1.
Pendahuluan
Dengan kemajuan teknologi saat ini, ada banyak teknologi yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran dalam proses pembelajaran. Perkembangan teknologi telah melakukan pengembangan terobosan–terobosan untuk pembelajaran. Para pelaku pendidikan telah banyak memanfaatkan perkembangan teknologi untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Menurut Kemp dengan AVA yang tepat akan mampu memotivasi dan mengarahkan konsentrasi siswa terhadap materi pelajaran. Apabila mereka termotivasi dalam belajar maka hasil pembelajaran dapat pula ditingkatkan [1]. AVA adalah bagian integral dari proses belajar mengajar. Setiap orang yang bergelut di bidang pengajaran mestinya bukan hanya mengenal AVA tetapi yang terpenting adalah secara aktif memanfaatkannya untuk mensukseskan program pembelajaran [1]. AVA merupakan alat pandang dengar yang berupa benda-benda atau apa saja yang dapat dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga, yang kita pakai dalam membantu menjelaskan dalam pengajaran [2]. Salah satu cara untuk meningkatkan perhatian dan keterlibatan siswa dalam aktivitas belajar diperlukan adanya alat pendukung berupa alat-alat bantu visual, mainan, boneka ataupun objek-objek lain yang berwarna-warni, yang sesuai dengan cerita atau lagu yang digunakan dalam pembelajaran [3]. Pentingnya penggunaan media dalam bentuk AVA untuk pengajaran secara umum, bahwa penggunaan AVA dapat memperluas saluran komunikasi antara guru dan siswa [4]. Apabila guru mengajar dengan tidak menggunakan AVA seperti ketika menjelaskan materi pelajaran atau ketika memberi latihan, berarti guru hanya menggunakan mulut untuk berkomunikasi atau disebut juga komunikasi verbal. Hal tersebut pastilah akan cepat membuat siswa menjadi bosan dan guru juga cepat merasa lelah sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi kurang kondusif. Apabila guru menggunakan media seperti tape, gambar, dll. dalam mengajar, maka guru menggunakan lebih dari satu saluran komunikasi. Guru tidak hanya memberikan stimulus secara verbal saja, tetapi guru juga menggunakan stimulus melalui saluran aural dan visual. Semakin banyak menggunakan saluran komunikasi ketika mengajar, semakin banyak informasi yang dapat diserap siswa karena siswa semakin tertarik untuk memperhatikan, serta tentunya dapat meningkatkan motivasi siswa dan semakin efektif kegiatan belajar mengajar yang sedang berjalan. Media instruksional sangat bermanfaat untuk membangkitkan motivasi siswa dalam belajar karena media menyajikan banyak pengalaman yang menarik, bahkan pengalaman akan dunia di luar sekolah. Walaupun demikian, hasil yang didapat sangat dipengaruhi oleh penggunaan media dengan benar, tepat, dan terseleksi. [5]. Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Sejarah dan observasi secara langsung di SMA Negeri 3 Salatiga, diterapkannya proses pembelajaran tradisional dalam mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga dengan cara guru hanya menjelaskan dan siswa memperhatikan membuat siswa cepat merasa bosan dan tidak tertarik untuk memperhatikan pelajaran sehingga siswa tidak merasa nyamaan saat belajar. Hal ini sangat berpengaruh terhadap motivasi dan hasil pembelajaran siswa. 8
Dari latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan pertanyaan, bagaimana mengembangkan sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA) dalam mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA) dalam mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga untuk mengetahui apakah Audio Visual Aids (AVA) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. 2. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian Ramendra, dibahas tentang pemanfaatan AVA dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris di sekolah dasar. Analisis dilakukan sesuai dengan frekuensi dan prosentase pemanfaatan AVA dalam pembelajaran aspek kebahasaan maupun keterampilan berbahasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar guru (87,5%) menggunakan AVA dalam mengajar kosakata, (75%) dalam mengajarkan berbicara, dan (62,5%) dalam mengajarkan membaca. Untuk pembelajaran lafal, ejaan, dan menulis, terdapat (56,25%) guru menggunakan bantuan AVA. Namun, dalam hal pembelajaran aspek gramatika, hanya (31,25%) guru menggunakan bantuan AVA. Frekuensi terbesar pemanfaatan AVA oleh guru terdapat pada aspek kebahasaan kosakata dan ejaan. Segi keterampilan berbahasa, frekuensi pemanfaatan AVA terbanyak terdapat pada keterampilan membaca dan menulis [6]. Berdasarkan jenis-jenis AVA yang dimanfaatkan oleh guru, hasil penelitian membuktikan bahwa hanya AVA jenis visual yang dioptimalkan pemakaiannya, sedangkan untuk AVA jenis audio hanya sebagian kecil yang digunakan. Bahkan AVA jenis audio visual sama sekali tidak dipergunakan. Dari segi persepsi guru dan siswa terhadap pemanfaatan AVA, dapat disimpulkan bahwa baik guru dan siswa memiliki persepsi yang sangat positif terhadap pemanfaatan AVA dalam pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar karena dapat membuat pembelajaran lebih produktif, lebih menarik, dapat meningkatkan motivasi siswa, dapat mempercepat pemahaman siswa terhadap pembelajaran, membuat guru lebih efisien memanfaatkan waktu mengajar, dan mampu membuat proses belajar lebih efektif [6]. Ada beberapa manfaat penting yang harus diketahui oleh guru karena menggunakan media, yaitu media pembelajaran dapat memperjelas penyajian materi dan informasi sehingga dapat memperlancar proses belajar mengajar. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. Media juga dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang berbagai peristiwa di lingkungan mereka serta memungkinkan terjadinya interaksi lebih jelas dengan guru dan masyarakat. Pelajaran akan lebih jelas makna dan tujuannya sehingga siswa mudah memahaminya. Selain itu metode mengajar akan lebih beragam, tidak semata mata hanya mengandalkan komunikasi verbal, sehingga siswa tidak merasa bosan dengan kegiatan belajar mengajar. Dengan menggunakan media, pengajar mampu mengakselerasi materi yang diajarkan kepada siswa. Walaupun begitu, masih ada guru yang enggan menggunakan media pembelajaran dengan beberapa pertimbangan. Pertimbanganpertimbangan yang menyebabkan guru enggan menggunakan media yang 9
