BAB II LANDASAN TEORI Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua penelitian harus berlandaskan teori yang relevan dengan masalah yang diteliti. Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang uraian pemecahan masalah yang akan
ditemukan
pemecahannya
melalui
pembahasan-pembahasan
secara
teoritis.Bab ini menjelaskan mengenai konsep – konsep dan definisi mengenai perencanaan laba, break even point, dan sewa – menyewa. 2.1 Hakikat Perencanaan Laba 2.1.1
Pengertian Perencanaan Perencanaan
adalah
suatu
proses
mengembangkan
tujuan
perusahaan dan memilih kegiatan – kegiatan yang akan dilakukan dimasa mendatang untuk mencapai tujuan tersebut 1 . Pengambilan keputusan merupakan bagian dari perencanaan yang berarti menentukan atau memilih akternatif pencapaian tujuan dari beberapa alternative yang ada. Keputusan
tersebut
mencakuppenentuan
tujuan
perusahaan,
pengembangan kondisi lingkungan agar kondisi tersebut tercapai, pemilihan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, penentuan langkah – langkah untuk menerjemahkan rencana – rencana menjadi kegiatan yang sebenarnya, melakukan perencanaan kembali untuk memperbaiki kesalahan yang telah terjadi. Perencanaan berarti kegiatan menetapkan tujuan organisasi dan memilih cara yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan dilakukan untuk mengarahkan kegiatan organisasi 2 . Sedangkan secara sederhana perencanaan merupakan upaya tindakan berhati – hati sebelum melakukan sesuatu agar apa yang dilakukan dapat berhasil dengan baik3 Perencanaan merupakan fungsi pertama manajemen. Perencanaan ini dilakukan secara terus – menerus karena dengan berlalunya waktu, 1
Welsch, Hilton, Gordon,2000, Anggaran Perencanaan dan Pengendalian Laba, Salemba Empat, Jakarta, hal. 03 2 Gunawan Adisaputro dan Yunita Anggarini,Op.cit, hal. 06 3 Muhammad Nafarin, 2004, Penganggaran Perusahaan, Salemba Empat, Jakarta, hal. 04
5
perusahaan perlu melaksanakan perencanaan kembali dan membuat rencana – rencana baru. Terdapat
dua
jenis
perencanaan
manajemen
yang
dapat
diidentifikasi, yaitu4: 1. Perencanaan Strategik Perencanaan strategic difokuskan pada tujuan peruxsahaan dan secara keseluruhan mempengaruhi sekuruh fungsi manajemen, melibatkan konsekuensi yang menyekuruh dan jangka panjang. 2. Perencanaan Taktis Dalam perencanaan taktis ini dirumuskan tujuan perusahaan untuk mengembangkan
kebijakan
kinerja
yang diharapkan.
Dimensi
waktunya mencakup jangka waktu pendek hingga menengah. Perencanaan taktis difokuskan pada tingkatkan yang telah diberi wewenang
dan
tanggungjawab,
dan
mernyediakan
“informasi
anggaran” untuk laporan presentasi atau kinerja. 2.1.2 Perencanaan sebagai Salah Satu Fungsi Manajemen Fungsi manajemen menurut George R. Terry ada empat meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling). Keempat fungsi manajemen tersebut
dapat
disederhanakan
menjadi
tiga
yaitu
perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan. Fungsi pengorganisasian digabungkan menjadi fungsi perencanaan. Pengorganisasian merupakan sistem kegiatan pembagian kerja dari sekelompok orang agar dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Oleh karena pengorganisasian hanya mencakup kegiatan pembagian kerja, berarti kegiatan tersebut belum dilaksanakan, sehingga pengorganisasian dapat digabungkan dalam perencanaan. Perencanaan merupakan tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi mengenai gambaran kegiatan yang dilakukan pada waktu yang akan datang dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan berarti menentukan sebelumnya kegiatan yang mungkin dapat dilakukan dan 4
Gunawan Adisaputro dan Yunita Anggarini,Op.cit, hal. 06
6
bagaimana cara melakukannya. Tujuan utama perencanaan adalah memberikan proses umpan maju (feed forward) agar dapat memberikan petunjuk kepada setiap manajer dalam pengembilan keputusan operasional sehari – hari5. 2.1.3 Pengertian Laba Pusat laba adalah suatu pusat tanggung jawab dimana manajer dinilai kinerjanya atau tanggungjawabnya untuk mengendalikan penghasilan, biaya dan laba yakni selisih anatara biaya dan laba.6 Laba atau pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan pada periode tertentu di bidang usaha.Laba dapat dinyatakan dalam persamaan berikut: Y = cx – bx – a Dimana: Y = Laba x = Jumlah produk yang dijual c = Harga jual per unit b = Biaya variable (VC) a = Biaya tetap (FC) 2.1.4 Perencanaan Laba Perencanaan laba merupakan perencanaan kerja yang telah diperhitungkan dengan cermat dimana implementasi keuangannya dalam bentuk proyeksi perhitungan laba-rugi, neraca, kas, dan modal kerja untuk jangka panjang dan jangka pendek. Penentuan laba dipengaruhi oleh harga jual suatu usaha. Penentuan harga jual merupakan salah satu keputusan manajemen yang penting dalam penyusunan anggaran penjualan. Kelangsungan hidup suatu usaha dalam jangka panjang sangat ditentukan oleh keputusan pricing ini, karena harga jual produk akan mempengaruhi :7 1. Kesediaan pembeli untuk menggunakan produk perusahaan 5
