struktur) D. Tidak mampu menerjemahkan 5 sama sekali
53
wawancara pribadi dengan Syarif Hidayatullah, Jakarta, 5 Juni 2008.
73
41,6%
Jumlah
12
100%
3. Kemampuan Menerjemah Nama Diri berdasarkan teks 2 Dalam teks 2, Penulis memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan nama diri Latin. Penerjemahan ini menggunakan metode penyerapan. Dari 12 responden 5 responden yang tidak mampu menerjemah, 5 responden mampu menerjemah hanya nama dirinya saja, dan 2 responden mampu menerjemah, tetapi banyak salah (nama diri dan struktur). Jadi hampir 50% dari mahasiswa semester VI belum dapat menerjemahkan. Hal ini merupakan jumlah yang cukup besar
dan memalukan bagi jurusan
tarjamah, karena itu merupakan tuntutan akhir studi dan profesi yang harus dicapai mahasiswa tarjamah.
Dari data yang didapat, Penulis melihat rendahnya
kemampuan mahasiswa dalam menerjemah, khususnya nama diri. Lalu apa yang menjadi realisasi pengalaman yang mahasiswa jalankan? Seperti angket yang ada di tabel 1. Hasil penerjemahan mahasiswa yang belum mampu menerjemah: -
Jera Wacik adalah menteri pariwisata yang memberikan bantuan untuk kemaslahatan umum.
-
Mentri pariwisata adalah Jero Wasik.
Hasil penerjemahan mahasiswa yang mampu menerjemah, tetapi hanya nama dirinya saja: -
Menteri pariwisata, Jero Wacik…….(ga tau nih…..)
-
Menteri pariwisata Jero Wacik memberikan bantuan langsung untuk kemaslahatan pariwisata.
74
Tabel 4 Hasil dari jawaban teks 2 No. Pernyataan 24
F
A. Mampu
menerjemah
secara 0
P 0%
keseluruhan B. Mampu menerjemahkan, hanya 5
41,6%
nama dirinya saja C. Mampu menerjemahkan, tetapi 2
16,6%
banyak yang salah (nama diri dan struktur) D. Tidak
mampu
menerjemahkan 5
41,6%
sama sekali Jumlah
12
100%
4. Kemampuan Menerjemah Nama Diri berdasarkan teks 3 Dalam teks ini banyak responden yang dapat menjawab dengan benar dan tepat sehingga mencapai 50% responden benar dalam menerjemahkan nama diri. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pada teks ini Penulis memberikan nama-nama orang Arab yang sering mahasiswa dengar. Penerjemahan ini menggunakan metode transliterasi yang cara penulisan Indonesianya sesuai dengan tulisan Arab bukan bacaannya (transkipsi). Berbeda dengan teks 1 dan 2 yaitu nama-nama Latin, yang mungkin jarang responden dengar, sehingga hanya berapa persen yang benar. Dalam penulisan nama Latin
75
harus benar. Oleh kerena itu, untuk sering membaca majalah-majalah Arab atau artikel Arab. Hasil penerjemahan mahasiswa yang mampu menerjemahkan nama diri -
Di Negara Arab terdapat seorang ulama terkemuka syaikh Imam Hamdan ibn Abdul Wahab, di sekitar Arab dan sekitarnya, dan di Negara Afganistan juga terdapat seorang ulama terkemuka Jalaludin Al-Afghani yang pokok ajaran utamanya mengajarkan shalat dan di Mesir juga terdapat Syaik Muhammad Abduh yang dakwahnya …..di Mesir dan Syam.
-
Di negeri Arab syekh Imam Muhammad ibn Abdul Wahab untuk berdakwah di pulau arab dan di luar negerinya. Di negeri Afganistan dan Jamaluddin AlAfghani yang pergi dari sebagian…….,dan di Mesir syekh Muhamad Abduh yang memberikan dakwahnya masalah-masalah yang baru di Mesir dan Syam Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 5 Hasil dari jawaban teks 3 No. Pernyataan 25
A. Mampu
F menerjemah
secara 0
P 0%
keseluruhan B. Mampu
menerjemahkan, 6
50%
hanya nama dirinya saja C. Mampu menerjemahkan, tetapi 3 banyak yang salah (nama diri dan struktur)
76
25%
D. Tidak mampu menerjemahkan 3
25%
sama sekali Jumlah
12
100%
Dari data-data di atas Penulis dapat menyimpulkan bahwa mahasiswa telah dapat menerjemahkan nama diri. Namun hanya nama-nama Arab yang menggunakan metode transliterasi, tetapi jika nama diri yang menggunanakan metode penyerapan mahasiswa masih lemah dalam menerjemahkannya.
B.
Hal-hal yang Mempengaruhi Kemampuan Mahasiswa Semester VI 1. Faktor yang mempengaruhi kemampuan mahasiswa Tarjamah dalam menerjemahkan Hal yang menjadi faktor kemampuan mahasiswa adalah dosen, diri sendiri,
kurikulum, dan fasilitas. Mayoritas mahasiswa mengatakan, hal itu merupakan faktor dosen yang telah banyak memberikan kontribusi besar terhadap mahasiswa, seperti memberi tugas-tugas kepada mahasiswa, memberi motivasi agar tetap semangat belajar mata kuliah yang telah ditetapkan oleh jurusan, membangaun keistiqomahan dalam diri mahasiswa agar tetap berada dalam jurusan tarjamah dan sebagainya. Di samping itu juga tugas yang diberikan per individual. Jadi setiap mahasiswa mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri, tidak mengandalkan teman-teman yang pintar yang sudah mampu menerjemahkan dengan benar dan tepat.
77
Ada yang mengatakan bahwa yang menjadi faktor kemampuannya adalah diri sendiri/mahasiswa. Hal ini terjadi, karena sedikit sekali yang berbasic kebahasaan atau boleh jadi karena ketekunan mahasiswa dalam belajar dan selalu latihan menerjemahkan setiap hari, walaupun hanya sebaris yang diterjemahkan, karena proses menerjemahkan butuh kesabaran, keuletan, dan ketelitian agar mendapatkan hasil yang sempurna. Tabel 6 Faktor menerjemahkan No. Pernyataan 77
F
P
Faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam menerjemahkan a. Faktor dosen
6
b. Diri sendiri
3
c. Salah masuk jurusan
0
d. Kurikulum
1
e. Fasilitas
1
Tidak dijawab
1
Jumlah
12
50% 25% 0% 8,3% 8,3% 8,3% 100%
2. Respon mahasiswa terhadap penerjemahan Kemampuan mahasiswa juga dapat terjadi, karena keantusiasan mahasiswa pada mata kuliah penerjemahan. Bagaimanapun kesukaan
78
itu menjadi salah satu faktor kemudahan dalam merealisasikannya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 7 Respon mahasiswa terhadap penerjemahan No. Pernyataan 33
F
P
a. Antusias
6
50%
b. Tidak suka
0
0%
c. Biasa saja
6
Respon mahasiswa terhadap mata kuliah penerjemahan
Jumlah
50%
12
100%
3. Faktor kurikulum Menurut pendapat mahasiswa kurikulum sudah membantu mereka dalam menerjemah, karena dalam kurikulum penerjemahan,mahasiswa mendapat
banyak
pelajaran
yang
belum
dapat
dipendidikan
sebelumnya. Seperti: cara-cara menerjemah, jens-jenis penerjemahan, cara menerjemahkan dokumen akademik, idiom dalam bahasa Arab, dan sebagainya. Dari hasil pengakuan mahasiswa 41,6% kurikulum jurusan masih sedikit membantu. Oleh karena itu, kurikulum harus diperbaiki agar mahasiswa terbantu dengan adanya kurikulum atau 100% mahasiswa mengatakan bahwa kurikulum sudah dapat membantu mahasiswa dalam menerjemah.
