1.
Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Perikanan
2.
Tenaga Pengajar di jurusan Teknologi Hasil Perikanan Universitas Negeri Gorontalo
1
ANALISIS MUTU GARAM TRADISIONAL DI DESA SIDUWONGE KECAMATAN RANDANGAN KABUPATEN POHUWATO PROVINSI GORONTALO Nanang Kasim Pakaya, Rieny Sulistijowati, Faiza A Dali ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui mutu organoleptik dan kimiawi garam hasil produksi petani garam di Desa Siduwonge Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo.Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2014 yang meliputi kegiatan pengambilan sampel garam dilapangan dan pengujian di laboratorium. Tempat pengambilan sampel garam adalah di Desa Siduwonge Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo dan pengujian analisis kimia dilakukan di BPPMHP (Balai Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan) Provinsi Gorontalo dan Laboratorium Kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo.Metode penelitian yang digunakan dalam analisis data hasil penelitian adalah metode deskriptif. Hasil observasi menunjukkan bahwa karakteristik garam berdasarkan lama pengeringan yang berbeda yaitu 3, 5, dan 7 hari memiliki bau, rasa, dan warna yang berbeda. Hasil analisis mutu kimia garam menunjukkan bahwa kadar air memenuhi syarat sebagai bahan baku untuk industri maupun untuk konsumsi, namun ditinjau dari kandungan Natrium Clorida (NaCl) belum memenuhi syarat sebagai bahan baku untuk industri maupun untuk konsumsi. Selanjutnya kandungan iodium (KlO3) garam belum memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Hasil analisis kadar raksa (Hg) menunjukkan bahwa garam yang diuji masih aman untuk digunakan dan memenuhi syarat sebagai bahan baku untuk industri maupun untuk konsumsi. Kata kunci: Garam Tradisional, Organoleptik, Mutu Kimia. I. PENDAHULUAN Potensi Indonesia untuk menjadi penghasil
sangat ironis mengingat Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumberdaya produksi garam.
garam sangat besar karena Indonesia mempunyai
Desa Siduwonge merupakan salah satu desa
garis pantai dengan wilayah areal pantai paling luas
yang terletak di Kecamatan Randangan Kabupaten
sehingga mendukung untuk usaha pembuatan garam
Pohuwato Provinsi Gorontalo yang masyarakatnya
baik skala usaha kecil maupun skala industri. Namun
melakukan produksi garam. Kegiatan produksi garam
potensi ini tidak diimbangi dengan peningkatan
dilakukan menggunakan tambak garam dengan
jumlah dan mutu produksi garam di Indonesia
memanfaatkan sinar matahari untuk menguapkan air
(Rositawati et al., 2013).
laut. Produksi garam di Desa Siduwonge saat ini
Usaha meningkatkan produksi garam belum
cukup potensial untuk memenuhi kebutuhan garam
dilakukan, termasuk dalam usaha meningkatkan
bagi masyarakat namun pengujian mutu garam yang
kualitasnya. Di lain pihak untuk kebutuhan garam
dihasilkan tersebut belum dilakukan. Berdasarkan
dengan kualitas baik (kandungan kalsium dan
data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
magnesium kurang) banyak diimpor dari luar negeri,
Pohuwato (2013), saat ini jumlah kelompok tani yang
terutama dalam hal ini garam beriodium serta garam
melakukan usaha tani garam sebanyak 11 kelompok
industri (Hidayat, 2011). Pemenuhan kebutuhan
tani dengan jumlah produksi pada tahun 2011
garam dengan cara impor menurut Ihsannudin (2011)
mencapai 450.000 kg dan tahun 2012 mencapai 206.400 kg. Produksi garam tersebut sangat bergantung pada cuaca sehingga jumlah produksi
1.
Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Perikanan
2.
Tenaga Pengajar di jurusan Teknologi Hasil Perikanan Universitas Negeri Gorontalo
2
tidak menentu. Pada cuaca yang sangat panas (suhu
adalah di Desa Siduwonge Kecamatan Randangan
di atas 30oC), proses kristalisasi garam berlangsung
Kabupaten
cepat sedangkan pada suhu yang kurang panas
pengujian analisis kimia dilakukan di BPPMHP (Balai
(suhu di bawah 27oC) proses kristalisasi berlangsung
Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan)
lambat. Hasil produksi garam tersebut sebagian
Provinsi Gorontalo dan Laboratorium Kimia Fakultas
besar dimanfaatkan oleh masyarakat di Kecamatan
MIPA Universitas Negeri Gorontalo.