Muhammad Nafarin, 2004, Op.cit, hal. 04 Gunawan Adisaputro dan Yunita Anggarini,Op.cit, hal. 08 7 Gunawan Adisaputro dan Yunita Anggarini,Ibid, hal. 112 6
7
2. Daya saing perusahaan menghadapi pesaing – pesaingnya 3. Tingkat penghasilan, biaya, dan laba perusahaan Adapun manfaat perencanaan laba:8 1. Memberikan pendekatan yang terarah dalam memecahkan permasalahan 2. Memaksa pihak manajemen untuk secara dini mengadakan penelaahan terhadap masalah yang dihadapi dan menanamkan kebiasaan pada organisasi untuk mengadakan telaah yang seksama sebelum mengambil suatu keputusan. 3. Menciptakan suasana organisasi yang mengarah pada pencapaian laba. 4. Merangsang peran serta dan mengkoordinasi rencana operasi berbagai segmen dari keseluruhan organisasi manajemen sehingga keputusan akhir dan rencana saling berkaitan. 5. Menawarkan kesempatan untuk menilai secara sistematik setiap segi atau aspek organisasi maupun untuk memeriksa serta memperbaharui kebijakan dan pedoman dasar secara berkala Analisis Perencanaan Laba adalah analisis yang memperlihatkan besarnya volume
yang akan memberikan
laba
yang diinginkan.
Analisis ini dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut : +
S=
dimana : S
= Volume Penjualan (Pendapatan)
FC
= Biaya Tetap
CMR
= Contribution Margin Ratio
π
= % Laba yang diharapkan Perencanaan
laba
merupakan
rencana
kerja
yang
telah
diperhitungkanimplikasi keuangan yang dinyatakan dalam bentuk proyeksi 8
Dominick Salvatore, 2003, Managerial Economics, Erlangga, Jakarta, hal. 270
8
perhitunganrugi-laba, neraca kas, dan modal kerja untuk jangka panjang juga jangkapendek.Perencanaan laba jangka panjang merupakan proses yang berkesinambungan untuk mengambil keputusan secara sistematik dan disertai dengan perkiraan terbaik mengenai keadaan dimasa mendatang, mengorganisasikan kegiatan yang diperlukan secara sistematik untuk melaksanakan keputusan. Rencana jangka panjang manajemen hanya akan tercapai jika sasaran laba jangka panjang bisa dipenuhi secara memuaskan, dan ini memerlukan pertumbuhan dan tingkat laba yang cukup tinggi dan stabil. Perencanaan laba melibatkan kegiatan seperti penetapan tujuan dan target laba yang realistis serta cara untuk mencapainya, yang diupayakan manajemen untuk dicapai. Penganggaran modal mengacu kepada proses perencanaan pengeluaran yang akan menghasilkan penerimaan atau pengembalian sepanjang beberapa tahun. Penganggaran modal sangat penting bagi sebuah perusahaan. Aplikasi teknologi terobosan baru bisa menyediakan teknik – teknik produksi baru yang lebih efisien, perubahan cita rasa konsumen bisa membuat lini produk berjalan perusahaan menjadi usang dan memunculkan permintaan terhadap produk – produk yang sepenuhnya berbeda, dan marger dengan perusahaan lain bisa memperkuat posisi perusahaan secara signifikan relatif terhadap pesaingnya. Profitabilitas, pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang tergantung pada seberapa baik manajemen memanfaatkan peluang – peluang tersebut9
2.1.5 Alat perencanaan laba
9
Dominick Salvatore, Loc.cit,
9
Dalam mengidentifikasi atau menganalisis perencanaan laba ada beberapa model perencanaan yang digunakan yaitu antara lain:10 1. Analaisis Laba kotor (Gross Profit) Analisis ini menggunakan data penjualan, biaya variabel (harga pokok produksi), dan laba kotor. Analisis laba kotor yang lazim digunakan dalam perencanaan keuangan atau budgeting. Namun teknik ini juga biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan. Analisis ini menggunakan data penjualan, biaya variabel (harga pokok produksi), dan laba kotor 2. Linier Programming Linier Programming (LP) digunakan untuk merencanakan prediksi kombinasi input biaya yang paling optimal untuk menghasilkan suatu atau beberapa produk atau output. Dengan rumus LP ini, kita dapat merencanakan kebutuhan dan kombinasi output sehingga tercapai optimasi. 