79
Tabel 8 Melihat dari kurikulum jurusan yang telah membantu mahasiswa sebagai penerjemah No. Pernyataan 20
F
P
a. Sudah membantu
7
58,3%
b. Belum membantu
0
0%
c. Sedikit membantu
5
41,6%
12
100%
Kurikulum jurusan Tarjamah sudah membantu mahasiswa untuk menjadi penerjemah
Jumlah
C. Faktor yang Membuat Mahasiswa lemah dalam Menerjemahkan 1. Latar belakang pendidikan mahasiswa tarjamah VI sebelum kuliah Mahasiswa tarjamah semester VI mayoritas berlatar belakang pendidikan Madrasah Aliyah (MA). Hal ini yang menjadi salah satu faktor ketidakmampuan mahasiswa dalam menerjemah, sedangkan yang dari pesantren hanya sedikit (8,3%). Hal ini juga yang menyebabkan sedikitnya mahasiswa yang mampu dalam menerjemah. Jika di pesantren bahasa Arab merupakan santapan sehari-hari, apalagi yang namanya ilmu nahwu dan sharaf yang menjadi ilmu alatnya. Ditunjang dengan setiap harinya santri berbicara dengan menggunakan bahasa asing (Arab-Inggris), ini biasanya diterapkan pada pondok pesantren modern.
80
Namun jika non pesantren atau aliyah, ilmu bahasa dan ilmu umum seimbang. Terkadang ada yang lebih banyak ilmu umumnya dari pada ilmu agama dan bahasanya. Di samping itu juga seperti pendapat dosen penerjemahan mereka yaitu bapak Syarif Hidayatullah mengatakan, bahwa anak mahasiswa semester VI malas dalam membaca54, sedangkan penerjemah harus mempunyai wawasan yang luas. Salah satunya dengan cara membaca. Namun, menurut pendapat bapak Satori Ismail, kurangnya membaca dalam bahasa Arab dan juga menurut beliau harus ditunjang dengan bahasa Indonesia. 55 Tabel 9 Latar belakang pendidikan No. Pernyataan 8
F
P
Latar belakang pendidikan mahasiswa tarjamah a. SMA
3
25%
b. MA
6
50%
c. Pesantren
1
8,3%
d. Lain-lain….
0
0%
2
16,6%
12
100%
Tidak dijawab Jumlah
Mayoritas mahasiswa mengambil jurusan semasa SMA adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), yang fokus pada mata pelajaran yang berkaitan dengan 54 55
wawancara pribadi dengan Syarif Hidayatullah, Jakarta, 5 Juni 2008. Wawancara pribadi dengan Satori Ismail, Jakarta, 28 Mei 2008
81
ilmu-ilmu sosial, seperti geografi, ekonomi, kewarganegaraan, dan yang lainnya. Namun, ada juga yang dari jurusan bahasa Arab yang memang sudah biasa menemui tulisan-tulisan Arab dan tentunya sudah dapat pelajaran bahasa Arab dan Nahwu/Sharaf. Tabel 10 Jurusan yang diambil pada tingkat SMA No. Pernyataan 99
F
P
a. Bahasa Arab
4
33,3%
b. IPA
1
8,3%
c. IPS
7
58,3%
d. Lain-lain….
0
0%
12
100%
Jurusan yang diambil pada saat SMA
Jumlah
2. Pemahaman mahasiswa terhadap ilmu nahwu Hampir 100% mahasiswa tarjamah semester VI tidak paham terhadap ilmu nahwu. Namun, idealnya semester VI telah mampu mengausai ilmu nahwu. Hal ini juga dapat terkait pada dosen yang mengajarkan mata kuliah tersebut. Kesuksesan dosen dalam mengajar dapat dilihat pada keberhasilan mahasiswa yang diajarkannya. Hal ini bukan juga 100% kesalahan dosen, karena bagaimanapun juga dosen adalah pengantar dan penjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh mahasiswa. Mahasiswa buka lagi anak kecil yang harus selalu diberi, tanpa berusaha.
82
Dalam hal ini mahasiswa pun harus rajin dan giat mencari ilmu-ilmu diluar perkuliahan atau sering membaca buku diperpustakaan. Namun terkadang mahasiswa juga malas dalam belajar dan bertanya. Apalagi jika dosen tidak datang, maka mahasiswa merasa senang. Tetapi sebenarnya, hal itu membuat mahasiswa rugi, karena mahasiswa telah membayar kuliah. Tabel 11 Pemahaman ilmu nahwu No. Pernyataan 19
F
P
a. Paham
1
8,3%
b. Sangat paham
0
0%
c. Sedikit paham
1
Pemahaman mahasiswa terhadap ilmu nahwu
Jumlah
12
91,6% 100%
3. Penguasaan mahasiswa terhadap teori tarjamah Dari data yang Penulis dapatkan mayoritas mahasiswa belum menguasai mata kuliah penerjemahan. Jawaban ini sangat tidak seimbang dengan jawaban mahasiswa pada nomor pertanyaan yang lain, yang mengatakan bahwa mahasiswa telah mampu dalam menerjemahkan. Namun, kemampuan teori lebih rendah dari pada dalam praktek. Apa yang menyebabkan menjadi seperti ini?, sedangkan praktek berasal dari teori-teori. Tabel 12 Penguasaan mahasiswa terhadap teori tarjamah
83
No. Pernyataan 1
F
P
a. Menguasai
0
0%
b. Tidak menguasai
1
8,3%
c. Sedikit menguasai
11
91,6%
12
100%
Penguasaan mahasiswa pada teori tarjamah
Jumlah
4. Kamus yang digunakan mahasiswa dalam menerjemahkan nama diri Mayoritas mahasiswa memiliki dua kamus. Umumnya dua kamus itu, dapat dikategorikan sebagai kamus bahasa Arab-Indonesia, Indonesia-Arab. Hal ini juga menunjang keberhasilan penerjemah untuk mendapatkan kata-kata yang tepat dalam sebuah teks. Penerjemah juga harus memiliki kamus bahasa Indonesia untuk mencari kata-kata yang sudah diserap dalam bahasa Indonesia atau penggunaan kata-kata tersebut. Jadi, kalau mahasiswa hanya memiliki dua kamus, mahasiswa tidak dapat merujuk pada kamus-kamus yang lain. Hal ini menjadi faktor keterbatasan bahasa dan kamus yang digunakan.
