Latar Belakang
1.1
Hasalah
Pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh hampir semua negara disertai dengan perubahan struktur produksi yaitu menurunnya
pangsa
sektor pertanian
dan meningkatnya
pangsa sektor industri baik dalam Produk Domestik Bruto (PDB) maupun dalam kesempatan kerja. struktur
produksi
tersebut
Proses perubahan
merupakan
proses
industrialisasi. Di negara-negara yang termasuk dalam kelompok pendapatan rendah, pangsa sektor industri terhadap PDB meningkat
dari 28 persen pada
t a h u n 1965 menjadi
37
persen pada tahun 1989, sedangkan pada tahun yang sama pangsa sektor pertanian menurun dari 44 persen menjadi 32 persen. periode
Tingkat pertumbuhan
1965-1973
sebesar 2,9 persen, periode 1973-1980
sebesar 2 , l persen dan periode persen.
Sektor
sektor pertanian dalam
industri
1980-1989
dalam
periode
sebesar yang
4,O
sama
menunjukkan tingkat pertumbuhan 8,s persen, 6,6 persen dan 8,6 persen (World Bank, 1991). Republik Korea yang merupakan salah satu negara industri baru dan termasuk kelompok menengah bagian atas (upper
middle
negara pendapatan income) menunjukkan
tingkat pertumbuhan PDB yang tinggi dan relatif stabil selama hampir 25 tahun, yaitu sebesar 9,9 persen dalam
periode 1989.
dan 9 , 7
1965-1980
persen dalam periode 1 9 8 0 -
Tingkat pertumbuhan sektor pertanian dalam periode persen dan
yang sama 3,O
3,3
persen dan 1 2 , 4
industri 1 6 . 4
persen,
sedangkan sektor
persen.
Struktur produksi
menunjukkan penurunan pangsa sektor pertanian yang cukup tajam dari 3 8 persen pada tahun 1 9 6 5 menjadi 1 0 persen pada
tahun
meningkat
sedangkan pangsa
1989,
dari
25
persen pada
sektor industri
tahun
1965
menjadi
44
persen pada tahun 1 9 8 9 (World Bank, 1 9 9 1 ) . Indonesia yang oleh Bank Dunia pernah dikelompokkan k e dalam
negara
berpendapatan
menengah
bagian
bawah
menunjukkan tingkat pertumbuhan PDB sebesar tujuh persen dalam periode
Dalam
1980-1989.
menunjukkan persen, persen.
1965-1980
dan 5 . 3
periode yang
persen dalam periode sama
tingkat pertumbuhan
sektor pertanian persen
4.3
sedangkan sektor industri 1 1 , 9
dan
3,2
persen dan 5 , 3
Pertumbuhan ekonomi Indonesia disertai perubahan
struktur produksi pertanian
dari
58
yang berupa penurunan persen pada
tahun
pangsa
1965
sektor
menjadi
23
persen pada tahun 1 9 8 9 , sedangkan pada periode yang sama pangsa
sektor industri mengalami peningkatan d a r i
persen menjadi 37 persen
(World Bank, 1 9 9 1 ) .
Dalam kurun waktu 1 9 6 5 produksi
yang
dialami
13
oleh
-
1989
perubahan struktur
negara
pendapatan
rendah
yaitu penurunan pangsa sektor pertanian dan peningkatan pangsa sektor industri berturut-turut
sebesar 1 2 persen
dan
sembilan
persen
dan
persen, 24
sedangkan
persen.
