LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 590/MPP/Kep/10/1999 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASANDAN TANDA DAFTAR INDUSTRI
MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 2 1. Setiap pendirian Perusahaan Industri wajib memperoleh Izin Usaha Industri yang selanjutnya disebut IUI. 2. Jenis industri tertentu dalam Kelompok Industri Kecil dikecualikan dari kewajiban untuk memperoleh IUI. 3. Jenis industri tertentu dalam Kelompok Industri Kecil sebagaimana dimaksud pada ayat dua meliputi semua jenis industri sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 589/MPP/Kep/10/1999 dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 4. Terhadap jenis industri tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) cukup dengan Tanda Daftar Industri yang selanjutnya disebut TDI dan diberlakukan sebagai IUI.
BAB II PEMBERIAN IUI, TDI DAN PERLUASAN INDUSTRI Pasal 3 1. Terhadap semua jenis industri dalam Kelompok Industri Kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya dibawah Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, tidak wajib memperoleh TDI kecuali bila dikehendaki oleh perusahaan yang bersangkutan. 2. Terhadap semua jenis industri dalam Kelompok Industri Kecil dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memperoleh TDI. 3. Terhadap semua jenis industri dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya diatas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memperoleh IUI.
Pasal 4 1. Untuk memperoleh IUI diperlukan Tahap Persetujuan Prinsip atau Tanpa Melalui Tahap Persetujuan Prinsip. 2. Perusahaan Industri yang telah memperoleh IUI, dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal diterbitkannya IUI wajib mendaftarkan perusahaan dalam Daftar Perusahaan sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan. 3. Persetujuan Prinsip diberikan kepada Perusahaan Industri untuk langsung dapat melakukan
persiapan-persiapan
dan
usaha
pembangunan,
pemasangan/instalasi peralatan dan lain-lain yang diperlukan.
pengadaan,
4. Persetujuan Prinsip bukan merupakan izin untuk melakukan produksi komersial. 5. IUI yang Melalui Tahap Persetujuan Prinsip diberikan kepada Perusahaan Industri yang telah memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku seperti antara lain Izin Lokasi, Undang-Undang Gangguan atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL), Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dan telah selesai membangun pabrik dan sarana produksi serta telah siap berproduksi.
Pasal 5 Perusahaan Industri yang melakukan perluasan melebihi 30% (tiga puluh persen) dari kapasitas produksi yang telah diizinkan sesuai IUI yang dimiliki, wajib memperoleh Izin Perluasan
Pasal 6 1. IUI, Izin Perluasan dan TDI berlaku selama Perusahaan Industri yang bersangkutan beroperasi. 2. IUI dan Izin Perluasan untuk Perusahaan Penanaman Modal Asing masa berlakunya diberikan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 jo. Nomor 11 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing serta peraturan pelaksanaannya.
Sumber : http://www.depdag.go.id/index.php?option=regulasi&task=detil&id=360&file=htm, 2008.
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 17 TAHUN 2001 TENTANG JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB DILENGKAPI DENGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
H. Bidang Perindustrian
Kegiatan bidang perindustrian pada umumnya menimbulkan pencemaran air udara, tanah, gangguan kebisingan, bau dan getaran
Beberapa jenis industri menggunakan air dengan volume sangat besar yang diperoleh baik dari sumber air tanah ataupun air permukaan . Penggunaan air ini berpengaruh terhadap sistem hidrologi sekitar.
