ANALISIS SELEKSI PEMASOK (SUPPLIER) PRODUK LAPIS BOGOR SANGKURIANG PADA PT. AGRINESIA RAYA, BOGOR, JAWA BARAT
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian (S.P.)
Oleh Nurul Fitriani NIM: 1110092000006
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M / 1436 H
ANALISIS SELEKSI PEMASOK (SUPPLIER) PRODUK LAPIS BOGOR SANGKURIANG PADA PT. AGRINESIA RAYA, BOGOR, JAWA BARAT
Nurul Fitriani 1110092000006
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H
ii
iii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Maret 2015
Nurul Fitriani 1110092000006
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nurul Fitriani
Tempat, Tanggal Lahir
: Bogor, 9 April 1992
Alamat
: Kp. Ciuncal RT/RW. 03/11, Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor 16660
Telepon/ HP
: 0856-869-2774
E-mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan 1. TK (1997-1998)
: TK Tunas Karya
2. SD (1998-2004)
: SDN 1 Cigudeg
3. SMP (2004-2007)
: SMPN 1 Cigudeg
4. SMA (2007-2010)
: SMAN 1 Leuwiliang
Pengalaman Kerja 1. 2012
: Barista Part-Time Starbucks Coffee PIM 2
2. 2013
: Marketing Freelance di Bank Nobu Praktek Kerja Lapang di PT. Agrinesia Raya
3. 2014 - sekarang
: Purchasing & Procurement di PT. Agrinesia Raya
Pengalaman Organisasi 1.
Tahun 2011-2012
: Volunteer/Relawan di Leading and Empowering Adverse People (LEAP) INDONESIA
2. Tahun 2011-2012
: Bendahara Umum AgriCamp
3. Tahun 2010-2013
: Anggota Himpunan Mahasiswa Agribisnis 2010
v
RINGKASAN Nurul Fitriani, Analisis Seleksi Pemasok (Supplier) Produk Lapis Bogor Sangkuriang pada PT. Agrinesia Raya, Bogor, Jawa Barat. Dibawah Bimbingan Drh. Zulmanery, MM dan Rizki Adi Puspita Sari, MM
PT. Agrinesia Raya (PT. AR) merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan pangan. Usahanya memiliki konsep mengangkat konten lokal khas Bogor yaitu talas dalam bentuk tepung menjadi bahan makanan yang mempunyai nilai tambah. Tepung talas diolah menjadi cake atau kue dengan merk dagang Lapis Bogor Sangkuriang (LBS). Perusahaan ini berusaha terus memperbaiki kondisi rantai pasok karena produknya mengalami peningkatan permintaan. Pengelolaan dalam hal seleksi supplier dirasa penting ketika perusahaan menyadari banyaknya kerugian yang ditimbulkan akibat sering mencari supplier pengganti, hubungan yang tepat diantara perusahaan dan supplier belum terjalin. Kriteria-kriteria supplier yang diperlukan, prosedur seleksi supplier serta kontrak kerjasama belum dirumuskan secara memadai. Pujawan (2005) menyatakan peran manajemen pengadaan dalam perusahaan dapat menekan ongkos-ongkos bahan baku yang bisa mencapai 40%-70% dari sebuah ongkos produk akhir. Efisiensi dibagian pengadaan bisa memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi peningkatan keuntungan (profit) perusahaan. Hasil yang diperoleh dari aplikasi MPE sebagai metode seleksi supplier dapat diarahkan untuk meningkatkan kualitas Supplier Relationship Management (SRM). Hasil Penelitian merancang model seleksi supplier pada rantai pasokan Lapis Bogor Sangkuriang (LBS) yang menghasilkan kriteria dan kriteria turunannya dengan bobot masing-masing. Implikasi manajerial dari hasil penelitian dijadikan panduan untuk dibuat prosedur klasifikasi dan seleksi supplier bahan baku untuk PT. AR. Selain itu, penelitian ini dapat diimplementasikan pada masing-masing departemen, mulai dari departemen pengadaan bahan bahan baku khususnya purchasing, departemen produksi hingga pemasaran produk. Kata kunci: Supplier, Seleksi Supplier, Supplier Relationship Management, Teknik MPE vi
KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah S.W.T sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Seleksi Pemasok (Supplier) Produk Lapis Bogor Sangkuriang pada PT. Agrinesia Raya, Bogor, Jawa Barat”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Strata-1 di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa materil dan moral yang sangat berarti dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si, selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dr. Ir. Elpawati, MP, selaku ketua program studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Akhmad Mahbubi, S.P, MM, selaku sekretaris prodi Sosial Ekonomi
Pertanian/
Agribisnis
Universitas
Islam
Negeri
Syarif
Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Drh. Zulmanery, MM selaku dosen pembimbing pertama yang telah membimbing untuk memberikan arahan dan dukungan kepada penulis. 5. Ibu Rizki Adi Puspita Sari, MM selaku dosen pembimbing kedua yang telah membimbing penulis dalam menyusun skripsi yang baik. 6. Seluruh dosen Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat atas ilmu dan pelajaran dalam perkuliahan atau di luar perkuliahan.
vii
7. Kedua orang tua saya tercinta Bapak Yusuf Isa Suyana dan Ibu Suminar yang telah membimbing anaknya serta tak pernah lelah memberikan semangat serta motivasi. 8. Kedua adik saya Muhamad Dzikri Fujiawan dan Rivaldi Arif yang selalu memberikan semangat. 9. Teman-teman Agribisnis angkatan 2010 yang telah banyak membantu saya melewati masa-masa perkuliahan. Khususnya ketiga sahabat saya, Dwi Indah Sulistiani, Malisa Rachma Handayani dan Yona Namira yang selalu memberikan dukungan. 10. Teman-teman kantor PT. AGRINESIA RAYA (Laila, Yeni, Tya, Dini, Murni, Dinda, Yusni, Fathiya, Sopfi) yang selalu memberikan semangat, dukungan dan keceriaan selama pembuatan skripsi ini. 11. Luthfy Widiansyah, S.KM. Terima kasih atas do’a, bantuan, dukungan yang kamu diberikan selama ini, khususnya selama masa-masa sulit dalam pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini mungkin masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata penulis mengharapkan skripsi ini bermanfaat dan dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh semua pihak.
Jakarta, Maret 2015 Nurul Fitriani
viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. v RINGKASAN ............................................................................................................ vi KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix DAFTAR TABEL...................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiv BAB I
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2
Perumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.3
Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
1.4
Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
1.5
Ruang Lingkup Penelitian............................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Peran Industri Pengolahan Pangan terhadap Ketahanan Pangan........7
2.2
Pengertian Rantai Pasokan .................................................................9
2.3
Manajemen Rantai Pasokan ...............................................................11
2.4
Konsep Rantai Nilai sebagai Penjabaran Aktivitas Rantai Pasok ......15
2.5
Manajemen Pembelian dan Hubungan Supplier ................................19
2.6
Supplier Relationship Management (SRM) ........................................21
2.7
Supplier...............................................................................................22 2.7.1 Seleksi dan Evaluasi Supplier ...................................................22
ix
2.8
Kriteria Supplier yang Ideal ...............................................................23
2.9
Metode Pengambilan Keputusan pada Seleksi Supplier ...................31 2.9.1 Metode Perbandingan Eksponensial .........................................34
2.10 Penelitian Terdahulu ...........................................................................37 2.11 Kerangka Pemikiran Konseptual ........................................................39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................................43
3.2
Jenis dan Sumber Data .......................................................................43
3.3
Teknik Penentuan Sampel ..................................................................44
3.4
Metode Pengumpulan Data ................................................................45
3.5
Metode Analisis Data .........................................................................47 3.5.1 Analisis Deskriptif Rantai Pasok ..............................................47 3.5.2 Analisis Kuantitatif ...................................................................49 3.5.3 Skala Penilaian dan Rentang Bobot ..........................................49 3.5.4 Metode Perbandingan Eksponensial .........................................50
3.6
Definisi Operasional ...........................................................................50
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1
Profil Perusahaan ................................................................................51
4.2
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan .............................................51
4.3
Visi dan Misi ......................................................................................53
4.4
Struktur Organisasi .............................................................................54 4.4.1 Uraian Tugas .............................................................................55
4.5
Manajemen Sumber Daya manusia ....................................................57 4.5.1 Sistem Perekrutan Karyawan ....................................................58 4.5.2 Jenjang Karir atau Prestasi Karyawan ......................................59 4.5.3 Kesejahteraan Karyawan ...........................................................59 4.5.4 Fasilitas .....................................................................................61
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1
Identifikasi Rantai Pasokan LBS ........................................................62
5.2
Proses Penerimaan Supplier ...............................................................67
x
5.3
Analisis Proses Pengadaan dan Pembelian Bahan Baku LBS ............68
5.4
Analisis Rantai Nilai...........................................................................71
5.5
Pemilihan Supplier Bahan Baku Produk LBS ....................................76 5.5.1 Penentuan Kriteria Supplier Bahan Baku .................................77 5.5.2 Aplikasi MPE pada Masalah Seleksi Supplier..........................93
5.6
Implikasi Manajerial ...........................................................................102
BAB VI PENUTUP 6.1
Kesimpulan ........................................................................................107
6.2
Saran ...................................................................................................109
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................111
xi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Daftar Industri yang Beroperasi di Bogor Tahun 2013................................2 Tabel 2. Data Biaya Tidak Terduga untuk Penyediaan Bahan Baku LBS Oktober 2013 - Maret 2014 ......................................................................................................3 Tabel 3. Tiga Proses Makro Rantai Pasokan .............................................................15 Tabel 4. Formulir Seleksi dan Evaluasi Supplier Vincent Gaspersz (2012) ..............30 Tabel 5. Metode Pengambilan Keputusan pada Seleksi Supplier ..............................32 Tabel 6. Pemilihan Teknik Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja ..........36 Tabel 7. Penelitian Terdahulu yang Relevan .............................................................37 Tabel 8. Responden-Responden dalam Penelitian Seleksi Supplier Bahan Baku LBS PT. AR ...............................................................................................................44 Tabel 9. Aktivitas Rantai Pasokan menggunakan Konsep Rantai Nilai Michael E Porter ..........................................................................................................................48 Tabel 10. Kriteria Skor Rentang Bobot pada MPE ....................................................49 Tabel 11. Kriteria Skor Skala Penilaian pada MPE ...................................................50 Tabel 12. Produk LBS PT. AR...................................................................................63 Tabel 13. Bahan Baku dan Supplier untuk Produksi LBS pada PT. AR ...................64 Tabel 14. Kriteria-Kriteria Supplier ...........................................................................66 Tabel 15. Penilaian Kesesuaian Teknis Bahan Baku pada PT. AR ...........................82 Tabel 16. Analisis Tingkat Kepentingan Kriteria Supplier Bahan Baku LBS PT. AR ..............................................................................................................................88 Tabel 17. Urutan Peringkat Bobot Global Kepentingan Kriteria ...............................92 Tabel 18. Aplikasi MPE pada Kasus Seleksi Supplier Bahan Baku LBS pada PT. AR ..............................................................................................................................94 Tabel 19. Implikasi Manajerial yang dapat diterapkan oleh PT. AR .........................105
xii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Rantai Pasokan Objek Penelitian .............................................................10 Gambar 2. Struktur Manajemen Rantai Pasokan .......................................................13 Gambar 3. Rantai Nilai Generic (Value Chain) .........................................................16 Gambar 4. Kerangka Pemikiran Konseptual ..............................................................42 Gambar 5. Rantai Pasokan PT. AR ............................................................................64 Gambar 6. Skema Aliran Barang, Finansial dan Informasi pada Rantai Pasok PT. AR ..............................................................................................................................66 Gambar 7. Alur Proses Penerimaan Supplier PT. AR ...............................................67 Gambar 8. Bagan Alir Proses Pembelian Bahan Baku PT. AR .................................69 Gambar 9. Rantai Nilai Pengolahan LBS ..................................................................75
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Definisi Operasional Penelitian .............................................................113 Lampiran 2. Struktur Organisasi PT. Agrinesia Raya ..............................................119 Lampiran 3. Pemeriksaan Operasional Perusahaan (Depth Interview)......................120 Lampiran 4. Penjelasan Rantai Nilai Pengolahan Tepung Talas Menjadi Lapis Talas (Aktivitas Utama) ............................................................................................130 Lampiran 5. Penjelasan Rantai Nilai Pengolahan Tepung Talas Menjadi Lapis Talas (Aktivitas Pendukung) ..................................................................................... Lampiran 6. Standar Nasional Indonesia Bahan Baku Utama yang Digunakan PT. Agrinesia Raya ...........................................................................................................138 Lampiran 7. Kuisioner Penelitian ..............................................................................141 Lampiran 8. Identitas Responden...............................................................................146 Lampiran 9. Hasil Pengolahan Tingkat Kepentingan Kriteria ...................................147 Lampiran 10. Hasil Pengolahan MPE Seleksi Supplier PT. AR................................148 Lampiran 11. Prosedur Klasifikasi dan Seleksi Supplier PT. AR
149
xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2013, industri pengolahan tidak hanya membuka lapangan pekerjaan tetapi juga memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Subsektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap total pertumbuhan PDB, dengan sumber pertumbuhan sebesar 1,42% dan merupakan kontribusi yang terus meningkat (BPS Nasional, 2014). Persaingan industri meningkat, pelaku usaha
sadar akan perlunya
menciptakan keunggulan kompetitif untuk menghadapi persaingan. Perusahaan harus mampu memenuhi tuntutan pasar dengan mempertimbangkan kualitas dan efisiensi produksi. Upaya perusahaan untuk menarik minat konsumen dengan cara meningkatkan kinerja yang hemat biaya, banyak perusahaan mengalihkan perhatiannya pada manajemen suplai dan pembelian, yaitu bagian dari manajemen rantai pasok yang fokus terhadap pengaturan aliran barang dan jasa dari supplier menuju ke perusahaan (Pujawan, 2005). Keuntungan utama melakukan hal ini adalah meningkatnya kualitas bahan baku. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang memiliki jumlah industri pengolahan pangan yang mendominasi dibandingkan dengan sektor industri lainnya dengan jum lah industri kecil formal sebanyak 154 unit usaha dan industri kecil non formal sebanyak 929 unit usaha (Tabel 1). Dewan Ketahanan Pangan dalam Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2009 menyatakan industri pangan memiliki peran mendukung program pemerintah dalam diversifikasi dan pengembangan pangan lokal. Hal ini untuk memperkenalkan berbagai peluang pendapatan melalui pendayagunaan sumber-sumber pangan lokal sebagai faktor
1
penarik, karena dapat meningkatkan permintaan produk pangan dan meningkatkan harga bahan baku. Tabel 1. Daftar Industri yang Beroperasi di Bogor Tahun 2013
1 2 3 4
Pengolahan Pangan Kayu Olahan/Rotan Pulp dan Kertas Bahan Kimia Industri
UNIT INVESTASI USAHA Industri Kecil Formal 154 3,968,440,000,103 2,100,410,000,41 1,328,110,000,10 562,409,487,-
5
Kimia
31
1,861,950,850,-
23
80,500,000,-
6
Mesin dan Rekayasa
5
678,630,000,-
-
-
7
Industri Tekstil
75
4,772,878,650,-
127
277,479,721,-
8
Industri Kulit
65
1,387,910,000,-
295
647,282,670,-
9
Industri Alpora
8
518,750,000,-
5
16,000,000,-
10
Industri Elektronika
7
88,300,000,-
35
87,500,000,-
1511
2,070,209,848,-
NO
KELOMPOK INDUSTRI
499 17,267,788,987,JUMLAH Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, 2013
UNIT INVESTASI USAHA Industri Kecil Non Formal 929 788,640,230,75 152,497,852,22 20,309,375,-
PT. Agrinesia Raya (PT. AR) yang terletak di Bogor Utara, Jawa Barat merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan pangan. Usahanya memiliki konsep mengangkat konten lokal khas daerah yaitu talas dalam bentuk tepung menjadi bahan makanan yang mempunyai nilai tambah. Tepung talas diolah menjadi cake atau kue dengan merk dagang Lapis Bogor Sangkuriang (LBS). Ketika produknya mengalami peningkatan permintaan produksi, perusahaan ini berusaha terus memperbaiki kondisi rantai pasok. Mulai dari kegiatan memilih para supplier bahan baku yang akan bekerjasama dengan perusahaan
hingga
membina
hubungan
yang
saling
menguntungkan.
Kenyataannya, manajemen pengadaan dalam perusahaan belum dapat membina hubungan yang tepat diantara supplier-suppliernya. Proses pemilihan supplier bahan baku pada bagian Purchasing seringkali berorientasi kepada harga terendah. Kasus yang pernah terjadi adalah
2
supplieryang terpilih berdasarkan harga terendah ternyata menyerahkan bahan baku yang tidak memenuhi persyaratan kualitas. Supplier-supplier yang bekerjasama dengan perusahaan belum ditetapkan menjadi supplier tetap untuk jangka panjang dan tidak adanya kontrak kerja yang memadai. Para supplier seringkali terlambat dalam pengiriman bahan baku, bahkan secara mendadak harus mencari supplier pengganti. Akibatnya, selain aktivitas produksi terhambat, perusahaan harus mengeluarkan biaya-biaya tidak terduga misalnya harga bahan baku dari supplier pengganti jauh lebih mahal, biaya operasional untuk persediaan bahan baku menjadi lebih besar, sehingga keuntungan (profit) perusahaan berkurang. Data kerugian perusahaan karena seringkali mencari supplier pengganti dalam penyediaan bahan baku LBS selama 6 bulan (Oktober 2013-Maret 2014) menunjukkan peningkatan biaya-biaya tidak terduga terjadi pada bulan Januari hingga Maret 2014 (lihat Tabel 2), meskipun sempat mengalami penurunan pada Oktober hingga Desember 2013 tetapi penurunan biaya tersebut tidak cukup berarti karena tetap saja perusahaan dirugikan. Tabel 2. Data Biaya Tidak Terduga untuk Penyediaan Bahan Baku LBS Oktober 2013 - Maret 2014 No Bulan Biaya Tidak Terduga Pertumbuhan (%) 1 Oktober 2013 Rp 22,215,000,0% 2 November 2013 Rp 21,117,000,-5.19% 3 Desember 2013 Rp 20,016,000 -5.50% 4 Januari 2014 Rp 22,108,000,10.45% 5 Februari 2014 Rp 23,004,000,4.05% 6 Maret 2014 Rp 24,206,000,5.22% Sumber : Departemen Purchasing PT. AR, 2014
Kontinuitas pengiriman bahan baku belum menjadi hal pokok yang dipertimbangkan. Pujawan (2005) menyatakan
peran manajemen pengadaan
3
dalam perusahaan dapat menekan ongkos-ongkos bahan baku yang bisa mencapai 40%-70% dari sebuah ongkos produk akhir. Efisiensi dibagian pengadaan bisa memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi peningkatan keuntungan (profit) perusahaan. Departemen pengadaan perusahaan harus menerapkan dan merancang konsep Supplier Relationship Management atau SRM agar terjadi hubungan yang tepat dengan supplier.Pemilihan supplier yang dilakukan departemen pengadaan harus memiliki kemampuan mengirim bahan baku dalam waktu yang lebih pendek tanpa mengorbankan kualitas dan meningkatkan harga, karena menyangkut keberlanjutan usaha yang dijalankan. Selain itu, perusahaan yang bergerak dalam industri pangan harus mengkomunikasikan secara efektif mengenai bahaya keamanan pangan kepada para supplier karena mereka termasuk dalam anggota rantai pangan yang bertujuan untuk menyediakan produk pangan yang aman bagi pelanggan. Kriteria pengetahuan para supplier mengenai hal ini harus dipertimbangkan, penerapan sistem keamanan pangan yaitu Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dan Good Manufacturing Practices (GMP) dalam perusahaan harus direncanakan dan diterapkan. Keberhasilan implementasi manajemen rantai pasokan ditentukan pertama kali oleh keputusan strategis pemilihan supplier (Hou dan Huang 2002 dalam Nailul 2011). Koordinasi dengan supplier bukan hal mudah karena supplier merupakan organisasi eksternal sehingga dibutuhkan sistem kerjasama dan pertukaran informasi yang terintegrasi. Aktivitas seleksi supplier memainkan peran kunci dalam organisasi karena secara signifikan dapat mengurangi harga barang dan meningkatkan daya saing harga perusahaan (Pujawan, 2005). Kriteria-
4
kriteria supplier yang ideal untuk PT. AR perlu diidentifikasi dan dilakukan pemilihan supplier tetap sesuai kriteria-kriteria yang telah dipertimbangkan, agar kerjasama jangka panjang dapat terwujud, serta tujuan industri pangan dalam rangka berperan aktif mendukung ketahanan pangan nasional khususnya dalam diversifikasi pangan dapat terealisasi. Berdasarkan uraian diatas, penelitian difokuskan pada tahapan pertama dalam SRM yaitu seleksi supplier. Penelitian analisis seleksi supplier dilakukan untuk mengetahui kriteria-kriteria supplier yang ideal untuk PT. AR dan memilih supplier-supplier yang memenuhi kriteria untuk dijadikan supplier tetap oleh perusahaan.
1.2 Perumusan Masalah 1. Bagaimana struktur rantai pasokan produk LBS PT. AR ? 2. Apa saja kriteria-kriteria supplier yang dipertimbangkan dalam memilih supplier bahan baku produk LBS oleh PT. AR? 3. Bagaimana hasil pemilihan supplier bahan baku produk LBS serta siapa supplier yang memenuhi kriteria PT. AR?
1.3
Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi struktur rantai pasokan bahan baku produk LBSPT. AR. 2. Menganalisis kriteria-kriteria supplier yang dipertimbangkan PT. AR dalam memilih supplier bahan baku produk LBS. 3. Menganalisis hasil proses pemilihan supplier produk LBS berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh PT. AR.
5
1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian ini sebagai salah satu media untuk mengimplementasikan ilmuilmu yang diperoleh selama kuliah. Selain itu diharapkan penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai sumber informasi mengenai Manajemen Rantai Pasok atau Supply Chain Management (SCM). 2. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi dan informasi bagi yang berminat melakukan penelitian di bidang Manajemen Rantai Pasok atau Supply Chain Management (SCM) khususnya mengenai seleksi supplier. 3. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan
dalam
menjalankan
kegiatan-kegiatan
operasional
perusahaan, memilih supplier terbaik untuk dijadikan supplier utama perusahaan serta menjaga hubungan kerjasama dengan supplier.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Aspek rantai pasok yang dikaji dalam penelitian ini terbatas pada anggota rantai pasok mulai dari supplieryang bekerjasama dengan PT. AR hingga bahan baku sampai pada PT. AR. Aktivitas rantai pasok akan dijabarkan dengan menggunakan konsep rantai nilai(value chain) Porter.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Industri Pengolahan Pangan terhadap Ketahanan Pangan Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia ditegaskan dalam UndangUndang Pangan nomor 7 tahun 1996 tentang pangan dan PP nomor 68 tahun 2002 tentang ketahanan pangan. Menurut dewan ketahanan pangan, ketahanan pangan adalah suatu kondisi terpenuhinya pangan di tingkat rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik dalam jumlah mutunya, aman, merata dan terjangkau. Sedangkan batasan yang dipakai oleh The World Food Summit (1996) pada saat mencetuskan Food Insecurity and Vulnerability Information and Maping Systems (FIVIMS) adalah bahwa ketahanan pangan yaitu suatu kondisi dimana semua orang, setiap waktu, mempunyai akses fisik, sosial dan ekonomi pada bahan pangan yang aman dan bergizi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh, sesuai dengan kepercayaannya sehingga bisa hidup secara aktif dan sehat. Beberapa hasil kajian yang dilakukan oleh beberapa ahli menunjukkan persediaan pangan yang cukup secara nasional terbukti tidak menjamin pewujudan ketahanan pangan pada tingkat wilayah (regional), rumah tangga atau individu. Martianto dan Ariani (2004) menunjukkan bahwa jumlah proporsi rumah tangga yang defisit energi di setiap provinsi masih tinggi.Berkaitan dengan hal ini, diversifikasi pangan menjadi salah satu upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan. Menurut Purwiyatno (2010), program penganekaragaman pangan walaupun telah sejak lama dicanangkan, tetapi belum pernah sungguhsungguh dan berkelanjutan dilakukan secara konsisten oleh pemerintah. Karena itu,
untuk
betul-betul
melaksanakan
dan
merevitalisasi
program
7
penganekaragaman pangan, diperlukan adanya komitmen yang kuat dan jelas oleh pemerintah. Upaya membangun diversifikasi konsumsi pangan telah dilaksanakan sejak tahun 60-an. Saat itu pemerintah mulai menganjurkan konsumsi bahan pangan selain
pokok
beras.
Instruksi
dari
pemerintah
adalah
untuk
lebih
menganekaragamkan jenis pangan dan meningkatkan mutu gizi makanan rakyat baik secara kualitas maupun kuantitas sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (Ariani dan Anshari, 2003).Namun dalam perjalanannya, tujuan diversifikasi konsumsi pangan lebih ditekankan sebagai usaha untuk menurunkan tingkat konsumsi beras, karena diversifikasi konsumsi pangan hanya diartikan
pada
penganekaragaman
pangan
pokok.
Selanjutnya
program
diversifikasi konsumsi pangan dilakukan secara parsial baik dalam konsep, target, wilayah dan sasaran, tidak dalam kerangka diversifikasi secara utuh (Ariani dan Anshari, 2003). Indonesia memiliki beberapa komoditas pangan, yang dapat dikembangkan sebagai komoditas pangan nasional. Diversifikasi produksi pangan ini bisa dilakukan melalui pengembangan pangan karbohidrat khas Nusantara spesifik lokasi seperti sukun, talas, garut, sagu, jagung dan lain-lain. Salah satu hal yang perlu
dilakukan
untuk
tercapainya
usaha
diversifikasi
pangan
adalah
pengembangan produk (Product Development) melalui peran industri pengolahan untuk meningkatkan cita rasa dan citra produk pangan khas nusantara. Menurut BPS (2000) usaha industri pengolahan adalah usaha yang mengubah barang dasar (bahan mentah) menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya sehingga lebih
8
dekat ke pemakai akhir untuk tujuan komersil. Sedangkan definisi dari industri pengolahan itu sendiri adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dan sifatnya lebih dekat ke pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah kegiatan jasa industri dan pekerjaan perakitan. Subsektor industri pengolahan pangan merupakan salah satu kegiatan yang telah lama dikenal masyarakat. Proses produksinya yang sederhana dan bahan baku yang berasal dari hasil pertanian menjadikan industri ini tumbuh pesat dikalangan menengah kebawah. Dengan semakin meluasnya kegiatan ekonomi, proses pengolahan pangan tidak lagi sekedar untuk mencukupi kebutuhan sendiri, tetapi juga menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat. Peranan industri pengolahan pangan dalam diversifikasi pangan merupakan faktor penarik, karena dapat meningkatkan permintaan produk pangan bahan baku (Dewan Ketahanan Pangan, 2009). Bersamaan dengan meningkatnya permintaan ini, maka harga bahan baku tersebut cenderung naik.
2.2 Pengertian Rantai Pasokan Menurut Indrajit (2002) rantai pasokan atau rantai pengadaan adalah sistem yang dilalui organisasi bisnis untuk menyalurkan barang produksi atau jasa ke pelanggan. Mata rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan, yang mempunyai tujuan sama yaitu seefektif dan seefisien mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang atau jasa. Sedangkan Heizer dan Render (2006) menyatakan rantai pasokan mencakup
9
interaksi di antara Supplier, produsen, distributor, dan pelanggan. Rantai pasokan mencakup transportasi, informasi perencanaan, transfer uang secara kredit maupun tunai, serta transfer ide desain, dan bahan. Gambar 1 memperlihatkan aktivitas dalam rantai pasokan objek penelitian.
Gambar 1. Rantai Pasokan Objek Penelitian Sumber : Heizer dan Render, 2006
Didalam aktivitas rantai pasokan terdapat tiga macam aliran, pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Contohnya bahan baku yang dikirim dari beberapa Supplier ke produsen (perusahaan). Setelah produk selesai diproduksi, kemudian produk dikirim ke distributor lalu ke pengecer/ritel kemudian ke pelanggan akhir. Kedua adalah aliran informasi tentang data penelitian pasar, informasi penjadwalan, rekayasa dan desain serta arus pesanan dan uang tunai yang mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga adalah uang secara kredit maupun tunai serta ide dan desain untuk memuaskan pelanggan yang mengalir dari hulu ke hilir. Menurut Pujawan (2005) informasi tentang persediaan produk yang masih ada dibeberapa ritel/toko sering dibutuhkan oleh distributor maupun pabrik. Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh Supplierjuga 10
sering dibutuhkan oleh pabrik. Informasi tentang status pengiriman bahan baku sering dibutuhkan oleh perusahaan yang mengirim maupun yang akan menerima. Menurut Chopra & Meindl (2007) tujuan yang hendak dicapai dari setiap rantai pasokan adalah untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara keseluruhan. Tunggal (2009) menjabarkan tujuan atau hasil dari proses rantai pasokan ini adalah: 1. Mengembangkan tim yang berfokus pada pelanggan sehingga dapat memberikan persetujuan produk dan jasa yang menguntungkan kedua belah pihak pada pelanggan penting secara strategis. 2. Membuat kontak hubungan yang secara efisien manangani pertanyaanpertanyaan dari semua pelanggan. 3. Secara terus-menerus mengumpulkan, menyususun, dan meng-update permintan pelanggan untuk menyesuaikan supply dan demand. 4. Mengembangkan sistem produksi yang tanggap secara cepat pada perubahan kondisi pasar. 5. Mengatur hubungan dengan
Supplier
sehingga perbaikan secara
berkesinambungan dapat berjalan lancar. 6. Pengiriman pesanan tepat waktu dan sasaran yang benar. 7. Minimalisasi waktu siklus ketersediaan retur (return to available).
2.3 Manajemen Rantai Pasokan Manajemen
rantai
pasokan
(Supply
Chain
Management)
adalah
pengintegrasian aktifitas pengadaan bahan dan pelayanan, perubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan (Heizer dan
11
Render, 2006). Kalakota dalam Irghandi (2008), menyatakan munculnya manajemen rantai pasokan dilatarbelakangi oleh dua hal pokok, yaitu : 1. Praktik manajemen logistik tradisional pada era modern ini sudah tidak relevan lagi, karena tidak dapat menciptakan keunggulan kompetitif. Indrajit dan Djokopranoto (2002) mengartikan keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang diciptakan melalui cara bekerja, oprasional produksi yang baik dalam perusahaan. 2. Perubahan lingkungan bisnis yang semakin cepat dengan persaingan yang semakin ketat.