3. Delphi Forecasting Sistem Delphi ini hampir sama dengan metode expert system. Di sini metode expert system disempurnakan dengan menggunakan metode diskusi antara para ahli, di debat, dan akhirnya sampai pada kesimpulan terbaik yang merupakan konsessus para ahli. 4. Time Series Forecasting (trend) Disini prestasi yang lalu digambarkan secara berseri kemudian dari gambar ini dicari garis tren yang terbaik kemudian dari kecenderungan garis itu dilihat angka masa depan sebagai angka ramalan. Teknik analisis time series dapat dipakai untuk membuat tren ini. 5. Break Even Analisys Salah satu model yang sering digunakan dalam menganalisis keuangan adalah teknik break even analysis atau cost volume profit analysis. Model ini mencoba mencari dan menganalisa perilaku 10
Sofyan Syafri Harahap, 1997, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal 343
10
hubungan antara besarnya biaya, besarnya volume dalam unit dan rupiah, dan laba. Dari hasil angka analisis ini dapat diketahui volume yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba tertentu, berapa volume untuk mencapai titik pulang pokok, dan informasi lainnya yang dibutuhkan. 6. Just In Time (JIT) Upaya
untuk
meningkatkan
produktivitas
dan
menekan
pemborosan serta ketidakefisienan lainnya terus dilakukan para ahli. Salah satu penemuan besar yang baru - baru ini diperkenalkan adalah model
JIT.
Model
ini
menunjukkan
bahwa
konsep
cost
managementyang lama sudah ketinggalan zaman dan perlu diubah. 7. Economic Order Quantity (EOQ) Model ini dapat memberikan angka berapa order pembelian sehingga kita mendapatkan biaya yang optimal. Model ini akan memberikan angka berapa jumlah pesanan sebaiknya dilakukan untuk sekali pesanan sehingga kita mencapai titik optimum biaya yang paling efisien.
2.2 Break Even Point dalam Perencanaan Laba 2.2.1
Pengertian Break Even Point Titik impas atau Break Even Point adalah jumlah penjualan output yang akan menyamakan pendapatan total dengan biaya total yaitu jumlah penjualan output yang akan menghasilkan laba operasi nol.11 Titik impas menjelaskan berapa banyak output yang harus terjual agar tidak menanggung rugi operasi.Banyak perencanaan kegiatan dalam perusahaan yang didasarkan perkiraan tingkat output. Pemahaman hubungan antara skala perusahaan, biaya operasi dan EBIT volume analysis yang sering disebut juga dengan Break Even Point (BEP) atau analysis Break Even.
11
Charles T. Horngren, Srikant M. Datar, George Foster, 2006, Akuntansi Biaya, Erlangga, Jakarta, hal. 75
11
Pengertian analysis BEP kadang – kadang menyesatkan karena analisis ini biasanya digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan yang berhubungan untuk mengevaluasi profitabilitas keuangan perusahaan yang baru dan produk baru. Disamping itu analisis break even ini merupakan alat analisis untuk mengukur pengaruh perubahan harga, biaya tetap dan biaya variable tingkat output yang harus dicapai sebelum perusahaan memperoleh keuntungan operasi. Analisis break even ini dapat dilakukan baik dengan metode grafik maupun secara akjabar.12 1. Unsur – unsur yang mempengaruhi Break Even Point Analisa unsur-unsur yang mempengaruhi break even point yaitu biaya, volume, harga jual serta laba itu sendiri. Pengertian biaya dan beban di dalam bahasa Indonesia belum dibedakan dengan tepat. Seringkali istilah cost digunakan secara sinonim dengan istilah expense. Harga jual per unit adalah sejumlah uang yang diterima atau piutang yang timbul atas penyerahan barang dan jasa kepada konsumen dalam setiap unitnya. Harga jual bisa berupa harga jual bersih atau bisa harga jual kotor. Sedangkan yang digunakan dalam analisa Break Even Point adalah harga jual bersih yang terlepas dari berbagai macam potongan. a) Harga Jual Penetapan harga jual pada suatu produk amatlah penting, kesalahan dalam penetapan harga akan berakibat fatal bagi segi keuangan dan akan mempengaruhi kontinuitas usaha. Harga jual suatu produk pada umumnya adalah kumpulan dari biaya produksi, biaya penjualan dan biaya lain-lain di tambah dengan sejumlah keuntungan yang diinginkan produsen yang ditawarkan kepada konsumen. Sedang masing-masing biaya tersebut mempunyai berbagai karakter yang berbeda antara biaya
12
Agus Sartono,Op.cit, hal. 270
12
yang satu dengan yang lain. Seperti halnya biaya tetap mempunyai karakteristik yang berbeda dengan biaya variabel. b) Biaya Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis. Sumber ekonomis yang dimaksudkan adalah suatu sumber yang memiliki adanya
sifat
kelangkaan
(scarcity).
