Volume 2, Nomor 4, Desember 2013
ISSN 2303-6981
JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN Journal of Land Resources Management
Diterbitkan oleh: Program Studi Magister Konservasi Sumberdaya Lahan (KSDL) Pascasarjana Unsyiah dan Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) Komda Aceh
JMSL
Volume 2
Nomor 4
Halaman 304 - 354
Banda Aceh Desember 2013
ISSN 2303-6981
JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN
Journal of Land Resources Management ISSN 2301-6981 Volume 2, Nomor 4, Desember 2013, hal. 304-354
DAFTAR ISI Prediksi Erosi pada Beberapa Tingkat Umur Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq) Dastur syah, M. Rusli Alibasyah, dan Syamaun A, Ali
304-316
Penggunaan Bakteri Pseudomonas fluorescens dan Pupuk Kandang dalam Bioremediasi Inceptisol Tercemar Hidrokarbon Junaidi, Muyassir dan Syafruddin
317-323
Evaluasi Tingkat Degradasi Lahan Akibat Perubahan Penggunaan Lahan di Dataran Tinggi Gayo Yulia Dewi Fazlina, Abubakar Karim, dan Indra
324-333
Pertumbuhan, Serapan Hara dan Efisiensi Serapan Nitrogen Padi Varietas Lokal Aceh Idar Laila, Muyassir, dan Bakhtiar
334-344
Penggunaan Arang Aktif dan Urea Terhadap Dinamika Nitrogen Tanah Sawah Muyassir, Husni, dan Maulida
345-350
Evaluasi Karakteristik Lahan dan Produksi Kakao di Kecamatan Peudawa dan Peunaron Kabupaten Aceh Timur Yandri Hazriyal, Ashabul Anhar, dan Abubakar Karim
351-362
Pemanfaatan Kotoran Ternak untuk Meningkatkan Sifat-Sifat Fisika Tanah dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Rumput Brachiaria humidicola Saiful Helmy, Sufardi, dan Romano
363-372
Dinamika Phosfat dan Sifat Kimia Ultisol Akibat Kompos Tithonia (Tithonia diversifolia) dan Pupuk Kandang Edi Rizal, Sufardi, dan Muyassir
373-378
Dampak Kekeringan Terhadap Adaptasi Usaha Tani Sawah di Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pide Rizky Ramadhan, Agussabti , dan Nazli Ismail
379-343
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani Hortikultura dalam Penerapan Konservasi Lahan di Desa Mandiri Pangan Kabupaten Aceh Tengah zainab, Indra, dan M. Rusli Alibasyah
344-354
Dicetak oleh Percetakan Universitas Syiah Kuala Press Isi di luar tanggang jawab Percetakan
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PETANI HORTIKULTURA DALAM PENERAPAN KONSERVASI LAHAN DI DESA MANDIRI PANGAN KABUPATEN ACEH TENGAH Analysis of factors that affect the behavior of the Horticulture farmers in the implementation of land conservation in the mandiri pangan (Food-self sufficient) village of Central Aceh regency Zainab1), Indra2), Alibasyah. M.R3) 1)
Staf Inspektorat Aceh Tengah Jl.Bireun -Takengon KM.100 Takengon. Email:
[email protected] 2&3) Fakultas Pertanian Unsyiah, Jln Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 3 Darussalam Banda Aceh 23111 Naskah diterima 1 Juni 2013, disetujui 27 September 2013
Abstract. Research has been conducted in the mandiri pangan ( Food-self sufficient) village (Jejem and Bah). The aim of the research is to find out factors affected the behavior of the farmers on land conservation farming, to analyze income disparity between horticulture farmers implemented land conservation potatoes and red chili pepper as well and to find out if land conservation treatment on farming at slope 0-15%, 15-30% and > 30% could change soil quality chemically. Regression Result (R2) show that on potatoe farming = 93%, red chili pepper = 69,8% was land in Jejem village. Whereas on potato farming = 88% and red chili pepper = 87,6% was land in Bah village. The result also shows that the behavior of the horticulture farmers in land conservation farming practice are strongly influenced by factor of capital, wide of land, farming experience, manpower in the family, age, education, associate intensity by extension agricultural personal, and loan the capital from the government. There is a difference of income between farmers who using capital funding from the mandiri pangan (self sufficient food) village T test different commodities in the same area. In the village of Jejem, potatoes farming is more profitable than farming red chili pepper. in the village of Bah, red chili pepper farming is more profitable than potatoes farming. Meanwhile result also shows that B/C ratio based on the slope indicated that horticulture farming is more profitable on slope 15% - 30%. Then the farmer more profitable with red chili pepper silver plastic black mulc than non mulc. Laboratory research indicated that chemical properties of the soil has changes before planting and after harvest on slope 0 – 15 %, 15 % - 30 % and > 30 %. Abstrak. Penelitian survey yang dilaksanakan di Desa Mandiri Pangan (Jejem dan Bah) bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani hortikultura dalam usaha konservasi lahan usahatani, menganalisis perbedaan pendapatan antara petani hortikultura yang menerapkan konservasi lahan pada usahatani kentang dan cabai merah MPHP serta mengetahui apakah perlakuan konservasi lahan usahatani pada kemiringan lereng 0-15 %, 15 % - 30 % dan > 30 % dapat merubah kualitas tanah secara kimia. Hasil regresi (R2) usahatani kentang di Desa Jejem = 93 %, cabai merah MPHP = 69,8 %, Desa Bah usahatani kentang = 88 % dan cabai merah MPHP = 87,6 %, menunjukkan bahwa perilaku petani sangat dipengaruhi oleh faktor modal, luas lahan, pengalaman berusahatani ,tenaga kerja dalam keluarga, umur, pendidikan, intensitas pendampingan oleh PPL dan pinjaman modal dari pemerintah. Terdapat perbedaan pendapatan antara petani yang memanfaatkan modal Desa Mandiri Pangan (uji “t”), Desa Jejem usahatani kentang lebih menguntungkan daripada cabai merah MPHP sebaliknya di Desa Bah cabai merah MPHP lebih menguntungkan daripada kentang. Hasil analisis B/C ratio menunjukkan bahwa usahatani hortikultura yang sangat menguntungkan adalah pada kemiringan lereng 15 % - 30 %. Usahatani cabai MPHP lebih menguntungkan daripada cabai merah non MPHP. Hasil analisa laboratorium terdapat perubahan sifat kimia tanah sebelum lahan ditanami dan sesudah panen pada kemiringan lereng 0 – 15 %, 15 % - 30 % dan > 30 %. Kata kunci : Perilaku petani, hortikultura, konservasi, desa mandiri pangan