Menurut Gaspersz (2012) manajemen rantai pasokan adalah pendekatan sistemik, desain, perencanaan, eksekusi, pengendalian dan pemantauan aktifitasaktifitas rantai pasokan yang bertujuan menciptakan nilai, mengidentifikasi dan menghilangkan waste atau pemborosan (aktifitas-aktifitas tidak bernilai tambah), membangun infrastruktur yang kompetitif, mengefektifkan worldwide logistics, mengatur arus penawaran dan permintaan yang terjadi dan mengukur kinerja secara global untuk mengejar keunggulan disepanjang rantai pasokan (Supplierinput-process-output-customer). Manajemen rantai pasokan merupakan strategi alternatif yang memberikan solusi dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui pengurangan biaya operasi dan perbaikan pelayanan konsumen. Manajemen rantai pasokan menawarkan suatu mekanisme yang mengatur proses bisnis, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi biaya operasional perusahaan (Anatan dan Ellitan, 2008). Prinsip manajemen rantai pasokan pada dasarnya merupakan sinkronisasi dan koordinasi aktivitas-aktivitas
12
yang terkait dengan aliran material atau produk, baik yang ada dalam satu organisasi maupun antar organisasi. Struktur manajemen rantai pasokan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Struktur Manajemen Rantai Pasokan Sumber : Siagian, 2005
Struktur manajemen rantai pasokan yaitu aktifitas yang terjadi mulai dari hulu hingga hilir, mulai dari beberapa atau banyak Supplier yang memasok bahan baku kemudian masuk ke persediaan, lalu diolah dalam pabrik (perusahaan), setelah itu produk yang telah diolah/ diproduksi kemudian didistribusikan oleh distributor kepada konsumen akhir. Arus kredit dan bahan baku terjadi dari hulu ke hilir sedangkan informasi penjadwalan, arus kas dan pesanan terjadi dari hilir ke hulu. Menurut Turban, Rainer dan Porter (2004), terdapat tiga macam komponen rantai pasokan, yaitu : a. Bagian Hulu Rantai Pasokan Bagian hulu rantai pasokan meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan para penyalurannya (dapat berupa manufaktur, assembler, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-tier). Hubungan pada penyalur dapat 13
diperluas menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan kebutuhan dan semua jalur asal material, contohnya langsung dari pertambangan, perkebunan dan lain-lain. Pada bagian hulu rantai pasokan, pengadaan merupakan aktivitas yang mendapat prioritas utama. b. Bagian Internal Rantai Pasokan Bagian internal rantai pasokan meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur menjadi produk perusahaan itu. Pada bagian internal rantai pasokan, perhatian utama difokuskan pada manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan. c. Bagian Hilir Rantai Pasokan Bagian hilir rantai pasok meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Pada bagian hilir rantai pasokan, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan pelayanan purna jual.
Menurut Tunggal (2009), anggota rantai pasokan ada dua, yaitu : anggota primer dan anggota sekunder. Anggota primer adalah semua perusahaan / unit bisnis strategik yang benar-benar menjalankan aktivitas operasional dan manjerial dalam proses bisnis yang dirancang untuk menghasilkan keluaran tertentu bagi pelanggan atau pasar. Anggota sekunder adalah perusahaan-perusahaan yang menyediakan sumber daya, pengetahuan, utilitas, atau aset-aset bagi anggota anggota primer di rantai pasokan, misalnya : agen-agen ekspedisi yang menyewakan truk, bank-bank yang memberikan pinjaman bagi retail, perusahaanperusahaan yang menyediakan peralatan produksi, pencetak brosur dan semua
14
anggota yang tidak secara langsung berpartisipasi atau memberi nilai tambah proses dari perubahan masukan menjadi keluaran untuk pelanggan akhir. Chopra dan Meindl (2007) mengklasifikasikan proses-proses rantai pasokan suatu perusahaan kedalam tiga proses makro berikut, sebagaimana juga ditunjukkan pada dalam Tabel 3. Tabel 3. Tiga Proses Makro Rantai Pasokan Supplier Perusahaan SRM ( Supplier Relationship Management) yaitu semua proses yang berfokus pada interaksi antara perusahaan dengan Suppliernya
ISCM ( Internal Supply Chain Management) yaitu semua proses yang terjadi dalam internal perusahaan.
Aktivitas :
Aktivitas:
1.
Memasok (source)
2.
Negosiasi
3.
Pembelian
4.
Kolaborasi desain
5.
1. 2. 3. 4.
Kolaborasi 5. pasokan Sumber : Chopra dan Meindl (2007)
Konsumen CRM ( Customer Relationship Management) yaitu semua proses yang berfokus pada interaksi antara perusahaan dengan konsumennya
Perencanaan strategis Perencanaan permintaan Perencanaan pasokan Pemenuhan (fulfillment)
1.
Aktivitas: Pasar
2.
Harga
3.
Jual
4.
Pusat panggilan
Pelayanan lapangan
5.
Manajemen pesanan
2.4 Konsep Rantai Nilai Sebagai Penjabaran Aktivitas Rantai Pasok Alat pokok untuk mendiagnosis keunggulan bersaing dan mencari cara untuk memperkuatnya adalah rantai nilai (value chain), yang membagi perusahaan ke dalam berbagai kegiatan yang dilakukannya dalam mendesain, membuat, memasarkan, dan mendistribusikan produknya. Rantai nilai menggambarkan nilai total, dan terdiri atas aktivitas nilai (value activities) dan margin. Aktivitas nilai adalah kegiatan fisik dan teknologis yang diselenggarakan perusahaan. Margin adalah selisih antara nilai total dengan biaya kolektif untuk menyelenggarakan aktivitas nilai (Porter, 1985). Pendekatan analisis rantai nilai merupakan cara
15
memandang secara sistematis perusahaan melayanipelanggannya. Analisis rantai nilai ini ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Rantai Nilai Generik (value chain) Sumber : Michael E Porter, Keunggulan bersaing (1992)
Porter (1992) menjabarkan aktivitas-aktivitas nilai dalam rantai pasokan sebagai berikut : 1. Logistik ke dalam merupakan kegiatan yang berkaitan dengan asset dan biaya untuk memperoleh bahan bakar, energi, bahan mentah, komponen, barang dagangan dan barang konsumsi dari Supplier. Logistik ke dalam juga
merupakan
kegiatan
yang
berkaitan
dengan
penerimaan,
penyimpanan dan dimensi masukan dari suplier dan kegiatan inspeksi serta manajemen pergudangan. 2. Operasi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan aset dan biaya untuk mengubah masukan ke dalam bentuk produk akhir, misalnya produksi, perakitan,
pengemasan,
pemeliharaan
peralatan,
fasilitas,
operasi,
penjaminan mutu dan perlindungan terhadap lingkungan.
16
3. Logistik keluar merupakan kegiatan yang berkaitan dengan aset dan biaya yang berhubungan dengan pendistribusian produk secara fisik ke pembeli, misalnya penyimpanan barang jadi, pengolahan order, pemilihan dan pengepakan order, pengangkutan barang dan operasi kendaraan untuk mengantarkan barang. 4. Pemasaran dan penjualan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan aset dan biaya yang berkaitan dengan periklanan dan promosi, usaha wiraniaga, perencanaan dan riset pasar serta dukungan terhadap dealer atau dukungan terhadap distributor. 5. Pelayanan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan aset dan biaya yang berhubungan dengan penyediaan bantuan kepada pembeli, misalnya instalasi, suku cadang, pemeliharaan dan reparasi, bantuan teknis, komplain dan keinginan pembeli. 6. Infrastruktur perusahaan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan aset dan biaya yang berhubungan dengan manajemen umum, akuntansi dan keuangan, hukum dan peraturan, keselamatan dan keamanan, sistem informasi manajemen dan fungsi lain yang berkaitan dengan biaya. 7. Manajemen sumberdaya manusia merupakan kegiatan yang berkaitan dengan aset dan biaya yang berhubungan dengan perencanaan sumberdaya manusia, rekrutmen, seleksi, pelatihan, pengembangan, penilaian kinerja, kompensasi, pemeliharaan karyawan termasuk aktivitas hubungan karyawan. 8. Pengembangan teknologi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan aset dan biaya yang berhubungan dengan riset dan pengembangan produk, riset
17
dan pengembangan proses, perbaikan desain proses, desain peralatan, pengembangan perangkat lunak komputer, sistem telekomunikasi, desain dan rekayasa berbasis komputer, kemampuan database yang baru dan sistem dukungan keputusan yang terkomputerisasi. 9. Pembelian merupakan kegiatan yang berkaitan dengan aset dan biaya yang berhubungan
dengan
pembelian
dan
penyediaan
bahan
mentah,
penyuplaian, pelayanan dan kebutuhan sumberdaya dari luar untuk mendukung perusahaan dan aktivitasnya. Beberapa aktivitas yang dijalankan ini merupakan bagian dari aktivitas pembelian logistik ke dalam perusahaan.
Aktivitas rantai pasokan dapat dianalisis dengan mengikuti konsep rantai nilai yang dikemukakan oleh Michael E Porter. Menurut Porter dalam bukunya “Keunggulan Bersaing : Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul” rantai nilai merupakan alat untuk menguji seluruh kegiatan perusahaan secara sistemik serta bagaimana hubungannya untuk menganalisis daya saing perusahaan. Aktivitas nilai dapat dibagi kedalam dua golongan besar, yaitu aktivitas primer dan aktivitas pendukung. Aktivitas primer meliputi penciptaan fisik, pemasaran, penyampaian dan dukungan purnajual produk atau jasa perusahaan. Aktivitas primer terdiri dari lima kelompok generik, yaitu logistik ke dalam, operasi, logistik ke luar, pemasaran dan penjualan serta pelayanan. Sedangkan aktivitas pendukung mencakup penyediaan infrastruktur atau masukan yang memungkinkan berbagi kegiatan utama berlangsung secara terus menerus.
18
Kegiatan pendukung mencakup infrastruktur perusahaan, manajemen sumberdaya manusia, pengembangan teknologi serta pembelian (Porter, 2007).
2.5 Manajemen Pembelian dan Hubungan Supplier Gaspersz (2012) dalam bukunya yang berjudul “All-In-One Practical Management Excellence” menyatakan manajemen pembelian (purchasing management) mengatur aliran barang dan jasa dalam suatu perusahaan serta menangani semua data yang berhubungan dengan Supplier. Manajemen pembelian yang efektif memerlukan pengetahuan dari rantai pasokan (supply chain), bisnis dan hukum pajak, faktur dan prosedur persediaan (inventory), serta transportasi dan masalah logistik. Meskipun pengetahuan tentang barang dan jasa yang akan dibeli adalah penting, profesional manajemen pembelian juga harus mampu mendesain, merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan strategi pembelian untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Pemilihan Supplier terpercaya adalah bagian penting dari manajemen pembelian. Profesional manajemen pembelian harus selalu menilai calon Supplier dalam hal kemampuan Supplier untuk memberikan barang-barang berkualitas dengan harga yang sesuai dan tepat waktu (Gaspersz, 2012). Profesional manajemen pembelian juga harus menjadi negosiator yang baik, memahami informasi teknis produk, memiliki kemampuan bisnis yang baik, memahami perangkat lunak komputer (software), memahami metodologi pemasaran, serta menjadi pengambil keputusan yang unggul. Peningkatan manajemen pembelian memerlukan keterampilan kepemimpinan dan manajemen yang unggul (Gaspersz, 2012).
19
Gaspersz (2012) menyatakan pada dasarnya manajer pembelian mengevaluasi Supplier berdasarkan biaya, kualitas, pelayanan, ketersediaan, keandalan dan berbagai kriteria seleksi lainnya. Mereka memeriksa katalog, publikasi perdagangan dan direktori untuk menemukan Supplier yang tepat. Reputasi adalah salah satu faktor utama yang digunakan oleh manajer pembelian untuk menentukan apakah mereka ingin bekerja sama dengan Supplier tertentu. Ketika mengikuti pertemuan, pameran dagang dan konferensi, manajer pembelian selalu memeriksa produk dan layanan (service), mengevaluasi produksi dan kemampuan distribusi serta mempertimbangkan semua aspek lain yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian. Tugas-tugas dari seorang manajer pembelian menurut Gaspersz (2012) adalah sebagai berikut : 1. Menetapkan Supplier asing dan domestik 2. Menegosiasikan harga kompetitif berdasarkan pertimbangan kualitas dan penyerahan tepat waktu. 3. Menyelenggarakan sistem pembelian online 4. Mendapatkan material dan parts yang diperlukan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh bagian produksi 5. Melakukan kontrak pembelian produk (barang dan/jasa) 6. Mempelajari catatan penjualan (sales records) dan tingkat persediaan (inventory level) 7. Menempatkan pesanan (order) dan memeriksa pengiriman 8. Mengendalikan anggaran departemen pembelian
20
2.6 Supplier Relationship Management (SRM) Supplier Relationship Management (SRM) didefinisikan sebagai seperangkat metodologi dan praktek yang dibutuhkan untuk berinteraksi dengan Supplier produk dan jasa dari berbagai kritikalitas terhadap profitabilitas perusahaan (Gartner dalam Poirier, 2004). Menurut Poirier (2004), SRM adalah sarana untuk membangun hubungan yang lebih erat dengan Supplier yang dipilih, dengan tujuan menemukan sesuatu hal yang dapat meningkatkan hubungan yang dapat memperbaiki kinerja bisnis. Selain itu juga meningkatkan kemungkinan menciptakan pendapatan baru yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Manajemen hubungan Supplier mencakup komunikasi yang efektif dengan Supplier. Hal tersebut dimaksudkan bahwa dibutuhkan teknologi kolaborasi web, manajemen pemesanan, pengiriman, dan pemeliharaan. Semakin lama hubungan Supplier, maka hubungannya akan berkembang ke tahap yang lebih spesifik mencakup pengembangan produk, jaminan kualitas, dan proyek-proyek penghematan biaya (Buttle, 2007). Manfaat SRM dalam Poirier (2004), adalah: 1. Mengoptimalkan hubungan dengan Supplier, memperlakukan Supplier yang berbeda dengan cara yang berbeda tergantung pada sifat dari hubungan dan nilai strategis para Supplier tersebut. 2. Menciptakan keunggulan kompetitif dan mendorong penghasilan secara bersama-sama dengan solusi-solusi baru yang lebih baik dan lebih fokus ke pelanggan, serta solusi ke pasar dengan lebih cepat. 3. Memperpanjang
dan
memperkuat
hubungan
Supplier
kritis–
mengintegrasikan para Supplier ke dalam proses bisnis.
21
4. Mendorong peningkatan keuntungan melalui pengelolaan rantai pasokan dan biaya operasi sambil terus mempertahankan kualitas.
APICS Dictionary (2010) dalam Gaspersz (2012) mendefinisikan SRM sebagai suatu metodologi untuk membangun dan mendukung hubungan dengan Supplier-Supplier. Gasperz (2012) juga menyatakan salah satu kegiatan SRM adalah memilih Supplier yang tepat agar perusahaan bisa berhasil. Dalam memutuskan tentang kriteria seleksi Supplier yang masuk akal bagi perusahaan, mitra internal, dan beberapa perusahaan yang dipilih untuk usaha bersama, berarti perusahaan perlu menerapkan format untuk memilih nama-nama calon yang paling mungkin untuk kegiatan SRM.
2.7 Supplier Supplier/pemasokadalah penyedia bahan baku maupun barang jadi bagi perusahaan. Supplier sangat berperan penting dalam kelancaran operasional perusahaan. oleh karena itu, memilih Supplier merupakan kegiatan yang strategis, terutama apabila Supplier tersebut akan memasok item yang penting dan atau akan digunakan dalam jangka panjang (Pujawan, 2005). 2.7.1 Seleksi dan Evaluasi Supplier Pemilihan Supplier yang kompeten merupakan keputusan strategis pertama yang menentukan kesuksesan implementasi manajemen rantai pasokan. Seleksi Supplier sangat disadari sebagai salah satu tanggung jawab terpenting dalam fungsi manajemen pengadaan. Supplier yang terkelola dengan baik dalam suatu rantai pasokan akan memberikan efek jangka panjang terhadap daya saing keseluruhan rantai pasokan itu sendiri dan dampak yang mendalam pada kepuasan
22
pelanggan (Pujawan, 2005). Pearson dan Ellram (1995) menyebutkan beberapa alasan mengapa seleksi dan evaluasi Supplier menjadi hal yang begitu penting, terutama sehubungan dengan dampak yang diberikan oleh manajemen rantai pasokan, sebagai berikut (Hou dan Huang 2002): 1. Tren reduksi basis pasokan dan hubungan jangka panjang dengan Supplier. Adopsi praktek just-in-time yang semakin meningkat dalam industri manufaktur telah meningkatkan perhatian terhadap reduksi basis pasokan, sehingga proses seleksi dan evaluasi Supplier menjadi lebih penting. Reduksi basis pasokan ini melibatkan komitmen jangka panjang dengan Supplier, yang pada gilirannya mendorong adanya sharing sumberdaya karena interaksi yang lebih kuat antara pembeli dan Supplier. Pada umumnya, evaluasi Supplier dapat dijadikan alat untuk mengurangi variabilitas bagi konsumen dengan mengurangi variabilitas Supplier dari sisi pengiriman, kualitas, fleksibilitas dan sebagainya. 2. Strategi pelibatan Supplier dalam proses desain produk. Praktek ini dianggap sebagai salah satu kontributor yang signifikan dalam mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas pada siklus produksi. 3. Perkembangan sistem informasi Electronic Data Interchangeable (EDI) yang memfasilitasi koordinasi dan interaksi yang lebih dekat antara pembeli dan Supplier.
2.8 Kriteria Supplier yang Ideal Menentukan kriteria Supplier yang ideal untuk industri pengolahan pangan tidak terlepas dari bagaimana perusahaan dan perusahaan Supplier merencanakan, menerapkan, menjalankan dan memeliharaGood Manufacturing Practices (GMP)
23
sebagai persyaratan kelayakan dasar dan penerapan sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) yang merupakan salah satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen (eBookpangan.com, 2006). Perusahaan Supplier khususnya Supplier bahan baku pangan ikut berperan dalam menjamin keamanan pangan karena merupakan salah satu anggota kritis dari rantai pangan yang terjadi hingga produk siap dipasarkan kepada konsumen akhir. Setiap industri pengolahan pangan yang akan menerapkan sistem keamanan pangan
model
HACCP
harus
direncanakan,
dirancang/didisain
dan
diimplementasikan suatu program persyaratan kelayakan dasar atau sering disebut dengan istilah "prerequisite programs". Program persyaratan kelayakan dasar atau prerequisite programs ini menurut Bernard dan Parkinson (1999) merupakan suatu fondasi yang harus dan perlu dipenuhi oleh setiap industri pangan guna menghasilkan produk pangan yang aman dan bermutu ditinjau dari aspek keamanan dan kesehatan. Konsep program persyaratan kelayakan dasar ini pertama kali dicetuskan oleh Agriculture and Agri-Food Canada's (AAFC) dalam rangka program peningkatan keamanan pangan di Kanada dan mereka mendefinisikan program persyaratan kelayakan dasar ini sebagai "suatu langkah-langkah universal atau prosedur yang mengendalikan kondisi
operasional
dalam suatu industri
pangan
yang
didirikannya guna memenuhi kondisi lingkungan tetap baik untuk menghasilkan pangan yang aman" (Gombas dan Stevenson, 2000). National Advisory Committee
on
Microbiological
Kriteria
for
Foods
(NACMCF,
1998)
24
mendefinisikan program persyaratan kelayakan dasar sebagai "suatu prosedur termasuk
prosedur
cara
produksi
pangan
yang
baik
atau
good
manufacturingpractice (GMP) yang ditujukan untuk menyediakan kondisi operasional dasar sistem HACCP". Prinsip program persyaratan kelayakan dasar untuk sistem HACCP mencakup suatu program dan prosedur yang sudah harus tersedia didalam industri pangan, termasuk program penerimaan bahan baku dan cara penyimpanannya, manajemen keluhan pelanggan/konsumen, kemampuan telusur bahan ingredien yang digunakan hingga produk pangan dihasilkan serta program persetujuan untuk Supplier (approved Supplier) barang-barang yang masuk ke dalam perusahaan industri pangan (Gombas dan Stevenson, 2000). Menurut Bernard dan Parkinson (1999), program persyaratan kelayakan dasar seperti rancangan HACCP (HACCP Plan) harus terdokumentasi dengan baik dalam Standard Operating Procedures (SOP) yang tertulis, dimengerti dan dihayati oleh setiap karyawan yang bekerja di industri pangan yang bersangkutan. Program persyaratan kelayakan dasar atau prerequisite programs ini jika diperlukan dapat ditinjau/dikaji ulang dan direvisi kembali oleh setiap industri pangan guna menjamin bahwa program yang didisain dan direncanakan, diimplementasikan secara efektif sesuai dengan tujuan keamanan pangan yang hendak dicapai (NACMCF, 1998). Program persyaratan kelayakan dasar terdiri dari dua bagian, yaitu cara produksi pangan yang baik (CPPB) atau good manufacturingpractice (GMP) dan standard prosedur operasional sanitasi atau SanitationStandard Operating Procedure (SSOP). Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Indonesia
25
telah menerbitkan pedoman cara produksi pangan yang baik (CPPB) atau GMP. Pedoman penerapan GMP ini disusun berdasarkan pedoman umum higiene pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang pangan, terutama yang mengatur mengenai produksi pangan. Menurut Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (Ditjen POM, 2011), tujuan penerapan GMP adalah menghasilkan produk akhir pangan yang bermutu, aman dikonsumsi dan sesuai dengan selera konsumen, baik domestik maupun internasional. Tujuan khusus penerapan GMP adalah : 1. Memberikan prinsip-prinsip dasar yang penting dalam produksi pangan yang dapat diterapkan sepanjang rantai pangan mulai dari produksi primer sampai konsumen akhir, untuk menjamin bahwa pangan yang diproduksi aman dan layak untuk dikonsumsi, 2. Mengarahkan industri agar dapat memenuhi berbagai persyaratan produksi, seperti persyaratan lokasi, bangunan dan fasilitas, peralatan produksi,
bahan,
proses,
mutu
produk
akhir,
serta
persyaratan
penyimpanan dan distribusi 3. Mengarahkan pendekatan dan penerapan sistem HACCP sebagai suatu cara untuk meningkatkan keamanan pangan.
Pedoman penerapan GMP ini berguna bagi pemerintah sebagai dasar untuk mendorong dan menganjurkan industri pangan untuk menerapkan cara produksi pangan yang baik dalam rangka sebagai berikut : 1. Melindungi konsumen dari penyakit atau kerugian yang diakibatkan oleh pangan yang tidak memenuhi persyaratan,
26
2. Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa pangan yang dikonsumsi merupakan pangan yang layak, 3. Mempertahankan atau meningkatkan kepercayaan terhadap pangan yang diperdagangkan secara internasional, 4. Memberikan bahan acuan dalam program pendidikan kesehatan di bidang pangan kepada industri dan konsumen, sedangkan bagi industri pangan sebagai acuan dalam menerapkan praktek cara produksi pangan yang baik dalam rangka : a. Memproduksi dan menyediakan pangan yang aman dan layak bagi konsumen, b. Memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti kepada masyarakat, misalnya dengan pelabelan dan pemberian petunjuk mengenai cara penyimpanan dan penyediaannya, sehingga masyarakat dapat melindungi pangan terhadap kemungkinan terjadinya kontaminasi dan kerusakan pangan, yaitu dengan cara penyimpanan, penanganan dan penyiapan yang baik, c. Mempertahankan atau meningkatkan kepercayaan dunia internasional terhadap pangan yang diproduksinya (Ditjen POM, 2011).
Berdasarkan literatur dapat disimpulkan beberapa kriteria Supplier yang ideal mengacu pada penerapan GMP dan HACCP dalam industri pengolahan pangan adalah sebagai berikut : 1. Pengetahuan Supplier mengenai isu keamanan pangan
27
2. Perusahaan Supplier telah menerapkan GMP dan HACCP didukung dengan memiliki sertifikat dari lembaga sertifikasi standar internasional di Indonesia 3. Memiliki data kandungan bahan kimia (untuk produk-produk tertentu) 4. Memiliki sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) dari Dinas Kesehatan setempat (untuk produk-produk tertentu) 5. Kelengkapan dokumen sertifikasi halal dan layak edar 6. Jaminan kualitas 7. Kesesuaian spesifikasi bahan
Dilihat dari sudut pandang manajerial, sekumpulan kriteria seleksi Supplier perlu diidentifikasi dari berbagai industri. Terkait hal tersebut, banyak peneliti mengkaji dan membahas tentang kriteria yang dipertimbangkan dalam seleksi dan evaluasi Supplier di berbagai industri (Cheng et al. 2009). Salah satunya penelitian Eka (2011) meringkaskan kriteria Supplier yang digunakan oleh PT. Nippon Indosari Corpindo, sebuah industri bakery sebagai berikut : 1. Kehalalan a. Dokumen pendukung lengkap b. Audit lapangan c. Sertifikasi kehalalan internasional yang diakui oleh LPPOM MUI 2. Kualitas a. Kesesuaian bahan baku dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan b. Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten c. Penyediaan bahan baku tanpa cacat dan bebas bakteri
28
3. Harga a. Kesesuaian harga b. Kemampuan memberikan diskon c. Mekanisme pembayaran yang mudah 4. Ketersediaan Barang a. Kemampuan memenuhi pesanan b. Persediaan untuk pesanan mendadak 5. Reputasi Supplier a. Perusahaan Supplier dan produknya telah banyak dikenal b. Dipercaya oleh perusahaan 6. Waktu Pengiriman a. Kemampuan mengirimkan pesanan tepat waktu b. Lead time pengiriman singkat c. Kemampuan menangani masalah sistem transportasi
Seleksi Supplier merupakan keputusan yang sulit karena berbagai macam kriteria harus dipertimbangkan dalam proses pembuatan keputusannya. Analisis mengenai kriteria untuk memilih dan mengukur kinerja Supplier telah menjadi fokus perhatian banyak ilmuwan dan praktisi pengadaan sejak 1960-an. Vincent Gasperz (2012) dalam bukunya “All-In-One Practical Management Excellence” merancang sebuah formulir seleksi dan evaluasi Supplier untuk diterapkan pada beberapa perusahaan industri di Indonesia sebagai penggunaan analisis seleksi dan evaluasi Supplier pada Tabel 4.
29
Tabel 4. Formulir Seleksi dan Evaluasi Supplier Vincent Gaspersz (2012) No Kriteria Seleksi dan Evaluasi Supplier (5) (4) (3) (2) 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
(1)
A. Keadaan Umum Supplier Ukuran dan/atau kapasitas produksi Kondisi financial Kondisi operasional Fasilitas riset dan desain Lokasi geografis Hubungan kerja antar karyawan Hubungan dagang antar industri Dan lain-lain B. Keadaan Pelayanan Waktu penyerahan material Kondisi kedatangan material Mengikuti instruksi/permintaan pembeli Kuantitas pesanan yang ditolak Penanganan keluhan dari pembeli Bantuan teknik yang diberikan Bantuan dalam keadaan darurat Informasi material yang diberikan
9 10
Informasi harga yang diberikan Dan lain-lain C. Keadaan Material 1 Kualitas material 2 Harga material 3 Keseragaman/uniformitas dari material 4 Jaminan yang diberikan oleh Supplier 5 Keadaan pengepakan/pembungkusan 6 Dan lain-lain Sumber : Vincent Gaspersz (2012)
Keterangan : Makna Skala : (5) : Sangat Baik, (4) : Baik, (3) : Cukup, (2) : Kurang, (1) : Sangat Kurang Data kriteria Supplier pada PT. AR diidentifikasi sebelum melakukan penilaian kepentingan kriteria Supplier oleh para responden ahli/pakar. Kriteria Supplier yang digunakan oleh PT. AR yaitu harga, kualitas, status kehalalan produk dan waktu pengiriman. Kriteria tersebut dikombinasikan dengan kriteria yang digunakan dalam literature mengenai seleksi dan evaluasi Supplier yaitu kombinasi dari kriteria Supplier yang ideal mengacu pada GMP dan HACCP,
30
kriteria Supplier untuk industri bakery yang diadaptasi dari PT. Nippon Indosari Corpindo dan formulir kriteria seleksi dan evaluasi Supplier yang telah dirancang oleh Vincent Gasperz (2012), terdapat 21 kriteria yang akan dinilai kepentingannya oleh pakar dengan skor rentang bobot yaitu (1) tidak penting, (2) penting dan (3) sangat penting.
2.9 Metode Pengambilan Keputusan pada Seleksi Supplier Metode seleksi Supplier yaitu model atau pendekatan yang digunakan untuk melakukan proses pemilihan Supplier. Metode yang dipilih sangatlah penting bagi keseluruhan proses seleksi dan dapat berdampak signifikan pada hasil seleksi Supplier
yang
dilakukan.
Beberapa
metode
telah
dikembangkan
dan
diklasifikasikan oleh begitu banyak peneliti selama bertahun-tahun. Ketika sebuah perusahaan memutuskan untuk mengembangkan atau memilih suatu metode seleksi Supplier, hasilnya berupa kombinasi dari beberapa metode dengan keunggulan
yang berbeda-beda, disesuaikan
dengan kebutuhan
spesifik
perusahaan (Tahriri et al. 2007). Menurut Iksan (2006), Multi Kriteria Decision Making (MCDM) pada dasarnya adalah konsep yang ditujukan untuk melakukan pengambilan keputusan yang mengandung kriteria objek majemuk juga saling konfliktual dan memiliki ukuran yang tidak bisa saling dibandingkan, MCDM selalu melibatkan lebih dari satu kriteria yang saling menimbulkan trade off keputusan dimana tingkat kepuasan dari suatu kriteria berakibat pada penurunan kepuasan kriteria lainnya. Berikut beberapa metode penunjang/pengambilan keputusan pada seleksi Supplier yang melibatkan banyak kriteria dalam keputusannya (Multi Kriteria Decision Making) (Tabel 5).
31
Tabel 5. Metode Pengambilan Keputusan pada Seleksi Supplier Metode No Pengambilan Deskripsi Kelebihan Keputusan 1
Analytical Hierarchy Process (AHP)
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Thomas Saaty pada 1971. Ini adalah suatu metode ideal untuk merangking alternatif ketika terdapat banyak kriteria dan subkriteria pada proses pengambilan keputusan. (Tahriri et al. 2007).
2
ANP (Analytical Network Proces)
Alat analisis yang mampu merepresentasikan tingkat kepentingan berbagai pihak dengan mempertimbangkan hubungan ketergantungan, baik antar kriteria ataupun sub kriteria, ANP memberikan pendekatan yang lebih akurat karena mampu menangani masalah yang kompleks yang berkaitan dengan ketergantungan dan umpan balik (Saaty and Vargas, 2006 dalam Satyanegara, 2012)
Dapat memecahkan masalah dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dapat di ekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas suatu permasalahan. Permasalahan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengembilan keputusannya. Berguna pada perusahaan besar/sektor publik yang memerlukan pengambilan keputusan dengan jumlah informasi, interaksi serta umpan balik yang banyak dan memiliki tingkat kompleksitas tinggi (Zulfa, 2010)
Kelemahan
Berstruktur linear, tidak mempertimbangkan hubungan ketergantungan, karena hanya mempertimbangkan hubungan linear dari atas ke bawah selain itu ketergantungan model AHP pada input utamanya yaitu berupa persepsi seorang ahli sehingga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru.