Pohuwato
Provinsi
Gorontalo dan
Randangan. Garam sebagai salah satu kebutuhan
Alat yang digunakan untuk penelitian antara
terpenting dalam kehidupan sehari-hari. Garam
lain neraca analitik, labu ukur, gelas piala, buret,
termasuk komoditas yang penting sebagai bahan
pipet, dan Erlemeyer, blender atau alat penghancur
pangan dan bahan baku industri. Garam juga
makanan (food grinder), wadah plastik atau gelas,
berperan sebagai sumber elektrolit bagi tubuh
cawan porselen volume 30 ml, alat penjepit/tang,
manusia, sehingga kegiatan produksi, penyediaan,
desikator, sendok stainless steel, timbangan analitik,
pengadaan dan distribusi garam menjadi sangat
oven, kertas saring, dan spectrofotometer serapan
penting.
atom (AAS).
Hal
tersebut
perlu
dilakukan
guna
menunjang kesehatan masyarakat melalui program konsumsi,
peningkatan
pendapatan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
dan
adalah garam hasil produksi petani garam di Desa
kesejahteraan petani garam maupun dalam rangka
Siduwonge Kec. Randangan Kab. Pohuwato Provinsi
memenuhi kebutuhan industri dalam negeri (Medagri,
Gorontalo. Bahan untuk media pengujian mutu kimia
2012).
garam antara lain larutan perak nitrat (AgNO3), air Garam merupakan senyawa kimia yang
suling
(aquades),
kalium
kromat
(K2CrO4),
komponen utamanya mengandung natrium klorida
Magnesium oksida (MgO), Natrium bikarbonat
(NaCl) dan mengandung senyawa air, magnesium,
(NaHCO3), Asam nitrat (HNO3), Kalium permanganat
kalsium, sulfat, dan bahan tambahan iodium, anti-
(KMnO4) 5 %, Kalium perlufat (K2S2O8) 5%, Natrium
caking atau free-flowing maupun tidak (Medagri,
klorida hidroksil amin sulfat ((NH2OH)2H2SO4), Timah
2012). Garam mengandung mineral yang cukup
klorida (SnCl2) 10 %, dan Raksa klorida (HgCl2)
banyak antara lain natrium, magnesium, kalsium,
2.1 Prosedur Penelitian
klorida dan sulfat. Semuanya itu berasal dari air laut.
Penelitian ini dilakukan dua tahap, yaitu
Apabila kalsium danmagnesium dapat dipisahkan,
penelitian pendahuluan dan penelitian utama
maka Sulfat-nya juga akan terikut sehingga
1. Penelitian Pendahuluan
diharapkan garam yang dihasilkan mengandung
Penelitian
pendahuluan
dilakukan
untuk
kadar NaCl > 95% (Ihsannudin, 2011)
pengumpulan data dan informasi melalui observasi.
II. METODE PENELITIAN
Observasi
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus Oktober 2014 yang meliputi kegiatan pengambilan sampel garam
dilapangan dan pengujian
di
laboratorium. Tempat pengambilan sampel garam
tersebut
merupakan
pengamatan
langsung yang dilakukan oleh peneliti terhadap berbagai
karakteristik
variabel
penelitian
dan
keadaan di lokasi penelitian yang terkait dengan tujuan penelitian.
1.
Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Perikanan
2.
Tenaga Pengajar di jurusan Teknologi Hasil Perikanan Universitas Negeri Gorontalo
3
Berdasarkan hasil observasi awal yang
tambak pembuatan garam lebih tinggi (± 1 meter)
dilakukan peneliti, proses pembuatan garam rakyat di
dari permukan air laut saat pasang sehingga untuk
Desa Siduwonge Kecamatan Randangan Kabupaten
mengalirkan air laut melalui parit ke tambak
Pohuwato Provinsi Gorontalo dapat dijelaskan bahwa
penampungan menggunakan mesin sedot. Saluran
luas lahan keseluruhan ± 30 Ha dengan kondisi
berupa parit menggunakan pintu masuk air yang
permukaan tanah rata (kemiringan 0o). Bahan baku
dapat ditutup saat memasukkan air laut dan dibuka
pembuatan garam menggunakan air laut yang
saat mengeluarkan air laut pekat setelah panen
selanjutnya dialirkan melalui saluran air (lebar ± 4
garam.