Masing-masing
biaya
mempunyai perbedaan antara biaya yang satu dengan biaya lainnya. Masing-masing perbedaan tersebut juga tergantung dari sudut pandangnya masing-masing. Namun terkait dengan Break Even Point klasifikasi dari biaya yang dimaksudkan yaitu berdasarkan sifatnya. Biaya berdasarkan sifatnya terdiri dari biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi variabel. 1. Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang tidak terpengaruh dengan volume produksi. Atau dengan kata lain, turun naiknya volume produksi tidak mempengaruhi besarnya biaya yang dimaksudkan. Untuk itu karakteristik biaya tetap adalah sebagai berikut: a) Jumlahnya tetap dalam suatu periode b) Biaya tetap per unit berbanding terbalik dengan jumlah produksi, dalam arti semakin besar jumlah produksi maka biaya tetap per unit semakin kecil demikian juga berlaku sebaliknya. 2. Biaya Variabel Biaya variabel merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan yang besarnya tergantung volume produksi, semakin besar volume produksi akan diikuti dengan melonjaknya biaya tersebut dan demikian juga sebaliknya. Dengan demikian karakteristik biaya variabel antara lain: a) Jumlahnya berfluktuasi berdasarkan volume produksi
13
b) Biaya variabel per unit relatif tetap seiring dengan bertambahnya
volume produksi, tetapi secara
keseluruhan total biaya variable berbanding lurus dengan jumlah produksi, dimana semakin besar total biaya variabel jumlah produksi semakin besar pula. 3. Biaya Semi Variabel Biaya semi variabel yaitu biaya yang merupakan kombinasi antara biaya tetap dan biaya variabel. Seperti halnya upah karyawan yang didalamnya termasuk upah tetap dan intensif karyawan. 2. Perhitungan dalam Analisis Break Even Point Analisis break even point bisa digunakan untuk melihat seberapa besar penjualan minimal agar bisa menutupi biaya – biaya yang dikeluarkan perusahaan. Jika manajer keuangan ingin melihat penjaualan minimal yang harus diperoleh agar bisa menutup biaya – biaya yang dikeluarkan, analisis break even point bisa digunakan. Analisis break even point ditulis sebagai berikut:13
BEP =
biaya tetap + depresiasi
Penentuan besarnya Break Even Point menggunakan teknik persamaan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Y Cx Bx A
Keterangan:
Y = Laba C = Harga jual per unit x = Jumlah produk yang dijual B = Biaya variable per unit A = Biaya tetap
13
Mahmud M. Hanafi, 2004, Manajemen Keuangan, BPFE, Yogyakarta, hal. 181
14
Berdasarkan definisi di atas suatu perusahaan akan impas apabila jumlah penghasilan sama dengan jumlah biaya (laba = 0). Berangkat dari rumus persamaan yang telah diungkapkan tersebut dengan menggunakan pengolahan rumus yang dimaksud, maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut: 0 Cx Bx A Cx Bx A
Berdasar persamaan tersebut, dengan melalui berbagai penyelesaian persamaan akan diperoleh rumus turunan sebagai berikut: Cx Bx A Cx Bx A ( C B ) x A
Sebagai penyelesaian dari persamaan di atas, diperoleh rumus lebih lanjut sebagai berikut: x ( BEP )
Keterangan:
A CB
Cx Bx A Hasil penjualan Biaya
Dengan demikian untuk menghitung BEP:
BEPunit
Biaya tetap Harga Jual per Unit Biaya Variabel per Unit
Sedang rumus Break Even Point dalam rupiah adalah sebagai berikut: BEP rupiah
=
Biaya Tetap Biaya Variabel 1 Total Penjualan
a) Pendekatan Margin – Kontribusi Penghalusan dari pendekatan operasi adalah pendekatan margin – kontribusi. Sebagai akibatnya, kita secara mudah mengenali bahwa pada titik impas, jumlah margin kontribusi setara dengan beban tetap. Margin kontribusi adalah pendapatan penjualan dikurangi biaya variabel total. Bila kita mensubstitusikan margin kontribusi unit untuk harga dikurangi biaya variabel unit
15
pada persamaan pendapatan – operasi dan menyelesaikannya untuk jumlah unit, kita memperoleh persamaan impas sebagai berikut: Jumlah unit = biaya tetap / Margin kontribusi unit Sedangkan untuk menentukan margin kontribusi itu sendiri dapat menggunakan rumus Contibution Margin = Penjualan (Pendapatan) – Biaya Variabel Untuk
menghitung
conntribusimargin
ratio
dapat
menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :
=1−
CMR = Contribution margin ratio BV
= Biaya Variabel
P
= Penjualan / Pendapatan
b) Pendekatan Grafik Titik pertemuan antara garis penghasilan dengan garis biaya tersebut merupakan titik Break Even Point. Untuk dapat menentukan titik break even harus dibuat grafik dengan sumbu datar menunjukkan volume penjualan, sedangkan sumbu tegak menunjukkan biaya dan penghasilan. 3. Asumsi Dasar Break Even Point Terkait dengan masalah-masalah asumsi dasar BEP. Asumsiasumsi dasar Break Even Point adalah sebagai berikut: a) Biaya dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel dengan golongan biaya tetap. b) Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi / penjualan. c) Berdasarkan biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi / penjualan.
