DUNIA MELAYU-INDONESIA
HARTA KARUN. KHAZANAH SEJARAH INDONESIA DAN ASIA-EROPA DARI ARSIP VOC DI JAKARTA
1.4 NEGARA, WILAYAH, PENGUASA DAN PERANTARA
DOC 04
Gambar 1. ‘Prajurit Jawa’, William Daniell, sekitar 1817.
Surat dari Pangeran Puger yang sedang dalam pelarian kepada Pemerintahan Agung, 5 Mei 1704 DAFTAR ISI
1 Pengantar 2 2 Transkripsi dari teks bahasa Belanda 5 3 Terjemahan bahasa Indonesia 8 4 Kolofon 11 5 Gambar folio 12
www.sejarah-nusantara.anri.go.id
DUNIA MELAYU-INDONESIA
1.4 NEGARA, WILAYAH, PENGUASA DAN PERANTARA
2 DOC 04
HARTA KARUN. KHAZANAH SEJARAH INDONESIA DAN ASIA-EROPA DARI ARSIP VOC DI JAKARTA
1 Pengantar M.C. Ricklefs, “Surat Pangeran Puger yang sedang dalam pelarian kepada Pemerintahan Agung, 5 Mei 1704”. Dalam: Harta Karun. Khazanah Sejarah Indonesia dan Asia-Europa dari arsip VOC di Jakarta, dokumen 4. Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia, 2013. OLEH M.C. RICKLEFS
Pangeran Puger adalah salah satu dari putra-putra Susuhunan Amangkurat I (memerintah 1646-77) dan adik dari Susuhunan Amangkurat II (memerintah 1677-1703); maka dari itu, ketika surat ini ditulis, beliau adalah paman dari penguasa muda Amangkurat III (memerintah 1703-8) yang baru saja naik tahta menyusul kematian ayahandanya. Surat ini merupakan salah satu dari sejumlah dokumen yang memicu terjadinya Perang Perebutan Tahta Jawa Pertama (1704-8), menghantar dilancarkannya intervensi militer VOC pertama di dalam kerajaan Jawa serta pelantikan Puger sebagai Susuhunan Pakubuwana I (memerintah 1704-19). Perkembangan tersebut mengubah garis ahli waris tahta dinasti Mataram. Selanjutnya, para raja Kartasura, Surakarta dan Yogyakarta merupakan keturunan dari Puger/Pakubuwana I. Jelaslah bahwa Puger lahir sekitar 1648. Ketika Trunajaya mengambil alih istana Plered di akhir bulan Juni 1677, Amangkurat I bersama putra mahkotanya – yang tak lama kemudian naik tahta sebagai Amangkurat II – melarikan diri ke arah barat. Dalam pelarian tersebut, Amangkurat I wafat dan dikebumikan di Tegal Wangi. Ketika itu sudah terjadi konflik antara Puger dan putra mahkota yang berusia hampir sama dengannya. Sebenarnyalah, terdapat sejumlah bukti bahwa di akhir hayatnya, Amangkurat I lebih memilih Puger ketimbang putra mahkota. Bagaimanapun juga, yang akhirnya memimpin perlawanan terakhir menyusul keraton ditaklukan oleh Turnajaya
adalah Puger. Puger juga melarikan diri ke arah barat menjauhi keraton yang telah jatuh ke tangan musuh, dan kemudian memproklamasikan dirinya sebagai raja. Dalam sejumlah dokumen sejarah Jawa, dia diberi berbagai gelar kerajaan seperti Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama, dan disapa dengan sebutan Panembahan. Dalam sejumlah surat di masa itu, beliau menggunakan gelar Susuhunan. Bersama dengan dua saudaranya, pangeran Martasana (yang kemudian juga memakai berbagai gelar kerajaan) dan pangeran Singasari, Puger balik lagi ke Mataram dan merebut kembali keraton tua, paling lambat di pertengahan bulan Oktober 1677 Ketika itu, dimulailah masa ketegangan yang berlangsung lama antara Puger – yang tinggal di keraton lama Plered dan