Berbagai potensi pencemaran, gangguan fisik dan gangguan pasokan air tersebut diatas menimbulkan dampak sosial
Beberapa jenis industri yang sudah memiliki teknologi memadai untuk mengatasi dampak negatif yang muncul sehingga tidak termasuk dalam daftar berikut tetapi menggunakan areal yang luas tetap wajib dilengkapi dengan AMDAL (nomor 15)
No
Jenis Kegiatan
1. Industri semen (yang dibuat melalui produksi klinker)
Skala/ Besaran Semua Besaran
Alasan Ilmiah Khusus Industri semen dengan proses klinker adalah industri semen yang kegiatannya bersatu dengan kegiatan penambangan, dimana terdapat proses penyiapan bahan baku, penggilingan bahan baku (raw mill process), penggilingan batubara (coal mill) serta proses pembakaran dan pendinginan klinker (Rotary kiln and clinker Cooler) Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh : * penggunaan lahan yang luas * kebutuhan air cukup besar (3,5 ton semen membutuhkan 1 ton air) * kebutuhan energi cukup besar baik tenaga listrik (110 - 140 Kwh/ton ) dan tenaga panas (800-900 Kcal/ton) * tenaga kerja besar (+ 1-2 TK/3000 ton produk) * potensi berbagai jenis limbah padat (tailing), debu (CaO, SiO2, Al2 O3, Fe O2) dengan radius 2-3 km, limbah cair (sisa cooling) mengandung minyak lubrikasi/pelumas) , limbah gas (CO2, Sox, Nox) dari pembakaran energi batubara, minyak dan gas
2. Industri pulp atau industri kertas yang terintegrasi dengan industri pulp (tidak termasuk pulp dari kertas bekas dan pulp dari industri kertas budaya)
Semua besaran
Proses pembuatan pulp meliputi kegiatan penyiapan bahan baku, pemasakan serpihan kayu, pencucian pulp (bleaching) dan pembentuk- an lembaran pulp yang dalam prosesnya banyak menggunakan bahan-bahan kimia, sehingga berpotensi menghasilkan limbah cair (BOD, COD TSS, ) limbah gas (H2S, SO2, Nox, Cl2) dan limbah padat (ampas kayu, serat pulp, lumpur kering) Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh : * Penggunaan lahan yang luas (0,2 ha/1000 ton produk) * tenaga kerja besar * kebutuhan energi besar (0,2 Mw/1000 ton produk)
3. Industri petrokimia hulu
Semua besaran
Industri petrokimia hulu adalah industri yang mengolah hasil tambang mineral (kondensat) terdiri dari Pusat Olefin yang menghasilkan benzena, propilena, dan butadiena serta pusat aromatik yang menghasilkan benzena, toluena xylena, dan etil benzena.
Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh : * Kebutuhan lahan yang luas * Kebutuhan air cukup besar (untuk pendingin (1I/dt/1000 ton produk) * Tenaga kerja besar * Kebutuhan energi relatif besar (6-7 Kw/ton produk) disamping bersumber dari listrik juga energi gas * Potensi berbagai limbah : gas (SO2 dan Nox), debu (SiO2 ), limbah cair (TSS, BOD, COD, NH4Cl ) dan limbah sisa katalis bekas yang bersifat B3. 4. Industri pembuatan besi dasar atau Semua baja dasar (iron and steel making) Besaran meliputi usaha pembuatan besi danbaja dalam bentuk dasar seperti pellet bijih besi, besi spons, besi kasar/pig iron, paduan besi/alloy, ingot baja, pellet baja, baja bloom dan baja slab.
Industri pembuatan besi dasar dan baja dasar adalah merupakan industri yang mengolah besi bekas (steel scrap) atau konsentrat biji besi yang menggunakan tungku-tungku pembakaran baik menggunakan energi listrik, batubara,atau pun bahan bakar dengan proses pembakaran sampai dengan temperatur 1600 derajat Celcius. Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh : * Kebutuhan lahan yang cukup luas * Kebutuhan energi relatif besar (1Kwh/0,5 ton produk) * Tenaga kerja cukup besar (1000 ton produk/TK) * Kebutuhan air untuk pendingin relatif besar (> 1000 m3/ hari) * Potensi berbagai limbah (termasuk B3) : limbah padat (basic slag), limbah cair (minyak dan scale), gas (Nox, H2S, SO2) debu berupa scale (2-3 % dari total produk per hari)
5. Industri pembuatan timah hitam Semua (Pb) (termasuk industri daur ulang) besaran
Timah hitam (Pb) merupakan logam berat yang termasuk bahan berbahaya (B3) yang mudah terurai . Proses pembuatannya melalui proses peleburan yang menghasilkan limbah gas beracun dan debu (partikulat) dan proses peredaman yang menghasilkan limbah cair dengan kadar asam yang tinggi.