Tabel 13 Kamus yang digunakan
84
No. Pernyataan 7
F
P
a. Satu
2
16,6%
b. Dua
8
66,6%
c. Tiga atau lebih
2
16,6%
12
100%
Kamus yang digunakan saat menerjemah nama diri
Jumlah
5. Pemahaman mahasiswa terhadap ilmu semantik Ilmu semantik merupakan penunjang penerjemahan, karena merupakan ilmu yang membantu proses menerjemahkan. Dari data yang Penulis dapat mayoritas mahasiswa belum paham dengan ilmu semantik (58,3%). Hal ini dapat terjadi karena 3 faktor, bisa dosennya yang salah dalam metode pembelajaran atau mahasiswa yang kurang tangkap dengan penjelasan dosen atau juga keengganan mahasiswa terhadap dosen tersebut.
Tabel 14 Pemahaman mahasiswa mengenai ilmu semantik No. Pernyataan 8
F
P
a. Paham
5
41,6%
b. Sangat paham
0
0%
c. Sedikit paham
7
Pemahaman mahasiswa terhadap ilmu semantik
85
58,3%
Jumlah
12
BAB V PENUTUP
86
100%
KESIMPULAN Mahasiswa Tarjamah VI umumnya belum dapat menerjemahkan nama diri dengan benar dan tepat. Mereka masih beranggapan bahwa menerjemahkan merupakan sesuatu yang sulit. Begitu juga dengan menerjemahkan nama diri yang sangat perlu mempunyai wawasan yang luas, disamping itu juga menerjemah harus menguasai tata bahasa Arab dan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penulisan nama diri Arab ada yang sama penulisannya, tetapi jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi berbeda. Nama diri merujuk pada objek tertentu sehingga tidak boleh salah dalam menerjemahkannya. Permasalahan menerjemahkan juga dapat terjadi pada pengajaran dosen, kurikulum yang ada di jurusan tarjamah, fasilitas, latar belakang pendidikan atau salah masuk jurusan. Dari angket yang Penulis sebarkan mayoritas mahasiswa tarjamah VI berlatang belakang dari Madrasah Aliyah (MA) dan mereka mayoritas konsen dijurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hal ini menjadi faktor dari kesulitan mahasiswa dalam menerjemah, karena kurangnya ilmu kebahasaan yang di dapat. Khususnya bahasa Arab, Nahwu, sharaf, dan ilmu lainnya yang berkaitan dengan proses penerjemahan. Meskipun demikian, mahasiswa masih antusias terhadapa mata kuliah yang ada di jurusan tarjamah terutama pada mata kuliah penerjemahan. Pada mata kuliah penerjemahan dosen memberikan tugas pada setiap anak atau individu , sehingga tidak ada yang saling mengandal antara satu teman dengan teman yang lainnya. Namun terkadang dosen juga memberikan tugas kelompok, hal ini yang menjadi salah satu faktor kemalasan mahasiswa, karena
87
biasanya hanya orang yang pintar atau sudah mahir dalam menerjemahkan saja yang mengerjakannya. Sedangkan yang lain hanya mendapatkan nilai saja. Ada yang mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam menerjemahkan adalah diri sendiri. Hal ini dimungkinkan karena hanya sebagian kecil dari mahasiswa tarjamah VI yang berasal dari pesantren yang telah banyak memiliki ilmu bahasa, baik bahasa Arab maupun bahasa Indonesia. Di samping itu juga biasanya dalam lingkungan pesantren siswa harus menggunakan bahasa Arab atau Inggris dalam kesehariannya. Jurusan juga mempunyai peran yang sangat penting, karena tanpa adanya kurikulum yang ada di jurusan tarjamah tidak mungkin mahasiswa dapat belajar sesuai
dengan
kebutuhan
dan
target
pembelajaran.
Seperti
kurikulum
penerjemahan yang diberikan oleh jurusan sebanyak 6 SKS, sehingga mahasiswa merasa cukup mempunyai pengetahuan mengenai hal tersebut. Seperti bagaimana cara menerjemahkan, yaitu dapat menggunakan cara harfiyah (kata per kata) atau maknawiyah (bebas) atau cara menerjemahkan dokumen-dokumen akademik dan non-akademik.
DAFTAR PUSTAKA
88
Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia, 1993. Tim Puslitbang Lektur Keagamaan. Pedoman Transliterasi Arab-Latin. Jakarta:Proyek Pengkajian dan Pengembangan Lektur Pendidikan Agama, 2003. Panitia Pengambangan Bahasa Indonesia Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.Pedoman
Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan kebudayaan, 1975. Poerwadarmita, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1982. Samsuri, Analisa Bahasa: Memahami Bahasa Secara Ilmiah, Jakarta: Erlangga, 1980. Djajasudarma T. Fatimah, Semantik 2 pemahaman Ilmu Makna. Bandung: Refika, 1999. -------------Semantik I pengantar ke Arah Ilmu Makna. Bandung: Refika Aditama, 1999. Salim, peter dan Yenny. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press, 2002. Kep. Mendikbud No. 0543a Th. 1987. Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan. Yogyakarta:
Pustaka Widyatama, 2007.
Kushartanti, Yuwono, dkk. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005. Syihabuddin. Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek ). Bandung: Humaniora, 2005.
89
Effendi, Rahmat. Cara Mudah Menulis dan Menerjemahkan, terjemahan dari EnglishTranslating and Interpreting Study. Jakarta: Yayasan Bina Edukasi dan Konsultasi Hapsa et Sudia, 2004. Suryawinata, Zuchridin dan Hariyanto, Sugeng. Translation: Bahasa Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius, 2003. Machali,Rochayah. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo, 2000. Lubis, Ismail. Falsafati terjemahan Alquran Departemen Agama Edisi 1990.Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya 2001.
