1.
JOGING MENJELANG HAID RAWAN CEDERA OTOT
shutterstock ilustrasi TERKAIT:
Terapi Pijat Lebih Efektif Pascacedera Otot
Joging 50 Menit Membakar Kalori Sekaleng Soda
3 Kesalahan Pelari Pemula Kompas.com - Joging menjadi salah satu olahraga favorit banyak orang karena mudah dan bisa dilakukan kapan saja. Tapi sebaiknya Anda berhati-hati saat joging menjelang menstruasi karena otot di sekitar lutut lebih rawan cedera.
Para peneliti menemukan bahwa serat saraf di sekitar otot lutut kaum wanita lebih gampang terlepas pada seminggu sebelum haid. Perbedaan pada tingkat pelepasan serat saraf itu berpengaruh pada stabilitas sendi sehingga lebih gampang cedera.
Dibandingkan dengan pria, kaum wanita memang lebih rawan cedera lutut, terutama pada olahraga yang melibatkan lutut memutar seperti sepak bola. Studi sebelumnya menemukan kaum wanita juga lebih sering mengalami robekan ligamen dan nyeri kronik.
Faktor hormon dicurigai berpengaruh pada kejadian cedera yang lebih sering itu, terutama dalam saraf yang memengaruhi kontrol otot.
Penelitian dilakukan terhadap 7 sukarelawan perempuan usia 19 dan 35 tahun. Tim peneliti yang berasal dari Universitas Texas-Austin dan Universitas North Carolina, mencatat siklus menstruasi dengan mengukur suhu tubuh para partisipan.
Setelah ovulasi atau pelepasan sel telur suhu tubuh memang cenderung sedikit meningkat dan pada masa dimulainya siklus haid yang baru. Fluktuasi hormon juga terlihat selama siklus tersebut.
Para peneliti juga mengukur tingkat aktivitas motor di lutut pada lima titik berbeda selama periode studi. Mereka juga memasukkan kabel elektroda ke dalam dua otot lulut.
Hasil penelitian menunjukkan, tingkat pelepasan saraf di otot lutut meningkat pada minggu ketiga siklus menstruasi, yang dikenal dengan sebutan fase luteal akhir.
"Pola aktivitas otot ternyata sangat dipengaruhi oleh siklus menstruasi. Hal itu juga berpengaruh pada kejadian cedera," kata Prof.Matthew Tenan, peneliti.
http://health.kompas.com/read/2012/10/17/17044840/Joging.Menjelang.Haid.Rawan.Cedera. Otot
2.
TERAPI SULIH HORMON (HRT) PADA OSTEOPOROSIS PASCA MENOPAUSE
Diposkan oleh Darman Rasyid Baido di 21.36 Minggu, 20 Februari 2011 Label: Artikel obstetri dan ginekologi Oleh: Dr. med. Ali Baziad SpOG - KFER Subbagian Imunoendokrinologi Reproduksi Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
Abstrak Osteoporosis pada wanita pasca menopause umumnya disebabkan oleh kekurangan hormon estrogen. Osteoporosis ditandai dengan hilangnya masa tulang sehingga tulang mudah patah. Karena penyebabnya hormon estrogen, maka pengobatan dan pencegahannya adalah dengan pemberian hormon estrogen. Telah terbukti bahwa pemberian estrogen dapat mencegah patah tulang hingga 60%. Pada wanita pasca menopause terapi sulih hormon (HRT) merupakan pengobatan dan pencegahan yang utama. Estrogen memicu pengeluaran kalsitonin, membantu resorbsi kasium, memicu sintesis vitamin D3, menghilangkan keluhan klimakterik, dapat diberikan jangka panjang dan memicu sintesis benang-benang kolagen yang membuat tulang menjadi elastis. Osteoporosis adalah “silent disease”, sehingga perlu deteksi dini agar dapat mencegah patah tulang kemudian hari.
1. PENDAHULUAN Menopause pasti akan dialami oleh kaum wanita. Menopause ditandai dengan tidak berfungsinya ke dua ovarium, sehingga terjadi penurunan produksi hormon estrogen (E). Akibat kekurangan hormon estrogen, timbullah berbagai masalah kesehatan.
Salah satu masalah kesehatan jangka panjang yang disebabkan karena kekurangan hormon Estrogen adalah terjadinya kekroposan tulang, atau yang lebih dikenal dengan Osteoporosis.