Metode pengambilan keputusan ini terlalu kompleks untuk diterapkan pada perusahaan dengan skala menengah ke bawah yang memiliki kompleksitas yang tidak rumit dan membutuhkan keputusan yang cepat dalam mengatasi masalah (Zulfa, 2010)
32
Lanjutan Tabel 5. Metode No Pengambilan Keputusan
Deskripsi
Kelebihan
Kelemahan Seringkali metode bayes dianggap sebagai probabilitas pribadi atau subjektif dimana bobot bayes didasarkan pada tingkat kepercayaan, keyakinan, pengalaman serta latar belakang pengambil keputusan (Marimin, 2004) Semua kriteria dinilai sama penting, sehingga jarang memberikan masukan bagi pengembangan kinerja Supplier (Kachainchai dan Weerawat 2009 metode ini memiliki beberapa keterbatasan, salah satunya yaitu tidaklah mudah bagi metode ini untuk dengan efektif mempertimbangkan kriteria evaluasi yang bersifat kualitatif (Kachainchai dan Weerawat 2009).
3
Bayes
Salah satu teknik yang dapat di pergunakan untuk melakukan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternative dengan tujuan menghasilkan perolehan yang optimal (Marimin, 2004)
Mudah dipahami, hanya memerlukan pengkodean sederhana dan lebih cepat dalam perhitungan (Marimin, 2004)
4
Model pembobotan
Metode ini menilai Supplier dengan memperingkatkan kinerjanya dalam banyak kriteria dan menghitungnya sebagai satu kesatuan skor. Metode yang dikategorikan kedalam weighting model diantaranya categorical method, dan weighted-point method. (Petroni, 2000 dalam Abror 2011)
Metode weighted-point selama ini merupakan teknik yang paling umum digunakan. Operasi matematis dalam metode ini sederhana namun efisien dalam pembuatan keputusan yang optimal
33
Lanjutan Tabel 5. Metode No Pengambilan Keputusan 5
MPE (Metode Perbandingan Eksponensial)
Deskripsi
Kelebihan
Kelemahan
Salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi individu pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses (Marimin, 2004)
Mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisa yaitu nilai skor yang menggambarkan urutan prioritas menjadi besar (fungsi eksponensial) ini mengakibatkan urutan prioritas alternatif keputusan lebih nyata. Metode ini cocok diterapkan dalam perusahaan berskala menengah kebawah yang memiliki permasalahan keputusan tidak rumit, metode ini lebih sederhana diterapkan dan lebih cepat dalam perhitungan sehingga pengambilan keputusan semakin cepat didapatkan untuk mengatasi masalah (Marimin, 2004)
Metode pengambilan keputusan ini hanya cocok diterapkan oleh perusahaan skala menengah ke bawah untuk sistem penunjang keputusan karena dapat menyelesaikan pengambilan keputusan yang sederhana dan tidak saling ketergantungan (Marimin, 2004)
Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dalam penelitian ini dipilih untuk memodelkan seleksi Supplier bahan baku LBS. Alasan utamanya karena kelebihan model ini yang mampu mengakomodir faktor-faktor kualitatif yang sangat penting, terutama dalam kebijakan hubungan dengan Supplier. Metode ini cocok diterapkan oleh perusahaan skala menengah seperti PT. AR untuk sistem penunjang keputusan karena dapat menyelesaikan pengambilan keputusan yang sederhana dan tidak saling ketergantungan. 2.9.1
Metode Perbandingan Eksponensial Metode perbandingan eksponensial (MPE) merupakan salah satu metode
untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi individu pengambil keputusan untuk
34
menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses (Marimin, 2004). Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pemilihan keputusan dengan menggunakan MPE adalah (Ma’arif dan Tanjung, 2003): 1. Penentuan alternatif keputusan 2. Penyusunan kriteria keputusan yang akan dikaji 3. Penentuan derajat kepentingan relatif setiap kriteria keputusan dengan menggunakan skala konversi tertentu sesuai dengan keinginan pengambil keputusan 4. Penentuan derajat relatif setiap pilihan keputusan pada setiap kriteria keputusan 5. Penghitungan nilai dari setiap alternatif keputusan
Menurut Marimin (2004), formulasi penghitungan skor untuk setiap alternatif dalam Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) adalah sebagai berikut : Total Nilai (TNi) =∑
TKKj
Dengan : TNi
= total nilai alternatif ke-i
RKij
= derajat kepentingan relative kriteria ke-j pada pilihan keputusan i
TKKj = derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j; TKKj> 0 ; bulat n
= jumlah pilihan keputusan
m
= jumlah kriteria keputusan
Penentuan tingkat kepentingan kriteria dilakukan dengan cara wawancara dengan pakar atau melalui kesepakatan curah pendapat. Penentuan skor alternatif
35
pada kriteria tertentu dilakukan dengan memberi nilai setiap alternatif berdasarkan nilai kriterianya. Semakin besar nilai alternatif semakin besar pula skor alternatif tersebut. Total skor masing-masing alternatif keputusan akan relatif berbeda secara nyata karena adanya fungsi eksponensial (Marimin, 2004). Penilaian alternatif pada setiap kriteria dan bobot Supplier menggunakan skala penilaian 1-3, yaitu 3 sangat baik, 2 = baik dan 1 = tidak baik. Skala penilaian diadaptasi dari arah kriteria, skala penilaian dan rentang bobot menurut Marimin & Maghfiroh (2010) dalam bukunya yang berjudul “Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok” yang dijadikan acuan memilih metode indeks kinerja (lihat Tabel. 6). Tabel 6. Pemilihan Teknik Pengambilan Keputusan berbasis Indeks Kinerja Satuan Penilaian Skala Penilaian Skala Penilaian Teknik Alternatif terhadap Alternatif Bobot Kriteria terhadap Kriteria CPI
Tidak seragam
Campuran Rasio (terukur nyata) dan ordinal
Bayes
Seragam
Rasio (terukur nyata)
MPE
Seragam
Ordinal
Campuran skala penilaian Desimal (0,0 - 1,0) atau nilai mutlaknya Ordinal (1 - 3 sampai 1 - 9)
Sumber : Marimin & Maghfiroh (2010)
Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dalam penelitian ini dipilih untuk memodelkan kriteria seleksi Supplier bahan baku produk LBS pada PT. AR. Metode Perbandingan Eksponensial mempunyai keuntungan dalam mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisis. Nilai skor yang menggambarkan
urutan
prioritas
menjadi
besar
(fungsi
eksponensial)
mengakibatkan urutan prioritas alternatif keputusan lebih nyata. (Marimin, 2004).
36
2.10
Penelitian Terdahulu Konsep-konsep yang terdapat pada penelitian ini mengacu pada penelitian-
penelitian sebelumnya sebagaimana terangkum dalam Tabel 7. Tabel 7. Penelitian Terdahulu yang Relevan Peneliti, Tujuan Metode No Tahun dan Penelitian Penelitian Judul 1
Abror, 2011. Kajian Seleksi dan Evaluasi Supplier Pada Rantai Pasokan Kertas (studi kasus di PT. Kertas Leces (PTKL) Probolinggo)
Mengkaji konfigurasi rantai pasokan kertas dan mengembangkan model seleksi dan evaluasi Supplier
Analisis deskriptif manajemen rantai pasok diadaptasi dari kerangka kerja van der vorst 2006 untuk pengembangan rantai pasokan. Pemodelan AHP untuk seleksi Supplier
2
Sandi, dkk. 2013. Penerapan metode ANP untuk pemilihan Supplier bahan baku CV.TX
CV. TX membutuhkan metode pengambilan keputusan yang baik dalam pemilihan Supplier sehingga dapat mengatasi masalah pemesanan bahan baku
Analisis data menggunakan metode ANP (Analytic network process)
Hasil Penelitian Pada kasus seleksi Supplier kertas bekas, reduksi biaya, harga produk, standard an jaminan kualitas, reliabilitas produk, cara pembayaran dan ketepatan waktu adalah factor-faktor terpenting yang perlu mendapat perhatian lebih. Evaluasi Supplier dengan model AHP yang dikembangkan dalam suatu kasus menempatkan Supplier A sebagai Supplier terbaik dengan nilai 0.3664, diikuti oleh Supplier C (0.3285) dan Supplier B (0.3057). Terdapat keterkaian antara kriteria-kriteria dalam pengambilan keputusan Supplier. Supplier B terpilih sebagai Supplier terbaik dengan mendapatkan nilai normalisasi limiting matrik terbesar yaitu 0.4324 , disusul Supplier M dengan nilai 0.3477 dan Supplier H dengan nilai 0.2198.
37
Lanjutan Tabel 7. Peneliti, No Tahun dan Judul 3
4
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
Bungsu, 2010. Kajian Kriteria Pemilihan Supplier Buahbuahan dengan Proses Hirarki Analitis (Studi Giant Hypermarket Botani Square Bogor)
Menganalisis proses pengadaan dan pengendalian buahbuahan dan pengendalian di Giant Hypermarket Botani Square khususnya Divisi Produce, Mengidentifikasi kriteria yang diprioritaskan Giant dalam memilih Supplier buah-buahan dan Menyusun struktur hirarki dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Giant dengan Proses Hirarki Analitis
Analisis deskriptif untuk menganalisis kondisi rantai pasokan PT NIC, dan metode Proses Hirarki Analitik (PHA)
Eka, 2011. Analisis Kesesuaian Supplier Bahan baku roti tawar special (RTS) dengan kriteria yang ditetapkan oleh perusahaan (Studi Kasus: PT. Nippon Indosari Corpindo)
Menganalisis rantai pasokan untuk RTS di PT. NIC, mengidentifikasi proses pemilihan Supplier yang selama ini dilakukan oleh PT NIC dan menganalisis Supplier yang dipilih oleh PT NIC, beserta kriteria dan sub kriteria bahan baku yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam memilih Supplier bahan baku RTS
Analisis deskriptif untuk menganalisis kondisi rantai pasokan PT NIC, dan metode Proses Hirarki Analitik (PHA) untuk memilih Supplier, kriteria, dan subkriteria yang dipertimbangkan PT NIC dalam memilih Supplier
Hasil Penelitian Hasil penelitian, didapatkan Struktur hirarki dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Giant dengan PHA terdiri atas kriteria (kualitas, biaya operasional, lead time, kemitraan, dan sistem pembayaran), subkriteria, dan alternatif (Supplier A, B, C, dan D). Alternatif Supplier yang diprioritaskan Giant dalam pengadaan dan pengendalian yaitu Supplier D (0,488) Analisis PHA menunjukkan Kriteria yang menjadi prioritas utama dalam memilih Supplier bahan baku RTS di PT NIC adalah kualitas dengan bobot 0,216. Sub kriteria yang menjadi prioritas utama adalah perusahaan Supplier dan produknya sudah banyak dikenal dengan bobot 0,712. Supplier dengan kinerja paling baik yaitu PT Jaya Fermex dengan bobot 0,337.
38
Lanjutan Tabel 7. Peneliti, Tahun No dan Judul 5
Susila. 2009. Rancang bangun system penunjang keputusan perencanaan pengembangan agroindustri berbasis lidah buaya (aloe vera lina) di kabupaten bogor
6
Sholikhin. 2006. System penunjang keputusan pengembangan agroindustri kecil di kawasan agropolitan (studi kasus di kota batu, jawa timur)
2.11
Tujuan Penelitian Merancang dan mengembangkan model system penunjang keputusan perencanaan pengembangan agroindustri lidah buaya dan mempelajari berbagai factor dan parameter yang berpengaruh dalam perencanaan dan pengembangan agroindustri lidah buaya Merancang model sistem penunjang keputusan pengembangan agroindustri kecil dikawasan agropolitan, kota batu, jawa timur
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Analisis data menggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE)
Hasil perhitungan, kecamatan ciampea memiliki nilai tertinggi dan menjadi tempat yang paling baik dan berpotensi untuk dijadikan sebagai lokasi budidaya lidah buaya. Tempat yang paling berpotensi untuk dijadikan lokasi agroindustri adalah kecamatan ciomas
Analisis data menggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE)
Hasil perhitungan submodel penentuan komoditas unggulan didapatkan komoditas unggulan berupa apel. Berdasarkan perhitungan dengan metode perbandingan eksponensial produk yang potensial untuk dikembangkan adalah produk jenang apel
Kerangka Pemikiran Konseptual Seiring dengan peningkatan jumlah produksi LBS, serta bermunculan
kompetitor-kompetitor dalam bidang yang sama, PT. AR merasa perlu menciptakan keunggulan kompetitif untuk menghadapi persaingan. PT. AR harus mampu memenuhi tuntutan pasar dengan mempertimbangkan kualitas dan efisiensi produksi. Peningkatan efisiensi, salah satunya dapat dilakukan dengan integrasi kegiatan rantai pasok perusahaan, agar tidak terjadi kesulitan dalam proses perencanaan operasional rantai pasok. Konsep manajemen rantai pasok (Supply Chain Management atau SCM) mampu mengintegrasikan pengelolaan berbagai fungsi manajemen dalam suatu hubungan antar organisasi membentuk satu sistem yang terpadu dan saling mendukung. Kunci bagi SCM yang efektif
39
adalah menjadikan para Supplier sebagai “mitra” dalam strategi perusahaan untuk memenuhi pasar yang selalu berubah (Heizer dan Render, 2005). Bahan baku merupakan unsur yang penting dalam proses produksi perusahaan. Untuk menghasilkan produk LBS dibutuhkan beberapa bahan baku, bahan baku diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu bahan baku utama, bahan baku pembantu dan bahan baku penolong. Pada penelitian ini rantai pasokan bahan baku produk Lapis Bogor Sangkuriang dianalisis dengan menggunakan pendekatan konsep rantai nilai Michael E Porter (1985) untuk mendapatkan gambaran tentang aktivitas rantai pasokan perusahaan. Menurut Chopra dan Meindl (2001) dari perspektif sebuah perusahaan, proses-proses dalam rantai pasokan dapat dikelompokkan kedalam tiga wilayah utama: customer relationship management (CRM), internal supply chain management (ISCM), dan Supplier relationship management (SRM). Kesuksesan rantai pasokan sangat dipengaruhi oleh integrasi ketiga proses makro yang berjalan baik. Berfokus pada ketiga proses makro ini, performa rantai pasokan yang melibatkan perusahaan dapat dideskripsikan. Fokus kajian penelitian ini selanjutnya diarahkan pada salah satu aspek terpenting dalam proses makro SRM, yaitu seleksi Supplier. Kombinasi kriteria yang digunakan yaitu kriteria Supplier yang ideal mengacu pada GMP dan HACCP, kriteria Supplier untuk industri bakery yang digunakan PT. Nippon Indosari Corpindo dan formulir kriteria seleksi dan evaluasi Supplier yang telah dirancang oleh Vincent Gasperz (2012). Supplier bahan baku yang akan diseleksi adalah Supplier bahan baku utama, bahan baku tambahan dan bahan baku penolong yang memiliki Supplier tidak
40
tetap lebih dari 1. Penilaian kepentingan terhadap kriteria-kriteria Supplier bahan baku menggunakan rentang bobot 1-3, yaitu tidak penting (1), penting (2) dan sangat penting (3)), selanjutnya didapatkan kriteria terpilih beserta bobot kriterianya. Setelah itu, dilakukan penilaian kesesuaian terhadap alternatif Supplier menggunakan skala peringkat (rating scale) 1-3 yaitu sangat baik (3), baik (2) dan tidak baik (1). Penghitungan total nilai setiap alternatif digunakan teknik Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Hasil dari pengolahan menggunakan teknik MPE maka akan terlihat urutan atau prioritas calon Supplier yang potensial untuk dipertimbangkan dan dipilih. Diagram kerangka pemikiran konseptual penelitian ini disajikan pada Gambar 4. Penilaian kesesuaian kriteria Supplier akan dijadikan dasar untuk perbaikan manajerial dimasa depan.
41
Proses Bisnis PT. AR
Sejumlah Supplier (Suppliers)
Analisis Deskriptif : Konsep Rantai Nilai (Value Chain) Michael E Porter
Supply Chain Management (SCM)
Lingkungan Perusahaan PT. AR
Operasi PT. AR
Aktivitas Utama & Aktivitas Penunjang
Aktivitas Utama & Aktivitas Penunjang
Supplier Relationship Management (SRM) Kriteria-Kriteria Supplier
Analisis Data : Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Pengiriman
Kelengkapan Dokumen Keamanan Pangan
Kriteria menurut Vincent Gaspersz (2012)
Kualitas
Adaptasi Kriteria Industri Bakery (PT. NIC)
Kriteria Rekomendasi Pakar
Pelayanan dan Manajemen Organisasi
Biaya
Sekumpulan SupplierPT. AR Supplier yang Memenuhi Kriteria
Keterangan : = Alat Analisis
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Konseptual
42
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. AR, yang berlokasi di Jl. Pangeran Asogiri RT/RW : 002/004, Kelurahan Tanah Baru – Bogor Utara, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (Purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa PT. AR adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang boga yang belum lama berdiri dan sedang berkembang. Usahanya menghasilkan produk yang mengolah komoditas khas Bogor yaitu talas dalam bentuk tepung talas menjadi makanan olahan yang mempunyai nilai tambah yaitu lapis talas dengan merk LBS. Lokasi ini dipilih karena merupakan salah satu usaha industri pengolahan pangan di Bogor yang berinteraksi dengan banyak pemasok bahan baku dan masih dalam tahap pemilihan pemasok tetap. Saat ini PT. AR pun belum memiliki suatu sistem penilaian kriteria pemasok yang sudah baku. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai dengan bulan Desember 2014.
3.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dengan cara observasi atau pengamatan, wawancara mendalam (depth interview), pengisian kuisioner dan opini pakar. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka, internet, jurnal, literatur yang dianggap sesuai dengan penelitian dan hasil penelitian terdahulu.
43
3.3 Teknik Penentuan Sampel Teknik penentuan sampel menggunakan non probability sampling, yaitu judgement sampling, artinya semua elemen populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini juga biasa disebut sebagai pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan. Ada beberapa jenis cara pengambilan sampel dengan teknik ini, namun untuk penelitian ini menggunakan judgement sampling. Peneliti memilih sampel berdasarkan pertimbangan diantaranya responden memahami kondisi pemasok perusahaan dan menjadi pengambil keputusan dalam memilih pemasok perusahaan. Berikut responden-responden dalam penelitian seleksi pemasok bahan baku LBS PT. AR (Tabel 8) Tabel 8. Responden-Responden dalam Penelitian Seleksi Pemasok Bahan Baku LBS PT. AR No Responden Jenis Kuisioner Kuisioner Pakar Akademisi 1
Dr. Akhmad Riyadi Wastra, MM (Dosen sekaligus praktisi dalam Industri Pangan Fakultas Sains dan Teknologi, Prodi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
2
Drh. Zulmanery, MM (Dosen sekaligus praktisi dalam Industri Pangan Fakultas Sains dan Teknologi, Prodi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
K1
Kuisioner Tingkat Kepentingan Kriteria
K1
Ir. Sri Purwanti, MS (Dosen sekaligus praktisi 3
dalam Industri Pangan Fakultas Sains dan Teknologi, Prodi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
K1
44
Lanjutan Tabel 8. No Responden Pengambil Keputusan Internal Perusahaan 4
Pemilik/ Direktur Utama
5 6 7
Direktur Operasional General Manager Manager Personalia dan Umum (HR & GA)
8 9 10 11
SPV. Personalia dan Umum (HR & GA) Manager Produksi Leader Shift Produksi 1 Leader Shift Produksi 2
12
Leader Shift Produksi 3
13 14 15 16 17
Leader Persiapan Bahan Bagian Keuangan Bagian Purchasing Bagian Quality Control Pemasok yang bekerjasama paling lama dengan perusahaan : CV. Bintang Niaga (pemasok telur)
Kuisioner
Jenis Kuisioner
Kuisioner Tingkat Kepentingan Kriteria dan Kuisioner Seleksi Pemasok
K1 & K2
Kuisioner tingkat kepentingan kriteria
K1
Pemilihan pakar sengaja dibatasi dari kalangan akademisi dan praktisi untuk memberikan perspektif dari sisi yang berbeda dibandingkan dengan perspektif pelaku usaha, dalam memandang kasus seleksi pemasok. Pemilihan responden pakar dibatasi hanya 3 orang dari banyak pakar akademisi dan praktisi karena responden dianggap homogen dan cukup mewakili. Para pengambil keputusan pembelian bahan baku bagi PT. AR dijadikan responden karena dianggap mewakili dan mengetahui keadaan usaha terutama mengenai rantai pasok yang terjadi.
3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi Observasi adalah pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Ridwan, 2009 : 30). Observasi dilakukan melalui pengamatan secara langsung terhadap kegiatan-kegiatan 45
yang berhubungan dengan manajemen rantai pasokan, serta informasiinformasi lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Observasi yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum perusahaan meliputi
sejarah
dan
perkembangannya,
struktur
organisasi
dan
manajemen, serta kegiatan operasional perusahaan dan melengkapi data hasil wawancara. 2. Wawancara Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) kepada responden guna menggali informasi atau data yang digunakan untuk kebutuhan penelitian (Suharsono, 2009 : 83).Wawancara dilakukan terhadap responden yang memenuhi kriteria expert (ahli) yaitu orang yang mengerti benar permasalahannya dan mempunyai kepentingan akan masalah tersebut. Responden ahli selain para pakar yang akan diwawancarai adalah para pengambil keputusan pembelian bahan baku PT. AR yang terdiri dari 8 orang responden, yaitu Pemilik/ Direktur Utama, Direktur Operasional, General Manager, Departemen Personalia dan Umum, Produksi, Keuangan, Purchasing dan Departemen Quality Control untuk memperoleh informasi mengenai gambaran umum perusahaan, sistem pembelian bahan baku LBS, karakteristik dari tiap pemasok bahan baku yang ada, serta mengetahui proses produksi yang dilaksanakan PT. AR. Hasil wawancara digunakan untuk penyusunan kriteria-kriteria pemasok yang akan diberi penilaian kepentingannya oleh pakar. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan dan wawancara tidak terstruktur untuk
46
melengkapi informasi-informasi (depth interview) (Lampiran 2). Hasil wawancara dengan responden ahli di PT. AR dan hasil analisa deskriptif rantai pasok dijadikan sebagai input dalam melakukan analisa seleksi pemasok bahan baku LBS pada PT. AR dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). 3. Kuisioner Kuisioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan penyebaran kuisioner ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan (Riduwan, 2003). Kuisioner terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu: 1) Kuisioner untuk pemberian bobot tingkat kepentingan kriteria pemasok PT. AR (K1) 2) Kuisioner pemilihan pemasok tetap PT. AR berdasarkan kriteria yang telah diberikan bobot tingkat kepentingannya (K2) 4. Studi pustaka Studi pustaka yang dilakukan mengacu pada literature yang dianggap relevan dengan penelitian ini.
3.5 Metode Analisis Data 3.5.1
Analisis Deskriptif Rantai Pasok Data kualitatif akan dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan
hasil yang didapatkan dari wawancara. Data kualitatif juga akan diuji
47
kredibilitasnya dengan metode triangulasi. Menurut Sugiyono (2008: 83), triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Melakukan pengumpulan data dengan teknik ini berarti telah sekaligus menguji kredibilitas data. Metode triangulasi yang digunakan adalah triangulasi teknik, yaitu dengan menggabungkan dan membandingkan data dari hasil pengamatan, data hasil wawancara dan data dokumen. Aktivitas rantai pasokan dapat dianalisis secara deskriptif dengan mengikuti konsep rantai nilai yang dikemukakan oleh Michael E Porter. Menurut Porter dalam bukunya “Keunggulan Bersaing : Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul” rantai nilai merupakan alat untuk menguji seluruh kegiatan perusahaan secara sistemik serta bagaimana hubungannya untuk menganalisis daya saing perusahaan. Berikut gambaran rantai pasokan menggunakan konsep rantai nilai Michael E Porter yang akan digunakan untuk analisa deskriptif pada Tabel 9. Tabel 9. Aktivitas Rantai Pasokan menggunakan Konsep Rantai Nilai Michael E Porter Proses Utama Logistik Operasi Logistik Pemasaran, Masuk Keluar Penjualan dan Pelayanan (1) Aktivitas Manajemen SDM
(2)
(3)
(4)
(5)
Proses Pendukung
Logistik Masuk
Operasi
Logistik Keluar
Pemasaran, Penjualan dan Pelayanan
Infrastruktur Pengembangan Teknologi Sumber : Michael E Porter, Keunggulan bersaing (1985)
48
3.5.2 Analisis Kuantitatif Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis data kuantitatif seleksi pemasok bahan baku LBS adalah dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dengan bantuan Microsoft Office Excel 2007. Pendekatan MPE dipilih untuk memodelkan seleksi pemasok bahan baku LBS pada PT. AR. 3.5.3
Skala Penilaian dan Rentang Bobot Pemilihan skala penilaian dan rentang bobot dalam pengambilan
keputusan kasus seleksi supplier adalah berdasarkan karakteristik yang dihubungkan dengan teknik yang memiliki ketepatan karakteristik dengan kasus tersebut.Menurut Marimin & Maghfiroh (2010) rentang bobot yang dijadikan acuan memilih pada Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Kriteria Skor Rentang Bobot pada MPE Kriteria Tidak Penting Penting Sangat Penting
Skor 1 2 3
Penilaian pada umumnya diisi atasan untuk memutuskan pendapat yang paling sesuai dari setiap tingkat hasil kerja. Seorang penilai memberikan sebuah nilai kuantitatif (bobot) yang mencerminkan nilai rata-rata yang akan dihitung dan dibandingkan (Riduwan,2003). Skala penilaian MPE dalam penelitian ini digunakan untuk menilai masing-masing calon pemasok PT. AR terhadap kriteria terpilih yang masing-masing kriteria telah diberikan bobot kepentingannya. Skor dan respon yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 11.
49
Tabel 11. Kriteria Skor Skala Penilaian pada MPE Kriteria
Skor
Tidak Baik Baik Sangat Baik
3.5.4
1 2 3
Metode Perbandingan Eksponensial MPE merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas
alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi individu pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses. Formulasi perhitungan skor untuk setiap alternatif dalam MPE adalah : Total Nilai (TNi) =∑
TKKj
Dengan : TNi
= Total nilai alternatif ke-i
RKij
= Derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i
TKKj = Derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j; TKKj> 0 ; bulat n
= Jumlah pilihan keputusan
m
= Jumlah kriteria keputusan
3.6 Definisi Operasional Sebuah penelitian mempunyai variabel sebagai aspek yang akan dianalisis. Nazir (2005) menyatakan definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini terdapat dalam Lampiran 1.
50
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Profil Perusahaan 1. Nama Perusahaan
: PT. Agrinesia Raya (PT.AR)
2. Bidang Usaha
: Oleh-oleh khas daerah
3. Jenis Produk/Jasa
: Cake/Pastry
4. Alamat Perusahaan
: Jl. Pangeran Asogiri RT/RW : 002/004 Kelurahan Tanah Baru-Bogor Utara
5. Nomor Telepon/ Fax
: 0251-83 70 800
6. Website
: www.lapisbogor.co.id
7. Tahun Berdiri
: September 2011
8. Brand Produk
: LBS
4.2 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. AR yang baru dikukuhkan secara resmi menjadi Perseroan Terbatas (PT) pada tanggal 8 Maret 2013 dengan berdasarkan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) nomor : 517/270/PK/B/BPPTPM/VI/2013. Perusahaan yang telah berdiri pada bulan September tahun 2011 mengalami perkembangan usaha yang sangat pesat. Diawali dari industri rumah tangga dengan kemampuan dan pasar yang sangat minim. Jumlah total karyawan PT. AR pada awalnya hanya 2 orang staff produksi, saat ini jumlah karyawannya mencapai 218 orang, dimana 169 orang merupakan staff produksi, helper dan teknisi, 31 orang adalah staff pemasaran, customer service dan distribusi, 9 orang di tingkat manajemen perusahaan, 3 orang bertugas sebagai sopir dan 9 orang security.
51
Usaha lapis talas yang dijalankan PT. AR berawal dari ide ibu Rizka Wahyu Romadhona (29), wanita kelahiran Surabaya, ia terinspirasi dari lapis Surabaya. Dengan konsep mengangkat konten lokal khas Bogor yakni talas sebagai salah satu bahan bakunya. Sumber bahan baku talas sendiri di Bogor sangat banyak. Sentra produksi talas tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Bogor. Potensi ini masih belum dimaksimalkan oleh masyarakat Bogor, banyak pelaku usaha di Bogor yang hanya menjual talas dalam bentuk umbinya tanpa memberikan nilai tambah. Potensi ini kemudian diambil oleh PT. AR dalam membangun bisnisnya di bidang oleh-oleh khas Bogor. Hal ini membuat perbedaan yang sangat signifikan dibandingkan dengan produk-produk yang ada di pasar. Bogor yang merupakan salah satu tujuan pariwisata di Jawa Barat merupakan potensi pasar yang baik untuk pemasaran produk LBS. PT. AR saat ini memiliki empat gerai outlet tempat menjual produkproduknya yaitu di Jl. Soleh Iskandar No 100, Jl. Pajajaran No 20 O, Komplek Ruko Bantar Kemang, Jl Raya Puncak No 113 Cibogo dan di Jl. Raya BogorJakarta Ruko Galaxy Kav. B. Keempat tempat ini dipilih karena letaknya yang sangat strategis dan biaya sewanya lebih murah dibandingkan dengan ruko-ruko yang lain. PT. AR menjajakan produk hasil olahannya sebelum memulai membuka outlet melalui sistem pemasaran dari mulut ke mulut yang dimulai dari tetangga rumahnya. Setelah sukses menjual produknya di beberapa komunitas, seperti komunitas pengajian, komunitas pengusaha dan lain lain, PT. AR mulai menjalin kerja sama dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian dalam bentuk pasokan kue untuk acara-acara tertentu. PT. AR mendapatkan kesempatan untuk
52
memasarkan produknya dari satu pameran ke pameran lainnya, sehingga mulai banyak masyarakat yang mengenal. PT. AR mendapat kesempatan menjalin kerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Berkat kerja sama tersebut, PT. AR dapat menjalin kerja sama yang lebih luas dengan Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia serta mendapat kesempatan untuk mempromosikan produknya di hotel dan tempat pariwisata yang ada di Bogor. PT. AR juga membuat sistem reseller dengan memberikan potongan harga sebesar 20% kepada mitra yang ingin menjual produk olahannya. PT. AR memiliki tim “marketing freelance” yang membantu memasarkan produk LBS dengan sistem reseller ini.
4.3 Visi dan Misi PT. AR memiliki visi yaitu “Menjadi Pelopor Cakery dan Pastry Kelas Dunia dengan
Kenyamanan,
Kepuasan
dan
Kebahagiaan
Bersama”.
PT.
AR
mengutamakan cita rasa, kualitas dan mutu produk berkelas dunia agar kepuasan pelanggan terpenuhi, mengedepankan budaya dan kode etik antara lain rasa memiliki antar karyawan dan pelanggan, komunikasi yang baik dari tingkat direksi, manajemen dan karyawan dengan pelanggan, pelayanan yang tulus dan mengutamakan cita rasa dan kepuasan pelanggan, kualitas dan mutu produk berkelas dunia yang diminati seluruh lapisan masyarakat serta inovasi yang terus dikembangkan sehingga menjadikan produk ini berbeda dan memiliki daya saing yang tinggi dengan kompetitor lainnya. PT. AR memiliki misi sebagai berikut : 1. Mempersembahkan produk dan pelayanan dengan kualitas terbaik 2. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, efisien dan komunikatif demi kesejahteraan dan kebahagiaan bersama
53
3. Menggunakan bahan-bahan pilihan dan bermutu sehingga tercipta produk yang sehat dan berkualitas 4. Terus menerus melakukan inovasi untuk menciptakan cakery dan pastry kelas dunia
PT. AR berkomitmen untuk meningkatkan semangat kerja tinggi, tulus dan positif, berusaha mencapai target bersama, menjunjung tinggi budaya, kode etik, visi dan misi, bertanggung jawab terhadap tugas, kewajiban, konsisten dan peristen menjalankan action-plan serta melayani dengan tulus.
