1 Antologi UPI
Volume
No. Edisi
Juni 2015
PENINGKATAN KEMEMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER Rangga Febrian1, Komariah2, Susilowati3. Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mampu berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif dan mampu berinteraksi dengan baik terhadap lingkungan. Sikap dan cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran matematika. Dalam pelaksanaan pembelajaran, transfer pengetahuan akan terjadi dengan baik melalui kegiatan pembelajaran dengan cara mengaitkan terhadap masalah-masalah nyata yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, guru harus mampu memilih pendekatan, metode atau strategi pembelajaran yang tepat untuk menciptakan iklim belajar yang kreatif, salah satunya dengan model pembelajaran Treffinger. Model pembelajaran Treffinger terdiri dari tiga tahapan belajar yaitu basic tools, practice with process dan working with real problem. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah matematika yang mengikuti model pembelajaran Treffinger dan pembelajaran konvensional. Penelitian ini berbentuk kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design. Sampel penelitian diambil menggunakan teknik sampling insidental. Berdasarkan perolehan hasil belajar siswa, maka peneliti menetapkan kelas V-A SDN Percobaan sebagai kelompok eksperimen yang akan mendapat pembelajaran model Treffinger, dan kelas V-B SDN Percobaan sebagai kelompok kontrol yang akan mendapat pembelajaran secara konvensional. Kedua kelompok sampel masing-masing terdiri dari 30 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tes kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah matematis (pretest-posttest), dan angket skala sikap. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh rata-rata skor pretest kelompok kontrol sebesar 36,267 dan kelompok eksperimen sebesar 38,867. Setelah mendapat perlakuan berbeda, maka diperoleh rata-rata skor posttest kelompok kontrol sebesar 65,13 dan kelompok eksperimen sebesar 76,63. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah matematis siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dari siswa kelompok kontrol dengan selisih rata-rata skor posttest sebesar 11,5. Siswa memberikan sikap positif terhadap model pembelajaran Treffinger. Hal ini terlihat dari perolehan rata-rata skor angket skala sikap sebesar 3,58 yang berada di atas skor netralnya. Model pembelajaran Treffinger dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah matematika. Kata kunci: Treffinger, Berpikir Kreatif, Pemecahan Masalah.
1. Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru 2. Penanggung Jawab I 3. Penanggung Jawab II
Rangga Febrian 2 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dengan Model Treffinger
INCREASE STUDENTS ABILITY TO THINK CREATIVELY IN SOLVING MATHEMATICAL PROBLEMS WITH LEARNING MODEL TREFFINGER Rangga Febrian1, Komariah2, Susilowati3. Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRACT This research is motivated by demands of the development of science and technology to be able to think critically, systematic, logical, creative and able to interact with both the envirotment. Attitude and way of thinking cn be developed trough a process of learning mathematics. In the implementation of learning, knowledge transfer will occur properly through learning activities by linking to real problems faced by young people in everyday life. Therefore, teacher should be able to choose the approach, methods, strategies, and appropriate learning models to create a creative learning climate. One of them with a learning model Treffinger. Treffinger learning model consists of three stages of learning, namely basic tools, practice with process and working with real problem. The purpose of this study was to determine differences in improvement of students creative thinking ability in solving mathematical problems which follow the Treffinger learning model and conventional learning. This research is a quasi experimental with nonequivalent control group design. The samples of research are gathered using sample incidental technique. Based on students’ study results, Class V-A SDN Percobaan was assigned as an experimental group that would be taught using Treffinger learning model, and Class V-B SDN Percobaan was assigned as a control group that would be taught using conventional technique. Each sample group consists of 30 students. Instruments that are used for this research are creative thinking ability in solving mathematical problems (pretest-posttest), and attitude scale questionnaire Based on data processing, the average pretest results of control group was 36.267 and experimental group was 38,867. After receiving different treatment, the average posttest results of control group was 65,13 and experimental group was 76.63. The improvement of creative thinking ability in solving mathematical problems of students from experimental group is higher than control group with average posttest results difference of 11.5. Students gave a positive attitude towards learning using Treffinger learning model. It is seen from the acquisition of average score of 3.58 for attitude scale questionnaire score which is higher than its neutral score. Thus, it can be concluded that students that are taught using Treffinger learning model have significant improvement in their creative thinking ability in solving mathematical problems skill than those that are taught using conventional technique. In the implementation of learning activity, teachers are suggested to be able to choose appropriate learning model with cognitive development of the students as well as materials that will be taught. Kata Kunci : Treffinger, Creative Thinking, and Problem Solving.