Osteoporosis adalah penyakit rapuh tulang yang ditandai dengan hilangnnya masa tulang, sehingga tulang mudah patah dan tidak tahan terhadap tahanan. Sebenarnya pada manusia, baik laki-laki maupun wanita sudah merupakan kodrat kalau masa tulang suatu saat akan menyusut. Hanya saja pada wanita proses penyusutannya lebih besar, karena tulang wanita sangat dipengaruhi oleh hormon Estrogen. Pada wanita penyusutan masa tulang terjadi sekitar 3 % setahun pada periode pramenopause dan akan berlanjut terus hingga 5 - 10 tahun pascamenopause. Sepanjang hidup seorang wanita, total masa tulang yang menyusut sekitar 40 -50 %.
2. FISIOLOGI PEMBENTUKAN TULANG Tulang merupakan suatu organ yang terus menjalani proses pembaruan (remodelling). Struktur tulang terdiri dari Osteosit, Osteoblas, Osteoid, mineral dan kollagen. Osteoid merupakan struktur tulang yang paling aktif dalam mempertahankan keseimbangan mineral. sedangkan osteoblas merupakan sel yang membantu proses pembentukan tulang. Matrik tulang terdiri dari mukopolisacharida, dengan benang-benang kollagen. Mukopolisacharida dan benang-benang kollogen ini merupakan suatu masa, yang membuat tulang menjadi elastis. Tipe kollagen tulang sama dengan tipe kollagen yang berada di kulit. Perlu sekali lagi ditegaskan disini, bahwa tulang tidak hanya terdiri dari mineral, melainkan juga terdiri dari kollagen. Hal ini penting nantinya untuk mendiagnosis Osteoporosis.
3. DATA EPIDEMIOLOGI Usia harapan hidup wanita terus menigkat dari tahun ke tahun, sehingga kejadian osteoporosis pun meningkat. Di Amerika Serikat saja dalam satu tahun terjadi lebih dari 1,5 juta patah tulang pada wanita pasca menopause. Dari angka ini, kurang lebih 250.000 merupakan patah tulang Leher Femur, dan lebih dari 500.000 patah tulang Vertebra. Di Jerman, sebanyak 7 juta penduduknya menderita Osteoporosis, dimana wanita 2- 3 kali lebih tinggi daripada laki-laki. 35 % wanita pascamenopause di Jerman menderita Osteoporosis dan 50 % Osteopenia. Di Indonesia belum ada angka yang pasti, namun dari data yang diperoleh dari beberapa rumah sakit Bedah Tulang swasta di Jakarta, ternyata patah tulang yang terjadi pada wanita pasca menopause terbanyak di sebabkan oleh Osteoporosis.
Lebih dari 50 % penderita patah tulang femur hidupnya akan bergantung pada orang lain, sehingga biaya kesehatan yang harus dikeluarkan suatu negara akan sangat besar. Di Amerika
Serikat saja biaya yang harus di keluarkan 10 - 13,8 milyard Dollar/tahun untuk merawat patah tulang akibat Osteoporosis.
4. DIAGNOSIS OSTEOPOROSIS Mengetahui secara dini, apakah seorang wanita menderita Osteoporosis atau tidak, adalah hal yang sangat penting. Tujuannya adalah untuk dapat mencegah jangan sampai berkembang menjadi Osteoporosis berat, atau patah tulang dikemudian hari. Biar bagaimanapun pencegahan tentu jauh lebih baik daripada pengobatan.
Secara dini mengetahui hilangnnya masa tulang dapat dilakukan dengan mengenal faktor risiko seorang wanita yang dapat diperoleh dari anamnesis. Salah satu faktor risiko terpenting adalah kekurangan Estrogen (menopause). Faktor risiko lain adalah: menopause prekok (menopause dini) , hipogonadismus primer, amenorea sekunder jangka panjang, olah raga berat, osteoporosis di keluarga, kurus (BMI <19 kg/m2), terlambat menars, nulipara, kurang bergerak, makanan kurang kalsium, atau vitamin D, konsumsi kopi dan alkohol berlebihan, makanan banyak mengandung fosfat (kokakola, daging), DM tipe 1 (IDDM), hipertiroid/hiperparatiroid, hiperkortisol, pengobatan kortikosteroid jangka panjang, terapi dengan tiroksin jangka panjang, terapi dengan antikonvulsiva, kemoterapi, terapi dengan GN-RH analog, terapi dengan heparin jangka panjang.