Widyamartaya, A. Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius, 1991. Arif Rokhman, Muh. Penerjemahan Teks Inggris: Teori dan Latihan. Yogyakarta: Pyramid Publisher, 2006. Syarif
Hidayatullah, Moch. Diktat “Teori dan Permasalahan Penerjemahan”. Jurusan Tarjamah
Fakultas
Adab
dan
Humaniora
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta 2007. Pedoman Akademik Fakultas Adab dan Humaniora Tahun 2005/2006. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Bunyamin, Solihin Ahmad. Metode Granada Sistem 8 Jam Bisa Menerjemah Alquran.Jakarta:
Pustaka Panjimas, 2000.
M. Azami, M. Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya. Ciputat: Pustaka Firdaus,1989. Alo Indonesia. Juli. 2004 Sarl Dar el-Machreq. Munjid Fii Lughah Wal A’lam. Riad el-Solh: Byrouth Lebanon,2002.
90
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Siaran Pembinaan Bahasa Indonesia di RRI Zulkarnaen.
1991/1992. Jakarta: t.pn, 1994. Skripsi,
“Penerjemahan
Nama
Diri
Analisis
Transliterasi,
TranskipsPenyerapan Nama Diri Arab-Indonesia”. Program studi Saatra Arab Universitas Al Azhar Indonesia. Tahun 2007. Sudarno. Kata Serapan dari Bahasa Arab. Jakarta: Arikha Media Cipta, 1992. Syamsudin. Skripsi, “Penerjemahan Nama Diri studi Analisis Nama Diri pada Majalah Alo Indonesia dan Buletin Akhbār al-Jami‘ah”. Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Jakarta. Tahun 2006. Verhaar, J.W.M., Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995. Profil Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Univeritas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Studi Kelayakan Program Studi Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Wawancara pribadi dengan Syarif Hidayatullah. Jakarta 5 juni 2008 Wawancara pribadi dengan Satori Ismail. Jakarta, 27 Mei 2008
LAMPIRAN 1 Wawancara pribadi
91
Dr. Satori Ismail M:
Apakah bapak sependapat dengan pendapat Lapoliwa yang mengatakan bahwa nama diri merupakan tanda pengenal yang membedakan suatu objek dari objek lainyang sejenis? Sedangkan menurut Newmark nama diri meliputi nama orang, kota, negara, benda, dan peristiwa sejarah?
SI:
Saya belum pernah membaca mengenai pendapat Lapoliwa. Jika Newmark, ya saya sependapat, tapi apa contoh dari nama benda yang dikatakan oleh Newmark
اﻟﺴﻴﺎرة
M
ya seperti
SI:
Oh ya seperti misalnya kata ‘pisau’. Jika pisau itu telah diberi nama Empu Gandring, maka iru yang dinamakan nama diri, karena sudah jelas maksud yang dituju.
M:
Apa bedanya nama diri dengan isim dalam bahasa Arab?
SI:
Ya seperti apa yang saya telah katakan. Jika isim adalah seperti contoh pisau tadi, tapi jika nama diri yaitu telah jelas tujuan pembicaraan, seperti pisau yang telah diberi nama.
M:
Bagaimana pandangan bapak terhadap para sastrawan yang sangat sedikitsekali membahas masalah nama diri, bahkan saya pernah baca dalam sebuah buku bahwa bagi mereka hal itu tidak perlu dibahas karena sudah jelas, sedangkan para mahasiswa memerlukan teori tersbut?
SI:
Saya kira hal itu tidak terlalu urgen untuk dibahas, yang lebih utama adalah bagaimana cara penulisan nama diri tersebut dalam bahasa Indonesia, seperti mentransliterasikan. Transliterasi itu yang harus ada kesepakatan, sehingga
92
tidak membingungkan para penulisnya. Yang sekarang kita ketahui itukan ada banyak sekali pedoman transliterasi yang dibuat oleh para lembaga, seperi DEPAG, penerbit-penerbit dan yang lainnya. M:
Menurut Bapak, apakah mahasiswa Tarjamah semester VI umumnya sudah mampu menerjemahkan nama diri dengan benar?
SI:
Bukan menerjemahkan, akan tetapi mentransileterasikan. Mahasiswa Tarjamah kurang mahir dalam mentransliterasikan. Hal itu diakibatkan, karena kurangnya membaca bahasa Arab dan juga harus ditunjang dengan bahasa Indonesia agar benar dalam menuliskannya dalam bahasa Indonesia.
M:
Apakah
yang
melatarbelakangi
mereka,
sehingga
sulit
dalam
menerjemahkan nama diri? SI:
Kemalasan mereka. Di samping itu memang banyak juga yang berasal dari sekolah non pesantren, sehingga pengetahuan mereka tentang bahsa Arab kurang memadai.
LAMPIRAN 2 Wawancara pribadi
93
Moch. Syarif Hidayatullah M:
Apakah bapak sependapat dengan pendapat Lapoliwa yang mengatakan bahwa nama diri merupakan tanda pengenal yang membedakan suatu objek dari objek lain yang sejenis? Sedangkan menurut Newmark nama diri meliputi nama orang, kota, negara, benda, dan peristiwa sejarah?
MSH: Kan Sama aja, beda definisi aja. Tapi Isinya sama itu. M:
Tapi bapak lebih setuju dengan pendapat yang mana pak?
MSH: Yang mudah diterapkannya punya Newmark dan identifikasikannya lebih gampang, sedangkan pendapat Lapoliwa itu agak berat, dasarnya saya kira itu. M:
Apa bedanya nama diri dengan isim dalam bahasa Arab?
MSH: Beda dong… Isimkan luas itu cakupannya, kalau nama diri dalam bahasa Arab itu isim a‘lam namanya. Kalau isim aja itu luas, macam-macamnya banyak. M:
Bagaimana pandangan bapak terhadap para sastrawan yang sangat sedikit sekali membahas masalah nama diri, bahkan saya pernah baca dalam sebuah buku bahwa bagi mereka hal itu tidak perlu dibahas karena sudah jelas, sedangkan para mahasiswa memerlukan teori tersbut?
MSH: Sastrawan beda dong kasusnya, ini kan bagi penerjemah. Kalau penerjemah kan penting ni!.., Soal bagaimana nama asing ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dalam Arab, atau nama Inggris yang diarabkan lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kalau sastrawan ya beda kasusnya, kalau sastrawan nama diri ya… tidak perlu, kalau dalam penerjemah itu sangat diperlukan sekali.
94
M:
Menurut Bapak, apakah mahasiswa Tarjamah semester VI umumnya sudah mampu menerjemahkan nama diri dengan benar?
MSH: Semester VI itu teorinya sih sudah dapat ya…tapi saya belum yakin betul apakah mereka kuasai atau tidak. Itu kan butuh latihan yang banyak. Kalau latihan itu kan dosennya banyak yang pegang. kalau di saya untuk sementara mereka belum dapat tuh! nanti baru di semester VII nanti, yang berkaitan dengan nama diri.. M:
Berarti mereka belum mampu ya pak?