meter) ke tambak penampung air laut. Parit dan Penyedotan air laut dengan mesin
Penyaluran air ke tambak penampungan melalui saluran air (lebar ± 4 meter)
Penguapan dan pemekatan air laut memanfaatkan panas matahari
Pembentukan kristalisasi garam secara alami
Lama pengeringan 3, 5, dan 7 hari
Pencucian garam menggunakan air laut pekat bersih
Pengemasan garam Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Garam di Desa Siduwonge 2. Penelitian Utama
adalah
Kegiatan penelitian utama diawali dengan
garam
yang
dipanen
dengan
lama
pengeringan 3, 5, dan 7 hari.
observasi di lokasi penelitian dan pengambilan
Berdasarkan fisiknya, garam hasil panen
sampel garam yang diuji. Pengambilan sampel
dengan lama pengeringan 3, 5, dan 7 hari berbeda
garam dilakukan secara random sampling yaitu
dari segi ukuran butirnya. Garam yang dipanen pada
pengambilan
dari
hari ke-3 memiliki ukuran butir garam paling kecil,
3kelompok petani garam rakyat. Sampel yang diuji
dan hasil panen hari ke-7 memiliki ukuran butir garam
sampel
garamsecara
acak
1.
Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Perikanan
2.
Tenaga Pengajar di jurusan Teknologi Hasil Perikanan Universitas Negeri Gorontalo
4
paling
besar.
Artinya,
waktu
yang beredar di pasar. Produk garamsampel hasil
pengeringan semakin besar ukuran butiran garam.
pengujian duo trio terbaik yang sama atau mirip
Selanjutnya garam yang dipanen dengan lama
dengan acuan dibawa ke LPPMHP untuk diuji kimia
pengeringan 3, 5, dan 7 hari tersebut dilakukan
yaitu uji kadar air (H2O), kadar natrium klorida (NaCl),
pengujian organoleptik dengan uji pembedaan
kadar iodium (KlO3) dan uji cemaran logam merkuri
segitiga dan uji pembedaan duo trio. Uji pembedaan
(Hg)berdasarkan
segitiga
tingkat
berdasarkan pada alur penelitian. Adapun gambaran
perbedaan ketiga jenis garam tersebut, sedangkan uji
alur penelitian secara umum dapat dilihat pada
pembedaan duo trio untuk mengetahui jenis garam
Gambar 2.
dilakukan
semakin
untuk
lama
mengetahui
SNI.
Pelaksanaan
penelitian
yang sama atau hampir sama dengan produk garam
Sampel garam (lama pengeringan 3, 5, dan 7 hari) Analisis organoleptik
Uji pembedaan duo trio
Uji pembedaan segitiga Perbedaan mutu organoleptik garam sesuai uji pembedaan segitiga
Garam yang berkualitas baik sesuai dengan acuan Analisis Kimia (Raksa/Hg, Kadar air/ H2O, dan NaCl) Karakteristik mutu kimia garam yang sesuai dengan acuan
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian Keterangan: = Produk = Proses = Analisis = Hasil
2.2 Pengujian Organoleptik (SNI 01-3556-2000) 2.2.1 Uji Pembedaan Segitiga
Pada uji segitiga ini disajikan 3 buah contoh sekaligus secara acak. Satu dari ketiga contoh tersebut berbeda dengan dua contoh lainnya
1.
Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Perikanan
2.
Tenaga Pengajar di jurusan Teknologi Hasil Perikanan Universitas Negeri Gorontalo
5
(Gambar 4). Contoh A adalah contoh yang berbeda
lain yang sama dengan contoh baku dan ditandai
dengan dua contoh B C. Kode diberikan secara acak
dengan angka 0 (Rahayu, 2001)
pada ke 3 contoh tersebut. Sebagai contoh dapat
2.3 Analisis Data
disajikan 3 produk sejenis dari 3 merek yang berbeda.