PENDAHULUAN Tujuan pertama Millenium Development Goals (MDGs), yaitu untuk mengurangi angka kemiskinan dan kelaparan di dunia sampai
344
setengahnya di tahun 2015. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah RI telah meluncurkan Kegiatan Desa Mandiri Pangan (Desa Mapan) sejak tahun 2006. Tujuan desa mandiri pangan ini adalah mendorong kemampuan masyarakat
Zainab, Indra, dan M. Rusli Alibasyah. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani Hortikultura
desa untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi keluarganya, sehingga dapat menjalani hidup sehat dan produktif. Partisipasi masyarakat, terutama petani sangat mempengaruhi keberhasilan kegiatan ini. Sebuah penelitian terkait perilaku petani holtikultura dalam penerapan konservasi lahan didesa mandiri pangan telah dilakukan di Kabupaten Aceh Tengah, provinsi Aceh. Secara geografis Kabupaten Aceh Tengah terletak pada 4 010” – 4058” LU dan 96018” – 960 22” BT, dengan luas wilayah 4.318,39 km2 dan ketinggian rata-rata 200 – 2600 meter dari permukaan laut. Topografi sebagian besar adalah dataran tinggi dengan kemiringan antara 3 % - 40 %, jenis tanah sebagian besar adalah podsolid dengan tekstur lempung berpasir. Melihat kelerengan tanah di Kabupaten Aceh Tengah, pemanfaatan tanah mutlak memerlukan perilaku yang mendukung penerapan kaidah-kaidah konservasi untuk mempertahankan daya dukung lahan, kemampuan lahan dan kualitas lahan dalam melahirkan pertanian tangguh dan berkelanjutan secara ekologi dan ekonomi sehingga usahatani tersebut dapat menjadi penyangga (buffer) bagi kehidupan. Penelitian ini bertujuan : (a). Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani hortikultura dalam usaha konservasi lahan di Desa Mandiri Pangan, (b). Menganalisis perbedaan produksi dan pendapatan antara petani hortikultura yang menerapkan konservasi lahan pada usahatani kentang dan petani cabai merah (MPHP) dan (c). Mengetahui apakah perlakuan konservasi lahan usahatani pada berbagai kemiringan lereng mempengaruhi kualitas tanah secara kimia. METODOLOGI Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jejem Kecamatan Pegasing dan Desa Bah Kecamatan Ketol, dimana kedua desa tersebut melaksanakan kegiatan Program Desa Mandiri Pangan dalam Kabupaten Aceh Tengah sejak bulan Nopember 2011 sampai dengan bulan Oktober 2012. Penelitian menggunakan metode survey. Alat yang digunakan dalam penelitian berupa abney level, pisau, cangkul, kantong plastik, kamera digital dan alat tulis dan kuisioner sebagai alat pengumpul data skunder dari petani. Bahan yang diperlukan
untuk diteliti pada laboratorium kimia tanah Universitas Syiah Kuala Banda Aceh adalah sampel tanah yang diambil pada kondisi sebelum tanam (sebelum pengolahan tanah), sebelum tanam (sesudah tanah diolah/ siap tanam) dan sesudah panen pada berbagai kemiringan lereng yaitu, komoditi kentang dan cabai merah MPHP dari Desa Jejem pada lahan usahatani masyarakat dengan kemiringan lereng adalah 0 – 15 %, 15 % - 30 % dan kemiringan lereng > 30 %. Pengambilan sampel desa dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Penentuan petani sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik acak sederhana (Simple Random sampling), yaitu masing-masing 30 orang HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Petani Hortikultura Penerapan Konservasi Lahan
Dalam
Perilaku petani sangat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kecakapan dan sikap mental dari petani itu sendiri. Ketiga faktor ini merupakan unsur perilaku yang akan mempengaruhi tindakan petani dalam melakukan konservasi pada lahan usahataninya. Namun kenyataannya di daerah penelitian ketiga unsur perilaku tersebut sering tidak berjalan secara konsisten, ada petani yang mempunyai pengetahuan tentang konservasi tetapi karena faktor tertentu seperti kurangnya modal usaha serta pengalaman berusahatani selama bertahun-tahun yang dianggap sudah dapat mencukupi kebutuhan anggota keluarga maka dia tidak melakukan konservasi, sebaliknya ada petani yang tidak mempunyai pengetahuan tentang konservasi tetapi karena mempunyai modal serta adanya keinginan untuk lebih mudah dalam melakukan usahatani pada lahan yang berlereng maka dia melakukan konservasi pada lahan usahataninya. Pada kedua daerah penelitian umumnya petani sepanjang tahun disamping menanam tanaman tahunan yaitu kopi, juga menaman tanaman semusim dengan komoditi andalan yaitu kentang di Desa Jejem dan Cabai Merah di Desa Bah. Dari 120 orang petani responden untuk masing-masing komoditi adalah 30 orang, dimana mereka melakukan usahatani pada berbagai macam kemiringan lereng sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 1 berikut.
Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. Volume 2, Nomor 4, Desember 2013: hal. 344-354
345
Tabel 1. Persentase petani responden yang melakukan usahatani hortikultura pada berbagai kemiringan lereng dalam Desa Mandiri Pangan Kabupaten Aceh Tengah Lereng (%) 0 – 15 15 – 30 >30 Total Sumber : Data diolah
Kentang Kecamatan Pegasing 23,33 56,67 20,00 100,00
Cabai Merah MPHP Kecamatan Kecamatan Pegasing Ketol 40,00 40,00 33,33 33,33 26,67 26,67 100 100
Kecamatan Ketol 23,33 56,67 20,00 100,00
Tabel 2. Keragaman perilaku konservasi petani hortikultura di Desa Jejem Kecamatan Pegasing dan Desa Bah Kecamatan Ketol Kab.Aceh Tengah Tahun 2012 N o 1
2
3
4
5
6
7
Perilaku Konservasi Petani Responden Pola tanam dalam usahatani 1.Searah lereng 2.Tidak beraturan 3.Searah kontur Sistim olah tanah 1.Konvensional 2.Olah tanah minimum 3.Tanpa olah tanah Pembuatan teras 1.Tidak ada 2.Ada,tapi blm sesuai anjuran 3.Ada dan sesuai anjuran Sistim usahatani 1.Ladang berpindah 2.Menetap sementara 3. Menetap permanen Penggunaan bahan organik 1.Tidak ada 2.Ada,tp blm sesuai anjuran 3.Ada dan sesuai anjuran Jenis tanaman 1.Satu jenis 2.Tumpangsari 3.Lebih dari 2 macam Penggunaan mulsa plastik 1.Tidak ada 2.Ada,tp blm sesuai anjuran 3.Ada dan sesuai anjuran Sumber : Data diolah
% keragam perilaku petani (%) keragaman perilaku di Kecamatan Pegasing petani di Kecamatan Ketol Kentang Cabai merah Kentang Cabai merah 70,00 30,00 -
63,33 36,67 -
80,00 20,00 -
60,00 40,00 -
100 -
100 -
100 -
100 -
100 -
100 -
100 -
100 -
26,67 73,33 -
70,00 30,00
33,33 66,67 -
56,67 43,33
60,00 40,00
100 -
33,33 66,67
100 -
50,00 20,00 30,00
63,33 36,67 -
70,00 30,00 -
63,33 36,67 -
100 -
43,33 56,67
100 -
20,00 80,00
Keragaman perilaku petani hortikultura di daerah penelitian diperlihatkan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Arah penanaman komoditi kentang dan cabai merah MPHP adalah pada kemiringan lereng antara 15 sampai >30 %. Penanaman dilakukan oleh petani responden rata-rata searah lereng tanpa membuat
346
terasering. Perlakuan konsevasi yang diterapkan antara lain pembuatan bedengan dan drainase dengan panjang 3-4 m. Selain itu juga pemberian pupuk organik pada tanaman kentang dan penggunaan mulsa plastik hitam perak (MPHP) pada tanaman cabai merah. Hasil wawancara dengan petani responden
Zainab, Indra, dan M. Rusli Alibasyah. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani Hortikultura
diketahui bahwa perilaku demikian adalah sudah turun temurun yng sudah berlangsung bertahun-tahun. Bahwa menanam pada lahan miring jika menggunakan terasering biasanya tanaman akan lebih mudah terserang penyakit akibat air hujan yang tergenang di permukaan tanah disamping hama babi lebih mudah merusak tanaman. Hal ini didukung oleh Undang Kurnia et. al (2009) bahwa pengelolaan lahan budidaya sayuran dataran tinggi pada tanah berlereng umumnya dibuat bedengan tidak mengikuti kaidah konservasi yang baik. Bedengan dibuat memanjang searah lereng sehingga tanah didalam bedengan mengalami erosi saat musim hujan. Penyebab perilaku petani tersebut erat kaitannya dengan permasalahan teknis maupun sosial dilingkungan masyarakat petani. Nilai rata-rata perilaku konservasi pada lahan usahatani di masing-masing Desa Mandiri Pangan adalah berbeda, di Desa Jejem Kecamatan Pegasing (komoditi kentang adalah 67,50% dan komoditi cabai merah adalah 65,77%), sedangkan nilai rata-rata perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan di Desa Bah Kecamatan Ketol (komoditi kentang adalah 66,53% dan komoditi cabai merah adalah 65,97%).
Pinjaman modal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah besarnya modal usahatani yang dipinjamkan oleh pemerintah melalui Program Desa Mandiri Pangan, dimana besarnya pinjaman modal disesuaikan dengan Rencana Usaha Kegiatan (RUK) yang sudah disusun oleh masing-masing anggota kelompok (petani responden). Besarnya pinjaman modal dari dana Desa Mandiri Pangan di kedua daerah penelitian (Desa Jejem dan Desa Bah) seperti diperlihatkan pada Tabel 4 dan Tabel 5 berikut. Besarnya pinjaman modal dari Program Desa Mandiri Pangan masih tidak sesuai dengan besarnya modal yang dibutuhkan oleh petani untuk melaksanakan usahataninya, hal ini disebabkan di kedua Desa Mandiri Pangan tersebut petani sebagai anggota kelompok tani tidak mau saling menunggu perguliran dana pengembalian, karena berdasarkan pengalaman usahatani saat sekarang adalah waktu yang tepat untuk menanam kentang maupun cabai merah MPHP. Akibatnya dana yang ada dibagi tidak sesuai lagi dengan kebutuhan usaha tetapi besarnya dimusyawarahkan dalam rapat anggota.