4.4 Struktur Organisasi Kemajuan industri menuntut adanya keterpaduan antara sistem organisasi dengan sistem manajemen. Hal ini berkaitan dengan kebijaksanaan atau peraturan dalam mencapai hasil produksi yang baik dan efektif. Keadaan ini perlu didukung oleh organisasi yang mantap. Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi (Prajudi, 1985). Struktur organisasi PT. AR belum tertata rapi, dari awal berdiri dan dikukuhkan menjadi PT, perusahaan ini masih menggunakan jasa konsultan bisnis untuk membenahi manajemen. Saat ini pada setiap divisi hanya dipimpin oleh seorang manajer atau supervisor dikarenakan kekosongan posisi. Tetapi untuk
54
jobdesk masing-masing posisi sudah tertera dengan jelas. Struktur organisasi PT. AR dapat dilihat pada Lampiran 2. 4.4.1 Uraian Tugas Tugas dari masing-masing jabatan di PT. AR, yaitu : 1. Presiden Direktur Presiden Direktur di PT. AR adalah sekaligus pemilik perusahaan. Direktur merupakan orang yang bertanggung jawab penuh terhadap gerak majunya suatu perusahaan karena di sini Presiden Direktur merencanakan semua kegiatan yang akan dilaksanakan dalam sebuah perusahaan. 2. General Manager General Manager bertanggung jawab memastikan sistem di setiap departement store dan produksi berjalan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP), Melakukan forecast terkait peningkatan penjualan dan fasilitas yang dibutuhkan setiap departemen, mengawasi budget plan yang dibuat oleh store dan production manager danmengawasi target profit disetiap departemen. 3. Research and Development (R & D) Manager Research and Development (R & D) Managerbertanggung jawab terhadap pengembangan dan inovasi produk demi menunjang kinerja dan kualitas perusahaan. 4. Manajer Produksi (Production Manager) Manajer Produksi bertanggung jawab mengontrol biaya produksi, menekan, mengevaluasi penyebab angka reject dan melakukan tindakan perbaikan, meningkatkan dan memastikan kualitas produk terjaga,
55
mengawasi dan mengontrol pencapaian target, membuat forecasting target produksi dan penyediaan bahan baku 5. Store Manager Bertanggung jawab terhadap operasional store keseluruhan, mencakup buka dan tutup store, opening store baru, peningkatan pelayanan, inventory, kebersihan store, kewajiban administrasi store, perubahan harga, marketing plan & budget, 6. Supervisor Pemasaran (Marketing Supervisor) Marketing supervisormerencanakan, mengkoordinasikan proses penjualan dan pemasaran untuk mencapai target penjualan dan mengembangkan pasar secara efektif dan efisien, serta mengombinasikan antara produk, tata interior agar tercipta tata letak yang eksklusif, menarik dan nyaman 7. Supervisor Distribusi (Distribution Supervisor) Distribution supervisor mengawasi dan mengontrol proses pendistribusian ke setiap store. 8. Finance & Accounting (FA) Supervisor Finance & Accounting (FA) Supervisorbertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan keuangan perusahaan meliputi arus kas masuk dan keluar, pengendalian internal keuangan, pengontrolan atas anggaran keuangan (cash flow) perusahaan dan melaksanakan sinkronisasi data atau dokumen adminitrasi keuangan dengan data atau dokumen akuntansi sesuai dengan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan.
56
9. Kaizen Supervisor Kaizen Supervisor melakukan dan mengawasi SOP (Standar Operating Procedures)/improvement yang telah dibuat dan yang telah diaplikasikan di setiap divisi terkait. 10. Human Resource & General Affair (HR GA) Supervisor Human Resource & General Affair (HR GA) Supervisormerencanakan dan mengembangkan kebijakan dan sistem pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM), serta mengkoordinasikan dan mengontrol pelaksanaan fungsi manajemen SDM di seluruh perusahaan, serta bertanggung jawab terhadap pengadaan barang dan jasa yang mendukung aktivitas operasional perusahaan. 11. Procurement Supervisor Procurement Supervisormerencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan pergudangan, pengiriman, persediaan, dan pembelian agar proses permintaan dan pengadaan barang dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, tepat waktu, efisien, dan efektif.
4.5 Manajemen Sumber Daya Manusia Karyawan yang bekerja di PT. AR saat ini berjumlah 208 karyawan dengan jam kerja yang terbagi atas 3 shift dengan 8 jam kerja untuk staff produksi. Shift 1 diberlakukan pukul 07.30 - 16.00 kemudian ada shift 1 middle pukul 08.00 17.00, untuk shift 2 diberlakukan pukul 16.00 - 01.00, adapun shift 2 middle yaitu pukul 17.00 – 02.00 dan untuk shift 3 diberlakukan pukul 24.00 – 07.00. Tim admin hanya ada 1 shift saja yaitu diberlakukan pada pukul 08.00 pagi hingga pukul 16.00 dan untuk customer service terdapat 2 shift yaitu untuk shift 1
57
diberlakukan pukul 07.00-15.00 dan untuk shift 2 diberlakukan pukul 12.0020.00. Penerapan jam lembur diberlakukan hanya pada tim produksi dan customer service, tergantung kondisi jumlah karyawan pada setiap shiftnya, jika terjadi kekurangan dikarenakan karyawan tidak masuk maka jam lembur berlaku untuk menyelesaikan target pekerjaan. Kelebihan 1 jam atau lebih dari jam kerja untuk menyelesaikan pekerjaan sudah dapat dikatakan lembur dan gaji dibayarkan perjam lembur. Karyawan di PT. AR merupakan karyawan yang di kontrak selama masa training yaitu 3 bulan, setelah masa training dijalani dan kinerja karyawan dikatakan baik maka ada perpanjangan kontrak kerja selama 1 tahun, sedangkan masa perpanjangan kontrak diberlakukan 6 bulan saja untuk kinerja karyawan yang kurang baik dan masih perlu pelatihan. Mereka dibayarkan berdasarkan hariharinya bekerja yaitu 6 hari dalam 1 minggu tetapi upah diakumulasikan sampai satu bulan sekali yang diterima setiap tanggal 1. Pelatihan karyawan PT. AR menggunakan jasa konsultan bisnis untuk membenahi manajemen dan pengelolaan SDM agar sistem manajemen memiliki standar produksi dan manajemen yang profesional. 4.5.1
Sistem Perekrutan Karyawan Sistem penerimaan tenaga kerja sebagian besar karyawan adalah anak-
anak putus sekolah yang hanya lulus SD dan SMP untuk posisi helper, lulusan SMK untuk admin manajemen, produksi dan teknisi sedangkan untuk tingkat manager adalah lulusan strata-1.
58
4.5.2 Jenjang Karir atau Prestasi Karyawan Jenjang karir yang dimaksud adalah kenaikan pangkat. Jenjang karier di PT. AR dilakukan dengan memberikan training bagi karyawan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan skill karyawan. Kenaikan pangkat akan dilakukan jika seorang karyawan ulet, berjiwa pemimpin dan memiliki ide kreatif dalam mengoptimalisasi kinerja. Contohnya kenaikan pangkat dari staff produksi menjadi team leader produksi yang tugasnya mengawasi, mengontrol target produksi agar sesuai dengan target yang dibuat manajer produksi dan mengawasi, mengontrol anggota produksinya agar menekan angka reject. Kenaikan pangkat dilihat dari loyalitas kinerja karyawan. 4.5.3
Kesejahteraan Karyawan
1. Hak karyawan Setiap karyawan di PT. AR memiliki hak masing-masing, hak-hak yang akan dipenuhi oleh perusahaan adalah : a. Hak Cuti Setiap karyawan memiliki hak untuk cuti yakni 12 hari cuti setiap tahun. Apabila dalam 1 tahun karyawan tidak mengambil cuti maka ada pengakumulasian hak cuti untuk tahun berikutnya. b. Tunjangan Makan Perusahaan memberikan fasilitas makan kepada seluruh karyawan yang bekerja pada jam dan hari kerja. Karyawan mendapat satu kali jatah makan untuk setiap hari kerja. c. Tunjangan Kesehatan
59
Perusahaan menyediakan obat-obatan sebagai Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) pada tiap-tiap bagian tempat kerja, selain itu perusahaan juga memberikan tanggung jawab kesehatan dan jaminan sosial tenaga kerja. Apabila karyawan sakit dan memerlukan pengobatan yang khusus, maka akan dibantu dengan Asuransi Astra Garda Medika dengan mengunjungi rumah sakit yang telah ditetapkan perusahaan sebagai sarana pengobatan. 2. Kewajiban Karyawan Setiap karyawan wajib menaati peraturan yang berlaku di perusahaan, antara lain : a. Bekerja sesuai dengan aturan dan pembagian shift b. Karyawan dilarang merokok di lokasi perusahaan c. Karyawan
dilarang
memakai
aksesoris
yang
berlebihan
atau
meminimalkan pemakaian aksesoris d. Karyawan diwajibkan memakai pakaian kerja, topi, masker, dan sepatu boot
yang sudah disedikan perusahaan saat akan memasuki area
produksi e. Karyawan diwajibkan mencuci tangan saat akan memasuki area produksi f. Karyawan yang datang terlambat akan mendapat teguran atau peringatan dari kepala bagiannya masing-masing dan keterlambatan yang sering dilakukan oleh karyawan akan mendapatkan sanksi dari perusahaan sesuai dengan peraturan yang telah dibuat.
60
4.5.4 Fasilitas Fasilitas yang disediakan oleh perusahaan bagi karyawan, yaitu : 1. Mushola 2. Koperasi 3. Kamar mandi dan ruang Ganti 4. Perlengkapan Kerja (topi, masker, pakaian kerja dan sepatu boot) 5. Ruangan istirahat 6. Video game dan televisi di ruangan istirahat
61
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Rantai Pasokan Bahan Baku LBS Rantai pasokterbentuk dari interaksi semua pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung, dalam upaya pemenuhan permintaan konsumen. Rantai pasokan meliputi tidak saja produsen (manufacturer) dan supplier, namun juga trasportir, pedagang besar (wholesaler), toko ritel, bahkan termasuk juga konsumen (Chopra dan Meindl 2001). Pada penyediaan bahan baku perusahaan, PT. AR berinteraksi dengan banyak supplier bahan baku untuk memenuhi kebutuhan produksi setiap harinya. Perusahaan harus mampu menyediakan kebutuhan dengan cepat agar proses produksi tidak terhambat. Komunikasi antara PT. AR dengan supplier harus berjalan dengan baik, agar kontinuitas pemenuhan kebutuhan bahan baku untuk proses produksi dapat sesuai target yang telah direncanakan sebelumnya. Supplier-supplier yang dipilih PT. AR sebelumnya melalui proses pemilihan yang harus dilakukan oleh departemen PPIC (Planning Production And Inventory Control) khususnya bagian purchasing. Orientasi harga terendah masih dijadikan patokan bagian purchasing untuk memilih supplier. Waktu pengiriman bahan baku juga ditentukan dan dipengaruhi oleh kapasitas gudang dan kebutuhan produksi. Telur dikirim setiap hari 2 kali pengiriman, sedangkan bahan baku lainnya sesuai periode masing-masing kebutuhan bahan baku yang telah direncanakan sebelumnya. Beberapa supplier menyediakan lebih dari satu bahan baku, terutama untuk bahan kondimen yang merupakan bahan tambahan pembuatan LBS, supplier yang menyediakan bahan baku lebih dari satu diantaranya adalah PT. HS, KJ dan UD. YOE. Hal tersebut dapat membuat
62
supplier yang terlibat semakin sedikit, karena dengan sedikitnya supplier yang terlibat dalam rantai pasokan, maka kontrak kerjasama dapat lebih ditingkatkan dan loyalitas dari para supplier dapat meningkat. Tabel12 menyajikan berbagai jenis varian rasa lapis talas yang diproduksi oleh PT. AR. Tabel 12. ProdukLBSPT. AR No Varian Rasa Lapis Talas 1 Lapis Talas Bogor Original Keju 2 Lapis Talas Bogor Edisi Teh Hijau 3 Lapis Talas Bogor Edisi Full Talas 4 Brownies Talas Keju 5 Brownies Talas Polos 6 Lapis Talas Bogor Rasa Cappuccino 7 Lapis Talas Bogor Rasa Cokelat 8 Lapis Talas Bogor Rasa Bluberry 9 Lapis Talas Bogor Rasa Tiramisu 10 Lapis Talas Bogor Rasa Strawberry Sumber : Departemen ProduksiPT. AR (2013)
Kode LK GT FT BK BP LCAP LC LB LT LS
Gambar 5 menggambarkan identifikasi rantai pasok yang terjadi di PT. AR dan gambar 6 menunjukkan aliran barang, finansialdan informasi pada rantai pasokan PT. AR.
63
Outlet 1
Outlet 2
Outlet 3
Para Supplier PT. AR (Petani Talas, Peternak Telur, Industri gula, terigu, dan lain-lain)
Departemen PPICPT. AGRINESIA RAYA
Sales Office (Marketing)
Distribution Channel
KONSUMEN
Outlet 4
Kemitraan
Institusi pemerintah Hotel & Tempat Pariwisata
Sponsorship
Gambar 5. Rantai pasokan PT. AR Sumber : Data PT. AR (diolah)
Gambar 5menggambarkan aktivitas rantai pasokanyang terjadi pada aliran barang, keuangan (finansial) dan informasi dalam proses bisnis di PT. AR. Aspek rantai pasokan yang terjadi terbatas pada anggota rantai pasok mulai dari supplier hingga perusahaan, yaitu para supplier bahan baku yang bekerjasama dengan perusahaan menyediakan dan mengirimkan bahan baku kepada PT. AR, kemudian bahan baku disalurkan kepada departemen inventory untuk diproses lebih lanjut, yaitu dilakukan penyimpanan persediaan pada gudang bahan baku.
64
Aktivitas selanjutnya yaitu persiapan bahan baku untuk kebutuhan produksi yang menghasilkan produk jadi siap jual. Selanjutnya, produk mengalir ke departemen marketing untuk di distribusikan ke 4 outlet penjualan LBS, distribution channel yang terdiri dari agen-agen penjualan, kemitraan, institusi pemerintahan, hotel, bandara dan menyediakan produk untuk kebutuhan sponsorship acara-acarayang ditawarkan oleh institusi-institusi pendidikan maupun pemerintahan. Produk jadi (LBS) berakhir proses penyalurannya hingga sampai pada konsumen akhir. Gambar 6 menunjukkan skema aliran barang, keuangan (finansial) dan informasi pada rantai pasok PT. AR. Pertama, aliran bahan baku yang mengalir dari hulu ke hilir yaitu dari para supplier bahan baku, kemudian mengalir ke departemen PPIC (Planning Production and Inventory Control) lalu berjalannya aktivitas produksi untuk diproses menjadi produk jadi, kemudian produk jadi dialirkan kepada marketing untuk kemudian dijual hingga sampai pada konsumen akhir melalui outlet-outlet dan distribution channel yang sudah bekerja sama dengan perusahaan. Kedua, aliranfinansial yang mengalir dari hilir ke hulu, uang secara kredit maupun tunai yang berasal dari para konsumen akhir mengalir mulai dari outlet-outlet dan distribution channel kepada departemen marketing (sales office) disalurkan kepada bagian finance, kemudian uang secara tunai maupun kredit tersebut disalurkan kembali kepada para supplier bahan baku sebagai bentuk pembayaran. Ketiga adalah aliran informasi mengenai data penelitian pasar, rekayasa dan desain produk serta arus pesanan produk yang mengalir dari hulu ke hilir maupun hilir ke hulu, aliran informasi dari konsumen yaitu sebagai bahan evaluasi terhadap desain produk yang lebih diinginkan konsumen,
65
informasi pesanan konsumen dari outlet dan distribution channel lainnya mengalir kepada departemen marketing untuk selanjutnya diproses di departemen inventory, yaitu mulai dari bagian purchasing melakukan forcasting bahan baku sesuai kebutuhan, kemudian bagian finance melakukan pembayaran kepada para supplier bahan baku.
SUPPLIER
PT. AR Departemen PPIC
Outlet & Distribution Channel
Purchasing
K O N S U M E N
Finance
Produksi
A K H I R
Marketing
Keterangan : = Aliran Barang = Aliran Finansial
= Aliran Informasi
Gambar 6. Skema Aliran Barang, Finansial dan Informasi pada Rantai Pasok PT. AR Sumber : Data PT. AR (diolah)
66
5.2 Proses Penerimaan Supplier Proses penerimaan supplier di PT. ARadalah sebagai berikut :
Mulai
Penerimaan Perkenalan/Penawaran Calon Supplier
Negosiasi Biaya (harga produk dan tempo pembayaran) dengan Bagian Purchasing
Proses Persetujuan General Manager
Trial oleh bagian Research & Development (R&D)
Setuju
TIDAK
Penerimaan Sample produk dari calon supplier
YA
OK
Input List Supplier&Pengadaan Bahan Baku
Selesai
Gambar 7. Alur Proses Penerimaan Supplier PT. AR Sumber : Data PT. AR (diolah)
Gambar 7 menunjukkan alur proses penerimaan supplierdimulai dari penerimaan perkenalan/penawaran calon supplier kemudian dilanjutkan dengan penerimaan sample produk bahan baku. Bahan baku diterima kemudian diserahkan pada bagian Research & Development (R&D) untuk dilakukan trial. Trial yang dilakukan bagian R & D dinyatakan setuju apabila tidak ada masalah dalam kualitas dan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan perusahaan, sedangkan sample tidak disetujui ketika bahan tidak sesuai spesifikasi. Proses penerimaan berakhir dan kembali pada penerimaan perkenalan/penawaran calon
67
supplier. Bahan baku yang sudah disetujui spesifikasinya oleh R & D kemudian dilakukan negosiasi biaya oleh bagian purchasing yaitu terdiri atas negosiasi harga produk dan tempo pembayaran, kemudian dilakukan proses persetujuan dengan General Manager, jika sudah disetujui maka dilakukan proses pengadaan barang.
5.3 AnalisisProses Pengadaan dan Pembelian Bahan Baku LBS Mekanisme pengadaan bahan baku yang dilakukan PT. AR yaitu dengan melihat persediaan bahan baku yang ada digudang setiap hari (stock opname daily), kemudian secara periodik divisi PPIC (planning production and inventory control) khususnya bagian purchasing akan melakukan forcasting bahan baku yang dibutuhkan untuk jangka waktu tertentu.Proses persediaan (inventory) bahan baku di PT. ARmerupakan langkah awal dalam menjalani kegiatan produksi demi menghasilkan produk yang berkualitas. Proses penyediaan dan pengadaan bahan baku di PT. ARtelah diatur sedemikian rupa agar alokasi barang di gudang persediaan bahan bakudapat memenuhi kebutuhan, efektif, dan tepat waktu. Gambar 8 menunjukkan bagan alir proses pembelian bahan baku PT. AR.
68
Departemen PPIC
Departemen Purchasing
Supplier
Finance Accounting
Bagian Gudang Bahan Baku
Proses MRP (Material Requirement Planing)
Menerima Hasil MRP
Pengiriman Invoice
Persetujuan MRP dan PO
Penataan bahan baku di gudang Ya
Proses Verifikasi
RETUR
Proses Pengiriman Bahan Baku
Proses Penerbitan
Sesuai
Tidak Ya
Tidak Setuju
Purchase Requisition
Konfirmasi Pemesanan/Retur
Penerimaan PO
Penerimaan bahan baku
Setuju
Penerimaan Invoice
Penerimaan form kedatangan bahan baku
Penerimaan PO
Pembayaran Tagihan
Ya
Ya Didaftarkan untuk Persetujuan (Presdir, GM & FA)
Setuju
Tidak
Purchase Order
Pengiriman PO ke Supplier
Tidak
Gambar 8. Bagan Alir Proses Pembelian Bahan Baku PT. AR Sumber : Data PT. AR (diolah)
69
Langkah-langkah penyediaan bahan bakudalam bagan alir proses pembelian bahan baku PT. AR (Gambar 8) yaitu : 1. Departemen PPIC, aktivitasnya mencakup : a. Melakukan forcasting bahan baku dalam lembar kerjaMaterial Requirement Planning ( MRP) untuk jangka waktu satu bulan, b. Membuat
purchase
requisition(PR)dan
didaftarkan
untuk
persetujuankepada Presiden Direktur dan General Manager, setelah disetujui
maka
diteruskan
kepada
departemen
purchasingdan
Departemen finance accounting. 2. Departemen purchasing, aktivitasnya mencakup : a. Menerima hasil MRP dari departemen PPIC, b. Melakukan
proses
verifikasi
terhadapforcasting
safety
stock(persediaanpengaman) dan disesuaikan dengan sisa stock opname bulan sebelumnya, c. Menerbitkan Purchase Order(PO) kepada masing-masing supplier bahan baku,jika proses verifikasi tidak disetujui maka hasil MRP akan dikembalikan kepada departemenPPIC untuk di revisi. 3. Supplier, aktivitas setelah penerimaan PO dari departemen purchasing PT. AR dilakukan persetujuan, jika disetujui maka supplier akan konfirmasi pemesanan, waktu pengiriman dan penyerahan invoice.Jika tidak disetujui maka sesuai kesepakatan PO akan dikembalikan. 4. Departemen finance accounting, aktivitasnya mencakup : a. Melakukan persiapan dana dan waktu pembayaran sesuai MRP yang diterbitkan oleh departemen PPIC,
70
b. Menerima terusan PO dari departemen purchasing, c. Menerima invoice (tagihan) dari masing-masing supplier, d. Melakukan pembayaran tagihan sesuai tempo pembayaran yang sudah disepakati antara PT. AR dan supplier. 5. Bagian gudang bahan baku, aktivitasnya mencakup : a. Menerima form kedatangan bahan baku dari departemen purchasing, b. Menerima pengiriman bahan baku dari masing-masing supplier dan bekerjasama dengan quality control (QC) untuk melakukan pengawasan kualitas bahan baku, c. Melakukan pengecekan kuantitas sesuai dengan form kedatangan bahan baku, d. Menata bahan baku sesuai pada tempatnya dan mengawasi sistem First In First Out (FIFO) berjalan baik,
5.4 Analisis Rantai Nilai Rantai
nilai
adalah
model
yang
digunakan
untuk
membantu
menganalisisaktivitas-aktivitas spesifik yang dapat menciptakan nilai dan keuntungan kompetitif bagi organisasi. Analisis rantai nilai memperlihatkan organisasi sebagai sebuah proses yang berkelanjutan dalam kegiatan penciptaan nilai. Analisis dilakukan dengan cara mempelajari potensi penciptaan nilai (Anam, 2013). Aktivitas dalam rantai nilai terbagi menjadi dua kategori yaitu, aktivitas utama dan aktivitas pendukung.Aktivitas utama akan dikaji dari sisi pengadaan bahan baku dari masing-masing supplier bahan baku dan pelayanan yang diberikan masing-masing supplier, operasidan pemasaran. Adapun aktivitas
71
pendukung terdiri dari penyiapan infrastruktur penunjang industri, pengembangan sumber daya manusia, pengembangan teknologi dan pengadaan. Rantai nilai menampilkan nilai keseluruhandan terdiri dari aktivitas nilai dan marjin. Aktivitas nilai merupakan aktivitas nyata secara fisik dan teknologi yang dilakukan perusahaan, yaitu dengan membangun blok dimana perusahaan menciptakan sebuah produk yang berharga bagi pembelinya. Marjin merupakan selisih antara nilai total dan biaya kolektif yang dilakukan dari aktivitas nilai.Penjelasan mengenai aktivitas terkait dalam rantai nilai pengolahan LBS ditunjukkan dalam Lampiran 4 dan 5. Penjabaran rantai nilai PT. AR digunakan perusahaan untuk memahami posisi biaya dan mengidentifikasi cara-cara yang dapat digunakan untuk memfasilitasi implementasi dari strategi tingkatbisnisnya.Rantai nilai menunjukkan bagaimana sebuah produk bergerak dari tahap bahan baku ke pelanggan akhir. Analisis rantai nilai PT. ARmenggambarkan berbagai kegiatan yang diperlukan untuk membawa produk atau jasa dari konsepsimelalui berbagai tahapan produksi (melibatkan kombinasi transformasi fisik dan masukan dari berbagai produsen jasa), pengiriman pada konsumen akhirdan pembuangan akhir setelah digunakan. Model rantai nilai PT. ARberguna untuk mendefinisikan kompetensi inti perusahaan dimana perusahaan dapat mengejar keunggulan kompetitif sebagai berikut: 1. Keunggulan Biaya
: dapat lebih baik memahami dan menekan biaya
keluar dariaktivitas penambahan nilai.
72
2. Differensiasi
: fokus pada aktivitas-aktivitas yang berhubungan
dengan kompetensi inti dan kemampuan untuk melakukannya lebih baik daripada pesaing.
Penjabaran rantai nilai PT. AR diidentifikasidari hulu ke hilir. Aktivitas utama dimulai dari departemen Procurement (pembelian/pengadaan), aktivitasnya antara lain untuk membeli input-input yang diperlukan untuk memproduksi produk LBS. Inputpembelian meliputi item-item yang dikonsumsi selama proses manufaktur produk LBS. Inputpembelian bahan baku yang berkualitas baik akan berdampak pada bagian hilir yang akan menghasilkan produk akhir dengan kualitas yang sama baiknya. Aktivitas pendukung dalam rantai nilai PT. AR terdiri dari penyiapan infrastruktur penunjang industri,pengembangan teknologi dan pengembangan sumber daya manusia. Aktivitas-aktivitas pengembangan teknologi (technology development) yang dilakukan terdiri dari perbaikan produk dan proses yang digunakan perusahaan untuk memproduksi produk LBS. Pengembangan teknologi dapat dilakukan dalam bermacam-macam bentuk, misalnya peralatan proses, desain riset, pengembangan dasar dan prosedur pemberian servis. Pengembangan teknologi yang dilakukan di PT. AR tidak terlepas dari bagian Research and Development (R & D) yang secara berkala melakukan trial untuk terus melakukan pengembangan dan inovasi produk maupun bahan baku serta peralatan proses yang digunakan.Aktivitas pendukung lainnya yaitu manajemen sumber daya manusia(human resources management), aktivitas-aktivitas yang melibatkan perekrutan, pelatihan, pengembangandan pemberian kompensasi kepada pekerja.
73
Analisis rantai nilai dilakukan setelah dijelaskantahapan proses penting dalam usaha pengolahan LBS. Uraian proses tersebut dianalisis untuk melihat seberapa pentingnya sumber daya, teknologi dan kapabilitas tersebut dalam membentuk kemampuan bersaing perusahaan. Analisis tersebut ditunjukkan dalam Gambar 9.
74
INFRASTRUKTUR PT. AR (Gedung produksi, gudang persediaan dan akses jalan menuju lokasi memadai)
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI (Teknologi yang digunakan dalam pembuatan produk olahan tepung talas LBS tergolong semi modern dan masih membutuhkan tenaga manusia untuk mengoperasikannya)
AKTIVITAS UTAMA
MARGIN
AKTIVITAS PENUNJANG
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM di departmenPPIC dan purchasingdan pengolahan LBS dilatih oleh tenaga ahli sehingga memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk pengolahan LBS)
PENGADAAN (Bahan baku utama, penolong, tambahan, alat/mesin yang digunakan untuk memproduksi produk olahan tepung talas LBS didapat dari wilayah Bogor dan sekitarnya, luar P. Jawa dan impor dari luar negeri) LOGISTIK MASUK Pengadaan Bahan Baku
Pasokan MacamMacam Jenis Bahan Bahan Baku Dari Sekumpulan Supplier
OPERASI
LOGISTIK KELUAR
Pengolahan Bahan Baku Utama yaitu Tepung Talas, Bahan Baku Tambahan serta Penolong menjadi Lapis Bogor Sangkuriang Persiapan Bahan Baku
PEMASARAN
Agen-Agen Kemitraan Produk Olahan Tepung Talas LBS
Distribution Channel Hotel & Tempat Pariwisata Sponshorship
Event Konsumen Pasar Lokal
Proses Mixing Pencetakan dalam Loyang Proses Steam Pemberian Topping Pendinginan & Pengemasan
Gambar 9. Rantai Nilai Pengolahan LBS Sumber : Data PT. AR (diolah)
75
5.5 Pemilihan Supplier Bahan Baku Produk LBS Berikut jenis bahan baku yang dibutuhkan PT. AR beserta supplier-supplier bahan baku LBS yang selama ini pernah atau masih bekerja sama dengan PT. AR (Tabel 13). Supplier-supplier tersebut belum ditetapkan menjadi supplier tetap dikarenakan masih dalam proses pemilihan. Supplier yang bekerjasama dengan perusahaan selama ini dipilih dengan patokan harga terendah dan memiliki waktu tunggu yang relatif singkat, tetapi kenyataannya perusahaan sering mengalami kendala supplier yang dipilih perusahaan terlambat atau bahkan tidak bisa mengirim bahan baku sesuai perjanjian yang dibuat sebelumnya, maka dari itu bagian purchasingperusahaan harus memiliki beberapa alternatif supplier dan dipilih yang terbaik untuk dijadikan supplierutama untuk jangka waktu yang panjang.
76
Tabel 13. Bahan Baku dan Supplier untuk Produksi LBS pada PT. AR No Bahan Baku Supplier 1
Tepung Talas
2
Tepung Terigu
3
Telur
4
Gula
5
Susu
6
Vegetable Oil
7
Shortening
8
Cokelat Rasa
9
Keju
10
Bahan Kondimen (Garam, Vanili, Cake Emulsifier, Leavening Agent,Condensed, dan Lain-Lain)
11
Box (Kemasan Karton) Lapis Bogor
KWT. MA KWT. ME KWT. LI UD. YU KJ PT. LNFM CV. KI CV. BN CV. GI KT GH PT. ITT PT. KCS RB CV. KI PT. UJ PT. AT CV. KI KJ PT. SM CV. KI PD. ABD PT. ITT UD. YOE MKY PT. AA PT. FM PT. NL CV. SE PT. MBR PT. ITT PT. ME PT. HS CV. DSI KJ UD YOE PT. KP PT. MAP BOP PT. GMU
Sumber :Departemen PurchasingPT. AR, 2014
5.5.1
Penentuan Kriteria Supplier Bahan Baku Tahap penentuan supplier bahan baku yang akan dipilih untuk dijadikan
supplierutama/tetap PT. AR diseleksi dari beberapa alternatif supplier-supplier yang pernah bekerja sama dengan perusahaan. Seleksi supplier tetap
77
menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). MPE adalah salah satu metode untuk menentukan prioritas alternatif keputusan dari kriteria jamak. Analisis pendapat pakar dilakukan untuk menginventarisir dan melakukan pembobotan terhadap kriteria yang digunakan sebagai acuan dalam penentuan alternatif supplier bahan baku yang akan dijadikan supplierutama/tetap untuk jangka waktu yang panjang. Sebanyak 21 kriteria yang akan dinilai kepentingannya oleh pakar sekaligus praktisi dalam industri pangan, pengambil keputusan internal perusahaan dan supplier yang paling lama bekerja sama dengan perusahaan.Masing-masing responden berperan dalam memberikan perspektif yang berbeda serta memberikan rekomendasi kriteria supplier lainnya yang dianggap perlu sebagai bahan acuan dalammemandang kasus seleksi supplier. Kriteria-kriteria yang digunakan adalahsebagai berikut (Tabel 14).
