A. BESARAN DAN SATUAN Teori Singkat : Di dalam Fisika gejala alam diamati melalui pengukuran. Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran sejenis yang disepakati sebagai patokan (standart). Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka. Satuan adalah sesuatu yang menyertai besaran Contoh : besaran panjang satuannya meter, besaran waktu, satuannya detik dan lain sebagainya Dimensi adalah cara besaran itu disusun dari besaran pokok Besaran dibagi 2 macam : Besaran Pokok dan Besaran Turunan Besaran Pokok 1. Panjang 2. Massa 3. Waktu 4. Suhu 5. Kuat arus 6. Kuat cahaya 7. Jumlah zat
Satuan meter (m) kilogram (kg) detik (s) kelvin (k) ampere (A) kandela (cd) mol (n)
Dimensi [L] [M] [T] [θ] [I] [J] [N]
1. Mistar Mistar mempunyai skala terkecil dalam milimeter (mm) dan memiliki ketelitian = 1 mm atau 0,1 cm . Ketelitian mistar adalah 1 setengah dari skala terkecilnya. Jadi x 1 2 mm = 0,5 mm atau 0,05 cm
2. Jangka Sorong Jangka sorong mempunyai dua skala yaitu skala utama dan skala nonius. Skala nonius terdiri dari 10 bagian yang panjangnya 9 mm. Selisih satu skala utama dengan satu skala nonius sama dengan 1 mm – 0,9 mm = 0,1 mm. Ketelitian jangka sorong adalah 1 setengah dari skala terkecilnya. Jadi x 0,1 2 mm = 0,05 mm atau 0,005 cm Skala nonius
Selain besaran pokok diatas adalah besaran turunan Contoh : gaya, berat, massa jenis, volume dan lain sebagainya Tips Soal Dimensi : Langkah penyelesaian jika menghadapi soal yang menanyakan tentang dimensi : 1. Mengetahui rumusnya 2. Menerjemahkan rumus ke dalam besaran pokok 3. Mengubah satuan ke dimensi
Ketelitian Pengukuran dan Angka Penting Di dalam pengukuran kita mengenal berbagai perangkat ukur dan hasil pengukuran yang berujud angka-angka. Diantara alat ukur panjang yang perlu diketahui adalah : 1. Mistar 2. Jangka sorong 3. Mikrometer sekrup
Skala utama
Sebagai contoh pada pengukuran diatas, kita dapatkan 2,3 cm + 0,2 mm = 2,32 cm
3. Mikrometer Sekrup Mikrometer Sekrup mempunyai dua skala yaitu skala utama dan skala nonius. Skala nonius terdiri dari 50 skala. Setiap kali skala nonius diputar 1 kali, maka skala nonius bergerak maju atau mundur sejauh 0,5 mm. Sehingga satu skala nonius sama dengan 0,5 mm = 0,01 mm. Ketelitian mikrometer 50 sekrup adalah setengah dari skala 1 terkecilnya. Jadi x 0,01 mm = 0,005 mm 2 atau 0,0005 cm
Skala Utama Benda yang diukur
Pemutar
Skala nonius
Sebagai contoh pada pengukuran diatas, kita dapatkan 9,5 mm + 0,40 mm = 9,90 mm
Angka Penting Penulisan angka penting mengikuti aturan : 1. Semua angka bukan nol merupakan angka penting Contoh : 564,9 m empat angka penting 76,824 kg lima angka penting 2. Angka nol yang terletak diantara angka bukan nol merupakan angka penting Contoh : 20,7 m tiga angka penting 96, 04 kg empat angka penting 3. Angka nol yang terletak disebelah kanan angka bukan nol tanpa koma desimal adalah bukan angka penting, sedangkan angka nol di sebelah kanan angka bukan nol dengan koma desimal, merupakan angka penting Contoh : 340 m dua angka penting 54,80 kg empat angka penting 4. Angka nol yang terletak disebelah kiri angka bukan nol, baik yang disebelah kiri maupun sebelah kanan koma desimal, bukan merupakan angka penting Contoh : 0,67 m dua angka penting 0,007 kg satu angka penting 5. Angka yang diberi garis bawah atau garis di atasnya merupakan batas angka penting dihitung paling kiri penulisan angka Contoh : 6987 m tiga angka penting 9,047 kg dua angka penting
Aturan operasi angka penting: 1. Penjumlahan dan pengurangan Hasil penjumlahan dan pengurangan hanya diperbolehkan mengandung satu angka taksiran (angka terakhir suatu angka penting) Contoh : 45,67 (4 angka penting) 12,4 (3 angka penting) + 70,17 (ditulis 70,2 memiliki 3 angka penting) 2. Perkalian, Pembagian dan akar pangkat dua atau lebih Hasil akhir operasi diatas, hanya boleh memiliki angka penting paling sedikit dari komponen-komponen operasi tersebut Contoh : 4,38 x 1,2 = 5,256 (ditulis 5,3 memiliki 2 angka penting, karena komponen pengali terkecil adalah 2 angka penting) Aturan pembulatan angka dibelakang koma 1. Jika angka dibelakang koma yang akan dibulatkan kurang dari 5, maka angka dibulatkan ke bawah Contoh : 36,632 → 36,63 atau 36,6 78,73 → 78,7 2.