Cara lain untuk deteksi dini Osteoporosis adalah dengan menilai pengurangan kadar mineral tulang ( densitas tulang) dengan alat Densitometer (DEXA), atau dengan Computertomografi kwantitatif (QCT). Ke dua cara ini selain mahal, juga memiliki risiko radiasi (ringan). Keuntungan ke dua alat ini adalah dapat dengan obyektif menilai pengurangan kadar mineral tulang, dan dapat mengetahui tulang-tulang mana saja dari tubuh yang telah mengalami penurunan densitas (masa ) tulang. Jenis alat yang paling banyak dipakai adalah DEXA. Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan dengan DEXA adalah berupa T dan Z-skor. T-skor adalah skor yang memfasilitasi klasifikasi wanita ke dalam risiko untuk berkembang menjadi Osteoporosis, sedangkan Z-skor adalah menentukan perbedaan nilai simpang baku (SD)pasein dibandingkan wanita seusia yang sama tanpa osteoporosis, yang dapat digunakan untuk meramal risiko patah tulang. T-skor -1 (-1
Cara sederhana, murah dan tanpa risiko radiasi adalah dengan Ultrasonografi. Dilakukan pengukuran pada kalkaneus, atau pada tulang tibia. Namun cara ini tidak dapat melihat secara langsung pada tulang. Hasil interpretasi yang didapat hanya berupa nilai T atau Z-skor saja.
Seperti telah dijelaskan diatas, bahwa tulang selain terdiri dari minerlal, juga terdiri dari kollagen.Di kulit wanita terdapat kollagen yang tipenya sama dengan tipe kollagen yang terdapat pada tulang. Jika kollagen di kulit telah berkurang jumlahnya, maka kollagen di tulang juga telah berkurang jumlahnya. Dewasa ini telah tersedia alat Ultrasonografi Transdermal yang dapat mengukur ketebalan kulit. Minipisnya kulit berhubungan erat dengan berkurangnnya jumlah kollagen kulit. Alat USG transdermal ini dibuat dengan alat pencacah bersolusi tinggi (20 MHZ). Pada monitor USG terlihat 3 warna, yaitu warna hijau, kuning dan merah. Bila terlihat titik hitam berada pada warna kuning, artinya wanita tersebut berisiko terkena Osteoporosis, sedangkan bila berada pada warna merah, wanita tersebut sudah menderita Osteoporosis.
Semua wanita yang memiliki risiko terkena osteoporosis dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dengan salah satu alat yang telah dijelaskan di atas, agar dapat diketahui, apakah wanita tersebut baru mulai menderita Osteoporosis, atau sudah menderita Osteoporosis.
Diagnosis secara laboratorik berupa pemeriksaan marker tulang dalam serum kurang bermanfaat untuk mendiagnosis Osteoporosis. Alasannya adalah, bahwa setiap individu metabolisme tulangnya berbeda-beda, dan pengeluarannya ke dalam darah mengikuiti irama cikardian, artinya pada saat metabolisme tulang tinggi, baru kadarnya terdeteksi di dalam darah. Pemeriksaan marker tulang hanya bermanfaat untuk pengawasan pengobatan., namun kadarnya yang tinggi atau rendah tidak dapat mengambarkan ketebalan tulang, atau juga tidak dapat meramalkan ada atau tidaknya risiko patah tulang pada seorang wanita. Pemeriksaannya sangat rumit, seperti makanan tidak boleh banyak mengandung gellatin dan kalsium.
5. PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN Pada wanita menopause harus sedini mungkin diberikan hormon pengganti Estrogen, yaitu satu tahun setelah haid terakhir, atau kalau wanita tersebut mulai mengalami haid tidak teratur, tetapi telah mengalami keluhan klimakterik. Estrogen diberikan 10-20 tahun , agar
memasuki usia > 65 tahun tulangnya tetap kuat. Pada wanita yang masih memiliki rahim , Estrogen harus di kombinasikan dengan Progesteron (P), yang dikenal dengan istilah Hormone Replacement Therapy (HRT), atau istilah dalam bahasa Indonesia Terapi Sulih Hormon (TSH).
