1V.
MODEL EKONOMETRIK PENGARUH KEBUAKAN MAKROEKONOMlTERHADAP SEKTOR PERTANIAN
Berdasarkan
tinjauan
literatur
dan
identitikasi
variabel
makroekonomi yang berpengaruh pada pertanian yang telah dikernukan sebelumnya, pada bab ini akan diuraikan model ekonometrika operasional yang akan digunakan untuk rnenganalisis pengaruh kebijakan makro .
w
ekonomi terhadap sektor pertanian dan sektor non pertanian Indonesia.
4.1
Deskrtpsi Model Operaslonal Model operasional yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu: (1) model kebijakan
makroekonomi yang direpresentasikan oleh perilaku investasi pemerintah, perilaku investasi swasta asing, perilaku investasi swasta domestik, perilaku transaksi berjalan clan perilaku harga makro (nilai tukar rupiah, suku bunga, inflasi, harga relatif produk pertanian dengan harga produk non pertanian). Regim perdagangan internasional diperlakukan sebagai variabel eksogenus dan didekati dengan indikator indeks proteksi nominal
ekspor, indeks proteksi nominal impor dan indeks distorsi kurs; (2) perilaku alokasi investasi antar sektor pertanian dengan sektor non
pertanian, yang terdiri dari perilaku alokasi investasi pemrintah, perilaku
investasi swasta asing dan perilaku investasi swasta domestik;
(3) perilaku pembentukan kapital stok dan prduksi sektor pertanian dan
non perbnian yang terdiri atas: pembentukan kapital st& asal investasi
pemerintah, pembentukan kapital stok asal invest&
swash asing,
pernbentukan kapital stok asal investasi swasta domestik, pada sektor
perbnian dan non pertanian; perilaku produksi sektor pertanian dan perilaku prduksi seMor non pertanian, serb (4) perilaku peyerapan tenaga kerja antar sektor pertanian dengan sektor non pertanian. Dalam model operasional yang dikernbangkan dalam penelitian ini
investasi merupakan media transmisi penting pengaruh kebijakan makro ekonomi dan regim perdagangan terhadap sektor pertanian. Sedangkan variabel yang penting dalarn mempengaruhi alokasi investasi maupun sumberdaya lainnya antara sektor pertanian dengan sektor non pertanian adalah nilsi tukar barter sekto; pertanian pangsa alokasi investasi pemrintah dan pangsa abkasi kredit pada sektor pertanian. 4.2
Spestfikasi Model
4.2.1 Pemamaan Perilaku lnvestasi Pernerintah Perilaku investasi pemerintah dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai fungsi dari harga minyak internasional, penerimaan pajak. pinjaman luar negeri dan nilai tukar mata uang yen terhadap dollar USA, sebagai berikut.
GElt
= a, + a, PW04 + as GRETt + as GREFt + a4 GElt 1 + Uit
........................ ...........................
11
'
dimana: GEI
= Pengeluaran riil total investasi pemerintah (Rp Milyar)
WVOL = lndeks harga minyak bumi intemasional(1987 = 100) GRET = Penerimaan riil pemerintah dad pajak (Rp Milyar)
GREF = Utang luar negeri pemrintah (US$ Milyar) ECR U
= Nilai tukar rupiah nominal (Rpl US$) = ~an'ebelpengganggu
t
= tahun
t- 1
= beda kala satu tahun
Hipotesis tanda parameter dugaan dari persamaan (1) dan adalah
sebagai berikut: at, 8 2 , a3, > 0.
4.2.2 Persamaan Perilaku lnvestasi Swasta Asing dan Domestik Pefilaku investasi wasta di lndonesia dirumuskan dipengaruhi oleh suku bunga riil Indonesia, nilai tukar rupiah dan produk domestik bruto
Indonesia, sebagai berikut.
FINVt = bo + bi (INRIt - INFlt ) + bs ECRt + (33 PDBlt + b4 FINVt_l+ U2t
......................................
(2)
DIWt = Q + Q ECR + c;! [INRlt - INFlt ] + ~3 PDBlt
+ c4
+ U~ .......................................................
