10: Sepuluh Kisah tentang Kemurahan Tuhan oleh Jadi S. Lima
Lima, Jadi S. 10 Kisah tentang Kemurahan Tuhan / oleh Jadi S. Lima; Jakarta: FiatLux!, 2016 100 hlm; 19 cm
DAFTAR ISI SEKAPUR SIRIH..........................................................3 YAKUB...........................................................................6 LEA...............................................................................16 TAMAR........................................................................25 RAHAB.........................................................................34 NAOMI.........................................................................44 HANA...........................................................................53 HOFNI dan PINEHAS................................................63 SAMUEL......................................................................68 IKABOD.......................................................................75 Anak-anak Samuel.......................................................84 TENTANG PENULIS..................................................97
“Because thy lovingkindness is better than life, my lips shall praise thee.” - King David
Sepuluh Kisah
SEKAPUR SIRIH Orang-orang Ibrani mengumpulkan kisah-kisah klasik yang telah turut membentuk kesadaran dari milyaran orang di dunia modern, baik para penganut Yudaisme, Kekristenan, maupun orang-orang Modern dan Postmodern lainnya baik
yang
menyebut
dirinya
sebagai
'sekuler',
'freethinkers', 'seekers' atau 'Spiritual tetapi Atheis dalam pengertian Tradisional' atau juga mereka, yang seperti Anne Rice, menyebut diri sebagai pengikut Yesus Kristus tetapi bukan warga 'Gereja'. Dalam buku kecil ini saya menuangkan permenungan pribadi saya akan kisah-kisah itu. Kisah-kisah ini adalah mengenai sepuluh orang yang dipakai
TUHAN
dalam
sejarah
keselamatan
untuk
menunjukkan kemurahan-Nya pada umat manusia dan memberikan
pengharapan
bagi
segala
makhluk.
Kesepuluh kisah ini bukanlah mengenai para pahlawan dengan tindakan-tindakannya yang gagah berani tanpa memikirkan pamrih pribadi. Sebaliknya, orang-orang 3
Sepuluh Kisah
dalam kesepuluh kisah ini adalah pribadi-pribadi yang memiliki banyak kekurangan, tetapi dalam kesepuluh kisah itu ada satu hal yang sama, yaitu: mereka berjalan mengikuti
Allahnya
kelemahan-kelemahan
Abraham mereka
dan
di
tidaklah
tangan-Nya menghalangi
kekuatan kuasa-Nya untuk menggenapkan maksudmaksud-Nya yang baik. Ini adalah sepuluh kisah tentang kemurahan Tuhan yang tidak dihalangi oleh kekejaman, kedengkian dan kebencian dan macam-macam kebodohan manusia lainnya. Permenungan-permenungan ini saya tulis pada awalnya sebagai bahan renungan harian bagi pelbagai acara retreat yang diadakan di gereja atau sekolah tempat saya bekerja. Tentu saja sepuluh meditasi dari kisah-kisah Yakub, Lea, Tamar, Rahab, Naomi, Hana, Hofni dan Pinehas, Samuel, Ikabod, dan Anak-anak Samuel ini bukanlah dimaksudkan sebagai kata akhir bagi tafsir Kitab Suci. Sebagai pelajar Alkitab yang dengan tertatih-tatih terus belajar membaca Buku Tuhan tersebut saya tentu membuat banyak 4
Sepuluh Kisah
kesalahan membaca yang barangkali bersumber dari kenaifan, arogansi, dan kebodohan yang menutupi cemerlangnya pengharapan yang terkandung dalam kisahkisah Penyelamatan yang dilakukan TUHAN tersebut. Walaupun
demikian
saya
percaya
bahkan
melalui
kelemahan manusia pun Ia yang suka Nama-Nya dilekatkan kepada kita itu dapat menerangi hati, menegur kesalahan, dan memanggil kita untuk pulang ke pelukan Bapa yang terus menantikan kita berbalik dari kejahatan kita untuk masuk ke dalam kegembiraan, kebebasan, pengampunan dan kehidupan. Doa saya bagi para pembaca adalah agar anda sekalian menemukan melalui kisah-kisah
ini
bagaimana
Tuhan
yang
perkasa
menunjukkan kemurahannya kepada kita dan bagaimana kemurahan-kemurahan
Tuhan
di
dalam
kisah-kisah
Perjanjian Lama ini menemukan kegenapannya di dalam datangnya Kerajaan TUHAN di seputar kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus dari Nazaret. Jakarta, 28 Juli 2016 5
Sepuluh Kisah