memerintah sebagai seorang raja yang sah – dmelawan Amangkurat II yang mendirikan istana baru di Kartasura dan didukung oleh VOC. Di bulan November 1680, kekuatan militer VOC dan Kartasura berhasil mengusir Puger bersama para pengikutnya keluar dari Plered. Akhirnya, VOC memberikan jaminan keselamatan kepada Puger yang kemudian menyerahkan diri kepada Amangkurat II di bulan November 1681. Sepanjang masa kepemerintahan Amangkurat II hingga akhir hayatnya di tahun 1703, berulang kali terjadi masa-masa sulit antara dirinya dengan Puger termasuk dengan keluarga besar Puger dan bersamaan itu terjadi pula banyak konflik lain, persekongkolan serta sejumlah intrik di dalam keraton yang terpecah belah. Menurut catatan sejarah, ketika Amangkurat II wafat terjadi sejumlah peristiwa supranatural yang mengamanatkan bahwa wewenang raja yang dianugerahkan oleh para dewata, hendaknya diwariskan kepada Puger, dan tidak kepada putra
DUNIA MELAYU-INDONESIA
1.4 NEGARA, WILAYAH, PENGUASA DAN PERANTARA
3 DOC 04
HARTA KARUN. KHAZANAH SEJARAH INDONESIA DAN ASIA-EROPA DARI ARSIP VOC DI JAKARTA
PENGANTAR
Gambar 2. ‘Carta Soera de Nigrat : pertarungan antara Soerapatti, A Tak’, 1700-1799
mahkota yang digambarkan oleh catatan sejarah sebagai seorang lumpuh, berakhlak rendah serta teramat zalim (gambaran ini mungkin mencerminkan kepentingan para pewaris Puger yang memerintah di istana tempat catatan sejarah itu ditulis). Walau demikian, putra mahkota itu tetap mewarisi tahta kerajaan sebagai Amangkurat III. Putra Puger, Raden Suryakusuma, mengiringi jenazah Amangkurat II hingga ke tempat pemakaman para raja di Imogiri, tetapi beliau sendiri kemudian tidak kembali ke Kartasura. Sebaliknya, beliau pergi ke arah barat, ke Bagelen dan menya-
takan dirinya sebagai raja dengan gelar Prabu Panatagama – atau dengan gelar yang lebih agung – Susuhunan Waliollah Panatagama (artinya, ‘raja, sahabat Tuhan, pengatur agama’) Nampaknya, kiprah Suryakusuma sama sekali tidak terkait dengan ayahandanya, kendati demikian, di dalam keraton, Puger dituduh telah memicu pemberontakan dan sebab itu dimasukkan dalam penjara dan kemudian menjadi tahanan rumah. Di awal 1704, sejumlah orang terkemuka lain juga berseberangan dengan raja yang baru. Di antara mereka adalah Pangeran Cakraningrat II
DUNIA MELAYU-INDONESIA
1.4 NEGARA, WILAYAH, PENGUASA DAN PERANTARA
4 DOC 04
HARTA KARUN. KHAZANAH SEJARAH INDONESIA DAN ASIA-EROPA DARI ARSIP VOC DI JAKARTA
PENGANTAR
dari Madura yang sangat berkuasa (yang ketika itu berusia sekitar delapan puluh tahun, dan salah seorang istrinya dikatakan telah diperkosa oleh Amangkurat III), penguasa Surabaya Angabei Jangrana II dan bupati Semarang (sebuah kawasan di bawah kendali VOC), yaitu Tumenggung Rongga Yudanagara. Menurut sumbersumber Jawa, merekalah yang mendesak Puger untuk melancarkan pemberontakan. Pada tanggal 10 Maret, beliau melarikan diri dari Kartasurat di tengah malam dan menuju ke Semarang, dan dengan demikian melancarkan usahanya yang kedua untuk menjadi seorang raja. Maka dimulailah apa yang kemudian lazim disebut sebagai Perang Perebutan Tahta Jawa Pertama (1704-8) Surat di bawah ini ditulis oleh Puger di Semarang. Perlu diingat bahwa ketika beliau menyerah di tahun 1681, Kompani menjamin keselamatannya, jadi boleh dikatakan bahwa beliau sudah menganggap dirinya sebagai seorang yang dilindungi VOC. Itulah sebabnya mengapa beliau merujuk pada kebaikan yang sebelumnya telah diberikan oleh Kompani kepadanya, dan percaya serta berharap pada VOC, ‘seiring dengan Tuhan’. Beliau mengadu bahwa telah diperlakukan tidak baik oleh raja yang baru, dan menyangkal tuduhan bahwa beliau bertanggung jawab atas terjadinya pemberontakan oleh Suryakusuma. Pengakuan beliau bahwa telah mendapat dukungan besar dari Cakraningat II dan sejumlah pihak lain, tak lama kemudian terbukti dibesar-besarkan sebab ternyata sukar sekali untuk membentuk sebuah koalisi untuk pergi ke Kartasura. Akan tetapi, ketika surat tersebut ditulis, rencana pembentukan koalisi tersebut nampak sebagai janji besar di mata VOC. Sudah sejak lama, Kompani tidak memercayai keraton Kartasura, khususnya Amangkurat III – yang diberitakan menjalin hubungan dengan musuh utama VOC, Surapati – dan pandangan Kompani bahwa
Puger adalah seseorang yang memiliki sejumlah hubungan khusus telah membuat Kompani mendukung usahanya untuk merebut tahta kerajaan. Sementara itu, Amangkurat III menulis kepada Kompani, berjanji akan melunasi hutang kerajaannya; namun VOC tidak memercayai beliau. Pada tanggal 7 Juli 1704, VOC memberitahukan kepada Puger bahwa beliau diterima sebagai seorang raja yang sah. Kendati Puger mengaku tidak mengetahui apa isinya, beliau kemudian berjanji akan menyetujui sebuah kontrak baru yang disesuaikan dengan persyaratan dan Kapten Tack telah diberi wewenang untuk menyetujuinya sebelum beliau dibunuh di keraton di tahun 1686. Pada awalnya, Puger menggunakan gelar Susuhunan (atau Susuhunan ratu) Amangkurat, akan tetapi di bulan Okgober 1704, beliau menggunakan sejumlah gelar yang kemudian menjadi panggilannya: Susuhunan Pakubuwana (I), Senapati Ingalaga Ngabdulrahman Sayidin Panatagama. Di tahun 1705, dengan dukungan kekuatan militer VOC dan sebuah koalisi para pendudukung Jawa, Pakubuwana I berhasil menguasai Kartasura, yang telah ditinggalkan oleh Amangkurat III tanpa berusaha memberi perlawanan apapun. Selama kampanye beliau di tahun 1706, Surapati terluka dalam pertempuran di Bangli dan wafat di Pasuruan. Demikianlah, maka Perang Perebutan Tahta Jawa Pertama telah berakhir di tahun 1708, dengan penyerahan diri Amangkurat III yang kemudian dibuang ke Sri Lanka.
Referensi • M. C. Ricklefs, War, culture and economy in Java, 1677–1726: Asian and European imperialism in the early Kartasura period. Sydney: Asian Studies Association of Australia in association with Allen and Unwin, 1993.
DUNIA MELAYU-INDONESIA
1.4 NEGARA, WILAYAH, PENGUASA DAN PERANTARA
5 DOC 04
2 Transkripsi dari teks bahasa Belanda
HARTA KARUN. KHAZANAH SEJARAH INDONESIA DAN ASIA-EROPA DARI ARSIP VOC DI JAKARTA
M. C. Ricklefs, “Surat dari Pangeran Puger yang sedang dalam pelarian kepada Pemerintah Agung, 5 Mei 1704”. UIT: DAGHREGISTERS VAN BATAVIA, 5 MEI 1704 [BEGINNEND BIJ FOL. 215.]