(3)
dimana:
FlNV
= Nilai investasi Iangsung swasta asing di lndonesia (Rp Milyar)
DlNV = Nilai investasi swasta domestik di Indonesia (Rp Milyar)
INRI = Tingkat suku bunga nominal di lndonesia (% I tahun)
INFt
= Tingkat infiasi di lndonesia (% I tahun)
ECR = Nilai tukar rupiah terhadap dollar USA (Rp I $)
PDBl = Produk domestik bruto Indonesia. Hipotesis tanda parameter dugaan dari persamaan (2) dan (3) adalah sebagai berikut:
bz, b 3 , ~ 1 , ~ 3' ,0 ; bi,
~2
4.2.3 Persamaan Periiaku Nilai Tukar Rupiah Perilaku nilai tukar nominal rupiah terhadap mata uang dollar USA dirumuskan dipenganrhi oleh intervensi pemrintah pada kurs rupiah dan perdagangan internasional serta nilai tukar
barter perdagangan
internasional (term of trade), sebagai berikut.
dimana:
RECR = Indeks distorsi nilai tukar rupiah terhadap dollar USA NPCX = lndeks proteksi nominal ekspor NPCM= lndeks proteksi nominal impor
PW = lndeks harga intemasional barang-barang ekspor Indonesia. PWM = lndeks harga internasional barang-barang impor Indonesia. Hipotesis tanda parameter dugaan dari persamaan (4) adalah
sebagai berikut.
dl, d ~>, 0 ; d3 < 0.
4.2.4 Persamaan Pedlaku Suku Bunga
Perilaku tingkat suku bunga nominal dimmuskan dipengaruhi oleh tinglrat suku bunga diskonto Bank Indonesia, jumlah uang beredar dan de-
fisit transaksi berjalan Indonesia. Sedangkan tingkat suku bunga diskonto
Bank lndonesia dipengaruhi oleh depresiasi mata uang rupiah. Kemudian, defisit transaksi berjalan Indonesia dipengaruhi oleh komponen defisit transaksi berjalan itu sendiri sebagai berikut.
dirnana: INRI
= Tingkat suku bunga nominal di lndonesia ( O M tahun)
DlNRl = Tingkat suku bunga diskonto lndonesia (%/ tahun)
MSR
= Jumlah uang beredar lndonesia (Rp milyar)
DCA = Defisit transaksi berjalan lndonesia (US$ Milyar) XRI
= Niiai ekspor lndonesia (US$ Milyar)
MRI
= Nilai impor Indonesia(US$ Milyar)
,
NST = Defisit perdagangan jasa lndonesia (US$ Milyar)
NTOl = Defisit transfer pendapatan dad Indonesia (US$ Milyar) DCAO = Komponen transaksi berjalan lainnya (US$Milyar) INV
= Total lnvestasi Indoensia ( Rp miliar)
XOIL = Nilai ekspor rninyak dan gas bumi Indonesia(US$ Milyar)
NPCM= lndeks proteksi nominal impor lndonesia Hipotesis tanda parameter dugaan dari persamaan (11) sampai
persamaan (12) adalah sebagai berikut:
4.2.5 Persamaan Perilaku Inflasi Perilaku inflasi di rumuskan dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah, pengeluaran investasi pemerintah dan upah, sebagai berikut.
dimana: lCPl
= lndeks harga konsumn lndonesia (1987 = 100)
IWAN = lndeks upah di lndonesia ( 1987 = 100) Hipotesis tanda parameter dugaan dari persamaan (13) adalah
sebagai berikut.
4.2.6 Persamaan Perilaku Nilai Tukar Barter Sektor Pertanian
Perilaku nilai tukar barter s e b r pertanian yang didefenisikan sebagai rasio indeks deflator GDP pertanian dengan deflator GDP sektor rton
pertanian dimmuskan dipengaruhi oleh pangsa pengeluaran konsumsi, kemajuan teknologi pertanian relatif terhadap kemajuan teknologi non per-
tanian dan distorsi nilai tukar rupiah sebagai berikut. R P 4 = no + nf SCONt+
n2 RTEK
+ N3RECR + n4RP&, + Uia ........ ................-.........(15) dimana:
RTEK = Kernajuan teknologi sektor pertanian relatif terhadap kemajuan teknologi sektor non pertanian. RPA
= Nilai tukar barter seMor pertanian
SCON = Pangsa pengeluaran konsumsi Hipotesis tanda parameter dugaan dari persamaan (15) adalah sebagai berikut.
nl, ns, > 0 ;nz < 0 4.2.7 Persrmaan Perilaku Alokasi Investasi Antar Sektor
Perilaku investasi antar sektor pertanian dengan sektor non pertanian didisagregasi menjadi alokasi invesbsi swash asing dan alokasi investasi swasta domestik, sebagai berikut
GEIAGt = SAG * GElt ..........................
........... . ................ (16)
DINVt
dimana:
=DINVAGt+DINVA ................. :............................