3 Antologi UPI
Volume
Pada
No. Edisi
bidang
kemampuan
pendidikan,
berpikir
kreatif
dan
Juni 2015
pendidikan nasional. Alasan yang membuat matematika diwajibkan untuk dipelajari
kemampuan pemecahan masalah mendapat
diantaranya
perhatian yang cukup besar. Hal itu terlihat
digunakan untuk memecahkan masalah
pada upaya-upaya pengambilan kebijakan
kehidupan
di bidang pendidikan untuk memasukkan
sebagai pelayan ilmu yang lain, artinya
kedua komponen ini dalam berbagai
banyak ilmu-ilmu atau bidang studi yang
kegiatan pendidikan, baik dimuat dalam
penemuan
dan
pengembangannya
kurikulum, strategi pembelajaran maupun
memerlukan
kajian
matematika
perangkat pembelajaran lainnya. Upaya
sesuai, 3) matematika dapat meningkatkan
tersebut dimaksudkan agar setiap kegiatan
kemampuan berpikir logis, berpikir kritis
pendidikan
kepada
dan ketelitian dalam memecahkan masalah,
siswa dapat dilatihkan ketrampilan yang
dan 4) matematika dapat memberikan
dapat mengembangkan kemampuan kreatif
informasi dengan berbagai cara.
atau
pembelajaran
dan pemecahan masalah. Dengan demikian dunia
pendidikan
:
1)
sehari-hari,
2)
matematika
matematika
yang
Berdasarkan pengamatan awal yang
memberikan
dilakukan oleh penulis di SD Negeri
terhadap
Percobaan Temuan Khususnya kelas V-A,
pengembangan SDM yang kreatif dan
V-B dan V-C siswanya masing-masing
memiliki kemampuan pemecahan masalah
berjumlah
yang handal untuk menjalani masa depan
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
yang penuh tantangan.
memecahkan masalah matematika masih
kontribusi
akan
yaitu
yang
Salah
besar
sarana
orang
siswa.
Bahwa
untuk
relatif rendah sehingga berdampak pada
mengembangkan kemampuan kreatif dan
hasil belajar siswa dalam menyelesaikan
pemecahan masalah bagi siswa pada
soal-soal pemecahan masalah. Hal tersebut
pendidikan adalah melalui pembelajaran
terjadi dikarenakan kondisi pembelajaran
matematika.
Bahkan
dikemukakan
oleh
matematika
satu
33
dengan
jelas
matematika berdasarkan hasil observasi di
pemerintah
bahwa
SD Negeri Percobaan maka nampak bahwa
mata
proses dan hasil pembelajarannya belum
sebagai
salah
satu
pelajaran wajib yang diberikan kepada
memenuhi
siswa
sekolah
Pembelajaran matematika yang terjadi di
kurikulum
dalam kelas masih kurang mengembangkan
sekolah
menengah
atas
dasar
hingga
dalam
harapan
yang
diinginkan.
Rangga Febrian 4 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dengan Model Treffinger
aktivitas
berpikir
pembelajaran
siswa.