MSH: Ya bukannya tidak mampu, kalau teori mereka sudah dapat. M:
Apakah
yang
melatarbelakangi
mereka,
sehingga
sulit
dalam
menerjemahkan nama diri? MSH: Kalau sama Arab mudah ya saya rasa, tapi kalau nama Latin yang kemudian diarabkan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia itu yang agak rumit karena rumusnya banyak sekali kaya aristoteles tulisan arabnya kan ارﺳﻄﻮ. Tapi ya agak banyak ya repot itu…
Sampai
kemudian menerjemahkan Aristoteles, kalau wawasannya enggak luas ya dia enggak bisa menerjemahkannya. Seperti Plato, kalau wawasan yang enggak luas ya…susah juga. M:
Mungkin karena mereka kebanyakan dari SMA, sehingga sulit dalam menerjemahkan nama diri?
MSH: Enggak juga, wawasannya. Teman-teman pada malas membaca tu kayanya. Itu masalahnya disitu. harus banyak wawasan, harus banyak membaca teks Arab.
95
LAMPIRAN 3 Wawancara Pribadi dengan mahasiswa Tarjamah VI
M. Yustian Yusa
96
M:
Apakah yang Anda ketahui tentang nama diri?
MY:
Nama diri menandakan identitas yang bersifat unik. Tidak da dualism dalam penyebutan nama diri. Ketika kita menyebut ‘baron’, itu sudah takrif atau mengacu kepada suatu entitas tersendiri.
M:
Apa bedanya nama diri dengan isim dalam bahasa Arab?
MY:
Ketika menyebut isim, hal ini masih bersifat general, karena di dalam linguistik Arab nomina itu banyak sekali, seperti isim jamid dan Mustaq, isim ghoir Munsorif dan sebagainya. Sedangkan nama diri merupakan bagian dari pembahasan isim.
M:
Bagaimana pandangan Anda terhadap para sastrawan yang mengatkan bahwa nama diri tidak perlu dibahas karena sudah jelas. Namun pada kenyataannya kita masih sangat bingung dalam menuliskannya ke dalam bahasa Indonesia?
MY:
Wah….menurut saya, alasan sastrawan tersebut cukup jelas, karena nama diri itu unik. Jadi tak perlu ditulis, karena sudah takrif.
M:
Menurut Anda, Apakah Anda mampu menerjemahkan nama diri dengan baik dan benar?
MY:
Ya…..mampu dong. Kan, dicoba dulu. Hehehe.
M:
Apa yang membuat Anda kesulitan dalam menerjemahkan nama diri?
MY:
Dikatakan kesulitan sih tidak, yang penting kita harus mempunyai wawasan untuk menerjemahkannya. Contoh:
ﺳﻮﻳﺪ,
kalau kita tidak
melihat kamus dan tidak mempunyai wawasan, pasti kita akan menerjemahkannya dengan kata ‘Suaid’, padahal arti sebenarnya adalah ‘Sweden atau Swedia’ (nama sebuah negara di Eropa Utara).
97
LAMPIRAN 4 Wawancara pribadi dengan mahasiswa TarjamahVI
Hasbullah M:
Apakah yang Anda ketahui tentang nama diri?
98
H:
Nama saya Hasbullah, saya duduk di atas benda yang bernama kursi, hewan kesayangan saya bernama kucing. Dari contoh kalimat di atas nama diri menurut saya adalah nama untuk semua benda hidup atau mati.
M:
Apa bedanya nama diri dengan isim dalam bahasa Arab?
H:
nama diri pada dasarnya sama dengan isim, karena isim berarti nama. Akan tetapi isim dalam bahasa Arab jumlahnya banyak dan isim dalam bahasa Arab mempunyai kriteria masing-masing, seperti isim zaman, makan, mufrod dan lain-lain, sedangkan nama diri hanya nama untuk suatu saja.
M:
Bagaimana pandangan Anda terhadap para sastrawan yang mengatkan bahwa nama diri tidak perlu dibahas karena sudah jelas. Namun pada kenyataannya kita masih sangat bingung dalam menuliskannya ke dalam bahasa Indonesia?
H:
dibahas arau tidaknya nama diri tergantung dari kebutuhan pengguna konsep ini.
M:
Menurut Anda, Apakah Anda mampu menerjemahkan nama diri dengan baik dan benar?
H:
tentu iya, jika sudah sering menerjemahkan dan memahami konsepnya dengan baik.
M:
Apa yang membuat Anda kesulitan dalam menerjemahkan nama diri?
H:
tidak hanya mengenai nama diri, apapun sebenarnya bisa saya terjemahkan. Bukan teori yang membuat saya tidak bisa menerjemahkan nama diri, akan tetapi rasa malas untuk berpikir yang menyebabkannya.
99
LAMPIRAN 5 Kuisioner
1. Identitas responden Nama
:
100
Nim
:
Jenis Kelamin
:
2. Tujuan kuisioner Dalam rangka memenuhi tugas penyelesaian skripsi, saya mohon kepada mahasiswa/I semester enam jurusan Tarjamah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengisi daftar pertanyaan ini sesuai dengan keadaan sebenarnya dan kemampuan Anda. 3. Pentunjuk pengisian Bacalah tiap pertanyaan secara teliti dan pahami, kemudian silanglah jawaban yang menurut Anda tepat dan sesuai dengan kepribadian Anda dan isilah pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan kemampuan Anda. 4. Pertanyaan kuisioner 1. Sejauh mana Anda menguasai teori tarjamah? a. Menguasai b. Tidak menguasai
c. Sedikit menguasai
2. Apakah Anda menyukai mata kuliah penerjemahan? a. Suka
b. Tidak suka c. Sedikit suka
3. Bagaimana respon Anda terhadap materi mata kuliah penerjemahan? a. Antusias
b. Tidak suka c. Biasa saja
4. Menurut Anda, apakah mata kuliah penerjemahan itu sulit dipahami? a. Sulit
b. Tidak sulit c. Sedikit sulit
101
5. Bagaimana cara dosen menyampaikan mata kuliah penerjemahan? a. Memberi tugas kelompok b. Tugas individu
c. Hanya
menyampaikan teori-terori 6. Setelah duduk di semester VII, apakah Anda merasa sudah bisa menerjemahkan? a. Sudah
b. Belum
c. Sedikit
7. Faktor apa yang mempengaruhinya? a. Faktor dosen b. Diri sendiri c. Salah masuk jurusan d. Kurikulum e. fasilitas 8. Sebelum Anda masuk ke Tarjamah, apa latar belakang sekolah Anda? a.SMA
b. MA c. Pesantren
d.lain-lain: …….
9. Jurusan apa yang Anda ambil ketika masih sekolah? a.Bahasa Arab b. IPA c. IPS
d. lain-lain:…….
