21 Meditasi tentang Kemurahan oleh Jadi S. Lima
Lima, Jadi S. 21 Meditasi tentang Kemurahan / oleh Jadi S. Lima; Jakarta: FiatLux!, 2016 179 + 4 hlm; 19 cm
Daftar Isi Kasihi dan Lakukan yang Kau Ingini.......................1 Que Sera, Sera..........................................................7 Sang Raja telah Datang..........................................15 Apanya yang Luar Biasa?.......................................25 Bonus......................................................................30 Kado.......................................................................36 Adil.........................................................................45 Apakah Mandat Budaya itu?..................................51 Kebersamaan..........................................................57 Komunitas...............................................................66 Allah, Tuhan, dan TUHAN.....................................74 Mengalami Tuhan Secara Pribadi...........................80 Berjumpa dengan TUHAN sebagai Pribadi...........89 Kristus Yesus: Penyingkapan Diri Allah yang Sempurna................................................................96 Coram Deo: Hidup di Hadapan Wajah TUHAN. .105 Sampai Maut Memisahkan Kita...........................114 Revolusi Teknologi Informasi dan Bijaksana.......126 SEJARAH si AKU...............................................134 SESAMA..............................................................142 Kebenaran, Kehormatan, dan Cinta......................152 Nyaman.................................................................170 TENTANG PENULIS..........................................179
KATA PENGANTAR Buku kecil ini adalah kumpulan ke tiga dari meditasimeditasi yang saya pernah tuliskan di berbagai kesempatan di media lokal gereja, di dinding media sosial saya, renungan pagi untuk acara retreat gereja dan juga sekolah. Saya berharap tulisan-tulisan ini berguna bagi para pembaca dalam mengenali diri secara lebih jujur dan terutama juga dalam semakin mengenal betapa dalam, tinggi dan luasnya kasih Tuhan kepada kita di dalam Yesus Kristus dan bagaimana menyambut panggilan untuk menjadi saksi, model komunitas dan agen dari datangnya Pemerintahan Kasih dalam dunia ini. Ad maiorem Dei gloriam!
Jakarta, 18 Agustus 2016 J.S. Lima
Duapuluhsatu Meditasi
Kasihi dan Lakukan yang Kau Ingini “Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran.” - Amsal 10:12 Ada pertengkaran yang baik dan perlu, tetapi saya percaya, lebih banyak pertengkaran yang tidak baik dan tidak perlu. Bagaimana membedakan diantara kedua jenis pertengkaran ini? Yang membedakan diantara keduanya adalah pada apa yang dipertengkarkan dan apa yang mendorong kita untuk mempertengkarkannya. Orang yang berhati sempit mempertengkarkan segala sesuatu, mereka tidak dapat mengapresiasi keragaman. Mereka tidak tahan dengan orang-orang yang memiliki pandangan berbeda mengenai segala sesuatu. Bagi orang jenis ini, pandangan yang berbeda mengenai makanan seperti apa yang tidak enak, enak, atau sangat enak patut dijadikan pokok perdebatan. Bagi mereka orang-orang yang tidak sepaham adalah orang-orang yang berselera rendah, salah mengerti mereka, atau arogan atau idiot. Tetapi dalam kasus yang lain, pokok pertengkarannya adalah hal-hal yang memang 1
Duapuluhsatu Meditasi patut diperdebatkan dan diperkarakan. Bagaimana kita membedakannya? Saya pikir ini mencerminkan sistem nilai kita. Apa yang kita pandang berharga dan tidak. Orang yang mempertengkarkan dengan sengit makanan mana yang enak dan mana yang sampah mungkin memang memandang urusan selera makan sebagai sesuatu yang teramat penting. Mungkin tuhan mereka adalah perut atau lidah mereka. Dipandang dari perspektif datangnya Kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus, saya kira pertengkaran urusan tetek bengek semacam ini hanyalah membuang-buang waktu saja. Tetapi ada juga pertengkaran yang sungguh-sungguh patut diperjuangkan. Ini adalah urusan-urusan yang memang penting. Bukan hanya penting bagi saya atau kamu, karena baik saya maupun kamu bukanlah sesuatu yang sebegitu pentingnya, tetapi penting dalam urusan Kerajaan Allah. Misalnya, urusan keadilan, urusan pelurusan sejarah, urusan distribusi penghasilan dan pemerataan kesempatan bekerja di tengah situasi dimana kekayaan 100 orang tertentu di dunia ini masih lebih besar daripada tigasetengah milyar penduduk dunia, urusan kebenaran dalam membaca Alkitab, dalam Dogmatika dan Teologia, dalam usaha untuk melayankan Injil, dan lain lain. Saya kira urusan-urusan ini patut dipertengkarkan dimana perlu, sementara urusan 2