Dengan
Indonesia demikian
sebesar
35
Indonesia
mengalami perubahan struktur produksi yang lebih cepat dibandingkan dengan kelompok negara
pendapatan
rendah
lainnya. S e l a i n terjadi perubahan struktur produksi y a n g dinyatakan dalam penurunan pangsa sektor pertanian dan peningkatan mengalami
sektor industri dalam
perubahan
PDB, Indonesia
struktur kesempatan
kerja
yang
kurang seimbang. Keadaan tahun 1985 menunjukkan pangsa sektor pertanian dalam PDB sebesar 22,9 pangsa
kesempatan kerja
56.1
persen,
persen dengan sementara
itu
pangsa sektor industri dalam PDB sebesar 15,6 persen dengan
pangsa
kesempatan
kerja
s e b e s a r 8,2 p e r s e n
(Anwar, 1992). Kenyataan menunjukkan bahwa hampir semua negara dalam
jangka panjang
mengalami
ha1 yang
sama yaitu
pertumbuhan ekonomi disertai penurunan pangsa sektor pertanian dan peningkatan pangsa sektor industri, dengan kecepatan dan besar perubahan bagi setiap negara tidak sama, karena pengaruh faktor-faktor yang berbeda. Walaupun sektor pertanian menunjukkan pangsa terhadap PDB yang menurun, kecepatan relatif tinggi. h a s i l penelitian pertumbuhan
Bank
tetapi
tumbuh dengan
Kenyataan ini sesuai dengan
Dunia
tentang
hubungan
antara
sektor pertanian dengan pertumbuhan ekonomi
di
negara
sedang
menunjukkan bahwa
berkembang.
Hasil
penelitian
sebagian besar negara-negara
dimana
pangsa sektor pertanian dalam P D B lebih dari 20 persen pada
t a h u n 1970, menunjukkan tingkat pertumbuhan
sebesar lima persen dan
pertumbuhan sektor pertanian
l e b i h d a r i t i g a persen. pertumbuhan
PDB
Pada negara-negara
sektor pertanian
hanya
dengan
satu persen
atau
kurang, menunjukkan tingkat pertumbuhan P D B yang rendah yaitu kurang dari tiga persen (Timmer, 1988). J i k a hasil penelitian tersebut dikaitkan d e n g a n Indonesia, maka untuk mengupayakan pertumbuhan P D B yang t i n g g i harus disertai atau didukung oleh pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi. Permasalahannya terletak pada
strategi apa yang harus diterapkan supaya sektor
pertanian t u m b u h d e n g a n kecepatan relatif t i n g g i d a n mendukung pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Meskipun
ekonomi
Indonesia telah mengalami
perubahan struktur produksi yang cukup berarti, tetapi sektor pertanian masih tetap memegang peranan yang pada umumnya lebih besar dibandingkan sektor lain. Lebih jauh lagi sektor pertanian penyedia
merupakan
bahan makanan,
(a) sumber utama
(b) sumber penghasil dana
investasi atau penghasil pajak,
(c) sumber penghasil
d e v i s a yang diperlukan untuk mengimpor barang modal, bahan baku d a n bahan penolong
(d) pasar dalam negeri
untuk menampung hasil produksi industri pengolahan dan
sektor bahan pertanian
lainnya serta (e) sumber masukan
bagi sektor lainnya (Johnston and Mellor, 1961). Peranan dan tantangan sektor pertanian ditegaskan dalam pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia d i depan sidang Dewan Perwakilan Rakyat tanggal 15 Agustus 1992, sebagai berikut
:
Sektor pertanian harus tetap mampu mendukung penyediaan pangan yang cukup bagi rakyat kita. Sektor pertanian harus mampu meningkatkan efisiensi d a n keandalannya dalam menghasilkan bahan-bahan mentah yang dibutuhkan oleh industri dalam negeri. Sektor pertanian harus mampu menjadi pasaran yang handal bagi hasil-hasil s e k t o r industri. S e k t o r p e r t a n i a n j u g a h a r u s m a m p u m e n i n g k a t k a n nilai t a m b a h hasil-hasil produksinya melalui perbaikan mutu dan peningkatan pengolahan hasil-hasil tersebut. Dan akhirnya, sektor pertanian harus mampu melaksanakan itu semua dengan jumlah tenaga kerja yang makin tepat karena dengan makin pesatnya industrialisasi akan makin banyak tenaga kerja y a n g tersedot oleh sektor industri, sektor jasa yang beraneka r a g a m d a n s e k t o r - s e k t o r lainnya. I n i b e r a r t i b a h w a sektor pertanian