Laporan Penelitian Analisa Fasad Bangunan Berdasarkan Kajian Objektif dan Persepsi Pengunjung Pada Mall Bintaro Xchange, Tangerang Selatan
1 BAB II: KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritis Dalam perancangan sebuah bangunan, bentuk dan fasad memiliki peran yang sangat penting. Karakteristik yang muncul dari desain bentuk dan fasad sebuah bangunan akan membentuk citra dari bangunan itu sendiri. Fasad atau bagian tampak bangunan adalah unsur yang tidak dapat dihilangkan dari suatu produk desain arsitektur dan bahkan merupakan bagian terpenting dari suatu karya arsitektur, karena elemen tampak inilah yang diapresiasi atau dilihat pertama kali. Melalui fasad kita bisa mendapat gambaran tentang fungsi-fungsi bangunan, selain itu fasad juga berfungsi sebagai alat perekam sejarah peradaban manusia. Dengan mengamati dan mempelajari desain fasad dan kondisi sosial budaya, kehidupan spiritual, bahkan keadaan ekonomi dan politik pada masa tertentu. Sebagai media untuk menciptakan kesan pertama dan terdepan bagi sebuah karya arsitektur, Fasade merupakan media fisik yang pertama kali dilihat oleh pengamat atau publik dari bangunan. Oleh karena itu dari Fasade tersebut akan banyak menimbulkan berbagai persepsi terhadap Fasade yang diamati (http://e-journal.uajy.ac.id). Menurut Putra (2011) dan Lydia (2011), Pujantara (2015) menuliskan fasad juga mencerminkan situasi kultur pada saat bangunan tersebut didirikan, mengungkapkan
pula
kriteria-kriteria
penataan,
serta
mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan dan keahlian pemberian ornament dan dekorasi. Fasad juga
memberitahu
tentang
penghuni-penghuni
suatu
bangunan,
yang
mengekspresikan suatu identitas kolektif sebagai suatu komunitas, yang pada akhirnya dipresentasikan kepada publik. Sementara itu menurut (Utami, dkk) pada peneltiannya menjelaskan bahwa Fasad atau bagian tampak bangunan adalah unsur yang tidak dapat dihilangkan dari suatu produk desain arsitektur bahkan merupakan bagian terpenting dari suatu karya arsitektur, karena elemen tampak inilah yang diapresiasi atau dilihat pertama kali, melalui fasad kita bisa mendapat gambaran tentang fungsi-fungsi bangunan. Pujantara (2015) meneliti adaptasi karakter fasad pada lingkungan, bentuk preseden arsitektur di kota Makasar dan akibatnya kepada keseluruhan desain pasca huni, didasarkan pada tinjauan filosofi, ilmu pengetahuan, rekayasa teknik dan seni, hasilnya beberapa bangunan komersial di kota Makasar sangat dipengaruhi oleh Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Laporan Penelitian Analisa Fasad Bangunan Berdasarkan Kajian Objektif dan Persepsi Pengunjung Pada Mall Bintaro Xchange, Tangerang Selatan
preseden arsitektural dari luar, langgam kelokalan hilang, sedangkan bangunan pemerintahan walaupun sedikit dipengaruhi preseden arsitektur dari luar namun masih tetap memasukan langgam arstiektur lokal dan kultur daerah setempat sebagai identitas kedaerahan. Kusyanto (2013) justru mengkaji arsitektur pecinan kota Demak yang berpengaruh terhadap fasad di kawasan sekitar, hasilnya didapati bahwa memang elemen fasad sangat berpengaruh terhadap tampilan sebuah bangunan. Steve, dkk (2014) memfokuskan terhadap persepsi masyarakat terhadap estetika desain fasad bangunan dengan pendekatan teori subyektif yang bertujuan untuk mengungkap adanya prinsip estetika pada fasad. Anwari, dkk (2013) mencoba mengidentifikasikan elemen-elemen arsitektur tropis pada fasad gedung perkantoran dijalan jenderal sudirman, yang hasilnya bahwa tampilan fasad gedung-gedung cenderung memakai fasad minimalis tanpa ada variasi kecuali sedikit untuk menyesuaikan dengan konsep fasad minimalis yang berada di wilayah iklim tropis. Sedangkan penelitian Alfian, Hardi (2016) mengenai persepsi pengunjung terhadap fasad Mall Gandaria City yaitu sebuah bangunan komersial dengan melalui penelitian visual dengan teknik Environment Character dan Streetscape Workshop untuk menggali data bagian fasad mana yang sangat mempengaruhi persepsi pengunjung. Dari berbagai kajian serta literatur yang ada selanjutnya peneliti ingin melakukan penelitian tentang analisa fasad bangunan berdasarkan kajian objektif dan persepsi pengunjung pada Mall Bintaro Xchange. Lokasi penelitian yaitu pada desain fasad Mall Bintaro Xchange yang terletak dikawasan bintaro yang menyediakan segala kebutuhan hidup seperti pusat perbelanjaan, bioskop, pusat olahraga, dan zona hiburan.