Setahun setelah pemberian hormon pengganti sudah terlihat adanya peningkatan masa tulang, dan kadar mineral tulang meningkat sampai 50 %.Patah tulang lengan bawah dan tulang belakang dapat diturunkan sampai 60-90%.Bila hormon pengganti dihentikan tibatiba, maka kadar mineral tulang akan berkurang lagi.Keuntungan pemberian hormon pengganti selain dapat mencegah Osteoporosis, juga dapat mencegah terjadinya penyakit jantung koroner, penyakit Alzheimer, strok dan kanker usus.
Pada wanita yang terdapat kontraindikasi pemberian hormon pengganti, atau pada wanita atas alasan tertentu hormon pengganti harus dihentikan segera, maka untuk mencegah Osteoporosis dapat diberikan Kalsium, Vitamin D3, Kalsitonin, atau Bifosfonat . Kalsitonin hanya dapat diberikan 1 -2 tahun saja.
Dewasa ini telah tersedia sejenis obat yang juga sangat efektif mencegah Osteoporosis, yaitu Raloxifine. Obat ini tidak memiliki efek terhadap payudara dan endometrium, sehingga sangat kecil kemungkinan terkena kanker payudara dan kanker endometrium.
6. KESIMPULAN Osteoporosis merupakan kelainan yang disebabkan oleh penurunan masa tulang, dan suatu kelainan yang dapat di cegah sedini mungkin. Osteoporosis adalah “silent disease”, sehingga wanita datang dalam keadaan terlambat, dan umumnya telah terjadi patah tulang. Diagnosis dini dengan Densitometer perlu dilakukan untuk dapat mencegah patah tulang dikemudian hari. Para dokter harus menyadari, bahwa Osteoporosis merupakan kelainan yang prosesnya terus berlanjut sepanjang sisa hidup wanita . Pemberian Terapi Sulih Hormon (TSH) ternyata dapat mencegah Osteoporosis, juga dapat mencegah terjadinya penyakit jantung koroner, penyakit Alzheimer, strok dan kanker usus.
7.KEPUSTAKAAN
1. Van Kuijk C, Genatn HK. Detection of Osteopenia.In: Lobo
RA:Treatment of the Postmenopausel Women. Basic and Clinical Aspects. Second edition . Lippincott Williams &Wilkins. Phladelphia, Baltimore, New York, 1999: 287-291. 2. Kuhl H. Osteoporose. In: Klimakterium, Postmenopause und Hormonsubstitution. Unimed Verlag AG, 1999:82-84. 3. Conference Report Consensus Development Conference : prophylaxis and treatment of osteoporosis. Br med J 1987;295:914-16. Artikel di bacakan pada SYMPOSIUM ON OSTEOPOROSIS AND OBESITY “The New Epidemic Diseases in Developing Countries” Bertempat di Makassar. Acara diadakan oleh perkumpulan endokrinologi Indonesia ( PERKENI )
3.
SUPLEMEN MINYAK IKAN REDAKAN NYERI OSTEOARTHRITIS
Telah terbukti, mengonsumsi suplemen minyak ikan setiap hari mengurangi nyeri sendi pada pasien osteoarthritis. Hasil itu didapatkan melalui studi selama dua tahun yang menunjukkan bahwa minyak dapat mengurangi rasa sakit dan peradangan yang disebabkan oleh osteoartritis.
Studi digelar oleh para peneliti dari beberapa universitas dan rumah sakit di Australia dan Tasmania. Mereka mempelajari dan memantau 200 pasien dengan usia rata-rata 60 tahun.
Para ilmuwan tersebut menemukan bahwa partisipan yang mengonsumsi minyak ikan dosis rendah setiap hari mengalami pengurangan nyeri lutut penurunan hingga dua kali lipat. Sementara itu, dosis lebih tinggi juga memiliki efek secara signifikan lebih besar dalam mobilitas, seperti dikutip dari Daily Mail.
Dalam laporan itu, para peneliti mengatakan bahwa dosis tinggi minyak ikan tidak lebih unggul daripada dosis rendah.
Adapun osteoarthritis (OA) adalah tipe arthritis yang disebabkan kerusakan atau penguraian dan akhirnya kehilangan tulang muda (cartilage) dari satu atau lebih sendi-sendi. Cartilage adalah senyawa protein yang berperan sebagai 'bantal' di antara tulang-tulang sendi. Osteoarthritis juga dikenal sebagai degenerative arthritis.