10. Menurut Anda, kesulitan apa yang sering Anda alami saat menerjemahkan? a. Padanan bahasa Indonesia dan bahasa Arab b. Nahwu Budaya 11. Apakah mata kuliah penerjemahan membantu Anda dalam menerjemahkan teks? a. Membantu b. Tidak membantu
c. Cukup membantu
12. Bagaimana teks yang diberikan dosen? a. Mudah
b. Sulit
c. Sangat sulit
102
c.
13. Apakah dosen pernah memberikan materi tentang penerjemahan nama diri? a. Pernah
b. Tidak pernah
14. Apakah Anda mengetahui definisi penerjemahan nama diri? a. Ya
b. Tidak
15. Apakah Anda tahu apa saja yang dinamakan nama diri? a. Tahu
b. Tidak tahu
16. Apakah Anda kesulitan di dalam menerjemahkan nama diri? a. Ya
b. Tidak
c. Sedikit
17. Berapa biasanya Anda menggunakan kamus dalam menerjemahkan nama diri? a. Satu
b. Dua
c. Tiga atau lebih
18. Sejauh mana pemahaman Anda terhadap ilmu semantik? a. Paham
b. Sangat paham
c.Sedikit paham
19. Sejauh mana Anda mengetahui ilmu nahwu? a. Paham
b. Sangat paham
c. Sedikit paham
20. Menurut Anda, apakah ksurikulum jurusan Tarjamah sudah membantu mahasiswa untuk menjadi penerjemah? a. Sudah membantu
b. Belum membantu c. Sedikit membantu
21. Menurut Anda, bagaimana sistem manajemen dan administrasi di jurusan Tarjamah, apakah: a. Bagus
b. Kurang bagus
c. Sangat tidak bagus
22. Buatlah satu contoh nama diri beserta penulisannya dalam bahasa Indonesia!
103
!Terjemahkanlah
.23ﻧﺠﺎح 12ﺷﺨﺼﺎ ﻟﻼ ﺷﺘﺮاك ﻓﻰ د ورة ﺗﺪ رﻳﺒﻴﺔ ﻟﻠﻔﺘﺮة اﻟﻘﺼﻴﺪة ﺑﺠﺎﻣﻌﺔ ﻣﺎ آﺠﻴﻞ آﻨﺪا ........................................................................ ........................................................................ .................... .24ﺟﻴﺮو واﺷﻴﻚ اﻟﻮزﻳﺮ اﻟﺬى ﻳﺘﺤﻤﻞ اﻟﻨﻘﺪ ﻷﺟﻞ ﻣﺼﻠﺤﺔ اﻟﺴﻴﺎﺣﺔ .................................................................................. .................................................................................. ﻓﻰ ﺑﻼد اﻟﻌﺮب ﻇﻬﺮ اﻟﺸﻴﺦ اﻹ ﻣﺎم ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻮهﺎب ,ﻓﻜﺎن ﻟﺪﻋﻮﺗﻪ ﻣﺎآﺎن ﻣﻦ اﺛﺎروأﺻﺪاء ,ﻓﻰ ﺟﺰﻳﺮة اﻟﻌﺮب وﻓﻰ ﺧﺎرﺟﻬﺎ ...وﻓﻰ ﺑﻼد اﻷﻓﻐﺎن ﻇﻬﺮ ﺟﻤﺎل اﻟﺪﻳﻦ اﻷﻓﻐﺎﻧﻰ اﻟﺬى أﺻﺒﺢ ﻣﻦ ﺑﻌﺪ زﻋﻴﻤﺎ ﻓﻜﺮﻳﺎ ﺗﺘﻠﻤﺬ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﻤﺼﻠﺤﻮن ﻓﻰ أﻗﻄﺎر ﻣﺘﻌﺪدة...وﻓﻰ ﻣﺼﺮ ﻗﺎم اﻟﺸﻴﺦ ﻣﺤﻤﺪ ﻋﺒﺪﻩ اﻟﺬى ﺑﺚ دﻋﻮﺗﻪ اﻹﺻﻼﺣﻴﺔ اﻟﻤﺠﺪدة ﻓﻰ ﻣﺼﺮواﻟﺸﺎم ..................................................................................
LAMPIRAN 1 Wawancara pribadi
Dr. Satori Ismail
104
M:
Apakah bapak sependapat dengan pendapat Lapoliwa yang mengatakan bahwa nama diri merupakan tanda pengenal yang membedakan suatu objek dari objek lainyang sejenis? Sedangkan menurut Newmark nama diri meliputi nama orang, kota, negara, benda, dan peristiwa sejarah?
SI:
Saya belum pernah membaca mengenai pendapat Lapoliwa. Jika Newmark, ya saya sependapat, tapi apa contoh dari nama benda yang dikatakan oleh Newmark
اﻟﺴﻴﺎرة
M
ya seperti
SI:
Oh ya seperti misalnya kata ‘pisau’. Jika pisau itu telah diberi nama Empu Gandring, maka iru yang dinamakan nama diri, karena sudah jelas maksud yang dituju.
M:
Apa bedanya nama diri dengan isim dalam bahasa Arab?
SI:
Ya seperti apa yang saya telah katakan. Jika isim adalah seperti contoh pisau tadi, tapi jika nama diri yaitu telah jelas tujuan pembicaraan, seperti pisau yang telah diberi nama.
M:
Bagaimana pandangan bapak terhadap para sastrawan yang sangat sedikitsekali membahas masalah nama diri, bahkan saya pernah baca dalam sebuah buku bahwa bagi mereka hal itu tidak perlu dibahas karena sudah jelas, sedangkan para mahasiswa memerlukan teori tersbut?
SI:
Saya kira hal itu tidak terlalu urgen untuk dibahas, yang lebih utama adalah bagaimana cara penulisan nama diri tersebut dalam bahasa Indonesia, seperti mentransliterasikan. Transliterasi itu yang harus ada kesepakatan, sehingga tidak membingungkan para penulisnya. Yang sekarang kita ketahui itukan
105
ada banyak sekali pedoman transliterasi yang dibuat oleh para lembaga, seperi DEPAG, penerbit-penerbit dan yang lainnya. M:
Menurut Bapak, apakah mahasiswa Tarjamah semester VI umumnya sudah mampu menerjemahkan nama diri dengan benar?
SI:
Bukan menerjemahkan, akan tetapi mentransileterasikan. Mahasiswa Tarjamah kurang mahir dalam mentransliterasikan. Hal itu diakibatkan, karena kurangnya membaca bahasa Arab dan juga harus ditunjang dengan bahasa Indonesia agar benar dalam menuliskannya dalam bahasa Indonesia.
M:
Apakah
yang
melatarbelakangi
mereka,
sehingga
sulit
dalam
menerjemahkan nama diri? SI:
Kemalasan mereka. Di samping itu memang banyak juga yang berasal dari sekolah non pesantren, sehingga pengetahuan mereka tentang bahsa Arab kurang memadai.