2.2 Kajian Teoritis 2.2.1 Teori Persepsi Persepsi pada dasarnya adalah proses aktif untuk menghasilkan informasi dari lingkungannya yang dibimbing oleh motivasi dan kebutuhan sesorang. Pada umumnya manusia memberikan perhatian pada sesuatu secara bertahap dan semakin detail sehingga membentuk klasifikasi pengalaman pada dirinya. Gerakan (Movement) menurut Gibson (1979) yang dikutip Utomo (2008) dalam thesisnya Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Laporan Penelitian Analisa Fasad Bangunan Berdasarkan Kajian Objektif dan Persepsi Pengunjung Pada Mall Bintaro Xchange, Tangerang Selatan
merupakan aspek penting dalam persepsi, gerakan badan yang dilakukan manusia adalah salah satu cara manusia untuk mendapatkan informasi dari lingkungan sekitarnya. Sedangkan Utomo (2008) juga mengutip dari Sarlito (1992) tentang pengertian
persepsi
dalam
pandangan
kontruktivisme
adalah
kumpulan
penginderaan yang diorganisasikan secara tertentu yang dikaitkan dengan pengalaman masa lalu dan dikaitkan pada makna tertentu. Persepsi manusia dapat berubah-ubah karena adanya proses fisiologis dan ruang mempunyai atribut yang dapat mempengaruhi persepsi sesorang.
Gambar 2 Persepsi Manusia (sumber: Sarlito, 1992)
Faktor-faktor pemahaman ruang (tingkah laku) menyangkut hal-hal yang lebih dalam mengenai aspek psikologi dari pemakai, bagaimana persepsinya mengenai suatu ruang/bangunan, bagaimana kebutuhan interaksi sosial antara pemakai dan bagaimana arti simbolis suatu ruang/bangunan. Menurut Hall.E, (1966) pengalaman ruang dapat dibentuk melalui: •
Visual space, terbentuk dari persepsi indera penglihatan
•
Audial space, terbentuk dari persepsi indera pendengaran
•
Obsticel space, terbentuk dari persepsi indera penciuman
•
Thermal
space,
terbentuk
dari
persepsi
terhadap
temperatur
lingkungan •
Testicle space, terbentuk dari persepsi indera peraba
•
Kinesthetic space, terbentuk dari persepsi keterbatasan gerak manusia
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Laporan Penelitian Analisa Fasad Bangunan Berdasarkan Kajian Objektif dan Persepsi Pengunjung Pada Mall Bintaro Xchange, Tangerang Selatan
Sedangkan penelitian yang dilakukan Harisah, Masiming (2008) mengutip dari William Ittelson (dalam Lang,1987:89) yang mendefinisikan persepsi sebagai bagian dari proses kehidupan yang dimiliki oleh setiap orang, dari pandangan orang
pada titik
tertentu,
lalu orang
tersebut
mengkreasikan hal
yang
dipandangnya untuk dunianya sendiri, kemudian orang tersebut mencoba mengambil keuntungan untuk kepuasannya. Harisah, Masiming (2008) juga berpendapat bahwa persepsi merupakan suatu kemampuan menanggapi dan merasakan suatu obyek. Tanda merupakan sesuatu yang digunakan untuk mewakili sesuatu kenyataan, apa adanya sedangkan simbol merupakan sesuatu yang digunakan untuk mewakili sesuatu yang lebih abstrak. Ruang bukan hanya dibatasi oleh batas-batas fisik semata secara geometri atau tiga dimensi, tetapi juga bisa dibatasi oleh batas persepsi manusia sendiri. Harisah, Masiming (2008) juga mengutip teori transactional yang dicetuskan oleh Mead (1903), Dewey dan Bentley (1949), Ames (1960), (dalam Lang,1987:89) yang menekankan peran pengalaman dalam persepsi dan berfokus pada hubungan yang dinamis antara manusia dan lingkungan. Persepsi dipertimbangkan sebagai suatu transaksi dimana lingkungan, pengamat dan persepsi saling tergantung satu sama lainnya. Teori ini membuat sejumlah asumsi sebagai berikut: •
Persepsi adalah multimodal.
•
Persepsi adalah sesuatu yang aktif dan bukan merupakan proses yang pasif.
•
Persepsi tidak dapat dijelaskan kedalam perceiver dan dirasakan.
•
Persepsi
tidak
dapat
dijelaskan
dengan
yang
pembagian
berkaitan
perilaku
dengan
respons
yang dikondisikan ke stimulus. •
Hubungan antara orang dengan lingkungan adalah sesuatu yang dinamis.