Osteoarthritis lebih sering terjadi ketika kita menua atau sebelum usia 45 tahun. Penyakit ini memang lebih cenderung dialami pria. Namun, setelah 55 tahun, OA lebih cenderung dialami perempuan
Osteoarthritis umumnya memengaruhi tangan, kaki, tulang belakang (spine), dan sendi-sendi yang menahan berat yang besar, seperti pinggul dan lutut.
Sumber: mediaindonesia.com http://www.kesekolah.com/artikel-dan-berita/kesehatan/suplemen-minyak-ikan-redakannyeri-osteoarthritis.html
4.
MANDI MALAM BUKAN PENYEBAB REMATIK
Ternyata, mandi malam hari dengan air dingin tidak akan menyebabkan rematik. Bahwa rematik adalah penyakit yang hanya menyerang orang lanjut usia juga ternyata pandangan yang salah. Cari tahu fakta-fakta lain seputar penyakit rematik yang dirangkum oleh para ahli dari Pfizer dengan membaca artikel ini.
Mitos: Penyakit rematik adalah penyakit tulang Fakta: Rematik adalah penyakit yang menyerang persendian tulang. Penyakit ini terdiri dari ratusan jenis, termasuk osteoartritis (pengapuran), lupus, serta artritis rematoid. Meski demikian, tidak tertutup kemungkinan rematik menyerang daerah lain seperti jaringan ikat dan otot.
Mitos: Rematik hanya menyerang orang berusia lanjut Fakta: Penyakit rematik bisa menyerang semua orang, tidak mengenal usia dan jenis kelamin. Biasanya rematik memang menyerang orang dengan usia di atas 45 tahun. Namun orang yang lebih muda juga bisa kena, bahkan ditemukan kasus bayi yang terkena rematik. Penyakit rematik pada anak dikenal dengan Juvenile Rheumatoid Arthirtis.
Mitos: Sering mandi malam dan udara dingin sebabkan rematik Fakta: Secara patologis, tidak ada kaitan antara mitos ini dengan penyakit rematik. Namun, air atau udara dingin akan menyebabkan kapsul sendi mengkerut. Hal ini tentu bisa menambah rasa nyeri pada persendian pasien rematik. Sebaiknya penderita rematik memang mandi air hangat untuk mengurangi rasa sakit persendiannya.
Mitos: Makan jeroan menyebabkan rematik Fakta: dari sekitar 100 jenis rematik, hanya yang yang berkaitan dengan makanan seperti jeroan atau seafood, yaitu artritis gout atau asam urat.
Mitos: Antibiotik diperlukan untuk mengatasi sendi yang bengkak Fakta: Antibiotik hanya digunakan pada jenis rematik yang disebabkan infeksi. Meski sendi terlihat membengkak dan merah, antibiotik tidak diberikan secara rutin.
Mitos: Sakit tulang di malam hari adalah gejala rematik Fakta: Faktanya, gejala-gejala yang umumnya terjadi pada penderita rematik adalah pegalpegal dan peradangan pada sendi (kemerahan, bengkak, terasa panas, dan sulit digerakkan). Gejala ini tidak terbatas pada malam hari dan bisa menyerang setiap saat.
Mitos: Makan bayam dan kangkung sebabkan rematik Fakta: Tidak ada hasil penelitian yang menghubungkan antara kedua jenis sayuran ini dengan resiko rematik. Kalaupun ada yang harus dihindari untuk mencegah rematik asam urat adalah makanan yang bisa memicu purin, seperti jeroan, seafood, atau alkohol.
Sumber: health.kompas.com
http://www.kesekolah.com/artikel-dan-berita/kesehatan/mandi-malam-bukan-penyebabrematik.html
5.
BROKOLI BANTU ATASI RADANG SENDI
Sebuah uji coba terbaru tengah digelar para ilmuan dalam rangka meneliti khasiat tanaman brokoli dalam melawan serangan radang sendi atau (osteoarthritis).
Brokoli (Brassica oleracea) adalah sayuran yang termasuk suku kubis-kubisan dan berasal dari daerah Laut Tengah dan telah dibudidayakan sejak masa Yunani Kuno. Sayuran ini mulai dikenal di Tanah Air pada 1970-an dan kini cukup populer sebagai salah satu bahan pangan.
