1
Konsep dan Teori Gender
Pengantar Dalam bab ini akan disampaikan secara detil arti dan makna dari Gender, serta konsepsi yang berkembang dalam melihat gender. Hal-hal mendasar yang perlu dipahami oleh seorang yang baru mulai mengenal konsepsi gender dianggap penting, karena akan memberikan pijakan pada dirinya dalam melihat keberadaan masalah gender yang mungkin ada dan berkembang di masyarakat. Secara ringkas, bab ini akan menjabar terminologi gender, baik secara konseptual maupun teoretikal. Pemahaman konseptual yang akan dibangun, diarahkan kepada pemahaman apa yang dimaksud dengan gender itu sendiri, terutama pada keberbedaannya dengan konsepsi jenis kelamin. Sementara dalam konteks teoretikal, bab ini akan mendiskusikan pemikiran atau perspektif yang berkembang dalam melihat permasalah gender, yaitu teori nature dan teori nurture. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa akan: (1) memahami konsep dasar gender (2) memahami teori-teori dasar gender
Konsepsi Dasar Gender Apa itu teori? Dalam kamus umum yang ada, teori (plural) dapat diartikan sebagai satu kelompok pernyataan (proposi) umum yang sudah teruji, yang secara umum diakui kebenarannya, yang dapat dijadikan sebagai prinsip-prinsip untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena yang ada. Sehingga, dalam konteks ilmu pengetahuan, secara umum dapat dipahami bahwa teori berarti model atau kerangka berfikir untuk menjelaskan fenomena alam dan fenomena sosial tertentu.
Bagaimana terbentuknya teori? Secara traditional, teori harus dibangun dalam kerangka, proses dan metoda ilmiah yang jelas, yang terus bergerak dalam suatu siklus ilmu pengetahuan yang terus berkembang, seperti tampak pada Gambar 1 berikut:
Pengetahuan Baru
Pengetahuan yang ada
Himpunan asumsi Modifikasi asumsi
Pengembangan/ revisi teori Prinsip-prinsip umum
Hipotesis
Pengujian melalui pengumpulan data
Gambar 1. Siklus Pembentukan Ilmu Pengetahuan Seperti tampak dalam Gambar 1 tersebut, teori dibangun melalui proses yang dimulai dengan pengetahuan yang sudah ada (existing knowledge), kemudian dibentuk asumsi-asumsi, hipotesis yang diuji dengan fakta-fakta empirik, sehingga dapat dibuat prinsip-prinsip baru sebagai perbaikan atau penyempurnaan dari teori yang sudah ada tersebut. Apa itu Gender? Memang gender untuk sejumlah orang masih dapat dikatakan sebagai suatu ide yang baru. Tetapi sebenarnya, secara sederhana, gender adalah tentang laki-laki dan perempuan, tentang apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka berhubungan satu sama lain dalam kehidupannya bermasyarakat. Dalam bermasyarakat dan berkeluarga, laki-laki dan perempuan saling belajar melalui suatu proses sosial. Secara umum, perilaku masing-mas ingnya tidaklah tetap tetapi dinamik, dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya, politik dan ekologinya masing-masing.
Secara konsepsual, istilah “gender” dikemukakan oleh para ilmuwan sosial dengan maksud untuk menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki yang mempunyai sifat bawaan (ciptaan Tuhan) dan bentukan budaya (konstruksi sosial). Hal ini terutma untuk menghindari sering terjadinya pencampuradukan ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati (tidak berubah) dengan yang bersifat non-kodrati (gender) yang bisa berubah dan diubah. Perbedaan peran gender ini juga menjadikan orang berpikir kembali tentang pembagian peran yang dianggap telah melekat, baik pada perempuan maupun laki-laki. Sehingga, secara definitif, dapat dikatakan bahwa Gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Pendefisinian gender ini jelas bedanya dengan pendefinisian kodrati tentang seks atau jenis kelamin. Seks adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Seks melekat secara fisik sebagai alat reproduksi. Oleh karena itu, seks merupakan kodrat atau ketentuan Tuhan sehingga bersifat permanen dan universal. Untuk dapat melihat perbedaan antara Gender dan Seks dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Perbedaan Gender dan Seks Gender
Seks/jenis kelamin