16
d) Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisa. e) Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. f) Apabila diproduksi lebih dari satu macam produk, perimbangan penghasilan penjualan antaramasing-masing produk atau “sales mix”-nya adalah tetap konstan. 4. Kegunaan Analisis break Even Point Analisa Break Even Point dapat digunakan untuk berbagai tujuan terutama
bagi
perusahaan
yang sedang menyusun
perencanaan. Di samping itu juga dapat digunakan sebagai alat pengendalian waktu perusahaan masih dalam kegiatan sebelum berakhirnya suatu periode. Analisa Break Even Point digunakan oleh perusahaanperusahaan dengan tujuan untuk: a.
Mengevaluasi
tujuan
laba
dari
perusahaan
secara
keseluruhan. b.
Menyajikan data biaya dan laba kepada top management, yang
diperlukan
untuk
mengambil
keputusan
dan
merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan. c.
Mengganti sistem laporan yang tebal-tebal dengan suatu grafik yang mudah dibaca dan dimengerti.
Sedangkan kegunaan analisa BEP adalah sebagai berikut: a.
Sebagai alat untuk merencanakan laba.
b.
Sebagai alat untuk perencanaan budget.
c.
Sebagai penentu harga jual produk.
d.
Sebagai dasar menentukan harga jual produk.
e.
Sebagai dasar rencana pengembangan.
f.
Sebagai dasar pengambilan keputusan. Dari beberapa uraian tersebut tentang Break Even Point,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kegunaan analisa Break Even Point antara lain:
17
a. Analisa Break Even Point dapat dipakai sebagai alat pemberi informasi kepada management secara sederhana dan singkat. b. Analisa Break Even Point dapat digunakan sebagai alat pedoman dalam mengambil keputusan terutama yang menyangkut biaya, pendapatan, dan perencanaan laba. c. Analisa Break Even Point dapat pula memberikan gambaran tentang biaya dan hasil produknya yang diharapkan secara menyeluruh di dalam aktivitas utama perusahaan di masa mendatang. d. Analisa Break Even Point dapat digunakan sebagai landasan untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang
berjalan,
membandingkan
yaitu
antara
sebagai
realisasi
sarana
dengan
untuk
perhitungan
berdasarkan analisa break even sebagai alat pengendalian atau controlling. e. Analisa Break Even Point dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual, yaitu setelah diketahui hasil-hasil perhitungan menurut analisa break even dan laba yang ditargetkan. 2.2.2 Analisis Break Even dalam Perencanaan Analisis break even dapat memberikan pedoman dalam pembuatan keputusan dan membantu manajemen dalam: a. Pembuatan produk Analisis break even dapat membantu menentukan banyak sedikitnya penjualan produk baru yang harus diraih agar perusahaan memperoleh laba. b. Mempelajari pengaruh ekspansi Ekspansi akan mengakibatkan peningkatan biaya-biaya tetap dan variabel, tetapi juga akan meningkatkan penjualan yang diharapkan.
18
c. Proyek modernisasi dan otomatisasi Apabila terjadi peningkatan investasi peralatan produksi yang mampu menekan biaya variabel khususnya biaya tenaga kerja langsung. Analisis break even dapat digunakan untuk menganalisis kosekuensiproyek tersebut.Analisis break even merupakan salah satu bagian dari analisisbiaya, volume dan laba. Informasi mengenai jumlah penjulan minimal danbesarnya penurunan realisasi penjualan dari rencana penjualan dalamanalisis break even dibutuhkan manajemen agar perusahaan tidakmenderita rugi. Manajemen membutuhkan informasi tersebut untukmengambil keputusan dalam merencanakan laba perusahaan.