•
Image
lingkungan
yang
dimiliki
oleh
pengamat
tergantung
pada
pengalaman masa lalu, motivasi masa sekarang dan sikap. •
Pengalaman
masa
lalu
diproyeksikan
ke
situasi
masa
sekarang
dalam hubungannya dengan kebutuhan seseorang Perception dalam kamus Webster (1997) memiliki arti sebagai berikut : - Kegiatan merasakan atau kemampuan untuk merasakan; memahami jiwa dari obyek-obyek,
kualitas
dan
lain-lain
melalui
pemaknaan
rasa,
kesadaran,
perbandingan. Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Laporan Penelitian Analisa Fasad Bangunan Berdasarkan Kajian Objektif dan Persepsi Pengunjung Pada Mall Bintaro Xchange, Tangerang Selatan
- Pengetahuan yang dalam , intuisi ataupun kemampuan panca indera dalam memahami sesuatu. - Pengertian, pengetahuan dan lain-lain yang diterima dengan cara merasakan, atau ide khusus, konsep, kesan dan lain-lain yang terbentuk.
William Ittelson (dalam Lang,1987:89) mendefinisikan persepsi sebagai bagian dari proses kehidupan yang dimiliki oleh setiap orang, dari pandangan orang pada titik tertentu, lalu orang tersebut mengekreasikan hal yang dipandangnya untuk dunianya sendiri, kemudian orang tersebut mencoba mengambil keuntungan untuk kepuasannya. Teori Gestalt (Max Wertheimer, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka dalam Bell, 2001: 62) dipengaruhi oleh pemikiran yang bersifat arsitektural dan didasarkan pada asumsi secara menyeluruh bahwa manusia membaca makna bentuk atau melodi masuk ke dalam persepsi melebihi jumlah sensasi-sensasi individual sehingga manusia melihat obyek ( tanda, simbol, spasial dan lain-lain ) sebagai suatu kesatuan dan tidak mampu membedakannya bagian per bagian. Kelemahan teori ini adalah dalam hal waktu dan pengamatan yang berulang, bila seseorang mempergunakan waktu yang agak lama dalam merekam obyek, maka semakin lama mengamati semakin mungkin seseorang melihat bagian per bagiannya dan semakin dapat membedakannya, apalagi bila pengamatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang. Teori ecological perception yang dikemukakan oleh Gibson (dalam Bell, 2001:65) menekankan perlunya pendekatan persepsi secara menyeluruh dan terarah sehingga pola-pola stimulasi ( dalam hal ini bisa berupa tanda, simbol atau lainnya ) memberikan the perceiver ( orang yang merasakannya, melihatnya ) informasi sesegera mungkin mengenai suatu lingkungan termasuk karakter dari obyek atau tempat melalui sedikit usaha atau aktifitas yang kognitif. Brentano ( dalam Holl, 1991:42) membagi persepsi manusia menjadi dua yaitu : outer perception dan inner perception, fenomena fisik menggunakan outer perception manusia pada saat fenomena mental melibatkan inner perception manusia. Fenomena mental ini bersifat nyata dan juga disengaja, ada. Secara empiris mungkin manusia dipuaskan oleh sebuah struktur seperti entitas spasial fisik yang asli tetapi secara intelektual dan spritual manusia membutuhkan pemahaman motivasi yang berada dibelakangnya. Dualitas intensi dan fenomena ini seperti saling
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Laporan Penelitian Analisa Fasad Bangunan Berdasarkan Kajian Objektif dan Persepsi Pengunjung Pada Mall Bintaro Xchange, Tangerang Selatan
mempengaruhi antara obyektifitas dan subyektifitas atau secara sederhana antara pikiran dan perasaan. Tantangan arsitektur adalah menstimulasi kedua inner dan outer perception-nya untuk mempertinggi pengalaman fenomenal pada saat pengekspresian pemaknaan secara serempak dan membangun dualitas ini dalam tanggapan terhadap ciri-ciri site dan lingkungan. Secara hirarkis proses terjadinya persepsi menurut Brentano.