Jika angka dibelakang koma yang akan dibulatkan 5 atau lebih, maka angka dibulatkan ke atas Contoh : 92,676 → 92,68 atau 92,7 23,45 → 23,5
Kesalahan dalam Pengukuran Pengukuran dalam fisika dapat berupa : 1. Pengukuran tunggal 2. Pengukuran berulang 1. Pengukuran Tunggal Hasil pengukuran yang dilakukan dengan sekali percobaan dinyatakan oleh : X = X1 ± X Dengan : X1 = hasil pengukuran tunggal X = nilai ketidakpastian
X = 1/2 X skala terkecil
Contoh : Hasil satu kali pengukuran sebuah tongkat dengan mistar adalah 23,56 cm, maka penulisan hasil yang benar adalah … L = (23,56 ± 0,01) cm
55,6 + 55,7 + 55,9 + 55,1 + 55,4 5 = 55,54 cm
L=
(
1 ∆L = N
Yakni dengan mengingat X = 1/2 x 1 mm = 0,5 mm X = 0,005 cm = 0,01 cm
) cm
N ΣL2i - (ΣL i )2 N -1 2
1 5 (15423,83) - (277,7 ) ∆L = 5 5 -1
2. Pengukuran Berulang Hasil pengukuran yang dilakukan dengan beberapa kali percobaan dinyatakan oleh : X = X ± X
X = nilai rata-rata X = nilai ketidakpastian ∆X Ketidakpastian relatif = x 100 % X Nilai rata-rata : Σ X i X 1 + X 2 + X 3 + .... X n X= = ⋅ N N
= 0,136 cm ∆L x 100 % L = 0,24 % Karena ketidakpastian sekitar 1%, maka hasil laporan pengukuran ditulis dalam 3 angka
Ketidakpastian relatif =
Jadi L = ( 55,5 ± 0,1) cm
Besaran Vektor dan Besaran Skalar Besaran dapat pula dibagi menjadi Besaran Vektor dan Besaran Skalar
N = Banyaknya pengukuran
∆X =
1 N
N ΣX i2 - (ΣX i ) N -1
2
Ketidakpastian relatif sekitar 10 % berhak atas 2 angka penting Ketidakpastian relatif sekitar 1 % berhak atas 3 angka penting Ketidakpastian relatif sekitar 0,1 % berhak atas 4 angka penting Banyak desimal hasil pengukuran harus sama dengan banyak desimal ketidakpastian Contoh : Seorang anak mengukur panjang sebuah meja dengan hasil berturut-turut 55,6 cm, 55,7 cm, 55,9 cm, 55,1 cm dan 55, 4 cm. Tentukan hasil pengukuran beserta ketidak pastiannya !