78
Tabel 14. Kriteria-Kriteria Supplier No Kriteria 1
Kelengkapan Dokumen Keamanan Pangan a. Sertifikat Halal b. Sertifikat GMP dan HACCP c. Sertifikat P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga) 2 Kualitas a. Kesesuaian Teknis b. Reliabilitas Produk c. Standar dan Jaminan Kualitas d. Rasio Ketertolakan Produk 3 Pengiriman a. Lead time singkat b. Ketepatan Waktu c. Kontinuitas 4 Pelayanan dan Manajemen Organisasi a. Aksesibilitas b. Fleksibilitas c. Status/Kondisi Finansial d. Kepercayaan e. Tingkat Kemudahan Komunikasi f. Prosedur Komplain dan Responsibilitas g. Traceabiliy(Kemampuan telusur) h. Label Standar nasional Indonesia(SNI) 5 Biaya a. Harga Produk b. Kemampuan Memberikan Diskon c. Mekanisme Pembayaran Mudah Sumber : Kombinasi kriteria supplier yang ideal mengacu pada GMP dan HACCP, kriteria supplier untuk industri bakery yang diadaptasi dari PT. Nippon Indosari Corpindo dan formulir kriteria seleksi dan evaluasi supplier yang telah dirancang oleh Vincent Gasperz (2012)
Keseluruhan kriteria merupakan hasil observasi lapang, kajian pustaka dan wawancara mendalam (indepth interview) dengan para pakar dan internal perusahaan . Pakar yang dipilih penilaian tingkat kepentingan kriteria adalah : 1. Dr. Akhmad Riyadi Wastra, MM (Dosen sekaligus praktisi dalam Industri Pangan
Fakultas
Sains
dan
Teknologi,
Prodi
Sosial
Ekonomi
Pertanian/Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) 2. Drh. Zulmanery, MM (Dosen sekaligus praktisi dalam Industri Pangan Fakultas Sains dan Teknologi, Prodi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
79
3. Ir. Sri Purwanti, MS (Dosen sekaligus praktisi dalam Industri Pangan Fakultas Sains dan Teknologi, Prodi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Penjelasan dari masing-masing kriteria adalah sebagai berikut : 1. Kelengkapan Dokumen Keamanan Pangan Dokumen-dokumen persyaratan layak edar dari lembaga sertifikasi berstandar internasional yang menunjukkan pengetahuan, kesadaran dan pemahaman supplier bahan baku pangan tentang perlindungan konsumen terhadap keamanan pangan dan implikasi hukum pelanggaran peraturan keamanan pangan yang berlaku. Dokumen-dokumen tersebut meliputi : a. Sertifikat Halal Sertifikat ini dikeluarkan badan internasional kehalalan produk di Indonesia yaitu Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia(LPPOM MUI), sertifikat ini menunjukkan produk pangan halal dikonsumsi. Kriteria ini termasuk dalam kriteria yang harus dimiliki oleh setiap supplier karena PT. AR merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang pengolahan pangan yang harus mengutamakan kehalalan produk yang mereka olah. b. Sertifikat GMP dan HACCP Sertifikat ini diberikan kepada industri pangan melalui kegiatan audit atas penerapan GMP atau Cara Pengolahan Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) dalam mencegah bahaya keamanan pangan pada setiap titik kritis aktivitas produksi. Sertifikat ini dikeluarkan oleh lembaga
80
sertifikasi standar internasional seperti Sucofindo. Kriteria ini termasuk dalam kriteria yang harus dimiliki oleh setiap supplier bahan pangan karena PT. AR merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang pangan yang harus mengutamakan pencegahan atas bahaya keamanan pangan olahan. c. Sertifikat P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga) Sertifikat ini dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan setempat untuk skala industri rumah tangga yang memproduksi bahan pangan. Kriteria ini diperuntukkan kepada perusahaan supplier berskala Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yaitu supplier tepung talas yang diutamakan memiliki sertifikat P-IRT sebagai bukti bahwa perusahaan telah menerapkan produksi bersih dan aman dalam pengolahan bahan baku yang akan dipasok kepada PT. AR. 2. Kualitas Kriteria kualitas dalam memilih supplier berarti keseluruhan ciri dan karakter-karakter dari sebuah produk yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan tersirat (American Society for Quality Control, 2009). Hal-hal yang dinilai dalam kualitas bahan baku yang dipasok adalah sebagai berikut : a. Kesesuaian teknis Penilaian untuk menyatakan kesesuaian produk terhadap standar tertentu, khususnya SNI.Penilaian kesesuaian teknis pada masingmasing bahan baku di PT. AR saat ini adalah sebagai berikut (Tabel 15).
81
Tabel 15. Penilaian Kesesuaian Teknis Bahan Baku pada PT. AR No Jenis Bahan Kesesuaian Teknis Baku 1
Tepung Talas
Tidak berkutu, tercantum tanggal kadaluarsa dan menggunakan kemasan karung berkapasitas 25 Kg 2 Tepung Terigu Tidak berkutu, tercantum tanggal kadaluarsa dan menggunakan kemasan karung berkapasitas 25 Kg 3 Telur Telur ayam ras lokal berwarna kecoklatan dengan kondisi fresh on farm, ukuran telur disesuaikan dengan tray berukuran 30 butir telur per 1 tray dan diikat per-8 tray, keseluruhan telur berisi ±240 butir dengan berat 15 Kg 4 Susu Susu sapi segar berukuran 450ml kemasan botol, menggunakan kemasan karton berkapasitas 24 botol 5 Gula Putih Berwarna putih bersih, tercantum tanggal kadaluarsa dan menggunakan kemasan karung berkapasitas 50Kg 6 Shortening Kemasan karton dengan kapasitas 15 Kg, tercantum tanggal kadaluarsa 7 Keju Spesifikasi kualitas keju yang diminta perusahaan yaitu memiliki tanggal produksi minimal 1 bulan sebelum digunakan dan berkapasitas 16 Kg per-Karton 8 Cokelat Cokelat batangan rasa cokelat, blueberry, strawberry, cappuccino dan tiramisu dengan kapasitas 12 Kg per-karton Sumber : Departemen Produksi PT. AR, 2014
Penilaian kesesuaian teknis dalam PT. AR belum menggunakan acuan pada SNI, hanya berdasarkan fisik dari bahan bakunya. Kriteria kesesuaian teknis bahan baku yang mengacu pada SNI dilampirkan dalam Lampiran 6, agar menjadi panduan perusahaan dalam proses seleksi supplier. Kesesuaian teknis pada kemasan pangan yaitu standarisasi yang dikeluarkan oleh Balai Besar Kimia dan Kemasan Kementerian Perindustrian (Bpkimi, Kemenperin) mengenai persyaratan kemasan pangan dengan tujuan melindungi produk pangan dari bahaya keamanan pangan.Fungsi kemasan menurut Bpkimi, Kemenperin (2012) adalah sebagai wadah, perlindungan fisik, perlindungan barrier, komunikasi, keamanan dan kenyamanan. Ketentuan dan persyaratan yang berkaitan dengan kemasan adalah sebagai berikut : a) Penandaan (labelling) Peraturan yang terkait dengan penandaan (Labelling) umumnya diaplikasikan terhadap kemasan retail dengan maksud memberikan
82
informasi penting kepada konsumen mengenai isi yang terkandung dalam kemasan serta untuk menjaga agar tidak terjadi kesalahan interpretasi atau pengertian terhadap produk yang dikemas.Dalam Undang-Undang
mengenai
labelling
biasanya
mengharuskan
sedikitnya 4 hal yaitu nama umum dari produk yang dikemas, isi/ berat bersih, kandungan dan namadan alamat perusahaaan yang bertanggungjawabterhadap produksi, pengawasan dan distribusi. Hal lain yang diwajibkan (dibeberapa negara) adalah masasimpan produk, kondisi penyimpanan khusus, instruksiuntuk persiapan atau penggunaan, barcode, simbol halaldan sebagainya. b) Pelestarian lingkungan Persyaratan
kemasan
yang
berhubungan
dengan
pelestarian
lingkungan yaitu pengurangan bahan kemasan dari kandungan bahan berbahaya dan kemasan buangan harus dapat di recovery/daur ulang. c) Standarisasi ukuran kemasan Menggunakan kemasan yang ekonomis, memiliki kekuatan optimal serta penanganan yang tepat. Khusus untuk kemasan kotak karton, Sifat-sifat yang perlu dimiliki olehmenurut Bpkimi, Kemenperin (2012)
yaitu
kekedapan
terhadap
uap
air,
gas,
aroma
(plastik,kaleng,gelas), memiliki kekuatan fisik (tahan jatuhan, tahan tarikan,tahan tusukan, tahan sobek) dan memiliki daya serap air. b. Reliabilitas produk Probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidakdalam periode waktu tertentu, semakin kecil kemungkinan
83
terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan (Mullins, Orville dan Boyd, 2005 : 422). Reliabilitas produk bahan baku dinilai dari kesesuaian dengan tanggal kadaluarsa karena berhubungan dengan tingkat kerusakan produk. c. Standar dan jaminan kualitas Perusahaan supplier memberikan jaminan kepada perusahaan pembeli apabila bahan baku yang diterima oleh pembeli termasuk kriteria rusak (reject) yaitu dilakukan penukaran (retur) bahan baku.Standar dan jaminan kualitas dilihat dari pelayanan yang diberikan perusahaan supplier terhadap produk yang dipasok jika terdapat spesifikasi yang tidak sesuai standar perusahaan. d. Rasio ketertolakan produk Pengukuran yang digunakan untuk menilai perusahaan supplier ketika memasok produknya pada perusahaan pembeli yang ditandai dengan seberapa banyak supplier menyediakan produk yang tidak memenuhi standar kesesuaian teknis (Pujawan, 2005). 3. Pengiriman Kegiatan mengirimkan (pendistribusian) bahan baku sesuai pesanan dari supplier kepada perusahaan pembeli. Kegiatan pengiriman ini merupakan hal yang vital terhadap masing-masing supplier, karena pengiriman bahan baku berhubungan dengan kegiatan produksi, jika salah satu bahan baku saja mengalami kendala dalam pengiriman, kegiatan produksi dapat berhenti dan perusahaan mengalami kerugian.Penilaian kriteria pengiriman pada masing-masing bahan baku adalah sebagai berikut :
84
a. Lead time singkat Kemampuan supplier memberikan jangka waktu tunggu pengiriman pasokan bahan baku yang relatif singkat (Gaspersz, 2012). b. Ketepatan waktu Kemampuan supplier mengirim tepat waktu dengan lot pengiriman kecil. Ini akan dinilai dari jarak antara supplier dengan perusahaan, kapasitas produksi dan keadaan historis mereka dalam mengirim tepat waktu (Eka, 2011). c. Kontinuitas Kemampuan supplier untuk mengirimkan bahan baku yang dibutuhkan secara kontinu (Rukmi, dkk. 2014). 4. Pelayanan dan manajemen organisasi Bentuk pelayanan dan sistem manajemen yang diberikan oleh perusahaan supplier dalam rangka memenuhi pesanan kebutuhan bahan baku.Penilaian kriteria pelayanan dan manajemen organisasi pada masing-masing bahan baku adalah sebagai berikut : a. Aksesibilitas Konsep yang menggabungkan pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Dengan perkataan lain aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan bagaimana lokasi tataguna lahan berinteraksi satu dengan yang lain dan bagaimana mudah dan susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi (Black dan Conroy, 1977).
85
b. Fleksibilitas Kemampuan untuk beradaptasi secara cepat dan efektif terhadap kebutuhan yang terus berubah, pergantian yang cepat dari satu produk ke produk lain, respon yang cepat terhadap permintaan yang terus berubah (Evans & Lindsay, Pengantar Six Sigma, h.202). c. Status/kondisi finansial Kondisi keuangan Perusahaan supplier pada saat akan bekerjasama dengan Perusahaan pembeli harus diketahui agar tidak terjadi kekekeliruan mekanisme pembayaran antar Perusahaan. d. Kepercayaan Kondisi terciptanya hubungan kerja antar industri yang penuh kepercayaan (Evans & Lindsay, Pengantar Six Sigma, h.279). e. Tingkat kemudahan komunikasi Kondisi mudahnya hubungan komunikasi antar industri dagang yang saling menguntungkan, khususnya dalam hal pengadaan bahan baku. f. Prosedur komplain dan responsibilitas Kemampuan supplier dalam menangani keluhan-keluhan perusahaan pembeli terhadap pelayanan yang diberikan perusahaan supplier dan bentuk tanggung jawab supplier terhadap produk yang dipasoknya. g. Traceabiliy (kemampuan telusur) Codex Alimentarius (CAC/GL 60-2006) menyatakan bahwa traceabiliy adalah kemampuan untuk mengikuti pergerakan dari makanan selama tahap proses produksi dan distribusi. The International Organization for Standarization 9001:2008 (ISO 9001:2008) mendefinisikan traceabiliy
86
sebagai kemampuan untuk menelusuri sejarah, aplikasi, atau lokasi dari hal dibawah pertimbangan, dan catatan yang dapat menghubungkan produk dengan asal bahan dan sejarah proses produk, serta distribusi produk. General Food Law Regulation 178/2002 Uni Eropa pada artikel 3 nomor 15 mendefinisikan traceabiliy sebagai kemampuan menelusuri makanan atau pakan atau bahan baku produksi makanan atau pakan, dalam setiap tahap proses produksi dan distribusi. h. Label SNI Label Standar Nasional Indonesia yang tercantum dalam setiap kemasan produk yang dipasok. Label SNI menunjukkan bahwa produk memiliki kesesuaian terhadap standar keamanan pangan. 5. Biaya Uang tunai atau kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan dapat memberikan laba baik untuk masakini maupun masa mendatang (Kuswadi, 2006:60). Penilaian kriteria biaya pada masingmasing bahan baku adalah sebagai berikut : a. Harga produk Kemampuan supplier dalam memberikan harga yang sesuai dengan kualitas bahan baku yang ditawarkan. b. Kemampuan memberikan diskon Supplier dapat memberikan potongan harga atau diskon kepada pembeli apabila memesan bahan baku dengan kuantitas yang besar.
87
c. Mekanisme pembayaran yang mudah Supplier
memberikan
kemudahan
dalam
melakukan
transaksi
pembayaran dan jangka waktu yang sesuai.
Penilaian alternatif pada setiap kriteria menggunakan skala penilaian 1-3, yaitu 3 sangat penting, 2 = penting dan 1 = tidak penting. Hasil analisis penilaian tingkat kepentingan kriteria supplier bahan bakuLBS PT. AR disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Analisis Tingkat Kepentingan Kriteria Supplier Bahan Baku LBS PT.AR Kode No Kriteria Bobot Peringkat Kriteria Kelengkapan Dokumen Keamanan Pangan 1 Sertifikat Halal 2 Sertifikat GMP Dan HACCP 3 Sertifikat P-IRT B Kualitas 4 Kesesuaian Teknis 5 Reliabilitas Produk 6 Standar Dan Jaminan Kualitas 7 Rasio Ketertolakan Produk C Pengiriman 8 Lead Time Singkat 9 Ketepatan Waktu 10 Kontinuitas D Pelayanan Dan Manajemen Organisasi 11 Aksesibilitas 12 Fleksibilitas 13 Status/Kondisi Finansial 14 Kepercayaan 15 Tingkat Kemudahan Komunikasi 16 Prosedur Komplain dan Responsibilitas 17 Traceabiliy 18 Label SNI E Biaya 19 Harga Produk 20 Kemampuan Memberikan Diskon 21 Mekanisme Pembayaran yang Mudah Sumber : Data Primer (diolah) A
Q1 Q2 Q3
2.85 2.35 2.20
1 2 3
Q5 Q6 Q7 Q8
2.60 2.50 2.90 2.35
3 4 1 5
Q9 Q10 Q11
2.35 2.80 2.60
3 1 2
Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Q21 Q22
2.50 2.40 2.30 2.90 2.55 2.40 1.83 2.33
3 4 6 1 2 4 7 5
Q18 Q19 Q20
2.30 1.80 2.30
1 2 1
88
Penjelasan analisis tingkat kepentingan kriteria supplier bahan baku LBS PT. AR (Tabel 16) adalah sebagai berikut : 1. Kriteria Kelengkapan Dokumen Keamanan Pangan Kelengkapan dokumen keamanan pangan yang menjadi prioritas pertama dengan bobot 2,85 adalah sertifikat halal. Kriteria ini menjadi pertimbangan PT. AR karena merupakan perusahaan yang bergerak dalam pengolahan pangan yang mengutamakan kehalalan produk. Sertifikat halal menjadi salah satu dokumen penting yang harus dimiliki setiap supplier yang akan bekerjasama dengan PT. AR. Kriteria-kriteria yang menjadi prioritas selanjutnya dalam memilih supplier bahan baku secara berturutturut adalah kelengkapan dokumen sertifikat GMP dan HACCP (2,35) dan kelengkapan dokumen sertifikat P-IRT (2,20) untuk bahan baku tertentu yang diproduksi oleh skala IKM, contohnya tepung talas. 2. Kriteria Kualitas Standar dan jaminan kualitas yang termasuk dalam kriteria kualitas menjadi prioritas pertama dengan bobot 2,90 yang dipertimbangkan PT. AR untuk memilih supplier bahan baku, hal ini disebabkan standar dan jaminan kualitas merupakan hal awal yang dilihat dari masing-masing supplier, bagaimana setiap supplier memberikan jaminan kualitas bahan baku yang sesuai standar dan spesifikasi yang diinginkan PT.AR sebagai kliennya. Kriteria yang menjadi prioritas kedua yaitu kesesuaian teknis (2,60) bahan baku yang dipasok, sebelumnya PT. AR telah menetapkan spesifikasi masing-masing bahan baku yang harus dipenuhi setiap supplier, kesesuaian teknis dengan standar dan spesifikasi yang telah
89
ditetapkan menjadi pertimbangan PT. AR untuk memilih supplier. Kriteria-kriteria yang menjadi prioritas selanjutnya dalam memilih supplier bahan baku secara berturut-turut adalah reliabilitas produk (2,50) dan rasio ketertolakan produk (2,35). 3. Kriteria Pengiriman Kriteria yang menjadi prioritas pertama dalam pengiriman adalah ketepatan waktu (2,80), ketepatan waktu dalam kegiatan pengiriman bahan baku merupakan hal yang vital dalam persediaan bahan baku, karena PT. AR merupakan pabrik pengolahan yang beroperasi 24 jam dan bergantung pada persediaan bahan baku. Departemen PPIC telah mengatur re-order point sesuai kapasitas gudang dengansafety stock 1 hari untuk masingmasing bahan baku, sehingga jika terjadi keterlambatan dalam hitungan 1 (satu) hari saja dalam pengiriman bahan baku pada saat re-order point, maka akan berdampak pada terhambatnya kegiatan produksi atau bahkan pemberhentian
produksi.
Hal
tersebut
menyebabkan
perusahaan
mengalami kerugian. Kriteria-kriteria yang menjadi prioritas selanjutnya dalam memilih supplier bahan baku secara berturut-turut adalah kontinuitas (2,60) dan lead time singkat (2,35) 4. Kriteria Pelayanan dan Manajemen Organisasi Kriteria yang menjadi prioritas pertama dalam pelayanan dan manajemen organisasi adalah kepercayaan (2,90), hal ini dilihat dari kinerja historis selama supplier bekerjasama dengan perusahaan. Bagaimana supplier mematuhi kesesuaian teknis dan kriteria-kriteria lainnya sesuai permintaan perusahaan. Kriteria-kriteria yang menjadi prioritas selanjutnya dalam
90
memilih supplier bahan baku secara berturut-turut adalah tingkat kemudahan komunikasi (2,55) dalam hal pemesanan dan kegiatan distribusi bahan baku, aksesibilitas (2,50) masing-masing supplier yang memudahkan kedua belah pihak dalam kegiatan distribusi. Kriteria fleksibilitas supplier dalam pelayanan yang diberikan dan prosedur komplain dan responsibilitas yang mudah, kedua kriteria tersebut memiliki bobot yang sama yaitu 2,40, hal ini menegaskan bahwa kedua kriteria tersebut merupakan elemen yang sama pentingnya dalam kriteria pelayanan dan manajemen organisasi. Kriteria-kriteria yang menjadi prioritas selanjutnya dalam memilih supplier bahan baku secara berturutturut adalah Label SNI (2,33), status/kondisi finansial supplier (2,30) dan prioritas terakhir yaitutraceabiliy (1,83). 5. Kriteria Biaya Kriteria yang menjadi prioritas pertama dalam biaya adalah harga produk yang sama pentingnya dengan mekanisme pembayaran yang mudah yaitu memiliki bobot sebesar 2,30. Kriteria selanjutnya yang menjadi prioritas kedua yaitu kemampuan memberikan diskon (1,80), kriteria ini memiliki bobot terendah dari semua kriteria karena dianggap tidak terlalu berpengaruh. Harga produk dan mekanisme pembayaran yang mudah merupakan kriteria dengan bobot kedua terendah setelah kemampuan memberikan diskon dari semua kriteria supplier yang dipertimbangkan olehPT. AR, harga bukan merupakan prioritas utama dalam memilih supplier bahan baku LBS di PT. AR. Harga menjadi prioritas dibawah kualitas, sertifikat pendukung keamanan pangan dan pengiriman karena
91
besarnya harga bergantung pada kualitas bahan baku dan beberapa variabel lainnya sesuai dengan kriteria prioritas.
Tabel 17 menunjukkan urutan kriteria global dari yang memiliki bobot terbesar hingga yang terkecil. Tabel tersebut menunjukkan bahwa kualitas dan pelayanan manajemen organisasi menjadi faktor pertimbangan utama, dimana standar dan jaminan kualitas (2,90) dan kepercayaan (2,90) menduduki peringkat teratas kemudian sertifikat halal (2,85) menjadi peringkat kedua. Kriteria turunan dari kualitas, pelayanan manajemen organisasi, kelengkapan dokumen keamanan pangan dan pengiriman semuanya berada pada sepuluh peringkat teratas dengan bobot terbesar. Kriteria pelayanan manajemen organisasi menjadi faktor kriteria terbanyak yang diperhatikan dalam sepuluh peringkat teratas antara lain kepercayaan (2,90), tingkat kemudahan komunikasi (2,55), aksesibilitas (2,50), fleksibilitas (2,40) dan prosedur komplain dan responsibilitas (2,40). Kriteria kedua terbanyak yang diperhatikan yaitu kualitas, faktor tersebut yaitu standar dan jaminan kualitas (2,90), kesesuaian teknis (2,60), reliabilitas produk (2,50), dan rasio ketertolakan produk (2,35). Tabel 17. Urutan Peringkat Bobot Global Kepentingan Kriteria Kode No Kriteria Bobot Kriteria
Peringkat
1
Standar dan jaminan kualitas
Q7
2.90
1
2
Kepercayaan
Q15
2.90
1
3
Sertifikat halal
Q1
2.85
2
4
Ketepatan waktu
Q10
2.80
3
5
Kesesuaian teknis
Q5
2.60
4
6
Kontinuitas
Q11
2.60
4
7
Tingkat kemudahan komunikasi
Q16
2.55
5
92
No
Kriteria
Kode Kriteria
Bobot
Peringkat
8
Reliabilitas produk
Q6
2.50
6
9
Aksesibilitas
Q12
2.50
6
10
Fleksibilitas
Q13
2.40
7
11
Prosedur komplain dan responsibilitas
Q17
2.40
7
12
Sertifikat GMP dan HACCP
Q2
2.35
8
13
Rasio ketertolakan produk
Q8
2.35
8
14
Lead time singkat
Q9
2.35
8
15
Label SNI
Q22
2.33
9
16
Status/kondisi finansial
Q14
2.30
10
17
Harga produk
Q18
2.30
10
18
Mekanisme pembayaran yang mudah
Q20
2.30
10
19
Sertifikat P-IRT
Q3
2.20
11
20
Traceabiliy
Q21
1.83
12
Q19
1.80
13
21 Kemampuanmemberikan diskon Sumber : Data Primer (diolah)
5.5.2
Aplikasi MPE pada Masalah Seleksi Supplier Prinsip dasar pengadaan yang baik adalah bahwa kerjasama antara pembeli
dengan supplier dapat menarik lebih banyak peluang menghemat biaya daripada dua pihak yang bekerja sendiri-sendiri. Kerjasama yang solid ini kiranya hanya dapat dihasilkan ketika dua pihak tersebut mempunyai hubungan jangka panjang dan tingkat kesalingpercayaan yang baik. Hubungan jangka panjang akan mendorong supplier untuk mengeluarkan usaha lebih besar pada permasalahan yang dihadapi oleh pembeli tertentu. Hubungan jangka panjang ini juga dapat meningkatkan komunikasi dan koordinasi antara kedua belah pihak. Kemampuan seperti ini sangatlah penting dalam proses pengadaan barang-barang langsung (direct materials). Oleh karena itu, hubungan jangka panjang ini seharusnya
93
dibangun dengan para supplier barang-barang strategis dan kritis (Chopra dan Meindl 2001). Analisis penilaian alternatif supplier bahan baku LBS yang akan dijadikan supplier utama oleh PT.AGRINESIA RAYA menggunakan teknik MPE (Metode Perbandingan Eksponensial). Supplier dengan nilai tertinggi akan diprioritaskan menjadi supplier utama bahan baku LBS. Data dan hasil pengolahan untuk kasus seleksi supplier bahan baku secara lengkap tersaji pada Tabel 18. Proses seleksinya didasarkan pada pertimbangan faktor-faktor yang telah ditentukan bobot kepentingannya, yaitu kelengkapan dokumen keamanan pangan, kualitas, pengiriman, pelayanan dan manajemen organisasi, biaya dan kriteria rekomendasi dari para pakar berikut dengan kriteria turunannya. Tabel 18. Aplikasi MPE pada kasus seleksi supplier bahan baku LBS pada PT. AR No
1
2
3
4
Bahan baku Tepung talas
Perusahaan Supplier
Nilai MPE
Ranking
KWT. MA
262,39
1
KWT. ME
145,84
2
KWT. LI
66,43
3
UD. YU
115,24
4
KJ
126,64
3
PT. LNFM
184,67
2
CV. KI
286,40
1
CV. BN
269,32
1
CV. GI
104,99
3
CV. KT
165,18
2
GH
32,29
4
PT. ITT
156,05
3
PT. KCS
256,80
1
RB
78,00
4
Tepung Terigu
Telur
Gula
94
No
5
6
7
8
9
10
11
Bahan baku
Susu
Vegetable oil
Perusahaan Supplier
Nilai MPE
Ranking
CV. KI
254,80
2
PT. UJ
229,76
2
PT. AT
134,72
3
CV. KI
269,37
1
KJ
149,51
3
PT. SM
173,07
2
CV. KI
260,98
1
PD. ABD
126,12
4
PT. ITT
269,29
1
UD. YOE
206,79
3
MKY
265,23
2
PT. AA
259,77
2
PT. FM
251,74
3
PT. NL
266,28
1
CV. SE
124,19
4
PT. MBR
247,63
1
PT. ITT
179,34
2
PT. ME
127,63
3
PT. HS
244,13
2
CV. DSI
260,02
1
KJ
138,26
3
UD. YOE
133,92
4
PT. KP
202,64
3
PT. MAP
195,44
4
BOP
273,13
1
PT. GMU
248,52
2
Shortening
Cokelat
Keju
Bahan Kondimen
Box (kemasan Karton) LBS
Sumber : Data Primer (diolah)
95
Berdasarkan Tabel 18, hasil analisis seleksi supplier masing-masing bahan baku yang dibutuhkan PT.AGRINESIA RAYA untuk memproduksi LBS adalah sebagai berikut : 1. Tepung Talas Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18, supplier KWT. MA memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu dengan nilai MPE 262,39, KWT. ME (145,84) dan KWT. LI (66,43). Dari ketiga alternatif supplier tepung talas, KWT. MA dapat dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utama tepung talas. KWT. MA menjadi peringkat pertama karena memiliki nilai bobot tinggi (3) dalam kriteria pemenuhan sertifikat halal dan P-IRT, standar dan jaminan kualitas, rasio ketertolakan produk, lead time yang singkat, ketepatan
waktu,
aksesibilitas,
fleksibilitas,
kepercayaan,
tingkat
kemudahan komunikasi, prosedur komplain dan responsibilitas serta traceabiliy. KWT. ME menjadi peringkat kedua karena hanya unggul dalam pemenuhan sertifikat halal dan P-IRT, ketepatan waktu dan traceabiliy, sedangkan KWT. LI tidak memiliki nilai bobot tinggi dalam kriteria manapun. 2. Tepung Terigu Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18, CV. KI memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu dengan nilai MPE 286,39, sementara supplier lainnya memiliki nilai MPE 184, 67 untuk PT. LNFM, KJ (126,64) dan UD. YU (115,24). Dari
96
keempat alternatif supplier tepung terigu, CV. KI dapat dipertimbangkan perusahaan menjadi pemaosk utama tepung terigu. Keempat supplier tersebut sama-sama memiliki nilai bobot tertinggi terhadap kriteria sertifikat halal, sertifikat GMP dan HACCP, mekanisme pembayaran yang mudah dan traceabiliy, CV. KI lebih unggul karena hanya memiliki nilai terendah terhadap kriteria prosedur komplain dan responsibilitas (1,71) serta harga produk (1). 3. Telur Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18, CV. BN memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu dengan nilai MPE 269,32, sementara supplier lainnya memiliki nilai MPE 165,18 untuk CV. KT, CV. GI (104,99) dan GH (32,29). Dari keempat alternatif supplier telur, CV. BN dapat dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utamatelur. CV. BN lebih unggul karena dari 18 kriteria yang dinilai hanya memiliki nilai terendah terhadap kemampuannya memberikan diskon (2,29) sedangkan CV. GH memiliki nilai keputusan terendah karena hanya memiliki nilai bobot tertinggi dalam kriteria reliabilitas produknya saja (2,14). 4. Gula Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18, PT. KCS memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu dengan nilai MPE 256,80, sementara supplier lainnya memiliki nilai
97
MPE 254,80 untuk CV. KI, PT. ITT (156,05) dan RB (78,00). Dari keempat alternatif supplier gula. PT. KCS dapat dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utama gula. Keempat supplier sama-sama memiliki nilai tertinggi dalam kriteria sertifikat halal (3). PT. KCS menjadi peringkat pertama karena unggul dalam kriteria pemenuhan sertifikat GMP dan HACCP, kesesuaian teknis kualitas, reliabilitas produk, rasio ketertolakan produk, lead time singkat, status/kondisi finansial, kemampuan memberikan diskon, traceabiliy dan label SNI. PT. ITT menjadi peringkat kedua karena hanya memiliki nilai bobot tertinggi dalam 6 kriteria dari 20 kriteria yang dinilai yaitu sertifikat halal, GMP dan HACCP, kesesuaian teknis, reliabilitas produk, rasio ketertolakan produk serta label SNI. 5. Susu Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18, CV. KI memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu dengan nilai MPE 269,37, sementara supplier lainnya memiliki nilai MPE 229,76 untuk PT. UJ dan nilai MPE 134,72 untuk PT. AT. Dari ketiga alternatif supplier susu, CV. KI dapat dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utama susu. Ketiga supplier yang dinilai sama-sama unggul dalam pemenuhan sertifikat halal, GMP dan HACCP, kesesuaian teknis, reliabilitas produk dan traceabiliy. CV. KI menjadi peringkat pertama karena unggul juga dalam kriteria standar dan jaminan kualitas dan ketepatan waktu,
98
sedangkan PT. AT menjadi peringkat kedua karena hanya unggul dalam kriteria standar dan jaminan kualitas. 6. Vegetable Oil Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18, CV. KImemiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu dengan nilai MPE 260,98, sementara supplier lainnya memiliki nilai MPE 173,07 untuk PT. SM dan nilai MPE 149,51 untuk KJ. Dari ketiga alternatif suppliervegetable oil, CV. KI dapat dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utamavegetable oil. Ketiga supplier yang dinilai sama-sama unggul dalam dalam pemenuhan sertifikat halal, GMP dan HACCP, kesesuaian teknis, reliabilitas produk dan standar dan jaminan kualitas. CV. KI dan PT. SM memiliki nilai bobot tertinggi dalam kriteria traceabiliy, CV. KI menjadi peringkat pertama karena ke-14 kriteria sisanya lebih unggul dari PT. SM 7. Shortening Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18, PT. ITT memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu dengan nilai MPE 269,29, sementara supplier lainnya memiliki nilai MPE 265,23 untuk MKY, UD. YOE (206,79) dan PD. ABD (126,12). Dari
keempat
alternatif
suppliershortening,
PT.