6. Industri pembuatan tembaga (Cu) dasar/ katoda tembaga (bahan baku dari Cu konsentrat)
Industri pembuatan tembaga (Cu) dasar adalah industri yang mengolah konsentrat bahan tambang. Proses pembuatannya melalui pemisahan konsentrat peleburan dengan tungku-tungku bertemperatur tinggi dan elektrolisa.
Semua Besaran
Umumnya dampak yang ditimbulkan disebab kan oleh : * Penggunaan lahan yang cukup luas. * Kebutuhan energi relatif besar (264 ribu Mwh/th) * Tenaga kerja cukup besar * Kebutuhan air untuk proses pendinginan dan elektrolisa relatif besar (air bersih 5000 M3/hr dan air laut 3,3 juta m3/hr) * Potensi berbagai limbah : gas (SO2, Sox, N2, O2 dan tail gas dengan parameter Zn , Pb, Cd, Cr, TDS & TSS). Limbah padat gipsum dan slag (Fe, Cu, Zn, Ni, Pb, As, Hg, Se, Cd) 7. Industri pembuatan aluminium dasar (bahan baku dari alumina)
Semua besaran
Industri pembuatan aluminium dasar merupakan industri pembuatan batangan aluminium yang menggunakan bahan baku bijih alumina yang dilakukan melalui proses peleburan elektrolisa dan pencetakan. Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh : * Penggunaan lahan yang luas untuk bangunan pabrik dan fasilitas penunjang * Kebutuhan energi relatif besar ( 295 ribu Mwh/hr * Tenaga kerja sangat besar * Kebutuhan air yang sangat besar untuk proses pendinginan ( 17.000 m3/hr)
* Potensi limbah yang dihasilkan (termasuk B3 padat (dross, pelapis bekas) cair (air spray dengan kadar flour tinggi dan air pendingin mengandung minyak ) gas (H2S, NH3, NO2, SO2,& HF) dan debu 8. Kawasan industri (termasuk komplek industri yang terintegrasi)
Semua besaran
Kawasan industri (industrial estate) merupakan lokasi yang dipersiapkan untuk berbagai jenis industri manufaktur yang masih prediktif, sehingga dalam pengembangannya diperkirakan akan menimbulkan berbagai dampak penting antara lain disebabkan : * Kegiatan grading (pembentukan muka tanah) dan runoff (air larian) * Pengadaan dan pengoperasian alat-alat berat * Mobilisasi tenaga kerja (90-110 TK/ha) * Kebutuhan pemukiman dan fasilitas sosial. * Kebutuhan air bersih dengan tingkat kebutuhan rata-rata 0,55 - 0,75 l/dt/ha * Kebutuhan energi listrik cukup besar baik dalam kaitan dengan jenis pembangkit ataupun trace jaringan (0,1 Mw/ha) * Potensi berbagai jenis limbah dan cemaran yang masih prediktif terutama dalam hal cara pengelolaannya. * Bangkitan lalu lintas
9. Industri galangan kapal dengan sistem graving dock
> = 4000 DWT
Sistem graving dock adalah galangan kapal yang dilengkapi dengan kolam perbaikan dengan ukuran panjang 100 m lebar 40 m dan kedalaman 15 m dengan sistem sirkulasi. Pembuatan kolam graving ini dilakukan dengan mengeruk laut yang dikhawatirkan akan menyebabkan longsoran ataupun abrasi pantai. Perbaikan kapal berpotensi menghasilkan limbah cair (air ballast, pengecatan lambung kapal dan bahan kimia B3) maupun limbah gas dan debu dari kegiatan sand blasting dan pengecatan
10. Industri pesawat terbang
Semua besaran
Industri pesawat terbang merupakan industri strategis berteknologi tinggi yang membutuhkan tingkat pengamanan (security) yang tinggi Dampak penting yang ditimbulkan berasal dari :
* Pengadaan lahan untuk bangunan pabrik dan landasan pacu * Gangguan kebisingan dan getaran. 11. Industri senjata, munisi dan bahan peledak
Semua besaran
Industri senjata, munisi dan bahan peledak merupakan industri yang dalam proses produksinya menggunakan bahan -bahan kimia yang bersifat B3, disamping kegiatannya membutuhkan tingkat keamanan yang tinggi.