Dalam
siswa hanya diberikan
yang dimaksud adalah model Treffinger. Karena
dengan
Treffinger
siswa hanya diberikan soal-soal yang
kesempatan
berkaitan
gagasan, ide atau jawabannya tentang suatu
diberikan, kesempatan kemampuan
rumus
siswa
yang
tidak
untuk
telah
diberikan
mengembangkan
untuk
atau
diberikan
mengemukakan
masalah,
siswa
diajak
mengidentifikasi ide-ide baru dengan cara mengkaji secara cermat struktur masalah
berkaitan
melalui analisis morfologis, dan siswa
dengan kehidupan nyata siswa, dengan
menggunakan kemampuan mereka dengan
demikian pembelajaran matematika masih
cara-cara
bersifat konvensional artinya siswa dalam
kehidupannya dan menggunakan informasi
belajar matematika lebih diarahkan pada
ini dalam kehidupan mereka.
proses menghafal daripada memahami
MASALAH
konsep dan juga pada kenyataannya guru
PENELITIAN
masalah
dengan
akan
cara
memecahkan
berpikirnya
objek
siswa
model
rumus untuk dihafalkan dan kemudian
dengan
ini
menggunakan
yang
yang
bermakna
DAN
untuk
TUJUAN
dalam mengajar tidak pernah mengaitkan
Berdasarkan pemikiran yang telah
pembelajaran dengan kehidupan nyata
diuraikan di atas maka permasalahan yang
siswa sehingga siswa tidak diberikan
dibahas pada penelitian ini difokuskan
kesempatan
mengkonstruk
pada perbedaan peningkatan kemampuan
pengalaman siswa ke dalam pembelajaran.
berpikir kreatif siswa dalam memecahkan
Sehingga siswa yang diharapkan aktif
masalah
dalam pembelajaran matematika, pada
memperoleh pembelajaran dengan model
kenyataannya justru lebih pasif ketimbang
pembelajaran Treffinger dan pembelajaran
guru yang mengajar.
konvensional. Dengan demikian tujuan
untuk
Berdasarkan kajian di atas, untuk mewujudkan
hendak
dicapai
yang
dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui
dalam
perbedaan peningkatan kemampuan berpikir
memecahkan masalah yang baik, tentu
kreatif siswa dalam memecahkan masalah
dibutuhkan pula model pembelajaran yang
matematika
berbasis pada pemecahan masalah secara
pembelajaran Treffinger dan pembelajaran
berpikir
siswa
yang
antara
memiliki
kemampuan
agar
utama
matematis
kreatif
kreatif. Salah satu model pembelajaran
konvensional.
yang
mengikuti
model
5 Antologi UPI
Volume
No. Edisi
HIPOTESIS
Juni 2015
Menurut Sugiyono, (2012 hlm) pada
Dari permasalahan yang diangkat
penelitian kuasi eksperimen subjek tidak
pada penelitian ini, penulis menuliskan
dikelompokan secara acak, tetapi peneliti
hipotesis penelitiannya sebagai berikut :
menerima
1. Peningkatan
Adapun desain
kreatif
kemampuan
siswa
setelah
pembelajaran
dengan
pendekatan
berpikir
memperoleh menggunakan
konvensional
tergolong
rendah.
subjek
penelitian
seadanya. yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent
kontrol
group
design.
Desain ini hamper mirip dengan pretestposttest kontrol group design, hanya saja
2. Peningkatan kreatif
keadaan
kemampuan
siswa
pada desain ini kelompok kontrol maupun
memperoleh
kelompok eksperimen tidak dipilih secara
menggunakan
acak, (Sugiyono, 2013 hlm 116). Selain
Treffinger
kelompok eksperimen maupun kelompok
setelah
pembelajaran model
berpikir
dengan
pembelajaran
tergolong tinggi. 3. Terdapat
kontrol tidak dipilih secara acak, alasan
perbedaan
kemampuan
memilih desain ini adalah karena penelitian
berpikir kreatif antara siswa yang
ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
memperoleh
peningkatan kemampuan berpikir kreatif
pembelajaran
menggunakan
model
dengan
yang
siswa
dengan Treffinger
memperoleh
pembelajaran konvensional.
pembelajaran
menggunakan
model
dalam
memecahkan
masalah
matematika melalui model Treffinger dan siswa yang memperoleh pembelajaran
4. Siswa memberikan respon yang positif terhadap
siswa
dengan
pembelajaran
Treffinger.