Brunswik’s lens model oleh Egon Brunswik ( dalam Bell, 2001: 63) berpendapat bahwa rangsangan lingkungan menjadi terfokus lewat usaha perseptual kita. Usaha ini dipengaruhi oleh setting attributes atau atribut-atribut latar yang dimiliki pengamat kemudian merekam distal cues atau isyarat-isyarat yang bisa ditangkap dari jauh kemudian memilah ciri-ciri obyektif lingkungan dan perbedaan yang ada yang disebut proximal cues atau isyarat-isyarat yang bisa ditangkap dari dekat dalam mengakurasikan
persepsi ( validitas ekologis ), isyarat-isyarat ini kemudian berturut-turut digabungkan dan diproses secara berbeda sehingga terjadi cue utilization atau pemanfaatan isyarat oleh individu dalam membuat keputusan perseptual terhadap preference atau pilihan yang ada, proses tersebut berlangsung dan kembali ke awal, jadi setelah ada penerimaan, informasi tersebut akan menjadi atribut-atribut latar dari benda yang dilihatnya di masa yang akan datang dan seterusnya. Ini dianalogikan seperti cara kerja sebuah lensa kamera yang merekam semua elemen-elemen visual yang berada dalam jangkauannya. Rekaman itu sangat bergantung pada jarak elemen-elemen yang dilihat, jadi detail sebuah benda akan tergantung pada jaraknya,
Teori transactional yang dicetuskan oleh Mead tahun 1903, Dewey dan Bentley tahun 1949, Ames tahun 1960 ( dalam Lang,1987:89) menekankan peran pengalaman dalam persepsi dan berfokus pada hubungan yang dinamis antara manusia dan lingkungan. Persepsi dipertimbangkan sebagai suatu transaksi dimana lingkungan, pengamat dan persepsi saling tergantung satu sama lainnya. Teori ini membuat sejumlah asumsi sebagai berikut : - Persepsi adalah multimodal - Persepsi adalah sesuatu yang aktif dan bukan merupakan proses yang pasif.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Laporan Penelitian Analisa Fasad Bangunan Berdasarkan Kajian Objektif dan Persepsi Pengunjung Pada Mall Bintaro Xchange, Tangerang Selatan
- Persepsi tidak dapat dijelaskan dengan pembagian perilaku kedalam perceiver dan dirasakan. - Persepsi tidak dapat dijelaskan yang berkaitan dengan respons yang dikondisikan ke stimuli. - Hubungan antara orang dengan lingkungan adalah sesuatu yang dinamis. - Image lingkungan yang dimiliki oleh pengamat tergantung pada pengalaman masa lalu, motivasi masa sekarang dan sikap. - Pengalaman masa lalu diproyeksikan ke situasi masa sekarang dalam hubungannya dengan kebutuhan seseorang
Faktor Persepsi Menurut
Hartoyo
(2014)
yang
mengutip
dari
Damayanti,
2000
dalam
Hardiansyah, 2014. Bahwa faktor pembentukan persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1. Faktor Internal. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain: • Fisiologis:
Informasi masuk
melalui alat
indera,
selanjutnya
informasi
yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda. •
Perhatian:
Individu
memerlukan
sejumlah
energi
yang
dikeluarkan
untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang
terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan
mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek. •
Minat:
Persepsi
terhadap
suatu
obyek
bervariasi
tergantung
pada
seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Laporan Penelitian Analisa Fasad Bangunan Berdasarkan Kajian Objektif dan Persepsi Pengunjung Pada Mall Bintaro Xchange, Tangerang Selatan
•
Kebutuhan
yang
searah:
Faktor
ini
dapat
dilihat
dari
bagaimana
kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya. •
Pengalaman dan ingatan: Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan
dan
obyek-obyek
yang
terlibat
didalamnya.
Elemen-elemen
tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi
bagaimana
seseoarang
merasakannya
atau
menerimanya.
Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah: Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Warna dari obyek obyek. Keunikan dan kekontrasan stimulus. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Motion atau gerakan.
Adapun
Utomo
(2008)
menambahkan
dengan
mengutip
dari
Weissman
(1981) bahwa fenomena perilaku merupakan bentuk interaksi individu maupun organisasi dengan setting lingkungan (properti dan komponen lingkungan), fenomena perilaku ini disebut “atribut” manusia. Lebih lanjut Weissman (1981) menyebutkan fenomena perilaku berupa atribut tersebut diantaranya: Kenyamanan, adalah lingkungan yang memberi rasa nyaman sesuai tuntutan panca indera dan antropometrik, serta dapat memfasilitasi kegiatan untuk mendapatkan efisiensi ruang. Dalam hal ini kenyamanan memiliki ambang batas “mutlak” panca indera (Atkinson dkk, 1983) seperti: penglihatan dalam melihat lilin menyala jarak 30 mil di malam yang gelap, pendengaran dalam mendengar
detak
jam
jarak
20
kaki
disuasana
tenang, perasa dalam sesendok teh gula dalam satu galon air, penciuman dalam setetes parfum yang menguap ke enam ruangan, dan peraba dala sayap lalat yang jatuh 1 cm dari pipi. Aktivitas, adalah perilaku dalam suatu ruangan secara terus menerus Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Laporan Penelitian Analisa Fasad Bangunan Berdasarkan Kajian Objektif dan Persepsi Pengunjung Pada Mall Bintaro Xchange, Tangerang Selatan
Kesesakan,
perasaan
individu
tentang
kepadatan
(density)
suatu
lingkungan. Meskipun tidak selalu berkaitan tetapi kesesakan dan kepadatan ruang sering saling mempengaruhi Sosiabilitas, adalah kemampuan individu melaukan hubungan sosial dalam suatu
setting, dalam
hal
ini
menyangkut
pola kedekatan
hubungan antar individu dalam setting konteks keruangan Privasi, merupakan keinginan atau kecenderungan pada diri manusia untuk tidak diganggu. Dalam konteks keruangan lebih ke arah teritorialitas suatu individu Aksesibilitas,
merupakan
kemudahan
untuk
bergerak
dalam
rangka
melalui mapupun menggunakan lingkungan. Dalam konteks ini kelancaran sirkulasi menuju suatu tujuan yang menjadi konsep utama. Kemampuan beradaptasi,
merupakan
menampung perilaku-perilaku
yang
lingkungan berbeda
untuk
dalam
suatu
setting.
