JURNAL OSEANOGRAFI
Oleh : NAMA : BIMA PRASETYO SUPRATMAN NIM : 11/318280/PN/12580 PRODI : MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN
ASISTEN LAPORAN: SITTY AINSYAH HABIBIE
LABORATORIUM EKOLOGI PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013
JURNAL OSEANOGRAFI Bima Prasetyo Supratman 11/318280/PN/12580 Manajemen Sumberdaya Perikanan
INTISARI Permukaan laut memiliki luas sekitar 71 % dari luas bumi dan pada beberapa daerah memiliki kedalaman hingga mencapai lebih dari 10.000 m. Laut merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia baik dari sektor, penangkapan, budidaya, konservasi, mineral, eksploitasi energi, pariwisata, hingga transportasi. Tujuan pengamatan oseanografi di pantai Drini adalah untuk mengetahui keadaan lingkungan pantai tersebut dilihat dari keadaan fisik, kimia, dan biologi. Praktikum oseanografi dilaksanakan selama 24 jam pada tanggal 18-19 Mei 2013 di Pantai Drini Gunung Kidul Yogyakarta. Parameter fisik yang diamati meliputi kemiringan pantai, pasang surut, kecepatan angin menggunakan anemometer, arah angin menggunakan kompas dan tissue, gelombang, suhu air dan suhu udara. Parameter kimia yang diamati meiliputi DO, CO2, alkalinitas, salinitas, pH dan kecerahan. Parameter DO, CO2 dan alkalinitas dapat diketahui menggunakan metode Winkler. Parameter biologi yang diamatai adalah densitas plankton, diversitas plankton dan larva ikan. Pengukuran nilai parameter-parameter tersebut ada yang langsung dilakukan di lokasi praktikum dan ada yang dilakukan di laboratorium. Berdasarkan hasil yang diperoleh data yang menunjukkan bahwa kondisi parameter perairan laut berfluktuasi baik di stasiun 1, 2, 3 dan 4. Jangkauan pasang surut tertinggi mencapai 200 cm. Salinitas air sangat fluktuatif yaitu berkisar antara 29 sampai 33%. Parameter kimia di pantai ini masih tergolong normal. Pada parameter biologi, nilai densitas dan diversitas plankton tertinggi terdapat di stasiun 3. Untuk larva ikan di stasiun 1 dan 3 jumlahnya sama yaitu 23 ekor, tetapi pada stasiun 1 jenis larvanya lebih beragam. Dari hasil pengamatan yang didapat menunjukkan bahwa stasiun yang terbaik adalah stasiun 3. Kesimpulan dari berbagai data parameter yang diambil menunjukkan kondisi kualitas air maupun kondisi perairan Pantai Drini masih tergolong baik.
Kata kunci
:
laut, metode, parameter, pengamatan, oseanografi
PENDAHULUAN Permukaan laut memiliki luas sekitar 71 % dari luas bumi dan pada beberapa daerah memiliki kedalaman hingga mencapai lebih dari 10.000 m. Laut merupakan habitat organisme air baik hewan maupun tumbuhan dari ukuran yang besar hingga ukuran mikroskopis. Laut memberikan banyak manfaat bagi manusia sebagai sarana perhubungan dari satu tempat ke tempat lain maupun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Efisiensi dan efektifitas dalam mengelola sumberdaya alam yang ada dilaut akan sangat tergantung kepada pengetahuan dan pengertian tentang lautan itu sendiri. Pengetahuan tentang lautan sangat diperlukan untuk meningkatkan dan dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada dilaut dengan baik. Oseanografi diartikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang lautan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oseanografi ini merupakan ilmu perpaduan dari bermacam-macam ilmu dasar seperti ilmu tanah (geologi), ilmu bumi (geografi), dan ilmu iklim (Hutabarat dan Evans ,2000). Banyak faktor yang mempengaruhi kehidupan di laut seperti fisik, kimia dan biologi (Romimohtarto 2001). Parameter fisik oseanografi meliputi kemiringan pantai, pasang surut, kecepatan angin, arah angin, gelombang, suhu air dan suhu udara. Parameter kimia yang diamati meiliputi DO, CO2, alkalinitas, salinitas, pH dan kecerahan. Parameter biologi yang diamatai adalah densitas plankton, diversitas plankton dan larva ikan. Arus yang terjadi diperairan Indonesia selama Muson Tenggara umumnya lebih kuat dari pada di Muson Barat Laut. (Wyrtki, 1961). Pergantian musim mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap kondisi hidrologi perairan (Schalk,1987). Suhu perairan Indonesia pada dasarnya berkisar antara 25 – 30oC dan akan menurun satu atau dua derajat dengan kedalamannya meningkat hingga 80 db, sedangkan salinitas permukaan laut berkisar antara 31,2 – 34,5 ‰ (Tomascik et al. 1997). Tujuan dari praktikum oseanografi adalah untuk mengetahui beberapa faktor fisik, kimia dan biologi laut khususnya di daerah pantai selatan. Pengetahuan ini nantinya akan dapat dijadikan penelitian lebih lanjut dan dapat memberikan informasi yang lebih dalam pemanfaatan laut.