Tabel 3. Intensitas pendampingan PPL di Desa Jejem Kec. Pegasing dan Desa Bah Kec. Ketol Kab.Aceh Tengah Tahun 2012
Perilaku petani hortikultura dalam penerapan konservasi lahan usahatani dipengaruhi oleh faktor modal usahatani (X1), luas lahan (X2), pengalaman usahatani (X3), tenaga kerja dalam keluarga (X4), umur (X5), pendidikan (X6), intensitas pendampingan oleh PPL (X7) dan pinjaman modal (X8). Hasil penelitian dan analisis regresi menunjukkan model perilaku petani hortikultura terhadap konservasi lahan di kedua Desa Mandiri Pangan sebagai objek penelitian adalah sebagai berikut:
IP-PPL (kali) 1–2 3–4 5- 6 >6 Jumlah
Pegasing KTG CM 23,33 0 36,67 100 33,33 0 6,67 0 100,0 100,0
Ketol KTG CM 16,67 6,67 33,33 56,67 33,33 20,00 16,67 3,33 100,0 100,0
Perilaku Petani Dalam Penerapan Konservasi Lahan di Kecamatan Pegasing
Sumber : Data diolah
Tabel 4. Besarnya pinjaman modal usahatani hortikultura melalui dana Desa Mandiri Pangan di Desa Kec.Pegasing dan Kec. Ketol Kabupaten Aceh Tengah No 1 2 3
Besarnya Pinjaman Modal (Rp) 500.000 s/d 1.500.000 1.600.000 s/d 2.500.000 2.600.000 s/d 3.500.000 Jumlah
Kec. Pegasing Kentang Cabai Merah 0 0 60,00 83,33 40,00 16,67 100,00 100,00
Kecamatan Ketol Kentang Cabai Merah 50,00 30,00 50,00 33,33 0 36,67 100,00 100,00
Sumber : Data diolah
Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. Volume 2, Nomor 4, Desember 2013: hal 344-354
347
Hasil analisis regresi linier berganda antara perilaku petani dalam penerapan konservasi dengan factor Usaha tani kentang mengikuti model regresi sebagai berikut: Y = 39,367 + 2,978 X1 + 0,390 X3 + 0,391 X4 - 0,044 X5 + 0,126 X6 + 5,343 X7 – 6,187 X8 Hasil analisis regresi menunjukkan adanya variabel yang dikeluarkan dari model yaitu luas lahan usahatani (X2) yang tidak memberikan pengaruh pada perilaku konservasi lahan usaha tani kentang di Desa Jejem Kecamatan Pegasing, sedangkan variabel-variabel lainnya berpengaruh nyata dengan koefisen korelasi (R) = 96,5 %, artinya antara variable memiliki hubungan yang sangat kuat. Faktor luas lahan garapan (X2) dikeluarkan dari model regresi disebabkan petani responden mempunyai luas lahan usahatani yang rata-rata sama luasnya dan masuk kedalam golongan lahan sempit yaitu antara 0,1 -0,3 hektar. Hernanto (1989) menyatakan bahwa yang termasuk golongan lahan luas adalah lahan yang lebih dari 2 hektar, golongan lahan sedang antara 0,5 – 2 hektar dan golongan lahan sempit kurang dari 0,5 hektar. Koefisien Determinasi (R2) = 93,0 %, menunjukkan bahwa perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani kentang di Desa Jejem Kecamatan Pegasing 93 persen ditentukan oleh tujuh variabel di atas sedangkan sisanya 7 % ditentukan oleh faktor lain diluar model. Hasil analisis varian dari kolom anova (Lampiran 2.1) menunjukkan bahwa F hitung > Ftabel (0,01) atau (41,971 > 2,39), sehingga model regresi yang diajukan dapat diterima atau terdapat pengaruh yang sangat significant oleh semua variabel terhadap perilaku petani kentang dalam penerapan konservasi lahan usahatani di Desa Jejem Kecamatan Pegasing. Sedangkan pada usahatani Cabai Merah MPHP diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut yaitu: Y = 26,687 - 16,999 X1 + 4,646 X3 + 0,482 X4 + 0,236 X5 + 2,441 X6 + 2,717 X7 + 19,193 X8 Hasil uji regresi menunjukkan bahwa koefisen korelasi (R) adalah 83,5 % mempunyai keeratan hubungan antar variabel sedangkan koefisein determinasi (R2) adalah 69,8 % perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan cabai merah MPHP di Desa Jejem dipengaruhi oleh variabel di atas kecuali faktor luas lahan (X2) dan 30,2 % dipengaruhi oleh faktor lain diluar model.
348
Kenyataan di lapangan dalam melakukan usahatani cabai merah MPHP di Desa Jejem faktor lain yang sangat mempengaruhi adalah ketinggian tempat (1400 – 1750 mdpl), karena pada ketinggian tersebut sering terjadi kabut yang diyakini oleh petani sebagai salah satu penyebab gagalnya usahatani cabai merah mereka. Uji serempak pada usahatani cabai merah di Desa Jejem Kec. Pegasing ditunjukkan oleh kolom Anova dimana F hitung > F tabel (0,05) atau (7,261 > 2,27) atau terdapat pengaruh yang significant antara semua variabel terhadap perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani. Secara parsial tujuh faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani di Desa Jejem Kecamatan Pegasing adalah sebagai berikut : Modal dan Pengalaman Usahatani Hubungan modal usahatani dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani kentang adalah bersifat positif atau terdapat hubungan yang significant, dimana hasil uji parsial menunjukkan bahwa thitung > t tabel atau (2,446 > 1,699), hal ini dapat dilihat pada perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani kentang dimana rata-rata petani responden memiliki ternak ayam dan kambing juga tanaman kopi (untuk bahan kompos), sehingga petani dapat menekan biaya untuk pembelian pupuk organik. Hubungan modal usahatani dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani cabai merah MPHP di Desa Jejem adalah bersifat negatif yang ditunjukkan oleh hasil uji partial dimana thitung < t tabel atau ( -2,275 < 1,699), tidak terdapat hubungan yang significant, hal ini disebabkan oleh rendahnya modal usahatani yang dimiliki oleh petani responden sehingga terdapat kecenderungan pada petani untuk tidak dapat menerapkan konservasi pada lahan usahataninya. Soekartawi (2003) menerangkan bahwa, besar kecilnya modal dalam melaksanakan usahatani sangat tergantung kepada : (1) Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar kecilnya modal yang dipakai, makin besar skala usaha makin besar pula modal yang dipakai, (2) Macam komoditas, komoditas tertentu dalam proses produksi
Zainab, Indra, dan M. Rusli Alibasyah. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani Hortikultura