2.3 Hakikat usaha persewaan (Sewa Guna Usaha) 2.3.1 Pengertian Usaha Persewaan (Sewa Guna Usaha) Sewa Guna Usaha (Lease) merupakan kontrak. Sesuai dengan istilahnya, pemilik aktiva (leassor) memberikan pihak lain (lesse) hak eksklusif untuk menggunakan aktiva, dalam periode waktu tertentu, sebagai ganti biaya sewa yang artinya sewa menyewa. 14 Kemudian, dalam dunia bisnis Lease berkembang sebagai bentuk sewa-menyewa, yaitu dalam bentuk pembiyaan perusahaan berupa penyedia barang modal yang digunakan untuk menjalankan usahanya dengan mebayar sewa selama jangka waktu tertentu. Menurut pasal 1548 B.W. mengenai perjanjian sewa menyewa mendefinisikan arti sewa menyewa adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan
14
James C Van Horne, John M Wachowicz,Jr, 1998, Prinsip – Prinsip Manajemen Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, hal. 582777
19
pembayaran suatu harga yang oleh pihak yang tersebut terakhir itu disanggupi pembayarannya.15 Sewa menyewa, seperti halnya dengan jual – beli dan perjanjian – perjanjian lain pada umumnya, adalah suatu perjanjian konsensual. Artinya, ia sudah sah dan mengikat pada detik tercapainya sepakat mengenai unsur – unsur pokoknya, yaitu barang dan harga. Kewajiban pihak yang satu adalah menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak yang lain, sedangkan kewajiban pihak yang terakhir ini adalah membayar “harga sewa”. Jadi barang diserahkan bukan untuk dimiliki seperti halnya dalam jual – beli, tetapi hanya untuk dipakai, dinikmati kegunaannya. Dengan demikian maka penyerahan hanya bersifat menyerahkan kekuasaan belaka atas barang yang disewa itu. 1) Kewajiban – kewajiban pihak yang menyewakan Pihak yang menyewakan mempunyai kewajiban:16 a. Menyerahkan barang yang disewakan kepada si penyewa b. Memelihara barang yang disewakan sedemikian hingga itu dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan c. Memberikan kepada si penyewa kenikmatan tenteram dari barang yang disewakan selama berlangsungnya penyewaan, ini dimaksudkan sebagai kewajiban pihak yang menyewakan untuk menaggulangi atau mengikis tuntutan – tuntutan hukum dari pihak ketiga, yang misalnya membantah hak si penyewa untuk memakai barang yang disewanya. Selanjutnya ia diwajibkan, selama waktu sewa menyuruh melakukan pembetulan – pembetulan pada barangnya yang disewakan yang perlu dilakukan, kecuali pembetulan – pembetulan kecil yang menjadi wajibnya si penyewa. Juga ia harus menanggung si penyewa terhadap semua cacad dari barang yang disewakan yang merintangi pemakaian barang itu, biarpun pihak 15
Subekti SH, 1995, Aneka Perjanjian, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 03 Subekti SH, Ibid, hal. 42
16
20
yang menyewa itu tidak mengetahui pada waktu dibuatnya perjanjian sewa – menyewa. 2) Kewajiban – kewajiban si penyewa Bagi si penyewa ada dua kewajiban utama, ialah:17 a. Memakai barang yang disewa sebagai seorang “ bapak rumah yang baik” sesuai dengan tujuan yang diberikan kepada barang itu menurut perjanjian sewanya hal ini berarti kewajiban untuk memakainya seakan – akan barang itu kepunyaan sendiri b. Membayar harga sewa pada waktu – waktu yang telah ditentukan menurut perjanjian Jika si penyewa memakai barang yang disewa untuk suatu keperluan lain dari pada yang menjadi tujuan pemakaiannya,atas suatu keperluan sedemikian rupa hingga dapat menerbitkan kerugian kepada pihak yang menyewakan, maka pihak ini, menurut keadaan, dapat dimintai pembatalan sewanya (pasal 1561) 3) Resiko – resiko dalam sewa – menyewa Menurut pasal 1553 dalam sewa - menyewa itu resiko mengenai barang yang disewakan dipikul oleh si pemilik barang tersebut, yaitu pihak yang menyewakan. Dalam pasal itu dituliskan bahwa, apabila barang yang disewa itu musnah karena suatu peristiwa yang terjadi diluar kesalahan salah satu pihak , maka perjanjian sewa – menyewa itu gugur demi hukum.Resiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian yang disebabkan oleh suatu peristiwa yang terjadi diluar kesalahan salah satu pihak, yang menimpa barang yang menjadi objek perjanjian.18 4) Gangguan dari pihak ketiga Apabila selama waktu sewa, si penyewa dalam pemakaian barang yang disewakan, diganggu oleh pihak ketiga berdasar atas suatu hak yang dikemukakan oleh pihak ketiga itu, maka dapatlah si penyewa 17
Subekti SH, Ibid, hal. 43 Subekti SH, 1995, Ibid, hal. 44
18
21