Pengu kuran 1 2 3 4 5
L (cm)
L2 (cm2)
55,6 55,7 55,9 55,1 55,4 ∑L = 277,7
3091,36 3102,49 3124,81 3036,01 3069,16 2 ∑ L = 15423,83
Besaran Vektor adalah besaran yang memiliki nilai (magnitude) dan arah. Notasi vektor biasa ditulis dengan huruf tebal atau dengan memberi tanda panah kecil diatas huruf atau hanya memberi tanda garis diatas huruf r Contoh : V (=kecepatan), a (= percepatan), F (= gaya), dan lain sebagainya Besaran Skalar adalah besaran yang hanya memiliki nilai (magnitude) Contoh : suhu, waktu, laju, perlajuan dan lain sebagainya Resultan Vektor adalah operasi-operasi yang terjadi dari 2 besaran vektor atau lebih Vektor satuan adalah suatu vektor yang nilainya 1 satuan dan memiliki arah searah dengan sumbu koordinat. Pada koordinat kartesian 2 dimensi dinyatakan oleh i dan j, sedang pada koordinat 3 dimensi dinyatakan oleh i, j dan k 2 dimensi Y
j
i
X
i dan j vektor posisi pada sumbu X dan Y
Penjumlahan 2 vektor r r r a+b= R
3 dimensi
Besar :
r R = a 2 + b 2 + 2 ab cos θ
Z Arah :
k
r a
j
r R
Y
i X i , j dan k vektor posisi pada sumbu X,Y dan Z
θ
r b
Contoh : 1. Jika θ = 00
Dua vektor searah
Metode Resultan Vektor : 1. Metode poligon 2. Metode jajaran genjang 3. Metode menguraikan vektor
F1 F2 FR
1. Metode poligon
FR = F1 + F2
Metode ini dilakukan dengan cara menyambung kepala vektor dengan ekor vektor lain dan resultan vektor tersebut adalah menghubungkan ekor vektor pertama dengan kepala vektor yang terakhir. Contoh :
F1
F2
F3
Bukti : FR =
F12 + F22 + 2F1 F2 cos 0
(
FR
= F1 + F2 = F1 + F2
)
2
terbukti
2. Jika θ = 900 lurus
Dua vektor tegak
F2
FR
FR = F1 + F2 + F3 F2
F1
F3
F1
FR =
FR Catatan : Tanda (-) negatif menunjukkan arah vektor berlawanan dengan arah semula Contoh : F1
F2
F3
Bukti : FR =
FR =
F1 + F2
F12 + F22 + 2F1 F2 cos 90
F12 + F22
terbukti
3. Jika θ = 1800 berlawanan arah
FR = F1 - F2 + F3
Dua vektor
1800
F2
F2 F3
F1
F1
FR = F1 - F2
FR 2. Metode jajaran genjang Metode ini dilakukan dengan cara menyatukan ekor vektor, sehingga membentuk sudut θ dan resultan vektor tersebut adalah diagonal jajaran genjang kedua vektor tersebut
Bukti : FR =
F12 + F22 + 2F1 F2 cos 180 0
(
FR
= F1 - F2 = F1 - F2
)
2
terbukti
4. Jika 0 < θ < 900 (atau sembarang θ) FR
A . B = AB cos θ Jika A = Ax i + Ay j + Az k dan B = Bx i + By j + Bz k maka
F2
θ F1
A . B = AxBx + AyBy + AzBz FR =
2 1
2 2
F + F + 2F1 F2 cos θ
Dengan mengingat :
Catatan : Resultan gaya berada pada Interval :
i .i = j.j = k.k = 1
2. Perkalian Silang Vektor
F1 – F2 ≤ FR ≤ F1 + F2
3. Metode menguraikan vektor Paduan lebih dua vektor dapat dihitung besar dan arah resultannya melalui koordinat kartesius, yaitu masing-masing vektor diproyeksikan terhadap sumbu-x dan sumbu-y sehingga resultannya dapat ditentukan. Y F1y F1
Hasil perkalian silang dua besaran vektor merupakan besaran vektor yang arahnya tegak lurus terhadap kedua vektor dengan besarnya adalah AB sin θ