matematika
melalui
pembelajaran
konvensional. Dua kelas dipilih sebagai sampel penelitian. Kelas pertama dijadikan kelas
METODE PENELITIAN
eksperimen yaitu kelas yang diberikan
Metode yang digunakan dalam
pembelajaran matematika dengan model
penelitian ini adalah kuasi eksperimen,
Treffinger. Kelas kedua dijadikan kelas
sebab subjek penelitian dalam hal ini siswa
kontrol,
tidak
tidak
pembelajaran matematika dengan model
dikelompokkan berdasarkan kemampuan
konvensional. Berdasarkan hasil observasi
yang
secara langsung, dapat disimpulkan bahwa
dipilih
dimiliki
secara
acak
dan
masing-masing
siswa.
yaitu
kelas
yang
diberikan
Rangga Febrian 6 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dengan Model Treffinger
kedua kelas yang akan dijadikan sebagai
uraian. Sedangkan untuk data non tes
sampel penelitian memiliki kemampuan
terdiri dari angket skala sikap terhadap
yang sama. Kegiatan observasi secara
pembelajaran matematika dengan model
langsung
Treffinger.
dilakukan
oleh
peneliti
Data
akan
dianalisis
bersamaan dengan tugas mengajar PPL.
berdasarkan
Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran,
penelitian serta melihat perbedaan terhadap
diperoleh
rata-rata
peningkatan kemampuan berpikir kreatif
evaluasi belajar kelas V-A dan V-B.
siswa yang di ukur. Selanjutnya, di buat
Dengan demikian, karena kedua kelas
kesimpulan
memiliki kemampuan yang sama, maka
diperoleh
penentuan kelompok kontrol dan kelompok
penelitian.
eksperimen
HASIL DAN PEMBAHASAN
kesamaan
dapat
antara
dilakukan
terhadap
kedua kelas tersebut. Pada penelitian ini,
penemuan-penemuan
berdasarkan dan
Pretest
data
yang
menyusun
dilakukan
laporan
pada
awal
peneliti menetapkan kelas V-A sebagai
pembelajaran matematika yaitu sebelum
kelompok eksperimen dan kelas V-B
melakukan
sebagai
Sebelum
pretes yang diberikan merupakan soal-soal
diberikan perlakuan pembelajaran yang
berdasarkan keseluruhan pokok bahasan
berbeda terlebih dahulu dilakukan tes awal
yaitu mengenai luas, keliling dan volume
(pretest)kepada
ini
suatu bangun datar dan bangun ruang
mengetahui
dalam bentuk soal uraian yang teridiri dari
kemampuan awal berpikir kreatif siswa.
6 soal. Pemberian pretest bertujuan untuk
Kemudian setelah perlakuan pembelajaran
mengetahui kemampuan berpikir kreatif
selesai, maka dilakukan tes akhir (posttest),
siswa
untuk mengetahui bagaimana kemampuan
matematis
kedua
akhir berpikir kreatif siswa.
mendapat
perlakuan
kelompok
kontrol.
kedua
dimaksudkan
kelas.
untuk
Hal
Metode pengumpulan data yang sesuai
dengan
penelitian ini instrument
permasalahan
proses
dalam
Berdasarkan
pembelajaran.
memecahkan
hasil
kelompok yang pretest
Soal
masalah sebelum berbeda. kelompok
dalam
eksperimen dan kelompok kontrol tersebut,
digunakan dua macam
Frekuensi nilai pretes siswa pada kelas
yaitu
instrumen
tes
dan
instrumen non tes. Instrumen tes yang digunakan adalah soal dalam bentuk
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada histogram di bawah ini.