Analisis data yang dilakukan meliputi analisis data hasil pengujian organoleptik dan analisis
Panelis diminta untuk menilai atau mencari
data hasil uji kimia. Analisis organoleptik dengan uji
contoh yang berbeda diantara ketiga contoh tersebut.
pembedaan segitiga dilakukan secara kualitatif untuk
Panelis harus menunjukkan satu contoh yang
mengetahui
berbeda dengan menuliskan angka 1 dan apabila
organoleptik garam dari tiga sampel garam yang diuji,
contoh sama dituliskan angka 0. Hasil penilaiannya
sedangkan
dituliskan dalam score sheet yang disediakan
pembedaan duo trio dilakukan secara kualitatif pula
(Rahayu, 2001).
untuk mengetahui mutu organoleptik garam yang
2.2.2 Uji Pembedaan Dua Trio
sama dengan mutu garam acuan yaitu garam yang
perbedaan analisis
kualitas
organoleptik
atau dengan
mutu uji
Pada penelitian ini khsususnya uji duo trio,
beredar di pasar. Salah satu produk garam yang
setiap panelis dihadapkan 4 contoh. Tiga dari 4
sama dengan mutu organoleptik garam acuan dari
contoh tersebut berasal dari jenis garam yang sama
tiga sampel yang diuji dilanjutkan dengan pengujian
yang berasal dari petani sedangkan 1 contoh yang
kimia yaitu kadar air, kadar NaCl, kadar raksa (Hg),
lain berbeda, yaitu garam yang beredar dipasar.
dan kadar iodium, dan hasilnya dianalisis secara
Contoh garam yang sama dengan contoh baku
deskriptif kualitatif dan disesuaikan dengan standar
selanjutnya diuji secara kimiawi. Cara penyajiannya,
mutu garam yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi
keempat
Nasional.
contoh
tersebut
diberikan
secara
bersamaan atau contoh bakunya diberikan terlebih
III HASIL DAN PEMBAHASAN
dahulu untuk dinilai.
3.1 Analisis Organoleptik
Cara Penilaian pada uji duo-trio yaitu panelis
3.1.1 Uji Pembedaan Segitiga
diminta untuk mengenali contoh yang berbeda atau
Hasil analisis uji pembedaan segitiga lebih
contoh yang sama dengan contoh baku. Panelis
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2 dan duo trio
harus mengenal contoh baku terlebih dahulu dan
pada Lampiran 4. Hasil pengujian garam melalui uji
kemudian memilih salah satu dari dua contoh yang
pembedaan segitiga secara ringkas disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis organoleptik mutu garam melalui uji pembedaan segitiga Aspek Penilaian Jumlah panelis yang menyatakan berbeda Jumlah terkecil untukbeda nyata
5% 1%
A
Bau B
C
A
Rasa B
C
A
Warna B
C
6tn
9tn
12**
8tn
10tn
16**
12tn
16**
28**
15 16
15 16
15 16
15 16
15 16
15 16
15 16
15 16
15 16
Keterangan : A = Garam dengan pengeringan 3 hari B = Garam dengan pengeringan 5 hari 1.
Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Perikanan
2.
Tenaga Pengajar di jurusan Teknologi Hasil Perikanan Universitas Negeri Gorontalo
6
C ** * tn
= Garam dengan pengeringan 7 hari = Berbeda sangat nyata (taraf 1%) = Berbeda nyata (taraf 5%) = berbeda tidak nyata (taraf 5%) Berdasarkan data pada Tabel 5 tentang
yaitu menggunakan air laut pekat, kotoran yang
hasil analisis organoleptik mutu garam melalui uji
terdapat di sela-sela dan di dalam kristal garam yang
pembedaan segitiga dari 28 orang panelis masing-
berukuran besar sangat sulit untuk dibersihkan. Tidak
masing dapat dijelaskan bahwa bau garam A, B dan
hanya itu apabila permukaan kristal garam tidak rata,
C antara satu dengan yang lainnya berbeda tidak
kotoran tetap menempel. Hal tersebut menyebabkan
nyata pada taraf 5% karena jumlah terkecil yang
garam lebih pucat, karena kotoran dari tambak atau
menyatakan adanya perbedaan belum memenuhi
yang tercampur air laut saat pengeringan.
syarat jumlah terkecil untuk beda nyata yaitu 15
Purbani (2009) menyatakan bahwa kualitas
Ditinjau dari aspek rasa, sampel A dan B
garam yang dikelola secara tradisional pada
keduanya berbeda tidak nyata karena jumlah panelis
umumnya harus diolah kembali untuk dijadikan
menyatakan sama masih di bawah persyaratan
garam konsumsi maupun untuk garam industri.
jumlah
Kemurnian garam dipengaruhi oleh
terkecil
untukbeda
nyata
taraf
5%.
mutu air
Selanjutnya, sampel C berbeda nyata terhadap
laut,tanah, cara pungutan, dan cara pencucian.