pertanian juga menentukan besar kecilnya modal yang dipakai dan (3) Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan suatu usahatani. Hubungan antara pengalaman berusahatani dengan penerapan konservasi lahan usahatani kentang adalah bersifat positif atau terdapat pengaruh yang significant, dimana hasil uji parsial (Lampiran 5) adalah thitung > t tabel atau (2,306 > 1,699). Hubungan antara pengalaman berusahatani dengan penerapan konservasi lahan usahatani cabai merah MPHP adalah bersifat positif dan terdapat pengaruh yang significant dimana hasil uji parsial (Lampiran 8) adalah thitung > t tabel atau (4,486 > 1,699). Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman sangat mempengaruhi perilaku petani dalam melakukan konservasi lahan usahataninya, semakin lama seorang petani mempunyai pengalaman dalam melakukan usahatani salah satu komoditi maka akan semakin banyak pengalaman yang diperolehnya juga diharapkan akan lebih menguasai serta trampil mulai dari budidaya sampai pasca panen. Jumlah Tenaga Kerja Dalam Keluarga Hubungan antara besarnya jumlah tenaga kerja dalam keluarga dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani kentang di Desa Jejem Kecamatan Pegasing adalah bersifat positif tetapi tidak mempunyai pengaruh yang significant dimana hasil uji parsial menunjukkan bahwa thitung < t tabel atau (0,496 < 1,699). Hubungan antara jumlah tenaga kerja dalam keluarga dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani cabai merah MPHP adalah bersiafat positif tetapi tidak berpengaruh secara significant, hal ini ditunjukkan oleh hasil uji parsial thitung < t tabel atau (0,222 < 1,699) Tenaga kerja dalam keluarga yang dipergunakan dalam kegiatan usahatani dimanfaatkan untuk kegiatan pembersihan lahan sampai proses panen yang tidak sepenuhnya mengacu pada teknik-teknik konservasi tetapi hanya melakukan suatu kegiatan yang dianggap baik dan sudah dibuktikan keberhasilannya berdasarkan pengalaman usahatani selama bertahun-tahun yaitu penanaman pada lereng-lereng gunung tanpa membuat terasering. Tehnik konservasi yang dilakukan hanya sebatas membuat bedengan-bedengan untuk penanaman yang
dibuat mengikuti arah lereng dengan ketinggian antara 50 cm – 75 cm dan parit-parit antar bedengan yang berfungsi sebagai saluran drainase. Jadi walaupun tenaga kerja yang ada sudah cukup tetapi karena kualitas dari tenaga kerja itu sendiri masih rendah maka mempengaruhi kegiatan usahatani yang dilakukan. Menurut Mubyarto (1995), Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi, dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu pula diperhatikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah : 1) Tersedianya tenaga kerja, 2)Kualitas tenaga kerja, 3) Jenis kelamin dan 4) Tenaga kerja musiman. Umur dan Pendidikan Petani Hubungan antara umur petani responden di daerah penelitian dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani kentang adalah bersifat negative dan tidak significant, dimana hasil uji parsial menunjukkan bahwa thitung < t table atau (- 0,453 < 1,699). Hubungan antara umur dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani cabai merah MPHP adalah bersifat positif dan tidak mempunyai pengaruh yang significant dimana hasil uji parsial thitung < t table atau (0,704 < 1,699). Dari tiga puluh orang petani responden masing-masing komoditi, umur petani berkisar antara 25 – 55 tahun atau usia produktif (80 %) dan usia > 55 tahun atau tidak produktif (20 %), hal ini sebenarnya sangat mempengaruhi perilaku petani karena umur yang lebih muda akan mempengaruhi kemampuan fisik dan cara berfikir seseorang, sebagaimana Soeharjo dan Patong (1973) mengatakan bahwa umur petani akan mempengaruhi kmampuan fisik bekerja dan cara berfikir. Petani yang lebih muda cenderung lebih agresif dan lebih dinamis dalam berusahatani bila disbanding yang lebih tua. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dalam umur petani (usia produktif) tidak mempengaruhi perilaku petani dalam penerapan konservasi pada lahan usahataninya, tetapi mereka lebih mencontoh apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu mereka yang umurnya lebih tua karena dianggap lebih
Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. Volume 2, Nomor 4, Desember 2013: hal. 344-354
349
berpeengalaman dalam melakukan suatu usahatani. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Notoadmodjo (2007) bahwa umur sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang, karena semakin bertambah usia maka semakin banyak pula pengetahuannya. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan pada usahatani kentang adalah bersifat positif tetapi tidak significant, dimana hasil uji parsial menunjukkan bahwa thitung < t table atau (0,472 < 1,699). Sedangkan hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani cabai merah MPHP adalah bersifat positive dan mempunyai pengaruh yang significant, dimana hasil uji parsial menunjukkan bahwa thitung > t tabel atau (4,298 > 1,699). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara pendidikan dengan perilaku konservasi terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan lebih menentukan dan meningkatkan pola pikir, wawasan serta perilaku petani dalam penerapan inovasi baru dalam berusahatani. Sejalan dengan pendapat Mosher (1981) dalam Mubyarto (1995), bahwa pendidikan penduduk merupakan salah satu pelancar dalm proses belajar untuk mengadopsi suatu inovasi. Dengan demikian petani akan lebih memungkinkan mudah mencari informasi baru serta mengadopsi inovasi yang telah ada dalam usaha pembaharuan usahataninya. Intensitas Pendampingan PPL dan Bantuan Modal dari Pemerintah Hubungan antara intensitas pendampingan oleh PPL dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani adalah bersifat positif dan mempunyai pengaruh yang significant dimana hasil uji parsial menunjukkan bahwa thitung > t table atau (11,457 > 1,699). Sedangkan hubungan antara intensitas pendampingan oleh PPL dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani cabai merah MPHP adalah bersifat positif dan tidak berpengaruh secara significant yang ditunjukkan oleh hasil uji parsial thitung < t table atau (1,110 < 1,699) Adanya kecenderungan bahwa semakin tinggi intensitas pendampingan yang dilakukan oleh PPL kepada petani maka semakin tinggi tingkat penerapan konservasi lahan usahatani kentang dan cabai merah yang dilakukan oleh
350