12. Industri baterai kering (yang menggunakan bahan baku merkuri/Hg)
Semua besaran
Industri baterai kering yang diperkirakan menimbulkan dampak penting adalah yang menggunakan bahan baku merkuri (Hg), mengingat merkuri ini bersifat B3 yang mempunyai efek mutagenik, teratogenik dan karsinogenik terhadap manusia. Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh : * Kebutuhan tenaga kerja relatif besar. * Kebutuhan air relatif besar baik untuk proses (pembuatan pasta dan pemasakan baterai ) maupun domestik (170 m3/hr) * Potensi berbagai jenis limbah : padat (sludge B3 bekas kemasan ), limbah cair ( Zn, Hg, Cr, COD, TSS, Mn & NH3), limbah debu dan gas (H2S, SO2, NOx, CO, NH3, Zn,Pb, dan Cd )
13. Industri baterai basah (akumulator listrik)
Semua besaran
Pada umumnya proses produksi lengkap dimulai dari grid casting (persiapan, peleburan dan pencetakan timah hitam sebagai bahan aktif sel lead part (pencetakan bagian - bagian aki dari timah hitam), lead power (proses pembentukan bubuk Pb), pasting (pembuatan pasta dengan H2SO4 pekat), formation (merupakan proses elektrolisa dan assembling. Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh : * Kebutuhan tenaga kerja relatif besar * Kebutuhan air relatif besar ( 270 m3/hr) baik untuk proses maupun domestik * Kebutuhan energi listrik cukup besar
* Potensi limbah dari proses produksi seperti limbah cair (pH, TDS, Sulfat & Pb), gas (proses finishing dengan para meter Pb dan formation para meter sulfat, sedangkan pembakaran CO NO dan SO ), limbah padat (slidge dari IPAL dan bekas kemasan bahan penolong). 14 Industri bahan kimia organik dan anorganik yang memproduksi material yang di golongkan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Semua besaran
* Kegiatan produksi, penyim panan, pengemasan, pengang kutan, perdagangan dan pem buangannya memerlukan persyaratan khusus.
* Berpotensi menimbulkan pencemaran udara, air dan tanah. 15 Kegiatan industri yang tidak termasuk angka 1 s/d 14
Besaran untuk masing-masing tipologi kota diperhitungkan berdasarkan:
Penggunaan areal:
* Tingkat pembebasan lahan.
a. Urban
* Daya dukung lahan; seperti daya dukung tanah, kapasitas resapan air tanah, tingkat kepadatan bangunan per hektar, dll.
- Metropolitan; luas
> 5 ha
- Kota besar; luas
> 10 ha
- Kota sedang; luas
> 15 ha
- Kota kecil; luas
> 20 ha
b. Rural/pedesaan; luas
> 30 ha
Umumnya dampak yang ditimbul kan berupa: * Bangkitan lalulintas. * Konflik sosial. * Penurunan kualitas lingkungan
Sumber : http://www.depdag.go.id/index.php?option=regulasi&task=detil&id=420&file=htm, 2008.