ITT
dapat
dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utama shortening. Keempat supplier unggul dalam pemenuhan sertifikat halal, GMP dan HACCP, kesesuaian teknis dan reliabilitas produk. PT. ITT unggul juga
99
dalam kriteria fleksibiitas, status/kondisi finansial, tingkat kemudahan komunikasi, mekanisme pembayaran yang mudah dan traceabiliy. 8. Cokelat Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18, PT. NL memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu dengan nilai MPE 266,28, sementara supplier lainnya memiliki nilai MPE 259,77 untuk PT. AA, PT. FM (251,74) dan CV. SE (124,19). Dari keempat alternatif
suppliercokelat, PT.NL dapat dipertimbangkan
perusahaan menjadi supplier utama cokelat. Keempat supplier yang dinilai sama-sama unggul dalam dalam pemenuhan sertifikat halal, GMP dan HACCP, kesesuaian teknis, reliabilitas produk dan standar dan jaminan kualitas. PT. NL menjadi peringkat pertama karena memiliki nilai bobot tinggi dalam kriteria kepercayaan, tingkat kemudahan komunikasi,mekanisme pembayaran yang mudah, traceabiliy dan label SNI serta dalam kriteria lainnya memiliki nilai bobot lebih besar dari supplier lainnya. 9. Keju Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18, PT. MBR memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu dengan nilai MPE 247,63, sementara supplier lainnya memiliki nilai MPE 179,34 untuk PT. ITT dan nilai MPE 127,63 untuk PT. ME. Dari ketiga alternatif supplierKeju, PT. MBR
dapat dipertimbangkan
perusahaan menjadi supplier utama keju.
100
Ketiga supplier yang dinilai sama-sama unggul dalam dalam pemenuhan sertifikat halal, GMP dan HACCP, kesesuaian teknis, reliabilitas produk dan standar dan jaminan kualitas. PT. MBR menjadi peringkat pertama karena unggul juga dalam kemampuannya memberikan diskon, traceabiliy dan label SNI dibandingkan dengan supplier lainnya. 10. Bahan Kondimen Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18, CV. DSI memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu dengan nilai MPE 260,02, sementara supplier lainnya memiliki nilai MPE 244,13 untuk PT. HS, KJ (138,26) dan UD. YOE (133,92). Dari keempat alternatif supplierbahan kondimen, CV. DSI dapat dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utama bahan kondimen. Keempat supplier yang dinilai sama-sama unggul dalam dalam pemenuhan sertifikat halal, GMP dan HACCP, kesesuaian teknis, reliabilitas produk dan standar dan jaminan kualitas dan traceabiliy. CV. DSI unggul juga dalam kriteria aksesibilitas, tingkat kemudahan komunikasi,
prosedur komplain
dan
responsibilitas,
kemampuan
memberikan diskon dan traceabiliy. 11. Box (Kemasan Karton) LBS Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18, BOP memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu dengan nilai MPE 273,13, sementara supplier lainnya memiliki nilai MPE 248,52 untuk PT. GMU, PT. KP (202,64) dan PT. MAP (195,44). Dari keempat alternatif supplierBox (kemasan karton) LBS, BOP dapat
101
dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utama Box (kemasan karton) LBS. Keempat supplier dinilai berdasarkan 19 kriteria, BOP menjadi peringkat pertama karena unggul dalam 17 kriteria dibandingkan dengan supplier lainnya, tetapi semua supplier dinilai rendah dalam kontinuitas dan traceabiliy.
5.6 Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil penelitian, faktor kesuksesan kritis dalam seleksi supplier sangat mungkin berbeda antara barang yang satu dengan yang lain, antara suatu industri dengan industri yang lain. Hal tersebut dikarenakan tuntutan fokus dan tujuan yang juga berbeda-beda dalam pemenuhan kebutuhan konsumennya. Dickson (1966) dalam Cheraghi (2002) memberikan salah satu kesimpulan menarik lewat risetnya bahwa semakin kompleks suatu produk/jasa yang dibeli, maka cenderung semakin banyak faktor yang dipertimbangkan.Pada kasus semacam ini, menurutnya, harga kemudian menjadi faktor yang agaknya relatif kurang atau tidak penting. Faktor kesuksesan kritis untuk bahan baku LBS ditentukan dari besarnya bobot kepentingan masing-masing kriteria, kriteria tersebut antara lain adalah kriteria turunan dari kualitas, pelayanan manajemen organisasi dan pengiriman. Implikasi dari hal ini yaitu bahwa meningkatkan kinerja supplier pada 3 aspek tersebut akan memberikan dampak yang lebih efektif dalam meningkatkan keseluruhan kinerja supplier dibandingkan dengan kriteria lainnya. Selaras dengan kesimpulan Dickson (1996), hasil pembobotan yang memberikan nilai tinggi bagi faktor kualitas, pelayanan manajemen organisasi dan pengiriman mengindikasikan
102
bahwa produksi LBS dapat dikatakan sebagai produk yang kompleks karena membutuhkan banyak bahan baku dalam proses pembuatannya. Faktor biaya atau harga menjadi faktor dibawah kriteria turunan dari kualitas, pelayanan manajemen organisasi dan pengiriman untuk dipertimbangkan dalam penentuan suppliernya. Kriteria yang menjadi faktor kesuksesan kritis dalam kasus seleksi supplier bahan baku LBS di PT. AR dapat digunakan sebagai bahan monitoring kinerja supplier. Perusahaan pembeli (PT. AR) dapat membatu supplier utamanya dalam meningkatkan kinerja mereka dengan memberikan informasi masukan tentang kriteria faktor kesuksesan kritis yang teridentifikasi tersebut. Dengan demikian, supplier akan lebih fokus melakukan perbaikan yang terkait dengan kriteria yang menjadi faktor kesuksesan kritisnya. Ketika supplier utama sudah mampu mencapai tingkat kinerja ideal, maka secara bertahap hal tersebut juga akanmeningkatkan kualitas proses pengadaan perusahaan secara keseluruhan. Pada tahap lebih lanjut, hubungan dengan supplier ini dapat diarahkan menuju hubungan jangka panjang yang lebih menguntungkan. Penggunaan aplikasi MPE pada kasus seleksi supplier ini kriteria untuk pemilihan supplier dapat didefinisikan dengan jelas. Aplikasi MPE ini memungkinkan para pembuat keputusan untuk memperhitungkan kekuatan dan kelemahan setiap supplier dengan membandingkannya terkait kriteria yang ditekankan.Hasil yang diperoleh dari aplikasi MPE ini juga dapat diarahkan untuk meningkatkan kualitas manajemen hubungan dengan supplier. Nilai keputusan dan peringkat masing-masing supplier yang didapatkan dari hasil MPE diimplementasikan sesuai dengan kebijakan manajemen perusahaan. Supplier peringkat 1 yang memiliki nilai keputusan tertinggi dapat diberikan
103
kuota pasok sebanyak 60%, supplier peringkat 2 sebanyak 20%, peringkat 3 sebanyak 15%, peringkat 4 sebanyak 5%. Tujuannya kembali kepada meningkatkan kualitas manajemen hubungan dengan supplier. Implikasi manajerial dari hasil penelitian dalam perusahaan dapat dijadikan panduan untuk dibuat prosedur klasifikasi dan seleksi supplier (Lampiran 11) bahan baku untuk PT. AR karena sebelumnya peneliti menganalisis rantai nilai yang terjadi dari hulu ke hilir. Selain itu, penelitian ini dapat diimplementasikan pada masing-masing departemen, mulai dari departemen pengadaan bahan bahan baku khususnya purchasing yang berhubungan langsung dengan para supplier, departemen produksi hingga pemasaran produk (Lihat Tabel 19).
104
Tabel 19. Implikasi Manajerial yang dapat diterapkan oleh PT. AR Tujuan No Purchasing Penelitian 1
Struktur pasokan
rantai
-
-
Mengetahui bahwa kualitas produk keluaran ditentukan pertama kali oleh bagian pengadaan barang, ketidaktepatan kualitas bahan baku sesuai spesifikasi yang dibutuhkan akan menghasilkan produk keluaran yang tidak tepat. Mengetahui perencanaan dan peramalan (forcasting) kebutuhan bahan baku, kapan harus menerbitkan Purchase Order (PO) karena sebelumnya analisis pasar telah diketahui dari bagian pemasaran untuk menghindari kekurangan, keterlambatan dan ketidaktepatan penerbitan Purchase Order (PO)
Proses Produksi -
-
-
-
2
Kriteria-kriteria supplier bahan baku LBS
-
Mengetahui bahwa produk LBS merupakan produk yang kompleks karena membutuhkan banyak bahan baku untuk memproduksinya. Oleh karena itu, pemborosan pada proses dapat terjadi antara lain : scrap dan pekerjaan ulang (rework), proses yang tidak efisien, proses yang kuno/usang dan proses yang tidak andal. Mengetahui struktur rantai pasokan dapat meminimalisir pemborosan yang terjadi Mengetahui kejelasan prosedur dan instruksi kerja untuk menghindari waktu terbuang dari pekerja (worker idle time) Mengetahui perlunya pelatihan bagi karyawan bagian produksi untuk menghindari waste Mengetahui tambahan penggunaan input (tenaga kerja, bahan baku, peralatan dan mesin-mesin produksi.
Pemasaran -
-
-
-
Mengetahui keadaan dan kebutuhan pasar untuk meningkatkan volume penjualan Mengetahui proses pemasaran untuk menghindari kesalahankesalahan dalam proses pesanan dari pelanggan Mengetahui dan dapat menekan biaya aktual penjualan per-pesanan yang melebihi biaya standar yang ditetapkan Mengetahui bahwa analisis pasar yang dilakukan bagian pemasaran akan menjadi informasi yang penting bagi bagian pengadaan dan produksi untuk melakukan pekerjaannya.
Mengetahui bahwa supplier merupakan organisasi eksternal yang perlu diorganisir dengan baik, kualitas yang buruk, kesalahan-kesalahan dalam pengiriman, keterlambatan pengiriman, selisih perhitungan bahan baku yang dikirim dengan
105
No
3
Tujuan Penelitian
Proses pemilihan supplier
Purchasing
-
Proses Produksi
Pemasaran
pesanan pembelian, kelebihan persediaan (overstocking), kelebihan material yang tidak terpakai (cacat, usang), kelebihan persediaan pengaman (safety stock/buffer inventories), pekerjaan ulang (rework) serta ongkos-ongkos yang tinggi dapat teridentifikasi dan dilakukan analisis dan evaluasi kinerja supplier Mengetahui prosedur klasifikasi dan seleksi supplier, sehingga ketidaktepatan dalam pemilihan supplier yang akan bekerjasama dengan perusahaan dapat dihindari
106
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat dirumuskan berdasarkan hasil pembahasan seleksi supplier bahan baku LBS di PT. AR adalah sebagai berikut : 1. PT. AR berinteraksi dengan banyak supplierdalam penyediaan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan produksi setiap harinya. Anggota rantai pasok pada PT. AR, umunnya terdiri atas para supplier bahan baku LBS (produsen tepung talas, terigu, gula, susu, vegetable oil, shortening, bahanbahan kondimen, keju dan produsen box (kemasan kotak karton) LBS. 2. Perancangan
model
seleksi
supplier
pada
rantai
pasokan
LBS
menghasilkan kriteria dan kriteria turunannya dengan bobot masingmasing sebagai berikut: a. Kelengkapan dokumen keamanan pangan, dengan kriteria turunan sertifikat halal, sertifikat GMP dan HACCP dan sertifikat P-IRT. b. Kualitas, dengan kriteria turunan kesesuaian teknis, reliabilitas produk, standar dan jaminan kualitas dan rasio ketertolakan produk. c. Pengiriman, dengan kriteria turunan lead time singkat, ketepatan waktu dan kontinuitas. d. Pelayanan dan manajemen organisasi, dengan kriteria turunan aksesibilitas, fleksibilitas, status/kondisi financial, kepercayaan, tingkat kemudahan komunikasi dan prosedur complain dan responsibilitas. e. Biaya, dengan kriteria turunan harga produk, kemampuan memberikan diskon dan mekanisme pembayaran yang mudah.
107
f. Kriteria lainnya yaitu kesesuaian standar kemasan pangan, Traceability (kemampuan telusur) dan Label SNI. 3. Hasil proses pemilihan supplier bahan baku LBS adalah sebagai berikut : a. Dimulai
dari penerimaan perkenalan/penawaran calon
supplier
kemudian dilanjutkan dengan penerimaan sample produk bahan baku. Bahan baku diterima kemudian diserahkan pada bagian Research & Development (R&D) untuk dilakukan trial. Trial yang dilakukan bagian R & D disetujui apabila tidak ada masalah dalam kualitas dan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan perusahaan, sedangkan sample tidak disetujui ketika bahan tidak sesuai spesifikasi. Proses penerimaan berakhir dan kembali pada penerimaan perkenalan/penawaran calon supplier. Bahan baku yang sudah disetujui spesifikasinya oleh R & D kemudian dilakukan negosiasi biaya oleh bagian purchasing yaitu terdiri atas negosiasi harga produk dan tempo pembayaran, jika sudah disetujui maka dilakukan proses pengadaan barang. b. Proses pengadaan dan pembelian bahan baku dimulai dari proses MRP yang dilakukan oleh departemen PPIC, kemudian departemen purchasing menerima hasil MRP dan dilakukan forcasting bahan baku untuk kebutuhan jangka waktu tertentu. Purchase Order (PO) diterbitkan departemen purchasing yang sudah disetujui oleh finance accounting kepada masing-masing supplier bahan baku. Supplier menerima purchase order kemudian melakukan konfirmasi pesanan kepada PT. AR, setelah itu dilakukan proses pengiriman bahan baku. Bahan baku diterima oleh PT. AR terlebih dahulu dilakukan 108
pengecekan ulang oleh Quality Control (QC), kemudian bahan baku diserahkan kepada bagian gudang untuk ditata pada masing-masing pallet. c. Hasil analisis seleksi supplier bahan baku LBS menggunakan aplikasi MPE menunjukkan supplier-supplier yang memiliki nilai MPE tertinggi dan memenuhi kriteria dan dapat dipertimbangkan oleh perusahaan untuk menjadi supplier utama/tetap. Supplier-supplier tersebut antara lain : supplier tepung talas yang memiliki nilai MPE tertinggi yaitu KWT. MA, supplier tepung terigu; CV. KI, supplier telur ; CV. BN, supplier gula ; PT. KCS, supplier susu ; CV. KI, suppliervegetable oil ; CV. KI, suppliershortening ; PT. ITT, supplier cokelat ; PT. NL, supplier keju ; PT. MBR, supplier bahan-bahan kondimen ; CV. DSI dan supplier box (kemasan karton LBS) ; BOP.
6.2 Saran Saran-saran yang dapat diajukan berdasarkan hasil seleksi supplier bahan baku LBS adalah sebagai berikut : 1. Pelibatan pakar dari kalangan praktisi (perusahaan) dan penerapan model dalam masalah empiris lapangan perlu dilakukan untuk menguatkan aplikabilitas model MPE yang digunakan 2. Penelitian lanjutan dapat diarahkan pada identifikasi parameter-parameter untuk setiap kriteria turunan, terkait dengan tingkat kinerja supplier. 3. Integrasi model dalam sebuah sistem penunjang keputusan seleksi supplier akan sangat berguna untuk meningkatkan kemudahan proses.
109
4. Dilakukannya evaluasi terhadap kinerja supplier setiap jangka waktu tertentu, misal setiap 6 bulan sekali akan meingkatkan loyalitas masingmasing supplier dan kerjasama saling menguntungkan akan tercipta dengan baik.
110
DAFTAR PUSTAKA
Abror, 2011. Kajian Seleksi dan Evaluasi Pemasok Pada Rantai Pasokan Kertas (Studi Kasus di PT. Kertas Leces (PTKL) Probolinggo) [Skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. BPS, 2014. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2014. Diakses dari http://bps.go.id pada Tanggal 23 Juli 2014 Jam 11.04. Bungsu, 2010. Kajian Kriteria Pemilihan Pemasok Buah-buahan dengan Proses Hirarki Analitis (Studi Giant Hypermarket Botani Square Bogor). Fakultas Sains dan Teknologi - Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Chopra S. dan Meindl P. 2001. Supply Chain Management: Strategy, Planning, and Operation (3rd Edition). New Jersey: Pearson Prentice Hall. Eka, 2011. Analisis Kesesuaian Pemasok Bahan Baku Roti Tawar Spesial (RTS) dengan Kriteria yang Ditetapkan oleh Perusahaan (Studi Kasus: PT. Nippon Indosari Corpindo) [Skripsi]. Fak. Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Eko Indrajit, R dan Djokopranoto, R. 2002. Konsep Manajemen Supply Chain : Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. Jakarta : Grasindo. Evan & Lindsay. 2007. Pengantar Six Sigma. Jakarta : Salemba Empat. Gaspersz, Vincent. 2012. All-In-One Practical Management Excellence : Contoh Aplikasi Pada Bisnis dan Industri Modern. Bogor : Vinchristo Publication. Hariyadi, 2011. Pengindustrian Aneka Ragam Pangan : Menuju Ketahanan Pangan Nasional Berbasis Sumber Daya Indigenus [Jurnal]. Institut Pertanian Bogor. Heizer, J. dan B. Render. 2006. Manajemen Operasi (Terjemahan). Salemba Empat, Jakarta. Lee EK, Ha S, Kim SK. 2001. Supplier Selection and Management System Considering Relationship In Supply Chain Management. IEEE Transactions on Engineering Management 48 (3): 307-318. Marimin dan Maghfiroh, N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. IPB Press, Bogor Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia 111
Porter,
Michael. E. 1992. Keunggulan Bersaing, Menciptakan Mempertahankan Kinerja Unggul. Erlangga. Jakarta.
dan
Profil
Investasi Bidang Industri dan Perdagangan diakses dari http://www.kotabogor.go.id/investasi/industri pada tanggal 23 juli 2014 jam 11.25
Pujawan, I Nyoman. 2005. Supply Chain Management. Surabaya : Guna Widya. Riduwan. 2010. Dasar-Dasar Statistika. Bandung : Alfabeta, 2010. Russel, Roberta S dan Taylor, Bernard W. 2011. Operations Management : Creating Value Along The Supply Chain. US : John Willey and Sons, inc. Sandi, dkk. 2013. Penerapan Metode ANP untuk Pemilihan Supplier Bahan Baku CV.TX [Skripsi]. Universitas Katolik Parahyangan. Sholikhin. 2006. Sistem Penunjang Keputusan Pengembangan Agroindustri Kecil di Kawasan Agropolitan (Studi Kasus di Kota Batu, Jawa Timur) [skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Susila. 2009. Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Berbasis Lidah Buaya (Aloe Vera Lina) Di Kabupaten Bogor [Skripsi]. Institute Pertanian Bogor. Tias. 2012. Teori Keputusan dan Lingkup Keputusan [Jurnal] diakses dari library.binus.ac.id pada Tanggal 25 Juli 2014 Jam 18.23. Winarno, FG. 2004. Keamanan Pangan. MBrio Press, Bogor.
112
Lampiran 1. Definisi Operasional Dimensi Variabel Manajemen Hubungan Pemasok (Supplier Relationship Management) : semua proses yang berfokus pada interaksi antara Perusahaan dengan pemasoknya. (Chopra dan Meindl (2001))
Seleksi pemasok : salah satu kegiatan bagian pengadaan yang merupakan keputusan strategis pertama yang menentukan kesuksesan implementasi manajemen rantai pasokan (Pujawan, 2005)
Deskripsi
Indikator
Parameter
Dokumen-dokumen persyaratan layak edar dari lembaga sertifikasi berstandar internasional yang menunjukkan pengetahuan, kesadaran dan pemahaman pemasok bahan baku pangan tentang perlindungan konsumen terhadap keamanan pangan dan implikasi hukum pelanggaran peraturan keamanan pangan yang berlaku Sertifikat yang dikeluarkan badan internasional kehalalan produk LPPOM MUI
Pemasok terbukti melampirkan dokumen-dokumen kelengkapan keamanan pangan pada saat akan bekerjasama dengan perusahaan pembeli
Kriteria Pemasok :
1. Kelengkapan Dokumen Keamanan Pangan
a. Sertifikat Halal
b. Sertifikat GMP dan HACCP
Sertifikat yang diberikan kepada industri pangan melalui kegiatan audit atas penerapan GMP dan
Pemasok bahan baku pangan terbukti melampirkan dokumen sertifikat halal dari lembaga internasional kehalalan di Indonesia (LPPOM MUI) Pemasok bahan baku pangan terbukti melampirkan dokumen sertifikat GMP dan HACCP dari
113
Dimensi
Variabel
Deskripsi
c. Sertifikat P-IRT
2. Kualitas
a. Kesesuaian Teknis
b. Reliabilitas Produk
c. Standar dan Jaminan Kualitas
Indikator HACCP dalam mencegah bahaya keamanan pangan pada setiap titik kritis aktivitas produksi dari lembaga sertifikasi standar internasional Sertifikat yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan setempat untuk skala industri rumah tangga yang memproduksi bahan pangan Keseluruhan ciri dan karakterkarakter dari sebuah produk yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan tersirat (American Society for Quality Control, 2009) Penilaian untuk menyatakan kesesuaian produk terhadap standar tertentu, khususnya SNI (BSN) Probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu, semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan (Mullins, Orville dan Boyd, 2005 : 422) Perusahaan pemasok memberikan jaminan kepada
Parameter lembaga sertifikasi standar internasional di Indonesia. Misalnya dari Sucofindo
Pemasok bahan baku pangan skala industri rumah tangga seperti tepung talas terbukti melampirkan dokumen sertifikat P-IRT Pemasok bahan baku Lapis Bogor Sangkuriang terlihat mematuhi standar-standar kualitas yang dipesan PT. AGRINESIA RAYA
Pemasok bahan baku Lapis Bogor Sangkuriang terlihat mematuhi kesesuaian teknis mengenai kualitas bahan baku yang dipasok Tingkat keandalan pemasok bahan baku terhadap produk yang dipasok sehingga kemungkinan terjadinya kerusakan dalam hal kualitas semakin kecil
Pemasok bahan baku Lapis Bogor Sangkuriang terlihat
114
Dimensi
Variabel
Deskripsi
d. Rasio Ketertolakan Produk
e. Standar Kemasan Pangan
3. Pengiriman
a. Lead Time Singkat
Indikator
Parameter
perusahaan pembeli apabila bahan baku yang diterima oleh pembeli termasuk kriteria rusak (reject) yaitu dilakukan penukaran (retur) bahan baku Pengukuran yang digunakan untuk menilai perusahaan pemasok ketika memasok produknya pada perusahaan pembeli yang ditandai dengan seberapa banyak pemasok menyediakan produk yang tidak memenuhi standar kesesuaian teknis (Pujawan, 2005) Standar yang dikeluarkan oleh Balai Besar Kimia dan Kemasan Kementerian Perindustrian mengenai persyaratan kemasan pangan dengan tujuan melindungi produk pangan dari bahaya keamanan pangan (Bpkimi, Kemenperin, 2012)
mampu memberikan standar dan jaminan kualitas terhadap kesesuaian teknis kualitas yang diminta perusahaan
Kegiatan mengirimkan (pendistribusian) bahan baku sesuai pesanan dari pemasok kepada perusahaan pembeli Kemampuan pemasok memberikan jangka waktu tunggu pengiriman pasokan bahan baku yang relatif singkat
Tingkat ketertolakan bahan baku Lapis Bogor Sangkuriang yang dipasok, banyaknya produk dengan status reject
Pemasok kemasan kotak karton untuk Lapis Bogor Sangkuriang terlihat sesuai standar kemasan pangan, salah satunya labelling yaitu tercantumnya nama umum produk yang dikemas, isi berat bersih, komposisi bahan, masa simpan produk, kondisi penyimpanan khusus, barcode dan simbol halal (Bpkimi, Kemenperin, 2012) Tingkat kecepatan dan ketepatan pengiriman bahan baku Lapis Bogor Sangkuriang menuju PT. AGRINESIA RAYA Pemasok terlihat mampu memberikan jangka waktu tunggu pengiriman pasokan bahan baku Lapis Bogor
115
Dimensi
Variabel
Deskripsi b. Ketepatan Waktu
c. Kontinuitas
4. Pelayanan dan Manajemen Organisasi
a. Aksesibilitas
Indikator
Parameter
(Gaspersz, 2012) Kemampuan pemasok mengirim tepat waktu dengan lot pengiriman kecil. Ini akan dinilai dari jarak antara pemasok dengan Perusahaan, kapasitas produksi dan keadaan historis mereka dalam mengirim tepat waktu (Eka, 2011) Kemampuan pemasok (supplier) untuk mengirimkan bahan baku yang dibutuhkan secara kontinu (Rukmi, dkk. 2014) Bentuk pelayanan dan sistem manajemen yang diberikan oleh perusahaan pemasok dalam rangka memenuhi pesanan kebutuhan bahan baku Konsep yang menggabungkan pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Dengan perkataan lain aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan bagaimana lokasi tataguna lahan berinteraksi satu dengan yang lain dan bagaimana mudah dan susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi (Black dan Conroy, 1977)
Sangkuriang yang relatif singkat Pemasok terlihat mampu menepati waktu pengiriman bahan baku Lapis Bogor Sangkuriang
Pemasok terlihat mampu mengirimkan bahan baku Lapis Bogor Sangkuriang yang dibutuhkan secara kontinu Tingkat sistem manajemen pelayanan yang diberikan perusahaan pemasok bahan baku Lapis Bogor Sangkuriang Pemasok terlihat memiliki kemampuan aksesibilitas yang dapat diandalkan dalam kegiatan pendistribusian bahan baku Lapis Bogor Sangkuriang kepada PT. AGRINESIA RAYA
116
Dimensi
Variabel
Deskripsi b. Fleksibilitas
c. Status/Kondisi Finansial
d. Kepercayaan
e. Tingkat Kemudahan Komunikasi
Indikator
Parameter
Kemampuan untuk beradaptasi secara cepat dan efektif terhadap kebutuhan yang terus berubah, pergantian yang cepat dari satu produk ke produk lain, respon yang cepat terhadap permintaan yang terus berubah (Evans & Lindsay, Pengantar Six Sigma, h.202) Kondisi keuangan Perusahaan pemasok pada saat akan bekerjasama dengan Perusahaan pembeli harus diketahui agar tidak terjadi kekekeliruan mekanisme pembayaran antar Perusahaan Kondisi terciptanya hubungan kerja antar industri yang penuh kepercayaan (Evans & Lindsay, Pengantar Six Sigma, h.279)
Tingkat fleksibilitas perusahaan pemasok terhadap perubahanperubahan yang terjadi, dapat mudah menyesuaikan dengan kondisi kebutuhan bahan baku produk Lapis Bogor Sangkuriang yang tujuannya menguntungkan kedua belah pihak Pemasok terbukti tidak memiliki permasalahan keuangan internal maupun eksternal perusahaan
Kondisi mudahnya hubungan komunikasi antar industri dagang yang saling menguntungkan, khususnya dalam hal pengadaan bahan baku
Tingkat kepercayaan antar perusahaan pemasok dan perusahaan pembeli khususnya dalam pengadaan bahan baku yang terlihat dari data historis kemampuan memenuhi pesanan Tingkat kemudahan pelayanan komunikasi dari perusahaan pemasok bahan baku dan PT. AGRINESIA RAYA sebagai pembeli khususnya mengenai kegiatan pengadaan bahan baku
117
f. Prosedur Komplain dan responsibilitas
5. Biaya
a. Harga Produk
b. Kemampuan memberikan diskon
c. Mekanisme Pembayaran Mudah
Kemampuan pemasok dalam menangani keluhan-keluhan perusahaan pembeli terhadap pelayanan yang diberikan perusahaan pemasok dan bentuk tanggung jawab pemasok terhadap produk yang dipasoknya Uang tunai atau kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan dapat memberikan laba baik untuk masakini maupun masa mendatang (Kuswadi, 2006:60) Kemampuan pemasok dalam memberikan harga yang sesuai dengan kualitas bahan baku yang ditawarkan Pemasok dapat memberikan potongan harga atau diskon kepada pembeli apabila memesan bahan baku dengan kuantitas yang besar
Pemasok memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi pembayaran dan jangka waktu yang sesuai
Pemasok terbukti bertanggung jawab dalam menangani komplainkomplain mengenai pengadaan bahan baku produk Lapis Bogor Sangkuriang, prosedur komplain yang diberikan tidak rumit Tingkat biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan bahan baku Lapis Bogor Sangkuriang
Pemasok terbukti dapat memberikan harga yang sesuai dengan kualitas bahan baku yang ditawarkan kepada perusahaan pembeli Pemasok terbukti dapat memberikan potongan harga atau diskon kepada PT. AGRINESIA RAYA apabila memesan bahan baku Lapis Bogor Sangkuriang dengan kuantitas yang besar Pemasok bahan baku Lapis Bogor Sangkuriang terbukti memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi pembayaran dan jangka waktu yang sesuai kepada PT. AGRINESIA RAYA
118
Stuktur Organisasi PT AGRINESIA RAYA
119
Lampiran 3. Pemeriksaan Operasional Perusahaan (Depth Interview) Daftar Pertanyaan Pemeriksaan Sistem Pengadaan dan Pengendalian Bahan Baku PT. Agrinesia Raya, Bogor, Jawa Barat Narasumber Jabatan
: :
1.