(27)
--
GElAG = Nilai investasi pemerintah pada seMor pertanian dan pengairan (Rp milyar)
GEINA = Nilai investasi pemerintah pada sektor non pertanian (Rp rnilyar) FINFAG= Nilai investasi swasta asing pada sektor pertanian (Rp milyar) FINVNA= Nilai investasi swasta asing pada sektor non pertanian (Rp milyar)
DINVAG= Nilai investasi swasta domestik pada sektor pertanian (Rp milyar)
DlNVNA= Nilai investasi swasta domestik pada sektor non pertanian (Rp milyar) SAG
= Pangsa alokasi investasi pemerintah pada sektor pertanian dan pengairan (%)
SAF = Pangsa alokasi investasi swata asing pada sektor pertanian (%) SAD = Pangsa alokasi investasi swasta domestik pada seMor pertanian (%) SAC = Pangsa alokasi kredit pads seMor pertanian (%) PWRCI = lndeks harga beras di pasar Internasional(l987 = 100) SRP = Pangsa penduduk Indonesia di pedesaan (016) Hipotesis tanda parameter dugaan dari persarnaan (171, (19) dan (21) adalah sebagai berikut
4.2.8 Pemamaan Perilaku Kapital Stok dan Perilaku Pmduksi
Pembentukan kapital stok dirumuskan dalam bentuk persamaan
transformasi dan didisaggrmasi menurut sumber investasi dan sektor ekonomi.
Sedangkan perilaku produksi agregat di disaggregasi atas
perilaku produksi sektor pertanian dan perilaku sektor non pertanian sebagai berikut.
-
dimana: CSFAG= Nilai kapital stok swasta asing pada sektor pertanian (Rp milyar)
CSFNA= Nilai kapital stok swasta asing pada sektor non pertanian ( Rp milyar)
CSDAG= Nilai kapital stok swasta domestik pada sektor pertanian ( Rp milyar)
CSDNA= Nilai kapital stok swasta domestik pada sektor non pertanian ( Rp milyar) CS-WG= Nilai kapital stok pemerintah pada sektor pertanian dan pengairan ( Rp milyar) -.
CSGNA= Nilai kapital stok pemerintah pada sektor non pertanian ( Rp milyar)
PDBA = Produk domestik bruto sektor pertanian (Rp triliun) PDBNA= Produk domestik bruto sektor non pertanian (Rp triliun) PJ
= Panjang jalan di Indonesia (Km)
PROW= Teknologi sektor pertanian TEKNA= Teknologi sektor non pertanian
Hipotesis bnda parameter dugaan dari persarnaan (36) dan (37)
adalah sebagai berikut.
4.2.9 Persamaan Perilaku Penyerapan Tenaga Kej a Antar Sektor
Alokasi tenaga kerja antara sektor pertanian dengan sektor non '
pertanian dirumuskan dalam bentuk persamaan transfonnasi dan perilaku pangsa alokasi tenaga kerja sektor pertanian, sebagai berikut:
dimana: SAL= Pangsa tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian
(%I L =Tohlangkatan kerjayang bekerja-.
tA = Jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian (juta orang)
LNA= Jumlah tenaga kerja yang bekeja pada sektor non pertanian (juta orang) Hipotesis tanda parameter dugaan pada persamaan (40) adalah
sebagai berikut: t.1 > 0; t2 €0
4.3
lndentifikasidan Metode Pendugaan Model Sebelum menentukan metode pendugaan model, suatu model
ekonometrika persamaan struktural simultan mernerlukan identifikasi
model. Model persamaan struktural dapat diidentifikasi dengan
rnenggunakan metode order conditbn sebagai syarat keharusan;dan m k
condition sebagai syarat kecukupan (Koutsoyiannis, 1077)metode wder conditbn yang dimaksud adalah sebagai berikut: (K-M) >(G- 1)
dimana: K = Total variabel dalam model yaitu variabel endogen dan variabel pre determined.
M = Jumlah variabel endogen dan eksogen yang terrnasuk dalam suatu persamaan tertentu dalam model. G = Jumlah variabel endogen dalam model
Kondisi suatu persamaan dalam rnodsl mengikuti metode order condition
adalah sebagai berikut: (K
- M)
(G
- 1) ; persamaan yang bersangkutan terindentifikasi berlebih (over identdkd)
-
(K - M) 4 (G 1) ; penamaan yang benangku&n tidak dapat diindentifikasi (unidentified)
(K
-
M) = (G
-
I) ; persamaan yang bersangkutan dapat diindentifikasi secara tepat (exactly identified)
Agar dapat diduga parameter-parametemya setiap persamaan struktural
haruslah exactly identified atau over identiiied. Suatu persarnaan yang teridentifikasi akan memenuhi rank
condition jika dan hanya jika memungkinkan minimal satu determinan bukan no1 pada order (G-1) dari parameter struktural yang tidak termasuk
dalam persamaan.