Pokok-Pokok Perubahan UU PPh Terbaru Ditulis oleh Indra Riana Friday, 05 September 2008 Sehubungan telah disahkannya UU Pajak Penghasilan (PPh) oleh DPR pada hari Selasa (2/9/2008), yang akan diberlakukan pada awal tahun 2009. Berikut ini adalah pokok-pokok perubahan yang ada dalam UU PPh tersebut : 1. Penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Penurunan tarif PPh dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan tarif PPh yang berlaku di negara-negara tetangga yang relatif lebih rendah, meningkatkan daya saing di dalam negeri, mengurangi beban pajak dan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak (WP). a. Bagi WP orang pribadi, tarif PPh tertinggi diturunkan dari 35% menjadi 30% dan menyederhanakan lapisan tarif dari 5 lapisan menjadi 4 lapisan, namun memperluas masingmasing lapisan penghasilan kena pajak (income bracket), yaitu lapisan tertinggi dari sebesar Rp 200 juta menjadi Rp 500juta. b. Bagi WP badan, tarif PPh yang semula terdiri dari 3 lapisan, yaitu 10%, 15% dan 30% menjadi tarif tunggal 28% di tahun 2009 dan 25% tahun 2010. Penerapan tarif tunggal dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan prinsip kesederhanaan dan international best practice. Selain itu, bagi WP badan yang telah go public diberikan pengurangan tarif 5% dari tarif normal dengan kriteria paling sedikit 40% saham dimiliki oleh masyarakat. Insentif tersebut diharapkan dapat mendorong lebih banyak perusahaan yang masuk bursa sehingga akan meningkatkan good corporate governance dan mendorong pasar modal sebagai alternatif sumber pembiayaan bagi perusahaan. c.Bagi WP UMKM yang berbentuk badan diberikan insentif pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif normal yang berlaku terhadap bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4,8 miliar. Pemberian insentif tersebut dimaksudkan untuk mendorong berkembangnya UMKM yang pada kenyataannya memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian di Indonesia. Pemberian insentif juga diharapkan dapat mendorong kepatuhan WP yang bergerak di UMKM. d. Bagi WP orang pribadi Pengusaha Tertentu, besarnya angsuran PPh Pasal 25 diturunkan dari 2% menjadi 0,75% dari peredaran bruto. Penurunan tarif tersebut dimaksudkan untuk membantu likuiditas WP dengan pembayaran angsuran pajak yang lebih rendah serta memberikan kepastian dan kesederhanaan penghitungan PPh. e. Bagi WP pemberi jasa yang semula dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15% dari perkiraan penghasilan neto menjadi 2% dari peredaran bruto. Perubahan tarif tersebut dimaksudkan untuk memberikan keseragaman pemotongan pajak yang sebelumnya ada yang didasarkan pada penghasilan bruto dan sebagian didasarkan pada penghasilan neto. Dengan metode ini, penerapan perpajakan diharapkan dapat lebih sederhana dan tarif relatif lebih rendah sehingga dapat meningkatkan kepatuhan WP. f. Bagi WP penerima dividen yang semula dikenai tarif PPh progresif dengan tarif tertinggi sampai dengan 35%, menjadi tarif final 10%. Penurunan tarif tersebut dimaksudkan untuk mendorong perusahaan untuk membagikan dividen kepada pemegang saham, mendorong tumbuhnya investasi di Indonesia karena dikenakan tarif lebih rendah dan meningkatkan kepatuhan WP.
2. Bagi WP yang telah mempunyai NPWP dibebaskan dari kewajiban pembayaran fiskal luar negeri sejak 2009, dan pemungutan fiskal luar negeri dihapus pada 2011. Pembayaran fiskal luar negeri adalah pembayaran pajak di muka bagi orang pribadi yang akan bepergian ke luar negeri. Kebijakan penghapusan kewajiban pembayaran fiskal luar negeri bagi WP yang memiliki NPWP dimaksudkan untuk mendorong WP memiliki NPWP sehingga memperluas basis pajak. Diharapkan pada 2011 semua masyarakat yang wajib memiliki NPWP telah memiliki NPWP sehingga kewajiban pembayaran fiskal luar negeri layak dihapuskan. 3. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk diri WP orang pribadi ditingkatkan sebesar 20% dari Rp 13,2 juta menjadi Rp 15,84 juta, sedangkan untuk tanggungan istri dan keluarga ditingkatkan sebesar 10% dari Rp 1,2 juta menjadi Rp 1,32 juta dengan paling banyak 3 tanggungan setiap keluarga. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan PTKP dengan perkembangan ekonomi dan moneter serta mengangkat pengaturannya dari peraturan Menteri Keuangan menjadi undang-undang. 4. Penerapan tarif pemotongan/pemungut an PPh yang lebih tinggi bagi WP yang tidak memiliki NPWP. a. Bagi WP penerima penghasilan yang dikenai pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak mempunyai NPWP dikenai pemotongan 20% lebih tinggi dari tarif normal. b. Bagi WP menerima penghasilan yang dikenai pemotongan PPh Pasal 23 yang tidak mempunyai NPWP, dikenai pemotongan 100% lebih tinggi dari tarif normal. c. Bagi WP yang dikenai pemungutan PPh Pasal 22 yang tidak mempunyai NPWP dikenakan pemungutan 100% lebih tinggi dari tarif normal. 5.Perluasan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Dimaksudkan bahwa pemerintah memberikan fasilitas kepada masyarakat yang secara nyata ikut berpartisipasi dalam kepentingan sosial, dengan diperkenankannya biaya tersebut sebagai pengurang penghasilan bruto. a. Sumbangan dalam rangka penganggulangan bencana nasional dan infrastruktur sosial. b. Sumbangan dalam rangka fasilitas pendidikan, penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia. c. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga dan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia. 6. Pengecualian dari objek PPh a. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh lembaga atau badan nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan atau bidang penelitian dan pengembangan yang ditanamkan kembali paling lama dalam jangka waktu 4 tahun tidak dikenai pajak. b. Beasiswa yang diterima atau diperoleh oleh penerima beasiswa tidak dikenai pajak. c. Bantuan atau santunan yang diterima dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial tidak dikenai pajak. 7. Surplus Bank Indonesia ditegaskan sebagai objek pajak. Aturan ini dimaksudkan untuk memberikan penegasan terhadap penafsiran yang berbeda tentang surplus BI. Menurut UU No.7 Tahun 1983 tentang PPh, pengertian penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yangditerima atau diperoleh WP dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian surplus BI adalah tambahan kemampuan ekonomis yang termasuk objek PPh yang diatur dalam UU PPh. 8. Peraturan perpajakan untuk industri pertambangan minyak dan gas bumi,bidang usaha
panas bumi, bidang usaha pertambangan umum termasuk batubara dan bidang usaha berbasis syariah, diatur tersendiri dengan PeraturanPemerintah. Demkian pokok-pokok perubahan yang ada dalam UU PPh baru ini, mudah-mudahan dapat meneingkatkan kepatuhan Wajib Pajak di Indonesia (IRDS). Sumber : http://pajak.com/content/view/1876/57/, 2008.
Artikel
KOMPAS TODAY Sosok Senin, 27 November 2006
Sampah Plastik, Prestasi Baedowy Cokorda Yudistira Enam tahun silam Mohammad Baedowy masih berkutat dengan kesibukannya sebagai auditor di sebuah bank asing yang berkantor di World Trade Center, Jakarta. Masa itu tidak sedikit karyawan bank didera kecemasan lantaran bank mereka terpuruk, dilikuidasi, atau merger dengan bank lain sebagai dampak krisis moneter yang menghantam Indonesia. "Saat itu saya melihat banyak teman yang ketar-ketir menunggu nasib. Saya berpikir, daripada ikut susah, lebih baik berhenti duluan. Saya lantas mengundurkan diri dari perusahaan," tutur Baedowy ketika ditemui pada suatu siang pertengahan November lalu. Berhenti bekerja di bank, Baedowy lalu mendalami pekerjaan sampingan sebagai manajer keuangan pada sebuah perusahaan batik yang memiliki pabrik di Pekalongan, Jawa Tengah. Selain mengurus dan menata keuangan pabrik, ia juga bertugas mengatur kegiatan pameran produksi batiknya. Roda kehidupan putra pertama pasangan Supomo dan Zubaidah ini lantas berbalik 180 derajat setelah ia bertemu dengan seorang pejabat bank yang menawarinya berkongsi bisnis sampah. "Kerja sama kami hanya berjalan setengah tahun. Ternyata, kami sama-sama belum ahli berbisnis sampah. Tetapi, lantaran saya merasa sudah telanjur, kepalang