Apakah perusahaan mempunyai suatu sistem pembelian terpusat ?
2.
Apasaja pertimbangan bagian pembelian untuk memilih supplier bahan baku ?
3.
Apa pertimbangan bagian pembelian memutuskan jumlah supplier untuk setiap bahan baku ?
4.
Jika menggunakan lebih dari satu supplier, Apa saja pertimbangan bagian pembelian memutuskan untuk memakai lebih dari satu supplier ?
5.
Jika hanya menggunakan satu supplier, Apa saja pertimbangan bagian pembelian memutuskan hanya memakai satu supplier ?
6.
Jika terjadi penolakan penawaran pihak supplier untuk menjadi mitra, Apa pertimbangan penolakan tersebut ?
7.
Bagaimana kriteria supplier bahan baku yang diinginkan perusahaan ?
8.
sudahkah ada konrak dimuka untuk setiap supplier bahan baku ?
9.
Jika ada, kontrak seperti Apa yang dibuat untuk kepentingan dan kenyamanan kedua belah pihak (perusahaan dan supplier)?
10.
Jika belum ada, pertimbangan Apa saja yang menyebabkan kontrak tersebut belum dilakukan ?
11.
Adakah salah satu atau banyak bahan baku yang tergantung hanya dari satu supplier dan tidak bisa digantikan ?
12.
Bagaimana perusahaan menyiasati Jika suatu ketika supplier tidak bisa mengirim bahan baku sesuai pesanan ?
13.
Apakah supplier meminta persyaratan tertentu kepada perusahaan untuk menunjang kelancaran
pasokan ?
(misalnya dalam hal
waktu
pembayaran) 14.
Apakah fungsi pembelian terpisah dari fungsi penerimaan ?
15.
Apakah untuk setiap pembelian selalu dipergunakan pesanan pembelian (purchase order)? 120
16.
Apakah bagian pembelian selalu mengusahakan harga dan suplai yang terbaik atas barang yang diperlukan ? (bagian pembelian melakukan negosiasi harga, melihat kualitas sebelum dibeli)
17.
Apakah dalam pembelian ditetapkan persetujuan jumlah rupiahnya ? (kontrak persetujuan harga)
18.
Apakah bagian-bagian lain selalu memandang bagian pembelian sebagai sumber informasi dalam memecahkan setiap permasalahan mengenai barang ?
19.
Apakah permintaan pembelian selalu dilayani tepat pada waktunya ?
20.
Apakah bagian pembelian selalu berorientasi kepada pelayanan? (Apakah bagian pembelian melayani dengan baik bagian perencanaan produksi, begitupun kepada supplier?)
21.
Apakah persediaan selalu mencukupi ? Jika tidak, dalam setahun berApa kali terjadi kekurangan persediaan ?
22.
Apakah persediaan selalu diusahakan dalam jumlah optimal ? (jumlah, safety stock tepat dan biaya yang minimal)
23.
Berapa lama jangka waktu yang diperlukan untuk memproses suatu permintaan pembelian ? (lead time pesanan)
24.
Apa saja biaya-biaya yang dihitung dalam biaya pesan bahan baku ? berapa biaya per-order pembelian?
25.
Apakah supplier menyediakan catalog-katalog harga bahan baku yang tengah berrlaku ?
26.
Apakah ada suatu sistem pengendalian persediaan ? a.
Pergudangan dilaksanakan oleh pihak berwenang
b.
Pesanan sesuai kebutuhan optimal
c.
Tindakan keika penyerahan tidak sesuai
d.
Bagian penerimaan bekerja setelah mendapat lembaran PO
e.
Kuantitas, kualitas, persyaratan, harga, ketelitian, administrasi diyakini pesanan bahan baku disesuaikan sebelum dilakukan pembayaran
f.
Kapan barang retur diperhitungkan penagihan kembali kepada supplier
121
g. 27.
Pesan kembali pada saat mencApai batas keamanan minimum
Apakah pernah diadakan evaluasi produk ? (misalnya melihat standar produk yang dihasilkan, melihat bahan baku yang dipesan sesuai standar perusahaan) Apakah petugas pembelian ikut menjadi anggotanya ?
28.
Apakah biaya yang diinvestasikan untuk persediaan selalu diketahuai setiap saat ?
29.
Apakah untuk menilai prestasi pembelian dipergunakan analisa varian harga pembelian ? (misalnya pembelian selama 1 periode dianalisa kembali optimal atau tidaknya)
30.
Apakah fasilitas fisik gudang penyimpanan cukup memadai ? (misalnya ada fasilitas penyimpanan bahan-bahan yang perishable tercukupi) Jika tidak, Apa saja yang dirasakan kurang memadai ?
31.
Apakah peralatan yang dimiliki dapat mendukung kelancaran tugas ?
32.
Apakah
bagian
pembelian
mempunyai
hubungan
baik
dengan
departemen-departemen lainnya ? 33.
Apakah bagian pembelian selalu berkomunikasi dengan bagian penerimaan dan bagian keuangan ?
34.
Apakah petugas bagian keuangan selalu dApat memperoleh informasi yang mereka butuhkan dari bagian pembelian ?
35.
Apakah bagian pembelian tau mengenai anggaran pembelian masingmasing departemen ? (departemen kebersihan dan teknisi misalnya)
36.
Apakah bagian pembelian memiliki petunjuk atau pedoman kebijakan dan prosedur ?
37.
Apakah
perusahaan
memiliki
standar
pembelian
yang
berlaku
menyeluruh sehingga setiap departemen mendapat perlakuan yang sama ? (standar pembelian bahan baku sama dengan standar pembelian alatalat kantor atau kebersihan misalnya) 38.
Apakah ada prosedur khusus untuk pembelian peralatan modal? (misalnya peralatan kantor dan kebersihan)
39.
Apakah sebelum dipersiapkan pesanan pembelian disyaratkan harus ada permintaan pembeliannya ?
122
40.
Apakah ada suatu sistem otorisasi faktur sehingga perbedaanperbedaannya dengan pesanan dapat diketahui ?
41.
Apakah ada satu komisi standarisasi untuk mengendalikan proliferasi produk ? (adanya manajemen QC bahan baku atau produk jadi)
42.
Apakah bagian pembelian menggunakan semacam formula khusus kuantitas pembelian ekonomis ? (adanya perhitungan khusus)
43.
Apakah bagian pembelian selalu mencoba untuk membeli produk yang dApat memenuhi kebutuhan beberApa departemen ketimbang menimbun beberapa jenis barang yang hamper sama ? (digunakan teknik lot for lot untuk salah satu jenis bahan baku)
44.
Apakah perusahaan selalu mengusahakan persediaan serendah mungkin tetapi juga mempertimbangkan kelangkaan barang di masadepan? Bagaimana cara perusahaan mengatasinya?
45.
Apakah bagian pembelian pernah melaksanakan QC sehingga dapat diketahui bahwa barang yang datang benar-benar barang yang diinginkan?
46.
Apakah bagian pembelian selalu memanfaatkan diskon ?
47.
Apakah bagian pembelian selalu mencoba untuk memusatkan pembelian pada perusahaan tertentu untuk mendApatkan diskon kuantitas?
48.
Apakah pembelian mendesak selalu dihindari ?
49.
Apakah bagian pembelian selalu meminta penawaran dari pemasok bahan baku ?
50.
Apakah syarat-syarat
penawaran selalu dipertimbangkan dengan
seksama, seperti misalnya mengenai pengangkutan, diskon dan layanannya ? 51.
Apakah penetApan pemasok bahan baku selalu didasarkan pada nilai optimal ?
52.
Apakah
permintaan
penawaran
benar-benar
dialamatkan
kepada
beberapa pemasok yang berbeda-beda ? 53.
Apakah ada suatu prosedur tindak lanjut atas barang-barang yang diterima tidak tepat pada waktunya ?
123
54.
Apakah pembelian back-order selalu dimonitor ?
55.
Apakah pesanan pembelian juga berisikan harga ?
56.
Apakah catatan selalu dapat merekam terutama bilamana harga beli actual berbeda dengan harga beli taksiran ?
57.
Apakah digunakan suatu jumlah penggunaan rata-rata untuk setiap jenis barang agar persediaan tetap baik (tidak aus)?
58.
Apakah tingkat persediaan pengaman untuk masing-masing jenis barang telah diperhitungkan?
59.
Apakah moral karyawan pembelian dan persediaan benar-benar memuaskan ?
60.
Apakah para karyawan memiliki pengetahuan yang cukup memadai mengenai produk yang mereka tangani?
61.
Apakah para karyawan selalu berusaha untuk memperoleh informasi mengenai adanya jenis barang yang baru ? (misalnya ada bahan baku baru untuk produk baru )
62.
Apakah perusahaan selalu mengadakan pendidikan dan latihan yang kontinu untuk karyawan pembelian dan persediaan ?
63.
Bagaimana perputaran karyawan bagian pembelian ?
64.
Bagaimana tingkat absensi karyawan ?
65.
Apakah hanya supplier yang dapat diandalkan saja yang dipilih?
66.
Apakah ada suatu arsip mengenai prestasi pemasok bahan baku untuk dijadikan petunjuk mana yang paling dipercaya dalam situasi mendesak ?
67.
Apakah para pemasok bahan baku selalu dicegah untuk berhubungan dengan pimpinan departemen lainnya ?
68.
Apakah ada suatu kebijakan mengenai hadiah-hadiah yang diterima dari pemasok bahan baku ?
69.
Apakah daftar pemasok selalu diperbarui dengan frekuensi yang layak ?
70.
Apakah blanko formulir pesanan pembelian di pranomori ? (dibuat rencana pembelian lalu di nomori sesuai jadwal beli)
71.
Apakah ada suatu ruang yang cukup pada setiap formulir (khususnya untuk pesanan pembelian dan permintaan pembelian) untuk menuliskan semua informasi yang dibutuhkan? (adanya tab keterangan informasi)
124
72.
Apakah permintaan penawaran dibuatkan formulir tersendiri yang tercetak ?
73.
Apakah ruang yang tersedia pada formulir cukup mendukung kemudahan dan kebenaran pengetikan ?
74.
Apakah laporan pembelian dibuat secara bulanan ? Apakah ada seorang pejabat yang selalu mengevaluasinya dengan seksama ?
75.
Apakah bagian pembelian membuat suatu buku catatan perlengkapan yang memuat daftar peralatan modal ? (misalnya alat-alat kantor dll)
76.
Apakah blanko formulir pembelian selalu dijaga keamanannya ?
77.
Apakah catatan-catatan diselenggarakan secara efisien dan efektif ?
78.
Apakah pesanan pembelian dibuat tercetak ?
79.
Apakah nampak barang-barang tertimbun tanpa alasan ditempat penerimaan ?
80.
Apakah pekerja-pekerja pabrik selalu siap menerima barang ?
81.
Apakah pergerakan barang selalu terjadi ?
82.
Apakah ada karyawan
pengelola barang yang cukup ahli yang
dipekerjakan pada bagian yang kurang memerlukan keahliannya, dalam arti bahwa terdApat biaya tenaga kerja yang tinggi yang dipergunakan dalam bidang pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian ? 83.
Apakah barang-barang yang rentan selalu terjaga keutuhannya dalam pemindahannya ?
84.
Apakah daerah produksi terbebas dari gangguan barang-barang yang akan dipergunakan atau akan dipergunakan pada kegiatan berikutnya?
85.
Apakah barang-barang dibongkar secara mekanis atau dengan bantuan mesin ?
86.
Jika tidak, Apakah barang-barang dibongkar dengan tangan secara cukup layak ?
87.
Apakah dipergunakan karton-karton kemasan untuk memudahkan perhitungan dan pengelolaan barang ?
88.
Apakah perusahaan selalu merasa berkewajiban untuk memenuhi setiap pesanan pembelian dan perintah pengiriman ?
125
89.
Apakah kuantitas bahan baku dicek dengan dokumen pengirimannya ? (ketika pengiriman tiba bagian penerimaan richeck dokumen pengiriman)
90.
Apakah harga dicek dengan petunjuk yang ada dan dengan perintah pengirimannya ? (disesuaikan dengan dokumen pesanan)
91.
Apakah perhitungan-perhitungan matematis yang ada juga selalu dicek ?
92.
Apakah tagihan-tagihan yang datang selalu dilunasi dalam jangka waktu yang telah ditentukan ?
93.
Apakah teknik-teknik pengendalian telah diterapkan, seperti misalnya pengendalian untuk mencegah pembayaran ganda atas tagihan ?
a.
Berikan uraian mengenai teknik-teknik yang ada.
94.
Apakah pengendalian atas pembayaran biaya pengangkutan cukup memadai ? (Jika tidak ada biaya pengangkutan abaikan pertanyaan ini)
95.
Jika tidak tindakan-tindakan korektif Apa yang diperlukan ?
96.
Apakah laporan mengenai pengangkutan selalu dibuat secara teratur? (adanya
form
pengankutan
lengkap
dengan
jenis
dan
waktu
pengangkutannya) 97.
Apakah dalam periode pemeriksaan penerimaan bahan baku terjadi demurrage (biaya kelebihan) ? Berapa kali dalam 1 periode)
98.
Tetapkan jumlah demurrage yang harus dibayar. Catat disini_____
99.
Apa saja yang menjadi sebab demurrage?
100. Apakah telah dirancang cara-cara khusus untuk memanfaatkan kredit perjanjian demurrage ? (mengatasi biaya kelebihan) 101. Tindakan korektif Apa yang telah dilakukan untuk mengurangi biaya demurrage ? 102. Lakukan pengujian-pengujian atas tuntutan akibat kerusakan barang dan kerugian-kerugian lainnya, dan cobalah untuk melihat Apakah kerusakan dan kerugian itu memiliki pola tertentu. Jika ya Apakah dApat segera ditanggulangi ? 103. Apakah tuntutan-tuntutan selalu diselesaikan dengan cepat ? (misalnya tuntutan atas barang retur) 104. Apakah pernah ada perbedaan antara data pada dokumen angkut dengan data pada faktur? Jika ya, Apakah hal itu disebabkan oleh penerApan
126
harga yang salah? Atau karena pedoman pemesanan yang keliru ? Apakah pelanggan dibebani jumlah pengangkutan yang benar ? 105. Apakah pengelolaan barang merupakan suatu aktifitas khusus atau suatu unit dalam perusahaan, dimana sedikitnya ada satu orang yang bekerja secara penuh untuk menangani aktifitas tersebut (pengelolaan gudang) ? 106. Jika ya, Apakah pengarahan dan kualitas jasa pengelolaan barang tanggung jawabnya berada ditangan satu orang ? 107. Apakah perencanaan produksi dapat dipergunakan oleh petugas penyimpan bahan baku sebagai pemberitahuan tentang barang-barang yang akan dibutuhkan ? 108. Apakah petugas gudang atau penyimpan barang selalu diberitahu sebelumnya bila mana terjadi perubahan-perubahan rencana persediaan ? 109. Apakah ada indikasi bahwa perusahaan menggunakan berbagai macam bahan baku sehingga memerlukan standarisasi? 110. Jika ya, Apakah perusahaan menerapkan teknik penilaian (standarisasi) tertentu terhadap masing-masing BB ? 111. Apakah terdApat timbunan barang yang tengah menunggu reparasi, pengerjaan kembali, atau retur ke pemasok ? 112. Apakah catatan persediaan cukup dapat diandalkan misalnya dapat dipergunakan sebagai dasar pembelian barang atau untuk menyusun jadwal produksi ? 113. Apakah ada seseorang yang diserahi tugas untuk menerapkan metode baru pengelolaan barang ? (Jika perusahaan menerapkan metode pengelolaan tersebut) 114. Apakah persediaan merupakan komponen penting dalam investasi perusahaan ? 115. Apakah
kualitas
manajemen
persediaan
banyak
mempengaruhi
pendApatan perusahaan ? 116. Apakah semua barang yang dibeli disimpan digudang pusat, dan tidak diserahkan langsung ke unit produksi?
127
117. Jika ya, Apakah gudang memiliki sistem pencatatan yang dikerjakan oleh karyawan-karyawan yang secara fungsional independen terhadap para petugas gudang ? 118. Apakah ada pihak yang bertanggung jawab langsung atas pengelolaan persediaan ? 119. Jika ya, Apakah ada pihak lain yang bertanggung jawab atas kegiatan verifikasi persediaan ? 120. Apakah tingkat perputaran persediaan selalu diketahui dengan mudah ? 121. Apakah tingkat perputaran untuk berbagai jenis persediaan juga dapat diketahui dengan mudah ? 122. Jika ya, Apakah cukup layak bila dibandingkan dengan standar industry yang ada, tingkat perputaran di masa lalu dan lain-lainnya? 123. Apakah untuk setiap jenis persediaan diselenggarakan pencatatan secara perpetual (setiap pada saat keluar masuk bahan baku dicatat) 124. Jika tidak, Apakah memang diperlukan pencatatan secara perpetual ? 125. Apakah pada tiap-tiap kantung atau lokasi barang selalu dibuat catatancatatan tertentu yang diperlukan ? 126. Jika tidak, Apakah memang seharusnya demikian ? 127. Jika ya, Apakah memang benar-benar diperlukan ? 128. Apakah setiap unsur persediaan dipesan, disimpan, dikeluarkan dan dikendalikan dengan cara yang sama ? 129. Jika ya, Apakah nampak adanya barang yang sebenarnya tidak mahal tapi dApat diperlakukan pencatatan dan pengelolaan yang berlebihan ? 130. Apakah ukuran atau alat pengaman untuk mencegah kecurangan telah diterapkan dalam pengelolaan persediaan ? (misalnya kecurangan yang terjadi di bagian pembelian untuk menentukan pemasok bahan baku untuk perusahaan ) 131. Apakah unsur-unsur persediaan telah diidentifikasikan menurut nomornomor barang ? 132. Apakah hasil perhitungan pemasok dicek kembali oleh bagian penerimaan ?
128
133. Apakah catatan-catatan persediaan selalu di cek dengan jumlah fisiknya sedikitnya sekali setahun ? 134. Jika ya, Apakah penyesuaian –penyesuaian atas catatan dilakukan dengan cepat ? 135. Jika ya, Apakah perhitungan fisik (pencatatan persediaan) itu dilakukan oleh karyawan gudang atau selain dari mereka? Siapa? 136. Apakah untuk penyesuaian catatan persediaan fisik itu diperlukan persetujuan tertulis oleh pihak yang bertanggung jawab? Berapa kali penyesuaian terakhir dilakukan? Lantas Apa yang dilakukan setelah penyesuaian itu ? (beri catatan seperlunya) 137. Apakah ada pencatatan mengenai persediaan bahan baku yang memiliki gerakan lambat, usang, berlebihan? SiApa yang melakukan tugas tersebut ? a.
Berikan catatan mengenai tindakan-tindakan yang diambil dalam enam bulan terakhir
138. Apakah kelompok-kelompok barang berikut ini cukup mendapat porsi pengendalian akuntasi: a.
Konsinyasi keluar
b.
Barang yang berada ditangan pensuplai
c.
Barang yang dikirim dengan memorandum
d.
Konsinyasi masuk
139. Apakah perusahaan memiliki instruksi tertulis sebagai pedoman bagi karyawan yang melaksanakan perhitungan fisik akhir tahun ? 140. Apakah prosedur perhitungan persediaan itu sendiri sudah cukup dapat diandalkan ?
129
Lampiran 4. Penjelasan Rantai Nilai Pengolahan Tepung Talas menjadi Lapis Talas (Aktivitas Utama) LBS Produk Perusahaan PT. AR Aktivitas Utama Aktivitas
Logistik Masuk -
Penyediaan bahan baku LBS yang terdiri atas : Tepung talas Terigu Telur Gula Vegetable oil Shortening Susu Cokelat Rasa Keju Bahan Kondimen Box Kemasan - Transportasi/pendistribusian masing-masing bahan baku dari para supplier kepada PT. AR - Pelayanan yang diberikan oleh supplier kepada PT. AR adalah jaminan kualitas kerusakan fisik atau ketidaksesuaian dengan dengan spesifikasi yang diminta, kemudian dilakukan penukaran (retur) bahan baku yang akan diproses pada pengiriman selanjutnya. - supplier bertanggung jawab terhadap ketertolakan bahan baku yang dipasok - Terdapat pelayanan yang cukup memadai
-
-
-
Sebelum didistribusikan kepada PT. AR. Departemen PPIC (Planning Production and Inventory Control) membuat MRP (Material Requirement Planning) masing-masing bahan baku yang dibutuhkan untuk 1 bulan. Departemen PPIC melakukan forcasting bahan baku (MRP) yang diperlukan kemudian diterbitkan kepada bagian purchasing untuk dibuat purchase order yang kemudian dikirimkan pada masing-masing supplier Masing-masing bahan baku mempunyai lead time, contohnya untuk bahan baku seperti tepung talas, tepung terigu, shortening, coklat, bahan kondimen dan kotak karton kemasan memiliki jangka waktu tunggu 3 hari setelah pengiriman PO sedangkan untuk telur dilakukan sistem just in time,
Pemasaran, Penjualan dan Pelayanan
Logistik Keluar
Operasi -
Distribusi produk hasil olahan tepung talas LBS
-
-
Produk hasil olahan tepung talas LBS dipasarkan melalui outlet-outlet milik PT. AR, kemitraankemitraan dan distribution channel Produk olahan tepung talas LBS dipasarkan dalam kemasan kotak karton berukuran 15 x 23 cm dan tersedia dalam berbagai varian rasa yaitu original keju, greentea keju, full talas keju, coklat talas keju, coklat talas polos, cappuccino, tiramisu, blueberry, strawberry.
130
LBS Perusahaan PT. AR Produk
Aktivitas Utama
Logistik Masuk
-
untuk jaminan retur (pengembalian) bahan baku yang tidak sesuai spesifikasi yang diminta, yaitu barang retur akan diganti pada saat pengiriman selanjutnya Negosiasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kerjasama antara PT. AR dan supplier dilakukan setiap periode untuk mengetahui fluktuasi harga, kontinuitas pengiriman, jadwal pengiriman serta evaluasi lainnya untuk kepentingan masing-masing pihak.
Operasi
-
-
Logistik Keluar
Pemasaran, Penjualan dan Pelayanan
yaitu dilakukan pengiriman 2 kali sehari untuk 3 shiift produksi. Ketika bahan baku telah diterima, bagian quality control mengambil sampel masingmasing bahan baku untuk dilakukan pengecekan fisik untuk melihat kualitas bahan baku, kegiatan selanjutnya yaitu penimbangan bahan baku, lalu diserahkan kepada bagian gudang untuk dilakukan penataan di setiap pallet. Pengolahan (pencampuran) bahan baku menjadi Lapis Talas Pengemasan Lapis Talas menggunakan box kemasan kertas karton
131
Lampiran 5. Penjelasan Rantai Nilai Pengolahan Tepung Talas menjadi Lapis Talas (Aktivitas Pendukung) LBS Produk Perusahaan
PT. AR
Aktivitas Pendukung Infrastruktur
Logistik Masuk -
-
-
-
Akses jalan dari dan menuju PT. AR sudah cukup memadai. Pabrik pengolahan sekaligus gudang penyimpanan bahan baku terletak tidak jauh dari pusat kota dan tidak jauh dari akses jalan tol Pabrik pengolahan memiliki gudang persediaan yang tidak cukup luas, tetapi kebutuhan bahan baku tercukupi untuk kegiatan produksi, pemesanan kembali bahan baku telah diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi kekurangan bahan baku Alat-alat perlengkapan untuk pengangkutan bahan baku menggunakan trolley khusus Timbangan disediakan ditempat penerimaan bahan baku sebagai alat perlengkapan yang dibutuhkan divisi quality control untuk melakukan penimbangan ulang bahan baku yang datang kemudian disesuaikan kuantitasnya dengan form
Operasi -
-
Alat-alat persiapan bahan baku di ruang persiapan seperti mesin pengayak tepung, timbangan untuk menakar bahan baku, wadah takaran untuk terigu, gula, susu dan bahan baku lainnya. Berbagai macam alat dan mesin yang digunakan untuk memproduksi LBS, seperti mesin steamer, mesin mixer, timer, loyang stainless untuk mencetak kue, konveyor, mesin parutan keju dan coklat, dan lain-lain.
Logistik Keluar - Terdapatsarana transportasi menggunakan kendaraan bermotor roda 2 maupun roda 4 dan akses jalan yang cukup memadai untuk mendistribusikan LBS dari lokasi perusahaan ke outletoutlet PT. AR, kemitraankemitraan serta distribution channel lainnya.
Pemasaran, Penjualan dan Pelayanan - Terdapat agen-agen yang merupakan mitra dari PT. AR yang memasarkan produk LBS menggunakan kendaraan bermotor roda 2 dan roda 4 - Terdapat 4 outlet yang tersebar di wilayah Bogor untuk menjual produk LBS
132
Produk Perusahaan
LBS PT. AR
Aktivitas Pendukung
Logistik Masuk -
-
-
-
-
Operasi
Logistik Keluar
Pemasaran, Penjualan dan Pelayanan
Purchase Order Bahan baku diangkut menuju gudang persediaan menggunakan trolley yang disediakan supplier Penataan bahan baku di gudang persediaan diatur berdasarkan konsep FIFO (First In First Out) yaitu barang yang masuk lebih dahulu akan digunakan terlebih dahulu untuk kegiatan produksi Didalam gudang persediaan terdapat pallet-pallet yang terbuat dari baja tersusun 2 tingkat. Penataan bahan baku diatur berdasarkan jenis bahan baku, bahan baku kering seperti tepung talas, terigu serta bahan baku dengan kemasan kotak karton disimpan dalam pallet yang berdampingan, sedangkan untuk telur dan bahan-bahan kondimen dengan kemasan pail disimpan dalam pallet yang berjauhan dengan penyimpanan bahan baku kering. Terdapat sarana komunikasi dan
133
Produk Perusahaan Aktivitas Pendukung
Sumber Daya Manusia
LBS PT. AR Logistik Masuk teknologi informasi yang memadai sebagai sarana komunikasi mengenai purchase order ataupun invoice dari pihak perusahaan kepada para supplier. - Departemen PPIC khususnya bagian purchasing yang mengatur rantai pasok bahan baku. Tenaga kerja dibagian departemen Planning Production And Inventory Control (PPIC) memiliki kemampuan melakukan forcasting kebutuhan bahan baku, mengatur waktu pemesanan kembali bahan baku yang telah mendekati titik kritis, melakukan negosiasi mengenai kerjasama seperti apa yang akan dibentuk antar kedua belah pihak, menerima penawaranpenawaran kerjasama dari berbagai perusahaan bahan baku serta menjaga hubungan yang baik dengan para supplier - Para supplier bahan baku - Tenaga kerja pengangkutan bahan baku yang disediakan oleh perusahaan supplier dari tempat penerimaan bahan baku
Operasi
Logistik Keluar
- Tenaga kerja pada bagian produksi LBS dilatihlangsung oleh tenaga ahli yang juga merupakan formulator sekaligus R&D produk LBS - Tenaga kerja memiliki kemampuan masing-masing dalam kegiatan persiapan bahan baku, pengolahan hingga finishing produk
- Pendistribusian produk olahan tepung talas LBS menggunakan kendaraan bermotor roda 2 atau roda 4
Pemasaran, Penjualan dan Pelayanan
- Produkolahan tepung talas LBS dipasarkan melalui outlet-outlet, agen mitra serta distribution channel lainnya yang bekerjasama dengan PT. AR - SDM dibagian pemasaran telah memiliki pengetahuan tentang produk yang dipasarkan
134
Produk Perusahaan Aktivitas Pendukung
LBS PT. AR Logistik Masuk
Operasi
Logistik Keluar
- Pengolahan tepung talas menjadi LBS masih banyak menggunakan tenaga manusia meskipun sudah menggunakan mesin - Adanya tenaga ahli yang melatih dan mengawasi proses pengolahan tepung talas menjadi LBS
- Adanya alat telekomunikasi yang dapat membantu dalam proses pemesanan dan pendistribusian produk olahan tepung talas LBS - Transportasi yang digunakan untuk mendistribusikan produk olahan tepung talas LBS yaitu kendaraan roda 2 atau roda 4
Pemasaran, Penjualan dan Pelayanan
- Quality Control (QC) memiliki kemampuan dalam mengendalikan kesesuaian teknis(re-check) bahan baku yang diterima dari para supplier - Tenaga kerja yang melakukan penataan bahan baku di gudang persediaan - Tenaga kerja yang melakukan persiapan bahan baku - Tenaga kerja untuk memproduksi LBS - Tenaga kerja yang melakukan finishing produk - Jenis kelamin tenaga kerja kombinasi antara pria dan wanita - Tingkat pendidikan tenaga kerja bervariasi dari SD hingga Sarjana Pengembangan Teknologi
- Adanya alat telekomunikasi yang dapat membantu dalam proses pemesanan dan pendistribusian masing-masing bahan baku dari perusahaan supplier kepada PT. AR. Komunikasi antar perusahaan supplier, bisa melalui jaringan telepon, chat messanger maupun email - Teknologi yang digunakan dalam proses pemesanan dan pelayanan dari supplier yaitu komputer/laptop untuk mencatat data pemesanan dan lain-lain. - Alat yang digunakan dalam pemasaran
- Terdapat sarana komunikasi dan teknologi informasi yang memadai untuk memasarkan produkLBS kepada masingmasing outlet, agen mitra dan konsumen, baik melalui media social, website atau jaringan telepon - Teknologi yang digunakan dalam pemasaran yaitu komputer/laptop untuk mencatat data penjualan dan
135
Produk Perusahaan
LBS PT. AR
Aktivitas Pendukung
Logistik Masuk
-
-
-
-
-
-
bahan baku dari perusahaan supplier menggunakan kendaraan pick up tertutup ataumenggunakan kendaraan bermotor roda 2 Teknologi yang digunakan dalam pendistribusian bahan baku dari para supplier bahan baku kepada PT. AR adanya alat timbangan digital, trolley dan bidang miring untuk memudahkan pengangkutan bahan baku dari tempat penerimaan. Masing-masing bahan baku memiliki teknologi pengemasan/pengepakan yang berbeda, utnuk menghindari kerusakan bahan baku selama dalam perjalanan menuju PT. AR yaitu : Tepung talas, tepung terigu dan gula menggunakan karung berkapasitas 25Kg sedangkan gula 50 Kg dengan satuan bal Telur menggunakan kerat renggang (16,5 Kg/8 kerat) dan kerat rapat (15 Kg/8 kerat) masing-masing berisi telur ± 230 butir. Shortening, vegetable oil, susu, keju dan cokelat menggukan kemasan karton yang berkapasitas 15 Kg (shortening), 18 Kg (vegetable oil), 48 Kaleng susu kental manis, 16 Kg (Keju), 12 Kg (Cokelat) Kemasan kotak karton LBS berisi 200 pcs perkarton Alat yang digunakan untuk pengangkutan
Operasi
Logistik Keluar
Pemasaran, Penjualan dan Pelayanan lain-lain.