Translaat Javaanse missive door den Pangerang Poegar, jegenwoordig tot Samarang, aan Haar Edele de Hoge Regeringe tot Batavia geschreven. Desen brief uyt een suyver, rijn harte van den Pangarang Adypatty Poegar in handen van de gesanten de twee mantries genaamt Ingabey Djawriya, Demang Soerantaka en drie mindere hoofden genaamt Nalla Diewangsa, Marta Soeta, en Naya Wangsa, komt nevens groetenisse van mijn vrouw Radeen Ajoe Katje en verdere mal[ie?], mitsgaders toewensinge van lang leven en gesontheyt op deser aarde aan mijn vader den Heere Gouverneur Generael ende Raden van India residerende tot Batavia dewelcke etc. Wijders kome ick aan U. E. Ho. Agtb. bij desen, mijn staat en gelegentheyt, alsook om wat reden ick van Cartasoura na Samarang afgekomen ben, bekent te maaken, als eerstelijck de schande en affronten die ick hebbe moeten lijden na het overlijden van U. Ed. soon mijn ouder broeder den Souhoehoenang Aman Koerat ter oorsake dat ick beschuldigt wierd handadigt te sijn [fol. 216] aan de quade bedrijven van Soeria Casoema, hetgeene ick wel beandwoorde met te seggen daaraan geen deel te hebben. Alschoon het mijn soon is, hij oud genoeg was het goede van ’t quade te onderscheyden en ’tselve doende voor sijn reeckeninge was. Dog mijn woorden, door den tegenwoordigen Sousouhoenang, wierden niet gelooft, maar [hij] mij verders opdrong daar schuldig aan te wesen, weshalven ick met mijn geheele familie in verseeckering wierd genomen, ende alle de Cartasourase mantries geordonneert, op ons goede agtinge te geven. Wijders wierd mijn opgelegt en bevolen, Soeria Casoema wederom op te soecken, sonder dat mijn gepermitteert was een kris te mogen dragen. Sijnde dit hetgene ick aan Uw Hoog Ed. hebbe te adverteren, benevens nog dat ick tot Samarang ben afgekomen, en in mijn vrunds huys den Tommagon Jouda Nagara verblijf houde, aan dewelcke ik voorheen tot twee diversse reyse sijn hulpe hebben laten versoecken, dat hy mij niet heeft geweygert, alsoo hij geern sag dat ik tot Samarang quam te verschijnen ’twelck oorsaack was, dat ick niet ontsag mijn leven te waagen om de genegentheyt die ick gevoelde, dat mijn door mijn vrund den Tommagon Jouda Nagara bethoont wierd, temeer mijn nog in geheugen was U. Ed. Ho. Agtb. gunste en genegentheyt dien aan mijn voorheen door Uw. Ho. Ed. bewesen sijn, op welcke ick nevens God mijn hoop en vertrouwen stelle. Want ick U. Ed. Ho. Agtb. in plaatse van mijn overleden vader den Sousouhoenang die op Tagal bergraven leyt als mijn vaders houde, dierhalven versoecke U. Ed. gunste en hulpe.
DUNIA MELAYU-INDONESIA
1.4 NEGARA, WILAYAH, PENGUASA DAN PERANTARA
6 DOC 04
HARTA KARUN. KHAZANAH SEJARAH INDONESIA DAN ASIA-EROPA DARI ARSIP VOC DI JAKARTA
TRANSKRIPSI DARI TEKS BAHASA BELANDA
Voorts make aan U. Ed. Ho. Agtb. bekent, dat wanneer ik van Cartasoura ben afgetrocken, hetselve met voorkennisse en raadgevinge van de zeestrantsche en binnenlandtsche mantries is geschiet, want anders soude ick naar mijn gedagtenis, indien het de mantries niet geaccordeert hadden, Samarang niet konnen bereykt hebben, maar soude integendeel onderwegen wel agterhaalt sijn geworden, welke onder te noemene mantries degene zijn die mijn tot het vlugten behulpsaam sijn geweest. Eerstelijk de hoofden van de zeestranden genaamt Radeen Poerwa Nagara, soon van mijn broeder den Pangerang Adie Patty Tsjacraningrat van Madura, dewelcke van sijn vader last en ordre hadde om mijn te helpen. Ingabey Jangrana van Sourabaya, Ingabey Nalla Ditta van Grissee, Tommagong Soura Wiekrama van Tsjedajoe, Tommagong Marta Poura van Japara, Rangadj Mangala van Kaliewoegol, Ingabey Wiera Sraya van Kandal, Aria