Duapuluhsatu Meditasi mengenai siapa benar siapa salah yang ujungnya hanyalah menentukan siapa yang akan terlihat lebih bergengsi atau pintar, tidaklah patut dipertengkarkan. Tetapi di dalam urusan yang penting inipun kejahatan dapat mengintip dan menyusup. Dalam banyak keadaan, bahan bakar yang diperlukan untuk orang mencermati argumen lawan, melakukan riset kecil untuk menelanjangi kebodohan lawan di facebook atau milis kristen, dan keberanian memakai retorika setajam silet, dan sebagainya, berasal dari KEMARAHAN, KEJENGKELAN, atau bahkan KEBENCIAN terhadap lawan bicara itu sendiri. Tentu saja kita tahu bahwa kita harus membenci dosa tetapi mengasihi para pendosa, tetapi seringkali itu hanyalah retorika yang kita pakai untuk membungkus dosa kesayangan kita. Akhir kata, biarlah akar yang mendorong kita untuk bertindak atau tidak bertindak, menegur atau menahan diri dari menegur, bertengkar atau menolak untuk terlibat dalam pertengkaran, adalah kasih. Agustinus dari Hippo pernah mengatakan dalam sebuah homili mengenai surat 1 Yoh. 4:8, “Once for all, then, a short precept is given thee: Love, and do what thou wilt: whether thou hold thy peace, through love hold thy peace; whether thou cry out, through love cry 3
Duapuluhsatu Meditasi out; whether thou correct, through love correct; whether thou spare, through love do thou spare: let the root of love be within, of this root can nothing spring but what is good. " - Sumber: Nicene and Post-Nicene Fathers, First Series, Vol. 7. Edited by Philip Schaff. (Buffalo, NY: Christian Literature Publishing Co., 1888. Dari akar kebencian di dalam hati kita akan timbul segala pertengkaran yang tidak memuliakan Tuhan, menimbulkan kepahitan, kecurigaan dan sakit hati di antara sesama saudara. Kasih akan menutupi segala pelanggaran, bukan dalam pengertian kita menutup-nutupi kesalahan atau pelanggaran hukum yang dibuat oleh sesama kita. Sakralnya kebenaran harus diakui, dihormati dan bahkan kala perlu, dibela, tetapi hendaknya segala ‘perjuangan’ itu keluar dari akar yang manis, yaitu kita ingin mengasihi sesama kita sebagai perwujudan kasih kepada Allah, dan bukan didorong oleh rasa ingin terlihat menang atau tidak ingin terlihat payah. Untuk ini kita harus berani jujur. Apakah bahan bakar dalam dada yang mendorong kita berdebat, bertengkar, bahkan berpisah adalah kasih kepada Yesus dan sesama, ataukah arogansi? Kiranya Tuhan memberikan kepada kita hati yang berani.
4
Duapuluhsatu Meditasi
“Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia. Mereka berasal dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal-hal duniawi dan dunia mendengarkan mereka. Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan. Allah adalah kasih. Saudarasaudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorangpun 5
Duapuluhsatu Meditasi yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.” - 1 Yohanes 4:4-12 Jakarta, 7 Juni 2014
6
Duapuluhsatu Meditasi
Que Sera, Sera “Anybody who has survived his childhood has enough information about life to last him the rest of his days.” ― Flannery O'Connor, “Mystery and Manners: Occasional Prose” Semua bayi akan bertumbuh besar, jika kematian tidak datang menghadang. Semua orang dewasa, akan menjadi tua, jika kematian tidak menginterupsinya. Semua orang tua akan mati, jika akhir jaman tak keburu tiba duluan. Pendek kata, proses penuaan dan kematian adalah salah satu hal yang paling pasti di dalam hidup manusia. Anehnya, kita tidak suka memikirkan maupun membicarakannya. Kebanyakan kita terlalu pengecut untuk menerima kenyataan bahwa tubuh kita akan rusak dan kita semua akan menjadi bangkai suatu hari kelak. Sebagai akibatnya, kita tidak memikirkan apa konsekuensi dari masa depan yang pasti ini. Tambahan lagi, kita ini sering terobsesi dengan hal-hal lain yang tidak pasti, lalu menjadi kuatir karena hal-hal itu tidak pasti. Misalnya, kita kuatir dengan jumlah dan letak jerawat di wajah kita, kita kuatir 7
Duapuluhsatu Meditasi dengan pandangan kawan-kawan dan musuh kita mengenai selera musik kita - apakah akan dianggap cool atau katro, mengenai cara bicara kita, mengenai isi pembicaraan kita, mengenai pilihan baju kita, dan segudang hal tak pasti yang lain. Ada sebuah lagu yang pernah saya dengar sewaktu saya kecil dulu, mengungkapkan hal ini dengan baik: “When I was just a little girl, I ask my mother, what will I be? Will I be pretty? Will I be rich? Here’s what she said to me: ‘que sera, sera, whatever will be will be, the future’s not ours to see, que sera, sera’” Tentu saja lagu ini tidak mengajarkan kita untuk bersikap masa bodoh terhadap masa depan, seperti yang dengan bodohnya dikatakan beberapa orang mengenai arti syair lagu ini. Jika kita membaca syair lagunya secara keseluruhan, bijaksana yang hendak diajarkan si pengarang adalah bahwa masa depan tidak dapat kita ketahui sekarang, apa yang akan terjadi, masih belum terjadi - jadi kita masih harus menunggu untuk mengetahuinya. The future is not ours to see. Ini berarti juga menerima dengan ikhlas keterbatasan kita sebagai mahluk ciptaan, sementara kita tahu bahwa esensi dosa adalah penolakan terhadap kemakhlukan kita tersebut. 1 1
Sebenarnya Allah dapat saja melakukan segala sesuatunya dalam sekejap mata, tetapi mengapakah Ia mengijinkan ada proses? Dengan kata lain, mengapa ada sejarah? Mengapakah ada waktu jika Allah begitu Maha
8