C B θ
A Besar :
A X B = AB sin θ
F2 F2y θ2
Arah :
θ1 X
F2x F3 F F1 F2 F3
AXB=C
F1x
Sumbu x F1x = F1 cos θ1 F2x = F2 cos θ2 --
Sumbu y F1y = F1 sin θ1 F2y = F2 sin θ2 F3
∑ Fx = F1x - F2x
Catatan : a. Arah perkalian silang vektor memiliki kaidah "putaran sekrup". Z k j
Resultan FR =
ΣFX2 + ΣFY2
∑ Fy = F1y +F2y –F3 Arah Resultan tan θ =
Y
i X ixj=k ; jxk=i; kxi=j;
ΣFy
jxi=-k kxj=-i ixk=-j
ΣFX
Perkalian Vektor : 1. Perkalian Titik Vektor 2. Perkalian Silang Vektor
Dengan demikian secara umum : AxB≠BxA
1. Perkalian Titik Vektor Hasil perkalian titik dua besaran vektor merupakan besaran skalar
b. Penyelesaian persamaan untuk tiga dimensi dapat digunakan dengan persamaan matriks sebagai berikut :
A = Ax i + Ay j + Az k AXB=? B
B = Bx i + By j + Bz k θ
A
AXB =
i j k Ax Ay Az Bx By Bz
Y C>0 X
Bentuk Grafik
A X B = + i (AyBz – AzBy) – j (AxBz – AzBx) + k (AxBy – AyBx)
C<0
Contoh : 1. S = Vo t + ½ a t2 ===>GLBB s (m)
=====O0O===== t (dt)
Interpretasi Grafik Teori Singkat : Di dalam fisika, disamping kemampuan menganalisis soal berbentuk uraian diperlu kan pula keterampilan menganalisa soal berbentuk grafik. Langkah penyelesaian jika menghadapi soal yang menanyakan bentuk grafik dari suatu perumusan adalah : 1. Mengetahui rumusnya 2. Dapat menginterpretasikan rumus dalam bentuk grafik Secara umum perlu diketahui 4 bentuk interpretasi grafik sebagai berikut :
2. Ep = ½ k x2 ===> Energi potensial pegas Ep (J)
x (m) 3. Berbanding terbalik linear
Y
1. Berbanding lurus linear Bentuk rumus
C X
Bentuk Rumus Y =
Y=CX
Bentuk Grafik X
Y Bentuk Grafik
α) X tg α = c = gradien grafik contoh : 1. S = V t ===> GLB
f
λ
S
t 2. P V = n R T ===> Gas ideal Pada volume tetap (proses isochorik) nR P= T ===> P = C T V P T 2. Berbanding lurus kuadratis Bentuk rumus
Contoh : 1. f = v/ λ ===> frekuensi
Y = C X2
2. P V = n R T ===> Gas ideal Pada suhu tetap (proses isothermis) nR C P= T ===> P = V V P
V 4. Berbanding terbalik kuadratis Bentuk Rumus Y = C2 X
Y
2. F =
dp dt
3. P =
dW dV
Bentuk Grafik X
Masing-masing dapat diuraikan satu diantara dua kemungkinan, kalau bukan berbicara gradien, pasti luasan.
Contoh : 1. F =
q1 q 2 ===> Gaya Coulomb 4 πεοr 2
Catatan : Bangun yang sering keluar dalam soal adalah luasan bangun trapesium :
F
a
r
b L=½c(a+b)
2. F = G
m1 m 2 r2
c
===> Gaya Gravitasi
Contoh Soal dan Pembahasan :
F
1.
r Disamping ke empat konsep grafik diatas, masih terdapat interpretasi yang lain sebagai berikut :
Tipe : 1 Tinjau V = dS/dt ===> V merupakan gradien grafik S – t. S
α
t
tg α = V = dS/dt
Tipe : 2 Tinjau V = dS/dt, ===> dS = V dt, maka : S = ∫ V dt ===> Artinya S (jarak) dapat ditentukan dengan menghitung besarnya luasan di bawah kurva V – t. Misal :. V S = luasan segitiga t Hal ini berlaku pula untuk semua perumusan lain yang memiliki tipe perumusan sebagai mana diatas. Contoh yang lain : 1. a =