LAMPIRAN 2 Wawancara pribadi
Moch. Syarif Hidayatullah
106
M:
Apakah bapak sependapat dengan pendapat Lapoliwa yang mengatakan bahwa nama diri merupakan tanda pengenal yang membedakan suatu objek dari objek lain yang sejenis? Sedangkan menurut Newmark nama diri meliputi nama orang, kota, negara, benda, dan peristiwa sejarah?
MSH: Kan Sama aja, beda definisi aja. Tapi Isinya sama itu. M:
Tapi bapak lebih setuju dengan pendapat yang mana pak?
MSH: Yang mudah diterapkannya punya Newmark dan identifikasikannya lebih gampang, sedangkan pendapat Lapoliwa itu agak berat, dasarnya saya kira itu. M:
Apa bedanya nama diri dengan isim dalam bahasa Arab?
MSH: Beda dong… Isimkan luas itu cakupannya, kalau nama diri dalam bahasa Arab itu isim a‘lam namanya. Kalau isim aja itu luas, macam-macamnya banyak. M:
Bagaimana pandangan bapak terhadap para sastrawan yang sangat sedikit sekali membahas masalah nama diri, bahkan saya pernah baca dalam sebuah buku bahwa bagi mereka hal itu tidak perlu dibahas karena sudah jelas, sedangkan para mahasiswa memerlukan teori tersbut?
MSH: Sastrawan beda dong kasusnya, ini kan bagi penerjemah. Kalau penerjemah kan penting ni!.., Soal bagaimana nama asing ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dalam Arab, atau nama Inggris yang diarabkan lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kalau sastrawan ya beda kasusnya, kalau sastrawan nama diri ya… tidak perlu, kalau dalam penerjemah itu sangat diperlukan sekali.
107
M:
Menurut Bapak, apakah mahasiswa Tarjamah semester VI umumnya sudah mampu menerjemahkan nama diri dengan benar?
MSH: Semester VI itu teorinya sih sudah dapat ya…tapi saya belum yakin betul apakah mereka kuasai atau tidak. Itu kan butuh latihan yang banyak. Kalau latihan itu kan dosennya banyak yang pegang. kalau di saya untuk sementara mereka belum dapat tuh! nanti baru di semester VII nanti, yang berkaitan dengan nama diri.. M:
Berarti mereka belum mampu ya pak?
MSH: Ya bukannya tidak mampu, kalau teori mereka sudah dapat. M:
Apakah
yang
melatarbelakangi
mereka,
sehingga
sulit
dalam
menerjemahkan nama diri? MSH: Kalau sama Arab mudah ya saya rasa, tapi kalau nama Latin yang kemudian diarabkan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia itu yang agak rumit karena rumusnya banyak sekali kaya aristoteles tulisan arabnya kan ارﺳﻄﻮ. Tapi ya agak banyak ya repot itu…
Sampai
kemudian menerjemahkan Aristoteles, kalau wawasannya enggak luas ya dia enggak bisa menerjemahkannya. Seperti Plato, kalau wawasan yang enggak luas ya…susah juga. M:
Mungkin karena mereka kebanyakan dari SMA, sehingga sulit dalam menerjemahkan nama diri?
MSH: Enggak juga, wawasannya. Teman-teman pada malas membaca tu kayanya. Itu masalahnya disitu. harus banyak wawasan, harus banyak membaca teks Arab.
108
LAMPIRAN 3 Wawancara Pribadi dengan mahasiswa Tarjamah VI
M. Yustian Yusa
109
M:
Apakah yang Anda ketahui tentang nama diri?
MY:
Nama diri menandakan identitas yang bersifat unik. Tidak da dualism dalam penyebutan nama diri. Ketika kita menyebut ‘baron’, itu sudah takrif atau mengacu kepada suatu entitas tersendiri.
M:
Apa bedanya nama diri dengan isim dalam bahasa Arab?
MY:
Ketika menyebut isim, hal ini masih bersifat general, karena di dalam linguistik Arab nomina itu banyak sekali, seperti isim jamid dan Mustaq, isim ghoir Munsorif dan sebagainya. Sedangkan nama diri merupakan bagian dari pembahasan isim.
M:
Bagaimana pandangan Anda terhadap para sastrawan yang mengatkan bahwa nama diri tidak perlu dibahas karena sudah jelas. Namun pada kenyataannya kita masih sangat bingung dalam menuliskannya ke dalam bahasa Indonesia?
MY:
Wah….menurut saya, alasan sastrawan tersebut cukup jelas, karena nama diri itu unik. Jadi tak perlu ditulis, karena sudah takrif.
M:
Menurut Anda, Apakah Anda mampu menerjemahkan nama diri dengan baik dan benar?
MY:
Ya…..mampu dong. Kan, dicoba dulu. Hehehe.
M:
Apa yang membuat Anda kesulitan dalam menerjemahkan nama diri?
MY:
Dikatakan kesulitan sih tidak, yang penting kita harus mempunyai wawasan untuk menerjemahkannya. Contoh:
ﺳﻮﻳﺪ,
kalau kita tidak
melihat kamus dan tidak mempunyai wawasan, pasti kita akan menerjemahkannya dengan kata ‘Suaid’, padahal arti sebenarnya adalah ‘Sweden atau Swedia’ (nama sebuah negara di Eropa Utara).
110
LAMPIRAN 4 Wawancara pribadi dengan mahasiswa TarjamahVI
Hasbullah M:
Apakah yang Anda ketahui tentang nama diri?
111
H:
Nama saya Hasbullah, saya duduk di atas benda yang bernama kursi, hewan kesayangan saya bernama kucing. Dari contoh kalimat di atas nama diri menurut saya adalah nama untuk semua benda hidup atau mati.
M:
Apa bedanya nama diri dengan isim dalam bahasa Arab?
H:
nama diri pada dasarnya sama dengan isim, karena isim berarti nama. Akan tetapi isim dalam bahasa Arab jumlahnya banyak dan isim dalam bahasa Arab mempunyai kriteria masing-masing, seperti isim zaman, makan, mufrod dan lain-lain, sedangkan nama diri hanya nama untuk suatu saja.
M:
Bagaimana pandangan Anda terhadap para sastrawan yang mengatkan bahwa nama diri tidak perlu dibahas karena sudah jelas. Namun pada kenyataannya kita masih sangat bingung dalam menuliskannya ke dalam bahasa Indonesia?
H:
dibahas arau tidaknya nama diri tergantung dari kebutuhan pengguna konsep ini.
M:
Menurut Anda, Apakah Anda mampu menerjemahkan nama diri dengan baik dan benar?