sampel A dan B pada taraf 5% karena jumlah panelis
3.1.2 Uji Pembedaan Dua Trio
yang menyatakan adanya perbedaan sebanyak 16
Pada pengujian ini, yang diuji adalah tiga
atau sama dengan jumlah yang ditetapkan untuk
sampel garam dengan umur panen yang berbeda
jumlah terkecil untukbeda sangat nyata taraf 1%.
yaitu umur panen 3, 5, dan 7 hari dan disertai dengan
Pada aspek warna, sampel A, B, dan C
contoh pembanding yaitu sampel garam konsumsi
antara satu dan lainnya berbeda sangat nyata pada
beriodium yang beredar dipasar. Hasil pengujian
taraf 1% karena jumlah panelis yang menyatakan
garam yang memiliki karakteristik yang mirip dengan
adanya perbedaan lebih tinggi dari syarat jumlah
produk garam pembanding ini selanjutnya dilanjutkan
terkecil untuk beda nyata taraf 1%.
dengan pengujian kimia yaitu kadar air, kadar
Perbedaan pada ketiga contoh yang diuji
Natrium Clorida (NaCl), kadar raksa (Hg) dan
penyebab utamanya disebabkan karena ukuran
kandungan iodium (KlO3). Adapun data pengujian
kristal garam yang berbeda. Semakin lama waktu
pada garam hasil produksi petani garam di Desa
pengeringan semakin besar ukuran butiran garam.
Siduwonge melalui uji pembedaan duo trio disajikan
Saat garam tersebut dicuci dengan cara tradisional
pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil analisis organoleptik mutu garam melalui uji pembedaan duo trio Aspek Penilaian Jumlah panelis yang menyatakan berbeda Jumlah terkecil untukbeda nyata
5% 1%
A
Bau B
C
A
Rasa B
C
A
Warna B
C
3tn
12tn
22**
4tn
10tn
21*
6tn
21*
28**
20 22
20 22
20 22
20 22
20 22
20 22
20 22
20 22
20 22
1.
Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Perikanan
2.
Tenaga Pengajar di jurusan Teknologi Hasil Perikanan Universitas Negeri Gorontalo
7
Keterangan : Sampel A = Garam dengan pengeringan 3 hari Sampel B = Garam dengan pengeringan 5 hari Sampel C = Garam dengan pengeringan 7 hari Berdasarkan data pada Tabel 2 tentang
garam yang mendekati atau hampir sama dengan
hasil analisis organoleptik mutu garam melalui uji
rasa sampel pembanding adalah garam sampel A.
pembedaan duo trio dari 28 orang panelis dapat
Untuk kriteria warna garam, sampel A tidak
dijelaskan bahwa untuk kriteria bau, garam sampel A
berbeda nyata pada taraf 5%. Hasil analisis penilaian
dan B tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan
panelis menunjukkan tidak ada perbedaan yang
sampel pembanding karena hasil analisis penilaian
nyata dengan sampel garam pembanding karena
panelis yang menyatakan adanya perbedaan masing-
jumlah panelis yang menyatakan adanya perbedaan
masing sebanyak 3 orang untuk sampel A dan 12
sebanyak 6 orang dan belum memenuhi syarat
orang untuk sampel B, jumlah tersebut belum
jumlah
memenuhi syarat jumlah terkecil untukbeda nyata
Selanjutnya, warna garam sampel B berbeda nyata
taraf 5%. Selanjutnya, garam sampel C berbeda
pada taraf 5% dengan produk garam pembanding.
sangat nyata pada taraf 1% dengan produk garam
Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan yang
pembanding. Hal tersebut disebabkan karena jumlah
nyata pada taraf 5 % karena jumlah panelis yang
panelis yang menyatakan adanya perbedaan dengan
menyatakan adanya perbedaan sebanyak 21 orang
sampel pembanding sebanyak 22 orang atau sama
dan jumlah tersebut melebihi syarat syarat jumlah
dengan syarat jumlah terkecil untuk beda nyata taraf
terkecil untukbeda nyata taraf 5%. Adapun warna,
1%. Sehingga, bau sampel garam yang mendekati
sampel C berbeda sangat nyata pada taraf 1%
atau hampir sama dengan bau sampel pembanding
dengan produk garam pembanding. Hasil analisis
adalah garam sampel A.
penilaian panelis terdeteksi bahwa ada perbedaan
terkecil
untukbeda
nyata
taraf
5%.