Wiera Nagara van Pamelang, en met die van Damack, daar hebbe ick niets mede ondernomen. Op welcke alle hierboven [genoemde] Zeestrantsche regenten ick geen vaster vertrouwen kan stellen als [op] mijn broeder den Pangerangh Adie Patty Tsjacraningrat, die mijn van sijne genegentheyt, goede raadgevinge en getrouwigheyt ten vollen boven ander[e] versekert heeft. Ten tweeden de hooftregenten der Bovenlanden namentlijk: Tommaggong Mangoendjoeda, Ingabey Tjetra Mangala, Demang Soura Djaya, Ingabey Djaga Patty, Ingabey Wangsa Diepa, Tommagong Malaya en den nu in weesen zijnde Radeen Aria Sindouradja [fol. 217] alsmede van mijn oude vrunden mijn oom Adiepatty Natta Cousoema, mijn jonger[e] broeders Aria Mataram, Aria Pamoeler, Raden Ingabey Wirsarie, en Aria Soera Tanie, die alle met mijn in ’t aanwesen tot Carta Soera altijd in een onderlinge vrundschap en overeenkomste hebben geleeft, en nu niet twijffelen of deselve sullen verder daerbij blijven volharden, alhoewel nu op de mantries van de stranden een wakent oog werd gehouden, en dat mijn afgesondene, dewelcke mij gesamentlijk wilde volgen en die nog in haar huysen, ja alle degeene die van Poegars volkeren waren, gevangen ende gebonden wierden. Ook kan [ick] niet nalaten U. Ho. Ed. bekent te maken, dat mijn broeder den Sousouhoenang Amankoerat naar vijf daagen sieck geweest te sijn, overleden is, en gedurende sijn sieckte tot drie verscheyde reyse naar mijn gevraagt heeft gehad, met intentie om mijn te laten roepen, daarop aan hem telkens berigt wierd, dat ick niet op Carta Soura, maar na Jagaraga om eenige wegloopers op te soecken getrocken was, alhoewel ick niet van Carta Soura ben geweest, maar integendeel bij dag en nagt op de passebaan wagt hebbe gehouden, zijnde in ’t hoff en bij het overlijden van den Sousouhoenang geen andere geweest als den Pangarang Adie Patty Anum, Kiay Pangoeloe, en Kiay Sarip, mitsgaders de vrouwe Ratoe Amangkoerat, nevens hare bloedverwanten, van dewelcke naar mijn berigt is, den eerstgenoemde Pangarang Adie Patty Anum soude geweest sijn, die telkens sijde als den Sousouhoenang naar mijn vraagde, dat ick van Carta Soura vertrocken was, ’tgeen mijn van harten heeft doen bedroeven, alsoo aan mijn van mijn broeders sieckte geen de minste kennisse wierd gegeven voordat hij overleden was.
DUNIA MELAYU-INDONESIA
1.4 NEGARA, WILAYAH, PENGUASA DAN PERANTARA
7 DOC 04
HARTA KARUN. KHAZANAH SEJARAH INDONESIA DAN ASIA-EROPA DARI ARSIP VOC DI JAKARTA
TRANSKRIPSI DARI TEKS BAHASA BELANDA
Waarop ick ten eersten ordonneerde het doode lighaam na Magirie te brengen om het aldaar bij onse verdere vrunden te begraven, gelijk geschiede, want de volkeren waren al vooruyt met het lijck soodat ick deselve agterna reet, en ’s namiddags eerst agterhaalde op de negorije Pakak en soo met deselve voort reet, totdat wij ter plaatse quamen daar ick bevolen hadde het doode lichaam te brengen. Inmiddens wierd geordonneert dat het lijck niet in ’t graf soude gelegt werden van de gemeene hoffdienaars die deselve gedragen hadde, maar van onse daarbij present sijnde vrunden, namentlijck mijn jonger broeder Aria Mattaram, Aria Semininingrat, den Pangarang Lammongan, Kiay Ingabey, Radja Mangala, en de hooftpriesters, mitsgaders de vrouw van den overleden Amankoerat. Eyndelijck sende hiernevens aan Syn Hoog Ed. in geschenk: 1 bruyn en 1 swart genaamt bahoe dingda paarden. 1 krist genaamt Noepos en 1 pieck genaamt Jakong Patsjan. Dog alle hetgene een weynig en van geen waarde is, hope evenwel dat het als een teecken van vrundschap van Sijn Hoog Edelheyts geaccepteert mag werden. Alle hetgene vooralsnu te seggen hebbe, staat in desen briev vervat.