H:
tentu iya, jika sudah sering menerjemahkan dan memahami konsepnya dengan baik.
M:
Apa yang membuat Anda kesulitan dalam menerjemahkan nama diri?
H:
tidak hanya mengenai nama diri, apapun sebenarnya bisa saya terjemahkan. Bukan teori yang membuat saya tidak bisa menerjemahkan nama diri, akan tetapi rasa malas untuk berpikir yang menyebabkannya.
112
LAMPIRAN 5 Kuisioner
1.Identitas responden Nama
:
113
Nim
:
Jenis Kelamin
:
2. Tujuan kuisioner Dalam rangka memenuhi tugas penyelesaian skripsi, saya mohon kepada mahasiswa/I semester enam jurusan Tarjamah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengisi daftar pertanyaan ini sesuai dengan keadaan sebenarnya dan kemampuan Anda. 3.Pentunjuk pengisian Bacalah tiap pertanyaan secara teliti dan pahami, kemudian silanglah jawaban yang menurut Anda tepat dan sesuai dengan kepribadian Anda dan isilah pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan kemampuan Anda. 4.Pertanyaan kuisioner 25. Sejauh mana Anda menguasai teori tarjamah? a. Menguasai b. Tidak menguasai
c. Sedikit menguasai
26. Apakah Anda menyukai mata kuliah penerjemahan? a. Suka
b. Tidak suka c. Sedikit suka
27. Bagaimana respon Anda terhadap materi mata kuliah penerjemahan? a. Antusias
b. Tidak suka c. Biasa saja
28. Menurut Anda, apakah mata kuliah penerjemahan itu sulit dipahami? a. Sulit
b. Tidak sulit c. Sedikit sulit
114
29. Bagaimana cara dosen menyampaikan mata kuliah penerjemahan? a. Memberi tugas kelompok b. Tugas individu
c. Hanya
menyampaikan teori-terori 30. Setelah duduk di semester VII, apakah Anda merasa sudah bisa menerjemahkan? a. Sudah
b. Belum
c. Sedikit
31. Faktor apa yang mempengaruhinya? a. Faktor dosen b. Diri sendiri c. Salah masuk jurusan d. Kurikulum e. fasilitas 32. Sebelum Anda masuk ke Tarjamah, apa latar belakang sekolah Anda? a.SMA
b. MA c. Pesantren
d.lain-lain: …….
33. Jurusan apa yang Anda ambil ketika masih sekolah? a.Bahasa Arab b. IPA c. IPS
d. lain-lain:…….
34. Menurut Anda, kesulitan apa yang sering Anda alami saat menerjemahkan? a. Padanan bahasa Indonesia dan bahasa Arab b. Nahwu Budaya 35. Apakah mata kuliah penerjemahan membantu Anda dalam menerjemahkan teks? a. Membantu b. Tidak membantu
c. Cukup membantu
36. Bagaimana teks yang diberikan dosen? a. Mudah
b. Sulit
c. Sangat sulit
115
c.
37. Apakah dosen pernah memberikan materi tentang penerjemahan nama diri? a. Pernah
b. Tidak pernah
38. Apakah Anda mengetahui definisi penerjemahan nama diri? a. Ya
b. Tidak
39. Apakah Anda tahu apa saja yang dinamakan nama diri? a. Tahu
b. Tidak tahu
40. Apakah Anda kesulitan di dalam menerjemahkan nama diri? a. Ya
b. Tidak
c. Sedikit
41. Berapa biasanya Anda menggunakan kamus dalam menerjemahkan nama diri? a. Satu
b. Dua
c. Tiga atau lebih
42. Sejauh mana pemahaman Anda terhadap ilmu semantik? a. Paham
b. Sangat paham
c.Sedikit paham
43. Sejauh mana Anda mengetahui ilmu nahwu? a. Paham
b. Sangat paham
c. Sedikit paham
44. Menurut Anda, apakah ksurikulum jurusan Tarjamah sudah membantu mahasiswa untuk menjadi penerjemah? a. Sudah membantu
b. Belum membantu c. Sedikit membantu
45. Menurut Anda, bagaimana sistem manajemen dan administrasi di jurusan Tarjamah, apakah: a. Bagus
b. Kurang bagus
c. Sangat tidak bagus
46. Buatlah satu contoh nama diri beserta penulisannya dalam bahasa Indonesia!
116
!Terjemahkanlah
.47ﻧﺠﺎح 12ﺷﺨﺼﺎ ﻟﻼ ﺷﺘﺮاك ﻓﻰ د ورة ﺗﺪ رﻳﺒﻴﺔ ﻟﻠﻔﺘﺮة اﻟﻘﺼﻴﺪة ﺑﺠﺎﻣﻌﺔ ﻣﺎ آﺠﻴﻞ آﻨﺪا .................................................................................. .................................................................................. ........................................ .48ﺟﻴﺮو واﺷﻴﻚ اﻟﻮزﻳﺮ اﻟﺬى ﻳﺘﺤﻤﻞ اﻟﻨﻘﺪ ﻷﺟﻞ ﻣﺼﻠﺤﺔ اﻟﺴﻴﺎﺣﺔ .................................................................................. .................................................................................. ........................................ .49ﻓﻰ ﺑﻼد اﻟﻌﺮب ﻇﻬﺮ اﻟﺸﻴﺦ اﻹ ﻣﺎم ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻮهﺎب ,ﻓﻜﺎن ﻟﺪﻋﻮﺗﻪ ﻣﺎآﺎن ﻣﻦ اﺛﺎروأﺻﺪاء ,ﻓﻰ ﺟﺰﻳﺮة اﻟﻌﺮب وﻓﻰ ﺧﺎرﺟﻬﺎ ...وﻓﻰ ﺑﻼد اﻷﻓﻐﺎن ﻇﻬﺮ ﺟﻤﺎل اﻟﺪﻳﻦ اﻷﻓﻐﺎﻧﻰ اﻟﺬى أﺻﺒﺢ ﻣﻦ ﺑﻌﺪ زﻋﻴﻤﺎ ﻓﻜﺮﻳﺎ ﺗﺘﻠﻤﺬ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﻤﺼﻠﺤﻮن ﻓﻰ أﻗﻄﺎر ﻣﺘﻌﺪدة...وﻓﻰ ﻣﺼﺮ ﻗﺎم اﻟﺸﻴﺦ ﻣﺤﻤﺪ ﻋﺒﺪﻩ اﻟﺬى ﺑﺚ دﻋﻮﺗﻪ اﻹﺻﻼﺣﻴﺔ اﻟﻤﺠﺪدة ﻓﻰ ﻣﺼﺮواﻟﺸﺎم .................................................................................. .................................................................................. .................................................................................. ..................................................................................
117
.................................................................................. .................................................................................. ..................
118
119