Made! ekonometrika yang
telah
dirumuskan
mngandung
42 persamaan (variabel endogen) dan 60 variabel pre determined yang terdiri atas 33 variatsel eksqen dan 27 variabel beda kala endogen
(lag endogenous).
adalah 103 peubah.
Dengan demikian total variabel dalam model (K)
Berdasarkan ombr condition dan rank condition
maka semua persamaan struktural teridentifikasi berlebih.
Suatu persamaan yang teridentifikasi berlebih, dapat diduga
dengan berbagai metode seperti Two Sfage Least Squams (2 SLS), Three Stage Least Squares (3 SLS), Limited lnfomation Maximum Likelihood
(LIML) atau Full Informatbn Maximum Likelihood (FIML). Dari beberapa
metode pendugaan tersebut dipilih metode 2 SLS yang didasarkan pada kesesuaiannya dengan tujua pembentukan model yaitu analisis struktural
dan evaluasi kebijakan. Selain itu sampel data yang tersedia relatif kecil (n = 28) dan tidak sensitif terhadap modifikasi model baik untuk analisis
struktural maupun analisis simulasi. Pendugaan model dilakukan dengan menggunakan program aplikasi komputer SAS I ETS (Statistical Analysis System / Emnometric Time Sehs) terhadap data sekunder dengan kurun waMu tahun 19691996 yang diperoleh dari berbagai publikasi lntemasional Monetery Fund (1 MF); Wodd
fable, Food and Ag~uIYuraI Organization (FAO),
Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM). Data-data dan surnber data yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Suatu model yang mengandung persamaan simultan dan variabel endogen beda kala, uji statistik-T dan uji korelasi serial dengan
menggunakan statistik DW (Durbin-Watson Statistics) tidak valid
digunakan. Namn demikian statistik-T masih cukup handal digunakan
sebagai suatu perangkat yang sistematik untuk mengevalussi persamaanpersamaan penduganya (Sinaga, 1989). Lagipula penelitian ini lebih
mmfokuskan pada terpenuhinya spesifikasi tanda penduga parameter model ysng telah ditentukan secara apriori. Koefisien varlabel yang
mempunyai nilai T-statistik lebih besar dari satu dianggap berbeda nyata dari nol. Sedangkan, pengganti statistik DW untuk menguji ada tidaknya korelasi serial yang serius dalam -el
digunakan Durbin-h- statistics
(Pyindick and Rubnfeld, 1991) sebagai berikut:
h = [ 1 - 0.5 OW ]
/(1
- T (Var Bhart) ]]Oh5
dimana:
h
= Angka statistik Durbin-H
T
= Jumlah pengamatan contoh
Var Bhark Varians dari koefisien variabel beda kala DW= Nilai statistik Durbin Watson Bila statistik-h lebih besar dari nilai kritis distribusi normal maka model
tidak mengalami korelasi serial. Untuk
menguji
apakah
variasi
peubah-peubah
penjelas
(explanatory variables) dapat mnjelaskan variasi peubah endogen pada
masing-masing persamaan digunakan uji statistik-F . 4.4
Validasi Model Sebelum model digunakan untuk simulasi kebijakan maupun non
kebijakan alternatif, perlu diuji terlebih dahulu apakah model cukup valid
atau tidak.