DUNIA MELAYU-INDONESIA
1.4 NEGARA, WILAYAH, PENGUASA DAN PERANTARA
8 DOC 04
3 Terjemahan bahasa Indonesia
HARTA KARUN. KHAZANAH SEJARAH INDONESIA DAN ASIA-EROPA DARI ARSIP VOC DI JAKARTA
M. C. Ricklefs, “Surat dari Pangeran Puger yang sedang dalam pelarian kepada Pemerintah Agung, 5 Mei 1704”. DARI: CATATAN HARIAN KASTEL BATAVIA, 5 MEI 1704 [MULAI FOL. 215.]
Terjemahan surat dalam bahasa Jawa ditulis oleh Pangerang Poegar, yang dewasa ini berada di Semarang, ditujukan kepada Para Yang Mulia pejabat di Pemerintah Agung di Batavia. Surat ini ditulis dengan hati yang murni dan tulus oleh saya, Pangeran Adipati Poegar dan disampaikan melalui dua mantri utusan bernama Ingabey Djawriya, Demang Soerantaka bersama tiga kepala berpangkat rendahan bernama Nalla Diewangsa, Marta Soeta dan Naya Wangsa, surat ini berisi pula salam dari istri saya Raden Ajoe Katje dan istri2 yang lain, dan teriring pula ucapan panjang umur serta semoga sehat walafiat di atas bumi ini kepada ayahanda, Tuan Gubernur Jenderal dan anggota Dewan Hindia yang bermukim di Batavia, yang bersangkutan dan sebagainya.
Selanjutnya melalui surat ini saya memberitahukan kepada Para Pejabat Terhormat tentang keadaan saya dan juga tentang alasan mengapa saya pergi dari Cartasoura ke Samarang, yaitu pertama karena aib serta penghinaan yang sudah harus saya derita sesudah putera Yang Mulia, abang saya Sousouhoenang Aman Koerat yang mengatakan bahwa saya sudah telah turut [fol 216] melakukan kejahatan yang dilakukan Soeria Casoema, dan atas tuduhan itu bersama ini saya menjawab bahwa saya sama sekali tidak turut ambil bagian dalam perbuatan itu. Kendati dia memang putra saya, tetapi yang bersangkutan sudah cukup dewasa untuk dapat membedakan hal yang baik dari hal yang buruk dan dia juga sudah cukup dewasa untuk bertanggung jawab atas perbuatannya. Akan tetapi, segala perkataan saya tidak dipercaya oleh Sousouhoenang yang sekarang ini bahkan saya terus dituduh bersalah, sehingga saya bersama seluruh keluarga saya dalam penahanan, dan semua mantri Cartasoura diperintahkan untuk mengawasi kami dengan ketat. Selanjutnya saya ditugaskan dan diperintahkan untuk kembali mencari Soeria Casoema, tanpa saya diperbolehkan menyandang keris. Demikianlah yang ingin saya beritahukan kepada Tuan-tuan Yang Mulia, dan juga bahwa saya sudah tiba di Samarang dan tinggal di rumah sahabat saya Tommagon Jouda Nagara, kepada yang bersangkutan saya sebelumnya sudah pernah dua kali minta bantuannya dan yang bersangkutan tidak menolak, bahkan sangat ingin agar saya datang ke Samarang dan itulah alasannya mengapa saya tidak menolak untuk mempertaruhkan nyawa saya demi rasa cinta kasih yang saya rasakan telah ditunjukkan oleh sahabat saya Tommagon Jouda Nagara, apalagi, karena saya masih ingat pada kebaikan
DUNIA MELAYU-INDONESIA
1.4 NEGARA, WILAYAH, PENGUASA DAN PERANTARA
9 DOC 04
HARTA KARUN. KHAZANAH SEJARAH INDONESIA DAN ASIA-EROPA DARI ARSIP VOC DI JAKARTA
TERJEMAHAN BAHASA INDONESIA