harus mampu meningkatkan secara terus menerus produktifitas tenaga kerjanya melalui peningkatan ketrampilan dan melalui pengembangan caracara baru dan pemanfaatan teknologi-teknologi baru dibidang pertanian. Untuk berperan sebagai pendukung industrialisasi yang tangguh sektor pertanian harus kita buat makin efisien, makin produktif dan dinamis. Dengan d e m i k i a n , j e l a s bahwa dalam era i n d u s t r i a l i s a s i pembangunan sektor pertanian sama sekali t i d a k dapat diabaikan. Sebaliknya, h a r u s semakin kita t i n g k a t k a n seiring dengan laju pembangunan industri. S e k t o r pertanian t e r d i r i a t a s subsektor t a n a m a n pangan, perkebunan, perikanan, kehutanan dan peternakan. Dengan
meningkatnya
PDB
terjadi perubahan
struktur
permintaan terhadap s u b sektor tersebut yang mendorong perubahan
investasi
mengakibatkan
dan
perubahan
teknologi
yang
perubahan kemampuan untuk memenuhi
permintaan dalam negeri, melakukan ekspor dan mengurangi ketergantungan terhadap
luar negeri yaitu dengan
meningkatkan produksi pengganti impor. Perubahan-perubahan mengakibatkan
pertumbuhan
tersebut pada gilirannya subsektor-subsektor
pertanian
yang secara keseluruhan mengakibatkan perubahan tingkat pertumbuhan sektor pertanian. permintaan dalam negeri, impor dan perubahan
Dengan demikian perubahan
perubahan
ekspor, substitusi
teknologi merupakan
sumber-sumber
pertumbuhan. Kecepatan pertumbuhan setiap subsektor bahkan setiap komoditi pertanian berbeda satu sama lain sebagai akibat
dari
pengaruh
sumber-sumber
pertumbuhan
yang
berbeda. Oleh karena itu disamping terjadi pertumbuhan s u b s e k t o r pertanian juga t e r j a d i perubahan struktur produksi
.
Disamping sumber-sumber pertumbuhan, kebijaksanaan pemerintah merupakan
faktor penting
dalam menentukan
laju pertumbuhan dan perubahan struktur produksi ekonomi Indonesia. Secara garis besar,
kebijaksanaan pemerintah
yang dilaksanakan sejak tahun 1971 sampai dengan 1990 yaitu kebijaksanaan substitusi impor yang dalam
periode
1971-1985
dan
berlangsung
kebijaksanaan orientasi
ekspor yang berlangsung sejak tahun 1985. Pertumbuhan suatu subsektor pertanian mempunyai keterkaitan
baik
k e depan maupun
k e belakang
dengan
subsektor lainnya. Investasi disuatu subsektor pertanian t e r t e n t u membutuhkan masukan d a r i subsektor lain dan menghasilkan keluaran yang dipasok ke subsektor lainnya. Dengan
demikian perubahan
keterkaitan
antara
sektor
pertanian dengan sektor lainnya mengakibatkan perubahan alokasi
sumber
daya
yang
akhirnya .mengakibatkan
pertumbuhan dan perubahan struktur produksi. Sektor yang erat kaitannya dengan sektor pertanian adalah industri pengolahan hasil pertanian.
Pertumbuhan
industri pengolahan hasil pertanian mempunyai hubungan dengan pertumbuhan sektor pertanian. Untuk dapat merumuskan kebijaksanaan yang dapat mendorong
pertumbuhan
sektor pertanian yang mendukung
industrialisasi, maka terlebih dahulu h a r u s memahami pertumbuhan
dan perubahan
pertanian dalam
struktur produksi
industrialisasi.
sektor
Pemahaman ini dapat
dilakukan dengan menganalisis sumber-sumber
pertumbuhan
sektor pertanian dalam industrialisasi dan keterkaitan antara
sektor pertanian dengan sektor industri dalam
kurun waktu 1971-1990. Dengan pemahaman
tersebut diharapkan dapat
memberikan kejelasan tentang pertumbuhan dan perubahan struktur produksi sektor pertanian dalam industrialisasi d i Indonesia.
1.2,
Perurnusan Masalah
Indonesia telah mengalami pertumbuhan dan perubahan struktur produksi yang relatif cepat dibandingkan dengan kelompok negara pendapatan
rendah
lainnya.
n e g a r a penghasil minyak bumi d a n g a s alam, d a p a t mengandalkan pertumbuhan
negeri
dikendalikan.
mengimbangi
luar negeri
Permintaan dan harga migas dipasar luar
merupakan
pertumbuhan
Indonesia
ekonomi kepada ekspor
migas selama permintaan dan harga dipasar menguntungkan.