METODE Lokasi yang digunakan dalam praktikum oseanografi adalah di laut selatan tepatnya di pantai Drini. Praktikum dilaksanakan pada tanggal 18-19 Mei 2013. Praktikum dilaksanakan selama 24 jam dengan mengamati faktor fisik, kimia dan biologi. Pengamatan faktor fisik dilakukan setiap 1 jam sekali, faktor kimia diamati setiap 2 jam sekali dan faktor biologi diamati setiap 4 jam sekali. Terdapat 4 stasiun dalam pengamatan ini. Setiap stasiun mengamati faktor fisik, kimia dan biologi. Pada praktikum oseanografi menggunakan alat seperti thermometer, anemometer, refraktometer, pH meter, teropong, tongkat 2 m, pelampung, tali tambang, pipet tetes, pipet gondok, Erlenmeyer, botol oksigen, gelas ukur, mikroskop, botol cuka, botol aqua, kaleng, kertas label dan alat tulis. Pada praktikum ini juga menggunakan bahan-bahan larutan seperti H2SO4 pekat, MnSO4, NaOH-NaL, Indikator Amylum, Na2S2O3 1/80 N, Indikator PP, Indikator MO, NaOH 1/44 N, air laut, formalin dan aquadest. Pengukuran parameter fisik seperti suhu air suhu udara dilakukan dengan menggunakan termometer. Kecepatan angin dapat diketahui dengan menggunakan alat anemometer. Arah angin dapat diketahui dengan memegang tissue dan membiarkannya sehingga arah angin dapat dengan mudah diketahui. Pengukuran pasang surut dilakukan dengan menggunakan tongkat 2 meter. Dengan cara menancapkan tongkat tersebut ke dasar perairan sejauh 10 meter dari bibir pantai kemudian mengukur tinggi permukaan. Pengukuran gelombang dihitung dengan cara melihat berapa banyak puncak gelombang selama 1 menit menggunakan teropong. Pengukuran parameter kimia seperti oksigen terlarut (DO), karbondioksida bebas (CO2), dan alkalinitas dilakukan langsung di tempat dengan menggunakan metode Winkler. Salinitas dan pH dapat diukur di laboratorium. Salinitas dapat diketahui dengan menggunakana alat refraktometer. pH dapat diketahui dengan menggunakan alat yaitu pH meter. Parameter biologi yang diamati adalah plankton dan larva. Pengamatan plankton dan larva dilakukan dilaboratorium dengan menggunakan mikroskop. Sampel air yang telah diberi alkohol 70% diteteskan ke dalam SR sampai penuh. Kemudian amati dibawah mikroskop dengan 10 bidang pandang berbeda. Hasil plankton atau larva yang diamati dicocokkan dengan buku petunjuk.
3. Larva Ikan Stasiun 1 Waktu
Spesies Larva
Jumlah
Restrellinger neglectus
1
Macrobachium rosenbergii
2
-
-
Psettodes sp.
6
Macrobachium rosenbergii
1
Chanos chanos
2
Epinephelus sp.
1
Chanos chanos
1
Pseudocarcharias sp.
1
Tetraodon sp.
3
Tetraodon sp.
3
Neosthethus sp.
2
13.00 17.00
21.00
01.00 05.00 09.00
Stasiun 3 Waktu
Spesies Larva
Jumlah
11.00
Restrellinger neglectus
2
15.00
Megalops cypcinoides
3
Tetraodon sp.
3
Stelophorus sp.
2
Megalops cypcinoides
4
Stelophorus sp.
2
Tetraodon leiurus
2
Chanos chanos
2
Pseudocarcharias sp.
