1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan kerapu atau grouper (Subfamily Epinephelinae, Family Serranidae) (Nelson, 2006) merupakan salah satu komoditas perikanan penting dengan harga jual dan permintaan yang cukup tinggi (Szuster & Albasri, 2010). Harga jual ikan kerapu berkisar antara 8-10 USD/kg untuk kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dan 45-48 USD/kg untuk kerapu bebek (Cromileptes altivelis) (Kongkeo et al., 2010). Asia Tenggara merupakan penghasil ikan kerapu terbesar secara global dan Indonesia menempati urutan kedua untuk produksi ikan kerapu hasil budidaya (Rimmer et al., 2004). Budidaya ikan kerapu telah berhasil dilakukan, namun pada kenyataannya ikan kerapu masih terancam kepunahan dikarenakan penangkapan di alam masih cukup tinggi (de Mitcheson et al., 2013) sehingga diperlukan suatu upaya peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar akan ikan kerapu, salah satunya dengan cara diversifikasi lokasi budidaya. Berdasarkan data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia (www.statistik.kkp.go.id) hingga tahun 2011, ikan kerapu adalah komoditas perikanan budidaya laut dengan nilai produksi tertinggi kedua setelah komoditas rumput laut. Ikan kerapu menempati urutan ketiga dalam nilai produksi sektor perikanan budidaya tambak (air payau). Budidaya ikan kerapu masih belum menyentuh sektor perikanan air tawar sehingga perlu dilakukan kajian mengenai potensi ikan kerapu untuk dibudidaya di air tawar sebagai langkah strategis untuk peningkatan produksi ikan kerapu budidaya. 1
2
Ikan kerapu hibrid cantang adalah hasil hibridisasi antara ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) betina dengan ikan kerapu kertang (Epinephelus lanceolatus) jantan. Nama “cantang” adalah singkatan untuk “macan dan kertang”. Persilangan ikan ini pertama dilakukan oleh para peneliti di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo. Menurut data yang dilansir dari situs resmi BBAP Situbondo, ikan hibrid ini memiliki performa yang lebih baik daripada kedua induknya baik dalam hal pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, dan toleransi terhadap faktor lingkungan (Anonymous, 2011). Ikan kerapu cantang memiliki potensi untuk dibudidayakan di air tawar mengingat ketahanannya terhadap faktor lingkungan yang lebih baik daripada kedua induknya (Anonymous, 2011). Selain itu menurut penelitian Cheng et al. (2013), ikan kerapu macan dapat bertahan pada air tawar setelah dilakukan penurunan salinitas secara bertahap dengan laju penurunan 2‰/jam. Dengan demikian, diduga ikan kerapu hibrid cantang memiliki kemampuan yang kurang lebih sama dengan induk betinanya. Osmoregulasi ikan mempengaruhi daya adaptasi ikan tersebut terhadap perubahan salinitas. Hal ini disebabkan karena salinitas mempengaruhi keseimbangan air dan ion dalam tubuh ikan. Ikan yang hidup di lingkungan hiposmotik (air tawar) akan beradaptasi dengan melakukan pengambilan ion Na+ dan Cl‾ secara aktif untuk mengimbangi kekurangan ion, hal sebaliknya terjadi pada ikan yang hidup di lingkungan hiperosmotik (air laut) (Boeuf & Payan, 2001; Bone & Moore, 2008).
3
Salah satu faktor yang mempengaruhi daya adaptasi ikan air laut/air payau euryhaline (atau bahkan stenohaline) di air tawar adalah konsentrasi ion kalsium (Ca2+) dalam air (Evans et al., 2005; Zhao et al., 2013). Setidaknya terdapat 2 peranan
konsentrasi
ion
Ca2+
dalam
mekanisme
osmoregulasi
yaitu
mempengaruhi permeabilitas membran ionosit terhadap Na+ (Carrier & Evans, 1976; Evans et al., 2005) dan kestabilan serta permeabilitas tight junction pada jaringan epitel yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar (contohnya epitel insang) sehingga dapat mengurangi laju kehilangan ion (Parra & Baldisserotto, 2008). Secara umum, konsentrasi kalsium terlarut dalam air berperan dalam menjaga keseimbangan ionik (khususnya ion Na+) dan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap osmoregulasi ikan. Osmoregulasi dapat diamati dari bagaimana ikan menjaga kestabilan air dan mineral dalam tubuh. Dalam hal ini, osmolalitas darah (serum atau plasma) adalah salah satu parameter yang dapat menjelaskan bagaimana osmoregulasi ikan pada kondisi salinitas tertentu (Sampaio & Bianchini, 2002; Resley et al., 2006; Kammerer et al., 2010; Noh et al., 2013). Selain osmolalitas darah, kadar air otot juga dapat digunakan untuk menggambarkan osmoregulasi ikan (Freire et al., 2008), terutama jika sampel darah tidak dapat tersedia dalam jumlah yang mencukupi (Al-Jandal & Wilson, 2011). Na+-K+-ATPase adalah salah satu protein pompa ion sentral yang berperan dalam menjaga kestabilan osmotik dan ionik, baik pada ikan air tawar maupun ikan air laut sehingga pengukuran aktivitasnya pada organ osmoregulasi (seperti insang, intestin, dan ginjal) dapat menunjukkan bagaimana mekanisme osmoregulasi ikan di salinitas tertentu (Caberoy &
4
Quinitio, 2000; Polakof et al., 2006; Arjona et al., 2008; Li et al., 2014; Schwarz & Allen, 2014). Teknik penambahan kalsium dalam air untuk memelihara ikan air laut di air tawar telah berhasil diterapkan pada pinfish (Lagodon rhomboides) yang secara alami termasuk jenis ikan laut stenohaline (Carrier & Evans, 1977). Konsentrasi kalsium dalam air juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sintasan dan pertumbuhan red drum (Sciaenops ocellatus) di air tawar (Wurtz & Stickney, 1989). Hasil serupa diduga akan dihasilkan oleh penelitian ini menggunakan ikan kerapu hibrid cantang. B. Permasalahan Permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimanakah pengaruh konsentrasi kalsium terlarut terhadap sintasan ikan kerapu hibrid cantang (E. fuscoguttatus x E. lanceolatus) yang diadaptasi ke air tawar?
2.
Bagaimanakah pengaruh konsentrasi kalsium terlarut terhadap osmolalitas serum ikan kerapu hibrid cantang (E. fuscoguttatus x E. lanceolatus) yang diadaptasi ke air tawar?
3.
Bagaimanakah pengaruh konsentrasi kalsium terlarut terhadap kadar air jaringan otot ikan kerapu hibrid cantang (E. fuscoguttatus x E. lanceolatus) yang diadaptasi ke air tawar?
4.
Bagaimanakah pengaruh konsentrasi kalsium terlarut terhadap aktivitas Na+K+-ATPase pada insang ikan kerapu hibrid cantang (E. fuscoguttatus x E. lanceolatus) yang diadaptasi ke air tawar?
5
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Mempelajari pengaruh konsentrasi kalsium terlarut terhadap sintasan ikan kerapu hibrid cantang (E. fuscoguttatus x E. lanceolatus) yang diadaptasi ke air tawar
2.
Mempelajari pengaruh konsentrasi kalsium terlarut terhadap osmolalitas serum ikan kerapu hibrid cantang (E. fuscoguttatus x E. lanceolatus) yang diadaptasi ke air tawar
3.
Mempelajari pengaruh konsentrasi kalsium terlarut terhadap kadar air pada jaringan otot ikan kerapu hibrid cantang (E. fuscoguttatus x E. lanceolatus) yang diadaptasi ke air tawar
4.
Mempelajari pengaruh konsentrasi kalsium terlarut terhadap aktivitas Na+K+-ATPase pada insang ikan kerapu hibrid cantang (E. fuscoguttatus x E. lanceolatus) yang diadaptasi ke air tawar
D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diantaranya: 1.
Manfaat bagi ilmu pengetahuan adalah dapat mempelajari bagaimana pengaruh konsentrasi kalsium dalam air terhadap osmoregulasi ikan air laut di air tawar.
2.
Manfaat secara aplikatif adalah memperoleh pengetahuan tentang peluang budidaya ikan kerapu di air tawar atau di salinitas rendah.