Untuk kriteria rasa garam, garam sampel A
yang nyata pada taraf 1% karena jumlah panelis
dan B tidak berbeda nyata pada tingkat 5%. Hasil
yang menyatakan adanya perbedaan sebanyak 28
analisis penilaian panelis menunjukkan bahwa tidak
orang dan melebihi syarat jumlah terkecil untukbeda
ada perbedaan yang nyata dengan sampel garam
nyata taraf 1%. Sehingga, warna sampel garam yang
pembanding karena jumlah panelis yang menyatakan
mendekati atau hampir sama dengan warna sampel
adanya perbedaan sebanyak 4 orang untuk sampel A
pembanding adalah garam sampel A.
dan 10 orang untuk sampel B, keduanya belum
Berdasarkan
hasil
analisis
mutu
memenuhi syarat jumlah perbedaan untuk taraf 5%.
organoleptik garam tradisional dari Desa Siduwonge
Selanjutnya, sampel C berbeda sangat nyata pada
dengan uji pembedaan duo trio maka dar ketiga
taraf 1% dengan sampel garam pembanding. Hasil
aspek penilaian dapat diketahui yang memiliki
analisis data menunjukkan adanya perbedaan yang
karakteristik hampir sama (tidak berbeda nyata
nyata pada taraf 5% karena jumlah panelis yang
hingga taraf 5%) dengan sampel pembanding atau
menyatakan adanya perbedaan sebanyak 21 orang,
garam yang dijual di pasaran adalah produk garam
dalam hal ini memenuhi syarat jumlah terkecil
dengan umur panen 3 hari, sehingga pengujian kimia
untukbeda nyata taraf 5%. Sehingga, rasa sampel
dilakukan pada produk garam umur panen 3 hari.
1.
Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Perikanan
2.
Tenaga Pengajar di jurusan Teknologi Hasil Perikanan Universitas Negeri Gorontalo
8
3.2 Analisis Mutu Kimia
beredar dipasar yaitu garam yang dipanen dengan
Hasil analisis mutu kimia garam
lama pengeringan 3 hari dapat dilihat pada Tabel 3.
yang sama dengan mutu organoleptik garam yang
Tabel 3. Hasil analisis mutu kimia garam No.
Metode Pengujian
Jumlah
Persyaratan Mutu
1.
Kadar Air
3,6322 %
Maksimal 7%**
2.
Natrium Clorida (NaCl)
0,5567 %
Minimal 94,7**
3.
Raksa (Hg)
0,00000046%
Maksimal 0,1%**
4.
Iodium (KIO3)
0,0007007%
Minimal 30%*
**) Syarat mutu garam konsumsi beriodium (SNI 01-3556-2000) dan bahan baku untuk industri garam beriodium (SNI 01-4435-2000) *) Syarat mutu garam konsumsi beriodium (SNI 01-3556-2000) 3.2.1 Analisis Kadar Air Berdasarkan data hasil analisis
industri garam beriodium dan syarat mutu garam konsumsi beriodium.
kadar air pada garam, diketahui bahwa kadar air
Penyebab rendahnya kadar NaCl garam
garam yang diuji adalah 3,6322%. Hasil pengujian
hasil produksi petani garam di Desa Siduwonge
tersebut lebih rendah dengan syarat jumlah kadar air
disebabkan karena kondisi air laut yang mengandung
maksimal untuk bahan baku untuk industri garam
lumpur dan proses pencucian garam yang masih
beriodium (SNI 01-4435-2000) dan syarat mutu
tradisional. Menurut Wilarso dan Wahyuningsih
garam konsumsi beriodium (SNI 01-3556-2000) yaitu
(1995), garam yang berasal dari penguapan air laut
maksimal 7%. Sehingga, jumlah kadar air pada
mempunyai kadar NaCl 97% lebih (maksimum
garam hasil produksi petani garam di Desa
97,78% drybasis), namun dalam praktek umumnya
Siduwonge memenuhi syarat mutu bahan baku untuk
lebih rendah.