~ebagai
faktor
Oleh karena harus
dicari
penurunan
eksternal itu untuk
yang
kelangsungan
alternatif
penerimaan
sulit
ekspor
lain
untuk
migas
yaitu
dengan meningkatkan ekspor non migas. Mengeksploitasi sumber daya alam untuk ekspor cenderung memperlambat perkembangan tradeable soods yang lainnya bahwa
(Chenery, 1986) perkembangan
.
Dengan demikian mudah difahami
tradeable
soods
di
Indonesia
mengalami kelambatan karena terlalu mengandalkan kepada ekspor migas pada masa lalu. Upaya meningkatkan ekspor non migas meliputi barang-barang
hasil pertanian dan industri. Agar supaya
barang-barang negeri,
perlu
substitusi
non migas
mampu
dipersiapkan
impor
dengan
bersaing dengan
sasaran
dipasar
baik.
untuk
luar
Periode
mengembangkan
industri dalam negeri dan memperkuat keterkaitan inputoutput antar sektor, merupakan persiapan yang diperlukan
sebelum suatu perekonomian dapat bersaing dengan sukses di pasar strategi
Dunia d a n beralih kepada develovment
Open
(
export
led a t a u
Kubo,'1986).
H a s i l penelitian Bank Dunia menunjukkan bahwa negara-negara pertumbuhan pertanian
berkembang
tinggi
yang
didukung
yang tinggi,
mengalami
oleh
kecuali
tingkat
pertumbuhan
sektor
negara-negara
mengandalkan kepada ekspor hasil pertambangan. perkataan
lain dalam keadaan dimana
pertambangan pertumbuhan
tidak dapat
diandalkan,
yang
Dengan
ekspor hasil maka
tingkat
sektor pertanian harus cukup tinggi untuk
mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan mengupayakan pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi dan mampu mendukung pertumbuhan sektor lain, berarti pertumbuhan ekonomi didukung oleh sektor yang dapat diperbaharui yang berkelanjutan. dibarengi
lebih menjanjikan
Pertumbuhan
dengan
semakin
pertumbuhan
sektor pertanian
kuatnya
keterkaitan
yang antar
sektor pertanian dengan sektor lainnya akan menciptakan kepastian
dan perluasan
pasar.
Selanjutnya dapat diutarakan perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana proses pertumbuhan dan perubahan struktur produksi sektor pertanian dalam industrialisasi. Seperti diketahui bahwa pertumbuhan dan perubahan
struktur produksi dipengaruhi oleh alokasi
sumber daya, sedangkan alokasi sumber daya ditentukan
oleh perubahan struktur permintaan domestik, perdagangan Internasional dan perubahan teknologi. Semuanya tidak terlepas dari kebijaksanaan
pemerintah yang berlaku
yaitu kebijaksanaan substitusi
impor dan orientasi
ekspor. Proses pertumbuhan dan industrialisasi disajikan dalam gambar 1. Dengan demikian perumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pertumbuhan dan perubahan struktur produksi sektor pertanian dalam industrialisasi ditinjau dari : 1.
Perubahan struktur permintaan domestik, perdagangan internasional dan perubahan teknologi dalam masa kebijaksanaan substitusi impor dan orientasi ekspor.
2.
Perubahan keterkaitan antar sektor dalam masa kebijaksanaan substitusi impor dan orientasi ekspor. 1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ialah 1.
:
Untuk memperoleh pemahaman tentang pertumbuhan dan perubahan struktur produksi sektor pertanian baik dalam periode kebijaksanaan substitusi impor maupun orientasi ekspor
2.
Menganalisis permintaan
domestik dan perdagangan
internasional sebagai sumber pertumbuhan baik dalam periode kebijaksanaan substitusi impor maupun orientasi ekspor.
3.
Menganalisis pertumbuhan
perubahan baik
teknologi sebagai
dalam
periode
sumber
kebijaksanaan
substitusi impor maupun orientasi ekspor. 4.
Menganalisi
perubahan
keterkaitan
antara
sektor
pertanian dengan sektor lainnya yang terdiri atas keterkaitan output, nilai tambah dan tenaga kerja, baik dalam periode kebijaksanaan substitusi impor maupun orientasi ekspor.