Fase keempat dari sejarah pemikiran Yunani adalah fase mazhab-mazhab sempurna. Muncullah filosof pencerah Plato dan muridnya, Aristoteles. Keduanya menempatkan, untuk pertama kaµ dalam sejarah kemanusiaan, susunan filsafat dan pemikiran sempuma, dan pikiran politik adalah salah satu penunjangnya. Fase terakhir merupakan fase kebekuan pikiran, yang dikenal dengan sekolah Peripatetik. Di antara muridnya adalah Theophrastus, Satyrus the Peripatetic, Aristoxenus, Eudemos of Rhodes, Andronicus of Rhodes, Demetrius of Phalerus, Strato of Lampsacus, Olympiocforus the Elder, dan Clearchus of Soli. Sekolah ini puas dengan hanya memberikan syarah, review, dan tafsir terhadap filsafat-filsafat terdahulu secara umum dan filsafat Aristoteles secara khusus. Mereka tidak memberikan kontribusi baru. Untuk menemukan dasar pemikiran politik menurut Yunani, kita harus mendalami lebih jauh filsafat idealisme seperti yang terdapat di filsafat Plato dan filsafat realisme seperti yang terdapat di filsafat Aristoteles.
1. Idealisme dalam Filsafat Politik Plato (429-347) a.
Berdirinya Negara atau Kota Plato berpendapat bahwa tidak adanya kebebasan individu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan ketergantungan kepada orang lain merupakan sebab berdirinya negara atau kota. 5 Masyarakat, dengan fungsinya yang normal, sesungguhnya terbentuk demi memenuhi kebutuhan dasar kita. Plato kemudian merajut konsepsi "Negara Utopia". Ia berpendapat bahwa kebutuhan dasar manusia yang pertama adalah makanan, seperti makhluk hidup lainnya. Kebutuhan dasar kedua adalah tempat tinggal, kemudian pakaian. Gotong royong menciptakan lapangan kerja tertentu. Kemudian, muncullah petani, tukang bangunan, tukang tenun, dan tukang sepatu. Profesi itu membutuhkan alat-alat tertentu.
Namun, petani tidak bisa membuat bajak dan alat-alat pertanian sendiri. Begitu juga, tukang bangunan dan pembuat sepatu. Mereka membutuhkan tukang besi (pandai). Petani membutuhkan
5.
28
Plato menggunakan kata "negara" dan "kota" dalam satu arti. Dalam sistem politik, dalam konteks ini dikenal istilah negara-kota (city-state).
Filsafat Politik Antara Barat dan Islam
penggembala ternak mengelola lahan. Tukar: . dapat membantunya· membutuhkan orang _ -~ sepatu yang akan dibuatr orang yang membawa yang diceritakan Plato mendebatnya, Adeima:-• Hampir tidak mur. tanpa mengimpor • Benar, hampir tida · • Maka, kita bergan~_kebutuhan kita da!"' • Harus . • Jika seorang dut" mendatangkan apa · kedatangannya. • Begitu, saya kira . • Maka, sebuah ne~- ~: mengimpor dari lt..:.:" • Harns seperti itu . • Maka, negara kita r:-= lebih banyak lagi. • Benar. • Para pedagang ad industri itu kepad2. :-: • Benar. • Jadi kita membuhe • Pasti. 6 L
0
Secara aksioma ti membutuhkan pelaut ur-transportasi darat. Pc pertukaran mata uang ~-~ pekerja, dan pusat-pus2. 6.
Plato, Republic, terj. Hana hr
-
•••• Yunani adalah fase liiosof pencerah Plato dan ...,..._., .. nntuk pertama kaµ 'at d an pemikiran penunjangnya. an, yang dikenal I - I ;a ada1ah Theophrastus, Rhodes, Andronicus l..aimDsacuS, Olympiodorus
penggembala ternak dan orang-orang yang membantunya dalam mengelola lahan. Tukang bangunan membutuhkan orang-orang yang dapat inembantunya dalam membangun. Tukang sepatu membutuhkan orang yang membawakan kulit untuk bahan baku sepatu yang akan dibuatnya. Demikian pula, penenun membutuhkan orang yang membawa bulu. Kemudian, Plato menuturkan Socrates, yang diceritakan Plato dalam Republic-nya, di hadapan orang yang mendebatnya, Adeimantus. Hampir tidak mungkin mengelola sebuah negara, di mana pun, • tanpa mengimpor barang dari negara lain.
. arah, review, dan ...-a um.um dan filsafat IL il;a1 t kontribusi baru. urut Yunani, kita 1:5 sq,erti yang terdapat dapat di filsafat
• •
I
I
basan individu lwkaautungan kep~da ara atau kota. 5 ya terbentuk udian merajut I I wa lcebutuhan dasar mwwwli makhluk hidup ggal, kemudian • a..,n keria -, tertentu. C L tubng tenun, dan na A s tertentu. alat-alat pertanian 91111!11b111uaalt sepatu. Mereka membutuhkan
-
Benar, hampir tidak mungkin . Maka, kita bergantung kepada para importir yang membawa kebutuhan kita dari negara lain. • Harus. • Jika seorang duta kita pergi ke luar negeri bukan untuk mendatangkan apa yang kita butuhkan, kita tidak merindukan kedatangannya. • Begitu, saya kira. • Maka, sebuah negara harus menambah produksi agar tidak mengimpor dari luar. • Harus seperti itu. • Maka, negara kita membutuhkan pertanian dan perindustrian lebih banyak lagi. • Benar. • Para pedagang adalah orang yang mendistribusikan barang industri itu kepada rakyat, bukankah demikian? • Benar. • Jadi kita membutuhkan para pedagang? • Pasti. 6 Secara aksiomatik, dapat dikatakan bahwa perdagangan membutuhkan pelaut untuk transportasi laut dan para sopir untuk transportasi darat. Perdagangan pun membutuhkan pasar, pertukaran mata uang untuk memudahkan transaksi, eksistensi para peketja, dan pusat-pusat perbelanjaan. I
6.
Plato, Republic, terj. Hana Khabaz, jilid kedwi.
Filsafat Polltlk Antara Barat dan Islam
29
Secara aksiomatik pula, dapat dikatakan bahwa orang-orang yang hidup di kota seperti ini mendambakan ketenteraman dan ketenangan. Pada kenyataannya, Plato mendambakan kehidupan seperti ini dan menginginkan struktur sosial seperti ini. Di dalamnya, manusia memetik jagung dan gandum. Mereka membuat baju, sepatu, dan membangun rumah untuk dirinya. Mereka bekerja pada musim panas lebih banyak tanpa kendala. Adapun pada musim dingin, mereka mempersiapkan apa-apa yang mereka butuhkan. Mereka mengumpulkan gandum dan biji-bijian untuk dibuat roti dan kue. Mereka duduk beralaskan bahan yang dibuat dari pohon saru dan semak berbau wangi. Mereka menikmati keindahan hidup bersama anak-anaknya. Mereka asyik bermabuk-mabukan, mengelilingi gua untuk memuji tuhan-tuhan mereka, dan bersosialisasi dengan aman. Mereka tidak melahirkan keturunan yang melewati batas kemampuan untuk membiayainya. 7 Akan tetapi, Glaucon salah seorang teman berdebat Socrates (dan Socrates di sini dengan bahasa Plato) membantah gambaran negara seperti ini sebagai negara yang menjanjikan kehidupan yang sejahtera. Plato lalu menegaskan bahwa negara yang menjanjikan kesejahteraan seperti yang diinginkan Glaucon juga membutuhkan sarana-sarana yang diperlukan untuk mewujudkan kehidupan yang fitrah. Negara yang diidamkan itu membutuhkan beragam pelayanan yang mungkin tidak ditemukan di negara tersebut hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, misalnya para pemburu, ahli seni dan pujangga, penyanyi, aktris, penari, pencerita, pengarang, pembuat alat-alat dan macam-macamnya, komedian, pemilik salon, baby sitter, tukang cukur, dan dokter. Batas-batas wilayah negara terasa semakin sempit seiring dengan bertambahnya penduduk. Oleh karena itu, kita harus menambah luas lahan dan ladang-ladang melalui perang. Dengan demikian, kita membutuhkan formasi pasukan terpilih, amunisi, dan senjata perang lainnya. Kemudian, Plato menjelaskan bahwa seorang kepala negara harus memiliki sifat-sifat fitrah, di antaranya harus memiliki tendensi terhadap filsafat, mencintai ilmu pengetahuan, menyayangi sahabat,
7.
30
Plato, Republic, terj. Hana Khabaz, jilid kedua.
Filsafat Politik Antara Barat dan Islam
dan keras terhadap rr: menurut kami adalah semangat yang kuat, cr Pada akhir bukur. ketiga, Plato menjela pemimpin. b.
Pendidikan bagi c.:_
Pertama kali waji~ kisah-kisah yang akar. _ Kisah-kisah itu tidak _ kemuliaan terhadap Tu} Tuhan mengumumkar. perjanjian, menurunkar manusia. Kedua, wajib untw; mati dalam hati mereka ketahanan diri, dan ke . Ketiga, wajib untuk dalam tertawa, senantia!: berbohong, pemaaf, dan Wajib juga untuk pekerjaan selain keperr'.sampai pada tingkat pr pemerintahan. · Wajib juga untuk m yang mengungkapkan kcC diperkenankan memrtmendendangkan duka d~ Makanan calon perr Untuk itu, ia harus senantu. waktu-waktu tertentu. Mereka diwajibkan rr: (gimnastik) untuk mengua
8.
Plato, Republic, tetj. Hana Khat,-
Fllsafat
dan keras terhadap musuh. Plato berkata, "Pemimpin yang ideal menurut kami adalah yang tendensi terhadap filsafat, mempunyai semangat yang kuat, cepat bertindak, dan kuat." 8 Pada akhir bukunya, Republic, jilid kedua dan seluruh uraian jilid ketiga, Plato menjelaskan tata cara melatih dan mendidik calon pemimpin. b.
Pendidikan bagi Calon Pemimpin
Pertama kali wajib, menurut Plato, berhati-hati dalam memilih kisah-kisah yang akan memenuhi telinga-telinga calon pemimpin. Kisah-kisah itu tidak boleh mengandung unsur yang menodai kemuliaan terhadap Tuhan. Tidak boleh, misalnya, diceritakan bahwa Tuhan mengumumkan peperangan, melanggar kesepakatan atau perjanjian, menurunkan malapetaka kepada manusia, atau menipu manusia. Kedua, wajib untuk tidak menumbuhkan rasa takut terhadap mati dalam hati mereka. Tujuannya adalah agar muncul keberanian, ketahanan diri, dan kehormatan dalam jiwanya. • Ketiga, wajib untuk mengajarkan mereka untuk tidak berlebihan dalam tertawa, senantiasa membiasakan diri dengan kejujuran tan.pa berbohong, pemaaf, dan terbebas dari rakus terhadap harta. Wajib juga untuk tidak menyibukkan calon pemimpin dari pekerjaan selain kepemimpinan, supaya mereka konsentrasi dan sampai pada tingkat profesionalisme paling tinggi dalam bidang pemerintahan. · Wajib juga untuk membiasakan mereka mendengar nyanyian yang mengungkapkan keberanian dan kehidupan yang selaras. Tidak diperkenankan memperdengarkan nada-nada harmoni yang mendendangkan duka dan berirama lembut. Makanan calon pemimpin haruslah sederhana dan bergizi. Untuk itu, ia harus senantiasa berkonsultasi secara medis, kecuali pada waktu-waktu tertentu. Mereka diwajibkan mengikuti latihan dan kebugaran jasmani (gimnastik) untuk menguatkan pertahanan fisiknya, sedangkan musik
8.
Plato, Republic, terj. Hana Khabaz, buku kedua.
Filsafat Politik Antara Barat dan Islam
'·
31
untuk menguatkan potensi filsafatnya. Tujuan utama dari pelatihan fisik dan musik adalah terjalin keseimbangan antara fisik dan filsafat. Mereka diwajibkan hidup susah. Mereka harus tinggal di kemahkemah, bukan rumah. Mereka dilarang memiliki barang tertentu secara khusus. Setelah memberikan petunjuk-petunjuk tentang pelatihan dan pendidikan bagi calon para pemimpin, Plato berpendapat bahwa dari lulusannya, wajib dipilih calon pemimpin dan calon hakim yang usianya lebih tua, memiliki kepintaran sempurna, keberanian yang hebat, nasionalisme yang kokoh, dan memiliki sikap egoisme paling sedikit. Selain kelompok para pemimpin, Plato menyebutkan kelompok para penyokong atau tentara dan kelompok terakhir, yakni kelompok para petani, pekerja industri, dan pedagang. Dengan demikian, negara, dalam pandangannya, terdiri dari tiga kelas: Pertama, kelas para penguasa, Tuhan-tuhan telah menghiasi watak mereka dengan emas. Kedua, kelas tentara. Tuhan-tuhan telah II\encampur watak mereka cfengan perak. Ketiga, kelas pedagang, pengrajin, dan petani. Tuhan-tuhan telah mencampur watak mereka dengan tembaga dan besi. Adapun metode pelatihan dan pendidikan dini kepada calon pemimpin dimulai sebelum lahir sehingga kita menjamin pewaris yang baik. Dalam teori Plato, wanita pilihanlah yang akan memberikan keturunan-keturunan yang sehat. Mereka selanjutnya ditampung dan dididik oleh lembaga-lembaga umum. Mereka tumbuh bersama sehingga akan menguatkan ikatan, kasih sayang, kecintaan, dan gotong royong di dalam diri mereka. Hal ini merupakan modal bagi mereka sehingga memungkinkan mereka dapat menangani urusan negara dengan mudah. Pendidikan dini bagi calon pemimpin, laki-laki maupun perempuan,9 berlanjut sampai mereka berusia 20 tahun. Selama dalam masa pendidikan, mereka memperoleh latihan olahraga dan musik. Untuk mencari yang terbaik, mereka diseleksi melalui ujian. Tahapan pendidikan yang terakhir adalah latihan militer untuk jangka 2 atau
9.
32
Plato tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan, bahkan menyamakannya. Lihat dalam bukunya, buku kelima yang berujar tentang jenis kelamin.
Filsafat Politik Antara Barat dan Islam
3 tahun. Setelah itu mEaritmetika, arsitek seder.r S~telah beranjak usia 3,~ Siapa terpilih dapat mela:Pada usia 35 tahun, me dalam kemiliteran dan ayang penting dan rumit • mencapai usia 50 tahun. Adapun unsur-unsiz lembaga pendidikan dar. 1. mengadakan peruba: sebagian peserta d ... lainnya, atau sebagia_2. betjaga pada malam . 3. bersikap keras dalarr: seni musik dan latilu:4. membiarkan peratu: hakim; 5. membebankan upac _ Delvi. Unsur-unsur filsafat, sebagai berikut: · 1· cinta ilmu pengetahtU...-
2· 3. 4· 5· 6· 7. 8. 9.
pas ti akan cinta p menemukan hakikat oleh waktu dan tem ... · cinta yang total ter~ cinta kejujuran dan zr teman kebijaksanaan meninggalkan keni -= kenikmatan pikiran; ~e~iki sikap yang . dm, serta menjauhi . :. menjauhi segala sesuah dan pengecut; hidup asketik di dunia memiliki imajinasi van:: mencintai keluas~ da:-
..
P
- pm, laki-laki maupun tahun. Selama dalam l rJ ,., olahraga dan musik. \ w melalui ujfan. Tahapan TE r untuk jangka 2 atau
,e!ll!!!m.,.-. bahkan menyamakannya. 1!!lis kelamin.
3 tahun. Setelah itu, mereka mendapat pelajaran-pelajaran tentang aritmetika, arsitek sederhana, arsitek profesional, dan ilmu astronomi. Setelah beranjak usia 30 tahun, mereka menghadapi ujian terakhir. Siapa terpilih dapat melangsungkan pada pelajaran logika dan filsafat. Pada usia 35 tahun, mereka dibebani tugas-tugas kepemimpinan dalam kemiliteran dan administrasi. Persoalan-persoalan kenegaraan yang penting dan rumit tidak diberikan kepada mereka, kecuali setelah mencapai usia 50 tahun. Adapun unsur-unsur kenegaraan yang harus menjadi kurikulum lembaga pendidikan dan pelatihan adalah sebagai berikut: 1. mengadakan perubahan, bukan kecenderungan, untuk membuat sebagian peserta didik tampak berpengaruh bagi sebagian lainnya, atau sebagian tampak butuh kepada yang lai.nnya; 2. berjaga pada malam hari; 3. bersikap keras dalam mengekang hal-hal yang baru dalam ilmu seni musik dan latihan olahraga; 4. membiarkan peraturan-peraturan lain demi kecerdikan para hakim; 5. membebankan upacara keagamaan untuk raja Apollo tuhan Delvi. Unsur-unsur fifaafat yang harus dimiliki seorang penguasa adalah sebagai berikut: 1. cinta ilmu pengetahuan. Orang yang mempunyai naluri filsafat pasti akan cinta pada semua jenis pengetahuan untuk menemukan hakikat keberadaan yang abadi yang tidak berubah oleh waktu dan tempat; 2. cinta yang total terhadap wujud yang abadi; 3. cinta kejujuran dan membenci kebohongan karena kejujuran itu teman kebijaksanaan; 4. meninggalkan kenikmatan badan clan memfokuskan pada kenikmatan pi.kiran; 5. memiliki sikap yang kuat dalam menerima keadaan clan kesucian diri, serta menjauhi ketamakan; 6. menjauhi segala sesuatu yang buruk clan membuang rasa penakut clan pengecut; 7. hidup asketik di dunia dan tidak takut mati; 8. memiliki imajinasi yang cepat dan memori yang kuat; 9. mencintai keluasan dan keindahan. Fllsafat Polltik Antara Barat dan Islam
33
Dalam Republic dikemukakan dialog antara Socrates dan Glaucon (389-409 SM). Socrates bertanya kepadanya; •
• •
Apakah engkau akan menemukan cacat pada sebuah pekerjaan yang ditangani oleh orang yang memiliki memori kuat, imajinasi yang cepat, cerdas, yang mencintai kebenaran, keadilan, keberanian, dan kesucian jiwa? Tidak, orang yang memiliki jiwa kritis terhadap dirinya tidak mungkin akan <;Iitemui cacat. Masihkah engkau ragu jika orang seperti itu pantas menangani urusan kenegaraan ?10
Menurut Plato, sebuah pemerintahan dan konstitusi tidak akan sempuma jika tidak ditangani oleh para filosof. c.
Tiga Tingkatan Negara
Plato mencampurkan antara teori politik, etika, dan filsafatnya. Dalam hal-hal yang berkaitan dengan teori etikanya, kita akan menemukan empat keutamaan sebagai berikut: kepijaksanaan, keberanian, menjaga kesucian diri, dan keadilan. Teori Plato tentang keutamaan mengantarkannya pada teori jiwa. Jiwa manusia menurutnya terbagi pada tiga macam. Pertama, jiwa yang berakal ('aqilah). Kedua, jiwa yang dipenuhi amarah (gadhabiyah). Ketiga, jiwa sensualitas (syahwaniyah). Tempat jiwa sensualitas adalah perut paling bawah. Tempat jiwa amarah adalah dada atau dalam hati, sedangkan tempat jiwa yang berakal adalah akal. Plato menjelaskan bahwa tiap jiwa di atas merniliki keutamaankeutamaan tertentu. Jiwa sensualitas, jiwa paling rendah, mempunyai keutamaan berupa menjaga kesucian diri ('iffah). Cara memperolehnya adalah dengan mengekang syahwat, memerangi sikap berlebihan dan melampaui batas, dan memutus keterikatan jiwa terhadap kenikmatan tubuh, sebagai persiapan untuk menemukan kebenaran dan kebaikan. Keutamaan jiwa amarah adalah keberanian. Cara memperolehnya adalah menghadapi berbagai kendala dalam menemukan kebaikan. Menjaga kesucian diri dan keberanian adalah dua 10. Plato, Republic, terj. Hana Khabaz, buku keenam.
34
Filsafat Politik Antara Barat dan Islam
keutamaan yang meng.:::keutamaan jiwa yan; _ Peranan kebijaksana~,... kebaikan untuk mev,:uCara untuk memperole:: dasar tabiat. Seandain· akan unggul dan me~ sehingga tidak akan m Dalam debatnya .. _dengan anak sapi yang berwama hitam pekat : kedua berwarna putih _ Adapun kusir melambar __ dua tali kekang tersebut Jika akal dan keutarr:menyerasikan antara keseimbangan, muncu .:._ tumbuh jika jiwa sensua:.:. sumber kekuatan yang rr..::kewajiban setiap bagian Plato mengaitkan tc Sebab, negara atau kota · pemberani, berjiwa suci. · sebagai suatu etika yan; bagian jiwa, masyarakat,...
Kelas pertama, kela: _ dari kalangan filosof. KEpemerintahan dan admir~ kebijaksanaan. Kelas kedua, di baw2.~ atau pasukan perang. K1:.:: dari rongrongan dari da~ pemberani. Kelas ketiga, kelas p.!. pedagang, dan petani. ME-_ berkewajiban mengamank hidup. Kesucian diri ada: ·_ Filsafa
·
? .:da sebuah pekerjaan _ :T.emori kuat, imajinasi e:-enaran, keadilan, ±.adap dirinya tidak -~..:. rantas menangani ~~titusi tidak akan
::........::: dan filsafatnya. :-:k.a.nya, kita akan -ebijaksanaan, -~-'1ya pada teori - ;:: :nacam. Pertama, .; :renuhi amarah Tempat jiwa _ -3 amarah adalah · - ;: ';:;,erakal adalah -::=--~-jci. keutamaan-
- :-:::- ~Ll-i, mempunyai . Cara mem::- ;;::TI.erangi sikap _ .::terikatan jiwa ::nenemukan
Cara memmenemukan adalah dua
keutamaan yang mengantarkan pada keutamaan yang ketiga, yaitu keutamaan jiwa yang berakal yang dinamakan kebijaksanaan. Peranan kebijaksanaan adalah pembeda antara macam-macam kebaikan untuk mewujudkan dan mengidentifikasi nama-namanya. Cara untuk memperolehnya adalah pembatasan manfaat pada dasardasar tabiat. Seandainya tidak ada kebijaksanaan, jiwa sensualitas akan unggul dan menyimpang serta akan diikuti jiwa amarah sehingga tidak akan mampu berbuat sesuatu pun. Dalam debatnya dengan Fedrus, Plato menyerupakan jiwa dengan anak sapi yang ditarik oleh dua tali kekang. Salah satunya berwama hitam pekat yang melambangkan sensualitas, dan yang kedua berwama putih bersih yang melambangkan jiwa amarah. Adapun kusir melambangkan jiwa berakal yang menyerasikan antara dua tali kekang tersebut. Jika akal dan keutamaannya, yaitu kebijaksanaan, berhasil dalam menyerasikan antara dua tali kendali dalam mewujudkan keseimbangan, muncullah keadilan. Keadilan itu, menurut Plato, tumbuh jika jiwa sensualitas tunduk pada jiwa yang berakal. Inilah sumber kekuatan yang menciptakan keseimbangan antara kewajibankewajiban setiap bagian jiwa ketika menghadapi tantangan. Plato mengaitkan teori etikanya dengan teori negara-kota-nya. Sebab, negara atau kota yang baik -menurutnya- harus bijaksana, pemberani, berjiwa suci, dan adil. Dari sini, Plato menjadikan politik sebagai suatu etika yang luas. Sebagaimana manusia memiliki tiga bagian jiwa, masyarakat pun tersusun dari ~ga kelas. Kelas pertama, kelas paling tinggi. Inilah kelas para pemimpin dari kalangan filosof. Kepada pundak mereka dibebankan urusan pemerintahan dan administrasi pengelolaan negara dengan akal dan kebijaksanaan. Kelas kedua, di bawah tingkatan pertama adalah kelas serdadu atau pasukan perang. Kelas ini dibebani mempertahankan negara dari rongrongan dari dalam dan luar. Mereka wajib memiliki jiwa pemberani. Kelas ketiga, kelas paling rendah adalah kelas buruh pabrik, pedagang, dan petani. Mereka adalah masyarakat umum. Kelas ini berkewajiban mengamankan sektor produksi untuk keberlangsungan hidup. Kesucian diri adalah keutamaan paling tinggi yang harus
Filsafat Politik Antara Barat dan Islam
35
dicapai kelas ini. Keadilan akan tercipta jika tiap kelas masyarakat berjalan sesuai dengan fungsinya masing-masing, tidak saling merongrong. Sebagaimana keharusan jiwa sensualitas tunduk pada jiwa amarah, dan jiwa amarah tunduk pada jiwa yang berakal, maka hendaklah kelas pekerja tunduk pada kelas serdadu, dan kelas serdadu tunduk pada kelas pemimpin/filosof. Keadilan pada suatu negara serupa dengan keadilan pada tiap pribadi. Ikatan antara teori politik Plato dengan filsafatnya sangatlah jelas. Sebab, pemimpin, menurutnya adalah seorang filosof yang memiliki keteladanan dan kebaikan, serta berbekalkan kebijaksanaan. Aturan suatu negara harus tunduk pada filosof. Dari sini kami katakan bahwa Plato mengaitkan dengan erat antara teori politiknya dengan keutamaan (etika) dan pengetahuan (filsafat). d.
Macam-Macam Bentuk Pemerintahan Menurut Plato, bentuk pemerintahan secara garis besar terbagi kepada lima macam, yaitu aristokrasi, temokrasi, oligarki, demokrasi, dan despotisme (tirani). 1) Aristokrasi, yaitu bentuk pemerintahan sebagaimana diuraikan Plato pada pembahasan sebelumnya. Bentuk pemerintahan ini rnengharuskan sistem komunisme dalam persoalan perernpuan dan anak, pendidikan dini bagi anak yang dikelola pemerintah, pemimpin haruslah seorang filosof, para pemimpin tidak dilibatkan dalam pengelolaan harta, bahkan kekayaan mereka diambil, dan mereka memperoleh gaji secara berkala, dan mereka harus mengabdikan jiwanya secara penuh untuk negara. Aristokrat rnenurut Plato adalah bentuk pemerintahan yang ideal, karena dari pemerintahan seperti ini akan muncul kebijaksanaan, keadilan, keberanian, dan kesucian diri sebagairnana telah diuraikan. Hanya saja, desakan-desakan ekonomi ·dan psikologi telah mengakhiri bentuk pemerintahan seperti ini, maka bermunculanlah empat bentuk pemerintahan tanpa keadilan, sebagaimana dijelaskan Plato berikut ini. 2) Temokrasi. Bentuk pemerintahan seperti ini rnuncul setelah bentuk Aristokrasi. Temokrasi adalah bentuk pemerintahan militerisme, seperti yang berlaku di pemerintahan Sparta dan Crete (Yunani). Ketika bentuk aristokrasi mulai pudar, kesenjangan tiga kelas
negara semakin • semcJkin terpllnL! Tingkat kesejah antara anggota d pekerja pada b _ pemerintahan iru sangat ambisius pa Ketiganya meru.t pemerin tahan. T, dengan o!igarki. 3) Oligarki, yaitu b minoritas orang perkembanganleb~ temokrasi terhada'"' • .t ternadap kebijakEai seiring dengan · mengumpulkan ha:demikian, kekayaa:Bentuk pemen..antara kaya dan m.:_; dua kelompok se--kelompok ini salin,: intrik. Plato menje~ negara pecah men kelompok orang mis tampak. Satu kelorr. lainnya.11 Dampakn· dan penjahat. Semalli dan kecfotaan terha _ 4) Demokrasi. Perpind,, sernpuma ketika te.miskin terhadap parmendapat patronasi d orang-orang kaya. Ak.: pemerintahan. Merek
11. Plato, Republic, terj. Hana Kha!:- - _
36
Fllsafat Polltik Antara Barat dan Islam
tiap kelas masyarakat -masing, tidak saling tunduk pada jiwa -ang berakal, maka serdadu, dan kelas tSd Keadilan pada suatu
...,shh!,
•
3)
garis besar terbagi I +i. oligarki, demokrasi,
9ll!DID
I
kesucian diri desakan-desakan ...... --"1k pemerintahan ....... lm,lnk pemerintahan berikut ini.
• s:w-ancu1 setelah bentuk wMAhan militerisme, . . S, t- dm Crete (Yunani). IPSP,liangan tiga kelas r
4)
negara semakin tampak. Kelas paling rendah, kelas pekerja, semq.kin terpuruk dengan keberadaan dua kelas di atasnya. Tingkat kesejahteraan ekonomi yang semakin meningkat di antara anggota dua kelas di atasnya semakin menjatuhkan kelas pekerja pada bentuk perbudakan. Plato menamai bentuk pemerintahan ini dengan temokrasi karena para pemimpinnya sangat ambisius pada kehormatan, penghargaan, dan kemuliaan. Ketiganya merupakan ideal tertinggi dan prinsip pengatur pemerintahan. Temokrasi merupakan perantara antara aristokrasi dengan oligarki. Oligarki, yaitu bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh · minoritas orang kaya. Bentuk pemerintahan ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari temokrasi. Ambisi para pemimpiri temokrasi terhadap kekayaan dan syahwat, serta pengabaian terhadap kebijaksanaan dan pengetahuan semakin bertambah seiring dengan berlalunya waktu. Akibatnya, mereka mengumpulkan harta tidak dengan jalan yang benar. Dengan demikian, kekayaan menjadi ukuran segalanya. Bentuk pemerintahan oligarki semakin memperluas jurang antara kaya dan miskin. Oleh karena itu, rakyat terbagi kepada dua kelompok secara mencolok, kaya dan miskin. Kedua kelompok ini saling bermusuhan dan selalu diwarnai dengan intrik. Plato menjelaskan, dalam pemerintahan oligarki, kesatuan negara pecah menjadi dua bagian: kelompok orang kaya dan kelompok orang miskin. Jurang pemisah antara keduanya sangat tarnpak. Satu kelompok merasa dengki terhadap kelompok lainnya. 11 Dampaknya, menjamurlah para perampok, pencuri, dan penjahat. Semakin sedikit pulalah keutamaan, kebijaksanaan, dan kech1taan terhadap ilmu. Demokrasi. Perpindahan dari oligarki ke demokrasi semakin sempurna ketika te1iadi pemberontakan dari kalangan orang miskin terhadap para penguasa oligarki. Pemberontakan itu mendapat patronasi dari kalangan cendekiawan yang dizalimi orang-orang kaya. Akhimya, mereka berhasil mengambil alih pemerintahan. Mereka pun mulai membunuh dan mengusir
11. Plato, Republic, terj. Hana Khabaz, buku kedelapan.
Filsafat Politlk Antara Barat dan Islam
37
5)
orang-orang kaya. Terjadilah perang saudara. Dari sana, muncullah seruan kepada kebebasan, sehingga urusan pemerintahan diselesaikan dengan sistem demokrasi. Plato menceritakan dialog antara Socrates dengan Adeimontus, orang yang mendebatnya. • (Dalam bentuk pemerintahan demokratik), kebebasan adalah pangkal segalanya. Bukankah di sana muncul kebebasan bertindak dan berkata sehingga setiap orang bebas melakukan apa yang dikehendakinya? • Begitulah, yang diceritakan kepada kami. • Sekiranya kebebasan itu menjadi segala-galanya, setiap orang dalam kehidupannya akan mengejar setiap kesenangan yang diinginkannya dengan bebas. • Itu jelas sebagai konsekuensinya. • Oleh karena itu, saya yakin pemerintahan seperti ini akan semakin mempertajam kesenjangan di antara rakyatnya. • Itu pasti. • Jika kami ditanya tentang bentuk pemerintahan republik/ (demokrasi), ide yang baik adalah merealisasikannya. • Mengapa? • Karena demokrasi menghimpun segala macam bentuk pemerintahan, sebagaimana telah dijelaskan, karena kebebasan itu. Apabila seseorang menghendaki mendirikan suatu negara sebagaimana sekarang ini, rujuklah negara yang mempunyai bentuk demokrasi. Pilihlah dari sana bentuk pemerintahan yang akan menjadi wama bagi negara yang akan dibentuknya. 12 Despotisme/tirani. Kebebasan yang tidak terkendali dalam bentuk pemerintahan demokratik berujung pada konsentrasi kekuasaan pada segelintir orang pintar. Mereka tidak memberikan kekuasaan sama sekali kepada orang-orang di luar mereka. Terciptalah perbudakan terhadap rakyat secara sempurna. Aparat pemerintahan dan peradilan dikendalikan untuk melayani kepentingan mereka. Para pemberontak dan orang-
12. Plato, Republic, tetj. Hana Khabaz, buku kedelapan.
38
Fllsafat Politik Antara Barat dan Islam
orang bijak pun d merampas harta r Demikianlah, tip menjelaskan berbagai k Ia menggambarkan ". · ideal yang harus diket tahu apa yang harus dim benar atau baik. Penegasan Plato bah para filosof mengonseku standar kompetensi seo oleh ilmu dan pengetah tindakan-tindakannya c melakukan kritikan apatidak bermanfaat apa-mengikat seorang pemirr: Ini berakibat pada tu: ideal, yang bentuk fisik sebagai pemimpin yang bagi manusia dan nega: pendidikan terus memz pemimpin yang filosof. Gambaran di atas pikiran Greek tentang undang, serta perlunya Jelaslah bahwa teori poli mengharuskan satu stan~ sebuah negara-kota. I kebimbangan dalam perc filsafat politik. Plato telah mencabu dalam karyanya Republt status kepemilikan ber: kepemilikan khusus, dan pendapatnya tentang pem pemerintahan yang beran tinggi adalah pengawa pernikahan, kehidupan
audara. Dari sana, sehingga urusan emokrasi. dengan
llmaJ«rabk), kebebasan adalah
muncul kebebasan ~~tiap orang bebas
ala-galanya, setiap mengejar setiap .jrny,an bebas.
elaskan, karena wnghendaki mendirikan rujuklah negara ·• ihlah dari sana
- - ~ dalam bentuk \.c1L'SPiltrasi kekuasaan memberikan
orang bijak pun dipenjara. Para penguasa pun dengan bebas merampas harta rakyat. Demikianlah, tipe dan bentuk negara menurut Plato. Ia menjelaskan berbagai konsekuensi dari setiap tipe dan bentuk negara. Ia menggambarkan "Negara Utopia", sebagai model pemerintahan ideal yang harus diketahui pakar politik dengan sempuma agar ia tahu apa yang harus dimiliki ketika hendak mendirikan negara yang benar atau baik. Penegasan Plato bahwa suatu negara harus tunduk pada aturan para filosof mengonsekuensikan pada eliminasi undang-undang. Jika standar kompetensi seorang pemimpin (yang filosof) hanya ditentukan oleh ilmu dan pengetahuannya, opini umum dalam mengontrol tindakan-tindakannya memiliki dua kemungkinan peran, tidak melakukan kritikan apa-apa atau bersifat lipstik politik. Keduanya tidak bermanfaat apa-apa. Bahkan, dianggap tindakan bodoh mengikat seorang pemimpin yang filosof dengan undang-undang. Ini berakibat pada tunduknya segala sesuatu pada model paling ideal, yang bentuk fisik sesungguhnya adalah Plato yang menjelma sebagai pemimpin yang filosof. Hanya dia yang tahu mana yang baik bagi manusia dan negara. Inilah yang menyebabkan lembaga pendidikan terus memberikan otoritas kepemimpinan kepada pemimpin yang filosof. Gambaran di atas bertolak belakang secara tajam dengan alam pikiran Greek tentang nilai kebebasan di bawah naungan undangundang, serta perlunya keterlibatan publik dalam pemerintahan. Jelaslah bahwa teori politik Plato berwawasan terbatas karena hanya mengharuskan satu standar dan dipandang sebagai model utopia bagi sebuah negara-kota. Inilah yang menjadi sumber keraguan dan kebimbangan dalam percaturan kedudukan Plato dalam khazanah filsafat politik. Plato telah mencabut kembali beberapa pendapatnya yang lalu dalam karyanya Republic. Ia telah merevisi pendapatnya tentang status kepemilikan bersama terhadap perempuan dan anak, kepemilikan khusus, dan pemerintahan para filosof. Ia mengganti pendapatnya tentang pemerintahan para filosof dengan majelis pemerintahan yang beranggotakan beberapa orang. Yang paling tinggi adalah pengawal undang-undang. Mereka mengawasi pernikahan, kehidupan keluarga dan penghidupannya, serta Fllsafat Politik Antara Barat dan Islam
39
membagi lahan-lahan dan men~tapkan pembagiannya melalui warisan secara adil. 13 Pemerinfahan seperti ini berasaskan undang-undang yang materialnya terbentuk dari aturan politik pokok yang diisyaratkan Plato pada dialog politiknya. Dengan demikian, bentuk pemerintahan Aristokrasi bersandar pada majelis perwakilan, yaitu majelis pimpinan. Majelis perwakilan ini memiliki otoritas yudikatif, sedangkan kekuasaan eksekutif terbagi menjadi 2 bagian: polisi yang menjag; keamanan dalam negeri dan tentara yang menjaga dan mengawasi pemerintahan dari serangan luar dan musuh-musuh. Dalam kaitan ini, kelompok agamawan bertugas mengawasi bidang keagamaan.
2.
Realisme pada Filsafat Politik Aristoteles (384-322 SM)
a.
Negara sebagai Sebuah Kesatuan Politis Aristoteles mengaitkan politik dengan etika. Dalam bukunya, Nicomachean Ethich, ia menegaskan bahwa kebaikan berkait dengan perseorangan dan negara. Jelas pula bahwa pencapaian negara yang baik a:dalah sesuatu yang paling agung dan sempurna. Kebaikan pa tut dicintai, bahkan sampai ia tidak berelasi dengan sesuatu. Kebaikan semakin indah dan suci ketika berelasi dengan inanusia, apalagi ketika berelasi secara sempuma dengan penguasa. 14 Dapat disimpulkan bahwa politik, menurut Aristoteles, adalah sisi sosial unsur etika, yaitu etika secara luas yang meliputi semua ilmu terapan etika, termasuk etika-dengan arti yang lebih sempitterhadap tanah air, negara, dan apa pun yang berhubungan dengan pendidikan, pengaderan, dan ekonomi. Kita dapat menegaskan bahwa sesungguhnya semua ilmu berkhidmat untuk politik, ilmu pokok. Aristoteles, pada sebagian besar bukunya, terutama pada bagian akhir buku Nicomachean Ethich dan bagian awal bukunya, Politics, memberi isyarat terhadap hubungan antara etika dan politik. Bahkan, dalam bukunya, Politics, kita menemukan ia membuka pembahasan dengan ungkapan, "Semua negara secara aksiomatik adalah sebuah perkumpulan. Setiap perkumpulan dibentuk untuk menghasilkan 13. Plato, Laws, buku kelima. 14. Aristoteles, Nicomachean Ethich, buku pertama, bab pertama, poin ke-12.
40
Fllsafat Polltlk Antara Barat dan Islam
kebaikan. Manusia -di rr- yang tampak baik bah~ mengajak pada sebual: "T seharusnya menjadi mis~ penting. Perkumpulan perkumpulan politis.'"; Kita dapat menarik .. di atas. Pertama, tujuan : memelihara kebaikan. 0-: :L politik dengan kebaikart, _· penting dan pemikiran pch.:..: dan bahwasanya semua u::mendengungkan kedua hSetelah itu, Aristote:_: negara yang dimulai dari . macam keluarga yang per · budaknya, serta antara i_: sebagai pembentuk kelolllf ini. Kumpulan desa in· a karena kebutuhan hidusemua kebutuhan itu. N~ _ adalah makhluk berma~ sendirian dan mengasinb Manusia memiliki kecer...:. :lebah dan hewan-hewan _ dan aksiornatik. Negara tentunya leo· desa. Sebab, setiap ses• · bagiannya. Bagian-bagian . Menurut Aristoteles. tida di atas keluarga clan di atas: di atas bagian-bagiannya. sudah tidak ada lag£. I a _ hakikatnya bukanlah tang.a:15. 16. 17. 18.
Aristoteles, Politics, buku per~=-· Aristoteles, Politics, buku perta::-· Ibid., buku pertama, bab per>a::Ibid., buku pertama, bnb perta::-·