basah, saya memutuskan untuk mencoba sendiri," ujar lelaki kelahiran Balikpapan, 33 tahun silam, ini. Plastik dan mesin Sampah plastik menjadi pilihan ladang bisnis Baedowy. Alasannya sederhana. Di benak Baedowy, berbisnis sampah plastik tidak membutuhkan modal terlalu besar, persaingan tidak terlalu ketat, dan bisnis sampah tidak dihantui risiko besar. "Kalau tidak laku, bisa disimpan lagi," kata ayah tiga anak ini. Dengan modal awal Rp 50 juta, Baedowy mendirikan pabrik penggilingan plastik yang dinamainya Fatahillah Interplastik. Namun, berbisnis sampah pun ternyata memiliki tantangan sendiri. Persaingan antarsesama pengusaha limbah plastik ternyata sangat ketat dan keras. Karena sebelumnya tak punya pengetahuan tentang sampah plastik dan minim peta perdagangan, tidak jarang Baedowy harus pulang dengan modal nyaris habis. Kendala lain, satu-satunya mesin pemotong (crusher) plastik di pabrik Baedowy kerap ngadat sehingga produksinya terganggu. Situasi ini dialami Baedowy selama lebih dari dua tahun. "Sambil jalan, saya belajar betulin mesin itu. Saya bongkar, kemudian pasang lagi. Pokoknya sampai hafal betul isi perut mesin itu," ujar Baedowy. Penggemar lagu-lagu Beatles dan Lobo ini juga memperdalam pengetahuannya tentang jenisjenis plastik dan sumber-sumber limbah plastik. Kini, Baedowy mengaku semakin
paham ragam jenis plastik dan hasil dari daur ulang dari setiap sampah plastik tersebut. Gelas plastik air mineral, misalnya, memiliki kode PP, singkatan dari polypropylene, sementara botol air mineral atau botol jus memiliki kode PET (polyethylene tereththalate). Berbeda jenis limbah plastik, berbeda pula harganya di pasaran. Sambil menjalankan usahanya itu, Baedowy rajin mengunjungi pameran industri, terutama yang berkaitan dengan mesin pengolah plastik. Brosur-brosur tentang mesin pengolah plastik dikumpulkannya. Sampai di kantor atau di rumah, Baedowy lantas menggambar ulang dan mempelajari cara kerja mesin tersebut. Kini, laki-laki tamatan Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Malang ini tidak hanya mampu berbisnis daur ulang limbah plastik. Melalui perusahaannya, CV Majestic Buana Group, di Cimuning, Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi, Baedowy juga membuat mesin-mesin pengolah limbah plastik, antara lain mesin penghasil pelet plastik, mesin crusher penghasil pencacah plastik, dan mesin pengolah lainnya. Mesin-mesin itu ia jual kepada mitra, istilah Baedowy kepada relasi bisnisnya yang samasama mengolah limbah plastik. Ia juga diminta membangun mesin atas pesanan instansi pemerintah. Dua di antaranya dari Departemen Kelautan dan Perikanan serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Prestasi Baedowy mengakui bahwa mesin-mesin tersebut bukan seutuhnya orisinal hasil pemikirannya sendiri. "Mesin-mesin itu sudah ada, tetapi saya ubah lagi sesuai dengan kebutuhan pengguna dan kondisi yang ada di lapangan," tutur suami Ririn Sari Yuniar ini. Hampir enam tahun menggeluti bisnis daur ulang sampah plastik, Baedowy tidak hanya memperoleh keuntungan materi hingga puluhan juta rupiah per minggu, tetapi juga lebih dari 40 mitra yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Dari mitra- mitra tersebut, Baedowy dipasok hasil olahan sampah plastik, yang kemudian diekspor ke China. Puluhan warga Cimuning pun dikaryakan di pabrik Baedowy. Selain memproduksi cacahan plastik, pabrik Baedowy juga memproduksi lakop (ujung) sapu ijuk dari bahan daur ulang sampah plastik, yang kemudian dijual ke pabrik dan perajin sapu ijuk dengan harga Rp 500 per buah. "Saya kewalahan memenuhi pesanan. Jarang ada stok di gudang saya," ujar Baedowy. "Masalah sampah adalah masalah besar yang dihadapi bangsa kita. Tetapi, kalau sampah diolah secara tepat, dengan teknologi yang tepat, dan ada peluang memasarkan hasil daur ulangnya, sampah ini bisnis bernilai dollar," papar Baedowy. "Saya punya obsesi untuk menyebarluaskan pengetahuan saya ini kepada orang lain," katanya menambahkan. Sumber : http://groups.yahoo.com/group/forum_komunikasi_warga_cilacap/message/4408?l=1, 2008.