Sebagai makanan, brokoli biasanya disajikan dengan direbus atau dikukus, bisa juga dimakan mentah. Namun, cara terbaik mengolah brokoli adalah dengan dikukus agar semua vitamin dan nutrisi penting di dalamnya tidak hilang selama proses pemasakan. Adapun merebus brokoli akan menghilangkan sekitar 50 persen asam folat yang terkandung di dalamnya. Karena itu, jika ingin mengolah brokoli dengan cara direbus, sebaiknya brokoli tidak direbus terlalu lama, kira-kira jangan lebih dari 5 menit.
Brokoli mengandung vitamin C dan serat dalam jumlah banyak. Selain itu, brokoli mengandung senyawa glukorafanin yang merupakan bentuk alami senyawa antikanker sulforaphane. Dalam penelitian sebelumnya, brokoli juga ditengarai mampu mengurangi risiko terkena kanker. Namun, ini adalah pertama kalinya brokoli diketahui memiliki efek terhadap radang sendi.
Berdasarkan penelitian laboratorium yang dilakukan para ilmuwan di Universitas East Anglia (UEA), terbukti bahwa sulforaphane mampu menghalau enzim penyebab rusaknya otot yang menyebabkan osteoarthritis, yakni penyakit radang sendi paling umum.
Uji coba ini nantinya akan mempelajari bagaimana sulforaphane dapat memperlambat atau
mencegah perkembangan osteoarthritis. Tim ilmuwan yang tengah mempersiapkan para sukarelawan berharap dapat menemukan cara baru pencegahan dan penyembuhan nyeri akibat radang sendi.
Osteoartritis, dikenal juga sebagai artritis degeneratif atau penyakit degeneratif sendi, adalah kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujungujung tulang penyusun sendi. Sementara itu, sulforaphane adalah zat bioaktif yang dikandung beberapa sayuran, terutama brokoli.
Memakan brokoli dapat meningkatkan jumlah sulforaphane dalam darah. Tetapi, para ilmuwan belum dapat memastikan kadar sulforaphane yang cukup untuk dimasukkan ke sendi. Hal itulah yang kini tengah diteliti oleh para ilmuwan UEA. (Pri/OL-06)
Sumber: mediaindonesia.com http://www.kesekolah.com/artikel-dan-berita/kesehatan/brokoli-bantu-atasi-radangsendi.html
6.
ALAS KAKI MEMPENGARUHI BEBAN PERSENDIAN
Sandal jepit dan sepatu dengan sol fleksibel lebih enteng di lutut daripada kelom. Dan itu penting, karena beban pada persendian lutut merupakan faktor kunci terjadinya osteoarthritis. Demikian penemuan oleh Pusat Kesehatan Universitas Rush, Chicago, Amerika Serikat, yang diterbitkan di jurnal Arthritis Care Research.
"Biasanya, alas kaki direkayasa untuk memberikan dukungan dan kenyamanan maksimal untuk kaki, dengan sedikit perhatian yang dicurahkan kepada efek biomekanis pada seluruh kaki," kata Dr Najia Shakoor, penulis utama studi ini. "Tetapi sepatu yang kita pakai memiliki dampak substansial membebani sendi lutut, terutama ketika kita berjalan."
"Studi kami menunjukkan bahwa alas kaki yang rata dan luwes secara signifikan mengurangi beban pada sendi lutut dibandingkan dengan sepatu yang stabil dengan sol kurang fleksibel."
Osteoarthritis adalah bentuk paling umum dari artritis dan penyebab terjadinya cacat yang signifikan dan mengganggu kualitas hidup. Merasakan beban pada lutut yang lebih berat di atas normal selama berjalan merupakan ciri penyakit ini.
Shakoor dan rekan-rekannya menganalisis gaya berjalan dari 31 pasien dengan gejala osteoartritis saat mereka berjalan tanpa alas kaki dan memakai sepatu terkenal dengan empat jenis. Jenis yang pertama: sandal Dansko, yang sering dipakai oleh profesional kesehatan. Kedua, sepatu stabil Brooks Addiction, yang diresepkan untuk kenyamanan kaki; dan sepatu Puma H-Street, sepatu atletik yang datar dengan sol yang fleksibel; serta sandal jepit.
Beban pada sendi lutut berbeda secara signifikan tergantung pada alas kaki. Untuk sepatu sandal bakiak dan sepatu yang stabil, beban pada sendi lutut naik sampai 15 persen lebih besar dibandingkan dengan sepatu datar, sandal jepit, atau berjalan tanpa alas kaki.
Menurut Shakoor, beberapa aspek alas kaki mempengaruhi beban persendian.
"Tumit tinggi adalah salah satu faktor, dan mungkin menjelaskan mengapa sepatu yang stabil dan sandal bakiak dalam penelitian kami, yang keduanya memiliki tumit tinggi, beban pada lutut yang dihasilkan lebih besar," kata Shakoor.
"Kekakuan juga merupakan faktor. Kami telah menunjukkan pada studi sebelumnya bahwa berjalan tanpa alas kaki, beban lutut lebih rendah daripada berjalan dengan alas kaki konvensional. Gerakan fleksibel kaki telanjang secara mekanik menguntungkan," kata Shakoor.
Menurut Shakoor, sandal jepit dan sepatu yang datar, fleksibel, dan ringan sepertinya meniru cara berjalan dengan kaki telanjang.
Shakoor juga memperingatkan, bagaimanapun, bahwa beban lutut bukan satu-satunya pertimbangan dalam memberikan rekomendasi klinis.
"Untuk orang tua dan individu yang lemah, sandal jepit bisa menyebabkan jatuh karena desainnya longgar. Faktor-faktor seperti ini harus diperhitungkan," kata Shakoor.
Ngarto Februana
Sumber: ScienceDaily (tempointeraktif.com) http://www.kesekolah.com/artikel-dan-berita/kesehatan/alas-kaki-mempengaruhi-bebanpersendian.html
7.
"CHIROPRACTIC" UNTUK ANAK-ANAK, AMANKAH?
Penulis : Lusia Kus Anna | Rabu, 13 Februari 2013 | 15:26 WIB
Dibaca: 2041
Komentar: 1 |
Share:
Shutterstock Ilustrasi pengobatan chipractic TERKAIT:
Benarkah Jatuh Terduduk Bisa Sebabkan Kebutaan?
Nyeri Pinggang Bikin Hilang Waktu Kerja KOMPAS.com - Belakangan ini metode penyembuhan keluhan tulang belakang dengan tangan atau chiropractic semakin dikenal. Metode ini diklaim aman untuk siapa pun, tak terkecuali anak dan bayi.
Chiropractic berasal dari bahasa Yunani, chiros danpractos yang berarti dilakukan dengan
tangan. Oleh karena itulah, metode ini relatif aman untuk anak, terutama untuk menjaga kesehatan tulang punggung.
"Metode ini bisa dilakukan oleh siapa pun yang punya tulang punggung, termasuk bayi berusia dua minggu," kata dr.Inez, praktisi chiropractic dalam acara talkshow yang diadakan oleh Kidzania dan PT MHisamitsu Pharma Indonesia di Jakarta, Rabu (13/2/13).
Inez menambahkan tulang punggung adalah bagian tubuh yang sangat penting karena di bagian ini terdapat saraf pusat yang disebut medula spinalis. "Gangguan atau perubahan pada fungsi tulang punggung akan berefek pada sistem saraf," kata chiropractor dari Citralife Chiropractic ini.
Metode chiropractic dilakukan dengan cara melakukan koreksi dengan menekan persendian tulang belakang dan tubuh agar menjadi lurus untuk menghilangkan tekanan pada aliran saraf. Terapi dilakukan hanya dengan tangan dan bantuan alat untuk menekan tulang belakang.
"Pada dasarnya, tubuh manusia punya kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Fungsichiropractic adalah membantu tubuh mengenali posisi yang benar sehingga proses penyembuhan lebih cepat," katanya.
Gangguan tulang belakang terutama terjadi karena postur tubuh yang salah, trauma, atau terjatuh.
"Pada anak, tulang mereka belum menyatu sehingga kalau mereka sering jatuh, segmen tulang ekor bergeser dan bisa mengganggu hantaran saraf. Ini juga bisa membuat anak sering mengompol," terangnya.
Terapi chiropractic bisa dilakukan untuk penyembuhan atau menjaga fungsi tulang belakang. "Kelainan pada tulang belakang anak sering tidak disadari orangtua, tahu-tahu sudah besar ternyata skoliosis. Karena itu perlu deteksi dini," katanya.
http://health.kompas.com/read/2013/02/13/15264833/.Chiropractic.untuk.Anakanak.Amankah