menuntut dari pihak yang menyewakan supaya uang sewa dikurangi secara sepadan sesuai sifat gangguan tersebut.Apabila pihak ketiga itu sampai menggugat si penyewa dimuka pengadilan, maka si penyewa dapat menuntut supaya pihak yang menyewakan ditarik sebagai pihak dalam perkara perdata itu untuk melindungi si penyewa.19 5) Mengulang sewakan Sipenyewa, jika kepadanya tidak telah diperijinkan oleh pemilik barang, tidak diperbolehkan mengulang sewakan barang yang disewanya, maupun melepas sewanya kepada orang lain. Diadakannya perbedaan antara “ mengulang sewakan” dan “ melepas sewanya” kepada orang lain, mempunyai maksud sebagai berikut: Dalam hal mengulang sewakan, si penyewa si penyewa barang bertindak sendiri sebagai pihak dalam suatu perjanjian sewa – menyewa kedua yang diaakan olehnya dengan pihak ketig, sedangkan dalam hal “melepaskan sewanya” ia mengundurkan diri sebagai penyewa dan menyuruh orang pihak ketiga untuk menggantikan dirinya sebagai penyewa, sehingga pihak ketiga itu berhadapan sendiri dengan pihak yang menyewakan. Jika si penyewa sampai berbuat apa yang dilarang itu, maka pihak yang menyewakan dapat membatalkan perjanjian sewanya dengan disertai pembayaran kerugian, sedangkan pihak yang menyewakan, setelah dilakukannya pembatalan itu, tidak diwajibkan menaati perjanjian ulang sewa dengan orang ketiga tersebut.20 6) Sewa tertulis dan sewa lisan Meskipun sewa menyewa adalah suatu perjanjian konsensual, namun oleh undang – undang diadakan perbedaan dalam akibat akibatnya) antara sewa tertulis dan sewa lisan. Sebaliknya, jika sewa menyewa tidak dibuat dengan tulisan, maka sewa itu tidak berakhir pada waktu yang dite7ntukan, melainkan jika 19
Subekti SH, 1995, IBid, hal. 45 Subekti SH, Ibid, hal. 46
20
22
pihak yang menyewakan memberitahukan kepada si penyewa bahwa ia hendak menghentikan sewanya, pemberitahuan harus dilakukan dengan mengindahkan jangka waktu yang diharuskan menurut kebiasaan setempat. Jika tidak ada pemberitahuan seperti itu makan dianggaplah bahwa sewa itu diperpanjang untuk waktu yang sama.21 2.3.2 Bentuk Pendanaan Sewa Guna Usaha Perjanjian sewa guna usaha dapat dibedakan menjadi tiga kelompok utama pendanaan sewa perjanjian penjualan dan sewa kembali, sewa guna usaha langsung dan sewa guna usaha pengungkit.22 1. Penjualan dan sewa kembali. Dalam perjanjian penjualan dan sewa kembali, perusahaan menjual aktiva kepada pihak lain dan pihak ini menyewakan kembali aktiva tersebut kepada perusahaan. 2. Sewa guna usaha langsung. Dalam sewa guna langsung, perusahaan memperoleh keguanaan aktiva yang sebelumnya tidak dimiliki/ 3. Sewa guna usaha pengungkit. Bentuk sewa guna usaha khusus semakin berkembang untuk aktiva – aktiva bernilai tinggi, seperti pesawat terbang, pengebor minyak dan peralatan kereta api. 2.3.3 Break Even Point dalam Perencanan Laba Usaha Persewaan Tujuan setiap usaha adalah mendapatkan laba net profit) yaitu suatu keuntungan yang berhubungan dengantangung jawab usaha dengan karyawannya, pelanggannya maupun pemiliknya. Profit tidak muncul secara otomatis tetapi membutuhkan perencanaan yang baik. Profit atau keuntungan
berasal
dari
keberhasilan
manajemen
dalam
mengorganisasikan kekuatan perusahaan ke dalam suatu tim dalam mencari laba. Perencanaan perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan program budget. Sebagian program budget laba bersih revenue) yang akan diperoleh dari pembiayaan expence) yang dijalankan. Analisis break even point mempunyai hubungan yang erat dengan 21
Subekti SH, Ibid, hal. 47 James C Van Horne, John M Wachowicz,Jr, Op.cit, hal. 583
2222
23
program budget. Walaupun analisis ini dapat diterapkan dengan data historis, tetapi akan sangat berguna bagi manajemen kalau diterapkan pada data taksiran yang akan datang. Untuk mencapai laba yang besar dalam rencana maupun realisasinya) manajemen dapat menempuh berbagai langkah, misalnya:23 1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasi serendah mungkin dengan mempertahankan tingkat harga jual dan volume penjualan yang ada 2. Menentukan harga jual sedemikian rupa sesuai dengan laba yang diinginkan 3. Meningkatkan volume penjulan sebesar mugkin Perlu diingat bahwa ketiga langkah tersebut tidak dapat dilakukan secara terpisah karena mempunyai hubungan yang sangat erat, bahkan saling berkaitan. Biaya akan menentukan harga jual, hargajual akan mempengaruhi volume produksi dan akan mempengaruhi biaya secara langsung.