petani responden. Pendampingan yang dilakukan oleh PPL dilakukan secara berkala yang dilaksanakan dengan metode Sekolah Lapang (SL) yang dilaksanakan selama 1 (satu) kali musim tanam kentang dan cabai merah MPHP di masing-masing Desa Mandiri Pangan. Sebagaimana Zulkarimein (1989) mengatakan bahwa penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru agar masyarakat mau tertarik melaksanakannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hubungan antara bantuan modal Desa Mandiri Pangan dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani kentang adalah bersifat negatif dan tidak mempunyai pengaruh yang significant. Hasil uji parsial menunjukkan bahwa thitung < t table atau (2,566 < 1,699). Sedangkan hubungan antara bantuan modal Desa Mandiri Pangan dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani cabai merah MPHP adalah bersifat positif dan tidak mempunyai pengaruh significant yang ditunjukkan oleh hasil uji parsial thitung < t table atau (1,324 < 1,699). Bantuan modal yang diberikan oleh pemerintah masih terlalu kecil dibandingkan modal yang dibutuhkan oleh petani responden dalam melakukan usahataninya (tidak sesuai RUK) sehingga penerapan konservasi yang dilakukan oleh petani kentang dan cabai merah hanya sebatas pengolahan tanah secara minimum, pembuatan guludan/ bedeng dan parit-parit drainase, sedangkan penanaman tetap dilaksanakan pada lereng-lereng gunung dengan kemiringan antara 15 – 30 % bahkan diatas 30 % tanpa membuat terasering dan penanaman umumnya dilakukan searah lereng. Sifat petani yang selalu tergantung dari pemerintah sangat tinggi sehingga peran pemerintah masih sangat diharapkan oleh petani responden, dimana dengan adanya bantuan melalui Program Desa Mandiri Pangan petani merasa terbantu dari segi biaya produksi. Hal ini diperkuat oleh penelitian Kamaruzzaman (2010) yang menyatakan bahwa bantuan pemerintah sangat diharapkan oleh masyarakat dalam upaya pemanfaatan lahan yang sangat significant dibutuhkan oleh petani. Bantuan ini sangat membantu petani dalam mengelola lahan yang tidak dimanfaatkan akibat kekurangan modal menjadi produktif dan menguntungkan bagi petani serta dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. Sifat ketergantungan petani pada bantuan pemerintah juga disebabkan oleh rendahnya
Zainab, Indra, dan M. Rusli Alibasyah. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani Hortikultura
kemampuan petani dalam mengembangkan usaha, dimana petani hanya mengusahakan lahan usahatani dengan komoditi yang sudah biasa di tanam, perawatan tanaman tidak sesuai dengan kebutuhan dan anjuran PPL lalu hasilnya dijual tanpa memikirkan untuk peningkatan pendapatan, sehingga modal usaha dari pemerintah tidak berkembang. Letty dan Fitri (2008), menyatakan bahwa hambatan yang dihadapi setelah mendapatkan bantuan adalah rendahnya kemampuan petani dalam mengembangkan usaha sehingga menyebabkan perubahan tingkat pendapatan sebelum dan setelah mendapatkan bantuan relatif kecil. Disamping itu waktu pemanfaatan dana yang terbilang singkat (satu tahun) sehingga petani belum merasakan peningkatan pendapatan secara signifikan. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani Dalam Penerapan Konservasi Lahan di Kecamatan Ketol Persamaan Regresi Usahatani Kentang Desa Bah Kec. Ketol adalah sebagai berikut: Y = 39,581 + 1,160 X1 – 2,222 X2 + 1,763 X3 – 1,898 X4 – 0,036 X5 + 0,821X6 + 5,368 X7 – 2,205 X8 Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa antar variabel memiliki keeratan hubungan sebesar 93,8 %, yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi (R). Koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa 88 % perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan dipengaruhi oleh kedelapan variabel dan 22 % dipengaruhi oleh faktor lain diluar model. Hasil analisis varian dari kolom anova (Lampiran 2.5) menunjukkan bahwa F hitung > Ftabel (0,01) atau (19,325 > 3,17), sehingga model regresi yang diajukan dapat diterima atau terdapat pengaruh yang significant oleh semua variabel terhadap perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani kentang di Desa Bah Kec. Ketol. Sedangkan Persamaan Regresi Usahatani Cabai Merah adalah sebagai berikut: Y = 50,303 + 0,635 X1 - 0,915 X2 + 0,248 X3 + 1,170 X4 – 0,399 X5 - 0,275X6 + 6,446 X7 + 1,423 X8 Hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai pengaruh terhadap perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani cabai merah di Desa Bah Kecamatan Ketol, hal ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi (R) = 93,6 % berarti antara variabel memiliki hubungan yang sangat kuat
dan koefisien determinasi (R2) = 87,6 %, berarti perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani cabai merah MPHP 87,6 persen ditentukan oleh delapan faktor di atas sedangkan 12,4 % ditentukan oleh faktor lain diluar model. Sedangkan Uji serempak pada Petani Cabai Merah MPHP sebagaimana hasil analisis varian dari kolom anova menunjukkan bahwa F hitung > F tabel (0,01) atau (18,529 > 3,17) sehingga model regresi yang diajukan dapat diterima atau terdapat pengaruh yang sangat significant antara semua variabel terhadap perilaku petani cabai merah dalam penerapan konservasi lahan usahatani di Desa Bah Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah. Secara parsial hubungan kedelapan faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani cabai merah MPHP di Desa Bah Kecamatan Ketol adalah sebagai berikut : Modal Usaha, Luas Lahan, dan Pengalaman Usahatani Hubungan antara modal usahatani dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani kentang di Desa Bah Kecamatan Ketol adalah bersifat positif dan tidak mempunyai pengaruh yang significant, hal ini ditunjukkan oleh hasil uji parsial thitung < t tabel atau (0,704 < 1,699). Sedangkan hubungan modal usahatani dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi pada lahan usahatani cabai merah MPHP adalah bersifat positif dan tidak mempunyai pengaruh yang significant sebagaimana ditunjukkan oleh hasil uji parsial yaitu thitung < t tabel atau (0,64 < 1,699). Usahatani kentang dan cabai merah MPHP di daerah penelitian Desa Bah Kecamatan Ketol umumnya petani melakukan budidaya pada daerah yang curam dengan kemiringan antara 15 % - 30 %, bahkan di atas 30 %. Modal usahatani umumnya digunakan untuk mengolah tanah dengan tehnik konservasi yang dilakukan hanya sebatas olah tanah minimum lalu dibuat bedengan-bedengan untuk pemasangan mulsa plastik hitam perak serta parit antar bedengan untuk drainase, sedangkan untuk tanaman kentang hanya dibuat bedenganbedengan serta parit untuk drainase. Hubungan antara luas lahan dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani kentang adalah bersifat negatif dan tidak mempunyai pengaruh yang significant
Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. Volume 2, Nomor 4, Desember 2013: hal. 344-354