dV dt
4. I =
dq dsb dt
Besaran-besaran di bawah ini yang TIDAK merupakan besaran besaran turunan adalah: A. momentum D. gaya B. volume E. massa C. kecepatan Jawaban : E (Lihat teori singkat)
2. Meter2 kilogram per detik adalah satuan D. momen kelembaman A. energi B. daya E. momentum sudut C. momen gaya Jawaban : E A. Energi (w) = 1. ½ m v2 = m g h = kg m2/dt2 = Joule 2. q V (energi listrik) = elektron-volt 3. P t = watt-detik = kilowatt-jam (Kwh) = daya kuda (Hp) w B. Daya (P) = = kg m2/dt3 t C. Kelembaman (I) = ∑ m r2 = kg m2 D. Momen gaya (τ ) =d x F = kg m2/dt2 E. Momentum sudut (L) = I ω = kg m2/dt 3. Besaran di bawah ini yang memiliki dimensi [ M ] [ L ]-1 [ T ] –2 adalah A. gaya D. momentum B. tekanan E. percepatan C. energi Jawaban : B
Dari dimensi [ M ] [ L ]-1 [ T ] –2 di dapat satuannya kg/ms2 Analisa : A. Gaya ===> F = m a = kg m/s2 = [ M ] [ L ] [ T ] –2 B. Tekanan ===> P = F/A = mg / A = kg m/s2 / m2 = [ M ] [ L ]-1 [ T ] –2 C. Energi ===> W = m g h = kg m/s2 = [ M ] [ L ] 2[ T ] –2 D. Momentum ===> P = m v = kilogram m/dt = [ M ] [ L ] [ T ] –1 E. Percepatan ===> a = v/t = kilogram m/dt 2 = [ M ] [ L ] [ T ] –2 4. Rumus dimensi momentum adalah : A. [ M ] [ L ] [ T ] –2 B. [ M ] [ L ] -2[ T ] –2 C. [ M ] [ L ]-1 [ T ] –1 D. [ M ] [ L ] [ T ] –1 E. [ M ] [ L ]-1 [ T ] Jawaban : D Rumus : P = mv (satuan) = kgm/s (dimensi) = [ M ] [ L ] [ T ]-1 5. Untuk mengukur diameter lubang botol bagian dalam, agar teliti harus digunakan alat yaitu… A. penggaris dengan skala cm B. jangka sorong C. respirometer D. mistar dengan skala mm E. mikrometer sekrup Jawaban : B Untuk mengukur diameter lubang botol bagian dalam alat ukur yang tepat adalah jangka sorong 6. Hasil pengukuran tebal sebuah buku adalah 0,02540 m. Banyaknya angka penting pada hasil pengukuran tersebut adalah … A. dua D. lima B. tiga E. enam C. empat Jawaban : C Angka nol yang terletak disebelah kiri angka bukan nol, baik yang disebelah kiri
maupun sebelah kanan koma desimal, bukan merupakan angka penting 7. Sebuah pita diukur ternyata lebarnya 12,3 mm dan panjangnya 125,5 cm. Luas pita mempunyai angka penting sebanyak … D. lima A. dua B. tiga E. enam C. empat Jawaban : B Hasil akhir operasi diatas, hanya boleh memiliki angka penting paling sedikit dari komponen-komponen operasi tersebut 8. Dua buah gaya yang besarnya 10 N dan 5 N bekerja pada satu titik tangkap dan keduanya membentuk sudut α. Agar dihasilkan gaya resultan sebesar 25 Newton, maka nilai cos α adalah … A. 4 D. 7 B. 5 E. 8 C. 6 Jawaban : B
FR =
F12 + F22 + 2 F1 F2 cos α
25 = 10 2 + 5 2 + 2 (10) (5) cos α 625 = 125 + 100 cos α 500 cos α = cos α = 5 100 9.
Jika sebuah vektor dari 12 N diuraikan menjadi dua buah vektor yang saling tegak lurus dan yang sebuah dari padanya membentuk sudut 300 dengan vektor itu, maka besar masing-masing vektor adalah A. 6 N dan 6 3 N B. C. D. E.