dan cinta kasih yang telah Para Tuan Yang Mulia tunjukkan kepada saya sebelumnya dan saya juga menaruh harapan dan kepercayaan saya kepada Tuhan. Karenanya, saya mohon kepada para Tuan Yang Mulia demi almarhum ayahanda saya, Soesouhoenang, yang sudah dimakamkan di Tagal, agar sudi memberikan kepada saya kebaikan serta bantuan. Selanjutnya saya maklumkan kepada Anda Yang Terhormat bahwa keberangkatan saya dari Cartasoura adalah dengan dibekali pemberitahuan serta nasehat dari para mantri di kawasan pesisir dan di pedalaman, sebab kalau saya tidak memberitahukan para mantri maka saya kira saya tidak akan dapat mencapai Samarang, tetapi sebaliknya dalam perjalanan saya akan dapat dikejar oleh para mantri tersebut yang sudah membantu pelarian saya yaitu pertama, para kepala kawasan pesisir bernama Raden Poerwa Nagara, putra dari saudara saya Pangerang Adie Patty Tsjackraningrat dari Madura yang telah ditugaskan dan diperintahkan oleh ayahandanya untuk membantu saya. Sementara itu, saya sama sekali tidak berhubungan dengan Ingabey Jangrana dari Sourabaya, Ingabey Nalla Ditta dari Grissee, Tommagong Soura Wie Krama dari Tsjedajoe, Tommagong Marta Poura dari Japara, Rangadi Mangala dari Kaliewoegol, Ingabey Wiera Sraya dari Kandal, Aria Wiera Nagara dari Pamelang, dan yang dari Damack. Dari semua bupati yang saya sebutkan, tidak ada yang lebih saya percayai seperti saya memercayai saudara saya Pangerang Adie Patty Tsjacraningrat yang sudah memberikan kepada saya kasih sayang, nasehat baik serta kesetiaan di atas yang lainnya. Hal kedua, para bupati kepala dari dataran tinggi yaitu: Tommaggong Mangoendjoeda, Ingabey Tjetra Mangala, Demang Soura Djaya, Ingabey Djaga Patty, Ingabey Wangsa Diepa, Tommagong Malaya dan yang sekarang dikenal dengan Radeen Aria Sindouradja [fol. 217] begitu pula sahabat-sahabat lama saya, paman saya Adiepatty Natta Cousoema, adik-adik saya Aria Mataram, Aria Pamoeler, Raden Ingabey Wirsarie, dan Aria Soera Tanie yang semuanya bersahabat dan selalu sependapat dengan saya selama di Carta Soura, dan saya yakin bahwa mereka akan tetap demikian, kendati sekarang di bawah pengawasan ketat para mantri kawasan pesisir dan dengan pengecualian diri saya, mereka bermaksud menjadi pengikut saya dan mereka, ya semua rakyat Puger, yang masih ditangkap dan ditahan dalam rumah masing-masing. Mau tidak mau saya merasa perlu memberitahukan Anda Yang Terhormat, bahwa abang saya, Soesouhoenang Amang Koerat hanya gering lima hari lamanya sebelum meninggal dan selama sakit itu telah tiga kali menanyakan perihal saya dengan maksud untuk memanggil saya, dan setiap kali dia diberitahukan bahwa saya tidak berada di Carta Soura melainkan telah pergi ke Jagaraga untuk mengejar sejumlah pelarian, walaupun sebenarnya saya tidak pergi dari Carta Soura, dan sebaliknya telah menjaga paseban sepanjang hari dan malam yaitu berada di dalam keraton dan ketika Soesoehoenang wafat, tak ada yang
DUNIA MELAYU-INDONESIA
1.4 NEGARA, WILAYAH, PENGUASA DAN PERANTARA 10
HARTA KARUN. KHAZANAH SEJARAH INDONESIA DAN ASIA-EROPA DARI ARSIP VOC DI JAKARTA
TERJEMAHAN BAHASA INDONESIA