3
19.00
23.00
03.00
Larva merupakan hewan air yang kecil yang berada di suatu perairan, tidak banyak bergerak dan mengikuti arus. Dari hasil pengamatan yang didapat menunjukkan bahwa kedua stasiun tersebut memiliki jumlah larva yang sama yaitu 23 ekor. Diversitas larva ikan pada stasiun 1 lebih beragam dari stasiun 2. Larva ikan yang ditemukan di stasiun 1 diantaranya Restrellinger neglectus, Macrobachium rosenbergii, Psettodes sp., Chanos chanos, Epinephelus sp., Pseudocarcharias sp., Tetraodon sp., Neosthethus sp.. Larva ikan yang ditemukan di stasiun 3 diantaranya Restrellinger neglectus, Megalops cypcinoides, Tetraodon sp., Stelophorus sp., Chanos chanos, Pseudocarcharias sp.. Semakin banyak ditemukan suatu organisme pada suatu perairan maka semakin subur pula wilayah perairan tersebut. Sebaliknya jika hanya terdapat sedikit organisme pada suatu perairan maka ada indikator perairan tersebut tercemar. Pencemaran di suatu perairan cenderung karena sampah organik dan anorganik yang ada di lautan. Manfaat mempelajari kualitas air diperairan pantai khususnya untuk sebaran larva ikan dan plankton adalah untuk mengetahui kelangsungan hidup suatu ekosistem dilihat dari batas-batas optimum untuk dapat berlangsung hidup dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Kualitas air yang baik akan mempermudah suatu ekosistem dalam fase-fase tertentu, termasuk didalamnya fase pertumbuhan dan fase reproduksi. Tekanan lingkungan seperti stressor dapat mempengaruhi ukuran populasi melalui penurunan suksesi dalam perkawinan organisme, berkurangnya produksi telur, menurunnya tingkat kelangsungan hidup individu dewasa yang matang gonad. Kerusakan habitat akibat tekanan fisik dapat menimbulkan konsekuensi atau resiko ekologis yang lebih berat dibandingkan dengan kehadiran bahan pencemar secara terus menerus. Dampak seperti ini dapat direfleksikan sebagai perubahan dalam keragaman spesies, jumlah level dalam system trofik atau dapat dalam bentuk penurunan dalam beberapa fungsi seperti reproduksi biomassa atau gangguan dalam siklus biogeokimia.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Parameter yang digunakan dalam praktikum oseanografi ada 3 yaitu parameter fisik, kimia dan biologi. Parameter fisk meliputi suhu air, suhu udara, gelombang, kecepatan angin, arah angin, pasang surut serta kemiringan pantai. Parameter kimia meliputi kandungan oksigen terlarut, karbondioksida bebas, alkalinitas, pH dan salinitas. Parameter biologi yang diamati adalah densitas plankton, diversitas plankton dan larva ikan. Dari hasil pengamatan yang didapat, dapat disimpulkan bahwa dari 4 stasiun yang ada stasiun yang terbaik adalah stasiun 3 karena stasiun 3 parameter fisik, kimia dan biologinya lebih baik dari stasiun lainnya.
Saran Untuk kelancaran acara kedepannya kalau bias alat dan bahan untuk pengamatan ditambah lagi agar tidak mengganggu pengamatan yang sedang dilakukan dan untuk pengukuran gelombang kalau bisa menggunakan cara yang lain karena cara seperti menancapkan bambu bisa saja menghasilkan data yang tidak valid.
DAFTAR PUSTAKA
Boyd, C. E.1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourth Printing, Auburn University Agricultural Experiment Station, Alabama, USA. 359 p. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta. Hutabarat, S. dan Evans, S.M. 1985. Pengantar Oseanografi. UI Press. Jakarta. Mackereth, F. J. H., Heron, J. And Talling, J.F. 1989. Water Analysis. Freshwater Biological Association, Cambria, UK. 120 p. Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta. Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Sutau Pendekatan Ekologi. Gramedia Pustaka Umum Press. Jakarta. Romimohtarto, K dan Juwana,S.2001. Biologi Laut, Ilmu Pengetahuan Tentang Biologi Laut. Djambatan. Jakarta. Schalk, P. H., 1987. Monsoon – Related Changes in Zooplankton Biomass in the Eastern Banda Sea and Aru Basin. Biol. Oceanogr., 5: 1 – 12. Sidjabat, M. M. 1971. Pengantar Oseangrafi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Supangat dan Susanna, M. 1999. Prinsip Dasar Ekologi Laut. Raja Grafindo. Jakarta. Tomascik, T., A. J. Mah, A. Nontji, and M. K. Moosa, 1997 a. The Ecology of the Indonesian Seas. Part One. The Ecology of Indonesian Series. Vol. VII.
Periplus
Editions (HK) Ltd. Wyrtki, K., 1961. Physical Oceanography of the Southeast Asean Waters, NAGA Rep. 2. Scripps Inst. of Oceanography La jolla, Calif.