2.4 Kerangka Berpikir 23
M. Manullang, 2005, Pengantar Manajemen Keuangan, ANDI, Yogyakarta, hal. 171
24
Berdasarkan
latar
belakang
dan
tinjauan
pustaka,
maka
pembahasan dapat dijelaskan secara singkat seperti kerangka berpikir sebagai berikut : Usaha Rental “ABBAD” Perencanaan Laba
Volume
Biaya
Harga
Break Even Point: Biaya Tetap Biaya Variable Data Pendapatan
S = BEP S < BEP S > BEP
Kesimpulan
Gambar 1.Proses Mengidentifikasi Penjualan Minimum dan Kelayakan Usaha Rental ABBAD
Berdasarkan
kerangka
pikir
di
atas
dapat
dijelaskan
bahwa
perusahaan akan menyusun perencanaan laba. Agar suatu usaha tersebut
25
dapat
memperoleh
laba
yang
maksimal
seorang
pengusaha
harus
mempertimbangkan beberapa faktor yang berpengaruh seperti harga jual, biaya produksi, dan volume penjualan. Analisis break even point bisa digunakan untuk menunjukkan suatu kondisidimana suatu perusahaan tidak mengalami kerugian dan tidak memperoleh laba. Teknik ini dapat digunakan manajemen untuk mengetahui berapa tingkat produksi atau penjualan sehingga dapat menutupi biaya - biaya yang ditanggung. Biaya – biaya produksi tersebut dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variebel. Pada break even point keseluruhan hasil penjualan hanya cukup untuk menutupi keseluruhan biaya tetap saja, tidak terdapat sisa yang merupakan keuntungan. Sehingga selanjutnya perlu adanya perhitungan Contibution Margin yang merupakan jumlah yang tersisa dari penjualan dikurangi biaya variabel. Jumlah yang tersisa tersebut kemudian digunakan untuk menutupi biaya tetap. Jika cukup untuk menutupi biaya tetap maka selanjutnya akan diperoleh laba. Berdasarkan informasi tersebut perusahaan mampu menyusun besarnya biaya dan pendapatan yang mesti direncanakan untuk memeroleh laba. Dari hasil kesimpulan, maka peneliti akan memberikan bahan pertimbangan kepada perusahaan yang dapat digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan 2.5 Definisi Operasional Variabel Definisi
operasional
mencakup
semua
komponen
yang
digunakan untuk mendapatkan data yang di analisis sesuai dengan tujuan penelitian. Agar konsep yang digunakan dapat diukur secara empiris untuk menghindarkan dari kesalahpahaman, maka perlu diadakan penyeragaman dari unsur - unsur yang mempengaruhi break even point adalah sebagai berikut : 1. Harga jual per unit Harga jual per unit adalah sejumlah uang yang diterima atau piutang yang timbul atas penyerahan barang dan jasa kepada
26
konsumen dalam setiap unitnya. Didalam usaha persewaan “ABBAD” harga jual per unit dihitung dalam skala perhari sewa kendaraan yaitu sebesar Rp. 60.000 2. Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang tidak terpengaruh dengan volume produksi. Didalam usaha persewaan kendaraan “ABBAD” ini dapat dirincikan yang menjadi biaya – biaya tetapnya adalah sebagai berikut : 1. Pembelian kendaraan 2. Biaya gaji 3. Biaya variabel Biaya variabel merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan yang besarnya tergantung volume produksi, semakin besar volume produksi. Didalam usaha persewaan kendaraan “ABBAD” ini dapat dirincikan yang menjadi biaya – biaya tetapnya adalah sebagai berikut : 1. Service motor 2. Biaya sparepart kendaraan 3. Biaya oli 4. Biaya cuci kendaraan
27