136
Produk Perusahaan
LBS PT. AR
Aktivitas Pendukung
Logistik Masuk
-
Pengadaan
-
-
-
-
bahan baku dari tempat penerimaan hingga penataan bahan baku di gudang persediaan Teknologi yang digunakan dalam pembuatan produk olahan tepung talas LBS tergolong semi modern (adanya mesin pengayak tepung, mesin pencampur adonan, mesin steamer, konveyor dan mesin parutan keju) dan masih membutuhkan tenaga manusia untuk mengoperasikannya. Bahan baku LBS dari masing-masing supplier diperoleh dari banyak supplier yang bekerjasama dengan PT. AR Supplier bahan baku kebanyakan memiliki lokasi sekitar JABODETABEK agar waktu pengiriman lebih efektif Alat atau teknologi yang digunakan untuk pengiriman bahan baku dan mengendalikan kualitas bahan baku yang diterima disediakan oleh supplier maupun PT. AR. Alat atau mesin yang digunakan untuk memproduksi produk olahan tepung talas LBS didapat dari wilayah Bogor dan sekitarnya, luar jawa dan impor dari luar negeri
Operasi
Logistik Keluar
- Bahan baku utama, tambahan dan penolong untuk memproduksi LBS didapat dari wilayah Bogor dan sekitarnya
- Kebutuhan transportasi untuk pendistribusian produk LBS sudah memadai
Pemasaran, Penjualan dan Pelayanan
- Ketersediaan produk olahan LBS belum mencukupi permintaan konsumen karena keterbatasan kapasitas produksi dan tenaga kerja.
137
Lampiran 6. Standar Nasional Indonesia Bahan Baku Utama yang digunakan PT. Agrinesia Raya 1. Tepung Talas Kriteria Uji Keadaan a. Bau b. Warna c. Bentuk Air Abu Kadar Protein Besi (Fe) Seng (Zn) Cemaran Mikroba a. Angka lempeng total b. E. Coli c. Kapang d. Total bakteri e. Total Coliform f. Fecal coliform Sumber : BSN (2006)
Satuan
Persyaratan
% b/b % b/b % b/b ppm ppm
Agak Menyengat Coklat Muda Serbuk Halus 8,58 16,82 1,73 80,20 170,8
Koloni/g Koloni/g Koloni/g Koloni/g Koloni/g Koloni/g
8,1 x 102 2,8 x 108 4,6 x 105 < 3 x 100
2. Telur Ayam No. 1.
Faktor Mutu
Mutu III
Kondisi Kerabang a. b. c. d. e.
2.
Mutu I
Tingkatan Mutu Mutu II
Bentuk Kehalusan Ketebalan Keutuhan Kebersihan
Normal Halus Tebal Utuh Bersih
Normal Halus Sedang Utuh Sedikit noda kotor
Abnormal Sedikit Kasar Tipis Utuh Banyak noda dan sedikit kotor
Kondisi Kantung Udara (di lihat dengan peneropong) >0,9 cm a. b.
3.
Kedalaman kantong udara Kebebasan bergerak
<0,5 cm Tetap ditempatnya
0,5 cm-0,9 cm Bebas bergerak
Bebas bergerak dan dapat terbentuk gelembung udara
Kondisi putih telur a.
Kebersihan
b.
Kekentalan
c.
Indeks
Bebas bercak darah, atau benda asing lainnya Kental
0,134-0,175
Bebas bercak darah, atau benda asing lainnya Sedikit encer
0,092-0,133
Ada sedikit bercak darah, tidak ada benda asing lainnya Encir, kuning telur belum tercampur dengan putih telur 0,050-0,091
138
No. 4.
Faktor Mutu
Mutu I
Tingkatan Mutu Mutu II
Mutu III
Kondisi Kuning Telur a. b.
Bentuk Posisi
Bulat Di tengah
Pipih Agak kepinggir
Tidak jelas
Agak pipih Sedikit bergeser dari tengah Agak jelas
c.
Penampakan batas
d.
Kebersihan
Bersih
Bersih
Indeks
0,458-0,521
0,394-0,457
Ada sedikit bercak darah 0,330-0,393
e.
Khas
Khas
5. Bau Khas Sumber: SNI 01-3926-2008 (BSN, 2008).
Jelas
3. Gula Kristal Rafinasi No
Kriteria Uji
Satuan
1 Polarisasi Z 2 Gula Reduksi % 3 Susut Pengeringan % 4 Warna Larutan %, b/b 5 Abu Mg/Kg 6 Sedimen Mg/Kg 7 Belerang Dioksida (SO2) Mg/Kg 8 Timbal (Pb) Mg/Kg 9 Tembaga (Cu) Mg/Kg 10 Arsen (As) Mg/Kg 11 Angka Lempeng Total (ALT) Koloni/10 G 12 Kapang Koloni/10 G 13 Khamir Koloni/10 G Catatan Z = Zuiker = Sukrosa; IU = ICUMSA UNIT Sumber : SNI 01-3140.2-2006
4. Tepung Terigu Jenis Uji Keadaan : A. Bentuk B. Bau C. Warna Benda Asing Serangga dalam Semua Bentuk Stadia dan PotonganPotongannya yang Tampak Kehalusan, Lolos Ayakan 212 Μm (Mesh No. 70) (b/b) Kadar Air (b/b) Kadar Abu (b/b) Kadar Protein (b/b) Keasaman Falling Number (Atas Dasar Kadar Air 14%)
Persyaratan I
II
Min. 99,80 Maks.0,04 Maks. 0,05 Maks. 45 Maks. 0,03 Maks. 7,0 Maks. 2,0 Maks. 2,0 Maks. 2,0 Maks. 1,0 Maks. 200 Maks. 10 Maks. 10
Min. 99,70 Maks. 0,04 Maks. 0,05 Maks. 80 Maks. 0,05 Maks. 10,0 Maks. 5,0 Maks. 2,0 Maks. 2,0 Maks. 1,0 Maks. 250 Maks. 10 Maks. 10
Satuan
Persyaratan
-
Serbuk Normal (Bebas dari Bau Asing) Putih, Khas Terigu Tidak Ada Tidak Ada
%
Maksimal 95
% % % Mg Koh/100g Detik
Maksimal 14,5 Maksimal 0,70 Minimal 7,0 Maksimal 50 Minimal 300
139
Jenis Uji Besi (Fe) Seng (Zn) Vitamin B1 (Tiamin) Vitamin B2 (Riboflavin) Asam Folat Cemaran Logam : A. Timbale (Pb) B. Raksa (Hg) C. Cadmium (Cd) Cemaran Arsen Cemaran Mikroba : A. Angka Lempeng Total B. Escherichia Coli C. Kapang D. Bacillus Cereus
Satuan
Persyaratan
Mg/Kg Mg/Kg Mg/Kg Mg/Kg Mg/Kg
Minimal 50 Minimal 30 Minimal 2,5 Minimal 4 Minimal 2
Mg/Kg Mg/Kg Mg/Kg Mg/Kg
Maksimal 1,0 Maksimal 0,05 Maksimal 0,1 Maksimal 0,50
Koloni/G Apm/G Koloni/G Koloni/G
Maksimal 1 X 106 Maksimal 10 Maksimal 1 X 104 Maksimal 1 X 104
Sumber : SNI (2009)
5. Susu Segar No
Karakteristik
Satuan
Syarat
G/Ml
1,0270
%
3,0
%
7,8
%
SH -
2,8 Tidak Ada Perubahan 6,0 – 7,5 6,3 – 6,8 Negative
1. Total Plate Count
CFU/ml
1 X 106
2. Staphylococcus Aureus
CFU/ml
1 X 102
3. Enterobacteriaceae
CFU/ml
1 X 103
Jumlah Sel Somatis Maksimum Residu Antibiotika (Golongan Penisilin, Terasiklin, Aminoglikosida, Makrolida) Uji Pemalsuan Titik Beku Uji Peroxidase
Sel/ml
4 X 105
-
Negatif
c -
Negative -0,520 S/D -0,560 Positif
Cemaran Logam Berat, Maksimum :
Μg/ml
1. Timbal (Pb)
Μg/ml
0,02
2. Merkuri (Hg)
Μg/ml
0,03
3. Arsen (As)
Μg/ml
0,1
d.
Berat Jenis (Pada Suhu 27,5oc) Minimum Kadar Lemak Minimum Kadar Bahan Kering Tanpa Lemak Minimum Kadar Protein Minimum
e.
Warna, Bau, Rasa, Kekentalan
f. g. h.
Derajat Asam Ph Uji Alcohol (70 %) V/V
a. b. c.
O
Cemaran Mikroba, Maksimum : i.
j. k. l. m. n.
o.
O
Sumber : SNI 3141.1 : 2011
140
Lampiran 7. Kuisioner Penelitian ( K-1 & K-2) KUISIONER PENELITIAN ANALISIS SELEKSI PEMASOK (SUPPLIER) PRODUK LAPIS BOGOR SANGKURIANG PADA PT. AGRINESIA RAYA, BOGOR, JAWA BARAT IDENTITAS RESPONDEN Nama : Usia : Jabatan : Lama Bekerja : No.Telp : Email : Oleh : Nurul Fitriani NIM 1110092000006
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
PENGANTAR Kepada Responden yang Terhormat, Saya Nurul Fitriani, mahasiswa S1 Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian tentang ANALISIS SELEKSI PEMASOK (SUPPLIER)PRODUK LAPIS BOGOR SANGKURIANG PADA PT. AGRINESIA RAYA, BOGOR, JAWA BARAT dibawah bimbingan Drh. Zulmanery, MM dan Rizki Adi Puspita Sari, MM. Dalam rangka menyelesaikan studi/tugas akhir ini, diperlukan dukungan serta kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuisioner ini. Pengisian kuisioner ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi kriteria-kriteria pemasok produk Lapis Bogor Sangkuriang yang harus dipertimbangkan PT. AGRINESIA RAYA sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri pangan dan untuk menilai tingkat kepentingan masing-masing kriteria yang akan digunakan untuk seleksi pemasok tetap produk Lapis Bogor Sangkuriang PT. AGRINESIA RAYA, Bogor, Jawa Barat. Kuisioner ini menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Pengisian kuisioner ini diharapkan berdasarkan pengalaman dan penilaian yang dirasakan oleh Bapak/Ibu selaku pakar untuk memberikan perspektif dari sisi yang berbeda dibandingkan dengan perspektif pelaku usaha dalam memandang kasus seleksi pemasok. Demi tercapainya hasil penelitian yang diinginkan, mohon kesediaan waktu Bapak/Ibu untuk mengisi kuisioner ini. Informasi yang didapatkan dari kuisioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk keperluan akademik. Atas kerjasama Bapak/Ibu, saya ucapkan terimakasih. Contact Person : Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Nurul Fitriani, NIM 1110092000006, dengan nomor handphone 08568692774 dan
[email protected] 141
K-1 PETUNJUK PENGISIAN 1. Responden diharapkan melakukan pengisian kuisioner pada satu waktu secara tuntas, untuk menghindari inkonsistensi antar jawaban 2. Berilah tanda centang (√) pada kriteria-kriteria pemasok produk Lapis Bogor Sangkuriang yang harus dipertimbangkan PT. AGRINESIA RAYA 3. Jika menurut anda ada kriteria lain yang harus dipertimbangkan, mohon mengisi kolom Rekomendasi Kriteria yang harus Dipertimbangkan 4. Selanjutnya anda diminta memberikan nilai tingkat kepentingan masing-masing kriteria dengan mengisi setiap kolom Tingkat Kepentingan dengan skala angka 1-3 sesuai dengan pendapat masing-masing. Definisi dari skala yang digunakan untuk menilai tingkat kepentingan kriteria pemasok sebagai berikut: Skala Makna Skala 1 Kurang Penting 2 Penting 3 Sangat Penting No Kriteria 1 Kelengkapan Dokumen Keamanan Pangan d. Sertifikat Halal e. Sertifikat GMP dan HACCP f. Sertifikat P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga) 3 Kualitas e. Kesesuaian Teknis f. Reliabilitas Produk g. Standar dan Jaminan Kualitas h. Rasio Ketertolakan Produk 4 Pengiriman
(√)
Tingkat Kepentingan
5
6
d. Lead Time Singkat e. Ketepatan Waktu f. Kontinuitas Pelayanan dan Manajemen Organisasi i. Aksesibilitas j. Fleksibilitas k. Status/Kondisi Financial l. Kepercayaan m. Tingkat Kemudahan Komunikasi n. Prosedur Komplain dan Responsibilitas Biaya d. Harga Produk e. Kemampuan Memberikan Diskon f. Mekanisme Pembayaran Mudah Rekomendasi Kriteria Lain :
1 2 3 4 5
142
KUISIONER PENELITIAN ANALISIS SELEKSI PEMASOK PRODUK LAPIS BOGOR SANGKURIANG PADA PT. AGRINESIA RAYA, BOGOR, JAWA BARAT IDENTITAS RESPONDEN Nama Usia Jabatan Lama Bekerja No.Telp Email
: : : : : : Oleh : Nurul Fitriani
NIM 1110092000006
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
PENGANTAR Kepada Responden yang Terhormat, Saya Nurul Fitriani, mahasiswa S1 Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian tentang ANALISIS SELEKSI PEMASOK (SUPPLIER) BAHAN BAKU LAPIS BOGOR SANGKURIANG PADA PT. AGRINESIA RAYA, BOGOR, JAWA BARAT dibawah bimbingan Drh. Zulmanery, MM dan Rizki Adi Puspita Sari, MM. Dalam rangka menyelesaikan studi/tugas akhir ini, diperlukan dukungan serta kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuisioner ini. Pengisian kuisioner ini memiliki tujuan untuk menilai kesesuaian kriteria-kriteria pemasok bahan baku Lapis Bogor Sangkuriang dan selanjutnya dipilih pemasok terbaik dengan nilai tertinggi yang akan dipertimbangkan PT. AGRINESIA RAYA, Bogor, Jawa Barat sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri pangan untuk dijadikan pemasok tetap. Kuisioner ini menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) sebagai model pengambilan keputusan seleksi pemasok. Pengisian kuisioner ini diharapkan berdasarkan pengalaman dan penilaian yang dirasakan oleh Bapak/Ibu selaku pengambil keputusan pada PT. AGRINESIA RAYA khususnya dalam kegiatan pengadaan bahan baku. Demi tercapainya hasil penelitian yang diinginkan, mohon kesediaan waktu Bapak/Ibu untuk mengisi kuisioner ini. Informasi yang didapatkan dari kuisioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk keperluan akademik. Atas kerjasama Bapak/Ibu, saya ucapkan terimakasih. Contact Person : Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Nurul Fitriani, NIM 1110092000006, dengan nomor handphone 08568692774 dan
[email protected] 143
K-2 Petunjuk Pengisian Dibawah ini terdapat tabel kriteria yang akan digunakan dalam pemilihan pemasok (supplier) untuk PT.AGRINESIA RAYA. Silahkan Bapak/Ibu mengisi setiap kolom dengan angka 1-3 sesuai dengan pendapat masing-masing.
Skala 1 2 3
Makna Skala Kurang Baik Baik Sangat Baik
Tabel 1. Pemilihan Pemasok Tepung Talas yang akan dijadikan pemasok tetap oleh PT.AGRINESIA RAYA
No Kriteria 1 Kelengkapan Dokumen Keamanan Pangan a. Sertifikat Halal b. Sertifikat GMP dan HACCP c. Sertifikat P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga) 2 Kesesuaian Standar Kemasan Pangan 3 Kualitas a. Kesesuaian Teknis b. Reliabilitas Produk c. Standar dan Jaminan Kualitas d. Rasio Ketertolakan Produk 4 Pengiriman a. Lead Time Singkat b. Ketepatan Waktu c. Kontinuitas 5 Pelayanan dan Manajemen Organisasi a. Aksesibilitas b. Fleksibilitas c. Status/Kondisi Financial d. Kepercayaan e. Tingkat Kemudahan Komunikasi f. Prosedur Komplain dan Responsibilitas 6 Biaya a. Harga Produk b. Kemampuan Memberikan Diskon c. Mekanisme Pembayaran Mudah 7 Traceability 8 Label SNI
Kode Kriteria Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Q18 Q19 Q20 Q21 Q22
144
145
146
147
148
Lampiran 11. Prosedur Klasifikasi dan Seleksi Supplier Prosedur Klasifikasi dan Seleksi Supplier 1. Tujuan Prosedur ini dibuat sebagai pedoman pemesanan dan pembelian bahan baku untuk menunjang aktifitas bagian Purchasing PT. Agrinesia Raya 2. Ruang Lingkup Prosedur ini diterapkan untuk pengadaan bahan baku yang terkait dengan PT. Agrinesia Raya, mulai dari permintaan bahan baku sampai dengan barang diterima di PT. Agrinesia Raya dan prosedur ini digunakan untuk klasifikasi dan seleksi supplier berdasarkan kriteria yang dipertimbangkan PT. Agrinesia Raya sebagai syarat yang harus dipenuhi supplier yang akan bekerjasama dengan PT. Agrinesia Raya 3. Definisi PT. AR
: PT. Agrinesia Raya
LBS
: Lapis Bogor Sangkuriang
Supplier
: Rekanan penyedia bahan baku
4. Referensi Kriteria diadaptasi dari: a. Kriteria yang mengacu pada GMP dan HACCPdalam FG. Winarno, 2004. b. Kriteria yang digunakan PT. NIC sebagai industri yang bergerak dalam bidang bakerydalam Eka, 2011. c. Formulir kriteria seleksi dan evaluasi supplier yang telah dirancang oleh Vincent Gasperz dan telah digunakan oleh banyak indusri di Indonesia
149
5. Uraian Prosedur A. Uraian prosedur pembelian bahan baku dijelaskan dalam bagan alir proses: a) Bagan Alir Proses Pembelian Bahan Baku PT. AR dapat dilihat pada Gambar 1. b) Bagan Alir Proses Pembelian Finishing Product Percetakan (Box kemasan, Plastik, Brosur, dll) PT. AR dapat dilihat pada Gambar 2. c) Pencarian supplier, Purchasing mencari informasi tentang supplier yang akan menjual bahan baku yang di perlukan PT. AR. Informasi dapat diperoleh dari kartu nama, iklan, internet, pameran, relasi ataupun sumber lainnya. Supplier baru juga bisa berasal dari penawaran kepada PT. AR. B. Klasifikasi Supplier a) Setelah mendapatkan nama dan alamat supplier maka tahap selanjutnya adalah Purchasing mendata dalam form data supplier b) Dasar dalam pendataan Purchasing adalah supplier di klasifikasikan berdasarkan jenis bahan baku dan data ini dipisahkan dengan form data supplier yang berbeda
150
Purchasing Penerimaan Penawaran Bahan Baku (email/ langsung)
Dir. Keu, Dir. Op & GM
Supplier
Persetujuan PR
Pengiriman Invoice
Proses Pengiriman Bahan Baku
Trial
Setuju
Konfirmasi Pemesanan/Retur
Sesuai
Tidak Ya
Ya
Monitoring
Tidak
Setuju
Didaftarkan untuk Persetujuan
Penataan bahan baku di gudang Ya Tidak
Pengiriman PO ke Supplier cc : GM, bag. Keu
Form. Kedatangan Bahan Baku
Gambar 1. Bagan Alir Proses Pembelian Bahan Baku PT. AR
Tidak
Ya
Penerimaan & Penyerahan Sample kpd R&D
Finance Accounting
Penerimaan Sample
Proses Verifikasi
PemilihanSupplier
Didaftarkan untuk Persetujuan (penerbitan PR)
Bagian Gudang Bahan Baku
Sumber : Data PT. AR (diolah)
Mencari Pembanding Supplier (min. 2)
Kaji semua Penawaran
R&D
Sesuai
Penerimaan PO
Penyerahan Sample
Penerimaan bahan baku
Penerimaan form kedatangan bahan baku
Pembayaran Tagihan
Penerimaan Invoice
Penerimaan PO RETUR
151
Purchasing Penerimaan Penawaran Percetakan (email/ langsung)
Dir. Keu, Dir. Op & GM
Supplier
Persetujuan PR
Pengiriman Invoice
Proses Verifikasi
Proses Pengiriman Hasil Percetakan
Mencari Pembanding Supplier (min. 2)
Kaji semua Penawaran
Logistik
Penerimaan Sample
Kaji Ulang
Tidak Konfirmasi Pemesanan/Retur
PemilihanSupplier
Tidak
Ya
Monitoring
Tidak
Setuju
Didaftarkan untuk Persetujuan
Penataan Hasil percetakan Ya Tidak
Pengiriman PO ke Supplier cc : GM, bag. Keu
Form. Kedatangan Hasil Percetakan
Gambar 2. Bagan Alir Proses Pembelian Finishing Product Percetakan (Bx, Plastik, Brosur, dll) PT. AR
Sesuai
Ya Ya
Penerimaan & Penyerahan Sample kpd Product Designer
Finance Accounting
Sumber : Data PT. AR (diolah) Setuju
Didaftarkan untuk Persetujuan (penerbitan PR)
Product Designer
Sesuai
Penerimaan PO
Penyerahan Sample
Penerimaan Hasil Percetakan
Penerimaan form kedatangan Hasil Percetakan
Pembayaran Tagihan
Penerimaan Invoice
Penerimaan PO RETUR
152
C. Seleksi Supplier a) Purchasing melengkapi data dari form data supplier dengan mengisi kolom seleksi supplier dan memastikan sudah ada supplier pembanding. b) Seleksi supplier akan dinilai menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) yang masing-masing kriteria telah memiliki bobot hasil penilaian dari pakar sekaligus akademisi dan praktisi serta bagian internal perusahaan yang memiliki kepentingan dalam kasus seleksi supplier PT. AR. Skala penilaian dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Kriteria Skor Skala Penilaian pada MPE Kriteria Tidak Baik Baik Sangat Baik
Skor 1 2 3
Supplier akan diseleksi berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut (Tabel 2) : Tabel 2. Kriteria-Kriteria Supplier No Kriteria 1
Skor
Keterangan
1 3 1 3
Belum memiliki sertifikat halal Memiliki sertifikat halal Belum memiliki sertifikat GMP dan HACCP Memiliki sertifikat GMP dan HACCP Supplier bahan baku tingkat industri yang belum memiliki sertifikat P-IRT Supplier bahan baku tingkat industri yang memiliki sertifikat P-IRT
Kelengkapan Dokumen Keamanan Pangan a. Sertifikat Halal, b. Sertifikat HACCP
GMP
dan
1 c. Sertifikat P-IRT 3 2
Kualitas
a. Kesesuaian Teknis
1 2
Kesesuaian produk yang dipasok supplier terhadap standar tertentu tidak memenuhi persyaratan dan dibawah supplier pembanding Kesesuaian produk yang dipasok
153
No
Kriteria
Skor
3
1
b. Reliabilitas Produk 2
3
1 c. Standar dan Jaminan Kualitas
2
3 1 d. Rasio Produk
Ketertolakan
2 3
3
Keterangan supplierterhadap standar tertentu memenuhi persyaratan sama dengan supplier pembanding Kesesuaian produk yang dipasok supplier terhadap standar tertentu memenuhi persyaratan lebih dari supplier pembanding Supplier belum mampu menjaga reliabilitas produk yang dipasok kepada PT. AR dan kerusakan yang terjadi lebih dari 0% bahkan mencapai 20-50% kerusakan pada bahan baku yang dipasok jauh dibawah supplier pembanding Supplier mampu menjaga reliabilitas produk yang dipasok kepada PT. AR dan kerusakan yang terjadi 0% sama dengan supplier pembanding Supplier mampu menjaga reliabilitas produk yang dipasok kepada PT. AR dan kerusakan yang terjadi 0% tetapi lebih baik dari supplier pembanding Supplier belum mampu dalam memberikan standar dan jaminan kualitas yang baik bahkan dibawah supplier pembanding Supplier mampu dalam memberikan standar dan jaminan kualitas yang baik sama dengan supplier pembanding Supplier mampu dalam memberikan standar dan jaminan kualitas yang baik lebih dari supplier pembanding Ketertolakan produk akibat reject yang dipasok supplier mencapai lebih dari 20% Ketertolakan produk akibat reject yang dipasok supplier mencapai 10%-20% Ketertolakan produk akibat reject produk yang dipasok supplier mencapai 1% bahkan 0%
Pengiriman a. Lead time singkat
b. Ketepatan Waktu
c. Kontinuitas
1 2 3 1 2 3 1
5 HK lebih lama dari supplier pembanding Sama dengan supplier pembanding 5 HK lebih cepat dari supplier pembanding Lebih lama dari supplier pembanding Sama dengan supplier pembanding Lebih cepat dari supplier pembanding Supplier tidak kontinu mengirimkan bahan baku sesuai pesanan dan tidak mematuhi jadwal pengiriman
154
No
Kriteria
Skor 2
3 4
Keterangan Supplier kontinu mengirimkan bahan baku sesuai pesanan dan sesuai jadwal pengiriman sama dengan supplier pembanding Supplier kontinu mengirimkan bahan baku sesuai pesanan dan sesuai jadwal pengiriman lebih baik dari supplier pembanding
Pelayanan dan Manajemen Organisasi 1 a. Aksesibilitas
2 3
1
b. Fleksibilitas
2
3
1
c. Status/Kondisi Financial
2
3
d. Kepercayaan
1
Akses supplier untuk mencapai PT. AR memiliki banyak kendala dari pada supplier pembanding Aksesibilitas supplier untuk mencapai PT. AR sama dengan supplier pembanding Akses supplier untuk mencapai PT. AR tidak memiliki kendala apapun dan lebih dapat diandalkan dari pada supplier pembanding Supplier memiliki respon yang lambat terhadap pergantian ketika ada pengembangan/inovasi produk dari satu produk ke produk lain dan tidak dapat diandalkan dari supplier pembanding Supplier memiliki respon yang cepat terhadap pergantian ketika ada pengembangan/inovasi produk dari satu produk ke produk lain dalam waktu singkat sama dengan supplier pembanding Supplier memiliki respon yang cepat terhadap pergantian ketika ada pengembangan/inovasi produk dari satu produk ke produk lain dalam waktu singkat lebih dapat diandalkan dari supplier pembanding Kondisi financial supplier terkendala jika terjadi keterlambatan pembayaran dari PT. AR, sehingga mengganggu pasokannya kepada PT. AR Kondisi financial supplier tidak memiliki kendala apapun sama dengan supplier pembanding Kondisi financial supplier tidak memiliki kendala apapun sehingga jika terjadi keterlambatan pembayaran dari PT. AR, supplier tidak memiliki kesulitan yang berarti atau tidak mengganggu pasokannya dan lebih dapat diandalkan dari supplier pembanding Supplier sering mengecewakan pihak PT. AR dalam segala aspek yang berkaitan dengan kualitas maupun pengiriman
155
No
Kriteria
Skor 3
1
e. Tingkat Kemudahan Komunikasi
2
3
1
f. Prosedur Komplain dan Responsibilitas
2
3
g. Traceability(Kemampu an telusur
1 3 1
h. Label SNI 3 5
Keterangan Supplier lebih dapat dipercaya dari pada supplier pembanding dalam segala aspek yang berkaitan dengan kualitas maupun pengiriman karena terbukti tidak sekalipun mengecewakan pihak PT. AR Supplier tidak memiliki kemudahan dalam komunikasi yang berkaitan dengan pasokan bahan bakunya kepada PT. AR dan tidak dapat diandalkan dari pada supplier pembanding Supplier memiliki kemudahan dalam komunikasi yang berkaitan dengan pasokan bahan bakunya kepada PT. AR sama dengan supplier pembanding Supplier memiliki kemudahan dalam komunikasi yang berkaitan dengan pasokan bahan bakunya kepada PT. AR dan lebih dapat diandalkan dari pada supplier pembanding Komplain PT. AR terhadap bahan baku yang dipasok supplier tidak dilayani dengan baik dan bentuk responsibilitasnya tidak memuaskan, dibawah dari supplier pembanding Komplain PT. AR terhadap bahan baku yang dipasok supplier dan bentuk responsibilitasnya sama dengan supplier pembanding Komplain PT. AR terhadap bahan baku yang dipasok supplier dilayani dengan baik dan bentuk responsibilitasnya sangat memuaskan, lebih dari supplier pembanding Kemampuan telusur supplier yang mampu terintegrasi hanya pada tahapan produsen bahan baku Kemampuan telusur supplier yang mampu terintegrasi hingga pada tahapan budidaya Supplier memasok produk yang belum memiliki label SNI Supplier memasok produk yang sudah memiliki label SNI
Biaya 1 a. Harga Produk)
2 3
Diatas 10% lebih mahal dari supplier pembanding Sama dengan harga supplier pembanding Diatas 10% lebih murah dari
156
No
Kriteria
Skor 1
b. Kemampuan Memberikan Diskon
2 3
c. Mekanisme Pembayaran Mudah
1 2 3
Keterangan supplierpembanding Supplier tidak mampu memberi diskon Diskon yang diberikan sama dengan supplier pembanding Supplier mampu memberi diskon diatas 10% dari supplier pembanding Cash and carry Tempo pembayaran 7 hari dari barang datang Tempo pembayaran lebih dari 30 hari dari barang datang
157
Form Seleksi Supplier PT. AGRINESIA RAYA Jl. Raya pangeran sogiri RT/RW : 02/04, Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara Tel. (0251) 8666-262 Website : www.lapisbogor.co.id Supplier Selection Form No. Form Rev. Tanggal Jenis Supplier Nama Perusahaan Supplier KodeSupplier
No
: :
: : : :
Kriteria
Kode Kriteria
Bobot
Nilai 1
2
3
Total Nilai (nilai^bobot)
Kelengkapan Dokumen Keamanan A Pangan 1
Sertifikat Halal
Q1
2.85
2
Sertifikat GMP Dan HACCP
Q2
2.35
3
Sertifikat P-IRT
Q3
2.20
B
Kualitas
4
Kesesuaian Teknis
Q5
2.60
5
Reliabilitas Produk
Q6
2.50
6
Standar Dan Jaminan Kualitas
Q7
2.90
7
Rasio Ketertolakan Produk
Q8
2.35
C
Pengiriman
8
Lead Time Singkat
Q9
2.35
9
Ketepatan Waktu
Q10
2.80
10
Kontinuitas
Q11
2.60
D
Pelayanan Dan Manajemen Organisasi
11
Aksesibilitas
Q12
2.50
12
Fleksibilitas
Q13
2.40
13
Status/Kondisi Finansial
Q14
2.30
158
No
Kriteria
Kode Kriteria
Bobot
Nilai 1
14
Kepercayaan
Q15
2.90
15
Tingkat Kemudahan Komunikasi
Q16
2.55
16
Prosedur Komplain dan Responsibilitas
Q17
2.40
17
Traceability
Q21
1.83
18
Label SNI
Q22
2.33
E
Biaya
19
Harga Produk
Q18
2.30
20
Kemampuan Memberikan Diskon
Q19
1.80
21
Mekanisme Pembayaran yang Mudah
Q20
2.30
2
3
Total Nilai (nilai^bobot)
TOTAL -
Supplier yang memperoleh nilai paling tinggi adalah supplier yang akan diterima oleh perusahaan.
Diajukan oleh :
Disetujui oleh :
Purchasing& Procurement
General Manager
159