lain kecuali Pangarang Adie Patty Anum, Kiay Pangoeloe, en Kiay Sarip, bersama istri Ratoe Amangkoerat, bersama keluarga dan kerabatnya yang memberitahukan saya bahwa yang tersebut pertama, Pangarang Adie Patty Anum adalah yang selalu berada di sisi Soesoehoenang dan setiap kali Soesoehoenang menanyakan keberadaan saya, dialah yang mengatakan bahwa saya telah pergi dari Carta Soura, hal itu telah membuat hati saya sedih karena saya tidak diberitahu tentang penyakit abang saya sebelumnya akhirnya beliau wafat. Sesudah mengetahui kabar itu saya langsung memerintahkan agar jasadnya dibawa ke Magirie [Imogiri] untuk dimakamkan di antara para sahabat, yang terjadi adalah bahwa semua orang sudah pergi bersama jasad sehingga saya harus mengejar dengan menunggang kuda, dan baru di sore hari dapat mengejar mereka di dusun Pakak dan kemudian saya berkuda di depan memimpin rombongan hingga kami tiba di tempat tujuan yang telah saya perintahkan agar jasad itu dibawa. Sementara itu sudah diatur bahwa jasad tidak dimasukkan dalam makam oleh para penjaga keraton yang telah mengangkutnya melainkan oleh sahabat-sahabat kami yang ada di tempat yaitu adik saya Aria Mattaram, Aria semingingrat, Pangeran Lammongan, Kiay Ingabey, Radja Mangala, dan para pendeta kepala, termasuk istri dari almarhum Amankoerat. Akhirnya, bersama ini saya mengirim kepada Yang Mulia hadiah berupa: Seekor kuda cokelat dan sekor kuda hitam bahoe dingda, 1 keris bernama Noepos en 1 lembing bernama Jakong Patsjan. Kendati semua itu tidak berharga, saya tetap berharap semua dapat diterima oleh Para Yang Terhormat sebagai tanda persahabatan. Semua yang tersebut di atas tertulis dalam surat ini.
DOC 04
DUNIA MELAYU-INDONESIA
1.4 NEGARA, WILAYAH, PENGUASA DAN PERANTARA
11 DOC 04
HARTA KARUN. KHAZANAH SEJARAH INDONESIA DAN ASIA-EROPA DARI ARSIP VOC DI JAKARTA
4 Kolofon Judul
M.C. Ricklefs, “Surat Pangeran Pugar yang sedang dalam pelarian kepada Pemerintahan Agung, 5 Mei 1704”. Dalam: Harta Karun. Khazanah Sejarah Indonesia dan Asia-Europa dari arsip VOC di Jakarta, dokumen 4. Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia, 2013.
Penyunting utama
Hendrik E. Niemeijer
Koordinator kegiatan
Yerry Wirawan, Muhammad Haris Budiawan
Riset arsip
Hendrik E. Niemeijer
Sumber arsip
ANRI, HR 2525, fols 215-217
Riset illustrasi
Muhammad Haris Budiawan
Sumber illustrasi
1.
Transkripsi
Risma Manurung
Terjemahan bahasa Indonesia
Tjandra Mualim
Terjemahan bahasa Inggris
Rosemary Robson
Kata pengantar
M. C. Ricklefs, Professor Emeritus, The Australian National University
Penyunting akhir
Peter Carey, Hendrik E. Niemeijer
Tata letak
Beny Oktavianto
Tanggal terbit
September 2013
Katagori harta karun
1.4 Negara, Wilayah, Penguasa dan Perantara
ISBN
xxx-12345678910
Hak cipta
Arsip Nasional Republik Indonesia dan The Corts Foundation
‘Prajurit Jawa’, William Daniell, sekitar 1817, dari pl. 5 Vol I The History of Java karya Thomas Stamford Raffles, 1817 2. Carta Soera de Nigrat: pertarungan antara Soerapatti, A Tak 1700-1799. Bibliothèque Nationale de France, Département Cartes et Plans, CPL GE DD-2987 (7665). http://gallica.bnf. fr/ark:/12148/btv1b5963384z
DUNIA MELAYU-INDONESIA
1.4 NEGARA, WILAYAH, PENGUASA DAN PERANTARA
12 DOC 04
5 Gambar folio
HARTA KARUN. KHAZANAH SEJARAH INDONESIA DAN ASIA-EROPA DARI ARSIP VOC DI JAKARTA
Ini adalah halaman pertama dari dokumen asli. Semua folio yang dapat dilihat di website melalui Tab ‘Gambar’ di bagian Harta Karun atau dalam Koleksi Arsip Digital. Sumber Arsip, ANRI, HR 2525, fols 215-217.