Menurut Woodwart dalam Gerungan (2000), ada empat kemungkinan. Makna,
adalah
kemampuan
lingkungan
menyajikan
makna-makna
individual atau budaya bagi penghuni Legalibiltas,
kemampuan
lingkungan
memudahkan
manusia
untuk memahami lingkungan tersebut Kontrol adalah kondisi suatu ruang mewujudkan
personalitas
maupun
teritori
yang
digunakan
untuk
mengendalikan teritorial personal mereka Visibilitas, kemampuan ruang untuk dapat terlihat dengan mudah pada jarak tertentu hal ini termasuk segala hal yang dilakukan supaya terlihat dari daerah tertentu. Sedangkan Hartoyo (2014) mengutip pernyataan dari (Sarwono, 1992) yang berpendapat bahwa perilaku sebagai proses interaksi antara pribadi individu ataupun kelompok dengan lingkungannya, sebab lingkungan mengandung rangsang yang dianggap manusia dalam bentuk respon yang disebut perilaku. Hartoyo (2014) juga mengutip pendapat dari (Notoatmodjo, 2003) bahwa dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: •
Perilaku
tertutup
(convert
behavior).
Perilaku
tertutup
adalah
respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Laporan Penelitian Analisa Fasad Bangunan Berdasarkan Kajian Objektif dan Persepsi Pengunjung Pada Mall Bintaro Xchange, Tangerang Selatan
tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. •
Perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap terbuka.
stimulus
dalam
bentuk
tindakan
nyata
atau
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Sedangkan menurut Isnandar, Utami (2016) yang mengutip dari (Ahmad, 2013) untuk mengetahui respon masyarakat dari segi pemahamannya, maka perlu adanya indikator untuk mengukurnya, yaitu
1. Tahu (Now) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap
suatu
yang
spesifik
dan
seluruh
bahan
yang
dipelajari
atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu ”tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan. yang paling rencah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehention) Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Laporan Penelitian Analisa Fasad Bangunan Berdasarkan Kajian Objektif dan Persepsi Pengunjung Pada Mall Bintaro Xchange, Tangerang Selatan
3.Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Syntesis) Sintesis
yang
dimaksud
menunjukkan
pada
suatu
kemampuan
untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
Faktor yang mempengaruhi persepsi pengunjung Berikut adalah factor yang mempengaruhi persepsi individu dalam menciptakan suatu persepsi pengunjung menurut Horton dan Choster (1997) dalam Rhesyana (2014) : a. Obyek yang menjadi pengamatan berbeda pada setiap orang berdasarkan penerimaan rangsangan indera terhadap objek tersebut. b. Kedalaman pengamatan terhadap obyek yang diamati tersebut berdasarkan pengidentifikasian melalui wujud obyeknya. c. Faktor pribadi yang ditentukan oleh pengamatan, tingkat kecerdasan, kemampuan mengingat dan sebagainya.
2.2.2 Fasad Fasad masih tetap menjadi elemen arsitektur terpenting yang mampu menyuarakan fungsi dan makna sebuah bangunan. Kesempurnaan pada sebuah Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Laporan Penelitian Analisa Fasad Bangunan Berdasarkan Kajian Objektif dan Persepsi Pengunjung Pada Mall Bintaro Xchange, Tangerang Selatan
tubuh bangunan adalah prioritas utama yang melampaui penciptaan bagian khusus untuk dipamerkan menghadap ke sebuah jalan. Fasad tidaklah semata-mata mengenai memenuhi persyaratan alami yang ditentukan oleh organisasi ruang dibaliknya. Fasad juga menyampaikan keadaan budaya saat bangunan itu dibangun. Fasad mengungkapkan kriteria tatanan dan penataan, dan berjasa memberikan kemungkinan dan kreativitas dalam ornamentasi dan dekorasi. Suatu fasad juga menceritakan kepada kita mengenai penghuni suatu gedung, memberikan semacam identitas kolektif sebagai suatu komunitas kepada mereka. Fasad adalah desain yang menampilankan wajah suatu bangunan yang nantinya bisa menjadikah ciri atau karakter dari bangunan tersebut. Dengan kata lain bangunan tersebut memiliki ciri pada bagian tertentu, yang membuat pandangan akan lebih tertuju ke situ. Nantinya pada bagian ini juga akan menjadi ciri khas bangunan tersebut. karena itu, jika kita membicarakan masalah wajah sebuah bangunan, yaitu fasad, yang kita maksudkan. adalah bagian depan menghadap jalan. Di lain pihak, bagian belakang dianggap sebagai ruang eksterior pribadi. Kedua fenomena belakang dan depan ini berhubungan dengan secara garis besar pada satu sisi lainnya terhadap representasi pribadi dari para penguhuninya. Dibandingkan dengan karakter fasade jalan yang lebih representatife, bagian belakang sebuah bangunan lebih terbuka dan berkomunikasi dengan pekarangan, taman dan landsekap.
2.2.3 Elemen Fasad a. Proporsi Menurut Vitruvius (1486), proporsi adalah sesuatu yang berhubungan dengan ukuran dengan ukuran dari seluruh aspek pekerjaan dan bagian tertentu yang dijadikan standar sedangkan Menurut Alberti, proporsi berasal dari kata concinnities, yang artinya suatu keberhasilan kombinasi dari angka dan ukuran. Jadi proporsi merupakan hubungan antar bagian dari suatu desain atau hubungan antara bagian dengan keseluruhan. Oleh karena itu suatu perbandingan akan merupakan dasar dari setiap sistem proporsi yaitu suatu nilai yang memiliki harga tetap, dapat digunakan sebagai pembanding yang lain. Bahwa, suatu proporsi yang baik terletak pada hubungan antara bagian-bagian suatu bangunan atau antara bagian bangunan dengan bangunan secara keseluruhan. Hal ini menumbuhkan satu sistem proporsi yang menarik untuk dikembangkan yaitu golden section. Dalam Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Laporan Penelitian Analisa Fasad Bangunan Berdasarkan Kajian Objektif dan Persepsi Pengunjung Pada Mall Bintaro Xchange, Tangerang Selatan
sistem ini mempunyai dua arti, secara matematis dan geometris. Secara matematis, golden section merupakan sistem proporsi yang berasal dari konsep Pythagoras dimana “semua ukuran adalah angka”. Dan merupakan kepercayaan keharmonisan
bagi
seluruh
struktur
bangunan.
Secara
geometris, golden
section dapat diartikan sebagai sebuah garis yang dibagi-bagi sedemikian rupa sehingga bagian yang lebih pendek dibanding dengan bagian yang panjang adalah sama dengan bagian yang panjang berbanding dengan panjang keseluruhan atau dapat dijabarkan dalam persamaan
Gambar 3 Proporsi Dalam Bangunan (sumber : www.google.com)
Burden (1995) berpendapat, unit-unit ukuran yang digunakan pada proporsi serta
memungkinkan
manusia
untuk
berhubungan
dengan
benda-benda
disekelilingnya ditemukan pada dimensi manusia, sehingga unit-unit ini menjadi suatu sistem yang konstan dan dekat sebagai acuan. Proporsi (Von Meiss, 1986) menandakan hubungan timbal balik antara dimensi-dimensi fisik, sedangkan skala menandakan ukuran nyata/sebenarnya (real size). Pada dasarnya basis dari proporsi adalah skala. Menurut Norberg-Schulz (1965), untuk menentukan skala pada umumnya digunakan standar tinggi manusia, sehingga skala selalu digunakan untuk membandingkan hubungan besaran (size) bangunan terhadap manusia. Menurutnya dasar relasi ukuran untuk skala terdapat 4 (empat) jenis, yaitu sebagai berikut: (1) Relasi terhadap bentuk keseluruhan; (2) Relasi terhadap bagian lain; (3) Relasi terhadap ukuran-ukuran yang lazim; (4) Relasi terhadap ukuran tubuh manusia.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Laporan Penelitian Analisa Fasad Bangunan Berdasarkan Kajian Objektif dan Persepsi Pengunjung Pada Mall Bintaro Xchange, Tangerang Selatan
Proporsi visual yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah sebuah proporsi yang didasarkan pada gambar sketsa suatu bangunan yang berhasil ditangkap secara visual dan gambar tampak 2D yang langsung didapatkan dari pengembang (developer), selain itu dibatasi hanya pada proporsi antara tinggi atap dan tinggi badan bangunan. Smithies (1981) berpendapat, dalam bukunya yang berjudul Principles of Design in Architecture, arah (direction) bangunan dibentuk oleh penempatan elemen-elemen fasade dengan penataan dan bentuk-bentuk tertentu yang menghasilkan kesan horizontal atau vertikal yang kuat. Kesan arah horizontal atau vertikal dapat dihasilkan melalui bentuk (shape) bangunan secara menyeluruh; melalui komponenkomponen struktur; penempatan jendela atau bidang bukaan. b. Irama Irama dalam urban design didapatkan melalui adanya komposisi dari gubahan massa yang serasi dengan memberikan adanya karakter penekanan, interval atau jarak dan arah tertentu dari gubahan massa dalam membentuk ruang koridor Ishar (dalam Nurmasari 2008:24).
Gambar 4 Irama dalam bangunan (sumber : http://2.bp.blogspot.com
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Laporan Penelitian Analisa Fasad Bangunan Berdasarkan Kajian Objektif dan Persepsi Pengunjung Pada Mall Bintaro Xchange, Tangerang Selatan
Irama merupakan elemen desain yang dapat menggugah emosi atau perasaan yang terdalam. Didalam seni visuil irama merupakan suatu obyek yang ditandai dengan sistim pengulangan secara teratur. Cara yang paling meyakinkan untuk mendapatkan irama adalah dengan memberi pola pada keadaan-keadaan tertentu. Pola yang dapat dikenal dan diingat dengan mudah. Contohnya kumpulan titik-titik sembarangan akan sukar untuk diingat letaknya, apabila kumpulan titik-titik tersebut dikelompokkan sedemikian dengan cara pengulangan bentuk yang mudah dikenal, kumpulan tadi satu sama lainnya menjadi berkaitan dan memiliki pola.
c. Ornamen Ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasi, dalam Ensiklopedia Indonesia p. 1017, ornamen adalah setiap hiasan bergaya geometrik atau yang lainnya; ornamen dibuat pada suatu bentuk dasar dari hasil kerajinan tangan (perabot, pakaian, dsb) dan arsitektur. Dalam Bahasa Inggris disebut ornament dan dalam Bahasa Belanda disebut Siermotieven sedangkan menurut pendapat lain penegertian ornamen adalah pola hias yang dibuat dengan digambar, dipahat, dan dicetak, untuk mendukung meningkatnya kualitas dan nilai pada suatu benda atau karya seni. Ornamen juga merupakan perihal yang akan menyertai bidang gambar (lukisan atau jenis karya lainnya) sebagai bagian dari struktur yang ada di dalam. (Susanto, 2003).
Gambar 5 Ornamen dalam arsitektur (sumber: http://infobisnisproperti.com)
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Laporan Penelitian Analisa Fasad Bangunan Berdasarkan Kajian Objektif dan Persepsi Pengunjung Pada Mall Bintaro Xchange, Tangerang Selatan
d. Material Material atau bahan adalah zat atau benda yang dimana sesuatu dapat dibuat darinya, atau barang yang dibutuhkan untuk membuat sesuatu. Bahan kadang kala digunakan untuk menunjuk ke pakaian atau kain, sedangkan material adalah sebuah masukan dalam produksi. Mereka adalah bahan mentah yang belum diproses, tetapi kadang kala telah diproses sebelum digunakan untuk proses produksi. pada umuumnya dalam masyarakat tekhnologi maju material adalah bahan konsumen yang belum selesai.
Gambar 6 Material ACP (Alumunium Composite Panel) Sumber : www.google.com
e. Warna Menurut Ching (1991) Warna adalah atribut yang paling mencolok yang membedakan suatu bentuk terhadap lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual suatu bentuk.Warna dapat berperan untuk memperkuat bentuk dan mampu memberikan ekspresi kepada pikiran atau jiwa manusia yang melihatnya. Warna menentukan karakter. Warna dapat menciptakan suasana yang kita harapkan. Warna yang harmonis pada fasade bisa dicptakan dengan cara menonjolkan padu padan warna – warna yang saling bersebelahan atau berdekatan, sebagai contoh misalnya perpaduan antara warna merah, orange, dan kuning atau perpaduan antara warna merah, biru, kuning, dan biru. Padu padan warna yang
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Laporan Penelitian Analisa Fasad Bangunan Berdasarkan Kajian Objektif dan Persepsi Pengunjung Pada Mall Bintaro Xchange, Tangerang Selatan
harmonis secara visual pada fasade bisa terlihat dengan baik karena perpaduan warna saling berdekatan memilki unsur warna yang terdapat pada warna disekitarnya. Agar desain fasade terlihat lebih estetis tambahkan aksentuasi warna, misalnya berilah 63 warna putih dinatar paduan warna – warna yang menyala tersebut. (http://e-journal.uajy.ac.id)
Gambar 7 Warna dalam arsitektur Sumber : http://www.printexmag.com Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Laporan Penelitian Analisa Fasad Bangunan Berdasarkan Kajian Objektif dan Persepsi Pengunjung Pada Mall Bintaro Xchange, Tangerang Selatan
f. Bentuk Bentuk merupakan suatu perwujudan dari organisasi ruang yang merupakan hasil dari suatu proses pemikiran.Proses ini didasarkan atas pertimbangan fungsi dan usaha pernyataan diri/ekspresi (HugoHaring). Wujud dari penyelesaian akhir dari konstruksi yang pengertiannya sama (Mies van der Rohe). Suatu keseluruhan dari fungsi-fungsi yang bekerja secara bersamaan, yang hasilnyamerupakansusunan benda(Benyamin Handler). Hasil dipenuhinya syarat-syarat kokoh, guna, dan indah (Vitruvius .
Gambar 8 Bentuk dalam arsitektur (sumber: http://www.idea.build2last.ru)
Ciri-ciri visual bentuk menurut Ching (1996:50,51) adalah : Wujud yaitu cirri-ciri pokok yang menunjukkan bentuk yang merupakan hasil konfigurasi tertentu dari permukaan-permukaan dan sisi-sisi suatu bentuk. Dimensi yaitu panjang, lebar, dan tinggi. Dimensi-dimensi ini menentukan proporsinya,sedangkan skala ditentukan oleh perbandingan ukuran relatifnya terhadap bentuk-bentuk lain di sekelilingnya. Warna yaitu corak, intensitas dan nada pada permukaan suatu bentuk, merupakan atribut yangpaling menyolok yang membedakan suatu bentuk terhadap lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual suatu bentuk.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Laporan Penelitian Analisa Fasad Bangunan Berdasarkan Kajian Objektif dan Persepsi Pengunjung Pada Mall Bintaro Xchange, Tangerang Selatan
g. Tekstur Menurut
Sadjiman
(2005
:
62),
secara
sederhana
tekstur
dapat
dikelompokkan dalam tekstur kasar nyata, dapat berujud tekstur alam dan buatan, misalnya batu, kayu, kulit binatang. Tekstur kasar semu, yaitu tekstur yang terlihat kasar tetapi diraba halus, dapat berujud tekstur hias manual, mekanik dan ekspresi seniman. Hal ini sesuai dengan ungkapan Mudjitha ( 1985:41) bahwa tekstur semu ini dibuat seperti nyata adanya. Hal ini disebabkan adanya efek dekoratif dari susunan garis, pola, warna-warna serta gelap terang. Tekstur halus adalah tekstur yang dilihat halus dirabapun halus, dapat berujud permukaan licin, mengkilat atau kusam. Dalam kehidupan manusia, tekstur hadir di bidang arsitekstur, industri, seni dan kerajinan, berupa hiasan, misalnya relief, lukisan dinding, hiasan rumah, peralatan rumah tangga dan benda-benda kerajinan lainnya.Tekstur dalam bidang seni atau desain digunakan sebagai alat ekspresi sesuai dengan karakter tekstur itu sendiri. Adapun karakter tekstur adalah : Tekstur halus berkarakter lembut, ringan dan tenang, sedangkan tekstur yang kasar menggambarkan karakter kuat, kokoh, berat dan keras. (Sadjiman, 2005 : 65).
Gambar 9 Tekstur dinding dalam fasad bangunan (sumber: http://1.bp.blogspot.com)
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Laporan Penelitian Analisa Fasad Bangunan Berdasarkan Kajian Objektif dan Persepsi Pengunjung Pada Mall Bintaro Xchange, Tangerang Selatan
2.2.4 Penelitian Visual Visual Research Method. Penelitian visual, merupakan penelitian yang menggunakan wacana untuk menganalisa objek yang diteliti, menurut ida (2011 dalam sir.stikom.edu), penelitian discource tidak menyediakan jawaban pasti terhadap persoalan-persoalan pada penelitian ilmiah, namun penelitian discourse memberikan perangkat untuk dapat mengetahui yang ada dibelakang penelitian ilmiah, rumusan masalah dan metode penelitian yang digunakan, dalam pendekatannya memiliki 2 pendekatan yaitu secara analisa makro (dimana kekuatan, dominasi, dan ketidaksertaan anatara kelompok social), sedangkan secara mikro (penggunaaan Bahasa, wacana, interaksi verbal, dan komunikasi) sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan analisis discourse merupakan alat diskripsi dan interpresentasi dimana pada perkembangannya discourse tidak hanya membahas tentang kajian percakapan maupun retorika namun telah berkembang dan merabah pada pemahaman-pemahaman pada teks tertulis.
Karakter Lingkungan
Enviromental Character adalah pembahasan perbandingan mengenai fasad tentang bagaimana fasad yang menarik. Perbandingan yang ditampilkan pada gambar-gambar dari beberapa sisi dan runag bangunan. Sanoof (1991).
Streetscape Workshop
Mengandalkan prinsip grafis dikembangkan dilatihan sebelumnya, proposal desain akan dihasilkan dan dibandingkan dengan gambar yang streetscape, sebuah cara untuk mengajak anggota masyarakat untuk melakukan diskusi tentang sebuah perbaikan desain menampilkan gambar. Sanoof (1991).
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Laporan Penelitian Analisa Fasad Bangunan Berdasarkan Kajian Objektif dan Persepsi Pengunjung Pada Mall Bintaro Xchange, Tangerang Selatan
2.3 Kerangka Teoritis Analisa Fasad Bangunan Berdasarkan Kajian Objektif dan Persepsi Pengunjung pada Mall Bintaro Xchange, Tangerang Selatan
Persepsi
Fasad
Teori Gestalt
Elemen Fasad
Proporsi
Penelitian Visual
Karakter Lingkungan
Streetscape Workshop
Irama
Bentuk
Material
Warna
Tekstur
Gambar 10 Kerangka Teoritis (sumber: Data Penelitian) Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 25
http://digilib.mercubuana.ac.id/