Tuesday, November 13, 2007
MELELEHKAN PLASTIK MODEL PABRIK
Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 14 November 2007 Foto: Sobirin 2005, Pabrik Pelet Plastik Daur Ulang Padalarang Oleh: SOBIRIN Kalau punya uang berlebih, dan bermaksud menginvestasikannya di dunia plastik daur ulang, sepertinya mudah menangguk keuntungan. Harga peralatan mesinnya saja sangat mahal untuk ukuran saya, sekitar Rp. 200 juta-an rupiah, tergantung dari kapasitasnya. Berapa
keuntungan?
Lembar-lembar plastik bekas yang telah diseleksi dibeli dengan harga bervariasi mulai dari Rp 1.000,- per kilogram. Setelah menjadi pelet harganya jauh meningkat, ada yang Rp, 5.000,- per kilogram, bahkan kalau warna dan kualitasnya sesuai pasar bisa mencapai Rp, 10.000,-.
Karena penasaran ingin melihat seperti apa mesin pelet ini an bagaimana prosesnya, maka beberapa waktu yang lalu saya berkunjung ke pabrik ini, yaitu PT. XIN BAO MACHINERY INDONESIA (PT.XBMI), beralamat di Jl. Industri Cimareme II No. 7 Padalarang, Bandung, Jawa Barat, telpon 62-22-6868418, 62-22-6867883, fax 62-22-6866516. Waktu itu saya diterima oleh Bapak Deni selaku General Manager, HP 08122359188. Rupanya pabrik ini, selain memproduksi pelet plastik daur ulang, juga memproduksi karungkarung plastik yang di-merk-I (dinamai) sesuai pesanan. Bahan baku karung plastik ini menggunakan polypropylene trilene. Selain itu rupanya pabrik ini (PT.XBMI) juga menjual peralatan mesin pelet daur ulang yang harganya ratusan juta seperti telah disebutkan di atas. Mesin pelet plastik daur ulang ini dinamai recycling granulator. Mesin ini memanaskan tabung peleleh dengan suhu mencapai 200 sampai 300 derajat Celcius. Kapasitas produksi butir-butir pelet plastik bisa mencapai 3 ton selama operasi 8 jam sehari. Harga bahan dan harga jual seperti telah disebutkan di atas. Mesin ini bisa dioperasikan oleh 2 orang pekerja. Butir-butir pelet plastiknya seukuran butir-butir beras. Pelet yang berwarna putih jauh lebih mahal dibanding warna-warna lain. Hingga kini, menurut penjelasan staf PT.XBMI, pasar pelet plastik masih bagus, malah sangat menjanjikan. Berapa biaya produksi, berapa harga jual, berapa keuntungan, berapa lama modal kembali, dengan mudah bisa dihitung, dan pasti untung! Itu kalau punya modal, lahan, ketrampilan, dan pasar.
Tetapi prinsip dasar dari mesin recycling granulator ini sebenarnya sederhana saja. Lembar plastik bekas masuk, dipanasi, leleh, ditekan keluar, masuk air pendingin, dipotong kecil-kecil menjadi butiran, ditampung, dimasukkan dalam karung, lalu dijual kepada pasar yang telah menunggu. Memang peralatan mesin ini khusus untuk skala besar atau skala pabrik, sedangkan untuk skala rumah tangga maka plus-minus peralatan dan perhitungannya akan lain. Sebaiknya bapak dan ibu bisa menciptakan mesin pelet skala kecil dan jauh lebih sederhana yang bisa dimanfaatkan untuk skala rumah tangga. Sumber : http://clearwaste.blogspot.com/2007/11/melelehkan-plastik-model-pabrik.html, 2008.