YAKUB “Pada malam itu Yakub bangun dan ia membawa kedua istrinya, kedua budaknya perempuan dan kesebelas anaknya, dan menyeberang di tempat penyeberangan sungai Yabok. Sesudah ia menyeberangkan mereka, ia menyeberangkan juga segala miliknya. Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing.” (Kej. 32:22-24) Bacaan Alkitab: Kejadian 32: 1-32 Dua puluh tahun sebelumnya (Kej. 31:38) Yakub menyeberangi sungai Yordan dengan tangan hampa, kini ia akan menyeberanginya dengan membawa ‘dua pasukan’ harta benda yang diperolehnya selama ia tinggal di rumah Laban (32:10). Dulu Yakub lari meninggalkan rumah ayahnya karena takut kepada Esau, kakak kembar yang bertekad ingin membunuhnya (27:41). Esau marah karena berkat, yaitu hak kesulungannya telah dirampas oleh
6
Sepuluh Kisah
Yakub dengan tipu daya (27:1-40). Dengan demikian Yakub, yang namanya mencerminkan ambisinya yang besar untuk merubah nasibnya sebagai ‘si nomor dua’ dengan cara apapun, telah menghidupi nama yang diberikan orang sejak hari lahirnya itu. Si Nomor Dua itu datang dengan setumpuk bukti bahwa dia bukanlah Nomor Dua lagi. Tetapi benarkah hantu-hantu masa lampaunya telah mati? Bukankah dia sedang pulang kembali kepada Ishak karena Laban, mertuanya yang licik itu telah 'berubah muka' terhadapnya? Maka dapat dikatakan, walaupun dengan setumpuk harta benda, yang bahkan telah lebih banyak daripada yang dimiliki Laban sendiri, Yakub sebenarnya masih 'kosong' seperti dahulu ketika ia lari dari rumah ayahnya? Bahkan hutangnya pun masih sama: Yakub masih berstatus buronan. Kakak kembarnya, Rival Nomor Satu, anak emas ayah yang memiliki segala yang Yakub selalu inginkan, masih di sana menantikannya – bukan untuk menerimanya sebagai anak hilang yang kembali pulang barangkali – tetapi sebagai 7
Sepuluh Kisah
Tikus
Pecundang
persembunyian.
yang
Itulah
muncul sebabnya
kembali dengan
dari segala
kesuksesannya, Yakub tak dapat tidur tenang di malam hari. Kini di sungai Yabok (yang namanya berarti ‘tempat pengosongan’) si Yakub kembali ke titik awal. ‘Back to square one’. Duapuluh tahun sebelumnya Yakub telah berusaha mengambil hak kesulungan itu dari tangan Esau dengan mempertaruhkan keselamatan jiwanya, kini ia seolah ingin membeli kembali kehidupan yang aman dari amukan Esau dengan apa yang ia peroleh sebagai hasil pergulatannya dengan Esau itu. Yakub berharap dengan “dua ratus kambing betina dan dua puluh kambing jantan, dua ratus domba betina dan dua puluh domba jantan, tiga puluh unta yang sedang menyusui beserta anak-anaknya, empat puluh lembu betina dan sepuluh lembu jantan, dua puluh keledai betina dan sepuluh keledai jantan” ia dapat meredakan amarah kakaknya, sehingga Esau tidak jadi 8
Sepuluh Kisah
membunuhnya (32: 5, 14-15). Ini adalah mirip dengan kesia-siaan orang yang mengorbankan keluarga demi kekayaan, lalu di masa tuanya berusaha menebus kembali kehangatan kasih anak-istri dengan melimpahi mereka dengan segala harta benda, hanya untuk mendapati dirinya diperlakukan seperti sebagai sebuah mesin ATM belaka. Dua puluh tahun setelah pelariannya, harta benda Yakub telah bertambah-tambah secara luar biasa. Allah telah memberkati Yakub jauh melebihi apa yang ia layak dapatkan dan dapat bayangkan. Di satu sisi rasanya tidak percuma segala apa yang telah ia korbankan, Yakub telah menipu ayahnya, meninggalkan ibu yang disayanginya (ketika ia kembali Ribka, ibunya telah meninggal), bahkan meninggalkan hak waris yang justru hendak direbutnya dari Esau selama dua puluh tahun, tetapi ia telah mendapatkan gantinya. Ia telah memiliki segala-galanya kini. Di rumah Laban ia telah menjadi besar. Tetapi, dengan menyuruhnya pulang, Allah Abraham telah memaksa Yakub untuk menghadapi lagi mimpi buruknya 9
Sepuluh Kisah
dua puluh tahun yang silam. Ia harus kembali berhadapan dengan Esau yang marah. Maka, setelah ia selesai menyeberangkan segala miliknya, ia menyepi di tempat penyeberangan sungai Yabok itu untuk bergumul dengan Allahnya. Di tepi sungai Yabok itulah Allah ‘mengosongkan’ Yakub kembali. Seumur hidup kita mungkin bergumul untuk mengubah apa yang tidak kita sukai dari kehidupan ini. Seperti Yakub, kita bergumul dengan manusia. Yakub bergumul denga ayah
yang
jelas-jelas
menganak-emaskan
kakak
kembarnya. Sampai akhirpun Yakub tega menipu ayahnya yang sudah tigaperempat buta itu. Bayangkan betapa frustrasi Yakub untuk mendapatkan berkat dari ayah itu! Dan ketika akhirnya ia ‘berhasil’ mendapatkan berkat dari sang ayah, kembali nasib baik itu meleset dari tangan Yakub. Ia harus meninggalkan segala yang baru saja diperolehnya oleh karena ancaman ngeri dari Esau. Di rumah Laban Yakub kembali bergumul dengan ketidakadilan. Laban berulang kali menipu upahnya. Mulai dari 10