Bisa berubah Dapat dipertukarkan Tergantung musim Tergantung budaya masingmasing Bukan kodrat (buatan masyarakat)
Tidak bisa berubah Tidak dapat dipertukarkan Berlaku sepanjang masa Berlaku di mana saja Kodrat (ciptaan Tuhan): perempuan menstruasi, hamil, melahirkan, menyusui
Berdasar pada pemahaman umum yang ada pada masyarakat saat ini, apa yang membedakan antara laki-laki dan perempuan juga dapat dilihat dari aspek fungsi, ruang lingkup dan tanggung jawab, seperti pada tabel berikut. Tabel 2. Perbedaan Laki-laki dan Perempuan dilihat dari Sifat, Fungsi, Ruang Lingkup, dan Tanggungjawab Aspek
Laki-laki
Perempuan
Sifat
Maskulin
Feminin
Fungsi
Produksi
Reproduksi
Ruang Lingkup
Publik
Domestik
Tanggung
Nafkah Utama
Nafkah tambahan
Jawab
Bagaimana bentuk Diskrimasi Gender? Diskriminasi berarti setiap pembedaan, pengucilan, atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang mempunyai tujuan mengurangi atau menghapus pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak-hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi, dll oleh perempuan, terlepas dari status perkawinan mereka, atas dasar persamaan antara perempuan dan laki-laki. Ketidaksetaraan atau Ketidakadilan gender adalah berbagai tindak ketidakadilan atau diskriminasi yang bersumber pada keyakinan gender, mencakup ketidaksetaraan didepan hukum, ketidaksetaraan peluang dan ketidaksetaraan dalam hak bersuara. Tabel 3. Keterkaitan antara Keyakinan Gender dengan Bentuk Ketidakadilan Gender Keyakinan Gender Bentuk Ketidakadilan Perempuan: lembut bersifat emosional
dan Tidak boleh menjadi manajer atau pemimpin suatu institusi
Perempuan: pekerjaan utamanya di rumah dan kalau bekerja hanya membantu suami (tambahan) Lelaki berwatak tegas dan rasional
Dibayar lebih rendah dan tidak perlu kedudukan yang tinggi/penting Cocok menjadi pemimpin dan tidak pantas kerja di rumah dan memasak
Gambar 2. Pertarungan antara perempuan dan laki-laki: Sumber: Willian de Vries: gender di Jambi
Ketidakadilan atau diskriminasi gender tersebut sering terjadi dalam keluarga dan masyarakat serta di tempat kerja dalam berbagai bentuk, yaitu: (i) Stereotip/Citra Baku, yaitu pelabelan terhadap salah satu jenis kelamin yang seringkali bersifat negatif dan pada umumnya menyebabkan terjadinya ketidakadilan. Misalnya, karena perempuan dianggap ramah, lembut, rapi, maka lebih pantas bekerja sebagai sekretaris, guru Taman Kanak-kanak; kaum perempuan ramah dianggap genit; kaum laki-laki ramah dianggap perayu. (ii) Subordinasi/Penomorduaan, yaitu adanya anggapan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap lebih rendah atau dinomorduakan posisinya dibandingkan dengan jenis kelamin lainnya. Contoh: Sejak dulu, perempuan mengurus pekerjaan domestik sehingga perempuan dianggap sebagai “orang rumah” atau “teman yang ada di belakang”.
Gambar 3. Penomorduaan
(iii) Marginalisasi/Peminggiran, adalah kondisi atau proses peminggiran terhadap salah satu jenis kelamin dari arus/pekerjaan utama yang berakibat kemiskinan. Misalnya, perkembangan teknologi menyebabkan apa yang semula dikerjakan secara manual oleh perempuan diambil alih oleh mesin yang pada umumnya dikerjakan oleh lakilaki.
(iv) Beban Ganda/Double Burden, adalah adanya perlakuan terhadap salah satu jenis kelamin dimana yang bersangkutan bekerja jauh lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin lainnya. Mengapa Beban Ganda bisa terjadi? Berbagai observasi menunjukkan bahwa perempuan mengerjakan hampir 90 persen dari pekerjaan dalam rumah tangga. Karena itu, bagi perempuan yang bekerja di luar rumah, selain bekerja di wilayah publik, mereka juga masih harus mengerjakan pekerjaan domestik.
Gambar 4. Perempuan di rumah, di tempat kerja dan memproteksi lingkungan
(v) Kekerasan/Violence, yaitu suatu serangan terhadap fisik maupun psikologis seseorang, sehingga kekerasan tersebut tidak hanya menyangkut fisik (perkosaan, pemukulan), tetapi juga nonfisik (pelecehan seksual, ancaman, paksaan, yang bisa terjadi di rumah tangga, tempat kerja, tempat-tempat umum.
Gambar 5. Bentuk ketidaksetaraan gender