6 N dan 6 6 N dan 3 3 N dan 3 3 N dan 3
2N 2N 2N 3N
Jawaban : A Perhatikan grafik berikut ! Fy
F = 12 N 30
Fx Fx = 12 cos 300 N
Fx = 6
Fy = 12 sin 300 N
Fx = 6 N
3 N
10. Dua vektor A = -2i + 3j - 4k dan B = 2i + 2j - 3k, maka A x B adalah … A. i + 14j + 10k B. -i - 14j - 10k C. i - 14j + 10k D. -i + 10j - 14k E. -i + 10j + 14k Jawaban : B
AXB =
i -2 2
j 3 2
k -4 -3
= i(-9 + 8) – j(6 + 8) + k (-4 – 6) A X B = -i - 14j - 10k
=====O0O===== Soal-soal : 1. Satuan kuat medan listrik dinyatakan dalam 1. Newton/coulomb 3. Volt/meter 2. Joule/newton 4. Coulomb/volt Pernyataan diatas yang sesuai adalah : A. 1, 2 dan 3 D. 4 B. 1 dan 3 E. semua salah C. 2 dan 4 2. KWh adalah satuan dari … A. kuat arus listrik D. daya listrik B. hambatan listrik E. energi listrik C. potensial listrik 3. Satuan tekanan dalam S.I. adalah : A. Atmosfer D. Newton B. Pascal E. Mm Hg C. Cm Hg 4. Pada hukum Boyle PV = k ; k mempunyai dimensi : A. daya D. momentum linear B. usaha E. konstanta pegas C. suhu 5. Dalam sistem SI, satuan kalor adalah : A. kalori D. derajat kelvin B. joule E. derajat celcius C. watt 6. Yang bukan besaran vektor diantara besaran berikut ini adalah … A. kecepatan D. gaya B. laju E. pergeseran C. percepatan 7. Lintasan sebuah partikel dinyatakan dengan x = A + Bt + Ct2. Dalam rumus itu x
menunjukkan tempat kedudukan dalam cm, t waktu dalam sekon, A, B, dan C masingmasing merupakan konstanta. Satuan C adalah … A. cm/s D. s/cm 2 B. cm/s E. cm C. cm.s 8. Permitivitas hampa mempunyai dimensi : A. [ M ] [ L ] [ T ] –2[ I ]–1 B. [ M ] [ T ] –2[ I ] –1 C. [ M ]2[ L] [ T ] –2[ I ] –1 D. [ M ] [ L ]–1 [ T ] –3[ I ]2 E. [ M ]-1 [ L ]-3 [ T ]4[ I ]2 9. Dimensi konstanta Planck adalah A. [ M ] [ L ]2 [ T ] –3 B. [ M ] [ L ]2 [ T ] –1 C. [ M ] [ L ]2 [ T ] –2 D. [ M ] [ L ]–2 [ T ] –3 E. [ M ] [ L ]3 [ T ] –3 10. Meter kubik adalah … A. besaran pokok B. besaran tambahan C. besaran turunan D. satuan besaran turunan E. satuan besaran pokok 11. Alat ukur jangka ketelitian … A. 0,01 cm B. 0,01 mm C. 0,1 cm
sorong
mempunyai
D. 0,001 cm E. 1 mm
12. Pada pengukuran pelat logam diperoleh hasil panjang 1,75 m dan lebar 1,30 m. Luas pelat menurut aturan penulisan angka penting adalah … A. 2,275 m2 D. 2 m2 2 B. 2,28 m E. 2,2750 m2 2 C. 2,3 m 13. Tiga buah gaya F1, F2 dan F3 memiliki arah dan besar seperti pada gambar. Pernyataan yang benar adalah …
F3
A. F1 + F2 = F3 B. F2 + F3 = F1 C. F1 + F2 + F3 = 0
F2 F1 D. F1 – F2 = F3 E. F3 + F1 = F2
14. Dua vektor besarnya masing-masing 6 satuan dan 8 satuan. Besarnya vektor resultan yang tidak mungkin adalah … A. 1 satuan D. 10 satuan
B. 2 satuan C. 9 satuan
E. 14 satuan
15. Dua buah vektor masing-masing mempunyai nilai atau harga sama dengan resultannya apabila kedua vektor tersebut saling mengapit sudut … A. 300 D. 900 B. 450 E. 1200 0 C. 60 16. Besaran berikut yang berdimensi sama adalah … A. massa dan berat B. kecepatan dan percepatan C. energi potensial dan usaha D. energi kinetik dan tekanan E. gaya dan daya 17. Pada gambar berikut ini B x A adalah vektor C B
A A. –A B. – C C. – B
D. C E. A
18. Hasil pengukuran massa sebuah kelerang adalah 54 gram. Jumlah massa sembilan kelereng yang sejenis dan seukuran dengan kelereng pertama adalah … D. 500 gram A. 486 gram B. 490 gram E. 400 gram C. 480 gram 19. Pada GLBB, grafik yang menyatakan hubungan antara energi kinetik suatu benda dengan waktunya adalah : A. Ek
D Ek
t B. Ek
t E. Ek
t C. Ek
t
t
20. Hukum coulomb dapat dinyatakan melalui qq persamaan F = k 1 2 2 grafik berikut yang r menggambarkan persaman tersebut adalah A. F
D. F
r2 B. F
r2 E. F
r2 C. F
r2
=====O0O=====
r2