351
sebagaimana hasil uji parsial yaitu thitung < t table atau (-1,082 < 1,699). Sedangkan hubungan antara luas lahan dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani cabai merah MPHP adalah bersifat negatif dan tidak mempunyai pengaruh yang significant sebagaimana hasil uji parsial yaitu thitung < t table atau (-0,391 < 1,699). Hubungan antara pengalaman usahatani dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani kentang adalah bersifat positive dan mempunyai pengaruh yang significant sebagaimana hasil uji parsial yaitu thitung > t table atau (1,942 > 1,699). Sedangkan hubungan antara pengalaman dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani cabai merah MPHP adalah bersifat positif tetapi tidak mempunyai pengaruh yang significant, dimana hasil uji parsial yaitu thitung < t table atau (0,451 < 1,699). Semakin lama pengalaman usahatani seorang petani dalam melakukan usahatani maka akan cenderung semakin tinggi pula perilaku petani dalam menerapkan konservasi pada lahan usahataninya karena semakin lama petani bekerja dalam kegiatan usahatani suatu komoditi maka semakin banyak pengalaman yang diperolehnya yang diharapkan akan lebih menguasai dan lebih terampil dalam tehnik budidaya, teknologi pasca panen serta pengusaaan teknologi lainnya yang berkaitan dengan usahatani. Jumlah Tenaga Kerja Dalam Keluarga Hubungan antara jumlah tenaga kerja dalam keluarga dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani kentang adalah bersifat negatif dan tidak mempunyai pengaruh yang significant sebagaimana hasil uji parsial yaitu thitung < t tabel atau (-1,970 < 1,699). Hubungan antara jumlah tenaga kerja dalam keluarga dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani cabai merah MPHP adalah bersifat positif dan tidak mempunyai pengaruh yang significant, dimana hasil uji parsial yaitu thitung < t tabel atau (0,451 < 1,699). Umur dan Pendidikan Petani Hubungan antara umur petani dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani kentang adalah bersifat negatif
352
dan tidak mempunyai pengaruh yang significant sebagaimana hasil uji parsial yaitu thitung < t tabel atau (-0,226 < 1,699). Hubungan antara umur petani dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani cabai merah MPHP adalah bersifat negatif dan tidak mempunyai pengaruh yang significant, dimana hasil uji parsial yaitu thitung < t tabel atau (1,661 < 1,699). Hal ini menunjukkan bahwa di daerah penelitian walaupun usia petani (usia produktif) lebih banyak tetapi tidak mempengaruhi perilaku petani dalam penerapan konservasi pada lahan usahataninya, karena mereka lebih mencontoh apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu mereka. Petani cabai merah MPHP di desa Bah umumnya melakukan penanaman secara berkelompok antara 3 – 4 orang pada satu lokasi, dimana umur sangat mempengaruhi kelompok-kelompok tersebut. Anggota kelompok akan lebih mempercayai petanipetani yang sudah berusia diatasnya/lebih tua karena adanya anggapan semakin tua seseorang maka semakin banyak ilmu dan pengalaman dalam berusahatani, sedangkan petani kentang masih mengusahakan usahataninya secara masing-masing. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani kentang adalah bersifat positif dan mempunyai pengaruh yang significant sebagaimana hasil uji parsial yaitu t hitung > t tabel atau (2,617 > 1,699). Sedangkan hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani cabai merah MPHP adalah bersifat negatif dan tidak berpengaruh secara significant, dimana hasil uji parsial yaitu thitung < t table atau (-0,879 < 1,699). Intensitas Pendampingan PPL dan Bantuan Modal Pemerintah. Hubungan antara intensitas pendampingan PPL dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani kentang adalah bersifat positiv dan mempunyai pengaruh yang significant sebagaimana hasil uji parsial yaitu thitung>< t table atau (11,211 > 1,699). Hubungan antara intensitas pendampingan PPL dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani cabai merah MPHP adalah bersifat positif dan mempunyai pengaruh yang significant, dimana hasil uji parsial yaitu thitung > t table atau (10,537 >1,699). Hal ini
Zainab, Indra, dan M. Rusli Alibasyah. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani Hortikultura
menunjukkan bahwa semakin sering seorang PPL memberikan penyuluhan serta mendampingi petani dalam melaksanakan usahatani maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap perilaku petani dalam menerapkan konservasi pada lahan usahataninya. Hubungan antara bantuan modal Desa Mandiri Pangan dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani kentang adalah bersifat negatif dan tidak mempunyai pengaruh yang significant. Hasil uji parsial menunjukkan bahwa thitung < t tabel atau (0,744 < 1,699). Sedangkan hubungan antara bantuan modal Desa Mandiri Pangan dengan perilaku petani dalam penerapan konservasi lahan usahatani cabai merah MPHP adalah bersifat positif dan tidak mempunyai pengaruh significant yang ditunjukkan oleh hasil uji parsial thitung < t tabel atau (0,188 < 1,699). Bantuan modal yang diberikan oleh pemerintah melalui kelompok Desa Mandiri Pangan di Desa Bah masih terlalu kecil dibandingkan modal yang dibutuhkan oleh petani responden dalam melakukan usahataninya (tidak sesuai RUK) sehingga penerapan konservasi tidak dilakukan. Walaupun bantuan modal dari pemerintah masih dirasakan terlalu kecil dibandingkan dengan kebutuhan modal usahatani tetapi petani masih mengharapkan dan sangat tergantung pada bantuan pemerintah. Hal ini menyebabkan petani tidak pernah mandiri dalam melakukan usahatani, ini dibuktikan dengan banyaknya kelompok-kelompok tani yang mengajukan proposal permohonan bantuan usahatani berbagai komoditi ke instansi pemerintah. Untuk mengetahui apakah hipotesis pendapatan dengan menggunakan uji “t” antara usahatani komoditi berbeda pada daerah yang sama serta antara komoditi yang sama pada daerah yang berbeda. Hasil uji “t” usahatani komoditi kentang dengan cabai merah MPHP untuk petani responden di Desa Jejem diperoleh , t hitung > t tabel (9,464 > 1,672) pada taraf kepercayaan 95 persen dan Desa Bah Kecamatan Ketol t hitung > t tabel (10,175 > 1,672). Hasil uji “t” usahatani komoditi yang sama pada daerah yang berbeda untuk usahatani kentang pada taraf kepercayaan 95 persen t hitung > t tabel (10,365 > 1,672) dan