7 Antologi UPI
Volume
No. Edisi
Juni 2015
Jadi semua siswa dari kedua kelas sampel
10 8
memiliki nilai pretes di bawah standar Kelas Eksperimen
6 4
Kelas Kontrol
2 20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61
0
KKM, dimana nilai-nilai rata-rata pretes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol hanya mencapai 38,867 dan 36,267. Selisih rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dan
Gambar 1 Histogram Frekuensi Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan histogram dan tabel nilai pretes di atas, dapat dilihat bahwa nilai pretes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih banyak berada di rentang 27-33. Pada kelas eksperimen nilai
Sementara itu pada kelas kontrol nilai pretes siswa paling banyak berada pada rentang nilai 27-33 yaitu sebanyak 9 orang. Jika di lihat berdasarkan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 68. Sangat jelas bahwa semua nilai pretes siswa dari kedua kelas sampel belum mencapai ketuntasan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat kemampuan dan pengetahuan awal siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Ini juga dapat dikaitkan dengan seberapa besar kesiapan siswa dari rumah untuk mengikuti proses pembelajaran di sekolah.
kontrol
adalah
2,6.
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa rata-rata skor pretest kelompok eksperimen sedikit lebih besar dibandingkan dengan rata-rata skor pretest kelompok kontrol. Namun,
secara
keseluruhan
kedua
kelompok penelitian memiliki kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah matematis yang sama.
pretes siswa paling banyak berada pada rentang 27-33 yaitu sebanyak 7 orang.
kelompok
Setelah melakukan proses belajar mengajar sebanyak 9 kali pertemuan pada masing-masing kelas sampel diberikan posttest. pemberian posttest itu bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan akhir
siswa
dalam
berpikir
kreatif
memecahkan masalah matematika terhadap materi keliling, luas, volume suatu bangun yang telah diajarkan dengan penerapan model pembelajaran yang telah di tentukan pada
setiap
kelas
sampel.
Adapun
histogram posttest siswa adalah sebagai berikut.
Rangga Febrian 8 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dengan Model Treffinger
posttest siswa kelas eksperimen mencapai
10 8 6 4 2 0
KKM yaitu 68, namun jika di lihat dari Eksperimen
peningkatan hasil posttest, siswa kelas
Kontrol
eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Secara keseluruhan perolehan gain
Gambar 2
ternormalisasi pada kelompok eksperimen
Histogram Nilai Posttest Siswa
sebesar 0,62 dengan interpretasi sedang.
Berdasarkan histogram di atas,
Sedangkan, Secara keseluruhan perolehan
dapat dilihat bahwa nilai post test siswa
gain ternormalisasi pada kelompok control
kelas eksperimen banyak berada pada
kontrol sebesar 0,45 dengan interpretasi
rentang nilai 85-94, dengan rata-rata nilai
sedang.
post test 76,63. Sedangkan, nilai post test
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
siswa kelas kontrol lebih mendominasi
memecahkan masalah matematika antara
pada rentang 45-54, 55-64, dan 75-84
kelompok
dengan rata-rata posttest seluruh siswa
kontrol dapat dilihat dari perolehan rat-rata
adalah 65,13. Hal tersebut menunjukkan
skor posttest masing-masing kelompok.
bahwa hasil posttest kelas eksperimen yang
Rata-rata
menggunakan model Treffinger lebih baik
kelompok eksperimen diperoleh sebesar
dari pada hasil posttest kelas kontrol yang
76,63 dan rata-rata skor posttest pada
menggunakan model konvensional.
kelompok kontrol diperoleh sebesar 65,13.
Tingginya hasil posttest siswa kelas
Dengan
Dengan
demikian,
eksperimen
skor
dan
posttest
demikian
Perbedaan
kelompok
siswa
dapat
pada
disimpulkan
kontrol
bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa
menunjukkan bahwa tingkat kemampuan
dalam memecahkan masalah matematika
berpikir kreatif siswa dalam memecahkan
kelompok eksperimen lebih baik daripada
masalah matematika di kelas eksperimen
kelompok
lebih baik dari pada di kelas kontrol setelah
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
diterapkannya model Treffinger di kelas
memecahkan masalah matematika dapat
eksperimen dan model konvensional di
dilihat pada histogram di bawah ini.
eksperimen
dari
pada
kelass
kelas kontrol. Meskipun tidak semua nilai
kontrol.