industri garam beriodium dan syarat mutu garam
3.2.3 Analisis Raksa (Hg)
konsumsi beriodium. 3.2.2 Analisis Natrium Clorida (NaCL)
Berdasarkan data hasil pengujian, diketahui bahwa kadar raksa (Hg) pada garam adalah
Berdasarkan data pengujian, diketahui
0,00000046%. Hasil pengujian tersebut lebih rendah
bahwa kadar NaCl pada garam yang diuji sebanyak
dari syarat jumlah raksa (Hg) maksimal untuk bahan
0,5567%. Hasil pengujian tersebut lebih rendah dari
baku untuk industri garam beriodium (SNI 01-4435-
syarat jumlah Natrium Clorida (NaCl) minimal untuk
2000) dan syarat mutu garam konsumsi beriodium
bahan baku untuk industri garam beriodium (SNI 01-
(SNI 01-3556-2000) yaitu maksimal 0,1 mg/kg atau
4435-2000) dan syarat mutu garam konsumsi
0,001%.
beriodium (SNI 01-3556-2000) yaitu minimal 9,47%.
menunjukkan bahwa kadar raksa (Hg) pada garam
Sehingga, jumlah kandungan NaCl pada garam hasil
hasil produksi petani garam di Desa Siduwonge
produksi petani garam di Desa Siduwonge belum
memenuhi syarat mutu garam bahan baku untuk
Sehingga,
hasil
pengujian
tersebut
memenuhi syarat mutu garam bahan baku untuk 1.
Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Perikanan
2.
Tenaga Pengajar di jurusan Teknologi Hasil Perikanan Universitas Negeri Gorontalo
9
industri garam beriodium dan syarat mutu garam
Industri, Jurnal Teknologi Kimia dan Industri 2 (4), Hal: 217 – 225.
konsumsi beriodium. 3.2.4 Analisis Iodium (KlO3) Berdasarkan data hasil pengujian, diketahui bahwa kadar iodium (KlO3) pada garam adalah 0,0007007%. Hasil pengujian tersebut lebih rendah dari syarat minimal jumlah iodium (KlO3) untuk garam konsumsi beriodium (SNI 01-3556-2000) yaitu
Rahayu, W.O. 2001. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Fakultas Teknologi Pertanian, ITB. Bogor. BSN. 2000. SNI-01-2354.2-2006 Tentang Penentuan Kadar Air pada Produk Perikanan. Badan Standarisasi Nasional Indonesia.
pengujian tersebut menunjukkan bahwa jumlah
______. 2006. SNI 01-3556-2000 Tentang Standar Nasional Indonesia Garam Beriodium. Badan Standarisasi Nasional Indonesia.
kandungan iodium (KlO3) pada garam hasil produksi
pada
minimal 30 mg/kg atau 0,03%. Sehingga, hasil
petani garam di Desa Siduwonge belum memenuhi syarat mutu garam konsumsi beriodium. Rendahnya kandungan iodium pada garam hasil produksi petani garam di Desa Siduwonge disebabkan karena belum dilakukan penambahan iodium atau belum mengalami proses iodisasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purbani (2003) bahwa kualitas garam yang dikelola secara tradisional pada umumnya harus diolah kembali untuk dijadikan garam konsumsi maupun untuk garam industri. IV SIMPULAN
Media Penyimpanan Berbeda. Makalah Seminar. Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Tronojaya Madura. Madura.
Wilarso, D., dan Wahyuningsih. 1995. Peningkatan Teknologi Proses Pengolahan Garam Rakyat Menjadi Garam Industri dengan Tenaga Surya. Laporan Penelitian BBIP. Semarang. Purbani, D. 2003. Proses Pembentukan Kristalisasi Garam. Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan.
Hasil penelitian tentang mutu garam hasil produksi
petani
Kecamatan
garam
Randangan
di
Desa
Siduwonge
Kabupaten
Pohuwato
Provinsi Gorontalo dapat disimpulkan bahwa uji organoleptik menunjukkan garam dengan lama pengeringan3 hari memiliki bau, rasa, dan warna yang hampir sama dengan garam pembanding. Mutu kimia garam menunjukkan bahwa kadar Air dan Hg memenuhi syarat (SNI 01-3556-2000). Namun kandungan Natrium Clorida (NaCl) dengan Iodium (KIO3) belum memenuhi (SNI 01-3556-2000). DAFTAR PUSTAKA Rositawati, A.L., Taslim, C.M., dan Soetrisnanto, D. Rekristalisasi Garam Rakyat dari Daerah Demak Untuk Mencapai SNI Garam 1.
Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Perikanan
2.
Tenaga Pengajar di jurusan Teknologi Hasil Perikanan Universitas Negeri Gorontalo
10