Kriteria uji validitas model yang digunakan adalah
ketepatannya
menjelaskan
dan
rnenggarnbarkan keadaan
yang
sebenamya. Uji validitas model yang wring digunakan adalah kesalahan rataan kuadrat terkecil (root-mean squam percent error, RMSPE) dan Koefisien Ketidaksaman Theil mil Inequality Caeficlent, U) (Pindyck
and Rubenfeld, 1991), sebagai berikut: T
RMSPE
=[inCfl-v"t)l(V
a 20.h t)
I
100
t=l
T
RMSE
= [ 1m
E Vt-Yt~T.5
t= 1
dimana:
RMSPE= Akar tengah kuadrat persen galat RMSE = Akar tengah kuadrat galat simulasi
U
= Koefisien ketidaksamaan Theil
Vt
= Nilai dugaan model
Vat
= Nilai pengamatan contoh
T
= Jumlah pengamatan dalarn simulasi
Persentase penyimpangan nilai dugaan variabel endogen dari nilai
aMuat ditunjukkan oleh RMSPE atau RSME (dalam nilai absolut). Nilai U berkisar antara 0 dan I.Jika nilai U = 0 berarti kemampuan pendugaan
model sempurna, sedangkan bila U = 1 pendugaan model adalah naif. Kesalahan rataan kuadrat dapat juga didekomposisi mnjadi tiga komponen menurut sumber kesalahannya (Pindyck and Rubinfield, 1981)
yakni proporsi bias (UM), proporsi regmi (UR) dan pmporsi residu (UD) sebagai krikut:
T
dimana:
AYE
= Rata-rata nilai dugaan
AYA = Rata-rata nilai aMual SYE = Standar deviasi nilai dugaan SYA = Standar deviasi nilai aktual r
= Koefisien korelasi antara nilai aktual dengaa nilai dugaan
Proporsi bias (UM) mengukur sejauh mana nilai rata-rata dugaan menyimpang dari rata-rata nilai aktualnya. Karena itu proporsi bias ini mengindikasikan kesalahan sistematis. Semakin kecil nilai UM sernakin
bait<model. Proporsi
regresi
(UR)
m n gukur
atau
m n gindikasikan
penyimpangan kemiringan (slope) regresi nilai aktualnya dengan nilai dugaan.
Kemampuan prediksi akan sempurna jika slope regresi
(r.SYNSYE) akan mngambil nilai satu dan tidak berpotongan dengan regresi aktualnya.
Proporsi distribusi/residu (UD) mengukur kesalahan tidak sistematis. Suatu model yang baik jika UM dan UR sangat kecil atau mendekati no1
sehingga UD akan mendekati satu.
4.5 Simulasi Kebijakan Dugaan strategi industrialisasi yang lebih berpihak pada sektor non
pertanian merupakan faktor utama penurunan pangsa sektor pertanian yang drastis dalam PDB, mmerlukan pembuktian empiris.
Strategi
industrialisasi yang dipiiih dapat dianalisis pada kebijakan makroekonomi
(temsuk perdagangan luar negeri). Kebijakan nilai tukar mata uang rupiah yang dinilai terlalu tinggi
(overvalued) diperlrirakan
sebagai
faktor
yang
mmpengaruhi sektor pertanian di dalam negeri.
penting
dalam
Hal ini disebabkan
karena kebijakan nilai tukar yang demikian secara implisit memberikan subsidi kurs impor sekaligus pajak kurs ekspor.
Akibatnya sektor
pertanian yang berbasis pada sumberdaya domstik dan berorientasi
ekspor akan tertekan baik karena terhambatnya ekspor maupun karena kalah bersaing dengan impor komoditas pertanian. Sebaliknya sektor non
pertanian khususnya sektor industri yang
berbasis impor akan
memperoleh insentif. Selain itu, kebijakan perdagangan luar negeri yang bersifat
hambatan kuantitatif maupun kualitatif diperkirakan juga mernpengaruhi kinerja sektor pertanian di dalam negeri. Kebijakan perdagangan luar
negeri yang pro impor berarti juga anti ekspor akan rnerugikan sektor pertanian domestik.
Kebijakan pemrintah dalam mengalokasikan investasi pemerintah dan alokasi kredit dari perbankan juga merupakan ha1 yang penting dalam strategi industrialisasi. Sebab investasi pemerintah dan kredit merupakan
salah satu faktor yang penting dalam mmpengaruhi alokasi investasi swasta. Idealnya alokasi investasi pemerintah dan kredit proporsional
dengan distribusi tenaga keja antar ssktor.
Sektor pertanian yang
menyerap paling besar tenaga kerja seharusnya memperoleh alokasi
investasi pemerintah dan kredit yang lebih besar. Berdasarkan pemikiran di atas maka dalam penelitian ini akan
dilakukan simulasi alternatif kebijakan sebagai berikut. 1. Penghapusan distorsi nilai tukar rupiah mendekati nilai keseimbangan paritasnya 2. Penghapusan distorsi perdagangan menuju regim perdagangan netral
3. Peningkatan pangsa alokasi investasi pemrintah dan alokasi kredit
perbankan pada sektor pertanian (kebijakan promosi pertanian) 4. Kombinasi alternatif no.l,2,3 dan peningkatan keterkaitan dengan sektor non pertanian 5. Alternatif no. 4 namun pada kurs rupiah yang undervelued.
-.