pada usahatani cabai merah MPHP t hitung > t tabel (8,154> 1,672) maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan pendapatan antara petani kentang dengan petani cabai merah MPHP. Secara ekonomi hasil uji keuntungan dengan B/C ratio berdasarkan kemiringan lereng di Desa Jejem (Lampiran 14) bahwa pendapatan usahatani kentang yang paling tinggi dan menguntungkan adalah pada kemiringan lereng 15 % - 30 % dengan B/C ratio = 2,26, sedangkan pendapatan usahatani cabai merah MPHP juga pada kemiringan lereng 15 % - 30 % dengan B/C ratio =1,33. Desa Bah usahatani kentang yang paling menguntungkan adalah pada lahan-lahan dengan kemiringan lereng 15 % - 30 % dengan B/C ratio = 1,31 dan pada usahataani cabai merah MPHP juga pada kemiringan lereng 15 % - 30 % dengan B/C ratio = 2,25. Hasil penelitian di kedua Desa Mandiri Pangan diketahui bahwa pola tanam kentang yang dilakukan oleh petani adalah searah lereng, hal ini disebabkan pengalaman usahatani secara turun temurun dimana dari hasil wawancara dengan petani responden mereka sudah pernah menanam kentang serah kontur (memotong lereng) tapi produksi rendah yang disebabkan oleh tingginya kelembaban akibat tanah tergenang air hujan sehingga tanaman mudah diserang penyakit layu/lemas bahkan mati. Sedangkan penanaman cabai merah masih ada yang menanam tanpa menggunakan mulsa plastik hitam perak karena pendapat petani bahwa menggunakan MPHP maka modal yang dikeluarkan lebih tinggi. Perbandingan pendapatan usahatani cabai merah MPHP dengan cabai merah non MPHP dengan menggunakan B/C ratio (Lampiran 16 dan Lampiran 17) menunjukkan bahwa di kedua Desa Mandiri Pangan pendapatan usahatani cabai merah MPHP lebih tinggi daripada usahatani cabai merah MPHP. B/C ratio di Desa Jejem untuk usahatani cabai merah MPHP (1,11) > cabai merah non MPHP (1,03), dan di Desa Bah untuk usahatani cabai merah MPHP (1,98) > cabai merah non MPHP (1,68). Perbedaan pendapatan cabai merah MPHP dan non MPHP ini disebabkan adanya perbedaan biaya produksi, dimana pada usahatani cabai merah MPHP pengeluaran untuk pembelian mulsa plastik masih lebih kecil jumlahnya daripada pengeluaran untuk upah tenaga kerja pada usahatani cabai merah non MPHP. Upah tenaga kerja pada usahatani non MPHP lebih banyak karena adanya kegiatan penyiangan I, II dan III dimana
Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. Volume 2, Nomor 4, Desember 2013: hal. 344-354
353
kegiatan ini tidak perlu dilakukan pada kegiatan usahatani MPHP. Hal ini diperkuat oleh penelitian Kedung Palungpung, 2010 bahwa pemanfaatan mulsa MPHP pada cabai merah lebih menguntungkan dibandingkan non MPHP. Keuntungan yang dirasakan selain peningkatan produksi juga dapat memperbaiki sifat tanah secara fisik dan kimia dimana sifat fisik dan kimia yang membaik akan mempengaruhi biaya yang akan dikelaurkan pada musim tanam berikutnya. Hasil analisa pendapatan dengan menggunakan uji “t” dan B/C ratio serta analisa keuntungan usahatani hortikultura di berbagai kemiringan lereng dengan B/C ratio menunjukkan terdapat perbedaan pendapatan di berbagai kemiringan lereng sehingga hipotesa II dapat diterima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Desa Jejem pendapatan petani pada usahatani kentang lebih tinggi dibandingkan usahatani cabai merah MPHP, sedangkan di Desa Bah Kecamatan Ketol pendapatan usahatani cabai merah MPHP lebih tinggi daripada kentang yang disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya faktor ketinggian tempat, dimana Desa Jejem dengan ketinggian 1400 – 1800 mdpl serta curah hujan tinggi, menurut Balitbang (2006) kurang cocok untuk cabai merah MPHP, disamping itu curah hujan yang tinggi dan sering terjadinya kabut sangat mempengaruhi produksi dan kualitas buah dimana tanaman mudah terserang cendawan yang menyebabkana bunga gugur dan buah cabai busuk. Desa Bah dengan ketinggian 700 – 1200 mdpl lebih sesuai untuk melakukan usahatani cabai merah MPHP walaupun tanaman kentang tumbuh subur pada 500 – 3000 mdpl tetapi menurut Balitbang (2012) bahwa tempat ideal untuk pertumbuhan kentang adalah 1000 – 1300 mdpl. Penanaman kentang pada ketinggian < 1000 mdpl menyebabkan buah kecil-kecil. Disamping itu angin yang terlalu kencang di Desa Bah kurang baik untuk pertumbuhan umbi karena dapat merusak tanaman serta mempercepat penularan penyakit dan vektor penyebar bibit penyaki mudah terbawa kemana-mana. Perbedaan pendapatan antara usahatani kentang dengan usahatani cabai merah MPHP sangat mempengaruhi tingkat pengembalian modal yang dipinjamkan melalui Program Desa
354
Mandiri Pangan, dimana kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pengembalian dan pengembangan dana di Desa Bah Kecamatan Ketol lebih besar daripada Desa Jejem Kecamatan Pegasing. SIMPULAN Perilaku petani hortikultura dalam penerapan konservasi lahan di Desa Mandiri Pangan Kabupaten Aceh Tengah yang ditandai dengan nilai koefisen determinasi (R2) dipengaruhi oleh faktor modal usahatani, luas lahan garapan, pengalaman berusahatani, jumlah tenaga kerja dalam keluarga, umur petani, pendidikan, intensitas pendampingan PPL Uji keuntungan dengan B/C ratio bahwa ushatani kentang di Desa Jejem lebih menguntungkan daripada cabai merah MPHP, di Desa Bah usahatani cabai merah MPHP lebih menguntungkan daripada kentang. Keuntungan pada usahataniu cabai merah MPHP lebih tinggi daripada non MPHP. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dikedua daerah penelitian usahatani yang paling menguntungkan adalah pada kemiringan lereng 15 % - 30 %. Terjadi perubahan sifat kimia tanah pada usahatani cabai merah MPHP dan usahatani kentang pada berbagai kemiringan lereng yaitu 0 – 15 %, 15 % - 30 % dan > 30 %. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB. Cetakan I. Bogor Badan Ketahanan Pangan, 2011, Pedoman Umum Pelaksanaan Desa Mandiri Pangan. Kementrian Pertanian, Jakarta Balitbang, 2011. Budidaya Tanaman Pangan Pada Lahan Kering. Deparatemen Pertanian Jakarta, FAO, 1976. A Frame For Land Evalustion. Roma. Soil Bulletin Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Cetakan keempat. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerapan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta Notoadmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Zainab, Indra, dan M. Rusli Alibasyah. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani Hortikultura