Adapun
perbedaan
9 Antologi UPI
Volume
No. Edisi
Juni 2015
100
kurang dari skor netralnya, maka dapat
80
disimpulkan bahwa siswa memberikan
60 40 20
Eksperimen
sikap negatif terhadap pembelajaran model
Kontrol
Treffinger.
0
Berdasarkan pengolahan data yang Pretest Posttest
telah dilakukan sebelumnya, diperoleh
Gambar 3
rata-rata skor sikap siswa terhadap model
Histrogram Perbedaan Rata-
Treffinger diperoleh sebesar 3,58. Karena
Rata
nilai skor rata-rata sikap siswa lebih besar
Berdasarkan histogram di atas, maka dapat
dari skor netral (netral = 3). Dengan
dilihat bahwa peningkatan kemampuan
demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa
berpikir kreatif siswa dalam memecahkan
memberikan sikap yang positif terhadap
masalah matematika kelas eksperimen
pembelajaran model Treffinger.
lebih
KESIMPULAN
tinggi
dibandingkan
dengan
peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa
dalam
pembelajaran
kreatif
masalah
model
Dengan
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
kelas
memecahkan masalah matematika. Hal
eksperimen sebesar 37,76 dan indeks gain
tersebut dapat dilihat dari kemampuan
kelas eksperimen sebesar 0,62. Sedangkan,
berpikir kreatif siswa dalam memecahkan
perolehan
masalah
matematika perolehan
memecahkan
Penerapan
kelas
control.
peningkatan
rata-rata
peningkatan
rata-rata
kelas
Treffinger
dapat
matematika
meningkatkan
siswa
kelompok
kontrol sebesar 28,883 dan indeks gain
kontrol mengalami peningkatan sebesar
kelas control sebesar 0,45.
28,88. Peningkatan kemampuan berpikir
Sikap
siswa
model
kreatif siswa dalam memecahkan masalah
pembelajaran Treffinger dapat diketahui
matematika tersebut diperoleh berdasarkan
melalui perolehan rata-rata skor angket
selisih antara rata-rata skor pretest sebesar
skala sikap lebih besar dari skor netralnya,
36,27 dengan rata-rata skor posttest sebesar
maka dapat disimpulkan bahwa siswa
65,13.
memberikan
disimpulkan
bahwa
pembelajaran
pembelajaran model Treffinger. Tetapi jika
konvensional
mampu
meningkatkan
perolehan rerata data angket skala sikap
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
sikap
terhadap
positif
terhadap
Dengan
demikian,
dapat
Rangga Febrian 10 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dengan Model Treffinger
memecahkan masalah matematika pada
terhadap
pelaksanaan
pembelajaran
kategori sedang. Dan kemampuan berpikir
menggunakan model Treffinger
kreatif siswa dalam memecahkan masalah matematika
kelompok
eksperimen
mengalami peningkatan sebesar 37,76. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa
dalam
memecahkan
masalah
matematika tersebut diperoleh berdasarkan selisih antara rata-rata skor pretest sebesar 38,87, dengan rata-rata skor
posttest
sebesar 76,63. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model Treffinger
mampu
meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah matematika siswa secara signifikan pada kategori sedang. Dengan demikian, . Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah matematika siswa yang mengikuti pembelajaran model Treffinger lebih baik daripada
siswa
yang
mengikuti
pembelajaran konvensional. Serta sikap siswa terhadap pembelajaran menggunakan model Treffinger adalah positif. Hal ini terlihat dari perolehan rata-rata skor angket skala sikap sebesar 3,58 yang berada di atas skor netralnya atau berada di atas 3. Dengan
demikian,
dapat
disimpulkan
bahwa siswa memberikan respon yang baik
DAFTAR PUSTAKA Sugiyono. (2012). Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Munandar, Utami. (2002). Kreativitas dan Keberbakatan : Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta