1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat saat ini telah membantu sektor manufaktur dalam memproduksi barang mulai dari bahan mentah menjadi barang jadi yang siap dipasarkan. Dalam operasi manufaktur modern, bagian sistem produksi dijalankan secara terotomasi dan terkomputerisasi. Dengan adanya teknologi terkomputerisasi maka dapat dimungkinkan hampir dari seluruh rangkaian proses produksi dapat dijalankan
oleh
sistem
secara
otomatis.
Sistem
penunjang
manufaktur
terkomputerisasi dapat melakukan fungsi-fungsi usaha terkait proses produksi Kemajuan dari teknologi pada sektor manufaktur membuat PT HANZ CBA ingin mengubah proses produksi barangnya yang berupa makanan dan minuman ringan menjadi terkomputerisasi. Rangkaian proses produksi dimulai dengan dibuatnya dokumen shop order oleh bagian perencanaan (PPIC) yang merupakan dokumen pemesanan untuk diproduksi pada area produksi. Dokumen shop order berisi detail bahan baku yang harus ditimbang dan data nomor lot yang merupakan tempat penyimpanan sementara bahan baku tersebut. Selama ini proses produksi yang meliputi penimbangan bahan baku untuk produksi masih dilakukan secara manual dengan menggunakan timbangan analog, serta permintaan shop order yang akan di eksekusi di bagian produksi masih di dokumentasi dan dicatat secara manual sehingga rawan terjadi kesalahan. Beberapa kendala yang dijumpai dari proses yang ada selama ini adalah tingkat akurasi penimbangan yang rendah, sehingga yang terjadi adalah hasil dari produksi menjadi tidak sesuai perencanaan dan tidak mengikuti komposisi formula produk yang sudah ditetapkan. Pada saat pematangan, operator masak kesulitan dalam mengecek kelengkapan bahan baku hasil penimbangan yang akan dimasak. Supervisor sulit memantau aktivitas produksi di lapangan dikarenakan cakupan area yang cukup luas sehingga kesalahan di area produksi tidak cepat ditangani. Kemudian dokumentasi dan penyimpanan data
1
konvensional juga mempersulit supervisor dan operator dalam menangani aktivitas produksi di lapangan. Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan merancang sistem penunjang proses produksi yang sudah terkomputerisasi. Sistem yang akan dirancang adalah sistem monitoring dan kontrol penimbangan bahan baku berbasis desktop pada unit penimbangan dan produksi PT HANZ CBA INDONESIA. Dengan adanya sistem ini diharapkan dapat membantu keseluruhan proses produksi di lapangan, diantaranya dapat meningkatkan akurasi penimbangan bahan material produksi dan membantu supervisor dalam memantau aktivitas produksi.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka beberapa masalah yang akan dibahas dalam proyek akhir ini antara lain: 1. Bagaimana cara agar supervisor dapat memantau aktivitas produksi dan pemakaian bahan baku hasil produksi? 2. Bagaimana cara meningkatkan akurasi penimbangan bahan baku agar kuantitas bahan baku sesuai perencanaan? 3. Bagaimana cara agar operator masak dapat mengecek kelengkapan data penimbangan di area pengadukan? 4. Bagaimana cara agar QC dapat memberitahukan adanya adjustment kepada operator penimbangan dan operator masak?
1.3 Tujuan Tujuan dari pembuatan proyek akhir ini adalah: 1. Membangun aplikasi yang dapat memonitor aktivitas di area produksi dan memonitor status produksi shop order secara real time serta dapat melihat laporan pemakaian bahan baku harian hasil produksi. 2. Membangun aplikasi yang terintegrasi dengan timbangan digital, sehingga tingkat akurasi penimbangan terpantau oleh operator penimbangan.
2
3. Membangun aplikasi yang dapat mencetak barcode hasil penimbangan bahan baku, sehingga kelengkapan item material dapat diperiksa dengan menggunakan pembaca barcode di area pengadukan. 4. Membangun aplikasi yang dapat memberi notifikasi adanya adjustment untuk operator penimbangan dan operator masak sesuai masukan dari QC.
1.4 Batasan Masalah Beberapa batasan masalah dari proyek akhir ini adalah sebagai berikut: 1.
Aplikasi yang dibangun berbasis desktop client-server dengan Bahasa pemrograman Java dan basis data MySQL sebagai sistem penunjang manufaktur terkomputerisasi yang membantu proses bisnis produksi.
2.
Sistem tidak terotomasi dengan menggunakan komponen robotik, melainkan ada pengguna yang mengendalikan proses produksi.
3.
Proses pemesanan shop order beserta detailnya sudah diatur oleh bagian PPIC dan akan diperbaharui oleh BPCS secara otomatis setiap hari.
4.
Sistem tidak mengelola data stok pergudangan dan proses pengiriman bahan baku material ke area produksi, diasumsikan hal itu sudah dikendalikan oleh bagian PPIC.
5.
Sistem tidak sampai menangani proses pengemasan dan pengiriman produk.
1.5 Definisi Operasional Sistem monitoring dan kontrol penimbangan bahan baku berbasis desktop merupakan sistem penunjang manufaktur terkomputerisasi yang dapat membantu proses produksi mulai dari pemesanan yang sudah masuk sampai dengan proses pematangan yang menghasilkan bahan yang sudah jadi dan siap dikemas. Aplikasi untuk sistem ini dibangun dengan Bahasa pemrograman Java dan menggunakan basis data MySQL. Metode yang digunakan untuk membangun aplikasi ini adalah RUP (Rational Unified Process).
3
1.6 Metode Pengerjaan Model proses pembangunan perangkat lunak yang digunakan pada Aplikasi ini adalah model Rational Unified Process (RUP) yang merupakan model pengembangan perangkat lunak yang dilakukan secara berulang-ulang (iterative), fokus pada arsitektur (architecture-centric) dan lebih diarahkan pada berdasarkan penggunaan kasus (use case driven). RUP menyediakan pendefinisian struktur yang baik (well defined) dan penstrukturan yang baik (well structure) untuk alur hidup proyek perangkat lunak.[1]
Gambar 1-1 Model Rational Unified Process (RUP)
Gambar 1-2 Proses Iteratif RUP
Pada Model Rational Unified Process (RUP) terdapat 4 (empat) tahapan atau fase yang dapat dilakukan pula secara iterative. Fase tersebut terdiri dari:
4
1. Inception (Permulaan) Pada tahap ini, peneliti akan merumuskan pemodelan proses bisnis yang dibutuhkan dan mendefinisikan kebutuhan sistem yang akan dibuat yaitu tentang proses bisnis produksi di PT HANZ CBA. Hasil yang diharapkan pada dari tahap ini adalah memenuhi kriteria ruang lingkup purwarupa (prototype) yang akan dikembangkan. 2. Elaboration (Perencanaan/Perluasan) Pada tahap selanjutnya, daftar kebutuhan sistem dan bisnis proses yang sudah didapatkan akan dirancang kedalam sebuah arsitektur sistem dan selanjutnya dideteksi resiko yang mungkin terjadi dari arsitektur yang dibuatTahap ini memang lebih dominan kepada analisis dan desain sistem serta implementasi sistem yang fokus pada prototype. Model yang akan digunakan untuk merancang sistem dan perangkat lunak adalah Unified Modelling Language (UML) dan Entity Relationship Diagram (ER-D). 3. Construction (Konstruksi) Tahap ini adalah tahapan untuk pengembangan komponen dan fitur-fitur sistem. Pada tahap ini lebih pada implementasi dan pengujian sistem yang fokus pada implementasi perangkat lunak pada kode program. Pada penelitian kali ini, untuk proses pengujian difokuskan kepada kehandalan setiap fungsionalitas yang dibangun pada perangkat lunak itu sendiri. Jenis aplikasi yang akan dikembangkan adalah aplikasi desktop client-server yang akan digunakan sebagai penunjang manufaktur terkomputerisasi. Metode black box testing akan digunakan untuk menguji setiap unit (fungsionalitas) yang dihasilkan pada tahap konstruksi ini. 4. Transition (Transisi) Tahap ini adalah tahap deployment atau instalasi sistem. Setelah semua fungsionalitas dipastikan dapat berjalan dengan semestinya, perangkat lunak akan diuji secara lengkap pada lingkungan (environment) yang sebenarnya yaitu kepada user langsung apakah memenuhi harapan user. Namun penelitian pada aplikasi ini tidak sampai kepada pelatihan user, dan pemeliharaan.
5
1.7 Jadwal Pengerjaan Berikut adalah rancangan jadwal pengerjaan proyek akhir: Tabel 1-1 Jadwal Pengerjaan
Kegiatan
Februari Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengumpulan Data Studi Kasus Inception (Permulaan) Elaboration (Perencanaan) Construction (Konstruksi) Transition (Transisi) Proses Dokumentasi
6