pertama, menggunakan media itu repot. Mengajar menggunakan media perlu persiapan yang matang. Bahkan jika yang digunakan merupakan suatu teknologi guru harus mempunyai ketrampilan tersendiri dalam menggunakannya. Kedua, media itu cukup canggih dan memerlukan biaya yang besar untuk mengadakannya. Yang ketiga adalah tidak bisa. Demam teknologi ternyata menyerang sebagian guru. Ada beberapa guru yang takut dengan peralatan elektronik, takut kesetrum, takut salah pencet. Alasan ini menjadi lebih parah jika ditambah dengan alasan takut rusak. Sehingga media audio visual sejak dibeli pertama kali kondisinya akan tetap sama sampai beberapa tahun kemudian. Keempat, media itu hiburan sedangkan belajar itu serius. Alasan ini jarang ditemui, tetapi ada. Yang kelima, tidak tersedia. Tidak tersedianya media di sekolah merupakan alasan yang masuk akal. Akan tetapi, seorang guru tidak boleh menyerah begitu saja. Seharusnya guru dapat mengembangkan media itu sendiri. Karena media tidak harus selalu canggih. Dan yang terakhir adalah kebiasaan menikmati bicara. Berbicara merupakan kebiasaan yang sulit diubah. Seorang guru cenderung mengikuti cara gurunya terdahulu dengan mengajar mengandalkan verbal. Mengajar menggunakan verbal lebih mudah, tidak memerlukan persiapan yang banyak, jadi lebih enak untuk guru. Namun, yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran adalah kepentingan murid yang belajar, bukan kepuasan guru semata [7]. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Audio berarti radio (suara) dan visual berarti grafik, gambar, dapat dilihat, serta aid yaitu pertolongan. Jadi audio visual berarti kombinasi antara gambar dan suara. Sehingga dapat kami simpulkan bahwa media audio visual yaitu benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas, program instruksional [8]. Audio Visual Aids (AVA) merupakan alat peraga yang menyajikan bahanbahan audio dan visual untuk memperjelas apa yang disampaikan guru kepada siswa. Jadi peranan AVA adalah untuk membantu guru dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa agar pelajaran menjadi lebih jelas. Karena itu juga disebut Teaching Aids (Alat untuk membantu guru dalam mengajar) [9]. Ciri-ciri AVA yaitu suara, visual, gerak (gambar visual, garis, simbol). Alat-alat audio visual baru ada faedahnya jika yang menggunakannya telah mempunyai keterampilan yang lebih dari memadai dalam penggunaannya. Keempat pokok penting dalam cara menggunakan alat-alat audio visual adalah yang pertama persiapan, dalam mempersiapkan AVA guru harus mempelajari tujuan, mempersiapkan pelajaran, memilih dan mengusahakan alat yang cocok, berlatih menggunakan alat dan memeriksa tempat dilakukannya proses belajar mengajar. Kedua penyajian, guru harus menyusun kata pendahuluan, dapat menarik perhatian siswa, menyatakan tujuan, menggunakan alat, dan mengusahakan penampilan yang bermutu. Yang ketiga adalah penerapan, yaitu bagaimana mempraktekkannya, pertanyaanpertanyaan dari siswa, diadakannya ujian atau evaluasi dan diskusi. Dan yang terakhir adalah kelanjutan, kelanjutan yang dimaksud adalah pengulangan. Pendekatan secara menyeluruh dan berulang-ulang besar sekali pengaruhnya [10].
10
3. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Salatiga yang mempunyai jumlah siswa sebanyak 790 siswa. Dalam penelitian ini dilakukan pada 38 siswa kelas XI IPA 1 sebagai Control Class dan 38 siswa XI IPA 2 sebagai Treatment Class. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode porposive sampling, yaitu sesuai dengan rekomendasi dari guru pengampu mata pelajaran Sejarah bahwa kedua kelas tersebut memiliki rata-rata kelas yang sejajar. Jumlah guru yang ada di SMA Negeri 3 Salatiga sebanyak 67 guru dengan 2 guru pengampu mata pelajaran sejarah. Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini metode penelitian deskriptif digunakan untuk mengetahui bagaimana sistem pembelajaran mata pelajaran Sejarah yang selama ini berlangsung. Data diperoleh melalui wawancara dan kuesioner, kemudian diperkuat dengan observasi sebagai data konfirmasi triangulasi. Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Pra Penelitian
Eksperimen
Evaluasi Gambar 1 Tahapan Penelitian
Tahapan yang pertama adalah Pra Penelitian. Tahapan ini dilakukan untuk dapat mengetahui keadaan pembelajaran yang selama ini berlangsung. Ada beberapa data yang dibutuhkan dalam tahapan ini. Untuk dapat mengumpulkan data yang dibutuhkan, pertama menggunakan kuesioner. Kuesioner diberikan kepada siswa dari Treatment Class dan Control Classs yang menjadi responden. Dalam penelitian model jawaban yang digunakan adalah skala likert. Urutan skala terdiri dari Angka 1 (Tidak Setuju) sampai dengan 3 (Sangat Setuju) untuk semua variabel. Hal ini dilakukan untuk dapat mengukur aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pertanyaan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Daftar Pertanyaan Koesioner
Aspek Kognitif Afektif Psikomotor
Pertanyaan Kemampuan memahami penjelasan guru saat menyampaikan materi Sering bertanya ketika materi kurang dipahami Mencatat atau merangkum materi pelajaran
Pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Selanjutnya adalah observasi. Pada penelitian ini observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana keadaan sekolah, fasilitas yang ada di sekolah dan tingkah laku siswa maupun guru selama proses pembelajaran berlangsung. Yang terakhir adalah wawancara. Dalam penelitian ini wawancara ditujukan kepada guru pengampu mata pelajaran Sejarah dan siswa dari Control
11
Class dan Treatment Class. Pertanyaan yang diajukan saat wawancara dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Daftar Pertanyaan Wawancara
Narasumber Guru
Siswa
Pertanyaan 1. Apakah kegiatan belajar mengajar Sejarah yang berlangsung sudah cukup baik? 2. Berapa jam pelajaran Sejarah di kelas IPA setiap minggunya? 3. Model pembelajaran apa yang digunakan? 4. Apakah siswa dapat memahami materi yang disampaikan degan model pembelajaran tersebut? 5. Apakah sudah menggunakan ICT dalam pembelajaran sejarah? 1. Apakah model pembelajaran sejarah yang dilakukan selama ini bervariasi? 2. Bagaimana proses pembelajaran yang selama ini berlangsung? 3. Apakah proses pembelajaran yang dilakukan menyenangkan? 4. Apa yang dilakukan selama jam pelajaran?
Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk lebih mengetahui bagaimana keadaan sistem pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah yang selama ini diterapkan di SMA Negeri 3 Salatiga. Tahapan penelitian yang kedua adalah tahap eksperimen. Dalam tahap eksperimen ini digunakan dua kelompok kelas yaitu Treatment Class dan Control Class. Treatment Class merupakan kelas yang didalamnya dikembangkan sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA). Sedangkan Control Class adalah kelas yang digunakan sebagai pembanding dimana pada kelas tersebut pembelajaran dilakukan dengan model ceramah. Metode eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga. Tahapan penelitian ditunjukan pada Gambar 2. Identifikasi Sarana dan Prasarana
Mendesain Strategi Pelaksanaan
Pelaksanaan Gambar 2 Tahapan Eksperimen [11]
Tahapan eksperimen yang pertama Identifikasi Sarana dan Prasarana. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang ada di sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk penelitian. Teknologi di SMA Negeri 3 sudah cukup maju, tetapi pemanfaatannya kurang maksimal. Dapat ditunjukan dengan adanya fasilitas lengkap seperti LCD Projector dan Speaker di dalam ruang kelas. Selain itu juga terdapat ruang multimedia yang hanya digunakan guru pengampu mata pelajaran tertentu saja. Padahal sebenarnya semua mata pelajaran dapat di sampaikan dengan menggunakan media yang ada dalam ruang multimedia
12
tersebut. Seperti yang dilakukan pada penelitian ini yaitu mengembangkan sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA) dalam mata pelajaran Sejarah. Dengan memanfaatkan adanya ruang multimedia di SMA Negeri 3 Salatiga dimana di dalamnya sudah terdapat perangkat audio yang berupa sound system dan perangkat visual yang berupa LCD Projector dan komputer sebagai perangkat operator akan sangat membantu dalam proses pengembangan sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA) ini. Tahap Selanjutnya adalah mendesain strategi pelaksanaan. Dalam penelitian ini desain strategi yang pertama dilakukan adalah penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Desain pembelajaran yang digunakan pada Treatment Class dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Desain Pembelajaran Treatment Class Waktu Kegiatan Belajar Keterangan (Menit)
No 1.
Pendahuluan a.
10 menit
Apresepsi Ruang Multimedia dipersiapkan seperti perangkat komputer, absensi, kebersihan dan ketenangan.
b. Memotivasi Peserta didik diberi penjelasan tentang pokok bahasan, pengertian, contoh, pemahaman materi yang akan dipelajari. Peserta didik diberi penjelasan bahwa materi pembelajaran akan disampaikan melalui Audio Visual Aids (AVA) c.
2.
Rambu-rambu belajar Peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan akhir dari pembelajaran materi pada hari itu.
Kegiatan Inti
20 menit
Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Guru memutarkan video pembelajaran. Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: Guru meminta peserta didik menyimak video Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, Peserta didik:
Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui Membenarkan kesalahan materi
13
3.
Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui.
Kegiatan Akhir
15 menit
Mengadakan post test yang bersifat individu.
Proses pembelajaran yang dilakukan pada Treatment Class diawali dengan persiapan untuk proses pembelajaran. Siswa diminta untuk mengecek keadaan ruang multimedia, dan guru melakukan absensi pada siswa. Dalam kegiatan memotivasi guru menjelaskan tentang materi yang akan disampaikan. Dalam hal ini dijelaskan bahwa materi akan disampaikan menggunakan Audio Visual Aids (AVA). Dalam kegiatan inti Audio Visual Aids (AVA) yang berupa video mulai diputar dan guru meminta siswa untuk memperhatikan Audio Visual Aids (AVA) tersebut. Guru juga mengkonfirmasi jika ada kesalahan materi di dalam buku panduan yang digunakan. Pada kegiatan akhir diadakan post test yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. selain itu juga untuk mengetahui apakah Audio Visual Aids (AVA) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selanjutnya adalah mendesain video yang digunakan sebagai media pembelajaran Audio Visual Aids (AVA). Video yang ditampilkan sebagai media pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga dengan materi Pertempuran 10 November 1945 berisi teks materi, gambar para tokoh dan kejadian saat pertempuran yang. Gambar-gambar tersebut diambil dari situs www.kumpulanSejarah.com, juga berisi video dokumenter saat pertempuran berlangsung yang diunduh dari situs www.youtube.com yang diolah menggunakan software Ulead VideoStudio 11. Video pembelajaran ini dilengkapi dengan teks yang menjelaskan setiap kejadian. Sehingga siswa dapat mengerti dengan jelas bagaimana pertempuran 10 November 1945 berlangsung. Selain itu video juga dilengkapi dengan backsound dengan tema perjuangan dan juga terdapat rekaman suara Bung Tomo saat berpidato guna memberikan semangat juang kepada rakyat Indonesia yang berada di Surabaya. Hal tersebut tentunya dapat membuat siswa benar-benar mengerti bagaimana keadaan saat pertempuran terjadi dan dengan adanya backsound yang mendukung siswa dapat terbawa dalam suasana pertempuran 10 November 1945. Dengan menggunakan Audio Visual Aids (AVA) ini diharapkan siswa dapat lebih termotivasi dalam proses belajar dan juga dapat lebih memahami materi yang disampaikan. Tahap eksperimen yang terakhir adalah pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan di ruang multimedia yang ada di SMA Negeri 3 Salatigan selama 1jam pelajaran (45 menit). Dengan mengembangkan sistem pembelajaran menggunakan AVA di dalam ruangan ini tidak akan mengganggu kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung di kelas lain. Ruang multimedia di SMA Negeri 3 Salatiga ini letaknya sangat strategis, yaitu jauh dari ruang kelas dan ruangan ini kedap suara. Penelitian ini juga menggunakan perangkat audio visual berupa sound system, komputer dan LCD Projector yang sudah tersedia juga dapat digunakan dalam pemutaran film pendek. Software yang digunakan dalam penelitian ini adalah aplikasi Windows Media Player atau Media Player Classic dan juga menggunakan Ulead VideoStudio 11 sebagai editor video. Untuk
14
mengetahui apakah pengembangan sistem pembelajaran menggunakan AVA ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan diadakannya tes di akhir pelajaran. Tes digunakan untuk dapat mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang diberikan. Selain itu soal tes juga digunakan sebagai instrumen untuk mengetahui bagaimana hasil belajar antara kelas treatment dengan keadaan siswa yang belajar menggunakan media pembelajaran Audio Visual Aids (AVA) ini dan siswa control class yang belajar menggunakan metode pembelajaran tradisional. Sehingga dengan latihan soal ini dapat diketahui apakah penggunaan media pembelajaran Audio Visual Aids (AVA) cukup efektif dan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga. Tahapan penelitian terakhir adalah evaluasi. Dalam penelitian ini hasil pengembangan yang berupa hasil tes dan kuesioner langsung diuji dan dievaluasi untuk mengetahui bagaimana hasil pembelajaran siswa di SMA Negeri 3 Salatiga dalam mata pelajaran Sejarah. Pengujian nilai tes dilakukan dengan cara mengolah nilai hasil pembelajaran menggunakan aplikasi SPSS 11.5 untuk dapat mengetahui uji beda nilai rata-rata dari Treatment dan Control Class yang diolah menggunakan pengujian Independent-Samples t test. Pada perhitungan Independent-Samples t test langkah pertama adalah menentukan hipotesis. Ho : Tidak ada perbedaan antara rata-rata nilai ujian kelas Treatment dengan rata-rata nilai ujian kelas Control. Ha : Ada perbedaan antara rata-rata nilai ujian kelas Treatment dengan rata-rata nilai ujian kelas Control, yang diuji berdasarkan hipotesis Ho: Tidak ada perbedaan antara rata-rata nilai ujian kelas treat dengan rata-rata nilai ujian kelas co. Ha: Ada perbedaan antara rata-rata nilai ujian kelas treat dengan rata-rata nilai ujian kelas co. Selanjutnya adalah menentukan tingkat signifikansi. Tingkat signifikansi dalam hal ini berarti diambilnya resiko salah dalam mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang sebanyak-banyaknya 5%. Signifikasi 5% atau 0.05 adalah ukuran standar yang digunakan dalam penelitian. Untuk mengetahui signifikansi t test for equality of means adalah jika sig. t test > 0.05 maka Ho diterima (rata-rata kedua group sama. Mean Treatment = Mean Control). Jika sig. T test < 0.05 maka Ho ditolak (rata-rata kedua group berbeda. Mean Treatment = Mean Control). 4.
Hasil dan Pembahasan
Dalam penelitian ini terdapat beberapa informasi yang didapatkan dari tahap pra penelitian untuk mengetahui bagaimana sistem pembelajaran yang selama ini berlangsung dalam mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga. Informasi tersebut didapatkan dari observasi, wawancara dan hasil dari kuesioner. Dari hasil observasi lingkungan dapat diketahui bahwa lingkungan sekolah sangat bagus untuk kegiatan belajar mengajar. Di SMA Negeri 3 Salatiga ini lingkungan sekolahnya sangat bersih, rapi dan terdapat banyak tanaman sehingga udara terasa sangat segar. Hal ini membuat para siswa menjadi lebih nyaman untuk belajar. Ruangan kelas juga cukup luas dan terletak jauh dari jalan raya. Hanya saja ada beberapa kelas yang terletak di pinggiran Selasar Kartini. Hal tersebut cukup mengganggu kegiatan belajar mengajar karena sering terdengarnya suara lalu-lalang kendaraan bermotor. 15
Fasilitas yang mendukung proses belajar mengajar sudah sangat baik di SMA Negeri 3 Salatiga ini. Pada setiap kelas sudah terdapat LCD Projector beserta speaker yang menjadi salah satu fasilitas pendukung dalam penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Selama jam mata pelajaran Sejarah berlangsung tingkah laku siswa dan cara guru mengajar diamati, bagaimana cara guru mengajar, model pembelajaran apa yang guru gunakan. Pada mata pelajaran Sejarah ini guru menggunakan model pembelajaran konvensional. Yaitu guru menyampaikan materi dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah dan siswa memperhatikan. Setelah itu guru memberikan latihan soal yang ada pada buku LKS (Lembar Kerja Siswa). Hal tersebut tampaknya membuat siswa kurang tertarik bahkan merasa bosan dalam mengikuti pelajaran. Selama jam pelajaran banyak siswa yang asyik bercengkrama dengan teman-temannya dan tidak memperhatikan pelajaran. Ada juga siswa yang asyik memainkan handphone, mendengarkan musik dari handphone menggunakan headset, bahkan tidak sedikit yang terlihat mengantuk. Dari beberapa tingkah laku siswa tersebut sudah cukup terlihat bahwa model pembelajaran konvensional yang diterapkan pada mata pelajaran Sejarah ini kurang memotivasi siswa. Siswa merasa bosan dan kurang tertarik untuk mengikuti pelajaran. Apalagi jam mata pelajaran Sejarah rata-rata berlangsung pada siang hari yang membuat siswa yang sudah lelah menjadi mengantuk. Hal ini sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Selain dari observasi, informasi juga didapat melalui wawancara. Dalam pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan wawancara kepada guru pengampu mata pelajaran Sejarah dan juga beberapa siswa. Hal ini bertujuan untuk dapat menggali informasi seputar kegiatan belajar mengajar khususnya dalam mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga. Hasil wawancara yang dilakukan kepada guru dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil Wawancara Guru
Narasumber Guru
Hasil Wawancara 1. Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung selama ini cukup baik. Siswa memperhatikan materi, tetapi beberapa siswa di barisan belakang bercengkrama dengan teman dan bermain handphone 2. Mata pelajaran Sejarah hanya berlangsung selama 1jam pelajaran (45 menit) setiap minggunya 3. Model pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan, yaitu dengan guru ceramah dan siswa mendengarkan 4. Siswa sulit memahami materi yang disampaikan menggunakan model konvensional. Banyak siswa yang kurang jelas dengan materi yang disampaikan 5. ICT belum digunakan karena guru merasa kesulitan dalam mengoperasikannya Dari hasil wawancara kepada guru tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar yang dilakukan 1jam pelajaran setiap minggunya
16
berlangsung selama ini cukup baik. Pembelajaran berlangsung menggunakan model pembelajaran konvensional yang membuat siswa sulit memahami. Guru belum pernah menggunakan ICT apapun dikarenakan guru merasa sulit untuk mengoprasikannya. Selain dilakukannya wawancara kepada guru, wawancara juga dilakukan kepada siswa. Hasil wawancara dapat dilihat pada Tabel 5 Tabel 5 Hasil Wawancara Siswa
Narasumber Hasil Wawancara Narasumber 1 1. Tidak pernah merasakan variasi model pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah 2. Guru menyampaikan dan siswa memperhatikan dilanjutkan dengan pemberian tugas 3. Proses pembelajaran mengakibatkan siswa menjadi mengantuk 4. Bermain game, mendengarkan musik dan bercengkrama dengan teman. Narasumber 2 1. Tidak pernah merasakan variasi model pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah 2. Guru menyampaikan materi yang dapat dibaca dari LKS 3. Proses pembelajaran mengakibatkan siswa menjadi bosan 4. Menggambar selama jam pelajaran Dari hasil wawancara dengan siswa diketahui tentang beberapa kegiatan yang dilakukan siswa selama jam mata pelajaran Sejarah berlangsung. Kegiatan tersebut menunjukkan bahwa siswa-siswa tersebut merasa bosan dan mengantuk selama jam pelajaran Sejarah berlangsung. Model pembelajaran konvensional sepertinya kurang efektif untuk diterapkan pada mata pelajaran Sejarah. Karena siswa terlihat kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran, dan hal tersbut mempengaruhi hasil belajar siswa. Baik dari hasil pemahaman materi maupun nilai yang didapat. Selain melakukan observasi dan wawancara, data juga diperoleh dari pembagian kuesioner. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 3. Tabel 6 Hasil Kuesioner
Aspek Kognitif
Pertanyaan Penjelasan guru dalam menyampaikan materi mudah dipahami. Afektif Sering bertanya ketika materi kurang dipahami Psikomotor Mencatat atau merangkum materi pelajaran
17
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
8%
16%
76%
24%
57%
19%
17%
36%
47%
Kognitif 8%
Tidak Setuju
16%
76%
Afektif 24%
19%
Tidak Setuju
Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Sangat Setuju
Psikomotor 17%
47%
Tidak Setuju Setuju
36%
57% Gambar 3 Pie Chart Hasil Kuesioner Awal (Pembelajaran tidak menggunakan AVA)
Sangat Setuju
Dari hasil kuesioner dapat diketahui bahwa proses pembelajaran yang selama ini berlangsung kurang berpengaruh pada aspek kognitif. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya 76% siswa merasa kurang memahami materi yang diberikan. Pada aspek afektif menunjukkan bahwa siswa cukup sering bertanya ketika materi kurang dipahami. Pada aspek psikomotor diketahui bahwa siswa jarang mencatat atau merangkum materi. Dari hasil tahap pra penelitian tersebut maka dilanjutkan dengan tahap eksperimen. Dimana dalam tahapan ini Sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA) pada mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga dikembangkan. Tahapan eksperimen ini dilakukan dengan menggunakan 2 kelas yang akan diuji. Kelas XI IPA 2 merupakan Treatment Class dimana pada kelas tersebut akan dikembangkan sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA). Sedangkan sebagai pembandingnya yaitu kelas XI IPA 1 yang menjadi Control Class. Dimana pada Control Class sistem pembelajaran dilakukan menggunakan sistem pembelajaran yang sudah berlaku. Sehingga dengan membandingkan hasil dari Treatment dan Control Class dapat diketahui apakah penggunaan media pembelajaran Audio Visual Aids (AVA) cukup efektif dan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga. Desain pembelajaran dari Treatment Class dan Control Class memiliki perbedaan yang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Perbandingan desain pembelajaran Kegiatan Belajar Control Class Kegiatan Belajar Treatment Class
No 1.
Pendahuluan a.
Pendahuluan
Apresepsi Ruang Kelas dipersiapkan seperti absensi, kebersihan dan ketenangan.
a.
Apresepsi Ruang Multimedia dipersiapkan seperti perangkat komputer, absensi, kebersihan dan ketenangan.
b. Memotivasi Peserta didik diberi penjelasan tentang b. Memotivasi Peserta didik diberi penjelasan tentang pokok bahasan, pengertian, contoh, pemahaman materi yang akan pokok bahasan, pengertian, contoh, dipelajari. pemahaman materi yang akan dipelajari. c. Rambu-rambu belajar Peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan akhir dari
18
Peserta didik diberi penjelasan bahwa materi pembelajaran akan disampaikan
pembelajaran materi pada hari itu.
melalui Audio Visual Aids (AVA) c.
2.
Rambu-rambu belajar Peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan akhir dari pembelajaran materi pada hari itu.
Kegiatan Inti
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Guru menjelaskan materi. Elaborasi
Guru memutarkan video pembelajaran. Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Guru meminta peserta didik menyimak Guru meminta peserta didik video mempelajari LKS materi Pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya. Konfirmasi Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, Peserta didik: Dalam kegiatan konfirmasi, Peserta didik: Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui Membenarkan kesalahan materi Menjelaskan tentang hal-hal yang Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. belum diketahui. 3. Kegiatan Akhir Kegiatan Akhir
Mengadakan post test yang bersifat individu.
Mengadakan post test yang bersifat individu.
Proses pembelajaran yang dilakukan pada Treatment Class diawali dengan persiapan untuk proses pembelajaran. Siswa diminta untuk mengecek keadaan ruang multimedia, dan guru melakukan absensi pada siswa. hal tersebut juga dilakukan pada Control Class. Hanya saja pada Control Class pembelajaran dilakukan di dalam kelas. Dalam kegiatan memotivasi guru menjelaskan tentang materi yang akan disampaikan. Pada Treatment Class dijelaskan bahwa materi akan disampaikan menggunakan Audio Visual Aids (AVA).Dalam kegiatan inti pada Treatment Class Audio Visual Aids (AVA) yang berupa video mulai diputar dan guru meminta siswa untuk memperhatikan Audio Visual Aids (AVA) tersebut. Guru juga mengkonfirmasi jika ada kesalahan materi di dalam buku panduan yang digunakan. Berbeda dengan yang dilakukan dalam Control Class. Pada kegiatan inti guru hanya menjelaskan materi dan meminta siswa untuk mempelajari LKS. Pada kegiatan akhir diadakan post test dalam Treatment Class dan Control Class yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. selain itu juga untuk mengetahui apakah Audio Visual Aids (AVA) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penerapan sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA) ternyata mendapatkan respon yang sangat baik dari siswa pada Treatment Class. Tidak seperti pada saat dilakukannya observasi pada awal penelitian dimana siswa terlihat bosan dan tidak memperhatikan pelajaran dengan baik tetapi siswa asyik bermain handphone dan bercengkrama dengan temannya. Dengan menggunakan Audio Visual Aids (AVA) ini siswa lebih memperharikan materi pelajaran. Begitu
19
mereka mengetahui bahwa pada jam pelajaran materi akan disampaikan menggunakan Audio Visual Aids (AVA) berupa video dokumenter yang akan diputar di ruang multimedia mereka terlihat sangat antusias. Sebelum video diputar diinformasikan kepada siswa bahwa akan diadakan tes di akhir jam pelajaran. Dengan begitu siswa akan lebih memperhatikan materi yang disampaikan. Begitu video diputar siswa dari Treatment Class ini sangat tenang dan memperhatikan materi yang disajikan melalui Audio Visual Aids (AVA) ini. Beberapa siswa terlihat memperhatikan sambil mencatat materi pada buku catatan. Siswa-siswa juga merespon dengan mendiskusikan materi dengan teman yang berada di dekatnya. Setelah video selesai diputarkan tes pun dimulai. Siswa terlihat siap untuk mengerjakan soal tes tersebut. Dengan soal tes tersebut dapat diketahui bagaimana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan menggunakan Audio Visual Aids (AVA). Setelah hasil tes dikoreksi ternyata rata-rata siswa dari Treatment Class mendapatkan nilai yang cukup baik. Bahkan tidak sedikit siswa yang mendapatkan nilai sempurna. Hasil nilai rata-rata kelas dari Treatment Class adalah 92,26. Sebelum menerapkan pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA) kuesioner telah dibagikan. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa tentang sistem pembelajaran yang selama ini berlangsung. Setelah sistem pembelajaran dikembangkan menggunakan Audio Visual Aids (AVA) kuesioner kembali dibagikan kepada siswa pada Treatment Class di hari yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah Audio Visual Aids (AVA) dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar pada mata pelajaran Sejarah si SMA Negeri 3 Salatiga. Hasil dari kuesioner dapat dilihat dari Tabel 8 dan Gambar 4 Tabel 8 Hasil Kuesioner Treatment Class
Aspek Kognitif
Pertanyaan Penjelasan materi menggunakan AVA mudah dipahami. Pembelajaran Sejarah menggunakan AVA menyenangkan Mencatat materi yang ada pada video
Afektif
Psikomotor
Kognitif 45%
8%
Sangat Setuju
Nilai 2
Nilai 1
80%
14%
6%
69%
25%
6%
27%
39%
34%
Afektif
Tidak Setuju
6% 25%
Setuju
47%
Nilai 3
Psikomotor Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju
69%
27%
39%
Gambar 4 Pie Chart Hasil Kuesioner Treatment Class (Pembelajaran menggunakan AVA)
20
34%
Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju
Dari hasil kuesioner dapat diketahui bahwa sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA) dalam mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga berpengaruh pada aspek kognitif. Ditunjukkan dari 80% siswa merasa bisa sangat memahami materi pembelajaran yang disampaikan menggunakan Audio Visual Aids (AVA). Pada aspek afektif sebagian besar siswa Treatment Class merasa jika pembelajaran Sejarah menggunakan Audio Visual Aids (AVA) menyenangkan. Pada Treatment Class ini banyak juga siswa yang mencatat materi yang ada pada video. Dari hasil kuesioner tersebut dapat diketahui bahwa pengembangan sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA) dalam mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga dapat meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Selain dilihat dari hasil observasi, nilai tes rata-rata kelas dan hasil kuesioner yang diberikan kepada siswa dari Treatment Class setelah diterapkannya sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA), dalam penelitian ini juga dilakukan wawancara kepada salah satu siswa dari Treatment Class dan guru pengampu mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga. Hasil wawancara dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. Tabel 9 Hasil Wawancara Guru (Treatment Class)
Narasumber Guru
1. 2. 3. 4.
Hasil Wawancara Pertama kalinya diterapkan sistem pembelajaran menggunakan AVA Dengan menggunakan AVA pembelajaran dirasa lebih menyenangkan Tidak terlalu lelah dalam menyampaikan materi Soal tes yang diberikan cukup baik
Dari hasil wawancara kepada guru tersebut dapat diketahui bahwa sistem pembelajaran mata pelajaran Sejarah selama ini belum pernah menggunakan AVA. Guru merasa dengan menggunakan AVA pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak terlalu lelah dalam menyampaikan materi. Soal tes yang diberikan di akhir pelajaran juga cukup baik. Selain dilakukannya wawancara kepada guru, wawancara juga dilakukan kepada siswa. Hasil wawancara dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Hasil Wawancara Siswa (Treatment Class)
Narasumber Narasumber 1
Hasil Wawancara 1. Pembelajaran menggunakan AVA menyenangkan 2. Pembelajaran menggunakan AVA mudah dipahami 3. Pembelajaran menggunakan AVA tidak membosankan
Dari hasil wawancara dengan siswa dapat diketahui bahwa AVA dirasa sangat menyenangkan dan tidak membosankan. Materi yang disampaikan menggunakan AVA lebih mudah untuk dipahami. Pada Control Class materi pembelajaran dari mata pelajaran Sejarah tentang Pertempuran 10 November 1945 tidak disampaikan menggunakan Audio Visual Aids (AVA). Selama jam pelajaran berlangsung apa yang dilakukan oleh siswa tidak jauh berbeda dengan hasil observasi awal. Banyak siswa yang mengantuk, bermain handphone dan bercengkrama dengan teman. Hanya
21
beberapa siswa yang duduk di barisan depan yang benar-benar memperhatikan pelajaran. Seperti Treatment Class, pada akhir pelajaran tes juga diberikan kepada siswa dari Control Class. Hasil yang didapatkan cukup memuaskan. Tetapi tidak sebaik yang didapatkan siswa Treatment Class. Ada beberapa siswa yang mendapatkan nilai sempurna. Tetapi tidak sebanyak siswa pada Treatment Class. Hasil nilai rata-rata pada Control Class adalah 82,79. Selain dilihat dari hasil observasi selama proses belajar mengajar berlangsung dan hasil nilai tes yang diberikan di akhir pelajaran, dalam penelitian ini wawancara juga dilakukan kepada beberapa siswa dari siswa Control Class. Hasil wawancara dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12. Tabel 11 Hasil Wawancara Guru
Narasumber Guru
Hasil Wawancara 1. Proses pembelajaran sama seperti biasanya 2. Hanya siswa barisan depan yang memperhatikan 3. Cepat lelah dalam menyampaikan materi
Dari hasil wawancara kepada guru tersebut dapat diketahui bahwa sistem pembelajaran mata pelajaran Sejarah pada Control Class sama seperti proses pembelajaran yang biasa dilakukan. Guru merasa cepat lelah dalam menyampaikan materi karena penyampaian materi menggunakan model ceramah. Selain dilakukannya wawancara kepada guru, wawancara juga dilakukan kepada siswa. Hasil wawancara dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Hasil Wawancara Siswa (Control Class)
Narasumber Narasumber 1
Narasumber 2
Hasil Wawancara 1. 2. 3. 1. 2.
Merasa bosan Duduk di posisi depan membuat harus memperhatikan materi Duduk di posisi depan dan mendapatkan nilai 100 Merasa bosan dan mengantuk Duduk di posisi belakang sehingga dapat bermain game di handphone 3. Mendapat nilai 73 karena tidak memperhatikan materi
Wawancara dilakukan kepada 2 siswa yang mendapatkan nilai yang berbeda. Narasumber yang pertama mengaku merasa bosan selama jam pelajaran. Tetapi siswa tersebut tidak bisa menghilangkan rasa bosannya dikarenakan siswa tersebut duduk di posisi depan. Hal tersebut membuatnya harus memperhatikan materi sehingga siswa tersebut mendapatkan nilai 100. Berbeda dengan narasumber kedua yang duduk di posisi paling belakang. Siswa tersebut dapat bermain game dan tidak memperhatikan materi sehingga mendapat nilai 73. Dari analisa hasil yang telah dilakukan terhadap Control Class dan Treatment Class terdapat beberapa perbedaan. Yang pertama adalah dari hasil observasi yang dilakukan selama pelajaran belangsung. Hasil observasi yang dilakukan pada siswa Control Class tidak jauh berbeda dengan hasil observasi yang dilakukan pada awal penelitian. Siswa masih terlihat kurang tertarik dengan materi pelajaran. Banyak siswa yang malah asyik bermain handphone ataupun bercengkrama dengan temannya. Sangat berberda dengan siswa pada Treatment Class. Selama materi disampaikan melalui Audio Visual Aids (AVA) siswa tenang
22
dan sangat memperhatikan materi. Mereka terlihat sangat antusias untuk melihat video yang ditayangkan. Beberapa siswa juga terlihat mencatat materi yang ada pada video. Tidak ada siswa yang asyik memainkan handphone seperti siswa pada Control Class. Dari hasil observasi tersebut dapat diketahui bahwa penerapan sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA) dalam mata pelajaran Sejarah dapat meningkatkan motivasi siswa-siswa dalam belajar. Hal tersebut sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Yang kedua adalah dari hasil tes yang dilakukan di akhir jam pelajaran terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara Control Class dengan Treatment Class. Perbedaan hasil tersebut dapat dilihat dari hasil rata-rata nilai kelas yang diperoleh. Control Class mendapatkan rata-rata nilai kelas 82,79. Berbeda dengan Treatment Class yang jauh lebih unggul dengan nilai 92,26. Data yang didapatkan dari hasil tes diuji untuk mengetahui apakah kedua rata-rata nilai kelas yaitu dari Treatment Class dan Control Class berbeda secara signifikan. Hasil pengujian yang dilakukan menggunakan pengujian Independent-Samples t test pada aplikasi SPSS yang dapat dilihat pada tabel 13 dan tabel 14. Tabel 13 Group Statistics
NILAI
TREAT_CO treat
N
co
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
38
92,26
7,748
1,257
38
82,79
13,093
2,124
Tabel 14 Independent Samples Test NILAI Equal variances Equal variances assumed not assumed Levene's Test for Equality of Variances
F 12,905 Sig.
t-test for Equality of Means
,001
t
df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference
3,839
3,839
74
60,086
,000
,000
9,47
9,47
2,468
2,468
4,556
4,537
14,391
14,410
Lower
Upper
Pada Tabel 14 diketahui nilai sig = 0,001 yang lebih kecil daripada 0,05. Hal tersebut berarti bahwa Ho ditolak atau Ha diterima. Jadi ada perbedaan antara nilai rata-rata Treatment Class dengan nilai rata-rata Control Class. Pada Tabel 13
23
terlihat rata-rata (mean) untuk kelas treat (Treatment Class) adalah 92,26 dan untuk kelas co (Control Class) adalah 82,79, artinya bahwa rata-rata nilai tes Treatment Class lebih tinggi daripada rata-rata nilai ujian Control class. Nilai t hitung positif, berarti rata-rata group1 (Treatment Class) lebih tinggi daripada group2 (Control Class) dan sebaliknya jika t hitung negatif berarti rata-rata group1 (Treatment Class) lebih rendah dari pada rata-rata group2 (Control Class). Perbedaan rata-rata (mean diference) sebesar 9,47 (92.26 – 82.79). Dari perbedaan nilai tersebut dapat diketahui bahwa penerapan sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA) dalam mata pelajaran Sejarah berpengaruh untuk dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Selain itu dari hasil kuesioner yang dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4 dapat diketahu bahwa penggunaan Audio Visual Aids (AVA) dapat meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor pada siswa. 5.
Simpulan
Berdasarkan pengujian dan analisis pengembangan sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA) dalam mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga, maka dapat diambil beberapa kesimpulan: (1) Penggunaan media pembelajaran ternyata dapat mempengaruhi motivasi dan hasil belajar siswa. (2) Penggunaan Audio Visual Aids (AVA) dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran ilmu sosial seperti mata pelajaran Sejarah dimana dalam mata pelajaran tersebut terdapat banyak materi yang harus dihafalkan. (3) Sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA) dapat meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor pada siswa. Untuk menyempurnakan penelitian ini disarankan video yang diunduh dari situs www.youtube.com dapat diolah dan ditambahkan sarana interaktif yang dapat menambahkan penguasaan psikomotorik dari siswa. 6. [1] [2] [3] [4] [5] [6]
[7]
Daftar Pustaka Kemp, J. E, 1980, Planning and Producing Audio Visual Materials. New York: Harper and Row Publishers. Haryanto, Y, 1995, TEFL II (Modul 1-9). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Shin, J. K, 2006, Ten helpful ideas for teaching english to young learners, English Teaching Forum. 44(2), hal. 2-7. Curzon, L. B, 1985, Teaching in Further Education, 3rd Edition. London : Cassell Education. Moller, Hans, 1970, Media for Discovery. Toronto: Maclean-Hunter. Ramendra, Dewa Putu & Ni Made Ratminingsih, 2007, Pemanfaatan Audio Visual Aids (AIDS) Dalam Proses Belajar Mengajar Mata Pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar, Jurnal Penelitian dan Pengembangan, vol. 1 No. 2, hal. 78-95. Muhammad Rusydi Rasyid, 2008, Optimalisasi Peran Guru Dalam Proses Transformasi Pengetahuan Dengan Menggunakan Media Pembelajaran, Lentera Pendidikan Vol. 11 No. 1, hal. 55-68.
24
[8] Arsyad, Azhar, 2004, Media Pembelajaran, Jakarta: RajaGrafindo Persada. [9] Hamalik, Oemar, 1986, Media Pendidikan. Bandung : Penerbit Alumni. [10] Browker, R. R, 2000, Audiovisual Market Place. Medford: Information today Inc. [11] Frederickson, S, 2002. Interactive multimedia storybooks. Learning and Leading with Technology vol. 25 No. 1, hal. 6-10.
25